PENYUSUTAN ASET NIRWUJUD DALAM MANAJEMEN SISTEM IRIGASI STUDI KASUS DAERAH IRIGASI MOLEK1 Ir. Nugroho Tri Waskitho, MP2 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang ABSTRAK Ketahanan pangan sangat bergantung pada produksi padi nasional. Delapan puluh dua persen produksi padi nasional dihasilkan dari lahan beririgasi. Irigasi merupakan komponen pokok dalam ketahanan pangan nasional, namun 23% jaringan irigasi dalam keadaan rusak dan hanya 11% dari Daerah Irigasi yang ada yang airnya tersedia sepanjang tahun. Manajemen irigasi masih belum efisien. Permasalahan irigasi tersebut disebabkan kualitas sumberdaya manusia dan kelembagaan yang rendah. Keadaan ini disebabkan oleh penyusutan aset nirwujud. Dominasi pemerintah dalam manajemen irigasi, konsep pembangunan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi dengan hampiran teknis serta kebijakan pembangunan yang top-down menyebabkan penyusutan aset nirwujud dalam sistem irigasi. Hal ini mengakibatkan lambannya sektor irigasi dalam menerapkan paradigma baru, menurunnya kinerja sistem irigasi dan produktivitas pertanian yang mengancam ketahanan pangan nasional. Penelitian dilakukan di Dinas Pengairan kabupaten Malang mulai Juni sampai Agustus 2008. Metode penelitian terdiri dari beberapa tahap. Pertama adalah pembuatan sistem pengukuran aset nirwujud sistem irigasi. Aset nirwujud yang diukur adalah kecerdasan moral, kecerdasan emosional, sikap kreatif, budaya lembaga dan partisipasi petani. Kedua, dilakukan pengukuran aset nirwujud sistem irigasi di daerah irigasi Molek di kabupaten Malang propinsi Jawa Timur pada masa kini dan masa orde baru. Ketiga dilakukan pembangunan model penyusutan aset nirwujud dalam sistem irigasi. Penelitian menyimpulkan bahwa penyusutan aset nirwujud dalam manajemen sistem irigasi di daerah irigasi Molek sebesar 1,3% per tahun. Aset nirwujud mempengaruhi Rasio Kecukupan Pengaliran Air Daerah Irigasi Molek dengan bobot kecerdasan moral sebesar 0,041, kecerdasan emosional sebesar 0,009, sikap kreatif sebesar 0,005, budaya lembaga sebesar 0,009 dan partisipasi sebesar – 0,002 .
1
Disampaikan dalam Gelar Teknologi dan Seminar Nasional Teknik Pertanian 2008 di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta 18-19 November 2008 2 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 1
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional. Pada triwulan I 2006 sektor pertanian menyumbang Rp 102,2 triliun (13,36%) pada PDB. Keadaan tersebut menduduki peringkat ketiga terbesar setelah sektor industri dan perdagangan (BPS, 2006). Irigasi merupakan komponen pokok dalam sektor pertanian. irigasi mampu meningkatkan hasil pertanian 100-400%. Lahan irigasi sangat berperanan dalam pengadaan produksi pangan hingga kini 95% produksi padi nasional dihasilkan di lahan sawah dengan luas 4,87 juta ha (Hasanuddin, 2003). Oleh karena itu irigasi merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Pada tahun 1998 di Indonesia terjadi reformasi sosial dan politik. Hal ini menyebabkan perubahan paradigma di semua sektor pembangunan
termasuk sektor
irigasi (Arif, 2005). Reformasi tersebut menuntut agar pengelolaan sumberdaya air (termasuk irigasi di dalamnya) dilakukan secara transparan, akuntabel, dan berkeadilan. Di samping disebabkan oleh reformasi tersebut, perubahan paradigma sektor irigasi Indonesia juga dipengaruhi oleh perubahan paradigma bidang pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air dunia. Hal ini sangat dipengaruhi oleh konferensi internasional tentang air dan lingkungan pada tahun 1992 di Dublin. Penerapan dari paradigma baru di sektor irigasi belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Perubahan paradigma telah didengungkan sejak tahun 1992 namun pada bulan Mei 2006 baru ditetapkan PP 20 tentang Irigasi yang sesuai dengan paradigma tersebut. Jadi sektor irigasi Indonesia sudah memakan waktu 14 tahun untuk membuat PP yang sesuai dengan paradigma baru. Dengan demikian sektor irigasi Indonesia terlalu lamban dalam mempersiapkan penerapan paradigma baru. Lambannya sektor irigasi dalam menerapkan paradigma baru dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu situasi politik, perekonomian bangsa, sumberdaya manusia, kelembagaan, dan budaya. Namun faktor terpenting dalam pembaharuan tersebut adalah aset nirwujud sebab berperanan sebagai mobilisator dan dinamisator (Sutiono dan Ambar, 2004). Faktor yang paling berpengaruh dalam proses manajemen suatu organisasi adalah aset nirwujud (Stewart, 1999; Sidarto, 2006). Di samping itu aset nirwujud juga sangat berperanan dalam pembangunan (Al Humani, 2000; Tjokrowinoto, 1996). Dengan demikian lambannya sektor irigasi dalam menerapkan paradigma baru disebabkan oleh
