PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SATPAM (SATUAN PENGAMANAN) DI GARDA TOTAL SECURITY YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh ROSIDA DWI FITRIANI NIM 13102244002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
i
PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SATPAM (SATUAN PENGAMANAN) DI GARDA TOTAL SECURITY YOGYAKARTA Oleh Rosida Dwi Fitriani NIM 13102244002 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan SATPAM dilihat dari (1) implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM, (2) Output pelaksanaan diklat, (3) upaya garda total security dalam menyalurkan alumni ke lapangan kerja, (4) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program, (5) upaya meminimalisir hambatan dan mengoptimalkan dukungan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan satuan pengamanan di BUJP Garda Total Security Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah pengelola, instruktur, dan peserta diklat, pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Triangulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) implementasi pendidikan dan pelatihan (diklat)satuan pengamanan yaitu (a) perencanaan: berdasarkan perencanaan kurikulum tidak diadakan perencanaan karena sudah turun dari pemerintah pusat (b) pelaksanaan: pelaksanaan dilihat dari kurikulum, peserta diklat, pengelola, keuangan, sarana dan prasarana, sudah memenuhi syarat sesuai dengan peraturan POLRI nomor 24 tahun 2007 (2) output pendidikan dan pelatihan dapat dilihat dari perubahan sikap, pengetahuan serta ketrampilan dalam bidang pengamanan, berdasarkan evaluasi yang dilakukan peserta didik mampu mengerjakan tes tertulis dan menjalankan tes praktik (3) upaya yang dilakukan garda total security dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja dapat dilihat dari benyaknya mitra yang sudah bekerja sama dengan GTS, serta jumlah lulusan yang sudah bekerja setelah menempuh pendidikan dan pelatihan SATPAM, dari sekian banyak peserta didik hanya terdapat 40% yang belum memiliki pekerjaan, hal tersebut karena mereka tidak ingin ditempatkan. (4) faktor pendukung yaitu: dukungan dari karyawan, instruktur, polres setempat, peserta pendidikan dan pelatihan serta sarana dan prasarana yang ada. Faktor penghambat yaitu: kurangnya koordinasi yang baik sehingga terjadinya salah paham, fasilitas MCK di Pusan pendidikan dan pelatihan Purworejo yang kurang memadai. Kata kunci: pendidikan dan pelatihan (diklat), SATPAM, Garda Total Security.
ii
IMPLEMENTATION OF EDUCATION AND TRAINING SATPAM (SECURITY UNITS) PROGRAM IN GARDA TOTAL SECURITY YOGYAKARTA By: Rosida Dwi Fitriani NIM 13102244002 ABSTRACT This study aims to find the implementation of SATPAM education and training programs as seen from (1) SATPAM education and training implementation, (2) Output of training implementation, (3) total security guard effort in channeling alumni to employment, (4) supporting and inhibiting factors Implementation of the program, (5) efforts to minimize obstacles and security at BUJP Garda Total Security Yogyakarta. This research is descriptive research with qualitative approach. The subjects of this research are manager, instructor, and training participant, completion of data by observation method, interview method and documentation method. Researchers are the main tool in conducting research assisted. Techniques used in data analysis are data reduction, data presentation and withdrawal. Triangulation is done to explain the validity of data by using sources triangulation. The result of the research shows (1) the implementation of education and training (training) of security unit that is (a) planning: based on planning there is no planning because it has come down from central government (b) execution: implementation seen from curriculum, training participant, manager, And infrastructures, are in compliance with the Indonesian Police Regulation No. 24 of 2007 (2) The output of education and training can be seen from the change of attitude, knowledge and skills in the field of security, based on the assessment made by the students able to do the written test and run the practice test (3 ) The efforts of the total security guard in channeling graduates to employment can be seen from the partners who have cooperated with the GTS, and the number of graduates who have worked after the education and training, of the many learners there are only 40% who do not have Job, it is karen Yang do not want to be placed. (4) supporting factors are: support from staff, instructors, regular polres, education and training participants and existing facilities and infrastructure. Inhibiting factors are: good environment so smoothly misunderstood, MCK facilities in Pusan education and training Purworejo inadequate. Keywords: education and training, SATPAM, Garda Total Security.
iii
iv
v
vi
MOTTO
Bismillahirrohmanirrihim Prof. Djuju Sudjana, M.Ed, Ph.D dalam bukunya, mengutip ayat suci Al-Quran (Al-Hasyr:18): ”Selalu bertaqwa dan mengevaluasi diri untuk berbuat baik bagi masa depan”
vii
PERSEMBAHAN Suatu anugrah Tuhan semua umat yang diberikan kepada saya, sehingga saya bisa menyelesaikan karya ini. Penulis mempersembahkan karya ini kepada: 1.
Almater Universitas Negeri Yogyakarta
2.
Kedua Orang tua bapak Tamin dan Ibu Lasmini
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Tuhan lah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjalani hidup sebagai mahasiswa dengan segala aktivitas akademik, organisasi dan lain sebagainya. Sampai pada akhirnya penulis pensiun sebagai mahasiswa dengan menyelesaikan akripsi ini dengan baik dan lancar. Peneliti menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajarannya yang telah memberikan kelancaran dalam perijinan penelitian ini. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajarannya yang telah memberikan kelancaran dalam perijinan penelitian ini 3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kelancaran di dalam proses penelitian ini. 4. Bapak Dr. Iis Prasetyo, MM. selaku dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan sejak pembuatan proposal sampai dengan penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses pembuatan skripsi ini. 6. Bapak Suradi dan seluruh Karyawan dan instruktur di Garda Total Sucurity (GTS) yang telah memberikan izin dalam pengambilan data penyusunan skripsi ini.
ix
7. Seluruh peserta Pendidikan dan Pelatihan SATPAM yang telah bersedia bekerjasama dalam pengambilan data skripsi ini. 8. Bapak Tamin dan Ibu Lasmini yang senantiasa memberikan dukungan dan doa selama ini yang tidak ternilai harganya 9. Saudariku tercinta, Bani Jaman yang selalu memberi semangat serta kebahagian. 10. Teman-teman Prodi Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011, 2012 dan 2013 yag telah memberikan imajinasi dan fantasi yang hebat. 11. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Akhirnya dengan memohon ridhonya Tuhan Yang Maha Esa, semoga kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu penulis mendapatkan sebaikbaiknya balasan dari-Nya, aamiin. Yogyakarta, April 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i ABSTRAK................................................................................................... ..... ii HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v HALAMAN MOTTO. ..................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................ .... viii DAFTAR ISI .............................................................................................. .... x DAFTAR TABEL ...................................................................................... .... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. .... xiii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. .... xiv BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 10 C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 10 D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 11 E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 11 F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 12 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Pendidikan ......................................................................... 14 1. Pengertian Pendidikan ................................................................................. 14 2. Tujuan Pendidikan ...................................................................................... 16 3. Unsur-Unsur Pendidikan. ............................................................................ 17 4. Jenis-jenis Pendidikan. ................................................................................ 18 B. Kajian Tentang Pendidikan Nonformal ....................................................... 19 1. Pengertian Pendidikan Nonformal ............................................................... 19 C. Kajian Tentang Pelatihan ............................................................................ 19 1. Pengertian pelatihan .................................................................................... 19 2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan ..................................................................... 22 3. Komponen dan Prinsip-Prinsip Pelatihan .................................................... 25 4. Jenis-jenis Pelatihan .................................................................................... 25 5. Langkah-langkah Pelatihan ......................................................................... 27 D. Kajian Tentang Pendidikan dan Pelatihan.................................................... 28 1. Pengertian Pelatihan .................................................................................... 28 2. Menejemen Pendidikan dan Pelatihan ......................................................... 29 3. Tahapan Pendidikan dan Pelatihan .............................................................. 30 a. Perencanaan ........................................................................................... 30 b. Pelaksanaan ............................................................................................ 30 c. Evaluasi ................................................................................................. 32 4. Indikator Pendidikan dan Pelatihan ............................................................. 35 a. Penyelenggaraan DIKLAT ..................................................................... 35 b. Metode Pembelajaran ............................................................................. 35 c. Sarana dan prasarana .............................................................................. 36
xi
5. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan ................................................. 37 6. Penyelenggaraan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) ....................... 40 7. Link and match antara dunia diklat dan dunia kerja ..................................... 43 E. Penelitian yang Relevan .............................................................................. 45 F. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 46 G. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 46 BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ................................................................................. 49 B. Subjek Penelitian ........................................................................................ 50 C. Setting, Waktu, dan Tempat Penelitian ........................................................ 52 D. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 53 E. Instrumen Penelitian ................................................................................... 56 F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 57 G. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data ................................................... 60 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. .......................................................................................... 62 B. Deskripsi Lokasi, Programdan Subjek Penelitian......................................... 62 C. Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ....................................................... 69 1. Implementasi program pendidikan dan Pelatihan SATPAM. ....................... 69 2. Output dari Pendidikan dan Pelatihan SATPAM. ........................................ 84 3. Upaya GTS dalam Menyalurkan lulusan ke dunia kerja............................... 86 4. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung. ................................................. 88 5. Upaya Meminimalisir hambatan dan Mengoptimalkan dukungan ................ 90 D. Pembahasan. ............................................................................................... 92 1. Implementasi Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM. ....................... 92 2. Output dari Pendidikan dan pelatihan SATPAM ......................................... 99 3. Upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke dunia kerja ...............................100 4. Faktor Pendukung dan Penghambat. ............................................................101 5. Upaya Meminimalisir Hambatan dan Mengoptimalkan dukungan ...............103 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ................................................................................................104 B. Saran. ..........................................................................................................106 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................108 LAMPIRAN .....................................................................................................111
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data..........................................................
xiii
60
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Berpikir .................................................................
xiv
48
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Instrumen Penelitian ..............................................................
112
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Pimpinan GTS ....................................
115
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Pengelola GTS ....................................
121
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Instruktur DIKLAT .............................
127
Lampiran 5. Pedoman Wawancara Peserta DIKLAT .................................
128
Lampiran 6. Pedoman Observasi ..............................................................
129
Lampiran 7. Pedoman Dokumentasi ..........................................................
131
Lampiran 8. Kurikulum DIKLAT SATPAM GTS.....................................
132
Lampiran 9. Catatan Lapangan .................................................................
134
Lampiran 10. Transkrip Wawancara ..........................................................
150
Lampiran 11. Reduksi, Display, Kesimpulan..............................................
173
Lmpiran 12. Triangulasi ............................................................................
213
Lampiran 13. Data Sarana dan Prasarana ...................................................
245
Lampiran 14. Struktur Pengelola DIKLAT.................................................
246
Lampiran 15. Foto .....................................................................................
247
Lampiran 16 Jadwal DIKLAT. .................................................................. Lampiran 17 Surat Perintah (SPRIN) ........................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rasa aman merupakan dambaan setiap makluk hidup yang berada di dunia, Indonesia adalah negara yang sudah merdeka sejak 71 tahun yang lalu, indonesia sudah mengalami 3 generasi sejak kemerdekaan. Namun berbagai kondisi yang dialami masyarakat dari zaman ke zaman adalah kebutuhan akan rasa aman. Penduduk merasa tidak aman tinggal di negara sendiri, bahkan mulai merasa tidak aman oleh penduduknya sendiri, mulai dari pencurian, pembunuhan, dan kekerasan yang terjadi di Indonesia. Keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia, status seseorang dalam keadaan aman yaitu terlindunginya kondisi fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan dan Kecelakaan. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis yang mempunyai tujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatannya. Berdasarkan teori hierarki yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri dan perasaan dihargai, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Berdasarkan tingkat kebutuhan , rasa aman merupakan
1
kebutuhan yang berada di level dasar karena setiap manusia memiliki naluri untuk mempertahankan dirinya dari gangguan. Setiap manusia memiliki kebutuhan untuk bertahan hidup di dunia, untuk dapat bertahan tentunya harus mencari pekerjaan masing-masing. Pekerjaan yang dilakukan oleh manusia tidak selalu bernilai positif. Karena tidak semua manusia memiliki nasib yang baik dalam kehidupannya. Namun tuntutan untuk tetap bertahan hidup mendorong individu untuk melakukan tindakan kriminalitas. Seperti yang telah disampaikan oleh AKBP Frido Situmorang dan AKP Muhammad Firdaus dalam harian analisa pada selasa 10 januari 2017 memaparkan bahwa: “Dari data kriminalitas dan penyelesaiannya, pada tahun 2014 sebanyak 4.097 dan penyelesaiannya 1.947 atau 47 persen, pada tahun 2015 sebanyak 4.412 dan penyelesaiannya 2.135 atau 48 persen serta pada tahun 2016 berjumlah 4.663 dan penyelesaiannya sebanyak 2.698 atau 58 persen.” Berdasarkan informasi di atas kebutuhan akan rasa aman cenderung semakin tinggi hal tersebut seiring dengan tingginya tindakan kriminalitas. Penduduk Indonesia merasa tidak aman tinggal di negara sendiri, bahkan merasa tidak aman oleh penduduknya sendiri, mulai dari pencurian, tindakan klitih, kekerasan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan masih banyak kasus kriminal lainnya yang terjadi di Indonesia. Tindakan kriminal yang sedang marak di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah aksi kekerasan oleh pelajar, yaitu tindakan klitih, seperti yang telah dilansir dalam Tribun Jogja pada Minggu, 21 Agustus
2016 memaparkan bahwa aksi klitih dan brutal yang terjadi di
Yogyakarta kejahatan semacam ini banyak terjadi di kalangan remaja yang
2
masih setara SMA dan sederajat. Pada kasus yang terjadi di Bantul terdapat segerombolan orang yang berjumlah enam orang, keenam orang tersebut menghimpit kedua korban di tengah jalan hingga akhirnya kedua korban tersebut berhasil dihentikan. Pada saat itulah salah satu pelaku mengeluarkan sebilah pedang dan menyerang korban tersebut dengan menebas tangan kanan salah seorang korban. “akibat tebasan itu, Hanif mengalami luka robek di bagian tangan sebelah kiri, dan telapak tangan bagian kanan.” Jelas Kapolsek Bantul, Kompol Paimun, Minggu (21/8/2016) Berdasarkan kejadian yang telah dipaparkan di atas Kepolisian yang dibantu oleh Satuan keamanan bertanggungjawab dalam penuntasan dan penyelidikan tindakan yang terjadi di satu tempat. Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak kan hukum, perlindungan dan pelayanan terhadap masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan dan fungsi tersebut diperlukan berbagai upaya tidak terbatas pada polisi. Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya dibantu oleh pengaman swakarsa dalam hal ini yang dimaksud dengan pengaman swakarsa adalah SATPAM. Hal tersebut tentunya membutuhkan tenaga pengaman yang memiliki kompetensi dalam bidang pengamanan. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan Sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keterampilan di bidang pengamanan. Tidak sedikit yang sudah mulai melirik jasa pengamanan mulai dari lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, perusahaan, mall, bahkan sudah merambah sampai perumahan hingga lingkungan persekolahan. Seperti
3
yang telah dilansir dalam harian Jogja pada selasa, 08 januari 2015 memaparkan bahwa : “Tenaga keamanan, SATPAM, kini tidak hanya dibutuhkan di perkantoran dan mall saja namun merambah ke perumahan, hingga di lingkungan sekolah, kata Steven. Didik Rusbiyantara, selaku direktur pemasaran PT Karya Multi Sejahtera mengatakan, sebanyak 35 orang SATPAM berhasil Lulus dengan predikat Gada Pratama, yang merupakan tingkatan dasar dalam pengamanan. pekerjaan SATPAM merupakan salah satu profesi yang menjadi ujung tombak di dalam perusahaan. Dia (SATPAM) berperan sebagai keamanan, serta corong perusahaan di depan pintu masuk. SATPAM bukan profesi yang tercela, imbuh Didik.” Hal
tersebut
suaramerdeka.com
diperkuat
memaparkan
dengan
informasi
bahwa
kebutuhan
yang
terdapat
satuan
pada
pengamanan
(SATPAM) di berbagai instansi dan lembaga masih sangat minim. Dari sekitar 900 perusahaan, belum termasuk instansi besar, hanya tersedia sekitar 3.060 SATPAM. Kasat Binmas Polres Karanganyar AKP Sutami mengatakan bahwa “SATPAM yang memiliki keterampilan dan kompetensi karena sudah mengikuti pendidikan dasar SATPAM baru 10% saja. Hanya sekitar 400-an SATPAM yang memiliki sertifikat diksar.” Berdasarkan informasi tersebut maka dibutuhkannya lembaga pendidikan dan pelatihan
yang berkualitas dan
memiliki legalitas untuk mendapatkan tenaga satuan pengamanan yang berkualitas pula. Dalam hal tersebut bertujan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, jasa keamanan yang dapat membantu mencetak individu menjadi sumber daya manusia yang terampil dan memiliki kompetensi dalam bidang pengamanan sangat dibutuhkan. Keterampilan merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap makhluk untuk menjadi manusia yang berkualitas, dewasa kini keterampilan dalam diri selalu menjadi pertimbangan
4
dalam mencari tenaga kerja yang berkompeten. Dalam hal ini lembaga pendidikan
dan
pelatihan
sangat
berperan
aktif
untuk
mendukung
keberlangsungannya. Pendidikan di Indonesia mempunyai andil yang sangat penting, kemajuan dan kesuksesan bangsa indonesia ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Bangsa yang berkembang dan melaksanakan pembangunannya tentu akan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Suatu bangsa yang memiliki aset sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat mendukung perkembangan dan pembangunannya. Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya membutuhkan suatu usaha yang benar-benar mendukung, dalam pembangunan nasional keberadaan sumber daya yang berkualitas akan mempermudah perkembangan suatu bangsa. Usaha yang sungguh-sungguh dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas supaya menjadi sumber daya yang produktif, memiliki keterampilan yang unggul, nilai dalam diri masing-masing, dan lain sebagainya perlu ada dukungan dari berbagai pihak. Salah satu pihak yang mendukung dan dapat menjadikan solusi dari permasalahan ini adalah pendidikan. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, hal tersebut telah tercantum dengan sangat jelas dalam Undang-Undang RI (UU RI) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 5, setiap warga negaera mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Pendidikan dimulai sejak dini hingga akhir hayat
5
yang biasa dikenal dengan pendidikan sepanjang hayat. Pada hakekatnya pendidikan memiliki andil yang sangat besar dalam pengembangan potensi setiap individu hingga setiap individu mampu menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 13 ayat (1) memaparkan bahwa “Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”. Sumber daya manusia yang unggul tentunya tidak hanya unggul di bidang akademik saja namun juga harus memiliki keterampilan yang dapat dijadikan sebagai keunggulan dalam dirinya. Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu jalur pendidikan yang masuk dalam jalur pendidikan Nonformal. Pendidikan Luar Sekolah diartikan sebagai segala kegiatan pendidikan yang berlangsung di luar sistem persekolahan (Djauzi,2008:2). Disebutkan pula dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 4 bahwasanya satuan pendidikan nonformal antara lain terdiri atas : Kursus, Kelompok Belajar (Kejar), Kelompok Bermain (Play Group), Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Taklim, Pondok Pesantren, Sanggar Kegiatan Belajar Masyarakat (SKB), dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Selanjutnya dalam pasal 26 ayat 3 dicantumkan bahwa program-program pendidikan nonformal antara lain adalah: keaksaraan, kesetaraan, kecakapan hidup (life skills), taman bacaan masyarakat, pendidikan kepemudaan, pemberdayaan perempuan, dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Satuan yang dimaksud di atas adalah
6
lembaga
penyelenggara.
