TUGAS AKHIR – MN141581
PERANCANGAN APLIKASI BERBASIS ANDROID UNTUK PEMERIKSAAN PENGECATAN KAPAL BANGUNAN BARU
DANDY ADRIANTO NRP. 4112 100 094 Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017
TUGAS AKHIR – MN141581
PERANCANGAN APLIKASI BERBASIS ANDROID UNTUK PEMERIKSAAN PENGECATAN KAPAL BANGUNAN BARU
DANDY ADRIANTO NRP. 4112 100 094 Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 i
FINAL PROJECT – MN141581
ANDROID-BASED APPLICATION DESIGN FOR NEW SHIPBUILDING PAINTING INSPECTION
DANDY ADRIANTO NRP. 4112 100 094 Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE & SHIPBUILDING ENGINEERING Faculty of Marine Technology Sepuluh Nopember Institute of Technology Surabaya 2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunianya Tugas Akhir ini dapat selesai dengan baik. Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu: 1.
Bapak Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Wali atas bimbingan dan motivasinya sejak awal perkuliahan hingga pengerjaan dan penyusunan Tugas Akhir ini.
2.
Bapak Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc, Ph.D selaku Ketua Departemen Teknik Perkapalan yang memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis
3.
Seluruh Dosen Program Studi Industri Perkapalan mulai dari Bapak Ir. Soejitno, Bapak Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc., Bapak Ir. Heri Supomo, M.Sc., Ibu Sri Rejeki Wahyu Pribadi, S.T., M.T., Bapak Mohammad Sholikhan Arif, S.T., M.T., dan Bapak Imam Baihaqi, S.T., M.T. yang telah ikhlas membimbing penulis untuk mendalami disiplin ilmu mengenai teknologi industri perkapalan.
4.
Seluruh Dosen Departemen Teknik Perkapalan FTK-ITS yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis melaksanakan studi.
5.
Seluruh Pegawai Laboratorium Produksi Departemen Teknik Perkapalan FTK-ITS yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis melaksanakan studi.
6.
Seluruh Karyawan dan Karyawati Departemen Teknik bimbingannya selama penulis melaksanakan studi.
7.
Teman-teman Teknik Perkapalan FTK-ITS angkatan 2012 (FORECASTLE) khususnya teman-teman Program Studi Industri (2012) atas segala kenangan perjuangan bersama selama penulis menjalani masa perkuliahan.
8.
Keluarga penulis Moch. Soleh dan Indri Astuti sebagai orang tua yang telah memberikan dukungan serta saudara kandung penulis Yana Indiarto dan Nanda Asdianto yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Rieke Revina Rahadian yang selalu memberikan dorongan semangat, motivasi, doa, dan kasih sayangnya kepada penulis.
9.
Bapak Didik Distyo Coating Inspector PT. International Paint Indonesia, Bapak Ridwan Quality Control Painting PT. Lamongan Marine Industry dan pihak lain yang telah membantu penulis dengan memberikan pengetahuan seputar pemeriksaan pengecatan kapal.
Perkapalan
FTK-ITS
atas
Penulis sadar bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Surabaya, 25 Januari 2017 Dandy Adrianto v
PERANCANGAN APLIKASI BERBASIS ANDROID UNTUK PEMERIKSAAN PENGECATAN KAPAL BANGUNAN BARU Nama Mahasiswa NRP Departemen / Fakultas Dosen Pembimbing
: : : :
Dandy Adrianto 4112 100 094 Teknik Perkapalan / Teknologi Kelautan Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
ABSTRAK
Proses pemeriksaan pengecatan kapal yang ada saat ini dilakukan secara manual dimana coating inspector dan pihak terkait lainnya yang melakukan pemeriksaan mengacu pada form pemeriksaan yang telah disetujui. Penginputan dan pelaporan hasil pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kertas yang ditulis secara manual sehingga tidak efektif dan terdapat resiko besar jika terjadi kehilangan dokumen karena tidak memiliki backup. Selain itu, proses pemeriksaan cat yang dilakukan kurang efektif dikarenakan antar pihak terkait yang melakukan pemeriksaan tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sama. Tujuan dari pengerjaan Tugas Akhir ini adalah untuk merancang aplikasi berbasis android yang berfungsi sebagai sarana untuk memudahkan praktisi di lapangan dalam proses pemeriksaan dan dokumentasi pemeriksaan pengecatan kapal. Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini, pertama dilakukan observasi pada kegiatan pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru yang dilakukan oleh coating inspector di lapangan. Kemudian yang kedua adalah studi literature tentang lingkup pekerjaan dari coating inspector, standard pemeriksaan dari tahap awal hingga akhir, dan standard untuk melaporkan hasil pemeriksaan cat. Setelah itu dilakukan perancangan aplikasi. Perancangan aplikasi dilakukan dengan pembuatan kerangka dasar aplikasi, diagram alir data dan entitas, mock up aplikasi, perancangan database, dan pengkodingan aplikasi yang dirancang. Pada aplikasi yang dirancang dapat dilakukan penginputan hasil pemeriksaan pada form pemeriksaan yang didalamnya terdapat batasan pemeriksaan yang telah ditentukan, review hasil pemeriksaan, penyimpanan hasil pemeriksaan dalam bentuk file, dan fitur search dokumen hasil pemeriksaan dan dokumen lain yang terkait. Uji coba aplikasi dilakukan kepada responden yang merupakan praktisi di lapangan yang melakukan pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru. Dari hasil pengujian kuisoner yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi yang dirancang perlu diaplikasikan sebagai sarana pendukung proses pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru. Kata kunci: Inspector
vi
Aplikasi Android, Pengecatan Kapal, Pemeriksaan Pengecatan Kapal, Coating
ANDROID-BASED APPLICATION DESIGN FOR NEW SHIPBUILDING PAINTING INSPECTION Author ID No. Departement / Faculty
: : :
Supervisors
:
Dandy Adrianto 4112 100 094 Naval Architecture & Shipbuilding Engineering / Marine Technology Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
ABSTRACT
Nowadays painting inspection process still performed manually where the coating inspector and any other responsible parties do the inspection refers to the inspection form that has been approved. Inputting and reporting the inspection report peformed by using sheets which is manually written so that the process is ineffective and have a great risk in case of loss of documents because they do not have any documents backup. Other than that, painting inspection process is done in less effective due to other responsible parties involved during inspection does not have the same knowledge and experience. The purpose of this Final Project is to design android-based application which can help practitioners on field or any parties involved in painting inspection during the painting inspection and documenting the inspection. On this Final Project, firstly is to performed observation on painting inspection process conducted by coating inspector on field. Then the secondly is performed literature studies about coating inspector scope of work, coating inspection standard, and coating inspection report standard. After that procced the design of the application. The application is done by making basic framework of applications, data flow diagram and entity, application mock up, database, and application coding. On the application that being designed could enable the inspector to input the result of the inspection on inspection form which contain specified parameter, review the inspection report, export or save inspection report to the android device, and searching inspection report or any other documents using documents search feature. Application trials is done by testing application to the practitioners on field which perform painting inspection on new shipbuilding. From the test results obtained by questionnaire, it can be concluded that this application needs to be applied in support of the new shipbuilding painting inspection process. Keywords: Android Application, Ship Painting, Ship Painting Inspection, Coating Inspector
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................iii LEMBAR REVISI..................................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................................................ v ABSTRAK ................................................................................................................................ vi ABSTRACT ............................................................................................................................. vii DAFTAR ISI ...........................................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. x DAFTAR TABEL ...................................................................................................................xiii PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 I.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1 I.2. Perumusan Masalah ..................................................................................................... 2 I.3. Batasan Masalah .......................................................................................................... 2 I.4. Tujuan .......................................................................................................................... 3 I.5. Manfaat ........................................................................................................................ 3 I.6. Hipotesis ...................................................................................................................... 3 I.7. Sistematika Penulisan .................................................................................................. 3 STUDI LITERATUR .................................................................................................... 5 II.1. Pengertian Umum Cat .................................................................................................. 5 II.2. Pengecatan Kapal Bangunan Baru ............................................................................... 6 II.2.1. Surface Preparation ............................................................................................. 8 II.2.2. Pengecatan Kapal ............................................................................................... 13 II.2.3. Metode Pengecatan ............................................................................................. 17 II.2.4. Inspeksi Pengecatan Kapal Bangunan Baru ....................................................... 20 II.2.5. Pengujian Merusak (Destructive Test) ............................................................... 22 II.3. Jenis-Jenis Defect dan Penyebab ............................................................................... 26 II.4. Coating Inspector ...................................................................................................... 31 II.4.1. Perbedaan Painting Inspector dan Painting Surveyor......................................... 36 II.5. Android ...................................................................................................................... 37 II.5.1. Aplikasi Android ................................................................................................ 38 II.5.2. Keuntungan dan Kekurangan Sistem Operasi Android .................................... 38 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................. 41 III.1. Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir................................................................... 41 III.2. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 43 III.3. Studi Literatur ........................................................................................................ 43 III.4. Studi Lapangan ....................................................................................................... 43 III.5. Pengumpulan Data ................................................................................................. 44 III.6. Pengolahan Data ..................................................................................................... 44 III.7. Perancangan Aplikasi Android............................................................................... 44 III.8. Uji Coba Kelayakan Aplikasi ................................................................................. 45 III.9. Analisa dan Penyusunan Laporan .......................................................................... 45 III.10. Kesimpulan dan Saran ............................................................................................ 45 SISTEM PEMERIKSAAN PENGECATAN KAPAL BANGUNAN BARU .......... 47 IV.1. Pengecatan Kapal Bangunan Baru ......................................................................... 47 IV.1.1. Pihak Terkait dalam Proyek Pengecatan Kapal Bangunan Baru .................... 49 viii
IV.1.2. Perencanaan Coating System .......................................................................... 51 IV.1.3. Persetujuan Prosedur dan Rencana Inspeksi ................................................... 52 IV.1.4. Pemeriksaan Pengecatan Kapal Bangunan Baru ............................................ 80 IV.2. Standard dan Proses Pemeriksaan Cat Kapal Bangunan Baru ............................... 83 IV.2.1. Persiapan ......................................................................................................... 83 IV.2.2. Primary Surface Preparation ......................................................................... 83 IV.2.3. Shop primer..................................................................................................... 85 IV.2.4. Steelwork Preparation (Block Stage) ............................................................. 86 IV.2.5. Steelwork Preparation (After Erection) .......................................................... 86 IV.2.6. Second Surface Preparation ........................................................................... 87 IV.2.7. Coating............................................................................................................ 88 IV.2.8. Pengujian Adhesi ............................................................................................ 90 IV.2.9. Inspeksi Final .................................................................................................. 90 IV.3. Sistem Pemeriksaan Pengecatan Kapal .................................................................. 91 IV.3.1. Form Pemeriksaan .......................................................................................... 91 IV.3.2. Proses Penyampaian Laporan Pemeriksaan .................................................... 94 IV.3.3. Kendala Proses Pemeriksaan Pengecatan Kapal Bangunan Baru .................. 95 PERANCANGAN APLIKASI ANDROID UNTUK PEMERIKSAAN PENGECATAN KAPAL BANGUNAN BARU ..................................................................... 97 V.1. Kerangka Dasar Perancangan Sistem ........................................................................ 97 V.2. Perancangan Aplikasi Android ................................................................................ 108 V.2.1. Entity Relationship Diagram ............................................................................ 108 V.2.2. Data Flow Diagram .......................................................................................... 111 V.2.3. System Interface Diagram................................................................................. 112 V.2.4. Mock Up Aplikasi ............................................................................................ 115 V.2.5. Pembuatan Aplikasi dan Database ................................................................... 131 V.3. Simulasi Aplikasi Android....................................................................................... 133 V.3.1. Aplikasi Android untuk Administrator ............................................................. 133 V.3.2. Aplikasi Android untuk User ........................................................................... 155 V.3.3. Ketepatan Hasil Pemeriksaan ........................................................................... 176 ANALISA DAN UJI COBA APLIKASI ................................................................ 179 VI.1. Analisis Aplikasi .................................................................................................. 179 VI.2. Analisa Perbandingan Sistem ............................................................................... 180 VI.3. Uji Coba Aplikasi ................................................................................................. 182 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 185 VII.1. Kesimpulan........................................................................................................... 185 VII.2. Saran ..................................................................................................................... 185 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 187 DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... 188
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1. Flowchart pengecatan kapal bangunan baru untuk bagian struktur lambung ...... 7 Gambar II-2. Flowchart pengecatan kapal bangunan baru untuk bagian outfitting dan equipment ................................................................................................................................... 8 Gambar II-3. Dry abrasive blasting ......................................................................................... 10 Gambar II-4. Waterjetting ........................................................................................................ 11 Gambar II-5. Alat yang digunakan untuk hand tool cleaning .................................................. 12 Gambar II-6. Rotary wire brush merupakan salah satu alat power tool cleaning .................... 12 Gambar II-7. Pembagian area lambung bagian luar dalam pengecatan kapal.......................... 13 Gambar II-8. Gambaran umum bagian kapal yang dilakukan pengecatan............................... 14 Gambar II-9. Hasil stripe paint dengan brush .......................................................................... 18 Gambar II-10. Pengecatan dengan menggunakan roller .......................................................... 19 Gambar II-11. Conventional Spray .......................................................................................... 19 Gambar II-12. Pengecatan dengan metode airless spray ......................................................... 20 Gambar II-13. Hasil X-Cut setelah dilakukan tape test. ........................................................... 23 Gambar II-14. Hasil cross-hatch test. ....................................................................................... 24 Gambar II-15. Kriteria pengujian tape test metode B .............................................................. 24 Gambar II-16. Peralatan pengujian pull-off test ....................................................................... 25 Gambar II-17. Persiapan dolly .................................................................................................. 25 Gambar II-18. Hasil pengujian pull-off test .............................................................................. 26 Gambar II-19. Non cured epoxy paint...................................................................................... 26 Gambar II-20. Blushing ............................................................................................................ 27 Gambar II-21. Runs .................................................................................................................. 27 Gambar II-22. Wrinkling .......................................................................................................... 28 Gambar II-23. Discontinuity, Skip, Holiday or Missed Area................................................... 28 Gambar II-24. Chalking............................................................................................................ 29 Gambar II-25. Crater ................................................................................................................ 29 Gambar II-26. Air Voids .......................................................................................................... 30 Gambar II-27. Pinholing ........................................................................................................... 30 Gambar II-28. Discoloration/Staining ...................................................................................... 31 Gambar II-29. Blistering........................................................................................................... 31 Gambar II-30. Standard untuk Coating (SSPC) ....................................................................... 34 Gambar III-1. Diagram alir penilitian ...................................................................................... 42 Gambar IV-1. Urutan persetujuan sebelum dilakukan inspeksi ............................................... 47 Gambar IV-2. Alur proyek pengecatan kapal bangunan baru .................................................. 48 Gambar IV-3. Contract Specification....................................................................................... 53 Gambar IV-4. Urutan proses pengecatan kapal pada bagian hull construction ....................... 55 Gambar IV-5. Urutan proses pengecatan kapal pada bagian tangki......................................... 59 Gambar IV-6. Proses pengecatan untuk bagian exposed deck dan superstructure (external side) .......................................................................................................................................... 64 Gambar IV-7. Proses pengecatan bagian superstructure (internal side) dan machinery space .................................................................................................................................................. 67 Gambar IV-8. Urutan proses pengecatan kapal untuk outfitting, equipment, dan piping ........ 71 Gambar IV-9. Alur pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru ......................................... 82 x
Gambar IV-10. Form Pemeriksaan Steel Surface Preparation ................................................ 92 Gambar IV-11. Form Pemeriksaan Painting and NDFT Measurement .................................. 93 Gambar IV-12. Form Non-Conformance Report ..................................................................... 94 Gambar IV-13. Diagram proses penyampaian laporan pemeriksaan ....................................... 94 Gambar V-1. Kerangka dasar sistem pemeriksaan dengan menggunakan aplikasi panduan dan pemeriksaan pengecatan kapal ................................................................................................. 97 Gambar V-2. Entity Relationship Diagram ............................................................................ 109 Gambar V-3. Data Flow Diagram untuk administrator ......................................................... 111 Gambar V-4. Data Flow Diagram untuk user ........................................................................ 112 Gambar V-5. System Interface Diagram Administrator ......................................................... 113 Gambar V-6. System Interface Diagram User ........................................................................ 114 Gambar V-7. Halaman awal aplikasi ...................................................................................... 115 Gambar V-8. Permodelan halaman registrasi administrator .................................................. 116 Gambar V-9. Permodelan halaman pendaftaran proyek ........................................................ 117 Gambar V-10. Permodelan halaman menu pilih proyek ........................................................ 118 Gambar V-11. Permodelan menu utama aplikasi ................................................................... 119 Gambar V-12. Permodelan halaman dokumen....................................................................... 120 Gambar V-13. Permodelan halaman list file dokumen .......................................................... 121 Gambar V-14. Permodelan input komponen pada tahap raw material .................................. 122 Gambar V-15. Permodelan halaman list data komponen ....................................................... 123 Gambar V-16. Permodelan halaman input parameter inspeksi .............................................. 124 Gambar V-17. Permodelan halaman registrasi user ............................................................... 125 Gambar V-18. Permodelan halaman menu pilih proyek ........................................................ 126 Gambar V-19. Permodelan menu utama user ........................................................................ 127 Gambar V-20. Permodelan halaman lihat laporan ................................................................. 127 Gambar V-21. Permodelan halaman dokumen user............................................................... 128 Gambar V-22. Permodelan halaman list data komponen ....................................................... 129 Gambar V-23. Permodelan halaman input form pemeriksaan ............................................... 130 Gambar V-24. Permodelan form pemeriksaan pengujian adhesi ........................................... 131 Gambar V-25. Proses pengcodingan system pada aplikasi..................................................... 132 Gambar V-26. Database menu utama aplikasi ....................................................................... 133 Gambar V-27. Halaman awal aplikasi .................................................................................... 134 Gambar V-28. Tampilan halaman pemulihan password ........................................................ 135 Gambar V-29. Halaman sign up(a) dan halaman registrasi administrator(b) ........................ 136 Gambar V-30. Halaman pendaftaran proyek (a) dan halaman proyek yang terdaftar (b) ...... 137 Gambar V-31. Halaman user list aplikasi .............................................................................. 138 Gambar V-32. Show certification pada halaman user list ...................................................... 138 Gambar V-33. Menu utama aplikasi....................................................................................... 139 Gambar V-34, Halaman input dokumen (a) dan list dokumen yang telah dinput (b) ............ 140 Gambar V-35. Halaman raw material (kiri) dan halaman input detail komponen (kanan) ... 141 Gambar V-36. Halaman list data komponen pada tahap raw material .................................. 142 Gambar V-37. Halaman penginputan batasan pada form pemeriksaan primary surface preparation dan shop primer application............................................................................... 143 Gambar V-38. Halaman block stage (kiri) dan input detail blok/area (kanan) ...................... 144 Gambar V-39. Halaman list data tahap block stage ............................................................... 145 Gambar V-40. Penginputan pada tahap proses inspeksi steel work preparation 1 (kiri) dan secondary surface preparation (kanan).................................................................................. 146 Gambar V-41. Halaman tahapan after erection...................................................................... 147 Gambar V-42. Halaman input data blok/area baru yang akan diinspeksi .............................. 147 xi
Gambar V-43. Penginputan proses inspeksi pada blok yang telah diinspeksi sebelumnya ... 148 Gambar V-44. Penginputan batasan inspeksi pada proses steel work preparation 2 ............ 149 Gambar V-45. Penginputan batasan inspeksi pada proses Secondary surface preparation dan 1st coat application ................................................................................................................. 149 Gambar V-46. Penginputan batasan inspeksi pada proses 1st coat dan 1st stripe coat application .............................................................................................................................. 150 Gambar V-47. Penginputan batasan inspeksi pada proses 1st stripe coat dan 2nd stripe coat application .............................................................................................................................. 150 Gambar V-48. Penginputan batasan inspeksi pada proses 2nd stripe coat dan 2nd coat application .............................................................................................................................. 151 Gambar V-49. Penginputan batasan inspeksi pada proses pull-off adhesion test .................. 151 Gambar V-50. Halaman inspeksi final (kiri) dan hasil inputan batasan inspeksi oleh administrator (kanan) ............................................................................................................. 152 Gambar V-51. Menu report (a) dan hasil report inspeksi (b) ................................................ 153 Gambar V-52. Laporan hasil pemeriksaan ............................................................................. 154 Gambar V-53. Halaman awal aplikasi .................................................................................... 155 Gambar V-54. Halaman sign up user ..................................................................................... 156 Gambar V-55. Menu pilih project .......................................................................................... 157 Gambar V-56. Halaman menu utama project ......................................................................... 158 Gambar V-57. List dokumen yang telah diinput .................................................................... 159 Gambar V-58. Halaman raw material (kiri) dan list data komponen (kanan) ....................... 160 Gambar V-59. Pengisian form pemeriksaan proses primary surface preparation ................ 161 Gambar V-60. List panduan dan standard pada fitur help ...................................................... 162 Gambar V-61. Halaman block stage (kiri) dan list data blok/area (kanan) ............................ 163 Gambar V-62. Pengisian form pemeriksaan proses steel work preparation 1 ....................... 164 Gambar V-63. Pengisian form pemeriksaan proses secondary surface preparation dan shop primer ..................................................................................................................................... 164 Gambar V-64. Halaman after erection (kiri) dan list data blok/area pada tahap after erection (kanan) .................................................................................................................................... 165 Gambar V-65. Pengisian form pemeriksaan pada proses steel work preparation 2 .............. 166 Gambar V-66. Pengisian form pemeriksaan pada proses secondary surface preparation dan 1st coat application ................................................................................................................. 167 Gambar V-67. Pengisian form pemeriksaan pada proses 1st coat dan 1st stripe coat application ................................................................................................................................................ 168 Gambar V-68. Pengisian form pemeriksaan pada proses 1st stripe coat dan 2nd stripe coat application .............................................................................................................................. 169 Gambar V-69. Pengisian form pemeriksaan pada proses 2nd stripe coat dan 2nd coat application dan pull-off adhesion test .................................................................................... 170 Gambar V-70. Halaman inspeksi final (kiri) dan pengisian form pemeriksaan proses inspeksi final (kanan)............................................................................................................................ 171 Gambar V-71. Proses penginputan dokumentasi inspeksi untuk inspeksi final ..................... 172 Gambar V-72. Hasil input file dokumentasi pada form pemeriksaan .................................... 173 Gambar V-73. Menu Report ................................................................................................... 174 Gambar V-74. Hasil laporan pemeriksaan ............................................................................. 175 Gambar V-75. Fitur search untuk pencarian hasil laporan pemeriksaan ................................ 176 Gambar V-76. Penginputan dokumentasi pemeriksaan sebagai sarana uji ketepatan hasil ... 177 Gambar V-77. Hasil dokumentasi yang telah diinput ............................................................ 178
xii
DAFTAR TABEL
Tabel II-1. Pekerjaan inspeksi pengecatan kapal bangunan baru ............................................. 21 Tabel II-2. Item yang termasuk dalam report inspeksi ............................................................ 22 Tabel IV-1. Bagian-bagian kapal yang dilakukan pengecatan untuk proyek pembangunan kapal baru ................................................................................................................................. 54 Tabel IV-2. Prosedur pengecatan dan pemeriksaan pada bagian shell..................................... 56 Tabel IV-3. Prosedur pengecatan tangki pada bagian yang tidak termasuk area IMO PSPC .. 60 Tabel IV-4. Prosedur pemeriksaan pada bagian exposed deck dan superstructure ................. 64 Tabel IV-5. Prosedur pemeriksaan pada bagian superstructure (internal side) dan machinery space ......................................................................................................................................... 67 Tabel IV-6. Prosedur pemeriksaan untuk bagian outfitting, equipment, dan piping ................ 71 Tabel IV-7. Prosedur inspeksi area IMO PSPC ....................................................................... 74 Tabel V-1. Kewenangan fungsi entity administrator secara umum ......................................... 98 Tabel V-2. Detail kewenangan entity administrator ................................................................ 99 Tabel V-3. Kewenangan entity user secara umum ................................................................. 103 Tabel V-4. Detail kewenangan entity user ............................................................................. 104 Tabel VI-1. Analisis aplikasi dari aspek ekonomis ................................................................ 179 Tabel VI-2. Analisis aplikasi dari aspek operasional ............................................................. 180 Tabel VI-3. Perbandingan efektifitas sistem .......................................................................... 180 Tabel VI-4. Perbandingan Sistem........................................................................................... 181 Tabel VI-5. Hasil kuisoner pengujian aplikasi ....................................................................... 184
xiii
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perkembangan teknologi di dunia ini mengalami suatu perombakan dari
generasi ke generasi yang diakibatkan oleh pemikiran manusia yang menginginkan kesempurnaan dan kepraktisan. Fungsi teknologi di era globalisasi seperti sekarang ini diharapkan dapat membantu pekerjaan manusia. Para ilmuan berusaha agar kedepannya teknologi tersebut mempunyai kemampuan besar dalam menjalankan tugasnya sebagai mesin pembantu manusia dalam menyelesaikan tugasnya secara spesifik. Dalam proses pembangunan kapal baru tidak terkecuali reparasi kapal terdapat pekerjaan coating di dalamnya. Coating merupakan tahapan yang harus dilalui pada proses pembangunan kapal. Tahapan ini harus dilakukan dengan benar karena penerapan coating yang salah berpengaruh pada umur cat dan biaya operasional kapal tersebut. Pekerjaan reparasi (repair work) sering terjadi pada setiap instalasi coating baru, hal tersebut dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Salah satu penyebabnya adalah surface preparation yang tidak sesuai. Surface preparation yang salah berperan setidaknya 60-80% sebagai penyebab premature coating failure. Jika ditemukan indikasi kesalahan (failure), harus dilakukan reparasi sesuai dengan jenis kerusakan yang terjadi. Pekerjaan reparasi memiliki kerugian dari segi biaya dan waktu. Untuk menghindari kegagalan akibat surface preparation yang salah dibutuhkan pengetahuan literatur mengenai standart-standart yang harus dilakukan. Aspek pengalaman juga berperan penting dalam hal ini, oleh karena itu seorang inspector harus memiliki pengetahuan literatur yang baik diimbangi dengan pengalaman yang banyak pula. Hal tersebut yang menjadi permasalahan junior coating inspector. Tugas dari coating inspector belum selesai hingga dokumentasi proyek dan laporan (report) dikirimkan ke pihak owner dan direview oleh klas. Dokumentasi harus dikirim sesegera mungkin. Report yang dibuat harus akurat dan mudah untuk dimengerti. Peforma dan dokumentasi dari test yang dibutuhkan dan segala jenis aktivitas pekerjaan harus diselesaikan sepenuhnya. Dokumentasi berisikan tentang laporan dengan menggunakan form standard, catatan inspeksi atau notebook untuk mencatat semua aktivitas inspeksi, routine reports, catatan 1
penting dari meeting progress mingguan, dan report lain yang dibutuhkan client. Dalam prosesnya, dokumentasi membutuhkan waktu yang relatif lama untuk penyelesaiannya karena berkas yang dibutuhkan tidak sedikit selain itu proses dokumentasi dan pelaporan dilakukan secara manual sehingga ada resiko terjadinya kehilangan laporan yang akan menghambat produktifitas dari proses pembangunan kapal tersebut. Hal ini jelas menimbulkan kesulitan bagi seorang coating inspector khususnya junior inspector. Dalam tugas akhir ini, penulis akan merancang aplikasi berbasis android yang dapat digunakan untuk memberikan panduan pekerjaan inspeksi yang harus dilakukan meliputi surface preparation, mixing dan thinning, dan proses inspeksi lainnya sehingga diharapkan seorang coating inspector dapat bekerja sesuai standard dan menghindari adanya repair work akibat proses aplikasi yang salah. Dengan aplikasi ini seorang coating inspector dapat lebih mudah dalam melakukan penyusunan laporan karena di dalam aplikasi ini terdapat form standard yang dapat disisipi dengan keterangan atau gambar disertai standardnya sesuai inspeksi yang telah dilakukan dan dapat dikirimkan langsung melalui koneksi internet pada pihak owner, shipyard, klas dan pihak terkait lainnya. I.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, beberapa permasalahan yang akan
diselesaikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru dilakukan? b. Bagaimana cara mengembangkan aplikasi berbasis android sebagai sarana pemeriksaan dan record hasil inspeksi coating inspector? c. Apakah aplikasi pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru yang dirancang dapat diimplementasikan dan membantu meningkatkan efektifitas pekerjaan inspeksi dan pelaporan hasil inspeksi oleh coating inspector? I.3.
Batasan Masalah Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini antara lain: 1. Perusahaan yang diteliti adalah PT. Lamongan Marine Industry. 2. Kapal yang dijadikan objek penelitian adalah kapal bangunan baru berbahan dasar baja.
2
I.4.
Tujuan Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Melakukan observasi terhadap pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru. 2. Merancang aplikasi berbasis android sebagai panduan dan sarana record hasil inspeksi pengecatan kapal bangunan baru. 3. Melakukan uji coba aplikasi sistem pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru yang dirancang dapat diimplementasikan dalam bentuk aplikasi berbasis android dan dapat dilakukan evaluasi pada aplikasi yang dirancang.
I.5.
Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah: a. Bagi Praktisi Manfaat dari penulisan tugas akhir ini bagi praktisi di lapangan adalah dapat membantu pekerjaan inspeksi dan dokumentasi oleh coating inspector menjadi lebih efektif dan praktis. b. Bagi Akademisi Manfaat dari penulisan tugas akhir ini bagi akademisi adalah membantu para akademisi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai proses pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru khususnya untuk kapal yang berbahan dasar baja.
I.6.
