PERAN PENERAPAN ORGANISASI PEMBELAJAR UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI MEA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA BEKASI
HUSNAENI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Peran Penerapan Organisasi Pembelajar untuk Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi MEA pada Usaha Kecil dan Menengah di Kota Bekasi” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015 Husnaeni NIM H251124071
RINGKASAN HUSNAENI. Peran Penerapan Organisasi Pembelajar untuk Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi MEA pada Usaha Kecil dan Menengah di Kota Bekasi. Dibimbing oleh ANGGRAINI SUKMAWATI dan MUHAMMAD SYAMSUN.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai bentuk usaha yang menjadi salah satu faktor pendorong kemajuan sektor perekonomian di Indonesia harus dapat memiliki daya saing dalam menghadapi kompetisi, terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kondisi ini membuat setiap UKM berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis dalam dunia bisnis. Organisasi pembelajar pada penelitian ini menggunakan teori Senge (2006) yaitu lima disiplin/pilar antara lain model mental, berpikir sistem, visi bersama, penguasaan pribadi, dan belajar beregu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana penerapan organisasi pembelajar pada UKM dengan menguji pengaruh organisasi pembelajar pada kinerja dan peningkatan daya saing. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu dipilih UKM yang memiliki ancaman kuat dari MEA, dari kelima klaster UKM tersebut maka dipilih 50 responden dari 25 UKM dengan responden pemilik dan karyawan UKM. Analisis data menggunakan Diagram Ishikawa (fishbone) dan Structural Equation Modelling (SEM) berbasis SMART Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan empat peubah laten yaitu kompetensi, organisasi pembelajar, kinerja, dan daya saing. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) secara langsung kompetensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja tetapi memiliki hubungan tidak langsung antara kompetensi dan kinerja melalui organisasi pembelajar berpengaruh secara signifikan, (2) kompetensi memiliki pengaruh positif terhadap organisasi pembelajar, (3) organisasi pembelajar memiliki pengaruh positif terhadap kinerja, (4) organisasi pembelajar tidak berpengaruh signifikan terhadap daya saing tetapi secara tidak langsung berpengaruh secara signifikan melalui kinerja, dan (5) kinerja memiliki pengaruh positif terhadap daya saing. Rendahnya daya saing UKM di Kota Bekasi terletak pada faktor sumber daya manusia dan metodenya. Pada lima klaster yang diteliti yaitu klaster boneka, konveksi, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), handycraft, dan bordir memiliki keterbatasan SDM. Ternyata meskipun kompetensinya rendah tapi dapat berkinerja tinggi untuk menghasilkan produk berkualitas dengan sistem pemasaran yang sebagian sudah melalui sistem online dan wilayah pemasarannya sudah mencakup ke luar negeri. Dengan penerapan organisasi pembelajar melalui tim pembelajaran terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapabilitas produksi sehingga visi organisasi tercapai. Walaupun organisasi pembelajar tidak berpengaruh secara langsung terhadap daya saing tetapi melalui kinerja dapat meningkatkan daya saing. Kata Kunci: kompetensi, kinerja, model mental, kapabilitas, diagram Ishikawa, SEM
SUMMARY HUSNAENI. The role of the learning organization implementation to improve Small and Medium Enterprises competitiveness towards ASEAN Economic Community in Bekasi. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI and MUHAMMAD SYAMSUN.
Small and Medium Enterprises (SMEs) are businesses that become one factor of Indonesian economic advancement that needed to improve their competitiveness in order to compete with the ASEAN Economic Community. This condition made SMEs to become the learning organization in order to survive in the competition. This study used the learning organization theory of Senge (2006), which were five disciplines/pillars: mental models, systems thinking, shared vision, personal mastery and team learning. This study aims to analyze to what extent the implementation of learning organization in the SMEs by testing the effect of the learning organization to the performance and the competitiveness improvement. This study was conducted in Bekasi involving 50 respondents from 25 SMEs. Purposive sampling technique was used in this study. Fifty respondents which were the business owners, workers and related department were chosen from five clusters. Ishikawa Diagram and Structural Equation Model (SEM) based on SMART Partial Least Square with four laten variable which were competence, learning organization, performance and competitiveness were used in this study to analyze the data. The result of the analysis showed that (1) directly competence didn’t affect significantly to the performance but indirect relationship of competence and performance through learning organization were significant, (2) competence had positive effect on learning organization, (3) learning organization had positive effect on performance, (4) learning organization didn’t affect significantly on competitiveness but indirectly affecting significantly on through performance, and (5) Performance had positive effect on competitiveness. The low competitiveness of the SME category of human resources and methods. The five clusters studied were cluster doll, convection, santadoges (slipper, bag, wallet, belt), handycraft, and embroider have limited human resources. Although low competence but it have high performance to produce quality products with online marketing systems and overseas marketing. The learning organization implementation by team learning an increase in knowledge, skills and production capabilities so as achieve of the organization vision. Although the learning organization indirectly affecting on competitiveness but improve competitiveness on through performance.
Key words:
competency, performance, mental models, capability, ishikawa diagram, SMEs
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERAN PENERAPAN ORGANISASI PEMBELAJAR UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI MEA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA BEKASI
HUSNAENI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. H. Ma’mun Sarma, MS, MEc
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah pengaruh penerapan organisasi pembelajar terhadap daya saing pada UKM di Kota Bekasi. Tesis ini memiliki perbedaan outline dengan outline tesis yang biasa, tesis ini disusun dengan dua subjudul penelitian yang berupa naskah artikel ilmiah yang mirip dengan yang dimuat di terbitan berkala ilmiah. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc selaku pembimbing, yang telah dengan pemikiran yang seksama membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Bapak Dr. Ir. H. Ma’mun Sarma, MS, MEc selaku penguji luar komisi yang telah memberikan saran dan masukan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Walikota Bekasi, Wakil Walikota Bekasi, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Pemerintah Kota Bekasi dan seluruh UKM Kota Bekasi yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua, suami, serta anak, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terakhir buat teman-teman Angkatan 6 Ilmu Manajemen, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini. Terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Mas Hermawan dan Mas Ujang yang telah membantu dalam hal administrasi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2015
Husnaeni
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 1 4 4 4 5
2 METODE Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penarikan Sampel Pengolahan dan Analisis Data
6 6 7 7 8 8
3 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN UKM Kota Bekasi Profil Responden
9 9 9
4 IDENTIFIKASI MASALAH RENDAHNYA DAYA SAING PADA UKM DI KOTA BEKASI Pendahuluan Metode Hasil dan Pembahasan Implikasi Manajerial Simpulan
12 12 12 13 15 15
5 ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMBELAJAR DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING PADA UKM DI KOTA BEKASI Pendahuluan Metode Hasil dan Pembahasan Implikasi Manajerial Simpulan
16 16 17 21 28 29
6 PEMBAHASAN UMUM
31
7 SIMPULAN DAN SARAN
33
DAFTAR ISI (lanjutan) DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
36
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Indeks daya saing negara-negara ASEAN 2012 Data UMKM Kota Bekasi Tahun 2013 Definisi operasional peubah Nilai Composite Reliability, AVE, Cronbach’s Alpha Korelasi variabel laten, AVE, dan akar AVE Nilai R-Square Hasil bootstrappingkoefisien jalur Hasil perhitungan effect size f2 Hasil model inner pada analisis smartPLS
2 3 18 21 24 25 25 26 27
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kerangka pemikiran penelitian Persentase responden berdasarkan usia Persentase responden berdasarkan pendidikan terakhir Persentase responden berdasarkan lama bekerja Persentase responden berdasarkan status pernikahan Diagram ishikawa UKM di Kota Bekasi Model SEM Model outer awal Model outer akhir Model inner
6 9 10 10 11 14 18 22 23 24
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.
Penelitian terdahulu yang relevan Kuisioner penelitian Uji Realibilitas Analisis validitas diskriminan kriteria cross loading
36 38 44 44
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Semua bangsa sedang bersaing untuk menjadi yang terdepan dalam era persaingan, sudah seharusnya Indonesia bersiap menghadapi ketatnya persaingan di tahun 2015 mendatang. Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan untuk memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan anggotaanggota didalamnya. MEA dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat menangani dan bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-ASEAN (Association of Southeast Asian Nations, 2008). Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia (Santoso, 2008). Tantangan yang harus dilalui mengenai kesiapan Indonesia menghadapi MEA 2015 adalah mindset masyarakat, khususnya pelaku usaha Indonesia yang belum seluruhnya mampu melihat MEA 2015 sebagai sebuah peluang. Selain itu perlunya sinkronisasi program dan kebijakan pemerintah pusat dengan daerah. Sangat diperlukan kesamaan pandang diantara pejabat daerah dan pusat. Tantangan lainnya yang perlu di evaluasi yakni lemahnya infrastruktur, khususnya bidang transportasi dan energi yang menyebabkan biaya ekonomi tinggi, terutama juga bagi sektor produksi dan bagi pasar. Terbatasnya jumlah SDM yang kompeten untuk mendukung produktivitas nasional dan birokrasi yang belum efisien serta belum sepenuhnya berpihak pada pebisnis juga merupakan tantangan tersendiri. Agar dapat survive dalam menghadapi MEA, sebuah organisasi harus senantiasa meningkatkan kemampuan untuk berubah agar memiliki daya saing dalam menghadapi kompetisi. Kondisi saat ini membuat setiap organisasi berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis dalam dunia bisnis. Dengan organisasi pembelajar (learning organization), suatu organisasi dapat meningkatkan kualitas dan produktivitasnya. Organisasi pembelajar memberikan kontribusi yang positif bagi organisasi tentang pemecahan masalah yang sistematis sebagai aktivitas awal yang menekankan pada filosofi dan metode yang digunakan terhadap peningkatan kualitas, yang dilakukan melalui program pelatihan tehnik pemecahan masalah, berupa latihan dan contoh kasus sehingga anggota organisasi lebih berdisiplin dengan pemikirannya, serta lebih memperhatikan detail sebuah pekerjaan. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan bentuk usaha yang menjadi salah satu faktor pendorong kemajukan sektor perekonomian di Indonesia. UKM yang ada di Indonesia banyak menyerap tenaga kerja sehingga dapat menekan angka pengangguran, menekan angka kemiskinan, meningkatkan pendapatan
2
masyarakat, membantu menyuplai dana untuk Negara, dan lain sebagainya. Salah satu fokus MEA 2015, MEA akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi. Target pengembangan UKM untuk tahun 2014 hingga ke 2015 ialah produktivitas dan daya saing UKM harus terus meningkat dengan menargetkan perkembangan ekspor UKM tumbuh hingga 20% pertahunnya. Setiap UKM dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi sehingga harus mulai memperbaiki diri. UKM yang memiliki daya saing tinggi ditandai dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang andal, penguasaan pengetahuan yang tinggi, dan penguasaan perekonomian. UKM di Indonesia masih tertinggal dan masih menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi saat ini, apalagi dalam menghadapi MEA tahun 2015 nanti. Hal ini ditunjukkan oleh salah satu indikator untuk mengukur sejauh mana posisi sebuah negara dalam lingkungan dan persaingan global. World Economic Forum (WEF) menerbitkan laporan tahunan The Global Competitiveness Report 2012–2013. Seperti halnya laporan tahun-tahun sebelumnya, laporan tahunan ini menyajikan data yang komprehensif mengenai Indeks Daya Saing Global beserta unsur-unsur pembentuknya. Data untuk mengukur indeks daya saing global tersebut berasal dari survei opini eksekutif di setiap negara dan data sekunder yang diperoleh dari lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia, yang berasal dari kantor statistik setiap negara. Tabel 1 Indeks daya saing negara-negara ASEAN 2012 Negara 2008 2012 Perubahan 1 Singapura 5 2 3 2 Malaysia 21 25 -4 3 Brunei Darussalam 39 28 11 4 Thailand 34 38 -4 5 Indonesia 55 50 5 6 Filipina 71 65 6 7 Vietnam 70 75 -5 8 Kambodia 109 85 24 9 TimorLeste 129 136 -7 Sumber : WEF (2012), The Global Competitiveness Report 2012–2013
Data tersebut menunjukkan bahwa daya saing Indonesia belum sesuai dengan harapan. Diantara negara-negara ASEAN, setelah Singapura, negara yang tertinggi peringkat daya saing tahun 2012 adalah Malaysia (ke 25), disusul Brunei Darussalam (28), Thailand (38), Indonesia berada di urutan ke empat dengan posisi ke 50. Negara tetangga Timor-Leste menempati urutan terakhir (ke 136). Negara-negara ASEAN yang mengalami kenaikan indeks daya saing terbesar sejak2008 adalah Kambodia (24 tingkat), Brunei Darussalam (11), Filipina (6), Indonesia (5), dan Singapura (3). Sedangkan Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Timor Leste mengalami penurunan peringkat daya saing selama 2008-2012.
