Peranan Pola Asuh Terhadap Konsep
membina hubungan emosional dengan anak, serta memberikan kesempatan anak untuk
Diri Waria
untuk mengembangkan kemampuan dan kemandiriannya (Brooks, 1991). Orang tua
A. Latar Belakang Masalah
yang memiliki kedekatan dan keterhubungan Sebuah keluarga yang utuh terdiri dari
emosional
dengan
anaknya
akan
orang tua (ibu dan ayah) dan anak. Pasangan
memberikan dorongan dan membesarkan
suami istri tetap disebut sebagai pasangan
hati sang anak serta mencoba untuk melihat
yang menikah, namun sulit dikatakan sebuah
segala sesuatu dari sudut pandang si anak.
keluarga
anak
Mengasuh anak mengacu pada semua aspek
(Bettelheim, 1988). Besar kecilnya sebuah
perkembangan anak. Secara umum, pola
keluarga ditentukan oleh jumlah anak dalam
asuh merupakan serangkaian pola interaksi
keluarga tersebut. Jika anak yang dimiliki
yang berkelanjutan antara orang tua dan
sedikit
anak, dimana kedua belah pihak memiliki
bila
tidak
memiliki
maka disebut keluarga kecil, jika
anak yang dimiliki banyak
maka disebut
keluarga besar.
peran tertentu di dalam proses tersebut (Brooks, 1991).
Tanpa melihat bentuk dan jumlah anak
Dalam mengasuh anak terdapat 3
dalam keluarga, setiap orang tua memiliki
tujuan yang mendasar, yang pertama orang
tugas
tua ingin anaknya mampu bertahan secara
melakukan
proses
pengasuhan
(parenting)
terhadap
anaknya.
hidupnya,
seorang
anak
Semasa
sepatutnya
jasmani dan rohani. Kedua, mereka berharap anak-anaknya
dapat
mengembangkan
mendapatkan pengasuhan dari orang lain.
kemampuan
Pengasuhan paling sering dilakukan oleh
nantinya dapat berdiri sendiri, sedangkan
orang tua dari anak yang bersangkutan.
yang ketiga berkaitan dengan cita-cita,
Tugas pengasuhan yang dilakukan orang tua
kepercayaan, religius dan kepuasan pribadi
antara lain adalah memenuhi kebutuhan
(Levine dalam Martin & Colbert, 1997).
anak, melindungi dan membimbing anak
Orang tua akan mencoba untuk mengasuh
memasuki masa-masa yang baru sesuai
dan mendidik anak-anaknya dengan cara
dengan
yang mereka anggap baik. Semuanya itu
tahap
perkembangan
yang
yang
mereka
miliki
agar
dilaluinya. Selain itu orang tua juga
dilakukan
diharapkan dapat menciptakan kehangatan,
harapan mereka terhadap anak-anaknya.
untuk
mewujudkan
harapan-
Setiap orang tua akan merasa impiannya
anak namun kontrolnya rendah. Sikap
telah tercapi bila anaknya telah berhasil dan
autoritative merupakan kombinasi terbaik
sukses dalam segala segi kehidupannya.
dari keempatnya, kontrol yang dipakai
Dalam mengasuh anak antara orang tua yang
dalam batasan masuk akal dan memberikan
satu dengan orang tua yang yang lainnya
kehangatan yang cukup. Sikap uninvolved
akan menerapkan pola asuh yang berbeda-
adalah sikap tidak terlibat sama sekali
beda. Terdapat beberapa penelitian yang
dimana
telah dilakukan para peneliti mengenai pola
kehangatan dan tidak mengontrol kehidupan
pengasuhan. Baumrind (dalam Martin &
anaknya.
Lingkungan
Colbert, 1997) menekankan pola asuh pada
berperan
dalam
hubungan antara aspek-aspek dalam pola
seorang anak dan bagaimana orang tua
asuh dan bagaimana anak berfungsi hingga
menerapkan pola asuh dalam keluarga akan
remaja.
membentuk konsep diri anak-anaknya.
Menurutnya
aspek
kehangata
(warmth parentl) dan kontrol (control parental)
sangat
berperan
orang
tua
Bagaimana
tidak
memberikan
keluarga
sangat
perkembangan
hidup
individu
memandang
dalam
dirinya sendiri disebut dengan konsep diri.
pengasuhan. Kehangatan mengacu pada
Fitts (1971) mengatakan bahwa konsep diri
sejauh mana orang tua bisa menerima secara
merupakan konstruk sentral untuk dapat
tulus, menyukai anaknya dan mampu untuk
memahami
mengekspresikan
hangat.
Konsep diri merupakan kerangka acuan
Sementara kontrol mengacu pada sejauh
yang digunakan individu dalam berinteraksi
mana orang tua berusaha untuk menjadi
dengan dunianya. Lebih lanjut Kinch (dalam
pengatur
yang
Fitts, 1971) mengemukakan bahwa konsep
menggerakkan atau memanipulasi tindakan
diri seseorang mempengaruhi perilaku orang
anaknya.
mengklisifikasikan
tersebut. Rogers (dalam Hall, Campbell &
sikap orang tua terhadap anak ke dalam 4
Lindzey, 1997) menjelaskan self atau self
golongan yaitu : autoritative, authoritarian,
concept
permissive, uninvolved. Sikap authoritarian
terorganisasi dan konsisten yang mencakup
adalah orang tua yang memiliki kontrol
persepsi dari hubungan ‘aku’ dengan orng
sangat tinggi namun sedikit sekali memberi
lain serta nilai-nilai yng menyertai persepsi
kehangatan. Sikap permissive adalah orang
itu. Konsep diri bukan merupakan hal yang
tua yang bersikap sangat hangat terhadap
bawaan. Konsep diri terbentuk melalui
afeksi
atau
Baumrind
secara
penggerak
manusia
sebagai
dan
perilakunya.
