PERAN SEKTOR PERKEBUNAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH DI KABUPATEN MUSI RAWAS (ANALISIS PENDEKATAN SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI)
FIRMAN HENDRIAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
i
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Peran Sektor Perkebunan dalam Pembangunan Wilayah di Kabupaten Musi Rawas (Analisis Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi) adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2012
Firman Hendriawan NIM H152090021
ii
iii
ABSTRACT FIRMAN HENDRIAWAN. The Role Of Plantation Sector In The Regional Development Of Musi Rawas Regency (An Approach Social Accounting Matrix Model). Under direction of SETIA HADI and ENDAH MURNININGTYAS. This study is conducted to examine and determine the role and contribution of plantation sector in Musi Rawas development to analyze the level of leakage in the regional economy and the role of marketing institutions in plantation sector. In its analysis this study use Social Accounting Matrix (SAM) model. SAM analysis resulted that the average of household income in plantation sector estimated 6,72 million rupiahs per year, and plantation sector contribute greatly to regional economy in Musi Rawas regency when compare with other agricultural sector. Beside that, plantation sector has big of multiplier effect to employment, household income, GDP and economic output. The plantation sector has a Value Added Multiplier (VAM) of 1,25, and based on the estimated impact of simulated output increase on the plantation sector it was seen that the average output of the plantation sector was 1,78, which means that when injected at 1 billion rupiahs, it would create an output of 1,78 billion rupiahs, with the highest output for the commodity of community rubber. In addition, the average inequality value in the household income in the plantation sector was 3.96, which calculated from income revenue by non farm group as recipients of the highest revenue compare with earnings of agricultural laborers as low income earners, with the palm oil commodity having the smallest value of household income inequality. From the Regional GDP of 7,68 trillion rupiahs there was a regional leakage of 357,36 billion rupiahs, or approximately 4.65% of the Regional GDP derived from the labor force factor of 4,14 billion rupiahs and capital factor of 353,22 billion rupiahs. This is because of the presence of capital in Musi Rawas from outside of the region. As a result, the remuneration obtained by the production factor also flows back out of the region. To overcome the regional leakage will require a policy reform such as local regulations regarding the opening of the processing plant for value added crops, which flows out can be enjoyed by the people, beside that Corporate Social Responsibility (CSR) is used to education and training to increase the farmer skill and improving the quality of human resources. The institutional role of farmers is still very weak; it is mainly due to a) lack of guidance, b) ineffective application of government regulations that favor farmers, c) lack of social capital or farmer’s poor institutional aspects particularly in the form of networking, regulations and transparency. On the other hand there is a low access of farmers to markets because the market information has not been exploited optimally, the role of middlemen is still high in the marketing of rubber, and there is no auction market and poor infrastructure to support marketing support. Therefore need to increase the farmer ability such as work ethics, kowledge and skill to process rubber and palm oil Keywords: plantation sector, regional development, social accounting matrix (SAM)
iv
v
RINGKASAN FIRMAN HENDRIAWAN. Peran Sektor Perkebunan Dalam Pembangunan Wilayah di Kabupaten Musi Rawas (Analisis Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi). Dibimbing oleh SETIA HADI dan ENDAH MURNININGTYAS. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dan mengetahui peran dan kontribusi sektor pertanian terutama sektor perkebunan terhadap pembangunan daerah dan menganalisis seberapa besar kebocoran wilayah yang ditimbulkan oleh sektor pertanian dalam perekonomian wilayah, selain itu juga ingin mengetahui peran dari lembaga pemasaran pada sektor perkebunan. Alat analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Social Accounting Matrix (SAM) atau Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Hasil analisis SNSE menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan per kapita rumah tangga sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas diperkirakan sebesar Rp. 6,72 juta per tahun, dan sektor perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian di Kabupaten Musi Rawas apabila dibandingkan dengan sektor pertanian lainnya serta mempunyai multiplier effect yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja, pendapatan rumah tangga, nilai tambah bruto dan output perekonomian. Sektor perkebunan mempunyai nilai Value Added Multiplier (VAM) sebesar 1,25. Berdasarkan perhitungan dampak simulasi peningkatan output terhadap sektor perkebunan terlihat bahwa output rata-rata sektor perkebunan sebesar 1,78 yang berarti bahwa ketika diinjeksi sebesar Rp. 1 milyar, maka akan menciptakan output sebesar Rp. 1,78 miliar, dengan output tertinggi terdapat pada komoditas karet rakyat. Selain itu, nilai rata-rata ketimpangan pendapatan rumah tangga pada yang ditimbulkan pada sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 3,96 yang dihitung dari pendapatan yang diterima oleh golongan atas non pertanian sebagai penerima pendapatan tertinggi dibandingkan dengan pendapatan buruh pertanian sebagai penerima pendapatan terendah, dimana komoditas kelapa sawit mempunyai nilai ketimpangan pendapatan rumah tangga terkecil. Dari nilai PDRB sebesar Rp. 7,68 triliun telah terjadi kebocoran wilayah (regional leakages) sebesar Rp. 357,36 miliar atau sekitar 4,65 persen dari PDRB yang berasal dari faktor tenaga kerja sebesar Rp. 4,14 milyar dan faktor kapital sebesar Rp. 353,22 milyar. Hal tersebut dikarenakan terdapatnya modal yang dioperasikan di Kabupaten Musi Rawas berasal dari luar Kabupaten. Sebagai efeknya, balas jasa yang diperoleh oleh faktor produksi tersebut juga mengalir kembali ke luar Kabupaten. Untuk mengatasi kebocoran wilayah maka diperlukan reformasi kebijakan berupa peraturan daerah mengenai pembukaan pabrik pengolahan hasil perkebunan agar nilai tambah yang mengalir ke luar dapat dinikmati kembali oleh masyarakat, selain itu perlunya pengaturan dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang digunakan untuk menambah keterampilan petani dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Musi Rawas. Untuk peranan kelembagaan petani masih sangat lemah, hal tersebut terutama disebabkan oleh : a) kurangnya pembinaan, b) belum efektifnya penerapan regulasi pemerintah yang memihak petani, c) lemahnya modal sosial atau kelembagaan petani terutama dalam bentuk networking, tata aturan dan tranparansi. Sedangkan rendahnya akses petani terhadap pasar disebabkan belum dimanfaatkannya informasi pasar secara optimal, masih tingginya peranan tengkulak dalam pemasaran karet, tidak
vi
adanya pasar lelang dan minimnya infrastruktur pendukung pemasaran, oleh karena itu perlunya peningkatan kemampuan petani dalam hal ini mencakup etos kerja, pengetahuan dan keterampilan mengolah hasil perkebunan.
Kata kunci:
sektor perkebunan, pembangunan wilayah, sistem neraca sosial ekonomi (SNSE)
vii
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin IPB
viii
ix
PERAN SEKTOR PERKEBUNAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH DI KABUPATEN MUSI RAWAS (ANALISIS PENDEKATAN SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI)
FIRMAN HENDRIAWAN
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
x
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Slamet Sutomo, SE, MS.
xi
Judul Penelitian
:
Nama NIM
: :
Peran Sektor Perkebunan Dalam Pembangunan Wilayah di Kabupaten Musi Rawas (Analisis Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi) Firman Hendriawan H152090021
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Setia Hadi, M.S. Ketua
Ir. Endah Murniningtyas, M.Sc.Ph. D Anggota
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S.
Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc.
Tanggal Ujian: 30 Maret 2012
Tanggal Lulus:
xii
xiii
PRAKATA Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga tesis yang berjudul peran sektor perkebunan dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Musi Rawas (analisis pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi) dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Setia Hadi, MS dan Ir. Endah Murniningtyas, MSc, Ph. D. telah bersedia menjadi komisi pembimbing yang mencurahkan waktu, pemikiran serta sabar memberi pengarahan dan masukkan bagi kelengkapan penulisan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS sebagai ketua program studi PWD dan Dr. Slamet Sutomo, SE, MS sebagai penguji luar komisi yang memberi masukan bagi kelengkapan penulisan ini. Terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor terutama kepada Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) beserta jajarannya dan Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) beserta jajarannya yang telah memberikan ijin, rekomendasi dan biaya selama penulis mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Musi Rawas, Bapak Ir. Ramdani, MSi, selaku Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas, Bapak Dr. Margo Yuwono, Bapak Pipit dan Bapak Nasrudin, ME. dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan pihak lain yang telah bekerjasama dalam penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada istriku tercinta Deri Anita, serta anak-anak tersayang Fauzan Dzaki Andrian dan Nisa Amalina Andriani yang dengan tulus mengorbankan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan studi ini, Ayahanda H. Anang Sujana Inglar, Ibunda Hj. Mamah Fatimah, SPd.I dan Ibunda Animar dan semua keluarga atas dukungan moril dan doanya yang tak terbatas. Semoga Allah SWT. senantiasa memberi kelimpahan ridho dan keberkahan setiap langkah kita. Kepada saudaraku PWD Angkatan 2009 (Pak Puji, Aa Wawan, Si Bungsu Tabrani, Mba Hj. Linda, Bu Nina, Pak Dede, Pak Adam, Pak Endang, Pak Masril, Pak H. Untung, Pak Alex, Pa Enirawan dan Mba Luh) terima kasih atas semua kebersamaan dan goresan perjalanan episode hidup yang pernah kita lalui bersama, setiap kenangan canda tawa serta pernak-pernik perkuliahan akan selalu teringat dalam hati sanubari. Rekan-rekan seangkatan tugas belajar dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, Bu Muslimah, Bu Mutia, Fatwi dan Asep. Terimakasih atas dukungan dan kebersamaan dari rekan-rekan PWD lainnya. Sukses bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, meskipun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin. Karena itu segala sumbang saran maupun kritik yang positif bagi perbaikan tesis ini akan diterima dengan sikap terbuka dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat serta mendapat ridho dari Allah SWT. Amin. Bogor, Maret 2012
Firman Hendriawan
xiv
xv
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padalarang Kabupaten Bandung Barat Propinsi Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1976. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak H. Anang Sujana dan Ibu Hj. Mamah Fatimah S.Pd.I. Menikah dengan Deri Anita SE. dan saat ini dikaruniai dua anak yakni Fauzan Dzaki Andrian dan Nisa Amalina Andriani. Saat ini bertempat tinggal di Perumahan Megasentul Sektor Alamanda Blok D-27 RT. 01/08 Ciluar Bogor. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri Cawang 03 Jakarta pada tahun 1988, Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Jakarta pada tahun 1991, Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Jakarta pada tahun 1994, Politeknik Universitas Indonesia Jurusan Administrasi Niaga pada tahun 1997, dan pada tahun 2005 menamatkan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Triguna Bogor. Pada tahun 2007 penulis menamatkan pendidikan di Program Studi Magister Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sejak tahun 2003, penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor dan pada tahun 2009 bertugas di Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kabupaten Bogor.
xvii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................. xx DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xxiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxiv I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................
1 1 3 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2.1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan .................................................. 2.2. Pembangunan Wilayah ..................................................................... 2.3. Kebocoran Wilayah (Regional Leakage) ......................................... 2.3.1. Isu-isu Kebocoran Wilayah .................................................... 2.4. Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) ............................... 2.4.1. SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ............................ 2.4.2. Kerangka Dasar SNSE ........................................................... 2.4.3. Metode Analisis Model SNSE ............................................... Analisis Pengganda (Multiplier) ............................................. Dekomposisi Pengganda Neraca ............................................. a. Pengganda Transfer (Transfer Multiplier) .......................... b. Pengganda Open Loop ........................................................ c. Pengganda Close Loop ........................................................ Distribusi Pendapatan Neraca Endogen .................................. Distribusi Pengeluaran Neraca Endogen ................................. Analisis Jalur Struktural (Structural Path Analysis) ............... 2.5. Analisis Kelembagaan ..................................................................... 2.4. Penelitian Pendahuluan ...................................................................
9 9 11 13 14 17 19 21 28 29 31 32 33 33 34 34 35 36 37
III. METODE PENELITIAN .................................................................... 3.1. Lokasi Penelitian ............................................................................. 3.2. Sumber Data ...................................................................................... 3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 3.4. Analisis Data ..................................................................................... 3.4.1. Klasifikasi SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ........ 3.4.2. Kinerja Perekonomian Kabupaten Musi Rawas .................... 3.4.3. Distribusi Pendapatan Faktorial .............................................. 3.4.4. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga .................................... 3.4.5. Analisis Menggunakan SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ............................................................................. 3.5.Hipotesis ......................................................................................
39 39 39 39 40 41 43 43 44 44 45
xviii
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN MUSI RAWAS ............................. 46 4.1. Keadaan Alam ................................................................................... 46 4.1.1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif .......................... 46 4.1.2. Topografi ................................................................................ 47 4.1.3. Keadaan dan Jenis Tanah ....................................................... 48 4.1.4. Curah Hujan dan Keadaan Iklim ............................................ 50 4.1.5. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan .................................... 50 4.2. Keadaan Penduduk di Kabupaten Musi Rawas ................................ 52 4.2.1. Jumlah Penduduk ................................................................... 52 4.2.2. Komposisi Penduduk .............................................................. 54 Menurut Jenis Kelamin .......................................................... 54 Menurut Kelompok Umur ...................................................... 55 Menurut Lapangan Usaha ....................................................... 56 4.3. Keadaan Sosial .................................................................................. 57 4.3.1. Pendidikan ............................................................................. 57 4.3.2. Keadaan dan Keluarga Berencana .......................................... 58 4.3.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .................................... 59 4.4. Keadaan Perekonomian ..................................................................... 59 4.4.1. Struktur Perekonomian .......................................................... 59 4.4.2. Pendapatan Per Kapita ............................................................ 60 4.5. Keragaan Umum Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas ... 61 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 ...................................... 65 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 .................................. 65 5.2. Kinerja Ekonomi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 .................. 67 5.2.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010 ................................................................. 67 5.2.2. Output Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010 ................................................................. 70 5.2.3. Nilai Tambah Bruto Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010 ................................................................. 72 5.3. Kinerja Ekonomi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ..................... 73 5.3.1. Distribusi Upah dan Gaji Menurut Sektor dan Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral ........................................................... 74 5.3.2. Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja Menurut Rumah Tangga ................................................................................... 75 5.3.3. Distribusi Balas Jasa Faktor Produksi ................................... 77 5.3.4. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga (Disposable Income) 78 5.3.5. Distribusi Pengeluaran Rumah Tangga ................................. 80 5.3.6. Transfer Antar Institusi .......................................................... 81 5.4. Kinerja Ekonomi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ..................... 82 5.4.1. Neraca Pendapatan dan Pengeluaran Institusi ....................... 82 5.4.2. Neraca Kapital ....................................................................... 83 5.4.3. Neraca Luar Negeri (Luar Daerah) ........................................ 84 5.5. Peran Sektor Perkebunan Terhadap Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 .............................................................................. 85 5.5.1. Peran Sektor Perkebunan Terhadap Pembentukan Struktur
xix
Perekonomian Wilayah di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ....................................................................................... 88 5.5.2. Multiplier Effect Sektor Perkebunan Terhadap Perekonomian Wilayah di Kabupaten Musi Rawas ...................................... 89 5.5.3. Dekomposisi Nilai Pengganda Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian ................................................................................ 93 5.5.4. Analisis Jalur Struktural (Structural Path Analysis) Sektor Perkebunan ............................................................................ 101 5.6. Dampak Kebijaksanaan Pembangunan Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas .................................................................... 105 5.6.1. Analisis Pengganda Injeksi Pengeluaran Pemerintah pada Golongan Masyarakat dan Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas ........................................................................... 106 5.6.2. Simulasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Terhadap Sektor Pemerintahan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ......... 107 5.7. Simulasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Terhadap Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ........................................... 109 5.8. Analisis Kebocoran Wilayah Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas ...................................................................................... 112 5.8.1. Indikasi Kebocoran Wilayah Sektor Perkebunan Berdasarkan Rasio Pendapatan Tenaga Kerja yang Keluar Wilayah ......... 112 5.8.2. Indikasi Kebocoran Wilayah Sektor Perkebunan Berdasarkan Rasio Pendapatan Modal yang Keluar Wilayah .................. 113 5.8.3. Upaya-Upaya Mengatasi Kebocoran Wilayah di Kabupaten Musi Rawas ............................................................................ 114 5.9. Peranan Lembaga Pemasaran Pada Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas ...................................................................................... 116 VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 120 6.1. Simpulan ............................................................................................. 120 6.2. Saran ................................................................................................... 121 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 123 LAMPIRAN .................................................................................................. 127
xx
DAFTAR TABEL Tabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23
Halaman Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ……………………………………………………... Kontribusi PDRB Kabupaten Musi Rawas per sektor Tahun 2005 – 2010 (Berdasarkan Harga Berlaku, dalam persentase) ………... Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Musi Rawas Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005 – 2010 …………………………… Indeks Pembangunan Menusia Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009 …………………………………. Ringkasan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 – 2009 ………………………………. Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi ………………………... Kerangka Dasar SNSE Indonesia ………………………………. Metode Model Analisis SNSE ...................................................... Matrik Jenis, Tujuan, Metode, Variabel, Data dan Sumber Data dalam Penelitian ...................................................... Klasifikasi SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ………... Luas Tanah Berdasarkan Ketinggian Tempat di Kabupaten Musi Rawas …………………………………………………………… Luas Tanah Berdasarkan Kemiringan Lahan di Kabupaten Musi Rawas …………………………………………………………… Penggunaan Lahan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008-2010 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ……………………………………….. Komposisi Penduduk Kabupaten Musi Rawas menurut Jenis Kelamin Tahun 2004-2010 ……………………………………... Komposisi Penduduk Kabupaten Musi Rawas menurut Kelompok Umur Tahun 2010 …………………………………... Komposisi Penduduk menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 – 2010 ……………………………….. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Musi Rawas, 2008 ……………………………………………………………... Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Menurut Sektor Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Tahun 2007-2010 (Jutaan Rupiah) …… Pendapatan Per Kapita Kabupaten Musi Rawas Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Tahun 2007 – 2010 Luas Areal, Produksi dan Jumlah Rumah Tangga Perkebunan Rakyat di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ………………... Nilai Produksi Komoditas Subsektor Tanaman Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 dan Tahun 2010 (Juta Rp.) SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (10 x 10) (Rp Milyar) …………………………………………………………
2 4 5 6 7 24 25 28 30 42 47 47 51 54 55 56 57 59
60 61 62 63 66
xxi
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
46 47
48
Struktur Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010 (Juta Rp.) …………………………………… Output dan Nilai Tambah Bruto Menurut Sektor (Rp Juta) ……. Komposisi Output Sektor Perekonomian Kabupaten Musi Rawas 2010 ……………………………………………………………... Nilai Tambah Bruto Sektor Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan Harga Produsen Tahun 2010 ……………… Distribusi Upah dan Gaji Tenaga Kerja Menurut Sektor Usaha Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 …………………………… Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja Menurut Kelompok Rumah Tangga di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ………………... Distribusi Balas Jasa Faktor Produksi Berdasarkan Golongan Masyarakat ……………………………………………………… Struktur Pendapatan Rumah Tangga di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (dalam Juta Rp.) …………………………………… Struktur Pengeluaran Rumah Tangga di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (dalam Juta Rp.) …………………………………… Sumber Transfer Institusi di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Neraca Pendapatan dan Pengeluaran Institusi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Milyar Rupiah) ……………………………. Neraca Kapital Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Rp. Miliar) Neraca Luar Negeri Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Milyar Rupiah) ………………………………………………………….. Output Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Distribusi Output Subsektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ……………………………………………... Distribusi Nilai Tambah Bruto (NTB) Subsektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 …………………………… Kontribusi Sektor Perkebunan Terhadap Pembentukan Struktur Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 …………… Produktivitas Sektor Perkebunan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 …………………………………………………………….. Dampak Multiplier dalam Perekonomian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ……………………………………………... Analisis Multiplier SNSE Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas …………………………………………………………… Dekomposisi Multiplier Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian … Kontribusi Own, Open Loop dan Closed Loop Effect Terhadap Gross Output Multiplier Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian (dalam Persen) ………………………………………………….. Struktur Pengganda Pendapatan dari setiap Golongan Masyarakat Atas Injeksi Jenis Pengeluaran Pemerintah …………………….. Struktur Pengganda Output Atas Injeksi Jenis Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 ……………………………………………………... Dampak Simulasi Peningkatan Output Terhadap Sektor Pemerintahan Berdasarkan SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Rp. Juta) …………………………………………………..
68 70 71 73 75 76 77 79 80 81 83 84 85 86 86 87 88 89 90 90 94 98
106
107
108
xxii
49
50
51 52 53
Dampak Simulasi Peningkatan Output Terhadap Sektor Pertanian Berdasarkan SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Rp. Juta) ………………………………………………….. Dampak Simulasi Peningkatan Output Terhadap Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (dalam Juta Rupiah) ………………………………………………………….. Analisis Kebocoran Wilayah di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (dalam Milyar Rupiah) …………………………………… Pendapatan Tenaga Kerja Sektor Perkebunan yang Keluar Wilayah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Juta Rupiah) …... Nilai Rasio Pendapatan Modal Sektor Perkebunan yang Keluar Wilayah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 …………………..
109
111 113 114 114
xxiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Halaman
Arus Perputaran Pendapatan Ekonomi …………………………… Jalur Dasar dalam Analisis Jalur ………………………................. Sirkuit dalam Analisis Jalur ……………………………………… Bagan Alir Kerangka Penelitian ………………………………….. Peta Orientasi Kabupaten Musi Rawas …………………………... Peta Kemiringan Lahan di Kabupaten Musi Rawas ……………… Keadaan Tanah di Kabupaten Musi Rawas ..................................... Jenis Tanah di Kabupaten Musi Rawas ........................................... Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2009 – 2010 ..................................................................................... Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Musi Rawas ……………... Peta Kepadatan Penduduk di Kabupaten Musi Rawas …………… Rasio Murid Terhadap Guru Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Musi Rawas, 2009/2010 ……………………………... Peta Peruntukkan Lahan di Kabupaten Musi Rawas ……………... Jalur Struktural Untuk Komoditas Karet ke Rumah Tangga …….. Jalur Struktural Untuk Komoditas Sawit ke Rumah Tangga …….. Jalur Struktural Untuk Komoditas Kopi ke Rumah Tangga ……... Mekanisme Pemasaran Karet di Kabupaten Musi Rawas ………...
20 35 36 45 46 48 49 49 50 52 51 58 61 102 104 105 117
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Halaman
Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, Rp. Juta (54 x 54) ……………………………………………………... Pengganda Neraca Kabupaten Musi Rawas 2010 (54 x 54) … Nilai Sektor Produksi Untuk SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 …………………………………………………... SNSE Kabupetan Musi Rawas 2010, Rp. Milyar (10 x 10) …. Efek Transfer Antar Neraca Sendiri (Mr1) ………………… Pengganda Open Loop (Mr2) ………………………………... Pengganda Close Loop (Mr3) ………………………………..
127 136 145 146 147 155 164
1
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik dan lebih merata serta dalam jangka panjang agar dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Pembangunan juga merupakan serangkaian kegiatan yang
berkesinambungan selaras dengan intensitas dan aktivitas masyarakat dan pemerintahan. Dalam proses pembangunan, ketersediaan sumber daya merupakan prasyarat yang sangat diperlukan, seperti sumber daya alam (natural resource endowment), sumber daya manusia (human resources), sumber daya sosial dan sumber daya buatan.
Ketersediaannya perlu diarahkan untuk pencapaian
pertumbuhan (growth), efisiensi (efficiency) dan pemerataan (equity) serta keberlanjutan (sustainability), baik pada tingkatan nasional maupun regional (Anwar, 2005; Rustiadi et al., 2009).
Pembangunan berbasis pengembangan
wilayah memandang pentingnya keterpaduan intersektoral, interspasial, serta antar pelaku-pelaku pembangunan di dalam dan antar daerah.
Keterpaduan
intersektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional dan sinergi antar sektorsektor pembangunan, sehingga setiap program-program pembangunan dalam kelembagaan sektoral selalu dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah Peranan pertanian terutama perkebunan terhadap perekonomian di Indonesia masih cukup penting, baik sebagai sumber pendapatan bagi petani dan penyediaan lapangan kerja melalui kegiatan usaha tani, pengolahan, pemasaran dan perdagangan. Kabupaten Musi Rawas merupakan kabupaten terluas kedua di Provinsi Sumatera Selatan setelah Kabupaten Musi Banyu Asin. Kabupaten Musi Rawas yang berbasis pertanian-perdesaan memiliki variabilitas regional yang sangat beragam baik karakter fisik wilayah, aktivitas wilayah maupun karakteristik sosial ekonomi daerah. Kegiatan ekonomi Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2010, didominasi oleh sektor pertanian sebesar 40,50 persen dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 30,30 persen. Dalam pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Musi Rawas, peranan sektor pertanian merupakan sektor dominan terhadap pembentukan PDRB, yaitu sebesar 40,50 persen (BPS,
2
2011). Kabupaten Musi Rawas memiliki areal perkebunan yang luas dimana potensi pengembangan sektor perkebunan khususnya tanaman karet dan kelapa sawit di Kabupaten Musi Rawas didukung oleh potensi sumber daya alam yang melimpah dikarenakan Kabupaten Musi Rawas merupakan daerah agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan luas lahan yang digunakan untuk pertanian dari seluruh lahan yang ada di Kabupaten Musi Rawas sebanyak 36,65 persen digunakan untuk usaha pertanian yaitu untuk perkebunan sebesar 32,46 persen, persawahan sebesar 4,11 persen dan tambak/kolam sebesar 0,07 persen. Potensi lahan terbesar adalah hutan dengan luas mencapai 50,71 persen dari total wilayah dan selebihnya sebesar 12,65 persen digunakan untuk lahan perumahan/perkarangan, lahan sementara tidak diusahakan dan lainnya. Total luas areal tanaman perkebunan di Kabupaten Musi Rawas tahun 2011 adalah 390.612 Ha dengan rincian total luas areal perkebunan karet seluas 329.522 Ha, Kelapa Sawit seluas 32.849 Ha, Kopi seluas 4.000 ha dan Kelapa 24.241 Ha. Dari luasan sekitar 832.908 Ha kebun karet di Sumatera Selatan sekitar 26,36 persen terdapat di Kabupaten Musi Rawas, sedangkan sisanya menyebar di Kabupaten/kota lainnya. Tabel 1. Luas Areal, Produksi dan Jumlah Rumah Tangga Perkebunan Rakyat di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010
No A. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 B 1 2
Jenis Tanaman
Muda (TBM)
Luas Areal (Ha) Tidak Menghasilkan (TR/TT)
Perkebunan Rakyat Karet 2.840,50 202.481,50 K. Sawit 7.918,50 25.925,30 Kopi 1.103,50 2.056,15 Kelapa 381,91 1.882,95 Lada 3,50 0,00 K. Manis 63,00 48,25 Cengkeh 0,00 0,00 Pinang 63,70 110,45 Kakao 60,00 57,50 Kemiri 33,50 48,80 Mengkudu 3,00 5,00 Tembakau 0,00 2,50 Jahe 2,50 3,00 Perkebunan Besar Swasta Karet 18,00 40,00 K. Sawtit 0,00 138.042,77
Jumlah KK / Persh.
Ratarata Produksi (Ton/Ha)
Jumlah
Produksi (Ton)
54.199,50 954,00 841,00 175,90 0,00 3,00 2,50 20,70 7,00 6,75 0,00 0,00 0,00
329.521,95 34.440,00 40.006,00 2.340,75 3,50 114,25 2,50 194,85 124,50 89,05 8,00 2,50 5,50
245.003,15 321.473,72 2.076,71 2.223,90 0,00 52,30 0,00 78,58 74,52 40,20 10,00 1,25 6,75
126.527 13.722 3.717 25.716 35 155 21 1.069 192 417 25 36 43
1,21 12,40 1,01 1,18 0,00 1,08 0,00 0,71 1,29 0,82 2,00 0,50 2,25
62,00 0,00
120,00 138.041,77
31,20 880.722,92
0 19
0,78 6,90
Menghasilkan (TM)
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas, 2011
Untuk potensi sektor perkebunan, usaha perkebunan di Kabupaten Musi Rawas hampir seluruhnya merupakan usaha perkebunan rakyat dengan jenis tanaman beraneka ragam. Untuk tanaman karet, kelapa dan kopi pada umumnya
3
merupakan perkebunan rakyat, sedangkan kelapa sawit pada umumnya diusahakan oleh perkebunan swasta besar (PBS). Sampai saat ini, perkebunan kelapa sawit terbesa di Kabupaten Musi Rawas dikelola oleh PT. London Sumatera (PT. LONSUM) yang telah memiliki pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) di Kecamatan Muara Lakitan. Untuk perkebunan kelapa sawit milik petani, sebagian besar merupakan plasma dengan inti perusahaan besar. 1.2. Perumusan Masalah Adanya perubahan dan dinamika dari proses pembangunan mempengaruhi kontribusi suatu sektor terhadap PDRB suatu wilayah, dimana suatu sektor tertentu yang tadinya merupakan sektor andalan atau paling tidak merupakan sektor yang mendominasi dalam penyumbang PDRB, dengan adanya proses pembangunan yang berjalan, sektor tersebut akan mengalami perubahan baik dalam kontribusinya terhadap PDRB maupun di dalam penerapan kebijaksanaan pelaksanaannya, sehingga suatu sektor tertentu yang tadinya sesuai dengan arah kebijaksanaan daerah ditetapkan sebagai sektor unggulan dan andalan, akan tetapi sesuai dengan perkembangan pelaksanaan pembangunan, maka kebijaksanaan tersebut akan beralih ke sektor lain atau masih tetap, dimana kontribusinya terhadap PDRB sudah menurun atau sebaliknya. Seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Musi Rawas dimana pada tahun 2005, pangsa sektor pertambangan dan penggalian mendominasi perekonomian dan menjadi unggulan daerah, akan tetapi dengan berjalannya pembangunan ternyata mulai tahun 2006 sampai dengan sekarang, sektor tersebut bergeser menjadi kedua terbesar dan digantikan oleh sektor pertanian khususnya sektor perkebunan. Dalam Tabel 2. dibawah terlihat bahwa pangsa sektor pertambangan pada tahun 2005 menjadi sektor utama, tetapi pada tahun 2006, sektor pertanian menjadi sektor unggulan di Kabupaten Musi Rawas. Pada tahun-tahun berikutnya, dengan kondisi seperti ini sektor pertanian merupakan sektor andalan untuk meningkatkan pemerataan pendapatan dan mengurangi kesenjangan pendapatan masyarakat.
Dengan
demikian sektor yang mengalami kenaikan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Musi Rawas perlu memberikan sumbangan yang semakin meningkat terhadap pembangunan wilayah, begitu pula sebaliknya sektor yang mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB berarti memberikan andil yang semakin
4
menurun dalam pembangunan wilayah. Meskipun demikian sektor pertanian dan pertambangan masih menjadi andalan di Kabupaten Musi Rawas sampai dengan tahun 2010. Untuk melihat sekilas mengenai kontribusi sektor terhadap PDRB Kabupaten Musi Rawas per sektor atas dasar harga berlaku (ADHB) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kontribusi PDRB Kabupaten Musi Rawas per Sektor Tahun 2005 – 2010 (Berdasarkan Harga Berlaku, dalam persentase) No 1
2 3 4 5 6 7
8 9
Sektor Pertanian 1.1. Tanaman Bahan Makanan 1.2. Tanaman Perkebunan 1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.4. Kehutanan 1.5.Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi 7.1. Angkutan 7.2. Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa JUMLAH
2005 36,08 9,68 19,47 2,68 0,85 3,40 38,74 8,85 0,07 3,90 4,61 0,41 0,33 0,08
2006 37,69 10,30 20,48 2,86 0,68 3,37 36,69 9,11 0,08 3,85 4,73 0,46 0,38 0,08
Tahun 2007 2008 38,43 39,52 10,65 11,02 20,81 20,99 2,89 3,15 0,62 0,60 3,46 3,76 35,23 33,33 9,28 9,57 0,08 0,08 4,01 4,40 4,84 4,86 0,47 0,48 0,39 0,39 0,08 0,09
1,49
1,54
1,63
5,85 100,00
5,85 100,00
2009 38,38 10,91 20,12 3,11 0,59 3,65 34,55 9,03 0,08 4,64 4,83 0,50 0,40 0,10
2010 40,50 11,60 21,30 3,20 0,60 3,80 30,30 9,30 0,10 4,80 5,20 0,50 0,40 0,10
1,69
1,70
1,69
6,03 6,07 100,00 100,00
6,30 7,60 100,00 100,00
Rataan 38,43 10,69 20,53 2,98 0,66 3,57 34,81 9,19 0,08 4,27 4,85 0,47 0,38 0,09 1,62 6,28 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas 2011
Berdasarkan tingkat pertumbuhan, pada tahun 2010 sektor pertanian mengalami kenaikan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 7,29 persen. Selain itu sektor yang mengalami kenaikan diatas rata-rata pertumbuhan adalah sektor listrik, gas dan air, sektor bangunan, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa keuangan dan terakhir adalah sektor jasa-jasa. Berdasarkan Tabel 3. dibawah, pada tahun 2009 pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Musi Rawas sebesar 6,72 persen, dan pada tahun 2010 pertumbuhannya mengalami kenaikan menjadi 7,29 persen.
Selain itu,
tingkat pertumbuhan sektor pertanian selalu lebih besar dibanding pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya secara keseluruhan. Di kelompok sektor sekunder pada tahun 2010, beberapa sektor mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
sektor tersebut
diantaranya adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor
5
perdagangan, hotel dan restoran. Sementara itu, sektor lain seperti sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami kenaikan. Untuk sektor tersier pada tahun 2010, sektor yang naik diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan terdiri dari sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Pada tahun 2010 sektor angkutan dan komunikasi tetap naik jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sementara itu, sektor jasa-jasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami penurunan pertumbuhan yakni dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Tabel 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Musi Rawas Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005 – 2010 (dalam persentase) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Rata-rata Kabupaten Musi Rawas
2005 6,20 2,41 6,88 6,11 2,34 4,09 7,18 5,44 5,41 5,12
2006 7,11 3,36 6,67 6,80 3,34 5,09 6,40 4,94 4,64 5,37
Tahun 2007 2008 6,39 7,09 3,78 3,68 5,49 4,55 6,27 6,27 7,17 8,02 6,24 6,41 6,76 11,66 4,17 5,80 5,22 6,49 5,72 6,66
2009 6,72 3,93 4,82 7,35 8,72 4,13 10,93 6,06 6,24 6,54
2010 7,29 2,21 4,42 7,13 6,57 5,33 13,45 7,27 7,55 6,80
Rataan 6,80 3,23 5,47 6,66 6,03 5,22 9,40 5,61 5,93 6,04
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas 2011
Berdasarkan Tabel 3. jika ingin mendorong pembangunan bidang ekonomi di Kabupaten Musi Rawas, maka sektor pertanian dan industri pengolahan merupakan sektor kunci yang akan dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor lainnya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Musi Rawas. Oleh sebab itu, terlihat pentingnya peranan sektor pertanian terutama sektor perkebunan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga diharapkan agar pembuat kebijaksanaan (policy maker) dapat menetapkan kebijakannya secara tepat. Analisa ini perlu didukung oleh suatu sistem data dan alat analisis yang komprehensif. Sistem data yang ada pada saat ini umumnya bersifat agregat, PDRB misalnya, membutuhkan lebih banyak lagi informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengukur indikator distribusi seperti distribusi konsumsi, pendapatan, produksi dan jumlah tenaga kerja. Disamping itu juga dipandang perlu tersedianya suatu alat analisis yang komprehensif/menyeluruh yang dapat
6
mengkoordinasikan berbagai pola pengukuran ke dalam suatu wadah, sehingga dapat terlihat saling keterkaitan atau saling mempengaruhi antara berbagai pola tersebut beserta variabel-variabelnya.
Dengan demikian setiap kebijaksanaan
yang diambil dapat ditelusuri pengaruhnya terhadap bagian dari struktur sosial ekonomi masyarakat. Hal lain, meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi terus meningkat, namun terjadi penurunan distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga, meningkatnya jumlah pengangguran, meningkatnya jumlah keluarga di bawah garis kemiskinan. Menurut data dari BPS Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Musi Rawas memang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, angka IPM Kabupaten Musi Rawas baru mencapai 67,33, akan tetapi angka tersebut masih merupakan angka IPM terendah diantara kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, seperti terlihat pada Tabel 4. dibawah ini. Tabel 4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009 Wilayah Kab. OKU Kab. OKI Kab. Muara Enim Kab. Lahat Kab. Musi Rawas Kab. Musi Banyuasin Kab. Banyuasin Kab. OKU Selatan Kab. OKU Timur Kab. Ogan Ilir Kab. Empat Lawang Kota Palembang Kota Prabumulih Kota Pagar Alam Kota Lubuklinggau Sumatera Selatan
Angka Harapan Hidup 69,30 67,79 67,47 67,90 64,44 69,59 67,23 69,30 68,29 65,98 65,42 70,90 71,51 69,95 65,54 69,40
Angka Melek Huruf 98,43 95,24 98,81 97,59 96,51 96,54 96,24 97,80 94,67 97,47 97,28 98,69 98,66 98,24 98,33 97,21
Rata-rata lama sekolah 7,71 6,73 7,35 7,72 7,05 7,05 7,01 7,15 6,87 7,52 6,94 9,95 9,00 8,54 9,11 7,66
Daya Beli (000. Rp)
IPM
Peringkat IPM (Nasional)
Reduksi Shortfall
621,79 621,46 611,60 610,39 603,49 615,48 612,00 611,60 609,39 608,90 605,75 633,02 610,06 611,18 607,46 628,30
72,36 70,06 70,38 70,53 67,33 71,13 69,45 71,02 69,39 69,17 68,15 75,83 73,69 72,68 70,18 72,61
171 296 269 255 409 229 321 233 330 340 384 53 109 161 283 10
1,56 1,37 1,54 1,77 1,68 2,00 1,20 1,22 1,62 1,61 1,45 1,38 1,85 1,15 1,62 2,01
Sumber : Badan Pusat Statistik Jakarta, 2010
Meskipun kemudian pada tahun 2009, nilai IPM Kabupaten Musi Rawas meningkat menjadi 64,44, namun masih tergolong kedalam kategori menengah, sedangkan Palembang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan, merupakan kota yang memiliki IPM terbesar yakni sebesar 75,83, diikuti oleh Kota Prabumulih sebesar 73,69 dan Kota Pagar Alam sebesar 72,68.
Secara
keseluruhan Provinsi Sumatera Selatan memiliki peringkat 10 nasional dengan nilai IPM sebesar 72,61.
Adapun, angka harapan hidup di Kabupaten Musi
Rawas tahun 2009 sebesar 64,44 yang berarti bahwa rata-rata perkiraan usia yang
7
dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup untuk di Kabupaten Musi Rawas selama 64,44 tahun. Angka melek huruf untuk di Kabupaten Musi Rawas tahun 2009 adalah sebesar 96,51 yang berarti bahwa 96,51 persen penduduk di Kabupaten Musi Rawas yang berusia 15 tahun keatas dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Untuk angka rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Musi Rawas tahun 2009 sebesar 7,05 yang berarti bahwa penduduk usia 15 tahun ke atas menjalani pendidikan formal rata-rata selama 7,05 tahun. Untuk indeks daya beli masyarakat Kabupaten Musi Rawas tahun 2009 sebesar Rp. 603.490,- atau diatas batas minimum penghitungan penghitungan daya beli (PPP) yakni sebesar Rp. 360.000,-. Berikut ini juga disampaikan ringkasan dari IPM Kabupaten Musi Rawas tahun 2008 – 2009. Tabel 5. Ringkasan Indeks Pembangunan Menusia (IPM) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 – 2009
Tahun
Angka Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
Rata-rata lama sekolah
Daya Beli (000.Rp)
IPM
Shortfall
Peringkat IPM Kab. Musi Rawas Terhadap Nasional
2008
64,29
96,50
7,00
597,77
66,77
-
405
2009
64,44
96,51
7,05
603,49
67,33
1,68
409
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas 2010
Dari penjelasan Tabel 5. diatas terlihat bahwa potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Musi Rawas, dengan sumber daya yang melimpah dan memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan wilayahnya, namun disisi lain hal tersebut tidak dapat dinikmati oleh masyarakatnya yang ditandai dengan nilai IPM yang masih rendah, sehingga patut diduga bahwa Kabupaten Musi Rawas mengalami kebocoran wilayah (regional leakages), dimana pendapatan wilayahnya berkurang akibat adanya aliran uang yang keluar (capital outflow) dan tidak dapat dinikmati oleh masyarakat sendiri. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka diperlukan penelitian yang mampu menganalisis sektor andalan pembangunan dan kemajuannya agar dapat dinikmati secara nyata oleh masyarakat Kabupaten Musi Rawas. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini :
8
1.
Bagaimanakah
peranan
dan
kontribusi
sektor
perkebunan
terhadap
pembangunan daerah Kabupaten Musi Rawas ? 2.
Bagaimana indikasi dan potensi kebocoran wilayah (regional leakages) sektor perkebunan serta dampaknya terhadap perekonomian wilayah di Kabupaten Musi Rawas ?
3.
Bagaimana peranan kelembagaan, khususnya lembaga pemasaran pada sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas ?
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka penelitian ini ditujukan
untuk: 1.
Menganalisis peranan sektor perkebunan terhadap pembangunan daerah di Kabupaten Musi Rawas.
2.
Menganalisis indikasi dan potensi kebocoran wilayah sektor perkebunan serta dampaknya terhadap perekonomian wilayah di Kabupaten Musi Rawas.
3.
Menganalisis peranan lembaga pemasaran pada sektor perkebunan. Untuk mencapai semua tujuan diatas, salah satu alat analisa yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model Social Accounting Matrix (SAM) atau di Indonesia dikenal dengan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Analisis terhadap SNSE diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam merumuskan strategi kebijaksanaan pembangunan di Kabupaten Musi Rawas agar tercapai kesejahteraan masyarakat serta dapat dijadikan sebagai acuan.
9
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Wilayah dan Perwilayahan Suatu wilayah terkait dengan beragam aspek, sehingga definisi baku mengenai wilayah belum ada kesepakatan di antara para ahli. Sebagian ahli mendefinisikan wilayah dengan merujuk pada tipe-tipe wilayah, ada pula yang mengacu pada fungsinya, dan ada pula yang berdasarkan korelasi yang kuat diantara unsur-unsur (fisik dan non fisik) pembentuk suatu wilayah. Sehingga, pengertian wilayah tidak hanya sebatas aspek fisik tanah, namun juga aspek lain seperti biologi, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan. Menurut Rustiadi et al. (2007) wilayah didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik (tertentu) dimana komponen-komponen wilayah tersebut (subwilayah) satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.
Keragaman dalam mendefinisikan
konsep wilayah terjadi karena perbedaan dalam permasalahan ataupun tujuan pengembangan wilayah yang dihadapi. Kenyataannya, tidak ada konsep wilayah yang benar-benar diterima secara luas.
Para ahli cenderung melepaskan
perbedaan-perbedaan konsep wilayah terjadi sesuai dengan fokus masalah dan tujuan-tujuan pengembangan wilayah.
Menurut Budiharsono (2005), wilayah
dapat dibagi menjadi: (1) wilayah homogen; (2) wilayah nodal; (3) wilayah perencanaan; dan (4) wilayah administratif. Berbeda dengan pengklasifikasian diatas, Rustiadi et al. (2007) berpendapat bahwa kerangka klasifikasi konsep wilayah yang lebih mampu menjelaskan berbagai konsep yang dikenal selama ini adalah (1) wilayah homogen (uniform); (2) wilayah sistem/fungsional, dan (3) wilayah perencanaan/pengelolaan (planning region atau programming region). Dalam pendekatan klasifikasi konsep wilayah ini, wilayah nodal dipandang sebagai salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem.
Sedangkan dalam
kelompok konsep wilayah perencanaan, terdapat konsep wilayah administratifpolitis dan wilayah perencanaan fungsional.
10
Wilayah homogen adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa saja beragam (heterogen). Dengan demikian wilayah homogen tidak lain adalah wilayah-wilayah yang diidentifikasikan berdasarkan adanya sumber-sumber kesamaan atau faktor perincinya yang menonjol di wilayah tersebut. Berbeda dengan konsep wilayah homogen, konsep wilayah fungsional justru menekankan perbedaan dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. Pengertian wilayah sebagai suatu sistem dilandasi atas pemikiran bahwa suatu wilayah adalah suatu entitas yang terdiri atas komponen-komponen atau bagian-bagian yang memiliki keterkaitan, ketergantungan dan saling berinteraksi satu sama lain dan tidak terpisahkan dalam kesatuan. Setiap sistem selalu terbagi atas dua atau lebih subsistem, dan selanjutnya setiap subsistem terbagi atas bagian-bagian yang lebih kecil lagi. Suatu subsistem atau bagian dapat membutuhkan masukan (input) dari subsistem atau bagian yang lainnya, dan keluaran (output) suatu subsistem/bagian tersebut dapat digunakan sebagai input subsistem/bagian lainnya, dan seterusnya. Wilayah sistem kompleks memiliki jumlah/kelompok unsur penyusun serta struktur yang lebih rumit. Konsep-konsep wilayah sistem kompleks dapat dibagi atas wilayah sebagai (1) sistem ekologi (ekosistem); (2) sistem sosial; (3) sistem ekonomi atau gabungan atas dua atau lebih sistem. Sebagai suatu sistem ekologi, secara geografis permukaan bumi terbagi atas berbagai bentuk ekosistem, seperti ekosistem hutan, ekosistem padang rumput, ekosistem laut, dan sebagainya. Sistem perwilayahan administrasi terkait sangat erat pada sistem pemerintahan beserta perangkat-perangkatnya. administratif,
juga
dikenal
berbagai
Di luar sistem perwilayahan perwilayahan-perwilayahan
perencanaan/pengelolaan yang tidak terlalu struktural melainkan sebagai unit-unit koordinasi atau pengelolaan yang terfokus pada tujuan-tujuan dan penyelesaianpenyelesaian masalah tertentu, seperti kawasan otorita Daerah Aliran Sungai (DAS), Free Trade Zone, dan lain-lain.
Dari sudut pandang yang lain,
pengembangan konsep wilayah dan penerapannya pada dunia nyata akan menghasilkan suatu perwilayahan.
Permukaan bumi akan terbagi-bagi atas
berbagai wilayah sesuai dengan konsep wilayahnya. Perbedaan konsep wilayah
11
yang diterapkan menghasilkan perbedaan unit-unit atau batas-batas wilayah yang dihasilkan. Perwilayahan tidak lain merupakan cara atau metode klasifikasi yang berguna untuk mendeskripsikan fenomena, termasuk di dalam menggambarkan hubungan antara manusia dengan sumber daya yang dimanfaatkannnya di atas permukaan bumi.
Keragaman dan perbedaan karakteristik sumberdaya-
sumberdaya serta perilaku dan cara-cara manusia memanfaatkannya di atas dunia ini dapat dijelaskan dan disederhanakan dengan pengklasifikasian spasial. Dengan demikian, klasifikasi spasial (perwilayahan) tidak lain merupakan alat (tools) untuk mempermudah menjelaskan keragaman dan berbagai karaktersitik fenomena yang ada atau singkatnya merupakan alat untuk “memotret” kehidupan nyata yang beragam secara spasial. Sebagai alat deskripsi, konsep perwilayahan merupakan bagian dari konsep-konsep alami, yakni sebagai alat mendeskripsikan hal-hal yang terjadi secara alamiah di dalam kehidupan. Di sisi lain, konsep perwilayahan juga merupakan alat untuk perencanaan/pengelolaan (konsep non alamiah). Perwilayahan digunakan sebagai alat untuk mengelola dan mencapai tujuan-tujuan pembangunan. Kebijakan perwilayahan digunakan untuk penerapan pengelolaan (manajemen) sumberdaya yang memerlukan pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan karakterstik spasial. 2.2. Pembangunan Wilayah Definisi pembangunan oleh para ahli dapat bermacam-macam, namun secara umum bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan.