Kursus
merupakan
lembaga
PLS
sebagai
penyelenggara program pendidikan kecakapan hidup, dapat berupa les, bahasa komputer, montir, pelatihan SATPAM dan lain sebagainya. Pengembangan diri berupa kursus dan pelatihan atau yang sering disebut dengan (life skill) juga lazim disebut dengan training ataupun Diklat (pendidikan dan pelatihan). Dewasa kini pendidikan dan pelatihan merupakan sebuah fenomena yang sangat gencar untuk mendapatkan SDM yang berkualitas. Program pelatihan mula-mula muncul di lingkungan perusahaanperusahaan besar dan pemerintah. Namun sekarang ini, program pendidikan dan pelatihan sudah meluas ke kalangan sekolah, dan masyarakat. Tidak banyak tenaga pengaman atau yang lebih familiar disebut dengan SATPAM (Satuan Pengaman) yang sudah memiliki ijazah pendidikan dan pelatihan SATPAM. Berdasarkan peraturan Kapolri No: Pol.24 tahun 2007 tentang Sistem Pengamanan Menejemen Perusahaan/Instansi Pemerintahan, setiap petugas keamanan wajib memiliki sertifikat Gada Pratama. Untuk mendapatkan sertifikat tersebut tentunya harus mengikuti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT). Sesuai dengan peraturan Kapolri No.Pol.18 Tahun 2006 terdapat tiga tingkatan jenjang
yang harus dilalui satuan pengamanan
(SATPAM). Oleh karenanya lembaga pendidikan dan pelatihan SATPAM sangat dibutuhkan di era sekarang ini. Peranan Satuan Pengamanan (Security sangat membantu terciptanya situasi dan lingkungan yang aman, nyaman dan tenteram serta tertib). SATPAM Resmi, selain mendapatkan sertifikat dari Polri sebagai pengemban fungsi kepolisian terbatas,tugasnya pun semakin
7
penting yakni sebagai garda terdepan untuk pencitraan perusahaan atau instansi. PT Garda Total security (GTS) sebagai badan usaha jasa pengamanan (BUJP) yang berpusat di Yogyakarta menjadi salah satu lembaga penyedia jasa pendidikan dan pelatihan bagi SATPAM yang belum berertifikat serta bagi mereka yang belum memiliki pengalaman dan belum
pernah menjadi
SATPAM sekalipun. Garda Total Security merupakan salah satu lembaga penyedia Jasa Keamanan yang sudah memiliki cabang di berbagai kota kecil seperti di Magelang, Purworejo dan Klaten. Upaya GTS dalam membuka cabang di daerah-daerah tersebut karena minimnya lembaga BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) di kota-kota kecil. Dengan membuka cabang tentunya mempermudah warga setempat untuk mendapatkan informasi serta pelatihan SATPAM yang sudah memiliki legalitas. Dalam pelaksanaannya GTS sebagai badan usaha jasa pengamanan bertujuan memberikan kompetensi dan legalisasi lewat pendidikan dan pelatihan (DIKLAT). Dalam pelaksanaannya apabila mengacu pada peraturan Polri No.Pol.18 Tahun 2006 sudah tertera bahwa isi atau materi pelatihan terdiri dari teori dan praktik, dengan komposisi 30% teori dan 70% praktek, dengan tupoksi SATPAM, perundang-undangan, bela diri, tongkat borgol, dan pengenalan seni, jihandak, penanggulangan kebakaran, bahasa Inggris serta pelayanan prima. Namun kenyataan dilapakan berkata lain, terdapat pemadatan jam untuk pengurangan waktu baik dari segi teori ataupun praktiknya.
8
Meskipun hal tersebut sudah dipertimbangkan, namun jika mengacu terhadap kurikulum yang ada, hal tersebut belum sesuai. Dalam proses pendidikan tentunya komponen dalam pendidikan harus terpenuhi, supaya program pendidikan yang dilaksanakan dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana. Salah satu unsur dalam pendidikan adalah pendidik dan tenaga kependidikan. Dari segi instruktur GTS sudah mencukupi dalam melaksanakan pembelajaran, namun dari segi administrasi, dalam 1 kantor tenaga kependidikan memiliki peran ganda dalam pengerjaannya. Meskipun hal tersebut mampu menyelesaikan permasalahan. Namun sesuai aturan setiap tenaga kependidikan mempunyai tugas yang paten dan tunggal dalam melakukan pekerjaannya, supaya lebih fokus. Komponen
pendidikan selain tenaga kependidikan salah satunya
adalah peserta didik (instrumental input). Peserta didik dalam program pendidikan dan pelatihan SATPAM berasal dari berbagai daerah dan tentunya memiliki latar belakang yang beraneka ragam. Tentunya hal tersebut menjadi salah satu masalah yang harus dipecahkan. Karena dalam pendidikan peserta didik harus memiliki jiwa korsa. Dalam penyelenggaraan tentunya memiliki berbagai kendala. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan dampak dari program yang sudah berjalan. Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, maka diperlukan kajian untuk mengungkap proses penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan yang berlangsung di lembaga BUJP Garda Total Security. Penelitian ini
9
menekankan pada Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security Yogyakarta. B. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Meningkatnya angka kriminalitas di Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Tingginya kebutuhan akan rasa aman tidak seiring dengan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dalam bidang keamanan 3. Meningkatnya permintaan tenaga SATPAM di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah 4. Hanya 10% tenaga SATPAM yang memiliki ijazah Pendidikan SATPAM 5. Tuntutan Kerja dan peraturan POLRI mengharuskan SATPAM memiliki ijazah Gada Pratama 6. Terbatasnya lembaga BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) di kota-kota kecil, seperti Klaten, Magelang, Purworejo dan lainnya. 7. Terhambatnya penyampaian materi karena latar belakang peserta didik yang berasal dari berbagai daerah dan memiliki berbagai macam karakter
C. PEMBATASAN MASALAH Berdaskan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dan supaya penelitian ini lebih terfokus maka permasalahan dam penelitian ini dibatasi pada Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security Yogyakarta
10
D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security (GTS) ? 2. Bagaimana output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) ? 3. Apa upaya Garda Total Security (GTS) dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja? 4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) ? 5. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan ?
E. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai 1. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security 2. Output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) 3. Upaya Garda Total Security (GTS) dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja
11
4. Faktor pendukung dan penghambat pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) 5. Upaya Garda Total Security (GTS) untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan
F. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan kegiatan pendidikan nonformal. Berikut manfaat dari penelitian ini:
1. Segi Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk perkembangan keilmuan pendidikan nonformal khususnya pengelolaan program pendidikan nonformal, yaitu pusat pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan)
2. Segi Praktis a. Bagi
pengelola Garda Total Security, manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai acuan pengembangangan dan pengelolaan program berdasarkan deskripsi dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pusat pendidikan dan pelatihan SATPAM
(Satuan Pengamanan)
12
b. Mengetahui deskripsi dari dampak yang terjadi setelah melakukan pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) 3. Bagi peneliti, dapat mengetahui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dan pelatihan serta mengetahui dampak yang terjadi pada alumni peserta pelatihan diklat. Penelitian ini juga diharapkan membantu peneliti untuk memperdalam pemahaman mengenai
pendidikan nonformal
khususnya pengelolaan program pendidikan nonformal yaitu pendidikan dan pelatihan SATPAM (satuan pengaman)
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Menurut Saleh Marzuki (2012:136) pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya ataupun orang lain selama ia masih hidup. Pendidikan adalah proses berkelanjutan (Education is a continuing process). Pendidikan dimulai dari bayi hingga dewasa dan berlanjut sampai mati, yang tentunya memerlukan berbagai metode dan sumber belajar. Menurut John Dewey dalam Dwi Siswoyo (2011:54) pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarah pada pengalaman yang selanjutnya. Sujono Samba (2007:24) berpendapat juga bahwa, pendidikan adalah manifestasi kehidupan. Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Kehidupan akan berkembang manakala ada “Pemerdekaan”. Ki Hadjar Dewantara dalam Dwi Siswoyo (2011:54) berpendapat bahwa: “yang dinamakan pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup anak-anak. Adapun pendidikan maksudnya pendidikan yaitu, menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia
dan
sebagai
anggota
masyarakat
dapatlah
mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.“ Kemudian
14
tertera dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah “usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” Menurut Fuad Ihsan (2003:22) “pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.” Pendidikan diartikan dengan lebih sederhana oleh UNESCO bahwasanya pendidikan sebagai proses belajar mengajar yang terorganisir dan terus menerus dirancang untuk mengkomunikasikan perpaduan pengetahuan, skill, dan pemahaman yang bernilai untuk seluruh aktivitas hidup. Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk menemukan wawasan yang lebih luas, membentuk sikap, membentuk nilai-nilai dalam dirinya dan menumbuhkembangkan potensi bawaannya melalui metode-metode dan sumber-sumber belajar yang sudah tersedia. Pendidikan juga memberikan kesempatan kepada manusia melakukan aktualisasi diri dan menemukan pengalaman yang sangat berharga dalam hidupnya. Hal tersebut membutuhkan dukungan dari berbagai pihak supaya pendidikan dapat membentuk manusia yang berkualitas.
15
2. Tujuan Pendidikan Pendidikan dapat terselenggara tentunya tidak terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam pendidikan tujuan pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam terlaksananya pendidikan, karena tujuan mendidikan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui arah yang akan dicapai atau hasil yang diharapkan pendidikan. Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana telah tersurat dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
”Tujuan pendidikan menurut
Brubacher
dalam
Djumransjah bahwasanya tujuan pendidikan melaksanakan tiga fungsi penting yang semuanya bersifat normatif yaitu sebagai berikut: tujuan pendidikan memberikan arah pada proses yang bersifat edukatif, harus mendorong atau memberikan motivasi sebaik mungkin, memberikan pedoman atau menyediakan kriteria-kriteria dalam menilai proses pendidikan. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia agar lebih beradab menjadi manusia yang mimiliki cita-cita mulia, karakter terpuji, kreatif, termotivasi menjadi individu yang berguna bagi nusa dan bangsa serta dapat menjadi teladan yang baik.
16
3.
Unsur-unsur pendidikan Dalam
pelaksanaannya,
penyelenggaraan
pendidikan
harus
memperhatikan unsur-unsur pendidikan seperti yang telah diungkapkan oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001:94) yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Komunikasi Kesengajaan Kewibawaan Normatif Unsur anak Unsur kedewasaan atau tujuan
Dalam proses pendidikan melibatkan banyak hal diantaranya: 1) Peserta didik yaitu subyek atau pribadi yang otonom yang diakui keberadaannya 2) Pendidikan ialah orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan untuk peserta didik. 3) Interaksi edukatif antara peserta didik dengan pendidik, interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. 4) Materi atau isi pendidikan, terdiri materi inti dan materi muatan lokal. Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa, sedangkan materi muatan lokal isinya adalah mengembangkan kebinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. 5) Konteks yang mempengaruhi pendidikan yaitu segala sesuatu yang dilakukan atau diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada yang bersifat preventif yaitu bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang dikehendaki. Serta bersifat kuratif yaitu bermaksud memperbaiki. Tempat peristiwa berlangsung (lingkungan pendidikan), biasa disebut tari pusat pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat. (www.academia.edu) Pemaparan di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur pendidikan sangatlah penting. Terjalinnya komunikasi yang efektif akan memperlancar proses pendidikan. Komunikasi yang efektif merupakan adanya interaksi timbal balik antara pendidik dan peserta didik. Unsur kesengajaan dalam
17
pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan tidak dibuat-buat atau dapat dikatakan pendidikan penuh dengan kewibawaan. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencapai karah yang lebih baik atau normatif. Dalam hal tersebut mempelajari karakter setiap peserta didik sangatlah penting, hal tersebut bertujuan untuk dapat mengetahui dan atau menanamkan kedewasaan secara fisik maupun psikis sesuai dengan norma yang berlaku. 4.
Jenis-jenis pendidikan Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan negara dalam
mencerdaskan bangsa, saat ini pemerintah mulai mengusahakan untuk menerapkan pendidikan sepanjang hayat, serta pendidikan taman anak-kanak sampai pendidikan tinggi untuk mewujudkan pendidikan yang terdapat dalam pembukaan UUD 19945 yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa.” Dalam UU sisdiknas telah disebutkan bahwa terdapat tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, Nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersetruktur dan berjenjag terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jalur pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar sistem pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara tersetruktur dan berjenjang, berfungsi sebagai pengganti, penambah, pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Selain itu juga melayani sesaran didik untuk mencapai tujuan tertentu sesuai kebutuhan yang diinginkan oleh sasaran didik. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
18
B. Pendidikan Nonformal 1. Pengertian Pendidikan Nonformal Menurut Marzuki (2012:137) pendidikan nonformal adalah proses belajar yang terjadi secara terorganisasikan diluar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula. Dijelaskan pula oleh Soelaiman (1992:79) pendidikan Nonformal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. 2. Pelatihan 1. Pengertian Istilah pelatihan juga lazim disebut training ataupun Diklat (pendidikan dan pelatihan) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi di masyarakat sekarang. Dewasa kini fenomena tersebut sudah meluas di masyarakat. Program pelatihan mula-mula hanya muncul di perusahaan-perusahaan besar dan pemerintah. Training dilaksanakan untuk para karyawan mulai tingkat operator hingga manajer. Karena dengan dilaksanakannya pelatihan diharapkan masyarakat sekitar perusahaan yang bersangkutan memperoleh peningkatan kesejahteraan di bidang pendidikan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Training merupakan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi manusia. Pada
19
dasarnya Training atau pelatihan merupakan satu program yang terkait dengan kepentingan pengembangan organisasi dan sekaligus masyarakat. Senada dengan pemaparan di atas, bahwa pada hakekatnya istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata “Training” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah akar kata “Training”
adalah “Train”, yang
berarti 1) memberi pelajaran dan praktisi (give teaching And practice), 2) menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki (cause do gros Ni a required direction), 3) persiapan (preparation), 4) praktisi (practice). Menurut Suwanto dan Donni pelatihan sebagai berikut: “pelatihan merupakan proses jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi dimanapegawai nun manajerial mempelajari pengetahuan dan dan keterampilan dalam tujuan terbatas. Pelatihan terdiri dari program-program yang disusun terencana untuk memperbaiki kinerja di level individual, kelompok, dan organisasi yang dapat diukur perubahannya melalui pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sosial dari karyawan” (Suwanto & Donni, 2011:117) Menurut Siagian dalam Lubis (2008:28) pelatihan merupakan proses belajar mengajardengan menggunakan teknik dan metode tertentu secara konsepsional dapat dikatakan bahwa pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang. Biasanya yang sudah bekerja pada satu organisasi yang efisien,efektivitas dan produktivitas kerjanya disarankan perlu untuk ditingkatkan secara terarah dan pragmatik. Menurut H. John Bernadin dan Joyce E.A. Russel, Mc.Grill dalam Daryanto (2014:30) pelatihan adalah beberapa usaha untuk memperbaiki performance pegawai ditempat kerjanya atau yang berhubungan dengan
20
hal tersebut. Agar efektif pelatihan harus melibatkan pengalaman belajar, merupakan rencana organisasi dan dibentuk untuk mengetahui kebutuhan kebutuhan. Jadi pelatihan harus dirancang untuk memenuhi tujuan organisasi yang dihubungkan dengan tujuan pegawai. Bambang Wahyudi dalam Daryanto (2014:31) juga berpendapat bahwa pendidikan atau belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen, sebagai hasil dari pengalaman dan pelatihan yang dilakukannnya. Selanjutnya
berdasarkan
Kep.