keseluruhan
yang
interaksi individu dengan realitas sosial.
hingga remaja. Seorang waria biasanya
Bagaimana individu mempersepsikan hal-
dapat mengingat bahwa pada masa anak-
hal yang terjadi di lingkungannya tidak
anak ia lebih menyukai bermain boneka,
terlepas dari apa yang telah dipelajarinya
menikmati penggunaan pakaian perempuan
melalui interaksi dengan lingkungannya di
dan tidak menyukai permainan laki-laki.
awal kehidupannya.
Menjadi
seorang
waria
memberi
Perasaan akan diri sendiri sebagai pria
konsekuensi dan menerima tekanan dalam
atau wanita sudah muncul sejak kecil pada
banyak hal, dimulai ketika waria merasa
individu. Sebagian besar orang sudah yakin
dirinya berbeda dengan orang disekitarnya,
dan tidak meragukan identitas gendernya.
memutuskan
Gender Identity adalah kesadaran individu
memberitahukan
sebagai laki-laki atau perempuan, dimana
sebenarnya kepada keluarga dan masih
merupakan satu-satunya aspek yang paling
banyak masalah yang dihadapi.
menjadi
waria,
keadaannya
yang
tampak dan penting dalam konsep diri.
Dalam
Identitas gender merefleksikan persepsi
kaitannya dengan pria menjadi wanita,
pribadi seseorang mengenai dirinya dengan
dimana mereka harus menghadapi situasi
kaitannya
atau keadaan yang secara psikologi
dengan
jenis
kelamin
yang
dimilikinya (Biller dalam Corsini, 1984).
menekan, maka kondisi ini mempunyai
Gender identity disorder pada anak biasanya
kemungkinan akan mempengaruhi
diketahui oleh orang tua ketika anak berusia
bagaimana ia memandang dirinya, apakah
antara 2-4 tahun. Pada saat itu anak akan
positif atau negatif. Sebagai manusia waria
menyukai pakaian, permainan dan teman
juga memiliki konsep diri positif. Mereka
bermain yang berlawanan dengan jenis
juga dapat mengaktualisasikan diri secara
kelaminnya. Mereka adalah anak laki-laki
optimal sehingga akan meningkatkan
yng menyukai boneka dan lebih memilih
sumber daya manusia bagi pembangunan
memakai rok daripada memakai celana.
bangsa ini.
Mereka menyatakan bahwa mereka telah
B. Pertanyaan Penelitian
menjadi anggota dari jenis kelamin yang berbeda sepanjang ia dapat mengingatnya
Berdasarkan uraian di atas maka yang
(Nevid & Rathus, 1995). Hanya beberapa
menjadi pertanyaan dalam penelitian adalah
yang tidak menyadari perasaan tersebut
:
1. Bagaimana konsep diri subjek saat ini?
Ketiga subjek memiliki seorang ibu yang
2. Faktor-faktor apa saja yang
pengertian dan dapat menerima mereka
mempengaruhi konsep diri waria?
apa adanya bahkan dengan status mereka
3. Bagaimana pola asuh yang dialami subjek
sebagai seorang waria. Peran ibu yang
dimasa kecilnya?
sangat
4. Apakah pola asuh berperan terhadap
memberikan kekuatan bagi subjek untuk
konsep diri waria? Mengapa demikian?
dapat menjalani hidupnya. Komunikasi
besar
dalam
hidup
mereka
dan kedekatan subjek yang sangat dengan ibunya, ketidakhadiran ayahnya dalam
C. Tujuan Penelitian
hidup Tujuan yang ingin dicapai dalam
subjek
semuanya
menambah
membuat
subjek
komplit memiliki
penelitian ini adalah :
konsep diri yang positif berkaitan dengan
1. Untuk mengetahui gambaran konsep diri
peran jender yang berlawanan dengan
subjek saat ini
jenis kelaminnya. Secara otomatis subjek
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
hanya melihat dunia dari sudut pandang
mempengaruhi konsep diri
orang yang terdekat dengannya yaitu
3. Untuk mengetahui pola asuh subjek
ibunya yang seorang perempuan.
dimasa kecilnya
Melalui penelitian ini diharapkan dapat
4. Untuk mengetahui peranan pola asuh
memberi gambaran yang subjektif dan
terhadap konsep diri subjek
objektif mengenai siapa diri waria dan bagaimana kehidupan pribadinya. Selain itu penelitian ini diharapkan menambah
D. Manfaat Penelitian
wawasan pembaca mengenai peranan pola Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu :
asuh terhadap konsep diri terutama konsep diri waria.
