PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA TAHUN 1977-1999
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
BAYU MARSENO AJI C0505014
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERSETUJUAN
PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA TAHUN 1977-1999
Disusun oleh :
BAYU MARSENO AJI C 0505014
Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing
Drs. Sri Agus, M.Pd NIP. 195908131986031001
Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum. NIP. 195402231986012001
PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA TAHUN 1977-1999
Disusun oleh BAYU MARSENO AJI C05005014
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal............................. Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum NIP. 195402231986012001
(.................................)
Sekretaris
Tiwuk Kusuma H, S.S, M. Hum NIP. 197306132000032002
(.................................)
Penguji I
Drs. Sri Agus, M. Pd NIP. 195908131986031001
(.................................)
Penguji II
Drs. Tundjung W.S. M. Si NIP. 196112251987031003
(.................................)
Mengetahui, Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Drs. Sudarno, MA NIP. 195303141985061001
PERNYATAAN
Nama
: BAYU MARSENO AJI
NIM
: C0505014
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999 adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta,
Juli 2010
Yang membuat pernyataan,
Bayu Marseno Aji
MOTTO
Berbuat Baiklah Kepada Setiap Orang Seperti Kamu Berbuat Baik Pada Dirimu Sendiri (Penulis)
Sesungguhnya Allah Tidak Mengubah Keadaan Suatu Kaum Sehingga Mereka Mengubah Keadaan Yang Ada Pada Diri Mereka Sendiri (QS. Ar Ra’ad Ayat 11)
PERSEMBAHAN
Skripsi
ini
penulis
persembahkan kepada: 1. Bapak
dan
tercinta, kasih
atas
Ibu
terima do’a,
kasih sayang dan motivasinya 2. Adikku tersayang
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999 ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada : 1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan kepada penulis selama studi sampai terselesaikannya skripsi ini. 2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk. 3. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk. 4. Drs. Sri Agus, M.Pd. selaku Pembimbing Skripsi yang dengan sabar dan teliti memberikan banyak masukan dan kritik yang membangun dalam proses penulisan skripsi ini. 5. Umi Yuliati, S.S, M.Hum, selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberi dorongan secara moril dan pengetahuannya kepada penulis. 6. Segenap dosen pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Segenap Staf dan Karyawan di UPT Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
kesempatan
dan
kemudahan
kepada
penulis
dalam
mengumpulkan data dan referensi untuk penyusunan skripsi. 8. Ibu Rahayu Sulistyowati, Bapak Tugimin S.E, Bapak Drs. Suryanto, dan segenap staf pegawai dan klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang telah memberikan ijin dan bantuan kepada penulis dalam penyediaan data-data yang diperlukan. 9. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan motivasi, Bapak dan Ibuku yang selalu mencurahkan kasih sayang, nasehat dan semangat. Adikku Garnis Dwi Darmastuti yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman Historia Community 2005, Doni, Wanto, Ahmad, Rika, Darmawan, Yusuf, Wido, Shinta dan teman-teman yang lain, tetap kompak dan cepat menyelesaikan skripsi. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kekeliruan, serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat menghargai adanya saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan penulisan-penulisan serupa di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap bahwa hasil skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Amin.
Surakarta,
Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ......................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... xvi ABSTRAK ....................................................................................................... xvii
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................
6
D. Manfaat Penelitian...................................................................
7
E. Tinjauan Pustaka .....................................................................
7
F. Metode Penelitian .................................................................... 12 G. Sistematika Skripsi .................................................................. 15 BAB II
DESKRIPSI WILAYAH SURAKARTA DAN MASALAH LANJUT USIA .............................................................................. 17 A. Kondisi Kotamadya Surakarta ................................................ 17 1. Kondisi Geografis .............................................................. 17 2. Kondisi Demografis ........................................................... 19 3. Kondisi Masyarakat Dalam Pendidikan ............................. 21
4. Kondisi Masyarakat Dalam Sosial ..................................... 23 5. Kondisi Masyarakat Dalam Perekonomian........................ 24 B. Masalah Lanjut Usia ................................................................ 27 1. Pengertian Lanjut Usia ....................................................... 27 2. Klasifikasi, Karakteristik dan Tipe Para Lanjut Usia ........ 28 3. Permasalahan Yang Dialami Para Lanjut Usia .................. 30 4. Masalah Kesehatan Jiwa Pada Lanjut Usia........................ 32 5. Pembinaan Kesejahteraan Penduduk Lanjut Usia Dalam Keluarga ................................................................ 36 BAB III PERKEMBANGAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA TAHUN 1977-2000 .............................................. 39 A. Letak Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ........................ 39 B. Latar Belakang Berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta .................................................................................. 40 C. Strategi Meraih Klien ............................................................... 43 D. Kriteria Klien Masuk Panti ..................................................... 44 E. Sarana dan Prasarana Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 45 F. Kepemimpinan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta .... 46 G. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ........................................... 49 1. Struktur Organisasi di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ........................................................................... 49 2. Tugas Pokok dan Fungsi Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ................................................................ 50 H. Gambaran Klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta .. 55 1. Latar Belakang Umur Klien ............................................... 55 2. Latar Belakang Agama Klien ............................................ 56 3. Latar Belakang Pendidikan Klien ...................................... 57 4. Asal daerah Klien ............................................................... 58
BAB IV
PEMBINAAN DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA ............................................................................... 60
A. Kegiatan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta .............. 60 1. Pendekatan dan Persiapan Panti Wredha Dharma Bhakti terhadap Para Klien ............................................................ 60 2. Penerimaan Klien yang Dilakukan oleh Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ................................................... 62 3. Pemberian Pembinaan Atau Bimbingan Terhadap Klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ........................... 64 4. Metode Pelayanan Klien .................................................... 66 5. Pelaksanaan Program Pembinaan .................................... 67 B. Manfaat Program Pembinaan Terhadap Para Klien .............. 77 1. Keadaan Klien Sebelum Mengikuti Program Pembianaan ........................................................................ 79 2. Keadaan Klien Sesudah Mengikuti Program Pembinaan .. 81 3. Pengawasan Terhadap Klien yang Kembali ke Masyarakat ......................................................................... 83 4. Keberhasilan Usaha Pembinaan Terhadap Para Lanjut Usia .................................................................................... 85 BAB V
KESIMPULAN ............................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 90 DAFTAR INFORMAN ................................................................................... 93 LAMPIRAN .................................................................................................... 96
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Banyaknya Kecamatan, Kalurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga (KK) di Kota Surakarta Tahun 1977–1999 .....................................
18
Tabel 2. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kotamadya Surakarta Tahun 1977–1999 .............................................................
20
Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Usia di Kotamadya Surakarta Tahun 1986–1999 .............................................................................
21
Tabel 4. Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan di Kotamadya Surakarta Tahun 1977-1999 ..............................................................................
22
Tabel 5. Banyaknya Para Lanjut Usia dan Masalah Sosial yang lain di Kotamadya Surakarta Tahun 1986-1999 ..........................................
23
Tabel 6. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kotamadya Surakarta Tahun 1986–1999 .............................................................
24
Tabel 7. Data Pegawai dan Karyawan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1999 .......................................................................
54
Tabel 8. Data Umur Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1979-1999 .........................................................................................
55
Tabel 9. Data Agama yang Dianut Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1979-1999 ..............................................................
56
Tabel 10. Data Pendidikan Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1979-1999 ..............................................................................
57
Tabel 11. Data Daerah Asal Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1979-1999 ..............................................................................
59
Tabel 12. Data Registrasi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1999 ...................................................................................................
63
Tabel 13. Data Klien yang Meninggal Dalam Panti dan Kembali ke Keluarga Tahun 1979-1999 ..............................................................
84
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peraturan Tentang Rumah Wangkoeng Tahun 1940 ...........................
96
2. Surat Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 ................................ 100 3. Areal atau Lokasi Pekuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No.465.1./127/X/83 ............................................................. 107 4. Ijin Lokasi Tanah Untuk Kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No.596/3446/1988 ............................................................... 109 5. Laporan Tahunan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1983 No.465.1./97/IV-83 ..................................................................... 110 6. Contoh Surat Penyerahan Klien Atas Kemauan Sendiri No.465/55/VII/2008 ............................................................................. 116 7. Contoh Penyerahan Klien Hasil Razia No. 465.1/59/VII/2008 ........... 117 8. Daftar Warga Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 2000 ... 118 9. Gambar Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ................................ 121
DAFTAR SINGKATAN
BKKBN
: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
GKI
: Gereja Kristen Indonesia
IPTEK
: Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi
KB
: Keluarga Berencana
KK
: Kepala Keluarga
PDAM
: Perusahaan Daerah Air Minum
PP
: Pamong Praja
RT
: Rukun Tetangga
RW
: Rukun Warga
SD
: Sekolah Dasar
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
SMA
: Sekolah Menengah Atas
UPT
: Unit Pelaksana Tehnis
UNS
: Universitas Sebelas Maret
DAFTAR ISTILAH
Biologis
: Berhubungan dengan biologi
Degeneratif
: Kemunduran atau kemerosotan generasi
Fisiologis
: Cabang biologi yang berkaitan dengan organ, jaringan
Home Visit
: Mengetahui atau menggali informasi
Identifikasi
: Menentukan atau menetapkan identitas
Instansi
: Badan pemerintah umum atau kantor
Interaksi
: Mempengaruhi antar hubungan
Kognitif
: Berhubungan dengan proses memperoleh pengetahuan
Klien
: Orang yang mendapatkan pelayanan pembinaan
Kronologis
: Menurut urutan waktu atau peristiwa
Middle old
: Pertengahan tua
Psikomotor
: Aktivitas fisik yang berhubungan dengan mental
Razia
: Penangkapan serentak
Young old
: Muda tua atau awal tua
ABSTRAK
Bayu Marseno Aji. C0505014. 2010. Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999. Skripsi: Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) Peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-2000. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Mengetahui Latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) Mengetahui peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, studi dokumen dan studi pustaka. Data-data yang diperoleh dengan cara tersebut kemudian dianalisis dengan metode historis yaitu melalui tahap-tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini bersifat kualitatif yang terwujud dalam bentuk laporan penulisan yang bersifat deskriptif analisis yang berusaha mendeskripsikan serta menganalisis setiap kondisi yang berkaitan dengan peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina para lanjut usia. Kesimpulan dari kajian ini adalah pendirian Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebagai reaksi atas permasalahan sosial lanjut usia khususnya para lanjut usia terlantar maupun titipan keluarga. Dalam perkembangannya Panti Wredha Dharma Bhakti menjalankan peranan dan usaha mencukupi kebutuhan klien melalui program pembinaan. Pembinaan yang terdapat di Panti Wredha Dharma Bhakti terdiri dari pembinaan fisik, pembinaan mental, pembinaan sosial, dan ketrampilan. Dari pembinaan-pembinaan tersebut di dalamnya sudah mencakup segala kebutuhan yang diperlukan klien, misalnya makan, pakaian, tidur, kesehatan dan rekreasi. Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta berusaha mencukupi kebutuhan klien dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta baik dari segi dana maupun tenaga. Pembinaaan yang telah dilaksanakan mampu memberikan kesejahteraan sosial terhadap para klien, menciptakan para klien dengan hidup sejahtera aman, tenteram dan mempersiapkan untuk kebahagiaan hidup bagi klien baik lahir maupun batin sesuai dengan tujuan panti sampai akhirnya klien tersebut diambil lagi oleh pihak keluarga maupun meninggal di dalam panti.
ABSTRACT
Bayu Marseno Aji. C0505014. 2010. Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999. Thesis: History Department. Faculty of Letters and Fine Art. Sebelas Maret University. Surakarta. Issues to be discussed in this study, namely (1) How the establishment of nursing background Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) How does the role and efforts of the Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering and answer the needs of clients in 1977-1999. This study aimed to determine (1) Knowing the background of the establishment of the Dharma Bhakti Panti Wredha Surakarta. (2) To determine the role and efforts of the Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering and answer the needs of clients in 1977-1999. To achieve these research objectives, this study used techniques of data collection through interviews, document studies and literature. The data obtained in this way are then analyzed by the historical method is through the stages of criticism, interpretation and historiography. This was a qualitative research embodied in the form of report writing descriptive analysis that attempted to describe and analyze each condition relating to the role of the Nursing Home Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering the elderly. The conclusion from this study are as follows, the establishment of the Dharma Bhakti Panti Wredha Surakarta is in response to social problems, especially for the elderly elderly families displaced or deposit. In the development of the Dharma Bhakti Panti Wredha Surakarta perform the role and efforts to meet the needs of clients through the guidance program. Guidance contained in Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta consists of physical training, mental development, social development, and skills. From coaching, coaching in it already includes all the necessary needs of clients, such as food, clothing, sleep, health and recreation. Pembinaaan which have been implemented to provide social welfare to their clients, creating a prosperous life clients with safe, secure and prepare for life's happiness for the client both physically and in accordance with the purpose of the inner parlors until the client is taken again by the family and died in a nursing .
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya. Hal ini akan melibatkan manusia, lingkungan dan masyarakat sebagai konsekwensinya maka seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat harus mendapat perhatian dan pengharapan dalam pembangunan, termasuk didalamnya masalah sosial. Masalah sosial adalah situasi yang telah menjadi warisan turun temurun yang memerlukan perbaikan atau pemecahan.1 Kehidupan sosial yang akan menjadi perhatian adalah peningkatan kesejahteraaan sosial dan pembangunan yang sedang berlangsung dalam kaitannya dengan segi pendidikan, perumahan, kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya.2 Pembangunan kesejahteraan sosial tersebut harus diusahakan bersama seluruh masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu masalah sosial merupakan masalah yang kompleks dan karena tidak dapat dipandang sebagai masalah yang berdiri sendiri tetapi menyangkut penghidupan dan kehidupan masyarakat Indonesia. Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah selama lebih dari tiga puluh tahun menunjukkan beberapa keberhasilan yang membawa berbagai keberhasilan yang membawa berbagai kemajuan, terutama dibidang kesehatan masyarakat dan keluarga berencana, yang ditandai dengan terjadinya perubahan 1
Nursid Suaatmadja, 1985, Pengantar Studi Sosial, Bandung: Alumni, hal. 39.
2
Ibid, hal. 41.
indikator demografis berupa perubahan struktur umur penduduk. Salah satu dampak dari perubahan struktur umur penduduk yang sangat menarik adalah adanya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia yang cukup tajam. Para lanjut usia di Negara ini diatur dan dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34 yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan serta dijelaskan pula bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Hal ini juga dijelaskan pula dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1974 yang berisi tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial Kemunduran kemampuan fisik-biologis yang dialami para lanjut usia akan mengurangi dan melemahkan aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Kelemahan aktifitas ini, akan menyebabkan aktivitas kerja yang dapat dilakukan terbatas, bahkan dapat menyebabkan gangguan dalam mengurus dan melayani dirinya sendiri. Secara mental psikologis, semakin tua umur penduduk, kesibukan dan aktifitas sosial yang dapat dilakukan akan semakin berkurang. Secara sosio ekonomis, akan terjadi penurunan produktifitas sehingga mereka cenderung tergantung pada keluarganya.3 Kondisi fisik dan kesehatan yang mengalami kemunduran tersebut menyebabkan kemunduran produktifitas dan beban orang lain dalam menjalani kehidupan sehari-hari maupun secara ekonomi. Dalam pengembangan kualitas penduduk yang berkelanjutan, salah satu tantangan yang dihadapi adalah kelompok penduduk lanjut usia, bagaimana menyiapkan dan memperoleh suatu kehidupan hari tua yang sehat sejahtera dan bermartabat. Tantangan pelayanan 3
Watiyastuti, 1995, Aspek Sosial Ekonomi Penduduk Usia Lanjut, Yogyakarta: Pacsa Sarjana UGM, hal. 17.
fisik dan non sosial terutama pemanfaatan waktu luangnya baik di lingkungan komunitas tempat tinggal mereka memerlukan suatu pemikiran pemecahan yang terencana sejak mereka menjelang tua serta bagaimana memanfaatkan kearifan dan kekayaan pengalaman dalam kegiatan-kegiatan produktif para lanjut usia.4 Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia merupakan beban tambahan yang tidak ringan bagi pemerintah, karena secara medis pemerintah harus menyediakan sarana kesehatan seperti puskesmas, dokter, petugas kesehatan dan rumah sakit dalam mengahadapi tumbuhnya penduduk lanjut usia tersebut. Untuk mengatasi kesehatan yang dialami para lanjut usia, pemerintah menetapkan kebijaksanaan tentang penduduk lanjut usia yaitu dengan meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam pokok kebijaksanaan yang lain pemerintah berusaha menyediakan saran dan fasilitas pelayanan khusus bagi penduduk lanjut usia sehingga langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri, kemandirian, semangat hidup dan produktifitasnya, baik di lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja maupun di tempat-tempat umum.5 Di sisi lain, pengalaman di negara maju menunjukkan perawatan penderita lanjut usia memerlukan perhatian khusus dan lebih besar karena berbagai hal, antara lain bermacam penyakit yang diderita, fungsi organ yang sudah menurun rentan terhadap penyakit dan stress sehingga memerlukan penanganan yang tepat dan perhatian yang serius serta upaya khusus di bidang kesehatan. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan juga kerja sama yang baik antara
4
5
Ibid, hal. 9.
