Jurnal Pembangunan Manusia
PERAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DALAM USAHA MENJADIKAN TV SEBAGAI SUMBER BELAJAR Muhammad Isnaini Dosen IAIN Raden Fatah Palembang ; Anggota Dewan Riset Daerah Sumatera Selatan
menengah dan atas. Di setiap kelas
PENDAHULUAN TV adalah media audio-visual
mempunyai kemungkinan 5,6 juta
yang memiliki daya jangka yang luas
orang setengah terpengaruh oleh
tanpa
tema dan iklan yang ditawarkan
mengenal
batas
geografis,
sistem politik, sosial, dan budaya
tersebut.
masyarakat, sekaligus memiliki daya
tersebut sekitar 1,8 juta orang dari
penetratik yang dapat mempengaruhi
setiap kelas sosio-ekonomi tersebut
sikap,
betul-betul terpengaruh.
pandangan,
gaya hidup,
Di
antara
angka-angka
orientasi dan motivasi masyarakat.
Ironisnya, gaya hidup dari para
TV pada umumnya bersifat informatif,
pemainnya yang jelas-jelas mereka
edukatif dan hiburan. Dengan TV
hanya
masyarakat
mengetahui
mempengaruhi penontonnya. Lebih
berbagai perkembangan informasi di
ironis lagi, tayangan film atau sinetron
seluruh penjuru dunia.
yang
dapat
Setiap hari, lebih dari 170 juta orang
Indonesia menyaksikan
TV.
‘main
peran’
berorientasi
film/sinetron
edukasi
yang
harapannya memberikan penguatan karakter
positif
tidak
Berbagai tema tayangan, setidaknya
terlalua
ada 17 tema tayangan setiap jam
penontonnya. Dan, yang mengerikan,
disajikan. Berbagai iklan, setidaknya
sebagaimana dilansir oleh Yayasan
ada 40 iklan ditawarkan kepada 170
Pengembangan Media Anak (2006)
juta orang setiap jam. 170 juta orang
penelitian
tersebut tersegmentasi dalam 3 kelas
menunjukkan bahwa jam menonton
sosial
TV pada anak di Indonesia adalah
ekonomi:
kelas
bawah,
Peran Teknologi Pembelajaran Dalam Usaha Menjadikan TV Sebagai Sumber Belajar
signifikan
penonton,
pada
mempengaruhi
tahun
2002
41
Jurnal Pembangunan Manusia sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-
oleh laporan tersebut dan kemudian
1820 jam/ tahun. Angka ini jauh lebih
ramai-ramai memberikan tanggapan,
besar
saran, kritik dan bahkan beberapa
dibanding
jam
belajar
di
sekolah dasar yang tidak sampai
menghujat
1000 jam/tahun.
KPI ikut geram karena dituding oleh
Sungguh dalam
hebat
peranan
membangun
TV
karakter
penontonnya, baik karakter positif
tayangan
SmackDown.
masyarakat tidak serius mengawasi TV. Makalah ini berisi tentang usaha
maupun negatif. Dalam pengertian ini,
menjadikan
‘proses belajar mengajar’ antara TV
Pembelajaran/Pendidikan
dan penontonnya telah terjadi dan TV
Lebih Besar dengan menjadikan TV
menjadi guru yang menawan di luar
sebagai
kelas,
pembelajaran, baik sebagai sumber
menjadi
sesungguhnya
saingan
dalam
guru
kelas, atau
maupun
Peran
mitra proses
Teknolog menjadi
dalam
proses
belajar.
Secara
pendidikan dalam keluarga. Bahkan
sistematis,
karena aspek bisnis yang tinggi dari
mendeskrisikan tentang Realitas TV.
TV, maka tayangan-tayangannya pun
Deskripsi
memanjakan
mengurai tayangan/program TV dan
kecenderungan-
penulis ini
akan
bertujuan
untuk
ketertarikan
beberapa fakta akibatnya. Fakta ini
karenanya
dapat digunakan guidance dalam
tayangan-tayangannya pun menjadi
mengolahnya sebagai sumber atau
sangat menarik dan mempunyai daya
proses belajar. Selanjutnya, penulis
tarik sangat tinggi.
akan mendeskripsikan tentang peran
kecenderungan manusia,
sifat
dan
oleh
yang
teknolog pembelajaran dalam usaha
menunjukkan efektivitas TV dalam
menjadikan TV sebagai mitra. Sub
membangun karakter (negatif) adalah
bahasan
tayangan SmackDown. Anak usia SD
memberikan
dilaporkan
Fenomena
bahkan
terakhir
masuk
ada
yang
ini
diharapkan posisi
akan
teknolog
rumah
sakit,
pendidikan di antara guru, Komisi
tewas
akibat
Penyiaran Indonesia (KPI), Yayasan
permainan SmackDown antar-teman
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
mereka.