3
Pada tahun 2013, UMKM yang sudah berkembang di Kota Bekasi sebanyak 1.261 UMKM yang terdiri dari 10 klaster yaitu makanan dan minuman, konveksi, ikan, boneka, bordir, handycraft, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), furniture, tanaman hias, dan ternak ayam. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Bekasi yang menaungi para UKM telah terus berupaya meningkatkan kualitas UKM lokal dalam menghadapi MEA dengan memberikan pelatihan, bantuan dana bergulir dan memfasilitasi pemberian standar nasional Indonesia (SNI), dimana bertujuan untuk mendorong pelaku usaha lokal agar dapat bersaing dengan pengusaha dan produk asing. Tabel 2 Data UMKM Kota Bekasi Tahun 2013 No Jenis UMKM Jumlah UMKM 1 Makanan dan Minuman 671 2 Konveksi 103 3 Ikan 91 4 Boneka 86 5 Bordir 65 6 Handycraft 88 7 Santadoges (Sandal, Tas, 48 Dompet, Gesper) 8 Furniture 50 9 Tanaman Hias 23 10 Ternak Ayam 36 Jumlah 1.261 Sumber : Disperindagkop Kota Bekasi (2014)
Dalam rangka menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015, terdapat peluang yang besar bagi UKM untuk meraih potensi pasar dan peluang investasi harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Guna memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan yang terbesar bagi UKM menghadapi MEA adalah bagaimana mampu menentukan strategi yang jitu guna memenangkan persaingan. Oleh karena itulah, mulai saat ini UKM harus mulai berbenah guna menghadapi perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang. Para pelaku UKM tidak boleh lagi harus mengandalkan buruh murah dalam pengembangan bisnisnya. Kreativitas dan inovasi melalui dukungan penelitian dan pengembangan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kerjasama dan pembentukan jejaring bisnis, baik di dalam dan di luar negeri sesama UKM maupun dengan pelaku usaha besar harus dikembangkan. Penemuan dan pendalaman yang berkesinambungan atas ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu sebagai anggota dari organisasi adalah kunci sukses untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan individu maupun organisasi. Kondisi saat ini membuat setiap organisasi berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis dalam dunia bisnis. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap usaha kecil menengah yang berada di Kota Bekasi. Dalam rangka meningkatkan daya saing pada UKM maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Peran Penerapan Organisasi Pembelajar untuk Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi MEA pada Usaha Kecil dan Menengah di Kota Bekasi”.
4
Perumusan Masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia dan kesejahteraan masyarakat, antara lain dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan daerah. Namun, UKM semakin terancam ketika perusahaan-perusahaan besar melalui produkproduk yang berkualitas dan berdaya saing tinggi memasuki pasar Indonesia. UKM belum banyak yang menyadari pentingnya mengoptimalkan modal intelektual (manusia, struktural, pelanggan) yang berpengaruh besar pada peningkatan kinerja dan daya saing perusahaan. Permasalahan UKM cukup menghambat perkembangan UKM untuk maju dan berdaya saing, permasalahan tersebut antara lain: 1) keterbatasan sumber daya manusia (SDM) secara kurangnya sumber daya untuk mengembangkan SDM, serta kurangnya pemahaman mengenai keuangan, 2) kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan, 3) kurangnya pengetahuan akan pemasaran yang disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UKM mengenai pasar, selain karena keterbatasan kemampuan UKM untuk menyediakan produk/jasa yang sesuai dengan keinginan pasar. Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas, maka permasalahan penelitian ini adalah: 1. Apa permasalahan daya saing UKM di Kota Bekasi? 2. Bagaimana kondisi kinerja SDM di UKM saat ini? 3. Seberapa jauh penerapan organisasi pembelajar dalam meningkatkan daya saing? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi permasalahan daya saing UKM di Kota Bekasi. 2. Menganalisis persepsi kondisi kinerja UKM di Kota Bekasi pada saat ini. 3. Menganalisis pengaruh penerapan organisasi pembelajar terhadap daya saing. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Menjadi bahan rekomendasi dalam peningkatkan kinerja dan daya saing pada UKM. 2. Dapat bermanfaat bagi UKM dalam mengelola SDM dan penerapan organisasi pembelajar guna meningkatkan kinerja pegawai dan kinerja organisasi. 3. Dapat menjadi bahan dasar dan pijakan bagi peneliti-peneliti lanjutan yang terkait dengan objek penelitian maupun metode penelitiannya.
5
Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan penelitian ini dibatasi pada lingkup yang berfokus pada: 1. Lingkup penelitian berada di UKM Kota Bekasi dengan klaster UKM boneka, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), konveksi, handycraft, dan bordir. 2. UKM yang dimaksud adalah para UKM yang memiliki ancaman kuat dari produk-produk luar akibat adanya MEA.
6
2 METODE Kerangka Pemikiran Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk meilhat peran penerapan organisasi pembelajar pada UKM sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dan pada akhirnya meningkatkan daya saing dalam menghadapi MEA 2015. Pendekatan yang digunakan dengan deskriptif kuantitatif yaitu pendekatan dengan menganalisa data ordinal dari hasil kuesioner reponden dan data rasio yang diperoleh dalam pengumpulan data. Setelah data dianalisis maka kemudian hasilnya dijelaskan secara deskriptif. Visi dan Misi UKM
Elemen Kompetensi (Spencer & Spencer, 2009):
- Pengetahuan - Keterampilan - Prilaku Individu
Identifikasi permasalahan yang dihadapi dengan analisis diagram ishikawa
Kinerja UKM
Kompetensi
Elemen LO (Senge, 2006):
- Personal
Diadaptasi dari Chajnacki (2007), elemen UKM:
- Profit - Produktivitas - Kepuasan Karyawan
Mastery
Organisasi Pembelajar
- Mental Models - Team Learning - System
- Tingkat Turnover Karyawan
- Pangsa Pasar/Bisnis Baru
Thinking
- Standar Mutu - Loyalitas
- Shared Vision Daya Saing Menghadapi MEA
Elemen Daya Saing (Tambunan, 2004): - SDM - Ketersediaan atau penguasaan teknologi - Organisasi dan manajemen
Analisis pengaruh organisasi pembelajar terhadap daya saing
= proses = elemen = ruang lingkup penelitian
Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Pelanggan
7
Pada penelitian ini, penulis menggunakan elemen atau indikator kompetensi (Spencer, 2009), yaitu 1) pengetahuan 2) kemampuan 3) prilaku individu. Indikator learning organization menurut Senge (1990), yaitu 1) personal mastery 2) mental models 3) team learning 4) system thinking 5) shared vision. Untuk indikator kinerja diadopsi dari tesis Chajnacki (2007), pada thesis tersebut terdapat 24 indikator tetapi untuk menyesuaikan keadaan UKM yang berada di Kota Bekasi maka pada penelitian ini hanya mengadaptasi tujuh indikator saja, yaitu profit, produktivitas, kepuasan karyawan, tingkat turnover karyawan, pangsa pasar/bisnis baru, standar mutu, dan loyalitas pelanggan. Sedangkan untuk elemen indikator daya saing (Tambunan, 2004), dalam penelitian ini hanya aspek internal yang digunakan yaitu 1) SDM, 2) ketersediaan atau penguasaan teknologi, dan 3) organisasi dan manajemen. Pada awal penelitian, peneliti melakukan identifikasi permasalahan daya saing UKM di Kota Bekasi dan bagaimanaa kondisi kinerja SDM-nya pada saat ini. Permasalahan yang ada dianalisis dengan menggunakan diagram ishikawa. Setelah itu, peneliti akan meneliti seberapa jauh penerapan organisasi pembelajar pada UKM di Kota Bekasi. Dengan adanya kompetensi yang dimiliki oleh UKM diharapkan dapat meningkatkan kinerja UKM, dan dengan adanya penerapan organisasi pembelajar pada UKM diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM. Dengan demikian akan dapat meningkatkan kinerja UKM dan meningkatan kompetensi karyawan maupun organisasi sehingga memiliki daya saing tinggi dalam menghadapi pengusaha dan produk asing pada MEA 2015 nanti. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lima klaster UKM yang berada di Kota Bekasi, yaitu UKM boneka, bordir, santadoges, handycraft, dan konveksi. Kelima klaster UKM tersebut dipilih karena memiliki ancaman yang paling kuat dari keberadaan MEA 2015. Penelitian dilakukan di UKM Kota Bekasi dengan sampel 50 responden, dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2014. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah, laporan kajian terdahulu yang relevan. Data primer diperoleh melalui kuesioner, observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview). Pada instrumen kuesioner menggunakan skala Semantik Diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Responden dapat memberi jawaban pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif.
8
Metode Penarikan Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden dari 25 UKM dengan responden pemilik dan karyawan UKM. Jumlah ini didasarkan pada ukuran minimal sampel untuk SEM-PLS yang direkomendasikan adalah 30-100 sampel (Ghozali, 2008). Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan Diagram Ishikawa (fishbone) dan menggunakan Structural Equation Modelling Partial Least Square (SEM-PLS). Diagram Ishikawa digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan daya saing yang dihadapi UKM di Kota Bekasi. Diagram Ishikawa dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user friendly disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan (Purba, 2008). Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Analisis SEM-PLS digunakan untuk melihat sejauhmana peran penerapan organisasi pembelajar pada UKM di Kota Bekasi. Model persamaan SEM merupakan generasi kedua teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model. Menurut Ghozali (2006) Structural equation modelling (SEM) adalah suatu teknik analisis statistik multivariat yang memungkinkan peneliti untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel yang kompleks. SEM merupakan gabungan dari dua metode statistik yang terpisah yaitu analisis faktor yang dikembangkan di fakultas psikologi dan psikometri, serta model persamaan simultan (simultaneous equation modeling) yang dikembangkan oleh disiplin ilmu ekomoni, khususnya di ekonometrika (Ghozali, 2008). Tidak seperti analisis multivariate biasa (regresi berganda, analisis faktor), SEM dapat menguji keduanya secara bersama-sama.
9
3 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN UKM Kota Bekasi Kota Bekasi dibentuk sejak 10 Maret 1997 merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan propinsi lain yaitu DKI Jakarta. Letaknya yang bersebelahan dengan ibukota negara ini memberikan beberapa keuntungan di sisi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi, menjadikan Kota Bekasi sebagai salah satu daerah penyeimbang DKI Jakarta. Salah satu misi Kota Bekasi berupaya untuk meningkatkan perkonomian ditempuh melalui peningkatan kapasitas dan perluasan sektor usaha bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pengembangan industri kreatif, peningkatan daya tarik investasi, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif, yang bermuara pada pembentukan lapangan kerja baru dan kesempatan berusaha, terbentuknya daya saing perekonomian kota, dan laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Kota Bekasi memiliki UMKM yang sudah berkembang sebanyak 1.261 UMKM yang terdiri dari 10 jenis usaha, penelitian ini dilakukan pada lima klaster UKM yaitu UKM boneka, konveksi, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), bordir, dan handycraft. Kelima klaster UKM tersebut dipilih karena memiliki ancaman yang kuat dari keberadaan MEA 2015. Profil Responden 1. Responden Berdasarkan Usia Sumber daya manusia pada usaha kecil menengah berdasarkan usia bervariasi antara dibawah 20 tahun sampai dengan diatas 50 tahun. Adapun karakteristik responden berdasarkan usia disajikan dalam gambar 2 di bawah ini. ≥ 50 16%
41 – 50 32%
Usia ≤ 20 4%
21 – 30 24%
31 – 40 24%
Gambar 2 Persentase responden berdasarkan usia Dari gambar 2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar usia responden adalah 41-50 tahun yaitu sebesar 32 persen, sedangkan jumlah terkecil adalah responden dengan usia di bawah 20 tahun yaitu sebesar 4 persen. Usia 21-30 dan 31-40 tahun sebesar 24 persen, diikuti usia di atas 50 tahun sebesar 16 persen.