Secara sederhana menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004),
pembangunan diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Rustiadi et al. (2007) berpendapat bahwa secara filosofis suatu proses pembangunan
dapat
diartikan
sebagai
upaya
yang
sistematik
dan
berkesinambungan, untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. Selanjutnya Todaro (2003) menyatakan bahwa pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-
12
institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan sebagai suatu proses perubahan tidak terlepas dari perencanaan, sehingga perencanaan pembangunan didefinisikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan atau aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik. Namun demikian suatu perencanaan pembangunan sangat terkait dengan unsur wilayah atau lokasi dimana suatu aktivitas kegiatan dilaksanakan, sehingga Riyadi dan Bratakusumah (2004) mendefinisikan perencanaan pembangunan wilayah sebagai suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah dan lingkungan dalam wilayah/daerah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumberdaya yang ada dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap tapi tetap berpegang pada azas prioritas. Menurut Sumodiningrat (1999) pembangunan daerah dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu pembangunan sektoral, pembangunan wilayah, dan pembangunan pemerintahan.
Dari segi pembangunan sektoral, pembangunan
daerah merupakan pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan atau pembangunan sektoral, seperti pertanian, industri dan jasa yang dilaksanakan di daerah.
Pembangunan sektoral dilaksanakan di daerah
sesuai dengan kondisi dan potensinya. Dari segi pembangunan wilayah, meliputi perkotaan dan perdesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Dari segi pemerintahan, pembangunan daerah merupakan usaha untuk mengembangkan dan memperkuat pemerintah daerah untuk makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggungjawab. Pembangunan daerah di Indonesia memiliki dua aspek yaitu bertujuan memacu pertumbuhan ekonomi dan sosial di daerah yang relatif terbelakang dan untuk lebih memperbaiki dan meningkatkan kemampuan daerah dalam melaksanakan
13
pembangunan
melalui
kemampuan
menyusun
perencanaan
sendiri
dan
pelaksanaan program serta proyek secara efektif. 2.3. Kebocoran Wilayah (Regional Leakage) Pembangunan yang dilaksanakan di suatu daerah pada dasarnya ditunjukkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah (region) tersebut tanpa melupakan tujuan pembangunan nasional.
Kegagalan dalam
melaksanakan kegiatan pembangunan akan terlihat apabila laju pertumbuhan ekonomi meningkat, namun tingkat pendapatan masyarakat masih rendah. Implikasinya bahwa kegiatan pembangunan belum mampu menciptakan spread effect maupun trackling down effect yang memihak kepada masyarakat. Menurut Anwar (1992), kegiatan pembangunan seringkali bersifat eksploitasi dengan menggunakan teknologi yang padat modal dan kurang memanfaatkan tenaga kerja setempat, sehingga manfaatnya bocor keluar. Lebih lanjut dikatakan, multiplier yang ditimbulkan kurang dapat ditangkap secara lokal dan regional, sehingga penduduk setempat seolah-olah (as if) menjadi penonton. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya disparitas terhadap pembangunan atau tingkat pertumbuhan suatu wilayah sehingga kemampuan wilayah dalam mengelola barang dan jasa, baik dalam bentuk barang jadi maupun setengah jadi akan berbeda. Tingkat kebocoran suatu wilayah dapat ditandai dengan tingginya keterkaitan kebelakang (backward linkage) sedang keterkaitan kedepannya (forward linkage) cenderung rendah dan juga berkaitan dengan rendahnya dampak pengganda (multiplier effect), karena nilai tambah (value added) yang semestinya dapat ditangkap wilayah tersebut justru manfaatnya diambil wilayah lain. Menurut Anwar (1995) beberapa hal yang dapat mengakibatkan tingginya tingkat kebocoran wilayah antara lain : 1.
Sifat Komoditas Komoditas yang bersifat eksploitasi umumnya yang natural resources mempunyai kecenderungan mengalami kebocoran wilayah yang tinggi apabila dalam sistem produksinya membutuhkan persyaratan-persyaratan tertentu, baik kualitas sumberdaya manusia, teknologi yang dipakai, kedekatan dengan pasar maupun persyaratan lainnya yang mengakibatkan
14
aktivitas ekonomi suatu komoditas yang berasal dari suatu wilayah dilaksanakan di wilayah lain, sehingga nilai tambahnya sebagian besar ditangkap wilayah lain. 2.
Sifat Kelembagaan Salah satu sifat kelembagaan yang utama adalah menyangkut kepemilikan (owners), karena berkaitan dengan tingkat kebocoran wilayah yang terjadi. Faktor pemilikan lahan juga berpengaruh terhadap persyaratan dalam penerimaan tenaga kerja walaupun hal ini tidak secara nyata, namun sering terlihat bahwa pemilik yang berasal dari luar daerah misalnya warga negara Indonesia atau warga negara dalam mengambil keputusan atau kebijaksanaan akan berbeda jika dibandingkan dengan yang berasal daerah setempat. Pada umumnya yang berasal dari luar daerah lebih mementingkan profit
sedangkan yang berasal dari daerah setempat yang dipentingkan selain profit, juga sosial budaya yang ada di daerah tersebut harus lebih terjamin kelangsungannya. Tingkat kebocoran suatu wilayah dapat dilihat dari komposisi impornya, baik impor sebagai input antara maupun sebagai input dari komponen permintaan akhir.
Biasanya untuk mengukur tingkat kebocoran wilayah
digunakan rasio input antara yang berasal dari impor dengan total input. 2.3.1. Isu-Isu Kebocoran Wilayah Dalam bidang ekonomi regional, isu-isu tentang kebocoran wilayah merupakan salah satu hal penting yang sering menjadi perhatian para ahli ekonomi wilayah. Untuk mendapatkan jawaban mengapa kebocoran wilayah dipermasalahkan dalam bidang ekonomi regional, beberapa literatur menjelaskan seperti Rustiadi et al. (2009) bahwa kebocoran wilayah dapat mendorong semakin besarnya perangkap kemiskinan serta dapat mendorong semakin lebarnya ketimpangan ekonomi antar wilayah. Selain itu ditinjau dari tujuan pembangunan yang perlu diarahkan pada pertumbuhan (growth), efisiensi (effeciency) dan pemerataan (equity) serta berkelanjutan (sustainability), terutama dalam memberi panduan kepada alokasi sumber daya, baik pada tingkat nasional maupun regional (Anwar, 2005).
Maka terjadinya kebocoran wilayah dapat menghambat laju
pertumbuhan pembangunan wilayah. Sedangkan Hayami (2001), menjelaskan
15
bahwa pertumbuhan ekonomi perlu memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengannya serta perlu dilihat dari peningkatan rata-rata nilai tambah per kapita (pendapatan) yang diwujudkan melalui peningkatan penggunaan sumberdaya per kapita dan/atau “kemajuan teknologi” sebagai peningkatan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat, baik melalui input tenaga kerja, modal dan sumberdaya alam dalam periode tertentu, dengan “nilai tambah” yang didistribusikan ke pemilik sumberdaya sebagai pendapatannya, sehingga secara agregasi pendapatan masyarakat dapat menjadi pendapatan wilayah. Karena dalam pembangunan ekonomi wilayah peningkatan nilai tambah dan pendapatan, merupakan sasaran pentingnya yang perlu dilakukan. Dengan demikian sehingga terjadi kebocoran nilai tambah tentu mempengaruhi pendapatan wilayah. Artinya kebocoran wilayah dapat merugikan pembangunan ekonomi wilayah. Hal tersebut sesuai dengan Bendavid (1991), menjelaskan bahwa
dalam
pembangunan
ekonomi
wilayah,
multiplikasi
pendapatan
merupakan inti dari proses pertumbuhan ekonomi. Terjadi kebocoran nilai tambah sehingga multiplier yang dihasilkan dari pembangunan ekonomi disuatu wilayah akan semakin kecil, atau dengan kata lain semakin besar kebocoran yang terjadi maka semakin besar multiplier pendapatan yang hilang. Dari berbagai konsep diatas dapat dipahami alasan mengapa para ahli ekonomi regional melihat kebocoran wilayah sebagai persoalan dalam pembangunan ekonomi wilayah. Selain itu, Gonarsyah (1977) menjelaskan bahwa kecilnya pendapatan suatu wilayah dapat mendorong terjadinya kesenjangan dan ketidakadilan serta dapat mengurangi tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, terutama ketidakpercayaan pada kemauan baik (good will) dan kemampuan pemerintah dalam mengelola sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan menciptakan pembangunan yang merata. Dengan kata lain terjadinya kebocoran wilayah dapat mengakibatkan kecilnya pendapatan suatu wilayah. Kecilnya pendapatan mendorong kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, dan pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan wilayah. Lingkaran perangkap kemiskinan suatu wilayah dapat semakin diperburuk dengan adanya kebocoran modal keluar wilayah (regional leakages). Kebocoran ini terjadi akibat adanya, international and interregional demonstration effect,
16
yakni sifat masyarakat tertinggal cenderung mencontoh pola konsumsi dikalangan masyarakat modern. Wilayah-wilayah yang lebih maju memperkenalkan produkproduk yang mutunya “lebih baik” sehingga wilayah-wilayah masyarakat tradisional mengimpor dan mengkonsumsi barang-barang tersebut. Akhirnya sejumlah modal yang telah terakumulasi bukan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan membeli produk lokal tetapi justru bocor keluar wilayah. Dengan demikian, wilayah yang sudah lebih dulu maju dan semakin cepat perkembangan ekonominya, sedangkan wilayah yang terbelakang perkembangannya tetap lamban bahkan cenderung menurun. Kemudian Rustiadi et al. (2009) juga menjelaskan bahwa beberapa kekuatan penting yang menyebabkan kondisi kebocoran wilayah diantaranya yakni : (a) wilayah-wilayah yang telah lebih maju menciptakan keadaan yang “menghambat” perkembangan wilayah-wilayah yang masih terbelakang (back wash effects); (b) Wilayah-wilayah yang telah lebih maju menciptakan keadaan yang “mendorong” perkembangan wilayah-wilayah yang masih terbelakang (spread effects). Selain itu fenomena backwash pada kawasan perdesaan dan daerah-daerah tertinggal berlangsung melalui beberapa tahap aliran, seperti : (1) aliran bahan mentah/bahan baku (sumberdaya alam), (2) Aliran sumberdaya manusia berkualitas/produktif (brain drain), (3) aliran sumberdaya finansial (capital outflow), (4) aliran sumberdaya informasi, dan (5) Aliran kekuasaan (power). Selain itu dari sisi sumberdaya terjadi proses”brain drain” dalam arti mengalirnya intelektual perdesaan ke kota atau disedotnya intelektual-intelektual desa oleh perkotaan. Rendahnya kapasitas sumber daya manusia perdesaan akibat mengalirnya sumber daya manusia berkualitas kekawasan perkotaan dari satu sisi dan terkonsentrasinya aktivitas-aktivitas pengelolaan yang menghasilkan nilai tambah tinggi di kawasan perkotaan yang didukung oleh sumber daya manusia yang lebih produktif, dan mengakibatkan terjadinya aliran konsentrasi kapital ke perkotaan.
Lemahnya kapasitas produksi kawasaan perdesaan menyebabkan
masyarakat desa semakin tergantung pada konsumsi produk-produk manufaktur perkotaan. Akibat output barang/jasa yang dihasilkan dikawasan perdesaan bersifat inferior terhadap produk-produk olahan dari perkotaan, sehingga
17
menyebabkan perdesaan mengalami net-capital outflow, atau dalam kondisi demikian berarti desa mengalami “kebocoran”. Kemudian Anwar (2004) menjelaskan bahwa beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kebocoran wilayah antara lain karena : (1) sifat komoditas yang bersifat eksploitatif. Seperti pada umumnya natural resources mempunyai kecenderungan mengalami kebocoran wilayah yang tinggi apabila dalam sistem produksinya membutuhkan persyaratan-persyaratan tertentu, baik kualitas sumber daya manusia, teknologi yang dipakai, kedekatan dengan pasar maupun persyaratan lainnya yang mengakibatkan aktivitas ekonomi suatu komoditas yang berasal dari suatu wilayah dilaksanakan diwilayah lain, sehingga sebagian besar nilai tambah ditangkap wilayah lainnya, (2) sifat kelembagaan yang menyangkut kepemilikan (owners). Dari berbagai isu dalam kebocoran wilayah sehingga dapat diartikan bahwa kebocoran wilayah merupakan isu penting yang memiliki peran dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah tentu semakin kecil, atau dengan kata lain semakin besar kebocoran yang terjadi maka semakin besar potensi multiplier pendapatan bagi suatu wilayah yang hilang. Dengan lain perkataan bahwa untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah maka perlu menekan tingkat kebocoran wilayah. Menurut Rustiadi (2009), adanya usaha-usaha yang modalnya dimiliki oleh orang-orang diluar wilayah mengakibatkan sebagian dari nilai tambah yang dihasilkan pada akhirnya bocor mengalir keluar atau biasa disebut capital outflow. Sebaliknya, modal yang masuk ke dalam wilayah (capital inflow), dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di suatu wilayah. Adapun selisih dari aliran capital (net capital inflow) di suatu wilayah dapat bernilai negatif atau positif, dimana wilayah-wilayah yang mengalami net capital inflow yang negatif berarti mengalami kebocoran wilayah (regional leakages). 2.4.
Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Suatu
kerangka
statistik
(statistical
framework)
yang
dapat
menggabungkan berbagai indikator atau ukuran pembangunan sudah sejak lama menjadi bahan pemikiran para ahli statistik dan perencana pembangunan. Indikator-indikator atau ukuran-ukuran pembangunan yang selama ini tersedia, seperti ukuran-ukuran produksi, pendapatan, pengeluaran, konsumsi, tersusun
18
secara terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Richard Stone dan kawan-kawan dari Universitas
Cambridge,
Inggris
merupakan
salah
satu
perintis
yang
mengusahakan penggabungan berbagai ukuran-ukuran ekonomi yang terpisahpisah tersebut ke dalam suatu neraca ekonomi nasional (national accounting framework).
Hasil karya Stone dan kawan-kawan tersebut kemudian
dipublikasikan oleh United Nations (1947) dengan judul Measurement of National Income and Construction of Social Accounts (SNA),yang kemudian digunakan sebagai referensi oleh banyak negara untuk melakukan kompilasi statistik pendapatan nasional.
Pada periode setelah perang dunia kedua, strategi
pertumbuhan ekonomi merupakan strategi yang banyak dirujuk oleh banyak negara dalam melakukan pembangunan ekonomi.
Target utama strategi
pertumbuhan ekonomi tersebut adalah peningkatan output sektor-sektor ekonomi yang dominan sehingga dengan demikian pendapatan nasional negara bersangkutan akan meningkat. Selanjutnya melalui proses penetasan ke bawah (trickle down effect) hasil-hasil pembangunan yang diperoleh dengan strategi pertumbuhan ekonomi kemudian diharapkan akan mengalir kepada masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat secara umum menjadi meningkat. Namun,
pengalaman
yang
diperoleh
oleh
banyak
negara
yang
mengaplikasikan strategi pertumbuhan ekonomi adalah bahwa satu sisi strategi pertumbuhan ekonomi memang meningkatkan pendapatan nasional, tetapi pada sisi lain strategi pertumbuhan nasional memunculkan masalah lain yang cukup serius,
diantaranya
adalah
masalah
ketidakmerataan
pendapatan
dan
pengangguran. Dari pengalaman tersebut, banyak negara mulai memperhatikan masalah pemerataan pendapatan dan ketenagakerjaan dalam melaksanakan pembangunan. Untuk dapat memantau masalah pemerataan pendapatan, banyak konsepsi yang telah direkomendasikan oleh para ahli, diantaranya adalah pengukuran ketidakmerataan pembangunan atau distribusi pendapatan dengan menggunakan indeks Gini (Gini index), ukuran Bank Dunia, ataupun dengan menggunakan kurva Lorenz. Sedangkan permasalahan pengangguran dipantau dengan
menggunakan
ukuran
unemployment
rate,
yaitu
ukuran
yang
membandingkan jumlah penduduk yang menganggur dengan mereka yang bekerja.
19
Social Accounting Matrix (SAM) atau yang dikenal juga sebagai Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) merupakan salah satu cara yang lain untuk memantau masalah pemerataan atau distribusi pendapatan dan masalah ketenagakerjaan di suatu wilayah baik negara ataupun bagian suatu negara (propinsi, kabupaten). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini digunakan analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE), dengan alasan : (1) SNSE mampu menggambarkan secara komprehensif struktur perekonomian daerah, keterkaitan di antara aktivitas produksi, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi, perdagangan luar negeri, dan yang lebih lebih utama distribusi pendapatan. Karena itu model SNSE dapat menjelaskan keterkaitan antara permintaan, produksi dan pendapatan dalam suatu perekonomian wilayah; (2) SNSE memberikan suatu kerangka kerja yang dapat menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian wilayah. Hal ini menjadi sangat penting mengingat data-data sosial ekonomi banyak dikeluarkan oleh instansi-instansi yang berbeda dan disimpan dengan format yang berbeda pula; dan (3) Melalui SNSE dapat dihitung multiplier perekonomian yang sangat berguna untuk mengukur dampak dari pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pertanian terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan yang menggambarkan struktur perekonomian secara menyeluruh (Daryanto et al. 2010). 2.4.1. SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) adalah suatu sistem data yang memuat data-data sosial dan ekonomi dalam sebuah perekonomian (Thorbecke, 1988). Menurut Pyatt dan Round (1988), SNSE itu merupakan suatu kerangka data yang bersifat keseimbangan umum (general equilibrium) yang dapat
menggambarkan
perekonomian
secara
menyeluruh
dan
dapat
menghubungkan berbagai aspek sosial dan ekonomi dalam negara yang bersangkutan.
Sumber-sumber data untuk membuat SNSE adalah dari Tabel
Input Output (I-O), statistik pendapatan nasional, serta statistik pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.
Oleh karena itu, SNSE kelihatan lebih lengkap
dibandingkan tabel input output dan statistik pendapatan nasional, dengan menunjukkan berbagai jenis transaksi dalam suatu perekonomian. Tabel input-
20
output hanya merekam transaksi ekonomi tanpa menunjukkan latar belakang sosial dari pelaku transaksi tersebut.
Sementara SNSE berupaya melakukan
klasifikasi berbagai institusi berdasarkan latar belakang sosial-ekonomi pada suatu perekonomian atau aktivitas fungsional (Chowdhury dalam Daryanto 2010). Sadoulet dan de Janvry (1995) juga mengatakan bahwa model SNSE ini sesungguhnya merupakan perluasan dari model I-O. Dengan demikian ruang lingkup pemotretannya jauh lebih luas dan terperinci dibandingkan dengan model I-O. Yang dipaparkan dalam model I-O hanyalah arus transaksi ekonomi dari sektor produksi ke sektor faktor-faktor produksi, rumah tangga, pemerintah, perusahaan, dan luar negeri. disagregasi secara lebih rinci.
Sedangkan dalam model SNSE hal tersebut di Misalnya, rumah tangga dapat di disagregasi
berdasarkan tingkat pendapatan; atau kombinasi dari tingkat pendapatan dan lokasi pemukiman, dan seterusnya, Disamping itu dalam model SNSE dapat dimasukkan beberapa variabel makroekonomi, seperti pajak, subsidi, modal dan sebagainya, sehingga model SNSE dapat menggambarkan seluruh transaksi makroekonomi, sektoral dan institusi secara utuh dalam sebuah neraca. Keunggulan lain dari model SNSE dibanding dengan model I-O adalah bahwa model SNSE mampu menggambarkan arus distribusi pendapatan dalam perekonomian. Nilai Tambah
Tabungan Faktor Pasar
Aktivitas aktivitas
Pajak Rumah Tangga
Konsumsi Antara
Penjualan
Sektor Swasta
Pemerintah Transfer Barang Jadi
Komoditas Pasar Import
eksport
Transaksi Luar Negeri
Transfer Tarif Pajak Tdk Langsung
Gambar 1. Arus Perputaran Pendapatan Ekonomi
Modal
21
Perbedaan lain yang cukup mendasar adalah dalam SNSE aktivitas faktorfaktor produksi, rumah tangga dan perusahaan ditempatkan sebagai variabel endogen. Sehingga dampak dari suatu kegiatan ekonomi tidak terbatas pada aktivitas produksi saja namun juga pada aktivitas faktor produksi, rumah tangga dan perusahaan.
Dalam Gambar 1. dapat kita lihat bagaimana sirkulasi
pendapatan yang terjadi dalam suatu perekonomian telah membentuk suatu sistem. Dalam sistem ini, institusi rumah tangga menjadi fokus perhatian utama karena menggambarkan berlangsungnya distribusi kesejahteraan rumah tangga menurut karakteristik ekonomi rumah tangga, sosial, geografis maupun sifat-sifat demografisnya.
Sedangkan, faktor produksi tenaga kerja dan modal
menggambarkan distribusi pendapatan kepada buruh tani, pemilik tanah, pemilik modal. Dan sektor produksi menggambarkan lapangan usaha penghasil barang dan jasa yang menjadi sumber pendapatan. Dari gambar ini kelihatan jelas bahwa sumber pendapatan bagi perusahaan dan rumah tangga (di luar transfer pemerintah) pada intinya berasal dari dua pasar, yaitu pasar komoditas dan pasar faktor produksi.
Perusahaan memperoleh pendapatan dari pasar komoditas,
sedangkan rumah tangga dari pasar faktor. Sementara pemerintah memperoleh pendapatannya dari pajak. 2.4.2. Kerangka Dasar Sistem Neraca Sosial Ekonomi Salah satu tujuan menyusun SNSE adalah memperluas gambaran sistem pendapatan nasional atau System of National Account (SNA), melalui cara penggabungan SNA dengan data distribusi pendapatan. Dalam pengertian in, SNSE memberikan sebuah metode yang bisa mengubah SNA dari statistik produksi menjadi statistik pendapatan, dengan cara demikian akhirnya SNSE itu lebih terfokus kepada pembahasan mengenai tingkat kesejahteraan dari kelompokkelompok sosial ekonomi yang berbeda (McGrath, 1987).
Menurut Wagner
dalam Daryanto (2010), ada tiga keuntungan menggunakan model SNSE dalam suatu perencanaan ekonomi. Pertama, SNSE mampu menggambarkan struktur perekonomian, keterkaitan antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi, serta perdagangan luar negeri. Ini berarti model SNSE dapat menjelaskan keterkaitan antara permintaan, produksi, dan pendapatan di dalam suatu kawasan perekonomian. Kedua, SNSE
22
dapat memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian wilayah. Ketiga, dengan SNSE dapat dapat dihitung multiplier perekonomian wilayah yang berguna untuk mengukur dampak dari suatu aktivitas terhadap produksi, distribusi pendapatan, dan permintaan yang menggambarkan struktur perekonomian. Sementara BPS (2003) mengemukakan bahwa perangkat SNSE dapat digunakan sebagai data sosial ekonomi yang menjelaskan mengenai : 1.
Kinerja pembangunan ekonomi suatu negara, seperti distribusi Produk Domestik Bruto (PDB), konsumsi, tabungan dan sebagainya.
2.
Distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci menurut faktor-faktor produksi diantaranya tenaga kerja dan modal.
3.
Distribusi pendapatan rumah tangga yang dirinci menurut berbagai golongan rumah tangga.
4.
Pola pengeluaran rumah tangga
5.
Distribusi tenaga kerja menurut sektor atau lapangan usaha dimana mereka bekerja, termasuk distribusi pendapatan tenaga kerja yang mereka peroleh sebagai kompensasi atas keterlibatannya dalam proses produksi. Di samping itu, SNSE juga merupakan suatu sistem kerangka data yang
dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu model ekonomi dan juga sebagai dasar analisis, baik untuk analisis parsial (partial equilibrium) maupun analisis keseimbangan umum (general equilibrium) dalam melakukan analisis kebijakan. SNSE pada dasarnya merupakan sebuah matrik berbentuk bujursangkar yang menggambarkan arus moneter dari berbagai transaksi ekonomi.
Dimana
kolomnya menjelaskan pengeluaran (expenditure), sedangkan baris menunjukkan penerimaan (receipt).
Salah satu karakteristik yang fundamental dari SNSE
adalah kemampuannya untuk menyajikan secara komprehensif dan konsisten mengenai hubungan-hubungan ekonomi pada tingkatan produksi dan faktorfaktor, serta institusi, yang terdiri dari pemerintahan, rumah tangga dan swasta. Ada enam tipe neraca dalam sebuah matrik SNSE yang lengkap yaitu, (1) aktivitas, (2) komoditas (commodities), (3) faktor-faktor produksi (tenaga kerja dan modal), (4) institusi domestik yang terdiri dari rumah tangga (household), perusahaan (firms), pemerintah (government), (5) modal, dan (6) rest of the world
23
(Sadoulet dan de Janvry, 1995; Thiele dan Piazolo, 2002), lihat Tabel 6. Lima neraca pertama dikelompokkan sebagai neraca endogen, sedangkan neraca keenam menjadi neraca eksogen yang dapat mempengaruhi besar kecilnya perubahan neraca endogen ketika dilakukan injeksi pada neraca tersebut. Kerangka dasar SNSE Indonesia memiliki 4 neraca utama, yaitu: (1) neraca faktor produksi, (2) neraca institusi, (3) neraca sektor produksi, dan (4) neraca eksogen yang terdiri dari neraca modal dan rest of the world (ROW) (Daryanto, 2001). Masing-masing neraca tersebut menempati lajur baris dan kolom. Perpotongan antara suatu neraca dengan neraca lainnya memberikan arti tersendiri, perhatikan Tabel 6. Neraca faktor-faktor produksi, termasuk didalamnya adalah tenaga kerja dan modal.
Dibaca secara baris, neraca ini memperlihatkan penerimaan-
penerimaan yang berasal dari upah dan sewa, selain itu juga menggambarkan pendapatan remitance dan pendapatan modal.
Sedangkan secara kolom
menunjukkan adanya revenue yang didistribusikan ke rumah tangga sebagai pendapatan tenaga kerja, distribusi ke perusahaan dan keuntungan yang bukan dari perusahaan, serta keuntungan perusahaan setelah dikurangi pembayaran pemerintah. pemerintahan.
Neraca institusi mencakup rumah tangga, perusahaan dan Dalam hal ini rumah tangga akan didisagregasi kedalam
kelompok-kelompok sosial ekonomi yang
saling berbeda tingkatannya.
Penerimaan rumah tangga antara lain datang dari pendapatan faktor-faktor produksi, berbagai macam bentuk transfer seperti transfer pendapatan diantara rumah tangga itu sendiri, transfer pendapatan dari pemerintah, dari perusahaan (biasanya berupa asuransi), atau dari luar negeri. Sementara itu pengeluaran rumah tangga ditunjukkan untuk konsumsi barang-barang dan pajak pendapatan, serta sebagian dimasukkan untuk saving dalam neraca modal. Pada perusahaan, penerimaannya berasal dari keuntungan yang diperoleh dan sebagian dari transfer, sedangkan pengeluarannya kepada pembayaran pajak dan transfer.
Untuk
pemerintah, pengeluarannya berupa subsidi, konsumsi barang dan jasa, transfer ke rumah tangga dan perumahan.
Sebagian juga berupa saving.
Disisi lain
penerimaannya berasal dari pajak dan transfer pendapatan dari luar negeri.
24
Tabel 6. Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi BELANJA 1
PENDAPATAN
Aktivitas
3. Faktor Tenaga Kerja Modal
Komoditas
3 Tenaga Kerja
4 Modal
Rumah Tangga
Swasta
Penjualan Domestik
1. Aktivitas 2. Komoditas
2
Pemerintah
5 Neraca Modal
Subsidi Ekspor Konsumsi Rumah Tangga
Permintaan antara
Belanja Pemerintah
6 Transaksi Luar Negeri Ekspor
Faktor Pendapatan dari Luar
Rent
Total Produksi Permintaan Domestik
Investasi
Upah
7
PDB pada faktor pengeluaran
4. Institusi Pendapatan Tenaga Kerja
Rumah Tangga
Swasta
Pemerintah
Pajak Nilai Tambah
Pajak Tarif tdk langsung
Pajak jaminan sosial
Keuntungan yang dibagikan
Transfer Antar Rumah Tangga
Keuntungan yang tdk dibagikan
Transfer
Pajak keuntungan
Pajak langsung
Pajak
Tabungan Rumah Tangga
Tabungan Swasta
5. Neraca Modal 6. Transaksi Luar Negeri Total
Impor
Produksi
Persediaan Domestik
Transfer
Transfer
Pendapatan Rumah Tangga
Transfer
Pendapatan Swasta Pendapatan Pemerintah
Tabungan Pemerintah
Transfer Modal
Faktor Pembayaran Pengeluaran Faktor Produksi
Total Tabungan Impor
Pengeluaran Rumah Tangga
Pengeluaran Swasta
Pengeluaran Pemerintah
Total Investasi
Pinjaman Transaksi Mata Uang Asing
Sumber : Daryanto (2011)
24
25
Neraca aktivitas (activity) atau sektor produksi (production) merupakan neraca yang menjelaskan transaksi pembelian bahan-bahan mentah, barangbarang antara dan sewa untuk memproduksi suatu komoditas. Dibaca secara kolom semua transaksi tersebut merupakan pengeluaran yang meliputi permintaan antara, upah, sewa, dan value added dari pajak. Sedangkan pada baris semua transaksi dianggap sebagai penerimaan yang meliputi penjualan domestik, subsidi ekspor dan penerimaan. Neraca terakhir adalah neraca eksogen yang memuat neraca modal, dan transaksi luar negeri atau rest of world. Dalam neraca modal, dari sisi penerimaan (secara baris) berupa pemasukan dalam bentuk tabungan rumah tangga, swasta dan pemerintah. Sementara dari sisi pengeluaran (secara kolom), pada neraca komoditas berupa investasi.
Transaksi antara domestik
dengan luar negeri, transfer pendapatan dari faktor-faktor produksi dan transfer ke luar negeri. Jumlah pengeluaran dan penerimaan pada masing-masing neraca haruslah sama. Hal ini menujukkan bahwa dalam tabel SNSE selalu terdapat keseimbangan dari masing-masing neraca. Tabel 7. Kerangka Dasar SNSE Indonesia Pengeluaran Faktor 1 0
Penerimaan
Neraca Endogen
Faktor Produksi
Institusi
Sektor Produksi
Neraca Endogen Institusi 2 0
1
2
4
Jumlah
5
Neraca Eksogen 4 X1 Pendapatan Faktor Produksi dari Luar Negeri X2 Transfer dari luar negeri
T21 Alokasi pendapatan faktor ke institusi 0
T22 Transfer antar institusi
T32 Penerimaan Domestik
T33 Penerimaan antara
X3 Ekspor dan Investasi
L1 Alokasi Pendapatan faktor ke luar negeri Y’1 Distribusi pengeluaran faktor
L2 Tabungan pemerintah swasta dan rumah tangga Y’2 Distribusi pengeluaran institusi
L3 Impor dan pajak tak langsung
L4 Transfer lainnya
Y’3 Total Input
Y’4 Total Pengeluaran lainnya
3
Neraca Eksogen
Sektor 3 T13 Alokasi Nilai Tambah ke Faktor Produksi 0
Jumlah 5 Y1 Distribusi Pendapatan Faktorial Y2 Distribusi pendapatan institusional Y3 Total output menurut sektor produksi Y4 Total Penerimaan Neraca lainnya
Sumber : Sutomo (1995)
Penjelasan singkat mengenai arti kerangka SNSE sebagaimana disajikan oleh Tabel 7. adalah sebagai berikut :
26
Baris 1 :
Baris ini menjelaskan mengenai pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal, sebagai akibat adanya proses ekonomi dalam suatu wilayah. Perpotongan antara baris 1 dengan kolom 3 (T13), menunjukkan alokasi nilai tambah (Produk Domestik Bruto atau PDB) kepada faktor-faktor produksi.
Sub-matrik ini disebut juga sub-matrik distribusi
pendapatan
faktorial
(factorial
income
distribution),
yang
menjelaskan mengenai distribusi pendapatan yang diterima oleh berbagai
faktor
produksi
dari
berbagai
sektor
produksi.
Perpotongan baris 1 dengan kolom 4 (T14) menjelaskan mengenai pendapatan faktor produksi yang diterima dari luar negeri. Baris 2 :
Baris ini menjelaskan mengenai pendapatan berbagai institusi (salah satunya adalah rumah tangga). Salah satu pendapatan rumah tangga adalah yang berasal dari upah dan gaji serta pendapatan kapital (seperti bunga, surplus usaha, sewa rumah). Upah dan gaji serta pendapatan kapital merupakan pendapatan rumahtangga yang berasal dari balas jasa terhadap faktor-faktor produksi tenaga kerja dan kapital yang diberikan oleh rumahtangga.
Hal ini telah
digambarkan oleh perpotongan antara baris 1 dengan kolom 3 (T13) sebagaimana dijelaskan diatas. Pendapatan berupa upah dan gaji serta pendapatan kapital tersebut kemudian dibawa kepada rumahtangga dari mana faktor produksi tersebut berasal. Distribusi upah dan gaji serta pendapatan kapital ini digambarkan oleh perpotongan baris 2 dengan kolom 1 (T21). Dengan perkataan lain, sub-matrik ini merupakan mapping dari sub-matrik pendapatan faktor-faktor produksi (upah dan gaji serta pendapatan kapital) kepada berbagai golongan rumahtangga. Perpotongan antara baris 2 dengan kolom 2 (T22) dan dengan kolom 4 (X2) masing-masing menjelaskan
transfer
yang
diterima
oleh
institusi
(seperti
rumahtangga) dari institusi lain dan dari luar negeri. Penjumlahan semua pendapatan pada baris 2 (Y2) menjelaskan total pendapatan yang diterima oleh rumahtangga.
Pada tingkat rumahtangga
27
(sebagai bagian dari institusi), sub-matrik ini juga disebut sebagai sub-matrik distribusi pendapatan rumahtangga. Baris 3 :
Baris ini menjelaskan, antara lain, mengenai penerimaan berbagai sektor sebagai akibat dari penjualan barang dan jasa yang dihasilkan kepada konsumen.
Penerimaan ini dapat berasal dari: a. hasil
penjualan barang dan jasa kepada konsumen akhir di dalam negeri (digambarkan oleh perpotongan antara baris 3 dengan kolom 2 (T32)); b. hasil dari penjualan barang dan jasa sebagai input antara (intermediate inputs) di dalam negeri yang akan diolah kembali untuk menghasilkan barang dan jasa lainnya (digambarkan oleh perpotongan antara baris 3 dengan kolom 3 (T33)); dan c. hasil penjualan barang dan jasa ke luar negeri atau ekspor atau pun penggunaan barang yang dihasilkan sebagai barang modal (digambarkan oleh perpotongan antara baris 3 dengan kolom 4 (X3)).
Penjumlahan seluruh sub-matrik ini menunjukkan total
output yang dihasilkan oleh suatu wilayah (Y3) Baris 4 :
Perpotongan baris 4 dengan kolom-kolom 1, 2, 3, dan 4 menunjukkan bermacam-macam pengertian.
Hal ini disebabkan
karena neraca lainnya (baris 4) merupakan neraca gabungan yang sebenarnya dapat dirinci sesuai dengan kebutuhan. Pada kerangka SNSE Kabupaten Musi Rawas neraca ini dibagi atas 3 bagian yaitu pertama adalah neraca kapital, kedua adalah neraca pajak tidak langsung neto dan ketiga adalah neraca luar negeri. Untuk membangun sebuah struktur SNSE banyak dibutuhkan data. Secara umum data-data tersebut dapat diperoleh dari Biro Pusat Statistik masing-masing negara. Kemudian, untuk melakukan disagregasi pada setiap neraca yang berbeda kita membutuhkan tiga kumpulan data. Pertama, neraca aktivitas dan komoditas, biasanya dapat diambil dari tabel transaksi Input-Output.
Kedua, disagregasi
value added dari pendapatan tenaga kerja dan keuntungan perusahaan, yang diperoleh melalui survey tenaga kerja dan keuntungan perusahaan, yang diperoleh melalui survey tenaga kerja dan sensus sektoral.
Paling sulit disini adalah
sewaktu mengukur sektor-sektor aktivitas yang informal, namun sebenarnya dapat
28
diidentifikasikan melalui survei industri.
Dan terakhir, ketiga, penentuan
pendapatan dan pengeluaran institusi perusahaan dan rumah tangga.
Hal ini
merupakan pekerjaan yang paling sulit juga sewaktu membentuk struktur SNSE. Dari sisi pengeluaran kita bisa mendapatkannya melalui survei konsumsi yang ada, pajak yang tersedia pada anggaran belanja negara.
Akan tetapi untuk
penerimaan, harus melakukan survei rumah tangga. Jika hal ini tidak tersedia, maka dapat dikompromikan dengan menggunakan data-data survei pengeluaran keluarga, atau distribusi pendapatan penduduk kota dan perdesaan, atau dari sterdapat dalam neraca nasional.
Transfer antar pemerintah dan perusahaan,
tersedia di statistik pemerintahan (Sadoulet dan de Janvry, 1995). 2.4.3. Metode Analisis Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE merupakan sebuah matrik yang merangkum sosial ekonomi secara menyeluruh. Neraca-neraca tersebut di kelompokan menjadi dua bagian yaitu kelompok neraca-neraca endogen dan kelompok-kelompok neraca eksogen. Secara garis besar kelompok neraca-neraca endogen di bagi kedalam tiga blok, yaitu : (1) blok neraca faktor produksi; (2) blok neraca institusi, dan (3) blok neraca aktivitas (kegiatan produksi). Ketiga blok tersebut selanjutnya disebut sebagai blok faktor produksi, blok institusi dan blok kegiatan produksi. Tabel 8. Metode Model Analisis SNSE
PENERIMAAN
PENGELUARAN Neraca Endogen
Faktor Produksi Neraca Institusi Endogen Kegiatan Produksi Neraca Eksogen Total
Faktor Produksi
Institusi
Kegiatan
Neraca Eksogen
Total
0
0
T13
T14
Y1
T21
T22
0
T24
Y2
0
T32
T33
T34
Y3
T41 Y1
T42 Y2
T43 Y3
T44 Y4
Y4
Pada Tabel 8. diatas pada sub matrik T13 menunjukkan alokasi nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor produksi ke faktor-faktor produksi sebagai balas jasa bagi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut, seperti upah dan gaji sebagai balas jasa bagi penggunaan faktor produksi tenaga kerja. Sub
29
matrik T21 menunjukan alokasi pendapatan faktor produksi ke berbagai institusi, umumnya terdiri dari rumah tangga, pemerintah dan perusahaan. Dengan kata lain, matrik ini merupakan matrik yang merekam distribusi pendapatan dari faktor produksi ke berbagai institusi. Sub matrik T22 menunjukan transfer pembayaran antar institusi. Misalnya pemberiaan subsidi dari pemerintah kepada rumah tangga, perusahaan kepada rumah tangga, atau pembayaran transfer dari rumah tangga ke rumah tangga. Sub matrik T32 menujukan permintaan terhadap barang dan jasa oleh institusi, sub matrik tersebut menujukan uang yang dibayarkan pihak institusi ke sektor produksi untuk membeli barang dan jasa yang dikonsumsi. Submatrik T33 menujukan permintaan barang dan jasa antara industri atau transaksi antar sektor produksi. Selain submatrik-submatrik tersebut, SNSE juga mencatat submatrik transaksi transaksi ekonomi di sektor perbankan dan transaksi ekonomi dengan pihak luar wilayah. Dalam menggunakan SNSE, perhitungan matrik pengganda (analisis multiplier) dan dekomposisi matrik pengganda merupakan suatu metode atau langkah penting yang akan digunakan. Dengan mendapatkan matrik pengganda dari SNSE maka dapat dilihat dampak dari suatu kebijaksanaan terhadap berbagai sektor didalam suatu perekonomian, termasuk didalamnya dampak suatu kebijaksanaan terhadap distribusi pendapatan. Dekomposisi matrik pengganda tersebut dilakukan untuk memperjelas proses penggandaan dalam suatu perekonomian, dengan kata lain dekomposisi matrik pengganda dapat menunjukan tahapan dampak yang terjadi akibat penerapan sebuah kebijaksanaan terhadap berbagai sektor disuatu perekonomian. Matrik dekomposisi pengganda dibagi menjadi tiga yaitu matrik pengganda transfer, matrik pengganda open loop, dan matrik pengganda closed loop, serta sering juga digunakan matrik pengganda neraca, yang dapat menjelaskan dampak yang terjadi pada neraca endogen akibat perubahan neraca eksogen. Analisis Pengganda (Multiplier) Untuk melakukan analisis pengganda (multiplier), digunakan analisis pengganda neraca (accounting multiplier) dan pengganda harga tetap (fixed price multiplier). Analisis accounting multiplier, merupakan analisis yang sama dengan
30
pengganda untuk Matrik Leontief dalam analisis Input-Output.
Sedangkan
analisis
multiplier,
fixed
price
multiplier
berbeda
dengan
accounting
perbedaannya terletak pada respons rumah tangga terhadap perubahan dalam neraca
eksogen
dengan
(expenditure propensity).
memperhitungkan
kecenderungan
pengeluaran
Pyatt dan Round (1985) dalam Rustiadi (2009),
melakukan dekomposisi terhadap pengganda neraca dengan formula sebagai berikut : Ma =
M3.M2.M1
dimana : M1
= Pengganda transfer, menunjukan pengaruh dari satu blok pada dirinya sendiri.
M2
= Pengganda open loop atau cross-effect, yang merupakan pengaruh dari suatu blok ke blok yang lain. Karena injeksi pada salah satu sektor dalam sebuah blok tertentu akan berpengaruh terhadap sektor lain diblok yang lain setelah melalui keseluruhan sistem dalam blok yang tersebut.
M3
= Adalah pengganda closed loop, merupakan pengaruh dari suatu blok yang lain, untuk kemudian kembali pada blok semula. Matrik pengganda neraca menunjukkan perubahan neraca endogen sebesar
Ma sebagai akibat dari adanya perubahan neraca eksogen sebesar 1 unit, misal kenaikan permintaan sektor padi untuk diekspor ke luar negeri. Model pengganda neraca dapat didekati dengan pendekatan rata-rata dengan pendekatan rata-rata (average) dan pendekatan marjinal (marginal). a. Pendekatan rata-rata: Average expenditure propensity (Matrik A)
0 T
=
0
A13
A21 A22
0
0
A32 A33
Dimana Aij = TijY-1 dan Y-1 adalah matrik diagonal dari nilai-nilai jumlah kolom. Matrik ini menunjukan pengaruh langsung dari perubahan yang terjadi pada sebuah sektor terhadap sektor lain, seperti : Y = AY+X,
31
atau, Y=(I-A)-1X Jika Ma = (I-A)-1X, maka Y=Ma.X Ma, biasa disebut sebagai pengganda neraca (accounting multiplier), yang merupakan pengganda dan menunjukan pengaruh perubahan pada sebuah sektor terhadap sektor lainnya setelah melalui keseluruhan sistem SNSE. b. Pendekatan Marjinal Marginal Expenditure Propensity dapat didekati dengan menggunakan Matrik C, seperti:
0 C
=
0
C13
C 21 C 22
0
0
C32 C33
Sehingga diperoleh formula: dY
= C dY + dX
dY
= (I-C)-1 dX
dY
= Mc dX
c. Hubungan Matrik C dan Matrik A Mc disebut sebagai pengganda harga tetap (fixed price multiplier) atau dapat dirumuskan dengan : cij= ijaij dimana;
ij
= elastisitas pengeluaran sektor j untuk sektor i
cij
= elemen matrik C
dY
= elemen matrik A
Dekomposisi Pengganda Neraca Dekompisisi
pengganda
neraca
dilakukan
untuk
memperlihatkan
tahap/proses perubahan neraca endogen yang diakibatkan oleh perubahan neraca eksogen secara jelas. Proses perubahan tersebut melalui:
32
a.
Pengganda Transfer (Transfer Multiplier) Menggambarkan dampak yang terjadi di dalam set neraca itu sendiri
sebagai akibat adanya injeksi terhadap salah satu sektor dalam set neraca tersebut. Misalnya kenaikan permintaan terhadap padi akan menyebabkan kenaikan output sektor padi itu sendiri serta output sektor-sektor produksi lainnya. Kenaikan output sektor padi itu sendiri dan output sektor-sektor lainnya tersebut merupakan hasil dari adanya pengganda transfer yang bekerja di dalam set neraca produksi. Ma1 adalah pengganda transfer yang menunjukan pengaruh dari satu blok pada diri sendiri. Ma1 = (1-A0)-1 dimana : A0
= Adalah matrik diagonal dari matrik A, yaitu 0
A
=
0
0
0
0
A2222
0
0
0
A33
Sehingga matrik pengganda transfer (Ma1) dalam bentuk matrik dapat dinyatakan sebagai berikut : 0 0
A
=
0
0 (1 A22 ) 0
0
0 1
0 (1 A23 )
1
Dengan adanya pengganda transfer (Ma1) maka dapat diketahui pengaruh injeksi pada suatu sektor terhadap sektor lain dalam satu blok yang sama, setelah melalui keseluruhan sistem didalam blok tersebut berpengaruh kepada blok lain. Dalam matrik Ma1 diatas dapat diketahui besarnya pengganda pada masingmasing blok. Pada blok kegiatan produksi misalnya, besarnya pengganda transfer adalah (1-A33)-1. Ini berarti bahwa setiap injeksi pada salah satu sektor produksi akan berpengaruh pada sektor produksi yang lain sebesar injeksi tersebut, yang dikalikan dengan (I-A33)-1 tidak lain adalah Matrik Kebalikan Leontief. Pada blok institusi, besarnya pengganda transfer adalah (I-A22)-1. Ini berarti setiap injeksi pada salah satu institusi akan berpengaruh pada institusi yang lain sebesar injeksi tersebut, dikalikan dengan (I-A22)-1. Sedangkan pada blok faktor produksi, besarnya, besarnya pengganda transfer adalah i. Hal tersebut
33
berarti bahwa injeksi pada salah satu faktor produksi hanya akan berpengaruh terhadap faktor produksi yang diinjeksi tersebut, tidak terhadap faktor produksi lain. Misalnya dilakukan injeksi terhadap tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji diperdesaan sebesar Rp.100, maka yang bertambah hanyalah penerimaan bagi tenaga kerja penerima upah dan gaji di perdesaan itu sendiri, sebesar Rp.100. Sedangkan faktor produksi yang lain tidak mengalami perubahan. b. Pengganda Open Loop Menggambarkan dampak yang terjadi pada suatu set neraca sebagai akibat adanya perubahan pada salah satu sektor dalam set neraca lain. Misalnya kenaikan permintaan padi akan menyebabkan kenaikan permintaan terhadap tenaga kerja. Di sini terlihat bahwa perubahan pada neraca sektor padi yang berada dalam set neraca produksi, menyebabkan perubahan pada set neraca sektor tenaga kerja yang berada dalam set neraca lain, yaitu neraca faktor produksi. Perubahan ini terjadi berkat adanya pengganda open loop. Ma2 adalah pengganda open loop atau cross-effect, yang merupakan pengaruh dari satu blok ke blok yang lain. Injeksi pada salah satu sektor dalam sebuah blok tertentu akan berpengaruh terhadap sektor lain di blok yang lain setelah melalui keseluruhan sistem dalam blok yang lain. Matrik tersebut didefinisikan sebagai berikut : Ma2 =
(1-A*+A*2)
atau,
0 A*
c.