Hipotesis Aplikasi berbasis android untuk pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru mampu
menjadi sarana yang membantu coating inspector sehingga dapat bekerja secara efektif dalam hal pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan serta hasil dari aplikasi coating yang dilakukan sesuai dengan standard dan spesifikasi yang ditentukan. I.7.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan yang disusun untuk pengerjaan Tugas Akhir perancangan
aplikasi berbasis android ini antara lain sebagai berikut: BAB 1. PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian secara umum dan singkat dari Tugas Akhir yang disusun meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penulisan, hipotesis dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir.
3
BAB II. STUDI LITERATUR Bab ini berisi penjelasan tentang berbagai referensi dan teori yang terkait dengan judul penelitian, meliputi pengertian aplikasi android, pemahaman tentang pengecatan pada proyek kapal bangunan baru, pemahaman tentang pemeriksaan pada proses pengecatan kapal bangunan baru, dan pemahaman tentang Coating Inspector serta peran dan tugasnya. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai mekanisme alur dalam melakukan penelitian secara sistematis. BAB IV. SISTEM PEMERIKSAAN PENGECATAN KAPAL BANGUNAN BARU Bab ini berisi penjelasan seputar alur dan proses pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru yang dilakukan saat ini. BAB
V.
PERANCANGAN
APLIKASI
ANDROID
UNTUK
PEMERIKSAAN
PENGECATAN KAPAL BANGUNAN BARU Bab ini berisikan tentang proses perancangan system aplikasi dan juga ditampilkan gambaran aplikasi yang dirancang beserta penjelasannya. BAB VI. UJI COBA APLIKASI DAN ANALISA APLIKASI Pada bab ini dilakukan simulasi operasional aplikasi (perangkat lunak) oleh pengguna (user) dan admin. Dalam bab ini juga menjelaskan bagaimana perbandingan sistem aplikasi berbasis android yang dirancangan dengan sistem yang ada saat ini. BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN Pada tahap ini ditarik kesimpulan terhadap hasil penelitian yaitu tingkat keberhasilan program aplikasi android yang dirancang dapat membantu pekerjaan pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru oleh coating inspector dan pihak terkait lainnya.
4
STUDI LITERATUR
II.1.
Pengertian Umum Cat Secara umum cat atau coating yang sering digunakan diatas kapal terdiri dari beberapa
jenis cat antara lain alkyd, silicon, epoxy, polyurethane dimana masing masing cat mempunyai kandungan aditive yang berbeda, aplikasi yang berbeda dan juga jenis thinner yang dianjurkan juga berbeda. Agar pemakaian coating lebih maksimal hendaknya rujukan dari pabrikan dipelejari terlebih dahulu sehingga kesalahan pemakaian dapat dihindari. Sebelum menginjak pembahasan mengenai jenis-jenis cat, berikut bahan-bahan yang umum digunakan untuk memproduksi cat: a. Binder atau resin, merupakan bahan utama dari coating, binder berfungsi sebagai perekat lapisan/film cat pada media seperti kayu, besi, beton / concrete. b. Filler/pigment, bahan pembentuk lapisan cat & sebagai pembentuk warna. Material ini berupa bubuk halus dan mempunyai beberapa fungsi: Membentuk keindahan penampakan cat, menghasilkan daya tutup cat terhadap bahan. Memberikan penambahan proteksi terhadap bahan yang dicat seperti anti korosi, panas, cuaca dll. Meningkatkan sifat kekerasan dari lapisan coating terhadap goresan / abrasic. c. Additive, bahan yang paling jarang terdapat pada produk cat. Namun komponen cat ini memiliki fungsi amat vital. Additive biasanya bertanggung jawab pada kualitas tampilan hasil pengecatan. Tingkat glossy hingga kehalusan permukaan lapisan cat sangat dipengaruhi oleh additive yang digunakan. d. Solvent, berfungsi sebagai pelarut dari bahan bahan cat tersebut diatas dan juga sebagai pengencer sebelum pengecatan, mengatur kadar kekentalan cat serta mempengaruhi waktu pengeringan.
5
Dari komponen bahan cat tersebut diatas secara umum jenis jenis cat dapat digolongkan berdasarkan: 1. Berdasarkan pelarutnya a. Cat minyak/oil base, menggunakan minyak sebagai bahan pelarut. b. Cat thinner/solvent base, menggunakan thinner sebagai bahan pelarut utama. c. Cat air/water, menggunakan air sebagai pelarut. 2. Berdasarkan binder/resin a. Alkyd, menggunakan resin alkyd sebagai binder. Kurang tahan terhadap cuaca, abrasi namun mempunyai penampilan warna baik. Biasa digunakan pada interior di akomodasi/ruangan kapal. b. Polyurethane, menggunakan resin polyurethane sebagai binder. Tahan cuaca, abrasi & daya tahan warna lebih baik dari epoxy. Digunakan di luar akomodasi, main deck, pipa pipa di dek. c. Epoxy, menggunakan resin epoxy sebagai binder. Tahan cuaca, abrasi dan biasa digunakan untuk pengecatan dalam tangki, palka, gudang/store. d. Silicon, menggunakan resin silicon sebagai binder, mempunyai sifat elastis & tahan panas. Cocok digunakan untuk bahan bahan yang cenderung panas seperti pipa steam / uap, bagian bagian boiler, cerbong. Beberapa jenis cat berbahan dasar silicon bisa tahan panas lebih dari 500 derajat C. e. Nitrocellulose / NC, menggunakan resin nitrocellulose sebagai binder. Banyak digunakan untuk cat kayu. f. Melamin, menggunakan resin melamin sebagai binder dan banyak diaplikasikan untuk kayu. 3.
Berdasarkan filler a. Cat zinc chromate, menggunakan filler zinc chromate sebagai bahan utama. b. Cat anorganik, menggunakan pigmen anorganic. c. Cat organik, menggunakan pigmen organic.
II.2.
Pengecatan Kapal Bangunan Baru Pengecatan kapal bangunan baru dimulai dari material datang hingga kapal selesai
dilakukan erection. Pengecatan kapal ini berguna untuk melindungi kulit kapal dari proses pengkaratan dan juga binatang laut, karena hampir semua material penyusun kapal adalah logam (pelat baja). Mengingat daerah kerja kapal adalah di laut maka sifat logam (pelat baja) reaktif terhadap korosi. Sebelum melakukan pengerjaan pengecatan terlebih dahulu material 6
yang akan dicat harus bersih dari kotoran-kotoran minyak maupun sisa-sisa cat dan debu. Proses persiapan dan pengecatan harus dilakukan dengan urut agar hasil yang didapatkan sesuai dengan standrad. Berikut Gambar II-1 dan Gambar II-2 ditunjukkan urutan proses pengecatan kapal bangunan baru untuk bagian struktur lambung (hull structure member) dan outfitting:
RAW MATERIAL
1ST SURFACE PREPARATION
SHOP PRIMER
FABRIKASI & ASSEMBLY
2ND SURFACE PREPARATION
1ST COAT (CAT ANTIKOROSI)
2ND COAT, 3RD COAT,..,N COAT
Gambar II-1. Flowchart pengecatan kapal bangunan baru untuk bagian struktur lambung
7
MATERIAL
SURFACE PREPARATION
SURFACE TREATMENT SEBELUM APLIKASI CAT
1ST COAT (CAT ANTIKOROSI)
2ND COAT, 3RD COAT,....,N COAT Gambar II-2. Flowchart pengecatan kapal bangunan baru untuk bagian outfitting dan equipment
II.2.1. Surface Preparation Seperti yang dapat dilihat di flowchart di atas, urutan pengecatan kapal bangunan baru diawali dengan tahap surface preparation atau surface treatment. Surface preparation ini merupakan proses untuk menghilangkan semua kotoran dari permukaan material yang dapat mengganggu daya rekat coating atau dapat membuat coating terkelupas. Selain menghilangkan kotoran, surface preparation juga berfungsi untuk menghilangkan karat, mill scale, surface defect seperti sisa pengelasan dan permukaan yang tajam yang dapat menyebabkan coating rusak. Mill scale adalah permukaan yang berupa serpihan yang dapat ditemukan pada besi dan baja yang diproses secara hot rolled. Mill scale terbuat dari oksida besi yang berwarna hitam kebiruan dengan ketebalan sekitar 1 mm dan terikat pada permukaan baja. Jika mill scale tidak dihilangkan namun langsung dilakukan coating maka coating tidak akan dapat bertahan lama karena tidak memiliki ikatan yang kuat dengan material. Ikatan mill scale pada permukaan baja tidak kuat, dan dapat dengan mudah lepas dari permukaan sehingga coating ikut terlepas dan menyebabkan partikel air masuk ke sela-sela coating. Masuknya partikel air ke sela-sela antara
8
coating dan permukaan baja lewat mill scale akan menyebabkan terjadinya korosi seragam dibawah coating sehingga dapat menyebabkan coating terkelupas lebih lebar. Surface preparation ini dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Primary Surface Preparation Primary surface preparation berfungsi untuk menghilangkan mill scale, karat, produk korosi dan zat-zat lain yang terdapat permukaan baja sebelum dilakukannya pengecatan shop primer. 2. Secondary Surface Preparation Secondary surface preparation berfungsi untuk menghilangkan karat dan kontaminan lainnya. Surface preparation ini dilakukan apabila pada permukaan baja tersebut telah dilapisi dengan cat shop primer dan telah diproses sedemikian rupa sehingga siap untuk dilapisi dengan cat lapisan pertama (cat anti-korosi). B. Jenis-Jenis Surface Preparation 1. Solvent cleaning Proses pembersihan dengan menggunankan solvent untuk menghilangkan minyak, grease, dan kontaminan yang lainnya. Proses ini lebih baik digunakan sebagai langkah pembersihan awal dari total surface preparation procedure sebelum dilakukannya proses blasting. Pembersihan dengan solvent memungkinkan kontaminan yang terdapat di permukaan baja tereduksi. Pembersihan dengan solvent tidak dapat membersihkan kontaminan secara menyeluruh. 2. Abrasive Blasting Abrasive blasting adalah proses penyemprotan abrasive material biasanya berupa pasir silika atau steel grit dengan tekanan tinggi pada suatu permukaan dengan tujuan untuk menghilangkan material kontaminasi seperti karat, cat, garam, oli dll. Selain itu juga bertujuan untuk membuat profile (kekasaran) pada permukaan metal agar dapat tercapai tingkat perekatan yang baik antara permukaan metal dengan bahan pelindung misalnya cat. Tingkat kekasarannya dapat disesuaikan dengan ukuran pasirnya serta tekanannya. Perlu diketahui berhasil atau gagalnya suatu pengecatan sangat tergantung pada tingkat kebersihan dan tingkat perekatan antara cat dan permukaan serta tingkat kepadatan dan perataan dari cat itu sendiri. blasting merupakan proses yang diadaptasi dari teknologi yang biasa digunakan oleh 9
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang oil & gas, industri, ataupun fabrikasi guna membersihkan atau mengupas lapisan yang menutupi sebuah obyek yang biasanya berbahan dasar metal/besi dengan bantuan butiran pasir khusus yang ditembakkan langsung dari sebuah kompresor bertekanan tinggi ke obyek. Blasting terbagi atas 2 jenis, yaitu: a. Dry blasting Dry blasting biasa diaplikasikan ke benda-benda berbahan metal/besi yang tidak beresiko terbakar, seperti tiang-tiang pancang, bodi dan rangka mobil, bodi kapal laut, dan lain-lain. Pada Gambar II-3 ditunjukkan contoh pengaplikasian metode ini.
Gambar II-3. Dry abrasive blasting (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
b. Water blasting Wet blasting diaplikasikan ke benda-benda berbahan metal/besi yang beresiko terbakar atau terletak di daerah yang beresiko terjadi kebakaran, seperti tangki bahan bakar, kilang minyak (offshore), ataupun pom bensin, dimana pasir silica yang digunakan dicampur dengan bahan kimia khusus anti karat yang berguna untuk meminimalisir percikan api saat proses sandblasting terjadi. Terdapat 3 jenis cara water blasting yaitu slurry blast dengan campuran grit atau air, sand injected water blast, dan grit blasting dengan penutup kain (NACE, 2011).
10
3. Water Jetting Metode ini sangat ideal untuk membersihkan permukaan internal dan ekternal karena operator umumnya dapat memberikan aliran air ke tempat-tempat yang sulit dijangkau dengan menggunakan metode lain. Manfaat lain dari waterjetting adalah kemampuan untuk memanfaatkan kembali air, mengurangi limbah dan mengurangi pencemaran lingkungan. Pada Gambar II-4 ditunjukkan pengaplikasian surface preparation dengan waterjetting.
Gambar II-4. Waterjetting (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
Terdapat 4 kategori atau jenis dari waterjetting antara lain: a. Low-pressure water cleaning: tekanan dibawah 5.000 psi (34 MPa) b. High-pressure water cleaning: tekanan antara 5.000-10.000 psi (34-70 MPa) c. High –pressure waterjetting: tekanan 10.000-30.000 psi (70-210 MPa) d. Ultrahigh-pressure waterjetting: tekanan diatas 30.000 psi (210 MPa) 4. Hand Tool Cleaning Hand tool cleaning merupakan metode untuk mempersiapkan permukaan material dengan menggunakan hand tool tanpa mesin. Hand tool cleaning dapat menghilangkan mill scale, karat, cat dan kontaminan lainnya. Sisa-sisa mill scale, karat dan coating tidak dapat secara menyeluruh dihilangkan dengan metode ini. Alat-alat yang digunakan pada metode ini adalah sikat baja, scraper, pisau, chipping hammer, dan chissels. Pada Gambar II-5 ditunjukkan contoh alat-alat metode hand tool cleaning.
11
Gambar II-5. Alat yang digunakan untuk hand tool cleaning (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
5. Power Tool Cleaning Power tool cleaning adalah metode yang lebih cepat dibandingkan dengan manual cleaning namun tetap membutuhkan tenaga kerja dan cukup mahal biayanya. Tool yang umum digunakan adalah Needle gun yaitu alat yang terdiri dari jarum-jarum baja yang berputar dan bergetar membersihkan permukaan dari kotoran-kotoran. Alat ini cocok untuk digunakan membersihkan logam disekitar baut. Kelemahan dari needle gun adalah menyebabkan efek seperti terbakar pada permukaan. Alat lain yang dapat digunakan untuk surface preparation adalah gerinda, linisher, rotary wire brush, dan sanders. Pada Gambar II-6 ditunjukkan salah satu alat power tool cleaning yaitu rotary wire brush.
Gambar II-6. Rotary wire brush merupakan salah satu alat power tool cleaning (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
12
II.2.2. Pengecatan Kapal Setelah proses surface preparation selesai dilakukan, tahapan selanjutnya adalah painting preparation. Tahapan persiapan yang dilakukan antara lain: a. Persiapan peralatan painting dan perlengkapan painter. Peralatan yang digunakan sama dengan pross blasting hanya saja sand pot yang merupakan tempat abrasive material diganti dengan paint pot sebagai tempat cat. Pada paint pot terdapat mixer yang berfungsi untuk menjaga agar cat tidak menggumpal. Alat yang digunakan untuk menyemprotkan cat ke permukaan material disebut dengan spray gun. b. Mixing adalah porses penyampuran cat dengan curing agent. Curing adalah cairan yang bersifat perekat namun memiliki fungsi sebagai pengencer. Jika hasil campurannya kurang sesuai dapat ditambahkan thinner. Setelah preparation selesai maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah pengaplikasian cat pada material. Berikut pada gambar II-7 ditunjukkan pembagian area kapal khususnya bagian kulit lambung luar (outer shell) yang akan dicat pada pembangunan kapal bangunan baru. Dan Gambar II-8 yang menunjukkan gambaran umum bagian kapal yang akan dicat pada pembangunan kapal.
Gambar II-7. Pembagian area lambung bagian luar dalam pengecatan kapal Sumber: (http://www.international-paint-inspectors.com/)
13
Stack/ Chimney Superstructure
Deck
Top Side Bootop Side Bottom Fresh Water Tank Water Ballast Tank Gambar II-8. Gambaran umum bagian kapal yang dilakukan pengecatan
Metode yang digunakan sesuai dengan spesifikasi kontrak yang disetujui. Metode pengecatan kapal dapat dilakukan dengan airless spray, roller, brush, dan conventional air spray. Adapun jenis dan ragam cat yang umumnya digunakan pada proyek pembangunan kapal, adalah sebagai berikut: a. Shop primer Merupakan cat kapal primer atau cat dasar dengan basis resin dan pigment yang dapat mencegah besi/steel supaya tidak timbul karat. Shop primer dipakai pada permukaan plat steel sebelum proses pemotongan dan pengelasan, sehingga pada saat pengelasan tidak timbul porosity. Cat shop primer ini merupakan cat kapal yang dipergunakan untuk bagian semua structure kapal. Umumnya berwarna grey.
14
b. Primer Coat (Anti Corrosion Coat) Merupakan cat kapal yang peruntukannya sebagai cat primer dengan basis resin yang dapat mencegah resapan air laut masuk menembus bidang besi/ kayu. Cat anti corrosion (AC) ini merupakan cat kapal yang dipergunakan untuk bagian bawah lambung kapal atau disebut sebagai under water atau bootom. Setelah di cat menggunakan cat anti corrosion (AC) selanjutnya gunakan cat Intermediate. Cat kapal anti corrosion (AC) ini umumya tersedia warna Red Oxide dan Grey. Basis resin yang dipergunakan adalah Acrylic, Rubber, Epoxy dan Alkyd. c. Intermediate Coat ( IC) Intermediate coat merupakan cat lapis penebal agar kedap air atau untuk menciptakan ketebalan tertentu harus dapat melekat dengan baik pada lapisan primer dan dapat menerima lapisan finish coat. Cat kapal Intermediate Coat (cat antara) ini mempunyai basis pigment yang dapat melindungi lambung kapal dari resapan air laut, disamping fungsinya sebagai penebal cat, di kombinasi dengan resin yang baik. Basis resin yang dipakai ada beberapa pilihan diantaranya rubber resin, alkyd resin dan epoxy resin. Dianjurkan menggunakan rubber resin karena dapat menahan resapan air laut lebih baik dalam waktu yang cukup lama. Umumnya corak warna grey, black dan green. d. Finish Coat (Anti Fouling) Merupakan salah satu cat kapal atau cat lapis akhir sebagai pelindung paling luar menonjolkan warna sebagai estetika atau signal harus dapat melekat dengan baik terhadap lapisan intermediate dan beberapa lapis finish coat diatasnya yang setara atau sejenis. Cat anti fouling ini mengandung resin dan pigment yang dapat menolak lumut dan tiram atau binatang laut lainnya. sehingga lambung bagian bawah kapal menjadi bersih dari kontaminasi binatang laut dan lumut. Basis resin yang dipergunakan adalah Acrylic, Rubber, Epoxy dan Alkyd. Pada umumnya cat anti fouling ini berwarna Red atau Brown. e. Cat Khusus
Holding Primer Cat yang dipergunakan untuk memperpanjang proteksi sementara pada penggunaan shop primer hingga pengecatan dengan system penuh dapat dilaksanakan sewaktu-waktu tanpa harus mengupas cat lama atau disebut jenis cat 15
dasar yang dipergunakan di lokasi kerja apabila blasting dilakukan berulangulang.
Tie Coat Jenis cat yang diaplikasikan untuk menjembatani apabila menggunakan cat yang berbeda jenis.
Caler Coat Jenis cat yang dipergunakan untuk mengisolasikan/menutupi permukaan yang tidak rata missal permukaan dengan kondisi pitting merata, permukaan berporipori, menjembatani cat lama/baru terhadap cat anti fouling.
Setiap bagian kapal yang akan dicat memiliki karakteristik masing-masing, sehingga coating system yang digunakan berbeda-beda sesuai posisinya. Berikut merupakan contoh coating system yang digunakan pada beberapa bagian kapal: a. Bottom Bagian kapal yang berada pada bagian yang terendam air laut secara terus menerus, sehingga perlu penanganan dan perhatian secara khusus dan serius. Pada bagian ini perlu dicat secara 3 lapisan diantaranya:
Primer bottom/anti korosi/cat AC
Cat Intermediate
Cat anti fouling.
b. Boottop Cat bootoping coat ini mempunyai basis pigment yang tahan terhadap cuaca (anti weahtering) dan tahan terhadap air laut (salt water resistant) di kombinasi dengan resin yang khusus. Basis resin yang dipakai ada beberapa pilihan diantaranya rubber resin, alkyd resin, epoxy resin dan polyamide resin. Dianjurkan menggunakan polyamide resin (dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama) dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun. Umumnya cat bootoping mempunyai pilihan warna sesuai permintaan customer dan coating system yang dipergunakan adalah:
16
Primer bottom/cat anti korosi/cat AC
Cat Intermediate
Cat bootoping
c. Top Side Cat top side coat ini mempunyai basis pigment yang tahan terhadap cuaca (anti weahtering) di kombinasi dengan resin yang istimewa. Basis resin yang dipakai ada beberapa pilihan diantaranya rubber resin, alkyd resin, epoxy resin dan polyamide resin. Dianjurkan menggunakan polyamide resin (dapat bertahan dalam waktu yang lama). Fungsi yang lain dari pada Top Side adalah Decorative. Umumnya customer dapat memilih warna sesuai permintaan RAL sesuai permintaan customer. Coating system yang dipergunakan adalah:
Primer marine
Top side coating
d. Deck Side atau Deck Paint Cat bagian deck ini mempunyai basis resin yang dapat menahan goresen kapal dari pijakan atau benda lain. Di kombinasi dengan resin yang mempunyai ketahanan cuaca (anti weathering). Basis resin yang dipakai ada beberapa pilihan diantaranya rubber resin, alkyd resin dan epoxy resin. Dianjurkan menggunakan epoxy resin (dapat menahan korosi lebih baik dalam waktu yang lama). Umumnya cat deck adalah berwarna green. Coating system yang dipergunakan adalah:
Primer marine
Deck coating/deck paint/cat lantai kapal
e. Anchor Paint atau Bituminous Paint Cat yang digunakan ini mempunyai basis resin yang dapat menahan korosi. Di kombinasi dengan resin yang mempunyai ketahanan cuaca (anti weathering) dan resapan air laut. Basis resin yang dipakai ada beberapa pilihan diantaranya rubber resin dan alkyd resin. Dianjurkan menggunakan alkyd resin. Cat Bituminous paint ini berwarna black. Coating system yang dipergunakan adalah:
Primer marine
Bituminous paint
II.2.3. Metode Pengecatan Dalam pembangunan kapal, pengecatan biasanya dilakukan dengan metode brushing, rolling atau spraying (Berendsen, 1989). Berikut akan dijelaskan metode pengecatan yang umumnya digunakan dalam proyek pengecatan kapal.
17
1. Brushing Pengecatan dengan menggunakan metode brushing ini membutuhkan banyak tenaga manusia, boros waktu, dan mahal. Lapisan cat yang dihasilkan dengan metode ini dapat bervariasi dalam hal ketebalan, tergantung dengan aplikator cat tersebut dan akses pada lokasi yang dicat tersebut. Untuk alasan ekonomis, metode yang lebih praktis lebih dipilih. Namun metode ini tetap tidak dapat tergantikan karena untuk pengecatan permukaan yang kecil (spot repair) atau bagian yang tidak dapat terakses dengan metode spray dapat dilakukan dengan metode brush ini. Selain itu, metode brush ini juga digunakan untuk stripe painting pada bagian yang sulit untuk diproteksi, seperti shrap edges, angular parts, dan sambungan las (Berendsen, 1989). Pada Gambar II-9 ditunjukkan hasil stripe paint bagian sambungan las dengan brush.
Gambar II-9. Hasil stripe paint dengan brush (sumber: ABS Guidance Notes on the Inspection, Maintenance and Application of Marine Coating System)
2. Rolling Metode pengecatan dengan roller merupakan cara yang tepat untuk melakukan pengecatan pada bagian permukaan datar yang luas (Berendsen, 1989). Pengecatan dengan menggunakan roller hampir 5 kali lebih cepat dibanding dengan penggunan metode brush. Namun tetap saja untuk penambahan painting pada bagian corner, edge, sambungan las hanya dapat dilakukan dengan menggunakan brush. Roller normal tidak dapat digunakan untuk melakukan pengecatan permukaan yang kecil atau objek seperti gading dan profil. Untuk hal tersebut, dapat digunakan roller khusus yang didesain untuk melakukan pengecatan pada bagian tersebut. Material pada roller harus tahan dengan solvent dan thinner pada cat. Cat yang mengandung solvent yang kuat tidak dapat diaplikasikan menggunakan foam plastic roller. Pada Gambar II-10 ditunjukkan ilustrasi pengecatan dengan menggunakan roller. 18
Gambar II-10. Pengecatan dengan menggunakan roller
(sumber: http://www.ilocis.org/) 3. Conventional Spray Pada metode conventional spray, cat ditekan dalam tabung dari spray gun yang diberi tekanan. Saat cat keluar dari nozzle alat spray gun, cat tercampur dengan udara dan tekanan sebesar 0,2-0,4 MPa (2-4 bar). Pengecatan dengan air spraying ini lebih cepat dibandingkan dengan brushing dan rolling. Keuntungan lain yang didapat dari penggunaan metode ini adalah lapisan cat memiliki ketebalan yang sama. Namun di lain sisi, penggunaan metode ini lebih boros dalam penggunaan cat dibandingkan dengan brush dan rolling. Pada Gambar II-11 ditunjukkan alat spray gun yang umumnya digunakan dalam pengecatan.
Gambar II-11. Conventional Spray (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
19
4. Airless spray Sejauh ini metode ini merupakan metode yang penting dan efisien dalam pengecatan kapal, yang dapat mengeluarkan cat dengan cepat dan dapat mengecat bagian yang luas. Dibandingkan dengan metode conventional spray, overspray dan pantulan balik cat yang disemprotkan lebih tereduksi. Pada gambar Gambar II-12 ditunjukkan pengaplikasian airless spray pada bagian topside kapal.
Gambar II-12. Pengecatan dengan metode airless spray (sumber: ABS Guidance Notes on the Inspection, Maintenance and Application of Marine Coating System)
II.2.4. Inspeksi Pengecatan Kapal Bangunan Baru Selain pekerjaan pengecatan kapal harus dilakukan dengan urut, dibutuhkan inspeksi pada setiap proses pengecatan tersebut agar kapal yang dibangun dapat memenuhi standard dan performa yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi kontrak. Coating inspector yang telah dipilih harus melakukan inspeksi dan record hasil pemeriksaan yang telah dilakukan disetiap tahapan dan memverifikasi hasil cat sesuai dengan peraturan. Setiap defisiensi atau ketidaksesuaian yang ditemukan pada proses surface preparation dan pengecatan kapal harus dilaporkan dan diperbaiki sebelum melanjutkan ke tahapan berikutnya. Berikut pada Tabel II-1 ditunjukkan pekerjaan inspeksi pada pengecatan kapal bangunan baru sesuai dengan standard ASTM D 3276-00 dan Tabel II-2 ditunjukkan item yang termasuk pada report inspeksi sesuai dengan standard ASTM F 941-99.
20
Tabel II-1. Pekerjaan inspeksi pengecatan kapal bangunan baru
No Nama Proses 1 Steel Surface Preparation (Pre-Surface Preparation)
2
Surface Preparation (Blasting dan Power Tool)
3
Painting
Item Pemeriksaan Acceptance Criteria Inspeksi Visual: Sesuai dengan Preparation Grade (P1/P2/P3) yang tertera Shrap edges pada spesifikasi. Miss weld ISO 8501-3:2007 Weld defect Imperfect steel surface Kondisi Lingkungan: Relative humidity = 85% Cek relative Temperatur permukaan harus humidity 30 lebih tinggi dari temperatur dew point Cek dew point Cek temperatur permukaan material Kontaminan Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain. Cleanliness grade Sesuai dengan spesifikasi yang disetujui (Sa 1, Sa 2, Sa 2 ½, Sa 3, St 3, dsb) ISO 8501-1-1:1988 Surface Profile 25-100 µm (approx. 15-20% (Roughness) total coating system thickness) Cek Dust level Sesuai dengan spesifikasi yang disetujui (Dust Quantity rating 1, 2, 3, 4, 5) ISO 8502-3:1992 Cek Soluble Salt <50mg/m2 ISO 8502-9:1999 Inspeksi Visual Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Dry Film thickness Sesuai dengan spesifikasi. (DFT) Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan spesifikasi Curing Time Tiap Coating Holiday detection No Holiday
21
Tabel II-2. Item yang termasuk dalam report inspeksi
No
Kategori 1 Contract
2 Project 3 Ship Area 4 Surface preparation
Item Vessel name Vessel owner Vessel type New Shipbuilding/Repair Location name under inspected Frame number (jika dibutuhkan) Surface preparation standard that will be used for particular ship area Surface preparation method for repair of small area of coating damage
5 Coating
6 Sequence of work 7 Approval
Abrasive type Abrasive size Salt content Surface profile Specific requirement for repair surface imperfection Cleaning between coats method Specification (Manufactur name, specification number, required color, required dry film thickness per coat) Specification, Touch Up Coat for Repair (Manufactur name, specification number, required color, required dry film thickness per coat) Minimum/maximum temperature Recoat time Wet/Dry film thickness Informasi tentang pekerjaan yang dilakukan Signatures from all responsible parties
II.2.5. Pengujian Merusak (Destructive Test) Pengujian merusak (destructive test) umumnya digunakan untuk mengevaluasi overcoating atau membantu menentukan coating failure. Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengujian merusak pada cat. Metode yang digunakan dalam pengujian ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu Adhesion Tape Method dan Adhesion Pull-off Method. Penjelasan mengenai 2 jenis pengujian tersebut dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini. 1. Adhesion Tape Method Pengujian dengan menggunakan metode ini dianggap subyektif, dan harus dilakukan oleh pihak yang telah terkualifikasi dan juga berpengalaman. Pemilihan metode pengujian tergantung dengan tebal cat. Metode pada pengujian ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu metode A dan metode B. 22
A. Metode A Metode A digunakan pada cat yang memiliki tebal film 5 mils atau lebih. Peralatan yang digunakan untuk pengujian metode A adalah pisau tajam dan tape khusus yang dibutuhkan untuk menarik cat. Berikut pada Gambar II-13 ditunjukkan hasil X-Cut setelah dilakukan tape test.