Dharianti, 2001, Karakteristik Penduduk Usia Lansia Yang Memanfaatkan Saran Kesehatan di Propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta: UGM, hal. 5.
pemerintah dan masyarakat, khususnya keluarga yang didalamnya mempunyai orang yang berusia lanjut.6 Salah satu usaha sosial dari pemerintah untuk tetap melakukan pembinaan terhadap kesejahteraan para lanjut usia adalah melalui didirikannya panti wredha yang berfungsi untuk memberikan akomodasi dan pelayanan perawatan bagi para lanjut usia yang tidak mempunyai sanak saudara, mempunyai masalah dengan keluarga atau tidak ingin membebani keluarga atau bahkan para lanjut usia yang berkeliaran di jalanan. Penempatan para lanjut usia di panti wredha ini masih menimbulkan perdebatan dalam masyarakat, karena sebagian masyarakat yang masih menganggap bahwa penitipan para lanjut usia di panti wredha ini menyalahi tradisi dan nilai-nilai agama, dan bagi para lanjut usia itu sendiri antara lain mereka merasakan harus berpisah dengan keluarga, kerabat, serta lingkungan sebelumnya dan harus berdaptasi dengan lingkungan yang baru. Hal ini dapat menimbulkan rasa cemas, tidak berdaya, bahkan rasa malu. Penitipan para lanjut usia di panti ini dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda pada para lanjut usia terhadap keluarganya yang tinggal di rumah bergantung pada latar belakang keluarga masing-masing para lanjut usia. Perawat dapat membantu para lanjut usia untuk mengekspresikan perasaannya dan secara bersama-sama menggali persepsi lanjut usia, sehingga para lanjut usia tersebut dapat menerima keputusan keluarganya sebagai hal terbaik yang dilakukan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga yang ditinggalkan di rumah.7
6
Noorkasiani, 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, hal. 106. 7
Ibid, hal. 108.
Di Surakarta sendiri para lanjut usia sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah kota. Salah satunya dengan didirikannya Panti
Wredha Dharma
Bhakti. Panti ini sudah ada sejak tahun 1929 dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1930 pada masa pemerintahan Kasunanan Surakarta yang dahulu panti tersebut dikenal dengan sebutan “Wangkung”. Tempat tersebut dahulu sebagai tempat penampungan bagi orang-orang yang mengalami masalah sosial seperti gelandangan, pengemis, orang lanjut usia, anak nakal dan berbagai masalah sosial lainnya.8 Pada tahun 1942 kewenangan Keraton dialihkan ke Pemerintah Kota Surakarta dalam hal ini Dinas Sosial yang dinamakan “Panti Karya Pamardi Karya” yang berfungsi untuk menampung orang-orang gelandangan dan lanjut usia.9 Kemudian berdasarkan Surat Pemerintah Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah tertanggal 3 September 1977 lokasi tersebut khusus untuk menampung orang-orang lanjut usia atau orang jompo terlantar yang kemudian diberi nama “Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta”. Dalam perkembangannya pada tahun 1993 setelah keluarnya Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta pembangunan semakin gencar dilakukan, hal ini mengingat panti ini mulai dikelola oleh Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi meskipun dalam pendanaan Pemerintah Provinsi juga masih membantu.10 Panti ini sebagai tempat menampung, merawat dan membina para
8
SuratPimpinan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Kepada Kadinso Dati. II Surakarta No. 465.1/127/X/83 Perihal Lokasi Kuburan Wangkung atau Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. 9
Berkas Tentang Peraturan Rumah Pamardi Karyo Wangkung Th 1940, Koleksi: Reksopustaka Mangkunegaran. 10
Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
lanjut usia sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan rasa aman, tenteram dan bahagia lahir batinnya.
B. Perumusan Masalah Perumusan
masalah
dalam
suatu
penelitian
dimaksudkan
untuk
memperjelas arah penelitian. Dalam usulan atau rancangan penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti rumusannya perlu tegas dan jelas.11 Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka pokok permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta? 2. Bagaimana peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999?
C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian tentu diharapkan menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. 2. Untuk mengetahui peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999.
11
98.
Sanapiah Faisal, 1992, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press, hal.
D. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik praktis maupun manfaat teoritis. Demikian juga dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat-manfaat tersebut. Adapun manfaaat penelitian itu adalah sebagai berikut : 1. Menyadari dan menghargai para lanjut usia dan jompo terlantar juga merupakan bagian dari masyarakat dan selayaknya mempunyai kedudukan yang sama dalam masyarakat. 2. Menumbuhkan rasa percaya diri dan mempunyai sikap optimistis dalam meraih kehidupan yang lebih layak dan dapat menikmati hari tuanya dengan meliputi rasa ketentraman lahir dan batin.
E. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan sejarah ini menggunakan beberapa literatur dan referensi yang relevan dan menunjang tema yang dikaji. Literatur tersebut akan dijadikan bahan acuan untuk mengkaji, menelusuri dan mengungkap pokok permasalahan. Literatur yang penulis gunakan antara lain: Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya merupakan buku yang ditulis oleh Mia Fatma Ekasari, (2008), membahas tentang keperawatan usia lanjut, menjelaskan berbagai aspek mengenai usia lanjut, serta teori-teori yang mendasarinya. Secara khusus, buku ini diperkaya dengan asuhan keperawatan pada kasus usia lanjut sebagai individu dalam keluarga dan kelompok. Selain itu buku ini juga membahas asuhan keperawatan dengan gangguan per sistem.
Di dalam buku ini dijelaskan bahwa penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban dan gigi ompong, mudah lelah dan gerakan mulai lambat. Usia lanjut dapat dikatakan sebagai usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan baik secara promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia. Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia buku ini ditulis oleh Sri Nur Hidayati, (2005). Buku ini menjelaskan tentang usia tua pada usia tersebut banyak masalah yang harus dihadapi untuk dapat mencapai kesejahteraan, kesehatan, kebahagiaan lahir dan batin bagi para lanjut usia. Buku ini menguraikan secara luas mengenai tanda-tanda lanjut usia, munculnya masalah yang dihadapi di hari tua, bagaimana cara mengatasi masalah di hari tua, serta bagaimana cara agar di usia tua dapat berguna bagi keluarga dan masyarakat. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa secara biologik proses penuaan manusia terbagi dalam tiga fase yaitu fase pertumbuhan dan pengembangan, fase pematangan dan fase penurunan. Hal ini dapat menerangkan, mengapa orangorang berumur kronologis sama mempunyai penampilan fisik dan mental berbeda. Untuk tampak muda proses biologis ini yang dicegah. Batas untuk usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. WHO membagi umur tua sebagai berikut:
a. Umur lanjut
: 60-74 tahun
b. Umur tua
: 75-90 tahun
c. Umur sangat tua : lebih dari 90 tahun Orang lanjut usia dalam kehidupannya sangat tergantung pada anakanaknya, minimal kepada orang yang lebih muda. Itu bisa dari segi kesehatan badannya, bisa pula dari segi finansial. Dari segi kesehatan, orang tua merupakan rumah berbagai macam penyakit. Tidak hanya pengaruh biologis yang membuat para orang lanjut usia rawan dengan berbagai penyakit. Depresi adalah salah satunya, merasa tak berguna disia-siakan anak-anaknya, merasa hidup sendiri adalah beberapa faktor yang membuat kehidupan orang lanjut usia semakin sengsara. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan buku karya Noorkasiani, (2009). Dalam buku ini membahas serta mengkaji beragam aspek dalam permasalahan usia lanjut yang sangat berguna bagi kita untuk menghadapi usia tua. Kemajuan yang pesat dalam dunia kedokteran, khususnya IPTEK medis dan keperawatan serta dalam praktik klinis telah membawa pengaruh besar dalam perikehidupan manusia modern. Penemuan-penemuan baru telah banyak terdapat dalam dunia kedokteran, seperti obat-obatan, kemoterapi dan radiasi, serta penemuan vaksin dan imunisasi. Terkait dengan itu, walaupun sejumlah penyakit sering mengancam usia lanjut, namun semakin dapat tertangani dengan resiko perpanjangan masa perawatannya. Buku ini menjelaskan pula sebagian permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan lansia (yang bersifat negatif) antara lain sebagai berikut:
a. Semakin tua seseorang maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. b. Semakin lanjut usia seseorang, maka kesibukan sosialnya akan semakin berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya yang dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang. c. Sebagian
lansia
masih
mempunyai
Permasalahannya
adalah
bagaimana
kemampuan
untuk
memfungsikan
bekerja.
tenaga
dan
kemampuan mereka tersebut ke dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. d. Masih ada sebagian dari lanjut usia dalam keadaan terlantar, selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan mereka juga tidak mempunyai keluarga. e. Di dalam masyarakat tradisional biasanya lansia dihargai dan dihormati, sehingga mereka masih dapat berperan aktif dalm masyarakat. Namun, dalam masyarakat industri ada kecenderungan mereka kurang dihargai. f. Berdasarkan sistem kultural yang berlaku, maka mengharuskan lansia masih dibutuhkan sebagai pembina agar jati diri budaya dan ciri khas Indonesia tetap terpelihara kelestariannya. g. Oleh karena kondisinya yang semakin menurun, maka lansia memerlukan tempat tinggal atau fasilitas perumahan yang khusus.
Peta populasi dunia, termasuk Indonesia semakin bergeser kearah usia lanjut. Sebagai implimikasinya, dunia medis dan keperawatan semakin disibukkan oleh meningkatnya tuntutan untuk merawat dan mengobati para penderita penyakit yang berusia lanjut, dalam hal ini buku ini secara luas menjelaskan halhal tersebut di atas. Pengelolaan Lanjut Usia Sebagai Bagian Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia buku karya Widjojo Soetedjo, (1995). Di dalam buku ini banyak dijelaskan mengenai beberapa hal-hal yang berkaitan dengan lanjut usia. Bahakan di dalam buku ini dijelaskan mengenai betapa pentingnya dipersiapkan suatu pola yang dapat menanggulangi penempatan para usia lanjut di tempat yang mereka senangi dan kehendaki menghabiskan sisa hidupnya. Usaha ini harus menyediakan beberapa pilihan yang sedemikian rupa agar bisa memberi kesejahteraan pada mereka diantaranya: a. Perumahan yang disediakan pemerintah atau swasta bagi mereka yang berusia lanjut. b. Perumahan yang terikat pada rumah sakit jiwa. c. Perumahan yang berdiri sendiri seperti rumah kompleks. d. Perumahan lain yang masih memungkinkan maksudnya masih ada keluarga atau sanak famili. Hal diatas merupakan salah satu dari banyak masalah yang dibahas di dalam buku ini. Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta, (1997) berisi tentang dasar pemikiran, diantaranya:
a. Pembangunan Nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. b. Pembangunan bidang kesejahteraan sosial sebagai dan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembangunan nasional. c. Masyarakat atau keluarga tidak mampu mengurus lanjut usia disebabkan karena berbagai gangguan atau masalah khususnya gangguan sosial ekonomi baik itu masyarakat maupun keluarga. d. Masalah sosial di Kota Surakarta sangat kompleks, sebab Kota Surakarta sangat strategis bagi daerah di sekitarnya. Selain hal tersebut di atas, juga diterangkan tentang sejarah berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti, landasan hukum, operasional panti dan berbagai macam kegiatan serta hal-hal yang berkaitan dengan panti pada awal berdirinya. Sekilas Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta, (1997) didalamnya berisi tentang dasar hukum mengenai para lanjut usia, tugas-tugas para pegawai panti dan juga mengenai aturan-aturan yang berlaku di dalam panti, tugas pokok pegawai panti dan visi misi, yaitu: a. Memberikan kesejahteraan sosial terhadap para lanjut usia. b. Menciptakan para lanjut usia hidup sejahtera aman dan tenteram. c. Mempersiapkan untuk kebahagiaan hidup bagi lanjut usia terlantar baik lahir maupun batin.
F. Metode Penelitian Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam satu rangkaian penulisan penelitian ini maka metode yang digunakan adalah Metode Historis yaitu “Proses
menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dari pengalaman masa lampau”.12 Metode Historis ini ada empat tahap dimana tiap tahap satu dengan yang lain saling berhubungan. Empat tahap tersebut adalah heuristik yaitu tahap pengumpulan bahan/sumber sejarah. Kedua, kritik yaitu terdiri dari kritik intern dan ekstern. Kritik intern adalah untuk membuktikan bahwa isi dari sesuatu sumber itu memang dapat dipercaya kebenarannya, sedang kritik ekstern adalah umtuk mencari otentisitas dari sumber tersebut. Ketiga adalah interpretasi yaitu tahap untuk menafsirkan keterangan yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan merangkainya. Keempat adalah tahap historiografi yaitu penulisan sejarah.13 1. Lokasi dalam penelitian ini adalah Panti Wredha “Dharma Bhakti” Kota Surakarta Jl. Dr. Radjiman No. 620 Surakarta. 2. Tehnik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan dari para pegawai, petugas serta para penghuni Panti Wredha Dharma Bhakti. Menurut Koentjaraningrat, wawancara merupakan cara yang dipergunakan oleh seseorang untuk tujuan tertentu yang ingin mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang informan dengan cara bercakap-cakap untuk mengumpulkan keterangan dan data.14
12
Louis Gottschalk, 1986, Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, hal 32. 13
Hadari Nawawi, 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM Press, hal.
80. 14
Koentjaraningrat, 1986, Metode-metode Penelitian Dalam Masyarakat, Jakarta: Gramedia, hal. 129.
b. Studi Dokumen Studi tentang dokumen bertujuan untuk menguji dan memberi gambaran tentang teori sehingga memberi fakta dalam mendapat pengertian historis tentang fenomena yang unik.15 Dokumen yang berhasil dikumpulkan untuk penelitian ini antara lain:
Keputusan
Walikota
No.
061.1/017/I/1993
tentang
pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Tingkat II Surakarta, peraturan tentang rumah Pamardi Karyo Wangkung th 1940 kode arsip L.548, ijin lokasi tanah untuk kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No. 596/3446/1988, areal atau lokasi pekuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No. 465.1./127/X/83. c. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan proses pengumpulan bahan-bahan melalui riset kepustakaan dengan membaca buku-buku dan sumber-sumber sekunder lain yang berhubungan dengan topik permasalahan dan tema penelitian diperoleh dari kepustakaan berfungsi sebagai penunjang dari studi dokumen. Studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Jurusan Ilmu Sejarah Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta,
perpustakaan
daerah
Surakarta, perputakaan fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 15
Sartono Kartodirdjo, 1983, Metode Penggunaan Bahan Dokumen dalam “Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia. hal. 47.
3. Teknik Analisa Data Tehnik analisa data menjelaskan setiap peristiwa tanpa ada ikatan yang terputus. Adanya fakta-fakta tersebut maka akan tersusun suatu kejadian sejarah dalam urutan kronologis. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis artinya menggambarkan fenomena-fenomena serta arti-arti khusus pada cakupan waktu dan tempat tertentu berdasarkan pada fakta yang tersedia. Setelah selesai meneliti bahan sumber dokumen, wawancara, observasi dan studi pustaka tahap selanjutnya adalah analisis data yang terseleksidan teruji kebenarannya itulah fakta-fakta. Berbagai fakta dirangkaikan sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis berupa kisah sejarah.
G. Sistematika Skripsi Untuk memberikan gambaran terperinci, skripsi ini disusun bab demi bab, yaitu : Bab I, dalam bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II, dalam bab ini akan dibahas tentang deskripsi wilayah Surakarta, pengertian lanjut usia, karakteristik serta klasifikasi, masalah kesehatan jiwa pada lanjut usia, permasalahan yang dialami lanjut usia, tipe lanjut usia. Bab III, dalam bab ini akan dibahas mengenai letak, sejarah dan perkembangan Panti, Didalamnya juga dijelaskan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan struktur organisasi, kepemimpinan, strategi meraih klien, sarana dan prasarana serta gambaran klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Bab IV, dalam bab ini dibahas mengenai peranan dan pembinaan Panti Wredha Dharma Bhakti dalam membina para lanjut usia yang meliputi program kegiatan, manfaat program kegiatan serta keadaan klien dan manfaat pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Bab V, dalam bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan.
