PERAN PERGURUAN TINGGI DAN PEMDA DALAM MEMENANGI PERSAINGAN MEA 2015
Hendri Saparini, Ph.D Ekonom - CORE Indonesia
[email protected] www.coreindonesia.org Seminar Nasional Bisnis dan Teknologi Institute Informatika dan Bisnis Darmajaya Bandar Lampung, 15 Desember 2014
Asia Pra-Krisis: The Flying Geese Sebelum krisis Asia, fenomena “the flying geese” sangat dikenal di Asia dan cukup memengaruhi ekonomi di Asia Pasifik
The formation resembled flying geese, headed by Japan, while the rest of the group followed. Countries toward the front tend to transfer “older” industries to countries at the back. Note: “Flying Geese” is a concept developed by Kaname Akamasu that best describes the economic structure of Asia before the crisis.
2
Krisis Asia Mengakhiri Flying Geese
Source: BBC
Asian Economic Crisis in 1997-1998: The End of “Flying Geese”, The end of the good old days of the Asian miracle
3
Asia Paska-Krisis: The Regional Squadrons Paska krisis, skadron yang sebelumnya merupakan flying geese, menjadi pendorong dalam integrasi regional.
SAARC Squadron
China Squadron Korea Squadron Japan Squadron
ASEAN Squadron
4
Kerjasama Internasional Paska Krisis: Indonesia sangat agresif
• Paska krisis sangat agresif melakukan kerjasama ekonomi dan perdagangan bebas baik secara global, regional dan bilateral. • Regional seperti APEC dan meratifikasi kerjasama negara-negara ASEAN dengan berbagai negara seperti ASEAN-Australia New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) tahun 2009, ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) tahun 2010 dan MEA 2015. Selain ASEAN dengan India, Korea Selatan, Jepang, dll. • Bilateral dengan Jepang tahun 2008 dalam Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement (JIEPA), Amerika Serikat (Comprehensive Economic Partnersip Agreement), Uni Eropa dan Korea Selatan (Comprehensive Economic Partnersip Agreement), dll.
Indonesia Tinggal Bergantung Pada Non-Tariff Barrier tarif bea masuk sudah sangat rendah
India (2013)
Brazil (2011)
China (2011)
Russia (2013)
Indonesia (2011)
Semua jenis produk
13.9
12.2
12.0
10.1
4.8
Produk pertanian
43.3
11.2
22.6
23.4
13.6
Produk industri
11.8
12.3
11.2
9.2
4.2
ASEAN Comphrehensif Economic Partnership
ASEAN COMMUNITY 2015
ASEAN Security Community (ASC)
ASEAN SocioCultural Community (ASCC)
ASEAN Economic Community (AEC)
The Peaceful, Prosperous, and People-Centric ASEAN
Production/Supply
Regional Production Base
Smooth flow of goods, services, and people under FTA Abundance of natural resources Low labor cost
Single Regional Market
Dual Track Strategy
Consumption/Demand
Huge market High consumption Less competitive
ASEAN COMMUNITY
ASEAN SOCIAL AND CULTURAL COMMUNITY
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
Single Market and Production Base
Competitive Economic Region
Free Flow of Goods
Competition Policy
SME Development
Consumer Protection
Initiative for ASEAN Integration
Free Flow of Services
Free Flow of Investment
Freer Flow of Capital Free Flow of Skilled Labour
Priority Integration Sectors Food, Agriculture, Forestry
Intellectual Property Rights Infrastructure Development Taxation e-Commerce
Equitable Economic Development
ASEAN POLITICAL AND SECURITY COMMUNITY
Integration into the Global Economy
Coherent approach towards external economic relations Enhanced participation in global supply networks
Indonesia Potensi Pasar Terbesar ASEAN: Penduduk Indonesia separuh ASEAN, kelas menengah dan tingkat konsumsi tinggi