=
Ma2
= Ma1
0
0
0 A2222
0
0
A33
0
Pengganda Closed Loop Menggambarkan dampak yang terjadi pada suatu set neraca yang
diakibatkan oleh adanya perubahan pada set neraca lain, dimana perubahan pada set neraca lain tersebut sebelumnya merupakan dampak pada perubahan pada set neraca yang pertama, sehingga dampak ini merupakan dampak yang kembali pada set neraca semula. Misalnya, kenaikan permintaan sektor padi (set neraca produksi), mengakibatkan kenaikan sektor output padi (set neraca produksi), selanjutnya menaikkan permintaan sektor tenaga kerja (set neraca faktor
34
produksi), sehingga pendapatan tenaga kerja (set neraca institusi meningkat), dan berikutnya konsumsi rumah tangga akan naik pula yang akan diikuti dengan meningkatnya permintaan akan padi (set neraca produksi). Ma3 adalah pengganda closed loop, menggambarkan pengaruh dari suatu blok ke blok yang lain, yang kemudian kembali pada blok semula. Matrik pengganda tersebut didefinisikan sebagai berikut : Ma3 =
(1-A*3)-1
dimana : Ma3 merupakan matrik diagonal, dengan diagonal utamanya secara berurutan dari kiri atas ke kanan bawah berisi (1-A*13A*32A*A*21)-1, (1-A*21A*13A*32)-1 dan (1-A*32A*21A*13)-1. Artinya injeksi pada salah satu faktor produksi akan berpengaruh pada sektor-sektor lain pada blok institusi, kemudian berpengaruh pada blok kegiatan produksi, dan akhirnya berpengaruh kembali kepada sektor-sektor dalam blok faktor produksi. Demikian pula dengan blok institusi dan kegiatan produksi. Injeksi pada salah satu sektor dalam blok institusi pada akhirnya akan berpengaruh closed loop pada sektor-sektor dalam blok institusi itu sendiri, setelah berpengaruh pada blok kegiatan produksi dan faktor produksi, dengan pengganda sebesar (1-A*21A*13A*32)-1. Distribusi Pendapatan Neraca Endogen Pada distribusi pendapatan neraca endogen akan dianalisis jumlah pendapatan seperti: jumlah pendapatan faktor produksi Y1=T13+X1, jumlah pendapatan institusi Y2=T21+T22+X2, dan jumlah pendapatan kegiatan produksi Y3=T32+T33+X3 Distribusi Pengeluaran Neraca Endogen Pada distribusi pengeluaran neraca endogen akan dianalisis jumlah pengeluaran seperti jumlah faktor produksi Y1’+T21+L1, jumlah pengeluaran institusi
Y2’=T22+T32+L2,
dan
Y3’=T13+T33+L3, dengan, Matrik T ;
jumlah
pengeluaran
kegiatan
produksi,
35
0 T
=
0
T13
T21 T22
0
0
T32 T33
Analisis Jalur Struktural (Structural Path Analysis) Menurut Defourny dan Thorbecke (1988) dalam Hafizrianda (2010) metode dekomposisi yang konvensional tidak mampu untuk menguraikan multiplier ke dalam transaksi komponennya atau untuk mengidentifikasi transaksi dengan menyertakan suatu keterkaitan secara berurutan. Dekomposisi multiplier yang konvensional hanya mampu menguraikan pengaruh-pengaruh dalam dan antara neraca endogen saja.
Dalam structural path analysis (SPA) kita bisa
melacak interaksi dalam suatu perekonomian yang dimulai dari suatu sektor tertentu dan berakhir pada sektor tertentu lainnya.
Metode SPA mampu
menunjukkan bagaimana pengaruh transmisi dari satu sektor ke sektor yang lainnya secara bersambungan dalam suatu gambar. Didalam SPA, masing-masing elemen pada multiplier SNSE dapat didekomposisi kedalam pengaruh langsung, total dan global.
Jadi, pada dasarnya SPA itu adalah sebuah metode yang
dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainnya dalam suatu sistem sosial ekonomi. Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya tersebut dapat melalui sebuah jalur dasar (elementary path) atau sirkuit (circuit). Disebut jalur dasar apabila jalur tersebut melalui sebuah sektor tidak lebih dari satu kali, seperti terlihat pada Gambar 2. dibawah ini. j
x
y
atau i
i
j
Gambar 2. Jalur Dasar dalam Analisis Jalur Misalkan sektor i mempengaruhi sektor j. Pengaruh dari i ke j bisa terjadi secara langsung, bisa pula terjadi melalui sektor-sektor lain, katakanlah x dan y. Apabila dalam jalur i ke j tersebut i, x, y, dan j hanya dilalui satu kali maka hal
36
seperti ini disebut sebagai jalur dasar.
Ada kalanya suatu sektor, setelah
mempengaruhi sektor yang lain, pada akhirnya akan kembali lagi mempengaruhi sektor itu sendiri. Misalkan pengaruh sektor i ke j di atas ternyata belum selesai. Jika j mempengaruhi z, dan z mempengaruhi i, maka jalur dari i ke x ke y ke j ke z dan kembali ke i disebut sirkuit. Dalam jalur ini setiap sektor dilalui hanya satu kali, kecuali i. sektor i dilalui dua kali, yakni pada awal jalur dan pada akhir jalur, lihat Gambar 3. dibawah ini. x
y
j i
z
Gambar 3. Sirkuit dalam Analisis Jalur 2.5. Analisis Kelembagaan Analisis ini merupakan analisis yang dilakukan secara mikro, melalui analisis ini akan dibahas bentuk-bentuk organisasi kelembagaan yang dapat memberikan gambaran keadaan masyarakat, baik untuk mengetahui penyebab rendahnya tingkat kesejahteraan yang disebabkan oleh tidak ada atau tidak berfungsinya kelembagaan yang ada, juga sekaligus mengetahui model kelembagaan apa yang paling cocok atau paling baik sebagai pemecahan organisasi kelembagaan dalam upaya menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat seperti peningkatan produktifitas tenaga kerja, pendapatan dan lainnya terutama bagi masyarakat yang memiliki lahan.
Untuk mengetahui bentuk organisasi
kelembagaan yang ada di lokasi penelitian, maka dilakukan : (1) Analisis
biaya-biaya
transaksi,
yaitu
dengan
menghitung
(mengkuantifikasikan) biaya-biaya transaksi dalam bentuk kerjasama atau koordinasi yang terjadi antara masyarakat lokal dengan pihak-pihak lainnya, dari praproduksi sampai pada pemasaran hasil produksinya. (2) Untuk lebih mempertegas analisis kelembagaan ini, kemudian akan dilakukan pula analisis dari interaksi masyarakat dalam sistem kelembagaan tersebut,
37
yang mana dalam hal ini dilakukan untuk melihat apakah model lahan komunal (milik masyarakat secara bersama) merupakan model yang sesuai untuk mengembangkan pengelolaan lahan yang didasarkan pada pelibatan masyarakat dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan keberlanjutan manfaatnya.
Untuk itu digunakan pendekatan analisis
deskriptif (description analysis) yaitu dengan menelaah hubungan-hubungan yang saling berkaitan dengan sistem kelembagaan, yang dilihat dengan ukuran pendapatan masyarakat, produktifitas lahan, penilaian masyarakat pada bentuk pengelolaan yang dilakukan, dan partisipasi mereka dalam pola yang dikembangkan tersebut. Kemudian untuk mengetahui bentuk dan pola aktivitas pengelolaan lahan masyarakat, dalam hal ini dilakukan : (1) Analisis secara deskriptif (descriptive analysis), untuk melihat usaha tani yang dilakukan di lokasi penelitian dan bagaimana pola pengusahaannya. (2) Untuk mengetahui informasi tentang peran serta (partisipasi) masyarakat lokal, dilakukan pengukuran secara deskriptif kualitatif.
Caranya adalah
dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung ke lapangan. 2.6.
Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian mengenai pembangunan wilayah dengan
menggunakan analisis SNSE dan peran komoditas perkebunan terhadap pembangunan wilayah telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil bahwa pengembangan komoditas perkebunan memberikan efek multiplier kepada perekonomian wilayah.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Sutomo (1995)
mengenai kemiskinan rumahtangga dan pembangunan ekonomi wilayah di Provinsi Riau dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggunakan alat analisis SNSE menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan per kapita rumah tangga di Provinsi Riau tahun 1990 lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi NTT, selain itu distribusi pendapatan kedua provinsi dalam keadaan yang sangat tidak merata.
Untuk kemiskinan di wilayah Provinsi NTT banyak disebabkan
miskinnya wilayah bersangkutan sehingga menjadi terbatas dalam melakukan kegiatan ekonominya, sedangkan untuk kemiskinan di Provinsi Riau ditinjau dari
38
sisi wilayahnya kemiskinan disebabkan karena adanya kebocoran regional. Selain itu, penelitian yang dilaksanakan oleh Hadi (2001) yang menggunakan alat analisis SNSE mengenai kebijaksanaan pembangunan di Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur menunjukkan bahwa sektor ekonomi di Indonesia bagian Timur mempunyai ketergantungan lebih besar terhadap sektor ekonomi di Indonesia Bagian Barat. Hasil penelitian dari Hafizrianda (2007) di Provinsi Papua mengenai dampak pembangunan sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan dan perekonomian regional dengan menggunakan metode SNSE menemukan bahwa pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian mampu memperbaiki distribusi pendapatan di Propinsi Papua karena dari sebagian besar kebijakan pertanian yang disimulasikan mencakup kebijakan dalam bidang investasi dan ekspor, hasilnya dapat mengurangi ketimpangan pendapatan dalam perekonomian Papua. Selanjutnya Model SNSE digunakan oleh Aris (2011) untuk meneliti dampak pengembangan perkebunan kelapa rakyat terhadap kemiskinan dan perekonomian di Kabupaten Indragiri Hilir menemukan bahwa sektor kelapa memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan output, PDRB dan penyerapan tenaga kerja, dengan kontribusi sebesar 13,44 persen terhadap output total wilayah, sebesar 17,86 persen terhadap PDRB total wilayah dan sebesar 27,92 persen terhadap serapan tenaga kerja total wilayah. Selain itu, penelitian oleh Ramdani (2003), bahwa analisis Input-Output sektor tanaman perkebunan di Kabupaten Musi Rawas belum jenuh, yang tercermin dari nilai output multiplier sektor perkebunan sebesar 1,63 dan nilai pengganda pendapatan sebesar 1,32. Hal ini juga menunjukkan bahwa produk tanaman perkebunan sudah sebagian besar diolah sebelum dipasarkan sehingga meningkatkan nilai tambah produk sektor ini. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2010) mengenai strategi pengembangan komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas dengan menggunakan pendekatan tipologi Klassen menemukan bahwa yang termasuk komoditas prima adalah kelapa sawit; komoditas potensial adalah karet; komoditas berkembang terdiri dari kopi, kelapa, pinang, aren, tebu, kakao, kemiri; komoditas terbelakang adalah kayu manis.
39
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan
Desember 2011.
Penentuan lokasi ini dipilih karena berdasarkan data
pendahuluan yang didapatkan dari BPS Kabupaten Musi Rawas, bahwa distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) khususnya sektor perkebunan semakin meningkat setiap tahunnya. Namun meskipun, pendapatan per kapita masyarakat cukup tinggi,
akan tetapi terjadi ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan sosial yang cukup tinggi.
Hal ini, diantaranya ditandai dengan
jumlah penduduk miskin masih cukup tinggi sekitar 23,62 persen dari total jumlah kepala keluarga di Kabupaten Musi Rawas dan pada tahun 2009 dan memiliki IPM terendah dari 15 Kabupaten/Kota yang berada di Propinsi Sumatera Selatan. 3.2. Sumber Data Jenis-jenis data diperoleh dari sumber-sumber sekunder berikut ini (1) Badan Pusat Statistik Kabupaten Musi Rawas. (2) Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Selatan. (3) Bappeda Kabupaten Musi Rawas dan (4) Kantor Dinas Instansi terkait lainnya, serta (5) Beberapa publikasi dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas.
Untuk analisis
kelembagaan yang memerlukan data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait dengan peranan kelembagaan perkebunan di Kabupaten Musi Rawas. 3.3. Metode Pengumpulan Data Data penelitian hasil lapang dikelompokkan menjadi dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kualitatif diantaranya ditujukan untuk
mendapatkan informasi tentang literatur/kepustakaan perkebunan khususnya yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di Kabupaten Musi Rawas. Metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi tersebut yaitu dengan studi pustaka, wawancara mendalam serta observasi. Data kuantitatif diperoleh dengan cara menganalisis hasil perhitungan SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010.
40
Adapun rincian dari tujuan, metode, data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Matrik Jenis, Tujuan, Metode, Variabel, Data dan Sumber Data dalam Penelitian Tujuan
Metode Analisis
Variabel/Parameter
Mengetahui kontribusi/peranan sektor perkebunan terhadap pembangunan daerah
Pendekatan SNSE
- Analisis Deskriptif - Pendapatan Regional Kabupaten Musi Rawas
Mengetahui besarnya kebocoran wilayah (regional leakage) yang terjadi dalam perekonomian wilayah
Pendekatan SNSE
- Analisis Deskriptif - Pendapatan Regional Kabupaten Musi Rawas
Mengetahui peranan lembaga pemasaran pada sektor perkebunan
Analisis Kelembagaan
-Analisis Biaya transaksi kelembagaan
Data dan Sumber Data - Tabel SNSE Kabupaten Musi Tahun 2010 - Kabupaten Musi Rawas Dalam Angka Tahun 2011 (BPS Kab. Musi Rawas) - Statistik Perkebunan Kab. Musi Rawas Tahun 2011 - Tabel SNSE Kabupaten Musi Tahun 2010 - Kabupaten Musi Rawas Dalam Angka Tahun 2011 (BPS Kab. Musi Rawas) - Statistik Perkebunan Kab. Musi Rawas Tahun 2011 Wawancara dan pengamatan langsung
3.4. Analisis Data Sesuai dengan kerangka pemikiran, maka untuk menjawab masalahmasalah yang ada dan untuk memberikan gambaran yang menyeluruh sekaligus terperinci tentang dampak kegiatan sektor perkebunan terhadap pembangunan ekonomi wilayah yang terjadi pada masyarakat di Kabupaten Musi Rawas, maka dilakukan
analisis
terhadap
SNSE.
Sedangkan
untuk
mengetahui
kontribusi/peranan sektor perkebunan terhadap pembangunan daerah yaitu melalui analisis SNSE. Selanjutnya untuk mengetahui penyebab kebocoran wilayah dan bagaimana tingkat kebocoran wilayah (regional leakage) yang ditimbulkannya digunakan analisis melalui pendekatan SNSE. Untuk analisis
41
kelembagaan digunakan untuk mengetahui penyebab rendahnya tingkat kesejahteraan yang disebabkan oleh ada atau tidaknya fungsi kelembagaan yang terlibat. 3.4.1. Klasifikasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Klasifikasi dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, yang dibagi dalam 2 klasifikasi yaitu : (a). Klasifikasi agregat berukuran 10 x 10; dan (b). Klasifikasi agregat berukuran 54 x 54, adapun kerangka SNSE disusun dengan menggunakan empat neraca utama, yaitu : a.
faktor produksi,
b.
institusi,
c.
sektor produksi,
d.
neraca lainnya Klasifikasi untuk masing-masing kerangka SNSE Kabupaten Musi Rawas
terdiri dari : a.
Neraca faktor produksi terdiri dari empat faktor tenaga kerja Musi Rawas yakni tenaga kerja pertanian, tenaga kerja produksi, operator alat angkutan, manual dan buruh kasar, tenaga kerja tata usaha, penjualan, jasa-jasa dan tenaga kerja kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, profesional dan teknisi, serta modal;
b.
neraca institusi terdapat 5 kelompok yang terbagi atas rumah tangga buruh pertanian, rumah tangga pengusaha pertanian, rumah tangga golongan bawah bukan pertanian, rumah tangga penerima pendapatan bukan pertanian, rumah tangga golongan atas bukan pertanian, pemerintah dan terakhir swasta;
c.
neraca aktivitas (produksi) ada 34 sektor produksi dan komoditas impor
d.
Neraca lainnya dibagi tiga bagian meliputi : (1) kapital; (2) pajak tidak langsung neto; (3) luar negeri/kabupaten (rest of world), Hal ini berarti bahwa ordo matriks dari SNSE Kabupaten Musi Rawas untuk
tahun 2010 berjumlah 54 x 54, Tabel 10. Berikut ini disampaikan mengenai klasifikasi SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 sebagai berikut.
42
Tabel 10. Klasifikasi SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010
Neraca eksogen
Neraca Aktivitas Atau Produksi
Neraca Institusi
Neraca Faktor Produksi
Uraian Pertanian Tenaga Kerja
Produksi, Operator Alat angkutan, manual dan buruh kasar Tata Usaha, Penjualan, Jasa-jasa
Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi Bukan Tenaga Kerja/Modal Pertanian Rumah Tangga
Bukan Pertanian
Perusahaan Pemerintahan Padi Jagung Tanaman Umbi-umbian Karet Kopi Kelapa Sawit Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Migas Pertambangan Non Migas Penggalian Industri Pengolahan Makanan, Minuman Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Industri kertas dan barang cetakan Industri pupuk, kimia dan barang dari karet Industi barang galian bukan logam (batubata) Industri Migas Industri barang-barang lainnya Listrik Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan Hotel dan Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai, danau dan Penyebrangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Sewa Bangunan Pemerintah Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa-jasa lainnya Komoditi Impor Kapital (investasi dan tabungan ) Pajak tidak langsung Neto (minus subsidi ) Luar Kabupaten (Ekspor dan Impor)
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010
Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Golongan Bawah Penerima Pendapatan Golongan Atas
Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
43
3.4.2. Kinerja Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Kinerja Perekonomian Kabupaten Musi Rawas ditunjukkan oleh, misalnya, besarnya PDRB yang dihasilkan oleh Kabupaten Musi Rawas. Hal ini dapat diperoleh dengan dengan cara mencari besarnya nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor ekonomi di Kabupaten Musi Rawas dan kemudian menjumlahkannya (Sutomo, 1995).
Seperti telah ditunjukkan oleh
Tabel 7. bahwa neraca T13 menunjukkan alokasi nilai tambah dari berbagai sektor produksi ke faktor-faktor produksi yaitu faktor produksi tenaga kerja di Kabupaten Musi Rawas dan faktor produksi modal (kapital). Dengan perkataan lain, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, neraca ini menggambarkan distribusi nilai tambah menurut sektor dan sekaligus mencerminkan besarnya PDRB (atas dasar harga faktor) yang dapat dihasilkan oleh Kabupaten Musi Rawas. Besarnya PDRB Kabupaten Musi Rawas dapat menggambarkan salah satu hasil pembangunan ekonomi pada satu tahun tertentu. Bila PDRB Kabupaten Musi Rawas dikurangi dengan berbagai pengeluaran untuk pembangunan, maka dugaan mengenai tabungan di Kabupaten Musi Rawas dapat diperoleh yang memberikan gambaran mengenai salah satu ketersediaan sumberdaya Kabupaten Musi Rawas dalam melaksanakan pembangunan. 3.4.3. Distribusi Pendapatan Faktorial Distribusi pendapatan faktorial pada kerangka SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, ditunjukkan oleh neraca pertama pada kerangka umum SNSE (seperti yang telah dijelaskan pada Tabel 7), dimana neraca T13 yang menunjukkan alokasi nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor produksi ke faktor-faktor produksi, selain itu neraca T14 seperti yang telah dijelaskan pada Tabel 7. menunjukkan pendapatan faktor produksi yang diterima dari luar negeri oleh berbagai faktor produksi.
Total kedua neraca ini yaitu T13 dan T14
menunjukkan distribusi pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi atau distribusi pendapatan faktorial (factorial income distribution). Dari hasil analisis menggunakan neraca ini dapat ditunjukkan, antara lain, perbedaan tingkat upah dan gaji yang diterima oleh berbagai sektor ekonomi di Kabupaten Musi Rawas
44
3.4.4. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Distribusi pendapatan rumahtangga pada kerangka SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, ditunjukkan oleh baris neraca kedua pada kerangka umum mengenai SNSE (seperti yang telah ditunjukkan pada Tabel 7).
Neraca T23
menujukkan alokasi pendapatan faktor produksi yang diterima oleh berbagai institusi (diantaranya adalah rumahtangga). Neraca ini merupakan mapping dari neraca T13 ke neraca T21.
Dengan perkataan lain, neraca ini menjelaskan
mengenai mapping distribusi pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi (tenaga kerja dan modal) kepada (sebagian) distribusi pendapatan rumah tangga. Dengan pengertian ini, maka total isian neraca T13, harus sama dengan neraca T21. Sementara itu, untuk neraca T22, menunjukkan pembayaran transfer (transfer payment) antar institusi, misalnya subsidi dari pemerintah kepada rumahtangga
(masyarakat),
atau
subsidi
dari
perusahaan
kepada
rumahtangga/masyarakat yang lain. Neraca X2 menunjukkan transfer payment yang diterima oleh institusi dari luar negeri. Jumlah ketiga neraca T21, T22 dan X2 menggambarkan distribusi pendapatan institusi (rumahtangga) atau household income distribution.
Dengan menggunakan ketiga neraca ini, dapat terlihat
masalah distribusi pendapatan, misalnya dengan membandingkan pendapatan antar golongan rumahtangga untuk mengetahui golongan rumahtangga mana saja yang menerima pendapatan paling rendah. 3.4.5. Analisis Menggunakan SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Salah satu analisis yang dapat dilakukan dengan menggunakan SNSE Kabupaten Musi Rawas adalah analisis pengganda neraca (accounting multiplier analysis).
Analisis ini mirip dengan analisis tabel I-O yang menjelaskan
mengenai dampak perubahan yang terjadi terhadap neraca endogen sebagai akibat perubahan pada neraca eksogen. Dalam analisis ini, biasanya neraca lainnya (rest of the world accounts), termasuk neraca pemerintahan, dianggap sebagai neraca eksogen. Analisis ini merupakan suatu analisis statis yang memberikan solusi bukan optimal (non-optimal solution). Dalam tesis ini, analisa pengganda neraca digunakan ntuk menjelaskan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan perubahan dalam distribusi pendapatan rumahtangga.
45
3.5. Hipotesis Berdasarkan
penjelasan
dalam
kerangka
pemikiran,
dikemukakan
beberapa hipotesis sebagai berikut : 1.
Diduga kontribusi peranan sektor perkebunan menyumbang terbesar pada pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Musi Rawas.
2.
Diduga terjadi kebocoran wilayah (regional leakage) sebagai akibat dari pembangunan ekonomi wilayah.
3.
Diduga sistem kelembagaan khususnya saluran pemasaran yang terlibat dalam pengembangan sektor perkebunan belum sepenuhnya memberi kontribusi yang berarti dalam pembangunan wilayah Kabupaten Musi Rawas. Secara seksama kerangka pemikiran dalam pelaksanaan penelitian ini
digambarkan dalam bagan sebagaimana dilihat pada Gambar 4. berikut ini.
Potensi Sumberdaya Alam Kab. Musi Rawas
Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Perkebunan
Kontribusi Komoditas Perkebunan Terhadap PDRB
Keterkaitan terhadap Sektor Perekonomian lain
Dampak Terhadap Pengembangan Wilayah
Analisis Pendekatan Model SNSE
Analisis Kelembagaan
Rekomendasi perencanaan pembangunan daerah
Gambar 4. Bagan Alir Kerangka Penelitian
46
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN MUSI RAWAS
4.1. Keadaan Alam 4.1.1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, letaknya disebelah Barat hulu Sungai Musi dan sepanjang Sungai Rawas Kabupaten Musi Rawas beribukota di Muara Beliti berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2005, dengan ketinggian 129 meter dari permukaan laut (dpl) dan terletak pada 102º,07’- 103º,45,10” BT dan 2º,20’3º,38’ LS.
Kabupaten Musi Rawas mempunyai batas-batas wilayah sebagai
berikut : Sebelah Barat
: Provinsi Bengkulu dan Kota Lubuk Linggau
Sebelah Utara
: Provinsi Jambi
Sebelah Timur
: Kabupaten Musi Banyu Asin dan Kabupaten Muara Enim
Sebelah Selatan
: Kabupaten Empat Lawang dan Kabupaten Lahat
Gambar 5. Peta Orientasi Kabupaten Musi Rawas
47
4.1.2. Topografi Kabupaten Musi Rawas jika dilihat secara keseluruhan keadaan fisik topografinya merupakan wilayah bergelombang dengan ketinggian antara 25 meter diatas permukaan laut sampai dengan 1.000 meter dpl.
Luas tanah
berdasarkan ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 11, dimana tabel tersebut menunjukkan bahwa wilayah yang berada pada ketinggian 25 – 100 meter di atas permukaan laut merupakan wilayah yang terluas, yaitu sebesar 650.901 Ha, berlokasi di bagian tengah dan timur Kabupaten Musi Rawas. Tabel 11. Luas Tanah Berdasarkan Ketinggian Tempat di Kabupaten Musi Rawas No 1 2 3 4
Ketinggian dpl (m) 25 – 100 100 – 500 500 – 1000 > 1000
Luas (Ha) 650.901 296.234 144.998 144.449
Lokasi Bagian Tengah & Timur Bagian Tengah Bagian Barat Bagian Barat
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, 2011
Luas wilayah dominan merupakan daerah potensial untuk pertanian, selebihnya merupakan tanah perbukitan yang memiliki kemiringan yang sangat curam dimana sebagian besarnya berupa Bukit Barisan yang memanjang dari utara sampai selatan. Khusus di bagian barat wilayah ini termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang membentang luas ke dalam empat propinsi. Tabel 12 dan Gambar 6. menunjukkan bahwa kemiringan lahan bervariasi yaitu antara 0 - > 40 persen dan yang terluas adalah wilayah dengan kemiringan lahan 2 – 15 persen, yaitu seluas 484.197 ha yang umumnya terdapat di bagian Selatan dan diikuti wilayah dengan kemiringan lahan 0 – 2 persen, yaitu seluas 462.938 ha yang terdapat di bagian Utara dan Selatan. Tabel 12. Luas Tanah Berdasarkan Kemiringan Lahan di Kabupaten Musi Rawas No 1 2 3 4
Ketinggian (%) 0–2 2 – 15 15 – 40 > 40
Luas (Ha) 462.938 484.197 144.998 144.449
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, 2011
Lokasi Bagian Selatan Bagian Utara dan Selatan Bagian Barat Bagian Barat
48
Gambar 6. Peta Kemiringan Lahan di Kabupaten Musi Rawas 4.1.3. Keadaan dan Jenis Tanah Berdasarkan Gambar 7 dan Gambar 8, maka keadaan tanah dan jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Musi Rawas terbagi atas tujuh jenis tanah, yaitu : - Aluvial, dengan ciri warna coklat kekuningan. Terbentuk dari endapan liat dan pasir, dijumpai di daerah Kecamatan Tugumulyo dan Muara Kelingi, tanah ini sangat cocok untuk tanaman padi dan palawija. - Litosol, cocok untuk tanaman keras, rumput-rumputan dan usaha ternak. Seluas 7,17 persen wilayah Kabupaten Musi Rawas merupakan jenis tanah ini. - Asosiasi Latisol: hanya seluas 0,77 persen dari luas Kabupaten Musi Rawas merupakan tanah jenis ini, terdapat di Kecamatan STL Ulu dan Rupit. - Regosol, sangat cocok untuk padi sawah, palawija dan tanaman keras. Luasnya sama dengan tanah jenis Asosasi Latisol yakni hanya sekitar 0,77 persen dari luas wilayah dan 55,89 persen berada di Kecamatan Muara Beliti dan 13,34 persen di Kecamatan Rawas Ulu. - Podsolik, tanah jenis ini seluas 37,72 persen dari luas kabupaten, merupakan jenis tanah terluas di Kabupaten Musi Rawas, baik untuk tanaman padi sawah,
49
padi ladang dan tanaman karet. Sebagian besar di Kecamatan Rupit, Rawas Ulu, Muara Lakitan dan Jayaloka. - Asosiasi Podsolik, hanya terdapat di Rawas Ilir dan Kecamatan Muara Lakitan dengan luas keseluruhan 29,59 persen dari luas wilayah Kabupaten Musi Rawas. - Komplek Podsolik, hanya terdapat di Kecamatan Rawas Ulu.
Gambar 7. Keadaan tanah di Kabupaten Musi Rawas
Gambar 8. Jenis Tanah di Kabupaten Musi Rawas
50
4.1.4. Curah Hujan dan Keadaan Iklim Kabupaten Musi Rawas memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban udara 87,0 persen dan rata-rata penyinaran matahari sebesar 61,9 persen. Temperatur maksimum 32,9oC dan temperatur minimum 19,6oC. Sebagai daerah tropis basah, rata-rata curah hujan di Kabupaten Musi Rawas cukup tinggi, yaitu 2.285 per tahun dan rata-rata hari hujan 116 hari hujan per tahun dengan bulan kering hanya empat bulan (Juni, Juli, Agustus dan September), maka wilayah ini termasuk dalam tipe curah hujan B (sangat basah). Tahun 2010 terjadi perubahan iklim yang cukup ekstrim dimana bulan kering biasa terjadi pada bulan Juni hingga September, di tahun 2010 ini bulan kering terjadi pada Bulan Oktober dan Desember yang biasanya merupakan musim hujan. Curah hujan hampir merata tinggi di sepanjang tahun. Kondisi iklim yang ekstrim tersebut berpengaruh terhadap kondisi pertanian di Kabupaten Musi Rawas baik pertanian tanaman pangan maupun perkebunan. Perbandingan kondisi curah hujan antara tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat pada Gambar 9. berikut :
Gambar 9. Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2009 - 2010 4.1.5. Luas Wilayah dan Penggunaan Kabupaten Musi Rawas memiliki luas sebesar 1.236.582,66 Ha. Penggunaan wilayah di Kabupaten Musi Rawas bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan wilayah Kabupaten Musi Rawas dapat dilihat pada Tabel 13. berikut ini.
51
Tabel 13. Penggunaan Lahan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008-2010 No 1.
2.
Luas Tanah Sawah a. Sawah Irigasi Teknis b. Sawah Irigasi Setengah Teknis c. Sawah Irigasi Sederhana d. Sawah Irigasi Desa e. Sawah Tadah Hujan f. Lebak g. Kolam/Tambak Luas Tanah Kering a. Pekarangan/Bangu nan b. Perkebunan c. Hutan d. Lain-lain Total
Tahun 2009
2008
Macam Penggunaan
Luas (Ha) 40.156 6.952
2010
(%) 3,25 0,56
Luas (Ha) 37.418 6.952
(%) 3,03 0,56
Luas (Ha) 37.418 6.952
(%) 3,03 0,56
1,598
0,13
1.598
0,13
1.598
0,13
2.813
0,23
2.813
0,23
2.813
0,23
3.234 11.721
0,26 0,95
3.295 12.383
0,27 1,00
3.295 12.383
0,27 1,00
11.133 2.705 1.196.427 14.129
0,90 0,22 96,75 1,14
10.377
0,84
10.377
0,84
1.196.427 14.129
96,75 1,14
1.196.427 14.129
96,75 1,14
317.890 226.806 637.601,66 1.236.583
25,70 18,34 51,57 100,00
317.890 226.806 637.602 1.236.583
25,71 18,34 51,56 100,00
317.890 226.806 637.602 1.236.583
25,71 18,34 51,56 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011
Tabel 13. menunjukkan bahwa penggunaan wilayah di Kabupaten Musi Rawas terbagi atas dua jenis yaitu tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan wilayah tanah sawah meliputi sawah irigasi teknis, setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa, tadah hujan, lebak dan kolam/tambak. Total luas tanah sawah adalah 37.418 Ha (3,03 persen) dan penggunaan tanah kering seluas 1.196.427 Ha (96,75 persen).
Penggunaan wilayah untuk tanah sawah yang
memiliki luas terbesar adalah sawah tadah hujan dengan luas 12.383 Ha (1,00 persen) terhadap luas total sedangkan penggunaan wilayah untuk tanah sawah yang memiliki luas terkecil adalah sawah setengah teknis dengan luas 1.598 Ha (0,13 persen) terhadap luas total. Penggunaan wilayah untuk tanah kering meliputi pekarangan/bangunan, perkebunan, hutan dan lain-lain (rumah). Penggunaan luas tanah kering terbesar adalah lain-lain (rumah) dengan luas 637.601,66 Ha (51,56 persen) terhadap luas total. Hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah penduduk setiap tahun dan peningkatan jumlah rumah tangga baru yang menetap di Kabupaten Musi Rawas. Penggunaan luas tanah kering terkecil adalah pekarangan/bangunan dengan luas 14.129 Ha (1,14 persen) terhadap luas total. Pembagian luas tanah kering untuk perkebunan adalah 317.890 Ha (25,71 persen)
52
terhadap luas total dan luas tanah kering untuk hutan adalah 226.806 Ha (18,43 persen) terhadap luas total, seperti terlihat pada Gambar 10. dibawah ini..
Gambar 10. Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Musi Rawas 4.2. Keadaan Penduduk di Kabupaten Musi Rawas 4.2.1. Jumlah Penduduk Pertambahan jumlah penduduk memiliki dua sisi pandangan, yaitu sisi positif dan sisi negatif. Segi positifnya adalah bertambahnya jumlah penduduk suatu wilayah akan meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat sehingga akan memacu kegiatan produksi dan menumbuhkan berbagai kegiatan ekonomi. Sedangkan dari sisi negatif, jika potensi jumlah penduduk tidak dimanfaatkan maka terjadinya pertambahan penduduk akan memungkinkan bertambahnya masalah sosial, seperti pengangguran dan kemiskinan.
Penduduk Kabupaten
Musi Rawas Tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 berjumlah 525.508 jiwa, sedangkan penduduk tahun 2009 berjumlah 505.940 jiwa, meningkat 3,86 persen dari tahun 2009. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 sebesar 104,27 persen, hal ini berarti bahwa dari setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 104 orang penduduk laki-laki. Hampir
53
semua kecamatan dalam Kabupaten Musi Rawas memiliki rasio jenis kelamin diatas seratus kecuali Kecamatan Rawas Ulu dan Kecamatan Karang Dapo memiliki rasio lebih kecil yaitu 99,93 persen di Kecamatan Karang Dapo dan 98,78 persen di Kecamatan Rawas Ulu. Secara administratif Kabupaten Musi Rawas terbagi menjadi 21 kecamatan yang meliputi 19 kelurahan dan 258 desa. Penduduk merupakan salah satu faktor utama pembangunan, dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan potensi sumber daya untuk melakukan program pembangunan, tetapi jumlah penduduk yang besar juga dapat menjadi beban pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 sebanyak 498.592 jiwa yang terdiri dari 116.210 Kepala Keluarga (KK). Kepadatan penduduk Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2010 berdasarkan tiap kecamatan seperti terlihat pada Tabel 14. Pada Gambar 18. menunjukkan bahwa Kecamatan Megang Sakti merupakan kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu 48.091 jiwa dan Kecamatan Ulu Rawas merupakan kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit yaitu sebanyak 10.772 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 adalah 42,50 jiwa/km2 dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Tugumulyo yaitu 637,09 jiwa/km2, sedangkan Kecamatan Ulu Rawas merupakan kecamatan yang paling jarang penduduknya yakni hanya 7,41 jiwa/km2. Kondisi seperti ini menjelaskan bahwa penyebaran penduduk di Kabupaten Musi Rawas belum merata di tiap kecamatannya, hal ini dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Tingginya angka kelahiran disebabkan oleh rata-rata umur perkawinan pertama wanita di Kabupaten Musi Rawas tergolong usia muda yaitu berusia 18 tahun. Semakin muda usia untuk menikah, wanita akan mempunyai rentang masa subur yang panjang sehingga peluang untuk mempunyai anak besar. Berikut ini disampaikan luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010.
54
Tabel 14. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010
Kecamatan
Luas Wilayah (KM2)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
49.816,88 145.287, 89 40.975,73 140.803,48 59.692,40 71.733,91 10.378,03 6.770,91 6.325,77 17.562,87 32.642,43 16.045,82 12.153,13 64.581,90 75.153,61 26.345,09 196.353,62 39.977,66 108.813,45 54.875,51 60.292,57 1.236.582,66 1.236.582,66
31.037 10.772 31.602 27.855 28.820 17.866 16.892 43.137 14.486 22.363 11.704 14.433 12.852 35.386 26.030 25.042 38.974 48.091 28.178 17.720 22.268 525.508 505.940
Rawas Ulu Ulu Rawas Rupit Karang Jaya STL Ulu Selangit Sumber Harta Tugumulyo Purwodadi Muara Beliti TP. Kepungut Jayaloka Suka Karya Muara Kelingi BTS Ulu Tuah Negeri Muara Lakitan Megang Sakti Rawas Ilir Karang Dapo Nibung Jumlah 2009
Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM2) 62,30 7,41 77,72 19,78 48,28 24,91 162,77 637,09 229,00 127,33 35,86 89,95 105,75 54,79 34,64 95,05 19,85 120,29 25,90 32,29 36,93 42,50 40,91
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011
4.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis kelamin Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat mempengaruhi besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pembangunan. Hal ini dikarenakan besarnya tenaga yang dihasilkan antara laki-laki dan perempuan berbeda. Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan terkecil terjadi pada tahun 2004 yaitu 465.682 penduduk dimana 244.094 untuk penduduk laki-laki dan 221.558 untuk penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada tahun 2010 adalah jumlah penduduk yang terbesar yaitu 528.508 penduduk dimana 268.252 untuk penduduk laki-laki dan 257.256 untuk
55
perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2004-2008 jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Musi Rawas mengalami peningkatan. Dilihat dari nilai sex ratio yang selalu diatas 100 persen seperti pada tahun 2010 sebesar 104,27 persen artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 104 orang laki-laki di Kabupaten Musi Rawas. Tabel 15. Komposisi Penduduk Kabupaten Musi Rawas menurut Jenis Kelamin Tahun 2004-2010 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Laki-laki 244.094 247.163 251.768 257.605 255.860 259.202 268.252
Jumlah Penduduk (jiwa) Perempuan 221.558 231.026 232.513 234.832 243.378 246.738 257.256
Jumlah 465.682 478.189 484.281 492.437 499.238 505.940 528.508
Sex Ratio (%) 110,11 106,98 108,28 109,69 105,13 105,05 104,27
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011
Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk di Kabupaten Musi Rawas menurut golongan umur akan mempengaruhi keberhasilan dalam pertumbuhan penduduk. Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun (anak-anak) dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun (Lansia), sedangkan penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun. Penduduk dengan jumlah usia non produktif lebih banyak dapat menghambat potensi penduduk usia produktif. Hal ini dikarenakan penduduk produktif harus menanggung banyaknya penduduk non produktif sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk usia non produktif. Komposisi penduduk Kabupaten Musi Rawas berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini dimana terlihat bahwa jumlah penduduk usia produktif sebanyak 311.821 orang dan jumlah penduduk usia non produktif sebanyak 194.119 orang. Hal ini berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah penduduk usia non produktif. Angka beban tanggungan lebih dikenal dengan dependency ratio (DR). Ukuran ini merupakan persentase
56
antara jumlah penduduk usia non produktif yaitu usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas per jumlah penduduk usia produktif yaitu usia 15-64 tahun.
Nilai DR
menunjukkan banyaknya jumlah penduduk usia tidak produktif yang harus ditanggung oleh 100 penduduk berusia produktif. Angka beban tanggungan Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2010 adalah 38,36 persen. Hal ini berarti setiap 100 orang penduduk produktif harus menanggung 38,36 (≈ 38 orang) yang tidak produktif. Tabel 16. Komposisi Penduduk Kabupaten Musi Rawas menurut Kelompok Umur Tahun 2010 No. 1 2 3
Umur (tahun) 0 – 14 15 – 64 > 65 Total
Jumlah (orang) 175.693 311.821 18.426 505.940
Angka Beban Tanggungan (%)
38,36
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011
Menurut Lapangan Usaha Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat penyerapan tenaga kerja bagi penduduknya. Besarnya penyerapan tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk dan pada akhirnya akan menimbulkan kesejahteraan hidup penduduk suatu wilayah. Data distribusi sektoral penyerapan tenaga kerja dapat digunakan sebagai salah satu indikator guna melihat kemampuan sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja dan sebagai tolak ukur kemajuan perekonomian suatu daerah. Komposisi penduduk di Kabupaten Musi Rawas menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 16 dimana dapat diketahui bahwa untuk tahun 2010, lapangan usaha mayoritas penduduk yang bekerja di Kabupaten Musi Rawas adalah sektor pertanian yaitu 75,40 persen atau 194.695 orang, baik sebagai petani sendiri maupun buruh tani.
Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian
disebabkan karena kondisi alam yang mendukung dan tersedianya lahan pertanian yang luas. Biasanya sektor pertanian lebih didominasi oleh pekerja keluarga, kebanyakan pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh anggota keluarga itu sendiri sehingga sebagian penduduk yang bekerja pada sektor ini berstatus sebagai pekerja tak dibayar. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk
57
tersebut tidak mendapatkan pendapatan sebagaimana pekerja pada umumnya, tetapi tetap dikategorikan sebagai penduduk yang bekerja. Tabel 17. Komposisi Penduduk menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 – 2010 Tahun 2008 No.
Lapangan Usaha
1. 2.
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Jumlah Total
3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
Jumlah Penduduk (jiwa) 186.940 1.668
persentase (%) 78,44 0,70
2009 Jumlah persentase Penduduk (%) (jiwa) 177.169 74,00 1.526 0,64
2010 Jumlah persentase Penduduk (%) (jiwa) 194.695 75,40 1.807 0,70
7.960
3,34
6.580
2,75
5.252
2,04
0
0
118
0,05
120
0,05
2.693 19.474
1,13 8,17
3.069 26.577
1,28 11,10
3.069 25.427
1,19 9,85
7.769
3,26
6.180
2,58
8.413
3,26
405
0,17
848
0,35
1.028
0,40
11.415 238.324
4,79 100,00
17.355 239.422
7,25 100,00
18.380 258.071
7,12 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011
Sektor lainnya yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan yaitu 9,85 persen atau 25.427 orang. Komposisi penduduk menurut lapangan usaha di Kabupaten Musi Rawas yang terkecil adalah penduduk yang bekerja pada sektor listrik, gas dan air minum yakni sebanyak 120 orang atau 0,05 persen. Hal ini dikarenakan belum berkembangnya lapangan usaha penduduk di luar sektor pertanian sehingga penduduk Kabupaten Musi Rawas lebih banyak menumpukan hidupnya pada sektor pertanian sebagai sumber pendapatan. 4.3. Keadaan Sosial 4.3.1. Pendidikan Pencapaian pendidikan, terutama pendidikan dasar merupakan salah satu cara untuk meningkatkan standar kehidupan di daerah berkembang dan juga mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Pendidikan juga menjadi salah satu variabel yang bisa menggambarkan keadaan sosial penduduk di Kabupaten Musi Rawas. Dalam bidang pendidikan ditampilkan variabel-variabel
58
seperti jumlah sekolah, jumlah murid dan jumlah guru untuk melihat situasi pendidikan salah satunya dengan menghitung rasio antara murid dan guru.
Gambar 12.
Rasio Murid Terhadap Guru Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Musi Rawas, 2009/2010
di
Jika dilihat dari Gambar 12 diatas, pada tahun 2009/2010 untuk rasio murid guru pada SD negeri sebesar 15,84, SD swasta sebesar 21,69. Pada tahun yang sama rasio murid guru untuk SMP negeri sebesar 13,17 dan SMP swasta sebesar 13,02. Untuk SMA Negeri sebesar 15,18 dan SMA swasta sebesar 19,98. Jika dibandingkan dengan tahun ajaran 2008/2009, rasio guru-murid SMP Negeri, SMP Swasta dan SMA Swasta meningkat, sebaliknya rasio ini menurun pada SD Negeri, SD Swasta dan SMA Negeri. Pada tahun ajaran 2009/2010, Kabupaten Musi Rawas memiliki gedung sekolah sebanyak 553 sekolah yang terdiri atas 427 Sekolah Dasar (SD), 90 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 36 Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk kejuruan. Sekolah-sekolah tersebut terdiri atas sekolah negeri dan swasta. 4.3.2. Kesehatan dan Keluarga Berencana Fasilitas kesehatan seperti
rumah sakit, Puskesmas dan Puskesmas
pembantu merupakan salah satu variabel–variabel yang dapat menunjukkan pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Musi Rawas. Tahun 2010, jumlah rumah sakit di Kabupaten Musi Rawas berjumlah 2 buah rumah sakit umum yang terletak di Kecamatan Muara Beliti dan Kecamatan Rupit. Fasilitas kesehatan lainnya yaitu puskesmas sebanyak 27 buah dan puskesmas pembantu sebanyak 145 buah.
Perkembangan di bidang Keluarga Berencana (KB)
59
mengalami kemajuan dimana dari target pencapaian peserta KB baru telah terlampaui dengan persentase realisasi peserta KB baru sebesar 108,60 persen. Dari 29.631 orang peserta KB baru sebagian besar peserta menggunakan alat kontrasepsi jenis suntikan yaitu sebesar 40,59 persen disusul dengan jenis alat kontrasepsi pil sebesar 28,70 persen dan jenis implant sebesar 16,98 persen. 4.3.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit dari tiga indeks yang masing-masing mewakili dimensi pembangunan manusia. Indeks harapan hidup dibentuk dari indikator angka harapan hidup. Indeks Pendidikan dibentuk dari indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Indeks daya beli dibentuk oleh indikator pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Berikut ini disampaikan nilai IPM Kabupaten Musi Rawas tahun 2009 sebagai berikut. Tabel 18. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Musi Rawas, 2009
Angka Harapan Hidup (e0) (tahun) 64,44
Angka Rata-rata Melek Lama Huruf Sekolah (AMH) (%) (Tahun) 96,51 7,05 Indek Pembangunan Manusia (IPM) 67,33
Pengeluaran per kapita disesuaikan (Rp.000) 603,49
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2010
4.4. Keadaan Perekonomian 4.4.1. Struktur Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2007 hingga tahun 2010 atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2000 di Kabupaten Musi Rawas untuk setiap sektornya dapat dilihat pada Tabel 17, dimana terlihat bahwa besarnya PDRB tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Sektor pertanian merupakan sektor yang berada pada urutan pertama dalam pembentukan PDRB Kabupaten Musi Rawas yaitu 40,01 persen untuk tahun 2009 dan 40,81 persen untuk tahun 2010. Hal ini dikarenakan sektor pertanian masih menjadi tumpuan hidup sebagian besar penduduk Kabupaten Musi Rawas.
