STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 13-4727-1998 ICS 07.060
Penyusunan Peta Geologi Kuarter
BADAN STANDARDISASI NASIONAL-BSN
LATAR BELAKANG
Geologi Kuarter merupakan salah satu ilmu kebumian yang mempelajari endapan yang belum termampatkan dan belum stabil hasil proses geologi selama jaman Kuarter. Di beberapa negara penelitian geologi Kuarter diperluas dengan memasukkan rencana pengembangan wilayah. Lingkungan geologi Kuarter merupakan ciri kehidupan manusia kini dan masa lampau yang ditandai oleh pengendapan dan bentang alam. Lebih kurang 35 % dari seluruh daratan Indonesia tertutup oleh endapan lepas dan tidak stabil yang berumur Kuarter: beberapa kota besar diberbagai negara berada pada daerah endapan Kuarter. Dengan demikian baik perencanaan perkembangan kota maupun pengembangan wilayah memerlukan data/peta Geologi Kuarter. Sejak tahun 1978 Pusat Penelitian dan Pengemangan Geologi telah melakukan penelitian geologi Kuarter dan tahun 1979 mulai melaksanakan pemetaan geologi Kuarter, sebanyak 15 lembar Peta Geologi Kuarter telah diterbitkan. Sejalan dengan makin meningkatnya peran informasi dasar dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kebumian, serta semakin banyaknya masalah lingkungan, maka informasi / data / peta, geologi Kuarter banyak diperlukan oleh lembaga / instansi, baik pemerintah maupun swasta dalam rangka penyusunan perencanaan penataan ruang suatu wilayah / daerah. Sehubungan dengan itu akan banyak lembaga terkait melakukan penelitian/pemetaan Geologi Kuarter, sehingga akan dihasilkan berbagai format peta geologi Kuarter serta metode yang bermacam-macam. Penyusunan pedoman ini mempunyai maksud sebagai petunjuk pelaksanaan pembuatan Peta Geologi Kuarter dengan tujuan menghasilkan Peta Geologi Kuarter yang baku.
DAFTAR ISI
Halaman LATAR BELAKANG DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR
ii iii iv
DAFTAR TABEL
iv
1. KETENTUAN UMUM 1.1 Ruang Lingkup 1.2 Definisi 1.3 Pengertian
1 1 1 1
2. PERSYARATAN TEKNIS 2.1 Simbol 2.1.1 Singkatan Huruf 2.1.2 Tata Warna 2.1.3 Simbol dan Corak Geologi Kuarter 2.2 Istilah 2.3 Keterangan Peta 2.4 Penyajian Peta 2.5 Penerbitan 2.6 Spesifikasi
2 2 2 6 7 7 9 9 9 10
3. UNSUR TAMBAHAN UTAMA 3.1 Penyusunan Peta 3.1.1 Penyusunan dan Penyiapan Data dan Peta 3.1.2 Penelaahan Peta 3.2 Mutu 3.3 Pengemasan 3.4 Pendokumentasian
11 11 11 11 11 12 12
4. DAFTAR PUSTAKA
21
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.
Bagan warna baku untuk Peta Geologi Kuarter Simbul dan Corak dasar yang digunakan dalam Peta Geologi Kuarter Tata letak keterangan pinggir pada Peta Geologi Kuarter
13 14 20
DAFTAR TABEL Tabel I. Tabel II
Notasi Lingkungan Pengendapan Berdasarkan Produk Dan Proses Notasi Endapan Kuarter
3 5
1. KETENTUAN UMUM 1.1
Ruang Lingkup Standar ini meliputi pedoman penyusunan Peta Geologi Kuarter dalam berbagai skala berikut penjelasannya yang mencakup definisi, pengertian, bobot atau isi dan sifat-sifat teknisnya sebagai data untuk menunjang berbagai sektor pembangunan. Dalam penyusunan standar ini mengacu kepada : · ·
Penyusun peta geologi 1996, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Penyusun peta anomali gaya berat, 1995, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral
1.2
Definisi Peta Geologi Kuarter adalah peta geologi yang menyajikan data dan informasi mengenai sebaran endapan (sedimen) berumur Kuarter (Holosen) serta menggambarkan lingkungan pengendapannya. Batuan yang berumur Pra-holosen dianggap sebagai batuan dasar (basement), sehingga batuan ini dan juga endapan/batuan hasil kegiatan gunungapi tidak termasuk unsur yang dipetakan.
