PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN KERJA GURU (Study Pada Sekolah Dasar Negeri 2 Selebung Ketangga) WIRYA, LALU KERTA Guru pada Sekolah Dasar Negeri 2 Selebung Ketangga Keruak - Lombok Timur ABSTRAK Keberhasilan guru sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang jelas adalah faktor penentu keberhasilan lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena itu, disinilah peran dan fungsi kepala sekolah dalam memimpin dan meningkatkan disiplin dan motivasi-motivasi guru untuk bekerja dan dalam upaya peningkatan kedisiplinan kerja guru. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Ingin mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kedisiplinan kerja guru dan pengaruhnya terhadap siswa. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis pendekatan kualitatif, jenis penelitian Deskriptif Kualitatif, dengan menjadikan kepala sekolah, guru, dan semua masyarakat sekolah yang ada di SDN 2 Selebung Ketangga sebagai subjek penelitian. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi serta dengan menggunakan teknik analisis data taksonomi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa peran kepala sekolah sebagai manajer dalam pengelolaan tenaga pendidik khususnya dalam disiplin kerja, kepala sekolah memiliki peran penting dalam meningkatkan kedisiplinan,terutama dalam kerja guru dan keberhasilan siswa. Terlihat bahwa kepala sekolah menekankan pada disiplin waktu yaitu baik kepala sekolah, guru/pegawai maupun siswa sudah berada di sekolah sebelum pelajaran dimulai. Selain itu ditekankan pada kehadiran juga ditekankan pada kesopanan dan kerapian, kemampuan. Hal ini terlihat dari tingkat kelulusan siswa yang mencapai 97,59% lebih baik dari sebelumnya dan kesemua itu tidak terlepas dari komunikasi yang bersifat dua arah artinya tidak hanya sebatas hubungan kerja tetapi juga hubungan emosional. Kata kunci : Kepemimpinan, Disiplin, kerja guru
ABSTRACT The success of teachers is influenced by various factors that clearly is a critical success factor of the institutions. Therefore, where the role and function of the principal in leading and improving disciplines and motivations of teachers to work and in improving work discipline teachers. So that the objectives of this research are: Want to know the role of school leadership in improving work discipline of teachers and its influence on students. The method used in this research is to use the type of qualitative approach, the type of qualitative descriptive research, by making the principals, teachers, and all the public schools in SDN 2 Selebung Ketangga as a research subject. In gathering the data the researchers using observation, interviews, and documentation and by using data analysis techniques taxonomy. From the results of studies conducted, researchers found that the role of the principal as a manager in the management of educators, especially in labor discipline, the principal has an important role in improving discipline, especially in the work of teachers and student success. It is seen that the principal emphasis on discipline is a good time principals, teachers / staff and students were in school before the lesson begins. In addition emphasized in attendance also emphasized modesty and neatness, ability. This is evident from the graduation rate of students reached 97.59% better than before and these can not be separated from two-way communication means not only a working relationship but also the emotional connection. Keywords: Leadership, Discipline, teacher work
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 PENDAHULUAN Setiap organisasi dalam mencapai tujuan tidak terlepas dari manajemen, tidak terkecuali organisasi pendidikan. Namun demikian, keberadaan manajemen pendidikan belum dapat menjawab perkembangan zaman yang berubah secara cepat. Organisasi pendidikan merupakan lembaga (institusi) strategis pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu, penanganan secara profesional lembaga pendidikan tersebut menjadi suatu keharusan. Selain itu, kekompakan dan kesatuan pemikiran dan langkah antar berbagai personal dalam institusi pendidikan tersebut merupakan faktor penentu keberhasilan lembaga pendidikan tersebut. Salah satu bentuk kesatuan pemikiran tersebut adalah konsep dan pemikiran pimpinan tidak bertentangan dengan stafnya. Pengamatan menunjukkan bahwa masalah manajemen pendidikan kita masih belum menampilkan kemampuan profesional yang diinginkan. Secara tegas Tilaar (dalam M. Sodikin Absori, 2003:3) mengemukakan bahwa masalah manajemen pendidikan merupakan salah satu krisis pokok dalam dunia pendidikan kita dewasa ini. Hal ini disebabkan ketiadaan tenaga tenaga administrator pendidikan yang profesional, sedangkan krisis yang lainnya adalah meliputi kualitas, relevansi dan elitisme dalam bidang pendidikan. Sonhaji (dalam M.Sodikin Absori 2003:4) menyatakan bahwa dalam pengelolaan organisasi pendidikan di perlukan personal yang berkualitas dalam arti penempatan orang yang tepat yang sesuai dengan posisinya, atau dengan kompetensi yang diperlukan untuk berkinerja efektif dan efisien. Salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa kemerosotan mutu hasil belajar murid. Bukan saja karena kurangnya motivasi murid atau belum penuhnya perhatian orang tua dan kelemahan - kelemahan di pihak guru, tetapi secara menyakinkan juga diperburuk oleh prilaku kepemimpinan yang tidak tepat pakai dan tepat guna. Dengan demikian untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang profesional, mewajibkan kemampuan mengelola lembaga pendidikan dengan baik. Pimpinan pendidikan harus memiliki kemampuan dan keterampilan manajerial dalam menjalankan organisasi yang dipimpinnya terutama fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah kontrol atau pengawasan. Konsep pengawasan menimbulkan reaksi emosional yang bermacam-macam. Diantara mereka selain ada yang menerima adanya pengawasan, juga ada yang menolak. Namun
akhir-akhir ini para kepala sekolah telah memahami adanya hubungan yang sangat signifikasi antara keberhasilan program dengan pengawasan, sehingga didalam sekolah diperlukan adanya pengawasan terhadap performansi. Melalui pengawasan, kreativitas, semangat, dan produktivitas kerja dapat dikembangkan. Rifai (dalam Gaspar,1995:7) menegaskan bahwa kepala sekolah adalah administrator pendidikan di sekolahnya. Ia wajib melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program pendidikan disekolahnya sesuai dengan yang telah direncanakan atau tidak. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa pengawasan kepala sekolah terhadap kegiatan para guru merupakan kegiatan penting bagi pengembangan profesional para guru. Kepala sekolah mempunyai posisi yang sangat penting dalam memelihara dan memperbaiki kualitas sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Banyaknya tugas dan tanggung jawab tersebut membuat posisi kepala sekolah menjadi penting dan menantang. Oleh masyarakat dan pemerintah, kepala sekolah dituntut bertanggung jawab atas efektif tidaknya penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh pihak guru, kepala sekolah dituntut untuk dapat mengembangkan iklim sekolah yang kondusif bagi kelancaran proses belajar mengajar. Sebagai administrator pendidikan di sekolah, kepala sekolah menghadapi berbagi problem. Salah satu problem yang menuntut perhatian kepala sekolah adalah masalah disiplin kerja warga sekolah dalam mewujudkan tujuan sekolah. Pencapaiaan tujuan sekolah, baik secara kualitas maupun secara kuantitas sangat bergantung pada orang – orang yang bergabung di dalam lembaga sekolah tersebut atau dengan kata lain suatu sekolah sama baiknya dengan orang orang yang melaksanakannya. Keberhasilan guru sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ada karena kemampuannya dan keterampilan untuk itu. Di pihak lain keberhasilan guru dapat pula dipengaruhi oleh hubungan interaktif antar berbagai faktor dalam bekerja seperti tersedianya alat-alat, metode dan cara kerja, hubungan dengan rekan sejawat dan lain-lain. LANDASAN TEORI A. Kepemimpinan Dalam Perspektif Struktur Fungsional Sebelum mengarah mengenai teori kepemimpinan dan peran kepala sekolah secara umum, terlebih dahulu melihat kepemimpinan