Jumlah (orang)
Juta Jiwa
Potensi Pasar (Rp Triliun)
Rp Triliun (PPP)
250
1,200
1,000
Menengah-Atas (>$4/hari)
200
800 Menengah-Atas
150
Menengah-Bawah ($2-$4/hari)
600
100
Menengah-Bawah 400
Miskin dan Hampir Miskin (< $2/hari) 50
200
Miskin & Hampir Miskin
-
0
2005
2010
2005 9
2010
Indonesia Berpotensi Menjadi Basis Produksi Dunia Indonesia memiliki SDM dan SDA
Ranking
Product
Exported Value (bill. US$)
Share Export (%)
Share in world exports (%)
Ranking in world exports
1
Coal
24.29
12.8
19
2
2
Petroleum gases
20.52
10.8
5
5
3
Palm oil & its fraction
17.60
9.3
46
1
4
Crude petroleum oils
12.29
6.5
1
23
5
Natural rubber
7.86
4.1
22
3
6
Copper ores and concentrates
2.59
1.4
5
5
7
Coconut (copra)
2.46
1.3
45
1
8
Petroleum coke
2.38
1.3
11
2
12
Unwrought tin
2.05
1.1
34
1
13
Plywood
2.01
1.1
14
2
Total 10
94.07
49.5
Menyongsong MEA 2015: Daya Saing Ekonomi Indonesia
Neraca Perdagangan Intra-ASEAN: kinerja Indonesia relatif paling buruk, defisit makin melebar perlu strategi yang tidak memperlebar defisit perdagangan & neraca transaksi berjalan
Milyar US$
40 35
Non-Migas Singapura
30 25 20 15
Thailand
10
Malaysia
5
-
Vietnam Filipina
(5)
INDONESIA (10)
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Perdagangan Jasa ASEAN
defisit Indonesia terbesar dan persisten dibutuhkan strategi dan kebijakan untuk menutup defisit jasa yg lebar
15
US$ Milyar Singapura 10
5
Filipina Malaysia
0
Vietnam -5
Thailand -10
Indonesia
-15 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Mengapa Terjadi Defisit Perdagangan Barang Jasa? • Indonesia telah melakukan kerjasama ekonomi dengan sangat agresif tanpa didahului perencanaan strategi daya saing yang memadai, seperti: – Kebijakan dukungan daya saing lewat penekanan cost (biaya input, energi, tenaga kerja, modal, dll) dan perluasan market (dalam maupun luar negeri) – Kebijakan dukungan perlindungan (hambatan tarif maupun non tarif)
• Absennya kebijakan pengembangan industri barang dan jasa telah menjadikan ketergantungan pada impor barang dan jasa. Akibatnya defisit neraca perdagangan barang dan jasa semakin tertekan – Barang (modal, konsumsi maupun bahan baku) – Jasa (keuangan, asuransi, logistik, dll)
Memenangkan MEA 2015:
Mendorong Keterlibatan Kampus Perlu Peran Aktif Pemerintah Daerah
Menjaga Daya Saing Mendorong kebijakan dan strategi yang komprehensif di Pusat dan Daerah Mendukung strategi Daerah
Manfaat bagi Perusahn Lokal Peluang ekspor barang dan jasa ke pasar ASEAN Peluang ekspansi di ASEAN Ada potensi teknologi dan financial support dari MNCs
Manfaat bagi MNCs Penjualan dan profit meningkat di ASEAN Standarisasi barang jasa se ASEAN Produksi lebih efisien
A Balanced Approach
Pusat dan Daerah Perlu Menetapkan Sektor Prioritas Pelajaran dari beberapa negara ASEAN
• Malaysia menetapkan sektor jasa kesehatan dan pariwisata sebagai prioritas dalam MEA • Thailand memilih jasa pendidikan dan pariwisata dalam memenangkan MEA • Singapura prioritas pada jasa keuangan, logistik, konsultan, pariwisata, dll • Indonesia belum memiliki strategi yang jelas sebagaimana negara-negara tetangga
Sumber: Kajian CORE Indonesia
Sinergi Pemerintah Daerah dan Kampus Perlu kerjasama strategis dan praktis
• Evaluasi daya saing daerah untuk perdagangan dan investasi • Menyusun strategi untuk memenangi pasar ASEAN dan menjaga daya saing domestik – Menyiapkan aturan perundangan yang diperlukan – Menyiapkan pelaku daerah untuk berpartner dengan investor asing – Mendorong pelaku daerah untuk ekspansi ke wilayah regional
