PERAN LPP TVRI JAWA TENGAH DALAM MENYIARKAN AGAMA ISLAM
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Oleh Ahmad Fuad Rosyadi 051211010
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum / tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, 23 Desember 2011
Ahmad Fuad Rosyadi NIM: 051211010
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah yang diberikan kepada setiap makhluk-Nya. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, inspirator umat yang tiada pernah kering untuk digali ilmunya. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi dengan judul “Peran LPP TVRI Jawa Tengah Dalam Menyiarkan Agama Islam” tidak terlepas dari bantuan, semangat, dan dorongan baik material maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Dr. Muhammad Sulthon, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 3. Dra. Hj. Siti Sholihati, M.A. dan M. Chodzirin, M.Kom., selaku pembimbing membimbing
I
dan
dan
pembimbing memberikan
II
arahan
atas
kesabarannya
kepada
penulis
dalam hingga
terselesaikannya skripsi ini. 4. Dra. Hj. Siti Sholihati, M.A. selaku wali studi yang selalu memberi semangat dan bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis selama masa perkuliahan. 5. Para dosen dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang atas arahan, pengetahuan, dan bantuan yang diberikan. 6. Ayah dan Ibu tersayang, motivator sejati, support materiil dan immateriil mereka selama ini membuat perjalanan hidup penulis lebih berarti dan sempurna. 7. Kakak, Adik dan seluruh kerabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi warna dalam hidup penulis. v
8. Sahabat-sahabat 2005 dan teman-teman senasib seperjuangan atas semangat dan canda tawa yang kalian diberikan. 9. Sahabat-sahabat seatap “Big House”, semangat yang tersisip disela gurauan, hingga mampu mebulatkan tekad. 10. Keluarga besar Pondok Pesantren Shirojul Mubtadi’in. 11. Kepala LPP TVRI jawa Tengah dan segenap karyawan yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada mereka semua penulis tidak bisa memberikan balasan apapun hanya untaian ucapan “Jazakumullahu Khoirul Jaza`” terimakasih, dan permohonan maaf, semoga budi baik serta amal shaleh mereka diterima serta mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menantikan kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya peneliti berharap semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk dan kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Amiin.
Semarang, 23 Desember 2011 Penulis,
Ahmad Fuad Rosyadi
vi
PERSEMBAHAN Hamdan LiLLah… Skripsi ini untuk kalian,, Ayah H. M. Sya’roni dan Ibu Hj. Thoyibah inilah do’a-do’a dan restu panjenengan, hingga Allah merestuiku.. Adekku Yopi, Tina, dan Rani , do’a serta semangat yang kalian kibarkan
untuk mencapai kesuksesan, dan semoga ini awal dari sebuah kesuksesan. Segenap keluarga besar Bani Haji As Sadzali (BHAS) yang senantiasa memberi do’a dan kasih sayang dalam menggapai mimpi. Sahabat-sahabatku “MGM Aspul 05” Budy, Aqim, Eko, Awaludin, Suyuti, Huda, ShunHaji, ShilPhie, Fathuri Terima kasih mau bersahabat denganku, serta
do’a
yang
kalian
pohonkan,
kalian
adalah
bagian
dari
kesempurnaanku. Teman senasib seperjuangan Icha, Eko, SuyutHi, kita pasti bisa,, Keluarga besar PMII Rayon Dakwah, tanganku masih terkepal dan akan
tetap maju ke muka,, !!!
vii
MOTTO
Artinya. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Al Insyirah: 6)
viii
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran LPP TVRI Jawa Tengah dalam menyiarkan agama Islam, bagaimana LPP TVRI Jawa Tengah menjalankan perannya dalam menyiarkan agama Islam, bagaimana proses produksi dan penyiaran program-program dakwah di LPP TVRI Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan di LPP TVRI Jawa Tengah yang berlokasi di Jl. Pucang Gading Batursari, Mranggen, Demak. Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggambarkan sejarah LPP TVRI Jawa Tengah dan program-program dakwah serta data-data lain dalam penelitian berdasarkan fakta yang ada. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah LPP TVRI Jawa Tengah sangat memperhatikan misi syi’ar Islam sehingga program-program dakwah yang disiarkannya dapat secara optimal mencapai tujuan sehingga audiens khususnya yang beragama Islam mampu memahami Islam sebagai agama yang dapat membentuk akhlaq yang lebih baik. Program-program dakwah yang disiarkan LPP TVRI Jawa Tengah adalah: Rumah ku Surga ku. peran LPP TVRI Jawa Tengah dalam menyiarkan agama Islam, maka penulis dapat merumuskan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut : 1. Peran LPP TVRI Jawa Tengah dalam menyiarkan agama Islam yaitu sebagai media dakwah. Dalam menjalankan perannya, LPP TVRI Jawa Tengah sangat memperhatikan misi syiar Islam sehingga program-program siaran agama Islam yang disiarkannya dapat secara optimal mencapai tujuan hingga audiens khususnya yang beragama Islam mampu memahami Islam sebagai agama yang dapat membentuk akhlaq yang lebih baik. Disamping itu penyiaran program-program dakwah dapat memberikan alternatif lain yang mampu menghilangkan rasa jenuh masyarakat akibat membanjirnya program- program hiburan yang cenderung kontradiktif terhadap misi dakwah. 2. Dalam menjalankan perannya sebagai media penyiaran agama Islam LPP TVRI Jawa Tengah telah: a. Merancang, memproduksi serta menyiarkan program-program siaran agama Islam dalam berbagai format (berita, reportase, talkshow, musik dan sinetron) baik secara langsung (live) maupun tunda (delayed). b. Melakukan diversifikasi dalam format dengan mengkombinasikan aneka format, jenis pesan dakwah dengan memadukan antara kebutuhan dan keinginan audiens, komunikator dengan menampilkan da’i-da’i yang populer dimasyarakat, dan target audiens dengan menghadirkan kelompok-kelompok audiens yang berbeda dan mencakup berbagai lapisan masyarakat baik dalam usia, pendidikan maupun profesi.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ...................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................
iv
KATA PENGANTAR .........................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................................
vii
HALAMAN MOTTO .........................................................................................
viii
ABSTRAKSI.......................................................................................................
ix
DAFTAR ISI........... ............................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1.Latar Belakang .........................................................................
1
1.2.Rumusan Masalah ....................................................................
8
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
8
1.4.Tinjauan Pustaka ......................................................................
8
1.5.Metode Penelitian ....................................................................
11
1.5.1. Jenis dan Metode Penelitian ............................................
11
1.5.2. Definisi Konseptual ........................................................
12
1.5.3. Sumber dan Jenis Data ...................................................
15
1.5.4. Teknik Pengumpulan Data ..............................................
16
1.5.5. Teknik Analisis Data ......................................................
17
1.6.Sistematika Penulisan ...............................................................
18
BAB II
KAJIAN
TENTANG
TELEVISI
SEBAGAI
MEDIA
PENYIARAN AGAMA ISLAM .................................................... 2.1.Kajian Tentang Peran ................................................................
19
2.1.1. Pengertian Peran..............................................................
19
2.1.2. Pengertian Peranan Sosial ...............................................
21
x
2.1.3. Perangkat Peran...............................................................
22
2.1.4. Perilaku Peran .................................................................
23
2.2.Kajian Tentang Televisi dan Media Penyiaran Agama Islam .....
29
2.2.1. Kajian Televisi ...............................................................
29
2.2.1.1. Karakteristik Televisi ................................................
30
2.2.1.2. Fungsi televisi ...........................................................
33
2.2.1.3. Sejarah Televisi .........................................................
35
2.2.2. Kajian Media Penyiaran Agama Islam ............................
38
2.3.Kajian Tentang Televisi Sebagai Media Massa .........................
41
2.3.1. Keunggulan dan Kelemahan Televisi Sebagai media
BAB III
Massa ..............................................................................
42
2.3.2. Fungsi Televisi Sebagai Media Massa .............................
44
2.4.Kajian Tentang Televisi Sebagai Bagian Komunikasi Massa .....
47
2.5.Televisi Sebagai media Penyiaran Agama Islam ........................
50
GAMBARAN UMUM LPP TVRI JAWA TENGAH ...................... 3.1. Sejarah Berdirinya LPP TVRI Jawa Tengah ............................
56
3.1.1. Perkembangan Status TVRI ............................................
59
3.1.2. Sejarah LPP TVRI Jawa Tengah .....................................
62
3.1.3. Arti Logo LPP TVRI Jawa Tengah .................................
65
3.1.4. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Tugas LPP TVRI Jawa Tengah ...........................................................................
67
3.2. Pola Siaran LPP TVRI Jawa Tengah .......................................
69
3.3. Ruang Lingkup Siaran LPP TVRI Jawa Tengah ................. …..
70
3.4. Deskripsi Program Siaran Agama Islam Rumahku Surgaku LPP TVRI Jawa Tengah ...................................................... …..
xi
77
BAB IV
ANALISIS PERAN LPP TVRI JAWA TENGAH DALAM MENYIARKAN AGAMA ISLAM ................................................. 4.1. LPP TVRI Jawa Tengah Sebagai Media Penyiaran Agama Islam ......................................................................................
80
4.2. Fungsi Media Penyiaran Agama Islam LPP TVRI Jawa Tengah ...................................................................................
82
4.3. Implementasi Fungsi Media Penyiaran Agama Islam LPP TVRI Jawa Tengah ................................................................
BAB V
86
PENUTUP ..................................................................................... 5.1.Kesimpulan ..............................................................................
91
5.2.Saran ........................................................................................
92
5.3.Penutup .....................................................................................
93
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media elektronik yang dapat digunakan sebagai media informasi bagi manusia. Saat ini, televisi sudah masuk ke seluruh pelosok Indonesia. Hal ini merupakan satu indikasi bahwa masyarakat Indonesia mulai mengikuti kemajuan teknologi. Seiring dengan kemajuan tersebut, telah terjadi pergeseran nilai-nilai moral dan etika masyarakat. Fenomena ini sudah dapat kita rasakan saat ini. Televisi tidak hanya menyajikan informasi-informasi aktual, tetapi di lain pihak televisi juga menyajikan berbagai tayangan yang meruntuhkan moral Bangsa. Tidak sedikit tayangan televisi yang mengajarkan kepada anakanak yang notabenenya sebagai generasi penerus tentang perilaku-perilaku yang asusila. Sebagai contoh, tayangan kartun yang salah satu tokoh kecilnya membentak ibunya, kemudian sinetron-sinetron yang di dalamnya memamerkan tubuh-tubuh seksi dan sensual, dan berbagai tayangan kekerasan, serta masih banyak lagi tayangan-tayangan televisi yang dapat mempengaruhi mental dan spiritual anak yang cenderung melanggar atau bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam (Wawan Kuswandi, 1996: 29). Perihal lain yang perlu diperhatikan adalah jam tayang acara yang dianggap menarik kebanyakan audiens ditayangkan pada waktu-waktu shalat, misalnya untuk film anak-anak ditayangkan pada waktu ashar, dan
1
2
untuk remaja serta dewasa ditayangkan pada waktu maghrib dan isya’. Tayangan-tayangan tersebut memang sangat menarik sehingga membuat pemirsa lebih memilih menonton dari pada pergi ke masjid untuk shalat. Sebagian masyarakat Indonesia terlena dibuatnya tanpa menyadari bahwa dirinya telah mengabaikan panggilan shalat, sehingga timbul sifat malas. Dampak buruk ini sudah kian dirasakan tanpa merasa berdosa hingga ibadah shalat terabaikan. Jika kita lihat di kehidupan sehari-hari, pengaruh tayangan-tayangan televisi sudah merebak sampai ke pelosok-pelosok pedesaan. Sangat sulit berkelit dari bahan-bahan beracun yang dikandung acara-acara televisi. Hal ini karena acara di stasiun yang satu tak jauh berbeda dengan stasiun lain. Mistik, erotisme, dan gosip sedang melejit di mana-mana. Dengan berbagai acara itu, pemirsa seperti dicekoki mentahmentah tanpa punya saluran untuk menawarnya (Kun Sri Budiasih, 2005: 70). Untuk itu, semua pihak terutama pengelola pertelevisian hendaknya saling membantu dalam membangun akhlaq bangsa ini ke arah yang lebih baik, jangan sampai keterpurukan ini terus berlangsung tanpa ada yang menghentikannya. Televisi bukan hanya dapat didengar melainkan juga dilihat. Sebagai media audio visual, televisi memiliki daya tarik yang kuat untuk menyampaikan isi pesan kepada penonton. Karena itu televisi sangat efektif dalam menyampaikan pesan. Kehadiran media televisi sebagai media komunikasi bisa membawa dampak positif maupun negatif, tergantung pada bagaimana memanfaatkan media tersebut (Samsul Munir Amin, 2009: 272).
3
Banyak jargon iklan yang bahasanya menjadi trend bahasa sehari-hari, menunjukkan bagaimana efektifnya hal yang disuguhkan televisi. Berbagai penelitian telah membuktikan betapapun efektifnya media audio visual untuk
menyampaikan
pesan
hingga
teori-teori
efek
komunikasi
bermunculan. Mulai dari Defferences Theory Bullet yang dikenal juga dengan
Hypodemic
Needle
(jarum)
theory,
kemudian
Uses
and
Gratifications Theory hingga Mass Communication. Pada awalnya masyarakat mengkonsumsi media baik itu cetak maupun
elektronik
hanya
untuk
mendapatkan
informasi.
Dalam
perkembangannya, media bukan saja menyuguhkan informasi atau berita aktual saja melainkan juga hiburan. Ada banyak macam program hiburan seperti drama, tari-tarian, musik show, sinetron dan masih banyak lagi yang dikemas dengan sangat menarik sehingga penonton tidak merasa jenuh ketika menikmati acara tersebut. Televisi merupakan salah satu media massa yang sangat berperan dalam masyarakat. Adapun fungsi media massa dibagi menjadi dua bagian yaitu fungsi media massa terhadap individu dan fungsi media massa terhadap masyarakat. Fungsi media massa terhadap individu antara lain, pengawasan atau pencarian informasi, mengembangkan konsep diri, fasilitasi dalam hubungan sosial, substitusi dalam hubungan sosial, membantu melegakan emosi, sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan, bagian dari kehidupan rutin dan ritualisasi. Sedangkan fungsi media massa terhadap masyarakat antara lain, pengawasan lingkungan,
4
korelasi
antar
bagian
di
dalam
masyarakat
untuk
menanggapi
lingkungannya, sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai, dan hiburan. Dengan munculnya televisi swasta yang sebagian besar dari mereka memprioritaskan program informasi dan pendidikan, berarti persaingan siaran
televisi
akan
semakin
ketat
hingga
mengarah
kompetisi
persaingannya. Persaingan paket acara televisi di Indonesia serta beberapa stasiun televisi asing yang hanya bisa ditangkap oleh parabola semakin tinggi. Adapun beberapa paket yang akan bersaing merebut perhatian pemirsa, diantaranya adalah paket musik, film dan sinetron (Wawan Kuswandi, 1996: 125). Program-program yang semakin berani dalam eksposisi keindahan aurat. Ketatnya kompetisi ini memicu proses-proses produksi yang kreatif dalam eksplorasi dan eksposisi aurat. Apalagi televisitelevisi swasta tersebut menuntut paket-paket acara yang ber rating tinggi dalam menjalin hubungan kerjasama dengan rumah-rumah produksi. Karenanya, persaingan yang terjadi bukan hanya menyangkut hasil akhir sebuah produksi, melainkan juga menyangkut teknik produksi dan manajemen produksi yang baik. Jadi bagaimanapun kompleksnya proses produksi baik secara teknis maupun non teknis, yang penting semua program, baik itu yang berformat pendidikan, berita ataupun hiburan, harus bernilai seni dan bisa mempengaruhi imajinasi penonton dalam membentuk pikiran tertentu serta dalam pembentukan sikap, kepribadian dan perilaku hingga terjadi perubahan sosial.