dan lain-lain. Sub bahasan berikutnya,
Masyarakat
terpengarah
Peran Teknologi Pembelajaran Dalam Usaha Menjadikan TV Sebagai Sumber Belajar
42
Jurnal Pembangunan Manusia bagaimana
sudah campur aduk sehingga sulit
strategi menggunakan TV sebagai
dibedakan mana aspek pendidikan
sumber dan proses belajar. Terakhir,
dan mana aspek seninya.
penulis
menguraikan
penulis akan menyimpulkan secara
Selama ini, berkaiatan dengan
lugas dari urgensi peran Teknolog
ide menjadikan TV sebagai media
Pembelajaran/Pendidikan
pembelajaran, masih berporos pada
dalam
bagaimana menjadikan program TV
mengelola program ini.
sebagai media penyampaian pesan belajar
REALITAS TV Seorang pengamat dari Amerika, sebagaimana
dikutip
oleh
Miarso
melalui
program-program
pendidikan di TV, seperti ide awal munculnya
Televisi
(2004: 410) menganggap bahwa TV
Indonesia
adalah orangtua ketiga, setelah ayah-
progam Aku Cinta Indonesia (ACI),
ibu
Cerdas-Cermat,
dan
guru.
Bahkan,
menurut
(TPI)
Pendidikan
dan dan
beberapa TV-Edukasi
penulis, TV sangat potensial menjadi
yang diluncurkan Pustekkom tahun
orangtua pertama dan kedua. Hal ini
2004 dan direncanakan dapat direlay
dapat dilihat dari seberapa besar
di seluruh kabupaten di Indonesia
pengaruh TV di masyarakat saat ini.
tahun 2006. Penulis berpendapat
Program TV saat ini didominasi
bahwa pada setiap program acara TV
oleh sinetron, musik, kuis maupun
sebenarnya mempunyai nilai edukasi
infotaiment untuk menarik pemirsa.
yang
Sebaliknya,
diinternalisasikan
program-program
dapat
digali
dan
dalam
rangka
karakter
siswa
pendidikan mendapat porsi tayangan
pembangunan
yang sangat kecil. Jika dicermati lebih
ataupun
mendalam,
setiap
Dengan menggunakan, di antaranya
pendidikan
teori belajar ‘Penguatan Positif dan
sudah sangat kurang, bahkan tidak
Penguatan Negatif’ (Reinforcement
ditonjolkan sama sekali. Begitu pula,
dari
dalam
digunakan untuk membuat strategi
program
pada
hampir
aspek-aspek
program-program
tersebut
individu
Aliran
bukan
Behaviorisme)
pembelajaran
pendidikan
siswa maupun bukan siswa. Pada
seni.
Keduanya
Peran Teknologi Pembelajaran Dalam Usaha Menjadikan TV Sebagai Sumber Belajar
diminati
dapat
tidak jelas lagi batas-batas antara dan
yang
siswa.
oleh
43
Jurnal Pembangunan Manusia adalah
seperti
acara mengandung kekerasan, seks
film,
namun
dan mistis namun tidak berlebihan.
bukan terfokus pada bagaimana film
Tema cerita dan jalan cerita mungkin
ini dibuat, namun terfokus pada nilai-
agak kurang cocok untuk anak usia
nilai apa yang perlu didiskuskan
SD sehingga harus didampingi ketika
antara guru atau fasilitator dengan
menonton. Acara yang “Tidak Aman”:
pebelajar.
isi
dasarnya,
ide
membedah
ini
sebuah
acara
banyak
mengandung
Sejatinya, TV membahayakan
adegan kekerasan, seks, dan mistis
bagi anak, tidak semua acara aman
yang berlebihan dan terbuka. Daya
untuk anak. Yayasan Pengembangan
tarik yang utama ada pada adegan-
Media Anak mengemukakan bahwa
adegan tersebut. Sebaiknya anak-
pada tahun 2004 acara untuk anak
anak tidak menonton acara ini. TV
yang aman hanya sekira 15% saja.
juga
rentan
bagi
Oleh karena itu harus betul-betul
perkembangan otak anak usia 0-3
diseleksi. Saat ini jumlah acara TV
tahun, dalam masa ini TV dapat
untuk anak usia prasekolah dan
dapat
sekolah dasar perminggu sekitar 80
perkembangan bicara, menghambat
judul ditayangkan dalam 300 kali
kemampuan
penayangan
maupun
selama
170
jam.
menimbulkan
membaca-verbal
pemahaman.