10
2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tingkat pendidikan sumber daya manusia yang berada pada usaha kecil menengah bervariasi dengan tingkat pendidikan terendah adalah SD dari 50 responden yang ada. Pada gambar 3 di bawah menyajikan karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir. Pendidikan Terakhir 0%
D3 4%
SD 8%
S1 22%
SMP 20%
SMA 46%
Gambar 3 Persentase responden berdasarkan pendidikan terakhir Dari Gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar sumber daya manusia yang ada memiliki pendidikan terakhir SMA sebesar 46 persen, diikuti pendidkan S1 sebesar 22 persen, pendidikan SMP sebesar 20 persen, pendidikan SD sebesar 8 persen, dan pendidikan D3 sebesar 4 persen. 3. Responden Berdasarkan Lama Bekerja Sumber daya manusia pada usaha kecil menengah memiliki pengalaman kerja yang bervariasi. Adapun karakteristik responden berdasarkan lama bekerja disajikan pada Gambar 4 di bawah ini. Lama Bekerja
11-15 tahun 22%
16-20 tahun 12%
> 20 tahun 2% < 6 tahun 40%
6-10 tahun 24%
Gambar 4 Persentase responden berdasarkan lama bekerja Dari Gambar 4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengalaman kerja dibawah 6 tahun yaitu sebesar 40 persen, diikuti dengan pengalaman kerja 6-10 tahun sebesar 24 persen. Selanjutnya lama bekerja 11-15 tahun sebesar 22 persen, 16-20 tahun sebesar 12 persen, dan lama bekerja di atas 20 tahun sebesar 2 persen.
11
4. Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status pernikahan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha kecil menengah sebagian besar sudah menikah. Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini. Status Pernikahan Belum Menikah 14%
Lainnya 4%
Menikah 82%
Gambar 5 Persentase responden berdasarkan status pernikahan Pada gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa sebagaian besar tenaga kerja yang ada sudah menikah yaitu sebesar 82 persen, status pernikahan yang belum menikah sebesar 14 persen, sedangkan yang lainnya sebesar 4 persen.
12
4 IDENTIFIKASI MASALAH RENDAHNYA DAYA SAING PADA UKM DI KOTA BEKASI
PENDAHULUAN Salah satu indikator keberhasilan sebuah negara menerapkan MEA adalah dengan kinerja UKM. Agar dapat survive dalam menghadapi MEA, UKM sebagai organisasi bisnis harus senantiasa meningkatkan kemampuan untuk berubah agar memiliki daya saing dalam menghadapi kompetisi. Kondisi saat ini membuat setiap organisasi berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap eksis dalam dunia bisnis. Dengan organisasi pembelajar (learning organization), suatu organisasi dapat meningkatkan kualitas dan produktivitasnya. Organisasi pembelajar memberikan kontribusi yang positif bagi organisasi tentang pemecahan masalah yang sistematis sebagai aktivitas awal yang menekankan pada filosofi dan metode yang digunakan terhadap peningkatan kualitas, yang dilakukan melalui program pelatihan tehnik pemecahan masalah, berupa latihan dan contoh kasus sehingga anggota organisasi lebih berdisiplin dengan pemikirannya, serta lebih memperhatikan detail sebuah pekerjaan. Indonesia banyak memiliki produk dan jasa unggulan yang berdaya saing internasional, namun sayangnya pasar global kurang mengenal merek-merek produk tersebut. Indonesia memiliki produk-produk unggulan seperti makanan, klinik kecantikan hingga fashion dengan kualitas baik, sayangnya sangat sedikit merek lokal yang berhasil di pasar internasional. Hal ini juga tidak lepas dari peran UKM sebagai salah satu penopang perekonomian Indonesia, kemampuan daya saing pelaku UKM Indonesia dalam perdagangan ekspor dinilai masih sangat minim. Daya saing global yang rendah dari UKM dapat menjadi hambatan serius bagi UKM. Tidak hanya untuk menembus pasar global bahkan untuk memenangi persaingan dengan barang impor di pasar domestik juga akan berat. Berdasar data yang dirilis APEC, Indonesia menempati posisi terakhir untuk daya saing UKM, persoalan yang paling utama yang dihadapi UKM Indonesia adalah lemahnya penggunaan fasilitas internet, dan penguasaan teknologi. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi permasalahan rendahnya daya saing pada usaha kecil menengah di Kota Bekasi. METODE Penelitian ini dilakukan hanya pada lima klaster UKM yang berada di Kota Bekasi, yaitu UKM boneka, bordir, santadoges, handycraft, dan konveksi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2014. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah, laporan kajian terdahulu yang relevan. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview) akan dianalisis menggunakan Diagram Ishikawa (fishbone), diagram ini merupakan alat analisis
13
yang dapat mengidentifikasi penyebab dari masalah yang dihadapi. Dapat terlihat faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari. Selain itu, juga dapat melihat faktor-faktor lebih terperinci yang mempengaruhi dan mempunyai akibat pada faktor utama yang dapat kita lihat dari panah-panah yang berbentuk tulang ikan pada diagram fishbone. Fishbone diagram (diagram tulang ikan karena bentuknya seperti tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Permasalahan Identifikasi permasalahan yang mempengaruhi rendahnya peningkatan daya saing pada usaha kecil menengah di Kota Bekasi, berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan pengamatan langsung di lapangan maka dikelompokkan menjadi empat permasalahan utama, yaitu 1) SDM, 2) Material, 3) Metode, 4) Pengukuran, dan 5) Lingkungan. Sumber daya manusia UKM, permasalahan yang paling mendasar adalah (1) masalah pendidikan, dimana pendidikan pemilik maupun karyawan UKM ratarata SMA dengan presentase 46 persen; (2) rendahnya tingkat pendidikan yang ada maka SDM yang ada memiliki kompetensi yang rendah; (3) rendahnya komitmen karyawan dalam bekerja; (4) memiliki motivasi yang rendah; (5) tidak memiliki pengalaman dalam berwirausaha; (6) keterbatasan tenaga kerja; dan (7) tidak ada sistem seleksi karyawan. Material, permasalahan yang paling mendasar dalam material adalah (1) kurangnya modal untuk mengembangkan produk maupun usahanya; (2) tidak adanya sistem persediaan bahan baku; (3) sering telatnya kedatangan bahan baku maupun bahan setengah jadi; (4) harga material yang tidak stabil; (5) mahalnya biaya ijin maupun sertifikasi mutu; dan (6) kualitas bahan baku yang tidak stabil. Metode, permasalahan yang paling mendasar dalam metode adalah (1) tidak adanya peraturan kepegawaian sehingga banyak karyawan yang hanya bekerja selama kurang lebih enam bulan; (2) minimnya perlindungan kekayaan intelektual; (3) rendahnya inovasi dalam produk maupun metode produksi; (4) kurangnya pemanfaatan teknologi; dan (5) pelatihan yang diberikan oleh pengusaha UKM maupun pemerintah masih belum tepat mengenai sasaran. Pengukuran, permasalahan yang paling mendasar dalam pengukuran adalah (1) tidak adanya sistem evaluasi kinerja; (2) tidak adanya ketentuan standar mutu produk; (3) tidak adanya analisis pengembangan bisnis; (4) sistem manajemen yang kurang baik; dan (5) tidak adanya sistem evaluasi pelatihan.
14
Lingkungan, permasalahan yang paling mendasar dalam lingkungan adalah (1) masih banyaknya karyawan yang bekerja sendiri tanpa mau membagi ilmu ke rekan kerjanya; (2) workshop dan toko masih menyatu; (3) workshop dan rumah pemilik masih menyatu; dan (4) aspirasi karyawan yang tidak ditanggapi. Adapun identifikasi permasalahan yang terjadi pada UKM di Kota Bekasi dijelaskan melalui Diagram Ishikawa pada Gambar 6 dibawah ini. Ekor ikan melambangkan kategori penyebab utama sedangkan duri-durinya merupakan kategor penyebab pendukung dari permasalahan yang dihadapi UKM.
Gambar 6 Diagram ishikawa UKM di Kota Bekasi Berdasarkan Gambar 6 di atas, faktor penyebab masalah rendahnya peningkatan daya saing UKM adalah masalah sumberdaya manusia dan masalah metode. Masalah SDM UKM yang dimaksud adalah seluruh pihak yang terlibat dalam UKM. Penyebab dari faktor SDM adalah rendahnya motivasi UKM untuk mencapai hasil yang lebih baik dari keadaan yang sekarang. Hal ini dapat menimbulkan minimnya keinginan pemilik untuk meningkatkan kompetensinya. Pemilik hanya berfokus pada bagaimana UKM bisa bertahan tanpa berusaha membuat UKM maju dan berkembang. Sisi karyawan, tidak adanya sistem seleksi perekrutan karyawan dan sedikitnya SDM. Metode mendeskripsikan cara suatu proses dilakukan dan kebutuhan dari proses tersebut, seperti: prosedur, instruksi dan peraturan. Permasalahan metode adalah rendahnya inovasi dikarenakan tidak adanya kreativitas, kurangnya pemanfaatan teknologi yang disebabkan karena tidak bisanya pelaku UKM mengoperasikan teknologi, serta pelatihan yang sudah dilaksanakan tidak tepat sasaran. Pelatihan yang ada setiap tahunnya selalu sama, tidak disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
15
IMPLIKASI MANAJERIAL Usaha kecil dan menengah (UKM) yang berada di Kota Bekasi harus terus dapat meningkatkan daya saingnya baik produk maupun sumber daya manusianya. Berdasarkan penelitian ini, implikasi manajerial yang dapat direkomendasikan bagi UKM di Kota Bekasi antara lain dengan perbaikan strategi UKM dan strategi SDM. UKM sebagai organisasi bisnis harus memiliki strategi jitu agar memiliki daya saing dalam berkompetisi, melalui organisasi pembelajar UKM dapat meningkatkan kualitas dan produktivitasnya. Organisasi pembelajar memberikan kontribusi yang positif bagi UKM tentang bagaimana pemecahan masalah yang sistematis dan metode yang digunakan untuk peningkatan kinerja, melalui program pelatihan, teknik pemecahan masalah berupa latihan dan contoh kasus sehingga SDM UKM lebih berdisiplin dengan pemikirannya, serta lebih memperhatikan detail pekerjaannya. Dikarenakan pengalaman UKM masih kurang maka perlu upaya perbaikan dengan melibatkan pihak luar dari UKM, seperti dengan program mitra binaan dari perusahaan besar. Dengan adanya program mitra binaan dapat dilakukan pembinaan dan pengembangan sehingga dapat membantu dalam permodalan, pembinaan media promosi untuk meningkatkan akses pasar, dan daya saing pemasaran. Peran pemerintah harus selalu mendukung peningkatan kinerja pada UKM dengan memfasilitasi segala bentuk usaha pengembangan UKM dan mempermudah urusan birokrasi dalam hal ini mempermudah perizinan badan usaha, memfasilitasi pengurusan hak paten dan hak cipta, dan merk dagang yang selama ini berbiaya tinggi dan memerlukan waktu yang lama. SIMPULAN Penyebab utama masalah rendahnya peningkatan daya saing pada UKM di Kota Bekasi adalah (1) masalah SDM dimana rendahnya kompetensi dan motivasi pemilik dan karyawan UKM, keterbatasan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dan tidak adanya sistem seleksi/perekrutan karyawan sehingga UKM tidak memiliki SDM yang kualifikasi tinggi; (2) masalah metode dimana rendahnya inovasi, kurangnya pemanfaatan teknologi yang dapat berguna untuk pengembangan produk maupun dalam pemasarannya. Melalui pendidikan formal, pelatihan, dan pengetahuan dapat meningkatkan kompetensi UKM sehingga memiliki kemampuan untuk bersaing dan survive dalam MEA 2015.