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 2
rendahnya kualitas aset nirwujud. Kualitas aset nirwujud yang rendah disebabkan adanya suatu proses penyusutan. Penyusutan aset nirwujud dalam sektor irigasi disebabkan oleh dominasi pemerintah dalam manajemen irigasi, konsep pembangunan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi dengan hampiran teknis, serta kebijakan pembangunan yang topdown. 2. Tujuan Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: a. membangun sistem pengukuran aset nirwujud dalam manajemen sistem irigasi, b. mengkaji hubungan antara komponen aset nirwujud dengan kinerja sistem irigasi, c. mengevaluasi aset nirwujud dalam menajemen sistem irigasi, dan d. membangun model penyusutan aset nirwujud dalam manajemen sistem irigasi.
B. Metode Penelitian 1. Variabel Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. a. Variabel Terikat Variabel terikat penelitian adalah kinerja sistem irigasi. b. Variabel Bebas Variabel bebas penelitian ada lima yaitu kecerdasan moral, kecerdasan emosional, sikap kreatif, budaya lembaga dan partisipasi petani.
2. Definisi Operasional a. Kinerja sistem irigasi Kinerja sistem irigasi merupakan luaran dari suatu sistem irigasi yang berupa pelayanan air irigasi untuk pertanian (Anonim, 2002). Salah satu indikator kinerja sistem irigasi adalah
kecukupan. Kecukupan diukur dengan menggunakan Rasio
Kecukupan Penyampaian air (RKP) (Sudaryanto, 2004) dengan rumus: Debit Aktual RKP = -------------------- .................................................................... (1) Debit Kebutuhan
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 3
b. Kecerdasan moral Kecerdasan moral merupakan kapasitas mental untuk menuju prinsip manusia secara universal. Kecerdasan moral diukur dengan menggunakan skala kecerdasan moral yang disusun dengan mengacu pada teori Lennick & Kiel (2005) yang menyatakan bahwa kecerdasan moral mempunyai empat prinsip yaitu integritas, tanggung jawab, penyayang dan pemaaf.
c. Kecerdasan emosional Kecerdasan emosional adalah kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri sendiri, serta memahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain. Kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan skala kecerdasan emosional yang disusun dengan mengacu pada Bradberry & Greaves (2005) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki empat dimensi yaitu kesadaran diri, pengendaian diri, motivasi diri, empati dan mengelola hubungan.
d. Sikap Kreatif Sikap Kreatif adalah sikap dari hasil kegiatan berpikir yang menghasilkan sesuatu yang bersifat baru dan bermanfaat. Sikap kreatif diukur dengan menggunakan skala sikap kreatif yang disusun dengan mengacu pada Munandar (1992) yang menyatakan bahwa sikap kreatif (kreativitas secara operasional) sebagai perilaku yang menggambarkan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, keaslian dalam berpikir dan kemampuan elaborasi.
e. Budaya lembaga Budaya lembaga merupakan suatu nilai-nilai, semangat yang mendasari dalam mengelola serta mengelola lembaga, dikembangkan dari pola kebiasaan, kepercayaan dan pemahaman serta falsafah dasar pendirinya, melalui proses sosialisasi dan interaksi, sehingga terbentuk aturan sebagai pedoman berpikir dan bertindak dalam rangka mencapai tujuan lembaga. Budaya lembaga diukur dengan menggunakan skala budaya lembaga yang disusun dengan mengacu pada teori dari Miller (1987) yang menyatakan bahwa ada delapan asas dalam budaya lembaga yaitu asas tujuan, asas
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 4
konsensus, asas keakraban, asas kesatuan, asas integritas, asas keunggulan, asas empirik dan asas prestasi.
f. Partisipasi Petani Partisipasi petani adalah keterlibatan petani dalam semua kegiatan yang berhubungan dengan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tingkat tersier. Partisipasi petani diukur dengan menggunakan skala partisipasi petani yang disusun dengan mengacu pada teori Davis dan Newtorm (1990) yang menyatakan bahwa ada empat unsur untuk melihat tingkat partisipasi yaitu : keterlibatan petani secara fisik, keterlibatan petani secara mental, kesediaan menerima tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan pada petani, dan merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas sebagai petani.
