1
Peran Pemerintah pada Pengembangan Strategi Mekanisasi Pertanian di Indonesia: Pendekatan Analisis SWOT Muhammad Achirul Nanda1*, Mohamad Solahudin2 Mahasiswa Pasca Sarjana, Departemen Teknik Biosistem 2 Staf Pengajar Sistem Informasi Pertanian, Departemen Teknik Biosistem Institut Pertanian Bogor Jl. Raya Darmaga, Bogor 16680, Indonesia * E-mail :
[email protected] ; NRP. F163160151 1
_______________________________________________________________________________________
Abstrak __Mekanisasi pertanian pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi lahan dan tenaga kerja, menghemat energi dan sumber daya, meningkatkan efektivitas, produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Namun tidak semua teknologi dapat diadopsi dan diterapkan begitu saja karena pertanian di negara sumber teknologi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan negara Indonesia, bahkan kondisi lahan pertanian pada setiap daerah juga berbeda-beda. Teknologi tersebut harus dipelajari, dimodifikasi, dikembangkan, dan selanjutnya diterapkan ke dalam sistem pertanian Indonesia. Tujuan pada penelitian ini adalah menganalisis peran pemerintah pada pengembangan strategi mekanisai pertanian menggunakan pendekatan SWOT di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa untuk menerapkan mekanisasi pertanian di Indonesia adalah dengan menggunakan strategi aggressive. Strategi tersebut merupakan memanfaatkan kekuatan untuk memperoleh peluang secara maksimal. Selanjutnya, strategi untuk memperoleh peluang tersebut adalah melalui kredit bantuan dari pemerintah untuk pembelian kebutuhan peralatan petani, perbaikan infrastruktur, penyewaan dan perawatan alat mesin pertanian, serta penelitian untuk pengembangan teknologi baru oleh organisasi peneliti bidang pertanian Kata kunci: Analasis SWOT, Mekanisasi Pertanian, Pemerintah _______________________________________________________________________________________
I. PENDAHULUAN Indonesia masih mempunyai potensi sumber daya lahan untuk pertanian yang cukup luas, yaitu sekitar 100,8 juta hektar, yang terdiri dari 24,5 juta hektar untuk lahan basah (sawah) dan 76,3 juta hektar untuk lahan kering (BPS, 2015). Pada pengembangan lahan dalam jangka pendek di Indonesia masih tersisa 1,08 juta hektar lahan tidur (lahan alang- alang) yang tersebar di 13 provinsi. Agar pemanfaatan potensi lahan yang tersedia tersebut dapat optimal, perlu didukung oleh teknologi mekanisasi pertanian yang baik. Implementasi mekanisasi pertanian di Indonesia selama ini relatif lamban dan seringkali mendapat tentangan dari masyarakat. Hal tersebut dikarenakan kepemilikan lahan yang relatif kecil, rendahnya insentif harga produk pertanian olahan, dan melimpahnya tenaga kerja di sektor pertanian. Mekanisasi pertanian pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi lahan dan tenaga kerja, meningkatkan luas lahan yang dapat ditanami, menghemat energi dan sumber daya (benih, pupuk, dan air), meningkatkan efektivitas, produktivitas dan kualitas hasil pertanian, mengurangi beban kerja petani, menjaga kelestarian lingkungan dan produksi pertanian yang berkelanjutan, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Mekanisasi pertanian dapat meningkatkan produktivitas pertanian melalui pengolahan lahan yang lebih baik, mengurangi kehilangan hasil serta meningkatkan ketepatan waktu dalam aktivitas pertanian. Selama musim tanam dan musim panen, permintaan tenaga kerja sangat besar. Dengan menggunakan alat dan mesin pertanian pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dan tenaga kerja manusia dapat dialokasikan untuk pekerjaan lain.