16
5 ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMBELAJAR DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING PADA UKM DI KOTA BEKASI PENDAHULUAN Organisasi yang memiliki daya saing tinggi ditandai dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang andal, penguasaan pengetahuan yang tinggi, dan penguasaan perekonomian global. Menurut Porter (1990), daya saing diidentikkan dengan produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan. Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi (total faktor produktivitas). Penerapan strategi bersaing yang tepat akan dapat menciptakan maupun meningkatkan daya saing suatu perusahaan/organisasi. Salah satu caranya dengan pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien. Penentuan strategi yang tepat harus disesuaikan dengan seluruh aktivitas dari fungsi perusahaan, sehingga akan menciptakan kinerja perusahaan sesuai dengan yang diharapkan, tidak terkecuali pada UKM. Usaha kecil menegah (UKM) yang memiliki daya saing tinggi ditandai dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang andal, penguasaan pengetahuan yang tinggi, dan penguasaan perekonomian. Untuk meningkatkan daya saing UKM serta untuk mendapatkan peluang ekspor dan peluang bisnis lainnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan information technology, utamanya e-commerce (Nuryanti 2013). Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pebruati (2013), salah satu cara meningkatkan daya saing UKM dengan adopsi teknologi informasi, melalui Acceptance IT (penerimaan TI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan daya saing perusahaan. Menurut studi yang dilakukan oleh Tambunan (2004), ada 3 (tiga) aspek penting yang mempengaruhi daya saing UKM yakni: (1) faktor-faktor internal perusahaan; (2) lingkungan eksternal; dan (3) pengaruh dari pengusaha/pemilik usaha. Sebuah UKM yang memiliki daya saing yang tinggi dicirikan oleh sejumlah aspek internal perusahaan, yaitu SDM (pekerja dan pengusaha/pemilik usaha), ketersediaan atau penguasaan teknologi, dan organisasi dan manajemen. Salah satu tantangan bagi UKM yang harus dihadapi pada tahun 2015 adalah dengan adanya pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA bertujuan memberikan peluang bagi negara-negara anggota ASEAN untuk memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi, meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi investor dan wisatawan, mengurangi biaya transaksi perdagangan dan memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis. Namun bagi UKM, keberadaan MEA 2015 akan meningkatkan persaingan diantara organisasi bisnis. Kondisi ini membuat setiap UKM berupaya untuk menjadi organisasi pembelajar agar tetap bertahan dalam dunia bisnis. Organisasi pembelajar adalah organisasi dimana orang mengembangkan kapasitas mereka secara terus-menerus untuk menciptakan hasil yang mereka inginkan, dimana pola pikir yang luas dan baru dipelihara, aspirasi kolektif
17
dipoles, dan orang-orang belajar tanpa henti untuk melihat segala hal secara bersama-sama (Senge 2006). Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan sebagai organisasi belajar jika organisasi tersebut telah memiliki lima disiplin/pilar antara lain model mental, berpikir sistem, visi bersama, penguasaan pribadi, dan pembelajaran tim. Kelima pilar organisasi pembelajar ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk mempercepat proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan. Tobing dan Fitriati (2009) menyatakan bahwa organisasi belajar memiliki hubungan yang kuat dan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi peningkatan karyawan, penerapan kelima disiplin yang membentuk organisasi pembelajar dapat meningkatkan kompetensi pegawai. Peningkatan kompetensi pegawai melalui organisasi pembelajar akan meningkatkan kinerja organisasi dalam hal ini UKM, sehingga akan meningkatkan daya saing UKM untuk menghadapi MEA 2015. Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis persepsi kondisi kinerja UKM di Kota Bekasi saat ini dan menganalisis pengaruh penerapan organisasi pembelajar terhadap daya saing. METODE Penelitian ini dilakukan pada lima klaster UKM yang berada di Kota Bekasi, yaitu UKM boneka, bordir, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), handycraft, dan konveksi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu dipilih UKM yang memiliki ancaman kuat dari MEA, dari kelima klaster UKM tersebut maka dipilih 50 responden dari 25 UKM dengan responden pemilik dan karyawan UKM. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah, laporan kajian terdahulu yang relevan. Data primer diperoleh melalui kuesioner, observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview). Teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) berbasis SMART Partial Least Square (PLS) versi 2.0. Singgih (2011) menyatakan SEM adalah alat analisis yang popupler, yang merupakan gabungan dari analisis faktor dan analisis regresi. Model SEM terdiri dari dua jenis model yaitu measurement model dan struktural model. Model struktural adalah hubungan antara konstruk independen dan dependen, sedangkan model measurement adalah hubungan (nilai loading) antara indikator dengan konstruk (variabel laten). Model SEM yang akan dianalisa dapat dilihat pada Gambar 7. Sebelum melakukan pengolahan data, terlebih dahulu peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas Untuk melakukan uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment, sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach Alpha.
18
KN
H5
H1 H3
K
DS
H2
H4
OP Gambar 7 Model SEM Keterangan: K : Kompetensi KN : Kinerja OP : Organisasi Pembelajar DS : Daya Saing
H1 H2 H3 H4 H5
Hipotesis yang dikembangkan berdasarkan model tersebut adalah: = kompetensi berpengaruh terhadap kinerja = kompetensi berpengaruh terhadap organisasi pembelajar = organisasi pembelajar berpengaruh terhadap kinerja = organisasi pembelajar berpengaruh terhadap daya saing = kinerja berpengaruh langsung terhadap daya saing
Analisis Structural Equation Modelling pada penelitian ini menggunakan empat peubah laten yaitu kompetensi (K), organisasi pembelajar (OP), kinerja (KN), dan daya saing (DS). Indikator yang disusun pada masing-masing peubah laten terdiri atas 8 indikator kompetensi, 13 indikator kinerja, 19 indikator organisasi pembelajar, dan tujuh indikator daya saing. Adapun definisi operasional peubah tersebut disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Definisi operasional peubah No 1
Peubah Kompetensi (K)
Definisi Kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja dalam pekerjaannya (Spencer, 2009). Ada tiga komponen utama pembentuk kompetensi, yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang, keterampilan dan perilaku individu, yang mana ketiga komponen tersebut dipengaruhi oleh konsep diri, sikap bawaan diri dan motif.
Indikator K1 = pengetahuan sesuai standar perusahaan K10= membantu karyawan lain K11= pelaksanaan pekerjaan K4 = memberikan ide dalambekerja K5 = kerja sama dengan rekankerja K6 = pemecahan masalahpekerjaan K8 = ketrampilan yang dimiliki K9 = ketepatan waktu pekerjaan
19 Lanjutan Tabel 3 No 2
Peubah Organisasi Pembelajar (OP)
Definisi Organisasi pembelajar adalah organisasi dimana orang mengembangkan kapasitas mereka secara terus-menerus untuk menciptakan hasil yang mereka inginkan, dimana pola pikir yang luas dan baru dipelihara, dimana aspirasi kolektif dipoles, dimana orangorang belajar tanpa henti untuk melihat segala hal secara bersama-sama (Senge, 1990). Suatu organisasi dapat dikatakan sebagai organisasi belajar jika organisasi tersebut telah memiliki lima disiplin/pilar antara lain model mental, berpikir sistem, visi bersama, penguasaan pribadi, dan belajar beregu.
Indikator OP1 = pencapaian tujuan perusahaan OP10 = teknik proses pembelajaran dalam tim OP11 = proses pembelajaran dalam tim meningkatkan kapasitas dan ketrampilan OP12 = proses pembelajaran dalam tim dibangun atas dasar competency individu OP13 = mudah berpikir secara menyeluruh mengenai perusahaan OP14 = mudah berpikir dan memahami kekuatan dan kelemahan perusahaan OP15 = menyadari dengan berpikir sistem dapat membantu mencapai perubahan OP16 = masing-masing orang dari fungsi yang berbeda berbagi pengetahuan & pengalamannya OP17 = visi perusahaan dibuat berdasarkan kesepakatan karyawan bukan dari atasan OP18 = visi perusahaan membuat karyawan memiliki keterkaitan dalam perusahaan OP19 = visi perusahaan memberikan arahan untuk menjaga kelangsungan proses belajar dalam perusahaan OP2 = mempunyai komitmen untuk terus memperbaiki diri OP20 = visi perusahaan mendorong para karyawan untuk komitmen dalam mencapai tujuan perusahaan OP3 = memiliki inisiatif dan kreatifitas untuk mengembangkan diri dan perusahaan OP4 = mampu mengatasi dan memberikan solusi terhadap masalah dalam diri dan perusahaan OP5 = mampu beradaptasi dan tanggap terhadap kebutuhan perusahaan/konsumen OP6 = memiliki sensitifitas/peka terhadap perubahan dan mampu meresponnya OP8 = mampu memberikan masukan/arahan OP9 = dalam tim. setiap individu saling belajar satu sama lain
20 Lanjutan Tabel 3 No 3
Peubah Kinerja (KN)
Definisi Menurut Rivai (2006) mengatakan bahwa kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007). Kinerja merupakan suatu konstruksi multidimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor instrinsik karyawan (personal atau individu) atau SDM dan ekstrinsi, yaitu kepemimpinan, sistem, tim, dan situasional. Kinerja individu dipengaruhi oleh faktor-faktor pengetahuan, keterampilan, motivasi, dan peran individu yang bersangkutan. Kinerja individu ini akan mempengaruhi kinerja kelompok dan akhirnya kinerja ini akan mempengaruhi kinerja organisasi. Kinerja kelompok juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik tim. Sementara kinerja organisasi dipengaruhi oleh beragam karakteristik organisasi.
Indikator KN14 = merespon secara cepat peluang pasar yang baru KN15 = sering memasarkanproduk/ jasa pada segmen pasar tertentu (khusus). KN16 = berusaha memelihara lingkungan pasar yang sudah stabil KN18 = gaji terima tepat waktu KN19 = lingkungan kerja mendorong semangat dalam menyelesaikan pekerjaan KN21 = menitikberatkan pada kualitas yang lebih baik dibandingkan pesaing KN23 = hasil produksi sesuai dengan target yang telah ditetapkan KN27 = pelanggan selalu melakukan pembelian berulang secara teratur KN3 = perolehan profit yang cepat KN5 = mampu menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya KN6 = mampu bekerja sesuai dengan standar perusahaan KN7 = kuantitas kerja yang diberikan sesuai dengan kemampuan KN8 = hasil produksi sesuai dengan target
4
Daya Saing (DS)
Daya saing adalah suatu konsep yang umum digunakan di dalam ekonomi, yang biasanya merujuk kepada komitmen terhadap persaingan pasar dalam kasus perusahaan-perusahaan dan keberhasilan dalam persaingan internasional dalam kasus negaranegara (Lengyel diacu oleh Markovics, 2005). UKM berdaya saing tinggi dicirikan oleh (1) tren yang meningkat dari laju pertumbuhan volume produksi; (2) pangsa pasar (dalam negeri maupun/atau luar negeri) yang terus meningkat; (3) yang melayani tidak hanya pasar domestik tetapi juga melakukan ekspor; dan (4) tidak hanya melayani pasar lokal tetapi pasar nasional (untuk kasus pasar domestik), dan tidak hanya melayani pasar di satu negara saja tetapi juga di banyak negara lainnya (untuk kasus ekspor).