Wirya, Lalu Kerta | 26
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 dalam perspektif struktural-fungsional, yang dimana teori ini memiliki pengaruh besar terhadap ilmu sosial termasuk kepemimpinan. Teori strukturalfungsional ini dimana lebih memandang norma dan keteraturan yang sifatnya teratur, selain itu juga terdapat struktur sosial dan institusi berskala luas, antar hubungannya, dan pengaruhnya serta mempunyai sasaran atau tujuan dimana untuk mewujudkannya dibutuhkan struktur sehingga system pun bisa dijalankan (Douglas 2003:115). Selain itu juga kepemimpinan dalam teori sosiologi yaitu teori fungsional-struktural yang menekankan pada teori fungsi dan struktur kedudukan yang berkaitan dengan system dalam suatu organisasi maupun kelompok orang. Teori fungsional-struktur menekankan landasan normative terciptanya konsesus sosial dan keseimbangan system, person (dalam Piotr Sztompka 1993:294), yang dimana lebih menekankan pada fungsi-fungsi (peran) dan berstruktur, adanya perbedaan posisi antara pemimpin dan bawahan baik itu pada suatu system, setiap pola prilaku yang sesuai atau menyimpang, setiap kebiasaan atau aturan, setiap keputusan kebijaksanaan yang besar, setiap nilai budaya dapat dianalisa dengan kerangka fungsional (Merton, dalam Doyle Paul Johnson 1990:100) Kepemimpinan dalam teori structuralfungsional memandang atau melihat posisi pemimpin bersifat lebih khusus dan spesifik. Artinya bagaimana seorang pemimpin mampu menjalankan perannya atau tanggung jawabnya berdasarkan posisinya sebagai pemimpin dan mampu mengarahkan para bawahannya sesuai dengan tujuan bersama. Apalagi pemimpin mempunyai peranan sebagai titik sentral atau bisa juga dikatakan sebagai urat nadi, untuk itu pemimpin harus memiliki pengaruh yang besar dan mampu memberikan tauladan dan gambaran ataupun hubungan yang baik terhadap bawahannya. Intinya bahwa kepemimpinan dalam teori structural-fungsional yang dimana pemimpin memiliki kedudukan strategis karena kepemimpinan merupakan titik sentral seluruh kegiatan organisasi. B. Teori Kepemimpinan Kepemimpinan diterjemahkan kedalam istilah sifat-sifat, prilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama antar peran,kedudukan dari satu jabatan administratif dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh. Menurut Wahjosumidjo (2003) kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi prilaku orang lain untuk berfikir dan berprilaku
dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi didalam situasi tertentu. Menurut Timpe (dalam Gaspar 1995:16) kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang lebih tinggi dari manajemen,karena pemimpin adalah ahli strategi yang menetapkan tujuan organisasi baik keluar maupun kedalam, serta menyelaraskan asset dan keterampilan organisasi dengan kesempatan dan resiko yang dihadapkan oleh lingkungan. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan perubahan yang paling efektif dalam prilaku kelompok,bagi yang lain pemimpin adalah proses mempengaruhi kegiatankegiatan kelompok kearah penetapan tujuan dan pencapaian tujuan. Pengertian kepemimpinan sangat luas dan tidak bisa dinyatakan dalam satu pendapat saja,walaupun berbeda rumusan tetapi mengandung makna yang sama. Secara umum dapat dikelompokkan kedalam 3 golongan yaitu: 1). Menekankan pada unsur sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin 2). Memandang kepemimpinan sebagai kegiatan atau efektivitas biasa dikenal dengan pendekatan situasional 3). Kepemimpinan itu merupakan proses atau interaksi antara tiga unsur yaitu unsur pemimpin, pengikut dan situasi, Pamuji (dalam Wahjosumidjo 2003). Dengan golongan-golongan tersebut, maka pengertian kepemimpinan dapat tersusun dalam satu rumusan, bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah upaya seseorang ( yang disebut pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, pada waktu dan lingkungan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Pendapat diatas menunjukkan bahwa pribadi pemimpin dipandang sebagai titik sentral kepemimpinan,walaupun tidak seluruhnya teoriteori dengan anggapan demikian yang paling benar. Sebab secara teoritis, situasi, kondisi atau keadaan pengikutpun akan turut menentukan sifatsifat atau perangai seorang pemimpin. Sifat-sifat tersebut antara lain sebagai berikut: a). Anerjik jasmani dan rohani (Physical and nervous anergy) b). Kepastian akan maksud dan arah tujuan c). Antusiasme atau perhatian yang besar d). Ramah – tamah,penuh rasa persahabatan dan ketulusan hati e). Integritas atau pribadi yang bulat f). Kecakapan tehnis (Tehnical skiil) g). Mudah menetapkan keputusan h). Cerdas (Intellegence)
Wirya, Lalu Kerta | 27
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 i). Kecakapan mengajar (Teaching skiil) j). Keyakinan (Faith) Selain itu juga ada beberapa teori kepemimpinan, teori kepemimpinan dapat dibedakan menjadi empat yaitu: teori sifat, teori prilaku, teori situasional dan teori atribusi, Gitosudarmo (dalam Lilik Kustiani 2005:9-14): 1. Teori Sifat ( Traits Theories) Bahwa teori ini berusaha untuk mengidentifikasi karateristik khas (fisik, mental, keperibadian) yang diasosiasikan dengan keberhasilan kepemimpinan. Identifikasi dalam teori sifat ini terpusatkan pada enam klasifikasi yaitu karateristik fisik, latar belakang social, intelegensia, keperibadian, karateristik hubungan tugas dan karateristik social. 2. Teori Perilaku ( Behavioral Theories) Perilaku pemimpin menggambarkan apa yang diperbuat dan bagaimana ia melakukannya. Pendekatan prilaku dipusatkan pada efektivitas pemimpin, bukan pada penampilan pemimpin dari pemimpin tersebut. Teori prilaku berorientasi pada tugas dan orientasi karyawan. Orientasi tugas adalah prilaku pimpinan yang menekankan bahwa tugas-tugas dilaksanakan dengan baik dengan cara mengarahkan dan mengendalikan secara ketat bawahannya. Orientasi karywan adalah prilaku pimpinan yang menekankan pada pemberian motivasi kepada bawahan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tugasnya dan mengembangkan hubungan yang bersahabat saling percaya dan saling menghormati diantara anggota kelompok. 3. Teori Situasional (Situation Theories) Suatu pendekatan pada kepemimpinan yang menyatakan bahwa pimpinan memahami prilakunya, sifat-sifat bawahannya dan situasi sebelum menggunakan gaya kepemimpinan tertentu. Untuk lebih jelasnya adalah: a). mengatakan (orientasi tugas tinggi-hubungan bawah). Pemimpin itu mendefinisikan peran dan memerintahkan kepada orang-orangnya apa, bagaimana, kapan dan dimana melakukan berbagai tugas. Prilaku ini menekankan pada prilaku pengarah. b). Menjual (orientasi tugas tinggi-hubungan tinggi). Pemimpin memberikan baik prilaku pengarah maupun prilaku pendukung. c). Berperan serta ( orientasi tugas rendahhubungan tinggi). Pemimpin dan pengikut bersama-sama mengambil keputusan dengan peran utamadari pemimpin adalah mempermudah dan berkomunikasi.
d).
mendelegasikan (orientasi tugas rendahhubungan rendah). Pemimpin memberikan sedikit pengarahan dan dukungan.