Padahal dalam seminggu ada 24 jam
menghambat
x 7 = 168 jam!
dalam
Acara TV bisa dikelompokkan
gangguan
TV
kemampuan
mengekspresikan
melalui
juga
tulisan,
anak pikiran
meningkatkan
dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati,
agresivitas dan kekerasan dalam usia
dan Tidak Aman untuk anak. Acara
5-10
yang
membedakan
‘Aman’:
tidak
banyak
tahun,
serta antara
tidak
mampu
realitas
dan
kekerasan,
khayalan. TV juga mendorong anak
seks, dan mistis. Acara ini aman
menjadi konsumtif, bepengaruh pada
karena
yang
sikap anak yang yang belum memiliki
dipahami.
daya kritis yang tinggi. Mereka bisa
Anak-anak boleh menonton tanpa
jadi berpikir bahwa semua orang
didampingi. Acara yang ‘Hati-hati’: isi
dalam kelompok tertentu mempunyai
mengandung
adegan
kekuatan
sederhana
dan
ceritanya mudah
Peran Teknologi Pembelajaran Dalam Usaha Menjadikan TV Sebagai Sumber Belajar
44
Jurnal Pembangunan Manusia sifat yang sama dengan orang di
langsung
layar
akan
Sehingga waktu liburan, seperti akhir
mempengaruhi sikap mereka dan
pekan atau libur sekolah, biasanya
dapat
kebanyakan diisi dengan menonton
televisi.
Hal
terbawa
ini
hingga
mereka
menemukan
hiburan.
TV. Mereka seakan-akan tidak punya
dewasa. mengurangi
pilihan lain karena tidak dibiasakan
semangat belajar. Bahasa TV yang
untuk mencari aktivitas lain yang
simpel,
menyenangkan. Ini membuat anak
TV
juga
dapat
memikat,
dan
membuat
ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar. Hal ini berikutnya
membentuk
pola
pikir
tidak kreatif. Selain, hal-hal di atas, TV juga berpotensi
meningkatkan
anak.
kemungkinan obesitas (kegemukan).
Terlalu sering menonton TV dan tidak
Dengan menonton TV, maka jam
pernah membaca menyebabkan anak
berolahraga dengan kurang cukup,
akan memiliki pola pikir sederhana,
TV membentuk pola hidup yang tidak
kurang kritis, linier atau searah dan
sehat.
pada akhirnya akan mempengaruhi
bahwa lebih banyak anak menonton
imajinasi, intelektualitas, kreativitas
TV, lebih banyak mereka mengemil di
dan perkembangan kognitifnya. TV
antara waktu makan, mengonsumsi
juga dapat mengurangi konsentrasi
makanan yang diiklankan di TV dan
anak,
cenderung
sederhana
rentang
waktu
konsentrasi
Penelitian
membuktikan
memengaruhi
orangtua
anak hanya sekitar 7 menit, persis
mereka untuk membeli makanan-
seperti acara dari iklan ke iklan, akan
makanan tersebut. Anak-anak yang
dapat membatasi daya konsentrasi
tidak mematikan TV sehingga jadi
anak. TV juga mengurangi kreativitas.
kurang bergerak beresiko untuk tidak
Dengan adanya TV anak-anak jadi
pernah
kurang
menjadi
mereka secara penuh. Selain itu,
manusia-manusia yang individualistis
duduk berjam-jam di depan layar
dan
bermain,
sendiri.
merasa memencet
mereka
memenuhi
kali
mereka
membuat
tubuh
mereka
tinggal
bergerak
dan
Setiap
bosan,
bisa
remote
control
dan
metabolisme,
Peran Teknologi Pembelajaran Dalam Usaha Menjadikan TV Sebagai Sumber Belajar
tidak
potensi
banyak
menurunkan
sehingga
lemak 45
Jurnal Pembangunan Manusia bertumpuk,
tidak
terbakar
dan
akhirnya menimbulkan kegemukan. TV
juga
berpotensi
sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba
antar
melakukan apa yang mereka lihat.
anggota keluarga. Kebanyakan anak
Akibatnya seperti yang sering kita
menonton TV lebih dari 4 jam sehari
lihat sekarang ini, anak menjadi
sehingga waktu untuk bercengkrama
pelaku dan sekaligus korban perilaku-
bersama
perilaku seksual.