Menkes
RI
Nomor
725/Menkes/SK/V/2003 pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme dan atau menunjang perkembangan karier tenaga kesahatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kemudian menurut Impres No 15 tahun 1974 tentang pelaksanaan Keppres Nomor 34 tahun 1972 pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan metodenya menggunakan praktek daripada teori. Kemudian menurut Daryanto (2014:31) pelatihan/Diklat adalah satu proses yang sistematis untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan dalam melaksanakan tugas seseorang serta diharapkan akan dapat mempengaruhi penampilan kerja baik orang yang bersangkutan maupun organisasi tempat kerja. Pelatihan menurut peraturan kepala kepolisian negara republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang sistem manajemen pengamanan
21
organisasi,
perusahaan
dan/atau
instansi/lembaga
pemerintahan
bahwasanya, pelatihan adalah proses interaksi antara peserta pelatihan dengan pelatih untuk memperoleh kompetensi agar mampu membuat dan terbiasa melakukan sesuatu kegiatan di bidang tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah upaya sadar yang dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia, dilaksanakan secara terencana dilaksanakan diluar sistem sekolah dan lebih menekankan praktik secara langsung daripada teori karena untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh setiap individu. Terdapat interaksi antara penyelenggara pelatihan dan peserta pelatihan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, meningkatkan pengalaman dan penampilan kerja melalui proses yang sistematis dan terarah.
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, selain itu tujuan pelatihan adalah buntu mengembangkan keahlian, sikap, dan potensi yang dimiliki oleh individu. Menurut Marzuki dan Mustofa Kamil (2010:11) terdapat tiga tujuan yang harus dicapai dengan pelatihan yaitu: 1) Memenuhi kebutuhan organisasi 2) Memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan dengan standar dan kecepatan yang telah ditetapkan dari dalam keadaan yang normal serta aman. 3) Membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan tugasnya.
22
Tujuan pelatihan menurut Moekijat dalam Ikka Kartika bahwa tujuan umum pelatihan adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif. 2) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional. 3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerja sama dengan teman-teman, pegawai dan pimpinan (Ikka Kartika, 2011:14). Menurut Suparno tujuan pelatihan adalah sebagai berikut: “Untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas, mendukung perencanaan SDM, meningkatkan moral anggota, memberikan kompensasi yang tidak langsung, meningkatkan kesehatan dan keamanan kerja, mencegah kedaluwarsa kemampuan dan pengetahuan personil, menigkatkan perkembangan kemampuan dan keahlian personil.(Soparno, 2015:84) Menurut Anwar (2006:166) “tujuan pelatihan adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawan sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan beberapa paparan mengenai tujuan pelatihan maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pelatihan adalah upaya untuk melakukan pengembangan potensi dan meningkatkan kompetensi pada karyawan sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Menurut Gouzali Saydam (2006:71) pelatihan memiliki manfaat, antara lain adalah sebagai berikut: 1) Menambah pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam tugas 2) Meningkatkan percaya diri dan menghilangkan rasa rendah diri 3) Memperlancar pelaksanaan tugas 4) Menambah motivasi kerja untuk pelaksanaan tugas
23
5) Menumbuhkan sikap positif 6) Menimbulkan semangat dan kegairahan kerja 7) Mempertinggi rasa kepedulian 8) Meningkatkan rasa saling menghargai 9) Mendorong karyawan untuk menghasilkan yang terbaik 10) Mendorong karyawan untuk memberikan pelayanan yang terbaik. (Gouzali Saydam, 2006:71) Manfaat pelatihan menurut pendapat Johnson dalam Saleh Marzuki adalah sebagai berikut: 1) Menambah produktivitas 2) Memperbaiki kualitas kerja 3) Mengembangkan keterampilan, pengetahuan, pengertian, dan sikap-sikap baru 4) Dapat memperbaiki cara penggunaan yang tepat, alat-alat, mesin, proses, metode dan lain-lain 5) Mengurangi pemborosan, kecelakaan, keterlambatan, kelalaian, biaya berlebihan, dan ongkos-ongkos yang tidak diperlukan 6) Melaksanakan perubahan atau pembaharuan kebijakan atau aturan-aturan baru. 7) Mengurangi kejenuhan atau keterlambatan dalam skill teknologi, metode, produksi, pemasaran, modal, manajemen, dan lain-lain. 8) Meningkatkan pengetahuan agar sesuai dengan pekerjaannya, 9) Mengembangkan, menempatkan, dan menyiapkan orang untuk maju memperbaiki pendayagunaan tenaga kerja dan meneruskan kepemimpinan (menjamin kelangsungan pemimpin) 10) Menjamin ketahanan dan pertumbuhan perusahaan (Shaleh Marzuki, 2010:176) Berdasarkan penjelasan di atas manfaat pelatihan bagi seorang karyawan
dan
perusahaannya
adalah
untuk
mengembangkan
keterampilan, pengetahuan, dan dapat memperbaiki performa karyawan serta meningkatkan kualitas supaya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan yang disampaikan pada pelatihan.
24
3.
Komponen dan Prinsip-prinsip pelatihan Sudjana menjelaskan bahwa pada dasarnya prinsip pelatihan adalah: 1) Berdasarkan kebutuhan belajar (learning Seed based) 2) Berorientasi pada tujuan kegiatan belajar (learning goals Ana objectives oriented) 3) Berpusat pada peserta (partisipan centered) 4) Belajar berdasarkan pengalaman (experiental learning ) (Sudjana, 2001:21) Komponen-komponen dalam pelaksanaan pelatihan sangatlah diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Komponen penyelenggaraan pelatihan menurut Mustofa Kamil (2011:11) yaitu : 1) Sumber Daya Manusia (SDM) a) Penyelenggaraan pelatihan b) Tenaga pengajar / fasilitator / widyaiswara c) Peserta pelatihan 2) Kurikulum 3) Metode pembelajaran 4) Waktu pelaksanaan 5) Pelaksanaan praktik kerja lapangan / orientasi lapangan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen dalam pelatihan memiliki tujuan
4.
Jenis-jenis pelatihan Mengacu pada instruksi Presiden No.15 tahun 1974 bahwasanya
terdapat dua macam pelatihan jika dilihat dari sudut pandang tujuannya, yaitu pelatihan keahlian dan pelatihan kejuruan. Pelatihan keahlian adalah bagian dari pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang digunakan untuk syarat melaksanakan satu pekerjaan yang pada umumnya bertaraf lebih rendah.
Dilihat dari cara pelaksanaannya
pelatihan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pelatihan formal dan pelatihan
25
pendidikan luar sekolah. Menurut Gouzali Saydam (2006:83) bahwa pelatihan formal adalah pelatihan yang dilaksanakan secara formal (resmi) dan dilakukan dalam kelas. Jenis pelatihan formal yaitu 1) pelatihan mandiri, 2) metode belajar kelas, 3) pelatihan ditempat kerja, 4) sistem magang, 5) pelatihan vestibul, 6) pelatihan laboratorium. Sedangkan pelatihan pendidikan luar sekolah terdapat berbagai model-model pelatihan. Model-model tersebut dilihat dari tujuan pelatihan yang selanjutnya menentukan proses pelatihan. Model-model pelatihan menurut Mustofa Kamil (2010:35) adalah sebagai berikut : 1) Model magang atau pemagangan (apprenticeship Training/ learning Bay doing) 2) Model internship (internship trainig) 3) Model pelatihan keaksaraan (literacy training) 4) Model pelatihan kewirausahaan (interprenership training) 5) Model pelatihan manajemen peningkatan mutu (quality Management Training) Menurut A.Usmara (2006:83) terdapat model pelatihan delapan poin yaitu: 1) Pengembangan pola pikir bersama untuk membangun kapabilitas organisasional melalui SDM 2) Harus ada satu komitmen fundamental dan keyakinan dalam pendidikan, pelatihan, dan pengembangan SDM 3) Aktivitas-aktifitas pelatihan dan pengembangan harus dihungkan dengan strategi dan sasaran bisnis 4) Pelatihan dan pengembangan berfokus pada kebutuhan organisasional yang telah didefinisikan dengan jelas 5) Pelatihan dapat meningkatkan keunggulan kompetisi jika karyawannya mendapat pengetahuan dan keterampilan serta mampu menggunakan kompetensinya. 6) Penetapan sasaran yang tepat untuk pelatihan berdasarkan perubahan dan hasil yang diinginkan 7) Pemerincian spesifikasi-spesifikasi pelatihan 8) Pengevaluasian menyeluruh dari pelatihan dan komitmen dari semua partisipan terhadap proses tersebut.
26
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
pelatihan sangat beraneka ragam, terdapat pelatihan yang memiliki beberapa jenis dan model yang dilihat dari sudut pandang tujuan, sudut pandang pendidikan luar sekolah. Jenis dan model-model tersebut dapat diaplikasikan dalam berbagai pelatihan yang tepat. 5.
Langkah-langkah pelatihan Dalam melaksanakan pelatihan tentunya memerlukan tahapantahapan atau langkah-langkah yang digunakan untuk menghasilkan suatu program pelatihan yang bermutu antara lain sebagai berikut : a. Mengkaji kebutuhan pelatihan (training need assasment) b. Merumuskan tujuan Pelatihan c. Proses merancang program pelatihan d. Melakukan evaluasi program pelatihan Untuk
melaksanakan
suatu
program
pelatihan
sangat
perlu
mengorganisasikan atau manajemen. Fungsi manajemen pelatihan itu sendiri adalah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan. Sudjana (dalam Mustofa Kamil 2011:17) mengembangkan sepuluh langkah pengelolaan pelatihan sebagai berikut: 1) Rekrutmen peserta pelatihan 2) Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan 3) Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan 4) Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir 5) Menyusun urutan kegiatan pelatihan 6) Pelatihan untuk pelatih 7) Melaksanakan evaluasi bagi peserta
27
8) Mengimplementasikan pelatihan 9) Evaluasi akhir 10) Evaluasi program pelatihan Menurut Ikka Kartika. A. Fauzi (2011:25) tahap-tahap yang digunakan dalam proses pelatihan adalah sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Tahap pertama menyadari kebutuhan Tahap kedua menganalisis masalah Tahap ketiga menentukan pilihan Tahap keempat menyadari suatu pemecahan Tahap kelima mengajarkan suatu keterampilan Tahap keenam integrasi dalam sistem
Berdasarka pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan pelatihan memerlukan tahapan-tahapan supaya berjalan dengan baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi merupakan proses yang harus dilalui. C. Pendidikan dan pelatihan 1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan dewasa kini sangatlah berpengaruh bagi keberlangsungan hidup manusia, kebutuhan akan peningkatan dalam penguasaan ilmu dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam penyesuaian dengan tatanan global, mendorong manusia untuk mencari cara supaya dapat mengimbangi hal tersebut. Pendidikan dan pelatihan menurut Mustofa amil adalah bagian dari proses belajar yang dilaksanakan diluar sistem sekolah, memerlukan waktu yang relatif singkat, dan lebih menekankan pada praktik. Selanjutnya Oemar Hamalik (2007:10) dalam bukunya manajemen pelatihan ketenagakerjaan memaparkan pendapatnya, bahwa:
28
“dalam peningkatan, pengembangandan pembentukan tenaga kerja dilakukan melalui upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan. Ketiga upaya tersebut saling terkait, secara operasional dapat dirumuskan, bahwa pelatihan adalah suatu proses yang meliputi proses serangkaian tindak (upaya) yang dilakukan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.” Pendidikan dan pelatihan menurut Mustofa Kamil (2010:10) merupakan proses yang disengaja atau direncanakan, bukan kegiatan yang bersifat kebetulan atau spontan, serta termasuk dari bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar yang dilaksanakan di luar sistem sekolah, memerlukan waktu yang relatif singkat, dan lebih menekankan praktik. Penyelenggaraan pendidi 2. Menejemen pendidikan dan pelatihan Menurut Daryanto (2014:32) pendidikan dan pelatihan adalah satu proses yang berlangsung seumur hidup, sepanjang kegiatan manusia, dan dilakukan secara sadar. Pendidikan dapat terjadi di manapun tempatnya, keberlangsungan pendidikan ataupun pelatihan ada yang disadari dan ada yang tidak disadari. Segala kegiatan berpikir dimasa lampau, berpikir dimasa sekarang dan berpikir untuk merencanakan masa depan semua hal tersebut merupakan proses belajar. Hal tersebut dapat memberikan penglaman kepada seorang individu.
29
3.