4. Teori Atribusi (Attribute Theories) Bahwa pimpinan pada dasarnya adalah mengolah informasi, dengan demikian pimpinan akan mencari berbagai informasi tentang mengapa sesuatu itu terjadi dan mencoba mencari penyebabnya yang akan dipergunakan sebagai pedoman prilaku pimpinan. Teori ini memberikan prediksi tanggapan pemimpin terhadap prilaku bawahan. Sehingga dapat disimpulkan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu pula. C. Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepemimpinan dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan kepala sekolah menjalankan tugas dan perannya secara tepat dalam mempengaruhi guru-guru kearah pencapaian tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Berbagai pendekatan dan sumber kuasa yang dimiliki pemimpin, memberikan pandangan bagi alasan-alasan kepatuhan bawahan terhadap pemimpin. Sehubungan dengan itu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan prilaku yang menekankan pada apa yang secara nyata dilakukan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan perannya untuk mempengaruhi guruguru ke arah pencapaian tujuan sekolah. Selain itu juga dalam penelitian ini kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan kepala sekolah dalam mempengaruhi, mengajak, mengarahkan, berkomunikasi dan membimbing stafnya (terutama guru) dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Sehingga jika dikaji dari segi posisi seorang kepala sekolah yang memimpin suatu organisasi atau institusi pendidikan yang sudah jelas memiliki tujuan dan system, dimana kepala sekolah memiliki peran dan fungsi-fungsi yang harus dijalankan sesuai dengan posisinya sebagai pemimpin, dan guru memiliki posisi sebagai bawahan yang sifatnya berstruktur yaitu kepala sekolah sebagai pemimpin dan guru sebagai bawahan serta siswa sebagai anak didiknya. Sangat jelas bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi dilembaga akademis memiliki fungsi-fungsi yang pasti begitu pula dengan guru sudah tentu memiliki fungsi-fungsi dalam keberhasilan siswanya, untuk itu dalam sekolah sudah tentu ada system-sistem yang saling terkait
Wirya, Lalu Kerta | 28
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 satu dengan yang lainnya dan setiap kelompok yang ada harus mengikuti system tersebut. Dengan demikian kepemimpinan (kepala sekolah) adalah aktivitas atau proses mempengaruhi seseorang/kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk mengorganisasikan orang-orang,tugas-tugas dan program-program yang ada disekolah dalam rangka mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien,kepala sekolah merupakan elemen kunci keberhasilan sekolah.
Bahwa sebagai seorang kepala sekolah memiliki banyak peran atau tugas dan tanggung jawab,karena kepala sekolah merupakan kunci yang utama dalam menjalankan semua aktifitas disuatu sekolah bahkan kepala sekolah adalah manajer dan sekaligus pemimpin. Berdasarkan uraian tersebut,maka kepala sekolah yang kompeten secara umum harus memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, performance dan etika kerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah, untuk lebih jelasnya mengenai peran kepala sekolah dapat diuraikan dalam tabel kompetensi professional (hasil Diklat Kepala Sekolah 2009 :17) sebagai berikut:
D. Peran dan Tugas kepemimpinan Kepala Sekolah Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi didalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik menunjukan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisai-organisasi lain. Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebutlah,sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi, karena keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah berkewajiban menciptakan hubungan yang sebaik-baiknya dengan para guru,staf dan siswa,sebab esensi kepemimpinan adalah pengikutnya. Seorang pemimpin pasti memiliki perannya masing-masing,dalam kamus lengkap inggris – Indonesia dijelaskan bahwa peran (role) adalah aktor sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama. Dapat di artikan bahwa peran adalah suatu posisi atau kedudukan yang dijalankan seseorang dalam suatu daerah atau lembaga yang dimana kedudukan atau posisi itu memiliki fungsi dan tujuan. No 1
Peran Kepala sekolah sebagai pemimpin
2
Kepala sekolah sebagai manajer
Unit Komptensi 1). Menyusun perencanaan sekolah 2).Mengelola kelembagaan sekolah 3).Menerapkan kepemimpinan dalam pekerjaan 1).Mengelola tenaga kependidikan 2). Mengelola kesiswaan 3).Mengelola sarana dan prasarana 4). Mengelola hubungan sekolah -
Proses Merencanakan Mengorganisasikan Memimpin Memimpin Memimpin Memimpin Memimpin
Wirya, Lalu Kerta | 29
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017
3 4 5
6 7
Kepala sekolah sebagai pendidik Kepala sekolah sebagai administrator Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja Kepala sekolah sebagai penyedia
masyarakat 5).Mengelola system informasi sekolah Mengelola perkembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar Mengelola ketatausahaaan dan keuangan sekolah 1).Menetapkan prinsi-prinsip kewirausahaan 2).Menerapkan pemanfaatan kemajuan IPTEK dalam pendidikan Menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif 1).Melakukan supervise 2).Melakukan evaluasi dan pelaporan
Dari kompetensi di atas, peneliti menekankan pada peran kepala sekolah sebagai manajer dalam kompetensi pengelolaan tenaga kependidikan terutama dalam hal kedisiplinan kerja guru untuk mencapai tujuan bersama dan dalam keberhasilan siswa. Selanjutnya Wahjosumidjo (2003:21) menekankan bahwa kepemimpinan sebagai konsep manajemen di dalam suatu organisasi mempunyai kedudukan strategis dan merupakan gejala social yang selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok mempunyai kedudukan strategis karena kepemimpinan merupakan titik sentral seluruh proses kegiatan organisasi. Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap pihak ketiga atau atasannya, bertanggung jawab atas tanggung jawab yang dipikulkan kepadanya. Seorang kepala sekolah dianggap berhasil jika kelompoknya berhasil, dan sebaliknya. Dengan kata lain, kecakapan yang penting dari seorang kepala ialah membuat kelompoknya berhasil. Selain itu juga kepala sekolah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Sebagai seorang pemimpin, kegiatan kepemimpinan kepala sekolah dijelaskan dalam hal-hal sebagai berikut: (1) Membantu warga sekolah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan, (2) Memperlancar proses belajar mengajar dengan mengembangkan pengajaran yang efektif, (3) Menyusun suatu organisasi yang produktif, (4) Menciptakan suatu iklim bagi tumbuh dan timbulnya kepemimpinan, serta (5) Menyediaka sumber yang memadai untuk menunjang pengajaran yang efektif (Abror, 1985:25). Adapun tugas kepala sekolah meliputi: perencanaan,pengambil keputusan,organisator,dimana semua tugas-tugas tersebut dilaksanakan dalam program sekolah. Uraian - uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
Memimpin Memimpin Memimpin Memimpin Memimpin Memimpin
Mengendalikan
keberhasilan suatu sekolah tidak terlepas dari peran kepala sekolah dalam melaksanakan pengelolaan. Kepala sekolah yang sukses adalah yang mempunyai perilaku proaktif dan perilaku langsung dalam menyatakan pandangannya tentang tujuan sekolah sekarang dan tujuan sekolah yang akan datang. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang sukses harus dapat diperagakan, menyediakan fasilitas, memimpin, memotivasi, membantu, memberi petunjuk, mendengar, merencanakan, mengarahkan, mengorganisasi, memelihara dan mengevaluasi. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan disekolah terdapat banyak faktor penentu keberhasilannya. Akan tetapi yang di pandang sebagai kunci utama keberhasilannya adalah pengelolaan sekolah, sedangkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan sekolah sangat di tentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Adapun juga peranan yang ada dalam kepemimpinan kepala sekolah adalah sebagai berikut: 1). Peranan hubungan antar perseorangan (Interpersonal roles): Peranan ini timbul akibat otoritas formal dari seseorang manajer,meliputi: a). Lambang (Figurehead) Sebagai lambang kepala sekolah mempunyai kedudukan yang selalu lekat dengan sekolah. Kepala sekolah dianggap sebagai lambang sekolah.Oleh sebab itu seorang kepala sekolah harus selalu dapat memelihara integritas diri agar peranannya sebagai lambang tidak menodai nama sekolah. b). Kepemimpinan (Leadership) Peranan sebagai pemimpin mencerminkan tanggung jawab kepala sekolah untuk menggerakkan seluruh
Wirya, Lalu Kerta | 30
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 sumber daya yang ada disekolah,sehingga lahir etos karya dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan. Fungsi kepemimpinan ini amat penting karena disamping berperan sebagai penggerak juga berperan untuk melakukan kontrol segala aktivitas guru,staf,siswa dan sekaligus untuk meneliti persoalan – persoalan yang timbul disekolah. c). Penghubung (Liasion) Kepala sekolah berperan sebagai penghubung antara kepentingan sekolah dengan lingkungan diluar sekolah. Sedangkan secara internal fungsi liasian kepala sekolah menjadi alat perantaraantara wakil-wakil para guru, staf dan siswa dalam menyelesaikan kepentingan mereka. 2). Peranan Informasional (Informational roles) Kepala sekolah berperan untuk menerima Dan menyebar luaskan atau meneruskan informasi kepada guru,staf,siswa dan orang tua siswa.Dalam fungsi informasional inilah kepada sekolah berperan sebagai “pusat urat syaraf”(nerve center) sekolah. 3). Sebagai pengambil keputusan ( Desicional roles) Peranan sebagai keputusan merupakan peran yang paling penting dari kedua macam peran yang lain yaitu interpersonal dan informational roles. Bahwa peran kepala sekolah sebagai pengambil keputusan dan bertanggung jawab atas semua akibat pengambilan keputusan yang telah diambil (Wahjosumidjo 2003:103). Demikian pula dalam melaksanakan tugastugas kepala sekolah, harus selalu memperhatikan berbagai faktor seperti perundang-undangan, kebijaksanaan, serta peraturan yang berlaku, interaksi antar sumber daya manusia, dan sumber material yang ada, efektifitas, kekuatan dan kelemahan serta integritas dan pengalaman. Sebagai seorang pejabat formal kepala sekolah mempunyai tanggung jawab terhadap atasan yaitu: 1. Wajib berkonsultasi atau memberikan laporan tentang pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Wajib selalu memelihara hubungan yang bersifat hirarki antara kepala sekolah dengan atasan. 3. Wajib menjaga dan mengamankan hal-hal rahasia yang berkaitan dengan kedudukan atasan dan organisasi. Tetapi disamping perannya sebagai pejabat formal yang mempunyai kewenangan dalam pengambil keputusan yang memberikan intruksi atau perintah (wahjosumidjo 2003:128).