Gambar II-13. Hasil X-Cut setelah dilakukan tape test. (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
Kriteria tingkatan adhesion dengan menggunakan metode A sesuai dengan ASTM D3359 adalah sebagai berikut:
5A, tidak terdapat robekan
4A, terdapat sedikit robekan cat atau pengelupasan pada bagian perpotongan
3A, terdapat pengelupasan dengan ukuran sayatan sampai dengan 1,6 mm
2A, terdapat pengelupasan dengan ukuran sayatan sampai dengan 3,2 mm
1A, terdapat pengelupasan pada sebagian besar area x-cross.
0A, terdapat pengelupasan melebihi area x.
B. Metode B Pengujian dilakukan dengan menggunakan cross hatch cutter atau razor-sharp knife untuk mengiris cat hingga ke material. Pengujian ini dilakukan pada cat yang memiliki tebal film kurang dari 2 mils hingga 5 mils. Berikut pada Gambar II-14 ditunjukkan hasil cross-hatch test.
23
Gambar II-14. Hasil cross-hatch test. (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
Kriteria pengujian tape test metode B dapat dilihat pada Gambar II-15 dibawah
Gambar II-15. Kriteria pengujian tape test metode B (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
2. Adhesion Pull-off Method Pengujian menggunakan metode x-cut dan cross hatch tape seperti diatas merupakan cara pengujian untuk menghasilkan indikasi kasar dari kekuatan adhesi cat dengan material. Tetapi terdapat cara pengujian lain yang dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih presisi untuk mengukur adhesi cat. Pengujian yang dimaksud adalah adhesion pull-off test. Metode pengetesan ini dapat digunakan untuk 24
menentukan kekuatan daya rekat maksimal antara cat dan material sampai mengalami pengelupasan dan menentukan jenis kerusakan yang terjadi. Metode ini meminimalisasi tensile stress jika dibandingkan dengan pengujian merobek seperti x-cut test dan pengujian lainnya seperti yang telah dijelaskan diatas. Pengujian yang dilakukan dapat merusak cat pada material sehingga spot repair harus dilakukan setelah proses pengujian dilakukan. Berikut pada Gambar II-16 ditunjukkan peralatan yang digunakan untuk pengujian pull off test.
Gambar II-16. Peralatan pengujian pull-off test (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
Prosedur pengujian pull-off test ini dimulai dengan mempersiapkan dolly. Proses persiapan ini dimaksudkan untuk menghilangkan oksidasi dan kontaminan pada permukaan dolly dengan cara digosok menggunakan abrasive pad sebanyak 4-5 kali. Berikut pada Gambar II-17 ditunjukkan cara persiapan dolly.
Gambar II-17. Persiapan dolly (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
Setelah persiapan dolly selesai dilanjutkan untuk mempersiapkan permukaan cat yang akan diuji. Persiapan yang dilakukan adalah menghilangkan kontaminan yang terdapat pada permukaan dengan menggunakan alkohol atau aseton. Proses ini berfungsi untuk memaksimalkan daya rekat dari cat dan material. Kemudian dilanjutkan 25
dengan pemilihan adhesive dan pengaplikasian test. Cairan adhesive yang telah dipilih dioleskan pada material lalu dengan perlahan ditekan dengan dolly yang telah dipersiapkan lalu dilakukan proses pengujian pull-off test dengan memberikan tekanan hingga akhirnya dolly terlepas dari material. Berikut pada Gambar II-18 ditunjukkan hasil pengujian pull-off test.
Gambar II-18. Hasil pengujian pull-off test (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
II.3.
Jenis-Jenis Defect dan Penyebab a. Non-drying film Defect ini merupakan problem yang sering dihadapi, penyebabnya simpel yaitu tidak menambahkan cure pada base, penambahan cure yang salah atau tidak menambahkan jumlah cure yang benar pada saat mixing. Oleh karena itu seperti yang telah dijelaskan diatas, pada proses mixing hendaknya inspector juga ikut melakukan pemeriksaan. Pada Gambar II-19 ditunjukkan kondisi cat yang tidak cure secara sempurna.
Gambar II-19. Non cured epoxy paint (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
26
b. Blushing Defect ini dapat terjadi akibat cure pada kondisi temperaur rendah dengan kelembaban tinggi sehingga menyebabkan permukaan yang berminyak atau biasa disebut amine blush atau sweating. Pada Gambar II-20 ditunjukkan ilustrasi cacat blushing.
Gambar II-20. Blushing (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
c. Runs, Sags, Curtains, Wrinkles Defect ini disebabkan beberapa faktor antara lain pengaplikasian coating yang terlalu tebal, menggunakan terlalu banyak thinner atau menggunakan thinner yang salah, temperatur permukaan terlalu panas pada saat dilakukan coating dan lainlain. Pada gambar dibawah ditunjukkan ilustrasi cacat runs pada Gambar II-21 dan cacat wrinkling pada Gambar II-22.
Gambar II-21. Runs (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
27
Gambar II-22. Wrinkling (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
d. Discontinuities, Skips, Holidays, and Missed Area Defect ini terjadi akibat aplikasi coating yang buruk dan inspeksi yang salah. Pada Gambar II-23 dibawah ditunjukkan cacat akibat area yang tidak tercat dengan sempurna.
Gambar II-23. Discontinuity, Skip, Holiday or Missed Area (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
e. Chalking Defect ini disebabkan oleh terkena cahaya UV, dapat juga disebabkan oleh berbagai bentuk radiasi. Cahaya UV dan radiasi dapat merusak ikatan antar molekul pada coating film. Pada Gambar II-24 ditunjukkan gambar cacat pengecatan chalking.
28
Gambar II-24. Chalking (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
f. Cratering Disebabkan karena adanya udara yang terjebak pada cat. Udara yang berbentuk gelembung pecah sehingga membentuk crater. Pada Gambar II-25 ditunjukkan ilustrasi cacat cratering pada cat.
Gambar II-25. Crater (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
g. Air Voids Umumnya cacat ini tidak terlihat namun dapat menyebabkan failure kedepannya pada coating film. Defect ini disebabkan karena adanya udara yang terperangkap pada saat coating dilakukan mixing. Umumnya dikarenakan mixing dilakukan secara cepat sehingga menciptakan gelembung udara pada carian coating. Pada Gambar II-26 ditunjukkan ilustrasi cacat air voids pada cat.
29
Gambar II-26. Air Voids (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
h. Pinholing Pinholes merupakan lubang kecil yang ditemukan pada coating, umumnya disebabkan pengecatan pada inorganic zinc coating (IOZ) atau sprayed metal coatings. Udara atau solvent keluar menembus pori-porsi sehingga menimbulkan lubang kecil. Pada Gambar II-27 ditunjukkan ilustrasi cacat pinholing pada cat.
Gambar II-27. Pinholing (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
i. Discoloration Karat umumnya bukan merupakan problem. Jika diperlukan, pembersihan dengan melakukan sandblasting dan overcoating. Cara untuk menanggulanginya adalah dengan merepair bagian yang mengalami karat agar karat tidak dapat menyebar. Pada Gambar II-28 ditunjukkan ilustrasi cacat discoloration pada cat.
30
Gambar II-28. Discoloration/Staining (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
j. Blistering Beberapa faktor dapat menyebabkan blistering ini, namun yang sering terjadi adalah tertinggalnya contaminant pada saat proses cleaning. Contaminant tersebut antara lain minyak, moisture, grease, dirt, dust, soluble pigments, dan retained solvents. Selain itu blistering juga dapat terjadi akibat overactive cathodic protection system, stray current, osmosis akibat soluble salts yang terjebak. Pada Gambar II-29 ditunjukkan ilustrasi cacat blistering pada cat.
Gambar II-29. Blistering (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
II.4.
Coating Inspector Coating Inspector memiliki tanggung jawab yang bervariasi dalam setiap pekerjaan.
Peranan inspector adalah sebagai quality control technician yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan observasi dan report tentang aspek teknis dari proyek coating dan untuk mengecek kesesuaian atau tidaknya project dari project specification (NACE, 2011). Coating
31
Inspector harus dapat menjamin bahwa project specification telah dilakukan dengan benar sesuai dengan yang dibuat. Selain itu Coating Inspector harus mendokumentasikan hasil dari project tersebut. Pekerjaan umum dari dari seorang inspector antara lain: 1. Observasi Inspector harus melakukan observasi pada: a. Area pekerjaan tentang masalah keselamatannya yang sekiranya dapat mempengaruhi hasil pekerjaan yang dilakukan. Masalah safety sebenarnya bukan termasuk wewenang dari seorang inspector namun hal tersebut tetap menjadi tangung jawab inspector untuk melakukan report pada masalah apapun yang dapat berpengaruh dengan hasil pekerjaan. b. Kondisi cuaca, dilakukan observasi, monitor dan document c. Surface Preparation d. Coating Application 2. Melakukan Pengetesan Beberapa pengetesan yang dibutuhkan pada saat surface preparation dan coating operations adalah: a. Pengecekan kondisi udara untuk melihat kelembaban udara dan titik embun pada lokasi kerja. b. Menjamin temperatur permukaan tetap dalam range yang dibutuhkan. c. Pemeriksaan secara visual pada permukaan untuk melihat adanya contaminant dan melakukan tes yang dibutuhkan untuk melihat invisible contaminant (contoh: soluble salts testing). d. Pemeriksaan pada abrasive media untuk menjamin apakah media dalam ukuran dan bentuk yang sesuai dengan specifiation. e. Pemeriksaan kebersihan pada abrasives. f. Pemeriksaan air compressor untuk melihat kebersihan udaranya. Pengetesan yang dilakukan adalah blotter test. g. Pemeriksaan selang blasting. h. Pemeriksaan nozzle blasting. i. Pemeriksaan permukaan yang telah dilakukan blasting. j. Memverifikasi
permukaan
yang
telah
menspesifikasikan tingkatan kebersihannya. 32
diblasting
untuk
dapat
k. Pemeriksaan pada kekentalan coating dan temperaturnya l. Pemeriksaan pada peralatan yang dipakai. Menjamin semua peralatan dapat berfungsi dan dapat bekerja dengan baik dengan pengaturan yang benar. m. Pemeriksaan DFT pada setiap coat dan verifikasi ada tidaknya drips dan runs. n. Pemeriksaan surface contaminant pada setiap aplikasi coating. List diatas merupakan contoh pengetesan yang harus dilakukan. Terdapat berbagai macam test lain yang harus dilakukan dalam prosesnya. Specification menentukan test mana saja yang harus dilakukan. Item lain yang harus dilakukan monitoring oleh inspector adalah: a. Pemeriksaan data produk dan material safety data untuk menjamin bahwa cat yang digunakan sesuai. b. Pemeriksaan dokumen dan batch number. c. Pemeriksaan pada proses pencampuran. d. Menjamin adherence/penempelan sesuai dengan induction time. e. Memeriksa apakah pot life dari cat tidak melebihi batas. f. Memverifikasi recoat windows. 3. Memverifikasi kesesuaian dengan specification (dengan dokumentasi) Peformance dan dokumentasi dari test yang dibutuhkan dan segala jenis aktivitas pekerjaan harus diselesaikan sepenuhnya. Dokumentasi berisikan tentang: a. Report harian dengan menggunakan form standard. b. Catatan inspeksi atau notebook untuk merecord semua aktivitas inspeksi. c. Routine reports. d. Catatan penting dari meeting progress mingguan. e. Report lain yang dibutuhkan client. 4. Report Report yang dibutuhkan sesuai dengan kesepakatan. Oleh karena itu, inspector harus bertanya pada perwakilan client tentang adanya special report yang dibutuhkan. Semakin banyak dokumentasi yang melaporkan aktivitas yang berhubungan dengan project semakin baik. Inspector biasanya memberikan report lain seperti material inventory report dan instrument calibration history report. Coating specification merupakan petunjuk kerja bagi coating inspector. Coating specification yang baik berisi
33
tentang semua kegiatan yang didalamnya terdapat informasi-informasi tentang pekerjaannya. Item-item coating specification antara lain: a. Scope of Work
Seksi ini berisikan tentang gambaran pekerjaan yang harus diselesaikan, kapan dan dimana harus diselesaikan.
Scope harus berisikan list item-item yang dilakukan coating dan semua area yang harus diberikan proteksi dan yang tidak perlu di coat.
b. Terms and Definitions
Specifiation yang bagus mendefinisikan beberapa kata dan peraturan untuk dapat menjelaskan arti dokumen tertentu. Contohnya pada dokumen terdapat kata shall, will, shall not, should, may, dan lain-lain. Kata shall dan shall not digunakan untuk memberikan perintah mandatory (harus dilakukan). Sedangkan kata should artinya tidak wajib, namun kata tersebut mengindikasikan rekomendasi untuk kontraktor agar dapat dipenuhi.
c. Reference standards and codes
Specification umumnya berisikan list referensi standard yang digunakan. Pada gambar II-24 ditunjukkan referensi standard yang diterbitkan oleh SSPC.
Gambar II-30. Standard untuk Coating (SSPC) (sumber: NACE Coating Inspector Level 1 Module)
34
d. Safety
Umumnya owner memiliki peraturan safety masing-masing, yang berisikan tentang safety requirement yang spesifik.
e. Pre-job conference Spec yang bagus terdapat pre-job conference sehingga semua pihak yang terkait seperti owner, contractor, coating supplier, dan inspector dapat melakukan review pada standard dan prosedur pekerjaan dari proyek yang dilakukan. f. Surface preparation
Umumnya 60-80% premature coating failures terjadi akibat adanya ketidaksesuaian surface preparation. Seksi ini merupakan hal yang vital dari dokumen.
Requirement bervariasi tergantung dengan projectnya namun seksi ini harus berhubungan dengan semua hal tentang cleaning process, dimana harus berisikan item-item berikut: i.
Pre-inspection: prosedur untuk melakukan inspect, mark, dan menghilangkan segala jenis fabrication defects.
ii.
Pre-cleaning: penghilangan beberapa contaminants seperti oil, grease, dirt, dan lain-lain dengan solvent cleaning. Step ini harus diselesaikan sebelum surface preparation dapat dilakukan.
iii.
Cleaning operations harus sesuai standard. g. Coating materials (include coating schedule)
Memilih coating material membutuhkan keselarasan coating dengan lingkungannya. Specifier harus dapat mengakses setiap area yang akan dicoating dan memberikan tingkatan (rank) pada setiap area tersebut sesuai dengan operating condition. Barulah setelah itu specifier dapat menentukan coating apa yang digunakan di lingkungan tersebut.
h. Sampling coatings i. Workmanship j. Application
Seksi ini mendefinisikan cara pengaplikasian coating apa yang digunakan. Coating application ada 5 yaitu brush, roller air spray, airless spray, plural-component spray, air-assisted airless spray. 35
k. Work schedule (sequence of work to be done) l. Repairs and remedial coating work m. Inspection
Melakukan pemeriksaan kondisi udara pada work site (titik embun, kelembaban, udara, temperature baja, dan lain-lain)
Pre-inspection
(fabrication
defect,
steel
condition,
surface
contaminants, dan lain-lain)
Pre-cleaning (removal of oil, grease, dirt, dan lain-lain)
Surface preparation (equipment, abrasives, cleanliness, profile, dan lain-lain)
Coating material (storage, identification, mixing and thinning, dan lain-lain)
Application (equipments, thinner, WFT, DFT, recoat times, etc.)
Inspection (hold points, visual, holiday detection, etc)
Documentation (record keeping, reports, etc)
n. Documentation
Dokumentasi termasuk dalam seksi inspeksi dan mengacu dengan segala record dan report pada proses inspeksi.
II.4.1. Perbedaan Painting Inspector dan Painting Surveyor Secara umum pekerjaan inspeksi dan survey mempunyai aktivitas yang sama yaitu memeriksa secara fisik sebuah benda/obyek berdasarkan suatu kriteria batasan atau standard tertentu. Berdasar kamus Oxford: inspeksi adalah formal or official examination/ The act or process of inspecting or looking at carefully;a strict or prying examination; close or careful scrutiny;investigation dan survey adalah a particular view or general view; an examination, especially an official examination, of all the parts or particulars of a thing,with a design to ascertain the condition. Dari sini dapat dilihat bahwa inspeksi adalah kegiatan yang lebih detil, hati-hati, formal dan lebih spesifik kepada suatu benda atau alat tertentu. Sedangkan survey lebih kepada pemeriksaan secara umum terhadap suatu struktur bangunan, jalan, jembatan, kapal, tanah, dan lain-lain beserta semua sistem yang ada pada bangunan tersebut. Secara teknis, ada kecenderungan perbedaan pemakaian istilah ini dimana pada bidang minyak dan gas serta industri cenderung memakai istilah inspeksi. Sedangkan pada bidang perkapalan lebih 36
cenderung memakai istilah survey meskipun pada kenyataannya ship surveyor pun sering melakukan inspeksi terhadap suatu peralatan yang spesifik sebagai langkah lanjutan terhadap temuan dari surveynya. Pada bidang pengecatan kapal, terdapat perbedaan lingkup pekerjaan antara painting surveyor dan painting inspector. Painting surveyor memiliki pekerjaan untuk memeriksa pengecatan kapal secara keseluruhan secara visual dan akan memberikan rekomendasi jika terdapat defisiensi atau ketidaksesuaian pada kondisi cat. Sedangkan untuk painting inspector memiliki pekerjaan untuk melakukan pemeriksaan yang lebih spesifik ke suatu bagian dan dalam proses pemeriksaan kondisi cat atau material yang akan dicat dapat dilakukan dengan melakukan pengujian test atau instrumen sesuai dengan yang ditetapkan pada spesifikasi cat. II.5.
Android Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk perangkat bergerak
layar sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet. Android awalnya dikembangkan oleh Android, Inc., dengan dukungan finansial dari Google, yang kemudian membelinya pada tahun 2005. Sistem operasi ini dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan dengan didirikannya Open Handset Alliance, konsorsium dari perusahaan-perusahaan perangkat keras, perangkat lunak, dan telekomunikasi yang bertujuan untuk memajukan standar terbuka perangkat seluler. Antarmuka pengguna Android umumnya berupa manipulasi langsung, menggunakan gerakan sentuh yang serupa dengan tindakan nyata, misalnya menggeser, mengetuk, dan mencubit untuk memanipulasi objek di layar, serta papan ketik virtual untuk menulis teks. Selain perangkat layar sentuh, Google juga telah mengembangkan Android TV untuk televisi, Android Auto untuk mobil, dan Android Wear untuk jam tangan, masing-masingnya memiliki antarmuka pengguna yang berbeda. Varian Android juga digunakan pada komputer jinjing, konsol permainan, kamera digital, dan peralatan elektronik lainnya. Android adalah sistem operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis kodenya di bawah Lisensi Apache. Kode dengan sumber terbuka dan lisensi perizinan pada Android memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi secara bebas dan didistribusikan oleh para pembuat perangkat, operator nirkabel, dan pengembang aplikasi. Selain itu, Android memiliki sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi (apps) yang memperluas fungsionalitas perangkat, umumnya ditulis dalam versi kustomisasi bahasa pemrograman Java.
37
II.5.1. Aplikasi Android Android merupakan system operasi berbasis Linux yang bersifat terbuka (open source) dan dirancang untuk perangkat seluler layar sentu seperti smartphone dan computer tablet (Salbino, 2013). Android memungkinkan penggunanya untuk memasang aplikasi pihak ketiga, baik yang diperoleh dari toko aplikasi seperti Google Play, Amazon Appstore, ataupun dengan mengunduh dan memasang berkas APK dari situs pihak ketiga. Di Google Play, pengguna bisa menjelajah, mengunduh, dan memperbarui aplikasi yang diterbitkan oleh Google dan pengembang pihak ketiga, sesuai dengan persyaratan kompatibilitas Google. Google Play akan menyaring daftar aplikasi yang tersedia berdasarkan kompatibilitasnya dengan perangkat pengguna, dan pengembang dapat membatasi aplikasi ciptaan mereka bagi operator atau negara tertentu untuk alasan bisnis. Pembelian aplikasi yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna dapat dikembalikan dalam waktu 15 menit setelah pengunduhan. Beberapa operator seluler juga menawarkan tagihan langsung untuk pembelian aplikasi di Google Play dengan cara menambahkan harga pembelian aplikasi pada tagihan bulanan pengguna. Aplikasi
Android
dikembangkan dalam bahasa pemrograman Java dengan
menggunakan kit pengembangan perangkat lunak Android (SDK). SDK ini terdiri dari seperangkat perkakas pengembangan, termasuk debugger, perpustakaan perangkat lunak, emulator handset yang berbasis QEMU, dokumentasi, kode sampel, dan tutorial. Didukung secara resmi oleh lingkungan pengembangan terpadu (IDE) Eclipse, yang menggunakan plugin Android Development Tools (ADT). Perkakas pengembangan lain yang tersedia di antaranya adalah Native Development Kit untuk aplikasi atau ekstensi dalam C atau C++, Google App Inventor, lingkungan visual untuk pemrogram pemula, dan berbagai kerangka kerja aplikasi web seluler lintas platform. II.5.2. Keuntungan dan Kekurangan Sistem Operasi Android Karena keunggulannya sebagai software yang memakai basis kode komputer yang bisa didistribusikan secara terbuka (open source) sehingga banyak sekali aplikasi-aplikasi yang bisa diunduh oleh penggguna smartphone tanpa membayar biaya aplikasi. Diyakini smartphone yang menggunakan sistem operasi Android akan lebih murah harganya dibanding smartphone yang menggunakan sistem operasi yang berbayar. Keuntungannya adalah: 1. Open source. Seperti sistem operasi untuk komputer desktop, Android adalah Linux untuk tablet. Android adalah sistem operasi yang berbasis kernel Linux. 38
Android
merupakan sistem operasi terbuka (open source). Artinya, Google merilis kode sumber (source code) Android untuk memudahkan pengembang aplikasi yang hendak menciptakan aplikasi untuk Android. 2. Ketersediaan aplikasi yang berkualitas. Karena Android bersifat open source, para programmer dan pengembang aplikasi bisa menciptakan aplikasi. Pengembang aplikasi tak perlu berhadapan dengan prosedur platform
OS
berbayar,
karena
aplikasi
buatan
mereka
bebas
didistribusikan dengan lisensi open source, shareware atau bahkan freeware. 3. Pengembang rajin meng-upgrade aplikasi. Pengembang aplikasi untuk Android rajin melakukan upgrade atas aplikasi yang telah mereka buat. 4. Keberagaman pilihan perangkat. Android tidak hanya diproduksi oleh satu vendor saja. Google memberikan ijin vendor mana saja yang ingin mengadopsi Android. 5. Bebas mengkostumisasi ROM . ROM adalah singkatan dari Read Only Memory. Kostumisasi ROM pada Android biasa disebut rooting. Rooting bukanlah sesuatu yang ilegal dalam Android. Fungsi rooting digunakan pihak ketiga untuk mengembangkan aplikasi. Sedangkan untuk
individu, mereka dapat mengetahui dan mengakses file sistem Android.
Memang dibutuhkan kemampuan teknis untuk melakukan rooting. Salah satu keuntungan rooting adalah dapat menghemat daya baterai hingga meningkatkan performa smartphone, karena Anda dapat menghapus aplikasi standar yang dirasa tidak diperlukan. 6. Terkoneksi dengan seluruh layanan Google Android didesain untuk mendukung layanan GMail, Google Docs, Google Maps, YouTube, Google Talk, Google Play, dan tentu saja mesin pencari Google. 7. Harga terjangkau. Keberagaman pilihan smartphone Android menciptakan persaingan dagang yang kuat di antara para vendor. Para vendor menciptakan perangkat Android, yang ditujukan untuk segmen low end sampai high end. 39
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
40
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir Permasalahan : Bagaimana pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru dilakukan?
Bagaimana cara mengembangkan aplikasi berbasis android untuk pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru?
Apakah aplikasi pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru yang dirancang dapat diimplementasikan dan membantu meningkatkan efektifitas pekerjaan inspeksi dan pelaporan hasil inspeksi oleh coating inspector?
Studi Literatur
Scope of Work Coating Inspector untuk Kapal Bangunan Baru
Standard dari Tahap Preparation hingga Finishing
Standard tentang “How to Report and Record”
Studi Lapangan
1. Buku Panduan NACE Coating Inspector Program Level 1 2. Buku Panduan NACE Coating Inspector Program Level 2
1. ASTM D3276:00 Standard Guide for Painting Inspectors (Metal Substrates) 2. ASTM F941:99 Standard Practice for Inspection of Marine Surface Preparation and Coating Application
1. Mengetahui masalah yang sering terjadi dalam pengaplikasian cat pada kapal bangunan baru.
Kuisoner kepada praktisi coating
1. Mengamati proses inspeksi oleh Coating Inspector pada saat tahap preparation hingga finishing.
Observasi Lapangan
ASTM F941:99 Standard Practice for Inspection of Marine Surface Preparation and Coating Application
Pengumpulan Data
Scope of work dari Coating Inspector
Pre Inspection Surface Preparation Paint Preparation Paint Application Failure Inspection Pengukuran WFT (Wet Film Thickness) dan DFT (Dry Film Thickness)
Standard yang mengatur kegiatan Coating Inspector untuk kapal bangunan baru
Pre Inspection : ISO 8503-2, Preparation Preparation of steel substrates before application of paints and related products Surface Preparation : SSPC-SP1 Solvent Cleaning dan SSPC-SP14 Industrial Blast Cleaning Paint Preparation : disesuaikan dengan painting spesifikasinya. Paint Application : SSPC-PA1 Shop, Field, and Maintenance Painting of Steel dan SSPC-PA2 Procedure for Determining Conformance to Dry Coating Thickness Requirements Failure Inspection : ASTM C1624 - 05(2015) Standard Test Method for Adhesion Strength and Mechanical Failure Modes of Coating Pengukuran WFT dan DFT : dicocokkan dengan spesifikasi cat
A
41
Proses dokumentasi dan report hasil inspeksi yang sesuai dengan standard
A
Pengolahan Data Pengelompokan data pekerjaan Pembuatan list pekerjaan yang harus dilakukan Pembuatan list apa saja yang diperiksa disertai dengan standard Pembuatan list cara maintenance yang dilakukan disertai standard jika ditemui failure Pembuatan struktur report
Perancangan Aplikasi Android Perancangan Sistem 1. Kerangka dasar aplikasi 2. Entity Relationship Diagram 3. Data Flow Diagram 4. System Interface Diagram Perancangan mock up aplikasi Melakukan pengkodingan dan menerapkan perancangan aplikasi ke dalam bahasa pemrogaman kemudian dikonversi untuk digunakan pada perangkat lunak Android Studio sehingga dapat dihasilkan sebuah aplikasi Android. Penyusunan database Melakukan simulasi aplikasi android yang dirancang
Uji Coba Aplikasi dan Penyebaran Kuisoner Kelayakan Aplikasi Menyebarkan kuisoner pada praktisi di lapangan baik coating inspector, applicator, dan pihak terkait untuk menilai kelayakan aplikasi Pembahasan dan Penyusunan Laporan Membuat report hasil dari kuisoner yang diberikan untuk menilai kelayakan aplikasi Dalam penulisan laporan, pembuatannya dilakukan sesuai dengan proses yang dilakukan dari awal.