Tahapan Pendidikan dan Pelatihan Menyelenggaraan pelatihan membutuhkan suatu organisasi yang secara manajerial memiliki fungsi organizer pelatihan yaitu mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai mengevaluasi. Adapun langkahlangkah penyelenggaraan Diklat. Adapun penjelasan secara rinci sebagai berikut: a. Perencanaan Perencanaan merupakan faktor penting dalam terselenggaranya pendidikan dan pelatihan. Menurut Roesminingsih (2009:46), perencanaan pelatihan meliputi: 1) Menetapkan Tujuan pelatihan Tujuan sangat penting karena berfungsi sebagai pemandu arah dari seluruh kegiatan Diklat. Tujuan pelatihan yang ingin dicapai dirumuskan secara jelas, terukur dan dapat dicapai. Dalam hal ini ditetapkan tujuan Diklat baik tujuan umum yaitu menggambarkan tujuan yang ingin dicapai Diklat dan tujuan khusus yaitu menguraikan secara lebih spesifik, tujuan yang ingin dicapai untuk tercapainya tujuan umum pelatihan. Setelah penetapan tujuan maka dapat dirumuskan strategi pelatihan yang sesuai. 2) Menyusun Strategi Pelatihan Menyusun strategi pelatihan ini dilakukan untuk mengatur mekanisme pelatihan agar pelaksanaannya efektif dan efisien. 3) Menentukan Metode Pelatihan Ada beberapa metode yang dapat diterapkan dalam kegiatan diklat yaitu : ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, latihan, studi kasus, brainstorming, seminar, resitation. 4) Membuat Silabus 5) Menentukan materi pelatihan Materi pelatihan yang akan diberikan harus sesuai dengan tujuan pelatihan. Materi pelatihan (modul pelatihan, diktat/buku-buku referensi, unit-unit kompetensi yang dipilih dan lain-lain) yang akan diberikan kepada peserta pelatihan disusun berdasarkan silabus pelatihan 6) Membuat session plan Session plan ini berisi tentang struktur dan prosedur dari diklat
30
Menurut Notoatmodjo (2011:46) tahapan dalam perencanaan diklat yaitu: 1) Analisis kebutuhan pelatihan (Training Seed assessment) Tujuan analisis kebutuhan pelatihan ini antara lain untuk mencari atau mengidentifikasi kemampuan-kemampuan apa yang diperlukan karyawan dalam rangka menunjang kebutuhan organisasi/ institusi. Untuk mempertajam analisis ini seyogianya ditunjang dengan survei penjajakan kebutuhan (need assessment). 2) Menetapkan tujuan pelatihan Tujuan pelatihan pada hakikatnya ialah perumusan kemampuan yang diharapkan dari pelatihan tersebut. Karena tujuan pelatihan ini adalah perubahan kemampuan yang merupakan bagian dari perilaku, maka tujuan pelatihan dirumuskan dalam bentuk perilaku (behavior objectives). Misalnya, setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta dapat melakukan pencatatan dan pelaporan secara benar. Dasar untuk menyusun dasarpelatihan ini adalah hasil dari analisis kebutuhan pelatihan yang telah dilakukan. Dalam tujuan pelatihan dibedakan menjadi 2, yakni: a) Tujuan umum, yakni rumusan tentang kemampuan umum yang akan dicapai oleh palatihan tersebut. Misalnya setelah pelatihan ini peserta pelatihan mampu melakukan deteksi dini kehamilan beresiko b) Tujuan khusus, yakni rincian kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan umum ke dalam kemampuan khusus. Misalnya tujuan umum dalam contoh tersebut ke dalam kemampuan khusus, misalnya: kemampuan mengenal tanda-tanda kehamilan beresiko, kemampuan diagnosis kehamilan beresiko dan lain-lain. 3) Pengembangan Kurikulum Dari tujuan-tujuan diklat yang telah dirumuskan tadi akan dapat diketahui kemampuan-kemampuan apa yang harus diberikan dalam pelatihan. Maka selanjutnya di identifikasi materi-materi atau bahan-bahan pelajaran yang akan diberikan dalam pelatihan. Dengan kata lain materi-materi apa yang dapat mengembangkan atau meningkatkan kemampuan para peserta diklat. Selanjutnya dilakukan identifikasi waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap materi atau topik/sub topik yang lebih terinci. Setelah itu di tentukan metoda belajar mengajar yang bagaimana yang akan digunakan, serta alat bantu belajar mengajar yang diperlukan dalam pelatihan tersebut. Proses ini disebut pengembangan kurikulum (curiculum development). 4) Persiapan pelaksanaan diklat
31
Sebelum pendidikan dan pelatihan dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan persiapan, yang pada umumnya mencakup kegiatankegiatan administrasi, antara lain : a) Menyusun silabus dan jadwal diklat (penjabaran kurikulum ke dalam kegiatan pembelajaran). b) Pemanggilan dan seleksi peserta. c) Menghubungi para pengajar atau pelatih. d) Penyusunan materi pelatihan serta penyediaan bahan-bahan referensi. e) Penyiapan tempat dana akomodasi peserta. Menurut Mustofa kamil (2010:155) prosedur perencanan diklat dimulai dengan melakukakn analisis kebutuhan yang mana menjadi pangkal utama dalam penyususnan program pelatihan. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan kriteria keberhasilan sebagai tolak ukur kesesuaian atau kegagalan suatu pelatihan. b. Pelaksanaan Suryosubroto (2004:126) menyebutkan dalam tahap pelaksanaan meliputi hal-hal berikut: 1) Pembukaan Pembukaan dapat dilakukan secara seremonial artinya pembukaan mengikuti ketentuan-ketentuan protokoler yang telah digariskan oleh Departemen yang bersangkutan. 2) Penjelasan Penjelasan program diklat antara lain mencakup tujuan, kurikulum, sistem penilaian, masalah kelulusan dan segi-segi administratif dilakukan oleh panitia penyelenggara. 3) Pembentukan kelompok peserta Pembentukan kelompok dimaksudkan untuk membangkitkan semangat kebersamaan dan kerjasama antar peserta. 4) Pelaksanaan perkuliahan Dalam pelaksanaan perkuliahan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu pengaturan jadwal, kondisi ruang belajar dan pengaturan bentuk formasi kursi (tempat duduk) peserta diklat. 5) Pembagian tugas-tugas (peserta) Bentuk-bentuk tugas yang diberikan kepada peserta diklat meiputi: menulis kertas kerja, diskusi / seminar, praktek kerja
32
lapangan, dan menyusun laporan baik perorangan maupun kelompok. Menurut Risdiyati (2012) menyebutkan bahwasannya dalam pelaksanaan diklat meliputi : a. b. c. d.
Pembukaan dan penutupan Pelaksanaan proses pembelajaran Evaluasi pembelajaran Kegiatan administrasi diklat
c. Evaluasi Selanjutnya Suryosubroto (2004:143) menyebutkan bahwasannya evaluasi diklat bermaksud untuk mengetahui sejauh mana tujuan program telah tercapai dan ini merupakan usaha untuk memperoleh umpan balik bagi penyempurnaan program diklat selanjutnya. Bagian evaluasi mencakup : 1) Pelaksanaan evaluasi Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan sebelum, selama, dan sesudah program berakhir. Tetapi bisa dilakukan pula secara berkala beberapa kali sebelum dan sesudah diklat. 2) Aspek evaluasi Aspek-aspek yang dievaluasi meliputi aspek prestasi akademis dan aspek sikap, dengan bobot yang berbeda. Dalam melaksanakan evaluasi harus mempelajari indikator-indikator penilaian yang sudah ditentukan. 3) Metode evaluasi Beberapa metode evaluasi antara lain : tes tertulis, angket, dan lain-lain yang digunakan terkait pula dengan aspek-aspek yang akan dievaluasi. 4) Sasaran evaluasi Sasaran evaluasi yaitu evaluasi terhadap instruktur, penyelenggara, dan antar peserta diklat. 5) Penghargaan evaluasi Peserta diklat yang dinyatakan berhasil dalam mengikuti program diklat diberikan tanda penghargaan berupa STTPL (Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan). 6) Laporan evaluasi
33
Hasil evaluasi program diklat secara keseluruhan dilaporkan kepada instansi terkait dan atasan langsung.
Pendapat lain yang dikemukaan oleh Notoatmodjo (2011:24) bahwasanya dalam evaluasi mencakup hal-hal berikut : 1) Evaluasi terhadap proses, yang meliputi: a) Organisasi penyelenggaraan pelatihan, misalnya : administrasi, konsumsinya, ruangannya, para petugasnya. b) Penyampaian materi pelatihan, misalnya: relevansinya, ke dalamannya, pengajarnya. 2) Evaluasi terhadap hasilnya yang mencakup evaluasi sejauh mana materi yang diberikan itu dapat dikuasai atau diserap oleh peserta diklat. Lebih jauh lagi apakah ada peningkatan kemampuan atau keterampilan pengetahuan, sikap dan para peserta pelatihan. Cara melakukan evaluasi ini dapat secara formal dalam arti dengan mengedarkan kuesioner yang harus diisi oleh para peserta pelatihan. Tetapi juga dapat dilakukan secara informal, yakni melalui diskusi antara peserta dengan penyelenggara pelatihan. Berdasarkan pemaparan di atas tahapan dalam melakukan pendidikan dan pelatihan mencakup perencanaan yang meliputi analisis kebutuhan, menetapkan tujuan pelatihan, menyususn strategi pelatihan, menetapkan metode pelatihan, menentukan materi dan persiapan administrasi sebelum pelatihan dilaksanakan. Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan inti dari penyelenggaraan diklat meliputi pembukaan, penjelasan, pembentukan kelompok, pelaksanaan proses pembelajaran, pembagian tugas-tugas, evaluasi pembelajaran, dan penutup. Sedangkan evaluasi merupakan tahap akhir dan penting untuk perbaikan penyelenggaraan program selanjutnya, yang mancakup evaluasi sebelum, selama, dan sesudah kegiatan berakhir.
34
4. Indikator Pendidikan dan Pelatihan a. Penyelenggara Diklat Penyelenggara diklat atau lembaga pelaksana diklat adalah instansi Pembina diklat. Penyelenggara diklat adalah pihak yang bertanggung jawab atas pengaturan, koordinasi, dan penyelenggaraan diklat
(meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan
dan
pengendalian, monitoring dan evaluasi). Tenaga penyelenggara atau pengelola diklat dengan standar tenaga pengelola telah mengikuti diklat MT (Master Trainer) dan TC (Training Course). Unsur yang menjadi penyelenggara diklat terdiri dari : 1) Pengarah / Nara Sumber Pusat yang berasal dari unsur birokrat, pakar dan akademisi 2) Panitia 3) Fasilitator. Fasilitator dapat berasal dari unsur birokrat, pakar dan akademisi yang memenuhi kriteria sebagai berikut : Menguasai substansi / materi, menguasai metode dan strategi pembelajaran, dapat berkomunikasi dengan baik, direkomendasikan oleh lembaga tempat bertugas b.
Metode pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara atau strategi atau mekanisme bagaimana proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam suatu pelatihan. Ada pun sejumlah alternatif metode pengembangan (pelatihan) yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran
35
yang hendak dilaksanakan oleh instruktur. Hasibuan (2005) memaparkan metode pengembangan yaitu metode latihan yang diuraikan sebagai berikut : 1) On the job, dimana para peserta latihan langsung bekerja ditempat untuk belajar dan meniru suatu pekerjaan di bawah bimbingan seorang pengawas. 2) Vestibule, adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau bengkel yang biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan industri untuk memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih mereka mengerjakan pekerjaan tersebut. 3) Demonstration and Example, adalah metode latihan yang dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau percobaan yang didemonstrasikan. 4) Simulation, merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tipuan saja. 5) Apprenticeship, adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian pertukangan sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala aspek dari pekerjaannya 6) Classroom methods, metode pertemuan dalam kelas Berdasarkan penjelasan di atas dalam penyelenggaraan proses pembelajaran memerlukan metode atau cara supaya proses pembelajaran tidak selalu monoton. Adapun sejumlah alternatif metode pengembangan (pelatihan) yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan proses belajar mengajar. c. Sarana dan prasarana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Sarana prasarana diklat tertuang
36
dalam Keputusan Kepala LAN nomor 193/XIII/10/6/2001 sebagai berikut: 1) Sarana dan prasarana diklat merupakan alat bantu dan fasilitas penunjang yang digunakan untuk menjamin efektivitas pembelajaran. 2) Sarana dan prasarana diklat dapat dimiliki sendiri dan / atau memanfaatkan sarana dan prasarana diklat lembaga diklat instansi lain dengan memperhatikan kesesuaian standar persyaratan setiap jenis, jenjang, dan program diklat serta jumlah peserta diklat. 3) Sarana dan prasarana diklat yang dimiliki oleh setiap instansi dapat didayagunakan secara optimal baik oleh lembaga diklat instansi yang bersangkutan maupun lembaga diklat instansi lainnya dengan dukungan sistem informasi diklat PNS yang dikembangkan oleh instansi pembina. Berdasarkan pemaparan di atas bahwasanya sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk terselenggaranya proses pendidikan dan pelatihan. Sarana dan prasarana merupakan komponen yang penting dalam diklat. 5.
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Menurut Oemar Hamalik (2007:75-90) dalam bukunya Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan dalam penyelenggaraaan pelatihan perlu diperhatikan hal-hal berikut : a. Dasar Penyelenggaraan Pelatihan 1) Rencana Harian Fungsi rencana harian adalah memberikan paduan kepada peserta dalam melaksanakan unit harian sesuai dengan acuan yang telah ditentukan dalam rencanan umum pelatihan. 2) Perencanaan Unit Pelajaran (Unit Lesson) Rencana suatu pelajaran adalah suatu urutan instruksional yang dikembangankan secara khusus yang umumnya disajikan dalam satu kali pertemuan kelas. b. Prosedur Penyelenggaraan Pelatihan 1) Tahap Pendahuluan
37
Tahap ini merupakan tahapan persiapan sebelum peserta melaksanakan keseluruhan kegiatan. 2) Tahap Pengembangan Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan belajar oleh peserta yang dilakukan oleh balai dan atau di masyarakat sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh tim pelatih. 3) Tahap Kulminasi Tahap kulminasi dilakukan dalam bentuk pameran, seminar akhir, pembuatan laporan individual, pembuatan laporan kelompok. 4) Tahap Tindak Lanjut Tahap tindak lanjut adalah suatu tahap transisi, di mana berlangsungnya proses penempatan dan pembinaan terhadap para lulusan pelatihan. c. Strategi Belajar Mengajar Terpadu 1) Asas-asas Pengajaran Terpadu Strategi belajar-mengajar terpadu disusun berdasarkan asas motivasi, tujuan yang jelas, kegiatan keaktifan siswa, pelayanan terhadap perbedaan individual, kerja sama, korelasi, integrasi, relasi, dan latihan praktek. 2) Metode dan teknik Metode dan teknik merupakan cara-cara yang dilaksanakan dalam diklat misalnya cara membangkitkan minat dan perhatian kepada pelajaran, cara memberitahukan tujuan kepada peserta. 3) Pengelolaan Praktrek Lapangan Dalam pengelolaan praktek lapangan mencakup kegiatan pendahuluan, pengorganisasian, tepat dan waktu praktek, fasilitas, perlengkapan, dan biaya. d. Model Modifikasi Tingkah Laku 1) Tahap-tahap kegiatan Yang termasuk dalam tahap kegiatan yaitu menjelaskan tujuan, menerangkan teori, mendemonstrasiakan model tingkah laku, latihan simulasi dengan balikan dan transfer. 2) Sistem Sosial Sistem latihan menuntut keterlibatan para peserta secara penuh dalam suatu sistem sosial, namun tetap diberikan kesempatan yang luas secara perorangan urutan tugas sesuai kecepatan belajarnya masing-masing. 3) Prinsip-prinsip reaksi Para pelatih atau para tutor menggunakan model latihan ini dengan menyiapkan balikan yang bersifat behavioral. 4) Sistem Penunjang
38
Pelatih supaya berupaya menyediakan tempat latihan yang memadai esuai dengan kebutuhan program pelatihan serta peralatan dan fasilitas latihan lainnya yang diberikan oleh peserta. 5) Penerapan Model Beberapa yang bisa digunakan adalah model pelatihan keterampilan dasar, keterampilan teknis, dan keterampilan sosial. Sedangkan Balai Pengembangan Latihan Kerja Luar Negeri (2012:01) menyebutkan bahwasanya dalam prosedur penyelenggaraan pelatihan perlu diperhatikan hal-hal berikut : 1. Penyelengaraan pelatihan dilakukan berdasaran jadwal pelatihan, kurikulum, dansilabus yang telah disusun. 2. Perubahan jadwal pelatihan dapat dilakukan bila terjadi force major, terdapat gangguan peralatan dan mesin atau faktor eksternal. 3. Seksi penyelenggara melaksanakan orientasi peserta yang berisi : a. Profil Instansi / Lembaga b. Program Pelatihan c. Jadwal Program Pelatihan d. Pelayanan dan fasilitas yang diterima peserta e. Tata tertib 4. Orientasi bagi pelatihan dasar instruktur dan upgrading. 5. Pelaksanaan pelatihan dilakukan oleh instruktur berdasarkan kepada jadwal yang telah ditetapkan oleh kejuruan. 6. Instruktur bertanggung jawab penuh terhadap berlangsungnya kegiatan belajarmengajar selama sesi pelatihan baik di kelas, bengkel, laboratorium, perpustakaan maupun di tempat OJT. 7. Selama pelaksanaan pelatihan peserta wajib mengisi daftar hadir siswa. 8. Apabila terjadi insiden atau kecelakaan, instruktur mengambil tindakan dan melaporkan kepada seksi penyelenggara, membuat rekaman paling lambat 1 hari setelah kecelakaan. 9. Instruktur melaporkan seluruh kegiatan pelatihan mencakup : a. Kegiatan saat pelatihan b. Hasil pengerjaan tugas peserta c. Hasil evaluasi peserta d. Kegiatan penilaian ulang e. Pemakaian alat dan bahan pelatihan f. Jam mengajar Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya dalam penyelenggaraan diklat yang efektif perlu memperhatikan aspek-aspek
39
dimulai dari dasar penyelenggaraan, prosedur, strategi belajar, sampai model modifikasi tingkah laku 6.
Penyelenggaraan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) a.