Selain itu juga kepala sekolah harus disiplin dalam menjalankan keputusan-keputusan pemerintah mengenai pembinaan sekolah maupun keputusa-keputusan yang dilahirkan bersama dengan para guru melalui musyawarah,disamping itu juga kepala sekolah harus berupaya menegakkan disiplin personilnya. Bahwa menjadi seorang kepala sekolah/pemimpin harus mendahulukan kepentingan sekolah dari pada kepentingan individu. Kepala sekolah harus berupaya memberikan contoh atau teladan serta menumbuhkan pandangan, kesadaran dan sikap mengutamakan kepentingan sekolah dari pada kepentingan pribadi. Menjadi seorang pemimpin harus memberikan penghargaan dan sanksi terhadap bawahannya yang melakukan pelanggaran. Tujuannya adalah agar bawahan lebih termotivasi untuk melaksanakan fungsi,tugas dan kegiatannya secara lebih efektif,efisien dan kreatif. Jadi seorang pemimpin tidak hanya memperhatikan kedudukannya saja akan tetapi penghargaan dan sanksi sangat mendukung untuk terjadinya kesatuan kerja. E. Kedisiplinan Kerja Guru Kedisiplinan merupakan proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan. Disiplin dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu pendekatan positif dan pendekatan negatif. Pendekatan positif terhadap disiplin menemukan kepada penciptaan suatu sikap yang dimana para anggotanya baik perorangan maupun kelompok mematuhi peraturan dan tata tertib organisasi atas kemauan sendiri. Sedangkan pendekatan negatif terhadap disiplin menggunakan kekuasaan atau ancaman hukuman untuk untuk membuat orang lain mematuhi perintah dan mengikuti peraturan dan hukum (Revianto, 1987). Bahwa disiplin meliputi pengkoordinasi dan penerapan hadiah dan hukuman. Selain itu juga disiplin merupakan tindakan menciptakan kondisi agar perilaku karyawan mengalami perubahan. Disiplin adalah suatu tindakan yang diambil oleh pemimpin terhadap bawahannya untuk meluruskan perilaku bawahan yang menyimpulkan dalam melaksanakan tugas. Tujuan disiplin dalam hal ini adalah untuk menciptakan keadaan dilingkungan kerja menjadi tertib, berdaya guna dan berhasil guna melalui suatu sistem pengaturan yang tepat
Wirya, Lalu Kerta | 31
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 Disiplin yang baik yaitu apabila pegawai yang datang kekantor atau perusahaan dengan teratur dan tepat pada waktunya, berpakaian serba baik pada tempat pekerjaan, menggunakan bahanbahan dan perlengkapan dengan hati-hati, menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh organisasi serta apabila menyelesaikan dengan semangat yang baik (Depdikbud 1995 :25). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa apapun orientasi seseorang tentang disiplin,jelas bahwa disiplin sangat diperlukan dalam melakukan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok demi tercapainya tujuan secara efektif dan efisien (Sutisna, 1989). Menegakkan kedisiplinan adalah hal yang penting bagi suatu organisasi/sekolah, sebab dengan kedisiplinan itu dapat diharapkan bahwa peraturan-peraturan yang telah dibuat diatasi oleh sebagian besar bawahan. Dengan adanya kedisiplinan tersebut akan dapat diharapkan pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien. Dalam suatu organisasi/sekolah,kedisiplinan itu tidak hanya dijalankan oleh satu pihak saja melainkan semua yang terkait dilingkungan sekolah tersebut. Selain itu juga program direktorat pendidikan dasar dalam rangka peningkatan mutu pendidikan (Direktorat pendidikan dasar, 1995 :2728) dalam rangka meningkatkan disiplin,guru berusaha agar: a). Hadir disekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan pulang setelah jam pelajaran selesai b). Menandatangani daftar hadir c). Hadir dan meninggalkan kelas tepat waktu d). Melaksanakan semua tugasnya secara tertib dan teratur e). Membuat program semester f). Membuat persiapan mengajar sebelum mengajar g). Mengikuti upacara, peringatan hari besar agama/nasional dan acara lainnya yang diselenggarakan sekolah h). Memeriksa setiap pekerjaan atau latihan siswa serta mengembalikan kepada siswa i). Menyelesaikan administrasi kelas secara baik dan teratur j). Tidak meninggalkan sekolah tanpa seizin kepala sekolah k). Tidak mengajar disekolah lain tanpa seizin tertulis dari pejabat yang berwenang. l). Tidak merokok selama berada dilingkungan sekolah m). Berpakaian rapi dan pantas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Disiplin merupakan suatu tindakan yang diambil oleh pemimpin terhadap bawahannya untuk meluruskan prilaku bawahan yang menyimpulkan dalam melaksanakan tugas. Kedisiplinan dalam bekerja tidak akan terwujud apabila pemimpin itu tidak disiplin dan sebaliknya (Yulk, 1998). Guru adalah seseorang yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan, diberi tugas pokok mendidik dan mengajar dalam kerangka tanggung jawab sekolah dan pengembangan profesi, disamping tugas-tugas kenegaraan, kemanusiaan juga tugas kemasyarakatan. Selain itu juga tugas guru adalah tugas rutin, mereka berkewajiban melakukan tugas pembelajaran dan dituntut untuk membuat perencanaan, melakukan pengelolaan dan pengadministrasian atas tugas-tugas pembelajaran tersebut (Syaiful Sagala, 2004:234). Selain itu juga dalam meningkatkan suatu disiplin tidak terlepas dari komunikasi, karena tanpa adanya komunikasi maka disiplin tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan demikian untuk mencapai disiplin kerja dapat dirumuskan uraian diatas antaranya adalah kehadiran, kerapian dan kesopanan, dan kemampuan. Sehingga mampu mewujudkan kedisiplinan. Karena kedisiplinan guru merupakan tanggung jawab pimpinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,karena salah satu tugas pemimpin adalah membina bawahannya kearah sasaran dan tujuan sekolah. Pembinaan disiplin kerja dan moral kerja sebagai usaha untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap semua ketentuan yang disetujui bersama. Usaha nyata perlu menanamkan kesadaran para guru tentang tugas dan tanggung jawabnya agar menjadi guru yang bersedia dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (PBM), gaji guru diberikan sesuai dengan kebutuhan real guru dan pembiayaan PBM, pengembangan kurikulum menjadi prioritas, dibuat pengukuran kinerja guru, perbaikan system, pemberian sanksi yang setimpal atas kegagalan guru, mematuhi aturan dan member penghargaan yang pantas terhadap prestasi guru. Guru juga bertanggung jawab atas kemajuan sekolah dan akademis siswa, sehingga untuk meningkatkan suatu kedisiplinan adalah dengan membuat penjadwalan dan aturan serta alokasi waktu,karena disiplin itu dimulai dari menghargai waktu.Tujuan dibuatnya penjadwalan sekolah adalah untuk membantu guru menggunakan waktunya secara produktif,tetapi jadwal bukanlah jaminan pengajaran berfungsi secara produktif jika
Wirya, Lalu Kerta | 32
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 tidak dikontrol pelaksanaannya (Syaeful Sagala, 2004:116). Untuk menegakkan disiplin dapat dilakukan melalui upaya peningkatan sanksi secara obyektif dan konsisten disamping melalui kegiatan pengawasan melekat atau sistem pengendalian manajemen secara benar. Disiplin adalah ensensial agar pekerjaan berlangsung dengan lancar. Disiplin organisasi bergantung pada kualitas kepemimpinan “persetujuan-persetujuan” yang jelas dan penerapan sanksi-sanksi secara adil. Disiplin yang baik merupakan hasil dari kepemimpinan yang efektif,suatu saling pengertian yang jelas antara majikan dan para pekerja tentang peraturan organisasi serta penerapan hukuman yang adil bagi yang menyimpang dari peraturan (Revianto,1987:89). Selain itu juga guru harus menerima segala aturan maupun prosedur yang berlaku disekolah baik secara suka rela maupun terpaksa,namun kedisiplinan itu tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa ada kesadaran diri dari tiap tiap pegawai. METODE PENELITIAN Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis pendekatan kualitatif, jenis penelitian Deskriptif Kualitatif, dengan menjadikan kepala sekolah, guru, dan semua masyarakat sekolah yang ada di SD 2 Selebung Ketangga sebagai subjek penelitian. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi serta dengan menggunakan teknik analisis data taksonomi.