Kesimpulan Aplikasi yang dirancang dapat membantu pekerjaan seorang Coating Inspector khususnya yang memiliki pengalaman minim (junior) dalam pemeriksaan cat kapal bangunan baru. Saran Berdasarkan dari kesimpulan, terdapat beberapa perubahan teknis yang harus dilakukan untuk membuat aplikasi pemeriksaan cat kapal bangunan baru ini lebih tepat guna Finish
Gambar III-1. Diagram alir penilitian
Gambar III-1 menunjukkan diagram alir penelitian. Diagram tersebut menjelaskan alur pelaksanaan atau tahapan pelaksanaan pengerjaan mulai dari penentuan masalah penilitian hingga selesai. Pelaksanaan pengerjaan dimulai dari identifikasi masalah, mempelajari studi literatur, melakukan studi lapangan, pengumpulan data, pengolahan data, perancangan aplikasi android, uji coba aplikasi, pembahasan dan penyusunan laporan, dan membuat kesimpulan dari hasil tugas akhir ini serta membuat saran yang diberikan oleh dosen, pekerja di lapangan, ahli untuk penelitian selanjutnya. 42
III.2. Identifikasi Masalah Penelitian ini dimulai dengan penentuan latar belakang masalah. Latar belakang masalah penulisan tugas akhir ini yaitu masih banyaknya terjadi premature failure yang terjadi akibat surface preparation yang tidak sesuai. Jika ditemukan indikasi kesalahan (failure), harus dilakukan reparasi sesuai dengan jenis kerusakan yang terjadi. Pekerjaan reparasi memiliki kerugian dari segi biaya dan waktu. Untuk menghindari kegagalan akibat surface preparation yang salah dibutuhkan pengetahuan literatur mengenai standart-standart yang harus dilakukan. Aspek pengalaman juga berperan penting dalam hal ini, oleh karena itu seorang inspector harus memiliki pengetahuan literatur yang baik diimbangi dengan pengalaman yang banyak pula. Hal tersebut yang menjadi permasalahan junior coating inspector. Selain itu proses dokumentasi dan laporan yang praktis dibutuhkan untuk menunjang kinerja dari coating inspector. Karena tugas dari coating inspector belum selesai hingga report inspeksi dan dokumentasi diberikan ke owner. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem atau aplikasi berbasis android yang berisikan panduan inspeksi dan laporan untuk memudahkan kerja coating inspector, selain itu dengan adanya aplikasi ini diharapkan owner kapal lebih mudah dalam memonitor progress pembangunan kapal tersebut. III.3. Studi Literatur Setelah diketahui latar belakang masalah, tahapan selanjutnya adalah melakukan studi literatur yang terdiri dari: 1. Mempelajari item-item pekerjaan inspeksi yang dilakukan oleh coating inspector pada pembangunan kapal bangunan baru. 2. Alur inspeksi coating inspector. 3. Mempelajari standard yang mengatur kegiatan inspeksi coating inspector dari material datang hingga proses erection selesai. 4. Mempelajari proses dokumentasi dan report hasil inspeksi yang sesuai standard. 5. Mempelajari pengantar sistem informasi mengenai sistem database dan MySQL. 6. Mempelajari sistem aplikasi android, komponen apa saja yang dibutuhkan untuk membentuk aplikasi. III.4. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang terkait dengan pengerjaan Tugas Akhir. Studi lapangan dilakukan di galangan PT. Lamongan Marine Industry. Berikut merupakan studi lapangan yang dilakukan, antara lain: 43
1. Mengidentifikasi item pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru. 2. Mengidentifikasi alur proses inspeksi pengecatan kapal bangunan baru. 3. Mempelajari form dan dokumen laporan inspeksi. III.5. Pengumpulan Data Tahapan ini adalah pengumpulan data yang menunjang dalam penulisan tugas akhir ini yang terdiri dari: 1. List pekerjaan pemeriksaan coating inspector pada pembangunan kapal baru. 2. Standard yang mengatur kegiatan coating inspector untuk kapal bangunan baru. 3. Form laporan dan dokumentasi hasil inspeksi coating inspector. III.6. Pengolahan Data Tahapan pengolahan data adalah tahap yang dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan telah terkumpul untuk selanjutnya dilakukan penyusunan kerangka aplikasi yang akan dibuat. Berikut merupakan tahapan pengolahan data yang dilakukan : 1. Melakukan pengelompokkan data pekerjaan pemeriksaan. 2. Melakukan pembuatan list pekerjaan yang harus dilakukan. 3. Pembuatan list panduan untuk pemeriksaan. 4. Pembuatan struktur laporan. III.7. Perancangan Aplikasi Android Tahapan ini merupakan proses perancangan aplikasi berbasis android berdasarkan datadata yang telah diperoleh sebelumnya. Tahap perancangan aplikasi ini antara lain: 1. Perancangan permodelan aplikasi Perancangan permodelan aplikasi dilakukan dengan cara pembuatan entitiy relationship diagram, data flow diagram, dan system interface diagram. 2. Perancangan aplikasi Berikut merupakan proses perancangan aplikasi yang dilakukan : a. Pembuatan mock up aplikasi yang menampilkan alur kerja aplikasi dari mulai sign up atau login page hingga laporan selesai. b. Perancangan interface atau tampilan antarmuka aplikasi. Desain interface dibuat sedemikian rupa sehingga menarik dan user friendly bagi pengguna aplikasi tersebut. 44
c. Perancangan database pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru. d. Pengcodingan aplikasi. III.8. Uji Coba Kelayakan Aplikasi Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh aplikasi yang dirancang bekerja pada kondisi asli di lapangan. Berikut merupakan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini: 1. Uji aplikasi oleh praktisi di lapangan (coating inspector) 2. Uji kepuasan dalam penggunan aplikasi dengan memberikan kuisoner pada praktisi di lapangan. III.9. Analisa dan Penyusunan Laporan Pada tahap ini dilakukan analisa dan pembahasan dari hasil uji coba kelayakan aplikasi yang telah dilakukan. Pembahasan yang disusun berisikan tentang hasil pengujian perbandingan antara aplikasi android yang dirancang dengan sistem dokumentasi dan laporan yang dijalankan coating inspector saat ini. Uji kelayakan aplikasi dilakukan untuk memastikan aplikasi berbasis android untuk pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru oleh coating inspector dapat digunakan secara tepat guna. Untuk mengetahui hasil kelayakan dapat dilihat dengan hasil kuisoner pada praktisi yang telah dilakukan sebelumnya. III.10. Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini akan dijelaskan beberapa kesimpulan dari pengerjaan tugas akhir ini ketika program ini diterapkan di lapangan. Penilaian atas kesimpulan yang diperoleh dilakukan untuk mengetahui apakah kesimpulan sesuai dengan hipotesis penelitian. Kesimpulan tersebut juga harus menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan oleh penulis di bab pendahuluan. Selanjutnya setelah didapatkan kesimpulan, hal yang dilakukan selanjutnya adalah pembuatan saran yang merupakan hasil dari masukan dosen pembimbing, dosen penguji, maupun praktisi lapangan yang melakukan pengujian kelayakan pada aplikasi tersebut.
45
Halaman ini sengaja dikosongkan
46
SISTEM PEMERIKSAAN PENGECATAN KAPAL BANGUNAN BARU IV.1. Pengecatan Kapal Bangunan Baru Proses pengecatan merupakan salah satu proses yang penting dan wajib dilakukan pada pembangunan kapal baru. Pengecatan kapal dilakukan untuk melindungi kapal dari risiko korosi atau kerusakan lain pada saat kapal dioperasikan hingga jangka waktu tertentu. Umumnya umur perlindungan cat pada kapal berkisar antara 10-15 tahun. Karena alasan tersebut, maka proses pengecatan kapal perlu adanya pengawasan dari coating inspector yang bertujuan untuk menjamin proyek kapal yang dibangun dapat sesuai dengan kualitas dan standard yang diinginkan. Untuk pembagian aktifitas pekerjaan pemeriksaan pengecatan, sebelumnya tiga pihak (three parties) yang terdiri dari owner, galangan dan manufaktur coating telah menentukan perjanjian atau persetujuan apa saja yang harus dilakukan inspeksi (inspection agreement) yang terdapat pada persetujuan tiga pihak (tripartite agreement). Ship Owner
Contract Specification
Shipyard
Owner Supervisor (Representative)
Coating Manufacturer
Coating Inspection
Shipyard Representative
Gambar IV-1. Urutan persetujuan sebelum dilakukan inspeksi
Gambar IV-1 menunjukkan urutan proses yang dilakukan sebelum dilakukan proses inspeksi. Pertama, pihak ship owner dan shipyard melakukan persetujuan kontrak mengenai spesifikasi yang diinginkan kemudian ketiga pihak dari owner, shipyard, dan coating manufaktur melakukan persetujuan untuk inspeksi cat yang harus dilakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV-2 dibawah ini yang menunjukkan alur proyek pengecatan kapal bangunan baru.
47
Coating System
Persetujuan coating system untuk proyek pembangunan kapal
request
Manufaktur Coating
Third Party
Pendefinisian dan spesifikasi dari coating system
Statement of compliance (SOC) atau Type Approval Certificate (TAC)
Persetujuan prosedur dan rencana inspeksi Review
Persetujuan antara pihak terkait
Cek approval
Spesifikasi Coating (Technical Data Sheet dan Type Approval Certificate)
Review
Prosedur dan rencana inspeksi
Cek kualifikasi
Pemilihan Coating Inspector
Persetujuan
Submit
Proyek Pembangunan Kapal Baru
Klasifikasi
Coating Work Record
Cek
Implementasi
Mempertahankan
Inspection Pencatatan hasil inspeksi oleh Coating Inspector meliputi pemeriksaan pada alat, teknik, dan juga metodologi.
Galangan
Cek ID pada cat
Steel Preparation dan Pengaplikasian Coating pada tahap: Shop Primer Block Construction Erection
Lihat Gambar IV-8 Coating Technical File
Review
Berisi: Sesuai persetujuan antar pihak terkait Sesuai dengan TAC dari sistem coating. Coating Technical Data Sheets Shipyard work record Prosedur inspeksi Catatan hasil inspeksi oleh Coating Inspector Report hasil inspeksi oleh Shipyard yang diverifikasi oleh Coating Inspector
Menyusun
In-service maintenance, repair, dan recoating
Pemilik kapal
In-service procedures dan record
Implementasi
Gambar IV-2. Alur proyek pengecatan kapal bangunan baru
48
Gambar IV-2 menunjukkan alur proyek pengecatan kapal bangunan baru dimulai dari penentuan coating system hingga proyek selesai. Pada gambar diatas juga dijelaskan peran dari masing-masing pihak pada setiap proses. IV.1.1. Pihak Terkait dalam Proyek Pengecatan Kapal Bangunan Baru Pada Gambar IV-2 telah dijelaskan secara singkat peranan dari pihak terkait dalam proyek pengecatan kapal bangunan baru. Dalam hal ini, pihak terkait tersebut antara lain:
Coating Inspector
Manufaktur Coating
Galangan
Administrasi
Badan Klasifikasi
Pemilik Kapal
Setiap pihak terkait tersebut memiliki peranan yang berbeda. Berikut merupakan penjelasan pihak utama dalam proyek pengecatan kapal bangunan baru. 5. Coating Inspector Pekerjaan utama dari coating inspector antara lain: a. Sebelum proyek cat dimulai:
Membaca dan memahami spesifikasi dari manufaktur cat, referenced codes, dan standart.
Mempelajarai coating material data sheets, melakukan pengecekan jika didapati perbedaan dengan spesifikasi.
Mengunjungi lokasi proyek untuk meneliti apakah diperlukan penyesuaian pada saat pengaplikasian cat.
b. Pada saat meeting sebelum aplikasi cat dimulai (pre-job conference):
Memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul mengenai spesifikasi termasuk laporan tertentu, test instruments, dan prosedur.
Jika diperlukan, dapat menjelaskan test dan report yang harus dikerjakan.
Menjelaskan tanggung jawab dan otoritas dari coating inspector.
c. Saat proyek berjalan:
Melakukan pekerjaan quality control; pencatatan dan pembuatan laporan pada proses quality control yang dilakukan.
49
Cek pekerjaan yang dilakukan telah memenuhi dan sesuai dengan persyaratan spesifikasi.
Memberikan laporan jika terdapat ketidaksesuaian (non conformities) dan langkah perbaikan yang relevan.
6. Manufaktur Coating Peranan dari manufaktur coating antara lain: a. Menyediakan coating material, memilih dan menjamin bahwa produk yang digunakan dapat memenuhi target useful life selama 15 tahun sesuai dengan yang diisyaratkan PSPC. b. Menyediakan Technical data sheet (TDS) dan Material Safety Data Sheet (MSDS) sesuai dengan coating material yang dipilih. c. Memberikan petunjuk dan bantuan pada galangan dan aplikator coating jika diperlukan. 7. Galangan Peranan dari galangan antara lain: a. Menjamin semua aspek teknis dari PSPC dijalankan dengan menggunakan referensi standart. b. Melaksanakan pengaplikasian coating sesuai dengan spesifikasi dari manufaktur coating dan dapat memenuhi sesuai dengan standard yang relevan. c. Menjamin sistem quality assurance memperhatikan semua aspek aktivitas coating, termasuk ketidaksesuaian dan langkah perbaikan yang diperlukan. 8. Badan Klasifikasi Peranan dari badan klasifikasi antara lain: a. Melakukan pengecekan pada beberapa dokumen seperti spesifikasi manufaktur coating, technical data sheet, material safety data sheet, dan type approval certificate telah sesuai dengan PSPC. b. Identifikasi cat yang digunakan dengan melakukan pencocokan cat yang digunakan dengan technical data sheet. c. Kualifikasi dari coating inspector yang dipilih. d. Melakukan pengecekan laporan dari coating inspektor pada tahap surface preparation dan aplikasi coating dan menilai apakah tahapan tersebut telah sesuai dengan technical data sheet dan type approval certificate.
50
e. Melakukan pengecekan dokumen: d. Shipyard work record dari aplikasi coating yang dilakukan e. Coating log yang dibuat oleh coating inspektor f. Laporan ketidaksesuaian jika ada dan langkah perbaikan yang dilakukan. g. Laporan inspeksi dari galangan yang telah diverifikasi oleh coating inspektor. IV.1.2. Perencanaan Coating System Tahap perencanaan coating system dibagi menjadi 2 yaitu penentuan coating system oleh manufaktur coating dan persetujuan coating system. Berikut merupakan penjelasan dari 2 proses tersebut. 1. Penentuan coating system Penentuan coating system terdiri dari item-item berikut: a. Pemilihan coating product: total jumlah dan jenis-jenis coating yang dipakai pada material. b. Aturan primary surface preparation (termasuk cleanliness sebelum dan sesudah surface preparation). c. Aturan secondary surface preparation (termasuk cleanliness sebelum dan sesudah surface preparation) d. Aturan mixing dan thinning setiap coat. e. Aturan pemeriksaan kondisi lingkungan setiap pengaplikasian coating. f. Aturan pengaplikasian coating, wet film thickness, nominal dry film thickness (per lapisan dan total coat). Item-item diatas harus sesuai dengan aturan PSPC dan referensi standart. Penentuan coating system yang mencakup item-item diatas harus dimasukkan ke spesifikasi manufaktur coating sebagai referensi technical data sheets, dan material safety data sheets. Pada tahap ini spesifikasi manufaktur cat harus disetujui oleh pemilik kapal, galangan, dan manufaktur coating. 2. Persetujuan coating system Setelah penentuan coating system dan persetujuan spesifikasi manufaktur coating telah dilakukan, maka selanjutnya dilakukan persetujuan dari coating system yang telah ditentukan. Beberapa dokumen yang berhubungan dengan persetujuan coating system dibuat oleh 51
manufaktur coating dan dibuatkan untuk galangan. Statement of Compliance atau Type Approval Certificate dari coating system disimpan di Coating Technical File (CTF). IV.1.3. Persetujuan Prosedur dan Rencana Inspeksi Pada proyek pengecatan kapal bangunan baru terdapat beberapa dokumen yang berisi prosedur yang dijadikan parameter atau batasan setiap proses pengecatan yang dilakukan. Prosedur-prosedur tersebut sebelumnya telah disetujui oleh pihak terkait yang dalam hal ini adalah pemilik kapal, shipyard, manufaktur cat, dan coating applicator. Dokumen-dokumen tersebut antara lain 1. Contract Specification, 2. Coating Schedule, 3. Tripartie Agreement. Dokumen tersebut berisikan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi pada proyek yang dilakukan. 1. Contract Specification Contract specification berisi tentang prosedur dan batasan proses pengecatan yang harus dipenuhi, karena requirement yang tertera pada dokumen ini merupakan owner request sehingga pihak shipyard selaku pihak yang melakukan pembangunan kapal harus memenuhi segala requirement yang tertulis pada dokumen tersebut. Prosedur-prosedur yang terdapat pada dokumen ini antara lain: a. Primary Surface Preparation
Item-item yang harus dilakukan primary surface preparation
Metode surface preparation
Cleanliness grade dari surface preparation
b. Secondary Surface Preparation
Blok atau area-area yang harus dilakukan secondary surface preparation
Metode surface preparation tiap blok/area
Cleanliness grade tiap blok/area
c. Metode Pengecatan
Metode pengaplikasian coating
Batasan temperatur
Batasan defect dan panduan repair
d. Pengukuran Ketebalan Cat 52
Panduan inspeksi untuk pengukuran ketebalan film cat
e. Painting Scheme
Berisi area yang perlu dicat disertai dengan jenis cat yang dipakai, jumlah cat, ketebalan tiap cat, dan tahap dilakukan pengecatan.
f. Cathodic Protection
Lokasi dan kebutuhan cathodic protection
Berikut pada Gambar IV-3 ditunjukkan contract specification untuk pengecatan kapal.
Gambar IV-3. Contract Specification
2. Coating Schedule Coating schedule merupakan prosedur yang harus dilakukan disetiap inspeksi yang hendak dilakukan, saat dilakukan, dan didokumentasikan guna membantu inspektor dalam pekerjaan pengecatan kapal bangunan baru agar sesuai dengan standard yang mengatur. Prosedur ini mendeskripsikan tanggung jawab dari personil quality control, scope dari inspeksi yang dilakukan, item yang dicek, standard inspeksi/kriteria inspeksi, dan dokumentasi dari inspeksi yang dilakukan, yang harus sesuai dengan spesifikasi permintaan perusahaan. Pada dokumen ini juga tertera urutan proses pengecatan kapal dari raw material hingga final coating inspection. Berikut pada Tabel IV-1 ditunjukkan bagian-bagian kapal yang dilakukan pengecatan untuk proyek pembangunan kapal baru berjenis oil tanker. 53
Tabel IV-1. Bagian-bagian kapal yang dilakukan pengecatan untuk proyek pembangunan kapal baru
No Zona 1 Shell
Lokasi Bottom Zone Topside Area Rudder Seachest Forecastle Shell Bullwark
2
Tanks
3 4
Exposed Deck Superstructure (External side)
5
Superstructure (Internal side)
6
Machinery space
7
Outfitting & Equipment
8
Piping
54
Flat Bottom Vertical Side Above Waterline Inside Outside Inside Grating
Outside Inside Weather Deck (Inside Area Oil Spill Coaming) Cargo Oil Tanks Water Ballast Tank Chain Locker Fresh Water Tank Slop Tank Stern Tube & Bilge & Waste Oil Tanks Void & Cofferdam FOT, LOT, Diesel Oil Tanks All Weather Deck & Fitting External Wall Deckhouse Funnel Inside Areas Funnel Outside Areas Behind Lining & Insulation Area (Invisible Parts Store Room, Paint Locker Cold Storage Space Battery Room Stairway For Accomodation Under Deck Composition & Cement Engine Room (Overhead, Wall) Engine Room (Deck, Chequered Plate, Below Floor) Bollard Anchor & Chain Hawse Pipe & Chain Pipe Mast Lifeboat Davit Deck Crane Post Provision Crane Pipe Cargo System Pipe Ballast System
Pada setiap zona kapal yang dilakukan cat memiliki prosedur pengecatan dan inspeksi yang berbeda. Pada Gambar IV-4 ditunjukkan urutan proses pengecatan kapal pada bagian shell kapal.
Raw Material
Blasting or Mechanical Tool
Primary Surface Preparation
Shop Primer
Immediately After Blasting
Fabrikasi dan Assembly
Surface Treatment Before Painting
Inspection for Surface Treatment
Rust Preventive Painting
Secondary Surface Preparation
1. Steel Work Preparation 2. Solvent Cleaning Before Blasting
Immediately After Inspection
Subsequent Painting
Final Inspection
Gambar IV-4. Urutan proses pengecatan kapal pada bagian hull construction
Prosedur untuk proses pengecatan pada bagian Shell ini dijelaskan pada Tabel IV-2 dibawah ini.
55
Tabel IV-2. Prosedur pengecatan dan pemeriksaan pada bagian shell.
No Bagian Tahapan Konstruksi 1 Shell Fabrikasi (Raw material)
Tahapan Pengecatan Primary Surface Preparation
Shop primer Application
Assembly (Block Stage)
Steelwork Preparation
Secondary Surface Preparation
56
Item Pemeriksaan Cek relative humidity Cek dew point Cek temperatur permukaan material Kontaminan
Batasan
Relative humidity = 85% Temperatur permukaan harus 30 lebih tinggi dari temperatur dew point Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Cleanliness grade Sa 2 ½, Surface Profile 25-100 µm (Roughness) Cek Soluble Salt <50mg/m2 Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew point material Inspeksi Visual Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Dry Film Sesuai dengan thickness (DFT) spesifikasi. Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating Inspeksi Visual: Hilangkan weld spatter, smooth weld Shrap edges seams, dan shrap Gap edges. Miss weld Weld defect Imperfect steel surface Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew point material
Tabel IV-2. Prosedur pengecatan dan pemeriksaan pada bagian shell (lanjutan).
No Bagian Tahapan Konstruksi
Tahapan Pengecatan
Item Pemeriksaan Batasan Kontaminan
Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Sa 2 ½,
Cleanliness grade Surface Profile 25-100 µm (Roughness) Cek Soluble Salt <50mg/m2 Coating Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew material point Inspeksi Visual Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Dry Film Sesuai dengan thickness (DFT) spesifikasi. Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating After Erection Steelwork Inspeksi Visual: Hilangkan weld Preparation spatter, smooth weld Shrap edges (Erection Joint) Gap seams, dan shrap edges. Miss weld Weld defect Imperfect steel surface Secondary Cek relative Relative humidity = Surface humidity 85% Preparation Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew material point
57
Tabel IV-2. Prosedur pengecatan dan pemeriksaan pada bagian shell (lanjutan).
No Bagian Tahapan Konstruksi
Tahapan Pengecatan
Coating Selanjutnya
Inspeksi Final
Item Pemeriksaan
Batasan
Kontaminan
Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Sweep Blast, Sa 2 ½ 25-100 µm
Cleanliness grade Surface Profile (Roughness) Cek Soluble Salt Cek relative humidity Cek dew point Cek temperatur permukaan material Inspeksi Visual
<50mg/m2 Relative humidity = 85% Temperatur permukaan harus 30 lebih tinggi dari temperatur dew point Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Dry Film thickness Sesuai dengan (DFT) spesifikasi. Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating Inspeksi Visual Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Dry Film thickness Sesuai dengan (DFT) spesifikasi. Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating Holiday detection No Holiday
Untuk bagian tangki, alur proses pengecatan ditunjukkan pada Gambar IV-5 di halaman berikutnya.
58
Raw Material
Blasting or Mechanical Tool
Primary Surface Preparation
Shop Primer
Immediately After Blasting
Fabrikasi dan Assembly
Surface Treatment Before Painting
Inspection for Surface Treatment
Secondary Surface Preparation
1. Steel Work Preparation 2. Solvent Cleaning Before Blasting
Rust Preventive Painting
Immediately After Inspection
Stripe Coat
Required for IMO PSPC Area
Subsequent Painting
Final Inspection
Gambar IV-5. Urutan proses pengecatan kapal pada bagian tangki
Item pemeriksaan pada tangki yang termasuk pada area yang diatur IMO PSPC ditentukan sesuai dengan peraturan IMO dan perjanjian antara ketiga pihak atau biasa disebut tripartie agreement. Untuk item pemeriksaan area yang diatur IMO PSPC dijelaskan pada bab selanjutnya, untuk prosedur pengecatan tangki pada bagian yang tidak termasuk IMO PSPC dapat dilihat pada Tabel IV-3 dibawah ini.
59
Tabel IV-3. Prosedur pengecatan tangki pada bagian yang tidak termasuk area IMO PSPC
No Bagian 2
Tahapan Konstruksi Tank Fabrikasi (Selain (Raw Area IMO material) PSPC)
Tahapan Pengecatan Primary Surface Preparation
Shop primer Application
Assembly (Block Stage)
60
Steelwork Preparation
Item Batasan Pemeriksaan Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew material point Kontaminan Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Cleanliness Sa 2 ½, grade Surface Profile 25-100 µm (Roughness) Cek Dust level Dust Quantity rating 1 Cek Soluble Salt <50mg/m2 Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew material point Inspeksi Visual Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Dry Film Sesuai dengan thickness (DFT) spesifikasi. Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time spesifikasi Tiap Coating Inspeksi Visual: Hilangkan weld spatter, smooth weld Shrap edges seams, dan shrap Gap edges. Miss weld Weld defect Imperfect steel surface
Tabel IV-3. Prosedur pengecatan tangki pada bagian yang tidak termasuk area IMO PSPC (lanjutan).
No Bagian Tahapan Konstruksi
Tahapan Pengecatan Secondary Surface Preparation
Coating
After Erection
Steelwork Preparation (Erection Joint)
Item Pemeriksaan
Batasan
Cek relative humidity Cek dew point Cek temperatur permukaan material Kontaminan
Relative humidity = 85% Temperatur permukaan harus 30 lebih tinggi dari temperatur dew point Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Cleanliness grade Sa 2 ½ atau Pt 3 Cek Dust level Dust Quantity rating 1 Surface Profile 25-100 µm (Roughness) Cek Soluble Salt <50mg/m2 Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew point material Inspeksi Visual Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Dry Film Sesuai dengan thickness (DFT) spesifikasi. Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating Inspeksi Visual: Hilangkan weld spatter, smooth weld Shrap edges seams, dan shrap Gap edges. Miss weld Weld defect Imperfect steel surface
61
Tabel IV-3. Prosedur pengecatan tangki pada bagian yang tidak termasuk area IMO PSPC (lanjutan).
No Bagian Tahapan Konstruksi
Tahapan Pengecatan Secondary Surface Preparation
Stripe Coat
Coating Selanjutnya
62
Item Pemeriksaan Cek relative humidity Cek dew point Cek temperatur permukaan material Kontaminan
Batasan
Relative humidity = 85% Temperatur permukaan harus 30 lebih tinggi dari temperatur dew point Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Cleanliness grade Sweep Blast, Sa 2 ½ Cek Dust level Dust Quantity rating 1 Surface Profile 25-100 µm (Roughness) Cek Soluble Salt <50mg/m2 Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew point material Inspeksi Visual Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew point material Inspeksi Visual Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Dry Film Sesuai dengan thickness (DFT) spesifikasi. Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating
Tabel IV-3. Prosedur pengecatan tangki pada bagian yang tidak termasuk area IMO PSPC (lanjutan).
No Bagian Tahapan Konstruksi
Tahapan Pengecatan Inspeksi Final
Item Pemeriksaan
Batasan
Inspeksi Visual
Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Sesuai dengan spesifikasi. Sesuai dengan spesifikasi
Dry Film thickness (DFT) Measurement Cleanliness dan Curing Time Tiap Coating Holiday detection
No Holiday
Pada bagian kapal khususnya exposed deck dan superstructure (external side) memiliki proses pengecatan yang sama. Namun terdapat perbedaan jumlah lapisan cat pada masingmasing bagian tersebut. Berikut pada Gambar IV-6 ditunjukkan proses pengecatan untuk bagian exposed deck dan superstructure (external side).
Raw Material
Blasting or Mechanical Tool
Primary Surface Preparation
Shop Primer
Immediately After Blasting
Fabrikasi dan Assembly
Surface Treatment Before Painting
Inspection for Surface Treatment
Secondary Surface Preparation
1. Steel Work Preparation 2. Solvent Cleaning Before Blasting
A
63
A
Rust Preventive Painting
Immediately After Inspection
Subsequent Painting
Final Inspection
Gambar IV-6. Proses pengecatan untuk bagian exposed deck dan superstructure (external side)
Berikut Tabel IV-4 ditunjukkan prosedur pemeriksaan pada bagian exposed deck dan superstructure. Tabel IV-4. Prosedur pemeriksaan pada bagian exposed deck dan superstructure
No Bagian 3
Exposed Deck
4
Superstructure (External side)
Tahapan Konstruksi Fabrikasi (Raw material)
Tahapan Pengecatan Primary Surface Preparation
Shop primer Application
64
Item Pemeriksaan Cek relative humidity Cek dew point Cek temperatur permukaan material Kontaminan
Batasan Relative humidity = 85% Temperatur permukaan harus 30 lebih tinggi dari temperatur dew point Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Sa 2
Cleanliness grade Surface Profile 25-100 µm (Roughness) Cek Soluble <50mg/m2 Salt Cek relative Relative humidity humidity = 85% Cek dew Temperatur point permukaan harus 30 lebih tinggi Cek dari temperatur temperatur dew point
Tabel IV-4. Prosedur pemeriksaan pada bagian exposed deck dan superstructure (lanjutan).
No Bagian Tahapan Konstruksi
After Erection
Tahapan Pengecatan
Steelwork Preparation
Secondary Surface Preparation
Coating
Item Pemeriksaan
Batasan
Inspeksi Visual
Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Sesuai dengan spesifikasi.
Dry Film thickness (DFT) Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating Inspeksi Visual: Hilangkan weld spatter, smooth weld Shrap edges seams, dan shrap Gap edges. Miss weld Weld defect Imperfect steel surface Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew point material Kontaminan Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Cleanliness grade Sa 2 Surface Profile 25-100 µm (Roughness) Cek Soluble Salt <50mg/m2 Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew point material Inspeksi Visual Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi)
65
Tabel IV-4. Prosedur pemeriksaan pada bagian exposed deck dan superstructure (lanjutan).
No Bagian Tahapan Konstruksi
Tahapan Pengecatan
Inspeksi Final
Item Pemeriksaan
Batasan
Dry Film thickness (DFT) Measurement Cleanliness dan Curing Time Tiap Coating Inspeksi Visual
Sesuai dengan spesifikasi. Sesuai dengan spesifikasi
Dry Film thickness (DFT) Measurement Cleanliness dan Curing Time Tiap Coating Holiday detection
Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Sesuai dengan spesifikasi. Sesuai dengan spesifikasi No Holiday
Proses pengecatan untuk bagian superstructure (internal side) dan machinery space sama, berikut pada Gambar IV-7 ditunjukkan urutan proses pengecatannya. Raw Material
Blasting or Mechanical Tool
Primary Surface Preparation
Shop Primer
Immediately After Blasting
Fabrikasi dan Assembly
Surface Treatment Before Painting
Inspection for Surface Treatment
A
66
Secondary Surface Preparation
1. Steel Work Preparation 2. Solvent Cleaning Before Blasting
A
Rust Preventive Painting
Immediately After Inspection
Subsequent Painting
Final Inspection
Gambar IV-7. Proses pengecatan bagian superstructure (internal side) dan machinery space
Prosedur pemeriksaan pada bagian ini identik dengan prosedur pada bagian shell, yang membedakan hanya pada batasan pemeriksaannya dan metode surface preparation. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel IV-5 dibawah ini. Tabel IV-5. Prosedur pemeriksaan pada bagian superstructure (internal side) dan machinery space
No Bagian 5
Superstructure (Internal side)
6
Machinery space
Tahapan Konstruksi Fabrikasi (Raw material)
Tahapan Pengecatan Primary Surface Preparation
Item Pemeriksaan Cek relative humidity Cek dew point Cek temperatur permukaan material Kontaminan
Cleanliness grade Surface Profile (Roughness) Cek Soluble Salt
Batasan Relative humidity = 85% Temperatur permukaan harus 30 lebih tinggi dari temperatur dew point Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Sa 2 ½, 25-100 µm <50mg/m2
67
Tabel IV-5. Prosedur pemeriksaan pada bagian superstructure (internal side) dan machinery space (lanjutan).