1.3
Pengertian 1. Skala peta merupakan perbandingan jarak antara di peta dengan jarak sebenarnya yang dinyatakan dengan angka atau garis atau gabungan keduanya, 2. Peta geologi Kuarter dibuat berskala 1 : 50.000 dan dapat dibuat pada skala yang lebih besar. 3. Peta geologi Kuarter adalah peta yang disusun berdasarkan (tipe penampang) dan data-data permukaan. 4. Peta geologi Kuarter merupakan peta geologi bertema yang bertujuan menyajikan data geologi Kuarter yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu, seperti geologi teknik dan pengembangan wilayah. 5. Satuan peta dalam peta geologi Kuarter dapat terdiri dari satu dan atau lebih satuan lingkungan pengendapan dan litologi penyusun. 6. Peta Geologi Kuarter diterbitkan oleh instansi pemerintah atau badan usaha yang ditunjuk pemerintah. Hingga saat ini Instansi yang menerbitkan Peta Geologi Kuarter hanyalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (disingkat P3G), Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Republik Indonesia.
2. PERSYARATAN TEKNIS 2.1
Simbol Merupakan tanda yang dipakai untuk menggambarkan informasi geologi pada peta geologi Kuarter berupa singkatan huruf, corak, kontur, warna, atau gabungannya. 2.1.1 Singkatan Hurup 1.
Satuan peta pada Peta Geologi Kuarter adalah gambaran mengenai uruturutan satuan lingkungan pengendapan yang mencerminkan hasil dan proses sedimentasi yang direfleksikan dengan huruf. Singkatan nama lingkungan pengendapan dimana proses sedimentasi terjadi, ditulis dengan huruf besar (tabel I). Satu huruf besar merupakan huruf pertama lingkungan pengendapan dalam “istilah Inggris”, dan seandainya karakter huruf tersebut sudah terpakai, maka diambil huruf kedua, Contoh : Lingkungan dataran banjir (Flood plain) disingkat F Lingkungan kipas aluvial (Alluvial fans) disingkat huruf A
2.
Urutan kejadian pengendapan Kuarter merupakan rentetan penamaan endapan yang ada, mulai dari paling atas (muda) sampai ke bawah (yang tua). Contoh : F, C : Endapan dataran banjir diatas endapan sungai
3.
Pada Peta Geologi Kuarter skala besar tidak hanya lingkungan pengendapan saja tetapi diharapkan sampai ke pada sub-lingkungan pengendapan (Tabel I) dan juga jenis endapannya, notasi endapan kuarter seperti terlihat pada Tabel II. Sehingga penulisan singkatan huruf pada Peta Geologi Kuarter merupakan gabungan dari litologi, lingkungan pengendapan dan sub-lingkungan pengendapan yang saling berurutan sebagai berikut : a. Karakter pertama, menunjukkan singkatan nama jenis endapan yang ditulis dengan huruf kecil, terdiri dari satu dan atau dua huruf seperti pada Tabel II. Contoh : endapan pasir disingkat “s” endapan lempung disingkat “c” endapan lempung pasiran disingkat “sc” b. Karakter kedua dan ketiga, menunjukkan singkatan nama lingkungan pengendapan Contoh : endapan pasir yang terbentuk pada lingkungan sungai dengan sub-lingkungan sungai teranyam disingkat sCbr
Satuan peta yang tercantum dalam Peta Geologi Kuarter menggambarkan informasi litologi, lingkungan pengendapan dan sub-lingkungan pengendapan. Sebagai contoh : cFtb, sCbc menerangkan endapan lempung yang terbentuk pada cekungan banjir (cFtb) menutup endapan pasir yang terbentuk pada alur teranyam (sCbs). TABEL I. Notasi Lingkungan Pengendapan Berdasarkan Produk Dan Proses
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
UTAMA
1. DARAT
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
SUB-LINGKUNGAN PENGENDAPAN
Fluviatil