BAB II DESKRIPSI WILAYAH SURAKARTA DAN MASALAH LANJUT USIA
A. Kondisi Kotamadya Surakarta 1. Kondisi Geografis Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan kota “Solo” secara umum adalah dataran rendah yang berada pada pertemuan Sungai Pepe, Sungai Jenes dan Bengawan Solo, dengan ketinggian kurang lebih 92 meter di atas permukaan air laut, dan terletak antara 1100 BT - 1110 BT dan 7,60 LS – 80 LS. Secara administratif wilayah Kotamadya Surakarta berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu: Sebelah utara Kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar dan Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo dan Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Wilayah Kota Surakarta secara umum bertanah datar, hanya bagian utara dan timur agak bergelombang dengan ketinggian kurang lebih 92 meter di atas permukaan air laut. Kota Surakarta memiliki luas kurang lebih 43,51 km2, yang terbagi dalam lima Kecamatan, yaitu Kecamatan Serengan dengan luas 3,15 km2, Kecamatan Laweyan dengan luas 8,55 km2, Kecamatan Jebres dengan luas 12,55 km2 dan Kecamatan Banjarsari dengan luas 14,44 km2.
17
18
Luas Kota Surakarta adalah 4.404,06 Ha. Penggunaan tanah untuk perumahan yaitu 2.674 Ha, untuk fasilitas atau sarana umum 169,59 Ha, sisanya untuk industri, sawah,tegalan, dan lain-lain. Kota Surakarta yang terdiri dari 5 (lima). Kecamatan yaitu: Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat Surakarta maka tiap-tiap Kecamatan dibentuk kalurahan-kalurahan, sehingga pelayanan semakin mudah untuk didapatkan. Masing-masing Kalurahan pun memiliki luas yang berbeda, sehingga banyaknya RW dan RT tergantung dari luas wilayah masing-masing Kalurahan. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Tabel 1. Banyaknya Kecamatan, Kalurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga (KK) di Kota Surakarta Tahun 1977 - 1999. Tahun Tahun Tahun 1977 1986 1996 1 5 5 5 KECAMATAN 2 51 51 51 KALURAHAN 3 380 558 574 RW 4 2.015 2.563 2.563 RT 5 107.065 111.298 118.589 KK Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.
No
Keterangan
Tahun 1999 5 51 590 2.603 123.840
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Antara tahun 1977 sampai tahun 1999 jumlah Kecamatan tidak bertambah, tetap berjumlah lima Kecamatan. Namun, untuk jumlah Kalurahan, RW, RT dan KK semakin bertambah seperti yang terlihat pada tabel 1 di atas. Misalnya pada tahun 1977 jumlah RT 2.015
19
meningkat menjadi 2.603 pada tahun 1999. Untuk jumlah RW pada tahun 1976 jumlah RW sebanyak 308 meningkat pesat pada tahun 1986 menjadi 558 RW. Dari tabel 1 di atas jumlah Kalurahan dan Kecamatan dari tahun 1977 sampai 1999 tidak mengalami peningkatan, tetap berjumlah 51 Kalurahan dan 5 Kecamatan. Sedangkan untuk jumlah dari keseluruhan Kalurahan, RW, RT, dan KK Kecamatan Banjarsari memiliki jumlah paling banyak, karena merupakan Kecamatan yang paling luas di wilayah Surakarta. 2. Kondisi Demografis Jumlah Penduduk Kota Surakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dengan peningkatan jumlah penduduk sedangkan lahan untuk tempat tinggal mereka tetap maka akan menimbulkan masalah bagi pemerintah Kota Surakarta. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki. Untuk mengatasi ledakan jumlah pendududuk maka pemerintah mencanangkan program keluarga berencana, dengan slogan dua anak saja cukup.16 Diharapkan dengan program KB ini tiap-tiap keluarga dapat meningkatkan kesejahteraannya, karena dengan keluarga kecil maka biaya hidup tidak akan terlalu besar, misalnya dalam bidang pendidikan, anak-anak mereka diharapkan dapat mengenyam pendidikan yang tinggi. Untuk memperjelas hal tersebut dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini.
16
Biro Pusat Statistik, 1999, Profil Penduduk Lanjut Usia Indonesia, Jakarta: Biro Pusat Statistik, hal. 49.
20
Tabel 2. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 1977-1999.
LAKI-LAKI
Tahun 1977 207.312
Jumlah Penduduk Tahun Tahun 1986 1996 219.083 262.044
Tahun 1999 268.175
PEREMPUAN
228.003
230.065
273.961
278.294
435.315 449.148 536.005 JUMLAH TOTAL Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.
546.958
Jenis Kelamin
Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa penduduk perempuan di Surakarta antara tahun 1977 sampai tahun 1999 lebih banyak dari Laki-laki. Pada tahun 1977 jumlah penduduk sebanyak 425.315 jiwa dan pada tahun 1986 menjadi 449.148 jiwa, peningkatan tersebut tidak terlalu pesat. Peningkatan pesat terjadi antara tahun 1986 sampai 1996, yaitu dari 449.148 jiwa menjadi 536.005 jiwa. Dapat pula dilihat bahwa secara keseluruhan penduduk di Surakarta peningkatannya tidak terlalu cepat antara tahun 1976 – 1999, namun pada siang hari Surakarta terlihat padat karena banyak penduduk di sekitar wilayah Surakarta yang masuk ke Surakarta untuk beraktifitas.17
17
Wawancara dengan Hariyadi, tanggal 25 Mei 2010.
21
Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Usia di Kota Surakarta Tahun 1986-1999.
USIA PRIA 0–4 tahun 5 – 14 tahun 15 – 24 tahun 25 – 54 tahun 55 tahun ke atas
1986 WANITA
TAHUN 1996 PRIA WANITA
PRIA
1999 WANITA
41.187
42.896
37.651
38.636
38.823
39.88
51.719
54.417
55.287
57.915
56.17
57.582
54.365
58.120
57.962
60.809
58.039
60.705
80.312
84.727
88.563
91.791
90.623
94.616
17.116
18.732
22.580
24.810
22.286
24.108
Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1986-1999. Banyaknya penduduk Surakarta antara tahun 1986 sampai tahun 1999 dapat kita lihat dari tabel 3 di atas. Usia 25 sampai 54 tahun merupakan penduduk yang paling banyak jumlahnya dan merupakan usia yang produktif. Usia 55 tahun ke atas merupakan penduduk yang paling sedikit jumlahnya karena memasuki usia lanjut. 3. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Pendidikan Dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Transformasi di berbagai bidang kehidupan dapat ditempuh melalui proses pendidikan. Pendidikan dalam pengertian pengajaran adalah usaha sadar tujuan dengan sistematika terarah pada perubahan tingkah laku, perubahan yang dimaksud itu menunjukkan pada suatu proses yang harus dilalui. Tanpa proses itu perubahan perubahan tidak mungkin terjadi, proses
22
disini berarti proses pendidikan.18 Dengan proses pendidikan akan menghasilkan manusia yang berpengetahuan dan berkeahlian. Untuk memperjelas hal tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan di Kotamadya Surakarta Tahun 1977 - 1999. Tahun Tahun Tahun 1977 1986 1996 1 Tidak Sekolah 22.085 33.189 23.258 2 Belum Tamat SD 90.790 63.611 66.018 3 Tidak Tamat SD 55.163 54.199 48.250 4 Tamat SD 11.555 115.092 114.997 5 Tamat SMP 55.222 83.984 100.359 6 Tamat SMA 39.438 57.763 84.551 7 Tamat Perguruan Tinggi 4.916 12.670 22.285 443.129 420.508 459.718 JUMLAH Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.
No
Tingkat Pendidikan
Tahun 1999 26.103 68.058 53.049 110.535 96.908 87.979 24.809 467.441
Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat Surakarta masih tergolong rendah, masih banyak penduduk yang belum mengenyam pendidikan yang tinggi. Pada tahun 1977 penduduk belum tamat SD sebanyak 90.790, namun pada tahun 1986 menurun menjadi 63.611. Sementara lulusan perguruan tinggi antara tahun 1977 sampai 1999 terus meningkat. Peningkatan sangat tajam terjadi antara tahun 1977 sampai 1986 dari 4.916 menjadi 12.670, dan
semakin meningkat pada tahun-tahun
berikutnya. Hal tersebut akibat dari makin mengertinya masyarakat arti penting sebuah pendidikan untuk kelangsungan hidup mereka, sehingga
18
13.
Winarno Surakhmad, 1979, Metodologi Pengajaran Nasional, Jakarta: Jemmars, hal.
23
diharapkan untuk tahun-tahun ke depan semakin meningkat jumlah lulusan perguruan tinggi. 5. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Sosial Berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota besar juga akan membawa dampak negatif, dan dampak ini menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dengan jalan rehabilitasi atau pembinaan, jika rehabilitasi berhasil maka masalah sosial akan teratasi dan dampak negatif dapat ditekan seminimum mungkin. Data-data mengenai penyandang sosial dapat disajikan di bawah ini. Tabel 5. Banyaknya Para Lanjut Usia dan Masalah Sosial yang lain di Kotamadya Surakarta Tahun 1986 - 1999. Tahun Tahun 1986 1996 1 1.233 988 Lanjut Usia 2 711 1.221 WTS 3 72 48 Waria 4 24.934 6.739 Keluarga Miskin 5 7.012 1.433 Anak Terlantar 6 541 430 Anak Nakal Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1986-1999. No
Masalah Sosial
Tahun 1999 708 519 81 14.004 1.849 886
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat banyaknya masalah sosial yang ada di Surakarta. Keluarga miskin pada tahun 1986 sebanyak 24.934 jiwa, namun pada tahun 1996 turun menjadi 6.739 jiwa. Hal ini dipengaruhi oleh semakin gencarnya pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana kepada masyarakat dengan tujuan menciptakan keluarga kecil bahagia.19 Pada tahun
19
Biro Pusat Statistik Jawa Tengah, 1997, Kesejahteraan Masyarakat Jawa Tengah Dalam Bidang Sosial Masyaraka Tahun 1995-1997, Semarang: Biro Pusat Statistik, hal. 31.
24
1999 jumlah keluarga miskin kembali meningkat menjadi 14.004 jiwa yang merupakan akibat dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997. Naik dan turunnya jumlah penyandang sosial dari tahun ke tahun seperti yang terlihat dalam tabel tergantung dari seberapa efektif razia dan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kepolisian maupun Instansi terkait yang mengurusi masalah tersebut. Namun pemerintah dalam hal ini tentu sudah mengantisipasi dengan membangun berbagai tempat rehabilitasi. 6. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Perekonomian Kota
Surakarta
yang
berkembang
pesat
ditandai
dengan
berkembangnya industri-industri baik itu industri kecil maupun industri besar. Untuk mengetahui data-data jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kotamadya Surakarta Tahun 1986 – 1999 Tahun Tahun 1986 1996 1 390 1.090 Petani Sendiri 2 714 915 Buruh Tani 3 0 0 Nelayan 4 4.468 9.407 Pengusaha 5 65.277 77.112 Buruh Industri 6 54.212 64.948 Buruh Bangunan 7 16.339 19.839 Pedagang 8 25.174 15.309 PNS/TNI 9 13.924 18.744 Pensiunan 10 146.023 179.544 Lain-lain 326.521 386.908 JUMLAH Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta1986-1999. No
Mata Pencaharian
Tahun 1999 1.048 963 0 9.419 72.043 61.976 23.369 25.374 18.774 212.966 398.185
25
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat sebagian besar mata pencaharian masyarakat pada tahun 1999 adalah buruh industri yang mencapai 72.043 orang kemudian disusul dengan buruh bangunan yang berjumlah 61.976 orang, hal itu berlaku sama pada tahun 1986 sampai tahun 1996 meskipun jumlahnya berbeda, seperti yang terlihat pada tabel 6 di atas. Untuk nelayan dan petani jumlahnya sangat sedikit tentu karena Surakarta sedikit sekali memiliki lahan untuk mata pencaharian tersebut. Buruh tentu mempunyai pendapatan yang terbatas sehingga menyebabkan timbulnya masalah sosial khususnya keluarga miskin sehingga tentu berdampak dengan kelangsungan hidup atau kebahagiaan lanjut usia.
B. Masalah Lanjut Usia 1. Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur. Di Indonesia, istilah untuk kelompok usia ini belum baku, orang memiliki sebutan yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan istilah usia lanjut ada pula lanjut usia atau bahkan dengan sebutan jompo. Usia tua merupakan suatu peristiwa alamiah yang tak terhindarkan. Usia tua adalah kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari namun manusia dapat menghambat kejadiannya.20 Para ahli membedakan seseorang dikategorikan berusia lanjut menjadi dua macam, yaitu usia kronologis dan usia biologis. 20
3.
Sri Nur Hidayati, 2005, Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia, Yogyakarta: Pradipta, hal.
26
Usia kronologis dihitung dengan tahun kalender. Di Indonesia dengan usia pensiun 56 tahun bagi Pegawai Negeri, barang kali dapat dipandang sebagai batas seseorang mulai memasuki usia lanjut, namun dalam perkembangan selanjutnya menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang paling layak disebut usia lanjut, Sedangkan usia biologis adalah usia yang sebenarnya, biasanya diterapkan kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis.21 Berikut ini adalah definisi usia lanjut dalam buku Kesehatan Usia Lanjut Dalam Asuhan Keperawatan karya Noorkasiani. a. Smith dan Smith (1999), menggolongkan usia lanjut menjadi tiga yaitu: young old (67-74 tahun), middle old (75-84 tahun) dan old-old (lebih dari 85 tahun). b. Setyonegoro (1984), menggolongkan bahwa yang disebut usia lanjut adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun . Selanjutnya terbagi dalam usia 70-75 tahun, 75-80 tahun dan lebih dari 80 tahun. c. Menurut Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraaan usia lanjut, Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik/biologis kondisi psikologis serta perubahan kondisi sosial. Para lanjut usia bahkan juga masyarakat menganggap seakan akan tugasnya sudah selesai mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dalam pergaulan bermasyarakat yang merupakan salah satu ciri fase ini. Dalam fase ini, biasanya usia lanjut 21
Noorkasiani, 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Asuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, hal. 3.
27
merenungkan hakikat hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya pada Tuhan.22 Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dalam proses penuaan. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mendefinisikan batasan lanjut usia ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi, aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus-menerus yang ditandai dengan manurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk usia lanjut lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua itu sering kali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat. Dari aspek sosial, penduduk usia lanjut merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di Negara Barat, pendududuk lanjut usia menduduki strata dibawah penduduk usia muda. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati warga muda.23
22 23
Ibid, hal. 4. Ibid, hal. 39.
28
2. Klasifikasi, Karakteristik dan Tipe Para Lanjut Usia a. Klasifikasi Para lanjut usia diklasifikasikan menjadi lima, yaitu: 1) Pralansia Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2) Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3) Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. 4) Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa. 5) Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.24 b. Karakteristik Lansia Para lanjut usia memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Berusia lebih dari 60 tahun sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan. 2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. 24
Mia Fatma Ekasari, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika, hal. 33.
29
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. c. Tipe Lansia Beberapa tipe pada lanjut usia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Tipe arif dan bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan. 2) Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan. 3) Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proes penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut. 4) Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja. 5) Tipe bingung Kaget kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh. Tipe lain dari lanjut usia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius,
30
tipe pemarah (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta putus asa (benci pada diri sendiri).25 Dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, para lanjut usia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti wredha, lansia yang dirawat di rumah sakit dan lansia dengan gangguan mental.26 3. Permasalahan Yang Dialami Para Lanjut Usia Proses biologis baik yang sifatnya menua normal maupun karena penyakit, akan mempunyai dampak kemunduran atau disfungsi pada sistem dan sub sistem organ tubuh manusia.27 Proses penuaan fisik berlangsung sejak lahir dengan kecepatan berbeda dan masing-masing individu dan tiap-tiap organ tubuh. Kuantitas dan kualitas disfungsi tiap organ akan saling berpengaruh pada sistem dan struktur lainnya. Untuk dapat meningkatkan kualitas hidup sehingga berprestasi di masa tua, perlu diketahui permasalahan yang dialami usia lanjut diantaranya: a. Kondisi mental Secara psikologis, umumnya pada usia lanjut terdapat penurunan baik secara kognitif maupun psikomotor. Contohnya, penurunan pamahaman dalam menerima permasalahan dan kelambanan dalam bertindak. 25
Catur dan Sugiyanto, 1993, Pola Pengobatan Penyakit Penduduk Usia Lanjut, Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta, hal. 24.
12.
26
Ibid, hal. 34.
27
Sri Nur Hidayati, 2005, Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia, Yogyakarta: Pradipta, hal.