No Bagian Tahapan Konstruksi
Assembly (Block Stage)
Tahapan Pengecatan Shop primer Application
Steelwork Preparation
Secondary Surface Preparation
Coating
68
Item Pemeriksaan Cek relative humidity Cek dew point Cek temperatur permukaan material Inspeksi Visual
Batasan Relative humidity = 85% Temperatur permukaan harus 30 lebih tinggi dari temperatur dew point Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Sesuai dengan spesifikasi.
Dry Film thickness (DFT) Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating Inspeksi Visual: Hilangkan weld spatter, smooth weld Shrap edges seams, dan shrap Gap edges. Miss weld Weld defect Imperfect steel surface Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew point material Kontaminan Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Cleanliness grade Sa 2 ½, Surface Profile 25-100 µm (Roughness) Cek Soluble Salt <50mg/m2 Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew point material
Tabel IV-5. Prosedur pemeriksaan pada bagian superstructure (internal side) dan machinery space (lanjutan).
No Bagian Tahapan Konstruksi
After Erection
Tahapan Pengecatan
Steelwork Preparation (Erection Joint)
Secondary Surface Preparation
Coating Selanjutnya
Item Pemeriksaan
Batasan
Inspeksi Visual
Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Sesuai dengan spesifikasi.
Dry Film thickness (DFT) Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating Inspeksi Visual: Hilangkan weld spatter, smooth weld Shrap edges seams, dan shrap Gap edges. Miss weld Weld defect Imperfect steel surface Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew point material Kontaminan Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Cleanliness grade Sweep Blast Sa 2 ½, St 3 for engine room (overhead, wall) Surface Profile 25-100 µm (Roughness) Cek Soluble Salt <50mg/m2 Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew point material
69
Tabel IV-5. Prosedur pemeriksaan pada bagian superstructure (internal side) dan machinery space (lanjutan).
No Bagian Tahapan Konstruksi
Tahapan Pengecatan
Inspeksi Final
Item Pemeriksaan
Batasan
Inspeksi Visual
Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Sesuai dengan spesifikasi. Sesuai dengan spesifikasi
Dry Film thickness (DFT) Measurement Cleanliness dan Curing Time Tiap Coating Inspeksi Visual
Dry Film thickness (DFT) Measurement Cleanliness dan Curing Time Tiap Coating Holiday detection
Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Sesuai dengan spesifikasi. Sesuai dengan spesifikasi No Holiday
Pada bagian outfitting dan equipment, proses pengecatan dimulai pada saat tahap fabrikasi dengan memberikan cat dasar atau shop primer kemudian proses selanjutnya baru dimulai setelah outfitting tersebut selesai diinstalasi pada kapal atau dapat juga dilakukan pada saat outfitting akan diinstalasi tergantung dengan jenis outfitting tersebut. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Gambar IV-8 yang menunjukkan urutan proses pengecatan bagian outfitting, equipment, dan piping.
Raw Material
Blasting or Mechanical Tool
Surface Treatment Before Painting
A
70
Primary Surface Preparation
A
Inspection for Surface Treatment
Rust Preventive Painting
Subsequent Painting
Appearance Inspection
Gambar IV-8. Urutan proses pengecatan kapal untuk outfitting, equipment, dan piping
Berikut pada Tabel IV-6 ditunjukkan prosedur pemeriksaan untuk bagian outfitting, equipment, dan piping. Tabel IV-6. Prosedur pemeriksaan untuk bagian outfitting, equipment, dan piping
No Bagian 7
Outfitting & Equipment
8
Piping
Tahapan Konstruksi Fabrikasi (Raw material)
Tahapan Pengecatan Primary Surface Preparation
Item Batasan Pemeriksaan Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus Cek 30 lebih tinggi dari temperatur temperatur dew permukaan point material Kontaminan Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Cleanliness Sa 2, Sa 2 ½ untuk grade anchor, anchor chain, piping (internal side) Surface Profile 25-100 µm (Roughness) Cek Soluble <50mg/m2 Salt
71
Tabel IV-6. Prosedur pemeriksaan untuk bagian outfitting, equipment, dan piping (lanjutan)
No Bagian Tahapan Konstruksi
After Installation (After Erection)
Tahapan Pengecatan Shop primer Application
Steelwork Preparation
Secondary Surface Preparation
72
Item Pemeriksaan
Batasan
Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew material point Inspeksi Visual Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Dry Film Sesuai dengan thickness (DFT) spesifikasi. Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating Inspeksi Visual: Hilangkan weld spatter, smooth weld Shrap edges seams, dan shrap Gap edges. Miss weld Weld defect Imperfect steel surface Cek relative Relative humidity = humidity 85% Cek dew point Temperatur permukaan harus 30 Cek temperatur lebih tinggi dari permukaan temperatur dew material point Kontaminan Tidak boleh terdapat kontaminan berupa oil, grease, dan kontaminan lain Cleanliness grade Sa 2, Sa 2 ½ untuk anchor, anchor chain, piping (internal side) Surface Profile 25-100 µm (Roughness) Cek Soluble Salt <50mg/m2
Tabel IV-6. Prosedur pemeriksaan untuk bagian outfitting, equipment, dan piping (lanjutan).
No Bagian Tahapan Konstruksi
Tahapan Pengecatan Coating
Inspeksi Final
Item Pemeriksaan
Batasan
Cek relative humidity Cek dew point Cek temperatur permukaan material Inspeksi Visual
Relative humidity = 85% Temperatur permukaan harus 30 lebih tinggi dari temperatur dew point Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Dry Film thickness Sesuai dengan (DFT) spesifikasi. Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating Inspeksi Visual Tidak terdapat misscoat (sesuai dengan spesifikasi) Dry Film thickness Sesuai dengan (DFT) spesifikasi. Measurement Cleanliness dan Sesuai dengan Curing Time Tiap spesifikasi Coating Holiday detection No Holiday
3. Tripartie Agreement Persetujuan inspeksi ditentukan oleh ketiga pihak (tripartite) yaitu pihak pemilik kapal, galangan, dan manufaktur coating. Persetujuan ini dilakukan untuk menentukan area yang termasuk dalam peraturan IMO PSPC lalu menentukan prosedur dan item pemeriksaan yang dilakukan pada area-area tersebut sesuai dengan peraturan yang diatur oleh IMO PSPC. Selain itu persetujuan ini juga berisikan spesifikasi pekerjaan pengecatan, technical data sheet, dan sampel form pemeriksaan yang terverifikasi. Setelah dilakukan persetujuan, inspector memiliki tugas untuk melakukan pengecekan pada persetujuan tersebut. Apabila terdapat hal yang tidak sesuai inspector berhak meminta revisi persetujuan inspeksi. Jika semua hal telah dianggap sesuai maka proyek dapat dilaksanakan. Setelah dilakukan pemeriksaan cat, inspektor memiliki tugas untuk memberikan dokumentasi dan laporan setiap pemeriksaan yang telah dilakukan untuk selanjutnya dikirim ke pihak pemilik kapal dan badan klasifikasi. Persetujuan inspeksi berisikan tentang: 73
1. Item-item yang harus dilakukan inspeksi 2. Pihak yang melakukan inspeksi a.
simbol tersebut menunjukkan bahwa ketiga pihak dari owner representative, shipyard representative dan paint manufacture representative diwajibkan untuk melakukan inspeksi pada item tersebut.
b.
simbol tersebut menunjukkan bahwa inspeksi dilakukan oleh PSPC coating inspector dan asisten dari coating inspector
c.
simbol tersebut menunjukkan bahwa inspeksi dilakukan oleh asisten coating inspector.
3. Waktu atau fase dilakukannya inspeksi 4. Area dilakukan inspeksi 5. Prosedur pengukuran pada saat inspeksi 6. Standard PSPC Berikut pada Tabel IV-7 ditunjukkan hasil persetujuan inspeksi untuk area IMO PSPC. Tabel IV-7. Prosedur inspeksi area IMO PSPC Tahapan
Item Pemeriksaan
Inspector
Waktu
Area
dilakukan
dilakukan
Inspeksi
Prosedur
PSPC Standard
Melakukan
ISO 8501-3:2001 (grade P2)
inspeksi Steelwork
Edge
Preparation (Block Stage)
Welding spatter
Setelah
Blok
yang
proses
termasuk dalam
inspeksi
assembly
area yang diatur
visual
dalam
IMO
Welding
PSPC
(water
beads
ballast
tank,
cargo oil tank, Steel surfaces
forepeak
tank,
afterpeak
tank,
dan slop tank)
Permukaan
ujung yang tajam dibuat
rounded
hingga minimum 2mm
dengan
melakukan three pass grinding atau cara setara
74
dan
lain
yang
Tabel IV-7. Prosedur inspeksi area IMO PSPC (lanjutan). Tahapan
Item
Inspector
Pemeriksaan
grease,
Waktu
Area
dilakukan
dilakukan
inspeksi
Inspeksi
Sebelum
Blok
Secondary
Oil,
Surface
dan
dilakukan
termasuk
Preparation
kontaminan
secondary
dalam
(Block
lainnya
surface
yang
preparation
dalam IMO
Stage) Ambient
yang
cargo
humidity
Melakukan
Tidak terdapat
inspeksi visual
kontaminan
Melakukan
R.H < 85%
diatur
ballast tank,
dan relative
PSPC Standard
area
PSPC (water
temperature
Prosedur
oil
pengukuran
Steel
temperatur,
temperature –
kelembaban
tank,
pada
forepeak
dew
tangki,
point
>
3 0C
dan menghitung
tank,
dew point
afterpeak Blasting
Setelah
tank,
dan
grade
dilakukan
slop tank)
Lihat salah satu
Sa 1
bagian
secondary
permukaan lalu
surface
dibandingkan
preparation
dengan referensi untuk
foto
menilai
cleanliness grade Steelwork
Edge
Preparation (Block Stage)
Welding spatter
Setelah
Blok
dilakukan
termasuk
erection
dalam yang
yang
Melakukan
ISO
8501-
inspeksi visual
3:2001 (grade
area
P2) Permukaan
diatur
dan ujung yang
Welding
dalam IMO
tajam
dibuat
beads
PSPC
rounded hingga minimum 2mm
Steel surfaces
dengan melakukan three
pass
grinding
75
Tabel IV-7. Prosedur inspeksi area IMO PSPC (lanjutan). Tahapan
Item
Inspector
Pemeriksaan
grease,
Waktu
Area
Prosedur
dilakukan
dilakukan
inspeksi
Inspeksi
Sebelum
Blok
Standard
Secondary
Oil,
Surface
dan
dilakukan
termasuk
Preparation
kontaminan
secondary
dalam
(After
lainnya
surface
yang
diatur
preparation
dalam
IMO
(After
PSPC (water
Erection)
ballast
Erection) Ambient temperature dan
relative
yang
tank,
forepeak tank, afterpeak tank, dan slop tank)
Melakukan
Tidak
inspeksi visual
terdapat
area
cargo oil tank,
humidity
PSPC
kontaminan
Melakukan pengukuran temperatur dan
R.H < 85% Steel temperature
kelembaban
– dew point
pada tangki dan
> 30C
menghitung dew point
Steel
Setelah
Melakukan
ISO
treatment
dilakukan
inspeksi visual
3:2001
secondary
8501-
(grade P2)
surface Blasting grade
preparation (After Erection)
Lihat salah satu
Sa 2 ½
bagian permukaan lalu dibandingkan dengan referensi foto
untuk
menilai cleanliness grade Surface
Melakukan
ISO
profile
pengukuran
1/2:1988
kekasaran pada material
76
8503-
30-75µm
Tabel IV-7. Prosedur inspeksi area IMO PSPC (lanjutan). Tahapan
Item Pemeriksaan
Inspector
Waktu
Area
dilakukan
dilakukan
inspeksi
Inspeksi
Dust
Prosedur
PSPC Standard
Mengevaluasi
ISO
secara
visual
3:1993
untuk
melihat
dust level
8502-
Jika
terdapat
dua
bagian
yang
tidak
memuaskan, tape test dapat dilakukan
dan
dapat dijadikan bukti
untuk
penentuan hasil Water
Melakukan
ISO
soluble salt
pengukuran
9:1998
konsentrasi
≤ 50 mg/m2
garam material
8502-
dari yang
telah diblasting Tank
Ambient
Sebelum,
dan
Blok
yang
Coating
temperature
saat
termasuk
dan relative
pengaplikasian
dalam
humidity
coating
yang
diatur
dalam
IMO
temperature
R.H < 85%
pengukuran area
temperatur dan kelembaban pada tangki dan
PSPC (water
menghitung
ballast
dew point
tank,
cargo Steel surface
Melakukan
oil
tank, forepeak tank, afterpeak tank, dan slop
Mengukur
Steel
temperatur
temperature
material
pada
–
dew point > 30C
satu lokasi per blok
tank)
77
Tabel IV-7. Prosedur inspeksi area IMO PSPC (lanjutan), Tahapan
Item
Inspector
Pemeriksaan
Waktu
Area dilakukan
dilakukan
Inspeksi
Prosedur
PSPC Standard
inspeksi Stripe coat
Setelah
Cek pengaplikasian
Tidak
pengaplikasian
stripe coat
terdapat
stripe coat Wet
film
thickness
Setiap
cacat
lapisan
Ukur ketebalan cat
coat
pada
saat
dengan
basah alat
pengukur Pengukuran tidak
WFT. ini perlu
dimasukkan dalam laporan Dry
film
thickness
Setelah lapisan
Ukur ketebalan cat
Per
cat mengering
saat mulai kering
Annex 3
pada setiap lapisan
of PSPC
cat sehingga dapat menjamin
DFT
final sesuai dengan spesifikasi Final
Dry
film
Inspection
thickness
Setelah
semua
proses
coating
telah dilakukan
selesai
Blok
yang
termasuk dalam
pengukuran
sesuai dengan yang area
yang
diatur
dalam
IMO
PSPC
(water
ballast
tank,
cargo oil tank, forepeak tank, afterpeak tank, dan slop tank)
78
Titik
ditentukan Annex 3 IMO PSPC
Tabel IV-7. Prosedur inspeksi area IMO PSPC (lanjutan). Tahapan
Item Pemeriksaan
Inspector
Waktu
Area
dilakukan
dilakukan
inspeksi
Inspeksi
Prosedur
Nominal dry
Evaluasi
film thickness
PSPC Standard
NDFT
320µm
pengukuran
dengan
cara
dengan
pengukuran
melakukan
hasil
spot
menggunakan
check yang benar.
aturan 90/10
Coating
Melakukan
No defect
defect
inspeksi visual
79
IV.1.4. Pemeriksaan Pengecatan Kapal Bangunan Baru Agar kapal yang dibangun memiliki standard dan kualitas cat yang sesuai dengan spesifikasi kontrak maka diperlukan pemeriksaan yang sesuai dengan alur pemeriksaan dan persyaratan yang ada. Berikut ditunjukkan pada Gambar IV-9 alur pemeriksaan oleh coating inspector pada proyek pengecatan kapal bangunan baru:
Sebelum Proyek Mulai
1. Membaca dan memahami spesifikasi dari manufaktur cat, referenced codes, dan standart. 2. Mempelajarai coating material data sheets, melakukan pengecekan jika didapati perbedaan dengan spesifikasi. 3. Mengunjungi lokasi proyek untuk meneliti apakah Diperlukan penyesuaian pada saat pengaplikasian cat.
Pre-job Conference
1. Memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul mengenai spesifikasi termasuk laporan tertentu, test instruments, dan prosedur. 2. Jika diperlukan, dapat menjelaskan test dan report yang harus dikerjakan. 3. Menjelaskan tanggung jawab dan otoritas dari coating inspector.
Pemeriksaan Sertifikasi, Cat, Abrasive Media
Proyek Dimulai
Primary Surface Preparation
A
80
1. Dilakukan pemeriksaan dan penjelasan mengenai spesifikasi coating system pada aplikator. 2. Memeriksa tempat penyimpanan dari cat dan thinner. 3. Melakukan pemeriksaan abrasive media, visual dan melakukan pengujian sesuai (ASTM D940-98)
Pengecekan Sebelum PSP 1. Temperatur permukaan material 2. Relative Humidity 3. Dew Point 4. Cek kontaminan Sesudah Dilakukan PSP 1. Soluble salt test 2. Monitoring cleanliness grade (cek telah memenuhi spesifikasi atau tidak) Acceptance Criteria 1. Relative Humidity = Max. 85% 2. Temperatur material tidak lebih dari 3 derajat diatas dew point 3. Soluble Salt = ≤50 mg/m2 4. Cleanliness grade Sa 2 1/2
A
Shop Primer
Sebelum Pengecatan Primer 1. Confirm shop primer material (telah terdaftar dan compatible dengan main coat system) 2. Confirm thickness dan curing time dari shop primer
Steelwork Preparation (Block Stage)
Proses Inspeksi Dilakukan inspeksi secara visual pada welding, sharp edges, dan permukaan (steel surface treatment dan edge treatment) Acceptance Criteria 1. Sesuai dengan Preparation Grade (Contoh: Grade P1, P2, P3) 2. Edges di treatment hingga rounded dan memiliki radius minimum 2 mm dan dilakukan dengan cara three pass grinding atau perlakuan lain yang setara
Secondary Surface Preparation (Block Stage)
Sebelum Dilakukan SSP 1. Cek kontaminan pada permukaan material 2. Cek Ambient Temperature dan Relative Humidity Setelah Dilakukan SSP 1. Dilakukan inspeksi salt test min. 1/block(jika dibutuhkan) 2. Melakukan inspeksi untuk melihat dust, surface profile, cleanliness grade Acceptance Criteria 1. Tidak terdapat kontaminan 2. Relative Humidity= 85% 3. Surface Temperature > 30 Dew Point Temperature 4. Cleanliness grade sesuai dengan spesifikasi (Contoh: Sa 1, Sa 2, Sa 2 ½) 5. Surface Profile sesuai dengan spesifikasi (Umumnya: 25100µm)
Erection
Steelwork Preparation (After Erection)
Proses Inpeksi Dilakukan inspeksi secara visual pada erection joint. Jika ditemukan sharp edges, welding spatter, imperfect steel surface, missweld atau imperfect welding harus segera dilakukan repair Acceptance Criteria 1. Sesuai dengan Preparation Grade (Contoh: Grade P1, P2, P3) 2. Edges di treatment hingga rounded dan memiliki radius minimum 2 mm dan dilakukan dengan cara three pass grinding atau perlakuan lain yang setara
B
81
B
Secondary Surface Preparation (After Erection)
1st Coating
1st Stripe Coating
2nd Stripe Coating
2nd Coating
Coating selanjutnya
Adhesion Test
Inspeksi Final
Sebelum Dilakukan SSP 1. Cek kontaminan pada permukaan material 2. Cek ambient temperature dan relative humidity Setelah Dilakukan SSP 1. Dilakukan inspeksi salt test min. 1/block 2. Dust quantity rating, 3. Surface profile 4. Cleanliness grade Acceptance Criteria 1. Tidak terdapat kontaminan 2. Relative Humidity= 85% 3. Surface Temperature > 30 Dew Point Temperature 4. Cleanliness grade sesuai dengan spesifikasi (Umumnya:Sa 2 ½) 5. Surface Profile sesuai dengan spesifikasi (Umumnya: 25100µm) 6. Dust quantitiy rating sesuai spesifikasi (Contoh: dust quantity rating 1 for dust size class 3, 4, 5) 7. Water soluble salt ≤ 50 mg/m2 Sebelum coating 1. Surface temperature 2. Humidity 3. Dew point 4. Inspeksi visual kondisi steel surface, hasil surface preparation Sesudah coating 1. Inspeksi visual pada area yang terdapat defect. Semua jenis repair yang dilakukan harus diperiksa ulang dan didokumentasikan. 2. Pengukuran DFT setiap coating, khusus untuk epoxy based coating pengukuran dilakukan menggunakan rule 90/10. Acceptance Criteria 1. Relative Humidity= 85% 2. Surface Temperature > 30 Dew Point Temperature 3. No coating defect 4. Dry Film Thickness sesuai dengan spesifikasi
Proses Inpeksi 1. Inspeksi visual pada area yang terdapat defect. Semua jenis repair yang dilakukan harus diperiksa ulang dan didokumentasikan. 2. Holiday test 3. Pengukuran DFT, khusus untuk epoxy based coating pengukuran dilakukan menggunakan rule 90/10. Acceptance Criteria 1. No coating defect, no holiday 2. Dry Film Thickness total coating system sesuai dengan spesifikasi Gambar IV-9. Alur pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru
82
IV.2. Standard dan Proses Pemeriksaan Cat Kapal Bangunan Baru IV.2.1. Persiapan Tahap persiapan ini dilakukan sebelum proses pengecatan pada material dilakukan. Pada tahap ini, tidak diperlukan report untuk hasil pemeriksaannya. Pemeriksaan yang dilakukan oleh coating inspector pada tahap persiapan ini antara lain: 1. Pemeriksaan Sertifikasi Aplikator Pemeriksaan sertifikasi aplikator bertujuan untuk mengetahui kualifikasi dari aplikator cat tersebut. Pemeriksaan ini tidak wajib untuk dilakukan, namun umumnya pemeriksaan ini dapat dilakukan jika memang owner menginginkan untuk dilakukan pemeriksaan. Selain memeriksa sertifikat, coating inspector juga menanyakan tentang pengalaman aplikator tersebut. Jika ditemui bahwa aplikator tidak terkualifikasi dengan sistem cat yang akan dilakukan, maka coating inspector dapat memberikan training singkat pada aplikator. 2. Pemeriksaan Cat Pemeriksaan dilakukan pada tempat penyimpanan cat dan thinner. Cat dan thinner harus disimpan pada area yang memiliki ventilasi baik, tidak panas, dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. 3. Pemeriksaan Material Abrasive Pemeriksaan material abrasive dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya water soluble ionic contamination. Percobaan dilakukan pencampuran air dan material abrasive dalam sebuah larutan untuk meluruhkan soluble salt yang berada di dalam material abrasive. Lalu dilakukan pengukuran konduktifitas untuk mengetahui banyak kontaminan yang terdapat pada material abrasive. IV.2.2. Primary Surface Preparation Primary Surface Preparation merupakan tahapan pertama yang dilakukan pada material sebelum diproses pada tahap fabrikasi. Pada tahap ini, permukaan material tersebut dibersihkan dari karat, mill scale, minyak, grease, dan lain-lain agar terhindar dari cacat prematur yang mempengaruhi kualitas dari cat tersebut. Primary Surface Preparation merupakan hal yang vital dan termasuk sebagai fondasi dari coating. Untuk proyek kapal bangunan baru yang memakai standard IMO PSPC sebagai acuan, mengharuskan material yang telah dilakukan surface preparation untuk memiliki surface cleanliness level Sa 2 ½ dan surface profile roughness 30-75 µm. Selain itu pemeriksaan yang dilakukan pada tahap ini antara lain : 83
A. Sebelum Surface Preparation 1. Pengukuran Kondisi Udara (Ambient Condition) Pengukuran yang dilakukan pada tahap ini adalah pengukuran temperatur material, kelembaban udara, dan titik embun. Pengukuran temperatur material dilakukan pada permukaan material yang akan diblasting. Temperatur material tidak boleh kurang dari 3o C + suhu titik embun (Dew point). Selanjutnya dilakukan pengukuran kelembaban udara (Relative humidity). Blasting atau surface preparation tidak dapat dilakukan apabila kelembaban udara melebihi 85%. Kemudian pengukuran Dew point dilakukan untuk mengetahui titik embun udara. 2. Metode Surface Preparation dan Tingkat Kebersihan Dilakukan pencatatan metode surface preparation yang digunakan serta standard kebersihan yang dianut. Contoh cleanliness standard Sa 2 ½. 3. Jenis Abrasive Material Dilakukan pencatatan jenis dan grade dari abrasive material yang digunakan. 4. Waktu Proses Blasting Dilakukan pencatatan waktu mulai hingga berakhirnya proses blasting, serta tanggal dilakukannya surface preparation tersebut. 5. Surface Kontaminan Pengecekan kontaminan dilakukan secara visual pada bagian permukaan material. Sebelum material diberi shop primer, kontaminan harus seperti oil, grease, rust, dan lain-lain harus dihilangkan seluruhya. B. Setelah Dilakukan Surface Preparation 1. Surface Profile Roughness Dilakukan pengukuran kekasaran permukaan material yang telah dilakukan surface preparation. Kekasaran (Roughness)
yang diizinkan adalah sebesar 30-75 µm.
Pengukuran dilakukan dengan bantuan alat surface roughness gauge. 2. Soluble Salt Melakukan pengukuran kadar garam pada permukaan material. Kadar garam pada permukaan harus < 50 mg/m2. 3. Cleanliness Standard Pengecekan ulang pada material apakah material telah sesuai dengan standard kebersihan yang dijadikan acuan.
84
IV.2.3. Shop primer Pengaplikasian shop primer dilakukan secepatnya setelah dilakukan primary surface preparation. Cat shop primer yang merupakan penghambat karat digunakan untuk memproteksi material dari kerusakan akibat kondisi udara setelah dilakukan proses fabrikasi. Pada pembangunan kapal baru, shop primer diaplikasikan pada material dan profil sebelum dilanjutkan ke tahap fabrikasi dan assembly. Shop primer dapat dilas dan digunakan untuk memproteksi permukaan material dari korosi pada saat proses pembangunan sampai dengan final paint system diaplikasikan. Pemeriksaan yang dilakukan coating inspector pada tahap ini antara lain: A. Sebelum Pengaplikasian Shop primer 4. Pemeriksaan Kondisi Udara (Ambient Condition) Pengukuran yang dilakukan pada tahap ini adalah pengukuran temperatur material, kelembaban udara, dan titik embun. Pengukuran temperatur material dilakukan pada permukaan material yang akan diberi shop primer. Temperatur material tidak boleh kurang dari 3o C + suhu titik embun (Dew point). Selanjutnya dilakukan pengukuran kelembaban udara (Relative humidity). Blasting atau surface preparation tidak dapat dilakukan apabila kelembaban udara melebihi 85%. Kemudian pengukuran Dew point dilakukan untuk mengetahui titik embun udara. Pengukuran temperatur dry bulb dan wet bulb dilakukan setelah proses pengaplikasian cat selesai dilakukan. 5. Metode Aplikasi Coating Dilakukan pencatatan metode aplikasi coating yang dilakukan. Pengaplikasian shop primer umumnya menggunakan airless spray, conventional spraym dan roll/brush. 6. Informasi Painting Coating inspector harus melakukan pencatatan mengenai informasi painting yang akan dilakukan. Informasi tersebut berisikan nama cat yang digunakan, warna/shade number, batch number, thinner number, volume solid dari cat yang digunakan, waktu yang dibutuhkan untuk aplikasi cat, dan curing time. B. Sesudah Pengaplikasian Shop primer 1. Pengukuran Wet Film thickness dan Dry Film thickness Pengukuran WFT dan DFT dilakukan dengan bantuan alat ukur dan dicocokkan dengan persyaratan yang dibutuhkan. Pengukuran WFT, DFT, dan curing time cat wajib dilakukan oleh inspector.
85
IV.2.4. Steelwork Preparation (Block Stage) Blok yang akan diblasting diwajibkan untuk melakukan steel treatment terlebih dahulu. Steel treatment merupakan proses penghilangan ujung-ujung tajam pada bagian konstruksi kapal akibat dari proses fabrikasi dan assembly seperti cutting, welding dan lain-lain. Berdasarkan persyaratan IMO PSPC, ujung-ujung yang tajam harus digerinda hingga rounded dengan ukuran radius minimum 2 mm. Ujung-ujung tajam sering dijumpai pada bagian scallop, lightening holes, ujung bebas pada flange, T-shape stiffener, dan lain-lain. Tugas inspektor pada tahap ini adalah inspeksi visual pada bagian-bagian dibawah ini agar dapat memenuhi standard IMO PSPC : 1. Cek Shrap edge Pemeriksaan secara visual dilakukan pada bagian yang memiliki ujung-ujung lancip. Jika dtemui ujung lancip maka harus dilakukan repair dengan metode three pass grinding atau proses lain yang setara dengan cara tersebut hingga rounded dan memiliki radius minimum 2 mm. 2. Sambungan Las Pemeriksaan secara visual dilakukan pada setiap sambungan las untuk melihat ada tidaknya miss weld dan defect pengelasan (imperfect welding) seperti porosity, welding spatter, welding beads yang tinggi, dan lain-lain. 3. Steel Surface Pemeriksaan visual pada permukaan material. IV.2.5. Steelwork Preparation (After Erection) Blok yang telah dilakukan erection diwajibkan untuk melakukan steel treatment yang kedua terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ke proses blasting yang kedua. Steel treatment merupakan proses penghilangan defect pada bagian joint erection agar kualitas cat yang dihasilkan dapat sesuai dengan standard. Tugas inspektor pada tahap ini adalah inspeksi visual pada bagian-bagian dibawah ini agar dapat memenuhi standard IMO PSPC. 1. Cek Shrap edge Pemeriksaan secara visual dilakukan pada bagian yang memiliki ujung-ujung lancip. Jika dtemui ujung lancip maka harus dilakukan repair dengan metode three pass grinding atau proses lain yang setara dengan cara tersebut hingga rounded dan memiliki radius minimum 2 mm.