1. Kipas Aluvial (alluvial fans)
A
a. Alur awal kapas ((fan head channel) b. Kipas proksimal (proximal fan) c. Kipas distal (distal fan) d. Danau kipas supra (supra fan lake)
2. Alur sungai C (River Channel/Riverine)
3. Dataran banjir (Flood plain)
4. Danau “ lake “
F
L
a. Alur teranyam (braided channel) b.Kekelok (meandering) c. Tanggul alam (natural levee) d. Gosong pasir (Sand bar) a. Celah geser (crevasse splay) b. Cekungan banjir (flood basin) c. Rawa belakang (back swamp) d. Dataran delta (delta plain) a. Teras danau (lake terrace)
fc pf df sf
bc me nl sb
cs fb bs dp
lt
b. Garis pantai (shore line) c. Cekungan danau (basin lake) d. Danau delta (delta lake) 2. PANTAI DAN PAPARAN
sl bl dl
1. Delta “ delta “
D
a. Delta de (delta) b. Alur ketersebaran dc (distributary channel) c. Alur pasang surut tc (tidal channel) d. Rawa belakang bs (back swamp) e. Muara beting mb (mount bar) f. Prodelta pd (prodelta)
2. Alur muara “estuary channel”
E
a. Muara corong alur (eustary channel) b. Dataran tepi (marginal flats) c. Delta banjir pasang surut (flood tidal delta)
3. Pantai dan laut Dangkal (beach and shallow marine)
M
ec mf
fd
a. Pantai be (beach) b. Dekat pantai ns (nearshore) c. Lepas pantai os (offshore) d. Rintangan ba (barrier) e. Laguna la (lagoon) f. Dataran pasang surut tf (tidal flat) g. Delta pasang surut td (tidal delta) h. Pemasukan pasang surut ti
(tidal inlet) i. Bukit pasir pantai ca (coastal aeolian dune) 4. Evaporit karbonat G (carbonate evaporite)
a. Dataran pasang surut (tidal flat) b. Pantai (beach) c. Laguna (“lagoon”) d. Delta pasang surut (tidal delta)
Tabel II. Notasi Endapan Kuarter
ENDAPAN
Lempung (Clay) Lempung pasiran (Sandy clay) Lanau (Silt) Lanau pasiran (Sandy silt) Lumpur (Mud) Lumpur pasiran (Sandy mud) Lumpur kerikilan (Gravelly mud) Pasir (Sand) Pasir lempungan (Clayey sand) Pasir lanauan (Silty sand) Pasir lumpuran (Muddy sand)
NOTASI
NOMOR WARNA
c
103
sc
303
z
110
sz
310
m
005
sm
305
gm
035
s
500
cs
515
zs
505
ms
503
tf be la td
Pasir kerikilan (Gravelly sand) Kerikil (Gravel) Kerikil pasiran (Sandy gravel) Gambut (Peat) Karbonat (Carbonate) Lempung organik (Organic clay) Lempung karbonat (Carbonat clay)
gs
530
g
050
sg
053
p
x53
k
13x
oc
x05
kc
317
2.1.2 Tata Warna Warna dipakai untuk membedakan satuan lingkungan pengendapan dalam satuan peta Geologi Kuarter, dipilih berdasarkan jenis endapan dan dikombinasikan dengan lingkungan pengendapan secara tegak dan mendatar : 1.
2. 3.
Warna dasar yang digunakan adalah kuning, merah (magenta), dan biru (Cyan) serta gabungannya. Setiap warna dinyatakan dengan sandi 0, 1, 3, 5, 7, dan x yaitu sandi derajat kekuatan warna atau prosentase penyaringan pada proses kartografi (Gambar 1). Warna untuk membedakan satuan peta digambarkan dengan warna berbeda, kecuali untuk batuan dasar berwarna merah. Warna dasar lingkungan pengendapan pasa satuan peta Geologi Kuarter disarankan sebagai berikut : Kipas aluvial : coklat 750 (Yellow 70 %, Magenta 50 %, dan Cyan 0 %) Sungai : coklat muda 510 (Yellow 50 %, Magenta 10 %, Cyan 0 %) Dataran banjir : hijau xox (Yellow 100 %, Magenta 0%, Cyan 100 %) Danau : hijau muda 705 (Yellow 70 %, Magenta 0%, Cyan 50 %) Delta : biru muda 30X (Yellow 30 %, Magenta 0 %, Cyan 100 %) Parit Muara : kebiruan 303 (Yellow 30 %, Magenta 0 %, Cyan 30 %) Pantai/laut dangkal: biru 10X (Yellow 10 %, Magenta 0 %, Cyan 100 %) Evaporit/karbonat : Ungu 175 (Yellow 10 %, Magenta 70 %, Cyan 50 %).