5
Televisi Republik Indonesia atau TVRI merupakan stasiun televisi milik Negara, yang bersifat publik. Artinya, pengelola penyiaran televisi itu bukan bertanggung jawab kepada Pemerintah melainkan kepada publik. Kegiatan produksi dan siaran TVRI dalam upaya meningkatkan mutu siaran mulai tampak setelah munculnya stasiun televisi swasta yang menjadikan situs simbolis persaingan yang sehat dalam melayani masyarakat di bidang hiburan, informasi dan pendidikan secara masal. Setiap isi siaran TVRI harus memenuhi kepentingan publik, bukan kepentingan Pemerintah atau Penguasa. Sebelum lahirnya Undang-undang Penyiaran tahun 2002, TVRI menjadi corong pemerintah penguasa. Tapi sejak lahirnya Undang-undang Penyiaran no 32 tahun 2002, TVRI berubah menjadi televisi publik. TVRI stasiun Semarang pun demikian. Jika sebelum lahirnya Undang-undang Penyiaran no 32 tahun 2002 lebih banyak menyiarkan kepentingan Pemerintah pusat dan daerah, maka kini mereka harus menyiarkan segala macam kepentingan publik. Siaran mereka menjangkau seluruh wilayah Jawa Tengah sehingga kepentingan publik di seluruh wilayah tersebut harus terpenuhi. TVRI Semarang lahir 29 Mei 1996, pada masa orde baru. TVRI ini merupakan stasiun daerah di pulau Jawa yang muncul paling akhir dibanding TVRI Jakarta, Bandung, Surabaya, atau TVRI Yogyakarta. TVRI semarang
telah
berhasil
memproduksi
acara-acara
andalan
guna
menjalankan perannya sebagai media massa yang antara lain mencakup
6
fungsi pendidikan, hiburan, informasi, dan dakwah. Keberhasilan dalam penayangan program-program andalan ini ditujukan untuk mengantisipasi lajunya perkembangan pertelevisian di Indonesia yang ditandai dengan bermunculannya stasiun-stasiun televisi swasta baik di daerah-daerah maupun di pusat (Jakarta), karena itu TVRI Semarang berusaha meningkatkan perannya guna memperkuat eksistensinya dalam ketatnya persiapan di dunia pertelevisian (wawancara dengan Bpk. Arieanto, BA, pada tanggal 26 Juli 2011 di ruang divisi penyiaran). Untuk itu, TVRI Semarang berusaha berkreasi dalam penayangan program-programnya baik dalam variasi format maupun dalam pengembangan peran media massa terutama dalam menjalankan perannya sebagai media dakwah. TVRI stasiun Semarang diresmikan sebagai stasiun produksi penyiaran oleh presiden Soeharto pada tanggal 29 Mei 1996. Tanggal 29 itulah yang diambil sebagai momentum hari lahirnya TVRI stasiun Jawa Tengah. Dalam perjalanannya, tata organisasi TVRI stasiun Jawa Tengah yang semula bernaung di bawah Direktorat Televisi Departemen Penerangan Republik Indonesia, berubah menjadi Perusahaan Jawatan (perjan) yang secara administratif berada di bawah naungan Departemen Keuangan dan secara operasional di bawah Kementrian BUMN sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2000 Tanggal 7 Juni 2000. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2002, bentuk Perusahaan Jawatan berubah menjadi PT. TVRI (Persero) sejak Tanggal 17
7
April 2002. Sedangkan dengan surat Keputusan Direksi PT. TVRI (Persero) Nomor: 036/ KPTS/ Direksi/ TVRI/ 2003 tentang penetapan nomenklatur dan klasifikasi TVRI stasiun daerah, TVRI stasiun Jawa Tengah masuk dalam kategori stasiun daerah kelas “A”. Tahun 2002 TVRI secara nasional kembali mengalami masa transisi dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor: 32 tentang Penyiaran. Pelaksanaan
undang-undang
ditindak
lanjuti
dengan
ditetapkannya
Peraturan Pemarintah RI Nomor: 11 Tahun 2005 Tanggal 18 Maret 2005 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor: 13 Tahun 2005 Tentang Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (wawancara dengan Bpk. Arieanto, BA, pada tanggal 26 Juli 2011 di ruang divisi penyiaran). Sejak 2010, status TVRI Semarang yang berubah menjadi stasiun televisi bisa siaran dan memproduksi program sendiri. Selain itu, tentu saja tetap me-relay siaran dari TVRI pusat. Namun dengan berubahnya fungsi tersebut, TVRI Semarang mendapat tantangan yang lebih berat dalam menyiarkan program siaran yang lebih berkualitas. Itulah sebabnya, nama TVRI Semarang pun berubah sebutan menjadi LPP TVRI Jawa Tengah. Tujuannya, agar seluruh masyarakat Jawa Tengah merasa ikut memiliki stasiun ini, dan segenap punggawa TVRI merasa menyatu dengan masyarakat Jawa Tengah.
8
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dikaji adalah: Bagaimana LPP TVRI Jawa Tengah menjalankan perannya dalam menyiarkan agama Islam?
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan mendiskripsikan peran LPP TVRI Jawa Tengah dalam menyiarkan Agama Islam. 1.3.2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan televisi serta bermanfaat bagi peneliti-peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk semua kalangan yang tertarik memperdalam bidang televisi, terutama dalam format menyiarkan program-program yang berorientasi pada Agama Islam.
1.4. Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian tentang penyiaran agama Islam melalui media televisi, dapat peneliti kemukakan sebagai berikut :
9
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Anwar Banani (2003) dengan judul ” Studi Tentang Program Siaran Sentuhan Qolbu Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV)”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui program siaran sentuhan qolbu Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV). Jenis penelitiannya adalah kualitatif, adapun hasil yang dicapai oleh peneliti adalah pertama, format acara sentuhan qolbu berbentuk monologis, dialogis, dan liputan perjalanan. Dari ketiga format acara sentuhan qolbu sebagian besar berbentuk dialogis, hal ini menjadikan format acara sentuhan qolbu cukup baik, sehingga tidak hanya da’i atau narasumber sendiri yang memberikan materinya melainkan mad’u atau pemirsa dapat menyumbangkan materi atau memberikan pertanyaan serta umpan balik pada da’i atau narasumber tersebut. Kedua, Trans TV dalam pengemasan acara sentuhan qolbu mengalami beberapa hambatan namun dengan usaha dan semangat yang tinggi untuk mencapai tujuan dakwah maka hambatan itu dapat diatasi dengan baik berkat adanya faktor pendorong. Bisa dikatakan program tersebut cukup diminati mengingat konsep yang sederhana dan mudah diterima masyarakat secara umum. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nurul Sayidah (2005) dengan judul ”Dakwah Melalui Televisi (Studi Analisis Program Acara ”Indahnya Kebersamaan” di SCTV bulan Juni-Desember 2004)”. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan karakteristik dari program acara ”Indahnya Kebersamaan” dan mengetahui keunggulan serta kekurangannya, dan mencari muatan dakwah dari program tersebut. Metode yang digunakan
10
adalah metode deskriptif. Dengan kesimpulan bentuk dakwah pada program ini yakni monologis, kadang juga menggunakan format talkshow atau dialog, namun tidak menutup kemungkinan dapat menghadirkan bintang tamu. Beberapa keunggulan dari program tersebut diantaranya dapat diakses langsung melalui internet yang jangkauannya hingga lingkup Internasional. Jamaah yang hadir kurang lebih 10.000 jamaah, dan ditiap episode ada yang di baiat oleh A’a Gym, sehingga banyak yang menjadi mu’allaf. Sedangkan kelemahannya adalah kurangnya koordinasi antara pihak SCTV dengan A’a Gym akibat jarak yang cukup jauh antara Jakarta dan Bandung. Ketiga, penelitian yang berjudul ”Studi Pelaksanaan Siaran Mimbar Agama Islam TVRI Stasiun Jakarta tahun 2004. (Tinjauan Materi Dakwah)”. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Muzdalifah ini membahas tentang sistem pelaksanaan siaran mimbar agama Islam itu sendiri, serta materi dari acara siaran mimbar agama Islam dan juga penelitian terhadap kelebihan serta kekurangan dari acara mimbar agama Islam yang ditayangkan oleh TVRI stasiun pusat Jakarta. Dakwah yang disampaikan melalui siaran Mimbar Agama menggunakan metode talk show interaktif (live), dimana dapat menimbulkan feed back antara obyek dakwah (mad’u) dengan subyek dakwah (da’i). Materi dakwah dipersiapkan oleh BAPORA divisi pendidikan Islam dan disampaikan pada pemateri yang ditunjuk dan dianggap menguasai materi. Karena tayangan tersebut bersifat komersil. Dari beberapa kajian penelitian di atas, maka dapat dilihat relevansinya dengan penelitian ini. Sebab pada dasarnya peneliti sama
11
meneliti tentang penyiaran Agama Islam melalui media televisi secara umum. Dalam penelitian ini dilakukan untuk menambah dan memperkaya pengetahuan khususnya di bidang komunikasi sebagai salah satu disiplin ilmu yang dapat digunakan dalam peran televisi khususnya TVRI Jawa Tengah dalam menyiarkan agama Islam.
1.5. Metodologi Penelitian 1.5.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Lexy Moleong, 2004: 3). Atau dengan kata lain penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengkaji data secara mendalam tentang semua kompleksitas yang ada dalam konteks penelitian tanpa menggunakan skema berpikir statistik (Sudarwan Danim, 2002: 153). Adapun spesifikasi penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Isac dan Michael sebagaimana di kutip Jalaludin Rakhmat, mengatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi bidang tertentu secara faktual dan cermat
(Rakhmat,
2005:22). Penelitian deskriptif hanyalah
penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa dan tidak berupaya mencari atau menjelaskan hubungan, tidak pula untuk menguji hipotesis ataupun membuat prediksi. Penelitian deskriptif
12
bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai fakta dan karakteristik tentang populasi atau bidang tertentu. 1.5.2. Definisi Konseptual a. Peran Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status (Horton, 1999: 118). Status atau kedudukan didefinisikan sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Setiap orang mungkin mempunyai sejumlah status dan diharapkan mengisi peran sesuai dengan status tersebut. Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat
hak
dan kewajiban,
sedangkan
peran adalah
pemeranan dari seperangkat kewajiban dan hak-hak tersebut (Horton, 1999: 119). Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran memang benar-benar kekuasaan yang bekerja, secara sadar dan hegemonis, meresap masuk, dalam nilai yang diserap tanpa melihat dengan mata terbuka lagi. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari
13
perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. b. Penyiaran Agama Islam Siaran adalah pemberitahuan kepada khalayak (Masduki, 2004: 593). Siaran menurut Hoetomo M.A adalah memberitahukan kepada umum dengan perantara radio, televise, surat-surat kabar, selebaran, pengumuman, dan sebagainya (Hoetomo, 2005: 474).
Agama adalah bagian kehidupan manusia dan merupakan hubungan ketundukan yang diambil manusia sebagai makhluk bebas dalam kaitannya dengan Dzat Yang Maha Tinggi. Agama bagi makhluk bukan terletak dalam substansinya sendiri melainkan dalam kondisinya sebagai objek usaha manusia yang merdeka. Sebab, agama adalah posisi keyakinan manusia pada konsep wujud untuk memperoleh petunjuk dalam mengetahui dan mengenal Allah. Maka agama merupakan unsur pertama dan utama dalam kehidupan perorangan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agama Islam jelas agama yang mempunyai motivasi yang kuat dalam usaha mewujudkan dan membina masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual. Islam tidak memisahkan antara kehidupan beragama dan bernegara, oleh karena itu motivasi agama merupakan alat yang ampuh dalam menggelorakan semangat masyarakat dalam kehidupannya. Agama dapat memberi bentuk kepada arti dan kualitas hidup, sebab kalau
14
tidak demikian, maka kita akan kehilangan tujuan, keindahan dan keberkahan
hidup.
Tujuan
ini
harus
ditanamkan
dan
disosialisasikan melalui berbagai cara dan kegiatan seperti melalui media elektronik. Program siaran keagamaan melalui media televisi dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta dapat menembus ruang tanpa batas ini perlu dikemas dengan baik bagaimana suatu siaran keagamaan atau dakwah yang menjadi panutan dan diterima masyarakat secara lugas dan menyenangkan, memiliki daya tarik dan berhasil guna bagi audiens. Media elektronika mempunyai peranan yang besar dan luas sekali sebagai alat penyampai informasi maupun sebagai alat komunikasi. Peranannya yang besar dan luas ini menempatkan posisinya
begitu
penting
dan
dibutuhkan
manusia
dalam
kehidupannya. Bahkan dalam perkembangannya di Indonesia, media elektronika sudah bukan merupakan kebutuhan sekunder melainkan sudah menjadi kebutuhan primer. TV dan radio hampir tersebar merata keseluruh nusantara, dipelosok pedesaan dan wilayah terpencil. Melalui kedua media ini maka informasi dalam sekejap sudah merata dan diterima dalam waktu singkat. Sisi lain dari peran elektronik adalah efektif dan efisien, terutama dalam hal biaya, tenaga dan waktu. Seorang mubaligh cukup berbicara di TV dalam waktu seketika informasi yang
15
disampaikan sudah dapat dipantau oleh sekian puluh juta orang. Begitu pula suatu ide atau gagasan yang hendak disampaikan kepada kelompok masyarakat tertentu bahkan yang jauh dipelosok, tidak diperlukan lagi biaya besar untuk mendatangi kelompok tersebut melainkan cukup disampaikan melalui media baik TV. 1.5.3. Sumber dan Jenis Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data primer dan data sekunder. a.
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian
menggunakan
alat
pengukuran
atau
pengukuran data langsung pada objek sebagai sumber informasi yang akan dicari (Saifudin Azwar, 1998: 91). Adapun data yang diperoleh adalah dari hasil wawancara dengan Direktur LPP TVRI Jawa Tengah, Kepala bagian perencanaan siaran,
Kepala bagian Produksi, Produser
program-program dakwah dan pembawa acara programprogram dakwah. b.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari subyek penelitian (Saifudin Azwar, 1998: 91).
16
Data sekunder dalam penelitian ini berupa buku-buku, majalah, artikel atau karya ilmiah yang dapat digunakan sebagai bahan yang mendukung dalam melakukan penelitian. 1.5.4.
Teknik Pengumpulan Data Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa metode yaitu : 1.
Wawancara (interview) Wawancara yaitu percakapan atau tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab (Danim, 2002: 130). Wawancara yang penulis
maksud adalah wawancara terstruktur
sehingga persoalan yang penulis
munculkan terkait
penelitian ini bisa terjawab secara optimal. Untuk mendapatkan informasi dan data mengenai LPP TVRI Jawa Tengah,
penulis akan melakukan
wawancara dengan direktur LPP TVRI Jawa Tengah, dan orang-orang yang terlibat dalam proses siaran dakwah yang ada. 2.