Pengertian SATPAM Satuan Pengamanan yang selanjutnya disingkat SATPAM adalah satuan atau kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/badan usaha untuk melaksanakan pengamanan dalam rangka menyelenggarakan keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya” (Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi,
Perusahaan dan/atau
Instansi/Lembaga Pemerintah, BAB I, Pasal 1, Ayat 6). Pelatihan pada SATPAM sendiri dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu: 1) Gada Pratama (Dasar) Gada Pratama (Dasar) merupakan pelatihan dasar wajib bagi calon anggota SATPAM. Lama pelatihan empat minggu dengan pola 232 jam pelajaran. Materi pelatihan yaitu : a) Interpersonal Skill b) Etika Profesi c) Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan SATPAM d) Kemampuan Kepolisian Terbatas seperti: Bela Diri, Pengenalan Bahan Peledak, Barang Berharga dan Latihan Menembak, Pengetahuan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya, Penggunaan Tongkat Polri dan Borgol, Pengetahuan Baris Berbaris dan Penghormatan
40
2) Gada Madya (Penyelia) Gada Madya (Penyelia) merupakan pelatihan lanjutan bagi anggota SATPAM yang telah memiliki kualifikasi Gada Pratama. Lama pelatihan dua minggu dengan pola 160 jam pelajaran. 3) Gada Utama (Manajer Keamanan) Gada Utama (Manajer Keamanan) merupakan pelatihan yang boleh diikuti oleh siapa saja dalam level setingkat manajer, yaitu chief security Office atau manajer keamanan dengan pola 100 jam pelajaran. Tujuan dari pelatihan SATPAM adalah untuk mengatasi segala hal terburuk yang mungkin bisa terjadi di sekitar rumah atau kantor yang nantinya akan dijaga. Pelatihan SATPAM sangat bermanfaat untuk memantapkan dan mengajarkan disiplin bagi calon SATPAM. Ada beberapa hal yang dilakukan untuk melatih para calon SATPAM tersebut, yaitu kualitas, kuantitas, waktu, dan pembiayaan. Materi yang diberikan berdasarkan pada Undang- undang No. 22 Tahun 2009 yang mengatur tentang lalu lintas, etika sopan santun dalam berlalu lintas, dan angkutan jalan, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 yang berisi tentang Peraturan Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia, 12 hal tentang pengaturan lalu lintas, diskusi, TPT-KP serta pengamanan gedung dan perkantoran. Biasanya pelatihan-pelatihan ini berupa diskusi, metode tutorial, praktek dan tanya jawab. Kepolisian Daerah setempat akan menunjuk satu perkantoran setiap bulan untuk mengikuti pelatihan ini sehingga semua SATPAM mempunyai standar yang sama.
41
b.
Tugas Pokok dan Fungsi SATPAM Maksud dari “Tugas Pokok” adalah : 1) Suatu kewajiban yang harus dikerjakan 2) Pekerjaan yang merupakan tanggungjawab 3) Perintah untuk berbuat atau melakukan sesuatu demi mencapai
sesuatu
Fungsi berarti Manfaat dan Kegunaan. Jadi fungsi SATPAM adalah “Melindungi dan mengayomi lingkungan/tempat kerjanya dari setiap gangguan keamanan, serta menegakkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan kerjanya”. (Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 2). Tugas Pokok-nya SATPAM adalah “Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan/tempat kerjanya yang meliputi aspek pengamanan fisik, personel, informasi dan pengamanan teknis lainnya” (Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 1).
c.
Peran SATPAM (Satuan Pengamanan) Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengemban fungsi kepolisian terbatas, SATPAM berperan sebagai: 1) Unsur pembantu pimpinan organisasi, perusahaan dan/atau instansi/ lembaga pemerintah, pengguna SATPAM di bidang pembinaan keamanan dan ketertiban lingkungan/tempat kerjanya.
42
2) Unsur pembantu Polri dalam pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan
peraturan
perundang-undangan
serta
menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan keamanan (security mindedness dan security awareness) di lingkungan/tempat kerjanya.( Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 2).
7.
Link And Match antara Lembaga Diklat dan Dunia Kerja Konsep keterkaitan dan kesepadanan (Link and match) antara dunia pendidikan dan dunia kerja dicetuskan mantan Mendiknas Prof. Dr. Wardiman. Konsep tersebut bertujuan untuk menekan jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi yang dari ke hari makin bertambah. Selain itu konsep tersebut bertujuan untuk meningkatkan relevansi antara pendidikan dan dunia kerja atau dunia usaha.konsep Link and match meuntut para lulusan untuk siap kerja. Konsep link and match menyesuaikan corak penyelenggaraan pendidikan dan pemajuan kebudayaan dengan tuntutan zaman untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia, menyongsong tantangan pembangunan yang semakin besar dan kompleks. Sejak awal diperkenalkan konsep ini memang mengundang pro dan kontra. Baik dari kalangan pendidik maupun budayawan banyak yang menyatakan bahwa menteri yang berlatar belakang pendidikan teknik itu hanya akan membuat siswa sebagai robot dan budak industri bahkan ada yang memelesetkan "link and match" hanya membuat orang menjadi "ling-ling".
43
Persaingan dalam dunia kerja semakin hari semakin ketat, terbukanya bursa kerja yang sangat luas, kebutuhan tenaga kerja yang multi skill, competency, profesional, dan team work, maka langkah-langkah antisipatif dan proaktif sangatlah diperlukan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM). Peningkatan tersebut tentunya harus dipikirkan secara matang. Hendaknya peningkatan dilakukan secara terprogram, bertahap, berkelanjutan dan kontekstual (terdapat sinergitas seluruh sumber daya internal dan eksternal). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang sudah dirancang untuk mempersiapkan SDM yang sanggup mengisi peluang bursa kerja di berbagai tingkatan sesuai standar kompetensi Sunia Kerja Usaha dan Industri (DKUI). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu program yang dirancang oleh Wardiman untuk implementasi kebijakan Link and match. Bentuk kegiatannya adalah Praktik Kerja Lapangan (PKL) oleh peserta didik, untuk memiliki wawasan dan pengalaman praktik kerja yang memadai dan siap kerja.
44
E. PENELITIAN YANG RELEVAN 1.
Dwi Jayaningrum (2011). Efektivitas Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional Perencana Muda di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah (Bandiklatda) Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk untuk memperoleh data secara jelas dan aktual tentang bagaimana gambaran Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional Perencama Muda di Bandiklatda yang menyangkut Perencanan, penyelenggaraan, dan evaluasi diklat serta mengetahui permasalahan yang dihadapi dan bagaimana solusi pemencahan masalah yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Efektivitas Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional Perencana Muda di (Bandiklatda) Provinsi Jawa Barat dilihat dari keseluruhan aspek baik perencanaan diklat, penyelenggaraan diklat, dan evaluasi diklat berjalan secara efektif dan berkategori BAIK. (2) Berdasarkan temuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional Perencana Muda di Bandiklatda Provinsi Jawa Barat berjalan dengan EFEKTIF yang terlihat dari indikator keberhasilan dari segi evaluasi yaitu dilihat dari prosesnya, yaitu penyelenggaraan diklat berjalan dengan lancar, seluruh fasilitas mendukung dalam penyelenggaraan diklat, widyaiswara tepat waktu, hasil evaluasi akademik maupun siklap dan perilaku peserta diklat skornya di atas 70
45
F. KERANGKA BERPIKIR KEBUTUHAN RASA AMAN
KEBUTUHAN LEMBAGA AKAN JASA PENGAMAN
MEMBERIKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
LEMBAGA BUJP
PERENCANAAN (kurikulum) PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PELAKSANAAN (pelatihan dan pendidikan ) EVALUASI DAMPAK (alumni)
MENGHASILKAN TENAGA SATPAM YANG KOMPETEN
Gambar. 1 Kerangka Berpikir
G. PERTANYAAN PENELITIAN 1.
Bagaimana penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security? a. Perencanaan Pendidikan dan pelatihan SATPAM di Garda Total Security Yogyakarta 1) Bagaimana kurikulum di Garda Total Security Yogyakarta? 2) Bagaimana Peserta Didik di Garda Total Security Yogyakarta? 3) Bagaimana pendidikan dan tenaga kependidikan di Garda Total Security Yogyakarta?
46
4) Bagaimana keuangan di Garda Total Security Yogyakarta? 5) Bagaimana
sarana dan prasarana
di Garda Total Security
Yogyakarta? 6) Bagaimana hubungan GTS dengan mitra kerjanya? b. Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan SATPAM di Garda Total Security Yogyakarta 1) Bagaimana kurikulum di Garda Total Security Yogyakarta? 2) Bagaimana Peserta Didik di Garda Total Security Yogyakarta? 3) Bagaimana pendidikan dan tenaga kependidikan di Garda Total Security Yogyakarta? 4) Bagaimana keuangan di Garda Total Security Yogyakarta? 5) Bagaimana
sarana dan prasarana
di Garda Total Security
Yogyakarta? 6) Bagaimana hubungan GTS dengan mitra kerjanya? 2. Bagaimana output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS)? a.
Bagaimana Keluaran Peserta Didik di lembaga pendidikan dan pelatihan SATPAM di Garda Total Security?
b.
Apa Saja Prestasi yang diraih oleh lembaga pendidikan dan pelatihan SATPAM di Garda Total Security?
3. Upaya Garda Total Security (GTS) dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja
47
a.
Bagaimana upaya Garda Total Securuty dalam menjalin Mitra Kerja?
b.
Bagaimana cara Garda Total Security menyalurkan alumni pelatihan kepada Mitra?
4. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) c.
Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) ?
d.
Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) ?
5) Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan a.
Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan dalam pendidikan dan pelatihan ?
b.
Upaya apa yang dilakukan GTS untuk meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan ?
48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan peneletian yang digunakan untuk meneliti Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security Yogyakarta adalah dengan metode deskriptif. Metode tersebut dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai satu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendekripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan dengan masalah dan unit yang diteliti (Sanapiah Faisal, 2010:20). Kemudian menurut Sudarwan Danim (2002:51) mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah pendekatan yang hasil informasinya atau data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data yang diperoleh meliputi transkip wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen, dan lain-lain. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik, aktivitas, dan fenomena yang terdapat di dunia. Penelitian ini tidak berkaitan dengan angka-angka atau untuk menguji teori. Sehingga digunakannya jenis penelitian deskriptif pada penelitian ini karena peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan secara sistematik Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security Yogyakarta dalam bentuk kata-kata tertulis dari hasil pengumpulan data selama proses penelitian.
49
B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Penentuan Subjek Penelitian Penentuan subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan pupose sampling. Purpose sampling dilakukan dengan mengambil orangorang yang terpilihbetul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik dan dimiliki oleh sampel itu serta dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian (Nasution, 2006:98). Menurut Sugiono (2012: 56-57), sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati. b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti. c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi. d. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri. e. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber. Subjek penelitian sebagai sumber data adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi selengkap-lengkapnya kepada peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Subjek penelitian yang menjadi key informan atau sumber informasi dalam proses pebelajaran adalah: a.
Karyawan atau Penyelenggara Program di
Garda Total Sucurity
(GTS) Pimpinan GTS sebagai panggung jawab sekaligus orang yang memiliki wewenang dan kekuasaan penuh terhadap terselenggaranya
50
pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security. Informan tersebut dapat memberikan jin dalam pelaksanaan penelitian serta menjadi informan yang dapat memberikan informasi yang lengkap terkait tujuan penelitian. b.
Instruktur dan Pembina Instruktur sebagai orang yang berperan langsung dalam proses pendidikan. Sebagai penentu terselenggaranya proses pendidikan dan pelatihan. Instruktur dan pembina dapat memberikan informasi
yang
lengkap terkait tujuan penelitian. c.
Peserta Pendidikan dan Pelatihan Peserta pendidikan dan Pelatihan merupakan komponen dalam terselenggaranya proses pendidikan dan pelatihan. Peserta pendidikan dan pelatihan dapat memberikan pendapat mengenai hasil proses pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan. Tujuan
peneliti
memilih
informan
tersebut
adalah
untuk
mendapatkan informasi selengkap mungkin dari sember sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya. 2. Penentuan Objek Penelitian Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas 3 elemen yaitu: tempat (Place), Pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam (Sugiono, 2012: 49).
51
Berdasarkan pengertian diatas maka objek penelitian ini adalah Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security Yogyakarta.
C. Setting, Waktu, dan Tempat Penelitian 1.
Setting penelitian Setting penelitian peneliti mengikuti proses pendidikan dan pelatihan dari awal sampai akhir, melakukan magang kerja. Tentu saja masuknya peneliti untuk magang dan penelitian telah dirundingkan terlebih dahulu dengan pengelola dan pimpinan Lembaga Garda Total Security. Dalam menjalankan aktifitas magang peneliti sekaligus melakukan penelitian.
2.
Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Garda Total Security, dari bulan November hingga bulan Januari 2017. Dalam Hal ini penelitian pada bulan November dilaksanakan di Pusat pendidikan dan pelatihan Jl Jogja-Solo KM 4 Jogonalan Klaten Jateng, kemudian pada pendidikan dan pelatihan pada angkatan selanjutnya dilaksanakan di Pusat pendidikan dan pelatihan cabang Purworejo, Jl brigjenkatamso no 86, Pangenrejo Purworejo. Sedangkan kantor pusat yang terdapat di Jl. Ringroad barat No.09 Demakijo, Gamping, Sleman, Yogyakarta hanya pada saat pengambilan data dalam bentuk arsip.
52
D. Metode Pengumpulan Data Menurut Sugiono (2012: 61) dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data-data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: 1.
Wawancara Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitin deskriptif kualitatif maupun deskriptif kuantitiatif kemudian dilaksanakan secara lisan dan individual (Nana Syaodih 2007:216). Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lengkap terkait dengan tujuan penelitian melalui percakapan atau lisan. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan antara pewawancara dan terwawancara untuk mendapatkan informasi (Lexy J. Moleong, 2012: 186). Sebelum melakukan wawancara peneliti menyiapkan instrument wawancara sebagai pedoman saat melakukan wawancara. Keuntungan dari mempersiapkan instrument wawancara adalah pelaksanaan wawancara menjadi lebih efektif dan efisien. Membangun hubungan yang baik dengan informan juga merupakan salah satu cara agar proses wawancara berjalan
53
lancar. Selain itu, wawancara dilakukan secara mendalam kepada subjek penelitian sehingga data tersebut terkumpul lengkap. Dalam penelitian ini wawancara
bertujuan
untuk
memperoleh
informasi
mengenai
penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan di garda total security melalui proses tanya jawab. Informasi yang akan digali dengan menggunakan teknik wawancara antara lain mengenai perencanaan program, pelaksanaan program, faktor pendukung dan faktor penghambat, Output program, serta upaya lembaga dalam mengoptimalkan faktor pendukung dan meminimalkan faktor penghambat. 2.
Observasi Metode observasi adalah metode yang digunakan untuk mengetahui perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam (Sugiyono, 2012: 145). Observasi atau pengamatan adalah suatu cara dalam pengumpulan data melalui pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana Sayodih 2007:220). Jika dilihat dari prosesnya metode pengumpulan data menggunakan observasi dibagi mejadi dua, yaitu observasi non participant dan observasi participant. Sedangkan jika dilihat dari instrumen yang digunakan maka dapat dibagi menjadi observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur. Metode observasi ini digunakan untuk mencari data tentang keadaan umum daerah penelitian dengan memperhatikan keadaan nyata atau fenomena yang terdapat dilapangan penelitian.
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode observasi partisipan, karena peneliti secara
54
langsung ikut dalam kegiatan yang ada di Pusat pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security untuk magang. Sedangkan instrumen observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur karena peneliti sudah tahu secara pasti subjek dan objek penelitian. 3.
Studi dokumentasi Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen baik tertulis, gambar, maupun elektronik (Nana Syaodih 2007:221). Menurut Djama’an dan Aan (2011:149), studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan datadata yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa studi dokumentasi merupakan salah satu bagian yang berperan dalam mendukung kebenaran
informasi-informasi yang diperoleh selama
penelitian. Tahap awal studi dokumentasi dimulai dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah dokumen yang dianggap perlu sudah terkumpul, maka selanjutnya dokumen-dokumen tersebut diproses sedemikian rupa mulai dari pengurutan kelahiran dokumen, penyesuaian kekuatan terhadap tujuan penelitian, dianalisis, dikaji, dipadukan, dan dibandingkan sehingga membentuk suatu hasil yang sistematis, padu, dan utuh.
55
Adapun teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data No
Aspek
Sumber Data
Teknik
1
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SATPAM Output dari pendidikan dan pelatihan SATPAM
Pengelola, instruktur, peserta didik, narasumber Penyelenggara program, peserta didik. Penyelenggara program, instruktur, peserta didik.
Observasi, wawancara, dokumentasi Wawancara, dokumentasi
2
3
Faktor pendukung dan penghambat penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SATPAM
Wawancara dokumentasi, observasi
E. Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2012: 148), instrumen penelitian adalah satu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Sugiyono (2012: 60) mengemukakan bahwa peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Instrument penelitian adalah alat pengumpul data yang berperan dalam suatu penelitian. Instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Posisi peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian meneuntut agar instrumen lebih peka terhadap gejala-gejala dilapangan. Selain itu juga peneliti harus lebih intensif dalam menjalin komunikasi dengan subjek penelitian
56
sehingga dapat membangun kepercayaan dan mempermudah dalam proses pengumpulan data. Adapun pedoman wawancara, pedoman observasi dan studi documenter merupakan instrument pendukung yang digunakan dalam penelitian untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. F. Teknik Analisi Data Analisis data merupakan proses untuk penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan dimengerti. Sugiyono (2007:335) berpendapat sebagai berikut : Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajarai, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Pendapat lain disampaikan oleh Husaini dan Purnomo (2006:86) analisis data bertujuan untuk mengungkapkan : a) data apa yang masih perlu dicari, b) hipotesis apa yang perlu diuji, c) pertanyaan apa yang perlu dijawab, d) metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru, dan e) kesalahan apa yang harus segera diperbaiki. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012: 91) menjelaskan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Maka dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah suatu kegiatan menjabarkan, mengartikan, dan memeknai data yang telah terkumpul selama
57
penelitian untuk memperoleh kepastian kesesuaian antara tujuan penelitian dan hasil penelitian. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data, namun secara garis besar kegiatan analisis data terbagi menjadi empat tahap yaitu: a) Pengumpulan data b) reduksi data, c) display data, dan d) pengambilan kesimpulan dan ferifikasi. 1.