3. Populasi dan Subyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah aset nirwujud dari instansi pengelola irigasi. Penelitian akan dilakukan di Daerah Irigasi (DI) Molek, dengan luas ha, kewenangan pengelolaannya pada pemerintah pusat (BBWS Brantas) yang wilayahnya pada kabupaten Malang, Subyek penelitian ini adalah karyawan Dinas Pengairan Kabupaten Malang. Subyek irigasi merupakan karyawan tetap dan mengalami masa orde baru. Hal ini disebabkan kajian ini akan meneliti perbedaan keadaan aset nirwujud pada masa sebelum reformasi (masa orde baru) dengan masa sesudah reformasi (masa sekarang) sehingga dapat diketahui ada tidaknya penyusutan aset nirwujud.
4. Analisa Data Untuk mengetahui hubungan antara aset nirwujud dengan kinerja sistem irigasi digunakan analisis regresi. Untuk mengetahui adanya perbedaan antara aset nirwujud pada masa orde baru dan masa kini digunakan uji t. Untuk mengitung penyusutan aset nirwujud digunakan persamaan (2). SAN = (AN1 – AN2)/(T1-T2) ……………………………………. (2) SAN = Penyusutan Aset Nirwujud AN1 = Aset Nirwujud pada waktu T1
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 5
AN2 = Aset Nirwujud pada waktu T2
C. HASIL 1. Daerah Irigási Molek Secara administrasi DI Molek yang memiliki luas 4.258 ha terletak di kabupaten Malang yang meliputi 4 kecamatan, yaitu kecamatan Kepanjen, Kromengan, Ngajum dan Sumber Pucung. Secara kewenangan DI Molek dikelola oleh pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum yaitu Balai Besar Wilayah Sungai Brantas yang dilimpahkan ke dinas Pengairan kabupaten Malang. Debit Daerah Irigasi Molek tahun 1998 dan 2007 disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Debit DI Molek Tahun 1998 dan 2007 (l/det) 1998
Debit MT1
MT2
2007 MT3
MT1
MT2
MT3
Sadap
3126
2314
2622
7050
7621
7436
Aktual
6528
7145
5808
7370
7530
5263
Kebutuhan
8122
7841
6760
8043
7875
6258
Aktual Hulu Kebutuhan Hulu Aktual
953
743
633
813
631
553
1020
866
866
986
778
778
622
544
435
531
442
331
Kebutuhan 715 Hilir Keterangan:
684
644
694
552
552
Hilir
MT1 = Februari MT2 = Juli MT3 = Oktober
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 6
2. Aset Nirwujud Rerata aset nirwujud dan RKP daerah irigasi Molek tahun 2008 disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Rerata Aset Nirwujud dan RKP Daerah Irigasi Molek 2008 KM
KE
SK
BL
PP
AN
RKP
3.23
3.08
3.01
2.67
3.43
3.08
3
Keterangan: KM = Kecerdasan Moral KE = Kecerdasan Emosional SK = Sikap Kreatif BL = Budaya Lembaga PP = Partisipasi Petani AN = Aset Nirwujud RKP = Rasio Kecukupan Pengaliran Air Tabel 2 menunjukkan bahwa aset nirwujud daerah irigasi Molek 2008 bernilai sedang (3,08 dalam skala 5). Komponen aset nirwujud yang paling rendah adalah budaya lembaga yaitu sebesar 2,67, menyusul kecerdasan emosional sebesar 3,08, kecerdasan moral sebesar 3,23 dan paling tinggi partisipasi petani sebesar 3,43. Hasil analisis regresi aset nirwujud dengan rasio kecukupan pengaliran air adalah RKP = -0,388 + 0,041 KM + 0,009 KE + 0,005 SK + 0,009 BL – 0,002 PP dengan koefisien korelasi 0,68. Dengan demikian kecerdasan moral, kecerdasan emosional, sikap kreatif, budaya lembaga dan partisipasi petani berpengaruh kuat terhadap rasio kecukupan pengaliran air.