86
2. Sambungan Las Pemeriksaan secara visual dilakukan pada setiap sambungan las untuk melihat ada tidaknya miss weld dan defect pengelasan (imperfect welding) seperti porosity, welding spatter, welding beads yang tinggi, dan lain-lain. 3. Steel Surface Pemeriksaan visual pada permukaan material IV.2.6. Second Surface Preparation Surface preparation kedua ini dilakukan setelah proses assembly blok. Surface preparation ini berfungsi untuk menghilangkan karat dan kontaminan lain yang terdapat pada material sebelum dilakukan proses coating selanjutnya. Berikut merupakan item inspeksi yang harus dilakukan oleh coating inspektor pada tahap surface preparation kedua: A. Sebelum Surface Preparation Kedua 1. Pengukuran Kondisi Udara (Ambient Condition) Pengukuran yang dilakukan pada tahap ini adalah pengukuran temperatur material, kelembaban udara, dan titik embun. Pengukuran temperatur material dilakukan pada permukaan material yang akan dilakukan surface treatment. Temperatur material tidak boleh kurang dari 3o C + suhu titik embun (Dew point). Selanjutnya dilakukan pengukuran kelembaban udara (Relative humidity). Blasting atau surface preparation tidak dapat dilakukan apabila kelembaban udara melebihi 85%. Kemudian pengukuran Dew point dilakukan untuk mengetahui titik embun udara. 2. Metode Surface Treatment dan Tingkat Kebersihan Pencatatan metode surface treatment apa yang dilakukan serta tingkat kebersihan yang diinginkan sesuai dengan tripartie agreement. Sesuai dengan IMO PSPC minimal tingkat kebersihan dengan blasting adalah Sa 2 ½. 3. Jenis Material Abrasive Pencatatan jenis material abrasive yang digunakan meliputi tipe dan grade dari abrasive material tersebut. 4. Surface Contaminant Pemeriksaan secara visual pada permukaan material untuk melihat ada tidaknya kontaminan yang tersisa seperti minyak, grease, dan lain-lain. Inspektor harus menjamin bahwa tidak ada kontaminasi minyak yang tertinggal.
87
B. Sesudah Secondary Surface Preparation 1. Kondisi Blasting Pencatatan waktu pelaksanaan dan pemeriksaan visual pada permukaan material. Pemeriksaan visual yang dilakukan diperlukan untuk melihat rust grade dan tingkat kebersihan yang dihasilkan. Pengecekan tingkat kebersihan sangat penting sebelum dilanjutkan ke tahap pengecatan selanjutnya. Tidak dapat dilakukan pengecatan apabila tingkat kebersihan yang diharapkan belum didapatkan. 2. Surface Contaminant Pemeriksaan secara visual pada permukaan material untuk melihat ada tidaknya kontaminan yang tersisa seperti minyak, grease, dan lain-lain. Inspektor harus menjamin bahwa tidak ada kontaminasi minyak yang tertinggal. 3. Dust Rating Melakukan pengetesan tingkatan dust pada permukaan material yang telah dilakukan surface treatment. Standard level yang dibutuhkan sesuai dengan IMO PSPC adalah Dust quantity rating ”1” untuk dust size class ”3”, ”4”, atau ”5”. 4. Pengukuran Kekasaran Surface Profile Melakukan pengukuran kekasaran pada permukaan material. Kekasaran yang dianjurkan adalah 30-75 µm. 5. Pengukuran Soluble Salt Melakukan pengukuran kandungan garam pada bagian material yang telah diblasting dengan menggunakan metode Bresle dan mengambil 2 titik acuan pada setiap pengukuran. Dapat dilanjutkan ke proses coating selanjutnya apabila kandungan garam pada material < 50 mg/m2 sodium chloride. IV.2.7. Coating Tahap ini merupakan tahap pengaplikasian coating pada permukaan material yang telah dilakukan secondary surface preparation. Pengaplikasian coating dianjurkan untuk dilakukan sesegera mungkin setelah dilakukannya secondary surface preparation agar permukaan material tersebut tidak terkontaminasi sehingga produk cat yang dihasilkan sesuai dengan standar. Pada tahap ini pemeriksaan yang dilakukan oleh coating inspector antara lain: A. Sebelum Pengaplikasian Coating 1. Pengukuran Kondisi Udara (Ambient Condition)
88
Pengukuran yang dilakukan pada tahap ini adalah pengukuran temperatur material, kelembaban udara, dan titik embun. Pengukuran temperatur material dilakukan pada permukaan material yang akan diberi 1st Coat. Temperatur material tidak boleh kurang dari 3o C + suhu titik embun (Dew point). Selanjutnya dilakukan pengukuran kelembaban udara (Relative humidity). Coating tidak dapat dilakukan apabila kelembaban udara melebihi 85%. Kemudian pengukuran Dew point dilakukan untuk mengetahui titik embun udara. Pengukuran temperatur dry bulb dan wet bulb dilakukan setelah proses pengaplikasian cat selesai dilakukan. 2. Surface Contaminant Pemeriksaan secara visual pada permukaan material untuk melihat ada tidaknya kontaminan yang tersisa seperti minyak, grease, dan lain-lain. Inspektor harus menjamin bahwa tidak ada kontaminasi minyak yang tertinggal sebelum dapat dilanjutkan ke proses coating. Jika ditemukan kontaminan pada material maka harus segera dibersihkan sesuai dengan rekomendasi Coating Manufaktur. Tugas dari coating inspector adalah mendata metode apa yang digunakan untuk membersihkan kontaminan tersebut dan menjadi supervisi apakah penerapan pembersihan kontaminan sudah berjalan sesuai prosedur. 7. Metode Aplikasi Coating Dilakukan pencatatan metode aplikasi coating yang dilakukan. Pengaplikasian shop primer umumnya menggunakan airless spray, conventional spray dan roll/brush. 8. Informasi Painting Coating inspector harus melakukan pencatatan mengenai informasi painting yang akan dilakukan. Informasi tersebut berisikan nama cat yang digunakan, warna/shade number, batch number, thinner number, volume solid dari cat yang digunakan, waktu yang dibutuhkan untuk aplikasi cat, dan curing time. B. Sesudah Pengaplikasian Coating 1. Pengukuran Wet Film thickness Melakukan pengukuran Wet Film thickness setiap spray coat. Pengukuran ini digunakan sebagai referensi oleh praktisi coating agar ketebalan coating yang disyaratkan dapat tercapai. 2. Pengukuran Dry Film thickness Melakukan pengukuran Dry Film thickness setiap spray coat. Pemilihan lokasi titik pengukuran disesuaikan dengan standard Annex 3 PSPC. Selain itu, pengukuran DFT 89
ini dilakukan dengan rule 90/10 sesuai dengan yang dianjurkan oleh PSPC. Maksud dari Rule 90/10 ini adalah dari 90% titik pengukuran yang diambil, nilai dari DFT harus lebih besar atau sama dengan NDFT (Nominal Dry Film thickness) dan sisanya sebesar 10% tidak boleh kurang dari 0,9 x NDFT. Ketebalan DFT maksimum disesuaikan dengan spesifikasi yang diberikan oleh Coating Manufaktur. 3. Pengaplikasian Stripe Coat Pemeriksaan secara visual pada hasil stripe coat. Stripe coat diaplikasikan pada bagian weld seam dan edge, dimana stripe coat ini harus dilakukan dengan brush atau roller. Untuk roller, digunakan pada bagian scallops, ratholes, dan lain-lain. Hasil stripe coat harus menampilkan visual film formation yang bagus dan tidak terdapat defect seperti pores dan un-wet area. IV.2.8. Pengujian Adhesi Pengujian ini tidak wajib untuk dilakukan pada proyek kapal bangunan baru karena pengujian yang dilakukan dapat merusak cat. Namun terdapat beberapa kasus yang menyebabkan pengujian adhesi ini harus dilakukan. Salah satunya jika pada proyek kapal digunakan sistem overcoat pada coating system ada kemungkinan salah satu cat kadaluarsa sehingga tidak dapat merekat sempurna jika dilakukan overcoat pada cat tersebut. Dikarenakan proyek pembangunan kapal yang memakan waktu lama, cat dapat kadaluarsa dan diharuskan dilakukan pengujian adhesi untuk memeriksa kekuatan adhesi antara cat dan material. Pemeriksaan yang dilakukan pada pengujian ini antara lain: 1.
Melakukan pencatatan informasi tentang pengujian Informasi yang perlu dicatat adalah lokasi dilakukannya pengujian, cairan adhesive yang digunakan, tanggal penempelan dolly, dry time dari cat terakhir yang digunakan, cek dry film thickness dan tanggal pengujian.
2.
Melakukan pencatatan hasil pengujian Mencatat hasil pull-off strength dan dibandingkan dengan pull-off strength yang tertera pada spesifikasi cat lalu menentukan jenis failure yang terjadi.
IV.2.9. Inspeksi Final 1. Pengukuran Dry Film thickness Melakukan pengukuran dan pencatatan Dry Film thickness pada final coat. Pemilihan lokasi titik pengukuran disesuaikan dengan standard Annex 3 PSPC. Selain itu, pengukuran DFT ini dilakukan dengan rule 90/10 sesuai dengan yang dianjurkan oleh 90
PSPC. Maksud dari Rule 90/10 ini adalah dari 90% titik pengukuran yang diambil, nilai dari DFT harus lebih besar atau sama dengan NDFT (Nominal Dry Film thickness) dan sisanya sebesar 10% tidak boleh kurang dari 0,9 x NDFT. Ketebalan DFT maksimum disesuaikan dengan spesifikasi yang diberikan oleh Coating Manufacture. 2. Repair Melakukan pemeriksaan secara visual pada permukaan material untuk mengetahui defect. Coating inspector harus memberikan tanda dan cara perbaikan yang dilakukan jika didapati defect seperti pin-holes, bubbles, voids, dan lain-lain. Semua proses perbaikan yang dilakukan harus di cek ulang dan di dokumentasikan. IV.3. Sistem Pemeriksaan Pengecatan Kapal IV.3.1. Form Pemeriksaan Form pemeriksaan disetujui pada dokumen tripartie agreement antara tiga pihak yaitu owner, shipyard, dan coating manufactur. Terdapat beberapa jenis form pemeriksaan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan pengecatan kapal. Form tersebut antara lain: 1. Form Pemeriksaan (Steel Surface Preparation) Form pemeriksaan SSP ini berisikan tentang item-item yang harus dilakukan pengukuran dan pencatatan pada tahap surface preparation atau proses blasting. Berikut pada Gambar IV-10 ditunjukkan contoh form pemeriksaan steel surface preparation yang diperoleh dari dokumen Tripartie Agreement untuk Kapal Tanker yang dibangun di PT. Lamongan Marine Industry pada halaman selanjutnya.
91
Gambar IV-10. Form Pemeriksaan Steel Surface Preparation
2. Form Pemeriksaan (Painting and NDFT Measurement) Form pemeriksaan Painting and NDFT Measurement ini berisikan tentang item-item yang harus dilakukan pengukuran dan pencatatan pada tahap pengaplikasian coating. Berikut pada Gambar IV-11 ditunjukkan contoh form pemeriksaan paint and NDFT measurement yang diperoleh dari dokumen Tripartie Agreement untuk Kapal Tanker yang dibangun di PT. Lamongan Marine Industry. 92
Gambar IV-11. Form Pemeriksaan Painting and NDFT Measurement
3. Form Non-Conformance Report Form Non-Conformance Report ini dibutuhkan jika didapati ketidaksesuaian pada saat inspeksi surface preparation hingga pengaplikasian coating. Berikut pada Gambar IV-12 contoh form non-conformance report yang diperoleh dari dokumen Tripartie Agreement untuk Kapal Tanker yang dibangun di PT. Lamongan Marine Industry. 93
Gambar IV-12. Form Non-Conformance Report
IV.3.2. Proses Penyampaian Laporan Pemeriksaan Alir proses penyampaian laporan pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru dapat dilihat pada Gambar IV-13 dibawah ini: Coating Inspector
Owner Representative (Owner Surveyor)
QC Galangan
Inspeksi Pengecatan Kapal Report inspeksi area IMO PSPC
Badan Klasifikasi Kapal
Inspection Report, Coating Technical File
Pemilik Kapal
Gambar IV-13. Diagram proses penyampaian laporan pemeriksaan
94
Gambar IV-13 dijelaskan bahwa inspeksi pengecatan kapal dilakukan oleh tiga pihak yaitu Coating Inspector, Owner Representative (Owner Surveyor), dan QC Galangan. Pekerjaan inspeksi yang dilakukan sesuai dengan inspection agreement pada tripartie agreement. Coating inspector bertanggung jawab untuk melakukan pelaporan hasil inspeksi pada area yang diatur IMO PSPC kepada badan klasifikasi kapal. Sedangkan QC Galangan memiliki tugas untuk melakukan pelaporan hasil inspeksi harian (daily inspection report) dan pembuatan Coating Technical File kepada pemilik kapal. Owner Surveyor juga ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan jika diperlukan dan merupakan salah satu pihak yang melakukan approval atau submit laporan inspeksi. IV.3.3. Kendala Proses Pemeriksaan Pengecatan Kapal Bangunan Baru Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang menjadi kendala dalam pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru. Setelah dilakukan studi lapangan dan interview kepada praktisi di lapangan, kendala yang sering dihadapi adalah kurang praktisnya proses dokumentasi inspeksi dan pelaporan hasil inspeksi. Pembuatan form inspeksi dan input data masih dilakukan secara manual sehingga jika terjadi kehilangan coating inspector tidak memiliki backup data inspeksi dan harus melakukan input ulang data inspeksi. Selain itu, proses pelaporan kepada pihak terkait seperti pemilik kapal dan klas tidak dapat dilakukan secara langsung sehingga kurang praktis.
95
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
96
PERANCANGAN APLIKASI ANDROID UNTUK PEMERIKSAAN PENGECATAN KAPAL BANGUNAN BARU
V.1.
Kerangka Dasar Perancangan Sistem Pada bab sebelumnya telah dijelaskan masalah dan kendala dari proses pemeriksaan
pengecatan kapal bangunan baru saat ini. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah rancangan sistem baru yang dimaksudkan untuk dapat memudahkan kerja dari Coating Inspector untuk pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru. Pada bagian ini akan dijelaskan kerangka dasar sistem dari aplikasi yang dirancang untuk membantu tugas dari coating inspector. Kerangka dasar tersebut akan dijelaskan pada Gambar V-1 dibawah ini.
Proyek Pengecatan Kapal Bangunan Baru
Supervisi/Inpeksi Pengecatan Kapal
Admin memasukkan data, dokumen, bantuan, dan file lain yang dibutuhkan untuk pemeriksaan pengecatan Kapal
Coating Inspector/Owner Representative/QC Galangan (User)
Perwakilan dari Paint Maker (Administrator)
Laporan Hasil Inspeksi Input Data Inspeksi Approve Report Area IMO PSPC
Badan Klasifikasi Kapal
Sistem
Pemilik Kapal
Gambar V-1. Kerangka dasar sistem pemeriksaan dengan menggunakan aplikasi panduan dan pemeriksaan pengecatan kapal
Pada Gambar V-1 dijelaskan alur data dan informasi yang akan dijadikan pedoman dalam permodelan aplikasi. Dalam sistem aplikasi ini dibagi menjadi 2 entity yaitu 97
administrator dan user. Seperti yang tertera di atas administrator yang dimaksud adalah senior coating inspector atau perwakilan dari paint maker sedangkan user adalah junior coating inspector, QC galangan, dan owner surveyor. Berikut merupakan kewenangan secara umum dari entity administrator yang dapat dilihat pada Tabel V-1 dibawah ini: Tabel V-1. Kewenangan fungsi entity administrator secara umum
No Entity Sistem Proses Registrasi 1 Administrator Input
account
ke
Daftarkan proyek
Mendaftarkan proyek dan menginput detail proyek tersebut beserta NIP user yang melakukan inspeksi pada proyek tersebut
Input file dan dokumen bantuan
Memasukkan file dan dokumen sebagai panduan dalam pemeriksaan
Memilih tahapan inspeksi
Memilih tahapan inspeksi dengan cara klik tombol yang tersedia
Input komponen/area/blok yang akan di inspeksi
Meng-input data identitas dan detail komponen, area, blok, acceptance criteria, dan bantuan pada kolom yang tersedia
View laporan hasil Output pengawasan Persetujuan Report
98
Keterangan Mendaftarkan aplikasi
Dapat melihat hasil laporan atau mengedit data inspeksi jika terjadi kesalahan. Melakukan persetujuan untuk hasil inspeksi
Administrator dapat melakukan persetujuan report jika dibutuhkan. Berikut pada Tabel V-2 dijelaskan kewenangan dari entity administrator secara detail. Tabel V-2. Detail kewenangan entity administrator
No Input
Keterangan Proses Input
Output
1
Registrasi
Akun terdaftar
2
Daftarkan proyek
3
Menu pilih proyek
Daftarkan akun administrator ke aplikasi dengan input Username Password Email Nama Lengkap Nama Perusahaan Nomor Telepon Penginputan detail proyek meliputi: Owner Nama Proyek Panjang Kapal Lebar Kapal Tinggi Kapal Muatan Kapal Tanggal Proyek Daftarkan NIK User Class Kapal Melakukan pemilihan proyek yang telah terdaftar yang akan dilakukan pemeriksaan
4
Pilih proyek 1
Setelah melakukan pemilihan proyek 1, dilakukan penginputan dokumen, standard, dan batasan inspeksi.
5
Dokumen
Pada menu ini terdapat konten tambah file dan list file. Dokumen-dokumen terkait yang berhubungan dalam proses pemeriksaan cat diinput melalui konten tambah file.
Keterangan Proses Output Akun administrator terdaftar pada aplikasi
Detail Proyek
Proyek dan user telah didaftarkan
Terdapat menu pilih proyek, detail, edit, hapus, report Menu utama pemeriksaan proyek 1
Menu-menu tersebut digunakan untuk mendukung proyek yang dipilih Menu utama pemeriksaan berisikan menu dokumen, raw material, block stage, after erection, final inspection Pada list file terdapat fitur untuk melihat dokumen dan menghapus dokumen
Dokumen yang telah diinput terdaftar pada list dokumen
99
Tabel V-2. Detail kewenangan entity administrator (lanjutan).
No Input
Keterangan Proses Input
Output
6
Raw material (Tambah Data)
Komponen terdaftar pada list data
7
Raw material (List Data)
8
Block Stage (Tambah Data)
Melakukan input data komponen yang akan dilakukan pemeriksaan. Dengan melakukan pengisian keterangan yang meliputi: Jenis Komponen Nama Komponen Id Komponen Nama Blok Proses Memilih salah satu komponen yang terdaftar dan proses pemeriksaan yang didaftarkan untuk memberikan batasan inspeksi/standard sesuai spesifikasi pada form pemeriksaan. Batasan inspeksi pada proses Primary Surface Preparation meliputi: Standard Environment Condition Surface Treatment Method Abrasive Material Blasting Condition Soluble Salt Requirement Shop primer Application Method Paint Specification (paint name, colour/shade no, batch no, thinner no, volume solid, pot life, curing time) Melakukan input blok/area yang akan dilakukan pemeriksaan. Dengan melakukan pengisian keterangan yang meliputi: Nama Blok/Area Lokasi Blok/Area Area (m2) Pemilihan proses Painting Scheme
100
Keterangan Proses Output Komponen yang terdaftar akan dilakukan pemeriksaan oleh coating inspector
Batasan inspeksi telah diisi sesuai spesifikasi
Form pemeriksaan telah terisi dengan batasan inspeksi dan siap untuk dilakukan pemeriksaan oleh coating inspector
Blok/area terdaftar pada list data
Blok/Area yang terdaftar akan dilakukan pemeriksaan oleh coating inspector
Tabel V-2. Detail kewenangan entity administrator (lanjutan).
No Input
Keterangan Proses Input
Output
9
Block Stage (List Data)
Batasan inspeksi telah diisi sesuai spesifikasi
10
After Erection (Tambah Data)
Memilih salah satu blok/area yang terdaftar dan proses pemeriksaan yang didaftarkan untuk memberikan batasan inspeksi/standard sesuai spesifikasi pada form pemeriksaan. Batasan inspeksi pada proses Steel Work Preparation 1 meliputi: Preparation Grade Batasan inspeksi pada proses Secondary Surface Preparation dan Shop primer (If Necessary) meliputi: Environtment Condition Surface Cleaning Method Surface Treatment Method Abrasive Material Blasting Condition Dust Quantity rating Surface Profile (Roughness) Requirement Soluble Salt Requirement Shop primer Application Method Paint Specification (paint name, colour/shade no, batch no, thinner no, volume solid, pot life, curing time) List blok/area pada tahap ini sama dengan yang telah diinputkan pada tahap Block Stage sebelumnya, namun jika didapati kekurangan sehingga perlu adanya penambahan maka administrator dapat melakukan input blok/area baru yang akan dilakukan pemeriksaan. Dengan melakukan pengisian keterangan yang meliputi: Nama Blok/Area Lokasi Blok/Area Area (m2) Pemilihan proses Painting Scheme
Blok/area terdaftar pada list data
Keterangan Proses Output Form pemeriksaan telah terisi dengan batasan inspeksi dan siap untuk dilakukan pemeriksaan oleh coating inspector
Blok/Area yang terdaftar akan dilakukan pemeriksaan oleh coating inspector
101
Tabel V-2. Detail kewenangan entity administrator (lanjutan).
No Input
Keterangan Proses Input
11
Memilih salah satu blok/area yang terdaftar dan proses pemeriksaan yang didaftarkan untuk memberikan batasan inspeksi/standard sesuai spesifikasi pada form pemeriksaan. Batasan inspeksi pada proses Steel Work Preparation 2 (Erection Joint) meliputi: Preparation Grade Batasan inspeksi pada proses Secondary Surface Preparation dan 1st Coat meliputi: Environtment Condition Surface Cleaning Method Surface Treatment Method Abrasive Material Blasting Condition Dust Quantity rating Surface Profile (Roughness) Requirement Soluble Salt Requirement 1st Coat Application Method Paint Specification (paint name, colour/shade no, batch no, thinner no, volume solid, pot life, curing time) Batasan inspeksi pada proses 1st Coat dan 1st Stripe Coat meliputi: Dry Film thickness Measurement 1st Stripe Coat Method Environtment Condition Paint Specification (paint name, colour/shade no, batch no, thinner no, volume solid, pot life, curing time) Batasan inspeksi pada proses 1st Stripe Coat dan 2nd Stripe Coat meliputi:
102
After Erection (List Data)
Output
Keterangan Proses Output Batasan Form pemeriksaan inspeksi telah telah terisi dengan diisi sesuai batasan inspeksi dan spesifikasi siap untuk dilakukan pemeriksaan oleh coating inspector
Tabel V-2. Detail kewenangan entity administrator (lanjutan)
No Input
Keterangan Proses Input
Output
Keterangan Proses Output
Batasan inspeksi telah diisi sesuai spesifikasi
Form pemeriksaan telah terisi dengan batasan inspeksi dan siap untuk dilakukan pemeriksaan oleh coating inspector
12
Inspeksi Final
Dry Film thickness Measurement 2nd Stripe Coat Method Environtment Condition Paint Specification (paint name, colour/shade no, batch no, thinner no, volume solid, pot life, curing time) Batasan inspeksi pada proses 2nd Stripe Coat dan 2nd Coat meliputi: Dry Film thickness Measurement 2nd Coat Method Environtment Condition Paint Specification (paint name, colour/shade no, batch no, thinner no, volume solid, pot life, curing time) Melakukan input batasan pada minimum dan maximum DFT dari coating system sesuai spesifikasi
Entity adminstrator dan user memiliki perbedaan kewenangan. Berikut merupakan kewenangan entity user pada aplikasi yang dirancang secara umum ditunjukkan pada Tabel V-3 dibawah ini. Tabel V-3. Kewenangan entity user secara umum
No Entity Sistem Proses 1 User Input Login
Keterangan Mendaftarkan account ke aplikasi
Memilih proyek
Memilih proyek kapal yang akan di inspeksi
Memilih tahapan inspeksi
Memilih tahapan inspeksi dengan cara klik tombol yang tersedia
103
Tabel V-3. Kewenangan entity user secara umum (lanjutan).
No Entity Sistem Proses Output Memilih komponen dan proses inspeksi
Keterangan Memilih komponen dan proses yang akan dilakukan inspeksi
Pengisian form inspeksi
Meng-input data pengawasan pada form yang tersedia
View dokumen, file standard bantuan
Informasi dokumen, file standard, dan bantuan Dapat melihat hasil laporan atau mengedit data inspeksi jika terjadi kesalahan.
View laporan hasil pengawasan
Melakukan persetujuan untuk hasil inspeksi
Persetujuan Report
Pada table diatas telah dijelaskan kewenangan user secara umum untuk mempermudah memahami aplikasi yang dirancang. Untuk penjelasan kewenangan user secara detail ditunjukkan pada Tabel V-4 dibawah ini. Tabel V-4. Detail kewenangan entity user
No Input 1
Registrasi
2
Menu pilih proyek
104
Keterangan Proses Input Daftarkan akun user ke aplikasi dengan input: Username Full Name Departement Password Verification Password Email HP Number NIK Melakukan pemilihan proyek yang telah didaftarkan oleh administrator
Output
Keterangan Proses Output
Akun terdaftar
Akun user terdaftar pada aplikasi
Terdapat menu pilih proyek, detail, report
Menu pilih proyek untuk mulai melakukan pemeriksaan, detail untuk menampilkan data-data umum mengenai proyek yang dipilih, sedangkan report untuk menampilkan laporan hasil inspeksi yang telah dilakukan.
Tabel V-4 Detail kewenangan entity user (lanjutan).
No Input
Keterangan Proses Input
Output
3
Dokumen (List File)
Dokumen pada list dapat dibuka dan dilihat sebagai panduan pemeriksaan untuk coating inspector
4
Raw material (List Data)
List dokumen-dokumen terkait yang berhubungan dalam proses pemeriksaan cat yang telah diinput oleh administrator seperti: Coating Schedule Standard Pada menu dokumen ini terdapat fungsi search untuk memudahkan dalam pencarian dokumen dan laporan hasil inspeksi Memilih satu komponen yang terdaftar Memilih proses pemeriksaan yang akan dilakukan Melakukan pengisian form pemeriksaan pengecatan kapal berdasarkan batasan yang telah diinput oleh administrator dan menyesuaikan pemeriksaan sesuai dengan batasan standard. Terdapat kolom input comment untuk menambahkan catatan pada proses pemeriksaan yang telah dilakukan Lalu klik submit report untuk menyimpan form pemeriksaan
Hasil pemeriksaan yang telah disubmit masuk ke penyimpanan dokumen Hasil pemeriksaan dapat disimpan dalam bentuk file dan diprint pada fitur report
Keterangan Proses Output Dokumen bantuan/file standard yang dibutuhkan pada saat pemeriksaan dilakukan dapat ditemukan dengan mudah dan cepat dengan bantuan fungsi search dokumen.
Hasil laporan sebelumnya dapat langsung dilihat dengan menggunakan fungsi search dengan mencantmkan nama dokumen/tanggal inspeksi.
105
Tabel V-4 Detail kewenangan entity user (lanjutan).
No Input
Keterangan Proses Input
Output
5
Block Stage (List Data)
6
After Erection (List Data)
106
Memilih satu blok/area yang terdaftar Memilih proses pemeriksaan yang akan dilakukan Melakukan pengisian form pemeriksaan pengecatan kapal berdasarkan batasan yang telah diinput oleh administrator dan menyesuaikan pemeriksaan sesuai dengan batasan standard. Terdapat kolom input comment untuk menambahkan catatan pada proses pemeriksaan yang telah dilakukan Lalu klik submit report untuk menyimpan form pemeriksaan Memilih satu blok/area yang terdaftar Memilih proses pemeriksaan yang akan dilakukan Melakukan pengisian form pemeriksaan pengecatan kapal berdasarkan batasan yang telah diinput oleh administrator dan menyesuaikan pemeriksaan sesuai dengan batasan standard. Terdapat kolom input comment untuk
Hasil pemeriksaan yang telah disubmit masuk ke penyimpanan dokumen Hasil pemeriksaan dapat disimpan dalam bentuk file dan diprint pada fitur report
Hasil pemeriksaan yang telah disubmit masuk ke penyimpanan dokumen Hasil pemeriksaan dapat disimpan dalam bentuk file dan diprint pada fitur report
Keterangan Proses Output Hasil laporan sebelumnya dapat langsung dilihat dengan menggunakan fungsi search dengan mencantmkan nama dokumen/tanggal inspeksi.
Hasil laporan sebelumnya dapat langsung dilihat dengan menggunakan fungsi search dengan mencantmkan nama dokumen/tanggal inspeksi.
Tabel V-4 Detail kewenangan entity user (lanjutan).
No Input
Keterangan Proses Input
7
Inspeksi Final
menambahkan catatan pada proses pemeriksaan yang telah dilakukan Lalu klik submit report untuk menyimpan form pemeriksaan Memilih satu blok/area yang terdaftar Memilih proses pemeriksaan yang akan dilakukan Melakukan pengisian form pemeriksaan pengecatan kapal berdasarkan batasan yang telah diinput oleh administrator dan menyesuaikan pemeriksaan sesuai dengan batasan standard. Terdapat kolom input comment untuk menambahkan catatan pada proses pemeriksaan yang telah dilakukan Lalu klik submit report untuk menyimpan form pemeriksaan
Output
Keterangan Proses Output
Hasil laporan sebelumnya dapat langsung dilihat dengan menggunakan fungsi search dengan mencantmkan nama dokumen/tanggal inspeksi.