Dokumentasi Dokumentasi yaitu pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat
17
kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206). Dalam melaksanakan metode dokumentasi penulis menyelidiki benda-benda tertulis seperti dokumen, foto, buku-buku, file komputer dan lain sebagainya yang diambil dari LPP TVRI Jawa tengah maupun sumber lain yang terkait dengan penelitian ini. Maksud penggunaan metode dokumentasi adalah sebagai bukti penelitian, mencari data dan untuk keperluan analisis. 1.5.5 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan
hasil
observasi,
wawancara,
untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain (Muhadjir, 2002:142). Pengolahan atau analisis data dilakukan setelah adanya data terkumpul dari hasil pengumpulan data. Analisis data sering disebut sebagai pengolahan data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis (Arikunto, 2002: 209). Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena
18
atau hubungan antar fenomena yang diselidiki (Suprayogo, 2001: 136).
1.6.
Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman dalam penyusunana skripsi ini, penulis membuat sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab yaitu : BAB I
: Bab ini merupakan pendahuluan yang akan dijadikan sebagai acuan langkah dalam penulisan skripsi ini. Bab ini berisi tentang penegasan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritik,
metode penelitian, dan sistematika
pembahasan. BAB II
: Landasan teori, meliputi media dakwah, media televisi, televisi sebagai media massa, televisi bagian komunikasi massa,
televisi
sebagai
media
dakwah,
dan
sejarah
perkembangan televisi. BAB III
: Tinjauan umum LPP TVRI Jawa Tengah, yang meliputi sejarah berdirinya TVRI Jawa Tengah, visi, misi, tujuan dan sasaran TVRI Jawa Tengah, Arti logo TVRI Jawa Tengah, Program kerja TVRI Jawa Tengah, Pola siaran TVRI Jawa Tengah, dan Ruang lingkup.
19
BAB IV
: Analisis tentang Peran LPP TVRI Jawa Tengah dalam menyiarkan agama Islam.
BAB V
: Penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran dan penutup.
BAB II KAJIAN TENTANG PERAN TELEVISI SEBAGAI MEDIA PENYIARAN AGAMA ISLAM
2.1. Kajian Tentang Peran 2.1.1.
Pengertian Peran Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
mempunyai suatu status (Horton, 1999: 118). Status atau kedudukan didefinisikan sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Setiap orang mungkin mempunyai sejumlah status dan diharapkan mengisi peran sesuai dengan status tersebut. Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah pemeranan dari seperangkat kewajiban dan hak-hak tersebut (Horton, 1999: 119). Peranan atau peran (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan (Suryono Soekanto, 2002: 243). Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatanperbuatan orang lain. Peranan diatur oleh
norma-norma
yang
berlaku.
19
Misalnya,
norma
kesopanan
20
menghendaki agar seorang laki-laki bila berjalan bersama seorang wanita, harus di sebelah kiri (Suryono Soekanto, 2002: 243). Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki satu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu: a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Suryono Soekanto, 2002: 244). Teori peran (role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi. Dalam ke tiga bidang ilmu tersebut, istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai
21
seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu, ia di harapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teater (sandiwara) itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut (Sarlito Wirawan Sarwono, 1991: 234) 2.1.2.
Pengertian Peranan Sosial Peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara
tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya. Seseorang dapat dikatakan berperan jika ia telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat. Jika seseorang mempunyai status tertentu dalam kehidupan masyarakat, maka selanjutnya ada kecenderungan akan timbul suatu harapan-harapan baru. Dari harapan-harapan ini seseorang kemudian akan bersikap dan bertindak atau berusaha untuk mencapainya dengan cara dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu peranan dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan harapan yang terencana. Seseorang yang mempunyai status tertentu dalam masyarakat. Dengan singkat peranan dapat dikatakan sebagai sikap dan tindakan seseorang sesuai dengan statusnya dalam masyarakat. Atas dasar definisi tersebut maka peranan dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai aspek dinamis dari status (Abdul Syani, 1994: 94).
22
Ciri pokok yang berhubungan dengan istilah peranan sosial adalah terletak pada adanya hubungan-hubungan sosial seseorang dalam masyarakat yang menyangkut dinamika dari cara-cara bertindak dengan berbagai norma yang berlaku dalam masyarakat, sebagaimana pengakuan terhadap status sosialnya. Sedangkan fasilitas utama seseorang yang akan menjalankan peranannya adalah lembaga-lembaga sosial yang ada dalam masyarakat. Biasanya lembaga masyarakat menyediakan peluang untuk pelaksanaan suatu peranan. Menurut Levinson, bahwa peranan itu mencakup tiga hal, yaitu: 1. Peranan meliputi norma-norma yang di hubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai peri kelakuan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Abdul Syani, 1994: 95) 2.1.3.
Perangkat Peran Istilah perangkat peran (role set) digunakan untuk menunjukkan
bahwa satu status tidak hanya mempunyai satu peran tunggal, akan tetapi sejumlah peran yang saling berhubungan dan cocok. Seorang istri, misalnya, adalah juga seorang anak perempuan, seorang anggota keluarga, seorang tetangga, seorang warga negara, seorang partner seks,
23
mungkin seorang ibu, seorang nyonya rumah, seorang tukang masak serta pemelihara rumah dan seorang pekerja dan mungkin juga seorang yang suka pergi ke Majlis Ta’lim, anggota Dharma Wanita, serikat buruh, majikan, atau tokoh politik. Jadi perangkat perannya meliputi suatu konstelasi berbagai peran yang saling berkaitan yang beberapa di antaranya mungkin memerlukan berbagai bentuk penyesuaian yang drastis(Horton, 1999: 120) 2.1.4.
Perilaku Peran Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan
dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan. Seseorang mungkin tidak memandang suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya, sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran tersebut, dan tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa sama terikatnya kepada peran tersebut karena hal ini dapat bertentangan dengan peran lainnya. Semua faktor ini terpadu sedemikian rupa sehingga tidak ada dua individu yang memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar-benar sama. Tidak semua prajurit gagah berani, tidak semua kyai baik dan suci, tidak semua profesor berprestasi ilmiah. Cukup banyak perbedaan dalam berperilaku peran yang menimbulkan variasi kehidupan manusia. Meskipun demikian, terdapat cukup
24
keseragaman
dan
prediktabilitas
dalam
perilaku
peran
untuk
melaksanakan kehidupan sosial yang tertib. Pakaian seragam, tanda pangkat, gelar, upacara keagamaan adalah alat bantu dalam perilaku peran. Hal-hal demikian itu menyebabkan orang lain mengharapkan dan merasakan perilaku yang diperlukan peran tersebut dan mendorong si aktor untuk berperan sesuai dengan tuntutan peran. Sebagai contoh, dalam suatu eksperimen seorang instruktur memberikan kuliah kepada dua bagian kelas dengan pakaian opas dalam kelas yang satu dan pakaian biasa pada kelas yang lain. Para mahasiswa merasa bahwa mereka lebih “terikat secara moral” apabila memakai pakaian opas eksperimen lain menunjukkan bahwa orang lebih patuh kepada seseorang penjaga berseragam daripada kepada seseorang yang memakai pakaian usahawan. Baik pasien maupun dokter merasa lebih senang bila dokter melakukan pemeriksaan fisik yang akrab dengan pakaian mantel putih dalam ruangan kerja bebas hama daripada bila ia melakukan pemeriksaan dengan pakaian renang di sisi kolam renang. Pakaian seragam/tanda pangkat, gelar perlengkapan dan lingkungan yang tepat, kesemuanya merupakan alat bantu pelaksanaan peran (Horton, 1999: 122). Menurut Biddle dan Thomas ada lima istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran (Sarlito Wirawan Sarwono, 1991: 235).: 1)
Expectation (harapan) Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang perilaku-perilaku yang pantas, yang
25
seyogyanya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu. Contoh: masyarakat umum, pasien-pasien dan orang-orang sebagai individu mempunyai harapan tertentu tentang perilaku yang pantas dari seorang dokter. Harapan tentang perilaku dokter ini bisa berlaku umum (misalnya, dokter harus menyembuhkan orang sakit) bisa merupakan harapan dari segolongan orang saja (misalnya golongan yang kurang mampu mengharapkan agar dokter bersikap sosial) dan bisa juga merupakan harapan dari satu orang tertentu (misalnya seorang pasien tertentu mengharapkan dokternya bisa juga memberi nasehat-nasihat tentang persoalan rumah tangganya selain menyembuhkannya dari penyakit. 2)
Norm (norma) Orang sering mengacaukan istilah “harapan” dengan “norma”. Tetapi menurut second dan Backman (1964) “norma” hanya merupakan salah satu bentuk “harapan”. Jenis-jenis harapan menurut second dan backman adalah sebagai berikut: a. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory): yaitu harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi, misalnya: seorang istri menyatakan: “Aku kenal betul suamiku, kalau kuberitahu bahwa aku telah membeli baju seharga Rp 60.000,- ini, ia tentu akan marah sekali!”. Oleh Mc David dan Harari (1968) harapan jenis ini disebut: Predicter role expectation.
26
b. Harapan normatif (atau menurut Mc David dan Harari: prescribed role expectation) adalah keharusan-keharusan yang menyertai suatu peran. Biddle dan Thomas membagi lagi harapan normatif ini ke dalam 2 jenis. 1) Harapan yang terselubung (covert): harapan-harapan itu tetap ada walaupun tidak diucapkan, misalnya: dokter harus menyembuhkan pasien, guru harus mendidik muridmuridnya. Inilah yang disebut norma (norma). 2) Harapan yang terbuka (overt), yaitu harapan-harapan yang diucapkan, misalnya ayah meminta anaknya agar menjadi orang yang bertanggung jawab dan rajin belajar. Harapan jenis ini dinamai tuntutan peran (role demand). Tuntutan peran melalui proses internalisasi dapat menjadi norma bagi peran yang bersangkutan. 3)
Performance (wujud perilaku) Peran diwujudkan dalam perilaku oleh aktor. Berbeda dari norma, wujud perilaku ini adalah nyata, bukan sekedar harapan. Dan berbeda-beda pula dengan norma, perilaku yang nyata ini bervariasi, berbeda-beda dari satu aktor ke aktor yang lain. Misalnya, peran ayah seperti yang diharapkan oleh norma adalah mendisiplinkan anaknya. Tetapi dalam kenyataannya, ayah yang satu bisa memukul untuk mendisiplinkan anaknya, sedangkan ayah yang lain mungkin hanya menasehati. Variabel ini dalam teori
27
peran dipandang normal dan tidak ada batasnya persis sama halnya dengan dalam teater, di mana tidak ada dua aktor yang bisa betulbetul identik dalam membawakan suatu peran tertentu. Bahkan satu aktor bisa berbeda-beda caranya membawakan suatu peran tertentu pada waktu yang berbeda. Oleh karena itu teori peran tidak cenderung mengklasifikasikan istilahistilahnya menurut perilakuperilaku khusus, melainkan mendasarkan klasifikasinya pada sifat asal dari perilaku dan tujuannya (atau motivasinya). Jadi wujud perilaku peran dapat digolongkan misalnya ke dalam jenis-jenis: hasil kerja, hasil sekolah, hasil olahraga/pendisiplinan anak, pencaharian nafkah, pemeliharaan ketertiban dan sebagainya. 4)
Evaluation (penilaian) dan sanction (sanksi) Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahkan pengertiannya jika dikaitkan dengan peran. Biddle dan Thomas mengatakan bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu orang memberikan kesan positif atau negatif terhadap suatu perilaku. Kesan negatif atau positif inilah yang dinamakan penilaian peran. Di pihak lain, yang dimaksudkan dengan sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga yang tadinya dinilai negatif bisa menjadi positif. Penilaian maupun sanksi menurut Biddle dan Thomas dapat datang dari orang lain
28
(eksternal) maupun dari dalam diri sendiri (internal). Jika penilaian dan sanksi datang dari luar, berarti bahwa penilaian dan sanksi terhadap peran itu ditentukan oleh perilaku orang lain. Misalnya: seorang pegawai dinilai baik oleh atasannya dan atasan itu memberi sanksi berupa bonus agar pegawai itu mempertahankan prestasinya yang baik tersebut. Atau kalau pegawai itu dinilai tidak baik oleh atasannya, atasannya akan memberi sanksi berupa teguran atau peringatan agar ia lebih baik lagi menjalankan perannya. Jika penilaian dan sanksi datang dari dalam diri sendiri (internal) maka pelaku sendirilah yang memberi nilai dan sanksi berdasarkan pengetahuannya tentang harapan-harapan dan normanorma masyarakat. biasanya penilaian dan sanksi internal terjadi pada peran-peran yang dianggap penting oleh individu yang bersangkutan, sedangkan penilaian dan sanksi eksternal lebih sering berlaku pada peran dan norma yang kurang penting buat individu tersebut. Misalnya seorang pegawai yang menganggap penting peranannya sebagai pegawai, menjatuhkan sanksi pada dirinya sendiri sehingga ia makin rajin bekerja. Di lain pihak, kalau pegawai kurang penting maka ia baru mengubah perilakunya jika ia dikenai sanksi oleh orang lain (eksternal). Selanjutnya, oleh Biddle dan Thomas penilaian sanksi eksternal disebutnya juga sebagai penilaian dan sanksi terbuka (overt), sedangkan yang internal disebutnya tertutup (covert). Mereka menyebutnya
29
demikian karena penilaian dan sanksi didasarkan pada harapan tentang norma yang timbul dari orang lain yang dikomunikasikan melalui perilaku yang terka (overt). Tanpa adanya pernyataan melalui perilaku yang terbuka, seseorang tidak dapat memperoleh penilaian dan sanksi atas perilakunya. Contoh: seorang ibu ingin mensosialisasikan anak, maka ibu itu harus mengungkapkan penilaiannya dan sanksinya tentang peran anak dengan bicara atau berbuat sesuatu. Dengan melihat perilaku ibunya, anak jadi tahu mana perbuatannya yang salah dan mana yang benar. Jika kemudian norma sosialisasi ini diserap ke dalam diri anak, maka akan timbullah nilai (values) dalam diri anak. Pada tahap ini tidak diperlukan lagi komunikasi yang terbuka, karena anak sudah tahu sendiri hal-hal apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk diajukan kepada ibunya. Kontrol jadinya datang dari dalam diri anak sendiri (Sarlito Wirawan Sarwono, 1991: 241). 2.2. Kajian Tentang Televisi dan Media Penyiaran Agama Islam 2.2.1. Kajian Televisi Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiaranya (broad cast) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Para pemirsa tidak akan mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada prinsip-prinsip radio yang mentransmisikannya dan tidak mungkin melihat gambar-gambar yang bergerak atau hidup, jika tidak ada unsurunsur film yang memvisualisasikannya, jadi paduan audio dan video.
30
Televisi dari segi semantiknya berasal dari Bahasa Inggris television. Tetapi dipercaya banyak orang bahwa kata “tele” dipinjam dari Bahasa Yunani yang berarti jauh dan “vision” (dipinjam dari bahasa Latin) yang berarti pandangan atau pemandangan. Jadi televisi adalah pemandangan jauh atau pandangan jauh. (Hermin Indah Wahyuni, 2000:5). Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa televisi merupakan
sistem
pengambilan,
regristrasi,
penyampaian
dan
penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar ditangkap dengan kamera televisi, kemudian diubah menjadi sinyal listrik dikirim langsung kepada pesawat penerima. Alat ini lazim terdiri dari pemancar televisi dan penerima televisi (Ensiklopedi Nasional, 1989: 302). 2.2.1.1.
Karakteristik Televisi Sebagai
media
massa
televisi
memiliki
karakteristik
tersendiri, hal tersebut di ungkapkan oleh Drs. H. Subrata sebagai berikut : a. Tidak
bersifat
alamiah
tetapi
tersusun,
dibentuk
dan
direncanakan dan bahkan melalui wadah organisasi. b. Kegiatannya terarah dan bertujuan, sehingga merupakan hal yang direncanakan (Darwanto Sastro Subroto, 1994: 20). Setiap jenis media massa memiliki karakteristik baik secara fisik maupun dampak yang diakibatkanya. Penelitian ini mengenai
31
media massa televisi, maka pentingnya untuk memahami televisi secara fisik, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Media televisi adalah media elektronik.