Pengumpulan Data Data yang diperoleh dari
hasil observasi,
wawancara,
dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan setiap kali peneliti melakukan pengam,bian data. Data yang diperoleh oleh peneliti murni berasal dari apa yang dilihat, dirasakan, didengar, disaksikan, dan dialami secara langsung oleh peneliti tanpa adanya pengaruh, pendapat dan penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang ditemui. Catatan refleksi adalah catatan tentang kesan, pesan, komentar, dan penafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya. 2.
Reduksi data Reduksi data adalah memilih hal-hal pokok dari data-data yang terkumpul selama melakukan penelitian yang sesuai dengan fokus penelitian kita. Menurut Sugiyono (2012: 92) mereduksi data merupakan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
58
Reduksi data bertujuan untuk merangkum data, memilih hal-hal yang pokok, disusun secara sistematis sehingga memberikan gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan, reduksi data juga dapat mempermudah peneliti untuk mencari data sewaktu-waktu apabila diperlukan. Selanjutnya membuat abstraksi yang merupakan usaha membuat rangkuman yang inti agar data yang diperoleh mudah dikendalikan sesuai dengan kebutuhan penelitian. 3.
Display data Penyajian data atau display data dalam penelitian kualitatif, dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,flowchart, dan sejenisnya (Sugiyono, 2012: 95). Display data adalah kegiatan menyajikan data dalam bentuk matrik, network, chat, atau grafik, dan sebagainya. Display data bertujuan agar peneliti dapat menguasai data yang diperoleh selama penelitian dan tidak terbenam ke dalam setumpuk data.
4.
Pengambilan keputusan dan Verifikasi Pengambilan keputusan adalah fase dimana peneliti mencoba untuk mengambil kesimpulan berdasarkan data yang didapatkannya. Kata lain pengambilan keputusan adalah kegiatan penarikan kesimpulan, menurut Sugiyono (2012: 99) adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran satu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
59
Setelah data dikumpulkan dan diseleksi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi data. Interpretasi data dilakukan dengan mencari pengertian yang lebih luas mengenai data yang diperoleh dengan cara membandingkan hasil analisisnya dengan kesimpulan peneliti lain bila ada dan dengan menghubungkannya kembali dengan teori. Sedangkan verifikasi dapat dilakukan dengan melakukan pengumpulan data baru sehingga kesimpulan yang di ambil akan semakin jelas seiring dengan banyaknya data yang mendukung satu sama lain. G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian kualitatif dinyatakan abash apabila memiliki keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Sedangkan untuk memeperoleh keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Sugiyono, (2012: 373-374) membedakan triangulasi sebagai teknik pemeriksaanyang memanfaatkan penggunaan sumber, teknik dan waktu. 1. Triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber 2. Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda 3. Triangulasi waktu yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
60
Menurut Djama’an dan Aan (2011:170) Triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga ada triangulasi dari sumber, triangulasi dari teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu. Pada penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menggunakan dua triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber adalah cara meningkatkan kepercayaan penelitian dengan mecari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data. Penggunaan triangulasi sumber dan triangulasi teknik dimaksudkan agar informasi dari triangulasi sumber dan informasi dari triangulasi teknik dapat saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Sehingga nilai keabsahan data semakin kuat dan terjamin.
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1.
Deskripsi Lokasi, Program dan Subjek Penelitian
a. Sejarah Berdirinya Garda Total Security (GTS) Kepolisian Negara Republik Indonesia menyadari bahwa Polisi tidak mungkin bekerja sendiri dalam menciptakan masyarakat dan lingkungan yang aman dan tertib, hal inilah yang mendorong terbentuknya SATPAM di Indonesia. Kapolri (ketika itu dijabat Jenderal Polisi (Purn) Prof. DR. Awaloedin Djamin ) mengeluarkan Surat Keputusan Kapolri; No. SKEP/126/XII/1980 tertanggal 30 Desember 1980 Tentang Pola Pembinaan Satuan Pengamanan. Selanjutnya, pada 30 Desember 1993, Polri mengukuhkan Jenderal Polisi (Purn) Prof. DR. Awaloedin Djamin menjadi Bapak SATPAM dan menetapkan hari lahirnya SATPAM Indonesia pada tanggal 30 Desember. Seiring dengan berjalannya waktu, SATPAM dituntut untuk lebih profesional baik dari segi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, prosedur, proses dan SDM nya, maka dikeluarkanlah Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 Tanggal 10 Desember 2007 mengenai Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah. Garda Total Security (GTS) adalah Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) yang sudah bersiri sejak tahun 2004 yang merupakan perusahaan swasta Nasional yang berdiri dengan latar belakang TNI, POLRI, dan HUKUM. Garda
62
Total Security (GTS) bergerak dalam bidang jasa pendidikan dan pelatihan keamanan, jasa penyedia tenaga keamanan (SATPAM). Selama tiga belas tahun proses panjang yang dilalui hingga saat ini Garda Total Security menjadi pusat pendidikan dan pelatihan bagi calon security yang profesional dan tangguh. b. VISI DAN MISI GARDA TOTAL SECURITY 1) VISI Sukses menerbangkan layang-layang bukan hanya yang diperlukan benang yang baik, tetapi juga kemampuan untuk mengendalikan dan memahami kondisi. 2) MISI Menjadi yang pertama dalam pengelolaan Diklat security di Yogyakarta dan menjadi yang terdepan dalam pencapaian outcam para lulusan SATPAM didik. Persaingan bisnis semakin terbuka, dan kami membekali diri dengan strategi komunikasi pengembangan Market yang reintegrasi dalam sebuah proses. c. Lokasi BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) Garda Total Security pusat berlokasi di Jl. Ringroad barat No.09 Demakijo, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Pusat pendidikan dan pelatihan dilaksanakan di Jl. Jogja-Solo KM 4 Jogonalan, Klaten Jateng, sedangkan yang di cabang Purworejo berada di vanlar satlantas POLRES Purworejo, namun kantor cabang Purworejo beralamat di Jl. Brigjen katamso No 86, Pangenrejo, Purworejo, Jateng.
63
d. Tujuan Penyelenggaraan Program Tujuan diadakannya pendidikan dan pelatihan SATPAM Gada Pratama adalah: 1) Menguurangi pengangguran 2) Memfasilitasi SATPAM yang belum memiliki ijasah Gada Pratama 3) Mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, dan lingkungan sekitar yang aman. 4) Menghasilkan anggota SATPAM yang memiliki sifat mental kepribadian, kesamaptaan fisik, dan memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai pelaksana tugas SATPAM e. Sasaran Sasaran penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Gada Pratama adalah semua SATPAM yang belum memiliki sertifikat atau lebih sering dikatakan sertifikasi, serta untuk umum yang memenuhi kualifikasi untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan Gada Pratama. Adapun kualifikasinya adalah sebagai berikut: 1) Warga negara Indonesia 2) Lulus tes kesehatan dan kesamaptaan 3) Bebas narkoba 4) Lulus psikotes 5) Menyertakan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) 6) Berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum (SMU) dan setara.
64
7) Tinggi badan paling rendah 165 untuk pria dan paling rendah 160 untuk wanita 8) Usia paling rendah 20 tahun dan paing tinggi 30 tahun. f. Struktur Organisasi Divisi Diklat SATPAM di Garda Total Security BUJP GARDA TOTAL SECURITY STRUKTUR ORGANISASI DIVISI DIKLAT SATUAN PENGAMANAN (SATPAM)
Dr. Sekti Widodo Komisaris
Agus Nurwijanarko Direktur
Suradi Kodiv Diklat
Dewi kumalasari
Ika Wulandari Kasi OPS Pusat
KABAG OPS Induk 1
Febriana N Arma
Hadiyanto
Keuangan
Kasi OPS induk 1
Ika Hartanti Staff FO
Aninditya Bangutopo Staf Administrasi
Rizky Aditya Staff Operasional
Ary Prasetyo Staff Operasional
Gambar. 2 Struktur Organisasi
65
Aditya Rifka Prasetyaa Staff Admin Pusat
Hari Fitriyanta Pembina
GL Tentrem Kepala PUSDIKLAT
Minharjo Logistik
g. Layanan yang tersedia di Garda Total Security 1) Diklat Calon Security Diklat ini menggunakan konsep dan metode pembelajaran yang disusun dengan segala analisa pemikiran yang baik, menghasilkan kurikulum pembelajaran yang sangat tepat bagi siswa, didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, serta ketersediaan instruktur yang sudah berpengalaman pada materi yang disampaikan. Diklat calon security bertujuan mampu menghasilkan personil SATPAM/SECURITY professional (berkepribadian baik, mampu menjalankan peran fungsi dan tugasnya dengan baik, bisa mendukung kesuksesan bisnis perusahaan dan operasional perkantoran, mengamankan, melayani dan menjaga simpati/image), juga mewujudkan standart SATPAM/SECURITY yang berkualitas yang siap bersaing di era kompetisi. Selain itu diklat calon SATPAM memiliki fungsi sebagai pengesahan anggota SATPAM atau dengan kata lain seorang SATPAM memiliki legalitas diri sebagai anggota SATPAM, tanpa mengikuti diklat maka seorang SATPAM belum bisa dikatakan legal. 1) Up-Grading SATPAM Aktif Up-Grading SATPAM Aktif dilakukan untuk meningkatkan kualitas SATPAM yang semakin melemah. Tidak sedikit pemimppin perusahaan atau perkantoran yang mengeluhkan kualitas SATPAM, seperti melemahnya loyalitas dan dedikasi kerja, kedisiplinan dan kepribadian yang berkurang, berkurangnya pelanggan dikarenakan kurangnya simpati dari petugas
66
keamanan. Dengan adanya Up-Grading SATPAM Aktif diharapkan dapat mengembalikan hakikat SATPAM. 2) Diklat Lanjutan 1 Diklat lanjutan ditujukan untuk pemimpin team, pendidikan dan pelatihan lanjutan 1 sangat penting karena peran dan fungsi pemimpin penyelia sangat vital dan merupakan kunci yang menentukan keberhasilan dalam pencapaian target. Pada hakekatnya seorang komandan regu, shift leader, dan supervisor diharapkan mampu untuk mengerti dan melaksanakan peran dan tanggung jawabnya, mengembangkan team karah keberhasilan, merencanakan,
melaksanakan dan mencapai sasaran kerja,
mampu
membangun komunikasi yang baik. Secara singkat Diklat lanjutan 1 ditujukan kepada shift leader, komandan regu, dan supervisor. 3) Security Audit Security Audit dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang bersertifikat dan punya licency akan membantu : 1) Menemukan titik kerawanan dan potensi gangguan keamanan bagi perusahaan Bapak/Ibu. 2) Menganalisa pelatihan yang dibutuhkan untuk peningkatan Sumber Daya personil SECURITY. 3) Peralatan dan sarana yang pokok dan mendesak untuk membantu operasional
tugas
SATPAM
kesempurnaan atau titik ideal.
67
atau
SECURITY
hingga
menuju
4) Perincian tugas-tugas dan prosedur operasional SATPAM/SECURITY yang sesuai dengan Perusahaan atau kantor Bapak/Ibu. 5) Cara-cara efektif dan efisien untuk mewujudkan kesadaran Security dan Zero Accident. 6) Perhitungan jumlah personil SATPAM/SECURITY (manning guide) penempatan tugas, pembagian tugas dan penjadwalan tugas. 7) Mewujudkan organisasi kerja yang ideal. 8) Kelengkapan administrasi dan dokument. Dan yang lainnya. 4) Out sourcing Out sourcing merupakan jasa penyaluran kerja yang dilakukan oleh Garda Total Security. Dengan banyaknya mitra yang sudah terjalin maka, semakin mudah bagi Garda Total Security dalam melakukan penyaluran kerja. Pilihan terbaik dan paling tepat bagi kebijaksanaan peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, tentang status kekaryawanan dan BUJP Out Sourcing. Dan juga persoalan ketenagakerjaan bagi Perusahaan maupun perkantoran seperti : Perhitungan hari dan jam kerja disaat kekurangan staff, dilema penambahan karyawan, tingginya biaya/pengeluaran tunjangantunjangan, kebutuhan mendadak dan mendesak yang hanya dalam jangka waktu tertentu, juga banyaknya jaminan-jaminan yang harus ditanggung oleh Perusahaan atau Perkantoran, dan banyak lagi lainnya. Disisi lain layanan ini memberikan solusi untuk menjawab permasalahan di atas seperti : biaya yang murah kompetitif dan negosiabel, garansi penempatan personil sesuai kriteria persyaratan, legalitas perusahaan
68
yang resmi, aman dan terjamin. Segala
permasalahan ketenagakerjaan
SATPAM/SECURITY menjadi tanggung jawab pihak BUJP, variasi pergantian personil SATPAM/SECURITY bisa kapanpun jika dikehendaki. Dan masih banyak lagi keuntungan yang didapatkan. 5) Konsultan keamanan Sebagai konsultan di bidang keamanan Garda Total Security berperan dalam menangani masalah masalah yang berkaitan dengan keamanan, selain itu Garda Total Security melayani keluh kesah yang dialami oleh pemimpin perusahaan. B. Data Hasil Penelitian 1. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di Garda Total Security a. Perencanaan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) 1) Kurikulum Kurikulum merupakan jantung dari pelaksanaan diklat SATPAM, selain itu merupakan proses sistematis dalam mempersiapkan pembelajaran sehingga pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dapat berjalan secara efektif.
Kurikulum
disusun dan dirancang berdasarkan Peraturan kepala kepolisian negara republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 paragraf 4 pasal 17 dan pasal 14 ayat (3) yang berbunyi, “pelatihan Gada Pratama dilaksanakan dengan menggunakan minimal pola 232 (dua ratus tiga puluh dua) jam pelajaran, penambahan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan industrial security”.