DS1 = karyawan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki DS10 = perusahaan sering mengembangkan kembali produk/jasa yang sudah ada secara berkesinambungan DS11 = perusahaan membangun jaringan kerja dengan pihak lain, termasuk pemerintah DS12 = perusahaan memiliki modal yang cukup untuk perkembangan usaha DS2 = para karyawan berpikir kreatif dalam memberikan alternatif pemecahan masalah DS7 = pemrosesan data sudah menggunakan program komputer (excel. word. dll) DS9 = perusahaan merasa aman dengan kelangsungan usaha di masa yang akan datang
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Model hubungan keempat peubah laten yaitu kompetensi (K), Organisasi Pembelajar (OP), Kinerja (KN), dan Daya Saing (DS) dianalisa dengan PLS terhadap model awal, sebagaimana disajikan pada Gambar 8. Evaluasi model dalam PLS meliputi dua tahap, yaitu evaluasi outer model atau model pengukuran dan evaluasi terhadap inner model atau model struktur. Evaluasi terhadap model pengukuran dikelompokkan menjadi evaluasi terhadap model reflektif atau model formatif. Evaluasi Outer Model Penggunaan teknik analisa data dengan SmartPLS memilki tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity, Discriminant Validity dan Composite Reliability. Convergent Validity mengukur besarnya korelasi antara konstrak dengan variable laten. Di awal model dilakukan evaluasi perbaikan dengan melihat koefisein dari masing-masing peubah laten dengan indikatornya, nilai loading factor di bawah 0.7 harus dikeluarkan dari model, pada Gambar 8 memperlihatkan hasil analisis awal pada model outer reflektif. Validity dan reliabilitas dapat dilihat dari nilai reliabilitas suatu konstruk dan nilai Average Variance Extracted (AVE) dari masing-masing konstruk. Dikatakan reliabilitas yang tinggi jika nilainya 0.70 dan AVE berada diatas 0.50. Pada Tabel 4 di bawah ini menyajikan nilai Composite Reliability dan AVE untuk seluruh variabel. Tabel 4 Nilai Composite Reliability, AVE, Cronbach’s Alpha Peubah Laten
AVE
Composite Reliability
Cronbachs Alpha
Daya Saing
0.680
0.807
0.561
Kompetensi
0.722
0.886
0.810
Kinerja
0.627
0.870
0.800
Organisasi Pembelajar
0.653
0.937
0.923
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahwa semua konstruk memenuhi kriteria reliabel. Hal ini ditunjukkan dengan nilai composite reliability di atas 0.7 dan AVE di atas 0.50 sebagaimana kriteria yang direkomendasikan. Selain itu dapat juga dilihat dari nilai cronbach alpha dimana masing-masing konstruk di atas 0.07.
23
Evaluasi terhadap nilai koefisien pada model outer reflektif telah dilakukan dengan dikeluarkannya indikator yang memiliki koefisien dibawah 0.7, kemudian dilakukan proses ulang tanpa indikator yang sudah dikeluarkan untuk memperolah model yang terbaik. Model akhir yang didapatkan disajikan pada Gambar 9. Kompetensi hanya direfleksikan dengan tiga indikator, organisasi pembelajar direfleksikan dengan delapan indikator, kinerja direfleksikan dengan empat indikator, dan daya saing hanya direfleksikan dengan dua indikator.
Gambar 9 Model outer akhir Kriteria penilaian selanjutnya adalah validitas diskriminan kriteria cross loading, membandingkan nilai korelasi indikator dengan konstraknya dan konstrak dari peubah laten lainnya (Yamin dan Kurniawan 2011). Hasil analisis disajikan pada lampiran, menunjukkan bahwa korelasi indikator dengan peubah latennya yakni kompetensi, organisasi pembelajar, kinerja, dan daya saing dengan masing-masing indikatornya memiliki korelasi lebih tinggi dibandingkan korelasi kompetensi, organisasi pembelajar, kinerja, dan daya saing dengan indikator dari peubah laten lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa indikator kompetensi, organisasi pembelajar, kinerja, dan daya saing memang menggambarkan bentuk refleksi dari kompetensi, organisasi pembelajar, kinerja, dan daya saing. Validitas diskriminan juga dapat diukur berdasarkan kriteria FornellLarcke dengan membandingkan korelasi peubah laten terhadap peubah latennya dengan akar AVE nya. Pada Tabel 5 di bawah memperlihatkan bahwa nilai akar AVE, baik pada peubah laten kompetensi, organisasi pembelajar, kinerja maupun daya saing memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai korelasi peubah laten tersebut dengan peubah laten lainnya. Korelasi terbesar antar peubah laten dimiliki oleh kompetensi dan daya saing, namun dibandingkan akar AVE kompetensi dan daya saing terlihat lebih kecil. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kriteria validitas diskriminan Fornell-Larcker pada penelitian ini terpenuhi sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh hasil penilaian kriteria di atas membuktikan bahwa model outer reflektif pada penelitian ini valid.
24
Tabel 5 Korelasi variabel laten, AVE, dan akar AVE Peubah Laten DS K KN OP
DS
K
1.000 0.063 0.687 0.333
1.000 0.233 0.804
KN
1.000 0.344
OP
AVE
1.000
0.680 0.722 0.627 0.653
Akar AVE 0.825 0.850 0.792 0.808
Evaluasi Inner Model Mengevalusi inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat signifikansi hubungan antar konstruk dan R-square dari model penelitian. Dalam penelitian ini meliputi hubungan langsung maupun tidak langsung antara kompetensi, organisasi pembelajr, kinerja, dan daya saing. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien jalur, untuk menilai signifikansi koefisien jalur dapat dilihat dari nilai uji T yang diperoleh dari proses bootstrapping sebagaimana model inner yang didapat disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10 Model inner Kriteria R-square dari peubah laten endogen menunjukkan seberapa keragaman peubah endogen yang mampu dijelaskan oleh peubah eksogen. Peubah endogen pada penelitian ini adalah organisasi pembelajar (OP), kinerja (KN), dan daya saing (DS). Peubah organisasi pembelajar (OP) dibentuk oleh peubah eksogen kompetensi (K) yang memiliki nilai R-square sebesar 0.647 yang artinya bahwa peubah organisasi pembelajar mampu dijelaskan oleh peubah kompetensi dengan keragaman sebesar 64.7 persen. Untuk peubah kinerja (KN) yang dibentuk oleh kompetensi (K) dan organisasi pembelajar (OP)
25
memiliki nilai R-square sebesar 0.124, peubah kinerja mampu dijelaskan oleh peubah kompetensi dan organisasi pembelajar dengan keragaman sebesar 12.4 persen. Peubah daya saing (DS) dibentuk oleh peubah eksogen kinerja (KN) dan organisasi pembelajar (OP) yang memiliki nilai R-square sebesar 0.483 yang artinya bahwa peubah daya saing mampu dijelaskan oleh peubah kinerja dan organisasi pembelajar dengan keragaman sebesar 48.3 persen (Tabel 6). Ketiga nilai R-square ini menurut Chin (1998) yang diacu Ratono (2010) dikategorikan ke dalam kelompok di antara moderat dan substansial. Tabel 6 Nilai R-Square R Square Daya Saing
0.483
Kinerja
0.124
Organisasi Pembelajar
0.647
Untuk melihat signifikasi hubungan antar konstrak dapat dilihat dari koefisien jalur (path coefficient) yang menggambarkan kekuatan hubungan antar konstrak. Tanda dalam koefisien jalur harus sesuai dengan teori yang dihipotesiskan, untuk menilai signifikansi koefisien jalur dapat dilihat dari nilai t test (critical ratio) yang diperoleh dari proses bootstrapping. Hasil bootstrapping pada koefisien jalur disajikan pada Tabel 7, didapatkan kompentensi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap organisasi pembelajar. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur sebesar 0.804 dengan t statistic 23.471 > 1.96. Kinerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap daya saing dengan nilai koefisien jalur bertanda positif dengan nilai t statistik 11.143 > 1.96. Organisasi pembelajar memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap daya saing dengan nilai koefisien jalur bertanda positif dengan nilai t statistik 1.172 < 1.96. Demikian halnya dengan organisasi pembelajar memiliki pengaruh positif terhadap kinerja dengan nilai koefisien jalur bertanda positif dengan nilai t statistik 2.019 < 1.96. Tabel 7 Hasil bootstrapping koefisien jalur
K -> K N K -> OP K N -> DS OP -> DS OP -> K N
OriginalSample (O) -0,125 0,804 0,649 0,109 0,445
Sample Mean (M) -0,137 0,810 0,653 0,114 0,462
Standard Deviation (STDEV) 0,246 0,034 0,058 0,093 0,220
Standard Error (STERR) 0,246 0,034 0,058 0,093 0,220
T Statistics (|O/STERR|) 0,509 23,471** 11,143** 1,172 2,019*
** signifikan pada taraf nyata 1 persen * signifikan pada taraf nyata 5 persen
Goodness of fit (GoF) merupakan ukuran tunggal yang digunakan untuk memvalidasi perform gabungan model pengukuran antara peubah laten dengan indikatornya dan model struktural antar peubah laten. Hasil pengujian GoF pada model Structural Equation Modelling memiliki nilai 0.526 yang termasuk ke
26
dalam kategori besar sehingga dapat dinyatakan bahwa model Structural Equation Modelling antara peubah kompetensi, organisasi pembelajar, kinerja, dan daya saing pada penelitian ini memiliki peforma yang baik dan memvalidasi model secara keseluruhan dengan baik. Untuk melihat apakah pengaruh peubah laten eksogen terhadap peubah laten endogen memiliki pengaruh yang substansial jika nilai R-square terjadi perubahan maka dilakukan perhitungan effect size f2 (Yamin dan Kurniawan 2011). Hasil perhitungan effect size f2disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil perhitungan effect size f2 R2 Included R2 Excluded
Konstrak
Effect size f2
Kompetensi terhadap Kinerja Organisasi Pembelajar terhadap Kinerja Organisasi Pembelajar terhadap Daya Saing
0.124
0.119
0.006
0.124
0.055
0.079
0.483
0.476
0.014
Kinerja terhadap Daya Saing
0.483
0.111
0.720
Hasil perhitunganeffect size f2 menunjukkan bahwa kompetensi adalah 0.006 (kecil pada level struktural), organisasi pembelajar kecil dari level struktural, dan kinerja lebih besar dari level struktural. Pada analisis inner model, kriteria terakhir dilakukan dengan penilaian predictive relevance Q2 yang berfungsi memvalidasi kemampuan prediksi pada model (Yamin dan Kurniawan 2011). Peubah laten memiliki Q2 yang baik jika Q2 > 0. Hasil analisis diperoleh nilai Q2 pada masing-masing peubah laten kompetensi, kinerja, organisasi pembelajar, dan daya saing adalah 0.439; 0.062; 0.364; dan 0.283. Nilai Q2 pada semua peubah laten memiliki nilai di atas 0 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel laten eksogen sesuai sebagai variabel penjelas yang mampu memprediksi variabel endogennya. Pengujian Hipotesis Penelitian Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan nilai output pada koefisien jalur (path coefficients). Signifikasi parameter yang diestimasi merupakan informasi mengenai hubungan antar variabel-variabel penelitian. Pengujian secara statistik dalam PLS dilakukan dengan menggunakan simulasi disetiap hubungan yang dihipotesiskan. Untuk meminimalkan masalah ketidaknormalan data penelitian maka dilakukan pengujian dengan bootstrap. Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini dapat dilihat dari hasil analisis model inner dari smartPLS pada Tabel 9. Nilai original sample (O) untuk melihat hubungan positif atau negatif antar variabel sedangkan T Statistics (|O/STERR|) untuk melihat adanya pengaruh yang signifikan atau tidak.