Medium televisi bekerja secara elektris. Bermula dari sinar yang dikenakan pada objek atau benda, terbentuklah sinar panul. Sinar pantul dilewatkan dengan system lensa sehingga terbentuklah gambar proyeksi (gejala sinar) di ubah menjadi signal listrik atau gelombang elektromagnetik (gejala listrik) melalui pendekatan photo elektrik cell.
2. Media televisi adalah media audio visual gerak.
Media televisi mengutamakan setiap gambar yang disajikan di pilih yang mengandung unsur gerak.
3. Media televisi adalah media transitor.
Media televisi hanya meneruskan isi pesan yang berarti isi pesan yang berarti isi pesan hanya didengar atau di lihat sekilas, maka penyusun naskah untuk karya jurnalistik harus tepat.
4. Media televisi adalah media non rinci.
Media televisi tidak dapat menyajikan sisi pesan secara rinci karena sifat pesan/informasi televisi hanya lewat begitu saja
32
(transitory). Itulah sebabnya medium televisi tidak menguasai waktu tetapi menguasai ruang, oleh karena itu berita televisi disajikan sangat ringkas tiap berita.
5. Media televisi adalah ukuran ratio layer 4:3.
Gambar yang mengandung unsur gerak atau lebih menarik ditonton dalam layar televisi relatif kecil (ukuran 4:3).
6. Media televisi adalah media pandang dengar.
Media televisi menyajikan informasi dalam bentuk audio visual secara sinkron.
7. Media televisi adalah media personal (close up media).
Visual yang diliput sangat mengutamakan gambar-gambar close up (jarak dekat) karna ukuran layar televisi relatif kecil.
8. Media televisi adalah incorporate media. Media yang dapat untuk menyajikan media lain (slide, fotografik dan lain-lain) (http://asiaaudiovisualra09setiyopujilaksono.wordpress.com/200 9/07/06/mengenal-lebih-jauh-tentang-televisi/,diakses 1/12/2011). Televisi mampu menghadirkan sesuatu yang aktual dan secara serempak dapat diterima oleh khalayak penontonnya. Dalam ini televisitelah membuat suatu loncatan yang panjang, dimana
33
hasilnya langsung terus dapat dilihat apa yang terjadi sekarang, demikian pula dapat didengar apa yang dibicarakan sekarang. 2.2.1.2.
Fungsi Televisi a.
Fungsi Persuasif Stasiun televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandang mata, atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi gambaa-gambar yang sudah tentu faktual. Dan masyarakat mengharapkan dengan menonton televisi akan memperoleh informasi yang bermanfaat dalam berbagai keperluan (pendidikan, bisnis, ekonomi dan lain-lain). Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, fearutes, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang di tayangkan televisi ataupun surat kabar, contohnya adalah dalam keluarga petani yang hidup di desa mempunyai kebiasaan
mencuci
rambut
dengan
menggunakan air
rendaman sapu merang yang telah dibakar terlebih dahulu. Apa yang terjadi setelah keluarga petani tersebut memiliki pesawat televisi dan menonton tayangan iklan sampo yang dibintangi
artis
favoritnya.
Kebiasaan
yang
sudah
berlangsung sejak lama, sekarang mengalami perubahan. Dari mencuci rambut dengan memakai air rendaman sapu
34
merang yang di bakar diganti dengan sampo yang ada dalam iklan di televisi. b.
Fungsi Kontrol Sosial Sebagai media komunikasi massa televisi memiliki peranan yang vital dalam membangun opini publik, beberapa waktu lalu media menyorot terkait kasus Prita, dan kasuskasus yang lain yang semuanya bisa menjadi opini publik berawal dan tidak lepas dengan adanya peran dan fungsi media sebagai sebagai kontrol sosial. Dampak dari pemberitaan tersebut banyak dari lembaga-lembaga pemerintah dalam bekerja akan terlihat bekerja secara sungguh-sungguh ketika kinerja mereka diliput oleh media. Ini bisa dilihat dari banyaknya kasuskasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang hingga detik ini belum pernah tuntas, dan itu semua terjadi karena media saat ini sudah jarang meliput semua kasus-kasus tersebut diatas. Dengan melihat begitu penting dan vital peran dan fungsi media dalam membangun opini publik, akan lebih baik seandainya media harus benar-benar selalu dan terus menerus menjalankan fungsi dan peran media sebagai kontrol sosial bukan hanya pada kasus-kasus tertentu saja, akan tetapi bagaimana media bisa benar-benar bekerja dan mengungkap
35
seluruh aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kehiduan sosial yang terjadi di masyarakat. c.
Fungsi Hiburan (the entertaiment function) Dengan menonton televisi pemirsa mengharapkan memperoleh hiburan yang diperlukan, sebagai salah satu kebutuhan hidup (HS. Purnomo, 2000:103). Berdasarkan karakteristik diatas televisi memiliki beberapa fungsi yakni menyalurkan kebudayaan dan hiburan (Rudy Hovmann, 1999:57-59).
2.2.1.3.
Sejarah Televisi Bertitik tolak dari penemuan Dane pada tahun 1802 tentang pesan yang dapat dikirim melalui kawat beraliran listrik dalam jarak dekat. Setelah itu perkembangan demi perkembangan terjadi. Telegrap, telepon dan kemudian gelombang elektromagnetik ditemukan. Akhirnya lahirlah radio komunikasi, radio siaran dan televisi. Scaning disk merupakan alat yang penting dalam televisi. Yang mula-mula menemukannnya adalah Paul Nipkow pada tahun 1884, yang kemudian disempurnakan oleh Lazarre Weiller pada tahun 1885. Penemuan Nipkow dan Weiller diteliti para ahli 30 tahun lamanya. Pada tahun 1920 Herbert E. Ives dari Bell laboratories di AS mengadakan penelitian tentang cara pengiriman isyarat dalam bentuk gambar, yakni gambar gambar diam (still picture)
dengan
jalan
mentransmisikannya
melalui
kawat.
36
Kemajuan yang pesat dalam pertelevisian sehingga mencapai taraf yang begitu memuaskan bagi manusia seperti sekarang ini adalah berkat ditemukannya iconoscope (icon berarti gambar, scopein berarti melihat) oleh Dr.Vladimir K. Zworyikin pada tahun 1920. seorang sarjana Rusia yang bekerja pada Westing House Electric and Manufacturing Company di AS. (Onong Uchjana Effendy, 1993:31-36). Inggris termasuk salah satu negara yang paling lama mengadakan eksperimen dalam bidang televisi, John Logie Baird umpannya telah mendemonstrasikan Televisi pada 1924. BBC yang kini merupakan salah satu organisasi televisi terbesar didunia sudah mengadakan percobaan siaran sejak tahun 1929 (Onong Uchjana Effendy, 2000:173). Dunia pertelevisian di Indonesia, merupakan dunia baru bagi masyarakat Indonesia. Hadir untuk pertama kalinya pada tahun 1962. Saat itu TVRI memulai siaran perdana berupa siaran percobaan yang menayangkan upacara peringatan proklamasi kemerdekaan RI di Istana Merdeka. Sepekan kemudian, baru dilakukan siaran resmi, persisnya tanggal 24 Agustus 1962 berupa penayangan upacara pembukaan Asian Games IV dari Stadion Senayan Jakarta. Pada 20 0ktober tahun 1963, setelah setahun siaran TVRI diatur melalui Kepres No.215 tahun 1963, yang antara lain menentukan status sebagai suatu yayasan yaitu yayasan
37
Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI. Baru pada awal tahun 1990, muncul televisi swasta yang berdasarkan Kepres No.215 tahun 1963 kemudian muncul Kepmen No.III tahun 1990, yang menyebutkan bahwa dalam batas-batas tertentu TVRI dapat menunjuk pihak lain (swasta atau masyarakat) menjadi pelaksanaan siaran televisi melalui hubungan kerja yang diatur dengan perjanjian tertulis, sebagai misal perjanjian pemasukan kontribusi dana untuk TVRI (Dedi Mulyana dan Idy Subandi, 1999:14). Setelah keluar Kepmen No.III tahun 1990 sebagai mana tersebut kemudian bermunculan beberapa stasiun televisi swasta. Tahun 1987-1988, RCTI diijinkan dengan menggunakan decoder, diikuti SCTV pada tahun 1989, TPI tahun 1991, ANTV tahun 1993 dan 1994 mengudara juga INDOSIAR (Ishadi SK, 1999:53), kemudian di tahun 2000 dan tahun 2001 ini muncul juga Trans TV yang mengudara secara nasional serta Metro TV, Lativi dan TV7 yang sekarang dapat dinikmati seluruh pelosok Nusantara, televisi daerah bermunculan, Jawa Tengah sendiri ada beberapa televisi lokal seperti TV borobudur, ProTV, dan TVku (milik Udinus). 2.2.2. Kajian Media Penyiaran Agama Islam Pengertian semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai tujuan tertentu. Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media
38
komunikasi. Media komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan masyarakat. Televisi adalah contoh media yang paling sukses menjadi pendorong perubahan. Penyebutan audio-visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media audio-visual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran
(penonton).
Produk
audio-visual
dapat
menjadi
media
dokumentasi dan dapat juga menjadi media komunikasi. Sebagai media dokumentasi tujuan yang lebih utama adalah mendapatkan fakta dari suatu peristiwa. Sedangkan sebagai media komunikasi, sebuah produk audio-visual melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu. Film cerita, iklan, media pembelajaran adalah contoh media audio-visual yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi. Media dokumentasi sering menjadi salah satu elemen dari media komunikasi. Karena melibatkan banyak elemen media, maka produk audio-visual yang diperuntukkan sebagai media komunikasi kini sering disebut sebagai multimedia. Dengan kata lain proses penyiaran agama Islam sangat membutuhkan sebagai alat bantu, atau yang populer disebut dengan istilah media dakwah. Berarti media dakwah tersebut merupakan penunjang dan sangat berperan demi tercapainya tujuan berdakwah. Tanpa menggunakan media dakwah juga berarti akan mempengaruhi tercapainya tujuan secara maksimal. Masdar Helmy membagi media yang besar menjadi empat, yaitu :
39
1) Media cetak, seperti surat kabar, majalah, dan buku-buku. 2) Media visual, foto, lukisan, pameran dan lain-lain. 3) Media auditif, yaitu media yang dapat didengar, seperti radio, tape recorder, dan lain-lain. 4) Media pertemuan, halal bi halal, musyawarah, kongres, dan lain-lain. Sedangkan media dakwah dalam pandangan Asmuni Syukir yang termasuk media dakwah adalah sebagai berikut: 1)
Lembaga pendidikan formal, yang dimaksud adalah lembaga pendidikan yang memiliki sistem kurikulum. Siswa sejajar kemampuannya, pertemuan rutin, dan sebagainya. Sehingga yang termasuk di dalamnya adalah sekolah dan lembaga di bawah lingkungan agama, seperti pondok pesantren.
2)
Lingkungan keluarga. Di mana keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri ayah, ibu dan anak, atau komunitas beberapa keluarga. Di dalamnya terdapat kepala keluarga dan anggotanya.
3)
Organisasi-organisasi Islam.
4)
Media massa, termasuk radio, televisi, surat kabar, majalah dan Sebagainya (Asmuni Syukir, 1983, 168-169) Hamzah Ya’qub (1981), membagi 5 (lima) golongan media
dakwah, yaitu (Hamzah Ya’qub, 1981, 48-49) 1)
Media lisan. Yang termasuk dalam bentuk ini adalah pidato, khutbah, ceramah, seminar, musyawarah, diskusi, nasehat, pidato
40
radio, ramah-tamah dalam anjangsana dan lain-lain yang kesemuanya dilakukan malalui lidah atau lisan. 2)
Media tulisan. Yakni dakwah yang dilakukan melalui perantara tulisan seperti buku-buku, majalah, surat kabar, pengumuman dan sebagainya. Da’i yang pintar dalam bidang ini harus menguasai jurnalistik, yakni ketrampilan mengarang dan menulis.
3)
Melalui lukisan. Yakni gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film cerita dan lain-lain. Bentuk ini digunakan untuk menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain termasuk ke dalam bentuk ini adalah komik bergambar yang selama ini disenangi oleh anakanak.
4)
Perbuatan atau tingkah laku. Yakni suatu penyampaian langsung ditujukan dalam bentuk perbuatan yang nyata, misalnya mendatangi orang yang sedang sakit, menziarahi orang mati, kunjungan ke rumah bersilaturrahmi, pembangunan masjid, mushalla, sekolahan, poliklinik dan sebagainya.
5)
Media audio visual. Yaitu dakwah melalui peralatan yang dipakai untuk menyampaikan pesan dakwah yang dapat dinikmati dengan mendengar dan melihat, seperti televisi, radio, (wayang, ketoprak, sandiwara dan sebagainya). Dengan demikian media penyiaran agama Islam adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan
41
mensyiarkan agama Islam yang telah ditentukan. Media ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.
2.3. Kajian Tentang Televisi Sebagai Media Massa Komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film, tidak tampak oleh komunikator (Onong Uchjana Effendy, 1986: 76). Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah, media massa menimbulkan keserempakan (simultaneity) artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif amat banyak, ratusan ribu, jutaan, bahkan ratusan juta pada saat sama dan bersama-sama. Komunikasi, terutama komunikasi massa, dengan fungsinya sebagai sarana hiburan, penerangan, dan pendidikan, menimbulkan pengaruh positif. Tetapi kalau kurang keterampilan, pengetahuan, dan kewaspadaan pihak yang menanganinya, pengaruh yang negatif juga tidak kecil. Media massa di negara kita pada umumnya berupa radio, televisi, surat kabar atau majalah. Media massa ini tepat sekali dipergunakan sebagai media dakwah, baik melalui rubrik atau acara khusus agama ataupun acara atau rubrik acara yang lain. Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah
42
surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi, dan rekreasi, atau istilah lain : penerangan, pendidikan, dan hiburan. 2.3.1. Keunggulan dan Kelemahan Televisi sebagai Media Massa Keunggulan televisi sebagai media massa adalah sebagai berikut: a.
Dapat dilihat dan didengar oleh kelompok yang relatif kecil.
b.
Dapat mencapai lapisan masyarakat tertentu.
c.
Secara programatis banyak entertainment.
d.
Proporsi waktu untuk show lebih banyak (Darwanto Sastro Subroto, 1994: 21) Keunggulan televisi lainnya adalah kemampuan menyajikan
berbagai kebutuhan manusia baik hiburan, informasi maupun pendidikan dengan sangat memuaskan. Dan kelemahan media televisi sebagai media massa adalah sebagai berikut: a.
Media televisi memiliki sifat "Transitory" maka isi pesannya tidak dapat dimemori oleh pemirsa.
b.
Media televisi terikat oleh waktu menonton, sedangkan media cetak dapat dibaca kapan dan dimana saja.
c.
Televisi tidak dapat melakukan kritik sosial secara langsung dan vulgar.
43
d.
Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologi massa, sedangkan media cetak lebih mengandalkan efek rasionalitas (Wawan Kuswandi, 1996: 23). Saat ini yang menarik adalah, bahwa televisi di Indonesia
mulai menjelma sebagai industri, yang mempunyai beberapa karakteristik (Arini Hidayati, 1998: 75-76), antara lain: a.
Memperlakukan tayangan sebagai komodoti.
b.