• Mengevaluasi dan empowering UMKM potensial – meningkatkan daya saing, produktifitas – sertifikasi – pelatihan admonstrasi keuangan Sumber: Kajian CORE Indonesia
1. Kebijakan Tenaga Kerja Hadapi Free Flow of Skilled Labor Peluang pasar di ASEAN, ancaman pasar dalam negeri Dalam MEA saat ini telah disepakati 6 profesi (akan berkembang) • Dalam MEA, saat ini telah disepakati 6 profesi dan akan terus berkembang. Profesi tersebut adalah, dokter, dokter gigi, arsitek, akuntan, perawat, tenaga survei serta tenaga pariwisata. • Indonesia harus dapat mengambil manfaat dan peluang di pasar ASEAN. Meskipun saat ini ada PR besar karena sebagain besar tenaga kerja Indonesia adalah unskilled worker • Indonesia juga harus menjaga pasar bagi angkatan kerja di dalam negeri karena daya saing masih rendah: – Tingkat pendidikan rata-rata di Indonesia: 67% paling tinggi SMP – Pendidikan rata-rata pengangguran ASEAN: 79% paling tinggi SMP – Penganggur Malaysia, Singapura, Filipina: 80% lulusan SMA & PT Sumber: Kajian CORE Indonesia
Mendorong Penerimaan dari Tenaga Kerja Trampil di Luar Negeri
Menjadikan sebagai salah satu sumber penerimaan dan mengurangi defisit Salah satunya adalah tenaga perawat Indonesia yang memiliki keunggulan 25
Philippines
Juta US$
20 15 10
Viet Nam Indonesia
5 Thailand
0
1999
2001
2003
2005
2007
Malaysia Cambodia Myanmar 2009 2011
Source: UNCTAD,diolah, @CORE
II. Kebijakan di Sektor Pertanian dan Manufaktur
Memanfaatkan SDM untuk mengurangi ketergantungan importir pangan maupun bahan baku dan penolong serta kuatkan struktur ekonomi Importir Pangan Dunia
Impor Bahan Baku & Penolong
US$ Mil. 10,000 9,000 8,000
Bulk commodities Produce/horticulture products Semiprocessed products Processed products
7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: Comtrade, BPS @CORE
Perlu Kebijakan Memanfaatkan Bonus Demografi jumlah SDM besar harus menjadi peluang bukan beban
100.0
Dependency Ratio
0-14 years
15-65 years
>65 years
Million People 60
50 40 30
2007 2013
20 50.0
10 0
0.0
Source: UN, processed @CORE
III. Kebijakan Untuk Mendorong Peran UMKM Menyiapkan daya saing UMKM yang merupakan 99% pelaku bisnis Memposisikan UMKM dengan tepat (masih mendominasi sektor berbasis low skill dan low tech)
Share UMKM terhadap PDB (2012)
Triliun Rupiah 2,500 2,000
UMKM
Usaha Besar
1,500 1,000 500 -
Sumber: Kemenkop, @CORE
Kebijakan Komprehensif Bagi UMKM Masalah UMKM bukan sekadar modal Perlu pendampingan untuk mendorong kemajuan UMKM
Faktor Penghambat Usaha
Sumber Modal Pelaku Bisnis
Industri Industri Kecil Rumah Tangga Pemasaran
17%
4.40%
Pengadaan bahan baku
23.70%
16.70%
Modal sendiri
90.40%
69.80%
Persaingan dan lainnya
15.70%
17.40%
Modal Pinjaman
3.20%
25.40%
Teknik produksi dan manajemen
3.10%
26.90%
Modal sendiri dan pinjaman
6.40%
4.80%
Kesulitan modal
40.50%
36.60%
Industri Rumah Industri Kecil Tangga
Sumber: Kemenkop dan BPS@CORE
III. Memanfaatkan Peluang MEA Untuk Kurangi Kesenjangan MEA perlu solusi sesuai potensi karakter daerah
35
HIGH POVERTY LOW UNEMPLOYMENT
30
HIGH POVERTY HIGH UNEMPLOYMENT
Papua Barat
Papua
25
Poverty (%)
Nusa Tenggara Timur
20
Bengkulu
Gorontalo
Maluku
Aceh
Nusa Tenggara Barat
15
Sulawesi Barat
10
LOW POVERTY Jawa Barat Kalimantan Timur Banten HIGH Sulawesi Utara UNEMPLOYMENT
Kalimantan Tengah 5
LOW POVERTY Bali LOW UNEMPLOYMENT
DKI Jakarta
0 0
2
4
6 Open Unemployment Rate (%)
8
10
12
Sumber: BPS, @CORE
Terimakasih