27
Tabel 9 Hasil model inner pada analisis smartPLS Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
T Statistics (|O/STERR|)
Keterangan
K -> K N
-0,125
-0,137
0,246
0,509
Tidak Signifikan
K -> OP
0,804
0,810
0,034
23,471
Signifikan
K N -> DS
0,649
0,653
0,058
11,143
Signifikan
OP -> DS
0,109
0,114
0,093
1,172
Tidak Signifikan
OP -> K N
0,445
0,462
0,220
2,019
Signifikan
Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Kompetensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja dengan T statistic sebesar 0.509 (≤ 1.96) pada hubungan langsung. Sedangkan pada hubungan tidak langsung antara kompetensi dan kinerja melalui organisasi pembelajar berpengaruh secara signifikan (T statistic > 1.96) dengan pengaruh tidak langsung sebesar 35.8 persen. Hasil pengujian hipotesis-1 ini sangat bertolak belakang dengan teori yang diungkapkan oleh Spencer dan Spencer (1993) mengatakan bahwa hubungan antara kompetensi dan kinerja sangat erat dan penting, bahkan apabila seorang karyawan ingin meningkatkan kinerjanya, maka seharusnya karyawan tersebut mempunyai kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya. Kompetensi selalu mengandung tujuan tertentu yang merupakan dorongan motif atau sifat yang menyebabkan suatu tindakan seseorang untuk memperoleh hasil. Kompetensi merupakan nilai yang krusial dan bersifat sosial, sehingga kompetensi dapat memberikan identitas dan visibilitas sosial. Namun, hubungan tidak langsung antara kompetensi dan kinerja melalui organisasi pembelajar berpengaruh secara signifikan. Hasil tersebut didukung oleh teori yang diungkapkan oleh Marquardt dan Angus (2002) bahwa dalam organisasi belajar terdapat lima subsistem antara lain belajar atau learning yang terdiri dari beberapa subsistem yaitu: Organisasi, Orang, Pengetahuan, Teknologi. Setiap subsistem saling terkait dan saling mempengaruhi. Jika sebuah subsistem terganggu atau absen maka subsistem lain akan terpengaruh secara signifikan. Dalam organisasi belajar ada tiga tingkatan belajar atau level of learning yang terdiri dari: 1) Belajar individual (individual learning) Belajar individual adalah perubahan ketererampilan, pemahaman, pengetahuan dan sikap serta nilai yang diperoleh seseorang melalui proses belajar mandiri, belajar berbasis teknologi, dan observasi. 2) Belajar kelompok (group or team learning) Belajar kelompok adalah peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kompetensi oleh dan dalam kelompok. Belajar dalam organisasi adalah peningkatan intelektual dan kapabilitas produksi yang diperoleh dari komitmen perusahaan dan kesempatan untuk melakukan perbaikan secara kontinu.
28
3) Belajar organisasi (organizational learning) Belajar dalam organisasi adalah peningkatan intelektual dan kapabilitas produksi yang diperoleh dari komitmen perusahaan dan kesempatan untuk melakukan perbaikan secara kontinu. Pengaruh Kompetensi Terhadap Organisasi Pembelajar Kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap organisasi pembelajaran dengan T statistik sebesar 23.471 (lebih dari 1.96) sehingga kompetensi memiliki pengaruh positif sebesar 80.4% terhadap organisasi pembelajar. Hasil tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan Lo dan Wang (2003) bahwa kompetensi mempunyai pengaruh yang positif dengan organisasi pembelajar. Melalui organisasi pembelajar, peningkatan kompetensi terbangun melalui karyawan dan sumber daya yang lainnya. Karyawan dapat menggunkaan pengetahuan dan keahliannya secara kontinu untuk mengatasi berbagai masalah dalam opersional dan strategi perusahaan. Pengaruh Organisasi Pembelajar Terhadap Kinerja Organisasi pembelajar berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja dengan t statistik sebesar 2.019 (kurang dari 1.96) sehingga organisasi pembelajar memiliki pengaruh positif sebesar 44.5% terhadap kinerja. Hasil tersebut didukung teori yang diungkapkan oleh Senge (2006) dan MarquardtAngus (2002) bahwa semua orang, mulai dari tingkat individu, kelompok hingga organisasi dapat dan perlu melakukan kegiatan belajar secara bebas dan terus menerus untuk meningkatkan kinerja organisasi. Hasil tersebut didukung pula oleh teori Watkins dan Marsick yang diacu Swanson dan Holton (2001) organisasi belajar sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja dipengaruhi oleh faktor belajar, faktor strategi organisasi belajar dan faktor inovasi, sebagai berikut: - Belajar, khususnya perbaikan belajar pada level tim dan organisasi akan meningkatkan inovasi organisasi· - Penerimaan strategi organisasi belajar yang sesuai bagi organisasi untuk memasuki pasar dimana inovasi menjadi penggerak kinerja pokok (key performance driver). - Inovasi diharapkan menghasilkan perbaikan hasil kinerja (performance outcome) yang akan meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi. Selain itu, hasil pengujian hipotesis tersebut juga didukung oleh penelitian terdahulu dari Idawati (2012) yaitu penerapan organisasi pembelajaran memiliki dampak terhadap kemampuan organisasi beradaptasi pada aspek menciptakan perubahan dan fokus pada pelanggan. Selain itu, berdampak terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh Organisasi Pembelajar Terhadap Daya Saing Organisasi pembelajar tidak berpengaruh signifikan terhadap daya saing dengan T statistik sebesar 1.172 (kurang dari 1.96). Tetapi secara tidak langsung organisasi pembelajar melalui kinerja dapat meningkatkan daya saing. Hasil tersebut bertentangan dengan pernyataan Marquardt (2011) bahwa dalam perubahan lingkungan bisnis yang cepat, kapasitas pembelajaran suatu
29
organisasi merupakan hal yang mutlak agar dapat mencapai dan terus mempertahankan keunggulan dalam persaingan. Pengaruh Kinerja Terhadap Daya Saing Kinerja berpengaruh signifikan terhadap daya saing dengan T statistik sebesar 11.143 (lebih dari 1.96) sehingga kinerja memiliki pengaruh positif sebesar 64.9% terhadap daya saing. Hasil tersebut diperkuat dengan pendapat Porter (1990), daya saing diidentikkan dengan produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan. Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi (total faktor produktivitas). IMPLIKASI MANAJERIAL Berdasarkan hasil penelitian ini, organisasi pembelajar memiliki pengaruh secara langsung terhadap kinerja dan daya saing. Sedangkan organisasi pembelajar tidak berpengaruh secara langsung terhadap daya saing tetapi organisasi pembelajar dapat meningkatkan daya saing melalui peningkatan kinerja. Dari analisis tersebut dapat dibuat implikasi manajerial yang dapat direkomendasikan kepada UKM di Kota Bekasi, antara lain dengan perbaikan kinerja demi tercapainya tujuan individu, tim, dan organisasi. Kinerja selain mengarah pada apa yang akan dicapai, tetapi juga bagaimana cara mencapainya. Perbaikan kinerja tak dapat dicapai tanpa adanya proses yang efektif demi pengembangan yang terus menerus. Perbaikan berkelanjutan tersebut akan mengarah pada kompetensi inti organisasi dan kapabilitas individu dan tim. Perbaikan kinerja pada tataran input, proses, ouput/outcomes harus dilakukan untuk pencapaian daya saing bisnis. Bisnis yang memiliki kinerja yang tinggi adalah bisnis yang mempunyai kemampuan daya saing. Agar UKM Kota Bekasi memiliki kemampuan daya saing maka sebaiknya melakukan proses pembelajaran, karena pembelajaran merupakan suatu proses yang harus dilampaui oleh organisasi dan sumber daya manusia untuk meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kinerja tersebut adalah dalam rangka mengubah sumber daya manusia menjadi manusia yang bersumber daya sehingga keunggulan dapat dipertahankan dan dikembangkan. Kendala yang ada pada UKM di Kota Bekasi adalah masih rendahnya penguasaan teknologi para pengusaha, maka perlu meningkatkan kemampuan intektual sumber daya manusianya dengan memberikan pelatihan penggunaan teknologi (komputer) dan secara aktif memberikan pengetahuan. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, tidak hanya memanfaatkan internet sebagai alat untuk melakukan promosi atau mencari peluang bisnis, tetapi juga diimbangi dengan pengelolaan administrasi yang baik melalui penggunaan software yang tepat. Sumber daya manusia UKM, dalam hal ini pengusaha dan para karyawan merupakan sumber utama dalam suatu perusahaan untuk mendukung produktivitas, dan juga merupakan pendorong utama daya saing perusahaan. Untuk mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada, tidak cukup hanya
30
dengan memiliki kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan saja, tetap juga harus mendorong kreatifitasnya atas ide-ide baru agar dapat mengembangkan pengetahuannya. Untuk mendorong hal tersebut maka UKM perlu melaksanakan organisasi pembelajar, karyawan tidak hanya berkerja sendiri tapi dapat menshare ilmu dengan rekan kerjanya sehingga dapat meningkatkan kemampuan untuk berubah sehingga memiliki daya saing dalam menghadapi kompetisi. Dengan tim pembelajaran terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapabilitas sehingga visi organisasi tercapai. SIMPULAN Usaha kecil menengah yang berada di Kota Bekasi, khususnya pada lima klaster yang diteliti yaitu klaster boneka, konveksi, santadoges, handycraft, dan bordir sebagian besar telah memiliki kinerja yang tinggi. Meskipun memiliki kompetensi yang rendah ternyata masih dapat berkinerja tinggi menghasilkan produk berkualitas, untuk saat ini dan untuk ke depan masih bisa bersaing dengan produk lain. Organisasi pembelajar berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja sehingga organisasi pembelajar memiliki pengaruh positif terhadap kinerja. Dengan tim pembelajaran terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapabilitas produksi sehingga visi organisasi tercapai. Organisasi pembelajar tidak berpengaruh secara langsung terhadap daya saing. Organisasi pembelajar dapat meningkatkan daya saing melalui peningkatan kinerja. Tanpa adanya organisasi pembelajar UKM di Kota Bekasi masih dapat bersaing dengan produk lokal sejenis maupun dengan produk luar negeri, dengan kinerja yang tinggi dapat bersaing mengalahkan produk lokal maupun produk luar negeri sejenis, selain itu pangsa pasar tetap terjaga.
31
6 PEMBAHASAN UMUM Hasil pengujian terhadap model struktur penelitian menunjukkan bahwa organisasi pembelajar organisasi pembelajar berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja sehingga organisasi pembelajar memiliki pengaruh positif terhadap kinerja. Hasil tersebut didukung teori yang diungkapkan oleh Senge (2006) dan Marquardt (2002) bahwa semua orang, mulai dari tingkat individu, kelompok hingga organisasi dapat dan perlu melakukan kegiatan belajar secara bebas dan terus menerus untuk meningkatkan kinerja organisasi. Hasil tersebut didukung pula oleh teori Watkins dan Marsick dalam Swanson dan Holton (2001) organisasi belajar sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja dipengaruhi oleh faktor belajar, faktor strategi organisasi belajar dan faktor inovasi. Organisasi pembelajar tidak berpengaruh secara langsung terhadap daya saing. Organisasi pembelajar dapat meningkatkan daya saing melalui peningkatan kinerja. Tanpa adanya organisasi pembelajar UKM di Kota Bekasi masih dapat bersaing dengan produk lokal sejenis maupun dengan produk luar negeri, dengan kinerja yang tinggi dapat bersaing mengalahkan produk lokal maupun produk luar negeri sejenis, selain itu pangsa pasar tetap terjaga. Daya saing merupakan konsep yang merujuk pada kemampuan suatu perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan lainnya untuk menciptakan nilai. Tidak ada satu indikator-pun yang bisa digunakan untuk mengukur daya saing, yang memang sangat sulit untuk diukur (Markovics, 2005 dalam Tambunan). Daya saing dapat diciptakan maupun ditingkatkan dengan penerapan strategi bersaing yang tepat, salah satunya dengan pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien. Selain itu, penentuan strategi yang tepat harus disesuaikan dengan seluruh aktivitas dari fungsi perusahaan, sehingga akan menciptakan kinerja perusahaan sesuai dengan yang diharapkan bahkan lebih dan dapat menghasilkan nilai. Semua perusahaan, khususnya UKM bersaing untuk menjadi yang terdepan dalam era persaingan. Oleh karena itu, setiap UKM dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi, sehingga harus mulai memperbaiki diri. UKM yang memiliki daya saing tinggi ditandai dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang andal, penguasaan pengetahuan yang tinggi, dan penguasaan perekonomian. Hambatan yang terjadi dalam rendahnya peningkatan daya saing UKM di Kota Bekasi disebabkan oleh sumber daya manusia, metode, lingkungan, material, dan pengukuran. Permasalahan utamanya berada di SDM dimana rendahnya kompetensi pemilik dan karyawan UKM, keterbatasan karyawan, rendahnya motivasi pemilik dan karyawan UKM, selain itu tidak adanya sistem seleksi karyawan. Permasalahan kedua dari material, dimana modal yang dimiliki sangat kurang sehingga sulit untuk mengembangan usahanya, kualitas bahan baku yang tidak stabil, dan tidak adanya penerapan sistem persediaan. Hambatan lainnya berasal dari metode, rendahnya inovasi yang dilakukan oleh UKM Kota Bekasi membuat tertinggal dengan produk dari luar negeri, kurangnya pemanfaatan teknologi yang disebabkan tidak tahunya mengoperasikan teknologi, dan pelatihan yang telah dilaksanakan tidak tepat sasaran. Faktor pengukuran dapat menjadi faktor penghambat rendahnya daya
32
saing di UKM Kota Bekasi, penyebabnya tidak adanya sistem evaluasi kinerja, ketentuan standar mutu, dan tidak ada pengembangan bisnis. Selanjutnya faktor penghambat lainnya adalah lingkungan pada UKM, banyaknya karyawan yang dapat bekerja sendiri sehingga tidak terjadi share ilmu antar rekan kerja, workshop dan toko masih menyatu, selain itu aspirasi karyawan yang tidak ditampung oleh pengusaha UKM. IMPLIKASI MANAJERIAL Implikasi manajerial yang dapat direkomendasikan berdasarkan hasil analisis penelitian ini, dapat dijadikan dasar bagi UKM di Kota Bekasi untuk membuat strategi UKM yang jitu sehingga dapat meningkatkan daya saing. Upaya yang dapat dilakukan oleh UKM dengan memberikan pelatihan penggunaan teknologi (komputer) kepada karyawan, secara aktif memberikan pengetahuan dan melaksanakan organisasi pembelajar sehingga karyawan tidak hanya berkerja sendiri tapi dapat menshare ilmu dengan rekan kerjanya. Selain itu pelaku UKM tidak akan mengalami kesulitan dalam melatih karyawan baru maupun yang lama dikarenakan antar para karyawan sudah dapat saling belajar, membagi ilmu kepada rekan kerjanya. Dengan tim pembelajaran terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapabilitas produksi sehingga visi organisasi tercapai. Permasalahan UKM seperti yang telah dijelaskan dalam diagram ishikawa dapat diatasi melalui konsistesi, komitmen terhadap peraturan dan rencana yang dibuat, serta partisipasi dari semua pihak untuk mengubah dan mengembangkan UKM agar memiliki daya saing yang tinggi. Dikarenakan pengalaman UKM masih kurang maka perlu upaya perbaikan dengan melibatkan pihak luar dari UKM, seperti dengan program mitra binaan dari perusahaan besar. Dengan adanya program mitra binaan dapat dilakukan pembinaan dan pengembangan sehingga dapat membantu dalam permodalan, pembinaan media promosi untuk meningkatkan akses pasar, dan daya saing pemasaran. REKOMENDASI KEBIJAKAN Kebijakan yang dapat direkomendasikan berdasarkan hasil analisis penelitian ini, dapat dijadikan dasar bagi Pemerintah Kota Bekasi dalam hal ini Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Bekasi terkait untuk membuat strategi UKM agar dapat meningkatkan daya saingnya. Peran pemerintah harus selalu mendukung peningkatan kinerja pada UKM dengan memfasilitasi segala bentuk usaha pengembangan UKM dan mempermudah urusan birokrasi dalam hal ini mempermudah perizinan badan usaha, memfasilitasi pengurusan hak paten dan hak cipta, dan merk dagang yang selama ini berbiaya tinggi dan memerlukan waktu yang lama. Selain itu dengan mencarikan investor baru bagi UKM untuk pengembangan usahanya.