1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh mempengaruhi konsep diri
2. Manfaat Teoritis
seseorang. Konsep diri yang positif tidak
Memberikan informasi bagi para orang
terlepas
tua agar lebih bijak dalam menerapkan
dari
bagaimana
orang
tua
menerapkan pola asuhnya dalam keluarga.
pola
asuh
bagi
anak-anaknya
demi
perkembangan fisik dan psikologis anak
anak-anaknya.
yang baik di masa depan. Penelitian ini
menunjukkan kepada anaknya siapa
diharapkan dapat memberi tambahan pada
sebenarnya dirinya sehingga si anak
literatur penelitian psikologi mengangkat
merasa nyaman bersama orang tuanya.
fenomena waria dan pengaruhnya dalam
2). Nurturing atau upanya mengasuh yaitu
Orang
tua
akan
masyarakat. Secara khusus penelitian ini
tahap
diharapkan dapat menjadi masukan dalam
menunjukkan
psikologi sosial terutama untuk kegiatan
kehangatan dan merespon kebutuhan dan
intervensi psikologis terhadap waria dan
keinginan anak.
permasalahannya.
dimana
orang
tua
akan
ekspresi-ekspresi
3). Authoritative yaitu tahap dimana orang tua
dan
anak
berpartisipasi
dalam
TINJAUAN PUSTAKA
menemukan alasan di belakang suatu
A. Pola Asuh
kebijakan dan peraturan-peraturan serta konsekuensi yang akan diterima yang
1. Pengertian Pola Asuh Interaksi yang pertama kali terjadi
telah disepakati bersama 4). Interdependent yaitu tahap dimana anak
dalam kehidupan seseorang adalah keluarga.
mengembangkan
Keluarga khususnya orang tua memiliki
dimiliki
peran yang sangat penting dalam proses
mereka untuk berbagi kontrol dengan
tumbuh kembang anak menuju kedewasaan
orang tua
fisik dan psikis. Secara umum pola asuh
sehingga
mengharapkan
orang tua dan anak (Martin & Colbert,
mengembangkan
1997).
sehingga
Menurut Galinsky (dalam Martin & Colbert, 1997), dalam pola asuh terdapat 5
memungkinkan
anaknya
mereka
tua penampilan kesan yang baik bagi
dapat
kemampuannya dapat
memenuhi
kebutuhan
mereka
sendiri
dan
memperoleh
tujuan
hidupnya
yang
berkaitan dengan pencapaian dalam hidup.
tahap pengasuhan, yaitu : 1). Image making yaitu tahap dimana orang
yang
5). Departure yaitu tahap dimana orang tua
diartikan sebagai proses interaksi antara
2. Tahap Pengasuhan
kompetensi
3. Tugas dan peran Orang tua
Brown
(dalam
Brooks,
1991)
mereka akan memberikan kesempatan
menjelaskan 4 tugas utama orang tua, yaitu :
pada
1). Menetapkan komeitmen dasar kepada
pendapat dan keinginanya sendiri. Mereka
seluruh anggota keluarga
memberikan kebebasan bagi si anak untuk
2). Memberikan kehangatan dan pengasuhan
menentukan
bagi anggota keluarga
menjelaskan apa yang akan terjadi bila si
3). Memberikan kesempatan dan dorongan
anak melakukan pilihannya tersebut.
bagi perkembangan kepribadian anak
anaknya
untuk
mengeluarkan
pilihannya
sendiri
dan
2). Pola Authoritarian (otoriter)
4). Memfasilitasi kecakapan dan penguasaan
Orang tua memiliki kontrol yang tinggi
ego.
namun
rendah
dalam
memberikan
kehangatan. Mereka menerapkan peraturan yang kaku dan disiplin yang keras, namun
4. Tipe-tipe Pola Asuh Pola asuh yang diterapkan pada anak
mereka tidak memberikan penjelasan atau
akan berbeda-beda antara orang tua yang
jabaran yang jelas mengenai latar belakang
satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini
dari perturan yang mereka buat. Mereka
akan
dalam
juga memberi kepatuhan pada anaknya
dampak baik yang positif maupun negatif
dan memberikan hukuman jika tidak
pada perkembangan kehidupan anak.
patuh. Mereka sedikit sekali memberi
mengakibatkan
perbedan
Menurut Baumrind (dalam Martin &
kehangatan
dan
kasih
sayang
pada
Colbert, 1997), terdapat 4 tipe pola asuh :
anaknya, seringkali berlaku kasar dan
1). Pola asuh Authoritative (demokratis).
memberi hukuman secara fisik.
Orang tua yang mengasuh anaknya
3). Pola Permissive (bebas/ manja)
dengan tipe ini memiliki tingkat kontrol
Memiliki tinggkat kontrol yang rendah
yang tinggi dan kehangatan yang tinggi
namun
pada
memberikan
kehangatan terhadap anaknya. Mereka
penjabaran yang jelas tentang aturan-
sedikit sekali memberikan peraturan dan
aturan dan harapan mereka. Mereka
jarang menerapkan disiplin. Orang tua
memberi
lebih
anaknya.
Mereka
penjelasan
apa
yang
akan
tinggi
dalam
menekankan
pada
memberikan
pemberian
menjadi konsekuensi apabila anaknya
perhatian dan kasih sayang. Mereka
tidak mengikuti peraturan atau keinginan
beranggapan bahwa disiplin dan peraturan
orang tua, namun pada saat yang sama
hanya akan mengganggu perkembangan
anak. Karena itu mereka memberikan
mengoptimalkan kemampuannya agar
kebebasan yang sebesar-besarnya pada
menjadi lebih dewasa dalam segala hal.
anaknya untuk melakukan apa saja asal anaknya bahagia.