Mengandalkan iklan sebagai pemasukan dana terbesar.
c.
Kompetisi sesama stasiun televisi untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsa dengan harapan meningkatnya volume penampilan iklan.
d.
Mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi dalam sektor lain, yang mendukung operasi televisi.
e.
Berkembangnya televisi sebagai stasiun distribusu informasi tanpa harus memperbaiki materi tayangannya.
f.
Mengorientasikan tayangan pada kepentingan dan minat masyarakat dibagi berdasarkan penelitian kebutuhan khalayak sasaran sekaligus tidak menutup kemungkinan ditayangkannya kepentingan pihak sensor.
g.
Televisi berperan dominan sebagai lembaga komersial yang mendukung ide pokok kapitalisme, yakni produksi dan reproduksi. Hal ini nampak pada kecenderungan media televisi
44
untuk menerima transaksi barang-barang yang sekaligus diiklankannya. h.
Jaringan kerja televisi memiliki aset dan hubungan dengan penyebarluasan budaya massa. Karena itulah para pengelola televisi saat ini lebih
mengutamakan profit oriented dan kurang memperhatikan aspek edukatif sehingga televisi banyak diisi acara-acara hiburan. 2.3.2. Fungsi Televisi Sebagai Media Massa Televisi dan media massa lainnya sebenarnya memiliki beberapa fungsi yang dapat dibedakan antara: a.
Fungsi media massa terhadap individu yang mencakup: 1) Pengawasan atau pencarian informasi. 2) Mengembangkan konsep diri. 3) Fasilitasi dalam hubungan sosial. 4) Subtitusi dalam hubungan sosial. 5) Membantu melegakan emosi. 6) Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan. 7) Bagian dari kehidupan rutin dan ritualisasi (Samuel L Becker, 1985: ).
b.
Fungsi media massa terhadap masyarakat: 1) Pengawasan lingkungan. 2) Korelasi antar
bagian di dalam masyarakat
menanggapi lingkungannya.
untuk
45
3) Sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai. 4) Hiburan. Sedangkan menurut Soewardi Idris, televisi memiliki fungsi: 1) Sebagai hiburan (to entertaint) 2) Sebagai pendidikan (to education) 3) Memberi informasi (to inform) 4) Mempengaruhi pola pikir dan perilaku manusia (to influence) (Soewardi Idris, 1987: 25). Daya tarik media televisi sedemikian besar, sehingga polapola kehidupan rutinitas manusia dibanding sebelum muncul televisi telah berupah secara total. Media televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi, sama saja makhluk buta yang hidup dalam tempurung. Sebagai media hiburan, televisi senantiasa berlomba-lomba untuk menarik pemirsa lewat tayangantayangan unggulan yang bersifat menghibur. Dengan demikian televisi akan berupaya untuk mengikat pemirsanya dengan tayangan televisinya. Kalau dilihat dari televisi-televisi swasta khususnya, bisa dikatakan tayangannya 80% adalah hiburan yang mengadopsi dari luar produk import (Wawan kuswandi, 1996: 23). Selain memiliki keunggulan-keunggulan yang berasal dari dirinya sendiri (internal), televisi juga didukung oleh beberapa faktor eksternal. Salah satu faktor yang mendukung adalah budaya
46
menonton masyarakat yang relatif tinggi dibanding budaya baca. Kondisi seperti ini pada umumnya banyak berkembang di wilayah pedesaan. Hal ini disebabkan oleh tingkat literasi, pendidikan, dan kesadaran bermedia yang masih rendah (Alex Leo Zulkarnaen, 1997: 32).
Budaya
menonton
yang
tinggi
dapat
meningkatkan
ketergantungan terhadap televisi. Dengan demikian, televisi dapat menjadi sumber informasi dan alat media hiburan yang dominan pada masyarakat desa. Sehubungan dengan hal ini, Snow berpendapat bahwa, bila interaksi dengan media meningkat, media tersebut akan menjadi sumber utama dalam pengembangan ritme individu dan seluruh masyarakat (Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss, 1996: 213). Hal yang perlu ditambahkan adalah tingkat kesungguhan pemirsa dalam mengekspos diri bagi media televisi dikarenakan frekuensi terpaan media yang tinggi tidak selamanya menunjukkan tingkat kesungguhan pemirsa dalam eksposisi media massa. Pemirsa yang sungguh-sungguh tentunya akan memiliki tingkat keterlibatan dengan media yang tinggi, sehingga kemungkinan terjadinya pengaruh juga lebih besar. Sesuai dengan cara penyampain pesan informasinya, televisi sebagai media massa seperi halnya radio di mana proses komunikasinya
hanya
berjalan
satu
arah
saja
(One
way
communication), artinya si penerima pesan (komunikan) tidak dapat
47
berhubungan langsung dengan pengirim pesan (komunikator), demikian pula komunikatornya pada media televisi tidak bersifat individual melainkan bersifat kolektif, sedang massa komunikannya adalah penontonnya yang mempunyai karakteristik tersendiri.
2.4. Kajian Tentang Televisi Sebagai Bagian Komunikasi Massa Televisi merupakan proses penyiaran gambar melalui gelombang ferkuensi dan penerimanya pada pesawat penerima yang muncul pada sebidang layar (Yeni Salim, 1995: 994). Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghasilkan suatu peradaban, khususnya dalam kehidupan komunikasi dan informasi yang bersifat massa (Wawan Kuswandi, 1996: 22). Televisi yang bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan terbukti pada abad sekarang ini menjadi fenomena yang besar bagi khalayak. Sedangkan media massa adalah sarana komunikasi sehingga dengan menggunakan peralatan yang dapat menjangkau massa sebanyakbanyaknya dalam area yang seluas-luasnya. Komunikasi massa ada dua jenis: a.
Komunikasi media massa tradisional, yang meliputi teater rakyat, juru dongeng, juru pantun, juru penerang, wayang kulit atau orang, ketoprak dan kentongan.
b.
Komunikasi media massa modern, meliputi media cetak dan elektronik (televisi, radio).
48
Televisi merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa (Onong Uchjana, 1984: 24). Adapun ciri-ciri komunikasi massa adalah: a.
Komunikasi berlangsung satu arah.
b.
Komunikatornya merupakan lembaga, yakni kelompok yang terorganisir, yang nampak dipembagian tugas dan pemberian wewenang.
c.
Pesannya bersifat umum, artinya bukan rahasia (dapat diketahui umum).
d.
Penyebaran berita bersifat serempak.
e.
Komunikannya bersifat heterogen (Onong Uchjana, 1984: 27). Televisi merupakan salah satu alat komunikasi massa yang bersifat
audio visual atau boleh dikatakan televisi merupakan perpaduan antara radio dan film. Dan sebagai media massa, televisi sangat efektif karena selain dapat menjangkau ruang yang luas juga dapat dinikmati massa dalam jangka waktu yang relatif singkat. Namun perlu diingat bahwa suatu proses komunikasi hakekatnya adalah proses penyampaian pesan. Menurut Hovland komunikasi adalah proses merubah individual, sehingga apabila pesan yang disampaikan menarik akan tercapai apa tujuan dari penyampaian pesan dan tindakan (Jalaludin Rahmat, 2001: 14). Sedangkan Lesswel mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan berikut: Who say what in which channel to whom with what effect?
49
Paradigma Lesswel ini menunjukkan bahwa untuk mencapai komunikasi yang efektif, diperlukan unsur pokok yang harus dicakup. Unsur-unsur pokok tersebut antara lain: a.
Komunikator (communicator, source, sender)
b.
Pesan (message)
c.
Media (channel, media)
d.
Komunikan (communican, receiver, recipient)
e.
Efek (effect, impact, influence) (Onong Uchjana, 1984: 8). Jadi berdasarkan paradigma tersebut, Onong Uchjana Effendi
berpendapat bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Onong Uchjana, 1984: 8). Menurut Onong, dalam proses komunikasi melalui televisi, aspek tanggapan pemirsa atau penonton mempunyai peranan sangat penting. Karena adanya atau munculnya tanggapan akan memungkinkan terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang semakin besar. Begitu pula sebaliknya bila tanggapan pemirsa atau penonton kurang atau akan negatif pula. Secara umum komunikasi massa mempunyai dua efek. Berdasarkan teori Hierarki efek yaitu: a.
Efek kognitif, pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu
yang
diperolehnya.
Efek
kognitif,
dimana
pesan
50
komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan. b.
Efek afektif, dimana pesan komunikasi massa, mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah ataupun berkurang rasa tidak senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, mendengar radio atau menonton televisi.
2.5. Televisi Sebagai Media Penyiaran Agama Islam Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang menugaskan manusia untuk menyerukan kepada seluruh suku bangsa agar bertaqwa kepada Allah Swt (Toto Tasmara, 1981: 31). Orang yang melakukan ajakan tersebut dinamakan da’i, akan tetapi mengingat bahwa proses memanggil tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu, maka dikenal pula istilah mubaligh yang berfungsi sebagai komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Dengan demikian, dakwah media massa adalah suatu proses penyampaian pesan melalui media seperti televisi, yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut, atau minimal mengingatkan orang kepada jalan Allah Swt.
51
Endang S. Anshori membedakan antara: a.
Dakwah dalam arti terbatas adalah menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan, maupun tulisan atau secara lukisan (panggilan).
b.
Dakwah dalam arti luas adalah penjabaran, penterjemahan dan pelaksanaan dalam pei kehidupan manusia (termasuk dibidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian dan kekeluargaan) (Endang Anshori, 1976: 87).
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya lapangan dakwah sangatlah luas, yang meliputi peri kehidupan manusia itu sendiri dan semua aktivitas manusia baik dalam masyarakat secara utuh atau totalitas maupun secara individu sebagai anggota masyarakat. Bila yang ingin dijangkau adalah masyarakat luas yang tersebar di wilayah yang tak terbatas, maka televisi merupakan media dakwah yang paling efektif dan efisien. Televisi dapat menyampaikan pesan secara serentak kepada jutaan umat manusia yang tersebar di wilayah luas. Di samping itu, televisi merupakan media yang dapat mempengaruhi tindakan audiens atau pemirsa karena pesan-pesan yang disampaikan oleh televisi menggunakan bahasa lisan dan bahasa gambar, yang bersifat santai sehingga enak dan mudah dipandang dari komunikator atau audiens/ pemirsa. Dalam artian, audiens/ pemirsa dapat menikmati televisi bisa sambil makan dan bersantai di rumah. Karena itu televisi merupakan media dakwah yang sangat efektif dan efisien. a.
Dasar Surat Ali Imron ayat 104:
52
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. merekalah orang-orang yang beruntung (Depag RI, 2002: 116 ). Ayat tersebut dapat dimengerti bahwa menyampaikan ajaran islam dan mensyiarkan agama Islam merupakan tugas dari setiap individu dengan kemampuan yang dimilikinya. b.
Tujuan mensyiarkan agama islam Tujuan merupakan nilai akhir yang akan dicapai dalam aktivitas yang akan dilakukan. Tujuan mensyiarkan agama Islam banyak dirumuskan oleh para ahli diantaranya oleh A. Mukti Ali yang menyatakan bahwa: “Menjadikan orang lain dan masyarakat itu beriman kepada Allah SWT, jiwa yang bersih, dan diikuti oleh perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan hatinya, mengagungkan Allah. Umat manusia yang berbakti kepada Allah” (A. Mukti Ali, 1971: 8).
Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan mensyiarkan agama Islam pada hakekatnya untuk menjadikan manusia yang utuh yaitu sehat jasmani dan rohaninya, sehingga dapat memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Yang menjadi subjek dan objek dakwah, dapat diambilkan referensi sebagai berikut:
53
1.
Subjek mensyiarkan agama Islam Mensyiarkan agama Islam merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim, sebab hal tersebut diperintahkan oleh ajaran Islam sendiri. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW berikut:
بلغلوا عني ولو اية Artinya: Sampaikan apa yang kamu terima walau satu ayat (M. Natsir, 1988: 110). Dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71 Allah berfirman:
Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Depag RI, 2002: 378). Ayat Al-Qur’an dan sabda rasulullah tersebut dapat dimengerti dengan jelas bahwa mensyiarkan agama Islam merupakan tanggung jawab semua kaum muslimin yang dapat dilakukan sesuai dengan profesinya masing-masing.
54
2.
Objek mensyiarkan agama Islam Adapun objek dari mensyiarkan agama Islam adalah segenap manusia baik yang telah menerima Islam sebagai agamanya maupun yang belum menerimanya. Telah dinyatakan oleh M. Natsir bahwa “Agama risalah dan dakwah, isi risalah itu adalah berita gembira dan peringatan. Dan alamat risalah itu adalah seluruh umat manusia”. Hal yang sama diungkapkan oleh Mukti Ali: “Bahwa Islam harus menyeru kepada seluruh umat manusia, baik ia sudah muslim ataupun belum muslim, baik ia bersedia menerima ajaran Islam itu atau menolak. Sebab itu Islam adalah agama semua manusia di alam semesta” (A. Mukti Ali, 1971: 8).
Televisi sebagai media penyiaran agama Islam berarti televisi telah menjadi alat bantu efektif dalam mensyiarkan agama islam yang berperan menambah pengetahuan risalah agama, sehingga membentuk keberhasilan dakwah di zaman modern ini, tampak jelas bahwa pengaruh emosi dan akhlak yang ditimbulkan media televisi sangat besar, akan tetapi kesadaran untuk memiliki apalagi menggunakan media tersebut sebagai produser dikalangan umat Islam masih rendah. Umat Islam masih merasa puas dengan dakwah yang berbentuk ceramah agama di hadapan langsung sekelompok orang yang tentunya sangat sempit jangkauannya. Jika umat Islam tidak segera memanfaatkan media televisi tersebut di zaman globalisasi dan zaman kecanggihan komunikasi ini, maka dakwah Islam akan semakin terasing dari
55
umat manusia dan terguling oleh persaingan ideologi-ideologi dan agama agama besar lainnya.