33
7 SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Permasalahan utama rendahnya peningkatan daya saing pada UKM di Kota Bekasi adalah (1) masalah SDM, dimana rendahnya kompetensi dan motivasi pemilik dan karyawan UKM, keterbatasan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dan tidak adanya sistem seleksi/perekrutan karyawan sehingga UKM tidak memiliki SDM yang kualifikasi tinggi; (2) masalah metode, dimana rendahnya inovasi, kurangnya pemanfaatan teknologi yang dapat berguna untuk pengembangan produk maupun dalam pemasarannya. Melalui pendidikan formal, pelatihan, dan pengetahuan dapat meningkatkan kompetensi UKM sehingga memiliki kemampuan untuk bersaing dan survive dalam MEA 2015. Usaha kecil dan menengah yang berada di Kota Bekasi, khususnya pada lima klaster yang diteliti yaitu klaster boneka, konveksi, santadoges (sandal, tas, dompet, gesper), handycraft, dan border walau memiliki keterbatasan SDM dan masih rendahnya kompetensi pemilik maupun karyawan tapi memiliki kinerja yang tinggi, menghasilkan produk-produk berkualitas yang tidak kalah dengan produk dari daerah lain di Indonesia, bahkan produk luar negeri. Sistem pemasaran di sebagian UKM di Kota Bekasi sudah melalui sistem online dan wilayah pemasarannya sudah mencakup keluar negeri. Organisasi pembelajar berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja sehingga organisasi pembelajar memiliki pengaruh positif terhadap kinerja. Dengan tim pembelajaran terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapabilitas produksi sehingga visi organisasi tercapai. Organisasi pembelajar tidak berpengaruh secara langsung terhadap daya saing tetapi melalui kinerja dapat meningkatkan daya saing. SARAN Saran yang dapat direkomendasikan penulis berdasarkan hasil kesimpulan di atas adalah: 1. Meningkatkan kompetensi SDM tanpa batas sebagai upaya untuk survive di MEA 2015. Penerapan organisasi pembelajar dipadang penting untuk memfasilitasi dan meningkatkan kompetensi karyawan. Untuk menjawab tantangan di masa depan maka perlu kerjasama antar organisasi dengan individu didalamnya, kemampuan untuk merubah sikap dan perilaku kerja, selalu termotivasi untuk berbenah diri, baik sikap mental maupun keterampilan. Diharapkan dengan organisasi pembelajar, kompetisi muncul pada masing-masing individu, akan menjadi wadah untuk menyalurkan setiap harapan untuk tetap maju dan berkembang. 2. Peningkatan daya saing UKM perlu dukungan dari sisi SDM. Perlunya penseleksian dalam sistem perekrutan karyawan dengan demikian diperoleh karyawan yang berkompeten dan memiliki motivasi tinggi sehingga target, visi, dan misi UKM tercapai. Yang lebih penting adalah dengan terus terbaharuinya metode proses produksi agar dapat meningkatkan produktivitas, agar hal tersebut berjalan perlu adanya pelatihan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Association of Southeast Asian Nations. 2008. Asean Economic Community Blueprint [Internet]. [diunduh 2014 November 02]. Asean Secretariat, Jakarta. Tersedia pada: http://www.asean.org/communities/asean-economiccommunity Chajnacki GM. 2007. Characteristics of Learning Organizations and MultiDimensional Orgaizational Performance Indicators: a Survey of Large. Publicly-Owned Companies. Thesis. The Pennsylvania State University. UMI Number: 3266083. [Disperindagkop] Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bekasi. 2014. Data UMKM Kota Bekasi 2013. Bekasi. Ghozali I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali I. 2008. Model Persamaan Struktural: Konsep dan Aplikasi dengan AMOS16.0. Penerbit Universitas Dipenogoro. Semarang. Idawati D. 2012. Peran organisasi pembelajaran (learning organization) pada kinerja organisasi bisnis telekomunikasi selular [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lo HP, Wang Y. 2003. Customer-focused performance and the dynamic model for competence building and leveraging: a resource-based view. Journal of Management Development, Vol22 lss:6. Mangkuprawira S, Hubeis AS. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia. Bogor. Markovics K. 2005. Competitiveness of Domestic Small and Medium Enterprises in the European Union. European Integration Studies, Miskolc, 4(1): 13-24. Marquardt MJ, Angus R. 2002. Building The Learning Organization. New York (US): Mc Graw-Hill Companies Inc. Marquardt MJ. 2011. Building the Organization Learning. 3rd edition. New York (US): McGraw-Hill Comapanies, Inc. Nuryanti. 2013. Peran e-commerce untuk meningkatkan daya saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Jurnal Ekonomi. 21(4). Pebruati SE, Handayani SR, Zahroh. 2013. Pengaruh aplikasi teknologi dalam peningkatan daya saing perusahaan (studi pada UKM Kota Malang). Jurnal Profit. 7(1):61-75. Porter ME. 1990. Competitive Advantage Of Nations. NewYork (US): WordPress. Tambunan T. 2004. Ukuran Daya Saing Koperasi dan UKM. Pusat Studi Industri dan UKM. Jakarta (ID): Universitas Trisakti. Tague NR. 2005. The quality toolbox. (2th ed.). Milwaukee, Wisconsin: ASQ Quality Press. Tobing SYL, Fitriati R. 2009. Pengaruh organisasi pembelajar terhadap kompetensi pegawai bank. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. 16(1):25-35.
35
Ratono J. 2010. Analisis partial least square untuk mengembangkan model critical success factors dalam implementasi enterprise resources planning sap industri kecil dan menengah (kasus PT Java di Cirebon Jabar) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rivai V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. PT. Raja Grafindo. Jakarta. Santoso W et al. 2008. Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012: Integrasi ekonomi ASEAN dan prospek perekonomian nasional. Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter. Jakarta. Senge PM. 2006. The Fifth Dicipline: The Art and Practice of Learning Organization. New York (ID): Doubleday. Singgih S. 2011. Structural Equation Modeling (SEM). Konsep dan Aplikasi dengan AMOS 18. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Spencer LM, Spencer SM. 1993. Competence at Work: Models for Superior Performance, New York (US): John Wiley &Sons. Swanson RA, Holton E. 2001. Foundation of Human Resource Development. San Fransisco (US) : Berrett-Koehler Publisher. Inc. Yamin S, Kurniawan H. 2011. Generasi Baru Mengolah Data Penelitian dengan Partial Least Square Path Modelling. Jakarta (ID): Salemba Infotek. World Economic Forum. 2012. The Global Competitiveness Report 2012-2013 [internet]. [diunduh 2014 November 02]. Tersedia pada: http://www.weforum.org/reports/global-competitiveness-report-2012-2013
36
LAMPIRAN
Lampiran 1 Penelitian terdahulu yang relevan Penelitian terdahulu adalah salah satu sumber data sekunder yang digunakan sebagai acuan penelitian ini. Peneliti Sondang Yohanna L. Tobing
Tahun Judul 2009 Pengaruh Organisasi Pembelajar Terhadap Kompetensi Pegawai Bank
Hasil Kelima disiplin pembentuk organisasi pembelajar telah diimplementasikan cukup baik, dilihat dari tanggapan tertinggi para pegawai, salah satunya yaitu setiap pegawai berusaha mencari solusi inovatif dalam menyelesaikan pekerjaan.
Vonny Tiara Narundana
2013
Peran Kompetensi terhadap Kinerja Karyawan di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (Pustaka) Bogor
Kompetensi karyawan yang baik akan mendukung tercapainya kinerja organisasi. Penerapan standar kompetensi dalam suatu organisasi sangat diperlukan untuk pencapaian kinerja yang optimal.
Rahab
2012
Pengembangan Kapabilitas Keinovasian Iklim Berbasis Pada Orientasi Kewirausahaan Dan Pembelajaran Organisasional
Adanya strategi perusahaan yang berorientasi pasar akan mendorong adanya proses pembelajaran yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan kapabiliats inovasi perusahaan. IKM dalam mengembangkan inovasinya lebih didorong adanya keinginan untuk mengembangkan pasar dan membangun kemampuan organisasi untuk terus dapat beradaptasi dengan segala perubahan melalui proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus.
Muhammad Haniv
2012
Peran SDM dan Sistem Model Organisasi Pembelajaran Dalam Reformasi Birokrasi Perpajakan Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak
Penerapan prinsip learning organization miliki pengaruh positif terhadap reformasi birokrasi perpajakan. Pada organisasi pembelajaran yang paling merefleksikan adalah reformasi organisasi.
37 Lanjutan Tabel 12 Dwi Idawati
2012
Peran Organisasi Pembelajaran Pada Kinerja Organisasi Telekomunikasi Selular
Penerapan organisasi pembelajaran memiliki dampak terhadap kemampuan organisasi beradaptasi pada aspek menciptakan perubahan dan fokus pada pelanggan. Selain itu, berdampak terhadap kinerja perusahaan.