atau para guru, khususnya pendelegasian tugas dan pengaruh pengambilan keputusan yang diberikan kepala sekolah kepada para bawahan atau para guru khususnya, serta penekanan terhadap keberhasilan kerja, tingkat disiplin yang tinggi dan system hadiah dan hukuman kepada para bawahan. Ini membuktikan bahwa secara umum peran kepala sekolah berfungsi dengan baik. Jelas sekali bahwa sesuai dengan hasil observasi dan wawancara, terlihat bahwa kepala sekolah harus mampu mengelola tenaga kependidikan yaitu hubungan yang terjalin, komunikasi yang lancar, dan pendelegasian tugas mulai dari merencanakan dan menempatkan guru sesuai dengan kompetensinya (kemampuannya). Selain itu juga kepala sekolah SDN 2 Selebung Ketangga telah mampu membina para guru atau tenaga kependidikan yaitu memberikan motivasi kepada guru, membina hubungan kerja yang harmonis dimana terdapat rasa aman dan nyaman sehingga dalam bekerja tidak ada rasa kaku. Selain itu juga kepala sekolah telah mampu menerapkan keputusan tepat waktu yang dimana kepala sekolah menekankan pada kedisiplinan kerja antaranya kehadiran, kerapian dan kesopanan serta terkait dengan kemampuan para guru sehingga mencapai sasaran yang telah ditargetkan. Intinya bahwa peran kepala sekolah SDN 2 Selebung Ketangga terletak pada perannya sebagai manajer yaitu mampu dalam pengelolaan tenaga kependidikan khususnya mengenai kedisiplinan kerja guru tentunya di SDN 2 Selebung Ketangga.
HASIL PENELITIAN A. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di lembaga akademis memiliki peranan yang besar dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Ini adalah asumsi dasar peneliti memandang status dan peranan kepala sekolah. Mutu pendidikan suatu sekolah tidak sedemikian rupa dikatakan sudah berhasil manakala pemimpinnya tidak menjalankan perannya sebagai kepala sekolah (pemimpin) terhadap perkembangan mutu sekolah itu sendiri. Pada bab landasan teori telah di tekankan bahwa peran kepala sekolah sebagai manajer yaitu pengelolaan tenaga pendidik terutama dalam hal peningkatan kedisiplinan kerja guru, namun ada beberapa suasana yang terjadi di sekolah yaitu pengidentifikasian pada sikap kepala sekolah, hubungan yang dibangun dengan para bawahan
B. Peran Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kedisiplinan Kerja Guru Terkait dengan peran kepemimpinan dan meningkatkan mutu pendidikan di lembaga sekolah, tentu akan mengalami peningkatan manakala disiplin dan kinerja guru saling berimbang di bawah kepemimpinan kepala sekolah sebagai unsur pembuat keputusan tertinggi di sekolah. Hubungan ini dapat berlangsung secara timbal balik dan saling mempengaruhi bila ditinjau dan dikaji secara holistis. Namun pembahasan dalam bagian ini akan di paparkan tentang begitu besarnya peran kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kedisiplinan kerja guru di SDN 2 Selebung Ketangga, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Untuk itu peran kepala sekolah sangat mendukung terutama sekali dalam peningkatan kedisiplinan kerja guru, sehingga sebagai pemimpin kepala sekolah SDN 2 Selebung Ketangga terkait
Wirya, Lalu Kerta | 33
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 pula dengan teori kepemimpinan yaitu teori prilaku ( Behavioral Theories) yang dimana menekankan pada prilaku pemimpin menggambarkan apa yang diperbuat dan bagaimana ia melakukannya terutama berorientasi tugas (Task orientation) dan orientasi karyawan (Employ orientation). Selain itu juga dapat dikaitkan dengan teori sifat yang dimana kepala sekolah SDN 2 Selebung Ketangga terpusatkan pada karateristik fisik, keperibadian, hubungan tugas dan sosialnya serta intlegensia (tingkat kemampuannya), sehingga terlihat dari aktifnya kepala sekolah terutama dalam hal peningkatan kedisiplinan kerjanya, dan hal ini bias dijadikan contoh oleh para guru/pegawainya. Dalam membahas tentang peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai manajer yaitu dalam pengelolaan tenaga pendidik terutama peningkatan kedisiplinan kerja guru. Ada beberapa kategori atau ukuran yang telah peneliti gunakan yaitu (1) kehadiran, (2) kerapian dan kesopanan,(3) Kemampuan, serta data-data kongkrit yang berhubungan dengan perkembangan disiplin kerja guru. Adapun pemaparan tentang hal ini dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1). Kehadiran. Hal ini terkait dengan tingkat kedisiplinan di sekolah, maka dibuat aturan kepala sekolah, guru/pergawai harus datang tepat waktu, terutama sekali guru yang memiliki jam pelajaran awal. Tepat waktu diusahakan dengan hadir di sekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai, menandatangani daftar hadir, hadir dan meninggalkan kelas sesuai dengan waktu yang ditentukan, serta tidak meninggalkan sekolah tanpa seizin kepala sekolah. Dari informasi yang diperoleh dari kepala sekolah terkait dengan kehadiran guru di SDN 2 Selebung Ketangga sebagian besar guru di SDN 2 Selebung Ketangga telah dapat menyesuaikan diri untuk datang tepat waktu, terutama bagi guru yang mempunyai jam pelajaran. Di sini kepala sekolah memiliki peran penting, apalagi menyangkut disiplin. Untuk mewujudkan budaya disiplin sebagai kepala sekolah selalu menekankan para guru untuk datang ke sekolah tepat waktu, tidak meninggalkan sekolah semaunya, mengikuti acara kegiatan sekolah, dan berpakaian rapi dan sopan. Kepala sekolah memberikan teladan dengan selalu berusaha untuk tetap datang ke sekolah lebih awal dari para guru dan pegawainya, selalu ikut serta dalam kegiatan sekolah. Ini bertujuan agar semua guru dan pegawai merasa malu jika datang terlambat. Sehingga dalam lingkungan sekolah tidak siswa saja yang dituntut untuk disiplin waktu melaikan
guru/pegawai bahkan juga kepala sekolah yang ada di dalamnya. Hal ini juga terlihat bahwa setiap pagi kepala sekolah selalu menyempatkan diri untuk berkeliling sekolah yaitu melihat kondisi tiap-tiap kelas. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh disiplin tersebut terhadap tingkat kerapian dan kebersihan kelas. Dan ini menunjukkan bahwa kepala sekolah SDN 2 Selebung Ketangga bisa menjadi panutan yang bisa dicontoh terutama dalam peningkatan kedisiplinan. 2). Kerapian dan kesopanan: Selain kehadiran, kepala sekolah menekankan agar datang kesekolah dengan menggunakan pakaian yang rapi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Para guru juga ditekankan agar membiasakan berbicara sopan kepada siapa saja, bukan hanya pada semua guru tetapi pegawai maupun siswa, karena secara langsung maupun tidak langsung guru sudah termasuk mendidik anak melalui sikap yang dicerminkan oleh guru tersebut. Sesuai dengan hasil penelitian, para guru di SDN 2 Selebung Ketangga memiliki sikap yang baik apalagi jika dilihat dari segi berpakaian dan berbicaranya. Bukan itu saja di dalam kelas para guru sudah menunjukkan kerapiannya yaitu letak meja, kursi, gambar dinding yang teratur, penempatan papan absen dan lantai yang bersih sehingga menciptakan rasa aman dan nyaman bagi guru dan siswanya. Terbukti dari hasil wawancara dengan salah satu guru yaitu: “dalam segi kerapian dan kesopanan memang harus dipelihara karena menunjukkan etika baik kepada siswa, sekolah dan masyarakat, terutama sekali jika berada di dalam kelas harus sudah bersih dan letak kursi, meja papan absen, lap, cuci tangan harus di letakkan sesuai, karena kalau kerapian dan kesopanan guru baik di dalam maupun di luar kelas sudah tidak rapi akan membawa pengaruh yang besar terhadap kelancaran dan kenyamanan belajar siswa, terutama sikap guru memang harus dijaga karena secara tidak langsung siswa meresponnya”. (Hasil wawancara dengan guru). Selain itu juga ada komentar kepala sekolah mengenai kerapian dan kesopanan yaitu:“memang kerapian dan kesopanan yang harus dimilki oleh setiap guru akan mampu mewujudkan budaya disiplin kerja, dan para guru di SDN 2 Selebung Ketangga selalu datang ke sekolah dengan berpakaian rapi dan memilki tutur bahasa yang sopan apalagi jika dilihat dari kondisi kelas yang sudah teratur, akan tetapi sebagai kepala sekolah (pemimpin) selalu menekankan pada prinsip kedisiplinan, kerapian, kesopanan dan disesuaikan dengan kemampuan kerjanya, sehingga akan terwujud kedisiplinnan