3. Penyusutan Aset Nirwujud Untuk menghitung penyusutan aset nirwujud diperlukan minimal 2 nilai aset nirwujud pada waktu yang berbeda. Rerata Aset Nirwujud dan RKP Daerah Irigasi Molek tahun 1998 disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Rerata Aset Nirwujud dan RKP Daerah Irigasi Molek 1998 KM
KE
SK
BL
PP
AN
RKP
3,53
3,45
3,51
3,01
4
3,5
4
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 7
Tabel 3 menunjukkan bahwa aset nirwujud daerah irigasi Molek 1998 bernilai cukup baik (3,5 dalam skala 5). Komponen aset nirwujud yang paling rendah adalah budaya lembaga yaitu sebesar 3,01, menyusul kecerdasan emosional sebesar 4,45, sikap kreatif sebesar 3,51, kecerdasan moral sebesar 3,53 dan paling tinggi partisipasi petani sebesar 4. Menggunakan persamaan (2) dan data pada tabel 2 dan 3 dapat dihitung penyusutan aset nirwujud Daerah Irigasi Molek yaitu 1,3% per tahun.
D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Aset nirwujud Daerah Irigasi Molek dinas Pengairan kabupaten Malang bernilai sedang pada tahun 2008 dan bernilai cukup baik sehingga mengalami penyusutan sebesar 1,3% per tahun. Aset nirwujud Daerah Irigasi Molek mempengaruhi Rasio Kecukupan Pengaliran Air dengan bobot kecerdasan moral sebesar 0,041, kecerdasan emosional sebesar 0,009, sikap kreatif sebesar 0,005, budaya lembaga sebesar 0,009 dan partisipasi sebesar – 0,002.
2. Saran Kepada dinas Pengairan kabupaten Malang disarankan untuk meningkatkan aset nirwujud Daerah Irigasi Molek melalui usaha peningkatan kecerdasan moral, kecerdasan emosional, sikap kreatif karyawannya, budaya lembaganya, dan partisipasi petani sehingga rasio kecukupan pengaliran airnya meningkat.
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 8
DAFTAR PUSTAKA Al Humani, A. 2000. Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi. Kompas 27 Januari 2000 Anonim. 2003. Penelitian Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Water Management Melalui Penyusunan Tata Tanam Partisipatif Produktif. Laporan Akhir Penelitian kerjasama Fakultas Teknologi Pertanian UGM dengan Pemkab Ngawi Arif, S.S. 2005. Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Irigasi Masa Depan: Sebuah Gagasan dan Upaya Menghadapi Tantangan. Makalah diskusi dengan Dinas Sumberdaya Air Kabupaten Banyumas, Purwokerto BPS. 2006. Berita Resmi Statistik No. 24/IX/15 Mei 2006 Davis dan Newtorm. 1990. Sociological Participation. Harper Collins Publisher. New York Dersonolo, L.D. 1996. Budaya Lembaga di Lembaga Pendidikan Perkebunan Yogyakarta. Tesis PS Psikologi Universitas Gadjah Mada FAO. 1998. News & Highlights. International Coalition Focuses on Research and Technology to Help Farmer in Developing Countries Grow More Crop per Drop. GWP. 2000. Integrated Water Resources Management. TAC Background Paper No.4. Stockholm Hasanuddin, A. 2003. Gelar Teknologi di Takalar Gowa Sulsel: Lahan IrigasiTumpuan Ketahanan Pangan?. Sinar Tani Ignasius, S. 2005. Kreativitas Karyawan Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Dan Kepemimpinan Transformasional dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediator. Tesis PS Psikologi UGM Maksum, M.1999. Studi Evaluasi Pelayanan Pemberian Air Irigasi di DIY. Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan, Proyek Perencanaan dan Pengendalian Pengairan. Dirjen Pengairan Dep PU. DIY Miller, M; Bonnie D DuPont, Vince Fera, Richard Jeffrey, Barbara M Payer da Allan Starr. 1999. Meusuring and Reporting Intellectual Capital From a Dierce Canadian Industry Perspective: Experiences, Issues and Prospect. OECD Symposium. Amsterdam Munandar, S.C.U. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Gramedia. Jakarta. Pasandaran, E. 2003. Politik Ekonomi Reformasi Irigasi di Indonesia. Makalah Seminar Modernisasi Irigasi. Badan Litbang Pertanian. Rachman,B; Effendi Pasandaran dan Ketut Kariyosa. 2002. Kelembagaan Irigasi Dalam Perspektif Otonomi Daerah. Jurnal Litbang Pertanian 21(3) Santosa, B. 2004. www.adb.org/document/event/2004/ino. Presentasi dalam Journalist Workshop on Water Policy Issues in Indonesia Small,L.E. dan Svendsen, M. 1992. A Framework for Assessing Irrigation Performance. International food Policy Research. Washington