BAB III GAMBARAN UMUM LPP TVRI JAWA TENGAH 3.1. Sejarah Berdirinya TVRI Dalam rangka menyambut penyelenggaraan ASIAN GAMES IV tahun 1961, pemerintah memutuskan untuk membangun stasiun televisi di Jakarta. Oleh karenanya dibentuklah panitia persiapan pembangunan stasiun televisi yang terdiri dari sembilan orang dimana R.M. Soenarto bertindak sebagai ketua. Pada tanggal 23 Oktober 1961 diambillah keputusan akhir mengenai pendirian stasiun televisi sekaligus digunakannya peralatan dari Nippon Electronica Corporation (NEC) Jepang. Siaran perdana sebagai siaran percobaan disiarkan pada tanggal 17 Agustus 1962 berupa siaran khusus liputan tentang upacara peringatan detikdetik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Disusul kemudian dengan penayangan pembukaan ASIAN GAMES IV pada tanggal 24 Agustus 1962 yang kemudian dilanjutkan siaran-siaran secara teratur dengan nama Biro Radio dan Television Organizing Committee ASIAN GAMES IV, yang sekaligus merupakan hari jadi berdirinya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Melalui Kepres RI No. 215 tahun 1963 dibentuklah yayasan tersendiri dengan nama Yayasan Televisi Republik Indonesia. Sebagai penyesuaian pada
56
57
tahun 1968 dilantik Direktorat Jendral Radio, Televisi dan Film di Departemen Penerangan RI. Perluasan
jangkauan
TVRI
terus
ditingkatkan
guna
menggali,
mengangkat serta mengembangkan potensi dari suatu daerah. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mendirikan stasiun penyiaran daerah di beberapa wilayah di Indonesia dalam kurun waktu 1962 sampai dengan 1999, yakni TVRI Jakarta (1962), TVRI Yogyakarta (1965), TVRI Medan (1970), TVRI Ujung Pandang (1972), TVRI Banda Aceh (1973), TVRI Palembang (1974), TVRI Denpasar (1978), TVRI Surabaya (1978), TVRI Manado (1978), TVRI Bandung (1987), TVRI Samarinda (1993), TVRI Ambon (1993), TVRI Semarang (1996), dan TVRI Padang (1997), selanjutnya dengan adanya pemekaran wilayah di beberapa propinsi di In donesia, maka saat ini jumlah Stasiun TVRI di Indonesia mencapai 27 buah yakni : 1. TVRI Stasiun Nanggroe Aceh Darussalam 2. TVRI Stasiun Sumatera Utara 3. TVRI Stasiun Sumatera Barat 4. TVRI Stasiun Sumatera Selatan 5. TVRI Stasiun Riau 6. TVRI Stasiun Bengkulu
58
7. TVRI Stasiun Jambi 8. TVRI Stasiun Lampung 9. TVRI Stasiun Jawa Barat 10. TVRI Stasiun Jawa Tengah 11. TVRI Stasiun Jawa Timur 12. TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta 13. TVRI Stasiun Sulawesi Selatan 14. TVRI Stasiun Sulawesi Utara 15. TVRI Stasiun Sulawesi Tengah 16. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara 17. TVRI Stasiun Kalimantan Timur 18. TVRI Stasiun Kalimantan Barat 19. TVRI Stasiun Kalimantan Tengah 20. TVRI Stasiun Kalimantan Selatan 21. TVRI Stasiun Bali 22. TVRI Stasiun Maluku
59
23. TVRI Stasiun NTT 24. TVRI Stasiun Papua 25. TVRI Stasiun NTB 26. TVRI Stasiun Gorontalo 27. TVRI Stasiun DKI 3.1.1. Perkembangan Status TVRI Semula TVRI berada di bawah Yayasan sejak tahun 1962, kemudian tahun 1965 dibawah Direktorat Televisi Departemen Penerangan. Selanjutnya tahun 1970 di bawah Direktorat Jendral Radio, Televisi, dan setelah dibubarkannya DEPPEN pada tanggal 16 Oktober 1999, maka pada tanggal 7 Juni 2000 melalui Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2000 yang ditandatangani oleh Presiden Abdurrahman Wahid, TVRI telah resmi menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan). Pada pemerintahaan Megawati melalui PP No. 9 Tahun 2002, tertanggal 17 April 2002 TVRI diubah menjadi Perseroan Terbatas ( PT ). Dengan beralihnya TVRI menjadi PT berarti struktur organisasinya secara otomatis
mengalami perubahan dengan menyesuaikan prinsip-prinsip
operasional sebuah perusahan.
Selanjutnya Pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002 yang menempatkan TVRI
60
sebagai Lembaga Penyiaran Publik, selanjutnya , melalui PP no. 13 tahun 2005, tertanggal 18 Maret 2005, TVRI diubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik dan sejak tanggal 24 Agustus 2006 telah ditetapkan Jajaran Direksi LPP TVRI oleh Dewan Pengawas LPP TVRI. Jika dibuat skema, maka sejarah status TVRI adalah : 1962 → Yayasan TVRI 1965 → Direktorat dibawah Deppen. 2001 → Perjan PP No.36/Th.2000 (Depkeu, BKN) 2002 → PT (Persero) PP No.9/Th.2002 (Depkeu, BKN, Menneg BUMN, Menneg Kominfo) 2005→ TV Publik> UU No.32/Th.2002, PP.11/ Th.2005, PP.No.13/Th.2005 Tgl.18-3-05 2006 → Maret, Dewas TVRI terpilih Mei, dikukuhkan 23 Agust, Direksi terpilih 24 Agust, Pkl.14.00 WIB Direksi dilantik oleh Dewan TVRI Adapun Dewan Pengawas TVRI terdiri atas : KETUA : DRS. HAZAIRIN SITEPU ANGGOTA : 1. BRIGJEN. TNI. (PURN) DRS. H. ROBIK MUKAV
61
2. PROF. MUSA ASY ’ ARI 3. DRS. ABRAHAM ISNAN, MSI 4. DRA. HJ. RETNO INTANI ZA, MSC Sedangkan Dewan Direksi LPP TVRI terdiri atas : 1. Direktur Utama
: Mayjen. TNI (Pur) I Gde Nyoman Arsana,SE,MM,PSC
2. Direktur Program dan Berita
: Drs. Yon Anwar
3. Direktur Teknik
: Ir. Satya Sudhana
4. Direktur Keuangan
: DR. Antar M.T. Sianturi, Ak.,MBA
5. Direktur Umum
: Dra. Immas Sunarya, MM
6. Direktur Pengembangan dan Usaha: Sehubungan dengan perubahaan status tersebut, kini TVRI semakin ditantang untuk mulai mandiri khususnya dalam memproduksi acara, mengingat sudah ditiadakannya anggaran negara untuk penyelenggaraan produksi siaran televisi.
62
3.1.2. Sejarah LPP TVRI Jawa Tengah LPP TVRI Jawa Tengah semula adalah TVRI Stasiun Produksi Keliling (SPK) Semarang yang diresmikan pada tanggal 12 Juli 1982, berdasarkan surat keputusan Direktorat Jenderal Radio Televisi dan Film Departemen
Penerangan
Republik
Indonesia
Nomor:
07/KEP/DIRJEN/RTF/1982 (wawancara dengan kepala bagian SDM Ibu. Elienora pada tanggal 21 Nopember 2011 di kantor SDM). Perintisan SPK dimulai tahun 1970 sebagai TVRI Perwakilan Jawa Tengah yang dibantu oleh TVRI Stasiun Yogyakarta dan TVRI Stasiun Pusat Jakarta. Kegiatan operasional TVRI SPK Semarang didukung oleh 1 (satu) unit mobil OB Van dan 18 orang personal. Gedung dan kantor masih bergabung dengan TVRI Tranmisi Gombel. Kemudian pada tahun 1984 gedung kantor pindah di Jalan Sultan Agung No.18 Semarang, kemudian pada bulan April 1987 menempati kantor di jalan Roro Jonggrang VII ManyaranSemarang. Wacana untuk mendirikan stasiun penyiaran di Jawa Tengah telah muncul pada masa kepemimpinan Gubernur Soepardjo Roestam, tetapi baru terealisasi pada masa kepemimpinan Gubernur Soewardi.
63
Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Penerangan Republik
Indonesia No: B140/KEP/MENPEN/1996, tata organisasi TVRI SPK manusia Semarang berubah menjadi TVRI Stasiun Produksi Penyiaran. Sebagai stasiun produksi penyiaran, TVRI Semarang menempati gedung kantor dan studio di Pucang Gading wilayah Desa Batursari Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Uji coba penyiaran dilaksanakan selama bulan Maret 1995 dan siaran perdana dilaksanakan pada 1 April 1995. Stasiun TVRI Jawa Tengah di Semarang diresmikan sebagai Stasiun Produksi Penyiaran oleh Presiden Soeharto pada tanggal 29 Mei 1996. Tanggal 29 Mei inilah yang diambil sebagai momentum kelahiran TVRI Jawa Tengah. Dengan karyawan tetap 206 orang dan tenaga honorer sejumlah 59 orang, Stasiun TVRI Jawa Tengah di Semarang mempunyai coverage area Jawa Tengah. Sedangkan untuk penyiaran waktu siaran lokal selama tiga jam per hari. Tata organisasi TVRI Stasiun Jawa Tengah yang semula bernaung di bawah Direktorat Televisi Departemen Penenrangan Republik Indonesia, berubah menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN) yang secara administratif berada di bawah naungan Departemen Keuangan dan secara operasional di bawah Kementerian BUMN sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2000 Tanggal 7 Juni 2000.
64
Sesuai dengan peraturan pemerintah No.9 Tahun 2002, bentuk Perusahaan Jawatan berubah menjadi PT. TVRI (PERSERO) sejak tanggal 17 April 2002, sedangkan dengan surat keputusan direksi PT. TVRI (PERSERO) No: 036/Kpts/Direksi/TVRI/2003 tentang penetapan nomenklatur dan klasifikasi TVRI stasiun daerah, TVRI Stasiun Jawa Tengah Termasuk dalam kategori stasiun daerah kelas “A”. Pada tahun 2002, TVRI secara nasional kembali mengalami masa transisi dengan dikeluarkan UU Nomor 32 tentang penyiaran. Pelaksanaan UU ditindak lanjuti dengan ditetapkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor: 13 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik televisi Republik Indonesia. Selama 12 tahun dari tahun 1970 sampai 1982, Stasiun TVRI Jawa Tengah masih berbentuk kantor perwakilan TVRI Yogyakarta yang dipimpin oleh seorang koordinator perwakilan. Pada tahun 1982 mulai dibentuk Stasiun Produksi Keliling yang dipimpin oleh seorang Kepala SPK sampai tahun 1996. Pada tahun 1996, TVRI SPK Semarang brubah menjadi Stasiun Penyiaran yang dipimpin oleh seorang Kepala Stasiun. Pada tahun 2000, TVRI berubah menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN) dan pada tahun 2002 berubah lagi menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin seorang manajer. Kemudian pada tahun 2005 TVRI berubah menjadi Stasiun
65
Penyiaran Publik yang dipimpin oleh seorang Kepala Stasiun sampai sekarang. LPP TVRI terus berkembang, dengan visi sebagai televisi masyarakat Jawa Tengah dan mengemban misi sebagai media komunikasi yang memberikan informasi terpercaya, mencerdaskan serta menyajikan hiburan yang bermutu dan berakar pada budaya masyarakat Jawa Tengah. LPP TVRI Jawa Tengah juga meningkatkan kerjasama dengan mitra kerja dengan prinsip kesejahteraan dan saling menguntungkan. LPP TVRI juga membentuk lingkungan kerja yang sehat, harmonis dan professional bagi karyawan dan mitra kerja. 3.1.3. Arti Logo LPP TVRI
Arti simbolis dari bentuk logo ini menggambarkan “layanan publik yang informatif, komunikatif, elegan dan dinamis” dalam upaya mewujudkan visi dan misi TVRI sebagai TV public yaitu media yang memiliki fungsi control dan perekat sosial untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Bentuk lengkung yang berawal pada huruf T dan berakhir pada huruf I dari
66
huruf TVRI membentuk huruf “P” yang mengandung 5 (lima) makna layanan informasi dan komunikasi menyeluruh, yaitu: 1. P sebagai huruf awal dari kata PUBLIK yang berarti “ memberikan layanan informasi dan komunikasi kepada masyarakat dengan jangkauan nasional dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.” 2. P sebagai huruf awal dari kata PERUBAHAN yang berarti “membawa perubahan ke arah yang lebih sempurna.” 3. P sebagai huruf awal dari kata PERINTIS yang berarti “merupakan perintis atau cikal bakal pertelevisian Indonesia.” 4. P sebagai huruf awal dari kata PEMERSATU yang berarti “merupakan lembaga penyiaran public yang mempersatukan bangsa Indonesia yang tersebar di Bumi Nusantara yang sangat luas dan terdiri atas ribuan pulau.: 5. P sebagai huruf awal dari kata PILIHAN yang berarti “menjadi pilihan alternatif tontonan masyarakat Indonesia dari berbagai segmen dan lapisan masyarakat.” Bentuk elips dengan ekor yang runcing dan dinamis melambangkan komet yang bergerak cepat dan terarah serta bermakna gerakan perubahan
67
yang cepat dan terencana menuju televise public yang lebih sempurna.Bentuk tipografi TVRI memberi makna elegan dan dinamis, siap mengantisipasi perubahan dan perkembangan jaman serta tuntutan masyarakat. Warna biru mempunyai makna elegan, jernih, cerdas, arif, informative dan komunikatif. Perubahan warna jingga ke warna merah melambangkan sinar atau cahaya yang membawa pencerahan untuk ikut bersama mencerdaskan kehidupan bangsa serta mempunyai makna : semangat dan dinamika perubahan menuju kea rah yang lebih sempurna. 3.1.4. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Tugas TVRI a.
Visi Terwujudnya TVRI sebagai media independen, professional, terpercaya dan pilihan bangsa Indonesia, dalam keberagaman usaha dan program serta jaringan penyiaran berkualitas
yang ditujukan
untuk melayani kepentingan masyarakat dalam upaya memajukan kesejahteraan
umum,
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
dan
melestarikan nilai budaya bangsa, untuk memperkuat persatuan nasional. b.
Misi
68
a.
Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial yang dinamis.
b.
Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama.
c.
Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan
kebudayaan
daerah
serta
memperhatikan
komunitas
terabaikan. d.
Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra bangsa dan negara Indonesia di dunia internasional.
c.
Tujuan Penyiaran TVRI Memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan
kesejahteraan
umum,
dalam
rangka
membangun
masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan
industri
penyiaran
No.32/Th.2002, tentang Penyiaran) d.
Tujuan dan Sasaran
Indonesia.
(Pasal
3
UU
69
1)
Terciptanya program yang menarik.
2)
Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan.
3)
Meningkatnya kualitas SDM khususnya pada penguasaan teknologi informasi.
4)
TVRI menjadi pusat sarana pembelajaran sekolah dan luar sekolah.
5)
Meningkatnya sistem dan prosedur pada TVRI.
6)
Meningkatnya kemampuan Stasiun Penyiaran Daerah.
7)
Terciptanya pemancar yang berkualitas dan berteknologi tinggi.
8) e.
Meningkatnya jangkauan siaran.
Tugas TVRI Sebagai TV Publik Memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya bangsa untuk
kepentingan
seluruh
lapisan
masyarakat
melalui
penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. ( Pasal 4 PP. No.13 Th.2005) 3.2. Pola Siaran LPP TVRI Jawa Tengah
70
Sejak awal dioperasikannya, TVRI Stasiun Jawa Tengah, pola siarannya mengacu pada pola siaran TVRI Nasional, yang di sebut sebagai pola acara terpadu. Hal ini dikarenakan TVRI dibawah salah satu manajemen penyiaran, sehingga stasiun TVRI daerah harus mengikuti pola acara terpadu dari Pusat. sAcara yang diproduksi TVRI Stasiun Jawa Tengah disebut pola acara harian. Pola acara harian disusun berdasarkan pola acara tahunan dari TVRI Pusat Jakarta. Setelah diterima oleh TVRI Stasiun Jawa Tengah pola acara tersebut disebut pola acara tahunan. Hal ini berarti pola acara tahunan TVRI Stasiun Jawa Tengah merupakan hasil kombinasi antara pola acara Pusat dengan daerah. Karena sistematis ini wajib, maka siaran relay dari Pusat pasti selalu ada. Disamping itu apabila terjadi kekosongan produksi siaran, stasiun TVRI daerah bisa langsung merelay dari TVRI Nasional. 3.3. Ruang Lingkup Perluasan jangkauan siaran terus-menerus ditingkatkan. Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah yang semula berada dalam cakupan siaran TVRI Stasiun Yogyakarta, kemudian diselenggarakan siaran televisi dengan didirikan stasiun transmisi channel 4 yang berlokasi di Gombel. Siaran televisi dilaksanakan dengan cara melaksanakan relay siaran nasional TVRI Stasiun Pusat Jakarta melalui jaringan microwave teresterial.