Wirya, Lalu Kerta | 34
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 kerja yang diharapkan”. (Hasil wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Selebung Ketangga). Ini adalah bukti bahwa kerapian dan kesopanan harus dimiliki oleh setiap guru, selain sebagai contoh juga sebagai pendidik bagi siswa, sekolah dan masyarakat. 3). Kemampuan, dalam hal kemampuan guru mempunyai peranan penting dan merupakan kunci pokok dalam sebuah keberhasilan, untuk itu kemampuan guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan dengan berbagai upaya, baik itu di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Peningkatan dan pengembangan kemampuan guru baik itu pada kemampuan penguasaan kurikulum, persiapan mengajar, penggunaan metode, pengelolaan kelas dan sarana dalam proses belajar mengajar, sangat diharapkan guna menunjang keprofesional guru dan keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk itu, sesuai dengan hasil pengamatan dan hasil wawancara peneliti bahwa guru-guru di SDN 2 Selebung Ketangga sudah bisa dikatakan memiliki kemampuan yang baik dan cukup mendukung dalam belajar dan pembelajaran serta dalam peningkatan professional guru. Apalagi didukung dengan jenjang pendidikan yang rata-rata guru di SDN 2 Selebung Ketangga sudah sarjana (strata satu/SI). Ini sudah jelas membuktikan bahwa kemampuan para guru di SDN 2 Selebung Ketangga sudah tidak dapat diragukan, bahkan para guru juga sudah banyak memiliki pengalaman baik itu dalam lingkungan sekolah maupun di dalam kelas. Diperkuat dengan hasil wawancara salah seorang guru yaitu: a). Penguasaan kurikulum: Bahwa setiap guru memiliki tanggung jawab dan tugas yang sangat berat, apalagi dengan tuntutan sekolah, masyarakat dan pemerintah untuk mencapai target kelulusan. Dalam penguasaan kurikulum guru harus memahami struktur program kurikulum tersebut, apalagi dengan seringnya pergantian kurikulum akan membuat para guru bingung. Karena selain memahami juga para guru harus mempelajari buku pedoman kurikulum dan mampu mengembangkannya dalam proses belajar dan pembelajaran. Karena itu guru harus memiliki kemampuan dalam menguasai kurikulum, selain itu juga guru diharapkan mampu menerapkan kurikulum disekolah maupun dikelas, jadi guru dituntut untuk menguasai kurikulum dan mampu mengembangkan kurikulum dalam program semester, dan persiapan mengajar.
b). Persiapan mengajar: Dalam hal ini guru memang harus diwajibkan dalam persiapan mengajar terutama dalam pembuatan rencana pembelajaran (RPP), karena dalam pembuatan rencana pembelajaran, guru diharapkan sudah siap dengan rencana pembelajaran sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai dan perencanaan tersebut sudah di periksa oleh kepala sekolah. Tujuannya adalah membantu guru dalam pencapaian pembelajaran, selain itu juga guru dituntut untuk penguasaan keahlian dalam bidang studi yang diajarkan dengan dasar bahwa guru mampu membuat administrasi penunjang kegiatan pembelajaran dikelas. Dengan kemampuan professional guru dalam membuat perencanaan penunjang pembelajaran, dapat diprediksi bahwa bentuk kerja guru yang bersangkutan adalah baik. Dalam penyusunan Rencana Pelaksaan Pengajaran (RPP) cenderung harus disesuaikan dengan kondisi di kelas, sehingga guru tidak perlu terpaku pada rencana yang dibuat sebelumnya. Namun pemahaman tetang proses pembelajaran dan situasi yang tepat yang harus diciptakan oleh seorang guru dapat terlihat dari perencanaan yang disusun sebelumnya itu. Peneliti menemukan dari sekian banyaknya kesulitan yang muncul, yang terpenting adalah secara seragam guru di SDN 2 Selebung Ketangga telah mempunyai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri, meskipun ada sebagian guru yang banyak memegang mata pelajaran lain di luar spesialisasinya karena menurut hemat peneliti ini terkait lagi dengan masalah pokok yang di hadapi seluruh sekolah, yaitu masalah kurangnya tenaga pendidik. Dalam hal inilah peran kepala sekolah sangat diharapkan, walaupun para guru di SDN 2 Selebung Ketangga sudah bisa dikatakan mampu membuat RPP atau sudah bisa melakukan penyesuaian dengan kondisi kelas, namun ternyata masih ada satu atau dua orang guru yang masih belum paham dengan penyusunan RPP tersebut, di sinilah peran kepala sekolah sebagai pemimpin untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Biasanya kepala sekolah jika sedang menghadapi masalah seperti ini terlebih dahulu mempertanyakan letak kesulitan para guru dalam menyusun RPP, baru kemudian kepala sekolah memberikan arahan dan bimbingan bagaimana menyusun RPP yang benar. c). Penggunaan metode: Terkait dengan pemilihan dan penerapan pendekatan maupun metode
Wirya, Lalu Kerta | 35
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 yang relevan bagi kebutuhan siswa, selama ini guru lebih menyesuaikannya dengan penerapan metode ceramah, Tanya jawab, diskusi dan banyak memberikan latihan-latihan menjawab soal baik dari LKS dan soal buatan dari guru itu sendiri. d). Pengelolaan kelas: Dalam hal ini guru harus memiliki kemampuan yaitu mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan guru juga harus mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Guru dituntut agar memilki kemapuan dalam pengelolaan kelas, karena hal ini sangat berpengaruh dengan peruses belajar mengajar. Sesuai dengan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa para guru di SDN 2 Selebung Ketangga rata-rata sudah memiliki kemapuan dalam pengelolaan kelas. e). Dari hasil pengamatan peneliti, dalam pemanfaatan sarana, guru harus mampu memelihara dan menjaga alat-alat yang dipergunakan seperti perpustakaan yaitu adanya ruang baca, terdapat petugas perpustakaan yang terampil, buku-buku tersusun dengan baik, mudah ditemukan, terpelihara, dan dapat difungsikan setiap saat, selain itu juga terdapat alat-alat praga yang dapat menunjang kegiatan kurikulum sesuai dengan kebutuhan guru, dan serta kegiatan ekstra kurikuler. Dalam hal mengupayakan penambahan jumlah buku atau alat-alat praga lainnya biasanya kepala sekolah menggunakan dana yang ada, selain itu juga diharuskan sumbangan dari orang tua atau siswa yang akan menyelesaikan sekolahnya atau bisa dikatakan sebagai kenangkenangan. Dari hasil pengamatan peneliti, ternyata peran kepala sekolah dalam peningkatan kedisiplinan kerja guru tidak terlepas dari komunikasi. Terlebih lagi yang terpenting adalah hubungan para guru dengan kepala sekolah bersangkutan, sebagian besar informan mengakui dan memandang komunikasi merupakan hal yang utama bagi kelancaran sebuah hubungan baik itu hubungan yang sifatnya hubungan kerja sudah terlihat baik, terlihat dari suasana ruang guru yang dapat dikatakan teratur, pembicaraan yang terlihat tidak terkesan buruk dan terkait dengan penyelesaian masalah terutama sekali menyangkut kedisiplinan kerja guru. Hasil identifikasi kriteria yang telah di tentukan peneliti tentang kedisiplinan kerja guru di atas sangat besar dipengaruhi oleh peran kepala sekolah dalam berbagai hal. Peran kepala sekolah