2
Namun tidak semua teknologi dapat diadopsi dan diterapkan begitu saja karena pertanian di negara sumber teknologi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan negara Indonesia, bahkan kondisi lahan pertanian pada setiap daerah juga berbeda-beda. Teknologi tersebut harus dipelajari, dimodifikasi, dikembangkan, dan selanjutnya diterapkan ke dalam sistem pertanian Indonesia. Dalam hal ini peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan sangatlah penting, baik dalam inovasi alat dan mesin pertanian yang memenuhi kebutuhan petani maupun dalam pemberdayaan masyarakat. Peran pemerintah ini juga dibutuhkan untuk menilai respon sosial, ekonomi masyarakat terhadap inovasi teknologi, dan melakukan penyesuaian dalam pengambilan kebijakan mekanisasi pertanian. Oleh karena itu dibutuhkan metode analisis untuk mengambil sebuah kebijkanan. Pada penelitian ini mengunakan metode SWOT, metode tersebut merupakan analisis perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Luaran yang diharapkan adalah dapat memberikan informasi mengenai strategi atau langkah awal untuk membuat kebijakan dan mengambil keputusan. Tujuan pada penelitian ini adalah menganalisis peran pemerintah pada pengembangan strategi mekanisai pertanian menggunakan pendekatan SWOT di Indonesia.
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berkaitan dengan aspek-aspek yang mempengaruhi analisis SWOT pada program mekanisasi pertanian di Indonesia. Selanjutnya, data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber seperti laporan, dokumen, dan hasil penelitian dari berbagai instansi/dinas/badan yang berhubungan dengan penelitian ini. 2.2 Kerangka Pemikiran Kebijakan pengembangan mekanisasi pertanian harus mampu menumbuhkan (a) peningkatan produktivitas pada sumber daya lahan dan tenaga kerja, (b) peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya, (c) peningkatan mutu produk dengan nilai tambah tinggi, sehingga produk pertanian memiliki daya saing, (d) mampuh mendorong bertumbuh kembangnya industri alat dan mesin pertanian dalam negeri secara efisien dengan kualitas yang diunggulkan, dan (e) mendorong kemitraan antara industri besar dan industri kecil pengerajin alsintan.
. .
Kebijakan Pemerintah (Government Policy) Sumber Daya Manusia
.
Isu Sosial
.
Pengetahuan dan Pendidikan
MEKANISASI PERTANIAN
Pendanaan
.
Teknologi
Gambar 1 Faktor-faktor pengembangan mekanisasi pertanian
3
Peran pemerintah dalam hal kebijakan sangat berpengaruh untuk mencapai pengembangan mekanisasi pertanian. Oleh karena itu, beberapa faktor yang diperlukan untuk mencapai pengembangan mekanisasi pertanian adalah faktor sumber daya manusia, isu sosial, pendanaan, pengetahuan dan pendidikan, dan teknologi (Gambar 1). Adapun sub-faktor yang diperlukan untuk menganalisis SWOT adalah sebagai berikut: a. Pendanaan (Funding) - Tersedianya bantuan pemerintah - Asuransi pertanian - Industri alsintan kebanyakan merupakan penanaman modal asing - Pemodalan pertanian untuk pembelian peralatan usaha tani - Pekerjaan di sektor lain menjanjikan upah yang lebih besar jika dibandingkan dengan usaha tani kecil b. Kebijakan Pemerintah (Government Policy) - Korupsi - Permasalahan politik - Hubungan antara peneliti dan penyuluh pertanian - Kebijakan pemerintah - Ketidakstabilan politik - Kurangnya komunikasi antara pemerintah dan peneliti c. Sumber Daya Manusia (Human Resource) - Organisasi peneliti bidang pertanian - Petani pekerja keras - Sumber daya manusia - Kearifan masyarakat tradisional - Kekurangan penyuluh pertanian - Jumlah populasi - Tingginya biaya tenaga kerja untuk usaha tani d. Pengetahuan dan Pendidikan (Knowledge and Education) - Teknologi yang sesuai - Pertumbuhan pengetahuan petani - Petani miskin - Kekurangnya motivasi program e. Teknologi - Jumlah mesin pertanian terpenuhi - Kualitas mesin pertanian yang baik - Mesin tradisional - Adaptasi teknologi - Penggunaan mekanisasi pertanian modern - Pengembangan teknologi baru - Infrastruktur belum tertata - Bengkel perawatan peralatan pertanian f. Isu Sosial (Social Issues) - Kondisi lingkungan pekerjaan pertanian yang baik - Alih fungsi lahan Selanjutnya, data tersebut diklasifikasikan ke dalam kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Pada analisis SWOT terdapat empat bagian yang saling mongkombinasikan antara kedua kelompok (Gambar 2). Pilar tersebut adalah: Aggressiv, memanfaatkan
4
kekuatan untuk merebut peluang, 2. Conservative, memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan. 3. Devensife, mengurangi kelemahan dan mencegah ancaman. 4. Diversive, mengerahkan kekuatan untuk mencegah ancaman.