2.1.3
Simbol dan Corak Geologi Kuarter Simbol dan corak (notasi) geologi yang tertera pada Peta Geologi Kuarter harus tertera pada legenda dan sebaliknya. Bentuk dan ukurannya harus sama (tilik Gambar 2).
2.2
Istilah Dalam standar peta geologi Kuarter ini berlaku peristilahan sebagai berikut : 1. Alur Awal Kipas (Fan Head Channel) merupakan alur sungai utama yang terdapat di puncak kipas. 2. Alur Ketersebaran (distributary Channel) merupakan alur sungai alami yang membawa bahan sedimen dan air dari aliran utama ke arah danau. 3. Alur Muara (Estuary Channel) bagian dari sungai yang mengalir ke laut dan terpengaruh arus pasang surut, merupakan daerah transisi antara air tawar dan air asin selalu mengalami perubahan kadar garam, temperatur, tinggi muka air dan arah arus. 4. Alur Pasang Surut (Tidal Channel) adalah suatu alur yang dipengaruhi oleh surutnya air / suatu alur yang terbentuk karena adanya proses pasang surut. 5. Alur Teranyam (Braided Channel) merupakan pemisahan dan penggabungan kembali alur sungai oleh pulau-pulau kecil hasil endapan aluvial/sungai. 6. Bukit Pasir Pantai (Coastal Eolian Dunes) merupakan endapan bukit pasir yang terbentuk oleh aktivitas angin yang terakumulasi lingkungan pantai. 7. Celah Geser (Grevasse Splay) merupakan jalur yang memotong tanggul alam, terbentuk pada saat banjir besar. 8. Cekungan Banjir (Flood Basin) merupakan suatu dataran yang terdapat di kiri kanan sungai dan hanya tertutup air pada saat banjir. 9. Danau (lake) merupakan suatu bentuk cekungan alamiah di dataran tempat terakumulasinya air dari daerah sekitarnya. 10. Danau Kipas Supra (Supra fan lake) merupakan danau-danau yang berukuran kecil yang terbentuk diujung kipas aluvial. 11. Dataran Alluvial (Aluavial Plain) adalah suatu dataran yang disusun oleh material hasil pengendapan oleh aliran air. 12. Dataran Delta (Delta Plain) merupakan daaerah dataran rendah yang terbentuk sangat ekstensif pada delta, serta terpisah oleh alur air dangkal. 13. Dataran Pasang Surut (Tidal Flat) merupakan tempat terbentuknya pengendapan pada lingkungan laut dangkal terutama di kawasan-kawasan yang terlindung dari pengaruh aktivitas gelombang besar.
14. Dekat Pantai (Nearshore) merupakan bagian dari tepi pantai yang selalu ditutupi oleh air (dibawah pasang surut). 15. Delta (Delta) merupakan kawasan sedimentasi yang terbentuk akibat interaksi antara energi gelombang, arus pasang surut serta alirannya. 16. Delta Banjir Pasang Surut (Flood Tidal Delta) terbentuk pada muara alur air dari lagun sebagai akibat meningkatnya volume aliran air. 17. Delta Danau (Delta Lake) merupakan tempat terjadinya sedimentasi yang terletak pada pertemuan antara danau dan sungai. 18. Delta Pasang Surut (Tidal Delta) merupakan bagian dari delta yang terbentuk akibat pengaruh arus pasang surut, gelombang yang membawa material serta diendapkan dibagian lain. 19. Garis Pantai Danau (Shoreline Lake) adalah daerah yang terpengaruh oleh fluktuasi muka air danau dan aktivitas dataran. 20. Gosong Pasir (Sand Bar) merupakan endapan sedimentasi yang terbentuk di tengah sungai. 21. Kekelok (Meandering) merupakan bentukan sungai didaerah yang relatif datar dan berkelok-kelok (sinousity). 22. Kipas Distal (Distal Fan) merupakan bagian dari kipas aluvial yang terletak paling jauh. 23. Kipas Proksimal (Proximal Fan) merupakan bagian paling dekat dari kipas aluvial. 24. Laguna (Lagoon) daerah yang berair yang terpisah dari laut oleh punggungan kecil yang sempit dan memanjang dengan kadar garam yang lebih rendah dari air laut. 25. Lepas Pantai (Off Shore) merupakan daerah yang terletak di bawah muka laut terendah sampai tepi paparan. 