dapat diketahui, manakala guru merasakan betul adanya peran kepala sekolah dalam peningkatan kedisiplinan terutama dalam hal kerja guru, merasakan peran kepemimpinan tersebut bagi dirinya, begitupun pula dengan kepala sekolah ia dapat melihat perubahan tingkat disiplin kerja guru tersebut selama ia menerapkan keperibadian dan gaya kepemimpinannya, serta akan tampak pada penerimaan guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah. Sehingga peran kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap peningkatan kedisiplinan kerja dari para guru, apalagi sekarang ini guru benar-benar merasa bahwa begitu pentingnya peranan kepala sekolah bagi perkembangan sekolah, karena selain kepala sekolah membantu dalam kesempurnaan program mengajar, juga menerapkan system disiplin yang ketat baik itu guru,siswa bahkan kepala sekolah pun menjalankan disiplin tersebut, ini adalah suatu bentuk bahwa kepala sekolah adalah panutan yang menjadi contoh sekaligus sebagai pimpinan. Selain itu juga, dari data yang diperoleh sangat jelas sekali bahwa peran kepala sekolah sebagai pemimpin sangat dibutuhkan dan diharapkan oleh para guru terutama sekali dalam memberikan suatu arahan mengenai program pembelajaran. Apalagi di SDN 2 Selebung Ketangga yang diharapkan oleh masyarakat di sekitarnya adalah kedisiplinan kerja, baik itu dari kepala sekolah, guru maupun para siswanya. Karena semua keberhasilan kerja kepala sekolah dan para guru terbukti dari tingkat prestasi siswa itu sendiri. Dan kesemua itu telah ditekankan oleh kepala sekolah pada kesadaran disiplinnya baik itu disadari maupun tidak disadari oleh para guru/pegawai maupun para siswanya. Namun, keberhasilan kerja para guru terlihat sukses atau berhasil ketika seorang kepala sekolah (pemimpin) menjalankan posisi atau perannya secara lebih baik dan menyeluruh, jangan sampai hanya guru saja yang diharapkan pada keberhasilan siswa, tetapi juga kepala sekolahnya. Terlihat juga bahwa di SDN 2 Selebung Ketangga benar-benar menjalankan suatu program tepat waktu, terlihat bahwa kepala sekolahnya setiap pagi memeriksa atau mengontrol tiap ruang kelas, untuk melihat kebersihan dan kerapian, selain itu juga kepala sekolah telah membuat tim penegak disiplin untuk para siswa, sehingga buku saku disiplin yang telah diberikan kepada siswa sesuai dengan yang diharapkan pihak sekolah, dan menjadikan disiplin tersebut memang benar-benar dijalankan oleh semua masyarakat SDN 2 Selebung Ketangga.
Wirya, Lalu Kerta | 36
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 Kepala sekolah SDN 2 Selebung Ketangga menekankan pada aspek disiplin waktu, hal ini terlihat pada dirinya, mulai dari disiplin waktu, cara berpakaian, berbicara, berkomunikasi dengan para guru, pegawai dan siswa bahkan dengan penjaga sekolah seperti satu keluarga. Bahwa kepala sekolah telah berusaha untuk menunjukkan suatu hal yang sifatnya disiplin kepada para guru dan pegawai, sehingga rasanya malu jika guru sendiri telambat datang ke sekolah, sedangkan atasannya selalu hadir lebih dahulu dari bawahannya. Ini membuktikan bahwa segala apa yang dikerjakan dan diharapkan harus dengan rasa disiplin, dan disiplin itu harus dengan kesadaran diri, dan semua itu tidak terlepas dari peran serta pemimpin (kepala sekolah). Peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin sangat luas karena menyentuh banyak hal antaranya adalah mengenai perubahan system sekolah antaranya proses belajar mengajar, pengambil keputusan, peningkatan peningkatan kedisiplinan guru/pegawai dan siswa. Hal ini terlihat bahwa memang benar peran kepala sekolah bagi kemajuan sekolah sangat luas, terutama mengenai kedisiplinan. Karena kedisiplinan adalah kunci utama dalam sebuah keberhasilan, maka dari itu dalam perannya sebagai kepala sekolah akan berusaha untuk meningkatkan kedisiplinan kerja guru. Salah satu upaya yang dilakukan kepala sekolah kepada guru maupun pegawai dalam meningkatkan kedisiplinan antaranya yaitu menekankan pada penghargaan waktu, memiliki kemampuan kerja yang memuaskan, serta mengupayakan kesuksesan, walaupun terkesan memaksa pihak guru dalam kedisiplinan kerja, namun semua itu dilakukan berdasarkan keinginan wali murid dan kebutuhan siswa untuk mengejar target standar yang telah ditentukan. Akan tetapi pihak guru sendiri tidak merasa dipaksa bahkan mereka mengakui inilah kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang guru, jika tidak bukan guru namanya. Selain itu juga, kepala sekolah menjalin hubungan kerja yang sudah diterapkan tidak sampai membuat guru tertekan, kaku dan menimbulkan masalah yang dapat mengganggu hubungan kerja itu sendiri. Apalagi manakala di topang oleh cukup baiknya hubungan emosional yang dibangun kepala sekolah di sela-sela aspek disiplin yang diterapkan dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Membangun hubungan emosional ini cukup memberi pengaruh bagi guru, terlihat dari guru yang senantiasa dan tidak merasa ragu untuk meminta saran dan bantuan dari kepala sekolah dalam berbagai hal khususnya tentang
perkembangan pembelajaran, dan ide-ide cemerlang serta peningkatan kemampuan guru yang bertujuan untuk pengembangan sekolah itu sendiri. Dengan sifat terbuka itu para guru akan sangat mudah menyesuaikan apa yang mereka lakukan atau hal yang lebih baik bagi diri mereka sendiri, tanpa terlalu mendapat intervensi dari atasan. Intinya, peran kepemimpinan kepala sekolah SDN 2 Selebung Ketangga sangat berpengaruh dalam peningkatan kedisiplinan kerja guru. Ditandai dengan kriteria tampak dari diterapkannya system hukuman dan hadiah bagi para guru dan ini membuat para guru untuk lebih termotivasi dalam hal bekerja. Selain itu juga, gaya yang diterapkan kepala sekolah yang sifatnya demokratis, membuat tingkat disiplin tersebut semakin berjalan dengan apa yang diharapkan. Yaitu sikap kepala sekolah yang mampu membangun hubungan-hubungan emosional yang baik dengan guru tanpa harus menimbulkan masalah yang berarti (signifikan) terhadap hubungan kerja yang seimbang dengan tingkat disiplin kerja, pola kepemimpinan yang berorientasi pada pentingnya untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi para guru dalam menjalankan tugas keguruannya, telah berupaya membangun komunikasi yang bersifat dua arah, bukan hanya dalam hubungan-hubungan dan suasana yang bersifat biasa atau di luar ruang lingkup pekerjaan, namun diterapkan juga dalam pendelegasian tugas dan pengambilan keputusan melalui proses musyawarah-mufakat sudah cukup memberikan pengaruh yang besar bagi adanya suatu peran kepala sekolah untuk memotivasi dan suasana yang mendukung para guru dalam menjalankan kerjanya (tugas), bahkan untuk dapat meningkatkannya. Selama kepemimpinan kepala sekolah SDN 2 Selebung Ketangga yang sekarang, terdapat peningkatan yang cukup signifikan mengenai presentase jumlah kelulusan siswa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ini menunjukan bahwa guru telah dapat menjalankan kerjanya dengan baik. PENUTUP A. Kesimpulan Kepala sekolah memiliki banyak peran selain sebagai seorang pemimpin dalam maknanya yang luas. Seorang kepala sekolah merupakan manajer yang dimana kompetensinya adalah mengelola tenaga kependidikan tentang kedisiplinan kerja guru. Dari perannya tersebut, segala aktivitas warga sekolah menjadi pantauan dan tanggung jawabnya, mulai dari permasalahan-