Sektor pertambangan dan
60
penggalian merupakan sektor yang berada pada urutan kedua yaitu 34,45 persen pada tahun 2010. Bahan tambang yang menjadi andalan di kabupaten ini adalah minyak dan gas bumi, selain itu potensi bahan tambang seperti batu bara yang melimpah walaupun belum sampai tahap produksi. Tabel 19. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Menurut Sektor Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Tahun 2007-2010 (Jutaan Rupiah) Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Perusahaan
Persewaan
&
Jasa
Jasa-jasa Total
2007 1.214.865 (38,84) 1.153.732 (36,88) 250.239 (8,00) 2.499 (0,08) 118.164 (3,77) 133.900 (4,30) 13.402 (0,43) 49.904 (1,60) 190.816 (6,10) 3.127.521 (100)
Tahun 2008 2009 1.300.965 1.388.334 (39,29) (40,01) 1.200.986 1.230.250 (36,26) (35,46) 262.551 272.025 (8,00) (7,84) 2.680 2.848 (0,08) (0,08) 129.187 139.548 (3,90) (4,02) 142.488 148.375 (4,30) (4,28) 14.965 16.601 (0,45) (0,48) 52.799 56.000 (1,60) (1,61) 202,750 215.870 (6,12) (6,22) 3.310.371 3.469.851 (100) (100)
2010 1.489.561 (40,81) 1.257.378 (34,45) 284.051 (7,78) 3.051 (0,08) 148.720 (4,07) 156.289 (4,28) 18.834 (0,52) 60.072 (1,65) 232.178 (6,36) 3.650.134 (100)
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011
Keterangan : Angka dalam kurung merupakan persentase PDRB tiap lapangan usaha terhadap total PDRB 4.4.2. Pendapatan Per Kapita Pertumbuhan ekonomi akan selalu dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk.
Meningkatnya nilai nominal PDRB selalu diikuti dengan
meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Musi Rawas.
Pendapatan per
kapita menunjukkan besarnya pendapatan yang dapat dinikmati oleh setiap penduduk secara rata-rata selama satu tahun. Besaran ini terbentuk dari jumlah pendapatan yang timbul dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Pendapatan per kapita akan semakin tinggi apabila pertumbuhan pendapatan
61
diikuti dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin menurun. Pendapatan per kapita Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2007 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini Tabel 20. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Musi Rawas Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Tahun 2007 – 2010 Uraian PDRB (Jutaan Rp.) Penduduk pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp.)
2007 3.127.521 492.437 6.351.109
Tahun 2008 2009 2010 3.310.371 3.469.851 3.650.134 498.592
505.940
525.508
6.639.439 6.858.226 6.945.915
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, 2011
Berdasarkan Tabel 20 diatas, dapat diketahui bahwa pendapatan per kapita Kabupaten Musi Rawas atas dasar harga konstan (ADHK) 2000 dari tahun 20072010 mengalami peningkatan. Pendapatan per kapita Kabupaten Musi Rawas atas dasar harga konstan 2000 meningkat dari Rp. 6.351.109,- pada tahun 2007 menjadi Rp. 6.945.915,- pada tahun 2010. Dilihat dari pendapatan perkapita Kabupaten Musi Rawas yang terus meningkat, maka dapat diketahui bahwa pembangunan wilayah yang dilakukan di Kabupaten Musi Rawas telah mampu meningkatkan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Musi Rawas. 4.5. Keragaan Umum Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Sektor pertanian sebagai sektor yang menjadi mata pencaharian dominan masyarakat di Kabupaten Musi Rawas, dimana hampir 60 persen penduduknya mengusahakan komoditas perkebunan. Komoditas perkebunan yang diusahakan sebagian besar berupa tanaman karet. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan luas areal tanaman perkebunan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 21. berikut ini Usaha perkebunan karet rakyat tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dalam Kabupaten Musi Rawas kecuali di wilayah Kecamatan Tugumulyo dan Kecamatan Purwodadi. Pada tahun 2010, produksi karet rakyat menghasilkan 245 ribu ton, dengan rata-rata produksi per hektar sebanyak 1,21 ton. Pengembangan kebun karet unggul di Musi Rawas, diusahakan oleh berbagai
62
pihak. Selain dikembangkan secara swadaya petani juga dikembangkan oleh pihak swasta antara lain oleh PT. Haruma Amin dan PT. Nibung Arta Mulya, Tabel 21. Luas Areal, Produksi dan Jumlah Rumah Tangga Perkebunan Rakyat di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010
No
A. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 B 1 2
Jenis Tanaman
Muda (TBM)
Luas Areal (Ha) Tdk MenghasilMenghasil kan (TM) kan (TR/TT)
Perkebunan Rakyat Karet 72.840,50 202.481,50 K. Sawit 7.918,50 25.925,30 Kopi 1.103,50 2.056,15 Kelapa 381,91 1.882,95 Lada 3,50 0,00 K. Manis 63,00 48,25 Cengkeh 0,00 0,00 Pinang 63,70 110,45 Kakao 60,00 57,50 Kemiri 33,50 48,80 Mengkudu 3,00 5,00 Tembakau 0,00 2,50 Jahe 2,50 3,00 Perkebunan Besar Swasta Karet 18,00 40,00 K. Sawtit 0,00 138.042,77
Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
Jumlah KK / Persh.
Jumlah
Produksi (Ton)
54.199,50 954,00 841,00 175,90 0,00 3,00 2,50 20,70 7,00 6,75 0,00 0,00 0,00
329.521,95 34.440,00 40.006,00 2.340,75 3,50 114,25 2,50 194,85 124,50 89,05 8,00 2,50 5,50
245.003,15 321.473,72 2.076,71 2.223,90 0,00 52,30 0,00 78,58 74,52 40,20 10,00 1,25 6,75
1,21 12,40 1,01 1,18 0,00 1,08 0,00 0,71 1,29 0,82 2,00 0,50 2,25
126.527 13.722 3.717 25.716 35 155 21 1.069 192 417 25 36 43
62,00 0,00
120,00 138.041,77
31,20 880.722,92
0,78 6,90
19
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas, 2011
Berdasarkan Tabel 22 dibawah. menunjukkan bahwa komoditas karet menduduki nilai produksi urutan pertama pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 1,32 triliun atau sebesar 83,09 persen dari total nilai produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Musi Rawas dan dengan kemampuan menghasilkan produksi total sebanyak 131 ribu ton. Adapun perusahaan perkebunan besar swasta komoditas karet yang beroperasi di Kabupaten Musi Rawas adalah PT. Haruma Amin yang memiliki luas lahan sebesar 120 hektar dan mampu mengelola produksi karet sebanyak 31 ribu ton di Kabupaten Musi Rawas. Untuk komoditas kelapa sawit memiliki nilai produksi tertinggi kedua pada sektor tanaman perkebunan yakni sebesar Rp. 238,5 milyar atau 14,94 persen. Komoditas kelapa sawit merupakan tumbuhan industri penting yang menghasilkan minyak kelapa sawit mentah untuk diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Perusahaan perkebunan besar swasta komoditas kelapa sawit yang beroperasi di Kabupaten Musi Rawas adalah PT. Juanda Sawit Lestari yang mampu mengelola dan menghasilkan kelapa sawit berupa tandan buah segar dan memproduksi CPO, secara keseluruhan Kabupaten
63
Musi Rawas mampu menghasilkan lebih dari 35 ribu ton kelapa sawit dengan luas tanam total sebesar 7.411 hektar. Selain kedua komoditas diatas, komoditas kopi juga memiliki nilai produksi tertinggi ketiga yakni sebesar Rp. 27,59 milyar atau sebesar 1,72 persen.
Berikut ini disampaikan nilai produksi dari komoditas
perkebunan di Kabupaten Musi Rawas sebagai berikut. Tabel 22. Nilai Produksi Komoditas Subsektor Tanaman Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 dan Tahun 2010 (Juta Rp.)
No.
Nama Komoditas
Nilai Produksi (Rp.) 2008
2010
1.
Karet (Ficus elastica nois.x bl)
680.840,58
1.325.971,3
2.
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
202.151,90
238.501,43
3.
Kelapa (Cocos Nucifera)
1.947,30
1.947,30
4.
Kopi (Coffea arabiva I)
49.447,02
27.594,25
5.
Kayu Manis (Cinnamomum burmani (nees) Bl.)
93,90
96,83
6.
Kemiri (Aleurites moluccana)
219,82
219,82
7.
Kakao (Theobroma cacao L.)
41,64
41.64
8.
Aren (Arenga pinnata)
607,16
607,16
9.
Tebu (Saccharum officinarum)
334,39
334,39
10.
Pinang (Areca Catechu)
409,46
414,72
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2011
Komoditas perkebunan yang memiliki nilai produksi terkecil tahun 2010 adalah komoditas kakao dengan nilai produksi sebesar Rp 41,6 juta. Komoditas kakao mampu menghasilkan jumlah produksi sebanyak 5.100 kg di Kabupaten Musi Rawas . Tanaman kakao tidak saja mempunyai arti ekonomi, tetapi disisi lain juga memiliki nilai tambah yaitu dapat dijadikan tanaman yang bermanfaat untuk konservasi tanah khususnya untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis. Selain itu, komoditas kayu manis merupakan komoditas yang memiliki nilai produksi terkecil kedua setelah komoditas kakao, kayu manis memiliki nilai produksi sebesar Rp 96,8 juta dan menghasilkan sebesar 14 ton pada tahun 2010. Kemampuan petani untuk meningkatkan mutu komoditas kayu manis masih rendah, dimana rendahnya mutu kayu manis disebabkan dalam proses pengeringan sering tidak sempurna sehingga kadar airnya tinggi dan terjadi pelapukan.
64
Sebagai suatu wilayah, Kabupaten Musi Rawas mempunyai karekteristik yang menarik, hal ini disebabkan antara lain pertama, letaknya berada di ujung barat Provinsi Sumatera Selatan yang berbatasan langsung dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Jambi, dengan letak geografis tersebut maka Kabupaten Musi Rawas merupakan pintu gerbang perekonomian Sumatera Selatan bagian barat. Kedua, Kabupaten Musi Rawas mempunyai potensi besar untuk mengembangkan perekonomiannya maupun untuk menarik daerah lainnya di wilayah perbatasan.
Sehubungan dengan itu, kondisi perekonomian dari
Kabupaten Musi Rawas masih relatif tertinggal dibanding daerah lainnya di Sumatera Selatan, hal ini disebabkan daerah ini belum dapat memobilisasi sumberdaya alam yang dimilikinya serta masih sangat tergantung dengan sektor pertanian dalam struktur perekonomiannya.
Salah satu strategi yang diambil
untuk memacu perkembangan perekonomian Kabupaten Musi Rawas adalah dengan cara mengembangkan potensi-potensi lokal, yaitu mengembangkan komoditas-komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dibanding daerah lain di Sumatera Selatan.
Sektor perkebunan
merupakan sektor yang mendapat prioritas tinggi dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Musi Rawas karena berdasarkan agroklimat dan kondisi fisik geografis lainnya. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2011-2015, Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas memiliki beberapa program kerja agar sektor tanaman perkebunan tetap menjadi sektor penghasil pendapatan terbesar bagi perekonomian dengan mengusahakan program kerja dan kegiatan antara lain: a.
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
b.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian / Perkebunan
c.
Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
d.
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan
e.
Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan
65
V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum dari SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, yang meliputi penjelasan mengenai matrik SNSE yang berukuran 10 x 10, yang merupakan agregasi dari matrik SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 berukuran 54 x 54, selain itu dibahas pula mengenai hasil interpretasi SNSE, kinerja perekonomian berdasarkan SNSE, kinerja sosial berdasarkan SNSE dan neraca daerah terintegrasi.
Adapun klasifikasi SNSE
Kabupaten Musi Rawas disusun oleh BPS Kabupaten Musi Rawas bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas, berdasarkan karakteristik dari Kabupaten Musi Rawas sendiri.
Penyusunan Tabel SNSE Kabupaten Musi
Rawas Tahun 2010, dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini, selain itu juga untuk mengidentifikasi hambatan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan sehingga dapat dicarikan pemecahan masalah yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat Kabupaten Musi Rawas. Gambaran umum mengenai SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, dapat dilihat pada Tabel 23 dibawah, dimana dari tabel tersebut menunjukkan bahwa total output seluruh aktivitas ekonomi di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, mencapai Rp. 10,60 triliun yang terdiri dari : (1) output domestik sebesar Rp. 8,36 triliun (diperoleh dari nilai komoditas domestik sebesar Rp. 10,60 triliun dikurangi nilai komoditas impor sebesar Rp. 2,24 triliun); dan (2) nilai komoditas impor sendiri sebesar Rp. 2,24 triliun. Dari output sebesar Rp. 10,60 triliun tersebut, menghasilkan pendapatan regional/PDRB bagi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, sebesar Rp. 7,68 triliun atau sekitar 91,9 persen dari total output domestik. Dari sisi penawaran (supply), PDRB merupakan penjumlahan dari : (1) balas jasa faktor produksi tenaga kerja sebesar Rp. 2,27 triliun; (2) faktor produksi kapital/modal (termasuk penyusutan) sebesar Rp. 5,28 triliun; dan (3) pajak tak langsung neto sebesar Rp. 119,4 miliar. Perhitungan PDRB dari sisi permintaan (demand) merupakan akumulasi dari permintaan : (1) konsumsi rumah tangga
66
sebesar Rp. 3,34 triliun; (2) permintaan konsumsi pemerintah sebesar Rp. 670,8 miliar; (3) investasi sebesar Rp. 1,03 triliun; (4) ekspor sebesar Rp. 4,87 triliun dikurangi impor yang berjumlah Rp. 2,24 triliun. Berikut ini disampaikan Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 sebagai berikut. Tabel 23. SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (10 x 10) (Rp Miliar) Klasifikasi Faktor Produksi
Institusi
Sektor
Neraca Lainnya
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Tenaga Kerja
1
2.277,9
2.277,9
Kapital
2
5.287,4
5.287,4
Rumah tangga
3
Perusahaan Pemerintah Komoditi Domestik Komoditi Impor Neraca Kapital Pajak Tak Langsung Neto Luar Kabupaten
Jumlah
2.273,8
1.714,0
22,1
249,1
325,1
121,4
4.705,5
4
3.220,2
90,9
418,7
167,2
75,0
3.972,0
5
-
135,4
1.231,0
356,8
4,9
1.847,6
4.875,5
10.603,1
119,4
6
2.238,7
561,7
1.998,3
929,0
7
1.103,3
109,1
920,0
109,4
8
628,5
1.818,6
277,1
9 10
2.241,9 2.724,2
119,4 4,1
353,2
486,5
254,6
50,7
2.277,9
5.287,4
4.705.5
3.972,0
1.847,6
10.603,1
119,4 2.241,9
1.685,8
2.241,9
2.724,2
5.076,9 119,4
5.076,9
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010
Dari Tabel 23. diatas terlihat bahwa nilai kebocoran wilayah (regional leakage) yang terjadi di Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2010, sebesar Rp. 357,3 miliar. Besarnya kebocoran wilayah yang berasal dari pendapatan faktor produksi tenaga kerja yang dikirim ke luar wilayah sebesar Rp. 4,1 miliar (perpotongan antara baris 10 dengan kolom 1). Selain itu juga terdapat kebocoran wilayah yang berasal dari pendapatan faktor produksi modal/kapital yang dikirim ke luar wilayah sebesar Rp. 353,2 miliar (perpotongan antara baris 10 dengan kolom 2). Kedua komponen tersebut merupakan penyebab terjadinya kebocoran wilayah (regional leakage) di Kabupaten Musi Rawas. Selain itu, terdapat pula transfer dari rumahtangga ke luar daerah (capital outflow) sebesar Rp. 486,5 miliar (baris 10 kolom 3), transfer dari perusahaan ke luar daerah sebesar Rp. 254,6 miliar (baris 10 kolom 4), transfer dari pemerintah ke luar daerah sebesar Rp. 50,7 miliar (baris 10 kolom 5), impor sebesar Rp. 2,24 triliun (baris 10 kolom 7) dan piutang ke luar daerah sebesar Rp. 1,68 triliun (baris 10 kolom 8).
67
Pada tahun 2010, total pendapatan rumah tangga yang ada di Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 4,71 triliun (baris 3) yang bersumber dari : (1) pendapatan tenaga kerja sebesar Rp. 2,27 triliun; (2) pendapatan kapital sebesar Rp. 1,71 triliun; (3) transfer antar rumah tangga sebesar Rp. 22,1 miliar; (4) transfer perusahaan ke rumahtangga sebesar Rp. 249,1 miliar; (5) transfer pemerintah ke rumah tangga sebesar Rp. 325,1 miliar; dan (6) transfer dari luar daerah ke rumahtangga sebesar Rp. 121,4 miliar. Selanjutnya untuk pendapatan institusi perusahaan sebesar Rp. 3,97 triliun (baris 4) bersumber dari : (1) pendapatan modal sebesar Rp. 3,22 miliar; (2) pendapatan rumahtangga sebesar Rp. 90,9 miliar; (3) transfer antar perusahaan sebesar Rp. 418,7 miliar; (4) transfer pemerintah ke perusahaan sebesar Rp. 167,2 miliar; dan transfer dari luar daerah ke perusahaan sebesar Rp. 75,0 miliar. Selain itu, untuk penerimaan pemerintah sebesar Rp. 1,84 triliun (baris 5) bersumber dari : (1) pajak langsung dari rumahtangga sebesar Rp. 135,4 miliar; (2) pajak langsung dari perusahaan sebesar Rp. 1,23 triliun; (3) transfer antar pemerintah sebesar Rp. 356,8 miliar; (4) penerimaan dari pajak tidak langsung sebesar Rp. 119,4 miliar; dan (5) transfer dari luar daerah ke pemerintah sebesar Rp. 4,9 miliar. 5.2.
Kinerja Ekonomi Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010 Untuk melihat kinerja ekonomi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, yang
diturunkan dari kerangka SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, maka komponen dapat dilihat berupa : (1) struktur perekonomian; (2) output perekonomian; dan (3) nilai tambah bruto.
Sebagaimana dijelaskan dalam
pembahasan berikut ini. 5.2.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010 Untuk melihat struktur perekonomian Kabupaten Musi Rawas berdasarkan SNSE Tahun 2010, maka dapat dilihat peranan dari sektor-sektor produksi terhadap perekonomian di Kabupaten Musi Rawas, sebagaimana terlihat pada Tabel 25. dibawah ini.
68
Tabel 24. Struktur Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010 (Juta Rp.) No 1
2
3
4 5 6
7
8
9
Sektor Produksi Pertanian - Tanaman Pangan - Tanaman Perkebunan - Peternakan - Kehutanan - Perikanan Pertambangan - Migas - Non Migas - Penggalian Industri - Ind. Makanan dan Minuman - Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan - Ind. Kertas dan Barang Cetakan - Ind. Pupuk, Kimia dan Brg Karet - Ind. Barang Galian Bukan Logam - Ind. Migas - Ind. Barang-barang lainnya Listrik dan air bersih Konstruksi Perdagangan, restoran dan hotel - Perdagangan - Hotel dan Restoran Angkutan dan komunikasi - Angkutan Jalan Raya - Angkutan Sungai, danau dan Penyebrangan - Angkutan Udara - Jasa Penunjang Angkutan - Komunikasi Lembaga keuangan dan jasa perusahaan - Bank dan Lembaga Keuangan lainnya - Sewa bangunan Jasa-jasa - Pemerintahan Umum - Jasa Sosial Kemasyarakatan - Jasa-jasa Lainnya Jumlah
PDRB Persentase 3.111.155,0 40,48 949,030,0 12,35 1.592.067,0 20,72 230.822,0 3,00 50,581,0 0,66 288.655,0 3,76 2.328.220,0 30,30 2.067.201,0 26,90 0,0 0,00 261.019 3,40 716.012,0 9,32 496.421,1 6,46 47.909.9 0,62 883,0 0,01 162.575,5 2,12 8.222,5 0,11 0,0 0,00 0,0 0,00 6.199,0 0,08 370.234,0 4,82 403.262,0 5,25 387.350,0 5,04 15.912,0 0,21 40.677,0 0,53 29.023,0 0,38 323,0 0,00 0,0 0,00 424,0 0,10 10.907,0 0,14 126.557,1 1,65 3.708,0 0,05 122.849,1 1,60 582.508,0 7,58 421.473,0 5,48 97.869,0 1,27 63.266,0 0,82 7.684.824,1 100,00
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010
Dari Tabel 24. diatas, terlihat bahwa komposisi PDRB Kabupaten Musi Rawas masih di dominasi oleh sektor pertanian dan sektor pertambangan, dimana kedua sektor tersebut memiliki karakteristik teknologi yang berbeda.
Sektor
pertanian sarat dengan muatan tenaga kerja (labor intensive), sedangkan untuk sektor pertambangan sarat dengan muatan modal (capital intensive). Pada Tabel
69
24. diatas terlihat pula, kontribusi sektor pertanian memiliki andil tertinggi bagi penciptaan PDRB di Kabupaten Musi Rawas yakni senilai Rp. 3,11 triliun atau sebesar 40,48 persen, adapun dari sektor pertanian yang paling tinggi peranannya adalah sektor tanaman perkebunan yang mampu memberi kontribusi senilai Rp. 1,59 triliun atau sebesar 20,72 persen dari total perekonomian wilayah Kabupaten Musi Rawas, menyusul kemudian sektor tanaman pangan senilai Rp. Rp. 949,03 miliar atau sebesar 12,35 persen.
Kontribusi dari sektor pertambangan dan
penggalian mempunyai nilai sebesar Rp. Rp. 2,32 triliun atau sebesar 30,30 persen, terdiri dari kontribusi yang berasal dari sektor minyak dan gas bumi sebesar Rp. 2,06 triliun atau 26,90 persen dan sektor penggalian sebesar Rp. 261,01 miliar atau sebesar 3,40 persen. Untuk sektor industri sendiri mempunyai andil terhadap PDRB sebesar Rp. 716,01 miliar atau sebesar 9,32 persen, dengan kontribusi terbesar yang berasal dari sektor industri makanan dan minuman yakni sebesar Rp. 496,42 miliar atau sebesar 6,46 persen dan kontribusi dari sektor industri pupuk, kimia dan bahan karet sebesar Rp. 162,57 miliar atau sebesar 2,12 persen. Bila kita telaah lebih dalam lagi, berdasarkan sub sektor perekonomian terlihat bahwa kontribusi sektor minyak dan gas bumi merupakan sektor terbesar terhadap penciptaan PDRB Kabupaten Musi Rawas sebesar 26,90 persen, diikuti oleh sektor perkebunan khususnya komoditas karet, kelapa sawit dan kopi juga memberi kontribusi terbesar kedua yakni sebesar 20,72 persen terhadap penciptaan PDRB Kabupaten Musi Rawas tahun 2010. Sehingga hal tersebut menjadi dasar bagi pemerintah daerah Kabupaten Musi Rawas untuk mendukung pertumbuhan sektor pertambangan dan sektor perkebunan karena selain menjadi basis bagi perekonomian wilayah, sektor tersebut juga dapat dianggap sebagai leading sector bagi pertumbuhan sektor-sektor perekonomian lainnya. Selain itu, sektor yang juga memainkan peran yang cukup penting dalam perekonomian di Kabupaten Musi Rawas adalah sektor perdagangan dengan menyumbang kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Musi Rawas sebesar 5,04 persen serta sektor perikanan sebesar 3,76 persen.
70
5.2.2. Output Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010 Output merupakan nilai produksi (baik barang maupun jasa) yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di suatu negara/wilayah, dengan memperhatikan besarnya output yang diciptakan oleh sektor-sektor dalam perekonomian wilayah, berarti dapat mengetahui pula prospek sumbangan sektorsektor yang berpotensi untuk dapat mendorong pembentukan output di suatu daerah (Aris, 2011). Berdasarkan Tabel 25. menunjukkan bahwa besarnya nilai output seluruh aktivitas ekonomi di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 sebesar Rp. 10,60 triliun.
Dimana output sektor pertanian masih mendominasi
perekonomian Kabupaten Musi Rawas, dengan kontribusi mencapai Rp. 4,09 triliun atau sebesar 38,58 persen dari total output perekonomian. Sedangkan sektor pertambangan memiliki kontribusi sebesar Rp. 2,58 triliun atau sebesar 24,35 persen dan sektor industri memiliki kontribusi senilai Rp. 1,60 triliun atau sebesar 15,18 persen.
Sedangkan untuk sektor-sektor perekonomian lainnya,
peranannya terhadap pembentukan output perekonomian di Kabupaten Musi Rawas berjumlah kurang dari 10 persen. Berikut ini disampaikan tabel output dan nilai tambah bruto menurut sektor di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010. Tabel 25. Output dan Nilai Tambah Bruto Menurut Sektor (Rp Juta) Output
Biaya Antara
Nilai Tambah Bruto
Sektor Jumlah
%
Pertanian
4.090.723,6
38,58
979.568,6
33,57
3.111.155,0
40,48
Pertambangan
2.582.272,1
24,35
254.052,1
8,71
2.328.220,0
30,30
Industri
1.609.368,2
15,18
893.356,2
30,61
716.012,0
9,32
26.012,0
0,25
19.813,0
0,68
6.199,0
0,08
Konstruksi
879.515,3
8,29
509.281,3
17,45
370.234,0
4,82
Perdagangan, restoran dan hotel
460.826,1
4,35
57.564,1
1,97
403.262,0
5,25
55.415,1
0,52
14.738,1
0,51
40.677,0
0,53
152.068,3
1,43
25.511,2
0,87
126.557,1
1,65
746.914,1
7,04
164.406,1
5,63
582.508,0
7,58
10.603.114,7
100,00
2.918.290,7
100,00
7.684.824,1
100,00
Listrik dan air bersih
Angkutan dan komunikasi Lembaga keuangan dan jasa perusahaan Jasa-jasa Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010
Selain itu, untuk lebih jelasnya lagi maka berikut ini juga disampaikan komposisi output sektor perekonomian di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010.
71
Tabel 26. Komposisi Output Sektor Perekonomian Kabupaten Musi Rawas 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sektor Nilai (Juta Rupiah) Padi 1.000.382,8 Jagung 9.120,3 Tanaman Umbi-umbian 31.379,4 Karet 1.895.005,5 Kopi 37.956,9 Kelapa Sawit 302.096,4 Tanaman Lainnya 87.391,7 Peternakan dan Hasil-hasilnya 314.603,3 Kehutanan 55.319,7 Perikanan 357.467,5 Pertambangan Migas 2.266.365,7 Pertambangan Non Migas 0,0 Penggalian 315.906,4 Industri Makanan dan Minuman 1.199.557,6 Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya 120.106,9 16 Industri kertas dan barang cetakan 1.708,8 17 Industri pupuk, kimia dan barang dari karet 270.303,8 18 Industi barang galian bukan logam (batubata) 17.691,1 19 Industri Migas 0,0 20 Industri barang-barang lainnya 0,0 21 Listrik, Gas dan Air bersih 26.012,0 22 Bangunan 879.515,3 23 Perdagangan 429.689,9 24 Hotel dan Restoran 31.136,1 25 Angkutan jalan raya 41.310,3 26 Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 408,1 27 Angkutan udara 0,0 28 Jasa penunjang angkutan 497,0 29 Komunikasi 13.199,7 30 Bank dan lembaga keuangan lainnya 21.451,8 31 Sewa bangunan 130.616,5 32 Pemerintahan umum 565.279,7 33 Jasa Sosial kemasyarakatan 112.501,3 34 Jasa-jasa lainnya 69.133,2 TOTAL 10.603.114,7 Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah)
Persentase (%) 9,43 0,09 0,30 17,87 0,36 2,85 0,82 2,97 0,52 3,37 21,37 0,00 2,98 11,31 1,13 0,02 2,55 0,17 0,00 0,00 0,25 8,29 4,05 0,29 0,39 0,00 0,00 0,00 0,12 0,20 1,23 5,33 1,06 0,65 100,00
Berdasarkan Tabel 26. bila dilihat dari komposisi output perekonomian di Kabupaten Musi Rawas, terlihat. bahwa nilai output dari sektor pertambangan migas dan sektor karet merupakan sektor yang paling dominan kontribusinya dalam menciptakan output perekonomian di Kabupaten Musi Rawas.
Sektor
pertambangan migas mempunyai nilai output sebesar Rp. 2,26 triliun atau sebesar 21,37 persen, diikuti sektor komoditas karet sebesar Rp. 1,89 triliun atau sebesar 17,87 persen. Selain kedua sektor tersebut, sektor dominan lainnya terhadap
72
pembentukan output perekonomian wilayah adalah sektor industri makanan dan minuman sebesar Rp. 1,19 triliun atau sebesar 11,31 persen, sektor komoditas padi sebesar Rp. 1,0 triliun atau sebesar 9,43 persen dan sektor bangunan sebesar Rp. 879,51 milyar atau sebesar 8,29 persen. 5.2.3. Nilai Tambah Bruto Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan SNSE Tahun 2010 Nilai PDRB Kabupaten Musi Rawas mencerminkan tingkat pendapatan regional Kabupaten Musi Rawas melalui seluruh aktivitas ekonominya. Nilai tersebut diperoleh dari total output dikurangi dengan biaya antara yang dikeluarkan oleh seluruh aktivitas ekonomi. Besarnya kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB berbeda dengan kontribusi terhadap nilai output. Perbedaan ini mencerminkan perbedaan tingkat teknologi yang digunakan di masing-masing sektor. Pada pembahasan ini dijelaskan mengenai kontribusi dari nilai tambah bruto (NTB) di Kabupaten Musi Rawas, dimana terlihat bahwa nilai tambah bruto untuk sektor pertanian sebesar Rp. 3,11 triliun atau sebesar 40,48 persen, sedangkan nilai tambah bruto untuk sektor pertambangan sebesar Rp. 2,32 triliun atau sebesar 30,30 persen dan nilai tambah bruto dari sektor industri sebesar Rp. 716,01 miliar atau sebesar 9,32 persen. Secara total nilai tambah bruto Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2010 mencapai Rp. 7,68 triliun dengan sektor yang berkontribusi besar adalah sektor pertambangan migas yaitu sebesar Rp. 2,06 triliun atau sebesar 26,90 persen, disusul sektor karet sebesar Rp. 1,32 triliun atau sebesar 17,25 persen, sektor padi sebesar Rp. 832 miliar atau sebesar 10,83 persen, industri makanan dan minuman sebesar Rp. 496 miliar atau sebesar 6,46 persen dan sektor pemerintahan umum sebesar Rp. 421 miliar atau sebesar 5,48 persen, seperti terlihat pada Tabel 27. dibawah ini..
73
Tabel 27. Nilai Tambah Bruto Sektor Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Berdasarkan Harga Produsen Tahun 2010 (Juta Rp.) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sektor Padi Jagung Tanaman Umbi-umbian Karet Kopi Kelapa Sawit Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Migas Pertambangan Non Migas Penggalian Industri Makanan dan Minuman Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya 16 Industri kertas dan barang cetakan 17 Industri pupuk, kimia dan barang dari karet 18 Industi barang galian bukan logam (batubata) 19 Industri Migas 20 Industri barang-barang lainnya 21 Listrik, Gas dan Air bersih 22 Bangunan 23 Perdagangan 24 Hotel dan Restoran 25 Angkutan jalan raya 26 Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 27 Angkutan udara 28 Jasa penunjang angkutan 29 Komunikasi 30 Bank dan lembaga keuangan lainnya 31 Sewa bangunan 32 Pemerintahan umum 33 Jasa Sosial kemasyarakatan 34 Jasa-jasa lainnya TOTAL Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah)
Nilai 832.425,0 7.259,9 27.800,2 1.325.971,3 27.594,3 238.501,4 81.545,0 230.822,0 50.581,0 288.655,0 2.067.201,0 0,0 261.019,0 496.421,1
% 10,83 0,09 0,36 17,25 0,36 3,10 1,06 3,00 0,66 3,76 26,90 0,00 3,40 6,46
47.909,9 883,0 162.575,5
0,62 0,01 2,12
8.222,5 0,0 0,0 6.199,0 370.234,0 387.350,0 15.912,0 29.023,0 323,0 0,0 424,0 10.907,0 3.708,0 122.849,1 421.473,0 97.869,0 63.166,0 7.684.824,1
0,11 0,00 0,00 0,08 4,82 5,04 0,21 0,38 0,00 0,00 0,01 0,14 0,05 1,60 5,48 1,27 0,82 100,00
5.3. Kinerja Sosial Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Berbagai kinerja sosial yang dapat digambarkan dalam kerangka SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, diantaranya adalah : (1) distribusi upah dan gaji tenaga kerja menurut sektor usaha dan produktivitas tenaga kerja sektoral; (2) distribusi pendapatan tenaga kerja menurut rumah tangga; (3) distribusi balas jasa faktor produksi; (4) distribusi pendapatan rumah tangga (disposable income); (5) distribusi pengeluaran rumah tangga; dan (6) transfer antar institusi. Berbagai indikator kinerja sosial tersebut akan diuraikan lebih terperinci sebagai berikut.
74
5.3.1. Distribusi Upah dan Gaji Menurut Sektor dan Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral Berdasarkan Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, terlihat bahwa untuk distribusi upah dan gaji tenaga kerja menurut sektor usaha menunjukkan distribusi upah dan gaji terbesar terdapat pada sektor pertanian, hal tersebut dikarenakan sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi mata pencaharian dominan bagi masyarakat di Kabupaten Musi Rawas. Untuk sektor pertanian sendiri penduduk yang berusaha di sektor perkebunan sebanyak 60 persen, dan sisanya berusaha pada sektor pertanian lain seperti petani tanaman pangan, peternak dan pengembangan sektor perikanan. Pada tahun 2010, di Kabupaten Musi Rawas untuk upah dan gaji yang merupakan imbalan tenaga kerja di sektor pertanian mencapai Rp. 785,37 milyar atau sekitar 0,87 persen dari total upah dan gaji Kabupaten Musi Rawas. Meskipun alokasi upah dan gaji paling besar masuk ke sektor pertanian, akan tetapi produktivitas tenaga kerja sektor pertanian hanya sebesar Rp. 4,03 juta per tenaga kerja, rendahnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian tersebut terutama terkait dengan rendahnya nilai tukar hasil pertanian serta banyaknya tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya di sektor ini yakni mencapai 194.695 orang atau sebanyak 75,44 persen dari jumlah tenaga kerja yang ada di Kabupaten Musi Rawas. Bila dilihat dari secara khusus untuk sektor perkebunan, pada tahun 2010 jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor perkebunan sebanyak 116.817 orang atau 45,27 persen dari total tenaga kerja, dan dengan upah dan gaji secara total yang diterima oleh para pekerja pada sektor perkebunan sebesar Rp. 471,22 milyar, sehingga produktivitas tenaga kerja pada sektor perkebunan mencapai Rp. 6,72 juta per tenaga kerja. Jika dilihat dari tingkat produktivitas, maka sektor perkebunan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat produktivitas sektor pertanian lainnya secara umum. Selanjutnya berdasarkan distribusi upah dan gaji di kabupaten Musi Rawas, yang memiliki pendapatan paling kecil adalah sektor listrik, gas dan air minum yakni sebesar Rp. 1,99 milyar, hal ini disebabkan sedikitnya tenaga kerja yang bekerja di sektor ini yakni sebanyak 120 orang, dengan tingkat produktivitas mencapai Rp.16,65 juta per tenaga kerja. Selain itu, terlihat pada Tabel 29.
75
dibawah, upah dan gaji terbesar diterima oleh para pekerja di sektor pertambangan dan penggalian yakni sebesar Rp. 578,60 miliar, dengan jumlah tenaga kerja pada sektor ini sebanyak 1.807 orang sehingga tingkat produktivitas dari tenaga kerja pada sektor pertambangan dan penggalian menjadi yang paling tinggi yakni sebesar Rp. 320,20 juta per tenaga kerja, kemudian disusul sektor konstruksi bangunan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja sebesar Rp. 39,05 juta per tenaga kerja dan sektor industri dengan tingkat produktivitas tenaga kerja sebesar Rp. 37,43 juta per tenaga kerja. Selain itu, sektor-sektor yang memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup besar dengan produktivitas tenaga kerja yang relatif tinggi adalah sektor jasa-jasa dan sektor industri.
Berikut ini disampaikan
mengenai distribusi upah dan gaji tenaga kerja menurut sektor usaha di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010. Tabel 28. Distribusi Upah dan Gaji Tenaga Kerja Menurut Sektor Usaha Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010
No 1
2 3 4 5 6 7
8 9
Sektor Pertanian a. Perkebunan b. Pertanian Lainnya Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Angkutan, Pergudangan & Komunikasi Keuangan Jasa Kemasyarakatan Jumlah
194.695 116.817 77.878
785.379,90 471.227,94 314.151,96
4,03 6,72 10,08
75,44 45,27 30,18
% Upah & Gaji 34,48 20,69 13,79
1.807
578.608,20
320,20
0,70
25,40
68,79
5.252 120
196.564,90 1.998,10
37,43 16,65
2,04 0,05
8,63 0,09
8,04 3,58
3.069 25.427 8.413
119.830,80 127.128,00 12.135,30
39,05 5,00 1,44
1,19 9,85 3,26
5,26 5,58 0,53
8,39 1,07 0,31
1.028 18.380
18.332,90 437.954,40
17,83 23,83
0,40 7,12
0,80 19,23
3,83 5,12
258.071
2.277.932,70
465,46
100,00
100,00
100,00
Jumlah TK (Orang)
Upah & Gaji (Rp. Juta)
Produktivitas TK (Rp. Juta/Org)
% Jumlah TK
% Produktivitas TK 0,87 1,44 2,17
Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
5.3.2. Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja Menurut Rumah Tangga Berdasarkan Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, juga dapat menunjukkan distribusi pendapatan tenaga kerja menurut klasifikasi rumah tangga, dimana berdasarkan SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 untuk rumahtangga diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu : (1) kategori
76
rumahtangga pertanian; (2) rumahtangga produksi, operator alat angkutan, manual dan buruh kasar; (3) rumahtangga tata usaha, penjualan jasa-jasa; dan (4) rumahtangga kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, professional dan teknisi. Penyusunan
klasifikasi
tersebut
berdasarkan
data
ketenagakerjaan
yang
diintroduksi ke dalam SNSE Musi Rawas tahun 2010, dimana proporsi tenaga kerja berdasarkan klasifikasi rumah tangga terbesar adalah pada kelompok rumah tangga pertanian. Berdasarkan Tabel 29. terlihat bahwa distribusi pendapatan tenaga kerja paling besar terdapat pada kelompok rumahtangga pertanian dengan nilai sebesar Rp. 766,17 miliar atau sebesar 34,48 persen dari total pendapatan tenaga kerja, kemudian disusul oleh kelompok rumahtangga produksi, operator alat angkutan, manual dan buruh kasar dengan nilai sebesar Rp. 621,45 miliar atau 27,28 persen dari total pendapatan tenaga kerja, rumahtangga tata usaha, penjualan, jasa-jasa dengan nilai sebesar Rp. 504,02 miliar, dan yang terakhir adalah rumahtangga kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, professional dan teknisi dengan nilai Rp. 367,07 miliar atau sebesar 16,11 persen. Tabel 29. Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja Menurut Kelompok Rumah Tangga di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 No 1
2
3 4
Rumah Tangga Pertanian a. Perkebunan b. Tanaman Pertanian Lainnya Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Tata Usaha, Penjualan, Jasajasa Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi Jumlah
194.695 116.817 77.878
766.170,70 471.227,94 314.151,96
Pendapatan Ekuivalen TK (Rp. Juta/TK) 4,03 4,03 4,03
34.734
621.451,80
17,89
13,46
27,28
16,93
22.679
504.029,90
22,22
8,79
22,13
21,02
5.963
367.071,10
61,56
2,31
16,11
58,23
2.277.932,70
105,71
100,00
100,00
100,00
Jumlah TK (Orang)
258.071
Pendapatan TK (Rp. Juta)
% Pendapatan TK
% Pendapatan Ekuivalen
75,44 45,27 30,18
34,48 20,69 13,79
3,82 3,82 3,82
% Jumlah TK
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Dari Tabel 29. diatas terlihat bahwa sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas, banyak menyerap tenaga kerja yakni sebesar 116.817 orang atau sebesar 45,27 persen dari total tenaga kerja di Kabupaten Musi Rawas, namun disisi lain pendapatan dari tenaga kerja pada sektor perkebunan belum dapat mendukung untuk memperoleh penghasilan yang relatif cukup baik yakni dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 4,03 juta per tenaga kerja, sehingga dalam usaha
77
memperoleh penghasilan yang lebih baik, maka banyak pekerja yang mulai berpindah lapangan pekerjaan dari sektor pertanian khususnya pada sektor perkebunan ke sektor bukan pertanian yang pendapatannya jauh lebih baik. Selain itu, rendahnya pendapatan para petani yang bergantung pada sektor perkebunan diakibatkan dari menurunnya nilai tambah dari sektor pertanian dikarenakan relatif rendahnya harga-harga komoditas sektor pertanian terutama komoditas perkebunan. 5.3.3. Distribusi Balas Jasa Faktor Produksi Pembahasan mengenai distribusi balas jasa faktor produksi, ditunjukkan oleh analisis pengganda pendapatan pada Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, dimana dapat dilihat pada matrik pendapatan institusi kepada rumah tangga dan perusahaan sebagai pemilik faktor produksi (Lampiran Tabel 2). Tabel 30. Distribusi Balas Jasa Faktor Produksi Berdasarkan Golongan Masyarakat Tenaga Kerja Multiplier % Buruh 0,7714 5,63 Pertanian Pengusaha 2,2819 16,65 Golongan Bawah 3,0493 22,25 Bukan Penerima Pendapatan 1,0955 7,99 Pertanian Golongan Atas 3,8150 27,83 2,6929 19,65 Perusahaan Jumlah 13,706 100,00 Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah) Institusi
Kapital Multiplier 0,0361 0,1280 0,1731 0,0715 0,2445 0,8681 1,5213
% 2,37 8,41 11,38 4,70 16,07 57,06 100,00
Bila dilihat dari Tabel 30. diatas terlihat bahwa untuk distribusi balas jasa faktor produksi tenaga kerja, balas jasa terbesar diterima oleh tenaga kerja yang berasal dari tenaga kerja golongan atas bukan pertanian yakni sebesar 27,83 persen, diikuti oleh balas jasa yang diterima oleh tenaga kerja golongan bawah bukan pertanian sebesar 22,25 persen. Sedangkan untuk distribusi balas jasa faktor produksi kapital/modal, balas jasa yang diterima dari kapital didominasi oleh perusahaan sebesar 57,06 persen dan modal/kapital yang berasal dari rumahtangga golongan atas bukan pertanian sebesar 16,07 persen serta modal/kapital yang berasal dari golongan bawah bukan petani sebesar 11,38 persen. Sedangkan untuk petani sendiri, baik sebagai buruh maupun pemilik lahan hanya menguasai kapital/modal sebesar 10,78 persen.
78
5.3.4. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga (Disposable Income) Total pendapatan seluruh rumah tangga di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 mencapai Rp. 4,71 triliun, dimana pendapatan rumah tangga tersebut berasal dari : 1) upah/gaji sebesar Rp. 2,27 triliun; 2) pendapatan kapital sebesar Rp. 1,71 triliun; dan 3) transfer sebesar Rp. 722,69 miliar. Golongan rumah tangga yang memperoleh pendapatan paling besar adalah rumahtangga golongan atas bukan pertanian, dengan pendapatan sebesar Rp. 1,46 triliun. Sedangkan golongan rumah tangga yang paling kecil pendapatan rumah tangganya adalah rumah tangga buruh pertanian, dengan total pendapatan sebesar Rp. 370,50 miliar. Dari total pendapatan rumah tangga tersebut, sebesar Rp. 3,34 triliun atau sekitar 70,95 persennya digunakan untuk konsumsi. Sedangkan pendapatan rumah tangga yang digunakan untuk pengeluaran transfer, seperti transfer ke rumah tangga lain, transfer ke luar wilayah dan membayar pajak rumah tangga, nilainya sebesar Rp 753,33 miliar atau sekitar 15,99 persen dari total pendapatan. Sehingga diperoleh selisih antara pendapatan dan pengeluaran, yang dapat dianggap sebagai tabungan rumah tangga mencapai Rp 615,19 miliar atau 13,06 persen dari pendapatan. Rumah tangga golongan atas bukan pertanian merupakan rumahtangga yang mempunyai tabungan terbesar yakni sebesar Rp 326,54 miliar. Rumah tangga golongan atas bukan pertanian dapat memiliki tabungan sebesar 22,32 persen
dari
total
pendapatannya.
Adapun
sumber-sumber
pendapatan
rumahtangga dapat berasal dari pendapatan upah/gaji, dan nonupah/nongaji, dimana dalam SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, sumber pendapatan non upah dipisahkan menjadi dua bagian meliputi pendapatan modal dan pendapatan transfer (transfer payment) dari rumah tangga lainnya. Tabel.31. Struktur Pendapatan Rumah Tangga di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (dalam Juta Rp.) Golongan Rumah Tangga Buruh Pengusaha Golongan Bawah Bukan Penerima Pertanian Pendapatan Golongan Atas Jumlah Pertanian
Upah/Gaji Nilai % 136.662,8 46,27 582.596,0 54,21 599.956,0 46,87
Pendapatan Kapital Transfer Nilai % Nilai % 29.648,1 10,04 129.074,9 43,70 294.467,3 27,40 197.678,6 18,39 488.533,7 38,17 191.443,8 14,96
233.299,2
46,47
197.608,0
39,36
71.162,7
14,17
502.069,9
100,00
721.278,6
46,43
703.760,3
45,31
128.343,5
8,26
1.553.382,5
100,00
2.273.792,7
48,32
1.714.017,3
36,43
717.703,6
15,25
4.705.513,6
100,00
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Total Nilai % 295.385,8 100,00 1.074.741,9 100,00 1.279.933,5 100,00
79
Jika diperhatikan dari Tabel 31 diatas, terlihat bahwa golongan rumahtangga di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, baik rumah tangga berpendapatan tinggi di pertanian (pengusaha) maupun rumahtangga golongan atas bukan pertanian dalam mencari sumber-sumber pendapatannya cenderung lebih banyak mengandalkan pendapatan yang berasal dari kapital/modal sebagai sumber pendapatan utama.