merenggangkan
hubungan
keluarga
biasanya
‘terpotong’ atau terkalahkan dengan
Relitas
TV
yang
kuat
dan
TV. 40% keluarga menonton TV
membahayakan perkembangan otak,
sambil menyantap makan malam,
sikap, kesehatan, ekonomi dan sosial
yang
tersebut
harus
ajang ’berbagi cerita’ antar anggota
bijaksana
oleh
keluarga. Rata-rata, TV dalam rumah
ataupun fasilitator. Kekuatan TV sulit
hidup selama 7 jam 40 menit. Yang
dilawan, oleh karenanya TV harus
lebih
dijakan mitra dalam pembelajaran.
seharusnya
menjadi
memprihatinkan
adalah
disikapi guru,
orang
Bahkan
keluarga
yang
kegiatan intrakurikuler yang bersifat
berbeda di ruangan rumah yang
mendiskusikan TV dan tayangannya,
berbeda.
2 jam dalam seminggu.
TV
juga
acara
menjadikan
perlu
tua,
terkadang masing-masing anggota menonton
kalau
secara
diadakan
remaja
matang secara seksual lebih cepat.
PERAN
Banyak sekali sekarang tontonan
PEMBELAJARAN DALAM USAHA
dengan adegan seksual ditayangkan
MENJADIKAN TV SEBAGAI MITRA
pada
PEMBELAJARAN
waktu
anak
menonton
TV
TEKNOLOGI
tidak
mau
Salah satu strategi perang yang
yang
tidak
dirumuskan oleh Sun Tzu adalah
pantas baginya. Dengan rangsangan
apabila menghadapi musuh yang
TV yang tidak pantas untuk usia anak,
terlalu kuat dan sulit dikatakalahkan,
anak menjadi matang secara seksual
maka jadikan teman dengan musuh
lebih cepat dari seharusnya. Dan
tersebut. Stasiun TV sangat sulit
sehingga
anak
menyaksikan
mau
hal-hal
Peran Teknologi Pembelajaran Dalam Usaha Menjadikan TV Sebagai Sumber Belajar
46
Jurnal Pembangunan Manusia diatur.
Stasiun
TV
lebih
mengutamakan kepentingan bisnis
mempengaruhi
TV
Peran Teknolog Pembelajaran
publik
sudah
diberi
dalam usaha menjadikan TV sebagai
menggunakan
ranah
mitra
yang
kepercayaan berupa
anak,
remaja, bahkan orang dewasa.
daripada tanggungjawab sosialnya. Stasiun
kehidupan
frekuensi,
ternyata
sangat
besar.
Mulai
dari
melakukan penelitian pendahuluan,
tidak mau mengakui dan mentaati
mendesain
peraturan yang dibuat oleh lembaga
menguji cobanya, dan mendesain
negara yang berwenang, yaitu Komisi
isu-isu strategis untuk menjadikan
Penyiaran
program mitra TV ini menjadi isu di
Indonesia
(KPI).
sistem
Singkatnya, TV menolak untuk diatur
parlemen
karena menurut mereka pengaturan
dijadikan sebagai program nasional.
sama artinya dengan pengekangan
Dalam
kebebasan
pembelajaran
berekspresi.
Oleh
karenanya, guru dan orangtua harus
banyak
berinisistif
Penyiaran
untuk
membangun
dan
pembelajaran,
kemudian
usaha
ini,
dapat
pihak,
dapat teknolog
mengandeng
terutama
Indonesia,
Yayasan
karakter anak atau pebelajar dengan
Lembaga
memanfaatkan dan menjadikan TV
Pustekkom,
Lembaga
Swadaya
sebagai mitra dalam pembelajaran,
Masyarakat
seperti
Yayasan
apapun yang ditayangkan oleh TV
Pengembangan Media Anak, dan
tersebut.
banyak pihak lain untuk meng-goal-
Diskusi tentang tayangan TV ini bisa
dibuat lebih
Konsumen
Komisi
Indonesia,
kan usaha ini.
sistematis dan
dibuat Desain Sistem dan Strategi Pembelajarannya.
Bahkan
kalau
STRATEGI
PEMBELAJARAN
perlu, dengan peluang Kurikulum
DENGAN
Lokal yang ada di Sekolah, Diskusi
PEMBELAJARAN
TV
SEBAGAI
MITRA
TV ini bisa dijadikan Mata Pelajaran
Dalam usaha menjadikan TV
sendiri. Hal sangat urgen mengingat
sebagai mitra pembelajaran, posisi
begitu
guru adalah aktif dalam menjadikan
kutanya
TV
dalam
tayangan/program Peran Teknologi Pembelajaran Dalam Usaha Menjadikan TV Sebagai Sumber Belajar
TV
sebagai 47
Jurnal Pembangunan Manusia sumber
belajar.