Wirya, Lalu Kerta | 37
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 permasalahan guru, peserta didik, para pegawai lainnya maupun infrastruktur yang ada di dalamnya. Sehingga, kepala sekolah merupakan pimpinan tertinggi di lembaga akademisi memiliki peranan yang sangat besar dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah melalui penerapan kedisiplinan yang tinggi serta pengawasan yang intensif, khususnya bagi kedisiplinan kerja guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa peran kepala sekolah sebagai manajer dalam pengelolaan tenaga kependidikan dalam hal kedisiplinan kerja guru. Hal ini dapat diukur dari prilaku yang biasa ditonjolkan terhadap para bawahan, hubungan yang terjalin dengan para bawahan, relevansi pendelegasian tugas yang dilakukan, upaya pengambilan keputusan yang telah diterapkan kepala sekolah itu sendiri, penekanan pada tingkat kedisiplinan kerja guru. Dari uraian di atas, peneliti menemukan bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan kerja guru, kehadiran, kerapian dan kesopanan, kemapuan dan komunikasi efektif yang dapat dibangun dan dikembangkan oleh guru di sekolah. Peranan kepala sekolah sebagai manajer dalam peningkatan kedisiplinan kerja guru di sekolah, dapat terlihat dari upaya diciptakannya suatu suasana yang nyaman dan terbuka bagi para guru agar dapat menjalankan fungsinya secara lebih baik dan dapat diterima oleh para guru dan hal ini cukup memberi suatu pengaruh bahwa peran kepala sekolah sangat penting dalam meningkatkan suatu perkembangan sekolah serta dengan leluasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuan untuk para guru baik dalam mengajar maupun dalam aktivitas lainnya, dan segala aktivitas guru/pegawai tidak terlepas dari disiplin yang dibangun demi tujuan bersama yaitu adanya disiplin tepat waktu. B. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan khususnya maupun pada bidang lainnya baik secara teoritis maupun praksis. 1. Secara teoritis Setelah melakukan penelitian terhadap peran kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kedisiplinan kerja guru di sekolah dapat memberikan kontribusi besar bagi penelitian selanjutnya baik itu dalam bidang peningkatan mutu pendidikan maupun dalam bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan pendidikan.
2. Secara Praksis Diharapkan penelitian tentang peran kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kedisiplinan kerja guru di sekolah, maka peneliti ingin mengemukakan beberapa saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat bagi kepala sekolah khususnya yaitu: upaya dalam peningkatan kedisiplinan kerja guru harus terus dilestarikan dan menjadi sebuah budaya sekolah dalam mencapai keberhasilan guru, siswa maupun kepala sekolah itu sendiri, karena tanpa adanya sifat disiplin, apapun yang kita lakukan, usahakan, bahkan kita perjuangkan akan menuai hasil yang tidak maksimal atau bahkan jauh dari yang diharapkan. Karena itu tanamkan selalu budaya disiplin dalam berbagai hal untuk menuju suatu cita-cita yang diharapkan, apalagi terkait dengan lembaga pendidikan yang sudah pasti memilki tujuan pendidikan, maka peran kepala sekolah dalam peningkatan kedisiplinan kerja guru sangat diharapkan bagi pencapaian pendidikan nasional, yang sampai saat ini pencapaian tujuan itu masih mengalami kemandekan.
DAFTAR PUSTAKA Amidjaya, Tisna 1979 Pelaksanaan Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Indonesia Kurikulum 1994 Buku I, Depdikbud, Jakarta. Arikunto, Suharsimi 2000 Manajemen Penelitian, PT. Rinneka Cipta, Jakarta Asal, Gaspar 1995 Keefektifan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Hubungannya Dengan Disiplin Kerja Guru, Tesis Magister Pendidikan, PPs IKIP Malang, Malang Bambang Soepeno 2007 Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional Depdikbud 1996 Pengelolaan Sekolah Seri Ke 2, Direktorat Jenderal Pendidikan , Jakarta. Depdikbud 1995 Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan Seri Ke 1, Direktorat Jenderal Pendidikan,Jakarta Depdiknas 2007 Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI, Nomor 19 Tahun 2007.Jakarta Depdiknas 2009 Bahan Diklat Kepala Sekolah Kabupaten Lombok Timur, LPMP NTB
Wirya, Lalu Kerta | 38
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 1 Tahun 2017 Doyle Paul Johnson 1990 Teori Sosiologi Klasik Dan Modern. University Oe South Florida Jilid II. Douglas J. Goodman, George Ritzer 2003 Teori Sosiologi Modern. Kencana Jakarta Dr.Kartono Kartini 2004 Pemimpin dan Kepemimpinan, PT Raja Grafinda, Jakarta. Dr. Rohiat, M.Pd 2008 Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Refika Aditama. Bandung. Dr. Syaiful Sagala,M.Pd 2004 Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, PT. Nimas Multima.Jakarta Karti Soeharto, dkk 2003 Komunikasi Pembelajaran. SIC, Surabaya Lilik Kustiani 2005 Manajemen Sumber Daya Manusia. Program Pasca Sarjana Magister Pendidikan IPS Universitas Kanjuruhan Malang, Malang M. Sodikin Absori 2003 Pengaruh Pengawasan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SLTP Negeri Di Kecamatan Kota Sumenep, Tesis Magister Pendidikan, Universitas Kanjuruhan Malang. Meleong Lexy J, 2006 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Nuralim 2000 Hubungan Pengawasan Kepala Sekolah Dengan Semangat Kerja Guru SLTP Negeri di Kota Kendari, Tesis Magister Manajemen Pendidikan, Perpustakaan PPs. UM Malang, Malang. Presiden RI 1992 Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 1992 Tentang Kependidikan. Prof. Dr. Sugiyono 2009 Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung Prof. Drs. S. Wojowasito 1991 Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, Penerbit Hasta Bandung. Revianto J. 1987 Produktifitas Dan Tenaga Kerja Indonesia, LSIUP. Jakarta Sutisna, Oteng !989 Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk membantu secara Profesional. Angkasa Bandung Wahjo Sumidjo 2003 Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada , Jakarta W.J.S. Poerwadarminta 1985 Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Yulk, Gary 1998 Kepemimpinan Dalam Organisasi Terjemahan Yusuf Udayana PT. Prenhalindo, Jakarta
Wirya, Lalu Kerta | 39