31
b. Keterasingan Terjadi penurunan kemampuan pada individu dalam mendengar, melihat dan aktivitas lainnya, sehingga merasa tersisih dalam masyarakat c. Post power syndrome Kondisi ini terjadi pada seseorang yang semula mempunyai jabatan pada masa aktif bekerja. Setelah berhenti bekerja, merasa ada sesuatu yang hilang dalam kehidupannya. d. Masalah penyakit Selain karena proses fisiologis yang menuju ke arah degeneratif, juga banyak ditemukan gangguan pada usia lanjut. Antara lain infeksi, jantung dan pembuluh darah, kurang gizi, penyakit syaraf serta gangguan jiwa terutama depresi dan kecemasan. Masalah penyakit merupakan masalah yang sangat sering atau merupakan pokok dari permasalahan yang paling sering di alami oleh lanjut usia. Berbagai macam penyakit ketuaan serta ketidakmampuan fisik dan mental yang prima untuk menjadi sumber daya manusia yang optimal. Menjadi tua adalah proses alamiah yang biasanya disertai perubahan kemunduran fungsi dan kemampuan sistem yang ada di dalam tubuh sehingga terjadi penyakit degeneratif.28 e. Masalah ekonomi Penerimaan atau pendapatan pada usia lanjut tidak seperti pada masa produktif, sehingga masalah ekonomi merupakan salah satu masalah yang perlu dipahami.
28
Ibid, hal. 8-9.
32
4. Masalah Kesehatan Jiwa Pada Lanjut Usia Proses menua yang dialami oleh para lanjut usia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan sedih, cemas, kesepian dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada para lanjut usia. Masalah gangguan kesehatan jiwa mulai dialami oleh golongan lanjut usia pada saat mereka mulai merasakan adanya tanda-tanda terjadinya proses penuaan pada dirinya.29 Jika lanjut usia mengalami masalah gangguan jiwa, maka kondisi tersebut dapat mengganggu kegiatan sehari-hari para lanjut usia. Mencegah dan merawat lanjut usia dengan masalah kesehatan jiwa adalah hal yang sangat penting dalam upaya mendorong mereka unutk bahagia dan sejahtera di dalam keluarga dan masyarakat. Kondisi mental yang sehat dan aktif pada masa tua dibutuhkan pemeliharaan yang berlanjut untuk mempertahankan daya pikirnya dan mencegah dari perasaan cemas dan depresi. Oleh karena itu, mempertahankan kesehatan jiwa yang optimal merupakan bagian penting dalam mencapai masa tua yang sehat dan bahagia.30 Masalah Kesehatan yang timbul pada lanjut usia meliputi kecemasan, depresi, insomnia, paranoid, dan demensia. a. Kecemasan Gejala-gejala kecemasan yang dialami oleh lanjut usia adalah sebagai berikut.
29
30
Mia Fatma Ekasari, op. cit, hal. 67.
Dharianti, 2001, Karakteristik Penduduk Lansia Yang Memanfaatkan Sarana Kesehatan Di Propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta: UGM Press, hal. 32.
33
1) Perasaaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi. 2) Sulit tidur sepanjang malam. 3) Rasa tegang dan cepat marah. 4) Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau khawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak mereka derita. 5) Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan atau mudah panik. Tindakan untuk mengatasi kecemasan pada lanjut usia adalah sebagai berikut. 1) Cobalah untuk mendapatkan dukungan keluarga dengan rasa kasih sayang. 2) Bicaralah tentang rasa khawatir lanjut usia dan cobalah untuk menentukan penyebab yang mendasar. 3) Beri dukungan dan semangat agar lajut usia tidak merasa merasakan hal tersebut sendirian. 4) Konsultasikan dengan dokter agar bila kondisi lanjut usia semakin parah.31 b. Depresi Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering didapatkan pada lanjut usia. Gejala-gejala dari depresi diantaranya. 1) Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang bukan merupakan kebiasaannya sehari-hari. 2) Sering kelelahan, lemas, dan kurang dapat menikmati kehidupan seharihari 31
hal. 17.
Darmojo, 2004, Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
34
3) Cepat sekali marah dan atau tersinggung serta konsentrasi kurang. 4) Pada pembicaraan sering sekali disertai topik yang berhubungan dengan rasa pesimis atau rasa putus asa 5) Kadang-kadang dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh diri. Depresi dapat timbul secara spontan ataupun sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan dalam kehidupan, Misalnya cacat fisik atau mental seperti stroke sehingga menjadi sangat bergantung pada orang lain, suasana duka cita atau meninggalnya pasangan hidup. c. Insomnia Kebiasaan atau pola tidur lanjut usia dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu kenyamanan anggota kelurga lain yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur dapat berupa tidak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari, sehingga lanjut usia sering melakukan kegiatannya pada malam hari.32 Penyebab Insomnia pada lanjut usia adalah sebagai berikut: 1) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih semangat sepanjang malam. 2) Gangguan cemas dan depresi sehingga tidak bisa tidur. 3) Tempat tidur atau suasana yang kurang nyaman di dalam kamar. 4) Dapat juga disebabkan karena suatu penyakit misalnya gangguan infeksi saluran kemih. d. Paranoid 32
Noorkasiani, 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Asuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, hal. 97.
35
Lanjut usia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya. Bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, hal ini merupakan kondisi yang disebut Paranoid.33 Gejala-gejala Paranoid di antaranya: 1) Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman atau orang disekelilingnya. 2) Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orangorang disekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya 3) Paranoid dapat merupakan akumulasi dari masalah lain seperti depresi dan rasa marah yang ditahan. Tindakan yang dapat dilakukan pada lanjut usia dengan paranoid adalah memberikan rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alasan yang jelas dalam setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter apabila gejala tersebut bertambah berat. e. Demensia. Demensia merupakan gangguan mental yang berlangsung lambat dan serius yang disebabkan oleh kerusakan organic jaringan otak. Gejala dimensi diantaranya: 1) Meningkatnya kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. 2) Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialami, dalam keadaan yang semakin berat, nama orang atau keluarga dapat dilupakan. 3) Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah
33
Ibid, hal 57.
36
4) Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas. Tindakan yang dapat dilakukan pada lanjut usia dengan dimensia adalah sebagai berikut. 1) Evaluasi secara cermat kemampuan yang maksimal dari lanjut usia dalm melaksanakan kegiatan sehari-hari kemudian dapat ditentukan jenis perawatan yang dibutuhkan. 2) Bantu daya pengenalan terhadap waktu, tempat, dan orang dengan sering mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kejadian dan hal yang pernah terjadi.34 5. Pembinaan Kesejahteraan Penduduk Lanjut Usia Dalam Keluarga. Salah satu budaya bangsa yang dapat kita simak adalah masyarakat Indonesia sangat menghargai orang tua. Oleh karena itu, keluarga umumnya merasa mempunyai kewajiban moril yang sangat luhur untuk tetap memelihara orang tua dalam lingkungan keluarganya.35 Di samping itu, menyadari kecenderungan sosial yang sedang berkembang di Indonesia, maka perlu mulai diajarkan upaya sosialisasi nilainilai kepada keluarga Indonesia pada masa kini. Untuk itu perlu merangkum pengalaman-pengalaman pembinaan kesejahteraan penduduk usia lanjut, memperkenalkannya kepada para keluarga muda dan mengharapkan mereka memberikan penghargaan yang semestinya. Pengalaman tersebut kemudian dituangkan dalam pesan-pesan bagi keluarga-keluarga yang mempunyai anggota berusia lanjut serta bagi keluarga muda pada umumnya sebagai
34
35
Mia Fatma Ekasari, op. cit, hal. 72.
Widjojo Soetedjo, 1995. Pengelolaan Lanjut Usia Sebagai Bagian Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, hal. 5.
37
persiapan menghadapi hari tua. Hal ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia melalui kepedulian dan peran serta keluarga dalam mewujudkan kualitas lanjut usia yang sehat, mandiri, produktif, bermanfaat bagi lingkungan dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya: a. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab setiap keluarga untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi kehidupan lanjut usia dan merawatnya jika memerlukannya. b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga lanjut usia guna meningkatkan harkat dan martabat para lanjut usia di dalam keluarga dan masyarakat. c. Mengembangkan potensi lanjut usia agar menjadi sunber daya manusia yang bermanfaat bagi pembangunan. d. Mengembangkan kerjasama berbagai instansi pemerintah dan swasta dalam pembangunan keluarga lanjut usia. e. Melembagakan kegiatan-kegiatan dukungan lanjut usia oleh keluarga melalui institusi masyarakat yang ada.36 Penduduk usia lanjut pada umumnya telah mencicipi pahit manisnya kehidupan dengan banyak pengalaman, keahlian, dan kearifan yang dapat dijadikan cermin untuk tauladan dan tuntutan kehidupan kita sehari-hari. Kepada generasi muda nilai-nilai keteladanan generasi tua itu perlu terus ditanamkan seperti nasionalisme dan kepeloporan, agar generasi selanjutnya dapat terus membangun negeri tercinta ini.
36
Ibid, hal. 8.
38
Kehidupan penduduk lanjut usia pada umumnya juga ditandai dengan kehidupan spiritual yang semakin kental. Pada umumnya orientasi hidupnya makin mengarah pada hubungan dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa dan pendalaman keagaman yang dianutnya. Upaya ini perlu didukung oleh anggota keluarga lainnya dan masyarakat pada umumnya. Kehidupan semacam ini sekaligus dapat dikaitkan dengan perhatian kita untuk memberikan pembekalan kepada anak-anak kita semenjak dini. Disamping itu, tidak sedikit penduduk lanjut usia yang masih mempunyai kesegaran jasmani dan kesehatan yang cukup baik. Mereka masih mampu melakukan kegiatan-kegiatan produktif. Bagi keluarga yang masih berada pada tingkat kesejahteraan yang rendah, maka kehormatan itu sekaligus akan menolong untuk mengurangi beban ekonomi yang harus ditanggung oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, diperlukan iklim bermasyarakat yang mendukung penduduk lanjut usia untuk terus berkarya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.37 Di lingkungan masyarakat, perlu disediakan pelayanan dan sarana yang memadai untuk mempermudah dan memperingan kehidupan sehari-hari penduduk usia lanjut. Sedangkan di lingkungan keluarga, perlu ditumbuh kembangkan kepedulian dan aspirasi anggota keluarga agar dapat hidup nyaman dan damai bila memang harus tinggal bersama orang tuanya yang telah memasuki usia lanjut.38
37
“Lansia Tetap Produktif Di Usia Tua”, dalam Pikiran Rakyat, 01 Juni 2004
38
Widjojo Soetedjo, op cit, hal. 7.
39
BAB III PERKEMBANGAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA TAHUN 1977-1999
A. Letak Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu Negara dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Perlahan namun pasti masalah lanjut usia mulai mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup dan banyaknya jumlah lanjut usia di Indonesia.39 Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini, maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian, dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraann penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan mentalnya sudah tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lanjut usia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat.40
39
Mia Fatma Ekasari, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika, hal. 10. 40
Ibid, hal 12.
40
Di Surakarta sebagai realisasi usaha untuk memperhatikan dan membina para lanjut usia maka didirikan Panti Wredha Dharma Bhakti yang dulunya pada masa kasunanan terkenal dengan nama “Wangkung” yaitu tempat untuk penampungan orang-orang yang menglami permasalahan sosial. Panti Wredha Dharma Bhakti bertujuan untuk menampung, merawat, dan pelayanan terhadap para lajut usia, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan rasa aman dan tenteram lahir batinnya. Panti tersebut juga bertujuan untuk mencegah timbul, berkembang dan meluasnya permasalahan sosial dalam kehidupan masyarakat.41 Lokasi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta terletak di Kalurahan Pajang, Kecamatan Laweyan tepatnya di Jalan Dr. Radjiman No. 620 Kotamadya Surakarta. Panti Wredha Dharma Bhakti didirikan di atas tanah seluas 3.500 m2 dengan status tanah milik Negara. Letak Panti Wredha Dharma Bhakti sangat strategis yakni tepat di pinggir Jalan Dr. Radjiman dan dekat dengan pasar jongke sehingga mudah dijangkau dengan sarana transportasi yang ada. Lokasi panti berbatasan dengan: 1. Sebelah timur
: berbatasan dengan pasar Jongke.
2. Sebelah barat
: berbatasan dengan Panti Sosial Bhakti Candrasa.
3. Sebelah utara
: berbatasan dengan rumah penduduk.
4. Sebelah selatan
: berbatasan dengan Jalan Dr. Radjiman.
B. Latar Belakang Berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
41
Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
41
Pada mulanya, lokasi di tempat didirikannya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dikenal oleh masyarakat dengan sebutan “Wangkung”. Tempat tersebut sebagai tempat penampungan bagi orang-orang yang mengalami masalah sosial seperti: gelandangan, pengemis, orang lanjut usia, anak-anak nakal termasuk wanita tuna susila. Pada tahun 1942 kewenangan Keraton dialihkan ke Pemerintah Kota Surakarta dalam hal ini Dinas Sosial yang dinamakan “Panti Karya Pamardi Karya” yang berfungsi untuk menampung orang-orang gelandangan dan lanjut usia.42 Sekarang tempat tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu untuk lanjut usia Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, untuk penyadang tuna netra Panti Bhakti Chandrasa, dan untuk wanita tuna susila Panti Karya Wanita Utama. Pada awal berdiri tahun 1942, Panti Karya Pamardi Karya mempunyai lahan yang sangat luas, kurang lebih 15 Hektar. Pasar Jongke dan pom bensin serta terminal angkutan yang berada di sebelah timur panti dulunya merupakan lahan milik panti, bahkan di sebelah utara panti dahulunya juga merupakan lahan panti yang terdapat makam bagi lanjut usia yang meninggal. Namun sekarang lahan tersebut sudah berubah fungsi sebagai pemukiman, pasar dan terminal bagi angkutan umum.43 Berdasarkan Surat Perintah Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah tertanggal 3 September 1977, Pamardi Karya berubah nama menjadi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Panti ini berada di bawah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta.
42
Berkas Tentang Peraturan Rumah Pamardi Karyo Wangkung Th 1940, Koleksi: Reksopustaka Mangkunegaran. 43
Wawancara dengan Suryanto, tanggal 8 April 2010.
42
Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta mempunyai fungsi dan tujuan antara lain:
1. Fungsi a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan bagi usia lanjut terlantar, dengan sistem penyantunan di dalam Panti. b. Sebagai pusat informasi kesejahteraan sosial. c. Sebagai pusat pengembangan usaha kesejahteraan sosial. 2. Tujuan a. Dapat terpenuhinya kebutuhan hidup para lanjut usia atau jompo terlantar, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan meliputi rasa ketentraman lahir dan batin. b. Mencegah
timbul
dan
berkembangnya masalah
sosial
dalam
masyarakat. c. Menciptakan kehidupan sosial klien agar mereka mempunyai rasa harga diri dan percaya diri, sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta berusaha melaksanakan pembinaan terhadap klien sesuai dengan fungsi dan tujuan di atas. Para lanjut usia di dalam panti mendapat pembinaan dan kehidupan yang lebih layak dari pada mereka hidup tidak nyaman di dalam keluarga mereka sendiri maupun terlantar di jalanan. Selama di dalam panti para lanjut usia juga tidak perlu khawatir untuk mendapatkan sandang pangan dan papan untuk kehidupannya, karena pihak panti sudah memenuhi kebutuhan tersebut sesuai dengan
43
fungsinya sebagai pusat kesejahteraan sosial. Namun dalam pelaksanaan pembinaan tentu banyak hambatan yang dihadapi, misalnya sulitnya mengatur lanjut usia untuk dibina dalam kesehariannya. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara pihak panti dengan klien dan juga dengan keluarga maupun masyarakat pada umumnya agar panti dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Dari fungsi dan tujuan di atas, Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta berusaha memberikan kesejahteraan sosial terhadap para lanjut usia, menciptakan para lanjut usia dengan hidup sejahtera aman dan tenteram dan mempersiapkan untuk kebahagiaan hidup bagi lanjut usia baik lahir maupun batin.
C. Strategi Meraih Klien Banyak cara Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta untuk mendapatkan klien (orang yang mendapatkan pelayanan pembinaan). Ada tiga cara yang biasa ditempuh untuk mendapatkan klien, yaitu: 1. Melalui operasi atau razia yang dilakukan di jalan raya atas kerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota, Kepolisian, Satpol PP. 2. Penyerahan para lanjut usia dari pihak keluarga kepada panti. 3. Para lanjut usia tersebut datang atas kemauan sendiri ke panti. Operasi
tertib
atau
razia
dilakukan
untuk
menangkap
para
gelandangan, anak jalanan, preman maupun jompo terlantar yang berkeliaran di jalanan sehingga terkesan bahwa para lanjut usia tersebut dipaksa untuk dibina di dalam panti, karena menurut pandangan mereka pemerintah mengekang kebebasan mereka untuk hidup bebas. Hal ini sering menimbulkan
44
keinginan dari penghuni panti untuk melarikan diri dari dalam panti. Berbeda dengan klien yang datang sendiri maupun diantar oleh pihak keluarga, kebanyakan mereka mampu mengikuti pembinaan yang dilaksanakan di panti meskipun dengan penyesuaian secara perlahan-lahan.. Mengatasi tingkah laku dari klien hasil razia di jalanan, selain dengan adanya penjagaan ketat oleh petugas keamanan panti, pihak panti juga menerapkan pendekatan kekeluargaan, sehingga dalam kesehariannya pegawai panti selalu berhubungan dan berusaha untuk mengetahui latar belakang atau keinginan mereka untuk dapat hidup bahagia di usia senja. Namun pada dasarnya para lanjut usia tersebut di atas mempunyai keinginan untuk dapat hidup bahagia, sehingga mereka akhirnya mengikuti dengan baik berbagai pembinaan yang dilakukan di dalam panti.