digunakan pebalajar
Strategi
KESIMPULAN
mengajak
TV yang begitu kuat harus
mengemukakan
dijadikan mitra. Karena kekuatannya
adalah untuk
yang
pengalamannya memirsa TV: 1) Apa
tersebut,
jenis program/tayangan yang ditonton;
pembelajaran/guru/orangtua
2) kesimpulan apa yang bisa diambil;
secara aktif mendesain sistem dan
3) hikmah apa yang bisa disarikan; 4)
strategi untuk menjadikan tayangan
pernah mengalami hal yang sama
TV sebagai pembelajaran, bahkan
atau mirip dengan apa yang ada di
mendesak
tayangan;
program ini sebagai mata pelajaran
5)
pendapat
pebelajar
yang
terhadap tayangan. Selanjutnya guru/orangtua dapat
teknolog
untuk
berlaku
Teknolog
harus
memasukkan
secara
nasional.
pembelajaran
dapat
mengajak pebelajar mendiskusikan
mempelopori ini dengan membuat
tayangan TV dengan harapan diskusi
Rencana Strategis untuk Manajemen
ini
Isu
akan
meningkatkan
daya
yang
dapat
mempengaruhi
apresiasinya. Hal ini sangat efektif
banyak pihak, terutama parlemen dan
dilakukan apabila dikaitkan dengan
pemerintah. Teknolog pembelajaran
mata pelajaran tertentu yang kental
dapat menjadikan KPI, YLKI dan
dengan nuansa nilai seperti PPKN
pihak-pihak
dan Pendidikan Agama. Selain itu,
memperjuangkan program ini.
penggunan
metode
yang
lain
untuk
relevan
(seperti diskusi, pemecahan masalah
DAFTAR PUSTAKA
dan Focus Group Discussion untuk kelas usia remaja atau dewasa) akan mampu menumbuhkan daya nalar siswa dan membentuk filter diri dalam respon
pengaruh
tayangan TV.
eksternal
dari
Budiningsih, C. Asri. 2000. Kerangka Perkuliahan dan Bahan Pembelajaran Dasar-dasar Teknologi Pendidikan. Yogyakarta. Prodi Teknologi Pendidikan FIP UNY. Dimyati, Moh. 2000. Akulturasi Teknologi Pendidikan dalam Masyarakat Indonesia Transisional. Malang: Program Studi Teknologi Pembelajaran Program 48
Peran Teknologi Pembelajaran Dalam Usaha Menjadikan TV Sebagai Sumber Belajar
Jurnal Pembangunan Manusia Pascasarjna Universitas Negeri Malang. Hasan, Ahmad Makki. 2006. TV: Candu Favorit Masyarakat. Diakses dari http://www.resistbook.or.id/index.p hp?page=resensi&id=140&lang=i d tanggal 4 Desember 2006. Hermansyah. 2006. Menyikapi Kreativitas Raam Punjabi (Tinjauan dari Sudut Pandang Pendidikan. Diakses dari http://www.depdiknas.go.id/ publikasi/Buletin/Pppg_Tertulis/08 _2001/raam_punjabi.htm tanggal 20 Desember 2006. Ismail, Taufiq. 2007. Gerakan Syahwat Merdeka. Rubrik Perspektif Majalah Gatra. Diakses dari www.Gatra.com tanggal 2 Januari 2007. Isnaini, Muhammad. 2007. Teknologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Palembang: P3RF Press.
Republika. 2006. Pustekkom: Menyusun Alternatif Pemecahan Masalah Pendidikan. Diakses dari http://republika.co.id/suplemen/cet ak_detail.asp?mid =&id=180189&kat_id=105&kat_id 1=151&kat_id2=191 tanggal 6 Desember 2006. Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ. Yayasan Pengembangan Media Anak. 2006. Kurangi Npnton TV, Nikamti Hidup. Diakses dari http://www.kidia.org/news/tahun/2 006/bulan/07/ tanggal/10/id/14/?PHPSESSID=9 13b41e105dd43df2f588f06 tanggal 14 Desember 2006.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi September 2005 Nomor 056 Tahun ke-11. Editorial. Diakses melalui http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/ 56/ edtorial.htm tanggal 15 Desember 2006. Media Indonesia. 2006. Pendidikan Jaringan Pembelajaran Jarak Jauh Selesai. Diakses dari http://www.mediaindo.co.id/berita. asp?id=87702 tanggal 10 Desember 2006. Miarso, Yusuf Hadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Peran Teknologi Pembelajaran Dalam Usaha Menjadikan TV Sebagai Sumber Belajar
49