26. Muara (Estuary) merupakan bagian pantai yang semi tertutup dan berhubungan langsung dengan laut terbuka diisi oleh air laut yang terencerkan (bercampur) oleh air tawar yang berasal dari dataran. 27. Muara Beting (Mouth Bar) merupakan bagian dari lingkungan delta yang terletak pada batas kearah laut dari parit ketersebaran. 28. Pantai (Beach) merupakan tempat akumulasi endapan sedimen lepas dimana kearah laut dibatasi garis pasang surut, dan kearah dataran dibatasi oleh garis pengaruh gelombang badai. 29. Pemasok Pasang Surut (Tidal Inlet) merupakan alur sempit diantara dua pulau penghalang dan menghubungkan lagun atau datar surut/kerataan pasang surut yang terdapat di bagian belakang dengan laut. 30. Prodelta (Pro-delta) merupakan bagian dari delta yang terletak ke arah laut. 31. Rawa Belakang (Back Swamp) merupakan suatu cekungan yang berkembang di kiri atau kanan sungai ataupun delta, hampir sepanjang tahun tertutup oleh air. 32. Rintangan (Barrier) merupakan akumulasi pasir sampai gravel yang terbentuk secara permanen disepanjang pantai dan berada pada ketinggian di atas pasang maksimum.
33. Tanggul Alam (Natural Levee) merupakan tinggian yang terdapat di sepanjang pinggir sungai terbentuk oleh endapan sedimen pada saat tinggi banjir melebihi tinggi pematang sungai. 34. Teras Danau (Lake Terrace) merupakan undak-undak yang terbentuk dipantai danau akibat perubahan ketinggian air danau ataupun akibat perubahan base level.
2.3
Keterangan Peta Keterangan peta ditulis dalam bahasa Indonesia dan terjemahannya dalam bahasa Inggris yang dicetak dengan huruf miring.
2.4
Penyajian Peta 1. Bagan bakuan tata letak Peta Geologi Kuarter mengikuti seperti Gambar 3. Penyimpangan tata letak dapat dilakukan selama proses kartografi, yaitu berdasarkan atas pertimbangan teknik kekartografiannya. 2. Kerangka stratigrafi diwujudkan dalam bentuk tabel, dimana setiap genesa dan satuan lingkungan pengendapan, disusun dengan kedudukan stratigrafinya termasuk jenis endapan serta umurnya. 3. Penampang Geologi Kuarter memperlihatkan perubahan lingkungan pengendapan baik secara mendatar maupun tegak, serta mencantumkan nomor titik pengamatan. 4. Uraian singkat setiap tipe penampang. a. Kotak satuan tipe penampang berisi simbol huruf dan warna, b. Didalam kotak dituliskan kedudukan lingkungan pengendapan yang berdasarkan pada sistem tipe penampang. 5. Indeks lokasi pengamatan (pengeboran, singkapan dan pengukuran seismik) diwujukkan dalam bentuk gambar. 6. Keterangan berikutnya menerangkan : a. informasi tebal lapisan b. pentarikan C14 / fosil penunjuk c. unsur penting untuk menunjang kelengkapan data, antar lain sumberdaya mineral dan energi
2.5
Penerbitan 2.5.1 Bahan Baku Peta Geologi Kuarter disajikan dalam bentuk gambar, setelah melalui proses kartografi, dicetak di atas kertas HVS dengan berat 115 gram atau kertas konstruk yang tahan cuaca.
2.5.2 Ukuran Lembar Peta Geologi Kuarter Ukuran dan koordinat lembar Peta Geologi Kuarter mengacu kepada Surat Keputusan Ketua Bakosurtanal mengenai ukuran peta rupabumi : 1. Peta Geologi Kuarter skala 1:50.000 menggunakan peta rupabumi berukuran 15’ x 15’, dengan rangka jala (grid) 30”x30”. 2. Peta Geologi Kuarter skala 1 : 25.000 menggunakan peta rupabumi berukuran 7'30"x 7'30" dengan rangka jala (grid) 15”x15”. 3. Peta Geologi Kuarter dengan skala besar khusus menggunakan peta rupabumi berukuran sesuai dengan kebutuhan.