4). Clarity of communication (komunikasi yang jelas), yaitu orang tua memberi
4). Pola Uninvolved (tidak terlibat)
penjelasan apa yang boleh dilakukan dan
Orang tua ini memiliki tinggkat kontrol
memberikan
yang rendah sekaligus kehangatan yang
untuk
rendah pula. Mereka terlihat tidak tertarik
keinginannya.
kesempatan
mengeluarkan
pada
anak
pendapat
dan
bahkan tidak pernah terlibat dalam proses perkembangan anaknya. Mereka sedikit sekali
bahkan
hampir
tidak
B. Konsep Diri
ada
memberikan kasih sayang dan perhatian
1. Pengertian Konsep Diri
pada anaknya. Mereka memberi kebebasan
Konsep diri adalah salah satu aspek penting
untuk melakukan apa saja yang diinginkan
untuk mengenal dan mengerti manusia.
anaknya karena mereka sendiri tidak
Sebelum membahas lebih jauh tentang
peduli dengan apa saja yang diperbuat
konsep diri perlu dikemukakan tentang self.
anaknya.
Teori self ini pada dasarnya bersifat fenologis dan didasarkan pada suatu prinsip umum bahwa individu bereaksi terhadap
5. Dimensi Pola Asuh Baumrind
(dalam
Crider,
1983)
dunia
fenomenalnya
sesuai
dengan
menyatakan ada 4 dimensi pola asuh, yaitu :
penghayatannya. Dalam dunia fenomenal
1). Nurturance (upaya pengasuhan) yaitu
gambaran yang paling menonjol adalah diri
orang
tua
menunjukkan
ekspresi-
sendiri,
diri
seperti
dilihat,
dialami,
ekspresi kehangatan dan kasih sayang
dirasakannya sendiri. Diri seperti dilihat,
terhadap anak.
dialami, dirasakan inilah yang disebut
2). Kontrol yaitu orang tua berusaha untuk membatasi
kebebasan,
inisiatif
dan
tingkah laku anaknya.
2. Perkembangan Konsep Diri
3). Demand of maturity (menuntut anak bersikap
dewasa),
menekankan
pada
konsep diri (Fitts, 1971).
yaitu
orang
anak
Diri berkembang dari bayi sampai
tua
remaja melalui tujuh tingkat diri. Apabila
untuk
semua segi perkembangan telah muncul
sepenuhnya,
maka
segi-segi
tersebut
kepercayaan
diri
individu
terhadap
dipersatukan dalam satu konsep diri. Allport
dirinya, kemandirian, dan pendirian yang
(dalam Schultz, 1991) menjelaskan tujuh
teguh
tingkat perkembangan diri tersebut sebagai
konseptual ini disebut juga psycological
berikut :
self concept.
1). Rasa jasmaniah
terhadap
sesuatu.
Komponen
3). Komponen Sikap
2). Identitas diri
Komponen ini adalah perasaan individu
3). Harga diri
tentang
4). Perluasan Diri
terhadap statusnya saat ini dan prosfek
5). Gambaran Diri
masa depannya, perasaannya tentang
6). Diri sebagai pelaku rasional
harga diri, rasa bangga terhadap dirinya.
dirinya
sendiri,
sikapnya
7). Perjuangan diri 4. Dimensi Konsep Diri Fitts (1971) membagi konsep diri dalam
3. Komponen Konsep Diri Hurlock
(1974)
mengatakan
bahwa
dua bagian, yaitu dimensi internal dan
konsep diri memiliki tiga komponen
dimensi eksternal. Setiap dimensi terdiri dari
utama yaitu :
bagian-bagian
1). Komponen Perseptual
tetapi
keduanya
saling
berhubungan dan terkait satu dengan yang
Komponen ini mencakup gambaran yang
linnya sehingga memberi bentuk yang khas
ditampilkan
bagi diri seseorang
individu
mengenai
penampilan dan kesan yang dibutnya
1). Dimensi Internal
pada orang lain. Komponen perseptual
2). Dimensi Eksternal
ini sering disebut dengan physical self concept
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
2). Komponen Konseptual
Perkembangan Konsep Diri
Komponen ini adalah konsepsi individu
1). Usia
mengenai karakteristik khusus baik yang
2). Lingkungan sosial
berhubungan
3). Kompetensi
dengan
kemampuannya
dan ketidakmampuannya serta kualitas penyesuaian
diri
seperti
4). Aktualisasi diri
kejujuran
individu terhadap dirinya dan orang lain,
C. Waria
lahir mereka memiliki jenis kelamin lakilaki.
1. Jenis Kelamin dan Identitas Jender Kata jender sering kali digunakan bersama dengan kata jenis kelamin (seks). Namun
3. Etiologi Waria
sebenarnya
Tidak ada penjelasan yang jelas yang bisa
kedua
istilah
tersebut
mengandung makna yang berbeda. Seks
menjelaskan
merupakan
secara
menjadi waria (Lothstein dalam Nevid &
biologis, yang diartikan sebagai aspek
Rathus, 1995). Sudah banyak teori yang
biologis
dan
menjelaskan tentang waria tapi bukti terkini
1993).
belum ada kesimpulan (Money dalam
Sementara itu, jender merupakan kata yang
Crooks, 1999). Salah satu teori menyatakan
berakar dari budaya yang diartikan sebagai
bahwa ketidak seimbangan jumlah hormon
karakteristik
pada saat prenatal (Pauli dalam Crooks ,
kata
dari
perempuan
yang
berakar
seorang
(Rathus
sosial
laki-laki
&
Nevid
dan
budaya
yang
dihubungkan dengan jenis kelamin yang
penyebab
dari
seseorang
1999).
dimiliki oleh seseorang (Strong, 2005). Pada sebagian besar budaya, ditekankan bahwa dimensi
biologis
sosial
budaya
dan
4. Waria dalam Lingkungan Sosial
psikologis (Frayser dalam Strong, 2005)
Seorang
waria
tidak
hanya
berkeinginan untuk dapat hidup sebagai anggota lawan jenisnya (Kelly, 2001).