71
Selanjutnya dibangun stasiun penghubung di Bukit Gombel. Bukit Gombel dianggap memenuhi syarat untuk dibangun stasiun penghubung karena berada pada ketinggian kurang lebih 200 m diatas permukaan air laut dan tidak terhalang oleh gunung-gunung atau bukit-bukit. Stasiun transmisi gombel pada awal beroperasi dengan peralatan pemancar dengan daya keluaran 1kW, untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat, maka peralatan dengan daya keluaran 1kW diganti dengan daya keluaran 5kW. Terdapat juga pemancar UHF yang bekerja pada channel 23 UHF. Dalam proses transmisi, perambatan gelombang elektromagnetik dalam kedudukan pada satu garis penglihatan dan tidak boleh terhalang. Gelombang elektromagnetik tidak dapat menembus apabila terhalang pepohonan, gunung, ataupun perbukitan. Apabila terjadi demikian, maka siaran televisi tidak dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat di Jawa Tengah. Oleh sebab itu, kondisi geografis Indonesia yang berupa pegunungan dan perbukutan menjadi salah satu kendala dalam proses transmisi. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibangunlah stasiun transmisi di daerah-daerah yang menghubungkan stasiun yang satu dengan stasiun yang lain kemudian dipancarkan ke pemirsa. Sehingga jangkauan siaran televisi semakin luas.
72
Letak stasiun transmisi yang satu dengan yang lain diatur sedemikian rupa sehingga line of sight, yaitu perambatan gelombang radio dari antenna pemancar ke antena penerima melalui ruang bebas dalam kedudukan pada satu garis lurus. Sehingga siaran televisi dapat diterima dengan lebih baik dan lebih merata ke pemirsa dalam jangkauan satuan transmisi terdekat. Meskipun terletak berdekatan namun masing-masing satuan transmisi memiliki channel yang berbeda sehingga tidak terjadi interferensi. Pembagian channel dan jenis pesawat yang digunakan pada masing-masing satuan transmisi di Jawa Tengah adalah sebagai berikut : 1.
Satuan Transmisi Gombel Peralatan
: Pemancar VHF/ UHF/ Microwave Link
Chanel
: 4 dan 23
Letak
: Desa Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Semarang
Cakupan wilayah :Semarang-Batang-Kendal-Kudus-PurwodadiSalatiga-Ungaran 2.
Satuan Transmisi Pucang Pandawa Peralatan
: Pemancar VHF
Chanel
: 10 (sepuluh)
73
Letak
: Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara
Cakupan wilayah : Jepara-Bangsri-Tayu 3.
Satuan Transmisi Colo Peralatan
: Pemancar VHF
Chanel
: 8 (delapan)
Letak
: Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus
Cakupan wilayah : Kudus, Pati, Juwana, Rembang 4.
Stasiun Transmisi Semanggi Peralatan
: Pemancar VHF
Chanel
: 7 (tujuh)
Letak
: Desa Semanggi, Kecamatan Karang Jati, Blora
Cakupan wilayah : Blora, Cepu, Jepon 5.
Stasiun Transmisi Tawang Mangu Peralatan
: Pemancar VHF, UHF dan microwave Link
Chanel
: 4 dan 23
Letak
: Kabupaten Karang Anyar, Solo
74
Cakupan wilayah : Solo, Karanganyar, Sukoharjo 6.
Satuan Transmisi Wungurejo Peralatan
: Pemancar VHF/ Microwave Link
Chanel
: 10 (sepuluh)
Letak
: Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo
Cakupan wilayah : Solo-Boyolali-Klaten-Sukoharjo 7.
Stasiun Transmisi Eromoko Peralatan
: Pemancar VHF
Chanel
: 11 (sebelas)
Letak
: Desa Pucung, Kecamatan Eromoko, Wonogiri
Cakupan wilayah : Eromoko dan sekitarnya 8.
Stasiun Transmisi Pager Gedog Peralatan
: Pemancar VHF
Chanel
: 10 (sepuluh)
Letak
: Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang
Cakupan wilayah : Temanggung, Ambarawa, Magelang, Salatiga
75
9.
Stasiun Transmisi Gunung Garung Peralatan
: Pemancar VHF
Chanel
: 7 (tujuh)
Letak
: Desa Butuh, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonoosobo
Cakupan wilayah : Wonosobo-Banjarnegara-Banyumas 10.
Stasiun Transmisi Gunung Depok Peralatan
: Pemancar VHF
Chanel
: 9 (sembilan)
Letak
: Kecamatan Pakunden, Kabupaten Banyumas
Cakupan wilayah : Purwokerto-Purbalingga-Cilacap 11.
Stasiun Transmisi Bumi Agung Peralatan
: Pemancar VHF
Chanel
: 11 (sebelas)
Letak
: Desa Bumi Agung, kecamatan Rawa Kele, Kebumen
76
Cakupan wilayah : Kebumen-Bumi Agung-Gombong 12.
Stasiun Transmisi Gunung Tugel Peralatan
: Pemancar VHF
Chanel
: 6 (enam)
Letak
: Kabupaten Kutoarjo
Cakupan wilayah : Kutoarjo-Purworejo 13.
Stasiun Transmisi Gunung Baribis Peralatan
: Pemancar VHF
Chanel
: 11 (sebelas)
Letak
: Desa Mayana, Kecamatan Bantar Kawung, Kabupaten Brebes
Cakupan wilayah : Kabupaten Brebes dan sekitarnya 14.
Stasiun Transmisi Gunung Priksa Peralatan
: Pemancar Microwave Link
Chanel
:-
77
Letak
:Desa
Kalibalik,
Kecamatan
Limpung,
Kabupaten Batang Cakupan wilayah : Kabupaten Batang-Weleri-Kendal 15.
Stasiun Transmisi Gunung Gantungan Peralatan
: Pemancar VHF, UHF dan Microwave LInk
Chanel
: 5 dan 25
Letak
: Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal
Cakupan wilayah : Tegal, Cirebon, Pekalongan, Brebes, Slawi Target Audiens Acara-acara stasiun televisi ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat propinsi Jawa Tengah. Oleh karenanya desain program TVRI Stasiun Jawa tengah tidak mengenal istilah Prime Time, sebab dari realita di lapangan, kapanpun suatu acara ditayangkan, asalkan bagus dan berkualitas, ia akan tetap mendapat tempat dihati pemirsa. Sehingga kenyataan ini mematahkan anggapan bahwa pukul 7 hingga 9 malam adalah waktu prime time penayangan acara unggulan suatu acara Televisi. 3.4. Diskripsi Program Siaran Rumahku Surgaku Program Rumahku Surgaku secara tidak langsung juga telah memperkaya khazanah dan budaya kita tentang pengetahuan akan agama dan seluk beluk yang
78
ada didalamnya. Tetapi bukan hanya siaran Rumahku Surgaku yang mengudara, tetapi masih banyak siaran keagamaan yang ditayangkan oleh LPP TVRI Jawa Tengah. Acara-acara tersebut juga di bawah kendali langsung divisi bagian program agama, acara tersebut antara lain ada Penyejuk rohani. Sasaran dari acara Rumahku surgaku ditujukan kepada seluruh khalayak pemirsa LPP TVRI Jawa Tengah dan mengambil format siaran talk show (live) acara yang berdurasi selama enam puluh (60) menit ini mulai tayang pada tahun 2007 ini bertujuan dimana para pemirsa dapat bertanya langsung tentang masalah-masalah sesuai materi yang dihadapi oleh para pemirsa, ditambah dengan pemecahan dan solusi dari permasalahan tersebut yang langsung dijawab oleh pemateri, sehingga tidak ada kejanggalan atau ganjalan pada pemirsa (Wawancara dengan kepala bagian program Bpk. Hanun pada tanggal 21 Nopember 2011 di kantor penyiaran program). Pengambilan tema yang masih hangat dan tren di tengah masyarakat menjadi sorotan utama. Hubungan antara manusia dengan Tuhan (aqidah), hukun Islam (syari’ah), tingkah laku (akhlak) materi yang digilir tiap bulan. Narasumber tidak luput dari pertimbangan dalam hal penayangan siaran Rumahku Surgaku. Para pemuka agama yang rata-rata sudah dikenal dan mempunyai jam terbang dalam hal penyiaran dakwah Islam didatangkan sebagai da’i narasumber dari acara siaran Rumahku Surgaku. Selain hal tersebut juga pemilihan narasumber dari penentuan LPP TVRI Jawa Tengah menayangkan narasumber tersebut dikarenakan LPP TVRI Jawa Tengah adalah media massa
79
profesional. Jam tayang yang mengambil waktu sore hari, pada pukul 16.00 WIB tidak hanya asal menentukan. Tetapi hal ini dikarenakan pada jam-jam tersebut adalah waktu dimana para pemirsa sedang bersantai di rumah, seluruh keluarga berkumpul untuk menikmati hiburan-hiburan yang ditayangkan oleh televisi (wawancar dengan Bp. Hanun pada tanggal 21 Nopember 2011 di kantor kepala program). Diharapkan juga sebagai waktu yang tepat untuk bertanya jawab tentang masalah-masalah agama yang dihadapi oleh para pemirsa, sekaligus juga sebagai acara hiburan yang mengisi jiwa dan rohani. Materi siaran Rumahku Surgaku dibuatkan diolah oleh divisi Program siaran agama. Tema dan materi siaran mengambil dari ajaran Islam yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara manusia dengan manusia dan lingkungan sekitar (aqidah), hukum-hukum Islam (syari’ah) dan tentang tata perilaku manusia yang dianjurkan agama (akhlak). Materi siaran mimbar agama Islam dibuat secara talk show interaktif (live) satu bulan sebelum acara atau episode tersebut ditayangkan.
BAB IV ANALISIS PERAN LPP TVRI JAWA TENGAH DALAM MENYIARKAN AGAMA ISLAM 4.1. LPP TVRI Jawa Tengah Sebagai Media Penyiaran Agama Islam Dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), dikatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Maka dalam menyusun program siaran, LPP TVRI Jawa Tengah berpedoman seperti apa yang digariskan oleh pemerintah yang berfungsi sebagai media pendidikan, hiburan, informasi dan dakwah. Penyiaran agama Islam mencakup segi-segi yang sangat luas, yaitu meliputi usaha atau aktivitas mengajak audiens Islam untuk lebih memahami Islam, usaha-usaha amar ma’ruf serta perbaikan dan pembangunan, dan realisasi ajaran Islam dalam segenap segi kehidupan. Penyiaran agama Islam merupakan sebagian dari dakwah, hal ini dapat dipahami dari pengertian dakwah dan penyiaran agama Islam itu sendiri. Menurut masdar Helmy dalam bukunya “ Dakwah Dalam Alam Pembangunan“ memberikan definisi dakwah sebagai berikut : Dakwah adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran Allah (Islam). Termasuk didalamnya yaitu untuk memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat (Masdar Helmy, 1973: 3).
80
81
Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami krisis moral, tawuran yang berujung anarkis, tindak amoral dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh minimnya pemahaman agama, sehingga terjadi tindakantindakan yang melanggar syariah Islam. Oleh sebab itulah LPP TVRI Jawa Tengah membuat program siaran agama Islam yang diharapkan mampu memberikan solusi berharga bagi umat Islam khususnya dan khalayak pada umumnya. Harapan, tujuan dan maksud yang melatar belakangi program siaran agama Islam ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prilaku umat Islam dan masyarakat secara umum. Penyiaran program agama Islam di LPP TVRI Jawa Tengah pada umumnya sangatlah beragam, hingga format acara yang diproduksi sangat berpengaruh pada minat pemirsanya. Jika kita lihat disaat sekarang, ada cukup banyak televisi swasta yang menayangkan acara keagamaan yang berbentuk ceramah dan interaktif. Acara yang disiarkan tidak mengalami perubahan, artinya tanpa adanya hiburan semacam penyegar disela-sela acara yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu, cara penyajian program televisi, khususnya pada program siaran agama Islam harus diformat secara baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Maka untuk memikat audiens, LPP TVRI Jawa Tengah menayangkan program siaran agama Islam yang dapat memberikan penyegaran terhadap audiens yang berupa dialog ustazd dengan audiens kemudian diselingi musik Islami, dan masih banyak lagi siaran LPP TVRI Jawa Tengah yang menayangkan siaran agama Islam yaitu sentuhan qolbu, gema ramadhan, gema takbir, nada dan dakwah, hikmah pagi, mujahadah
82
atau istighosah, lentera Islam, renungan ramadhan, dan pengajian al-Qur’an dan mimbar Islam. Acara-acara tersebut mengandung arti bahwa, LPP TVRI Jawa Tengah sangat memperhatikan syi’ar Islam. Penyiaran program agama Islam juga mengandung arti bahwa walaupun saat ini masyarakat sedang mengalami krisis moral namun diharapkan mampu memahami Islam sebagai agama yang dapat membentuk akhlaq yang lebih baik lagi, disamping dapat memberikan sisi lain terhadap jenuhnya masyarakat terhadap program-program hiburan. 4.2. Fungsi LPP TVRI Jawa Tengah sebagai Media Penyiaran Agama Islam Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah melahirkan masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan hak untuk memperoleh informasi. Dan Informasi telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dan menjadi komoditas penting dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa dan bernegara. Sejatinya, peran televisi adalah untuk memberikan informasi dan sebagai media jalinan komunikasi antara sesama dalam masyarakat. Dengan jalinan komunikasi dan saling berinformasi, secara dinamis, asyarakat akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan masa. Dalam konsep ini, televisi tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan tetapi juga pemberi arti atas realitas yang terjadi dimasyarakat, disinilah fungsi krusial televisi sebagai media dakwah.
83
Fungsi pertelevisian secara umum adalah memberi informasi (to inform), mendidik (to education), menghibur (to entertaint) dan mempengaruhi (to influence). Artinya setiap program televisi harus dapat memberi manfaat kepada khalayak (audience) yang melihatnya. Dalam hubungannya dengan televisi daerah, setidaknya kehadiran televisi-televisi daerah dapat memberi kontribusi bagi daerah tempat dimana stasiun tersebut berdomisili. Citra daerah meliputi citra tentang keadaan, karakteristik, budaya adat istiadat, sejarah, dan kondisi sosial, ekonomi pariwisata, industri, pendidikan serta dakwah. Fungsi tersebut pada dasarnya telah dipenuhi oleh LPP TVRI Jawa Tengah dengan menyiarkan program agama Islam sebagai program siaran yang bermuatan dakwah dan disajikan secara langsung (live). LPP TVRI Jawa Tengah sebagai salah satu media yang mempunyai fungsi informasi, pendidikan, hiburan dan dakwah mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan media lain. Karena televisi memiliki efek yang kuat dan memiliki daya jangkau (coverage) yang luas. Keefektifan ini ditunjang dengan kemampuan televisi yang mampu memberikan informasi secara audio visual (suara dan gambar) yang mempermudah pemirsa untuk menerima isi pesan yang disampaikan (Dedy Iskandar, 2005: 27). Sejatinya, televisi mempunyai fungsi dakwah, yaitu fungsi memberikan informasi agama Islam kepada masyarakat. Setiap stasiun televisi dapat menayangkan berbagai program hiburan seperti film, musik, kuis, talk show, dan sebagainya. Tetapi siaran dakwah
84
merupakan program yang mengidentifikasi suatu stasiun televisi kepada pemirsanya. Islam adalah agama dakwah yakni agama yang menugaskan umatnya untuk menyerukan manusia, suku dan bangsa kepada jalan Allah. Hal ini dipertegas dalam Alquran surat Ali Imron ayat 104 :
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Depag RI, 1992: 116). Penyiaran program agama Islam menjadi identitas khusus yang dimiliki suatu stasiun televisi. Dengan demikian stasiun televisi tanpa program agama Islam akan menjadi stasiun televisi tanpa identitas. Penyiaran program agama Islam menjadi bentuk kewajiban dan tanggung jawab pengelola stasiun televisi kepada masyarakat udara publik. Selama ini da’i dalam melakukan dakwah hanya melewati podium-podium dan mimbar saja, tetapi dengan terciptanya media televisi, maka da'i dalam menyampaikan dakwahnya akan lebih mudah dan sangat efektif.