Kontribusi pendapatan modal pada komposisi
pendapatan kapital kedua golongan rumah tangga tersebut berada pada kisaran 27 persen – 45 persen, dan pendapatan modal yang paling banyak adalah pendapatan modal golongan rumah tangga atas bukan pertanian yakni sebesar 45,3 persen. Hal tersebut sangat berbeda dengan rumah tangga pengusaha pertanian yang mengandalkan pendapatan terbesar bersumber dari upah/gaji yakni sebesar 54,2 persen, serta rumahtangga golongan bawah bukan pertanian juga mengandalkan pendapatan yang bersumber dari upah/gaji yakni sebesar 46,87 persen. Selain itu juga, terlihat bahwa sebagian rumah tangga yang berpendapatan tinggi baik di pertanian maupun bukan pertanian adalah pemilik modal yang menerima sewa dan bunga dari usaha investasi sumber daya ekonomi yang dimilikinya, sehingga hal tersebut dapat memberikan tanda bahwa apabila seseorang ingin pendapatannya lebih tinggi lagi, maka orang tersebut harus memobilisasi sumber pendapatannya kepada kepemilikan modal. Beberapa cara untuk meningkatkan pendapatan dengan cara menanamkan modal dalam bentuk usaha, menyewakan rumah ataupun properti, dan yang paling mudah adalah mendepositokan sebagian kekayaan atau tabungannya ke bank. Untuk transfer payment, bagi golongan pendapatan bawah bukan pertanian ataupun buruh baik pada golongan rumah tangga pertanian dan bukan pertanian menjadi salah satu sumber pendapatan utama setelah upah/gaji. Adapun andil transfer payment dalam membentuk total pendapatan rumahtangga mencapai 43,70 persen untuk golongan rumahtangga pertanian dan 14,96 persen untuk golongan rumahtangga bukan pertanian, sedangkan pendapatan kapital bukan merupakan pendapatan yang utama dalam sumber pendapatan mereka. 5.3.5. Distribusi Pengeluaran Rumah Tangga Struktur pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, pengeluaran untuk konsumsi terbesar berasal dari rumahtangga buruh pertanian
80
sebesar Rp. 279,35 miliar atau 94,57 persen, diikuti rumah tangga pengusaha pertanian sebesar Rp. 893,19 miliar atau 83,11 persen dan rumah tangga penerima pendapatan bukan pertanian sebesar Rp. 361,98 miliar atau 72,10 persen. Untuk pengeluaran transfer terbesar berasal dari rumahtangga golongan bawah bukan pertanian sebesar Rp. 285,87 miliar atau 22,34 persen, selanjutnya rumahtangga golongan atas bukan pertanian sebesar Rp. 243,80 miliar atau 15,69 persen dan rumahtangga penerima pendapatan bukan pertanian sebesar Rp. 67,50 miliar atau 13,45 persen. Seperti yang terlihat pada Tabel 32. berikut ini. Tabel 32. Struktur Pengeluaran Rumah Tangga di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (dalam Juta Rp.) Rumah Tangga Buruh Pertanian Pengusaha Golongan Bawah Bukan Penerima Pertanian Pendapatan Golongan Atas Jumlah
Konsumsi Nilai % 279.359,0 94,57 893.193,2 83,11
Pengeluaran Transfer Nilai % 15.550,0 5,26 122.263,7 11,38
Total Nilai % 294.909,0 99,84 1.015.456,9 94,48
891.084,4
69,62
285.875,7
22,34
1.176.960,1
361.982,3
72,10
67.506,5
13,45
916.358,5
58,99
243.800,1
3.341.977,3
71,02
734.996,1
Tabungan Nilai 476,8 59.285,1
% 0,16 5,52
91,95
102.973,4
8,05
429.488,8
85,54
72.581,1
14,46
15,69
1.160.158,6
74,69
393.223,9
25,31
15,62
4.076.973,3
86,64
628.540,3
100,00
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Untuk tabungan, jumlah terbesar berasal dari rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar Rp. 393,22 miliar juta atau 25,31 persen, selanjutnya rumahtangga penerima pendapatan bukan pertanian sebesar Rp. 72,58 miliar atau 14,46 persen dan rumahtangga golongan bawah bukan pertanian sebesar Rp. 102,97 miliar atau 8,05 persen, dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin mapan golongan rumahtangga maka akan semakin besar pula jumlah yang dapat mereka tabung. 5.3.6. Transfer Antar Institusi Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, juga memperlihatkan transfer antar institusi seperti : 1) transfer antar rumah tangga; 2) transfer perusahaan dan pemerintah ke rumah tangga; serta 3) transfer rumah tangga dan perusahaan ke pemerintah. Berdasarkan Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, menunjukkan bahwa rumahtangga di Kabupaten Musi Rawas memperoleh total transfer sebesar Rp. 596.27 milyar. Golongan rumah tangga
81
yang paling besar memperoleh transfer adalah rumah tangga pengusaha pertanian diikuti oleh rumahtangga golongan bawah bukan pertanian. Selain itu, untuk transfer dari pemerintah ke rumah tangga yang paling besar dinikmati oleh rumahtangga pengusaha pertanian dan rumah tangga buruh pertanian. Seperti terlihat pada Tabel 34. dibawah, dimana transfer yang diterima oleh pemerintah sebesar Rp. 1,72 triliun bersumber dari : (1) pajak langsung yang dibayarkan rumah tangga sebesar Rp. 135,4 milyar; (2) pajak langsung yang dibayarkan perusahaan sebesar Rp. 1,23 triliun; dan (3) transfer antar pemerintah sebesar Rp. 356,77 milyar dimana nilai ini tidak lain adalah nilai transfer pemerintah pusat atau propinsi ke daerah dalam bentuk dana perimbangan. Tabel 33. Sumber Transfer Institusi di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 No
Institusi
Sumber Transfer (Rp. Juta) Rumah Perusahaan Pemerintah Tangga
A 1 2 3
Transfer ke Rumah Tangga Buruh Pertanian 5.845,3 11.728,2 Pengusaha Pertanian 4.911,0 48.422,0 Golongan Bawah Non 6.069,2 Pertanian 67.239,5 4 Penerima Pendapatan Non 3.864,7 Pertanian 28.340,7 5 Golongan Atas Non 1.443,8 Pertanian 93.359,5 Jumlah 22.134,00 249.089,90 B Transfer ke Perusahaan 90.905,7 418.706,1 C Transfer ke Pemerintah 135.410,9 1.231.047,2 Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Total Transfer
94.464,4 103.741,3
112.037,90 157.074,30
71.527,6
144.836,30
29.049,0
61.254,40
26.270,3 325.052,60 167.200,2 356.774,4
121.073,60 596.276,50 676.812,00 1.723.232,50
5.4. Neraca Daerah Terintegrasi Tabel SNSE selain dapat menunjukkan kinerja ekonomi dan kinerja sosial seperti yang telah digambarkan diatas, juga dapat membentuk beberapa neraca umum yang terintegrasi berupa : (1) neraca pendapatan dan pengeluaran institusi; (2) neraca kapital; dan (3) neraca luar negeri (luar daerah) 5.4.1. Neraca Pendapatan dan Pengeluaran Institusi Neraca pendapatan dan pengeluaran institusi menggambarkan besarnya pendapatan dan pengeluaran secara agregat dari seluruh institusi yang terdiri dari rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Komponen dari pengeluaran institusi rumah tangga terdiri dari : (1) transfer antar rumah tangga, (2) alokasi pengeluaran
82
rumah tangga ke perusahaan, (3) pengeluaran pajak dari rumah tangga, (4) pengeluaran rumah tangga untuk belanja komoditas, (5) tabungan rumah tangga, dan (6) transfer dari rumah tangga ke luar daerah. Sedangkan untuk pengeluaran institusi perusahaan terdiri dari : (1) Transfer dari perusahaan ke rumah tangga, (2) transfer antar perusahaan, (3) pembayaran pajak langsung, (4) tabungan perusahaan, dan (5) transfer dari perusahaan ke luar daerah. Untuk pengeluaran institusi pemerintah terdiri dari : (1) transfer pemerintah ke rumah tangga, (2) transfer pemerintah ke perusahaan, (3) transfer antar pemerintah, (4) pengeluaran pemerintah, (5) tabungan pemerintah, dan (6) transfer pemerintah ke luar daerah. Total nilai pengeluaran seluruh institusi di daerah ini adalah sebesar Rp. 10,525 triliun. Adapun pengeluaran terbesar adalah pengeluaran rumah tangga untuk belanja sebesar Rp. 3,34 triliun, diikuti oleh pengeluaran perusahaan untuk ditabung sebesar Rp. 1,18 triliun. Komponen pendapatan institusi rumah tangga terdiri dari : (1) pendapatan rumah tangga dari tenaga kerja, (2) pendapatan rumah tangga dari modal, (3) pendapatan transfer antar rumah tangga, (4) pendapatan transfer dari Perusahaan, (5) pendapatan transfer dari pemerintah, dan (6) transfer dari luar daerah ke rumah tangga. Pendapatan institusi perusahaan terdiri dari : (1) pendapatan perusahaan dari modal, (2) pendapatan dari rumah tangga, (3) pendapatan antar perusahaan, (4) pendapatan dari pemerintah, dan (5) transfer dari luar daerah ke perusahaan. Sedangkan pendapatan institusi pemerintah berasal dari : (1) pendapatan pajak langsung dari rumah tangga, (2) pendapatan pajak langsung dari perusahaan, (3) transfer antar pemerintah, (4) penerimaan dari pajak tidak langsung, dan (5) transfer dari luar daerah ke pemerintah. Berdasarkan neraca ini, maka pendapatan institusi paling besar dari pendapatan modal yakni sebesar Rp. 3,22 triliun, diikuti oleh pendapatan rumah tangga yang berasal dari tenaga kerja sebesar Rp. 2,27 triliun, seperti terlihat pada Tabel 34 berikut ini.
83
Tabel 34. Neraca Pendapatan dan Pengeluaran Institusi Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Milyar Rupiah) No 1
2
3
Pengeluaran Rumah Tangga a. Transfer Antar RT b. Alokasi Pengeluaran RT ke Persh. c. Pengeluaran Pajak dari RT d. Pengeluaran RT untuk belanja Komoditas e. Tabungan RT f. Transfer dari RT ke Luar Daerah Perusahaan a. Transfer Persh ke RT b. Transfer Antar Persh. c. Pembayaran Pajak Langsung d. Tabungan Persh. e. Transfer dari Persh. ke Luar Daerah Pemerintah a. Transfer Pemerintah ke RT b. Transfer Pemerintah ke Persh. c. Transfer Antar Pemerintah d. Pengeluaran Pemerintah e. Tabungan Pemerintah f. Transfer Pemerintah ke Luar Daerah Total
Nilai 4.705,50 22,1 90,9
No 1
135,4 3.342,0
628,5 486,5 3.972,0 249,1 418,7 1.231,0
2
Perusahaan a. Pendapatan Persh dari Modal b. Pendapatan dari RT. c. Pendapatan Antar Perusahaan d. Pendapatan dari Pemerintah e. Transfer dari Luar Daerah ke Persh.
3
Pemerintah a. Pendapatan Pajak Langsung dari RT b. Pendapatan Pajak Langsung dari Persh. c. Transfer Antar Pemerintah d. Penerimaan dari Pajak Tdk Langsung e. Transfer dari Luar Daerah ke Pemerintah
1.818,6 254,6 1.847,6 325,1 167,2 356,8 670,8 277,1
Pendapatan Rumah Tangga a. Pendapatan RT dari Tenaga Kerja b. Pendapatan RT dari Modal c. Pendapatan Transfer Antar RT d. Pendapatan Transfer dari Persh e. Pendapatan Transfer dari Pemerintah f. Transfer dari Luar Daerah ke RT
50,7 10.525,1
Total
Nilai 4.705,50 2.273,8 1.714,0 22,1 249,1 325,1 121,4 3.972,0 3.220,2 90,9 418,7 167,2 75,0
1.847,6 135,4 1.231,0 356,8 119,4 4,9
10.525,1
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
5.4.2. Neraca Kapital Neraca kapital menggambarkan perbandingan besarnya investasi dan piutang sebagai sisi pengeluaran untuk dalam neraca kapital dengan tabungan dan pinjaman luar wilayah sebagai sisi pendapatan. Berdasarkan neraca kapital SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, tergambar bahwa investasi di Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 1,03 triliun dan nilai piutang sebesar Rp. 1,68 triliun yang berasal dari selisih penerimaan dan pengeluaran transaksi berjalan dan transaksi modal luar negeri.
84
Tabel 35. Neraca Kapital Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Rp. Miliar) No 1 2 3
Pengeluaran Investasi Barang Modal Domestik Investasi Barang Modal Impor Piutang
Nilai 929,0
No 1
109,4 1.685,8
Pendapatan Tabungan institusi a. Tabungan Masyarakat
b. c. d.2
b. Tabungan Perusahaan c. Tabungan Pemerintah Pinjaman Luar Negeri (Netto) Total 2.724,2 Total Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Nilai
628,5 1.818,6 277,1 0,00 2.724,2
Berdasarkan Tabel 35. diatas, total pengeluaran neraca kapital Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 sebesar Rp. 2,72 triliun. Pembiayaan sisi pengeluaran dari neraca kapital ini tidak menggunakan dana pinjaman luar negeri, tetapi diperoleh dari tabungan institusi, terutama tabungan masyarakat dan tabungan perusahaan. Total tabungan institusi bernilai Rp. 2,72 triliun yang komponen terbesarnya berasal dari : (1) tabungan perusahaan sebesar Rp. 1,81 triliun; dan (2) tabungan masyarakat sekitar Rp. 628,5 miliar. Untuk tabungan pemerintah sendiri mencapai angka sebesar Rp. 277,1 miliar. Pada neraca diatas juga terlihat bahwa jumlah tabungan rumah tangga merupakan komponen kedua terbesar dari total tabungan institusi. Dari tabungan tersebut paling besar berasal dari golongan atas bukan pertanian (25,31 persen) dan golongan penerima pendapatan (14,46 persen) seperti yang telah dijelaskan pada Tabel 32. 5.4.3. Neraca Luar Negeri (Luar Daerah) Neraca luar negeri (luar daerah) dalam Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, menggambarkan besarnya transaksi ekonomi luar negeri dengan berbagai pelaku ekonomi di Kabupaten Musi Rawas. Berdasarkan arah dari arus uang, maka yang menjadi komponen pengeluaran neraca luar negeri ini adalah : (1) nilai ekspor; (2) transfer dari luar; (3) penerimaan faktor produksi dari luar; dan (4) piutang. Sedangkan dari komponen pendapatan terdiri dari : (1) nilai impor; (2) transfer ke luar; (3) pembayaran faktor produksi ke luar; dan (4) hutang, seperti terlihat pada Tabel 36 dibawah ini.
85
Tabel 36. Neraca Luar Negeri (Luar Daerah) di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Milyar Rupiah) No 1 2
Pengeluaran Ekspor Transfer dari Luar ke RT
3
Transfer dari Luar ke Persh
4
Transfer dari Pemerintah
Luar
Nilai 4.875,5 121,4
Ke
No 1 2
75,0
3
4,9
4 5 6 7
Total
5.076,9
Pendapatan Impor Pendapatan TK dikirim ke Luar Daerah Pendapatan Modal dikirim ke Luar Daerah Transfer dari RT ke Luar Daerah
Nilai 2.241,9 4,1
Transfer dari Persh ke Luar Daerah Transfer dari Pem. ke Luar Daerah Piutang Luar Daerah Total
254,6 50,7 1.685,8 5.076,9
353,2 486,5
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Tabel 36. diatas menggambarkan neraca luar negeri (luar daerah) untuk di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp. 5,07 triliun, dimana besarnya ekspor dari berbagai sektor berjumlah Rp. 4,87 triliun dan nilai impornya sebesar Rp. 2,24 triliun, sedangkan nilai penerimaan produksi dari luar daerah sebesar Rp. 201,3 miliar yang berasal dari : (1) balas jasa yang diterima daerah dari tenaga kerja yang bekerja di luar wilayah (seperti upah TKI) sebesar Rp. 121,4 miliar; (2) balas jasa yang diterima dari luar daerah akibat dari kegiatan investasi perusahaan di luar wilayah sebesar Rp. 75 miliar; serta (3) penerimaan transfer dari luar ke pemerintah sebesar Rp. 4,9 miliar. Sedangkan pembayaran faktor produksi ke luar berjumlah sekitar Rp. 357,4 miliar berupa : (1) pembayaran faktor produksi tenaga kerja sebesar Rp. 353,2 milyar; dan (2) faktor produksi modal ke luar wilayah sebesar Rp. 4,1 milyar. 5.5. Peran Sektor Perkebunan Terhadap Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Output dari tanaman sektor perkebunan mempunyai kontribusi sebesar Rp. 2,23 triliun atau sebesar 54,64 persen dari total output sektor pertanian yang berjumlah Rp. 4,09 triliun, sehingga sektor perkebunan dirasakan sangat penting dalam pembentukan output sektor pertanian di Kabupaten Musi Rawas, oleh sebab itu perlunya perhatian semua pihak terhadap pengembangan sektor tersebut dalam mendorong pembangunan wilayah di Kabupaten Musi Rawas seperti tergambar pada Tabel 37. Dibawah ini.
86
Tabel 37. Output Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 No Sektor Nilai (Juta Rupiah) 1 Padi 1.000.382,8 2 Jagung 9.120,3 3 Tanaman Umbi-umbian 31.379,4 4 Karet 1.895.005,5 5 Kopi 37.956,9 6 Kelapa Sawit 302.096,4 7 Tanaman Lainnya 87.391,7 8 Peternakan dan Hasil-hasilnya 314.603,3 9 Kehutanan 55.319,7 10 Perikanan 357.467,5 Total Output Sektor Kelompok Pertanian 4.090.723,6 Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah)
(%) 24,45 0,22 0,77 46,32 0,93 7,38 2,14 7,69 1,35 8,74 100,00
Selain itu pula, untuk mengetahui secara rinci peranan dari sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas, maka perlu dijelaskan mengenai perbandingan kontribusi sektor perkebunan terutama dalam pembentukan nilai output, nilai tambah bruto, dan pendapatan. Dari Tabel 39. dibawah, terlihat bahwa sektor karet merupakan sektor terbesar dalam pembentukan output sektor perkebunan. Artinya sektor karet merupakan sektor utama yang berperan dalam kelompok sektor perkebunan dengan kontribusi sebesar 84,79 persen.
Oleh
karena itu, sektor komoditas karet memiliki peran penting dalam pengembangan sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas, bila dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Seperti terlihat pada Tabel 38 dibawah ini. Tabel 38. Distribusi Output Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010
No
Sektor Kelompok Perkebunan
1 Karet 2 Kopi 3 Kelapa Sawit Total Output
Output (Juta Rupiah) 1.895.005,5 37.956,9 302.096,4 2.235.058,9
Persentase (%) 84,79 1,70 13,52 100,00
Jumlah Kepala Rumah Tangga 126.527 3.717 13.722 143.966
Luas Areal Tanam (Ha) 329.522 40.006 34.440 403.968
Produktivitas (Juta Rupiah) Rp./KRT 14,98 10,21 22,02
Rp/Ha 5,75 0,95 8,77
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah)
Selanjutnya, bila dilihat dari sisi produktivitas sektor perkebunan berdasarkan jumlah kepala rumah tangga, maka sektor kelapa sawit mempunyai produktivitas tertinggi diantara sektor yang lain yakni sebesar Rp. 22,02 juta per kepala rumah tangga. Demikian juga pada sisi produktivitas sektor perkebunan berdasarkan luas tanam, maka juga akan terlihat bahwa sektor kelapa sawit
87
mempunyai nilai produktivitas tertinggi diantara kedua jenis komoditas perkebunan lainnya yakni sebesar Rp. 8,77 per hektar. Kondisi tersebut dapat mengindikasikan bahwa untuk sektor tanaman karet masih belum optimal terutama dalam menghasilkan output baik dilihat berdasarkan luasan areal tanam maupun jumlah kepala keluarga yang mengusahakannya, dan berarti pula bahwa land rent lahan karet terlihat juga masih rendah dibandingkan dengan sektor kelapa sawit. Berikutnya juga akan dibahas mengenai nilai tambah bruto sektor perkebunan seperti dijelaskan pada Tabel 39 dibawah ini. Tabel 39. Distribusi Nilai Tambah Bruto (NTB) Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Jumlah Luas Kepala Areal No Persentase Rumah Tanam Tangga (Ha) 1 Karet 1.325.971,3 83,29 126.527 329.522 2 Kopi 27.594,3 1,73 3.717 40.006 3 Kelapa Sawit 238.501,4 14,98 13.722 34.440 Total Output 1.592.067,0 100,00 143.966 403.968 Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah) Sektor Kelompok Perkebunan
Output (Juta Rupiah)
Produktivitas (Juta Rupiah) Rp/KRT
Rp/Ha
10,48 7,42 17,38
4,02 0,69 6,93
Dari Tabel 39. diatas terlihat bahwa sektor karet merupakan sektor terbesar dalam pembentukan output sektor perkebunan dengan kontribusi sebesar Rp. 1,32 triliun atau sebesar 83,29 persen dimana sektor komoditas karet memiliki peran penting dalam sektor perkebunan bila dibandingkan dengan sektor perkebunan lainnya. Selanjutnya, bila dilihat dari sisi produktivitasnya, maka output yang berdasarkan tenaga kerja yang mengusahakannya, maka sektor kelapa sawit mempunyai produktivitas tertinggi sebesar Rp. 17,38 juta per kepala rumah tangga. Demikian juga pada sisi produktivitas berdasarkan luasan areal tanam, terlihat sektor kelapa sawit juga mempunyai nilai tertinggi diantara kedua jenis komoditas perkebunan lainnya yakni sebesar Rp. 6,93 juta per hektar, sehingga dari kondisi tersebut dapat mengindikasikan bahwa sektor tanaman karet di Kabupaten Musi Rawas juga masih belum optimal digarap, hal tersebut dikarenakan sebanyak 38,5 persen dari total lahan yang digarap untuk tanaman karet merupakan lahan yang ditanami tanaman yang belum menghasilkan (TBM) dan juga banyaknya tanaman karet yang rusak.
88
5.5.1. Peran Sektor Perkebunan Terhadap Pembentukan Struktur Perekonomian Wilayah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pembahasan ini akan menjelaskan mengenai kontribusi masing-masing komoditas perkebunan terhadap pembentukan struktur output, nilai tambah bruto, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, dimana bila dilihat dari sisi pembentukan output perekonomian, komoditas karet mempunyai nilai output terbesar yakni sebesar Rp. 1,89 triliun atau sebesar 36,64 persen, bila dibandingkan dengan komoditas kopi dan kelapa sawit. Sedangkan untuk nilai tambah bruto, komoditas kelapa sawit mempunyai nilai tambah bruto terbesar yakni sebesar Rp. 238,5 milyar atau sebesar 26,65 persen, bila dibandingkan dengan komoditas karet dan kopi.
Selain itu, sektor kopi ternyata juga
memberikan kontribusi yang paling tinggi dari sisi ekspor dan investasi dengan nilai Rp. 34,9 milyar atau sebesar 32,59 persen, sedangkan untuk nilai balas jasa tenaga kerja terbesar dari berasal dari komoditas kelapa sawit yakni sebesar Rp. 79,1 milyar atau sebesar 8,84 persen, seperti terlihat pada Tabel 40. berikut ini. Tabel 40. Kontribusi Sektor Perkebunan Terhadap Pembentukan Struktur Perekonomian Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 No 1 2 3 4
Peran Sektor Terhadap Pembentukan Output (Rp Juta) Nilai Tambah Bruto (Rp. Juta) Ekspor dan investasi (Rp. Juta) Tenaga Kerja (Rp. Juta) Total
Karet Nilai 1.895.005,5 1.325.971,3
% 36,64 25,64
Kopi Nilai % 37.956,9 35,41 27.594,3 25,74
Kelapa Sawit Nilai % 302.096,4 33,76 238.501,4 26,65
1.591.906,1
30,78
34.934,9
32,59
275.237,4
30,75
358.755,3 5.171.638,2
6,94 100,0
6.698,7 107.184,8
6,25 100,0
79.110,6 894.945,8
8,84 100,0
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, (data diolah)
Dari hasil analisis diatas, dapat dinyatakan bahwa secara umum sektor komoditas karet apabila ditinjau dari aspek pembentukan output, nilai tambah bruto, ekspor dan investasi ternyata memiliki peran yang sangat besar dan mempunyai arti sangat penting bagi perekonomian di Kabupaten Musi Rawas, akan tetapi untuk nilai balas jasa tenaga kerja ternyata masih dibawah komoditas kelapa sawit, sehingga dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa komoditas karet belum dapat optimal sepenuhnya dinikmati oleh penduduk yang bekerja dan berusaha di sektor karet dikarenakan masih kecilnya nilai dari pengusahaan komoditas karet yakni sebesar 6,94 persen, sedangkan dari total jumlah kepala
89
keluarga yang mengusahakan ditemukan kondisi bahwa komoditas karet merupakan komoditas yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Musi Rawas.
Selanjutnya analisis berikut akan mengetahui
produktivitas dari sektor perkebunan sebagai berikut. Tabel 41. Produktivitas Sektor Perkebunan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Sektor
(Juta Rupiah/Kepala Rumah Tangga) PDRB/KRT Ekspor/KRT Output/KRT 10,5 12,6 15,0 7,4 9,4 10,2
Karet Kopi Kelapa 17,4 20,1 Sawit Sumber : Data Sekunder, (diolah)
22,0
(Juta Rupiah/Hektar) PDRB/Ha Ekspor/Ha Output/Ha 4,0 4,8 5,8 0,7 0,9 0,9 6,9
8,0
8,8
Dari Tabel 41. diatas, terlihat bahwa produktivitas berdasarkan jumlah kepala rumah tangga, maka untuk komoditas karet memiliki nilai PDRB sebesar Rp. 10,5 juta per kepala rumah tangga, nilai ekspor sebesar Rp. 12,6 juta per kepala rumah tangga, dan nilai output sebesar Rp. 15,0 juta per kepala rumah tangga.
Selanjutnya, jika dilihat produktivitas berdasarkan pada luasan areal
tanam, maka terlihat bahwa kontribusi sektor karet berdasarkan nilai PDRB sebesar Rp. 4,0 juta per hektar, nilai ekspor sebesar Rp. 4,8 juta per hektar dan nilai output sebesar Rp. 5,8 juta per hektar.
Apabila dilihat dari tingkat
produktivitas sebagaimana tabel 41 diatas menunjukkan bahwa sektor karet memiliki produktivitas yang masih rendah dikarenakan belum optimalnya pengelolaan sektor karet. 5.5.2. Multiplier Effect Sektor Perkebunan Terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Berikut ini akan disampaikan pembahasan mengenai analisis multiplier di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, namun sebelumnya perlu dijelaskan bahwa tidak seluruh sektor ekonomi yang tercantum dalam SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 yang akan dibahas, melainkan hanya pada sektor-sektor yang berbasis pertanian terutama sektor perkebunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut.
90
Tabel 42. Dampak Multiplier dalam Perekonomian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pengeluaran
Neraca Endogen
Neraca Eksogen
Tenaga Kerja Faktor Bukan Produksi Tenaga Kerja Rumah Tangga Institusi Perusahaan Pemerintahan Aktivitas Produksi
1 1,0508 3,3963
2 0,0160 1,2015
3 0,1086 2,3025
4 0,0160 0.1169
5 0,0422 0,2538
Aktivitas Produksi 6 1,2165 23,6718
2,2026
0,1306
1,4059
0,0698
0,1459
4,2169
2,6929 1,4314 0,2216
0,8681 0,3571 0,0154
1,7978 0,9288 0,1504
1,2549 0,4947 0,0113
0,3292 1,3924 0,0271
17,3193 7,4069 1,64
Faktor Produksi
Penerimaan 1 2 3 4 5 6
Institusi
Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Secara umum pada Tabel 42. diatas terlihat bahwa dampak multiplier faktor produksi tenaga kerja terbesar terjadi ke neraca institusi rumah tangga yakni sebesar 2,2026 dan ke neraca faktor produksi tenaga kerja sendiri yakni sebesar 1,0508, sedangkan untuk dampak multiplier faktor produksi bukan tenaga kerja terbesar terjadi ke neraca faktor produksi bukan tenaga kerja yakni sebesar 1,2015 dan ke neraca perusahaan sebesar 0,8681. Selain itu, untuk dampak multiplier neraca institusi tenaga kerja terbesar terjadi ke neraca aktivitas produksi sebesar 0,1504, sedangkan untuk dampak multiplier neraca institusi perusahaan terbesar terjadi ke neraca perusahaan sendiri sebesar 1,2549 dan dampak multiplier neraca institusi pemerintah terbesar terjadi ke neraca pemerintah sendiri sebesar 1,3924. Tabel 43. Analisis Multiplier SNSE Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas No 1
Sektor Produksi Pertanian - Tanaman Pangan - Tanaman Perkebunan - Peternakan - Kehutanan - Perikanan
VAM 1,2845 1,3020 1,2503 1,2123 1,3597 1,2980
HIIM 0,7652 0,7761 0,7585 0,7277 0,8187 0,7448
GIM 0,2823 0,2861 0,2692 0,2642 0,2952 0,2970
OLSM 1,0076 0,9898 1,1049 0,9852 0,9607 0,9972
PROM 2,0827 2,0337 2,1638 2,1148 2,0073 2,0940
GOM 5,0784 5,0703 5,0721 4,9388 5,1733 5,1374
Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Keterangan : VAM : Value Added Multiplier HIIM : Household Induced Income Multiplier GIM : Government Income Multiplier
PROM : Production Multiplier GOM : Gross Output Multiplier OLSM : Other Linkage Sector Multiplier
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dibahas mengenai analisis multiplier Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, dimana jika diperhatikan pada data VAM
91
(Value Added Multiplier) berdasarkan pada Tabel 43. maka terlihat jelas ada dua sektor basis pertanian yang memiliki angka VAM terbesar yakni sektor tanaman pangan sebesar 1,3020 dan sektor kehutanan sebesar 1,3597. Oleh karena basis perhitungan VAM adalah faktor-faktor produksi (tenaga kerja dan modal), maka angka 1,3020 pada sektor tanaman pangan memberi arti jika tanaman pangan diinjeksi neraca eksogennya sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan memberikan dampak kenaikan penerimaan tenaga kerja dan modal (output) sebanyak Rp. 1,30 miliar. Dengan kata lain sektor tanaman pangan dapat memiliki kemampuan untuk menciptakan kenaikan PDRB di Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 1,30 miliar untuk setiap peningkatan permintaan akhirnya sebesar Rp. 1 miliar. Begitu pula sebaliknya, untuk besaran koefisien VAM pada sektor perkebunan yakni sebesar 1,2503 dimana nilai koefisien VAM sebesar 1,2503 pada sektor tanaman perkebunan memberi arti jika tanaman pangan diinjeksi neraca eksogennya sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan memberikan dampak kenaikan penerimaan tenaga kerja dan modal (output) sebanyak Rp. 1,25 miliar. Dengan kata lain sektor tanaman perkebunan dapat memiliki kemampuan untuk menciptakan kenaikan PDRB di Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 1,25 miliar untuk setiap peningkatan permintaan akhirnya sebesar Rp. 1 miliar. Angka multiplier yang penting berikutnya yang akan diulas adalah Other Linkage Sector Multiplier (OLSM). Pada multiplier ini menggambarkan seberapa jauh keterkaitan ke belakang suatu sektor produksi dengan sektor-sektor produksi lainnya. Berdasarkan pengolahan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sektor ekonomi berbasis pertanian yang paling erat keterkaitannya dengan dengan sektor-sektor produksi lain dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Musi Rawas adalah industri barang dari kayu dan hasil hutan dengan nilai koefisien OLSM sebesar 1,48 serta industri makanan dan minuman dengan nilai koefisien OLSM sebesar 1,28. Hal tersebut berarti bahwa apabila terjadi kenaikan neraca eksogen di sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan meningkatkan penerimaan pada sektor-sektor produksi yang lain sebesar Rp. 1,48 miliar, begitu pula untuk sektor industri makanan dan minuman dimana apabila terjadi kenaikan neraca eksogen di sektor industri makanan dan minuman sebanyak Rp. 1 miliar maka akan meningkatkan penerimaan pada
92
sektor-sektor produksi yang lain sebesar Rp. 1,28 miliar. Untuk nilai multiplier OLSM tertinggi di sektor berbasis pertanian adalah sektor tanaman perkebunan yakni sebesar 1,1049 dan sektor perikanan sebesar 0,9972, sedangkan yang paling rendah adalah sektor kehutanan dengan nilai 0,9607. Dari nilai HIIM (Household induced income multiplier) sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 0,7585 yang berarti bahwa ketika neraca eksogen sektor tanaman perkebunan diinjeksi sebesar Rp. 1 milyar, maka akan memberi dampak kenaikan penerimaan rumah tangga sebanyak Rp. 0,75 milyar. Selain itu, untuk nilai GIM (government income multiplier) sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 0,2692 yang berarti bahwa ketika ada injeksi sebesar Rp. 1 milyar terhadap neraca eksogen, maka sektor perkebunan mampu menaikkan penerimaan daerah Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 0,26 milyar. Untuk nilai PROM (production multiplier) sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 2,1638, yang berarti bahwa ketika diberi injeksi sebesar Rp. 1 milyar, maka penerimaan produksi regional secara keseluruhan akan meningkat sebesar Rp. 2,16 milyar. Untuk analisis gross output multiplier (GOM) sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 5,0721, yang memberi arti bahwa ketika diberi injeksi sebesar Rp. 1 milyar maka diperkirakan total penerimaan ekonomi domestik sektor perkebunan secara agregat akan naik sebesar Rp. 5,07 milyar. 5.5.3. Dekomposisi Nilai Pengganda Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian Analisis ini berusaha memecah nilai multiplier total suatu sektor ekonomi berbasis pertanian ke dalam tiga komponen efek yang menjadi aliran penerimaan perekonomian domestik ketika neraca eksogen suatu sektor industri diberi injeksi (initial injection). Ketiga blok efek yang dimaksud adalah own effect, open loop effect, dan closed loop effect. Analisis dekomposisi ini dimulai dengan adanya injeksi terhadap neraca eksogen suatu faktor produksi berbasis pertanian sebesar Rp. 1 milyar, misalnya untuk neraca eksogen sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya (SIHH), apabila dilihat dari Tabel 45 dibawah, maka yang akan merasakan langsung dari injeksi yang diberikan adalah sektor itu sendiri dimana pengusaha akan menikmati efek multiplier dari injeksi tersebut sebesar Rp. 1,06 miliar. Untuk mencapai kenaikan tersebut industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, membutuhkan bahan baku dari sektor-sektor industri lainnya
93
sehingga hasil injeksi tersebut berdampak pada kenaikan penerimaan sektor lainnya secara total (own effect) berjumlah Rp. 470 juta dengan perician : (1) sektor produksi kehutanan yang menyediakan kayu hutan naik sebesar Rp. 460 juta; (2) sektor tanaman pangan naik sebesar Rp. 800 ribu; (3) sektor peternakan naik sebesar Rp. 600 ribu; (4) sektor industri makanan dan minuman naik sebesar Rp. 2,1 juta; serta (5) sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet naik sebesar Rp. 6,4 juta. Untuk memahami own effect ini diasumsikan bahwa injeksi pada sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya hanya berpengaruh pada sektor-sektor lain dalam satu blok yang sama yakni neraca produksi, dan tidak berpengaruh pada neraca-neraca yang berada pada blok lain. Oleh sebab itu, efek ini sama dengan Matrik Invers Leontief pada tabel I-O (input-output) yang menggambarkan keterkaitan antarsektor industri (Roland-Holst dan Tarp dalam Hafizrianda, 2007). Adapun total open loop effect yang terjadi di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, akibat adanya injeksi Rp. 1 milyar untuk neraca eksogen pada sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya adalah sebesar Rp. 1,91 miliar yang didistribusikan kepada : (1) penerimaan modal sebesar Rp. 270 juta; (2) perusahaan sebesar Rp. 200 juta; (3) tenaga kerja sebesar Rp. 110 juta; (4) rumahtangga golongan bawah bukan pertanian sebesar Rp. 80 juta, pemerintah sebesar Rp. 80 juta dan sisanya sebesar Rp. 140 juta terdistribusi ke institusiinstitusi lainnya.
94 94
Tabel 44. Dekomposisi Multiplier Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian Effect
Own Effect Matrix N1=M1
Open Loop Effect Matrix N2 = (M2-I) x M1
Account Initial Injection Tenaga Kerja Modal RT. Buruh pertanian RT. Pengusaha Tani RT. Gol. Bwh Non Tani RT. Penerima Pendapatan Non Tani RT. Gol. Atas Non Tani Perusahaan Pemerintah Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Ind. Makan dan Minum Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Tenaga Kerja Modal RT. Buruh pertanian RT. Pengusaha Tani RT. Gol. Bwh Non Tani RT. Penerima Pendapatan Non Tani RT. Gol. Atas Non Tani Perusahaan Pemerintah Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan
STP 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 4,0946 0,0000 0,0104 0,0017 0,0000 0,0007 0,0039 0,2451 0,8776 2,5067 0,1505 0,6598 0,3789 0,2027 0,5581 1,8293 0,7720 4,0000 0,0000 0,0000
SKEB 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0014 3,3567 0,0057 0,0030 0,0000 0,0040 0,0069 0,1308 0,6277 1,5546 0,1159 0,4366 0,2503 0,1329 0,3582 1,1367 0,4826 0,0000 3,0000 0,0000
STERN 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0054 0,0000 1,0852 0,0000 0,0000 0,0020 0,0000 0,0049 0,1975 0,5252 0,0433 0,1333 0,0861 0,0432 0,1164 0,3834 0,1623 0,0000 0,0000 1,0000
SHUT 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0001 1,0402 0,0000 0,0008 0,0001 0,0012 0,2487 0,6520 0,0543 0,1671 0,1073 0,0540 0,1452 0,4761 0,2016 0,0000 0,0000 0,0000
SIKAN 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0234 0,0000 0,0073 0,0011 1,0480 0,0617 0,0026 0,0194 0,1587 0,6368 0,0422 0,1200 0,0963 0,0448 0,1268 0,4625 0,1930 0,0000 0,0000 0,0000
SIMM 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,3331 0,0000 0,1095 0,0001 0,0000 1,0295 0,0001 0,0277 0,1081 0,2972 0,0114 0,0394 0,0867 0,0278 0,0697 0,2163 0,0912 0,0000 0,0000 0,0000
SIHH 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0000 0,0006 0,4650 0,0000 0,0021 1,0597 0,0064 0,1163 0,2756 0,0112 0,0388 0,0881 0,0278 0,0681 0,2010 0,0852 0,0000 0,0000 0,0000
SIPKB 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0006 0,0000 0,0464 0,0000 0,0000 0,0011 0,0000 1,1613 0,1829 0,4085 0,0175 0,0586 0,1366 0,0421 0,1027 0,2982 0,1268 0,0000 0,0000 0,0000
95
Effect
Close Loop Effect Matrix N3 = (M3-I) x M2 x M1
Dekomposisi Matrix = (N1*N2*N3)
Account Kehutanan Perikanan Ind. Makan dan Minum Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Tenaga Kerja Modal RT. Buruh pertanian RT. Pengusaha Tani RT. Gol. Bwh Non Tani RT. Penerima Pendapatan Non Tani RT. Gol. Atas Non Tani Perusahaan Pemerintah Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Ind. Makan dan Minum Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Tenaga Kerja Modal RT. Buruh pertanian RT. Pengusaha Tani RT. Gol. Bwh Non Tani RT. Penerima Pendapatan Non Tani RT. Gol. Atas Non Tani Perusahaan Pemerintah
STP 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 4,3028 0,0000 0,1738 0,0222 0,1870 0,7095 0,0506 0,0626 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
SKEB 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,2024 3,0000 0,1160 0,0148 0,1247 0,4739 0,0338 0,0416 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
STERN 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0666 0,0000 1,0382 0,0049 0,0411 0,1560 0,0111 0,0137 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
SHUT 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0833 0,0000 0,0478 1,0061 0,0514 0,1951 0,0139 0,0171 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
SIKAN 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0677 0,0000 0,0390 0,0050 1,0420 0,1588 0,0113 0,0140 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
SIMM 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0352 0,0000 0,0208 0,0026 0,0225 1,0830 0,0059 0,0076 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
SIHH 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0394 0,0000 0,0206 0,0026 0,0224 0,0825 1,0059 0,0075 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
SIPKB 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0534 0,0000 0,0316 0,0039 0,0343 0,1261 0,0090 1,0115 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
95
96 96
Effect
Account Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Ind. Makan dan Minum Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Tenaga Kerja Modal RT. Buruh pertanian RT. Pengusaha Tani RT. Gol. Bwh Non Tani RT. Penerima Pendapatan Non Tani RT. Gol. Atas Non Tani Multiplier Perusahaan Effect Matrix Pemerintah = (N1 + N2 Tanaman Pangan + N3) Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Ind. Makan dan Minum Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
STP 4,1709 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,8776 2,5067 0,1505 0,6598 0,3789 0,2027 0,5581 1,8293 0,7720 12,3974 0,0000 0,1842 0,0239 0,1870 0,7102 0,0545 0,3077
SKEB 0,0000 3,3567 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,6277 1,5546 0,1159 0,4366 0,2503 0,1329 0,3582 1,1367 0,4826 0,2038 9,3567 0,1217 0,0178 0,1247 0,4779 0,0407 0,1724
STERN 0,0000 0,0000 1,1266 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1975 0,5252 0,0433 0,1333 0,0861 0,0432 0,1164 0,3834 0,1623 0,0720 0,0000 3,1234 0,0049 0,0411 0,1580 0,0111 0,0186
Keterangan : STP : Sektor Tanaman Pangan SKEB : Sektor Perkebunan STERN : Sektor Peternakan SHUT : Sektor Kehutanan
SIKAN : Sektor Perikanan SIMM : Sektor Industri Makanan dan Minum SIHH : Sektor Industri Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya SIPKB : Sektor Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet
SHUT 0,0000 0,0000 0,0000 1,0465 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,2487 0,6520 0,0543 0,1671 0,1073 0,0540 0,1452 0,4761 0,2016 0,0836 0,0000 0,0479 3,0463 0,0514 0,1959 0,0140 0,0183
SIKAN 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0920 0,0000 0,0000 0,0000 0,1587 0,6368 0,0422 0,1200 0,0963 0,0448 0,1268 0,4625 0,1930 0,0911 0,0000 0,0463 0,0061 3,0900 0,2205 0,0139 0,0334
SIMM 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,1150 0,0000 0,0000 0,1081 0,2972 0,0114 0,0394 0,0867 0,0278 0,0697 0,2163 0,0912 0,3683 0,0000 0,1303 0,0027 0,0225 3,1125 0,0060 0,0353
SIHH 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0660 0,0000 0,1163 0,2756 0,0112 0,0388 0,0881 0,0278 0,0681 0,2010 0,0852 0,0402 0,0000 0,0212 0,4676 0,0224 0,0846 3,0656 0,0139
SIPKB 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,1746 0,1829 0,4085 0,0175 0,0586 0,1366 0,0421 0,1027 0,2982 0,1268 0,0540 0,0000 0,0780 0,0039 0,0343 0,1272 0,0090 3,1728
97
Selain efek dari injeksi sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya tersebut dapat terjadi dalam putaran blok yang berkali-kali, dapat juga terjadi dalam satu kali putaran blok saja, artinya dari blok produksi, terus ke blok yang lain, kemudian kembali ke blok produksi.
Dengan kata lain, efeknya
tertutup dalam satu kali putaran saja. Dalam analisis dekomposisi hal tersebut dinamakan closed loop effect yang menunjukkan keterkaitan tidak langsung dalam perekonomian domestik (Roland-Holst dan Tarp dalam Hafizrianda, 2007), dimana dari efek satu putaran ini, penerimaan sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya total closed loop effect sebesar Rp. 1,18 miliar, terdiri dari : (1) sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya sendiri sebesar Rp. 1,0 miliar; (2) industri makanan dan minuman sebesar Rp. 800 juta; (3) sektor tanaman pangan sebesar Rp. 30 juta; (4) sektor perikanan sebesar Rp. 20 juta; dan (5) sektor lainnya terdistribusi sebesar Rp. 50 juta. Seandainya nilai pada sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya sebesar Rp. 1 miliar ditambahkan dengan semua total efek diatas, yakni own effect, open loop effect dan closed loop effect, maka diperoleh total multiplier sebesar 5,6276, yang tidak lain adalah nilai gross output multiplier (GOM) dari sektor industri tersebut. Sementara jika dilihat dari nilai per elemen dari masingmasing matriks efek kemudian dijumlahkan, kita akan memperoleh nilai efek multiplier dari industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya terhadap masingmasing neraca ekonomi. Misalkan untuk neraca tenaga kerja, nilai elemen pada matriks own effect ditambah nilai elemen matriks open loop effect dan ditambah nilai elemen pada matriks closed loop effect, sehingga bila dijumlahkan mendapat hasil sebesar 0,1163 dimana angka tersebut sama dengan nilai elemen matrik efek multiplier dari industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya terhadap neraca tenaga kerja di Kabupaten Musi Rawas. Selain itu, kita dapat melakukan analisis dekomposisi dengan cara lain yang dapat menggambarkan dengan lebih jelas lagi peranan dari sektor-sektor ekonomi berbasis pertanian terutama di sektor perkebunan terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Musi Rawas. Cara yang dimaksud adalah dengan menghitung persentase dari multiplier untuk masingmasing efek yakni own effect, open loop effect dan closed loop effect terhadap total multiplier (gross output multiplier) dari setiap sektor produksi. Analisis
98
tersebut dilaksanakan oleh Roland-Holst dan Tarp (2000) serta Hafizrianda (2007). Agar pemahaman mengenai analisis dekomposisi dapat lebih sederhana, maka matriks own effect dan open loop effect digabungkan menjadi satu dikarenakan kedua efek ini menunjukkan keterkaitan langsung antara institusi domestik, sedangkan closed loop effect menjadi matriks tersediri dikarenakan menggambarkan keterkaitan tidak langsung dalam ekonomi domestik. Terdapat sektor yang mempunyai peranan tinggi dalam pembangunan ekonomi berbasis pertanian di Kabupaten Musi Rawas yakni sektor tanaman pangan, tanaman perkebunan dan sektor kehutanan, dimana ketiganya mendominasi efek own, open loop dan closed loop dengan rata-rata 20 persen hingga 85 persen terhadap gross output multiplier masing-masing sektor produksi tersebut. Jika dilihat pada efek keterkaitan langsung (own dan open loop effect) terlihat sektor berbasis pertanian yang paling besar hubungan dengan neraca tenaga kerja adalah sektor tanaman pangan dan diikuti oleh sektor perkebunan, sedangkan untuk sektor industri yang berkembang yakni sektor industri makanan dan minuman dan industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya. Selain itu, untuk institusi rumah tangga yang paling banyak menerima efek keterkaitan langsung dari sebagian besar sektor ekonomi berbasis pertanian adalah rumah tangga pengusaha pertanian dan diikuti oleh rumah tangga golongan atas bukan pertanian baik dari sektor tanaman pangan, sektor perkebunan maupun sektor kehutanan yaitu rata-rata untuk ketiga sektor ini sebesar 37,71 persen. Sedangkan untuk rumah tangga buruh pertanian dan rumah tangga golongan bawah non pertanian baik dari sektor tanaman pangan, sektor perkebunan maupun sektor kehutanan yaitu rata-rata untuk ketiga sektor ini sebesar 17,08 persen. Berdasarkan tabel dapat disimpulkan apabila dilihat dari efek keterkaitan tidak langsung (dilihat dari closed loop effect), sektor berbasis pertanian yang paling besar hubungan dengan neraca tenaga kerja adalah dari : (1) sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet (26,16 persen); (2) sektor peternakan (26,01 persen); dan (3) sektor perkebunan (25,67 persen). Selain itu juga terlihat ada tiga sektor yang paling dominan dalam mempengaruhi perekonomian yakni sektor tanaman pangan, sektor perkebunan dan sektor kehutanan. Sedangkan untuk sektor industri adalah industri pupuk, kimia dan barang dari karet serta industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya.