38
Lampiran 2 Kuisioner penelitian
KUESIONER PERAN ORGANISASI PEMBELAJAR DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA BEKASI Responden yang terhormat, Saya adalah mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) yang sedang melakukan penelitian karya akhir mengenai peran organisasi pembelajar (learning organization) dalam meningkatkan daya saing pada usaha kecil menengah di Kota Bekasi. Demi tercapainya kredibilitas yang tinggi mohon kiranya Anda bersedia mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan benar. Semua informasi yang anda berikan dijamin kerahasiaannya. Tidak ada jawaban yang dinilai salah dalam pengisian kuesioner ini. Penelitian ini dilakukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Master Sains di IPB dan hanya digunakan untuk kepentingan Akademik semata. Terima kasih atas partisipasi Anda dalam pengisian kuesioner ini. Husnaeni Petunjuk: Lingkari pada kolom yang telah disediakan(di sisi kanan) untuk setiap pilihan jawaban yang dianggap sesuai dengan identitas Bapak/Ibu. IDENTITAS RESPONDEN No Pertanyaan 1.
Nama UKM
2.
Jenis Kelamin
3.
Usia
4.
Jabatan / Posisi
5.
Lama Bekerja (tahun)
6.
Pendidikan Terakhir
7.
Status Pernikahan
Pilihan Jawaban ...................................................................................... Pria Wanita ≤ 20
21 - 30
31 - 40
41 - 50
≥ 50
........................................................................... <6 6 - 10 11 - 15 16 – 20 > 20 SMP Menikah
SMA
D3
Belum Menikah
S1
S2
Lainnya
39
Petunjuk: Beri tanda silang (X) pada kolom pilihan jawaban yang sesuai dengan perasaan anda. KOMPETENSI No Pertanyaan Pilihan Jawaban Pengetahuan 1. Pengetahuan yang saya 1 2 3 4 5 6 7 miliki tidak sesuai dengan standar perusahaan. 2. Saya tidak memberikan ide 1 2 3 4 5 6 7 dalam bekerja. Keterampilan 3. Saya mampu sendiri.
bekerja 1
Pengetahuan yang saya miliki sesuai dengan standar perusahaan. Saya dapat memberikan ide yang baik dalam bekerja.
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
Saya selalu melaksanakan pekerjaan tepat waktu.
1
2
3
4
5
6
7
Saya dapat melaksanakan 1 pekerjaan dengan kualitas kerja yang buruk.
2
3
4
5
6
7
Saya selalu siap membantu karyawan lain yang memerlukan bantuan. Saya dapat melaksanakan pekerjaan dengan kualitas kerja yang baik.
4.
Saya tidak mampu memecahkan masalah yang terjadi di dalam pekerjaan. 5. Keterampilan yang saya miliki tidak sesuai dengan standar perusahaan. Prilaku Individu 6. Saya selalu melaksanakan pekerjaan melewati batas waktu. 7. Saya tidak bisa membantu karyawan lain yang memerlukan bantuan. 8.
Pertanyaan
Saya mampu bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja. Saya mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam pekerjaan. Keterampilan yang saya miliki sesuai dengan standar perusahaan.
ORGANISASI PEMBELAJAR No Pertanyaan Pilihan Jawaban Penguasaan/Keahlian Pribadi 1. Saya sulit untuk mencapai 1 2 3 4 5 6 7 tujuan perusahaan.
2.
3.
Saya tidak berkomitmen 1 untuk terus menerus memperbaiki diri. Saya tidak berinisiatif dan 1 kreatif untuk
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
Pertanyaan Saya memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan perusahaan. Saya mempunyai komitmen untuk terus memperbaiki diri. Saya memiliki inisiatif dan kreatifitas untuk
40
mengembangkan diri dan perusahaan. 4. Saya sulit mengatasi dan 1 memberikan solusi terhadap masalah dalam diri dan perusahaan. Model Mental 5. Saya sulit beradaptasi dan 1 tanggap terhadap kebutuhan perusahaan/konsumen. 6. Saya tidak sensitif/peka 1 terhadap perubahan dan mampu meresponnya.
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
Saya sulit memberikan 1 masukan/saran kepada orang lain. Pembelajaran Tim 8. Dalam tim, setiap individu 1 belajar sendiri.
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
9.
Proses pembelajaran dalam 1 tim tidak menggunakan teknik dialog dan diskusi yang konstruktif.
2
3
4
5
6
7
10. Proses pembelajaran dalam 1 tim menurunkan kapasitas/pengetahuan dan ketrampilan anggota kelompok. 11. Proses pembelajaran dalam 1 tim tidak dibangun atas dasar competency individu. Berpikir Sistem 12. Saya sulit berpikir secara 1 menyeluruh mengenai perusahaan dengan mempertimbangkan manusia, metode, alat, dan struktur.
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
13. Saya sulit berpikir dan 1 memahami kekuatan dan kelemahan perusahaan. 14. Saya tidak tahu dengan 1 berpikir sistem dapat
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
7.
mengembangkan diri dan perusahaan. Saya mampu mengatasi dan memberikan solusi terhadap masalah dalam diri dan perusahaan. Saya mampu beradaptasi dan tanggap terhadap kebutuhan perusahaan/konsumen. Saya memiliki sensitifitas/peka terhadap perubahan dan mampu meresponnya. Saya mampu memberikan masukan/saran kepada orang lain. Dalam tim, setiap individu saling belajar satu sama lain. Proses pembelajaran dalam tim dilakukan dengan menggunakan teknik dialog dan diskusi yang konstruktif. Proses pembelajaran dalam tim meningkatkan kapasitas/pengetahuan dan ketrampilan anggota kelompok. Proses pembelajaran dalam tim dibangun atas dasar competency individu. Saya mudah berpikir secara menyeluruh mengenai perusahaan dengan mempertimbangkan manusia, metode, alat, dan struktur. Saya mudah berpikir dan memahami kekuatan dan kelemahan perusahaan. Saya menyadari dengan berpikir sistem dapat
41
membantu mencapai perubahan yang berguna bagi perusahaan. 15. Masing-masing orang dari 1 fungsi yang berbeda tidak terjadi berbagi pengetahuan dan pengalamannya. Visi Bersama 16. Visi perusahaan dibuat 1 berdasarkan kesepakatan sendiri. 17. Visi perusahaan membuat 1 karyawan-karyawan dalam perusahaan tidak memiliki keterkaitan dalam perusahaan. 18. Visi perusahaan tidak 1 memberikan arahan untuk menjaga kelangsungan proses belajar dalam perusahaan. 19. Visi perusahaan 1 mendorong para karyawan untuk komitmen dalam mencapai tujuan perorangan.
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
membantu mencapai perubahan yang berguna bagi perusahaan. Masing-masing orang dari fungsi yang berbeda berbagi pengetahuan dan pengalamannya.
Visi perusahaan dibuat berdasarkan kesepakatan karyawan bukan dari atasan. Visi perusahaan membuat karyawan-karyawan dalam perusahaan memiliki keterkaitan dalam perusahaan. Visi perusahaan memberikan arahan untuk menjaga kelangsungan proses belajar dalam perusahaan. Visi perusahaan mendorong para karyawan untuk komitmen dalam mencapai tujuan perusahaan.
KINERJA No Pertanyaan Pilihan Jawaban Profit 1. Perolehan profit yang 1 2 3 4 5 6 7 sangat lambat. Produktivitas 2. Sulit menyelesaikan 1 2 3 4 5 6 7 pekerjaan tepat pada waktunya. 3. Sulit bekerja sesuai dengan 1 2 3 4 5 6 7 standar perusahaan. 4.
5.
Kuantitas kerja yang 1 diberikan tidak sesuai dengan kemampuan anda. Hasil produksi banyak 1 yang tidak sesuai dengan target.
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
Pertanyaan Perolehan cepat.
profit
yang
Mampu menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Mampu bekerja sesuai dengan standar perusahaan. Kuantitas kerja yang diberikan sesuai dengan kemampuan anda. Hasil produksi sesuai dengan target.
42
Pangsa Pasar/Bisnis Baru 6. Lama dalam merespon 1 peluang pasar yang baru. 7. Tidak pernah memasarkan 1 produk/jasa pada segmen pasar tertentu (khusus). 8. Membiarkan lingkungan 1 pasar yang sudah stabil. Kepuasan Karyawan 9. Gaji saya terima selalu melewati waktunya. 10. Lingkungan kerja menghilangkan semangat saya dalam menyelesaikan pekerjaan. Standar Mutu 11. Menitikberatkan pada kualitas yang dibawah pesaing. 12. Hasil produksi melenceng jauh dari target yang telah ditetapkan. Loyalitas Pelanggan 13. Pelanggan hanya melakukan pembelian sekali saja.
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
Merespon secara cepat peluang pasar yang baru. Sering memasarkan produk/jasa pada segmen pasar tertentu (khusus). Berusaha memelihara lingkungan pasar yang sudah stabil. Gaji saya terima tepat waktu. Lingkungan kerja mendorong semangat saya dalam menyelesaikan pekerjaan. Menitikberatkan pada kualitas yang lebih baik dibandingkan pesaing. Hasil produksi sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pelanggan selalu melakukan pembelian berulang secara teratur.
DAYA SAING No Pertanyaan Pilihan Jawaban Sumber Daya Manusia 1. Karyawan menyelesaikan 1 2 3 4 5 6 7 pekerjaan melebihi waktu yang ditentukan walaupun memiliki kapabilitas. 2. Para karyawan tidak 1 2 3 4 5 6 7 berpikir kreatif dalam memberikan alternatif pemecahan masalah. Ketersediaan atau Penguasaan Teknologi 3. Pemrosesan data masih 1 2 3 4 5 6 7 manual. Organisasi dan Manajemen 4. Perusahaan merasa 1 terancam dengan
2
3
4
5
6
7
Pertanyaan Karyawan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki. Para karyawan berpikir kreatif dalam memberikan alternatif pemecahan masalah. Pemrosesan data sudah menggunakan program komputer (excel, word, dll). Perusahaan merasa aman dengan kelangsungan
43
5.
6.
7.
kelangsungan usaha di masa yang akan datang. Perusahaan tidak pernah 1 mengembangkan kembali produk/jasa yang sudah ada secara berkesinambungan. Perusahaan tidak 1 membangun jaringan kerja dengan pihak lain, termasuk pemerintah. Perusahaan tidak memiliki 1 modal untuk perkembangan usaha.
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
Terima kasih atas kerja sama Bapak/Ibu.
usaha di masa yang akan datang. Perusahaan sering mengembangkan kembali produk/jasa yang sudah ada secara berkesinambungan. Perusahaan membangun jaringan kerja dengan pihak lain, termasuk pemerintah. Perusahaan memiliki modal yang cukup untuk perkembangan usaha.
44
Lampiran 3 Uji Realibilitas Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid 30 100,0 a Excluded 0 ,0 Total 30 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items ,944
45
Lampiran 4 Analisis validitas diskriminan kriteria cross loading Peubah Laten
DS
K
KN
OP
DS1
0.926
0.034
0.705
0.295
DS12
0.708
0.091
0.359
0.261
K4
-0.007
0.855
0.130
0.727
K6
0.115
0.905
0.273
0.777
K8
0.046
0.785
0.180
0.503
KN23
0.591
0.256
0.872
0.309
KN5
0.587
0.194
0.726
0.339
KN7
0.443
0.217
0.724
0.225
KN8
0.523
0.060
0.834
0.191
OP13
0.210
0.736
0.203
0.884
OP14
0.269
0.787
0.306
0.897
OP10
0.346
0.696
0.324
0.843
OP2
0.355
0.510
0.345
0.720
OP3
0.369
0.604
0.409
0.805
OP4
0.277
0.646
0.244
0.786
OP5
0.107
0.592
0.200
0.710
OP6
0.180
0.593
0.161
0.800
45
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Husnaeni dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Mei 1979 dari pasangan Muchsin Kasim dan Siti Hadjerah. Penulis merupakan anak bungsu dari enam bersaudara dan memiliki dua putri dari suami Ade Trianto. Pendidikan tingkat menengah atas ditempuh di Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Makassar pada tahun 1994-1997. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknik Industri, Sekolah Tinggi Manajemen Industri Kementerian Perindustrian dan Perdagangan R.I, lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2013 penulis diterima di Program Studi Ilmu Manajemen pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkan pada tahun 2015. Penulis bekerja pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi sejak tahun 2004 hingga saat ini.