D. Kriteria Klien Masuk Panti Pada dasarnya kriteria menjadi klien tidak terdapat syarat yang sulit. Adapun beberapa kriteria yang telah ditetapkan bagi klien agar dapat diterima sebagai klien, diantaranya: 1. Orang lanjut usia atau jompo pria maupun wanita minimal berusia 60 tahun. 2. Surat keterangan dari Kalurahan diketahui Camat yang menerangkan bahwa penduduk setempat dan keluarga tidak mampu. 3. Surat keterangan kesehatan dari dokter. 4. Surat rekomendasi dari Dinas Sosial tempat lanjut usia tinggal. 5. Pas photo 4 x 6 sebanyak 3 lembar.
45
6. Mentaati segala peraturan dan tata tertib Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Dari kriteria di atas, dapat dilihat bahwa pemilihan atau penerimaan klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta tidak terlalu sulit. Hanya dengan memenuhi syarat-syarat tersebut di atas maka klien akan dapat diterima sebagai klien binaan panti.44
E. Sarana dan Prasarana Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Selain letaknya yang sangat strategis, Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta juga didukung sarana dan prasarana yang memadai. Pembangunan sarana dan prasarana yang ada di panti dilakukan oleh pemerintah daerah maupun masyarakat yang tinggal di sekitar panti. Sarana dan prasarana yang terdapat di panti diantaranya: 1. Luas tanah panti kurang lebih 3.500 m2. 2. Luas tanah makam khusus panti kurang lebih 2.600 m2, yang terletak di wilayah Desa Makam Haji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.45 3. Sarana panti: Asrama klien sebanyak 30 ruangan, aula 1 buah, kantor 1 buah, masjid 1 buah dan rumah dinas bagi kepala dan sebagian pegawai panti. 4. Perlengkapan asrama terdiri dari kelengkapan tempat tidur klien, penerangan listrik, air minum PDAM, alat masak dengan kompor gas. 44
45
Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, 1997.
Berdasarkan Surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sukoharjo No: 596/3446/1988 Tentang Rekomendasi dan Lokasi Tanah Seluas 2600 m2 Untuk Kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
46
5. Asrama
dikelompokkan
menjadi
7
kelompok
masing-masing
kelompok dibimbing oleh petugas panti. 6. Fasilitas hiburan yang ada adalah televisi 5 buah dan radio tape 2 buah.46
F. Kepemimpinan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Kepemimpinan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dipegang oleh seorang Kepala Panti. Antara tahun 1977-2000 di panti ini sudah mengalami pergantian kepemimpinan sebanyak tiga kali. Kepala Panti mempunyai peranan penting karena merekalah yang menjadi ujung tombak dalam tumbuh dan berkembangnya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.47 Kepemimpinan
yang
berwibawa
akan
membawa
keberhasilan
yang
diharapakan, namun sebaliknya jika kepemimpinan kurang berwibawa maka akan mengakibatkan panti kurang berhasil pula. Di dalam memimpin panti ini, para Kepala Panti mempunyai program-program yang dilaksanakan beserta para pegawainya demi keberhasilan panti ini sendiri untuk kedepannya. 1. Sunarko 1977-1983 Masa Kepemimpinan Sunarko berperan besar dalam pendirian Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Sunarko bekerja sebagai petugas sosial Kecamatan di Laweyan yang beralamat di sondakan sangat memperhatikan kesejahteraan sosial masyarakat Surakarta. Sunarko juga bertugas sebagai pembina di Wangkung yang pada saat itu masih belum fokus mengurusi orang lanjut usia. Setelah turun Surat Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah tertanggal 46
Wawancara dengan Suryanto, tanggal 8 April 2010.
47
Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 25 Maret 2010.
47
3 September 1977 yang berisi tentang pendirian tempat untuk menampung lanjut usia dengan nama Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta tersebut barulah beliau diserahi tugas untuk memimpin panti tersebut mulai tahun 1977. Dalam masa awal kepemimpinannya keadaan panti masih sangat memprihatinkan, sistem pelayanan dan fasilitas dan prasaran yang ada masih belum memadai mengingat pada saat itu panti masih dikelola oleh Dinas Sosial Tingkat Provinsi. Keadaan klien pada saat itu masih memprihatinkan, mereka makan seadanya dan tidur seadanya bahkan hanya beralaskan tikar. Sistem pengawasannya pun masih sangat sulit, sehingga masih banyak lanjut usia yang melarikan diri mengingat lingkungan tersebut belum dikelola dengan baik. Jadi perlu dicatat bahwa pada kepemimpina beliau ini merupakan awal penyelenggaraan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. 2. Suradi 1983-1986 Di bawah Kepemimpinan Suradi meskipun hanya dalam waktu singkat yaitu tiga tahun, memang perkembangan panti tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Namun dibanding kepemimpinan sebelumnya struktur organisasi dan tata kerja di panti sudah mengalami kemajuan, para klien pun sebagian sudah mulai ditata sedemikianrupa sehingga mereka dapat mengikuti program panti dengan baik. 3. Tugimin S.E 1986-2008 Tugimin S.E awalnya bekerja sebagai Kepala Sub Dinas Sosial Surakarta di bagian orang cacat. Dalam kepemimpinan beliau ini perkembangan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta berkembang sangat
48
pesat. Masa kepemimpinan beliau diawali dengan program pambagian sistem kerja pegawai panti dan juga sistem pembinaan terhadap para klien. Setelah itu beliau rajin mengikuti pertemuan yang diadakan Dinas Sosial Tingkat Provinsi Jawa Tengah yang mempertemukan sebanyak 8 Panti Jompo Negeri yang dikelola Pemerintah Provinsi. Dalam pertemuan tersebut selalu berdiskusi mengenai perkembangan panti di beberapa wilayah sehingga beliau mempunyai gagasan untuk membuat panti ini menjadi lebih baik untuk kedepannya. Pembangunan mulai banyak dilakukan dalam era kepemimpinan beliau. Kamar-kamar klien mulai diperbanyak sehingga daya tampung panti semakin meningkat. Apalagi setelah
terbitnya Keputusan
Walikota No. 061.1/017/I/1993
tentang
pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, pembangunan semakin gencar dilakukan, hal ini mengingat panti ini mulai dikelola oleh Pemerintah Kota meskipun dalam pendanaan juga Pemerintah Provinsi juga masih membantu. Bahkan pada tahun 2000 yang sebelumnya kapasitas panti hanya mencapai 65 orang kini sudah mampu menampung 95 klien, serta kamar-kamar sudah dikeramik dan sarana sudah lengkap, misalnya masing-masing klien tidur dengan masing-masing satu ranjang, televisi dan radio sudah bertambah. Pada intinya semua Kapala Panti dan pegawai panti mempunyai jiwa sosial yang sangat kuat serta memiliki jiwa pengabdian kepada masyarakat dalam pembinaan kepada para lanjut usia.48
48
Wawancara dengan Tugimin, tanggal 29 April 2010.
49
G. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. 1. Struktur Organisasi di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Organisasi yang semakin kompleks dalam tugas dan kegiatan maupun pelaksanaan membutuhkan spesialisasi tugas untuk mencapai hasil yang optimal secara efisien. Hal ini didasarkan pada birokrasi organisasi dan kedisiplinan dalam kegiatan berorganisasi. Adapun bagan Struktur Organisasi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebagai berikut:49 Kepala Panti
Kepala Sub. Bagian Tata Usaha
Ur. Identifikasi
Ur. Pendidikan
Ur. Keperawatan
Ur. Kesehatan
Ur. Administrasi
Ur. Gudang
Tenaga Panti 1. Juru Masak 2. Juru Kebersihan 49 Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 3. Juru CuciTentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.
50
Kepala panti membawahi jabatan yang berada di bawahnya, urusan identifikasi, urusan administrasi dan urusan perawatan masih berada di bawah Kepala Sub Bagian Tata Usaha. Selain membawahi urusan identifikasi, urusan administrasi dan urusan keperawatan, Kepala Sub Bagian Tata Usaha juga mengkoordinir urusan keuangan, pendidikan, urusan kesehatan dan juga urusan gudang. Di dalam panti juga terdapat tenaga panti yang bertugas sebagai juru masak, juru pembersih, dan juru cuci. 2. Tugas Pokok dan Fungsi Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta a. Kepala Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Tugas pokok: Sebagai pelaksana kegiatan tehnis operasional atau kegiatan tehnis penunjang Dinas di bidang penerimaan, pengasuhan atau pendidikan, palayanan, penempatan dan pembinaan lanjut kepada klien sehingga memberikan pelayanan kesejahteraan sosial baik jasmani rohani maupun sosial terhadap para lanjut usia terlantar agar merasa nyaman, aman, tenteram untuk menghadapi hari tua. Adapun fungsi dari Kepala Panti, yaitu: Menyelenggarakan dan mempertanggung jawabkan urusan rumah tangga di Panti Wredha, membina dan merawat para klien untuk memperoleh rasa sejahtera, menyelenggarakan urusan tata usaha Panti Wredha, sebagai pelaksana kebijakan tehnis operasional panti, mengevaluasi tugas-tugas bawahannya, mempertanggung jawabkan semua kegiatan kepada atasan atau Kepala Dinas, mempertanggung
51
jawabkan semua kegiatan kelompok fungsional, melaksanakan kebijaksanaan tehnis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. b. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha Tugas Pokok: Menyiapkan program-program kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, meliputi: kepegawaian, keuangan, ketata usahaan, rumah tangga dan perlengkapan. Adapun fungsi dari Kepala Sub. Bagian Tata Usaha, yaitu: memberikan tugas-tugas kepada staf panti,
mengevaluasi semua kegiatan
yang dilaksanakan oleh staf panti, memberikan laporan semua kegiatan kepada Kepala panti, menyiapkan semua leporan kegiatan kepada atasan atau Kepala Dinas, mengkoordinir semua kegiatan kelompok jabatan fungsional, melaksanakan kebijaksanaan tehnis yang ditetapkan oleh Kepala panti, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Panti. Selain fungsi tersebut, Kepala Sub. Bagian Tata Usaha juga mengkoordinir kegiatan panti, meliputi: 1) Urusan Administrasi Fungsi Urusan Administrasi, yaitu: Mencatat keluar masuk surat. pengelolaan data dan grafik kegiatan panti, mengurusi kepegawaian meliputi usulan kepangkatan semua kepegawaian, membuat laporan kegiatan kepada atasan, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala panti. 2) Urusan Keuangan atau Bendahara. Fungsi Urusan Keuangan dan Bendahara, yaitu: Menyimpan dan mengeluarkan uang, mengelola administrasi keuangan, membuat laporan kegiatan keuangan setiap bulan kepada atasan, menyimpan arsip dan
52
peraturan-peraturan keuangan, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala panti. 3) Urusan Identifikasi Fungsi Urusan Identifikasi, yaitu: Menyiapkan pendataan klien, menyeleksi calon klien, memberikan motifasi atau penerangan keluarga dan calon klien, mencatat latar belakang dan permasalahan penghidupan klien, melaporkan semua kegiatan kepada atasan, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala panti. 4) Urusan Pendidikan Fungsi Urusan Pendidikan, yaitu: Memberikan pembinaan dan ketrampilan praktis sesuai dengan kondisi kesehatan, memberikan bimbingan dan motifasi kearah tingkah laku dan mental spiritual klien, mengadakan kontak dan kerjasama dengan lembaga sosial lain dalam rangka pelayanan kesejahteraan klien, membuat laporan semua kegiatan pada atasan, melakasanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala panti. 5) Urusan Rumah Tangga Fungsi Urusan Rumah Tangga, yaitu: Merencanakan kebutuhan rumah tangga baik sarana maupun prasarana, menyiapkan dan mengatur penyajian makanan bagi klien panti, bertanggung jawab peralatan dapur dan makan bagi klien panti, bertanggung jawab kebersihan dapur panti, memberikan laporan semua kegiatan kepada atasan, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala panti. 6) Urusan Kesehatan
53
Fungsi Urusan Kesehatan, yaitu: Melayani kesehatan bagi klien, bertanggung jawab balai pengobatan di panti meliputi penyediaan dan penggunaan obat-obatan di balai pengobatan panti, penanggung jawab upacara dalam rangka penguburan klien panti, penanggung jawab pelaksanaan kegiatan olah raga atau senam lanjut usia, membuat laporan semua kegiatan pada atasan, melakasanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala panti. 7) Urusan Gudang Fungsi Urusan Gudang, yaitu: Mencatat dan mengatur masuk keluarnya barang di tempat penyimpanan, membuat laporan semua kegiatan kepada atasan, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala panti. c. Tugas Pokok Tenaga Panti 1) Juru Masak Tugas pokok Juru Masak, yaitu: Mempersiapkan makan dan minum klien, melaksanakan penyajian makan dan minum bagi klien. Sebagai pelaksanaan kebersihan dapur, alat masak, alat makan, dan minum bagi klien, menjaga keharmonisan para tenaga pembantu dapur, melaksanakan tugastugas lain yang diberikan oleh pegawai dan Kepala panti. 2) Juru Pembersih Tugas pokok Juru Pembersih, yaitu: Melaksanakan kebersihan ruang isolasi bagi klien panti, penanggung jawab kebersihan lantai, kaca asrama, taman, dan lingkungan panti dan penanggung jawab pembuangan sampah akhir di panti, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pegawai dan Kepala panti.
54
3) Juru Cuci Tugas pokok Juru Cuci, yaitu: Penanggung jawab peralatan mesin cuci di panti, pelaksana mencuci pakaian klien pada umumnya, khususnya pakaian ruang isolasi, pelaksana mencuci barang asrama, seperti sprei dan korden, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pagawai dan Kepala panti.50 Tabel 7. Data Pegawai dan Karyawan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1999. NO NAMA JABATAN GOLONGAN PENDIDIKAN 1 Tugimin S.E Kepala Panti III/d SI 2 Rahayu Sulistyowati Sub. Bag. TU III/c SMPS 3 Kusyanti Ur. Administrasi III/b SMEA 4 Sri Dayanti Ur. Rumah Tangga III/b SMPS 5 Sutarni Pembantu Bendahara III/a SMEA 6 Dwi Hastuti Ur. Kesehatan III/a SMA 7 Narmi Ur. Tata Boga IIa SMEA 8 Suratno Ur. Kebersihan IIa SMA 9 Sri Rahayu Juru Cuci SD 10 Desy Andriastuti Tenaga Komputer SI 11 Tarni Tenaga Pembantu SD 12 Eko Nugroho Tenaga Pembantu SMK Sumber Data: Data Pegawai dan Karyawan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1999. Pegawai dan karyawan yang bekerja di Panti Wredha Dharma Bhakti pada tahun 1999 berjumlah 12 orang, di mana yang berstatus Pegawai Negeri Sipil ada 8 orang
dan 4 orang pegawai honorer. Namun di dalam
pelaksanaannya tiap-tiap pegawai atau tenaga panti dibantu oleh beberapa
50
Sekilas Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, 1997.
55
orang tenaga pembantu. Banyak pihak dari luar panti membantu dalam pembinaan di panti, diantaranya dari Puskesmas setempat dan juga dari pihak masjid maupun gereja yang membantu kegiatan dalam bidang keagamaan.51
H. Gambaran Klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1. Latar Belakang Umur Klien. Klien yang berada di Panti Wredha Dharma Bhakti merupakan para lanjut usia yang umurnya berada di atas 60 tahun. Melihat umur tersebut tentu sangat memprihatinkan, karena pada umur tersebut manusia sudah cenderung tidak produktif
lagi dalam bekerja maupun beraktifitas. Lanjut usia
sewajarnya lebih banyak mendapat kasih sayang dari anak dan keluarganya agar mereka dapat menikmati masa tuanya, namun karena berbagai kondisi mereka terpaksa hidup di dalam panti.52 Tabel 8. Data Umur Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1979-1999. UMUR TAHUN
60-69 Tahun
70-79 Tahun
80-89 Tahun
90-100 Tahun
26 19 13 2 1979 36 23 5 1 1986 33 45 1 0 1996 36 48 6 0 1999 Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1979-1999.
Dari tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa antara tahun 1979 sampai 1999, klien yang paling banyak menghuni Panti Wredha Dharma Bhakti 51
52
Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010. Wawancara dengan Dwi Hastuti, tanggal 5 April 2010.