2. Waria Dalam pengertian umum waria adalah seorang
laki-laki
yang
berlaku
sebagai
wanita.
sebenarnya
bisa
Ketika kaum waria menunjukan identitas
berdandan
dan
yang diinginkan seringkali mereka menjadi
Kelainan
ini
objek prasangka dan penilaian keras, karena
kedalam
masyarakat sering kali tidak menerima peran
digolongkan
berbagai penyakit. Tapi dimana seseorang
dan
yang memiliki fisik berbeda dengan keadaan
menyimpang (Kelly, 2001).
jiwanya.
Istilah
tersebut
biasa
identitas
jender
yang
dinilai
juga
dikenakan pada seseorang yang secara fisik laki-laki tapi berdandan dan berlaku sebagai
5. Karakteristik Waria Adapun kriteria diagnostik seseorang
perempuan ( Atmojo, 1986). Sebagai besar
dikategorikan waria (DSM –IV
dari mereka adalah wanita meskipun sejak
Nevid & Rathus, 2000), yaitu:
dalam
1. Merasa tidak nyaman dan tidak sesuai
berusia diatas 20 tahun karena pada
dengan jenis kelamin biologis yang
usia
dimilikinya
memasuki masa dewasa dan pada
2. Berharap untuk bisa membuang alat
tersebut
masa
individu
tersebut
individu
telah
telah
kelamin dan hidup sebagai jenis kelamin
memiliki pilihan karir, penilaian
lainnya
moral, dan juga kemampuan kognitif
3. Gangguan telah berlangsung minimal 2 tahun 4. Tidak
yanglebih kompleks. 2. Jumlah Subjek
ada
kelainan
fisikal
atau
keabnormalitasan genetik
Mafield (dalam Nazir, 1988) juga mengatakan
Tidak memiliki kelainan mental lainnya
penelitian
kualitatif
lebih
menekankan mengkaji variabel pada jumlah unit yang kecil. Dengan sampel teoritis, tidak representatif serta jumlah yang kecil,
METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian
maka subjek yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 3 orang yaitu waria
Pendekatan yang digunakan dalam
yang telah berusia dewasa.
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan
C. Tahap-tahap Penelitian
yang bersifat alamiah yang menghasilkan
1. Tahap Persiapan
dan mengolah data yang sifatnya deskriptif
2. Tahap Pelaksanaan
seperti
3. Tahap Analisis Data
transkrip
wawancara,
cacatan
lapangan, gambar, foto, rekaman video dan
4. Tahap Penulisan Laporan
lain sebagainya (Poerwandari, 1998). D. Tehnik Pengumpulan Data B. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek
1. Observasi 2. Wawancara
Subjek yang dipilih oleh peneliti adlah transeksual laki-laki (waria) yang
E. Alat Bantu Penelitian
berusia 38 tahun, 29 tahun dan 22
1. Pedoman Wawancara
tahun. Penulis memilih subjek waria
2. Panduan Observasi
3. Alat Perekam
1. Gambaran Konsep diri Waria
4. Alat Tulis
Dari tabel diatas dapat dibahas gambaran konsep diri waria berdasarkan teori dari Hurlock, 1974 yaitu konsep diri memiliki 3
F. Keakuratan Penelitian Patton
(dalam
membedakan
Poerwandari,
empat
macam
1998)
triangulasi
komponen yaitu : 1). Komponen Perseptual
Berdasarkan
sebagai tehnik pemeriksaan untuk mencapai
analisis nampak subjek 1, 2, 3 memiliki
keabsahan, yaitu:
pemahaman yang baik untuk komponen
a. Triangulasi Data
perseptual,
b. Triangulasi Pengamat
individu, ketiga subjek dapat menerima atau
c. Triangulasi Teori
menyadari penampilan fisiknya sebagai
d. Triangulasi Metode
waria. Kesan yang ditampilkan subjek
seperti
penampilan
fisik
cenderung menampilkan kesan apa adanya G. Tehnik Analisis Data Untuk menganalisa hasil wawancara
dan tidak dibuat-buat. 2 ). Komponen Konseptual
dapat digunakan dengan analisis kasus dan
Untuk komponen konseptual, dilihat dari
analisis antar kasus. Untuk memudahkan
kemampuan dan ketidakmampuan subjek,
proses analisis data maka langkah-langkah
ketiga subjek mengaku mereka mampu
analisis sebagai berikut :
melakukan semua tugas-tugasnya selama
1. Transkrip
dalam keadaan sehat, walaupun ketiga
2. Melakukan koding
subjek sudah dapat mandiri dan mampu
3. Melakukan analisis awal
membiayai
4. Membuat analisis kasus
namun ada kalanya ketiga subjek masih
5. Membuat analisis antar kasus
membutuhkan bantuan orang lain yaitu
6. Membuat kesimpulan
teman-temannya dan keluarganya
hidupnya
dan
keluarganya
3). Komponen Sikap BAB IV Pembahasan
Untuk komponen sikap, subjek 1 dan 2 kadang merasakan perasaan yang negatif berkaitan dengan statusnya sebagai waria,
Dari hasil analisis diatas dapat dijelaskan beberapa hal, yaitu :
karena pada situasi tertentu subjek 1 dan 2 merasa ”risih” bila berada diantara teman-
temannya yang merupakan laki-laki normal.