Gambar 2 Grafik SWOT 2.3 Pengkuran Analisis SWOT Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik dengan menggunalan perangkat lunak Microsoft excel, yakni salah satu software untuk melakukan simulasi hasil SWOT berdasarkan masukan data aspek yang mempengaruhi pengembangan strategi mekanisasi di Indonesia. Selanjutnya, pada proses input data dilakukan pembobotan (scoring) bedasarkan nilai rating sebagai berikut: - Sangat berpengaruh :4 - Berpengaruh :3 - Kurang berpengaruh :2 - Tidak berpengaruh :1 Berikut dibawah ini adalah persamaan matematis yang digunakan untuk melakukan simulasi SWOT. Untuk menghitung nilai scoring pada digunakan persamaan 3. 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 (%) = Bobot (%) = 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑖𝑛𝑔 Dimana:
xn y𝑖 b𝑖 b r
∑ni=1(yi ) . 100 xn (∑n i=1 bi ) . xn 100
= b.r
(1) (2) (3)
: nilai share ke-n : jumlah total skala : jumlah total bobot : bobot : nilai
Selanjutnya, setiap sub-faktor diklasifikasikan ke dalam bagian SWOT dan dilakukan scoring (Tabel 1). Pemberian skor tergantung kondisi mekanisasi pertanian di Indonesia.
5
Tabel 1. Klasifikasi sub-faktor -
-
Strenght (S) Tersedianya bantuan pemerintah (4) Hubungan antara peneliti dan penyuluh pertanian (4) Kebijakan pemerintah (2) Organisasi peneliti bidang pertanian (4) Petani pekerja keras (2) Sumber daya manusia (3) Jumlah populasi (2) Teknologi yang sesuai (3) Pertumbuhan pengetahuan petani (2) Jumlah mesin pertanian terpenuhi (3) Kualitas mesin pertanian yang baik (3) Kondisi lingkungan pekerjaan yang baik (2) Penggunaan mekanisasi pertanian modern (3) Adaptasi teknologi (3) Opportunity (O) Asuransi pertanian (4) Pengembangan teknologi baru (4) Pemodalan pertanian untuk pembelian peralatan usaha tani (3) Bengkel perawatan peralatan pertanian (3) Penyediaan jasa penyewaan mesin (4)
-
Weakness (W) Kearifan masyarakat tradisional (2) Kurangnya motivasi program (1) Mesin tradisional (4) Kurangnya komunikasi antara pemerintah dan peneliti (2) Ketertarikan bekerja di sektor pertanian menurun (3) Petani miskin (2) Tingginya biaya tenaga kerja untuk usaha tani (3) Industri alsintan kebanyakan merupakan penanaman modal asing (1) Infrastruktur belum tertata (3)
Threat (T) -
-
Korupsi (2) Kekurangan penyuluh pertanian (3) Ketidakstabilan politik (3) Pekerjaan di sektor lain menjanjikan upah yang lebih besar jika dibandingkan dengan usaha tani kecil (3) Alih funsi lahan (3)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa untuk menerapkan mekanisasi pertanian di Indonesia adalah dengan menggunakan strategi aggressive. Strategi tersebut adalah dengan memanfaatkan kekuatan untuk memperoleh peluang secara maksimal. 3.1 Strategi Mekanisasi Pertanian di Indonesia: Aggressive (SO) Program pengembangan mekanisasi pertanian perlu dilaksanakan dalam satu sistem yang terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Program ini melibatkan berbagai pihak yang terkait dengan pembangunan pertanian, dan bukan merupakan program dari Departemen Pertanian atau sektor pertanian, tetapi merupakan program nasional yang melibatkan semua sektor (pertanian, industri, perdagangan, infrastruktur dan keuangan), pendidikan, dan pemerintahan daerah. Oleh karena itu, perlu ditempuh strategi dengan tujuan yaitu membangun industri pertanian di pedesaan dengan basis mekanisasi pertanian pada sentra produksi. Pada tahap pertama akan dicapai dengan peningkatan produksi dan produktivitas melalui intensifikasi dan perluasan areal pertanian, dan pada tahap selanjutnya adalah peningkatan nilai tambah dengan membangun industri pertanian (agroindustri) bagi tumbuhnya diversifikasi pengolahan hasil pertanian. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa fokus strategi mekanisasi pertanian di Indonesia adalah memanfaatkan kekuatan untuk memperoleh peluang, hal