56
Surakarta yaitu umur 60 sampai 79 tahun. Umur 90 sampai 100 tahun sangat sedikit jumlahnya, karena rata-rata manusia jarang mencapai usia tersebut. Pada tahun 1979 jumlah penghuni panti tercatat sekitar 60 orang, namun pada tahun 1999 jumlahnya meningkat menjadi 90 orang lebih. Jumlah klien dari tabel di atas terus meningkat karena daya tampung panti dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. 2. Latar Belakang Agama Klien Sebagian besar klien di panti adalah pemeluk agama Islam. Jumlah pemeluk agama Islam lebih dari 96% sisanya adalah pemeluk agama Kristen dan Katholik. Dari jumlah tersebut tingkat religi mereka terhitung tidak begitu tinggi, dengan bimbingan keagamaan maka diharapkan mereka akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan mengingat juga usia mereka yang sudah lanjut.53 Tabel 9. Data Agama yang Dianut Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1979-1999. AGAMA ISLAM KRISTEN KATHOLIK BUDHA HINDU 1979 57 1 2 0 0 1986 60 3 2 0 0 1996 72 4 3 0 0 1999 87 2 1 0 0 Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1979-1999.
TAHUN
Dari tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa antara tahun 1979 sampai tahun 1999 tidak terdapat pemeluk agama Budha dan Hindu. Mayoritas dari
53
Wawancara dengan Sri Dayanti, tanggal 5 April 2010.
57
klien memeluk agama Islam, dan sisanya sebagai pemeluk agama Kristen dan Katholik. 3. Latar Belakang Pendidikan Klien Dari data yang terdapat di panti menunjukkan tingkat pendidikan para klien adalah buta huruf sampai SMA. Namun rata-rata pendidikan mereka sangat rendah, hal itu tentu saja merupakan pengaruh dari tingkat ekonomi mereka. Ekonomi mereka rendah sehingga tidak mampu membiayai sekolah atau pendidikan mereka, bahkan di usia mereka yang lanjut mereka menikmati masa tuanya di dalam panti yang seluruh biaya di tanggung oleh pemerintah kota. Tabel 10. Data Pendidikan Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1979-1999. PENDIDIKAN BUTA HURUF SD SMP SMA 1979 30 26 4 0 1986 35 20 7 3 1996 24 35 16 4 1999 32 39 13 6 Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1979-1999.
TAHUN
Dari tabel 10 di atas pada tahun 1979 klien buta huruf 30 orang, SD 26 orang, SMP 4 orang, SMA tidak ada, angka tersebut tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun berikutnya. Namun pada tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA sudah banyak klien yang sudah mengenyam pendidikan tersebut. Dapat dilihat bahwa banyak lanjut usia yang memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah bahkan banyak yang buta huruf. Tingkat pendidikan yang rendah tentu dipengaruhi kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu.
58
5. Asal daerah Klien Klien yang berada di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebagian besar berasal dari daerah Karesidenan Surakarta. Panti Wredha Dhara Bhakti Surakarta lebih mengutamakan para lanjut usia yang berasal dari daerah Surakarta dan sekitarnya. Panti Wredha Dharma Bhakti merupakan panti yang digunakan sebagai tempat menampung para lanjut usia yang terjaring razia atau hidup menggelandang di jalanan. Pihak Kepolisian dan Dinas Sosial selalu mengirim lanjut usia yang terjaring ke panti. Hal ini disebabkan karena panti ini merupakan panti yang dikelola oleh Pemerintah Kota dan sama sekali tidak dipungut biaya.54 Namun dalam operasionalnya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta tidak hanya menerima lanjut usia terlantar, namun juga menerima kiriman dari keluarga yang kurang mampu dari berbagai daerah. Di dalam panti ini banyak juga klien yang berasal dari luar daerah Surakarta, umumnya mereka adalah jompo terlantar yang terjaring dalam razia. Mereka umumnya tidak tahu asal daerah mereka dikarenakan umur mereka yang memang sudah dalam keadaan lanjut atau tua
54
Wawancara dengan Tugimin, tanggal 22 April 2010.
59
Tabel 11. Data Daerah Asal Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1979-1999 DAERAH TAHUN 1979 1986 1996 1999
SURAKARTA
SUKOHARJO
KLATEN
WONOGIRI
SRAGEN
BOYOLALI
38 40 47 56
12 8 9 6
2 7 6 9
2 4 4 5
2 2 3 4
2 2 2 4
Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1979-1999. Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta berasal dari Surakarta dan daerah-daerah di sekitarnya. Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta merupakan salah satu dari 8 Panti Wredha milik pemerintah propinsi Jawa Tengah. Klien dari daerah lain merupakan titipan dari panti milik pemerintah yang lain, karena panti-panti tersebut memiliki kerja sama satu dengan yang lain.
KOTA LAIN 2 2 3 6
BAB IV PEMBINAAN DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA
A. Kegiatan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Pelaksanaan pembinaan terhadap klien berupaya memberikan suatu pelayanan terhadap para klien dalam kehidupan sehari-hari agar mampu mengembangkan kepercayaan diri, tangung jawab sosial dan yang paling utama dapat menjalankan kehidupan di hari tua agar bahagia serta dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.55 Tahapan-tahapan pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, antara lain. 1. Pendekatan dan Persiapan Panti Wredha Dharma Bhakti terhadap Para Klien Di dalam kegiatan pembinaan para klien, Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta melakukan persiapan terlebih dahulu terhadap calon klien, yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi klien dalam kehidupannya, misalnya apakah para calon klien tersebut dari keluarga tidak mampu atau merupakan jompo terlantar. Dalam proses ini ada kegiatan yang harus dilakukan oleh Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang meliputi:
55
Tony Setyabudi, 1994, Manusia Lanjut Usia, Jakarta: CV. Haji Masagung, hal. 3.
60
61
a. Orientasi dan konsultasi Kegiatan orisntasi dan konsultasi bertujuan untuk menumbuhkan atau mengembangkan peran aktif dari berbagai instansi, lembaga sosial, atau organisasi sosial, tokoh masyarakat agar dapat berperan aktif dalam bimbingan dan pembinaan terhadap klien. b. Identifikasi Identifikasi bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang latar belakang permasalahan klien, dengan menggunakan sumber potensi lingkungan yang mendukung program penanganan, lokasi serta kualitas permasalahan yang dihadapi calon klien. c. Motivasi Pemberian motivasi bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan minat atau kemauan calon klien agar dapat mengenal dan mengikuti program pelayanan yang diselenggarakan oleh Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. d. Seleksi Seleksi ini dilakukan dengan tujuan untuk menetapkan calon klien, memilih dan mengelompokkan dengan mempelajari hasil identifikasi. Selain itu pihak panti sosial mengetahui lebih lanjut keadaan dan kemampuan calon klien yang akan dibina di dalam panti untuk mengikuti program pembinaan.56
56
Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
62
Dalam proses penerimaan klien yang dilakukan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon klien, antara lain sebagai berikut: a. Orang lanjut usia atau jompo pria maupun wanita minimal berusia 60 tahun. b. Surat keterangan dari Kalurahan diketahui Kecamatan yang menerangkan bahwa penduduk setempat dan keluarga tidak mampu. c. Surat keterangan kesehatan dari dokter. d. Surat rekomendasi dari Dinas Sosial tempat lanjut usia tinggal. e. Pas photo 4 x 6 sebanyak 3 lembar. f. Menaati segala peraturan dan tata tertib panti wredha.57 Proses pembinaan dan rehabilitasi terhadap para lanjut usia akan lebih efektif, dikarenakan sebelum melakukan kegiatan pembinaan pihak Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sudah terlebih dahulu melakukan pendekatan terhadap para calon klien, dengan demikian akan lebih mudah untuk melakukan pembinaan lebih lanjut.58 2. Penerimaan Klien yang Dilakukan oleh Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Panti Wredha Dharma Bhakti dalam proses penerimaan calon klien ada beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya: a. Registrasi Registrasi digunakan untuk mencatat data penerimaan klien dalam buku induk dan formulir isian penerimaan terhadap calon klien. Registrasi 57
Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, 1997.
58
Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
63
ini adalah hasil kegiatan gabungan dari Dinas Sosial, Kepolisian, Lembaga Swadaya Masyarakat dengan berdasarkan pada surat keputusan walikota. Misalnya hal ini dilakukan pada saat razia, dari hasil razia tersebut para lanjut usia kemudian dibawa ke Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta untuk selanjutnya diberi pembinaan di dalam panti.59 Sebagai gambaran dapat dilihat dalam tabel data registrasi klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta tahun 1999. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa klien yang tinggal di dalam Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta merupakan kiriman dari Dinas Sosial Kota yang menjalin kerjasama dengan panti. Tabel 12. Data Registrasi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1999 NO
KIRIMAN
JUMLAH
1
Dinas Sosial Kota
47
2
Keluarga
40
3
Kepolisian
13
Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1999. b. Meneliti Latar Belakang Masalah Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta
meneliti latar belakang
masalah klien menggunakan program yang dinamakan Home Visit dengan maksud untuk mengetahui dan menggali informasi latar belakang kehidupan klien. Home Visit dilakukan oleh petugas panti untuk mendapat
59
Wawancara dengan Suryanto, tanggal 8 April 2010.
64
informasi tentang klien dengan cara petugas panti datang ke keluarga klien dan juga lingkungan tempat tinggal klien tersebut .60 c. Klasifikasi Kasus Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui asal usul klien, klien tersebut didapat dari razia atau didapat dari titipan keluarga. Hal ini tentu sangat diperlukan karena untuk program pembinaan kedepannya bila ada pihak keluarga mau mengambil klien tersebut dapat segera diketahui dan diambil untuk kembali ke keluarganya. d. Dosir Warga Panti Kegiatan ini bertujuan memisahkan antara klien yang mengalami masalah tertentu, misalnya untuk para lanjut usia yang mengalami sakit atau gangguan jiwa tentu mendapat perlakuan khusus. Bahkan di Panti Wredha Dharma Bhakti terdapat beberapa ruangan isolasi yang ditujukan untuk memisahkan para klien tersebut. Setiap ruangan atau kelas yang dihuni klien tentu dipisahkan agar tidak terjadi permasalahan antara klien yang satu dengan yang lain mengingat usia tua kondisi sangat labil.61 3. Pemberian Pembinaan Atau Bimbingan Terhadap Klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Program pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, selama proses penampungan merupakan satu kesatuan untuk mencapai tujuan yakni membina klien agar dapat hidup bahagia menikmati masa
60
61
Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
Departemen Kesehatan RI, 1993, Pedoman Manajemen Upaya Kesehatan Lanjut Usia di Panti Wredha, Jakarta: Balai Pustaka, hal 14.
65
tuanya hingga akhir hayatnya di dalam panti maupun kembali ke keluarganya. a. Pembinaan Fisik Para lanjut usia tentu tidak lagi mempunyai fisik yang memadai seperti kaum muda, hal ini tentu disadari oleh pihak panti, sehingga dilakukan secara perlahan-lahan. Pembinaan fisik yang dilakukan di dalam panti ditujukan untuk mengembangkan daya tahan tubuh dengan latihanlatihan jasmani berupa olah raga atau pengetahuan agar klien menjaga, merawat dan meningkatkan kesehatan, serta kemampuan fisik.62 b. Pembinaan Mental Pembinaan mental merupakan usaha di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta untuk mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab klien baik secara mandiri maupun kelompok sehingga para klien dapat berupaya mengatasi masalahnya serta dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma kehidupan. c. Pembinaan Sosial Pembinaan ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran kearah kerukunan dan kebersamaan hidup bermasyarakat sehingga menumbuhkan sikap tanggung jawab sosial baik di lingkungan panti, keluarga maupun lingkungan
masyarakat
apabila
nanti
kembali
ke
tengah-tengah
masyarakat.
62
Departemen Kesehatan RI, 2003, Pedoman Pengelolaan: Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut Edisi ke 2, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 21.
66
d. Bimbingan Ketrampilan Bimbingan Ketrampilan bertujuan agar klien dapat memiliki ketrampilan. Namun di Panti Wredha Dharma Bhakti pemberian ketrampilan hanya sebagai pengisi waktu luang saja, agar para klien tidak merasa jenuh berada di dalam panti. 4. Metode Pelayanan Klien Panti Wredha Dharma Bhakti mempunyai cara atau metode dalam memberikan
pelayan
terhadap
para klien.
Petugas
panti
dalam
melaksanakan pembinaan kepada klien memakai metode pekerjaan sosial, yaitu:63 a. Bimbingan Klien Secara Perseorangan Bimbingan ini ditujukan untuk mengetahui permasalahan klien dalam kesehariannya di dalam panti. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas panti secara berkesinambungan dan rutin dijalani oleh setiap penghuni panti. Bimbingan perseorangan dilakukan dengan cara petugas panti melakukan wawancara secara langsung kepada masing-masing klien atau dilakukan dengan empat mata. Hal ini dilakukan tentu dengan tujuan agar klien dapat menungkapkan isi hatinya kepada petugas panti sehingga petugas dapat mengetahui permasalahan yang dialami oleh klien. b. Bimbingan Klien Secara Kelompok Bimbingan
ini
dilakukan
oleh
petugas
panti
dengan
cara
mengumpulkan para klien dan membagi mereka secara kelompok agar mereka dapat berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi komunikasi. 63
Departemen Kesehatan RI, 1997, Pola Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut di Panti Wredha, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 4.
67
Dalam bimbingan ini petugas juga ikut berpartisipasi misalnya sekedar mengajak mereka bercanda satu sama lain. Kegiatan ini memang ditujukan agar setiap penghuni panti dapat merasakan hidup berkeluarga dan berinteraksi satu sama lain, kegiatan ini dilakukan setiap seminggu sekali. c. Bimbingan Klien Hidup Bermasyarakat Bimbingan ini sangat berguna sekali bagi klien panti. Klien diajak berinteraksi secara langsung dengan masyarakat atau lingkungan sekitar. Klien juga dilibatkan dalam kegiatan yang dilakukan dilingkungan sekitar, misalnya dalam kegiatan kerja bakti atau perayaan kemerdekaan Republik Indonesia mereka ikut berbaur dengan masyarakat. Tentu saja hal ini sangat berdampak baik sekali dalam membina para klien, mereka sebelum menjadi klien, mereka pasti sebelumnya juga hidup dalam masyarakat bahkan setelah hidup di dalam panti pun mereka dapat juga berinteraksi dengan masyarakat. 5. Pelaksanaan Program-Program Pembinaan Pembinaan
terhadap
para
lanjut
usia
dalam
memberikan
kesejahteraan sosial terhadap para lanjut usia titipan maupun terlatar, menciptakan para lanjut usia dengan hidup sejahtera aman dan tentram untuk mempersiapkan kebahagiaan hidup bagi lanjut usia baik lahir maupun batin merupakan proyek dari Dinas Sosial Republik Indonesia.64 Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta merupakan salah satu Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
64
Ibid, hal. 3.
68
Kota Surakarta yang bertugas membina para lanjut usia dalam rangka mencapai tujuan diatas. Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta menyelenggarakan berbagai kegiatan baik yang berupa bimbingan atau pembinaan fisik, sosial, maupun ketrampilan untuk mengisi waktu luang. Program pembinaan tersebut diawali dengan tahap penyesuaian atau tahap adaptasi bagi klien, baik penyesuaian dalam kehidupan panti maupun dengan klien lain. Pada tahap dasar ini pembinaan mental sangat penting, karena merupakan dasar atau titik awal para klien agar mampu mengikuti dan menyesuaiakan diri dengan kondisi yang ada di dalam panti. Pembinaan mental ini membutuhkan kesabaran, pengertian dan waktu yang cukup lama.65 Sesudah mengikuti program awal tadi, para klien mulai dibina secara teratur. Dengan diadakannya program awal tadi, para klien diharapkan mampu mengikuti kegiatan atau pembinaan di dalam panti dengan baik, meskipun dalam prakteknya hal itu dilakukan secara perlahan-lahan. Berikut ini merupakan jenis kegiatan dan pelaksanaan program kegiatan panti. a. Pembinaan Mental Pembinaan mental disini meliputi pendidikan agama dan budi pekerti. Pembinaan mental ini bertujuan untuk membentuk sikap mental yang baik dengan meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembinaan agama rutin dilaksanakan setiap pagi dan sore di lingkungan panti dan ada kalanya pula pembinaan agama dilakukan 65
Wawancara dengan Tugimin, tanggal 29 April 2010.