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 9
Stewart, T.A. 1999. Intellectual Capital. Doubleday Dell Publishing Group, Inc. New York. 280 hal. Sudaryanto, E.A. 2004. Kajian Penentuan Dasar Kriteria Kondisi Dan Fungsi Jaringan Irigasi Terhadap Keinginan Layanan. Skripsi Jurusan Teknik Pertanian FTP UGM Sutiono, A dan Ambar TS. 2004. Sumberdaya Manusia (SDM) Aparatur Pemerintah dalam Birokrasi Publik di Indonesia. Dalam Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumberdaya Manusia. Editor: Ambar Teguh Sulistiyani. Penerbit Gaya Media. Yogyakarta Tjakraatmadja, J.H. dan Donald C.L. 2006. Knowledge Management dalam konteks Organisasi Pembelajar. Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Bandung Tjokrowinoto, M. 1996. Pembangunan Dilema dan Tantangan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Yonariza.2003. Implementation of Irrigation Management Reform Policy Under External Support: Sustainability Question. A Premilanary Observation in West Sumatra. Universitas Andalas. Padang Wartiningsih.2007. Hubungan Kecemasan dan Partisipasi Masyarakat Menghadapi Demam Berdarah Dengu (DBD) di Desa Ngestihardjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Tesis. PS Ilmu Kesehatan UGM Waysima. 2002. Masihkah Ada Kesempatan Memperoleh SDM Berkualitas? Pendekatan Tumbuh Kembang. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana IPB. Widhyharto, D.S. 2004. Permasalahan –Permasalahan SDM: Problem Serius Menuju Good Governance.Dalam Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumberdaya Manusia. Editor: Ambar Teguh Sulistiyani. Zami, Vetra. 2005. Pengaruh Faktor-faktor Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Karyawan PT South Pasific Viscose. Tesis PS Magister Manajemen UGM
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 10
Nilai (Jumlah) Aset Nirwujud dan RKP Daerah Irigasi Molek 2008 No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Rerata
KM KE SK 129 77 84 138 88 88 119 78 92 126 89 94 140 91 105 125 89 111 133 83 84 112 58 54 146 81 86 149 83 90 137 74 66 145 74 62 135 76 76 114 74 73 121 67 70 131 72 67 144 89 110 128 83 85 135 58 56 134 82 88 137 83 90 118 72 87 112 73 88 116 76 78 107 74 74 121 67 68 131 71 70 129 77.1 81.3
BL 146 163 123 86 78 84 123 117 143 127 123 126 148 156 124 112 88 126 128 167 128 156 120 162 165 112 135 128
PP RKP 135 0.8 137 0.91 123 0.73 136 0.74 144 0.76 134 0.64 148 0.7 143 0.58 140 0.76 145 0.8 126 0.84 135 0.82 146 0.74 129 0.66 135 0.6 66 0.76 143 0.79 109 0.56 156 0.8 143 0.81 153 0.76 142 0.71 150 0.67 126 0.64 166 0.65 144 0.56 146 0.68 137 0.72
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 11
Nilai (Jumlah) Aset Nirwujud dan RKP Daerah Irigasi Molek 1998 Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Rerata
KM 159 154 130 134 167 142 145 124 146 156 143 144 154 154 132 142 134 143 124 146 128 148 146 127 118 132 144 141
KE 87 98 88 99 101 99 93 63 90 89 76 76 89 94 79 81 99 93 63 90 89 76 76 89 94 79 81 86.3
SK 102 99 114 123 125 123 95 73 101 97 76 72 86 88 82 84 123 95 73 101 97 96 98 86 88 82 84 94.9
BL 192 163 134 102 97 98 147 149 182 143 140 140 186 184 149 134 98 147 149 182 143 165 140 186 184 149 134 149
PP 156 168 160 161 166 170 167 166 165 166 175 156 170 143 171 75 168 120 170 160 166 172 172 146 172 168 162 160
RKP 0.92 0.96 0.84 0.82 0.81 0.71 0.77 0.6 0.8 0.92 0.96 0.84 0.82 0.81 0.71 0.77 0.8 0.6 0.92 0.96 0.84 0.82 0.81 0.71 0.77 0.6 0.8 0.8
Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008 12