6
tersebut ditunjukkan dengan garis bewarna ungu pada Gambar 4 yang terletak di daerah agressive. Oleh karena itu, beberapa strategi untuk memperoleh peluang adalah sebagai berikut:
conservative
INTERNAL Kekuatan (S)
agressive
O 2.0
1.0
W
defensive
S
0.0
T
diversive
EKSTERNAL Peluang (O)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Tersedianya bantuan pemerintah Hubungan antara peneliti dan penyuluh pertanian Kebijakan pemerintah Organisasi peneliti bidang pertanian Petani pekerja keras Sumber daya manusia Jumlah populasi Teknologi yang sesuai Pertumbuhan pengetahuan petani Jumlah mesin pertanian terpenuhi Kualitas mesin pertanian yang baik Kondisi lingkungan pekerjaan yang baik Penggunaan mekanisasi pertanian modern Adaptasi teknologi
Strategi Mekanisasi Pertanian; Aggressive (SO)
1. Asuransi pertanian 2. Pengembangan teknologi baru 3. Pemodalan pertanian untuk pembelian peralatan usaha tani 4. Bengkel perawatan peralatan pertanian 5. Penyediaan jasa penyewaan mesin
1. Kredit bantuan dari pemerintah untuk pembelian kebutuhan peralatan petani 2. Penyediaan modal untuk memberikan asuransi 3. Melakukan penelitian untuk pengembangan teknologi baru oleh organisasi peneliti bidang pertanian seperti LIPI dan BPP Mektan 4. Perbaikan infrastruktur 5. Pengambilan kebijakan oleh pemerintah untuk menyediakan jasa penyewaan mesin serta bengkel perawatan
Gambar 4 Diagram Matriks SWOT a. Kredit untuk pembelian peralatan pertanian Selama ini, sulitnya untuk memperoleh kredit selalu menjadi kendala bagi petani dalam usaha pengembangan usaha tani. Untuk mengatasi kendala ini, pemerintah perlu mempersiapkan upaya pembentukan bank pertanian. Bank pertanian hendaknya terletak di daerah-daerah sentra produksi pertanian, terutama di pedesaan dan kota-kota kecil yang mudah dijangkau petani. Melalui bank pertanian diharapkan dapat memberi kemudahan bagi petani dalam memperoleh kredit, baik itu sebagai modal usaha maupun untuk pembiayaan aktivitas pertanian. Kredit yang diberikan tidak perlu dibatasi pada jenis alsintan tertentu, karena akan mempengaruhi pilihan petani
7
terhadap alsintan yang akan digunakan. Petani harus diberikan kebebasan dalam memilih alsintan apa yang diinginkan dan yang sesuai dengan kebutuhannya. b. Asuransi pertanian Sebagian besar usaha di bidang pertanian merupakan usaha pertanian berskala kecil yang tidak mampu melakukan perlindungan usahanya secara mandiri terhadap bencana alam, serangan organisme pengganggu tumbuhan, wabah penyakit hewan menular, dan dampak perubahan iklim. Oleh karena itu dengan menerapkan mekanisasi pertanian diharapkan dapat menurunkan tingkat kegagalan yang diakibatkan oleh serangan organisme, bencana alam, serangan hewan, dan lain sebagainya. Dengan menurunnya resiko kegagalan maka penerapan asuransi pertanian dapat dijalankan. c. Manajemen mekanisasi pertanian Proses pembentukan manajemen pertanian pada kelompok tani sangatlah penting untuk dilakukan (Kasijadi et al. 2003). Manajemen mekanisasi pertanian dalam hal ini adalah mencakup mengenai proses penjadwalan kerja dan penjadwalan pemeliharaan alat mesin pertanian (alsintan). Hal tersebut dilakukan agar alsintan dapat diterapkan secara keberlanjutan pada periode berikutnya. d. Pengembangan