2.6
Spesifikasi 1. Peta Geologi Kuarter menggunakan peta dasar topografi dengan proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator). 2. Pencantuman kedalaman laut (batimetri) pada Peta Geologi kuarter bukan merupakan keharusan. 3. Pencantuman kontur kedalaman batuan dasar pada Peta Geologi Kuarter bukan merupakan keharusan. 4. Peta Geologi Kuarter seyogyanya menyajikan data dasar dan informasi Geologi Kuarter selengkap mungkin untuk pemakaianya, dan berguna untuk tujuan terapan serta tujuan keilmuan. a. Terapan, karena dapat digunakan sebagai landasan petunjuk awal dalam pembuatan peta aspek fisik dasar (kemampuan lahan morfologi, kestabilan lereng, drainase, airtanah, bahan galian, kebencanaan, serta kesesuaian fisik lahan dll). b. Keilmuan, karena data dan informasinya dapat dipakai sebagai titik tolak pembuatan hipotesis dan sintesis, seperti evolusi/perubahan garis pantai, rekonstruksi iklim purba, morfologi purba.
3. UNSUR TAMBAHAN UTAMA 3.1
Penyusunan Peta Peta Geologi Kuarter disusun berdasarkan data hasil pengamatan di lapangan serta analisis di laboratorium, atau hasil kompilasi yang kemudian dimasukkan ke dalam sistem tipe penampang (“profile type legend system”), yang akhirnya disajikan dalam bentuk gambar melalui proses kartografi, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
3.1.1 Pengumpulan, Penyiapan Data dan Peta 1. Studi pustaka, penafsiran foto udara (image), penyiapan peta dasar (rupabumi), perencanaan lokasi. 2. Pelaksanaan lapangan, berupa perekaman data (pengeboran, pengukuran pH air permukaan, mengukur seismik dangkal dan singkapan), dan pengambilan contoh batuan. Pengeboran dilakukan sampai kedalaman 15 meter atau apabila telah mencapai batuan dasar. 3. Jumlah contoh untuk analisis laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan, macam analisis, jenis batuan dan jenis lingkungan pengendapan. 4. Pelaksanaan studio / laboratorium, meliputi analisis pollen, besar butir, mineral berat, pentarihan (C 14). 5. Penyiapan naskah untuk penelaahan peta geologi Kuarter berwarna dilengkapi dengan penampang keterangan lainnya. 3.1.2 Penelaahan Peta 1. Penelaahan naskah dan peta geologi Kuarter dilakukan oleh ahli geologi / geologi kuarter/peneliti senior geologi Kuarter yang mempunyai wawasan luas serta ditunjuk oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. 2. Penelaahan seyogyanya / hendaknya dilakukan lebih dari satu kali tergantung kerumitan tataan lingkungan pengendapannya baik secara tegak ataupun secara mendatar. 3. Penelaah harus membina kerja sama serta saling pengertian dengan penyusun 4. Penyusun mempelajari segala saran telaahan dan melakukan perbaikan seperlunya pada tahap penelaahan. 5. Penyusun membaca naskah setelah diset dan membubuhkan koreksi seperlunya (tahap kartografi). 3.2
Mutu 1. Mutu atau kualitas peta geologi Kuarter ditentukan oleh bobot ( kualitas, kuantitas dan ketepatan ) data dasar yang terkandung di dalamnya. 2. Mutu peta geologi kuarter juga ditunjang oleh proses kartografi dan pencetakannya.
3.3
Pengemasan Peta Geologi Kuarter dilipat menurut kaidah yang ada, yang hakekatnya memudahkan pemakai melihat nama dan nomor lembar peta, dan dimasukkan ke dalam kantong yang disediakan .
3.4
Pendokumentasian. Menyusun laporan terbuka yang dilengkapi hasil analisis laboratorium dan data lapangan (lokasi pengeboran, Seismik dangkal pengambilan contoh batuan dan pengamatan singkapan bila ada dll). Laporan terbuka tesebut disimpan di perpustakaan instansi yang bersangkutan dan terbuka untuk umum.
Simbol dan Keterangan
Cara Penggambaran Pada Peta Garis Hijau/ Peta Stabil (mm) Pada Cetakan Ozalid
SESAR – GESER JURUS STRIKE – SLIP FAULT Garis terputus-putus bila letaknya diperkirakan : garis titik-titik bila tertutup, Panah menunjukkan arah gerak relatif Dashed where approximately located : dotted where concealed. Arrows show direction of relative movement.