3 mengatakan hubungannya dengan ayahnya
Ia menyadari dunianya dan dunia mereka
harmonis
suda berbeda, disebabkan perbedaan yang
meninggal. Subjek 3 mengatakan meskipun
mencolok antara dirinya dengan laki-laki
ayahnya jarang di rumah namun ayahnya
yang normal karena bagi subjek kecantikan
berperan
fisik dan kelembutan hati yang terpenting
bertanggung jawab terhadap keluarganya.
sedangkan teman-temannya adalah kali-laki
Untuk kehangatan subjek 3 mendapatkan
yang gagah.
kasih sayang dari kedua orang tuanya.
sejak
kecil
dalam
Untuk
hingga
ayahnya
mengasuhnya
kontrol
ketiga
dan
subjek
mendapatkan kebebasan untuk melakukan
2. Pola Asuh Subjek Dimasa Kecil Menurut Baumrind (dalam Crider,
apapun
kegiatannya.
Berkaitan
dengan
1983) terdapat beberapa hal yang harus
statusnya subjek 1 dan 3 sejak dulu
diperhatikan
seperti
mendapat kelonggaran dari keluarganya,
hubungan orang tua dan anak, kehangatan,
meskipun tidak setuju subjek 1 dan 3
kontrol dan komunikasi.
menjadi waria namun keluarganya tidak
dalam
pola
asuh
Dilihat dari pola asuh subjek dimasa
memberikan punishment yang berati untuk
kecil, pada subjek 1 maupun subjek 2
mengendalikan perilaku subjek 1 dan 3 agar
terlihat ada kesamaan diantara subjek 1 dan
mau berubah menjadi laki-laki yang normal,
2. Seperti hubungan antara subjek dengan
berbeda
ayahnya yang tidak harmonis sejak kecil.
menunjukkan gelagat seperti perempuan
Subjek 1 dan 2 mengaku hubungan mereka
ayahnya dan saudara-saudara laki-lakinya
dengan ayahnya tidak terjalin dengan baik
berusaha mengekang dan mengendalikan
karena ayah subjek 1 dan 2 menikah lagi
perilakunya agar tidak menjadi seorang
sehingga otomatis ayahnya jarang sekali
waria, bahkan hingga kini subjek 2 tidak
berada di rumah.
bisa bebas pulang kerumah orang tuanya
dengan
subjek
2
sejak
ia
Untuk kehangatan, subjek 1 dan 2
dengan berdandan dan memakai statusnya
hanya mendapatkan kasih sayang dan
sebagai waria. Subjek harus tetap menjadi
kehangatan dari seorang wanita yaitu ibu,
seorang pria bila berada didepan orang
bibi dan saudara perempuannya. Sejak kecil
tuanya.
ibulah
yang
paling
berperan
dalam
kehidupan subjek 1 dan 2. Sedangkan subjek
subjek
dengan
segala
kelebihan
dan
kekurangannya serta memberi dukungan 4. Peranan pola asuh terhadap kosep
moral bagi subjek untuk mengembangkan dirinya. Bahkan dengan statusnya sebagai
diri waria Dari penjelasan mengenai peranan pola
waria membuat subjek 1 dan 3 mampu
asuh terhadap konsep diri diatas dapat
menjadi tulang punggung keluarga. Subjek
disimpulkan bahwa pola asuh memiliki
mampu menghidupi keluarganya dengan
peranan terhadap konsep diri subjek dimana
usaha yang ia jalani, hal ini tentunya
ketiga subjek memiliki konsep diri yang
memberikan rasa bangga pada diri subjek
positif sebagai seorang waria. Konsep diri
karena
subjek yang positif tidak terlepas dari
menghidupi
bagaimana orang tua subjek mengasuh
perekonomian keluarganya membuat subjek
subjek selama ini. Menurut Pudjiyogyanti
diterima dan dihormati oleh keluarganya.
dengan
berhasilnya
dirinya
dan
subjek membantu
(1988), konsep diri yang positif pada anak dapat tercipta apabila adanya integritas dan
BAB V
tenggang rasa yang tinggi antar anggota keluarga. Juga sikap orang tua yang mendukung rasa percaya dan rasa aman anak
sehingga
menyebabkan
Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
berhasil. Ketiga subjek memiliki seorang ibu yang pengertian dan dapat menerima mereka apa adanya bahkan dengan status mereka sebagai seorang waria. Peran ibu yang besar
dalam
hidup
mereka
memberikan kekuatan bagi subjek untuk
Subjek 1 dan 3 juga memiliki keluarga saudara-saudara
yang
1. Gambaran Konsep diri Waria 1). Komponen Perseptual Berdasarkan analisis nampak subjek 1, 2, 3 memiliki pemahaman yang baik untuk komponen perseptual, seperti penampilan fisik individu, ketiga subjek dapat menerima atau menyadari penampilan fisiknya sebagai
dapat menjalani hidupnya.
dan
A. Kesimpulan
anak
memandang orang tua sebagai figur yang
sangat
PENUTUP
bertoleransi
dengan statusnya dan dapat menerima
waria. Kesan yang ditampilkan subjek cenderung menampilkan kesan apa adanya dan tidak dibuat-buat.