99
Tabel 45. Kontribusi Own, Open Loop dan Closed Loop Effect Terhadap Gross Output Multiplier Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian (dalam Persen) Effect
Own dan Open Loop Effect Matrix
Closed Loop Effect Matrix
Account Tenaga Kerja Modal RT. Buruh Pertanian RT. Pengusaha Pertanian RT. Gol. Bawah Non Pertanian RT. Penerima Pendapatan Non Pertanian RT. Gol. Atas Non Pertanian Perusahaan Pemerintah Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Ind. Makan dan Minum Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Total Tenaga Kerja Modal RT. Buruh Pertanian RT. Pengusaha Pertanian RT. Gol. Bwh Non Pertanian RT. Penerima Pendapatan Non Pertanian RT. Gol. Atas Non Pertanian
STP 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 65,29 0,00 5,65 7,11 0,00 0,10 7,16 79,66 74,73 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SKEB STERN 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,69 7,50 67,94 0,00 4,68 66,76 16,85 0,00 0,00 0,00 0,84 1,27 16,95 0,00 75,87 26,34 74,33 73,99 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SHUT SIKAN SIMM 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,36 25,69 90,44 0,00 0,00 0,00 0,21 15,77 84,04 66,97 18,03 3,70 0,00 66,28 0,00 0,41 27,98 65,20 0,71 18,71 1,67 6,56 58,08 78,47 74,57 75,14 74,54 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SIHH SIPKB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 1,99 1,11 0,00 0,00 2,83 59,49 99,44 0,00 0,00 0,00 2,48 0,86 67,19 0,00 46,04 68,12 74,48 73,84 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
99
100 100
Effect
Account Perusahaan Pemerintah Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Ind. Makan dan Minum Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Total
STP 0,00 0,00 34,71 0,00 94,35 92,89 100,00 99,90 92,84 20,34 25,27
SKEB STERN 0,00 0,00 0,00 0,00 99,31 92,50 32,06 0,00 95,32 33,24 83,15 100,00 100,00 100,00 99,16 98,73 83,05 100,00 24,13 73,66 25,67 26,01
SHUT SIKAN SIMM 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 99,64 74,31 9,56 0,00 0,00 0,00 99,79 84,23 15,96 33,03 81,97 96,30 100,00 33,72 100,00 99,59 72,02 34,80 99,29 81,29 98,33 93,44 41,92 21,53 25,43 24,86 25,46
Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Keterangan : STP SKEB STERN SHUT
: Sektor Tanaman Pangan : Sektor Perkebunan : Sektor Peternakan : Sektor Kehutanan
SIKAN : Sektor Perikanan SIMM : Sektor Industri Makanan dan Minum SIHH : Sektor Industri Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya SIPKB : Sektor Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet
SIHH SIPKB 0,00 0,00 0,00 0,00 98,01 98,89 0,00 0,00 97,17 40,51 0,56 100,00 100,00 100,00 97,52 99,14 32,81 100,00 53,96 31,88 25,52 26,16
101
5.5.4.Analisis Jalur Struktural (Structural Path Analysis) Sektor Perkebunan Pada pembahasan diatas telah dideskripsikan mengenai dekomposisi blok dari SNSE yang menjelaskan keterkaitan antara kelompok-kelompok neraca secara umum. Untuk melengkapi pembahasan diatas, kita memerlukan penjelasan mengenai efek keterkaitan tersebut dan mengidentifikasi jalur, dimana pengeluaran sektor dapat memancarkan efek pendapatan terhadap sektor-sektor lainnya
dalam
suatu
perekonomian.
Alat
analisis
SNSE
yang
dapat
mengidentifikasi kegiatan tersebut adalah structural path analysis (SPA), atau analisis jalur struktural. Analisis ini diperkenalkan pertama kali oleh Defourny dan Thornbecke (1984), dimana analisa ini dapat menunjukkan struktur jalur dari aliran pengeluaran suatu sektor terhadap perubahan pendapatan institusi. Berikut ini disampaikan penjelasan mengenai jalur struktur dari sektor-sektor ekonomi berbasis pertanian yaitu komoditas karet, kelapa sawit dan kopi terhadap distribusi pendapatan rumah tangga di Kabupaten Musi Rawas. Untuk pembahasan pertama adalah analisis jalur struktural untuk komoditas karet sebagaimana Gambar 14. berikut ini, dimana angka-angka pada gambar berasal dari nilai matrik koefisien SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, dengan analisis jalur struktural ini ternyata dapat diketahui bahwa efek pengeluaran sektor komoditas karet lebih banyak mengarah kepada rumah tangga golongan atas bukan pertanian. Dari Gambar 14. dibawah terlihat bahwa jalur struktural komoditas karet memiliki tiga jalur dasar yang dilalui dan mempunyai nilai yang paling tinggi yaitu ke sektor komoditas karet sendiri sebesar 0,1476, ke sektor komoditas impor sebesar 0,696 dan ke sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 0,0474. Selanjutnya komoditas karet juga memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,5001, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh pertanian sebesar 0,0328, serta berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha pertanian sebesar 0,1548. Sedangkan sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,4085, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh pertanian sebesar 0,0992, berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha produksi sebesar 0,0371 dan berpengaruh terhadap faktor produksi buruh administrasi sebesar 0,0321.
102
Sektor
Faktor Produksi 0,0328
0,1476
Karet
0,1548
Rumahtangga
Buruh Pertanian Pengusaha Pertanian
0,3465 0,5601 0,3271
0,5001
Karet
0,0474
Industri Pupuk Kimia dan Barang dari Karet
Pengusaha Pertanian
0,0557 Kapital
0,0924
0,4085 0,1331
0,0992
Buruh Pertanian
Buruh produksi
0,6331
0,0696
0,2094 K. Impor
Gol. Bawah Bukan Pertanian
Penerima Pendapatan Bukan Pertanian
0,3649 0,0371
Pengusaha produksi
0,3294 0,2837
0,0321
Buruh administrasi
Gol Atas Bukan Pertanian
0,3987
Gambar 14. Jalur Struktural Untuk Komoditas Karet ke Rumah Tangga Selain itu dari faktor produksi buruh pertanian berpengaruh kepada dua golongan rumah tangga yakni kepada rumahtangga buruh pertanian sendiri sebesar 0,3465 dan kepada golongan pengusaha pertanian sebesar 0,3271. Faktor produksi pengusaha pertanian berpengaruh terhadap dua golongan rumah tangga yakni rumahtangga pengusaha petani sendiri sebesar 0,5601 dan kepada golongan rumahtangga golongan atas bukan petani sebesar 0,2094. Untuk faktor produksi kapital berpengaruh kepada tiga golongan rumah tangga yakni golongan rumah tangga pengusaha pertanian sebesar 0,0557 dan kepada rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,1331 dan rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,0924. Faktor produksi buruh produksi berpengaruh hanya terhadap rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,6331, sedangkan untuk faktor produksi pengusaha produksi mempengaruhi dua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,3649 dan golongan rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,3294. Dan terakhir untuk faktor produksi buruh administrasi mempengaruhi kedua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,3987 dan kepada golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,2837.
103
Pembahasan kedua adalah analisis jalur struktural untuk komoditas kelapa sawit sebagai mana Gambar 15. berikut ini, dimana terlihat bahwa jalur struktural komoditas kelapa sawit memiliki tiga jalur dasar yang dilalui dan mempunyai nilai yang paling tinggi yaitu ke sektor kelapa sawit sendiri sebesar 0,0884, ke sektor komoditas impor sebesar 0,696 dan ke sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 0, 0233.
Selanjutnya komoditas kelapa sawit juga
memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,5154, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh pertanian sebesar 0,0919, serta berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha pertanian sebesar 0,1557. Sedangkan sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,4085, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh produksi sebesar 0,0992, berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha produksi sebesar 0,371 dan berpengaruh terhadap faktor produksi buruh administrasi sebesar 0,0321. Selain itu dari faktor produksi buruh pertanian berpengaruh kepada dua golongan rumah tangga yakni kepada rumah tangga buruh pertanian sebesar 0,3465 dan kepada golongan pengusaha pertanian sebesar 0,3271.
Faktor
produksi pengusaha pertanian berpengaruh terhadap dua golongan rumah tangga yakni rumah tangga pengusaha petani sendiri sebesar 0,5601 dan kepada golongan rumah tangga golongan atas bukan petani sebesar 0,2094. Untuk faktor produksi kapital berpengaruh kepada tiga golongan rumah tangga yakni golongan rumah tangga pengusaha pertanian sebesar 0,0557 dan kepada rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,1331 dan rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,0924. Faktor produksi buruh produksi berpengaruh hanya terhadap golongan rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,6331, sedangkan untuk faktor produksi pengusaha produksi mempengaruhi dua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,3649 dan rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,3294. Dan terakhir untuk faktor produksi buruh administrasi mempengaruhi kedua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,3987 dan kepada rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,2837.
104
Sektor
Faktor Produksi 0,0919
0,0844
Kelapa Sawit
0,1557
Rumahtangga
Buruh Pertanian Pengusaha Pertanian
0,3465 0,5601 0,3271
0,5154 Kelapa Sawit
0,0233
Industri Pupuk Kimia dan Barang dari Karet
0,0696
Pengusaha Pertanian
0,0557
Kapital
0,0924
0,4085 0,1331
0,0992
Buruh Pertanian
Buruh produksi
0,6331
K. Impor
0,2094
Gol. Bawah Bukan Pertanian
Penerima Pendapatan Bukan Pertanian
0,3649 0,0371
Pengusaha Produksi
0,3294
Gol Atas Bukan
0,2837 0,0321
Buruh administrasi
0,3987
Gambar 15. Jalur Struktural Untuk Komoditas Kelapa Sawit ke Rumah Tangga Pembahasan ketiga adalah analisis jalur struktural untuk komoditas kopi sebagaimana Gambar 16. dimana terlihat bahwa jalur struktural komoditas kopi juga memiliki tiga jalur dasar yang dilalui dan mempunyai nilai yang paling tinggi yaitu ke sektor komoditi impor sebesar 0,1278, ke sektor komoditas kopi sendiri sebesar 0,0796 dan ke sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 0, 0297. Selanjutnya komoditas kopi juga memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,5391, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh pertanian sebesar 0,0306, serta berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha pertanian sebesar 0,1443. Sedangkan sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,4085, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh produksi sebesar 0,0992, berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha produksi sebesar 0,371 dan berpengaruh terhadap faktor produksi buruh administrasi sebesar 0,0321. Selain itu dari faktor produksi buruh pertanian berpengaruh kepada dua golongan rumah tangga yakni kepada rumah tangga buruh pertanian sebesar 0,3465 dan kepada golongan rumah tangga pengusaha pertanian sebesar 0,3271. Faktor produksi pengusaha pertanian berpengaruh terhadap dua golongan rumah tangga yakni rumah tangga pengusaha petani sendiri sebesar 0,5601 dan kepada
105
golongan rumah tangga golongan atas bukan petani sebesar 0,2094. Untuk faktor produksi kapital berpengaruh kepada tiga golongan rumah tangga yakni golongan rumah tangga pengusaha pertanian sebesar 0,0557 dan kepada rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,1331 dan rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,0924. Faktor produksi buruh produksi berpengaruh hanya terhadap golongan rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,6331, sedangkan untuk faktor produksi pengusaha produksi mempengaruhi dua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,3649 dan rumah tangga golongan atas bukan sebesar 0,3294. Dan terakhir untuk faktor produksi buruh administrasi mempengaruhi kedua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,3987 dan kepada golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,2837. Sektor
Faktor Produksi 0,0306
0,0796
Kopi
0,1443
Rumahtangga
Buruh tani
0,3465 0,5601
Pengusaha Pertanian
0,3271 0,5391
Kopi
0,0297
Industri Pupuk Kimia dan Barang dari Karet
0,1278
Pengusaha Pertanian
0,0557 Kapital
0,0924
0,4085 0,1331
0,0992
buruh Pertanian
Buruh produksi
0,6331
K. Impor
0,2094
Gol. Bawah Bukan Pertanian
Penerima Pendapatan Bukan Pertanian
0,3649 0,0371
Pengusaha produksi
0,3294
Gol Atas Bukan
0,2837 0,0321
Buruh administrasi
0,3987
Gambar 16. Jalur Struktural Untuk Komoditas Kopi ke Rumah Tangga
5.6. Dampak Kebijaksanaan Kabupaten Musi Rawas
Pembangunan
Sektor
Perkebunan
di
Untuk mempercepat pembangunan wilayah di Kabupaten Musi Rawas diperlukan perubahan kebijaksanaan dari pemeritah pusat dan daerah untuk lebih fokus lagi menggarap sektor-sektor ekonomi yang mempunyai multiplier effect yang besar bagi masyarakat. Menurut Hadi (2001), ada beberapa kebijaksanan yang dapat diterapkan yakni dapat berupa : (1) Pemberian insentif bagi para
106
investor; (2) Membangun infrastruktur, khususnya pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi agar daerah dapat memperluas daerah pemasaran; dan (3) Pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola dana pembangunan secara langsung. Adapun bentuk insentif bagi para investor yakni pemberian keringanan dan pembebasan pajak (tax holiday), kemudahan dalam mendapatkan kredit usaha, kemudahan dalam pengurusan perijinan, fasilitas dan kemudahan dalam mendapatkan lokasi usaha. 5.3.1. Analisis Pengganda Injeksi Pengeluaran Pemerintah pada Golongan Masyarakat dan Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas Kondisi eksisting berdasarkan tahun dasar 2010, sesuai dengan gambaran kuantitatif dari model SNSE Kabupaten Musi Rawas dari analisis pengganda (account multiplier) dari adanya injeksi pengeluaran pemerintah terhadap distribusi pendapatan, dimana berdasarkan Tabel 46. dibawah dapat dianalisis bahwa untuk pengeluaran pemerintah di Kabupaten Musi Rawas, maka setiap peningkatan Rp. 100,-, maka akan meningkatkan pendapatan golongan buruh pertanian sebesar Rp. 25,46, golongan pengusaha tani Rp. 20,11, golongan bawah Rp. 19,79, golongan penerima pendapatan Rp. 12,28 dan golongan atas sebesar Rp. 15,24. Tabel 46. Struktur Pengganda Pendapatan dari setiap Golongan Masyarakat Atas Injeksi Jenis Pengeluaran Pemerintah Golongan Masyarakat Buruh pertanian Pengusaha Tani RT Golongan Bawah RT Penerima Pendapatan RT Golongan Atas Total
Account Multiplier Pengeluaran Pemerintah 0,2546 0,2011 0,1979 0,1228 0,1524 0,9288
Persentase 27,41 21,65 21,31 13,22 16,41 100,00
Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Selanjutnya dibahas pula mengenai struktur pengganda output atas injeksi jenis pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian dimana terlihat pada Tabel 48. dibawah bahwa sektor tanaman pangan lebih responsif terhadap injeksi pengeluaran pemerintah yakni sebesar 1,1442 (0,2961 + 0,2724 + 0,2781), diikuti
107
oleh tanaman perkebunan sebesar 0,8077 (0,2767 + 0,2631 + 0,2679). Untuk sektor industri, industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya lebih responsif terhadap pengeluaran pemerintah, hal ini dapat menjelaskan bahwa pengeluaran pemerintah lebih berdampak pada sektor-sektor yang menghasilkan output barang jadi daripada sektor yang menghasilkan barang modal dan setengah jadi. Tabel 47. Struktur Pengganda Output Atas Injeksi Jenis Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Account Multiplier Pengeluaran Pemerintah Padi 0,2961 Jagung 0,2724 Tanaman Umbi-umbian 0,2781 Tanaman bahan makanan lainnya 0,2976 Karet 0,2767 Kopi 0,2631 Kelapa sawit 0,2679 Peternakan dan hasil-hasilnya 0,2642 Kehutanan 0,2952 Perikanan 0,2970 Total 2,8083 Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah) Sektor Produksi
5.6.2.
Persentase 10,54 9,70 9,90 10,60 9,85 9,37 9,54 9,41 10,51 10,58 100,00
Simulasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Terhadap Pemerintahan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010
Sektor
Selanjutnya akan dianalisis pula dampak simulasi peningkatan output terhadap sektor pemerintahan di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 sebagai berikut, dimana berdasarkan perhitungan simulasi untuk sektor pemerintahan dibawah dapat dijelaskan sebagai berikut, dimana apabila terjadi injeksi neraca eksogen di sektor pemerintahan sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan meningkatkan penerimaan pada : (1) sektor pemerintahan sebesar Rp. 1,67 miliar; (2) balas jasa faktor produksi tenaga kerja sejumlah Rp. 839,84 juta; dan (3) balas jasa faktor produksi kapital/modal sebesar Rp. 339,83 juta, sehingga menimbulkan ketimpangan balas jasa sebesar 0,40 yang diperoleh dengan cara membandingkan antara nilai balas jasa faktor produksi modal dengan balas jasa faktor produksi tenaga kerja.
Untuk pendapatan golongan rumah tangga akan mengalami
kenaikan sebagai berikut : (1) golongan buruh pertanian sebesar Rp. 43,47 juta; (2) pengusaha pertanian sebesar Rp. 169,41 juta; (3) golongan bawah bukan pertanian sebesar Rp. 202,71 juta; (4) golongan penerima pendapatan bukan
108
pertanian sebesar Rp. 97,74 juta; dan (5) pengusaha bukan pertanian Rp. 478,15 juta, dengan ketimpangan pendapatan yang terjadi sebesar 11 kali lipat yang diperoleh dengan membandingkan antara pendapatan pengusaha bukan pertanian sebagai penerima pendapatan tertinggi dengan pendapatan buruh pertanian sebagai penerima pendapatan terendah. Selain itu, pendapatan perusahaan akan bertambah sebesar Rp. 267,51 juta dan pendapatan pemerintah akan naik sejumlah Rp. 140,40 juta sehingga apabila dibandingkan antara pendapatan perusahaan dengan pendapatan rumah tangga akan diperoleh nilai sebesar 0,27. Tabel 48. Dampak Simulasi Peningkatan Output Terhadap Sektor Pemerintahan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (dalam Juta Rupiah) Uraian Output
Simulasi Terhadap Sektor Pemerintahan 1.671,06
Balas Jasa Tenaga Kerja Kapital Ketimpangan
839,84 339,83 0,40
Pendapatan Gol. Rumah Tangga Buruh Pertanian Pengusaha Golongan Bawah Bukan Penerima Pendapatan Pertanian Golongan Atas Ketimpangan
43,47 169,41 202,71 97,74 478,15 11,00
Pendapatan Perusahaan Pendapatan Pemerintah
267,51 140,40
Pend. Perusahaan / Pend. Rumah Tangga Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
0,27
Hal yang menarik dibahas pada simulasi sektor ini adalah kebijaksanaan yang diambil pemerintah Kabupaten Musi Rawas selama ini ternyata lebih banyak dinikmati oleh golongan rumah tangga pengusaha bukan pertanian yang ditandai dengan bertambahnya pendapatan rumah tangga golongan atas sebagai penerima pendapatan terbesar diantara golongan rumah tangga yang lain yakni sebesar Rp. 478,15 juta dengan ketimpangan pendapatan sebesar 11 kali lipat dari pendapatan terkecil yakni golongan buruh pertanian. Sehingga ke depan, sebaiknya langkah kebijaksanaan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas agar
109
lebih mendukung peningkatan kesejahteraan kepada golongan ekonomi lemah terutama golongan buruh pertanian 5.7. Simulasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Terhadap Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Berikut ini disampaikan dampak simulasi peningkatan output khususnya untuk sektor pertanian berdasarkan SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, dimana dari Tabel 49 dibawah, berdasarkan simulasi terlihat bahwa output total yang dihasilkan dari injeksi sebesar Rp. 1 milyar untuk kelima sektor berbasis pertanian yang terbesar adalah sektor tanaman perkebunan dengan output sebesar Rp. 1,78 miliar dan diikuti oleh sektor perikanan sebesar Rp. 1,76 miliar, dan sektor peternakan sebesar Rp. 1,72 miliar. Tabel 49. Dampak Simulasi Peningkatan Output Terhadap Sektor Pertanian Berdasarkan SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Rp. Juta) Uraian Output Balas Jasa Tenaga Kerja Kapital Ketimpangan Pendapatan Gol. Rumah Tangga Buruh pertanian Pertanian Pengusaha Golongan Bawah Penerima Bukan Pendapatan Pertanian Golongan Atas Ketimpangan Pendapatan Perusahaan Pendapatan Pemerintah Pend. Perusahaan / Pend. Rumah Tangga
Pangan 1.694,41
Simulasi Terhadap Sektor Pertanian Perkebunan Peternakan Kehutanan 1.786,63 1.723,22 1.686,10
382,22 919,75 2,41
389,39 860,94 2,21
364,62 847,65 2,32
413,12 946,55 2,29
54,60
59,12
62,58
72,40
Perikanan
Ratarata
1.768,87
1.731,85
332,46 965,56 2,90
376,36 908,09 2,41
118,42
225,64 170,48
219,40 166,66
199,83 163,43
230,24 180,66
62,02 212,43 171,83
81,40
79,01
75,42
84,65
79,75
160,19
243,95
234,30
226,46
250,74
239,13
479,22
4,47
2,97
3,62
3,46
3,91
4,05
672,51 286,06
630,30 269,21
619,86 264,15
692,39 295,25
703,63 296,97
663,74 282,33
0,87
0,83
0,85
0,85
0,94
0,87
435,58 340,78
Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Selain itu, penjelasan selanjutnya juga akan dibahas mengenai simulasi terhadap sektor tanaman pangan, dimana dengan injeksi sebesar Rp. 1 miliar pada neraca eksogen, maka akan berdampak pada peningkatan penerimaan : (1) balas
110
jasa faktor produksi tenaga kerja sektor tanaman pangan sebesar Rp. 382,22 juta, (2) balas jasa faktor produksi kapital sebesar Rp. 919,75 juta, sehingga menimbulkan ketimpangan balas jasa sebesar 2,41 yang diperoleh dengan cara membandingkan antara nilai balas jasa faktor produksi modal dengan balas jasa faktor produksi tenaga kerja. Untuk pendapatan golongan rumah tangga akan mengalami kenaikan sebagai berikut : (1) golongan buruh pertanian sebesar Rp. 54,60 juta; (2) pengusaha pertanian sebesar Rp. 225,64 juta; (3) golongan bawah bukan pertanian sebesar Rp. 170,48 juta; (4) golongan penerima pendapatan bukan pertanian sebesar Rp. 81,40 juta; dan (5) pengusaha bukan pertanian Rp. 243,95 juta, dengan ketimpangan pendapatan yang terjadi sebesar 4,47 kali lipat yang diperoleh dengan membandingkan antara pendapatan pengusaha bukan pertanian sebagai penerima pendapatan tertinggi dengan pendapatan buruh pertanian sebagai penerima pendapatan terendah.
Selain itu, pendapatan
perusahaan akan bertambah sebesar Rp. 672,51 juta dan pendapatan pemerintah akan naik sejumlah Rp. 286,06 juta sehingga apabila dibandingkan antara pendapatan perusahaan dengan pendapatan rumah tangga akan diperoleh nilai sebesar 0,87. Berdasarkan simulasi ini juga tergambar mengenai pendapatan golongan rumah tangga dimana dari injeksi yang diberikan ke masing-masing sektor perekonomian berbasis pertanian golongan pengusaha pertanian dan golongan rumah tangga atas bukan pertanian yang akan menikmati hasil yang lebih banyak dibandingkan dengan golongan bawah bukan pertanian ataupun golongan rumah tangga buruh pertanian, selain itu juga terlihat bahwa ketimpangan pendapatan dari sektor perkebunan lebih kecil dibandingkan dengan sektor tanaman pangan yakni sebesar 2,21.
Dan untuk perbandingan antara pendapatan perusahaan
dengan pendapatan rumah tangga sebesar 0,87 untuk sektor tanaman pangan dan 0,83 untuk sektor tanaman perkebunan. Selain sektor pertanian, hal yang menarik juga akan dibahas adalah komoditas sektor perkebunan mana yang mempunyai peran terbesar dalam meningkatkan perekonomian wilayah di Kabupaten Musi Rawas seperti pada Tabel 50 di bawah ini.
111
Tabel 50. Dampak Simulasi Peningkatan Output Terhadap Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Juta Rupiah) Simulasi Terhadap Sektor Perkebunan Kelapa Karet Kopi Rata-rata Sawit 1.876,04 1.714,96 1.768,88 1.786,63
Uraian Output Balas Jasa Tenaga Kerja Kapital Ketimpangan
386,74 886,96 2,29
339,27 847,74 2,50
442,17 848,12 1,92
389,39 860,94 2,21
Pendapatan Gol. Rumah Tangga Buruh pertanian Pertanian Pengusaha Golongan Bawah Bukan Penerima Pendapatan Pertanian Golongan Atas Ketimpangan
53,86 222,54 169,28 80,41 240,68 4,47
48,79 200,34 156,12 73,79 223,04 4,57
74,70 235,31 174,59 82,82 239,19 3,20
59,12 219,40 166,66 79,01 234,30 3,96
Pendapatan Perusahaan Pendapatan Pemerintah
649,03 276,70
619,46 263,05
622,40 267,88
630,30 269,21
0,88
0,77
0,83
Pend. Perusahaan / Pend. Rumah 0,85 Tangga Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Dari simulasi untuk sektor perkebunan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut apabila terjadi injeksi neraca eksogen di sektor komoditas karet sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan meningkatkan penerimaan output sebesar Rp. 1,87 miliar, sedangkan untuk faktor produksi tenaga kerja akan meningkat sejumlah Rp. 386,74 juta dan faktor produksi kapital/modal akan meningkat sebesar Rp. 886,96 juta, sehingga menimbulkan ketimpangan sebesar 2,29 yang diperoleh dengan cara membandingkan antara nilai faktor produksi modal dengan faktor produksi tenaga kerja.
Untuk pendapatan golongan rumah tangga akan mengalami
kenaikan sebagai berikut : (1) golongan buruh petani sebesar Rp. 53,86 juta; (2) pengusaha pertanian sebesar Rp. 222,54 juta; (3) golongan buruh bukan pertanian sebesar Rp. 169,28 juta; (4) golongan penerima pendapatan bukan pertanian Rp. 80,41 juta; dan (5) pengusaha bukan pertanian sebesar Rp. 240,68 juta, dengan ketimpangan pendapatan sebesar 4,47 kali lipat yang diperoleh dengan membandingkan
antara
pendapatan
pengusaha
bukan
pertanian
dengan
pendapatan buruh pertanian. Selain itu, pendapatan perusahaan akan bertambah
112
sebesar Rp. 649,03 juta dan pendapatan pemerintah akan naik sejumlah Rp. 276,70 juta sehingga apabila dibandingkan antara pendapatan perusahaan dengan pendapatan rumah tangga akan diperoleh nilai sebesar 0,85. Begitupula yang terjadi dengan komoditas kelapa sawit dan kopi. Hal yang menarik dan dapat dapat disimpulkan dari penjelasan diatas adalah besaran penerimaan nilai output untuk komoditas karet lebih besar yakni sebesar Rp. 1,87 miliar dan jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan output kelapa sawit dan kopi, selain itu, besaran ketimpangan yang ditimbulkan baik dari penerimaan faktor produksi maupun penerimaan golongan rumah tangga tidak terlalu besar sehingga ke depan komoditas karet dapat difokuskan menjadi produk unggulan bagi Kabupaten Musi Rawas untuk meningkatkan perekonomian wilayah. 5.8. Analisis Kebocoran Wilayah Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Pada pembahasan ini dijelaskan hasil analisis kebocoran wilayah sektor perkebunan terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, ditinjau dari indikasi dan potensi kebocoran wilayah sektor perkebunan serta dampaknya terhadap perekonomian wilayah. Dari SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, juga dapat diketahui bahwa dari total pendapatan regional sebesar Rp. 7.684,82 miliar, tidak semuanya dapat diserap oleh Kabupaten Musi Rawas sendiri. Hal tersebut terjadi karena adanya dana yang mengalir ke luar Kabupaten. Dengan perkataan lain, telah terjadi kebocoran regional (regional leakages) di Kabupaten Musi Rawas. Dari sebesar Rp. 7.684,82 miliar PDRB, yang bocor ke luar sebesar Rp. 357,36 miliar atau sekitar 4,65 persen dari PDRB yang berasal dari tenaga kerja sebesar Rp. 4,14 milyar dan kapital sebesar Rp. 353,22 milyar. Kebocoran ini terjadi karena terdapat modal yang dioperasikan di Kabupaten Musi Rawas berasal dari luar Kabupaten.
Sebagai efeknya, balas jasa yang
diperoleh oleh faktor produksi tersebut juga mengalir kembali ke luar Kabupaten. Misalnya faktor produksi modal yang ditanamkan di Kabupaten Musi Rawas ternyata ada yang berasal dari luar Kabupaten, sehingga balas jasa (returns to capital) yang diterima juga mengalir kembali ke daerah mana modal tadi berasal. Dalam kasus ini, kebocoran regional dapat juga berarti adanya pengiriman returns to capital kepada perusahaan-perusahaan induk yang berdomisili di luar
113
Kabupaten. Hal tersebut juga tercermin dari jumlah transfer perusahaan ke luar Kabupaten yang nilainya mencapai Rp. 254,55 miliar.
Hal tersebut dapat
tergambar pada Tabel 51 berikut ini. Tabel 51. Analisis Kebocoran Wilayah di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (dalam Milyar Rupiah) URAIAN Faktor Produksi Neraca Endogen
Institusi
NILAI 4,140 353,219 56,871 429,673 254,552 50,710 1.149,165
Tenaga Kerja Kapital RT. Pertanian RT. Bukan Pertanian Perusahaan Pemerintah
TOTAL Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
5.8.1. Indikasi Kebocoran Wilayah Berdasarkan Rasio PendapatanTenaga Kerja yang Keluar Wilayah Idealnya pendapatan tenaga kerja dalam suatu wilayah dapat dibelanjakan di dalam wilayah tersebut sehingga dapat menciptakan multiplier effect terhadap perekonomian wilayah dan perekonomian masyarakat.
Bila sebagian besar
pendapatan tenaga kerja di dalam suatu wilayah dibelanjakan di luar wilayah atau dikirim dan diinvestasikan ke luar wilayah, maka hal tersebut mengindikasikan telah terjadinya kebocoran wilayah, hal ini terjadi karena adanya aliran finansial ke luar wilayah. Sebagai gambaran besaran pendapatan tenaga kerja yang ke luar wilayah serta nilai pendapatan tenaga kerja yang ke luar wilayah untuk sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas dapat dilihat pada Tabel 52. dibawah ini, dimana terlihat, kebocoran wilayah yang berasal dari pendapatan tenaga kerja secara total sebesar Rp. 4,14 milyar rupiah dan terbesar dari golongan buruh kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, profesional dan teknisi yakni sebesar Rp. 2,59 milyar. Hal tersebut dikarenakan banyaknya level pimpinan dan staf selaku tenaga kerja berasal dari luar Kabupaten Musi Rawas, sehingga sebagian pendapatannya dikirim ke luar wilayah Kabupaten Musi Rawas.
114
Tabel 52. Pendapatan Tenaga Kerja Sektor Perkebunan yang Keluar Wilayah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 (Juta Rupiah)
Uraian
Buruh Produksi, Operator, Alat Angkutan, Manual dan Buruh Kasar
Buruh Tata Usaha, Penjualan, Jasa-jasa
Pendapatan Tenaga Kerja Ke 653,3 891,7 Luar Wilayah (Juta Rupiah) Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
Buruh Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, militer, profesional dan teknisi
Total
2.595,0
4.140
5.8.2. Indikasi Kebocoran Wilayah Sektor Perkebunan Berdasarkan Rasio Pendapatan Modal yang Keluar Wilayah Indikasi kebocoran wilayah juga dapat dilihat dari aspek aliran sumberdaya finansial (capital outflow), dimana semakin besar aliran modal atau finansial ke luar wilayah mengindikasikan semakin besar pula terjadinya kebocoran wilayah (Rustiadi, 2005). Untuk Kabupaten Musi Rawas, besarnya aliran pendapatan modal sektor perkebunan dapat dilihat pada Tabel 53 berikut ini, dimana terlihat bahwa aliran modal ke luar wilayah Kabupaten Musi Rawas untuk sektor perkebunan khususnya karet sebesar Rp. 23,32 miliar dengan nilai rasio pendapatan modal yang keluar wilayah sebesar 2,5 persen, untuk kopi tidak ada pendapatan modal yang keluar wilayah, serta untuk kelapa sawit nilai rasio pendapatan modal yang keluar wilayah sebesar 0,1 persen.
Kondisi ini
menunjukkan bahwa ternyata komoditas karet memiliki tingkat kebocoran wilayah yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas kopi ataupun komoditas kelapa sawit. Tabel 53. Nilai Rasio Pendapatan Modal Sektor Perkebunan yang Keluar Wilayah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Sektor Karet Kopi Kelapa Sawit
Pendapatan Modal Keluar Wilayah (Juta Rupiah) 23.321,0 0,0 123,2
Total Pendapatan Modal (Juta Rupiah)
Sumber : SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, (data diolah)
947.735,1 20.461,8 155.704,6
Rasio (%) 2,5 0,0 0,1
115
Besarnya indikasi kebocoran wilayah berdasarkan aliran modal ke luar wilayah untuk sektor karet yang mencapai 2,5 persen dari total pendapatan modal terjadi dikarenakan adanya investor yang bergerak dalam industri karet merupakan investor dari luar wilayah Kabupaten Musi Rawas, sehingga pendapatan modal yang dihasilkan tidak diinvestasikan kembali ke Kabupaten Musi Rawas akibatnya terjadi aliran modal atau finansial (capital outflow) ke luar wilayah Kabupaten Musi Rawas. Untuk sektor kelapa sawit yang memiliki nilai rasio pendapatan modal yang keluar wilayah sebesar 0,1 persen, hal tersebut dikarenakan sektor tersebut secara umum dilakukan oleh masyarakat lokal sebagai investornya sehingga pendapatan modal yang dihasilkan tidak banyak yang mengalir ke luar wilayah Kabupaten Musi Rawas. 5.8.3.
Upaya-Upaya Mengatasi Kebocoran Wilayah di Kabupaten Musi Rawas Dari penjelasan terkait tentang kebocoran wilayah (regional leakage) di
Kabupaten Musi Rawas diatas, yang dapat berupa mengalirnya keuntungan (profit) ke luar wilayah Kabupaten Musi Rawas karena diperoleh oleh perusahaan asing di luar wilayah dan beroperasi di dalam Kabupaten Musi Rawas, ataupun deviden yang diperoleh oleh penduduk yang berdomisili di luar Kabupaten Musi Rawas atas saham yang mereka miliki pada perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Musi Rawas, ataupun balas jasa atas penggunaan sumber daya manusia dan modal dari luar wilayah. Hal yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas dengan cara melakukan reformasi kebijaksanaan (misalnya melalui peraturan daerah) yang mengatur masalah kebijaksanaan penanaman investasi di daerah dengan cara pembukaan pabrik pengolahan hasil pertanian yang baru sehingga nilai tambah yang selama ini mengalir ke luar wilayah Kabupaten Musi Rawas dapat ditangkap atau dinikmati kembali oleh penduduk Kabupaten Musi Rawas. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu aturan (kelembagaan) yang dapat menarik kembali nilai tambah tersebut ke Kabupaten Musi Rawas, paling tidak sebagian dapat dinikmati oleh penduduk setempat dan membuat mereka menjauh dari jerat kemiskinan.
Selain itu perlunya suatu pengaturan mengenai pemberian dana
Corporate Social Responsibility (CSR), oleh seluruh perusahaan yang beroperasi
116
di Kabupaten Musi Rawas, dalam mengembangkan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah perusahaan. Dana CSR ini dapat digunakan dalam hal yang positif seperti memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat sekitar perusahaan misalnya
kepada petani karet
sehingga dapat
memberikan
keterampilan dan pengetahuan kepada para petani sehingga mereka dapat menghasilkan produksi karet yang berkualitas sehingga perusahaan akan memberikan harga yang pantas dan terbaik sesuai dengan kualitas produksi yang mereka hasilkan, ataupun dana tersebut dapat digunakan untuk membangun sekolah-sekolah yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sumber daya manusia (SDM). 5.9. Peranan Lembaga Pemasaran Pada Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Secara umum, rantai tata niaga karet di Kabupaten Musi Rawas belum efisien dan belum mempunyai jejaring (network) yang kuat dan saling berhubungan sehingga cenderung membentuk pasar yang monopsonistik. Selain itu, semakin jauh dari kota maka semakin besar biaya pemasarannya dan semakin kecil persaingannya karena jumlah pedagang pengumpul di desa semakin sedikit. Biasanya para petani sebagai produsen memasarkan hasil karetnya seminggu sekali kepada para pedagang pengumpul (biasanya dikenal petani dengan sebutan pedagang mobil karena mereka memiliki mobil untuk mengangkut karet). Dalam pemahaman para petani, pedagang pengumpul tidak sebagai pedagang tetapi mereka menjualkan karet petani dan memperoleh jasa/imbalan dari ongkos angkut. Para petani biasanya menitipkan belanja kebutuhan sehari-hari kepada para pedagang tersebut. Pedagang pengumpul terdiri dari pedagang pengumpul kesatu (tingkat desa), pedagang pengumpul kedua (tingkat kecamatan) dan pedagang pengumpul ketiga (tingkat kabupaten).
Biasanya diantara pedagang pengumpul tersebut
mempunyai saling ikatan kerjasama, dimana pedagang pengumpul kesatu merupakan mitra bagi pedagang pengumpul kedua dan selanjutnya. Lokasi pabrik yang berada di luar Kabupaten (Palembang, Bengkulu, Padang dan Singkud) menjadikan biaya transportasi dibebankan oleh pedagang pengumpul kepada petani, sehingga harga di tingkat petani akan makin rendah. Pedagang pengumpul
117
merupakan pedagang perantara untuk dapat menjual hasil karet petani kepada juragan (tauke) karet dikarenakan para petani tidak dapat menjual langsung hasil karet mereka dikarenakan biaya transportasi yang tinggi untuk mencapai tempat atau lokasi dimana tauke berada ataupun para petani tidak mengenal siapa saja para tauke yang bersedia untuk menampung hasil karet mereka. Ketiadaan posisi tawar (bargaining position) petani mengakibatkan harga hanya ditentukan sepihak oleh pedagang pengumpul.
Keadaan ini antara lain disebabkan oleh belum
berkembangnya kelembagaan petani yang mantap. Sistem pemasaran petani sangat berhubungan dengan faktor internal dan usaha petani yang bersangkutan.
Mekanisme pasar dari penjualan di tingkat
petani hingga di tingkat pabrik hampir sama seperti pada setiap penjualan hasil panen petani atau komoditas lainnya, dimana peranan tengkulak atau pedangang pengumpul sangat dominan.
Pada daerah karet tradisional terdapat beberapa
pelaku yang berperan dominan dalam pemasaran karet yaitu : a.
Petani
b.
Tengkulak atau pedagang pengumpul kecil (tingkat desa/kecamatan)
c.
Tengkulak atau pedagang pengumpul besar (tingkat kabupaten)
d.
Pool pabrik (pada tingkat kabupaten), dan
e.
Pabrik Mekanisme kerja mereka dapat digambarkan melalui gambar sebagai
berikut :
Petani
Pedagang pengumpul kecil (tk desa)
Pedagang pengumpul besar (tk kecamatan)
Pool Pabrik (TK Kabupaten)
Pabrik
Gambar 17. Mekanisme Pemasaran Karet di Kabupaten Musi Rawas Di desa-desa di Kabupaten Musi Rawas, para petani menjual produksinya kepada pedagang pengumpul kecil (di tingkat desa) atau pedagang pengumpul besar (di tingkat kecamatan).Para pedagang pengumpul tingkat kabupaten yang umumnya merupakan wakil pabrik (pool pabrik) membeli dari pedagang pengumpul besar (tingkat kecamatan) atau pedagang pengumpul kecil (tingkat
118
desa).
Di sisi lain, harga penerimaan petani pada umumnya hanya dihargai
berkisar antara 50 persen - 60 persen FOB untuk yang lokasinya jauh atau 70 persen - 80 persen Free On Board (FOB) untuk yang lokasinya dekat oleh para pedagan pengumpul. Dalam hal ini, margin yang diambil oleh eksportir/pabrik pengolahan dan pedagang masih cukup tinggi, yaitu sekitar 50 persen untuk yang paling jauh dan 20 persen untuk yang paling dekat. Kondisi ini memperlihatkan lemahnya posisi petani dan kuatnya posisi pabrik pengolahan/eksportir dan para pedagang. Penentuan harga sepenuhnya dilakukan oleh pedagang perantara, petani pada umumnya tidak mengetahui harga. Sementara itu, cara penentuan mutu dari hasil panen petani tidak jelas dan alat ukur atau alat uji yang tersedia (bila ada) dihindari untuk digunakan oleh pedagang perantara.
Cara penilaian yang
dilakukan biasanya adalah dengan cara visual atau disebut cara ‘taksiran’. Karena belum dibangunnya keterbukaan dan saling mempercayai antara petani dan pedagang perantara, petani cenderung mengotori bahan baku yang dijualnya untuk mendapatkan timbangan yang lebih sehingga harga meningkat, tetapi para pedagang perantara telah mengetahui hal tersebut dan menetapkan harga yang rendah juga timbangan yang kurang.
Dengan cara demikian maka biaya
transportasi menjadi meningkat dikarenakan mengangkut kotoran, air dan lain-lain selain dari bahan baku. Rendahnya kualitas bahan olahan karet ini terutama disebabkan oleh tidak adanya insentif
harga bagi petani untuk memperbaiki
kualitas, sarana pengolahan yang tidak memadai, dan kemampuan petani. Oleh karena itu, perlunya peningkatan kemampuan petani dalam hal ini mencakup etos kerja, pengetahuan dan keterampilan mengolah karet. Di lain pihak, kebutuhan uang yang mendesak dalam keluarga juga menjadi salah satu penyebab petani cenderung menjual karet dalam bentuk slab tebal basah. Selain itu, lemahnya kelembagaan petani terutama disebabkan oleh : a) kurangnya pembinaan, b) belum efektifnya penerapan regulasi pemerintah yang memihak petani, c) lemahnya modal sosial atau kelembagaan petani terutama dalam bentuk networking, tata aturan dan tranparansi. Rendahnya akses petani terhadap pasar disebabkan belum dimanfaatkannya informasi pasar secara optimal, masih tingginya peranan tengkulak dalam pemasaran karet, tidak adanya
119
pasar lelang dan minimnya infrastruktur pendukung pemasaran.
Selain itu,
permasalahan pada kelembagaan perkebunan lebih banyak mengenai saluran pemasaran yang tidak jelas bagi para petani, dimana informasi yang ada tidak banyak dimiliki oleh para petani karet.
Seandainya, petani karet memiliki
informasi mengenai saluran pemasaran tersebut, maka para pedagang pengumpul ataupun para tengkulak tidak akan mempermainkan harga karet
120
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : 1.
Sektor
Perkebunan
memberikan
kontribusi
yang
besar
terhadap
perekonomian di Kabupaten Musi Rawas apabila dibandingkan dengan sektor pertanian lainnya serta mempunyai multiplier effect yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja, pendapatan rumah tangga, nilai tambah bruto dan output perekonomian. Dari hasil perhitungan dampak simulasi terhadap sektor perkebunan terlihat bahwa melalui investasi sebesar Rp. 1 milyar, maka akan meningkatkan : (1) output sebesar Rp. 1,78 milyar; (2) balas jasa faktor produksi tenaga kerja sebesar Rp. 339,27 juta; (3) balas jasa faktor produksi modal sebesar Rp. 847,74 juta; (4) pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 774,35 juta; (5) pendapatan perusahaan sebesar Rp. 630,3 juta; dan (6) pendapatan pemerintah sebesar Rp. 269,21 juta. 2.
Ketimpangan pendapatan dari sektor perkebunan terbesar berasal komoditas karet yaitu sebesar 2,97, yang diperoleh dengan cara membandingkan antara pendapatan rumah tangga golongan atas sebagai penerima pendapatan tertinggi dengan pendapatan rumah tangga buruh pertanian sebagai penerima pendapatan terendah. Selain itu, ketimpangan komoditas kopi sebesar 2,5 dan ketimpangan komoditas kelapa sawit sebesar 1,92.
3.
Sektor perkebunan di Musi Rawas memiliki indikasi terjadinya kebocoran wilayah (regional leakages).
Kebocoran wilayah terbesar terjadi pada
komoditas karet akibat dari adanya aliran pendapatan modal dan tenaga kerja (capital outflow) yang keluar wilayah Kabupaten Musi Rawas. Dari hasil penelitian ini, kebocoran wilayah yang terjadi di Kabupaten Musi Rawas adalah sebesar Rp. 5,07 triliun, yang terjadi karena faktor produksi tenaga kerja yang keluar wilayah sebesar Rp. 4,1 miliar, pendapatan modal/kapital yang dikirim ke luar wilayah sebesar Rp. 353,2 miliar, transfer dari rumah tangga ke luar daerah (capital outflow) sebesar Rp. 486,5 miliar, transfer dari perusahaan ke luar daerah sebesar Rp. 254,6 miliar, transfer dari pemerintah
121
ke luar daerah sebesar Rp. 50,7 miliar, impor sebesar Rp. 2,24 triliun dan piutang ke luar daerah sebesar Rp. 1,68 triliun. Kegagalan kelembagaan baik dari sisi kebijakan pemerintah maupun pemasaran komoditas perkebunan juga menjadi penyebab terjadinya kebocoran wilayah.
Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya output atau produksi yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi (produksi) di Kabupaten Musi Rawas tidak sepenuhnya dapat dinikmati oleh masyarakat. Kegagalan ini terjadi karena adanya kegagalan kebijaksanaan (policy failure) dalam mengalokasikan nilai tambah kepada masyarakat, sehingga nilai tambah yang dihasilkan tidak dapat dinikmati oleh masyarakat. 4.
Peranan kelembagaan petani masih sangat lemah, hal tersebut terutama disebabkan oleh : a) kurangnya pembinaan, b) belum efektifnya penerapan regulasi pemerintah yang memihak petani, c) lemahnya modal sosial atau kelembagaan petani terutama dalam bentuk networking, tata aturan dan tranparansi. Sedangkan rendahnya akses petani terhadap pasar disebabkan belum dimanfaatkannya informasi pasar secara optimal, masih tingginya peranan tengkulak dalam pemasaran karet, tidak adanya pasar lelang dan minimnya infrastruktur pendukung pemasaran
6.2. 1.
Saran Untuk mengurangi dampak kebocoran wilayah, maka diperlukan peningkatan produksi dan nilai tambah dari komoditas karet karena mempunyai dampak terbesar dalam perekonomian di Kabupaten Musi Rawas, sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu komoditas unggulan daerah.
2.
Tindakan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas untuk mengurangi kebocoran wilayah, dengan cara lebih mendorong penanaman investasi di daerah yakni dengan membuka pabrik pengolahan hasil pertanian yang baru khususnya komoditas karet, sehingga nilai tambah yang selama ini mengalir ke luar wilayah Kabupaten Musi Rawas dapat ditangkap atau dinikmati kembali oleh penduduk Kabupaten Musi Rawas.
3.
Pengaturan lebih lanjut mengenai pemberian dana Corporate Social Responsibility (CSR), oleh seluruh perusahaan yang beroperasi di Kabupaten
122
Musi Rawas, dalam mengembangkan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah perusahaan dapat memberikan dampak positif, yaitu : (a) melalui pemberian pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat sekitar perusahaan misalnya kepada petani karet sehingga dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada para petani sehingga mereka dapat menghasilkan produksi pertanian yang berkualitas, dan (b) membangun sekolah-sekolah yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sumber daya manusia (SDM) agar dapat sejajar dengan wilayah lain sehingga diharapkan dapat mensejahterakan kehidupan rakyat. 4.