Hasil pemeriksaan yang telah disubmit masuk ke penyimpanan dokumen Hasil pemeriksaan dapat disimpan dalam bentuk file dan diprint pada fitur report
Seperti yang dijelaskan di atas, aplikasi yang dirancang memiliki 2 fungsi login yaitu administrator dan user. Fungsi login administrator adalah melakukan input item komponen/blok/area yang hendak dilakukan inspeksi, memberikan standard parameter inspeksi, dan mengakses laporan hasil inspeksi. Sedangkan login user yang pada hal ini dioperasikan oleh coating inspector dan pihak terkait lainnya yang hendak melakukan pemeriksaan dan pengawasan pengecatan kapal bangunan baru memiliki fungsi untuk
107
melakukan pengisian form pemeriksaan yang telah dirancang dan sesuai dengan proses inspeksi yang telah dipilih oleh administrator. Setelah melakukan pengisian form pemeriksaan, user dapat melakukan persetujuan form inspeksi dan melihat hasil report yang telah jadi berdasarkan pengisian form pemeriksaan yang telah dilakukan. Untuk satu proyek kapal yang didaftarkan oleh administrator, dapat memiliki maksimal 3 orang user yang dapat melakukan pengisian form pemeriksaan. User tersebut sebelumnya didaftarkan oleh administrator dengan menyantumkan Nomer Induk Karyawan (NIK) sebagai verifikasinya. V.2.
Perancangan Aplikasi Android Dalam Tugas Akhir ini, perancangan aplikasi dilakukan dengan tiga program utama
yaitu Android Studio, MySQL, dan phpMyAdmin. Android Studio digunakan untuk merancang aplikasi sesuai dengan permintaan desainer. Sedangkan MySQL digunakan untuk merancang database aplikasi yang dirancang. Sebelum program tersebut digunakan, sebelumnya desainer memberikan diagram alir dan mockup aplikasi. Diagram-diagram yang dibutuhkan antara lain Entitiy Relationship Diagram, Data flow Diagram, dan System Interface Diagram. Setelah diagram selesai dibuat, implementasikan DFD dan SID pada program Android Studio. Kemudian implementasikan ERD pada database MySQL dengan tools phpMyAdmin. Setelah itu, aplikasi android dan database dihubungkan secara online dengan file php. V.2.1. Entity Relationship Diagram Setelah membuat data aliran diagram beserta kewenangan tiap pengguna kemudian dirancang diagram hubungan tiap entity (Entity Relationship Diagram). Hubungan antar entity inilah yang digunakan untuk merancang struktur data dan hubungan antar data. Berikut adalah ERD dari aplikasi pemeriksaan pengecatan pembangunan kapal baru, dapat dilihat pada Gambar V-2 pada halaman selanjutnya.
108
GambarV-2.EntityRelationshipDiagram
109
110
V.2.2. Data Flow Diagram Data Flow Diagram (DFD) merupakan diagram alur data dari aplikasi android yang dirancang. Data Flow Diagram (DFD) dari aplikasi untuk administrator dapat dilihat pada Gambar V-3 dibawah ini: Login
Daftarkan Proyek
Data Kapal
Pilih Proyek
Upload file dokumen
Pilih Tahapan Inspeksi
Input bantuan untuk proses inspeksi
Pilih Komponen
Input Komponen, Area, dan Block berikut dengan keterangan dan batasan inspeksi
Pilih Proses Inspeksi
Input proses inspeksi yang diperlukan sesuai dengan komponen, area, dan block yang didaftarkan
Lihat Laporan Inspeksi
Sunting Data Inspeksi
End
Gambar V-3. Data Flow Diagram untuk administrator
Gambar V-3 diatas merupakan diagram yang menggambarkan alur data pada sistem aplikasi android untuk administrator. Untuk Data Flow Diagram User dapat dilihat pada Gambar V-4 berikut:
111
Login
Pilih Proyek
Pilih Tahapan Inspeksi
Pilih Komponen
Pilih Proses Inspeksi
Lihat bantuan dan file standard dari admin
Input Data Inspeksi
Lihat dan edit laporan hasil inspeksi
Cetak hasil inspeksi
End Gambar V-4. Data Flow Diagram untuk user
V.2.3. System Interface Diagram System Interface Diagram adalah sebuah diagram yang menjelaskan tampilan/interface pada aplikasi yang telah dirancang. Dalam diagram tersebut terdapat urutan proses dari aplikasi tersebut dibuka hingga sign out. Berikut ditunjukkan System Interface Diagram untuk administrator pada Gambar V-5 dan untuk user pada Gambar V-6.
112
Start
Aplikasi Pemeriksaan Pengecatan Kapal Bangunan Baru Data Pengguna
Pendaftaran Pengguna
Masukkan Kode Verifikasi Login
User
A
Administrator Raw Material Tambah Proyek Block Stage Edit Proyek
Lihat Proyek
Report After Erection
Detail
Pilih Proyek
Raw Material
Dokumen
Block Stage
Hapus
Inspeksi Final
After Erection
Tambah File
Tambah Data
Tambah Data
Tambah Data
List File
List Data
List Data
List Data
Edit File
Lihat Detail
Lihat Detail
Lihat Detail
Edit Data
Edit Data
Edit Data
Gambar V-5. System Interface Diagram Administrator
113
Inspeksi Final
List Data
Lihat Detail
Edit Data
Sign Out
Start
Aplikasi Pemeriksaan Pengecatan Kapal Bangunan Baru
Login
User
A Raw Material Tambah Proyek Block Stage Lihat Proyek
Report After Erection
Detail
Dokumen
List File
Lihat File
Inspeksi Final
Pilih Proyek
Raw Material
Block Stage
List Data
List Data
Pilih Lokasi
Pilih Komponen
Lihat Report
After Erection
Pilih Lokasi
Pilih Komponen
Lihat Report
List Data
Pilih Lokasi
Pilih Komponen Lihat Report
Gambar V-6. System Interface Diagram User
114
Inspeksi Final
List Data
Pilih Lokasi
Pilih Komponen Lihat Report
Sign Out
V.2.4. Mock Up Aplikasi Mock up aplikasi adalah sebuah pemodelan yang dilakukan untuk menunjukkan alur kerja maupun alur sistem aplikasi. Dalam perancangan aplikasi ini dibuat 2 jenis mock up yaitu mock up administrator dan mock up user. A. Mock Up Administrator Administrator pada aplikasi ini memiliki kewenangan untuk mendaftarkan proyek, mendaftarkan user sebagai pihak yang melakukan pemeriksaan, memasukkan dokumendokumen panduan, menginput komponen/blok/area yang akan diinspeksi, dan menginput batasan inspeksi di setiap proses pemeriksaan yang dilakukan. Berikut pada Gambar V-7 ditunjukkan halaman awal aplikasi.
Gambar V-7. Halaman awal aplikasi
Pada halaman registrasi akun administrator terdapat beberapa data yang harus diisi yang diantaranya seperti username, password, email, nama lengkap, nama perusahaan, dan nomor telepon. Berikut pada Gambar V-8 ditunjukkan permodelan halaman registrasi administrator.
115
Gambar V-8. Permodelan halaman registrasi administrator
Setelah akun terdaftar pada aplikasi maka selanjutnya admin mendaftarkan proyek pengecatan kapal untuk dilakukan pemeriksaan. Pada halaman pendaftaran proyek terdapat beberpa input data yang harus diisi antara lain owner kapal, nama kapal, panjang kapal, lebar kapal, tinggi kapal, muatan kapal, tanggal mulai/selesai proyek kapal, daftar NIK user, dan klasifikasi kapal. Pendaftaran NIK user berguna untuk mendaftarkan pihak yang diberi tanggung jawab untuk dilakukan inspeksi. Umumnya terdapat 4 pihak yang berhubungan langsung dalam pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru yaitu coating inspector, QC shipyard, owner kapal, dan klasifikasi. Berikut pada Gambar V-9 ditunjukkan permodelan halaman pendaftaran proyek.
116
Gambar V-9. Permodelan halaman pendaftaran proyek
Setelah proyek didaftarkan maka proyek tersebut akan muncul pada menu pilih proyek. Pada menu pilih proyek terdapat 5 pilihan fungsi yang dapat dijalankan antara lain pilih, detail, edit, hapus, dan report. Berikut pada Gambar V-10 ditunjukkan permodelan halaman menu pilih proyek.
117
Gambar V-10. Permodelan halaman menu pilih proyek
Jika pada menu pilih proyek dijalankan fungsi detail maka aplikasi akan menampilkan data detail proyek yang sebelumnya telah dimasukkan oleh administrator pada halaman pendaftaran proyek sedangkan fungsi edit digunakan untuk memperbarui data detail proyek jika terdapat perubahan. Menu hapus dipilih jika proyek yang telah didaftarkan hendak dihapus. Menu report digunakan untuk melihat hasil laporan pemeriksaan yang telah diisi oleh user. Sedangkan menu pilih proyek akan menampilkan menu utama aplikasi yang berisi beberapa konten-konten mengenai proses pemeriksaan dan tahapan pemeriksaan. Konten-konten tersebut antara lain dokumen, raw material, block stage, after erection, dan inspeksi final. Pada Gambar V-11 ditunjukkan permodelan menu utama aplikasi.
118
Gambar V-11. Permodelan menu utama aplikasi
Konten dokumen pada menu utama digunakan untuk menginput atau memasukkan dokumen-dokumen terkait pemeriksaan pengecatan kapal seperti coating schedule, standard/code, dan file panduan lain yang dapat digunakan oleh user untuk mempermudah proses inspeksi. Pada Gambar V-12 ditunjukkan permodelan halaman dokumen.
119
Gambar V-12. Permodelan halaman dokumen
Setelah dilakukan penginputan dokumen-dokumen terkait maka file-file tersebut akan masuk ke menu list file. Menu list file digunakan untuk melihat dokumen-dokumen yang telah diinput sebelumnya oleh admin. Gambar V-13 menunjukkan permodelan halaman list file.
120
Gambar V-13. Permodelan halaman list file dokumen
Selanjutnya administrator dapat menginput komponen, blok, dan area pada menu raw material, block stage, dan after erection. Menu-menu tersebut dibedakan berdasarkan tahapan proyek yang berlangsung. Pada menu raw material, menunjukkan bahwa pemeriksaan dilakukan pada saat material belum dilakukan pekerjaan konstruksi. Pada menu block stage, menunjukkan bahwa proses pemeriksaan yang dilakukan ketika material telah menjadi block. Sedangkan pada menu after erection, menunjukkan blok yang telah diinspeksi sebelumnya telah menyelesaikan proses erection. Pada Gambar V-14 ditunjukkan permodelan penginputan komponen kapal untuk dilakukan proses pemeriksaan pada tahap raw material.
121
Gambar V-14. Permodelan input komponen pada tahap raw material
Penginputan komponen dilakukan dengan pengisian detail mengenai komponen tersebut. Data detail komponen yang diinput adalah jenis komponen, nama komponen, id komponen, nama blok, dan proses pemeriksaan pada tahap raw material. Setelah detail diinput dan administrator mengklik tombol submit maka komponen tersebut telah terdaftar pada list data. Pada Gambar V-15 ditunjukkan permodelan halaman list data.
122
Gambar V-15. Permodelan halaman list data komponen
Pada list data terdapat pilihan fungsi detail, edit, dan proses inspeksi. Fungsi detail digunakan untuk melihat data teknis dari komponen yang diinput. Fungsi detail digunakan untuk mengubah data teknis komponen jika terdapat perubahan. Fungsi proses inspeksi digunakan administrator untuk melakukan input batasan/paremeter inspeksi sehingga diharapkan proses pemeriksaan yang dilakukan oleh user akan sesuai dengan spesifikasi. Pada Gambar V-16 ditunjukkan permodelan halaman input batasan/parameter inspeksi untuk proses primary surface preparation.
123
Gambar V-16. Permodelan halaman input parameter inspeksi
B. Mock Up User User memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan komponen/blok/area yang telah didaftarkan oleh administrator dan menginput hasil pemeriksaan pada form pemeriksaan yang sebelumnya telah diberikan batasan/parameter inspeksi oleh administrator. Selain itu user juga dapat melakukan persetujuan laporan. Sebelum proses pemeriksaan dapat dilakukan, user harus mendaftarkan akun terlebih dahulu. Pada Gambar V-17 ditunjukkan permodelan halaman registrasi akun user.
124
Gambar V-17. Permodelan halaman registrasi user
Pada halaman registrasi, user melakukan input data meliputi username, nama lengkap, departemen user, password, verifikasi password, email, nomor hp, NIK perusahaan, tanda tangan, dan memasukkan sertifikasi terkait pemeriksaan cat contoh sertifikat NACE coating inspector level II. Setelah akun terdaftar maka selanjutnya user masuk ke menu pilih proyek. Pada menu pilih proyek terdapat list proyek yang telah didaftarkan oleh administrator sebelumnya. Gambar V-18 di bawah ini menunjukkan permodelan halaman menu pilih proyek aplikasi.
125
Gambar V-18. Permodelan halaman menu pilih proyek
Pada menu pilih proyek ini terdapat 3 fungsi yang dapat di jalankan yaitu pilih, detail, dan report. Untuk fungsi pilih proyek digunakan untuk masuk ke menu utama aplikasi dan untuk memulai proses pemeriksaan. Fungsi detail digunakan untuk memperlihatkan data teknis mengenai proyek pengecatan kapal yang telah diinput oleh administrator. Pada Gambar V-19 ditunjukkan permodelan halaman utama user. Sedangan fungsi report digunakan untuk melihat list laporan dan hasil laporan pemeriksaan yang sebelumnya telah dilakukan input oleh user. Hasil laporan pemeriksaan dapat disimpan ke dalam HP untuk kemudian dilakukan print atau cetak jika dibutuhkan. Pada Gambar V-20 ditunjukkan permodelan halaman report aplikasi yang ditunjukkan pada halaman selanjutnya
126
Gambar V-19. Permodelan menu utama user
Gambar V-20. Permodelan halaman lihat laporan
127
Pada halaman utama terdapat 5 konten yang dapat digunakan meliputi dokumen, raw material, block stage, after erection, dan inspeksi final. Konten dokumen digunakan untuk melihat file/dokumen panduan yang telah dimasukkan oleh administrator. Pada Gambar V-21 ditunjukkan halaman list file dokumen.
Gambar V-21. Permodelan halaman dokumen user
Untuk memulai proses pengisian form pemeriksaan, sebelumnya user memilih tahapan inspeksi yang akan dilakukan misalnya raw material, block stage atau after erection. Setelah memilih salah satu dari tahapan inspeksi tersebut, kemudian user mengklik list data untuk memilih komponen dan proses inspeksi yang akan dilakukan. List data tersebut sebelumnya telah diisi oleh administrator. Pada Gambar V-22 ditunjukkan permodelan halaman list data komponen.
128
Gambar V-22. Permodelan halaman list data komponen
Setelah memilih komponen dan proses inspeksi, kemudian user melakukan input form pemeriksaan sesuai dengan batasan yang telah ditentukan oleh administrator. Gambar V-23 ditunjukkan permodelan halaman input form pemeriksaan
129
Gambar V-23. Permodelan halaman input form pemeriksaan
Begitu juga pada form pemeriksaan pengujian adhesi, dilakukan pemilihan cat yang akan dilakukan pengujian oleh administrator lalu pada halaman pemeriksaan user akan ditampilkan cat yang akan diuji beserta informasi mengenai cat tersebut dan required adhesion strength. Untuk permodelan form pemeriksaan pengujian adhesi dapat dilihat pada Gambar V-24 dibawah.
130
Gambar V-24. Permodelan form pemeriksaan pengujian adhesi
V.2.5. Pembuatan Aplikasi dan Database Setelah program Android Studio di install di laptop ataupun PC, maka program Android Studio siap digunakan untuk membuat aplikasi android. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah pembuatan layout login. Agar aplikasi login yang dirancang dapat terkoneksi dengan mySQL, diperlukan script PHP yang diletakkan pada server dalam bentuk layanan web. Kemudian buat class koneksi, login activity dan dashboard untuk menangani dan memproses koneksi ke script PHP yang sebelumnya telah diletakkan pada server. Setelah pembuatan login selesai, selanjutnya dilakukan perancangan option menu dengan cara proses pengcodingan sistem sesuai dengan Data flow Diagran dan System Interface Diagram yang telah dirancang. Pada Gambar V-25 ditunjukkan proses pengcodingan sistem pada aplikasi yang dirancang.
131
Gambar V-25. Proses pengcodingan system pada aplikasi
Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah aplikasi dirancang adalah penyusunan database. Penyusunan database merupakan bentuk implementasi dari Entity relationship Diagram yang telah diracang. Penyusunan database menu utama yang ditampilkan pada aplikasi android ini dan menghubungkan menu-menu dalam database tersebut. Setiap database tersusun dari tabel-tabel. Setiap input dan output dari masing-masing menu harus disambungkan pada database ini. Proses autocomplete juga terdapat dalam database ini. Proses autocomplete adalah proses dimana user memasukkan huruf/kata yang memunculkan suggest kata yang sudah terdapat didalam database. Pada Gambar V-26 ditunjukkan database menu utama aplikasi pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru.
132
Gambar V-26. Database menu utama aplikasi
Pada Gambar ditampilkan bahwa pada pemrograman awal dirancang suatu lokasi penyimpanan data dalam bentuk database system yang dapat menyimpan seluruh data pemeriksaan dari aplikasi yang dirancang. V.3.
Simulasi Aplikasi Android
V.3.1. Aplikasi Android untuk Administrator A. Halaman Awal Halaman ini merupakan halaman awal pada saat aplikasi dijalankan. Halaman ini memiliki beberapa fungsi yang dapat dipilih yaitu login akun untuk melakukan pemeriksaan atau melakukan registrasi akun baik user maupun administrator. Berikut pada Gambar V-27 ditunjukkan gambaran halaman utama pada aplikasi pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru.
133
Gambar V-27. Halaman awal aplikasi
Selain itu, jika pemilik akun secara tidak sengaja lupa dengan username atau password yang telah didaftarkan sebelumnya maka dapat memilih fungsi Forgot Password untuk memulihkan username dan password yang telah didaftarkan melalui pengiriman via email. Pada halaman ini pengguna aplikasi hanya memerlukan memasukkan email pada kolom yang tertera. Email yang ditulis harus sesuai dengan email yang didaftarkan ketika pengguna melakukan registrasi. Pada Gambar V-28 ditunjukkan halaman pemulihan password.
134
Gambar V-28. Tampilan halaman pemulihan password
B. Halaman Sign Up Jika admintrator atau user belum melakukan registrasi, maka dipilih tombol sign up untuk melakukan registrasi akun. Dalam halaman sign up terdapat dua pilihan registrasi yang dapat dipilih yaitu administrator regiser dan user register. Administrator register dikhusukan untuk perusahaan manufaktur cat yang menaungi coating inspector. Sedangan user register dikhususkan untuk praktisi di lapangan yang melakukan inspeksi pada pengecatan kapal bangunan baru, dalam hal ini praktisi tersebut adalah coating inspector dan pihak lain yang terkait seperti owner surveyor, qc galangan, dan klasifikasi. Data yang harus diisi pada halaman registrasi adalah username, password, nama lengkap, alamat email untuk recovery password, nomor telepon, nama perusahaan, dank kode aktifasi. Kode aktifasi digunakan untuk menjaga keamanan aplikasi agar tidak sembarang orang dapat mengoperasikan aplikasi ini. Berikut pada Gambar V-29 ditunjukkan tampilan halaman sign up (a) dan administrator register (b). 135
(a)
(b)
Gambar V-29. Halaman sign up(a) dan halaman registrasi administrator(b)
C. Pendaftaran Proyek Kapal Setelah melakukan login akun, selanjutnya proyek pengecatan kapal bangunan baru didaftarkan oleh administrator dan dilakukan data-data umum mengenai proyek tersebut. Data umum tersebut meliputi nama proyek, pemilik kapal, panjang kapal, lebar kapal, tinggi kapal, muatan kapal, sarat kapal, jenis kapal, tanggal mulai dan selesai proyek, NIK user yang hendak didaftarkan pada proyek, klasifikasi kapal. Pada pendaftaran proyek ini juga didaftarkan user yang hendak melakukan pemeriksaan pengecatan. Sistem yang dipilih dalam pendaftaran user adalah dengan menyantumkan Nomer Induk Karyawan (NIK). Halaman pendaftaran proyek dapat dilihat pada Gambar V-30 (a) dan (b).
136
(a)
(b)
Gambar V-30. Halaman pendaftaran proyek (a) dan halaman proyek yang terdaftar (b)
D. Halaman Manajemen Pengguna Pada menu pilih proyek terdapat 6 fungsi yang dapat dijalankan yang meliputi pilih, detail, edit, user list, hapus, dan report. Pada fungsi user list atau manajemen pengguna, ditampilkan list user yang telah didaftarkan oleh administrator pada proyek tersebut. List ini digunakan untuk melakukan review ulang jika terdapat kesalahan dan untuk melihat sertifikasi user jika dibutuhkan. Pada Gambar V-31 ditunjukkan halaman user list aplikasi dan Gambar V-32 menunjukkan halaman user list jika dilakukan klik show certification.
137
Gambar V-31. Halaman user list aplikasi
Gambar V-32. Show certification pada halaman user list
138
E. Menu Utama Setelah dilakukan klik pada pilih proyek maka aplikasi akan menampilkan halaman utama aplikasi. Menu utama aplikasi ini memiliki 5 konten yaitu dokumen, raw material, block stage, after erection, dan inspeksi final. Menu utama ditunjukkan pada Gambar V-33 berikut.
Gambar V-33. Menu utama aplikasi
F. Halaman Dokumen Pada konten dokumen, disini administrator dapat melakukan input dokumen/file bantuan seperti gambar pembagian area yang akan dicat, standard yang mengatur inspeksi, serta panduan inspeksi yang dapat digunakan user untuk memudahkan pekerjaan inspeksi yang dilakukan. File yang telah diinput selanjutnya akan masuk dalam list file dan dapat dilihat oleh administrator maupun user untuk digunakan sebagai panduan proses inspeksi. Berikut pada Gambar V-34 ditunjukkan halaman input dokumen (a) dan list dokumen yang telah diinput (b)
139
(a)
(b)
Gambar V-34, Halaman input dokumen (a) dan list dokumen yang telah dinput (b)
G. Halaman Raw material Pada konten raw material, proses inspeksi pada tahap ini adalah inspeksi primary surface preparation dan shop primer. Inspeksi dilaksanakan pada saat material belum masuk ke proses fabrikasi. Administrator melakukan input komponen baik itu pelat maupun profile lalu mengisi detail mengenai komponen tersebut seperti nama blok dan keterangan apakah pelat blok tersebut termasuk dalam blok yang diatur oleh IMO PSPC. Berikut pada Gambar V-35 ditunjukkan halaman raw material (kiri) dan halaman input detail komponen (kanan).
140
Gambar V-35. Halaman raw material (kiri) dan halaman input detail komponen (kanan)
Setelah komponen diinput oleh administrator, maka komponen tersebut masuk pada list data pada tahapan raw material. List data ini akan digunakan oleh user untuk memilih komponen yang akan dilakukan pemeriksaan. Administrator dapat melakukan penggantian data teknis komponen yang telah terdaftar dan dapat mengahapus komponen yang telah didaftarkan jika memang diperlukan. Pada Gambar V-36 ditunjukkan list data komponen yang telah terdaftar.
141
Gambar V-36. Halaman list data komponen pada tahap raw material
Kemudian setelah komponen terdaftar maka selanjutnya admin melakukan pengisian standard atau batasan pada form pemeriksaan. Penulisan batasan pemeriksaan dilakukan pada kolom kanan sebelah form pemeriksaan. Pada tahap raw material hanya terdapat satu proses inspeksi yaitu primary surface preparation dan shop primer application. Berikut pada Gambar V-37 ditunjukkan halaman penginputan batasan pada form pemeriksaan.
142
Gambar V-37. Halaman penginputan batasan pada form pemeriksaan primary surface preparation dan shop primer application
H. Halaman Block Stage Pada konten block stage, diartikan bahwa pembangunan konstruksi telah menjadi satu blok dan siap untuk dilakukan erection. Administator mendaftarkan area/blok beserta detailnya seperti lokasi blok, nama blok/area, standard, proses yang dilalui oleh blok tersebut sebelum dilaksanakan erection, dan pengisian painting scheme. Pada Gambar V-38 ditunjukkan halaman block stage (kiri) dan input detai blok/area (kanan).
143
Gambar V-38. Halaman block stage (kiri) dan input detail blok/area (kanan)
Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa blok pada tahap block stage melalui 2 proses pemeriksaan yaitu steel work preparation 1 dan secondary surface preparation (block stage). Setelah blok diinput maka blok tersebut masuk ke dalam list data aplikasi pada tahap block stage. Berikut pada Gambar V-39 ditunjukkan tampilan list data tahap block stage.
144
Gambar V-39. Halaman list data tahap block stage
Kemudian setelah komponen terdaftar maka selanjutnya admin melakukan pengisian standard atau batasan pada form pemeriksaan. Penulisan batasan pemeriksaan dilakukan pada kolom kanan sebelah form pemeriksaan. Pada tahap block stage terdapat proses inspeksi steel work preparation 1 dan secondary surface preparation (block stage). Pada Gambar V-40 ditunjukkan proses penginputan pada tahap proses inspeksi steel work preparation 1 (kiri) dan secondary surface preparation (kanan).
145
Gambar V-40. Penginputan pada tahap proses inspeksi steel work preparation 1 (kiri) dan secondary surface preparation (kanan).
I. Halaman After Erection Untuk konten after erection, diartikan bahwa blok telah dilakukan erection dan siap untuk dilakukan pengecatan 1st coat dan selanjutnya. Pada Gambar V-41 ditunjukkan halaman tahapan after erection. Apabila blok yang akan diinspeksi sama dengan yang telah diinspeksi pada tahap block stage maka administrator hanya perlu menginput proses yang dilalui oleh blok tersebut pada tahapan after erection seperti yang ditunjukkan Gambar V-42 dilakukan penginputan proses inspeksi pada blok yang telah diinspeksi sebelumnya pada tahap block stage. Jika ternyata terdapat blok/area lain yang berbeda dengan sebelumnya maka administrator harus melakukan inputan baru. Pada Gambar V-43 ditunjukkan halaman input data blok/area baru yang akan diinspeksi.
146
Gambar V-41. Halaman tahapan after erection
Gambar V-42. Halaman input data blok/area baru yang akan diinspeksi
147
Gambar V-43. Penginputan proses inspeksi pada blok yang telah diinspeksi sebelumnya
Kemudian setelah komponen terdaftar maka selanjutnya admin melakukan pengisian standard atau batasan pada form pemeriksaan. Penulisan batasan pemeriksaan dilakukan pada kolom kanan sebelah form pemeriksaan. Pada tahap after erection terdapat beberapa proses inspeksi antara lain:
148
Steel work preparation 2. Penginputan batasan inspeksi ditunjukkan pada Gambar V-44.
Gambar V-44. Penginputan batasan inspeksi pada proses steel work preparation 2
Secondary surface preparation dan 1st coat application. Penginputan batasan inspeksi ditunjukkan pada Gambar V-45.
Gambar V-45. Penginputan batasan inspeksi pada proses Secondary surface preparation dan 1st coat application
149
1st coat dan 1st stripe coat application. Penginputan batasan inspeksi ditunjukkan pada Gambar V-46.
Gambar V-46. Penginputan batasan inspeksi pada proses 1st coat dan 1st stripe coat application
1st stripe coat dan 2nd stripe coat application. Penginputan batasan inspeksi ditunjukkan pada Gambar V-47.
Gambar V-47. Penginputan batasan inspeksi pada proses 1st stripe coat dan 2nd stripe coat application
150
2nd stripe coat dan 2nd coat application. Penginputan batasan inspeksi ditunjukkan pada Gambar V-48.
Gambar V-48. Penginputan batasan inspeksi pada proses 2nd stripe coat dan 2nd coat application
Pull-off Adhesion Test. Dapat dilihat pada Gambar V-49 admin melakukan penginputan cat yang akan dilakukan test dan kriteria kekuatan adhesi yang dibutuhkan.
Gambar V-49. Penginputan batasan inspeksi pada proses pull-off adhesion test
151
J. Halaman Final Inspection Dan konten terakhir adalah inspeksi final, blok/area yang diinspeksi pada tahap ini sama dengan input yang dilakukan pada tahap after erection jadi administrator tidak perlu melakukan input blok/area baru. Langkah selanjutnya adalah menginput batasan inspeksi pada proses inspeksi final. Pada Gambar V-50 ditunjukkan halaman inspeksi final (kiri) dan hasil inputan batasan inspeksi oleh administrator (kanan).
Gambar V-50. Halaman inspeksi final (kiri) dan hasil inputan batasan inspeksi oleh administrator (kanan) K. Report Hasil Inspeksi
Administrator dapat melihat hasil inspeksi dari checklist pemeriksaan ataupun dari hasil report pemeriksaan setelah user mensubmit checklist pemeriksaan. Report hasil inspeksi dapat di print jika dibutuhkan, namun sebelumnya report harus di save terlebih dahulu ke handphone dalam bentuk PNG Image lalu dapat diprint dengan ukuran A4. Jika terdapat ketidaksesuaian maka administrator dapat memberi comment pada laporan tersebut dan report tidak dapat di save maupun diprint. Menu report dan hasil report dapat dilihat pada Gambar V-51. 152
Gambar V-51. Menu report (a) dan hasil report inspeksi (b)
Setelah masuk pada menu report untuk dapat melihat report yang telah diisi sebelumnya oleh user, selanjutnya klik jenis komponen dan proses pemeriksaan yang akan dicek laporan pemeriksaannya. Pada Gambar V-52 ditunjukkan hasil keluaran report yang dihasilkan aplikasi ini yang dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
153
Gambar V-52. Laporan hasil pemeriksaan
154
V.3.2. Aplikasi Android untuk User A. Halaman Awal Halaman awal ini berisikan kolom pengisian username dan password untuk login dan konten sign up, jika user telah teregistrasi dan ingin melakukan pemeriksaan maka masukkan username dan password yang terdaftar. Jika user melupakan username atau password maka dapat mengklik perintah forgot password untuk merecover username dan passwordnya. Berikut pada Gambar V-53 ditunjukkan halaman awal aplikasi android ini.