69
Seperti yang telah disampaikan oleh “AIPTU EP” selaku Kanit POLRES Purworejo yang bertugas sebagai instruktur diklat, dan dilakukan verifikasi, maka peneliti menyimpulkan bahwa: “Garda Total Security tidak membuat kurikulum sendiri, karena kurikulum sudah siap dari pemerintah pusat. Anggota POLRES yang ditunjuk sebagai instruktur bertugas menyusun jadwal pendidikan dan pelatihan. dengan bantuan dari pihak Garda Total Security. Penyusunan jadwal diupayakan sesuai dengan pola yang telah dicantumkan pada kurikulum, yaitu 232 JP, dengan rincian 30 % teori dan 70% praktik.” Begitu pula dengan penjelasan yang diungkapkan oleh ibu “IW” selaku Kasi OPS pusat yang bertanggung jawab dalam operasional dalam pelaksanaan diklat, mengenai kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan diklat. Setelah peneliti melakukan verifikasi, dapat disimpulkan bahwa: “Garda Total Security sebaga BUJP (badan usaha jasa pengamanan) bertugas sebagai penyedia dan penyelenggara program, yang berkaitan dengan perencanaan kurikulum tidak dilakukan di GTS. Kurikulum diturunkan langsung kepada POLRES setempat untuk dapat digunakan sebagai acuan penyusunan jadwal.” Sejalan dengan yang disampaikan oleh ibu “DK” selaku Kabag OPS induk 1 yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di wilayah induk 1 yakni cabang Purworejo, setelah dilakukan verifikasi yang disampaikan oleh beliau adalah sebagai berikut: “Kurikulum diturunkan langsung dari pusat, Garda Total Security bersinergi dengan pihak POLRES melakukan penyusunan jadwal pendidikan dan pelatihan dengan pola 232 JP. Sebelumnya kami membuat rencana kegiatan (rengiat), sebagai pedoman dalam melakukan penyusunan jadwal.” Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan verifikasi dapat disimpulkan bahwa secara tegas, karyawan BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) Garda Total Security dan salah satu anggota POLRES Purworejo menjelaskan bahwa
70
GTS tidak melakukan penyusunan kurikulum karena kurikulum diturunkan oleh pemerintah pusat untuk dijadikan pedoman dalam pembuatan RENGIAT dan jadwal program pendidikan dan pelatihan. Penyusunan kurikulum dilakukan oleh pihak polres yang bersinergi dengan GTS. Alur pembuatan jadwal adalah sebagai berikut, kurikulum diturunkan pemerintah pusat kemudian ditujukan kepada POLDA, pihak POLDA menunggu pengajuan Surat perintah (SPRINT) dari polres setempat sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan yang bersinergi dengan badan usaha jasa pengamanan yang mana disebut dengan BUJP Garda Total Security. POLRES dan pihak BUJP hanya membuat perencanaan kegiatan (RENGIAT) untuk dapat menentukan dan atau menyusun jadwal pelaksanaan pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan). Secara singkat tidak terdapat perencanaan mengenai kurikulum namun hanya terdapat perencanaan yang berupa jadwal pelaksanaan diklat. Setiap lembaga BUJP harus melaksanakan ketentuan pelaksanaan diklat sebanyak 232 jam pelajaran seperti yang telah tertera dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan SATPAM tingkat Gada Pratama. 2) Peserta Didik (Peserta Diklat) Peserta didik merupakan salah satu syarat dan unsur pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, serta merupakan bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan SATPAM Gada Pratam di BUJP Garda Total Security. Peserta didik pendidikan dan pelatihan sangat beraneka ragam, karena berasal dari berbagai daerah dan latar belakang yang berbeda. Peserta didik digolongkan menjadi 2 bagian yaitu peserta didik yang sudah bekerja sebagai
71
SATPAM namun belum memiliki ijazah Gada Pratama dan peserta didik reguler (yang belum pernah bekerja). Perbedaan dari keduanya adalah tingkat kepadatan kegiatan belajar mengajar, meskipun pola kurikulum yang dijalankan adalah 232 JP dengan rincian praktik perbandingannya lebih besar daripada teori. Untuk peserta didik sertifikasi atau sudah pernah bekerja perlakuannya melanjutkan pemantapan praktik, sedangkan untuk peserta didik reguler perlakuannya diberikan dasar teori dari awal dengan praktik. Maka perencanaan yang berkaitan dengan peserta didik harus dirancang dengan baik, karena fasilitas dan biaya pendidikan juga berbeda. Perbedaan pembayaran hanya berpengaruh pada fasilitas yang didapatkan, untuk SATPAM sertifikasi tidak memperoleh seragam lengkap, sedangkan yang reguler memperoleh ragam lengkap. Terdapat strategi dalam merekrut peserta didik, karena BUJP Garda Total Security memiliki sistem marketing yang sangat bagus untuk memperoleh Peserta didik. Dari berapa BUJP yang terdapat di daerah istimewa Yogyakarta Garda Total Security masih berada di level pertama dalam memperoleh peserta pendidikan dan pelatihan. Seperti yang dijelaskan oleh bapak “AIPTU EP” selaku kanit POLRES Purworejo telah dilakukan reduksi dan verifikasi beliau menyampaikan bahwa: “GTS memiliki cara marketing dengan memberikan reward berupa fee bagi mereka yang memperoleh peserta didik. karena peserta didik bisa berasal dari GTS, POLRES, dan umum. Tidak sedikit dari alumni yang membawa peserta didik untuk mengikuti diklat satpam di GTS. Karena sebelum lulus dari GTS pada saat penyerahan ijazah diberikan pembekalan bahwa bagi peserta didik atau alumni yang membawa teman untuk mengikuti diklat maka akan mendapatkan fee.”
72
Pernyatan tersebut juga diperkuat dengan penjelasan yang diberikan oleh bapak “HY” selaku Kasi OPS induk 1, hasil wawancara ini telah diverifikasi dan disimpulkan bahwa: “perencanaan yang berkaitan dengan peserta didik, pihak BUJP merencanakan untuk teknis pembayaran dan fasilitas yang diberikan, karena mereka yang sudah bekerja hanya mendapatkan fasilitas berupa topi, kaos dan Training saja. Namun yang reguler mendapatkan fasilitas lengkap yang berupa topi, seragam PDH, sampai sepatu PDH. pelaksanaannya mereka mendapatkan perlakuan yang berbeda, peserta didik yang dikategorikan sertifikasi lebih ditekankan pada praktiknya, sedangkan yang peserta didik reguler lebih ditekankan pada dasar-dasarnya kemudian barulah praktik. Dalam mencari peserta didik BUJP Garda Total Security melakukan publikasi melalui media cetak, media sosial dan alumni, dan dibantu oleh POLRES.” Hal senada juga disampaikan oleh ibu “VN” selaku bagian keuangan, beliau menjelaskan bahwa: “yang termasuk dalam peserta didik sertifikasi adalah peserta didik dari PT GATRA, mereka sudah bekerja dan mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk sertifikasi. Sebelumnya GTS melakukan MOU terlebih dahulu dan melakukan kesepakatan harga per siswa, atau sering disebut dengan tender.” Berdasarkan hasil wawancara dan verifikasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan peserta didik merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pelaksanaan diklat, karena setiap pelaksanaan BUJP memiliki target siswa. Jika dilihat dari keberagaman peserta didik, dan latar belakang yang berbeda maka kesadaran pihak instruktur dan pembina sangatlah diperlukan, supaya tidak terjadi kesalahan dalam berkoordinasi. BUJP Garda Total Security memiliki strategi untuk mendapatkan siswa.mulai dari pemberian reward yang berupa fee kepada orang yang mendapatkan siswa, serta dengan upaya melakukan kerja sama terhadap instansi-instansi di daerah Jateng dan DIY. Pengelola harus mempersiapkan fasilitas yang diberikan untuk peserta didik
73
yang berbeda statusnya. Karena dalam pemberian fasilitas, untuk peserta didik reguler mendapatkan fasilitas dan atribut SATPAM lengkap, sedangkan untuk peserta didik sertifikasi fasilitas yang didapatkan hanya topi satpan, dan kaos training saja. 3) Pendidik dan tenaga kependidikan Pendidik dan tenaga kependidikan di BUJP Garda Total Security lebih dikenal dengan instruktur dan pengelola program pendidikan dan pelatihan. Instruktur memegang peran yang sangat penting dalam proses pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di lapangan, serta mempersiapkan segala macam yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Instruktur tidak berjalan sendiri, namun dibantu oleh pembina, dalam hal ini pembina berasal dari team GTS (Garda Total Security). Pembina perannya hampir sama dengan instruktur namun lebih berperan dalam mempersiapkan proses pembelajaran, mengkondisikan peserta didik sebelum melakukan pembelajaran. Wawancara dibawah sudah dilakukan verifikasi dan disimpulkan oleh peneliti. kegiatan yang berkaitan dengan persiapan proses pendidikan maupun praktik di lapangan sangatlah penting, proses tersebut tentunya melibatkan instruktur dan pembina. Bapak “HY” selaku kasi OPS yang bertugas sebagai pembina dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan memaparkan bahwa: “instruktur berasal dari anggota kepolisian yang sudah ditunjuk oleh POLRES, tentunya anggota yang memiliki pengalaman di bidangnya. Karena materi pendidikan dan pelatihan adalah materi yang sudah dimiliki pihak kepolisian, misalkan untuk materi yang berkaitan dengan penjagaan, pengawalan, dan patroli, tentunya instruktur yang dipilih harus mumpuni di bidangnya. GTS disebut dengan team GTS, materi yang diberikan berupa pembekalan dan penyaluran kerja”
74
Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan ibu “DK” selaku kabag OPS yang menjelaskan bahwa : “penentuan instruktur dilakukan oleh POLRES, GTS tidak ada perekrutan dan penentuan kriteria untuk persyaratan menjadi instruktur. BUJP hanya menyiapkan team yang bertugas sebagai pembina dan pendamping” Berdasarkan wawancara di atas menjelaskan bahwa tidak terdapat kriteria untuk penentuan instruktur, dikarenakan instruktur untuk proses pembelajaran sudah disediakan oleh POLRES setempat. BUJP hanya berperan sebagai pembina yang membantu persiapan dalam proses pembelajaran. Seperti yang dilihat oleh peneliti pada saat melakukan observasi, bahwasanya pembina dari team GTS hanya mempersiapkan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran. 4) Keuangan Keuangan merupakan hal yang sangat vital dalam pelaksanaan program, pengelolaan keuangan bagi suatu lembaga sangatlah penting karena berdampak langsung terhadap efisiensi dan ke-efektifan lembaga dalam menjalankan programnya. Dalam pelaksanaan program tentunya tidak lepas dengan adanya biaya operasional, secara umum apabila berbicara mengenai perencanaan keuangan maka secara umum terdapat dua hal yang harus diketahui, yaitu sumber dana serta alokasi dan pengeluaran. Data hasil wawancara dibawah sudah dilakukan verifikasi oleh peneliti dan disampaikan secara epik oleh penulis. Sumber keuangan yang terdapat di Garda Total Security adalah dari siswa untuk siswa, seperti yang telah dijelaskan oleh ibu “VN” selaku bagian keuangan di Garda Total Security, menjelaskan bahwa:
75
“dalam melakukan perencanaan keuangan ibu VN selaku bagian keuangan merancang RAB (Rencana Anggaran Bulanan) untuk pengeluaran, setelah RAB jadi diajukan kepada kepala divisi, setelah di ACC oleh kepala divisi barulah diajukan kepada komisaris untuk dapat melakukan pengeluaran cek. pelaksanaannya proses pembayaran yang meliputi pendaftaran dan heregistrasi dibantu oleh bagian FO (Front Office). Sumber dana ada duakelompok, hasil tender kerja sama dengan mitra dan murni pembayaran dari siswa, kerja sama yang sudah terjalin antara lain dengan dinas sosial, perusahaan dan dan instansi. Jadi mereka ada SATPAM namun belum bersertifikasi nanti kita melakukan MOU untuk kesepakatan harga. Disampaikan pula oleh ibu “IW” selaku Kasi OPS pusat, beliau juga berada di front Office kantor pusat yang biasanya bertugas menerima uang pendaftaran, beliau menjelaskan sebagai berikut: “perencanaan keuangan itu berasal dari hasil pendaftaran siswa, uang yang di bayarkan siswa kembali untuk siswa, yang masuk kantor pihak BUJP tidak dapat memberikan informasi. sebelum peserta menyepakati biaya pendidikan dan pelatihan BUJP menjelaskan fasilitas yang didapatkan selama berlangsung pendidikan dan pelatihan.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan keuangan, maka tentunya yang bertugas di bagian keuangan melakukan perencanaan perinciaan dana atau membuat RAB untuk keberlangsungan program, karena RAB tersebut harus diajukan kepada KADIV (Kepala Divisi) terlebih dahulu sebelum adanya realisasi berupa cek dari komisaris GTS. Sumber dana tidak hanya berasal dari peserta didik saja namun mitra kerja juga membantu dalam pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan bantuan yang diberikan sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati sebelumnya. 5) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menunjang proses pendidikan dan pelatihan. Sesuai dengan perkap POLRI, bahwa
76
sarana dan prasana untuk melakukan pendidikan dan pelatihan harus memadai, seperti yang disampaikan oleh bapak “TR” selaku kepala PUSDIKLAT cabang Klaten, peneliti menyimpulkan yang disampaikan oleh beliau yaitu: “sarana dan prasarana sudah dipersiapkan dari dulu. Di pusat pendidikan dan pelatihan di Klaten sudah lengkap, mulai dari barak barak itu tempat tidur siswa itu mbak, kemudian kamar mandi, peralatan masak, keperluan administrasi, lapangan, sampai dengan untuk proses pembelajaran itu ada LCD, proyektor, sound sistem, dll. Kemudian yang kita masih menyewa itu misalnya kursi, kemudian peralatan untuk peragaan siswa, sound System yang digunakan dalam acara pembukaan dan pelepasan.” Penyataan tersebut sejalan dengan penjelasan yang disampaikan oleh bapak “MH” selaku bagian logistik cabang Klaten, beliau menyampaikan mengenai sarana prasarana bahwa: “pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan oleh bapak MH selaku bagian logistik dan pemeliharaan, dalam hal ini semua hal yang berkaitan untuk menunjang berlangsungnya proses pendidikan dan pelatihan harus menunggu perintah dari atasan, apabila diklatnya di Klaten. Sampai pada keperluan masak dan keperluan pembelajaran. Kalau dikatakan lengkap atau belum PUSDIK Klaten berusaha untuk melengkapi sarana yang dibutuhkan .” Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di tempat pendidikan dan pelatihan sudah memadai. Mulai dari keperluan memasak hingga keperluan pembelajaran, serta fasilitas barak dan MCK untuk siswa pendidikan dan pelatihan. Sarana yang belum dimiliki oleh pusdik dan penggunaannya hanya sementara biasanya pihak BUJP menyewa selama kegiatan diklat berlangsung.