85
Televisi merupakan salah satu media elektronik modern yang banyak di kenal masyarakat. Dalam penyampaian pesan-pesan sangat jelas dan dapat dilihat seolah kita berada dekat dengan yang menyampaikan dakwah (da’i). Oleh karena itu sangat memungkinkan bagi para da’i untuk menggunakan televisi sebagai media dalam menyebarkan dan menyampaikan ajaran-ajaran Islam, apalagi hal tersebut di dukung dan di lindungi oleh pemerintah sesuai dengan keputusan Menteri Agama RI NO 44 tahun 1978, yang menyatakan : “Bahwa dakwah merupakan upaya penyampaian ajaran agama kepada masyarakat bewrfungsi dan bertujuan menyeru, mengajak umat beragama pada jalan yang benar dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa guna meningkatkan amal usaha bersama membangun masyarakat yang sealaras dengan penghayatan dan pengamalan pancasila”. Dengan munculnya berbagai stasiun televisi lokal di Indonesia khususnya di Daerah Jawa Tengah, maka masing-masing stasiun televisi itu saling bersaing untuk mendapatkan perhatian pemirsa dengan menyajikan program siaran yang menarik, sehingga terjalin kedekatan antara stasiun televisi dengan audiens yang terdiri dari lapisan masyarakat dengan latar belakang yang beragam. Kredibilitas suatu stasiun televisi sebagian besar ditentukan oleh kualitas program yang ditampilkan. Berbeda dengan stasiun televisi lainnya, LPP TVRI Jawa Tengah sebagai salah satu televisi daerah yang berada diwilayah Semarang menyajikan program-program dakwah yang bersifat kontinyu dan insidentil. Format program agama Islam LPP TVRI Jawa Tengah merupakan salah satu penunjang keberlangsungan stasiun daerah untuk tetap menjaga nilai
86
kedekatan dengan pemirsa sekaligus memberikan kontribusi positif kepada khalayak. 4.3.
Implementasi Fungsi Media Penyiaran Agama Islam LPP TVRI Jawa Tengah Program siaran penyiaran agama Islam yang diproduksi LPP TVRI Jawa Tengah dengan nama acara “Rumahku Surgaku” yang ditayangkan sejak tahun 2007. Acara ini berbentuk Talkshow, mendatangkan narasumber yang kompeten dengan setting acara dihadiri oleh jama’ah pengajian dari sekitar Semarang. Hal ini merupakan indikasi bahwa LPP TVRI Jawa Tengah adalah media dakwah yang mengajak dan menggerakkan khalayak atau masyarakat kejalan Allah (Islam). Penyiaran program agama Islam LPP TVRI Jawa Tengah memberikan kontribusi dan perhatian terhadap masyarakat wilayah Semarang dan Jawa Tengah jangkauan siaran LPP TVRI Jawa Tengah. Maksud dan tujuan penyiaran program agama Islam di LPP TVRI Jawa Tengah adalah: 1.
Mengajak, menggerakkan dan mengingatkan masyarakat atau audiens kepada ajaran Islam, yaitu jalan yang diridhai Allah SWT.
2.
Memberikan pemahaman Islam tentang akidah, syari’ah, dan akhlak kepada masyarakat.
87
3.
Menyuguhkan alternatif lain bagi masyarakat yang mengalami kejenuhan terhadap program hiburan televisi yang sudah ada sebelumnya (hasil wawancara dengan Bp. Sofyan pada tanggal 21 Nopember 2011 di kantor kepala program).
Penyiaran program acara agama Islam LPP TVRI Jawa Tengah secara rutin ditayangkan setiap hari minggu pukul 15.30 WIB selama 1 jam adalah “Rumahku Surgaku” dengan frekuensi tayang 4 atau 5 kali dalam sebulan tergantung jumlah minggu dalam setiap bulannya. Sedangkan untuk program agama Islam yang bersifat insidentil, disiarkan pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri saja. Melalui perannya, LPP TVRI Jawa Tengah sebagai stasiun televisi publik daerah yang memberikan informasi, pendidikan, hiburan dan dakwah, maka sasaran penonton yang diharapkan dalam penyiaran program agama Islam adalah dari segala umur dari berbagai golongan. Dalam artian bahwa penyiaran program agama Islam dapat menjangkau semua lapisan masyarakat khususnya masyarakat yang mayoritas beragam Islam. Sebagai stasiun televise daerah, penyiaran program agama Islam adalah acara-acara yang ditujukan kepada masyarakat wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Hal ini dilakukan mengingat jangkauan LPP TVRI Jawa Tengah yang sangat terbatas meliputi wilayah Jawa Tengah saja.
88
Proses penyiaran program agama Islam “Rumahku Surgaku”
perlu
dilakukan perencanaan sehingga menghasilkan program yang berkualitas. Dalam perencanaan, hal yang perlu diperhatikan adalah audiens, narasumber, materi, waktu serta menentukan siapa saja yang terlibat. a.
Audiens Agar menghasilkan produksi siaran yang berkualitas serta diminati oleh audiens, maka program siaran harus spesifik dan terfokus pada topik-topik tertentu yang disesuaikan dengan segmentasi
audiens
menjadikan
siaran
yang lebih
dituju. terarah
Ketajaman karena
segmentasi
khalayak
hanya
memperhatikan siaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu, dalam memproduksi siaran diperlukan perencanaan yang matang, cepat, dinamis dan kreatif sesuai dengan perkembangan selera pemirsa. Karena LPP TVRI Jawa Tengah bersegmentasi pada pendidikan, hiburan, informasi dan dakwah, maka audiens yang menjadi sasaran adalah seluruh lapisan masyarakat yang terdiri dari bapak-bapak, ibu-ibu, remaja dan bahkan anak-anak. b.
Narasumber Agar menarik simpatik audiens, program-program siaran agama islam di LPP TVRI Jawa Tengah, seorang produser harus
89
dapat memilih narasumber atau dai lokal dari daerah Semarang yang sudah mempunyai nama besar sebab dengan nama besar yang disandang, dapat memikat ketertarikan audiens untuk mendengarkan ceramahnya (wawancara dengan kepala bagian program Bp. Hanun pada tanggal 21 Nopember 2011 di kantor kepala bagian program). c.
Materi Agar menghasilkan suatu program acara yang berkualitas, terlebih dahulu harus memperhatikan materinya. Materi tersebut meliputi isi tausiyah yang akan disampaikan. Dalam hal ini, pihak LPP TVRI Jawa Tengah yang menentukan materi isi tausiyahnya. Materi yang disampaikan adalah materi yang bersifat klasik dan materi yang bersifat aktual semuanya itu tidak terlepas dari landasan pokok Al-Quran dan hadist. Materi tersebut dititik beratkan pada hal-hal dalam kehidupan sehari-hari audiens atau pemirsa supaya dapat lebih mudah untuk dipahami. Dalam menyampaikan tausiyah, seorang narasumber tidak menggurui serta tidak melakukan unsur pemaksaan dalam menyampaikan dakwahnya.
90
d.
Waktu Program-program siaran agama Islam yang ditayangkan secara kontinyu di LPP TVRI Jawa Tengah ditayangkan setiap hari minggu pada pukul 15.30 WIB, dengan mata acara Rumahku Surgaku. Disamping itu, ada juga acara yang sifatnya insidentil yang disiarkan pada bulan Ramadhan dan Idul fitri saja. Acara tersebut antara lain Gema ramadhan, Gema takbir, Nada dan dakwah, Hikmah pagi, Lentera Islam, Renungan ramadhan, Pengajian Al Quran dan Mimbar Islam.
Pelaksanaan siaran program-program siaran agama Islam di LPP TVRI Jawa Tengah dilaksanakan sesuai dengan desain program yang telah ditetapkan yaitu setiap hari minggu pukul 16.00 WIB di LPP TVRI Jawa Tengah, dengan mata acara Rumahku Surgaku yang ditayangkan secara live (langsung). Penayangan secara live (langsung) dimaksudkan untuk menciptakan hubungan interaksi antara narasumber dan audiens (pemirsa) dengan live telpon pemirsa dapat menanyakan permasalahan langsung ke narasumber.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Dengan selesainya pembahasan, tentang peran LPP TVRI Jawa Tengah dalam menyiarkan agama Islam, maka penulis dapat merumuskan kesimpulankesimpulan sebagai berikut : 1.
Peran LPP TVRI Jawa Tengah dalam menyiarkan agama Islam yaitu sebagai media dakwah. Dalam menjalankan perannya, LPP TVRI Jawa Tengah sangat memperhatikan misi syiar Islam sehingga programprogram siaran agama Islam yang disiarkannya dapat secara optimal mencapai tujuan hingga audiens khususnya yang beragama Islam mampu memahami Islam sebagai agama yang dapat membentuk akhlaq yang lebih baik. Disamping itu penyiaran program-program dakwah dapat memberikan alternatif lain yang mampu menghilangkan rasa jenuh masyarakat akibat membanjirnya program- program hiburan yang cenderung kontradiktif terhadap misi dakwah.
2.
Dalam menjalankan perannya sebagai media penyiaran agama Islam LPP TVRI Jawa Tengah telah:
91
92
a. Merancang, memproduksi serta menyiarkan program-program siaran agama Islam dalam berbagai format (berita, reportase, talkshow, musik dan sinetron) baik secara langsung (live) maupun tunda (delayed). b. Melakukan diversifikasi dalam format dengan mengkombinasikan aneka format, jenis pesan dakwah dengan memadukan antara kebutuhan dan keinginan audiens, komunikator dengan menampilkan da’i-da’i yang populer dimasyarakat, dan target audiens dengan menghadirkan kelompok-kelompok audiens yang berbeda dan mencakup berbagai lapisan masyarakat baik dalam usia, pendidikan maupun profesi.
5.2. Saran-saran Melihat hasil dari penelitian ada saran-saran yang ingin penulis sampaikan 1.
Penyiaran program-program siaran agama Islam secara rutin di LPP TVRI Jawa Tengah perlu ditingkatkan lagi, mengingat masyarakat atau audiens perlu solusi dan pemahaman agama Islam.
2.
Perlu mengundang da’i dari luar daerah Semarang yang namanya sudah dikenal oleh khalayak.
93
3.
Upaya untuk terus meningkatkan kualitas materi maupun metode penyiaran agama Islam, sehingga kualitas siaran bertambah baik.
5.3. Penutup Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya yang sederhana ini. Tidak lupa, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan keilmuan dakwah kedepan.
DAFTAR PUSTAKA Ali, A. Mukti. 1971. Beberapa Masalah Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta: Nida Amin, Masyhur. 1983. Metode Dakwah Islam, Yogyakarta: Sumbangsi Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah Anshori, Endang. 1976. Pokok-pokok Pikiran tentang Islamiyah, Jakarta: Usaha Inter Proses Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, Saifuddin. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Budiasih, Kun Sri. 2005. Beneran Nolak TV?!, Bandung: DAR! Mizan Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia Darwanto sastro subroto. 1994. Televisi Sebagai Media Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Departemen Agama RI. 2006. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur’an Effendy, Onong Uchjana. 1984. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Karya ____________________. 1984. Televisi Siaran dan Praktek. Bandung: Remaja Karya ____________________. 1993. Televisi Siaran: Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju ____________________. Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung. Citra Aditya Bakti Ensiklopedi Nasional Indonesia. 1989. Jakarta: Cipta Adi Pustaka Hadi, Sutrisno. 1987. Metode Research. Yogyakarta: YPFP UGM Hamzah, Ya’qub. 1981. Publistik Islam: Teknik Dakwah Leadership, Bandung: Diponegoro
Helmy, Masdar. 1973. Dakwah Dalam Alam Pembangunan, Semarang: CV Toha Putra. Jilid I Hidayati, Arini. 1998. Televisi dan Perkembangan Sosial Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hoetomo. 2005, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Mitra Pelajar Surabaya Horton, Paul B, Chester. 1999. Sosiologi, Jakarta: Erlangga Idris, Soewardi. 1987. Jurnalistik Televisi. Bandung: CV Demaga Karya Iskandar, Deddy. 2005. Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional. Bandung: Rosda Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media dan Televisi. Jakarta: Rineka Cipta Leo, Alex Zulkarnaen. 1997. Bercinta dengan Televisi, Ilusi, Imfersi dan Imaji sebuah Kotak Ajaib. Bandung: Remajarosda Karya L Tubbs, Stewart dan Sylvia Moss. 1996. Human Communication, Konteks Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Luth, Thohir. 1988. M. Natsir: Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani Malik, Dedy Jamaluddin. 1993. Komunikasi Persuasif. Bandung, PT. Remaja Rosda Karya Masduki, 2004. Menjadi Broadcaster Profesional, Yogyakarta : LkiS Muhadjir, Noeng. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyana, Dedy dan Idy Subandi. 1997. Bercinta dengan televisi: ilusi, impresi dan imaji sebuah kotak ajaib. Bandung, remaja rosda karya. Cet.1 Natsir, M. 1981. Fiqhud Da’wah. Semarang: YKPI – Ramadhani Rahmad, Jalaluddin. 2001. Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya Salim, Yeni. 1995. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Salim, Ahmad. Tt. Kamus Ilmiah Popular. Yogyakarta: Absolut
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1991. Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: CV. Rajawali Soekanto, Suryono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Syani, Abdul. 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya, al-Ikhlas Wahyuni, Hermin Indah. 2000. Televisi: Intervensi Negara, Yogyakarta, media pressindo. Cet.1 (http://asiaaudiovisualra09setiyopujilaksono.wordpress.com/2009/07/06/mengenal-lebihjauh-tentang-televisi/,diakses 1/12/2011).
PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana sejarah TVRI Jawa Tengah berubah menjadi LPP TVRI Jawa Tengah? (Bagian SDM LPP TVRI Jawa Tengah) 2. Bagaimana struktur organisasi LPP TVRI Jawa Tengah? (Bagian SDM LPP TVRI Jawa Tengah) 3. Apa saja nama program acara LPP TVRI Jawa Tengah tentang siaran agama Islam? (Bagian Program acara LPP TVRI Jawa Tengah) 4. Apakah menurut LPP TVRI Jawa Tengah menyiarkan agama Islam itu penting? (Bagian program acara) 5. Berapa jam porsi tayangan dari LPP TVRI Jawa Tengah dalam menyiarkan program dakwah Islam? (Bagian program acara) 6. Program siaran dakwah Islam ini sudah berlangsung berapa lama? (Bagian program acara) 7. Terkait dengan waktu siaran menurut LPP TVRI Jawa Tengah, apakah termasuk yang efisien? (Bagian pengembangan dan usaha) 8. Bagaimana bentuk acara program dakwah Islam yang ditayangkan oleh LPP TVRI Jawa Tengah? (Bagian program acara) 9. Bagaimana karakteristik da’i yang diambil LPP TVRI Jawa Tengah untuk menyiarkan agama Islam, mengingat faktor da’i yang sangat berpengaruh besar dalam proses dakwah? (Bagian program acara)
10. Meliputi pesan dakwah apa saja yang disampaikan dalam program acara tersebut? (Bagian program acara) 11. Dalam pengamatan LPP TVRI Jawa Tengah selama berlangsungnya program acara dakwah Islam ini termasuk standar rating berapa? (Bagian pengembangan dan usaha)