2). Komponen Konseptual
mencolok antara dirinya dengan laki-laki
Untuk komponen konseptual, dilihat dari
kemampuan
dan
yang normal karena bagi subjek kecantikan
ketidakmampuan
fisik dan kelembutan hati yang terpenting
subjek, ketiga subjek mengaku mereka
sedangkan teman-temannya adalah kali-laki
mampu melakukan semua tugas-tugasnya
yang gagah dan kasar. Walaupun demikian
selama dalam keadaan sehat, walaupun
subjek 1 dan subjek 2 telah dapat menerima
ketiga subjek sudah dapat mandiri dan
kondisi dan statusnya sebagai seorang waria.
mampu
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
membiayai
hidupnya
dan
keluarganya namun ada kalanya ketiga
ketiga
subjek masih membutuhkan bantuan orang
perseptual, konseptual dan sikap yang
lain yaitu teman-temannya dan keluarganya.
positif pada konsep dirinya.
subjek
memiliki
komponen
Ketiga subjek cenderung memiliki percaya diri yang tinggi sehingga ketiga subjek
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
mempunyai pendirian yang teguh untuk
Konsep Diri
menjalani hidup sebagai seorang waria serta konsisten dengan pendiriannya selama ini.
Konsep diri
juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor lainnya, yaitu : usia, peran
Keinginan ketiga subjek yang terkesan
sosial, kelompok acuan, kompetensi, dan
apa adanya membuat subjek tidak merasa
aktualisasi diri. Dalm usia keiga subjek
canggung
dan
mengetahui jati dirinya sebagai waria pada
berkomunikasi dengan siapa saja, bahkan
usia remaja. Peran sosial dalam kehidupan
dengan
ketiga subjek pada awalnya sanagat negatif
atau
orang
malu
yang
berhadapan
baru
dikenalnya
sekalipun.
namun
3). Komponen Sikap
menunjukkan
seiring
waktu
mereka
kualitas
hidupnya
mampu maka
Untuk komponen sikap, subjek 1 dan
lingkungan
mereka
kini
2 kadang merasakan perasaan yang negatif
menghargai
mereka.
Dalam
berkaitan dengan statusnya sebagai waria,
sehari-hari subjek memiliki kelompok acuan
karena pada situasi tertentu subjek 1 dan 2
sesama
merasa ”risih” bila berada diantara teman-
berkopetensi
dan
temannya yang merupakan laki-laki normal.
menghadapi
persaingan.
Ia menyadari dunianya dan dunia mereka
aktualisasi diri ketiga subjek merasa utuh
suda berbeda, disebabkan perbedaan yang
waria.
Ketiga tidak
dapat
lebih
kehidupan
subjek takut
mampu dalam
Berdasarkan
sebagai seorang wanita bukan sebagai
untuk mengembangkan dirinya. Bahkan
seorang pria.
dengan statusnya sebagai waria membuat subjek 1 dan 3 mampu menjadi tulang
3. Peranan pola asuh terhadap kosep diri
punggung
keluarga.
Subjek
mampu
waria
menghidupi keluarganya dengan usaha yang
Subjek 1 dan 2 peran orang tua yang
ia jalani, hal ini tentunya memberikan rasa
selama ini tak kalah pentingnya untuk
bangga pada diri subjek karena dengan
mendidik anak seperti halnya juga penyebab
berhasilnya subjek menghidupi dirinya dan
utama peran orang tua yang gagal mendidik
membantu
anaknya dikarenakan ketidak harmonisan
membuat subjek diterima dan dihormati oleh
kedua orang tua yang menyebabkan salah
keluarganya. Begitu juga dengan subjek 2,
satu
lagi,
meskipun ayahnya dan saudara laki-lakinya
menimbulkan dampak yang jelas merugikan
belum bisa menerima statusnya sebagai
bagi subjek 1 dan 2.
waria namun subjek memiliki ibu dan kakak
orang
tuanya
menikah
Subjek 1 dan 2 hanya merasakan semua
hal
yang
keluarganya
perempuan yang sangat menyanyanginya.
diperoleh
Mereka menerima subjek 2 apa adanya
seorang anak hanya dari satu pihak saja
dan bersedia menjadi tempat bercerita bagi
yaitu ibunya, sedangkan dari pihak ayahnya
subjek.
mereka kehilangan figur seorang pelindung.
mengimbangi tanggapan buruk dari ayah
Ketiga subjek memiliki seorang ibu yang
dan saudara laki-lakinya dengan prestasi
pengertian dan dapat menerima mereka apa
yang ia dapatkan, sebagai seorang miss
adanya
Waria Indonesia dan miss Asia subjek
bahkan
seharusnya
perekonomian
dengan
status
mereka
sebagai seorang waria.
Selain
itu
subjek
2
dapat
memiliki konsep diri yang positif, subjek
Peran ibu yang sangat besar dalam
bangga dengan dirinya. Dalam pergaulan
hidup mereka memberikan kekuatan bagi
pun subjek memiliki teman-teman yang baik
subjek untuk dapat menjalani hidupnya.
yang menerima subjek apa adanya.