69
diluar panti misalnya setiap hari minggu bagi penganut agama Kristen dibawa ke Gereja Pajang.66 Kegiatan kerokhanian Islam, panti misalnya melaksanakan shalat berjamaah, baca tulis al Qur’an dan pengajian. Di bulan puasa kerohanian Islam melakukan kegiatan dengan cara melakukan shalat Isya dan Tarawih berjamaah, buka bersama bahkan melaksanakan halal bihalal dengan lingkungan sekitar panti waktu lebaran tiba. Dalam pembinaan budi pekerti petugas panti harus senantiasa memberikan dorongan dan motivasi kepada klien setiap saat, hal ini sangat perlu dilakukan mengingat para lanjut usia membutuhkan perhatian yang lebih dalam kehidupannya. Kegiatan ini bisa dilakukan baik secara individu maupun kelompok.67 b. Pembinaan Diri atau Perawatan 1) Makan Manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dimulai dari saat pembuahan, berlangsung sepanjang hidupnya. Semua proses tersebut memerlukan zat gizi yang terkandung dalam makanan.68 Proses penuaan dapat diperlambat apabila mempunyai tingkat kesegaran jasmani atau asupan gizi yang baik. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya gizi pada lanjut usia adalah keterbatasan ekonomi keluarga, penyakit
66
Wawancara dengan Hartoyo, tanggal 22 April 2010.
67
Wawancara dengan Salamun, tanggal 22 April 2010.
68
Departemen Kesehatan RI, 2001, Modul Pelatihan Konseling Kesehatan dan Gizi bagi Lanjut Usia untuk Petugas Puskesmas, Jakarta: Balai Pustaka, hal.19.
70
kronis, pengaruh hilangnya gigi dan kesalahan dalam pola makanan serta menurunnya energi.69 Panti
Wredha
Dharma
Bhakti
Surakarta
merupakan
milik
pemerintah, jadi segala urusan termasuk makan juga masih ditanggung pemerintah. Sebelum tahun 1999 jatah makan untuk para klien hanya sebesar Rp.4000,00 namun sesudah tahun 1999 jatah makan naik menjadi Rp.10.000,00 per orang.70 Makanan mengandung zat besi dan kacangkacangan daging, bayam, sayuran dan makanan yang mengandung kalsium seperti ikan sangat diutamakan, minum air putih juga sangat dianjurkan untuk meningkatkan serta memperlancar proses metabolisme.71 Para lanjut usia juga perlu menghindari minum kopi, alkohol dan makanan keras. Makanan yang disajikan di dalam panti juga diusahakan bergantiganti yang dihidangkan dan ditata secara menarik agar menimbulkan selera makan.72 2) Pakaian Pada umumnya para lanjut usia mengalami kesulitan dalam mengenakan pakaian yang dikenakannya. Petugas panti secara perlahan membimbing mereka agar mampu setidaknya mengenakannya sendiri, namun dalam prakteknya setiap hari mereka masih dibantu petugas panti. Pakaian yang dikenakan para klien di dalam panti berasal dari pemerintah. Setiap tahun pemerintah kota memberikan pakaian baru, ada juga bantuan 69
Arcole Margatan, 1996, Hidup Sehat Bagi Lanjut Usia, Solo: CV Aneka, hal. 27.
70
Wawancara dengan Tugimin, tanggal 29 April 2010.
71
Made Astawan, 1988, Gizi dan Kesehatan Lanjut Usia, Jakarta: Medyatama Sarana Perkasa, hal. 41. 72
Wawancara dengan Narmi, tanggal 22 April 2010.
71
dari pihak luar pakaian bekas. Pakaian bekas yang merupakan sumbangan selanjutnya dipilih, misalnya kain jari atau sarung yang masih dibutuhkan untuk klien diambil. Sedangkan pakaian bekas yang lain kemudian disalurkan pihak panti ke panti sosial yang lain, misalnya panti asuhan. 3) Tidur Tindakan penyuluhan perihal pola tidur ditujukan tidak hanya kepada para klien tetapi juga kepada para penjaga atau dalam hal ini petugas panti. Mengingat bahwa umumnya gangguan pola tidur yang dialami berupa kesulitan untuk dapat tertidur pulas.73 Di dalam panti ini juga diterapkan jam malam atau waktu tidur yaitu jam tidur siang dan malam. Jam tidur siang dilakukan setelah klien melaksanakan shalat dzuhur dan makan siang, yaitu pukul 12.30 sampai pukul 14.30. Sedangkan untuk jam tidur malam antara pukul 21.00 sampai menjelang subuh. Meskipun ada jam waktu tidur, para klien umumnya mengalami gangguan sulit tidur. Petugas memberi anjuran agar para klien menghindari makanan dan minuman yang mengandung kafein. Apabila terpaksa menggunakan obat tidur, maka petugas panti akan memberikan tetapi atas saran dokter. 4) Kesehatan Kesehatan merupakan hal yang sangat diutamakan di dalam pembinaan terhadap para lanjut usia mengingat kondisi jasmani dan rohani yang tentu semakin melemah.74 Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam mengurusi masalah kesehatan bekerja sama dengan berbagai pihak,
73
Departemen Kesehatan RI, 2001, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Puskesmas, Jakarta: Balai Pustaka, hal, 17. 74
Made Astawan, op. cit, hal. 15.
72
diantaranya: Puskesmas, Rumah Sakit Dr. Moewardi dan Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Setiap seminggu sekali diadakan pemeriksaan kesehatan rutin kepada klien yang dilakukan oleh Puskesmas Pajang dan apabila ditemukan indikasi penyakit tertentu di dalam panti sudah disediakan ruang khusus atau ruang isolasi. Di dalam ruang tersebut klien dirawat secara baik dan diberi obat jalan. Apabila kondisi klien tersebut semakin memburuk maka pihak panti akan membawa klien tersebut ke Rumah Sakit Dr. Moewardi atau Rumah Sakit Jiwa bila pasien tersebut mengalami gangguan jiwa. Semua biaya tentu sudah ditanggung Pemerintah Kota.75 c. Pembinaan ketrampilan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta memberikan ketrampilan atau dalam hal ini kegemaran sesuai kemampuan. Para lanjut usia tentu dahulu mempunyai kegemaran, dan di sini pihak panti berusaha menyalurkan kegemaran mereka semampunya. Ketrampilan di sini pun beraneka ragam misalnya, menganyam, melukis, atau bahkan menjahit. Di lingkungan panti juga terdapat kebun tanaman dan kolam lele yang dirawat dan dipelihara dengan baik oleh petugas panti dan para klien. Ketrampilan dilakukan hanya untuk mengisi atau memanfaatkan waktu luang yang ada sehingga hal ini tidak bersifat wajib. Pembinaan ketrampilan diberikan oleh petugas panti dan dibantu oleh para siswa yang melaksanakan magang di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. d. Pembinaan Olahraga dan Rekreasi 75
Wawancara dengan Dwi Hastuti, tanggal 5 April 2010.
73
Kesegaran jasmani pada lanjut usia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan. Pembinaan olahraga harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan harus disenangi atau diminati misalnya senam atau bejalan kaki.76 Senam dan berjalan-jalan merupakan kegiatan yang utama dilakukan di dalam panti, karena kegiatan tersebut mudah dilakukan para lanjut usia. Kegiatan olahraga atau latihan fisik yang ada di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang dapat diikuti oleh para klien untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran dan kesegaran tubuh., kegiatan tersebut antara lain.77 1) Berkebun Kegiatan ini dilakukan di lingkungan panti yang mempunyai halaman cukup luas. Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk menjaga kasegaran jasmani, dengan melakukan kegiatan tersebut tubuh akan mampu mengeluarkan keringat. 2) Berjalan-jalan Berjalan-jalan sangat baik untuk meregangkan otot-otot kaki dan jalannya makin lama makin cepat akan bermanfaat untuk daya tahan tubuh. Kegiatan ini dilakukan tiga kali seminggu di luar panti dengan diawasi oleh petugas panti. Berjalan-jalan dilakukan pada pagi hari, sangat bagus untuk kesehatan para lanjut usia serta dapat menjadi hiburan untuk melihat kondisi lingkungan yang berada di luar panti. 3) Senam
76
Mia Fatma Ekasari, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika, hal. 139. 77
Wawancara dengan Harmiyah, tanggal 5 April 2010.
74
Kegiatan ini biasa dilakukan sesudah berjalan-jalan pagi. Manfaat dari melakukan senam secara teratur dan benar dalam jangka lama diantaranya mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik, membentuk sikap dan gerak, memberikan rangsangan sarafsaraf yang lemah, khususnya bagi lanjut usia.78 Kegiatan rekreasi juga merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Rekreasi ditujukan agar para lanjut usia mendapatkan hiburan dan suasana baru di luar lingkungan panti agar tidak merasa jenuh di dalam panti. Rekreasi biasanya diadakan di dekat-dekat wilayah Kota Surakarta, misalnya Taman Balekambang dan Taman Satwa Taru Jurug.79 e. Pembinaan Kemasyarakatan Sebelum klien masuk ke dalam panti, tentu dulu klien tersebut pernah hidup di dalam lingkungan masyarakat. Di dalam panti ini juga memperhatikan hal yang demikian, ada hubungan atau interaksi sosial yang dilakukan oleh para klien dengan masyarakat sekitar. Petugas memang sengaja melakukan hal tersebut dengan maksud agar klien merasa hidup dalam lingkungan mayarakat. Pembinaan kemasyarakatan tersebut dilakukan secara berkala, atau bahkan menyesuaikan dengan warga atau lingkungan sekitar apabila mereka melaksanakan suatu kegiatan, misalnya kerja bakti atau parayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Pihak panti memang sengaja merangkul
78
Mia Fatma Ekasari, op. cit, hal. 26
79
Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
75
masyarakat sekitar agar mau menganggap keberadaan klien di panti tersebut sebagai warga mereka. Selama ini mereka selalu berada di dalam lingkungan panti, ketika berada di alam terbuka seolah mereka langsung menikmati suasana.80 Hal ini ternyata disambut dengan baik oleh masyarakat, hal ini juga bisa dilihat apabila di dalam panti ada klien yang meninggal masyarakat ikut datang untuk sekedar melayat. Dalam kehidupan sehari-hari pun masyarakat sekitar sangat akrab dengan para penghuni panti.81 f. Pembinaan Tahap Akhir Pembinaan tahap akhir adalah klien tersebut kembali ke dalam keluarganya atau meninggal di dalam panti. Apabila klien tersebut pada saat tertentu misalnya sakit keras, pihak panti berusaha menghubungi pihak keluarga apabila klien tersebut memang mempunyai keluarga yang dapat dihubungi. Klien dalam keadaaan sehat pun pihak panti menyambut dengan baik apabila ada keluarga dari klien datang untuk mengambil keluarga mereka untuk dirawat di rumah. Namun dalam kenyataannya banyak para lanjut usia yang sudah dibawa keluarga ke rumah justru mereka tidak merasa betah tinggal bersama keluarganya, mereka kembali lagi kedalam panti. Apabila ada klien yang meninggal di dalam panti, petugas panti berusaha menghubungi keluarga klien yang bersangkutan apabila klien tersebut memiliki keluarga yang dapat dihubungi. Namun, keluarga klien
80
“Tetap Ceria di Usia Senja”, Jawa Pos Radar Solo, Kamis 27 Mei 2010, hal. 3.
81
Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
76
tidak diperbolehkan membawa pulang jenazah. Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta memiliki aturan bahwa setiap klien yang meninggal di dalam panti sepenuhnya merupakan tangung jawab panti sampai upacara pemakaman. Sesudah upacara pemakaman pihak keluarga baru boleh mengambil jenazah tersebut bila memang diinginkan 82 g. Usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Bekerja Sama Dengan Instansi Lain Dalam Mencukupi Kebutuhan Klien Pelaksanaan program pembinaan dan rehabilitasi terhadap para klien, Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta disamping bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Surakarta juga menjalin kerjasama dengan instansi lain ataupun organisasi sosial masyarakat yang relevan dengan pemberian materi pembinaan. Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta menjalin hubungan kerjasama dengan Panti Wredha Negeri di Jawa Tengah, Departemen Agama, Departemen Kesehatan, UNS, GKI Pajang, PKK Kota Surakarta, Kepolisian, Satpol PP, Rumah Sakit DR. Moewardi, Rumah Sakit Jiwa Surakarta dan jajaran sosial lainnya serta masyarakat pada umumnya.83 Pelaksanaan pembinaan diharapkan dapat berjalan dengan lancr dan berjalan baik dengan adanya kerjasama dengan pihak-pihak terkait tersebut. Selama mengikuti kegiatan atau pembinaan dan ditampung di dalam Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta klien tidak boleh keluar dari panti tanpa ijin dari kepala panti. Untuk biaya hidup sehari-hari di panti semuanya dipenuhi oleh pihak panti. Pendanaan panti, di dapat dari 82
Wawancara dengan Tugimin, tanggal 29 April 2010.
83
Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, 1997.
77
Pemerintah Kota Surakarta meskipun masih dibantu oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah., dan bantuan dari pihak swasta misalnya Yayasan Dharmais, PT Konimex dan Batik Keris. Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta setiap bulannya membuat laporan keuangan yang selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta.
B. Manfaat Program Pembinaan Terhadap Para Klien Pembinaan terhadap klien mempunyai manfaat yang baik dalam upaya membina dan mencukupi kebutuhan klien itu sendiri. Klien ditampung di dalam asrama yang cukup luas, dan di dalam asrama tersebut terdiri sebanyak 38 ruangan. Kamar-kamar dibedakan antara klien yang satu dengan yang lain mengingat masing-masing klien mempunyai permasalahan sendiri, misalnya sakit keras atau klien yang mengalami gangguan jiwa. Pada setiap kamar dihuni 5 sampai 7 klien yang masing-masing klien memiliki ranjang dan almari pakaian. Pada setiap kamar ada satu orang yang diangkat menjadi ketua dengan seorang pembimbing dari petugas Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta berdiri sebagai reaksi atas permasalahan sosial lanjut usia khususnya para lanjut usia terlantar maupun titipan keluarga, yang secara langsung maupun tidak langsung akan membawa pengaruh pada proses pembinaan terhadap lanjut usia dalam mencapai kebahagiaan. Kelompok lanjut usia tersebut membutuhkan perhatian khusus, terutama peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat mempertahankan
78
kesehatan dan kemandiriannya sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. Setiap manusia pasti ingin menyongsong masa tuanya dengan rasa damai dan penuh dengan kebahagiaan. Masa tua yang bahagia akan dapat dijelang bila jasmani dan rohani benar-benar dijaga dengan baik. Usia lanjut akan sangat dirasakan benar oleh seseorang yang sedang menderita sakit, miskin, serta kesepian jauh dari keluarga sehingga menimbulkan rasa kesedihan yang mendalam.84 Bagaimanapun pandangan masyarakat terhadap para lanjut usia yang semakin hari dianggap sudah tidak produktif lagi di dalam kehidupan, sudah menjadi bagian yang tidak terelakkan dalam sistem sosial masyarakat. Para lanjut usia masih sering dianggap membebani keluarga, hal ini tentu berdampak sangat tidak baik bagi lanjut usia tersebut maupun bagi contoh generasi muda selanjutnya.85 Untuk mengetahui manfaat dari program pembinaan terhadap para lanjut usia untuk mencapai hidup yang bahagia, akan disajikan keadaan klien sebelum dan sesudah mengikuti program pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Program pembinaaan yang telah dilaksanakan memberikan dampak yang nyata terhadap keadaan klien, setiap klien mendapatkan pembinaan sampai akhirnya diambil lagi oleh pihak keluarga maupun meninggal di dalam panti.
84
Sri Nur Hidayati, 2005, Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia, Yogyakarta: Pradipta, hal.
26. 85
Ibid, hal. 7.
79
1. Keadaan Klien Sebelum mengikuti Program Pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Keadaan klien sebelum mengikuti program pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta mereka hidup sebatang kara, kesepian jauh dari keluarga bahkan di dalam keluarga pun mereka kurang mendapatkan perhatian bahkan cenderung tidak dirawat. Hal ini tentu mendorong mereka untuk keluar dari rumah dengan maksud mendapat kebahagian di luar, namun hal itu justru tidak disadari akan membawa mereka hidup terlantar di jalanan karena di usia mereka umumnya mereka tidak mampu menghidupi kebutuhan hidup tanpa bantuan dan kasih sayang yang diberikan keluarga maupun masyarakat. Sebenarnya banyak faktor seseorang ditampung di dalam panti. Salah satunya adalah faktor ekonomi seperti yang diuraikan oleh salah seorang klien yang bernama Sumarni, usia 66 tahun yang berasal dari Baki Sukoharjo. Dikemukakan bahwa dia sekolah tidak sampai lulus Sekolah Dasar karena keterbatasan biaya. Dalam kebutuhan hidup Sumarni sering meminta bantuan dari tetangga mengingat keterbatasan ekonomi anak-anak Sumarni hanya bekerja sebagai buruh kecil dan bahkan masih mengurusi cucu Sumarni yang masih sekolah. Dalam keluarga Sumarni kurang mendapat kasih sayang atau perawatan dari anak cucunya karena faktor ekonomi tadi. Maka atas kesepakatan dari pihak keluarga dan bahkan dari pengurus Desa setempat, Sumarni kemudian dititipkan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.86
86
Wawancara dengan Sumarni, tanggal 29 April 2010.