03
24
JURUS DAN KEMIRINGAN LAPISAN STRIKE AND DIP OF BEDS
0,1
LAPISAN MENDATAR HORIZONTAL BEDS
0,1
LAPISAN TEGAK VERTICAL BEDS
0,1
60
JURUS DAN KEMIRINGAN LAPISAN TERBALIK STRIKE AND DIP OVERTURNED BEDS
0,1
1 o – 9o 10 o - 29o 30o –49o 50o – 69o 70o – 89o 90o Terbalik Overtumed JURUS DAN KEMIRINGAN LAPISAN DARI LAPORAN TERDAHULU STRIKE AND DIP OF BEDS FROM THE PREVIOUS REPORT
JURUS DAN KEMIRINGAN KEKAR STRIKE AND DIP OF JOINTS
0,1
Gambar 2 Simbol dan Corak Dasar yang digunakan dalam Peta Geologi
Simbol dan Keterangan
Cara Penggambaran Pada peta Garis Hijau/Peta Stabil (mm) Pada Cetakan Ozalid
JURUS DAN KEMIRINGAN KEKAR TEGAK STRIKE AND DIP OF VERTICAL JOINTS
0,1
JURUS DAN KEMIRINGAN PERDAUNAN STRIKE AND DIP OF FOLIATION Dapat dipakai untuk KESEKISAN May substitute SCHISTOSITY
0,1
JURUS DAN KEMIRINGAN PERDAUNAN TEGAK STRIKE AND DIP OF VERTICAL FOLIATION Dapat dipakai untuk KESEKISAN May substitute SCHISTOSITY
0,1
JURUS DAN KEMIRINGAN BELAH STRIKE AND DIP OF CLEAVAGE
0,2
JURUS DAN KEMIRINGAN BELAH TEGAK STRIKE AND DIP OF VERTICAL CLEAVAGE
0,2
JURUS DAN KEMIRINGAN STRUKTUR ALIRAN DALAM BATUAN VOLKANIK STRIKE AND DIP OF FLOW STRUCTURE IN VOLCANIC ROCKS
0,1
JURUS DAN KEMIRINGAN STRUKTUR ALIRAN TEGAK DALAM BATUAN VOLKANIK STRIKE AND DIP OF VERTICAL PLANAR FLOW STRUCTURE IN VOLCANIC ROCKS
SINGKAPAN YANG DILEBIHKAN EXAGGERATED OUTCROP
Gambar 2 (Lanjutan)
0,1
0,1
Diwarnai sesuai dengan jenis atau umur batauannya Coloured in accordance with the kind or age the rocks
FOSIL VERTEBRATA INVERTEBRATE FOSSIL
H
0,1
104
FOSIL BUKAN VERTEBRATA INVERTEBRATE FOSSIL Menunjukkan nomor lokasi Showing Locality number
0,1
FOSIL TUMBUHAN PLANT FOSSIL
KELURUSAN LINEAMENT Dari potret udara From aerial photographs
0,1
KALDERA ATAU TEPI KAWAH CALDERA OR CREATER RIM Dicetak dengan warna coklat kontur To be drawn in contour brown
0,2
H 0,2
KERUCUT SAMPING PARASITIC CONE
0,1
MAR MAR
KONTUR KEDALAMAN BATUAN DASAR DEPTH OF BASEMENT Garis terputus-putus bila letaknya diperkirakan Dashed where approximately located ;
Gambar 2 (Lanjutan)
0,4
Diwarnai dan akan dicetak dengan warna merah Coloured and will be printed in Red
55
URAT VEIN
URAT TEGAK VERTICAL VEIN
0,3
Diwarnai dan dicetak dengan warna merah Coloured and will be printed in red
0,3
Idem
p
GUA BATUGAMPING LIMESTONE CAVE P. fosfat (endapan gua) P. phosphate (cave deposit)
% LUBANG TAMBANG MIRING INCLINED MINE SHAFT
0,1
% LUBANG TAMBANG TEGAK VERTICAL MINE SHAFT
0,1
TEROWONGAN ADIT
0,3
TEROWONGAN RUNTUH CAVED ADIT
0,2
Ä LOKASI PROSPEK atau FOSIL PROSPECT LOCATION or FOSSIL
SUMUR GALIAN KIRIKIL PASIR ATAU LEMPUNG GRAVEL, AND OR CLAY PIT
BEKAS SUMUR GALIAN KERIKIL, PASIR ATAU LEMPUNG ABANDONED GRAVEL, SAND OR CLAY PIT
Gambar 2 (Lanjutan)
0,1
0,2
0,2
· TAMBANG TERBUKA atau GALIAN OPEN PIT MINE or QUARRY
0,2
· BEKAS TAMBANG TERBUKA atau GALIAN ABANDONED OPEN PIT MINE or QUARRY
0,2
TIMBUNAN TAMBANG MINE DUMP
0,1
" SUMUR MINYAK OIL WELL
( SUMUR GAS GAS WELL
2
0,1
LUBANG KERING DRY HOLE
!