Subjek 1 dan 3 juga memiliki keluarga dan saudara-saudara yang bertoleransi dengan statusnya
dan
dapat
menerima
subjek
B. Saran Berikut ini adalah saran yang mungkin
dengan segala kelebihan dan kekurangannya
diterapkan dari penelitian ini adalah :
serta memberi dukungan moral bagi subjek
1. Saran untuk para subjek
Kepada para subjek diharapkan terus menjalani
hidupnya
dengan
semangat,
meskipun statusnya sebagai waria masih belum
bisa
diterima
dengan
baik
kepada
perkembangan
karakter
dan
kepribadian anak. 3. Saran untuk penelitian selanjutnya
di
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan
masyarakat namun sebagai manusia subjek
dapat mencoba meneliti transeksual wanita
berhak untuk mendapatkan kesempatan
dan kehidupannya dan memperhatikan pola
untuk berkarya dalam hidupnya terlepas dari
asuh dalam keluarga dengan menggunakan
statusnya sebagai waria. Status sebagai
sumber dan data-data yang berbeda sehingga
waria janganlah membuat subjek merasa
didapat
tidak berharga karena masih banyak orang
komprehensif.
hasil
penelitian
yang
lebih
yang menghargai keberadaan waria. 2. Saran untuk orang tua
DAFTAR PUSTAKA
Bagi orang tua yang memiliki anak seorang
waria
hendaknya
menerima
keberadaan anaknya, karena bagaimanapun
Atmojo, K. 1986. Kami bukan lelaki ; sebuah sketsa kehidupan waria. Jakarta : Pustaka Grafity Pers
tidak ada yang menghendaki keadaan seperti itu bahkan si anak sendiri sekalipun. Karena dengan mengucilkan anak atau memaksa anak untuk berubah hanya akan membuat hubungan antara orang tua dan anak semakin renggang. Menerima keberadaan anak dan memotivasi anak agar lebih maju mungkin akan lebih membantu anak untuk menerima dirinya sendiri. Bagi orang tua pada
umumnya
diharapkan
untuk
menerapkan pola asuh yang baik pada anakanaknya. Orang tua diharap dapat memberik
Atwater, E. 1983. Psychology of adjusment ; personal growth in a changing world, 2nd ed. New Jersey : Prentice Basuki, H. 2006. Pendekatan kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta : Universitas Gunadarama Bettelheim, B. 1988. A good enough parent ; a book on child rearing. New York : Vintage Books Brakan, B.A. 1996. Handbook of self concept. New York : John Wiley & Sons
kehangatan, kontrol dan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan anaknya, karena bagaimana orang tua menerapkan pola asuh ketika kecil akan berdampak
Brooks,
J.B. 1991. The proscess of parenting, 3nd ed. California : Mayfield Publishing Company
Burns, R.B. 1993. Teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. Penterjemah : Eddy. Jakarta : Pt Arcan Calhoun, J & Acocella, J.R. 1990. Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusiaan, edisi ketiga. Alih bahasa : Prof.DR. Satmoko. Semarang : IKIP Press Corsini,
R.J. 1984. Encyclopedia of psychology, vol 3 ; perceptual development to zubin. USA : John Wiley & Sons
Crider, A. 1993. Psychology. New Jersey : Scott Foresman and Company Crooks, R & Baur, K. 1999. Our sexuality. Pasifif Grove : Brooks Cole Publishing Company Darling, V. 1999. Parenting styles and its correlates. New Jersey : Prentice Hill Davison, G & Neale, J.M. 1996. Abnormal psychology, (6th ed). New York : John Wiley & Sons Inc Fitts, W.H. 1971. The self concept and self actualization research. Monograph. Library of Congres Catalog Greene, B. & Croom, G.L. 2000. Education, research and practice in lesbian, gay, bisexual and transgendered psycology ; a resource manual. California : Sage Publication Inc Halgin, R.P & Withbourne, S.K.1993. Abnormal psychology ; the human experience of psychologycal disorders. Florida : Harcourt Brace Jovanovich College Publisher
Hall, C.S, Campbell, J.B, Lindzey, G. 1997. Theories of personality, third ed. New York : John Wiley & Sons Inc Hurlock, E. 1976. Personality development. McGraw Hill : Kogakosha Tokyo Kelly, G.F. 2001. Sexuality today ; the human perspective. New York : McGraw Hill Martin,
C.A &Colbert, K.K. 1997. Parenting ; a life span perspective. New York : Mc Graw Hill
Middlebrook, P.N. 1980. Social psychology and modern life, 2nd ed. New York : Alfred A Knopff Miracle, T.S, Miracle, A.W & Baumiester, 2003. Human sexuality ; meeting your basic needs. New Jersey : Pearson Education Inc Moleong, L.J. 2001. Metodologi Penelitian kualitatif, edisi 14. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Nazir, M. 1988. Metode penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Nevid, J.S & Rathus, S.A. 1995. Human sexuality in a world of diversity. USA : Allyn & Bacon Nevid, J.S, Rathus, S.A & Greene, B. 2000. Abnormal Psychology ; in changing world. New Jersey : Prentice Hill Papalia, D.E, Olds, S.W & Feldman, R.D. 2004. Human development and aging. New York : McGraw Hill
Patton, M. 1990. Qualitative evaluation and research methods. Newbury Park : Sage Publication Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta : LPSP3-UI Poerwandari, E.K. 2001. Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Depok : LPS3-UI Pudjiyogyanti, C.R. 1988. Konsep diri dalam pendidikan. Jakarta : Arcan Rakhmat, J. 1996. Psikologi komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya Santrock, J.W. 2005. Adolesscence, (10th ed). New York : McGraw Hill Shultz, D. 1991. Psikologi pertumbuhan kepribadian yang sehat. Sugiyono. 1999. Metode penelitian administrasi. Bandung : Alfabet Suryabrata, S. 1998. Psikologi kepribadian, cetakan ke-8. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Yash, B. 2003. Transexualisme ; sebuah studi kasus perkembangan transeksual perempuan kelakilakian. Semarang : Aini