80
Kisah hidup yang lain dialami oleh klien yang bernama Kasiman, usia 64 tahun yang berasal dari Wonogiri, dari hasil wawancara dengan Kasiman dapat diketahui bahwa awalnya dia terjaring razia yang dilakukan Satpol PP Kota Surakarta di daerah Terminal Tirtonadi. Kasiman hidup menggelandang di usia senjanya dengan bertahan hidup seadanya dan tidur di mana saja. Kasiman hanya mempunyai ketrampilan bertani namun sawah dan ladangnya habis dijual oleh anaknya yang katanya sekarang tinggal di Jakarta semenjak istri dari Kasiman meninggal dunia. Kasiman sering mendapat sindiran dari lingkungan tempat tinggalnya hingga akhirnya memutuskan untuk menggelandang di jalan dan sampai akhirnya berada di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.87 Lain lagi kisah hidup yang dialami oleh Ngatini, usia 67 tahun yang berasal dari Pasar Kliwon. Dia berada di panti karena alasan hidup sebatang kara setelah ditinggal suaminya meninggal dunia dan tidak mempunyai anak. Dahulu pada waktu masih bersama suaminya, Ngatini hidup memang paspasan karena tidak mempunyai rumah dan tinggal mengontrak. Dia dan suaminya hanya bekerja sebagai buruh kecil di pasar, hingga sejak kematian suaminya Ngatini memutuskan untuk tinggal di dalam Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.88 Dari beberapa latar belakang kehidupan yang diungkapkan oleh beberapa klien di atas, terlihat bahwa ada bermacam-macam alasan mereka ditampung di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Tetapi pada dasarnya
87
Wawancara dengan Kasiman, tanggal 29 April 2010.
88
Wawancara dengan Ngatini, tanggal 29 April 2010.
81
mereka ingin mencari pemecahan atau jalan keluar terhadap permasalahan hidup yang dialaminya. 2. Keadaan Klien Setelah Mengikuti Pembinaan di Panti Sosial Dharma Bhakti Surakarta Pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta terdiri dari pembinaan fisik, mental, sosial dan ketrampilan. Untuk itu dibahas manfaat masing-masing program pembinaan terhadap klien. Keadaan klien setelah mengikuti program pembinaan di Panti Wredha Dhama Bhakti Surakarta akan mengalami perubahan baik sikap maupun perilaku yang baik dan teratur.89 Perubahan yang terjadi pada diri klien dapat dikatakan berhasil dan dapat dikatakan juga kurang berhasil, karena manfaat pembinaan tersebut bagi orang yang melihat dan bagi klien yang merasakan hasilnya belum tentu sama penilaiannya dengan melihat sekilas keadaan klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, orang akan menyimpulkan tidak terjadi perubahan yang besar pada kehidupan klien tetapi bagi klien keadaan setelah mendapat pembinaan sudah mengalami perubahan yang besar karena waktu dulu sebelum masuk panti hidup secara tidak teratur, namun sekarang sudah lebih teratur dalam berbagai hal. Berikut ini akan diuraikan masing-masing kelompok materi kegiatan dan manfaatnya bagi klien. a. Pembinaan Fisik Pembinaan fisik meliputi, olahraga, kesehatan dan rekreasi. Tujuan dari pembinaan fisik ini adalah meningkatkan daya tahan tubuh serta kesehatan klien agar tetap sehat dan bugar. Sebab dalam kenyataannya
89
Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.
82
kondisi fisik klien pada saat pertama datang rata-rata dalam keadaan yang kurang bugar. Kondisi tersebut disebabkan karena kebiasaan hidup mereka yang tidak teratur, maka dari pembinaaan fisik tersebut diharapkan kondisi kesehatan mereka dapat diperbaiki. Jika ada diantara klien yang sakit maka akan lebih awal diketahui dan diambil langkah selanjutnya yaitu pengobatan agar klien tersebut sembuh. b. Pembinaan Mental Pembinaan mental yang diberikan kepada klien mempunyai tujuan untuk membimbing dan memperbaiki kondisi mental para klien, meningkatkan semangat hidup mereka untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan pendidikan mental diharapkan klien dapat menentukan hal baik dan buruk. Namun secara nyata hasil dari pembinaan mental tidak mudah dilihat karena mental adalah bagian dari pribadi orang. Klien disini diharapkan mampu menerapkan hal-hal baik untuk kehidupannya, misalnya dalam hidup disiplin. c. Pembinaan Sosial Pembinaan sosial ini bertujuan mengarahkan para klien kepada tata kerukunan dan kebersamaan hidup bermasyarakat, sehingga dapat menimbulkan kesadaran tanggung jawab sosial para klien, baik di lingkungan panti maupun masyarakat.. Oleh karena itu melalui pembinaan sosial para klien dikenalkan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Seperti yang diungkapkan klien bernama Giyanto, usia 70 tahun mengatakan bahwa selama di panti dia merasa hidup di dalam sebuah keluarga dimana mereka dapat berinteraksi dengan klien lain
83
dan juga masyarakat sekitar.90 Interaksi sosial memang diperlukan agar klien tidak merasa jenuh dan kesepian di dalam panti. d. Pembinaan Ketrampilan Ketrampilan disini hanya bersifat hiburan atau menyalurkan kegemaran dari masing-masing klien, misalnya ketrampilan menggambar, berkebun, melukis, memasak dan beternak. Kegiatan ini tidak bersifat wajib, sehingga panti hanya sebagai perantara saja. Manfaat dari ketrampilan disini dapat dirasakan oleh Klien bernama Joko Supono, usia 65 tahun sebelum dia berada di panti dia mempunyai lahan bercocok tanam di desa, sekarang pun dia masih bisa berkebun meski pun lahan yang tersedia tidak seberapa namun dia sudah merasa terhibur.91
C. Pengawasan Terhadap Klien yang Kembali ke Masyarakat Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam aktivitasnya adalah membina para lanjut usia yang terkena razia maupun titipan dari pihak keluarga yang pada akhirnya berada di dalam panti sampai akhir hayatnya maupun yang kembali ketengah-tengah warga masyarakat. Klien yang kembali ke masyarakat adalah klien yang diambil oleh pihak keluarga. Dengan pembinaan yang telah diberikan sebelumnya, para lanjut usia diharapkan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
90
Wawancara dengan Giyanto, tanggal 29 April 2010.
91
Wawancara dengan Joko Supono, tanggal 29 April 2010.
84
Tabel 13. Data Klien yang Meninggal Dalam Panti dan Kembali ke Keluarga Tahun 1979-1999. KETERANGAN Meninggal Dalam Panti Kembali Kepada Keluarga
TAHUN 1979 1986 1996 1999
11 7 11 12
2 3 2 3
Sumber: Data Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 1979-1999. Dari tabel di atas dari tahun 1979 sampai tahun 1999 jumlah klien yang kembali ke dalam keluarga sedikit sekali, karena banyak yang tidak memiliki keluarga dan banyak keluarga yang tidak mempedulikan mereka. Sebagian besar klien meninggal di dalam Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Keberhasilan pembinaan juga tergantung dari peran serta keluarga dan masyarakat. Apabila ada klien yang kembali ke dalam keluarga, pihak panti bekerja sama dengan pihak keluarga dan aparat desa setempat dimana klien tersebut tinggal. Pihak aparat desa dan keluarga dapat mengawasi klien tersebut. Pihak keluaraga khususnya dapat lebih memberikan perhatian dan kasih sayang kepada klien dalam kehidupannya. Sementara itu pihak aparat desa berperan memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat menerima klien tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.92 Meskipun telah diambil pihak keluarga, namun dalam kenyataannya tidak sedikit dari klien tersebut justru kembali lagi ke panti, dengan berbagai 92
Wawancara dengan Tugimin, tanggal 29 April 2010.
85
alasan, misalnya sulit berdaptasi lagi di lingkungan rumah dan merasa tidak betah di dalam rumah. Untuk mengatasi masalah tersebut, pihak panti, keluarga dan aparat desa tentu melakukan koordinasi lagi untuk memutuskan apakah klien tersebut dikembalikan ke panti atau tidak..
D. Keberhasilan Usaha Pembinaan Terhadap Para Lanjut Usia Upaya pembinaan terhadap para klien yang telah mendapat pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: 1. Pihak Klien Aspek ini menitikberatkan pada kondisi klien itu sendiri, yaitu mereka yang telah memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Sudah menyadari bahwa dirinya kini tidak sendiri lagi, karena sudah berada dalam panti dan mendapat pembinaan. b. Sudah termotivasi dan mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan di dalam panti dengan perasaan senang. c. Apabila klien tersebut sudah dibawa pulang oleh keluarga dan tidak kembali lagi berarti klien tersebut setidaknya sudah merasa nyaman berada dalam keluarganya. 2. Pihak Keluarga dan Masyarakat Aspek ini menitikberatkan kepada kemauan warga masyarakat untuk menerima kembali para lanjut usia ke dalam lingkungan tempat tinggalnya, ciri-cirinya adalah:
86
a. Dapat memahami bahwa permasalahan yang dialami para lanjut usia merupakan tanggung jawab bersama warga masyarakat. b. Menyadari bahwa para lanjut usia memerlukan kasih sayang yang lebih dari keluarga maupun masyarakat. c. Menerima kembali mereka dan memberi ruang para lanjut usia untuk
ikut
masyarakat.
berpartisipasi
dalam
proses
pembangunan
di
BAB V KESIMPULAN
Latar belakang didirikannya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta adalah sebagai reaksi atas permasalahan sosial lanjut usia khususnya para lanjut usia terlantar maupun titipan keluarga, yang secara langsung maupun tidak langsung akan membawa pengaruh pada proses pembinaan terhadap lanjut usia dalam mencapai kebahagiaan. Kelompok lanjut usia tersebut membutuhkan perhatian khusus, terutama peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatan dan kemandiriannya sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. Dengan adanya panti ini diharapkan dapat menampung dan sebagai tempat untuk membina orangorang tersebut. Panti ini sudah ada sejak pemerintahan Kasunanan Surakarta tahun 1929 yang dahulu panti tersebut dikenal dengan sebutan “Wangkung”. Pada tahun 1942 kewenangan Keraton dialihkan ke Pemerintah Kota Surakarta dalam hal ini Dinas Sosial yang dinamakan “Panti Karya Pamardi Karya” yang berfungsi untuk menampung orang-orang gelandangan. Kemudian berdasarkan Surat Pemerintah Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah tertanggal 3 September 1977 lokasi tersebut khusus untuk menampung orangorang lanjut usia atau orang jompo terlantar yang kemudian diberi nama “Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta”. Pelaksanaan pembinaan terhadap para lanjut usia berupaya memberikan suatu pelayanan terhadap para lanjut usia dalam kehidupan
87
88
sehari-hari agar mampu mengembangkan kepercayaan diri, tangung jawab sosial dan yang paling utama dapat menjalankan kehidupan di hari tua agar bahagia serta dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Berikut ini merupakan peranan dan usaha yang dilakukan panti pembinaan dalam mencukupi kebutuhan klien. 1. Pembinaan Mental Pembinaan mental disini meliputi pendidikan agama dan budi pekerti. Pembinaan mental ini bertujuan untuk membentuk sikap mental yang baik dengan meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Pembinaan Fisik atau Perawatan Diri Sebelum tahun 1999 jatah makan untuk para klien hanya sebesar Rp.4.000,00 namun sesudah tahun 1999 jatah makan naik menjadi Rp.10.000,00 per orang. Makanan yang disajikan di dalam panti juga diusahakan berganti-ganti yang dihidangkan dan ditata secara menarik agar menimbulkan selera makan. Pakaian yang dikenakan para klien di dalam panti berasal dari pemerintah. Setiap tahun pemerintah kota memberikan pakaian baru, ada juga bantuan dari pihak luar pakaian bekas. Petugas panti secara perlahan membimbing mereka agar mampu setidaknya mengenakannya sendiri, namun dalam prakteknya setiap hari mereka masih dibantu petugas panti. Di dalam panti ini juga diterapkan waktu tidur, yaitu jam tidur siang dan jam tidur malam. Pembinaan kesehatan setiap seminggu sekali diadakan pemeriksaan kesehatan rutin kepada klien yang dilakukan oleh
89
Puskesmas Pajang dan apabila ditemukan indikasi penyakit tertentu di dalam panti sudah disediakan ruang khusus atau ruang isolasi. 3. Pembinaan ketrampilan Pembinaan ketrampilan dilakukan hanya untuk mengisi atau memanfaatkan waktu luang yang ada sehingga hal ini tidak bersifat wajib. Ketrampilan di sini pun beraneka ragam misalnya, menganyam, melukis, atau bahkan menjahit. Di lingkungan panti juga terdapat kebun tanaman dan kolam lele yang dirawat dan dipelihara dengan baik oleh petugas panti dan para klien 4. Pembinaan Olahraga dan Rekreasi Pembinaan olahraga harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan harus disenangi atau diminati misalnya berkebun, berjalan-jalan dan senam. Berkebun dilakukan di lingkungan panti yang mempunyai halaman cukup luas, Berjalan-jalan dan senam di pagi hari termasuk rekreasi ditujukan agar para klien mendapatkan hiburan dan suasana baru di luar lingkungan panti agar tidak merasa jenuh di dalam panti. Dalam pembinaannya pihak panti telah menjalin hubungan kerjasama dengan Panti Wredha Negeri di Jawa Tengah, Departemen Agama, Departemen Kesehatan, UNS, GKI Pajang, PKK Kota Surakarta, Kepolisian, Satpol PP, Rumah Sakit DR. Moewardi, Rumah Sakit Jiwa Surakarta dan jajaran sosial lainnya serta masyarakat pada umumnya. Pendanaan panti, di dapat dari Pemerintah Kota Surakarta meskipun masih dibantu oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah., dan bantuan dari pihak swasta misalnya Yayasan Dharmais, PT Konimex dan Batik Keris.
90
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMEN Areal atau Lokasi Pekuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No. 465.1./127/X/83 Berkas Peraturan Tentang Rumah Pamardi Karyo Wangkung Th 1940. Koleksi Arsip Rekso Pustoko Pura Mangkunegaran. Kode Arsip L.548 Daftar Warga Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 2000. Laporan Tahunan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1983 No. 465.1./97/IV-83 Ijin Lokasi Tanah Untuk Kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No. 596/3446/1988. Surat Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 Tentang Pembentukan SusunanOrganisasi Dan Tata Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti TK. II Surakarta, Sekilas Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta. (1997) Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta. (1997) Surakarta Dalam Angka. BPS Kota Surakarta 1977-1999 UU No. 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
BUKU-BUKU Margatan Arcole. 1996. Hidup Sehat Bagi Lanjut Usia. Solo: CV Aneka. Biro Pusat Statistik. 1999. Profil Penduduk Lanjut Usia Indonesia. Jakarta: Biro Pusat Statistik. Catur dan Sugiyanto.1993. Pola Pengobatan Penyakit Penduduk Usia Lanjut. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
91
Darmojo. 2004. Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Manajemen Upaya Kesehatan Lanjut Usia di Panti Wredha. Jakarta: Balai Pustaka. ________. 2003. Pedoman Pengelolaan: Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut Edisi ke 2. Jakarta: Balai Pustaka. ________. 1997. Pola Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut di Panti Wredha. Jakarta: Balai Pustaka. ________. 2001. Modul Pelatihan Konseling Kesehatan dan Gizi bagi Lanjut Usia untuk Petugas Puskesmas. Jakarta: Balai Pustaka. __________.
2001. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Puskesmas. Jakarta: Balai Pustaka.
Dharianti. 2001. Karakteristik Penduduk Usia Lansia Yang Memanfaatkan Sarana Kesehatan di Propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta: UGM. Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM Press. Harianti. 2001. Karakteristik Penduduk Lansia Yang Memanfaatkan Sarana Kesehatan Di Propinsi Jawa Tengah. Yogyakarta: UGM Press. Koentjaraningrat. 1986. Metode-metode Penelitian Dalam Masyarakat, Jakarta: Gramedia. Gottschalk Louis. 1986. Mengerti Notosusanto. Jakarta: UI Press.
Sejarah,
edisi
terjemahan
Nugroho
Made Astawan. 2001. Gizi dan Kesehatan Lanjut Usia, Jakarta: Medyatama Sarana Perkasa. Mia Fatma Ekasari. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika. Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursid Suaatmadja. 1985. Pengantar Studi Sosial, Bandung: Alumni. Sanapiah Faisal. 1992. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Press.
92
Sri Nur Hidayati. 2005. Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia, Yogyakarta: Pradipta. Tony Setyabudi. 1994. Manusia Lanjut Usia. Jakarta: CV. Haji Masagung. Watiyastuti. 1995. Aspek Sosial Ekonomi Penduduk Usia Lanjut. Yogyakarta: Pasca Sarjana UGM.
SURAT KABAR “Pikiran Rakyat”. edisi 01 Juni 2004 “Tetap Ceria di Usia Senja”. dalam Jawa Pos Radar Solo edisi Kamis 27 Mei 2010.
87