0,1
MATA AIR SPRING
0,1
) MATA AIR PANAS HOT SPRING s
0,1
) MATA AIR PANAS BERSULFIDA HIDROGEN HOT SPRING WITH HYDROGEN SULPHIDE
Gambar 2 (Lanjutan)
0,1
) FUMAROLA FUMAROLE
0,1
REMBESAN MINYAK OIL SEEP
POTON MUD VOLCANO Cu
Pb
Is
LOKASI BAHAN GALIAN MINERAL COMMODITY LOCALITIES Gabungan dengan lambang untuk tambang, prospek dsb, Misal : Ag, perak; b, basal; cl, lempung; Cr, krom; Cu, tembaga; Fe, besi; Hg, air raksa; gyp, batu tahu; Is, batugamping Combine with symbols for mine, prospect, etc. Examples; Ag, silver; b, basalt, cl, clay; Cr, chrominium; Cu, copper, Fe,iron; Hg, mercury; gyp, gypsum; Is. limestone 250 Cu
CONTOH GEOKIMIA ENDAPAN SUNGAI, PANTAI atau TANAH PENUTUP GEOCHEMICAL SAMPLE of STREAM SEDIMENT BEACH DEPOSIT or SOIL Menunjukan kadar tembaga dalam seperjutaan Showing copper content in parts permillion 20 Pb
CONTO GEOKIMIA BATUAN BEDROCK GEOCHEMICAL SAMPLE Menunjukkan kadar timbal dalam ppm Showing lead content in parts per million
CONTOH ENDAPAN UNTUK PENANGGALAN RADIOMETRI RADIOMETRIC AGE DATING SAMPLE Ujung bawah menunjukkan tempat Bottom point indicates location
0,1
0,2
CONTOH ENDAPAN UNTUK ANALISA SERBUK SARI POLLEN ANALYSIS SAMPLE
Gambar 2 (Lanjutan)
2
3
4
5 1
6
7
8
9
10
11
12
Gambar 3 Tata Letak Peta Geologi Kuarter Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Peta Instansi Penerbit Lembar Peta Stratigrafi Keterangan Peta Lokasi Indeks Peta
7. Lokasi Indeks Pengeboran 8. Penampang 9. Penampang Ideal 10.Informasi /Peta Tambahan 11. Judul 12. Pemeta / Penelaah
DAFTAR PUSTAKA
1.
Dewan Standar Nasional, 1995, Pedoman Penulisan Standardisasi Nasional Indonesia
2.
Blatt, H., Middleton, G., Murray, R., 1980, “Origin Of Sedimentary Rocks”, Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
3.
“Encyclopedia of The Geological Science”, 1977, McGraw-Hill, London.
4.
Folk, R.L. (1966) A review of grain-size parameters. Sedimentology 6, 73-93
5.
Gary, M.R., Me Atte J.R. and Wolf C.L. 1973., “Glossary of Geology”, American Geologic Institute, Washington D.C.
6.
Goudie, A., 1994, “The Encyclopedia Dictionary of Physycal Geography”., Black Well, London.
7.
Pettijohn, E., J., 1975, “Sedimentary Rocks”, Harper & Row, Publisher Inc., New York.
8.
Purbo Hadidjojo, M.M., 1975, Peristilahan Geologi Serta Ilmu Berhubungan”, I.T.B. Bandung.
9.
Reineck, H.E., and Sigh I.B., 1980, “Depositional Sedimentary Environments” Springer-Verslag, Heidelberg.
10.
Rijk Geologische Dienst (Geological Survey of The Netherland, 1975)
11.
Schwartz, Maurice L., 1982., “The Encylopedia of Beaches Coastal Environment”, Strondsburg, Pennsylvania.