Dalam upaya meningkatkan pengembangan wilayah Kabupaten Musi Rawas maka diperlukan beberapa hal diantaranya : (i) efektifitas kebijaksanaan sektor perkebunan terutama komoditas karet sebagai komoditas unggulan melalui alokasi APBD dan akses kredit, (ii) meningkatkan nilai tambah terutama pada sektor pertanian dengan cara pengembangan agribisnis di perdesaan
serta
membangun
suatu
pola
kemitraan
yang
saling
menguntungkan antar kelembagaan petani dan perkebunan swasta dalam skala yang besar, (iii) memperkuat struktur pasar yang kompetitif, (iv) memperkuat posisi tawar menawar (bargaining position) petani, dan (v) pengembangan infrastruktur pada lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Selain itu, agar dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Musi Rawas lebih memperhatikan kondisi petani terutama buruh tani serta tak kalah pentingnya memperhatikan kondisi sosial ekonomi serta budaya. 5.
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut lagi dengan menggunakan metode Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) di wilayah lain agar dapat melihat lebih jelas lagi mengenai keterkaitan antar sektor-sektor produksi terutama yang berbasis pertanian, selain itu juga perlu melihat sejauh mana peranan dari pemerintah daerah dalam mengurangi ketimpangan pendapatan yang ada oleh sebab itu perlunya dilihat pola pengeluaran pemerintah sebagai salah satu faktor eksogen dalam analisis SNSE.
123
DAFTAR PUSTAKA Anwar A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan: Tinjauan Kritis. Bogor : P4W Press. ________ . 1995. Kajian Kelembagaan Untuk Menunjang Pengembangan Agribisnis. Makalah. ________ . 1999. Desentralisasi Spatial Melalui Pembangunan Agropolitan, dengan Merefleksi Kota-Kota Menengah Kecil di Wilayah Pedesaan. Bahan Lokakarya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Pekanbaru Riau. Aris, Ahmad. 2011. Dampak Pengembangan Perkebunan Kelapa Rakyat Terhadap Kemiskinan dan Perekonomian Kabupaten Indragiri Hilir [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Askinatin, M., S Prihawantoro dan B.P. Resosudarmo. 2001. Membangun Sistem Neraca Ekonomi Tingkat Propinsi di Indonesia ; Kasus DKI Jakarta. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. Bendavid-Val A. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioners. Ed ke-4. London: Preager. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Musi Rawas. 2011. Kabupaten Musi Rawas Dalam Angka 2010. Musi Rawas: Kerjasama Bappeda Kabupaten Musi Rawas dengan BPS Kabupaten Musi Rawas. _____________________________________________. 2011. Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010. Musi Rawas: Kerjasama Bappeda Kabupaten Musi Rawas dengan BPS Pusat. Budiharsono S. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: Pradnya Paramita. Daryanto A. 2001. Social Accounting Matrix Model for Development Analysis. Mimbar Sosek, 14(3): 23-43. Daryanto, A dan Y. Hafizrianda. 2010. Analisis Input Output & Social Accounting Matrix Untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. IPB Press, 2010. Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas. 2011. Statistik Perkebunan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010. Musi Rawas: Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas.
124
Fujita M, Hu D. 2001. Regional Disparity in China 1985-1994: The Effect of Globalization and Economic Liberalization. The Annuals of Regional Science 35:3-37. Hadi S. 2001. Studi Dampak Kebijaksanaan Pembangunan Terhadap Disparitas Ekonomi Antar Wilayah (Pendekatan Model Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi) [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hafizrianda Y. 2007. Dampak Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap Terhadap Distribusi Pendapatan dan Perekonomian Regional Provinsi Papua (Suatu Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi) [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Keuning, S.J. and W.A de Ruijter. 1988. Guidelines to the Construction of a Social Accounting Matrix. Review of Income and Wealth, 34(1): 77-100 Lestari, Rahmalia R. 2010. Strategi Pengembangan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan (Pendekatan Tipologi Klassen) [skripsi]. Surakarta: Fakultas Pertanian,Universitas Sebelas Maret. McGrath, M.D. 1987. What Can Economists do With South Africa’s SAMs. Development Southern Africa, 4(2): 301-311. Ramdani. 2003. Analisis Intersektoral Untuk Menentukan Sektor Prioritas Pembangunan Daerah (Studi Kasus Kabupaten Musi Rawas) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Reis H and Rua A. 2006. An Input-Output Analysis: Linkages Vs Leakages; Working Paper Banco de Portugal, November 2006, Economic Research Department Banco de Portugal. Riyadi, Bratakusumah DS. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Republik Indonesia, 2007. Penataan Ruang.
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Rustiadi E, et al. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Edisi Juli 2007. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sadoulet, E. And A. De Janvry. 1995. Quantitative Development Policy Analysis. The Johns Hopkins university Press, Baltimore.
125
Seregaldin, I and A. Steer. 1993. Epilog: Expanding the Capital Stock from Making Development Sustainable: From Concept to Action. The International Bank for Reconstruction and Development, The World Bank. Washington D.C. Sjafrijal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Elfindri, editor. Padang: Baduose Media. Sumodiningrat G. 1999. Pembangunan Daerah dan Pengembangan Kecamatan (Dalam Perspektif Teori dan Implementasi). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 10(3);146-159. Suripto. 2003. Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan. Di dalam: Alkadri, Hamid, editor. Model dan Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan. Kabupaten Nunukan. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah, BPPT. hlm 257-276. Sutomo S. 1995. Kemiskinan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah (Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi) [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tarigan R. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Cet ke-2. Jakarta Bumi Aksara. Todaro, M.T. 2000. Economic Development, Pearson Education Limited. New York.
126
127
Lampiran 1. Tabel SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, Rp Juta (54 x 54) Sektor
Faktor Produksi
Tenaga kerja
Pertanian Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Tata Usaha, Penjualan, Jasa-Jasa Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi
Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha
Institusi
Rumah tangga
Bukan Tenaga Kerja Pertanian
Bukan Pertanian
Buruh Pertanian Golongan Bawah Penerima Pendapatan Golongan Atas
Sektor Produksi
Perusahaan Pemerintahan Padi Jagung Tanaman Umbi-umbian Karet Kopi Kelapa Sawit Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Migas Pertambangan Non Migas Penggalian Industri Makanan dan Minuman Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Industri kertas dan barang cetakan Industri pupuk, kimia dan barang dari karet Industi barang galian bukan logam (batubata) Industri Migas Industri barang-barang lainnya Listrik, Gas dan Air bersih Bangunan Perdagangan Hotel dan Restoran Angkutan jalan raya Angkutan sungai, danau dan penyeberangan Angkutan udara Jasa penunjang angkutan Komunikasi Bank dan lembaga keuangan lainnya Sewa bangunan Pemerintahan umum Jasa sosial kemasyarakatan Jasa-jasa lainnya Komoditi Impor Neraca Kapital Pajak Tidak Langsung Neto Luar Negeri Jumlah
Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
1
61.202,9 57.789,3 25.338,0 13.512,8 18.812,3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
176.655,3
128
Lampiran 1. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Jumlah
2
3
4
5
6
7
8
29.872,0 330.193,1 48.670,0 57.346,0 123.434,4 -
16.900,1 41.758,8 208.736,8 41.480,0 19.391,3 653,3 328.920,3
2.365,0 47.776,0 110.401,3 42.336,8 99.652,4 -
15.544,4 39.589,5 78.649,1 32.025,7 109.645,9 891,7 276.346,3
3.878,5 12.722,4 77.997,3 19.669,0 119.416,3 -
6.428,5 45.841,3 16.739,2 22.345,5 176.120,4 2.595,0 270.069,9
471,5 6.925,6 33.424,4 4.583,3 54.805,7 100.210,4
129
Lampiran 1. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Jumlah
9
10
11
12
13
14
29.648,1 294.467,3 488.533,7 197.608,0 703.760,3 3.220.207,9 353.219,7 5.287.444,9
385,0 389,0 487,7 338,8 128,8 2.942,0 9.678,9 626,67 3.296,37 11.092,94 14.418,41 29.155,72 121.899,27 8.509,51 71,94 2.732,84 149,57 563,06 380,64 7.705,88 485,33 1.812,89 2,44 11,51 190,34 80,24 4.413,89 12.191,21 1.421,97 58.146,33 476,80 0,0 1.199,91 295.385,8
1.492,9 1.332,9 1.596,7 1.023,6 354,6 31.101,5 29.689,5 1.501,18 7.896,38 26.572,93 37.288,60 74.135,29 297.549,97 20.771,30 234,38 10.757,93 416,10 3.592,61 2.239,80 45.343,97 2.855,86 4.975,41 32,28 48,93 2.522,72 1.299,70 13.985,42 27.009,73 5.161,47 307.001,20 59.285,06 0,0 55.672,01 1.074.741,9
1.484,3 1.189,3 1.165,9 907,2 321,3 18.678,6 31.292,4 1.457,56 7.666,95 25.800,85 53.315,57 101.017,49 336.877,59 23.516,67 334,84 15.706,37 867,89 5.062,06 3.369,29 68.210,01 4.296,01 5.463,84 38,97 78,48 3.045,15 1.491,36 29.289,06 40.242,41 8.442,96 155.493,00 102.973,43 0,0 230.836,70 1.279.933,5
46,1 67,7 116,2 51,4 37,8 3.596,1 5.388,2 370,20 1.947,28 6.552,98 11.617,62 25.690,91 90.862,88 6.342,93 36,82 5.013,86 308,72 1.407,07 1.151,61 23.313,99 1.468,36 1.663,73 8,79 13,81 687,03 237,63 4.734,98 8.509,43 1.650,53 168.391,14 72.581,05 0,0 58.203,12 502.069,9
2.437,0 1.932,1 2.702,8 1.543,6 601,2 34.587,4 59.361,9 730,68 3.843,44 12.933,96 28.823,45 61.418,31 233.528,80 16.302,12 269,36 14.844,52 652,73 5.175,00 2.979,65 60.321,87 3.799,20 3.345,70 40,40 59,15 3.157,35 1.905,23 19.043,00 21.730,07 7.169,50 414.285,00 393.223,95 0,0 140.633,87 1.553.382,5
130
Lampiran 1. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Jumlah
15
16
11.728,2 48.422,0 67.239,5 28.340,7 93.359,5 418.706,1 1.231.047,2 1.818.597,4 254.552,0 3.971.992,7
94.464,4 103.741,3 71.527,6 29.049,0 26.270,3 167.200,2 356.774,4 561.662,79 109.106,8 277.101,4 50.710,7 1.847.608,8
17 30.559,5 144.145,5 150,2 507,9 92,3 322,4 101,6 456,2 639.279,3 59.870,6 210,1 9,0 281,4 0,1 61.926,9 0,0 3.972,6 28,5 380,5 1,0 0,3 0,1 221,1 883,2 9,1 1.068,4 39.094,9 16.810,1 1.000.382,8
18 278,6 1.314,0 1,4 4,6 0,8 2,9 0,9 4,2 5.558,3 47,0 2,2 17,5 658,4 0,0 44,2 0,2 4,0 0,0 0,2 0,5 17,4 1.068,9 94,2 9.120,3
19 1.516,9 7.155,1 7,5 25,2 4,6 16,0 5,0 22,6 18.492,8 376,8 12,4 1.321,6 0,0 89,1 28,7 0,0 0,3 1,7 0,1 25,0 1.723,7 554,3 31.379,4
20 3.727,7 17.583,1 18,3 61,9 11,3 39,3 12,4 55,7 58.454,5 1.151,6 88,6 2.583,0 0,0 171,2 17,4 12,1 0,0 0,0 5,1 44,6 1.773,2 1.580,7 87.391,7
21 62.173,5 293.264,4 305,7 1.033,2 187,7 655,9 206,7 928,2 947.735,1 279.666,2 630,8 187,7 89.744,0 1,3 16.797,9 1.038,8 7.075,5 66,5 4,3 706,5 408,9 17.873,7 22.912,3 131.919,6 19.480,9 1.895.005,5
131
Lampiran 1. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Jumlah
22 1.160,9 5.475,9 5,7 19,3 3,5 12,2 3,9 17,3 20.461,8 3.022,0 145,3 3,0 1.126,5 30,9 308,8 380,6 302,2 1,3 0,1 29,1 162,6 4.850,2
23 27.765,5 47.021,8 1.769,7 337,2 1.393,9 203,5 316,7 302,3 155.704,6 26.716,0 528,2 29,2 6.727,1 232,4 2.533,3 667,2 393,6 0,6 108,3 405,2 25.253,6
24 21.802,6 36.923,5 1.389,7 264,8 1.094,5 159,8 248,7 237,3 165.225,7 1.335,7 24.565,1 1.161,9 114,5 7.978,7 1.680,7 764,0 1,9 268,2 455,8 5.590,1 877,8 38.986,8
25 4.829,5 8.178,9 307,8 58,6 242,4 35,4 55,1 52,6 36.068,6 2.133,7 23,9 7,4 50,9 0,0 294,4 39,9 114,7 0,1 13,1 89,5 1.971,1
26 22.840,5 28.453,2 2.237,4 128,1 1.718,1 157,7 1.147,5 45,9 227.623,3 1.143,9 16.371,5 20.325,6 826,8 8,0 5.156,4 64,4 3.287,1 68,3 581,8 0,8 23,6 60,5 1.094,1 1.713,5 18.086,3
27 0,0 0,0 88.392,0 181.732,1 35.204,5 124.820,9 15.225,9 68.014,4 1.524.698,1 30.819,9 27.389,0 3.413,1 226,0 5.530,2 835,9 9.762,0 3.363,9 1.517,2 2,4 71,1 1.282,5 520,9 4.346,9 110.083,8
433,8
3.686,3
3.475,5
752,0
4.303,3
29.113,0
37.956,9
302.096,4
314.603,3
55.319,7
357.467,5
2.266.365,7
132
Lampiran 1. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Jumlah
28 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 -
29
30
31
0,0 0,0 26.480,1 30.063,5 1.903,4 2.191,2 1.482,1 3.097,9 191.970,1 7.092,2 1.190,6 0,6 6,9 4.856,7 28,1 226,9 1,2 8,3 48,4 2.808,0 757,8 37.861,8 3.830,5 315.906,4
0,0 0,0 67.200,7 34.034,3 19.277,7 2.673,7 5.823,5 703,9 356.524,4 354.133,2 4.353,9 6.337,3 116.239,6 32.977,2 31,1 3.293,8 3.432,6 36.354,6 460,3 1.101,5 31,1 12,9 681,6 321,5 5.868,8 5.774,1 131.731,6 10.182,9 1.199.557,6
0,0 0,0 7.235,9 3.664,7 2.075,8 287,9 627,1 75,8 33.095,5 50.669,4 6.763,6 0,3 555,2 414,4 6.264,6 95,4 856,8 45,3 6,5 109,4 1,6 4,5 346,4 6.063,6 847,3 120.106,9
32 0,0 0,0 113,4 90,9 9,6 0,5 3,5 2,9 644,9 6,5 45,6 1,4 66,4 1,7 1,8 0,0 0,1 2,1 0,1 7,2 693,0 17,4 1.708,8
33 0,0 0,0 26.812,0 10.033,9 8.678,5 402,2 2.007,0 1.491,7 110.423,1 9.924,0 37.482,9 811,2 6.991,3 179,2 870,1 27,7 12,3 73,6 40,5 8.244,7 646,7 42.424,3 2.727,0 270.303,8
34 0,0 0,0 1.708,7 648,2 549,2 29,0 245,2 57,7 4.820,1 86,0 4,1 7,7 1.298,4 0,4 1.485,0 12,9 46,2 4,5 0,1 5,0 495,0 49,5 5.973,9 164,4 17.691,1
133
Lampiran 1. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Jumlah
35
36 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 -
37 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 -
0,0 0,0 1.019,2 34,4 659,6 11,5 265,6 7,9 4.094,7 245,0 26,4 1,8 176,1 120,1 152,2 268,8 93,2 0,0 3,5 102,9 18.623,0 106,2 26.012,0
38
39
0,0 0,0 74.214,7 23.870,3 6.565,2 1.305,0 9.590,3 4.285,3 243.563,4 2.402,6 308.715,8 112,5 30.263,7 0,6 37,3 13.472,7 78,6 19.323,1 15.222,8 2.870,8 1.116,4 3,7 346,7 722,4 114.591,7 6.839,8 879.515,3
0,0 0,0 5.737,4 1.146,2 33.354,8 79.552,8 3.907,2 1.096,2 253.893,5 204,6 33,2 12,7 112,2 19,7 223,8 822,7 22,3 9,7 12,4 11.335,7 34,6 3,2 12,7 0,5 2.336,8 335,1 735,2 29,8 10,4 86,3 176,1 9.879,9 246,1 15.644,2 8.661,8 429.689,9
40 0,0 0,0 32,6 15,1 1.198,5 1.027,7 43,6 15,7 13.062,8 2,2 2,6 6.396,2 3,7 410,0 825,0 186,6 84,3 2,5 0,2 40,4 37,8 1.750,7 2,4 70,7 5.408,9 515,9 31.136,1
41 0,0 0,0 3.912,8 3.898,8 639,8 143,8 89,2 75,0 19.740,0 101,7 536,1 9,2 181,3 70,5 141,5 0,0 51,2 4,7 28,8 409,0 555,1 10.198,2 523,6 41.310,3
134
Lampiran 1. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Jumlah
42 0,0 0,0 33,1 20,6 48,9 4,5 11,0 1,0 198,3 0,0 0,0 0,1 0,0 1,7 0,0 0,0 1,3 0,4 0,0 0,1 2,2 2,0 77,2 5,7 408,1
43
44 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 -
0,0 0,0 29,4 38,5 43,5 8,4 9,8 3,1 284,2 0,9 0,1 0,0 2,7 0,0 0,2 0,0 0,3 0,0 0,3 21,9 0,6 46,0 7,0 497,0
45 0,0 0,0 867,9 540,8 1.282,6 117,8 287,9 27,2 7.617,4 59,0 25,4 108,2 18,3 0,1 0,0 25,1 11,2 185,9 20,3 1.839,3 165,5 13.199,7
46 0,0 0,0 16,7 1,4 925,9 15,5 143,3 7,5 2.538,3 0,4 25,8 16,7 5,5 0,2 0,0 0,2 5,4 17.689,6 59,4 21.451,8
47
48
0,0 0,0 1.745,9 93,9 7.670,0 4.044,3 3.098,9 569,6 103.651,1 34,5 469,5 577,5 85,9 3,2 232,2 18,3 119,8 94,9 3.284,6 379,3 1.806,8 660,9 1.975,3 130.616,5
0,0 0,0 11.866,1 7.982,8 125.857,5 13.384,9 220.757,5 17.688,8 23.935,5 1.241,7 60,2 263,3 3,8 55,5 2.670,2 6.508,4 2.894,7 756,8 1,6 163,1 715,6 3.616,9 727,9 124.127,0 565.279,7
135
Lampiran 1. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Jumlah
49
50
0,0 0,0 279,0 23,3 15.477,7 259,1 2.395,0 125,1 77.774,3 -
0,0 0,0 5.029,3 2.157,0 10.174,4 1.797,8 1.958,0 741,2 40.310,9 -
3.004,3 151,4 214,1 174,3 150,5 8,7 17,3 17,9 2.427,5 138,0 8.328,3 1.535,5 112.501,3
196,9 102,0 163,5 197,0 35,0 90,9 10,7 5,6 10,9 49,3 232,9 1.644,2 3.228,3 997,4 69.133,2
51 2.241.875,0 2.241.875,0
52 321,1 23.321,0 123,2 17.376,0 18.492,3 850.071,2 18.927,8 339,9 4,6 109.428,9 1.685.833,0 2.724.239,1
53
54
119.446,5 119.446,5
17.037,1 40.604,4 46.607,5 9.908,3 7.269,9 74.972,8 4.929,9 585.853,3 1.591.906,1 34.934,9 275.237,4 580,6 113,9 49.656,0 2.235.527,0 335,3 78.838,8 3.221,0 6.006,1 19,3 125,2 13.191,2 -
5.076.876,0
Jumlah 176.655,3 589.515,4 328.920,3 302.531,5 276.346,3 233.683,6 270.069,9 100.210,4 5.287.444,9 295.385,8 1.074.741,9 1.279.933,5 502.069,9 1.553.382,5 3.971.992,7 1.847.608,8 1.000.382,8 9.120,3 31.379,4 1.895.005,5 37.956,9 302.096,4 87.391,7 314.603,3 55.319,7 357.467,5 2.266.365,7 315.906,4 1.199.557,6 120.106,9 1.708,8 270.303,8 17.691,1 26.012,0 879.515,3 429.689,9 31.136,1 41.310,3 408,1 497,0 13.199,7 21.451,8 130.616,5 565.279,7 112.501,3 69.133,2 2.241.875,0 2.724.239,1 119.446,5 5.076.876,0
136
Lampiran 2. Pengganda Neraca Kabupaten Musi Rawas 2010 (54 x 54) Sektor
Faktor Produksi
Tenaga kerja
Pertanian Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Tata Usaha, Penjualan, Jasa-Jasa Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi
Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha
Institusi
Rumah tangga
Bukan Tenaga Kerja Pertanian
Bukan Pertanian
Buruh Pertanian Golongan Bawah Penerima Pendapatan Golongan Atas
Sektor Produksi
Perusahaan Pemerintahan Padi Jagung Tanaman Umbi-umbian Tanaman Bahan Makanan lainnya Karet Kopi Kelapa Sawit Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Migas Pertambangan Non Migas Penggalian Industri Makanan dan Minuman Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Industri kertas dan barang cetakan Industri pupuk, kimia dan barang dari karet Industi barang galian bukan logam (batubata) Industri Migas Industri barang-barang lainnya Listrik, Gas dan Air bersih Bangunan Perdagangan Hotel dan Restoran Angkutan jalan raya Angkutan sungai, danau dan penyeberangan Angkutan udara Jasa penunjang angkutan Komunikasi Bank dan lembaga keuangan lainnya Sewa bangunan Pemerintahan umum Jasa sosial kemasyarakatan Jasa-jasa lainnya Komoditi Impor Jumlah
Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Jumlah
1 1,0235 0,0515 0,0361 0,0173 0,0400 0,0191 0,0306 0,0032 0,5180 0,3790 0,4301 0,2657 0,1260 0,2568 0,4034 0,2070 0,1345 0,0035 0,0125 0,0001 0,0002 0,0031 0,0348 0,1032 0,0135 0,1097 0,0000 0,0011 0,4283 0,0306 0,0004 0,0341 0,0010 0,0066 0,0029 0,0798 0,0052 0,0082 0,0001 0,0001 0,0031 0,0017 0,0302 0,0633 0,0415 0,0116 0,4662 5,4380
137
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Jumlah
2 0,0195 1,0428 0,0308 0,0146 0,0353 0,0182 0,0272 0,0029 0,4413 0,0790 0,6483 0,1883 0,1400 0,3398 0,3536 0,1849 0,1120 0,0029 0,0102 0,0000 0,0002 0,0025 0,0282 0,0863 0,0112 0,0922 0,0000 0,0011 0,3564 0,0255 0,0003 0,0305 0,0009 0,0064 0,0030 0,0775 0,0050 0,0070 0,0001 0,0001 0,0034 0,0018 0,0269 0,0566 0,0334 0,0104 0,4695 5,0277
3 0,0211 0,0455 1,0325 0,0154 0,0381 0,0201 0,0281 0,0030 0,4787 0,0809 0,2205 0,7473 0,1715 0,1986 0,3714 0,1878 0,1168 0,0029 0,0102 0,0001 0,0002 0,0025 0,0282 0,0953 0,0117 0,1036 0,0000 0,0012 0,3718 0,0266 0,0004 0,0331 0,0011 0,0069 0,0034 0,0863 0,0056 0,0073 0,0001 0,0001 0,0035 0,0019 0,0335 0,0575 0,0390 0,0118 0,3945 5,1178
4 0,0178 0,0386 0,0283 1,0134 0,0338 0,0182 0,0255 0,0027 0,4117 0,0341 0,2394 0,4635 0,1797 0,4516 0,3261 0,1727 0,1005 0,0025 0,0085 0,0000 0,0002 0,0021 0,0233 0,0803 0,0100 0,0875 0,0000 0,0011 0,3198 0,0228 0,0003 0,0295 0,0010 0,0064 0,0031 0,0783 0,0051 0,0063 0,0001 0,0001 0,0033 0,0018 0,0287 0,0528 0,0321 0,0105 0,4123 4,7871
5 0,0177 0,0384 0,0281 0,0133 1,0335 0,0177 0,0255 0,0027 0,4074 0,0825 0,2243 0,3825 0,1554 0,5179 0,3235 0,1735 0,1004 0,0025 0,0085 0,0000 0,0002 0,0021 0,0233 0,0794 0,0100 0,0862 0,0000 0,0011 0,3197 0,0228 0,0003 0,0291 0,0009 0,0063 0,0030 0,0760 0,0049 0,0062 0,0001 0,0001 0,0032 0,0018 0,0278 0,0531 0,0317 0,0103 0,4167 4,7713
6 0,0165 0,0358 0,0266 0,0125 0,0324 1,0174 0,0248 0,0026 0,3861 0,0417 0,1314 0,4272 0,1218 0,6268 0,3082 0,1688 0,0937 0,0022 0,0077 0,0000 0,0001 0,0018 0,0209 0,0748 0,0094 0,0817 0,0000 0,0011 0,2983 0,0213 0,0003 0,0282 0,0009 0,0063 0,0030 0,0750 0,0049 0,0057 0,0001 0,0001 0,0032 0,0018 0,0278 0,0516 0,0300 0,0102 0,4005 4,6432
7 0,0148 0,0324 0,0244 0,0116 0,0298 0,0159 1,0234 0,0024 0,3493 0,0473 0,2404 0,1478 0,1173 0,7582 0,2846 0,1614 0,0863 0,0021 0,0070 0,0000 0,0001 0,0017 0,0191 0,0665 0,0086 0,0722 0,0000 0,0010 0,2748 0,0196 0,0003 0,0259 0,0008 0,0058 0,0027 0,0685 0,0045 0,0052 0,0001 0,0001 0,0030 0,0017 0,0238 0,0494 0,0259 0,0092 0,4250 4,4720
8 0,0163 0,0354 0,0264 0,0124 0,0323 0,0174 0,0248 1,0026 0,3828 0,0298 0,1456 0,4264 0,0832 0,6620 0,3069 0,1695 0,0928 0,0022 0,0076 0,0000 0,0001 0,0018 0,0205 0,0741 0,0093 0,0808 0,0000 0,0011 0,2953 0,0211 0,0003 0,0280 0,0009 0,0063 0,0030 0,0747 0,0049 0,0057 0,0001 0,0001 0,0032 0,0018 0,0278 0,0518 0,0297 0,0102 0,3981 4,6270
138
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Jumlah
9 0,0085 0,0185 0,0153 0,0076 0,0348 0,0107 0,0450 0,0039 1,2003 0,0363 0,1279 0,1731 0,0715 0,2443 0,8673 0,3567 0,0484 0,0012 0,0041 0,0000 0,0001 0,0010 0,0113 0,0381 0,0048 0,0413 0,0000 0,0005 0,1540 0,0110 0,0002 0,0140 0,0004 0,0034 0,0014 0,0374 0,0028 0,0031 0,0000 0,0001 0,0016 0,0009 0,0133 0,1091 0,0151 0,0050 0,2367 3,9821
10 0,0310 0,0686 0,0466 0,0225 0,0487 0,0200 0,0375 0,0039 0,6619 1,0409 0,1318 0,1539 0,0626 0,1880 0,4998 0,2531 0,1801 0,0048 0,0175 0,0001 0,0003 0,0043 0,0489 0,1345 0,0180 0,1411 0,0000 0,0009 0,5734 0,0411 0,0004 0,0403 0,0010 0,0066 0,0026 0,0796 0,0051 0,0105 0,0001 0,0001 0,0025 0,0014 0,0339 0,0774 0,0561 0,0133 0,4919 5,2588
11 0,0218 0,0478 0,0339 0,0162 0,0381 0,0191 0,0294 0,0031 0,4843 0,0310 1,0972 0,1157 0,0468 0,1424 0,3916 0,2001 0,1247 0,0033 0,0119 0,0001 0,0002 0,0029 0,0332 0,0954 0,0125 0,1005 0,0000 0,0011 0,3970 0,0284 0,0004 0,0325 0,0008 0,0068 0,0031 0,0812 0,0053 0,0079 0,0001 0,0001 0,0037 0,0020 0,0277 0,0612 0,0361 0,0110 0,5063 4,3161
12 0,0223 0,0480 0,0342 0,0161 0,0407 0,0217 0,0296 0,0032 0,5095 0,0312 0,0989 1,1193 0,0481 0,1483 0,3927 0,1971 0,1215 0,0030 0,0105 0,0001 0,0002 0,0026 0,0289 0,1024 0,0121 0,1117 0,0000 0,0013 0,3868 0,0276 0,0004 0,0352 0,0012 0,0075 0,0037 0,0930 0,0061 0,0076 0,0001 0,0001 0,0038 0,0020 0,0386 0,0603 0,0429 0,0131 0,3467 4,2320
13 0,0145 0,0314 0,0232 0,0110 0,0264 0,0162 0,0185 0,0020 0,3374 0,0194 0,0641 0,0790 1,0314 0,0979 0,2563 0,1222 0,0824 0,0020 0,0069 0,0000 0,0001 0,0017 0,0187 0,0636 0,0082 0,0725 0,0000 0,0011 0,2623 0,0187 0,0002 0,0254 0,0010 0,0051 0,0030 0,0728 0,0047 0,0055 0,0001 0,0001 0,0023 0,0010 0,0199 0,0374 0,0243 0,0075 0,4833 3,3829
14 0,0120 0,0262 0,0207 0,0098 0,0267 0,0146 0,0218 0,0022 0,2941 0,0210 0,0607 0,0745 0,0300 1,0922 0,2464 0,1520 0,0713 0,0016 0,0052 0,0000 0,0001 0,0012 0,0137 0,0544 0,0071 0,0596 0,0000 0,0009 0,2270 0,0162 0,0003 0,0232 0,0007 0,0055 0,0026 0,0629 0,0041 0,0042 0,0001 0,0001 0,0029 0,0017 0,0219 0,0465 0,0210 0,0085 0,4078 3,1773
15 0,0048 0,0104 0,0105 0,0056 0,0396 0,0081 0,0604 0,0050 0,1162 0,0367 0,0762 0,0812 0,0353 0,1192 1,2544 0,4945 0,0273 0,0007 0,0024 0,0000 0,0000 0,0006 0,0065 0,0213 0,0027 0,0229 0,0000 0,0003 0,0869 0,0062 0,0001 0,0076 0,0002 0,0023 0,0007 0,0209 0,0020 0,0019 0,0000 0,0001 0,0010 0,0004 0,0071 0,1513 0,0085 0,0028 0,1665 2,9094
139
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Jumlah
16 0,0101 0,0222 0,0246 0,0133 0,1074 0,0198 0,1691 0,0139 0,2523 0,0909 0,1641 0,1598 0,0709 0,2435 0,3281 1,3920 0,0583 0,0015 0,0051 0,0000 0,0001 0,0012 0,0140 0,0451 0,0058 0,0484 0,0000 0,0006 0,1855 0,0132 0,0004 0,0160 0,0005 0,0052 0,0015 0,0448 0,0047 0,0041 0,0000 0,0002 0,0022 0,0009 0,0150 0,4259 0,0179 0,0061 0,3951 4,4013
17 0,0430 0,1760 0,0256 0,0121 0,0360 0,0132 0,0390 0,0044 0,9583 0,0519 0,2099 0,1728 0,0801 0,2442 0,6992 0,2957 1,1222 0,0015 0,0051 0,0000 0,0001 0,0012 0,0141 0,0490 0,0060 0,0493 0,0000 0,0006 0,1864 0,0136 0,0002 0,0929 0,0005 0,0040 0,0016 0,0493 0,0032 0,0044 0,0001 0,0001 0,0019 0,0012 0,0189 0,0905 0,0181 0,0073 0,3206 5,1254
18 0,0406 0,1662 0,0254 0,0119 0,0340 0,0126 0,0360 0,0041 0,8799 0,0485 0,1963 0,1611 0,0746 0,2265 0,6423 0,2720 0,0546 1,0065 0,0048 0,0000 0,0001 0,0012 0,0132 0,0463 0,0063 0,0459 0,0000 0,0006 0,1738 0,0144 0,0002 0,0996 0,0005 0,0038 0,0015 0,0473 0,0030 0,0042 0,0000 0,0001 0,0018 0,0010 0,0171 0,0832 0,0168 0,0077 0,3796 4,8673
19 0,0603 0,2555 0,0243 0,0120 0,0347 0,0135 0,0368 0,0043 0,8813 0,0603 0,2535 0,1719 0,0852 0,2490 0,6466 0,2776 0,0641 0,0016 1,0178 0,0000 0,0001 0,0014 0,0156 0,0519 0,0066 0,0537 0,0000 0,0006 0,2041 0,0150 0,0002 0,0674 0,0005 0,0042 0,0018 0,0505 0,0033 0,0051 0,0000 0,0001 0,0020 0,0011 0,0181 0,0849 0,0197 0,0073 0,3488 5,1146
20 0,0552 0,2279 0,0228 0,0113 0,0353 0,0133 0,0389 0,0043 0,9520 0,0587 0,2421 0,1760 0,0854 0,2548 0,6965 0,2967 0,0635 0,0016 0,0056 1,0000 0,0002 0,0025 0,0286 0,0509 0,0068 0,0533 0,0000 0,0006 0,2022 0,0155 0,0002 0,0525 0,0005 0,0042 0,0018 0,0492 0,0035 0,0043 0,0000 0,0001 0,0021 0,0011 0,0176 0,0908 0,0195 0,0069 0,3127 5,1694
21 0,0500 0,2081 0,0257 0,0125 0,0373 0,0148 0,0375 0,0044 0,8952 0,0547 0,2253 0,1702 0,0811 0,2426 0,6551 0,2793 0,0602 0,0015 0,0053 0,1476 1,0001 0,0015 0,0165 0,0493 0,0062 0,0504 0,0000 0,0006 0,1916 0,0142 0,0003 0,0770 0,0006 0,0041 0,0017 0,0547 0,0038 0,0078 0,0001 0,0001 0,0023 0,0013 0,0275 0,0854 0,0185 0,0188 0,3546 5,1974
22 0,0436 0,1805 0,0223 0,0112 0,0335 0,0136 0,0349 0,0039 0,8502 0,0494 0,2022 0,1572 0,0743 0,2244 0,6214 0,2640 0,0555 0,0014 0,0048 0,0118 0,0797 1,0012 0,0134 0,0446 0,0073 0,0460 0,0000 0,0006 0,1767 0,0165 0,0003 0,0548 0,0005 0,0046 0,0015 0,0506 0,0131 0,0120 0,0001 0,0001 0,0026 0,0010 0,0172 0,0808 0,0169 0,0111 0,3931 4,9065
140
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Jumlah
23 0,1061 0,1942 0,0281 0,0117 0,0384 0,0146 0,0364 0,0045 0,8468 0,0727 0,2322 0,1730 0,0820 0,2376 0,6212 0,2671 0,0634 0,0016 0,0056 0,0011 0,0071 0,0898 1,0154 0,0505 0,0073 0,0529 0,0000 0,0006 0,2020 0,0166 0,0003 0,0469 0,0005 0,0049 0,0017 0,0552 0,0063 0,0062 0,0001 0,0001 0,0024 0,0010 0,0176 0,0817 0,0195 0,0081 0,3775 5,1104
24 0,0856 0,1500 0,0236 0,0099 0,0383 0,0175 0,0360 0,0042 0,8457 0,0628 0,1996 0,1634 0,0754 0,2261 0,6185 0,2636 0,0577 0,0014 0,0050 0,0000 0,0001 0,0016 0,0184 1,1296 0,0057 0,0479 0,0000 0,0006 0,1835 0,0130 0,0002 0,0208 0,0006 0,0042 0,0016 0,0691 0,0088 0,0064 0,0001 0,0001 0,0027 0,0026 0,0357 0,0806 0,0177 0,0091 0,3928 4,9377
25 0,1021 0,1785 0,0254 0,0107 0,0389 0,0140 0,0394 0,0045 0,9449 0,0726 0,2301 0,1806 0,0846 0,2505 0,6912 0,2948 0,0647 0,0016 0,0057 0,0000 0,0001 0,0014 0,0157 0,0503 1,0466 0,0540 0,0000 0,0006 0,2058 0,0148 0,0002 0,0190 0,0005 0,0041 0,0018 0,0518 0,0040 0,0062 0,0000 0,0001 0,0022 0,0011 0,0168 0,0902 0,0199 0,0081 0,3222 5,1723
26 0,0786 0,1100 0,0303 0,0118 0,0413 0,0146 0,0424 0,0038 0,9637 0,0616 0,1869 0,1778 0,0782 0,2399 0,7023 0,2964 0,0772 0,0017 0,0054 0,0000 0,0001 0,0015 0,0173 0,0525 0,0069 1,0967 0,0000 0,0006 0,2457 0,0157 0,0002 0,0356 0,0005 0,0042 0,0016 0,0547 0,0033 0,0056 0,0000 0,0001 0,0019 0,0012 0,0198 0,0907 0,0180 0,0114 0,3262 5,1363
27 0,0104 0,0229 0,0584 0,0905 0,0492 0,0687 0,0444 0,0339 0,9343 0,0366 0,1360 0,2345 0,0847 0,2860 0,6818 0,2898 0,0615 0,0015 0,0049 0,0000 0,0001 0,0012 0,0133 0,0470 0,0064 0,0494 1,0138 0,0006 0,1958 0,0147 0,0003 0,0199 0,0005 0,0044 0,0017 0,0495 0,0047 0,0044 0,0000 0,0001 0,0020 0,0016 0,0168 0,0887 0,0182 0,0081 0,3140 5,0074
28 1,0000 1,0000
29 0,0098 0,0212 0,1031 0,1057 0,0386 0,0215 0,0400 0,0133 0,8677 0,0355 0,1311 0,2344 0,0825 0,2404 0,6330 0,2686 0,0545 0,0013 0,0047 0,0000 0,0001 0,0011 0,0127 0,0433 0,0072 0,0469 0,0000 1,0236 0,1736 0,0164 0,0002 0,0158 0,0005 0,0037 0,0016 0,0578 0,0031 0,0043 0,0000 0,0001 0,0018 0,0011 0,0250 0,0822 0,0173 0,0083 0,3652 4,8200
141
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Jumlah
30 0,0273 0,0818 0,0784 0,0388 0,0516 0,0203 0,0398 0,0042 0,8408 0,0429 0,1561 0,1990 0,0770 0,2268 0,6138 0,2606 0,3769 0,0051 0,0101 0,0000 0,0001 0,0012 0,0132 0,1517 0,0054 0,0457 0,0000 0,0006 1,2000 0,0123 0,0002 0,0429 0,0005 0,0067 0,0015 0,0764 0,0039 0,0049 0,0001 0,0001 0,0024 0,0015 0,0238 0,0797 0,0169 0,0115 0,3874 5,2419
31 0,0513 0,0921 0,0874 0,0431 0,0582 0,0257 0,0429 0,0046 0,8906 0,0541 0,1776 0,2206 0,0856 0,2489 0,6513 0,2781 0,0613 0,0015 0,0053 0,0000 0,0001 0,0013 0,0145 0,0483 0,4711 0,0516 0,0000 0,0006 0,1949 1,0735 0,0002 0,0236 0,0005 0,0077 0,0017 0,1034 0,0045 0,0125 0,0004 0,0001 0,0030 0,0011 0,0181 0,0851 0,0190 0,0102 0,3443 5,5716
32 0,0066 0,0143 0,0819 0,0604 0,0309 0,0154 0,0259 0,0041 0,5739 0,0245 0,0876 0,1606 0,0555 0,1565 0,4188 0,1779 0,0370 0,0009 0,0031 0,0000 0,0001 0,0008 0,0086 0,0306 0,0037 0,0316 0,0000 0,0004 0,1178 0,0083 1,0039 0,0418 0,0003 0,0034 0,0011 0,0682 0,0031 0,0036 0,0000 0,0001 0,0024 0,0007 0,0124 0,0544 0,0117 0,0083 0,5761 3,9290
33 0,0126 0,0257 0,1329 0,0515 0,0708 0,0193 0,0413 0,0096 0,7702 0,0373 0,1264 0,2303 0,0783 0,2210 0,5631 0,2406 0,0530 0,0013 0,0045 0,0000 0,0001 0,0011 0,0126 0,0883 0,0053 0,0454 0,0000 0,0006 0,1686 0,0120 0,0002 1,1765 0,0006 0,0072 0,0016 0,0716 0,0039 0,0073 0,0002 0,0001 0,0021 0,0012 0,0527 0,0736 0,0169 0,0090 0,4219 4,8704
34 0,0077 0,0169 0,1200 0,0471 0,0649 0,0284 0,0402 0,0062 0,5622 0,0294 0,0997 0,1949 0,0647 0,1840 0,4127 0,1786 0,0442 0,0011 0,0037 0,0000 0,0001 0,0009 0,0102 0,0350 0,0045 0,0375 0,0000 0,0058 0,1405 0,0101 0,0001 0,0132 1,0797 0,0030 0,0013 0,1244 0,0032 0,0058 0,0003 0,0001 0,0015 0,0011 0,0455 0,0546 0,0139 0,0082 0,5558 4,2629
35 1,0000 1,0000
36 1,0000 1,0000
142
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Jumlah
37 0,0035 0,0078 0,0471 0,0051 0,0371 0,0058 0,0211 0,0014 0,2572 0,0132 0,0430 0,0776 0,0267 0,0786 0,1883 0,0807 0,0219 0,0005 0,0016 0,0000 0,0000 0,0004 0,0043 0,0160 0,0023 0,0156 0,0000 0,0002 0,0697 0,0052 0,0001 0,0135 0,0002 1,0060 0,0005 0,0207 0,0114 0,0049 0,0000 0,0000 0,0008 0,0003 0,0062 0,0247 0,0058 0,0061 0,8043 2,9374
38 0,0111 0,0233 0,1379 0,0726 0,0421 0,0201 0,0453 0,0117 0,7767 0,0358 0,1258 0,2345 0,0790 0,2213 0,5677 0,2425 0,0533 0,0013 0,0045 0,0000 0,0001 0,0011 0,0124 0,0423 0,0252 0,0456 0,0000 0,3678 0,1696 0,0508 0,0002 0,0156 0,0174 0,0038 1,0240 0,0675 0,0063 0,0053 0,0001 0,0001 0,0022 0,0010 0,0195 0,0742 0,0169 0,0075 0,4172 5,0999
39 0,0112 0,0250 0,0337 0,0125 0,1124 0,1993 0,0460 0,0060 0,8809 0,0398 0,1325 0,2371 0,0857 0,3289 0,6453 0,2779 0,0691 0,0016 0,0052 0,0003 0,0001 0,0013 0,0144 0,0525 0,0060 0,0516 0,0000 0,0007 0,2183 0,0137 0,0002 0,0184 0,0007 0,0043 0,0018 1,0532 0,0041 0,0056 0,0001 0,0001 0,0023 0,0015 0,0410 0,0850 0,0190 0,0074 0,3152 5,0693
40 0,0115 0,0296 0,0298 0,0141 0,0763 0,0513 0,0361 0,0039 0,8023 0,0327 0,1127 0,1648 0,0643 0,2202 0,5838 0,2457 0,1112 0,0019 0,0050 0,0000 0,0001 0,0009 0,0105 0,0576 0,0044 0,0377 0,0000 0,0005 0,3541 0,0101 0,0002 0,0188 0,0006 0,0172 0,0013 0,0684 1,0089 0,0061 0,0001 0,0001 0,0030 0,0022 0,0729 0,0752 0,0141 0,0091 0,4235 4,7948
41 0,0087 0,0190 0,1126 0,1030 0,0451 0,0149 0,0319 0,0048 0,7100 0,0318 0,1160 0,2170 0,0747 0,2045 0,5191 0,2219 0,0497 0,0012 0,0042 0,0000 0,0001 0,0010 0,0114 0,0397 0,0049 0,0421 0,0000 0,0005 0,1581 0,0111 0,0002 0,0293 0,0005 0,0036 0,0014 0,0423 0,0044 1,0066 0,0000 0,0013 0,0017 0,0016 0,0247 0,0679 0,0156 0,0191 0,4642 4,4435
42 0,0097 0,0210 0,0981 0,0588 0,1492 0,0229 0,0574 0,0054 0,7235 0,0384 0,1299 0,2280 0,0826 0,2542 0,5312 0,2301 0,0549 0,0013 0,0047 0,0000 0,0001 0,0011 0,0128 0,0435 0,0055 0,0472 0,0000 0,0006 0,1746 0,0125 0,0002 0,0160 0,0005 0,0037 0,0016 0,0463 0,0030 0,0036 1,0032 0,0011 0,0018 0,0011 0,0210 0,0704 0,0174 0,0109 0,4302 4,6311
43 1,0000 1,0000
143
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Jumlah
44 0,0103 0,0223 0,0777 0,0862 0,1219 0,0310 0,0556 0,0097 0,8530 0,0394 0,1395 0,2365 0,0878 0,2768 0,6242 0,2676 0,0587 0,0014 0,0050 0,0000 0,0001 0,0012 0,0135 0,0462 0,0058 0,0499 0,0000 0,0006 0,1867 0,0132 0,0002 0,0170 0,0007 0,0041 0,0017 0,0501 0,0032 0,0041 0,0000 1,0006 0,0020 0,0017 0,0616 0,0819 0,0185 0,0079 0,3530 4,9300
45 0,0095 0,0208 0,0829 0,0492 0,1284 0,0210 0,0556 0,0052 0,8207 0,0383 0,1305 0,2192 0,0811 0,2544 0,5999 0,2562 0,0546 0,0013 0,0046 0,0000 0,0001 0,0011 0,0126 0,0430 0,0054 0,0464 0,0000 0,0006 0,1737 0,0123 0,0002 0,0157 0,0006 0,0083 0,0016 0,0437 0,0112 0,0049 0,0000 0,0001 1,0037 0,0018 0,0301 0,0784 0,0171 0,0075 0,3870 4,7406
46 0,0019 0,0042 0,0042 0,0017 0,0492 0,0031 0,0134 0,0010 0,1642 0,0083 0,0270 0,0394 0,0164 0,0577 0,1202 0,0516 0,0110 0,0003 0,0009 0,0000 0,0000 0,0002 0,0025 0,0086 0,0011 0,0093 0,0000 0,0001 0,0349 0,0025 0,0000 0,0032 0,0001 0,0019 0,0003 0,0092 0,0006 0,0010 0,0000 0,0000 0,0004 1,0002 0,0030 0,0158 0,0034 0,0014 0,8756 2,5510
47 0,0095 0,0207 0,0323 0,0098 0,0969 0,0437 0,0659 0,0083 1,0524 0,0393 0,1350 0,1997 0,0794 0,2816 0,7646 0,3203 0,0542 0,0013 0,0046 0,0000 0,0001 0,0011 0,0126 0,0427 0,0055 0,0463 0,0000 0,0006 0,1724 0,0126 0,0002 0,0159 0,0045 0,0083 0,0016 0,0429 0,0031 0,0053 0,0002 0,0001 0,0028 0,0017 1,0410 0,0980 0,0200 0,0202 0,2671 5,0465
48 0,0121 0,0264 0,0416 0,0239 0,2503 0,0389 0,4134 0,0336 0,3382 0,0437 0,1693 0,2027 0,0977 0,4779 0,2663 0,1399 0,0701 0,0017 0,0058 0,0000 0,0001 0,0014 0,0156 0,0543 0,0069 0,0586 0,0000 0,0008 0,2232 0,0158 0,0007 0,0206 0,0007 0,0094 0,0021 0,0657 0,0088 0,0056 0,0001 0,0004 0,0036 0,0013 0,0199 1,0493 0,0213 0,0087 0,5403 4,7885
49 0,0093 0,0203 0,0222 0,0095 0,1734 0,0139 0,0592 0,0047 0,9424 0,0399 0,1325 0,1906 0,0784 0,2727 0,6861 0,2894 0,0528 0,0013 0,0045 0,0000 0,0001 0,0011 0,0123 0,0428 0,0053 0,0450 0,0000 0,0006 0,1680 0,0120 0,0002 0,0470 0,0005 0,0051 0,0016 0,0433 0,0045 0,0048 0,0001 0,0002 0,0019 0,0009 0,0157 0,0885 1,0386 0,0069 0,3284 4,8785
50 0,0111 0,0242 0,0939 0,0413 0,1838 0,0398 0,0649 0,0143 0,8641 0,0446 0,1482 0,2549 0,0933 0,3029 0,6337 0,2736 0,0638 0,0016 0,0054 0,0000 0,0001 0,0013 0,0146 0,0501 0,0063 0,0540 0,0000 0,0007 0,2029 0,0143 0,0002 0,0201 0,0006 0,0066 0,0019 0,0512 0,0039 0,0053 0,0002 0,0002 0,0022 0,0018 0,0213 0,0837 0,0199 1,0310 0,3292 5,0829
144
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Jumlah
51 1,0000 1,0000
Jumlah 2,1823 3,9799 3,1719 2,2523 3,8357 2,1208 3,2390 1,2877 30,8745 3,3804 8,7355 10,6855 4,7678 13,2783 24,2133 11,9921 4,6474 1,0886 1,2932 1,1622 1,0921 1,1573 1,7764 3,7732 1,8486 3,7191 1,0139 1,0000 1,4278 11,4068 1,8354 1,0152 2,5839 1,1290 1,0000 1,0000 1,2543 1,1115 3,7966 1,2269 1,2641 1,0070 1,0000 1,0073 1,1114 1,0628 2,1826 4,6754 2,0115 1,4547 19,8453
145
Lampiran 3. Nilai Sektor Produksi untuk SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Output
Biaya Antara
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1.000.382,8 9.120,3 31.379,4 87.391,7 1.895.005,5 37.956,9 302.096,4 314.603,3 55.319,7 357.467,5 2.266.365,7 0,0 315.906,4 1.199.557,6
167.957,8 1.860,4 3.579,3 5.846,8 569.034,2 10.362,7 63.595,0 83.781,3 4.738,7 68.812,5 199.164,7 0,0 54.887,4 703.136,5
Nilai Tambah Bruto 832.425,0 7.259,9 27.800,2 81.545,0 1.325.971,3 27.594,3 238.501,4 230.822,0 50.581,0 288.655,0 2.067.201,0 0,0 261.019,0 496.421,1
31
120.106,9
72.197,0
47.909,9
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
1.708,8 270.303,8 17.691,1 0,0 0,0 26.012,0 879.515,3 429.689,9 31.136,1 41.310,3 408,1 0,0 497,0 13.199,7 21.451,8 130.616,5 565.279,7 112.501,3 69.133,2 10.603.114,7
825,8 107.728,4 9.468,6 0,0 0,0 19.813,0 509.281,3 42.339,9 15.224,1 12.287,3 85,1 0,0 73,0 2.292,7 17.743,8 7.767,4 143.806,7 14.632,3 5.967,2 2.918.290,7
883,0 162.575,5 8.222,5 0,0 0,0 6.199,0 370.234,0 387.350,0 15.912,0 29.023,0 323,0 0,0 424,0 10.907,0 3.708,0 122.849,1 421.473,0 97.869,0 63.166,0 7.684.824,1
Sektor Produksi
SNSE Kabupaten Musi Rawas Padi Jagung Tanaman Umbi-umbian Tanaman Bahan Makanan lainnya Karet Kopi Kelapa Sawit Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Migas Pertambangan Non Migas Penggalian Industri Makanan dan Minuman Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Industri kertas dan barang cetakan Industri pupuk, kimia dan barang dari karet Industi barang galian bukan logam (batubata) Industri Migas Industri barang-barang lainnya Listrik, Gas dan Air bersih Bangunan Perdagangan Hotel dan Restoran Angkutan jalan raya Angkutan sungai, danau dan penyeberangan Angkutan udara Jasa penunjang angkutan Komunikasi Bank dan lembaga keuangan lainnya Sewa bangunan Pemerintahan umum Jasa sosial kemasyarakatan Jasa-jasa lainnya Jumlah
146 146
Lampiran 4. SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, Rp Miliar (10 x 10) Klasifikasi Faktor Produksi
Institusi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Faktor Produksi Tenaga Kerja
1
2.277,9
2.277,9
Faktor Produksi Kapital
2
5.287,4
5.287,4
Rumahtangga
3
Perusahaan
2.273,8
1.714,0
22,1
249,1
325,1
121,4
4.705,5
4
3.220,2
90,9
418,7
167,2
75,0
3.972,0
Pemerintah
5
-
135,4
1.231,0
356,8
4,9
1.847,6
Komoditi Domestik
6
2.238,7
561,7
1.998,3
929,0
4.875,5
10.603,1
Komoditi Impor
7
1.103,3
109,1
920,0
109,4
Neraca Kapital
8
628,5
Pajak Tak Langsung Neto
9
Luar Kabupaten
10
119,4
Sektor
Neraca Lainnya
Jumlah
1.818,6
2.241,9
277,1
2.724,2 119,4
4,1
353,2
486,5
254,6
50,7
2.277,9
5.287,4
4.705,5
3.972,0
1.847,6
10.603,1
119,4 2.241,9
1.685,8
2.241,9
2.724,2
5.076,9 119,4
5.076,9
147
Lampiran 5. Efek Transfer Antar Neraca Sendiri (Mr1) Sektor
Tenaga kerja
Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Tata Usaha, Penjualan, Jasa-Jasa
Rumah tangga
Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi Bukan Tenaga Kerja
Sektor Produksi
Institusi
Faktor Produksi
Pertanian
Pertanian Bukan Pertanian
Buruh Pengusaha Buruh
Sektor 1 2 3
1 1,0000 0,0000 0,0000
Pengusaha
4
0,0000
Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
Buruh Pertanian Golongan Bawah Penerima Pendapatan Golongan Atas
Perusahaan Pemerintahan Padi Jagung Tanaman Umbi-umbian Karet Kopi Kelapa Sawit Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Migas Pertambangan Non Migas Penggalian Industri Makanan dan Minuman Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Industri kertas dan barang cetakan Industri pupuk, kimia dan barang dari karet Industi barang galian bukan logam (batubata) Industri Migas Industri barang-barang lainnya Listrik, Gas dan Air bersih Bangunan Perdagangan Hotel dan Restoran Angkutan jalan raya Angkutan sungai, danau dan penyeberangan Angkutan udara Jasa penunjang angkutan Komunikasi Bank dan lembaga keuangan lainnya Sewa bangunan Pemerintahan umum Jasa sosial kemasyarakatan Jasa-jasa lainnya Jumlah