Gambar V-53. Halaman awal aplikasi
B. Halaman Sign Up Jika user belum terdaftar maka klik tombol sign up untuk mendaftarkan akun, setelah muncul window halaman sign up maka selanjutnya melakukan pengisian detail pribadi. Berikut ditunjukkan halaman sign up user pada Gambar V-54.
155
Gambar V-54. Halaman sign up user
C. Menu Pilih Project Pada halaman ini user dapat memilih project yang akan dilakukan inspeksi. Sebelumnya, administrator telah mendaftarkan user pada project. Administrator mendaftarkan user dengan menggunakan NIK user yang diinput pada detail project. User tidak dapat mendapatkan project tanpa pendaftaran terlebih dahulu oleh administrator. Berikut pada Gambar V-55 ditunjukkan menu pilih project.
156
Gambar V-55. Menu pilih project
D. Menu Utama Pada menu utama seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, berisikan 5 konten yang terdiri dari dokumen, raw material, block stage, after erection, dan inspeksi final. Sebelumnya telah dilakukan input blok/area oleh administrator pada konten-tersebut, tugas dari user adalah memilih dan melakukan inspeksi sesuai dengan blok/area yang telah diinput oleh administrator. Berikut pada Gambar V-56 ditunjukkan menu utama project yang dipilih.
157
Gambar V-56. Halaman menu utama project
E. Halaman Dokumen Pada halaman dokumen ini, sebelumnya telah diinput dokumen-dokumen terkait proses pemeriksaan pengecatan kapal oleh administrator. File yang telah diinput tersebut selanjutnya akan masuk dalam list file dan dapat dilihat oleh user untuk digunakan sebagai panduan proses inspeksi. Pada Gambar V-57 ditunjukkan list dokumen yang telah diinput oleh administrator.
158
Gambar V-57. List dokumen yang telah diinput
F. Halaman Raw material Halaman raw material pada user hanya menunjukkan list data komponen yang telah didaftarkan oleh administrator. User tidak dapat melakukan penambahan komponen yang akan diinspeksi, semua komponen yang akan diinspeksi harus dimasukkan oleh administrator. Pada Gambar V-58 berikut ditunjukkan halaman raw material (kiri) dan list data komponen (kanan).
159
Gambar V-58. Halaman raw material (kiri) dan list data komponen (kanan)
Untuk mulai melakukan pemeriksaan, user harus melakukan pemilihan komponen dan proses untuk dilakukan pemeriksaan. Contoh pada halaman raw material ini dipilih jenis komponen pelat lalu dipilih proses pemeriksaan primary surface preparation dan shop primer pada pelat 1. Komponen-komponen tersebut sebelumnya telah didaftarkan oleh administrator beserta batasan-batasan pemeriksaan yang harus dipenuhi di lapangan. Pada Gambar V-59 berikut ditunjukkan halaman pengisian form pemeriksaan pada proses primary surface preparation dan shop primer.
160
Gambar V-59. Pengisian form pemeriksaan proses primary surface preparation
Aplikasi ini memiliki fitur help yang didalamnya berisikan file panduan dan standard inspeksi yang dapat digunakan oleh coating inspector untuk mempermudah pekerjaan inspeksi dan melakukan pemeriksaan secara benar. Fitur help dapat diaktifkan dengan mengklik tombol help pada sisi kanan atas form pemeriksaan. Berikut pada Gambar V-60 ditunjukkan fitur help aplikasi android ini.
161
Gambar V-60. List panduan dan standard pada fitur help
G. Halaman Block Stage Halaman block stage pada user hanya menunjukkan list data blok/area yang telah didaftarkan oleh administrator. User tidak dapat melakukan penambahan blok/area yang akan diinspeksi, semua komponen yang akan diinspeksi harus dimasukkan oleh administrator. Pada Gambar V-61 berikut ditunjukkan halaman block stage (kiri) dan list data blok/area (kanan).
162
Gambar V-61. Halaman block stage (kiri) dan list data blok/area (kanan)
Blok yang telah didaftarkan tersebut disertai dengan list proses pemeriksaan yang harus dilakukan. Untuk mulai melakukan pemeriksaan, user harus melakukan pemilihan lokasi blok/area yang akan diinspeksi, nama blok dan proses untuk dilakukan pemeriksaan. Contoh pada halaman block stage ini dipilih lokasi blok/area pada water ballast tank lalu aplikasi memunculkan list blok yang didaftarkan pada lokasi tersebut. Seperti gambar diatas untuk lokasi blok water ballast tank, terdapat blok bernama WBT 1 Portside yang terdaftar. Kemudian untuk melakukan pemeriksaan dipilih proses pemeriksaan yang ada dibawah nama blok/area tersebut contoh steel work preparation 1 dan secondary surface preparation (block stage). Blok/area tersebut sebelumnya telah didaftarkan oleh administrator beserta batasan-batasan pemeriksaan yang harus dipenuhi di lapangan. Pada Gambar V-62 berikut ditunjukkan halaman pengisian form pemeriksaan pada proses steel work preparation 1 dan pada Gambar V-63 ditunjukkan pengisian form pemeriksaan proses secondary surface preparation (block stage).
163
Gambar V-62. Pengisian form pemeriksaan proses steel work preparation 1
Gambar V-63. Pengisian form pemeriksaan proses secondary surface preparation dan shop primer
164
H. Halaman After Erection Halaman after erection pada user hanya menunjukkan list data blok/area yang telah didaftarkan oleh administrator. User tidak dapat melakukan penambahan blok/area yang akan diinspeksi, semua komponen yang akan diinspeksi harus dimasukkan oleh administrator. Pada Gambar V-64 berikut ditunjukkan halaman raw material (kiri) dan list data komponen (kanan).
Gambar V-64. Halaman after erection (kiri) dan list data blok/area pada tahap after erection (kanan)
Blok yang telah didaftarkan tersebut disertai dengan list proses pemeriksaan yang harus dilakukan. Untuk mulai melakukan pemeriksaan, user harus melakukan pemilihan lokasi blok/area yang akan diinspeksi, nama blok dan proses untuk dilakukan pemeriksaan. Contoh pada halaman after erection ini dipilih lokasi blok/area pada bagian bottom lalu aplikasi memunculkan list blok yang didaftarkan pada lokasi tersebut. Seperti gambar diatas untuk lokasi blok/area bottom, terdapat blok bernama Bottom 1 yang terdaftar. Kemudian untuk melakukan pemeriksaan dipilih proses pemeriksaan yang ada dibawah nama blok/area tersebut 165
contoh steel work preparation 2, secondary surface preparation dan 1st coat, 1st coat dan 1st stripe coat application, 1st stripe coat dan 2nd stripe coat application, 2nd stripe coat dan 2nd coat application. Blok/area tersebut sebelumnya telah didaftarkan oleh administrator beserta batasan-batasan pemeriksaan yang harus dipenuhi di lapangan. Pada Gambar V-65 ditunjukkan halaman pengisian form pemeriksaan pada proses steel work preparation 2.
Gambar V-65. Pengisian form pemeriksaan pada proses steel work preparation 2
Pada Gambar V-66 ditunjukkan halaman pengisian form pemeriksaan pada proses secondary surface preparation dan 1st coat application.
166
Gambar V-66. Pengisian form pemeriksaan pada proses secondary surface preparation dan 1st coat application
Pada Gambar V-67 ditunjukkan halaman pengisian form pemeriksaan pada proses 1st coat dan 1st stripe coat application. Halaman pengisian form pemeriksaan dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
167
Gambar V-67. Pengisian form pemeriksaan pada proses 1st coat dan 1st stripe coat application
Pada Gambar V-68 ditunjukkan halaman pengisian form pemeriksaan pada proses 1st stripe coat dan 2nd stripe coat application. Halaman pengisian form pemeriksaan dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
168
Gambar V-68. Pengisian form pemeriksaan pada proses 1st stripe coat dan 2nd stripe coat application
Pada Gambar V-69 ditunjukkan halaman pengisian form pemeriksaan pada proses 2nd stripe coat dan 2nd coat application dan pull-off adhesion test. Sedangkan pada Halaman pengisian form pemeriksaan dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
169
Gambar V-69. Pengisian form pemeriksaan pada proses 2nd stripe coat dan 2nd coat application dan pulloff adhesion test
I. Halaman Inspeksi Final Halaman inspeksi final pada user hanya menunjukkan list data blok/area yang telah didaftarkan oleh administrator. User tidak dapat melakukan penambahan blok/area yang akan diinspeksi, semua komponen yang akan diinspeksi harus dimasukkan oleh administrator. Pada halaman ini proses pemeriksaan yang dilakukan hanya inspeksi final saja. Inspeksi yang dilakukan untuk melihat kondisi final dan full coating system. Pada Gambar V-70 ditunjukkan halaman inspeksi final (kiri) dan prose pengisian form pemeriksaan inspeksi final (kanan).
170
Gambar V-70. Halaman inspeksi final (kiri) dan pengisian form pemeriksaan proses inspeksi final (kanan)
Pada setiap proses pemeriksaan jika ditemui ketidaksesuaian maka diberikan comment pada bagian bawah form pemeriksaan. Untuk mencantumkan dokumentasi inspeksi dapat dilakukan dengan menginput file via konten dokumen pada menu utama lalu memilih lokasi foto tersebut ingin ditempatkan dimana. Pada Gambar V-71 ditunjukkan proses penginputan dokumentasi inspeksi untuk inspeksi final.
171
Gambar V-71. Proses penginputan dokumentasi inspeksi untuk inspeksi final
File dokumentasi yang telah diinput dapat secara otomatis masuk ke dalam form pemeriksaan dan report hasil pemeriksaan. Pada Gambar V-72 ditunjukkan hasil input file dokumentasi pada form pemeriksaan.
172
Gambar V-72. Hasil input file dokumentasi pada form pemeriksaan
J. Report Hasil Inspeksi Setelah melakukan pengisian form pemeriksaan dan melakukan submit form maka laporan hasil inspeksi dapat dilihat pada menu report. User dapat melihat hasil laporan dan mencetaknya jika diperlukan. Umumnya coating inspector harus memberikan laporan inspeksi setiap harinya atau biasa disebut daily log atau daily inspection report. Menu report dan hasil laporan inspeksi dapat dilihat pada Gambar V-73.
173
Gambar V-73. Menu Report
Setelah masuk pada menu report untuk dapat melihat report yang telah diisi sebelumnya oleh user, selanjutnya klik jenis komponen dan proses pemeriksaan yang akan dicek laporan pemeriksaannya. Pada Gambar V-74 ditunjukkan hasil keluaran report yang dihasilkan aplikasi ini yang dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
174
Gambar V-74. Hasil laporan pemeriksaan
Pada konten dokumen, disertai fungsi search untuk memudahkan dalam pencarian dokumen baik itu dokumen panduan, standard, hingga laporan pemeriksaan yang telah 175
dilakukan. Laporan pemeriksaan yang telah disimpan sebelumnya dapat dengan mudah ditemukan dengan fitur search dokumen ini. Pada Gambar V-75 ditunjukkan halaman search dokumen untuk laporan inspeksi dengan keyword “2016”.
Gambar V-75. Fitur search untuk pencarian hasil laporan pemeriksaan
V.3.3. Ketepatan Hasil Pemeriksaan Supervisi pengecatan kapal tidak selamanya berada pada galangan tempat kapal dibangun, oleh karena itu dibutuhkan fitur pada aplikasi yang diharapkan dapat memeriksa ketepatan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya oleh asisten coating inspector. Fitur ketepatan hasil pemeriksaan pada aplikasi ini dapat dilakukan dengan menginput foto hasil pemeriksaan pada menu dokumen sehingga supervisi cat dapat melihat proses pengecatan dan juga hasil dari proses tersebut. Berikut pada Gambar V-76 ditunjukkan cara penginputan foto dokumentasi sebagai fitur memeriksa ketepatan hasil pemeriksaan
176
Gambar V-76. Penginputan dokumentasi pemeriksaan sebagai sarana uji ketepatan hasil
Setelah dilakukan penginputan, file tersebut akan masuk ke list file pada menu dokumen. Untuk melihat hasil input dokumentasi dapat dilakukan dengan klik menu show file list lalu pilih file dan klik lihat. Berikut pada Gambar V-77 ditunjukkan hasil dokumentasi yang telah diinput sebelumnya.
177
Gambar V-77. Hasil dokumentasi yang telah diinput
178
ANALISA DAN UJI COBA APLIKASI
VI.1. Analisis Aplikasi Analisa aplikasi dilakukan untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh perwakilan pabrik cat/manufaktur sebagai administrator dan coating inspector sebagai user agar aplikasi yang dirancang dapat tepat guna saat dilakukan di lapangan. Analisi aplikasi dapat dilakukan dengan melihat 2 aspek yaitu aspek ekonomis dan aspek operasional. Jika dilihat pada sudut pandang ekonomis, tentunya hal tersebut berhubungan dengan biaya pengadaan aplikasi serta apa saja yang disiapkan oleh administrator dan user agar penggunaan aplikasi. Pada Tabel VI-1ditunjukkan analisis aplikasi jika dilihat dari aspek ekonomis. Tabel VI-1. Analisis aplikasi dari aspek ekonomis
Aspek Ekonomis No
Jenis
Keterangan
1
Biaya Pengadaan Aplikasi
Biaya programmer untuk develop system aplikasi
Biaya programmer untuk melakukan perancangan aplikasi
Biaya sewa server mandiri agar keamanan terjamin dan memiliki kecepatan akses cepat
Smartphone yang dibutuhkan harus memiliki system operasi Android 4.0 Kitkat.
2
Biaya Operasional Aplikasi
Biaya programmer untuk perawatan software jika ditemukan bug gangguan (bug) pada aplikasi
Biaya
berlangganan
internet/paket
data
smartphone
Biaya pengawasan oleh pihak administrator agar untuk menjamin keamanan aplikasi dan database
Sedangkan jika dilihat pada aspek operasional, lebih mengutamakan pembahasan masalah dan kendala apa saja yang didapat pada saat aplikasi digunakan serta kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk menjalankan aplikasi ini. Pada Tabel VI-2 ditunjukkan analisis aplikasi dari aspek operasional. 179
Tabel VI-2. Analisis aplikasi dari aspek operasional
Aspek Operasional No
Jenis
Keterangan
1
SDM
Diperlukan sosialisasi atau penyuluhan terlebih dahulu agar administrator dan user dapat memahami pemakaian aplikasi.
2
Galangan
Aplikasi yang dirancang mewajibkan pengguna untuk memiliki koneksi internet sehingga jika user berada pada galangan yang lokasinya terpencil, dibutuhkan koneksi internet lain seperti Wifi pada galangan jika ingin menggunakan aplikasi.
VI.2. Analisa Perbandingan Sistem Pada bab ini akan dijelaskan perbandingan aplikasi yang dirancang dengan sistem yang ada saat ini. Analisa dilakukan dari hasil wawancara dan komentar praktisi di lapangan setelah dilakukan pengujian aplikasi. Berikut pada Tabel VI-3 ditunjukkan analisa perbandingan efektifitas sistem jika dilihat dari aspek waktu, dan tempat penyimpanan. Tabel VI-3. Perbandingan efektifitas sistem
No
Analisa Kegiatan
Waktu Eksisting 8 jam
Aplikasi 10 menit
1
Penyusunan Laporan
2
Penyampaian Laporan
8 jam
30 detik
3
Lihat Hasil Pemeriksaan Penyimpanan Laporan
10 menit
30 detik
4
180
Tempat penyimpanan Eksisting Aplikasi
Keterangan Eksisting Input dengan tulisan tangan dan memerlukan komputer Mengatur jadwal pertemuan dahulu
Aplikasi Input secara cepat ke dalam form pemeriksaan yang telah tersedia Setelah submit, laporan dapat dilihat oleh admin dan user terkait
Lemari arsip
Tidak ada backup
Ada backup
Server
Tabel VI-3. Perbandingan efektifitas sistem (lanjutan).
No
Analisa Kegiatan
5
Pemeriksaan pengecatan kapal
6
Pengambilan keputusan
Waktu
Tempat Keterangan Penyimpanan Existing Aplikasi Existing Aplikasi Existing Terencana
Kurang cepat
Aplikasi Terencana dan detail karena disertai batasan pemeriksaan Cepat karena ditunjang dengan proses pelaporan yang cepat pila
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa aplikasi yang dirancang dapat mengatasi beberapa masalah yang didapat pada sistem pemeriksaan pengecatan kapal saat ini salah satunya mempercepat pekerjaan input laporan, pelaporan pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru, dan keamanan dalam penyimpanan laporan pemeriksaan. Selain perbandingan efektifitas sistem, dilakukan juga analisa untuk menilai kelebihan dan kekurangan dari sistem pemeriksaan kapal saat ini dan aplikasi yang dirancang. Analisa dilakukan dari hasil wawancara praktisi di lapangan. Berikut perbandingan kekurangan dan kelebihan antara kedua sistem yang dapat dilihat pada Tabel VI-4. Tabel VI-4. Perbandingan Sistem
No Aspek
Sistem Eksisting
Aplikasi yang Dirancang
1
Koneksi
Tanpa koneksi (offline)
2
Penulisan form inspeksi
Penulisan form inspeksi dilakukan secara manual dan format form pemeriksaan dibuat
3
Penyusunan laporan dan dokumentasi hasil inspeksi
Jika ditemukan ketidaksesuaian harus di foto terlebih dahulu mengirimkannya ke laptop lalu memasukkan ke laporan inspeksi sebelum diprint
Menggunakan koneksi internet (selalu online) Melakukan checklist dan penulisan secara cepat karena form pemeriksaan telah didesain sesuai standard untuk mempermudah coating inspector Pada aplikasi terdapat fitur upload file gambar yang dapat dimasukkan secara langsung ke dalam laporan sehingga lebih efektif
181
Tabel VI-4. Perbandingan Sistem (lanjutan).
No Aspek
Sistem Eksisting
Aplikasi yang Dirancang
4
Proses pelaporan
Proses pelaporan lama
5
SDM
Diperlukan seseorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai seperti senior coating inspector
Proses pelaporan lebih ringkas dan cepat (setelah proses inspeksi oleh coating inspector, laporan otomatis masuk ke administrator dan dapat dilaporkan langsung) Terdapat fitur bantuan yang berisikan panduan, standard pemeriksaan dan gambar/drawing yang dapat membantu proses pengawasan sehingga seorang junior coating inspector dapat melakukan pemeriksaan tanpa memiliki kesenjangan pengetahuan atau pengalaman dengan senior coating inspector
6
Keamanan
Penyimpanan laporan terdapat pada lemari penyimpanan atau arsip dokumen dan laporan pengawasan ada kemungkinan hilang/rusak
(memindahkan data tertulis ke komputer terlebih dahulu baru dilaporkan)
Penyimpanan laporan terdapat pada database server dan dapat dibackup di HP maupun gadget lain dengan fitur save report pada aplikasi.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa aplikasi yang dirancang memiliki beberapa kelebihan yang dapat mengatasi masalah dari sistem pemeriksaan yang ada saat ini. Namun dibalik kelebihan tersebut, aplikasi yang dirancang memiliki kekurangan yaitu memerlukan internet untuk menjalankannya sehingga dibutuhkan tempat dengan sinyal yang baik agar aplikasi dapat bekerja secara sempurna. VI.3. Uji Coba Aplikasi Pada tahap ini dilakukan uji coba aplikasi pada praktisi di lapangan meliputi coating inspector, owner surveyor, dan qc galangan. Uji coba aplikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai aplikasi yang telah dirancang layak atau tidaknya diterapkan di lapangan serta untuk mengetahui saran dan masukkan yang diberikan oleh praktisi di lapangan agar aplikasi yang dirancang dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan tepat guna. Pengujian yang dilakukan dengan cara mencobakan program aplikasi kepada praktisi di lapangan disertai dengan pemberian kuisoner. Responden dipersilahkan untuk mencoba sendiri prototipe program sesuai dengan user yang telah tersedia. Dan melakukan pengisian kuisoner untuk
182
menilai kelayakan aplikasi yang dirancang. Adapun praktisi yang melakukan uji program berjumlah 5 orang, diantaranya:
Coating Inspector (Paint Maker)
= 1 orang
Coating Inspector (Shipyard QC Painting)
= 1 orang
Owner Surveyor
= 2 orang
Kontraktor Cat
= 1 orang
Model kuisioner tersebut terdiri dari tujuh pertanyaan mengenai program aplikasi. Setiap pertanyaan memiliki skala penilaian dari satu sampai lima, dengan keterangan skala sebagai berikut : a. 1 (Tidak Setuju) b. 2 (Kurang Setuju) c. 3 (Cukup) d. 4 (Setuju) e. 5 (Sangat Setuju) Sehingga setiap responden yang melakukan pengisian kuisoner memiliki range nilai minimal 7 sampai maksimal 35. Berikut pengelompokkan nilai untuk menilai kelayakan aplikasi yang dirancang: a. 7 (Tidak Diperlukan) b. 8-14 (Kurang Diperlukan) c. 15-21 (Dapat Dipertimbangkan) d. 22-28 (Diperlukan) e. 29-35 (Sangat Diperlukan) Berikut merupakan pertanyaan-pertanyaan kuisoner yang telah disusun: 1. Apakah aplikasi pemeriksaan cat perlu diterapkan dalam pengawasan pengecatan kapal bangunan baru? 2. Apakah aplikasi android ini dapat membantu coating inspector/owner/shipyard dalam melakukan pengawasan pengecatan kapal bangunan baru? 3. Apakah system pada aplikasi android ini mudah dioperasikan? 4. Apakah ada aplikasi ini memiliki item pemeriksaan cat yang lengkap sesua dengan item pemeriksaan yang dibutuhkan saat ini? 5. Apakah aplikasi ini dapat mempermudah praktisi di lapangan dalam penyampaian laporan?
183
6. Apakah performance dari aplikasi pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru ini lebih baik dibandingkan system pemeriksaan yang ada saat ini? 7. Apakah tampilan dari aplikasi telah sesuai dan cukup menarik? Setelah dilakukan pengujian prototype dan kuisoner, maka hasil yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel VI-5 dibawah ini. Tabel VI-5. Hasil kuisoner pengujian aplikasi
Responden Q1 Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Total nilai
Rata-rata
Presentase
1
5
5
4
5
5
4
4
32
4,57
91,4
2
4
4
4
4
5
4
5
30
4,28
85,7
3
5
5
4
5
5
5
4
33
4,71
94,3
4
4
4
4
3
4
4
4
27
3,86
77,1
5
4
5
3
4
4
3
2
25
3,57
71,4
Total
147
20,99
Rata-Rata
29,4
4,198
83,98
Berdasarkan tabel VI-4, dapat dilihat rata-rata total nilai didapatkan nilai 29,4 dari nilai maksimal 35 dan presentase sebesar 83,98%, range ini mengartikan bahwa program aplikasi sangat diperlukan untuk diaplikasikan di lapangan dalam mendukung proses pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru. Adapun beberapa kelemahan pada aplikasi yang dirancang berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, antara lain: 1. Dibutuhkan sosialisasi terlebih dahulu tentang penggunaan aplikasi karena sering didapati ketidakpahaman responden pada saat proses pengujian dilakukan. 2. Proses dokumentasi aplikasi sebaiknya dilakukan secara langsung dengan fitur take a picture sehingga lebih efektif tanpa perlu upload foto melalui menu dokumen. 3. Kecepatan koneksi tergantung dari jaringan internet dan server. 4. Tampilan aplikasi terlalu sederhana.
184
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1. Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan dari pengerjaan tugas akhir ini antara lain: 1. Pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru yang ada saat ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya memerlukan coating inspector yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai untuk melakukan pemeriksaan dengan benar, form pemeriksaan dibuat secara manual sehingga setiap proyek memiliki form yang berbedabeda, proses penyusunan laporan dan pelaporan hasil pemeriksaan dilakukan secara manual sehingga kurang efektif dan memakan waktu yang lama. 2. Aplikasi android yang dirancang memiliki kelebihan yang diantaranya terdapat file panduan pemeriksaan yang berisikan prosedur pemeriksaan sesuai standard ISO, ASTM, dan IMO PSPC. Selain itu, pada aplikasi terdapat form pemeriksaan yang disusun sesuai standard IMO PSPC dan observasi di PT. Lamongan Marine Industry dan PT. International Paint Indonesia. Fitur penyampaian laporan yang terintegrasi antara pihak-pihak terkait membuat proses pelaporan menjadi lebih praktis. Kemudian terdapat fitur data history pemeriksaan sebelumnya yang telah dilakukan, yang dapat dilihat dan digunakan sebagai acuan pemeriksaan selanjutnya. 3. Uji coba aplikasi ini dilakukan kepada praktisi di lapangan seperti coating inspector, qc painting galangan, dan owner surveyor. Dalam pengujian kelayakan aplikasi ini digunakan data kuisoner. Dari nilai rata-rata pada hasil kuisoner yang telah dilakukan pengolahan data, didapatkan nilai kelayakan sebesar 29,4 dari nilai maksimum 35 yang dapat disimpulkan bahwa aplikasi yang dirancang layak untuk diaplikasikan di lapangan sebagai sarana pendukung proses pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru. VII.2. Saran Dari hasil penulisan Tugas Akhir ini adapun saran yang didapat oleh penulis guna menunjang aplikasi android yang telah dirancang, antara lain: 1. Perlu dilakukan penambahan fitur take a picture pada form pemeriksaan untuk melakukan dokumentasi pemeriksaan. 185
2. Perlu menambahkan fitur korelasi progres pengecatan terhadap delivery time kapal. 3. Perlu dilakukan penyempurnaan aplikasi terutama pada segi tampilan aplikasi.
186
DAFTAR PUSTAKA
American Bureau of Shipping (ABS). (2007). Guidance Notes on The Inspection, Maintenance and Application of Marine Coating Systems, Third Edition. United States: ABS. ASTM D3276. (2000). Standard Guide for Painting Inspectors (Metal Substrates). New York: American Society for Testing and Materials. ASTM F1130. (1999). Standard Practice for Inspecting the Coating System of a Ship. New York: American Society for Testing and Materials (ASTM). ASTM F940. (1999). Standard Practice for Quality Control Receipt Inspection Procedures for Protective Coatings (Paint), Used in Marine Construction and Shipbuilding. New York: American Society for Testing and Materials (ASTM). ASTM F941. (1999). Standard Practice for Inspection of Marine Surface Preparation and Coating Application. New York: American Society for Testing and Materials (ASTM). Berendsen, A. M. (1989). Marine Painting Manual. Netherlands: Kluwer Academic Publisher. Bortak, T. N. (2002). Guide to Protective Coatings: Inspection and Maintenance. United States. Bureau Veritas. (2007). Guidelines for The Application of The IMO Performance Standard for Protective Coatings. Paris, Paris: Bureau Veritas. International Maritime Organization (IMO). (2007). Guideline for Implementation of Performace Standard for Protective Coatings for Dedicated Seawater Ballast Tanks in All Types of Ships and Double-Side Skin Spaces of Bulk Carriers. London, London: IMO Publishing. Munger, C. G. (2014). Corrosion Prevention by Protective Coatings Third Edition. NACE Press. NACE. (2011). Coating Inspector Program Level 1. Houston: NACE International. Norsok Standard. (1994). Common Requirements Surface Preparation and Protective Coating. Norway, Norway: Norsok. Salbino, S. (2013). Buku Pintar Gadget Android untuk Pemula. Lembar Langit Indonesia. Schweitzer, P. A. (2006). Paint and Coatings: Applications and Corrosion Resistance. New York: CRC Press. U.S Army Corps of Engineers. (1995). Painting: New Construction and Maintenance. Washington.
187
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 OUTPUT REPORT APLIKASI LAMPIRAN 2 KUISONER PENGUJIAN APLIKASI LAMPIRAN 3 MOCK UP APLIKASI
188
LAMPIRAN 1 OUTPUT REPORT APLIKASI
LAMPIRAN 2 KUISONER PENGUJIAN APLIKASI
LAMPIRAN 3 MOCK UP APLIKASI
BIODATA PENULIS
Dilahirkan di Surabaya pada 1 Oktober 1994, Penulis merupakan anak kedua dari 3. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Ketabang V Surabaya kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 1 Surabaya dan SMA Negeri 2 Surabaya. Setelah lulus pada tahun 2012, penulis
melanjutkan studinya di
Program
Sarjana
Departemen Teknik Perkapalan FTK ITS melalui jalur PMDK Mandiri. Penulis pernah melakukan kerja praktek di PT. Lamongan Marine Industry (Agustus-September 2015) dan Biro Klasifikasi Indonesia Cabang Samarinda (Januari-Februari 2016). Penulis sangat hobi berolahraga sehingga selama masa perkuliahan hampir 7 semester selalu aktif mengikuti kegiatan basket di kampus baik basket Departemen Teknik Perkapalan dan Fakultas Teknologi Kelautan. Selain aktif olahraga penulis juga aktif mengikuti pelatihan-pelathin yang diadakan Himpunan Departemen Teknik Perkapalan seperti pelatihan Autocad, pelatihan Maxsurf, dan lain-lain. Penulis juga aktif mengikut seminar-seminar yang diadakan oleh Indocor ITS. Selain itu penulis juga pernah mengikuti beberapa kegiatan kepanitian acara seperti Sampan 7, Sampan 8, Sampan 9, dan ICSOT. Penulis memiliki ketertarikan dalam bidang Pengecatan Kapal, oleh karena itu penulis mengambil penelitian dalam bidang pemeriksaan pengecatan kapal bangunan baru sebagai tugas akhirnya. Jika anda tertarik untuk mendevelop aplikasi android, bisa menghubungi penulis melalui kontak dibawah ini.
Email :
[email protected]