inovasi teknologi mekanisasi pertanian Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh pihak swasta saja tidak cukup. Pemerintah harus meningkatkan riset dan pengembangan yang dilakukan melalui lembaga pemerintah yang ada seperti BBP Mektan dan LIPI serta membina kerjasama antara lembaga riset pemerintah, swasta, universitas dan asing. Dengan demikian inovasi teknologi dapat lebih ditingkatkan dan menguntungkan semua pihak. Dalam penelitian dan pengembangan yang dilakukan, perlu juga diciptakan penghubung antara peneliti dengan petani. Penghubung ini selain bertugas untuk mendemonstrasikan teknologi baru kepada petani dan meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya teknologi, juga berfungsi sebagai sarana bagi petani untuk menyampaikan mengenai jenis alsintan apa yang dibutuhkan dan tingkat mekanisasi seperti apa yang diharapkan. Jadi melalui penghubung ini dapat tercipta feedback bagi penelitian selanjutnya. e. Perbaikan infrastruktur pertanian Syarat pokok dan syarat pelancar pembangunan pertanian tidak dapat berjalan lancar tanpa didukung oleh syarat transportasi yang memadai (Siregar dan Hasanah 2011). Ekonomi pada hakikatnya terhubung dengan produksi, distribusi, dan konsumen. Dengan demikian ketersediaan infrastruktur jalan yang memadai sangat diperlukan untuk terwujudnya mekanisasi pertanian. Infrastruktur yang kurang baik dapat menjadi faktor penghambat proses produksi, penerapan mekanisasi pertanian, dan distribusi pertanian khususnya dari segi efisiensi biaya (Tarigian dan Syumanjaya 2013). Selanjutnya, infrastruktur yang baik diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk dan mempercepat gerak ekonomi. f. Penyewaan dan bengkel perawatan mesin pertanian Dengan penyediaan jasa penyewaan mesin, petani kecil yang tidak sanggup membeli alsintan dapat tertolong. Mereka dapat menggunakan mesin dan mendapatkan manfaat dari mesin tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk membelinya. Selain itu, petani yang berfungsi sebagai kontraktor dapat mendapatkan manfaat ganda. Mereka dapat memperoleh keuntungan dari pemanfaatan mesin maupun dari penyewaan mesin. Usaha jasa penyewaan alsintan oleh kelompok tani dan KUD kurang menguntungkan karena rendahnya profesionalisme dan pengelolaan yang kurang baik. Karena itu, kemampuan manajemen kelompok tani atau KUD perlu ditingkatkan agar mampu mendapatkan keuntungan dari usaha sewa jasa yang dilakukan. Untuk mendukung perkembangan lembaga-lembaga tersebut di atas, maka peran pemerintah sangatlah penting. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah baik itu di bidang mekanisasi pertanian, pertanian secara umum, perdagangan, perindustrian, keuangan,
8
keagrariaan, maupun ketenagakerjaan dan pendidikan diharapkan dapat diselaraskan dalam mendukung perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia. IV. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa untuk menerapkan mekanisasi pertanian di Indonesia adalah dengan menggunakan strategi aggressive. Strategi tersebut adalah dengan memanfaatkan kekuatan untuk memperoleh peluang secara maksimal. Langkah strategi untuk memperoleh peluan tersebut adalah : -
Kredit bantuan dari pemerintah untuk pembelian kebutuhan peralatan petani. Penyediaan modal untuk memberikan asuransi. Melakukan penelitian untuk pengembangan teknologi baru oleh organisasi peneliti bidang pertanian seperti LIPI dan BPP Mektan. Perbaikan infrastruktur. Pengambilan kebijakan oleh pemerintah untuk menyediakan jasa penyewaan mesin serta bengkel perawatan.
V. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2015. Lahan Pertanian. http://.bps.go.id/. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2016 Pukul 14.40 Kasijadi, F., Suryadi., Suwono. 2003. Pemberdayaan petani lahan sawah melalui pengembangan kelompok tani dalam perspektif corporate farming di jawa timur. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 6. No. 2 : 117-130. Siregar, H., Hasanah, H. 2011. Infrastruktur sebagai pilar pembangunan pertanian yang efisien. Agrimedia. Vol. 16 (2) Tarigian, S.D., Syumanjaya, R. 2013. Analisis pengaruh kualitas infrastruktr jalan terhadap harga-harga hasil pertanian di kecamatam Dolok Silau. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 1 (6) hal. 70-83
9
Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis SWOT SWOT
ANALISIS LINGKUNGAN
Skala
Share
Bobot
Rating
Skor
Tersedianya bantuan pemerintah
4
7.14
0.04
4
0.14
Hubungan antara peneliti dan penyuluh pertanian
4
7.14
0.04
4
0.14
Organisasi peneliti bidang pertanian
4
7.14
0.04
4
0.14
Petani pekerja keras
4
7.14
0.04
2
0.07
Sumber daya manusia
4
7.14
0.04
3
0.11
Jumlah populasi
4
7.14
0.04
2
0.07
Kebijakan pemerintah
4
7.14
0.04
2
0.07
Teknologi yang sesuai
4
7.14
0.04
3
0.11
Pertumbuhan pengetahuan petani
4
7.14
0.04
2
0.07
Jumlah mesin pertanian terpenuhi
4
7.14
0.04
3
0.11
Kualitas mesin pertanian yang baik
4
7.14
0.04
3
0.11
Kondisi lingkungan pekerjaan yang baik
4
7.14
0.04
2
0.07
Penggunaan mekanisasi pertanian modern
4
7.14
0.04
3
0.11
INTERNAL
Kekuatan (S)
Adaptasi teknologi
Kelemahan (W)
4
7.14
0.04
3
0.11
56
100.00
0.50
40
1.43
Kearifan masyarakat tradisional
4
11.11
0.06
2
0.11
Kurangnya motivasi program
4
11.11
0.06
1
0.06
Kurangnya komunikasi antara pemerintah dan peneliti Ketertarikan bekerja di sektor pertanian menurun
4
11.11
0.06
2
0.11
4
11.11
0.06
3
0.17
Petani miskin
4
11.11
0.06
2
0.11
Tingginya biaya tenaga kerja untuk usaha tani
4
11.11
0.06
3
0.17
Industri alsintan kebanyakan merupakan penanaman modal asing.
4
11.11
0.06
1
0.06
Infrastruktur belum tertata
4
11.11
0.06
3
0.17
Mesin tradisional
4
11.11
0.06
4
0.22
36
100.00
0.50
21
1.17
Asuransi pertanian
4
20.00
0.10
4
0.40
Pengembangan teknologi baru
4
20.00
0.10
4
0.40
Pemodalan pertanian untuk pembelian peralatan usaha tani
4
20.00
0.10
3
0.30
Bengkel perawatan peralatan pertanian
4
20.00
0.10
3
0.30
Penyediaan jasa penyewaan mesin
4
20.00
0.10
4
0.40
EKSTERNAL
Peluang (O)
Ancaman (T)
20
100.00
0.50
18
1.80
Korupsi
4
20.00
0.10
2
0.20
Kekurangan penyuluh pertanian
4
20.00
0.10
3
0.30
Pekerjaan di sektor lain menjanjikan upah yang lebih besar
4
20.00
0.10
3
0.30
Ketidakstabilan politik
4
20.00
0.10
3
0.30
4
20.00
0.10
3
0.30
20
100.00
0.50
14
1.40
Alih fungsi lahan