148
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
2 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
3 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
4 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
5 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
6 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
7 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
8 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
149
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
10 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0038 0,0042 0,0038 0,0020 0,0015 0,0162 0,0473 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0788
11 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0040 1,0045 0,0041 0,0020 0,0019 0,0377 0,0493 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,1034
12 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0032 0,0034 1,0028 0,0015 0,0013 0,0204 0,0386 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0711
13 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0010 0,0012 0,0011 1,0004 0,0006 0,0098 0,0172 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0314
14 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0048 0,0050 0,0046 0,0022 1,0020 0,0313 0,0600 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,1099
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0268 0,0399 0,0375 0,0156 0,0339 1,1669 0,4536 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,7742
16 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0672 0,0749 0,0529 0,0216 0,0218 0,1362 1,2999 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,6745
150
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
17 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0637 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0033 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0003 0,0000 0,0765 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0064 0,0001 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0036 0,0000 0,0000 0,0014 1,1570
18 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 1,0052 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0037 0,0009 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0020 0,0000 0,0843 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0073 0,0001 0,0008 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0029 0,0000 0,0000 0,0022 1,1102
19 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0122 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0020 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0004 0,0000 0,0495 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0043 0,0001 0,0011 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0017 0,0000 0,0000 0,0010 1,0729
20 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0134 0,0000 0,0000 0,0000 0,0014 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0011 0,0000 0,0348 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0030 0,0002 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0012 0,0000 0,0000 0,0006 1,0569
21 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 1,1731 0,0000 0,0000 0,0027 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0004 0,0001 0,0646 0,0001 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0123 0,0007 0,0047 0,0001 0,0000 0,0000 0,0005 0,0003 0,0139 0,0000 0,0000 0,0150 1,2898
22 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0865 0,0000 0,0018 0,0019 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0027 0,0044 0,0001 0,0377 0,0000 0,0000 0,0000 0,0012 0,0000 0,0106 0,0110 0,0089 0,0000 0,0000 0,0000 0,0009 0,0000 0,0022 0,0000 0,0000 0,0051 1,1761
23 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0970 0,0012 0,0009 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0020 0,0001 0,0284 0,0000 0,0000 0,0000 0,0010 0,0000 0,0102 0,0025 0,0016 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0013 0,0000 0,0000 0,0017 1,1496
151
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
24 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0000 0,0000 0,0047 0,0000 0,0000 0,0000 1,0852 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0020 0,0000 0,0000 0,0049 0,0001 0,0000 0,0000 0,0006 0,0000 0,0281 0,0059 0,0028 0,0000 0,0000 0,0000 0,0010 0,0016 0,0210 0,0000 0,0001 0,0035 1,1621
25 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 1,0402 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0001 0,0000 0,0012 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0057 0,0008 0,0022 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0018 1,0536
26 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0194 0,0002 0,0003 0,0034 0,0000 0,0000 0,0000 0,0073 0,0011 1,0480 0,0000 0,0000 0,0000 0,0617 0,0026 0,0000 0,0194 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0000 0,0125 0,0003 0,0019 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0002 0,0047 0,0000 0,0000 0,0057 1,1895
27 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0041 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0015 0,0007 0,0000 1,0138 0,0000 0,0000 0,0131 0,0016 0,0001 0,0033 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0000 0,0051 0,0015 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0006 0,0007 0,0000 0,0000 0,0021 1,0495
28 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
29 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0018 0,0000 0,0000 0,0000 1,0230 0,0005 0,0041 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0161 0,0001 0,0008 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0097 0,0000 0,0000 0,0027 1,0595
30 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,3233 0,0038 0,0055 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,1095 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0295 0,0001 0,0000 0,0277 0,0000 0,0000 0,0000 0,0032 0,0000 0,0363 0,0011 0,0015 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0005 0,0093 0,0000 0,0000 0,0060 1,5587
152
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
31 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0006 0,4650 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0021 1,0597 0,0000 0,0064 0,0000 0,0000 0,0000 0,0037 0,0000 0,0584 0,0013 0,0087 0,0004 0,0000 0,0001 0,0011 0,0001 0,0018 0,0000 0,0000 0,0041 1,6145
32 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0015 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013 0,0000 1,0038 0,0312 0,0000 0,0000 0,0000 0,0009 0,0000 0,0402 0,0011 0,0013 0,0000 0,0000 0,0001 0,0012 0,0000 0,0021 0,0000 0,0000 0,0045 1,0897
33 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0464 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0011 0,0000 0,0000 1,1613 0,0001 0,0000 0,0000 0,0037 0,0000 0,0315 0,0011 0,0040 0,0001 0,0000 0,0001 0,0004 0,0003 0,0381 0,0000 0,0001 0,0036 1,2928
34 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0009 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0054 0,0027 0,0003 0,0000 0,0007 1,0793 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0914 0,0009 0,0031 0,0003 0,0000 0,0000 0,0001 0,0004 0,0333 0,0000 0,0001 0,0037 1,2234
35 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
36 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
37 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0038 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0016 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0122 0,0011 0,0001 0,0083 0,0000 0,0000 0,0000 1,0049 0,0000 0,0069 0,0105 0,0037 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0012 0,0000 0,0000 0,0043 1,0593
153
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
38 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0199 0,0000 0,0000 0,0000 0,3672 0,0016 0,0388 0,0000 0,0004 0,0169 0,0000 0,0000 0,0003 1,0225 0,0272 0,0035 0,0020 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0001 0,0047 0,0000 0,0000 0,0021 1,5085
39 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0091 0,0002 0,0002 0,0006 0,0003 0,0000 0,0001 0,0050 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0275 0,0001 0,0000 0,0009 0,0001 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 1,0066 0,0008 0,0018 0,0001 0,0000 0,0000 0,0002 0,0005 0,0241 0,0000 0,0001 0,0011 1,0797
40 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0671 0,0008 0,0012 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0228 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,2137 0,0001 0,0000 0,0061 0,0002 0,0000 0,0000 0,0142 0,0000 0,0345 1,0064 0,0033 0,0001 0,0000 0,0000 0,0015 0,0014 0,0607 0,0000 0,0003 0,0045 1,4392
41 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0010 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0009 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0031 0,0000 0,0000 0,0152 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0051 0,0018 1,0035 0,0000 0,0000 0,0012 0,0001 0,0007 0,0110 0,0000 0,0000 0,0140 1,0583
42 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0044 0,0000 0,0001 1,0032 0,0000 0,0011 0,0000 0,0001 0,0057 0,0000 0,0000 0,0052 1,0205
43 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
44 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0021 0,0000 0,0000 0,0002 0,0002 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0055 0,0001 0,0004 0,0000 0,0000 1,0006 0,0001 0,0007 0,0454 0,0000 0,0001 0,0019 1,0584
154
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
45 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0006 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0019 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0047 0,0000 0,0023 0,0083 0,0015 0,0000 0,0000 0,0000 1,0019 0,0009 0,0151 0,0000 0,0000 0,0019 1,0394
46 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0012 0,0000 0,0008 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 1,0027
47 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0003 0,0000 0,0002 0,0040 0,0000 0,0000 0,0046 0,0000 0,0011 0,0001 0,0019 0,0001 0,0000 0,0000 0,0009 0,0008 1,0260 0,0000 0,0030 0,0146 1,0581
48 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0012 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0038 0,0001 0,0005 0,0002 0,0001 0,0000 0,0000 0,0049 0,0000 0,0120 0,0053 0,0014 0,0000 0,0000 0,0003 0,0013 0,0000 0,0007 1,0064 0,0000 0,0014 1,0401
49 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0317 0,0000 0,0000 0,0000 0,0015 0,0000 0,0029 0,0016 0,0015 0,0001 0,0000 0,0002 0,0002 0,0000 0,0012 0,0000 1,0221 0,0014 1,0663
50 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0010 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0032 0,0000 0,0000 0,0019 0,0000 0,0000 0,0000 0,0025 0,0000 0,0031 0,0006 0,0014 0,0002 0,0000 0,0001 0,0002 0,0007 0,0038 0,0000 0,0000 1,0245 1,0436
Jumlah 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,1108 1,1330 1,1067 1,0453 1,0629 1,4186 1,9659 1,5008 1,0104 1,0197 1,0232 1,1736 1,0865 1,0971 1,3020 1,5344 1,0481 1,0138 1,0000 1,3956 1,3896 1,1199 1,0049 1,6973 1,1014 1,0000 1,0000 1,0564 1,0225 1,4918 1,0678 1,0678 1,0049 1,0000 1,0038 1,0140 1,0105 1,3474 1,0064 1,0262 1,1419
155
Lampiran 6. Pengganda Open Loop (Mr2) Sektor
Faktor Produksi
Tenaga kerja
Pertanian Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Tata Usaha, Penjualan, Jasa-Jasa Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi
Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha
Sektor Produksi
Institusi
Rumah tangga
Bukan Tenaga Kerja
Jumlah
Pertanian
Bukan Pertanian
Perusahaan Pemerintahan Padi Jagung Tanaman Umbi-umbian Karet Kopi Kelapa Sawit Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Migas Pertambangan Non Migas Penggalian Industri Makanan dan Minuman Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Industri kertas dan barang cetakan Industri pupuk, kimia dan barang dari karet Industi barang galian bukan logam (batubata) Industri Migas Industri barang-barang lainnya Listrik, Gas dan Air bersih Bangunan Perdagangan Hotel dan Restoran Angkutan jalan raya Angkutan sungai, danau dan penyeberangan Angkutan udara Jasa penunjang angkutan Komunikasi Bank dan lembaga keuangan lainnya Sewa bangunan Pemerintahan umum Jasa sosial kemasyarakatan Jasa-jasa lainnya
Buruh Pengusaha Golongan Bawah Penerima Pendapatan Golongan Atas
Sektor
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,3501 0,3312 0,1470 0,0783 0,1081 0,0250 0,0458 0,1008 0,0027 0,0096 0,0272 0,0000 0,0000 0,0000 0,0766 0,0101 0,0810 0,0000 0,0000 0,0007 0,3210
31
0,0229
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
0,0002 0,0246 0,0007 0,0000 0,0000 0,0043 0,0020 0,0544 0,0033 0,0060 0,0001 0,0000 0,0001 0,0020 0,0011 0,0211 0,0140 0,0310 0,0081 1,0000
156
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
2 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0545 0,5643 0,0863 0,0991 0,2111 0,0311 0,0474 0,0831 0,0021 0,0077 0,0216 0,0000 0,0000 0,0000 0,0636 0,0083 0,0676 0,0000 0,0000 0,0008 0,2645 0,0189 0,0002 0,0224 0,0006 0,0000 0,0000 0,0045 0,0022 0,0557 0,0034 0,0051 0,0001 0,0000 0,0001 0,0024 0,0014 0,0191 0,0145 0,0244 0,0075 1,0000
3 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0545 0,1303 0,6375 0,1276 0,0603 0,0217 0,0389 0,0858 0,0022 0,0076 0,0211 0,0000 0,0000 0,0000 0,0708 0,0086 0,0771 0,0000 0,0000 0,0009 0,2730 0,0195 0,0002 0,0244 0,0008 0,0000 0,0000 0,0049 0,0025 0,0629 0,0039 0,0053 0,0001 0,0000 0,0001 0,0025 0,0013 0,0251 0,0119 0,0293 0,0087 1,0000
4 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0114 0,1617 0,3683 0,1416 0,3309 0,0252 0,0444 0,0736 0,0018 0,0062 0,0172 0,0000 0,0000 0,0000 0,0592 0,0073 0,0646 0,0000 0,0000 0,0008 0,2343 0,0167 0,0002 0,0219 0,0007 0,0000 0,0000 0,0046 0,0023 0,0580 0,0036 0,0045 0,0001 0,0000 0,0001 0,0024 0,0013 0,0214 0,0136 0,0237 0,0077 1,0000
5 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0600 0,1472 0,2881 0,1176 0,3983 0,0257 0,0465 0,0738 0,0018 0,0062 0,0173 0,0000 0,0000 0,0000 0,0584 0,0074 0,0635 0,0000 0,0000 0,0008 0,2349 0,0168 0,0002 0,0216 0,0007 0,0000 0,0000 0,0045 0,0022 0,0559 0,0035 0,0045 0,0001 0,0000 0,0001 0,0023 0,0013 0,0206 0,0142 0,0234 0,0076 2,7269
6 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0205 0,0585 0,3374 0,0860 0,5126 0,0260 0,0485 0,0684 0,0016 0,0055 0,0151 0,0000 0,0000 0,0000 0,0549 0,0068 0,0601 0,0000 0,0000 0,0008 0,2178 0,0155 0,0002 0,0211 0,0007 0,0000 0,0000 0,0046 0,0023 0,0560 0,0035 0,0041 0,0001 0,0000 0,0001 0,0024 0,0014 0,0210 0,0148 0,0221 0,0076 2,6978
7 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0280 0,1742 0,0660 0,0847 0,6539 0,0293 0,0524 0,0633 0,0015 0,0051 0,0138 0,0000 0,0000 0,0000 0,0484 0,0063 0,0526 0,0000 0,0000 0,0007 0,2014 0,0144 0,0002 0,0194 0,0006 0,0000 0,0000 0,0043 0,0021 0,0511 0,0032 0,0038 0,0000 0,0000 0,0001 0,0023 0,0013 0,0176 0,0160 0,0186 0,0068 2,6433
8 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0087 0,0734 0,3373 0,0476 0,5486 0,0271 0,0501 0,0677 0,0016 0,0054 0,0148 0,0000 0,0000 0,0000 0,0543 0,0067 0,0594 0,0000 0,0000 0,0008 0,2154 0,0154 0,0002 0,0210 0,0007 0,0000 0,0000 0,0046 0,0023 0,0558 0,0035 0,0041 0,0001 0,0000 0,0001 0,0024 0,0014 0,0210 0,0153 0,0218 0,0076 2,6960
157
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
9 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0232 0,0813 0,1164 0,0474 0,1543 0,7193 0,2915 0,0314 0,0008 0,0027 0,0074 0,0000 0,0000 0,0000 0,0248 0,0031 0,0268 0,0000 0,0000 0,0003 0,1000 0,0071 0,0001 0,0091 0,0003 0,0000 0,0000 0,0023 0,0009 0,0244 0,0019 0,0020 0,0000 0,0000 0,0001 0,0011 0,0006 0,0087 0,0892 0,0099 0,0033 2,7916
10 0,0213 0,0530 0,0329 0,0158 0,0218 0,0110 0,0051 0,0010 0,4847 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1358 0,0037 0,0136 0,0388 0,0000 0,0000 0,0000 0,0996 0,0136 0,1034 0,0000 0,0000 0,0005 0,4323 0,0309 0,0003 0,0280 0,0007 0,0000 0,0000 0,0036 0,0013 0,0463 0,0026 0,0076 0,0000 0,0000 0,0001 0,0011 0,0006 0,0220 0,0000 0,0422 0,0088 2,6841
11 0,0146 0,0360 0,0235 0,0112 0,0173 0,0123 0,0039 0,0008 0,3509 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0915 0,0025 0,0090 0,0256 0,0000 0,0000 0,0000 0,0693 0,0091 0,0723 0,0000 0,0000 0,0008 0,2912 0,0208 0,0002 0,0232 0,0005 0,0000 0,0000 0,0046 0,0021 0,0563 0,0034 0,0057 0,0001 0,0000 0,0001 0,0027 0,0015 0,0188 0,0000 0,0257 0,0076 2,2151
12 0,0153 0,0356 0,0236 0,0110 0,0199 0,0147 0,0045 0,0009 0,3721 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0874 0,0022 0,0076 0,0211 0,0000 0,0000 0,0000 0,0756 0,0087 0,0827 0,0000 0,0000 0,0010 0,2783 0,0199 0,0003 0,0257 0,0009 0,0000 0,0000 0,0052 0,0027 0,0674 0,0042 0,0054 0,0001 0,0000 0,0001 0,0027 0,0015 0,0294 0,0000 0,0322 0,0096 2,2693
13 0,0099 0,0233 0,0164 0,0076 0,0132 0,0117 0,0029 0,0006 0,2478 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0602 0,0014 0,0050 0,0136 0,0000 0,0000 0,0000 0,0461 0,0060 0,0536 0,0000 0,0000 0,0008 0,1915 0,0137 0,0001 0,0192 0,0008 0,0000 0,0000 0,0037 0,0023 0,0560 0,0034 0,0041 0,0000 0,0000 0,0000 0,0016 0,0007 0,0139 0,0000 0,0174 0,0052 1,8539
14 0,0078 0,0183 0,0140 0,0064 0,0117 0,0100 0,0026 0,0006 0,2071 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0499 0,0011 0,0034 0,0088 0,0000 0,0000 0,0000 0,0376 0,0050 0,0414 0,0000 0,0000 0,0007 0,1590 0,0113 0,0002 0,0172 0,0005 0,0000 0,0000 0,0041 0,0020 0,0468 0,0029 0,0028 0,0000 0,0000 0,0000 0,0022 0,0014 0,0162 0,0000 0,0143 0,0063 1,7137
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
158
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
16 0,0000 0,0001 0,0067 0,0045 0,0687 0,0080 0,1196 0,0096 0,0177 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0011 0,0000 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0015 0,0000 0,0036 0,0016 0,0004 0,0000 0,0000 0,0001 0,0004 0,0000 0,0002 0,3060 0,0000 0,0004 1,5509
17 0,0305 0,1441 0,0002 0,0005 0,0001 0,0003 0,0001 0,0005 0,6390 0,0334 0,1435 0,0919 0,0471 0,1330 0,4649 0,1946 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,9238
18 0,0305 0,1441 0,0002 0,0005 0,0001 0,0003 0,0001 0,0005 0,6094 0,0327 0,1411 0,0884 0,0457 0,1284 0,4436 0,1859 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,8517
19 0,0483 0,2280 0,0002 0,0008 0,0001 0,0005 0,0002 0,0007 0,5893 0,0430 0,1929 0,0963 0,0546 0,1454 0,4323 0,1849 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 3,0176
20 0,0427 0,2012 0,0002 0,0007 0,0001 0,0004 0,0001 0,0006 0,6689 0,0414 0,1823 0,1023 0,0552 0,1513 0,4885 0,2066 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 3,1426
21 0,0328 0,1548 0,0002 0,0005 0,0001 0,0003 0,0001 0,0005 0,5001 0,0315 0,1390 0,0770 0,0418 0,1141 0,3654 0,1547 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,6130
22 0,0306 0,1443 0,0002 0,0005 0,0001 0,0003 0,0001 0,0005 0,5391 0,0311 0,1355 0,0803 0,0424 0,1176 0,3930 0,1654 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,6810
159
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
23 0,0919 0,1557 0,0059 0,0011 0,0046 0,0007 0,0010 0,0010 0,5154 0,0533 0,1621 0,0931 0,0487 0,1265 0,3782 0,1624 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,8015
24 0,0693 0,1174 0,0044 0,0008 0,0035 0,0005 0,0008 0,0008 0,5252 0,0433 0,1333 0,0861 0,0432 0,1164 0,3834 0,1623 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,6906
25 0,0873 0,1478 0,0056 0,0011 0,0044 0,0006 0,0010 0,0010 0,6520 0,0543 0,1671 0,1073 0,0540 0,1452 0,4761 0,2016 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 3,1064
26 0,0639 0,0796 0,0063 0,0004 0,0048 0,0004 0,0032 0,0001 0,6368 0,0422 0,1200 0,0963 0,0448 0,1268 0,4625 0,1930 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,8810
27 0,0000 0,0000 0,0390 0,0802 0,0155 0,0551 0,0067 0,0300 0,6728 0,0211 0,0816 0,1663 0,0568 0,1880 0,4896 0,2064 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 3,1091
28 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
29 0,0000 0,0000 0,0838 0,0952 0,0060 0,0069 0,0047 0,0098 0,6077 0,0204 0,0785 0,1669 0,0552 0,1447 0,4421 0,1860 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,9079
160
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
30 0,0000 0,0000 0,0560 0,0284 0,0161 0,0022 0,0049 0,0006 0,2972 0,0114 0,0394 0,0867 0,0278 0,0697 0,2163 0,0912 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,9478
31 0,0000 0,0000 0,0602 0,0305 0,0173 0,0024 0,0052 0,0006 0,2756 0,0112 0,0388 0,0881 0,0278 0,0681 0,2010 0,0852 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,9121
32 0,0000 0,0000 0,0664 0,0532 0,0056 0,0003 0,0020 0,0017 0,3774 0,0134 0,0492 0,1082 0,0348 0,0844 0,2745 0,1154 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,1867
33 0,0000 0,0000 0,0992 0,0371 0,0321 0,0015 0,0074 0,0055 0,4085 0,0175 0,0586 0,1366 0,0421 0,1027 0,2982 0,1268 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,3738
34 0,0000 0,0000 0,0966 0,0366 0,0310 0,0016 0,0139 0,0033 0,2725 0,0143 0,0480 0,1183 0,0356 0,0840 0,2003 0,0872 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,0432
35 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
36 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
161
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
37 0,0000 0,0000 0,0392 0,0013 0,0254 0,0004 0,0102 0,0003 0,1574 0,0076 0,0237 0,0520 0,0166 0,0443 0,1151 0,0492 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,5426
38 0,0000 0,0000 0,0844 0,0271 0,0075 0,0015 0,0109 0,0049 0,2769 0,0121 0,0413 0,1010 0,0299 0,0703 0,2024 0,0864 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,9567
39 0,0000 0,0000 0,0134 0,0027 0,0776 0,1851 0,0091 0,0026 0,5909 0,0232 0,0742 0,1646 0,0560 0,2260 0,4325 0,1860 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 3,0439
40 0,0000 0,0000 0,0010 0,0005 0,0385 0,0330 0,0014 0,0005 0,4195 0,0128 0,0422 0,0722 0,0276 0,0984 0,3037 0,1258 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,1772
41 0,0000 0,0000 0,0947 0,0944 0,0155 0,0035 0,0022 0,0018 0,4778 0,0184 0,0694 0,1572 0,0505 0,1210 0,3487 0,1482 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,6034
42 0,0000 0,0000 0,0810 0,0505 0,1197 0,0110 0,0269 0,0025 0,4860 0,0244 0,0814 0,1676 0,0580 0,1689 0,3568 0,1547 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,7893
43 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
162
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
44 0,0000 0,0000 0,0592 0,0775 0,0876 0,0169 0,0197 0,0063 0,5720 0,0236 0,0845 0,1672 0,0594 0,1773 0,4181 0,1787 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,9479
45 0,0000 0,0000 0,0657 0,0410 0,0972 0,0089 0,0218 0,0021 0,5771 0,0241 0,0809 0,1573 0,0557 0,1652 0,4210 0,1788 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,8967
46 0,0000 0,0000 0,0008 0,0001 0,0432 0,0007 0,0067 0,0003 0,1183 0,0056 0,0173 0,0275 0,0114 0,0404 0,0865 0,0369 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,3958
47 0,0000 0,0000 0,0134 0,0007 0,0587 0,0310 0,0237 0,0044 0,7936 0,0240 0,0813 0,1316 0,0512 0,1806 0,5742 0,2375 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 3,2058
48 0,0000 0,0000 0,0210 0,0141 0,2226 0,0237 0,3905 0,0313 0,0423 0,0273 0,1129 0,1320 0,0695 0,3858 0,0499 0,0473 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 2,5704
49 0,0000 0,0000 0,0025 0,0002 0,1376 0,0023 0,0213 0,0011 0,6913 0,0250 0,0807 0,1243 0,0514 0,1774 0,5016 0,2093 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 3,0260
163
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
50 0,0000 0,0000 0,0727 0,0312 0,1472 0,0260 0,0283 0,0107 0,5831 0,0281 0,0908 0,1824 0,0638 0,2010 0,4273 0,1843 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 3,0770
Jumlah 1,5967 2,6832 2,1906 1,7659 2,3724 1,4863 1,7627 1,1399 17,2535 2,3826 5,5137 6,8114 3,1886 8,0811 12,5779 6,1983 2,0729 1,0269 1,0944 1,2634 1,0002 1,0000 1,0000 1,8394 1,1071 1,9063 1,0000 1,0000 1,0105 4,4156 1,2439 1,0031 1,2988 1,0091 1,0000 1,0000 1,0613 1,0291 1,7506 1,0480 1,0654 1,0007 1,0000 1,0010 1,0304 1,0167 1,2762 1,5095 1,3360 1,1028
164
Lampiran 7. Pengganda Close Loop (Mr3) Sektor
Faktor Produksi
Tenaga kerja
Pertanian Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Tata Usaha, Penjualan, Jasa-Jasa Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi
Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha Buruh Pengusaha
Sektor Produksi
Institusi
Rumah tangga
Bukan Tenaga Kerja
Jumlah
Pertanian
Bukan Pertanian
Perusahaan Pemerintahan Padi Jagung Tanaman Umbi-umbian Karet Kopi Kelapa Sawit Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Migas Pertambangan Non Migas Penggalian Industri Makanan dan Minuman Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Industri kertas dan barang cetakan Industri pupuk, kimia dan barang dari karet Industi barang galian bukan logam (batubata) Industri Migas Industri barang-barang lainnya Listrik, Gas dan Air bersih Bangunan Perdagangan Hotel dan Restoran Angkutan jalan raya Angkutan sungai, danau dan penyeberangan Angkutan udara Jasa penunjang angkutan Komunikasi Bank dan lembaga keuangan lainnya Sewa bangunan Pemerintahan umum Jasa sosial kemasyarakatan Jasa-jasa lainnya
Buruh Pengusaha Golongan Bawah Penerima Pendapatan Golongan Atas
Sektor
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1,0217 0,0527 0,0359 0,0173 0,0399 0,0191 0,0307 0,0032 0,5217 0,0000 0,0000 0,0000
13
0,0000
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
31
0,0000
32
0,0000
33
0,0000
34
0,0000
35 36 37 38 39 40 41
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
42
0,0000
43 44 45 46 47 48 49 50
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
165
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
2 0,0181 1,0437 0,0306 0,0146 0,0353 0,0181 0,0272 0,0029 0,4443 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
3 0,0196 0,0465 1,0324 0,0154 0,0380 0,0201 0,0282 0,0030 0,4817 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
4 0,0166 0,0394 0,0281 1,0134 0,0337 0,0181 0,0256 0,0027 0,4142 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
5 0,0164 0,0392 0,0280 0,0133 1,0334 0,0177 0,0256 0,0027 0,4099 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,5862
6 0,0154 0,0365 0,0265 0,0125 0,0323 1,0174 0,0248 0,0026 0,3883 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,5564
7 0,0138 0,0331 0,0243 0,0116 0,0297 0,0159 1,0235 0,0024 0,3513 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,5056
166
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
8 0,0153 0,0361 0,0262 0,0124 0,0322 0,0173 0,0249 1,0026 0,3850 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,5521
9 0,0079 0,0189 0,0153 0,0076 0,0348 0,0107 0,0450 0,0039 1,2015 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,3455
10 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0354 0,1243 0,1456 0,0587 0,1784 0,4780 0,2029 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2,2233
11 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0254 1,0890 0,1070 0,0427 0,1317 0,3466 0,1473 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,8897
12 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0268 0,0928 1,1129 0,0451 0,1403 0,3670 0,1559 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,9407
13 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0178 0,0618 0,0765 1,0303 0,0946 0,2450 0,1041 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,6301
167
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
14 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0147 0,0510 0,0642 0,0253 1,0792 0,2047 0,0870 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,5261
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
16 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0132 0,0515 0,0616 0,0297 0,1454 0,0813 1,0427 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,4254
17 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0513 0,0013 0,0045 0,0125 0,0000 0,0000 0,0000 0,0401 0,0051 0,0432 0,0000 0,0000 0,0005 0,1634 0,0117 0,0002 0,0145 0,0004 0,0000 0,0000 0,0033 0,0014 0,0375 0,0026 0,0032 0,0000 0,0000 0,0001 0,0016 0,0009 0,0134 0,0800 0,0158 0,0051 1,5137
18 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0499 1,0012 0,0044 0,0122 0,0000 0,0000 0,0000 0,0389 0,0050 0,0419 0,0000 0,0000 0,0005 0,1588 0,0113 0,0002 0,0141 0,0004 0,0000 0,0000 0,0032 0,0014 0,0364 0,0026 0,0031 0,0000 0,0000 0,0001 0,0016 0,0008 0,0130 0,0768 0,0154 0,0049 1,4982
19 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0608 0,0015 1,0054 0,0150 0,0000 0,0000 0,0000 0,0473 0,0061 0,0509 0,0000 0,0000 0,0006 0,1936 0,0138 0,0002 0,0170 0,0005 0,0000 0,0000 0,0038 0,0017 0,0436 0,0030 0,0038 0,0000 0,0000 0,0001 0,0019 0,0010 0,0155 0,0806 0,0186 0,0059 1,5922
168
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
20 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0609 0,0015 0,0054 1,0150 0,0000 0,0000 0,0000 0,0474 0,0061 0,0510 0,0000 0,0000 0,0006 0,1937 0,0138 0,0002 0,0171 0,0005 0,0000 0,0000 0,0039 0,0017 0,0441 0,0031 0,0038 0,0000 0,0000 0,0001 0,0019 0,0010 0,0157 0,0873 0,0187 0,0060 1,6004
21 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0461 0,0012 0,0041 0,0113 1,0000 0,0000 0,0000 0,0359 0,0046 0,0387 0,0000 0,0000 0,0005 0,1468 0,0105 0,0002 0,0129 0,0004 0,0000 0,0000 0,0029 0,0013 0,0334 0,0023 0,0029 0,0000 0,0000 0,0001 0,0014 0,0008 0,0119 0,0656 0,0142 0,0045 1,4543
22 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0465 0,0012 0,0041 0,0114 0,0000 1,0000 0,0000 0,0363 0,0046 0,0390 0,0000 0,0000 0,0005 0,1481 0,0106 0,0002 0,0131 0,0004 0,0000 0,0000 0,0030 0,0013 0,0338 0,0024 0,0029 0,0000 0,0000 0,0001 0,0015 0,0008 0,0120 0,0691 0,0143 0,0046 1,4616
23 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0562 0,0014 0,0050 0,0139 0,0000 0,0000 1,0000 0,0438 0,0056 0,0470 0,0000 0,0000 0,0005 0,1790 0,0128 0,0002 0,0156 0,0005 0,0000 0,0000 0,0034 0,0015 0,0397 0,0027 0,0035 0,0000 0,0000 0,0001 0,0017 0,0009 0,0143 0,0718 0,0173 0,0054 1,5440
24 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0490 0,0012 0,0043 0,0121 0,0000 0,0000 0,0000 1,0382 0,0049 0,0411 0,0000 0,0000 0,0005 0,1560 0,0111 0,0002 0,0137 0,0004 0,0000 0,0000 0,0031 0,0013 0,0350 0,0024 0,0031 0,0000 0,0000 0,0001 0,0015 0,0008 0,0126 0,0690 0,0151 0,0048 1,4816
25 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0613 0,0015 0,0054 0,0151 0,0000 0,0000 0,0000 0,0478 1,0061 0,0514 0,0000 0,0000 0,0006 0,1951 0,0139 0,0002 0,0171 0,0005 0,0000 0,0000 0,0038 0,0017 0,0438 0,0031 0,0038 0,0000 0,0000 0,0001 0,0019 0,0010 0,0157 0,0859 0,0189 0,0060 1,6016
169
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
26 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0499 0,0012 0,0044 0,0122 0,0000 0,0000 0,0000 0,0390 0,0050 1,0420 0,0000 0,0000 0,0005 0,1588 0,0113 0,0002 0,0140 0,0004 0,0000 0,0000 0,0032 0,0014 0,0362 0,0026 0,0031 0,0000 0,0000 0,0001 0,0016 0,0008 0,0130 0,0790 0,0155 0,0049 1,5003
27 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0553 0,0014 0,0047 0,0130 0,0000 0,0000 0,0000 0,0438 0,0055 0,0476 1,0000 0,0000 0,0006 0,1759 0,0125 0,0002 0,0161 0,0005 0,0000 0,0000 0,0037 0,0017 0,0427 0,0030 0,0035 0,0000 0,0000 0,0001 0,0018 0,0010 0,0155 0,0856 0,0175 0,0058 1,5590
28 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
29 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0513 0,0013 0,0044 0,0122 0,0000 0,0000 0,0000 0,0408 0,0051 0,0443 0,0000 0,0000 1,0006 0,1634 0,0117 0,0002 0,0149 0,0005 0,0000 0,0000 0,0034 0,0015 0,0393 0,0028 0,0032 0,0000 0,0000 0,0001 0,0017 0,0009 0,0144 0,0777 0,0163 0,0053 1,5173
30 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0261 0,0006 0,0022 0,0062 0,0000 0,0000 0,0000 0,0208 0,0026 0,0225 0,0000 0,0000 0,0003 1,0830 0,0059 0,0001 0,0076 0,0002 0,0000 0,0000 0,0017 0,0008 0,0199 0,0014 0,0016 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0005 0,0073 0,0385 0,0083 0,0027 1,2616
31 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0259 0,0006 0,0022 0,0062 0,0000 0,0000 0,0000 0,0206 0,0026 0,0224 0,0000 0,0000 0,0003 0,0825 1,0059 0,0001 0,0075 0,0002 0,0000 0,0000 0,0017 0,0008 0,0197 0,0014 0,0016 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0004 0,0073 0,0365 0,0083 0,0027 1,2583
170
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
32 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0323 0,0008 0,0028 0,0077 0,0000 0,0000 0,0000 0,0257 0,0032 0,0279 0,0000 0,0000 0,0003 0,1028 0,0073 1,0001 0,0094 0,0003 0,0000 0,0000 0,0021 0,0010 0,0247 0,0017 0,0020 0,0000 0,0000 0,0000 0,0011 0,0006 0,0090 0,0484 0,0103 0,0033 1,3248
33 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0396 0,0010 0,0034 0,0094 0,0000 0,0000 0,0000 0,0316 0,0039 0,0343 0,0000 0,0000 0,0004 0,1261 0,0090 0,0001 1,0115 0,0004 0,0000 0,0000 0,0026 0,0012 0,0301 0,0021 0,0025 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013 0,0007 0,0111 0,0548 0,0127 0,0041 1,3938
34 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0329 0,0008 0,0028 0,0079 0,0000 0,0000 0,0000 0,0263 0,0033 0,0285 0,0000 0,0000 0,0004 0,1048 0,0075 0,0001 0,0095 1,0003 0,0000 0,0000 0,0021 0,0010 0,0250 0,0017 0,0021 0,0000 0,0000 0,0000 0,0011 0,0006 0,0092 0,0399 0,0106 0,0034 1,3217
35 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
36 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
37 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0158 0,0004 0,0014 0,0038 0,0000 0,0000 0,0000 0,0126 0,0016 0,0137 0,0000 0,0000 0,0002 0,0504 0,0036 0,0001 0,0046 0,0001 0,0000 0,0000 1,0010 0,0005 0,0120 0,0008 0,0010 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0003 0,0044 0,0214 0,0050 0,0016 1,1568
171
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
38 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0283 0,0007 0,0024 0,0067 0,0000 0,0000 0,0000 0,0226 0,0028 0,0245 0,0000 0,0000 0,0003 0,0900 0,0064 0,0001 0,0082 0,0003 0,0000 0,0000 0,0019 1,0008 0,0215 0,0015 0,0018 0,0000 0,0000 0,0000 0,0009 0,0005 0,0079 0,0378 0,0091 0,0029 1,2799
39 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0566 0,0014 0,0048 0,0132 0,0000 0,0000 0,0000 0,0448 0,0056 0,0487 0,0000 0,0000 0,0006 0,1801 0,0128 0,0002 0,0166 0,0005 0,0000 0,0000 0,0038 0,0017 1,0440 0,0031 0,0035 0,0000 0,0000 0,0001 0,0019 0,0010 0,0160 0,0798 0,0179 0,0059 1,5647
40 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0276 0,0007 0,0023 0,0065 0,0000 0,0000 0,0000 0,0218 0,0028 0,0236 0,0000 0,0000 0,0003 0,0879 0,0063 0,0001 0,0080 0,0003 0,0000 0,0000 0,0019 0,0008 0,0213 1,0015 0,0017 0,0000 0,0000 0,0000 0,0009 0,0005 0,0077 0,0498 0,0087 0,0029 1,2858
41 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0459 0,0011 0,0039 0,0109 0,0000 0,0000 0,0000 0,0366 0,0046 0,0397 0,0000 0,0000 0,0005 0,1461 0,0104 0,0002 0,0133 0,0004 0,0000 0,0000 0,0030 0,0014 0,0351 0,0024 1,0029 0,0000 0,0000 0,0001 0,0015 0,0008 0,0129 0,0639 0,0147 0,0047 1,4571
42 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0537 0,0013 0,0046 0,0127 0,0000 0,0000 0,0000 0,0426 0,0054 0,0462 0,0000 0,0000 0,0006 0,1708 0,0122 0,0002 0,0156 0,0005 0,0000 0,0000 0,0035 0,0016 0,0410 0,0028 0,0033 1,0000 0,0000 0,0001 0,0017 0,0009 0,0150 0,0689 0,0170 0,0055 1,5278
43 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
172
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
44 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0550 0,0014 0,0047 0,0130 0,0000 0,0000 0,0000 0,0437 0,0055 0,0474 0,0000 0,0000 0,0006 0,1752 0,0125 0,0002 0,0160 0,0005 0,0000 0,0000 0,0037 0,0016 0,0422 0,0029 0,0034 0,0000 0,0000 1,0001 0,0018 0,0010 0,0154 0,0769 0,0174 0,0057 1,5478
45 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0524 0,0013 0,0045 0,0124 0,0000 0,0000 0,0000 0,0415 0,0052 0,0451 0,0000 0,0000 0,0006 0,1668 0,0119 0,0002 0,0152 0,0005 0,0000 0,0000 0,0035 0,0016 0,0401 0,0028 0,0033 0,0000 0,0000 0,0001 1,0017 0,0009 0,0146 0,0758 0,0166 0,0054 1,5239
46 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0108 0,0003 0,0009 0,0026 0,0000 0,0000 0,0000 0,0085 0,0011 0,0093 0,0000 0,0000 0,0001 0,0345 0,0025 0,0000 0,0032 0,0001 0,0000 0,0000 0,0007 0,0003 0,0083 0,0006 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 1,0002 0,0030 0,0157 0,0034 0,0011 1,1081
47 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0513 0,0013 0,0044 0,0121 0,0000 0,0000 0,0000 0,0404 0,0051 0,0439 0,0000 0,0000 0,0006 0,1633 0,0116 0,0002 0,0149 0,0005 0,0000 0,0000 0,0035 0,0015 0,0395 0,0028 0,0032 0,0000 0,0000 0,0001 0,0017 0,0009 1,0142 0,0936 0,0161 0,0053 1,5321
48 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0671 0,0016 0,0056 0,0154 0,0000 0,0000 0,0000 0,0525 0,0067 0,0570 0,0000 0,0000 0,0008 0,2136 0,0152 0,0002 0,0199 0,0006 0,0000 0,0000 0,0044 0,0021 0,0522 0,0034 0,0041 0,0000 0,0000 0,0001 0,0022 0,0013 0,0187 1,0407 0,0207 0,0070 1,6131
49 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0497 0,0012 0,0042 0,0117 0,0000 0,0000 0,0000 0,0392 0,0050 0,0425 0,0000 0,0000 0,0005 0,1583 0,0113 0,0002 0,0145 0,0005 0,0000 0,0000 0,0034 0,0015 0,0382 0,0027 0,0031 0,0000 0,0000 0,0001 0,0017 0,0009 0,0137 0,0842 1,0156 0,0052 1,5090
173
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
50 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0605 0,0015 0,0052 0,0143 0,0000 0,0000 0,0000 0,0480 0,0060 0,0521 0,0000 0,0000 0,0007 0,1926 0,0137 0,0002 0,0176 0,0006 0,0000 0,0000 0,0040 0,0018 0,0463 0,0032 0,0038 0,0000 0,0000 0,0001 0,0020 0,0011 0,0169 0,0807 0,0192 1,0063 1,5981
Jumlah 1,1448 1,3460 1,2473 1,1181 1,3092 1,1544 1,2555 1,0260 4,5978 1,1334 1,4704 1,5678 1,2317 1,7696 2,7225 1,7399 2,3700 1,0339 1,1182 1,3285 1,0003 1,0000 1,0001 2,0790 1,1366 2,1671 1,0000 1,0000 1,0144 5,3612 1,3111 1,0047 1,3931 1,0122 1,0000 1,0000 1,0895 1,0398 2,0265 1,0715 1,0856 1,0010 1,0000 1,0017 1,0442 1,0236 1,3710 2,9357 1,4292 1,1390