77
b. Pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan di Garda Total Security) 1) Kurikulum Kurikulum pada dasarnya sudah ada dan dibuat oleh pemerintah pusat kemudian diturunkan di POLDA, dari POLDA diturunkan ke POLRES kemudian dari POLRES akan ditindak lanjuti dengan perancangan RENGIAT (Rencana Kegiatan), supaya dapat melakukan penyusunan jadwal pelaksanaan, yang selanjutnya tinggal diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan. Namun pembina atau team GTS harus selalu mempersiapkan diri jika pada pelaksanaannya tidak sesuai dengan jadwan yang disusun. Seperti yang telah disampaikan oleh bapak AIPTU “EP” selaku kait POLRES Purworejo yang bertanggung jawab berkenaan dengan instruktur untuk DIKLAT. Peneliti melakukan verifikasi dan menarik kesimpulan bahwa beliau menjelaskan sebagai berikut: “pelaksanaan proses pembelajaran peneliti dianjurkan untuk mengamati sendiri, berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan dilapangan tidak selalu sesuai dengan yang sudah direncanakan pada jadwal. Karena pada praktiknya pihak lapangan tidak pernah menduga hal-hal yang akan terjadi selanjutnya. Misalkan di jadwal materi tongkat borgol jam 11.00 WIB namun narasumber belum datang, maka team GTS harus memiliki rencana cadangan namun harus sesuai dengan perincian kurikulum. Perincian pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan prosedur yang telah tertera di perkap POLRI nomor 24 tahun 2007 bahwa jumlah jam pelajaran harus memenuhi 232 JP, baru dapat dinyatakan lulus Gada Pratama. Biasanya pelaksanaannya yang mengisi tidak melulu dari polres, misalnya mereka punya banyak yel-yel itu yang memberikan selain dari instruktur juga mendapat dari team GTS, yakni pemandu atau pendamping.” Penjelasan AIPTU “EP” diperkuat oleh penjelasan dari pembina selaku kasi OPS induk 1 beliau menjelaskan bahwa: “pelaksanaan proses diklat diisi oleh instruktur dari anggota kepolisian namun terdapat berapa narasumber yang didatangkan dari instansi yang berkaitan
78
dengan materi yang terdapat di jadwal. Contohnya materi DAMKAR kita bekerja sama dengan petugas pemadam kebakaran untuk dapat memberikan materi teori dan praktik berupa simulasi. Pemateri tersebut dinamakan instruktur namun bukan dari pihak kepolisian.” Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kurikulum sudah sesuai dengan ketentuan 232 JP yang tertera di perkap POLRI nomor 24 tahun 2007. Melalui jadwal kita dapat mengetahui materi untuk pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Dalam pelaksanaannya narasumber tidak hanya berasal dari kepolisian namun ada yang berasal dari instansi yang sesuai dengan materi yang sudah terjadwal, diharapkan materinya dapat disampaikan dengan baik dan sesuai. Selain itu team GTS yang mana disebut dengan pembina dan pendamping akan melakukan persiapan sebelum proses pembelajaran dengan narasumber berlangsung. Misalnya dengan mengisi dengan berlatih yel-yel, mars SATPAM, dan pembekalan ringan untuk praktik kerja di lapangan. 2) Peserta Didik Peserta didik merupakan sumber daya manusia penunjang keberlangsungan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Dalam pelaksanaannya peserta didik harus mampu menguasai materi dan terdapat ketentuan berkenaan dengan kedisiplinan. Karena pada pelaksanaannya peserta didik dibimbing dengan semi militer. Supaya memiliki jiwa yang disiplin, serta dituntut memiliki jiwa korsa (kebersamaan). Berkenaan dengan hal ini bapak “TR” selaku kepala PUSDIKLAT cabang Klaten memaparkan bahwa: “berkenaan dengan peserta didik, siswa dididik supaya memiliki kedisiplinan yang tinggi, karena ketika mereka sudah bekerja mereka juga harus disiplin. SATPAM bekerja berdasarkan sift yang sudah dibagi oleh atasannya, jadi kapanpun sift yang dia peroleh mereka harus selalu siap 86. Kemudian kenapa kita juga memberikan pendidikan mengenai jiwa korsa, seperti yang mbak rosi lihat ketika waktu makan, apabila makan satu ya makan semua, kalau tidak
79
makan satu ya semua tidak makan, dihukum satu kena hukuman semua. Pernah terjadi, pada saat makan ada beberapa orang yang mengambil lauk dobel kemudian ketahuan, akhirnya tidak jadi makan namun justru dihukum semua untuk lompat kodok, tapi tidak ada yang protes, itu karena sudah tertanam jiwa korsa. Selain itu peserta didik juga diajarkan etika, contohnya ketika masuk ruang akademik, peserta didik harus hormat dulu, ketuk pintu, ijin masuk dan sebagainya. Supaya etikanya baik. Senada dengan penjelasan di atas pak “HF” selaku instruktur dari team GTS menjelaskan bahwa : “Peserta didik atau siswa dididik untuk bekal di lapangan pekerjaan, jadi di GTS pendidikan juga dilaksanakan semi militer.” Berdasarkan pemaparan dari keduanya dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaannyan peserta didik atau biasanya disebut siswa tersebut harus mengikuti proses pendidikan dan pelatihan semi militer dan mematuhi segala kebijakan yang telah dibuat sebelumnya. Hal tersebut bertujuan untuk mempersiapkan para siswa dalam memasuki dunia kerja supaya terbiasa. 3) Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan inti dari keberlangsungan program pendidikan dan pelatihan. Karena merekalah yang melaksanakan dan merencanakan proses pembelajarannya. Pendidik yang sering disebut dengan pembina, pendamping dan instruktur berperan dalam proses pendidikan dan pelatihan. memberikan pembekalan, materi yang sesuai dengan jadwal yang sudah tersusun. sedangkan tenaga kependidikan atau yang sering disebut dengan pengelola bertugas mempersiapkan segala kebutuhan yang menunjang keberlangsungan pendidikan dan pelatihan termasuk administrasi, seperti BAP, rekapitulasi absen siswa dll. Untuk lebih jelasnya peneliti melakukan wawancara dengan pak “BT” selaku staff administrasi kantor induk 1 purworejo, beliau menjelaskan bahwa:
80
“dalam pelaksanaan pendidikan tentunya membutuhkan berkas-berkas yang berkaitan dengan administrasi, adanya BAP difungsikan untuk mengetahui kehadiran instruktur supaya pihak GTS dapat dengan mudah menghitung honor yang akan diberikan kepada instruktur. Instruktur dan atau narasumber absen setiap hari. Sedangkan untuk siswa ketika ingin ijin keluar dan akan masuk area pusdik harus ijin dan lapor kembali terlebih dahulu, difungsikan untuk mengetahui keluar masuknya siswa setiap pagi, siang, sore absen juga dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan nilai siswa.” Seiring dengan penjelasan di atas ibu “IH” selaku staf FO kantor induk 1 Purworejo menjelaskan mengenai pendidik dan tenaga kependidikan. Beliau menyampaikan bahwa: “pendidik memang berasal dari polres tapi segala macam persiapan berasal dari GTS, sebagai pengelola program. Yang mana GTS juga memfasilitasi instruktur mulai dari makannya, snack dll.” Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan harus saling bersinergi, untuk itu komunikasi dan koordinasi sangatlah dipentingkan. Pengelola program bertugas mempersiapkan segala macam bentuk administrasi yang berupa berkas, pembina berperan dalam mempersiapkan pendidikan dan pelatihan sebelum instruktur datang. Sedangkan instruktur berperan dalam mengisi materi terhadap siswa dalam proses pendidikan dan pelatihan. Jadi antara instruktur pengelola program dan pembina memiliki fungsi yang berbedabeda. Mereka bekerja sesuai TUPOKSI yang sudah ada. Namun harus selalu berkoordinasi. 4) Keuangan Berbicara masalah keuangan terdapat dua golongan yaitu alokasi untuk pengeluaran dan pemasukan. Alokasi dan pengeluaran di BUJP Garda Total Security seperti yang telah direncanakan dalam RAB yang dibuat oleh bagian
81
keuangan dan direalisasikan oleh komisaris. Seperti yang telah dijelaskan oleh ibu “VN” selaku bagian keuangan. Beliau mengatakan bahwa: “Alur pengeluaran dan pemasukan GTSvakan tertera jelas dalam sistem. Segala bentuk pengeluaran harus sesuai dengan RAB yang telah disusun, apabila tidak sesuai maka harus melalui persetujuan dari komisaris. Sumber dana GTS ada 2, yaitu dari uang pendaftaran siswa yang difungsikan untuk memenuhi fasilitas siswa, selain itu ada khas GTS.” Seperti halnya yang disampaikan oleh ibu “IH” selaku staff FO yang bertugas melayani pembayaran pendaftaran siswa untuk wilayah induk 1, beliau mengatakan bahwa: “untuk alur keuangan induk satu hanya sebagai pelayan pembayaran saja. Misal tanggal pembayaran sudah selesai kantor induk satu juga harus laporan ke pusat.” Sejalan dengan yang disampaikan oleh ibu “IW” selaku Kasi OPS pusat, beliau mengatakan bahwa: “pengelolaan keuangan GTS diserahkan kepada ibu VN selaku bagian keuangan, tapi dalam hal pembayaran dibantu oleh bagian FO dan saya sendiri kalau di pusat. Kalau di Klaten dengan pak TR, kalau di induk 1 dengan bu ika. Setelah selesai pelunasan barulah diberikan kepada bu VN, barulah bu VN merekap semuanya, kalau masalah pembagian keuangan GTS berdasarkan RAB, tidak bisa mengeluarkan uang dengan tiba-tiba tanpa persetujuan komisaris” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaannya keuangan dikelola oleh bagian keuangan, namun dibantu oleh karyawan lain diantaranya adalah bagian FO pusat, induk 1, dan cabang Klaten. Alur selanjutnya barulah diserahkan pada bagian keuangan. Untuk dapat melakukan pengeluaran bagian keuangan terlebih dahulu membuat perencanaan RAB yang kemudian diajukan kepada kepala divisi pendidikan dan pelatihan, setelah
82
mendapatkan persetujuan dari kepala divisi selanjutnya diajukan kepada komisaris untuk dapat direalisasikan berupa cek.
5) Sarana dan Prasarana Sarana
dan prasarana merupakan alat pendukung dalam pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan SATPAM. Penggunaan sarana dan prasaran yang baik merupakan salah satu kunci untuk mencapai hasil pendidikan dan pelatihan yang optimal. Pada dasarnya sarana dan prasarana berfungsi sebagai penunjang proses pendidikan dan pelatihan , supaya dalam pelaksanaannya lebih efektif dan efisien. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian perencanaan sebelumnya, bahwa sarana dan prasarana sudah tersedia dari dulu, namun dalam pelaksanaannya pendidikan dan pelatihan dalam pelaksanaan praktik ataupun pengenalan lemdik memanfaatkan lingkungan sekitar tempat pendidikan dan pelatihan. Berkenaan dengan hal tersebut, bapak “HY” selaku KasinOPS induk satu yang sekaligus sebagai pembina menjelaskan bahwa: “sarana dan prasarana memang sangat penting, pendidikan dan pelatihan SATPAM tidak hanya melulu belajar dikelas atau dihalaman depan kelas namun seperti yang sudah dilihat oleh peneliti, pembelajaran dilakukan dilapangan, di area sekitar pusdik. Pada saat lemdik, GTS mengajak siswa pergi ke alun alun, kemudian di sungai, hal tersebut merupakan salah satu bentuk pemanfaatan lingkungan sekitar dalam hal penggunaan sarpras mbak. Kalau di Klaten ya kita di lapangan belakang pusdik itu yang besar.” Hal lain disampaikan oleh pak “TR” selaku kepala PUSDIK Klaten beliau menyampaikan bahwa:
83
“berkenaan dengan sarana dan prasarana GTS yang berada di pusdik Klaten hanya sebagai pengelola dan pemelihara, selain itu untuk pemanfaatan GTS memanfaatkan semua fasilitas yang tesedia, dan memanfaatkan lingkungan sekitar. Karena ketika jam pelajaran praktik terkadang siswa diajak keluar. Biasanya di lapangan, sembari pemanasan latihan fisik dari pusdik ke lapangan lari kecil-kecil.” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tidak hanya dilakukan di dalam pusat pendidikan dan pelatihan namun siswa juga diajak untuk keluar pusat pendidikan dan pelatihan. Dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana, dikelola oleh karyawan sendiri. 2. Output dari Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di Garda Total Security a. Keluaran peserta didik BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) Garda Total Security (GTS) merupakan salah satu lembaga nonformal yang bergerak dibidang pengamanan yang berupaya menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi SATPAM yang belum sertifikasi atau memiliki ijasah Gada Pratama, serta bagi calon SATPAM Gada Pratama. Berdasarkan peraturan kepala kepolisian negara republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang sistem manajemen pengamanan organisasi, perusahaan dan / atau instansi/ lembaga Pamerintah. Bahwasanya melakukan pengamanan terbatas, SATPAM harus memiliki ijazah Gada Pratama yang legal. Keluaran peserta didik atau siswa berupa keterampilan berpikir, sikap, dan keterampilan praktik (motorik) yang diterapkan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan oleh Garda Total Security (GTS) adalah sebagai berikut:
84
1) Siswa mampu menguasai semua materi yang sudah disampaikan, mulai dari etika profesi, tupoksi SATPAM, perundang-undangan berkenaan dengan SATPAM, dan pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan SATPAM. 2) Siswa setelah keluar dari Garda Total Security harus memiliki sikap yang baik, disiplin dan etos kerja yang baik 3) Siswa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan harus memiliki keterampilan dalam bidang pengamanan, bela diri dan memiliki kemampuan kepolisian terbatas. Mengenai keluaran peserta didik atau siswa bapak “SR” selaku kepala deviasi menjelaskan bahwa : “tidak sedikit alumni dari GTS yang langsung mendapatkan kerja, karena GTSmemberikan fasilitas penempatan kerja, namun tidak semua alumni mengambil tawaran. Apabila mereka bersedia untuk ditempatkan kerja alumni harus mengikuti peraturan dari kami. Tentunya mereka harus lolos kualifikasi yang diinginkan oleh mitra GTS. Jadi setiap ada diklat sebelum selesai team GTS sudah melakukan pengamatan dalam rangka seleksi fisik dan pengetahuan, memungkinkan kedisiplinan.” Hal lain disampaikan oleh salah satu alumni dari Garda Total Security bernama mbak “WR” menceritakan tentang penempatan kerjanya, bahwa: “sebelumnya mbak Wuri merasa bas-was jika setelah diklat jadi pengangguran namun hal tersebut tidak terjadi pada mbak Wuri. Sebelum kelulusan mbak adi sudah mendapatkan panggilan kerja di sebuah universitas yang ada di Solo.” Hal senada disampaikan oleh salah satu siswa yaitu mbak “YS” menceritakan keberlangsungan pendidikan dan pelatihan sampai ia mendapatkan kerja adalah sebagai berikut:
85
“mbak Yul mengatakan bahwa dia baru pertama kali mengikuti pelatihan semi militer, sebelumnya mbak Yul lulusan smk busana, setelah lulus ia bingung kemudian mencari informasi di facebook, mengenai diklat SATPAM. akhirnya ia mencoba, ia menyampaikan bahwa di tempat diklat ia banyak belajar tepat waktu, peduli sesama, salin itu ia sekarang bisa bela diri, tindakan pemadam kebakaran, banyak sekali ilmu yang sudah didapatkan. Kebetulan mbak Yula ini langsung mendapatkan panggilan kerja, disalurkan langsung sama pihak GTS.” Berdasarkan hasil wawancara di atas keluaran yang diharapkan oleh GTS, sudah terpenuhi, mulai dari sikap disiplin, jiwa korsa harus dimili oleh alumni diklat. Dilihat dari alumni yang sudah lulus, semua materi yang tertera dalam kurikulum dilakukan sesuai jadwal yang sudah disusun. Siswa dibekali dengan pengetahuan mengenai etika profesi, tupoksi SATPAM, kemampuan kepolisian terbatas, bela diri POLRI, pengenalan bahan peledak, barang berharga, pengenalan narkoba, penggunaan tongkat POLRI dan borgol, PBB. Dan masih banyak lagi. 3. Upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan pekerjaan Dunia pendidikan dan dunia kerja sangat berkaitan erat. Pendidikan berfungsi untuk menunjang pendidikan, begitupula pekerjaan merupakan kebutuhan setiap manusia setelah melakukan pendidikan. Persaingan dalam dunia kerja semakin hari semakin ketat, terbukanya bursa kerja yang sangat luas, kebutuhan tenaga kerja yang Multi skill , profesional, disiplin merupakan kebutuhan dunia kerja. Menanggapi hal tersebut, Garda Total Security selaku penyelenggara pendidikan dan pelatihan memberikan fasilitas bagi alumni yang ingin mengikuti program penempatan kerja dari GTS. Bagi yang memenuhi kualifikasi akan langsung ditempatkan kerja. Senada dengan pernyataan di atas bapak “SR” selaku kepala divisi diklat menyampaikan bahwa:
86
“tidak sedikit alumni dari GTS yang langsung mendapatkan kerja, karena GTS memfasilitasi penempatan kerja, masalah mereka mau mengambil tawaran atau tidak itu pilihan mereka. Namun mereka harus mengikuti peraturan dari GTS. Tentunya alumni harus lolos kualifikasi yang diinginkan oleh mitra kerja. Jadi setiap ada diklat sebelum selesai team GTS sudah melakukan pengamatan dalam rangka seleksi fisik dan pengetahuan, memungkinkan kedisiplinan. Tidak sebatas itu saja, semisal ada alumni yang sudah lama keluar dari diklat dan ternyata belum memiliki pekerjaan, GTS juga memberikan fasilitas kepada alumni dapat menitipkan berkas lamaran kerja, yang nanti apabila ada lowongan kerja akan dipanggil.” Senada dengan yang disampaikan oleh ibu “IW” menjelaskan bahwa: “berbicara mengenai penempatan kerja GTS memang memfasilitasi untuk itu, namun hal tersebut kembali lagi kepada siswa, kalau mereka mau mengambil dan siap ditempatkan dimanapun mereka langsung kerja, namun jika tidak mau, mereka biasanya mencari sendiri. Karena GTS memang memiliki banyak sekali mitra untuk penempatan kerja. Selain itu banyak perusahaan di bidang outsorching yang datang kepada GTS untuk mencari tenaga pengaman, contohnya seperti, ISS yang dari Semarang PT Gatra. Dalam melakukan kerja sama tentunya melakukan penawaran dulu sampai GTS melakukan MOU” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan penempatan kerja pihak GTS melakukan penawaran, yang mana di dalamnyan terdapat perjanjian dan tawaran yang akan didapatkan oleh mitra kerja. Telah keduanya sepakat barulah melakukan MOU. Penempatan kerja selalu ditawarka kepada siswa, tentunya akan diberikan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan yang meminta, namun dengan catatan alumni harus siap ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu GTS juga memfasilitasi bagi alumni yang sudah lama belum mendapatkan pekrjaan untuk dapat menitipkan berkas lamaran kerja ke kantor pusat atau kantor cabang.
87
4. Faktor Penghambat dan Pendukung a. Faktor Penghambat Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan tidak selalu sesuai dengan yang direncanakan, namun terdapat hambatan-hambatan yang harus diselesaikan. Hambatan yang sering terjadi pada saat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan adalah koordinasi, komunikasi, dan salah paham. Seperti yang disampaikan oleh bapak “HY” selaku pembina menjelaskan bahwa: “sebenarnya faktor penghambat itu tergantung bagaimana menyikapinya. GTS dalam pelaksanaan banyak sekali problem yang terjadi. Karena setiap keputusan yang diambil di lapangan harus mendapatkan ijin dari atasan. Jadi apabila bagian lapangan kurang berkoordinasi tentunya akan menghambat pelaksanaan. Namun selama ini selalu ada pemecahannya, dan bisa dibicarakan dengan baik. Kalau dari peserta didik biasanya masalah perijinan, apabila GTS akan memberikan ijin kepada mereka tentunya GTS harus mempertimbangkan banyak hal, nah terkadang karena hal tersebut banyak siswa yang keras kepala dengan emosi, jadi team GTS juga harus bisa menangani. Selain itu ketidakhadiran instruktur tanpa pemberitahuan membuat team GTS harus memiliki rencana lain” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kurangnya koordinasi saat pelaksanaan tentunya akan menghambat proses diklat mulai dari ketidakhadiran instruktur yang tanpa pemberitahuan sampai dengan memahami karakteristik setiap siswa. Latar belakang siswa yang beraneka ragam membuat pihak GTS harus mampu memahami. b. Faktor Pendukung Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan SATPAM Gada Pratama di Garda Total Security dapat terselenggara dengan lancar karena memiliki banyak dukungan dari berbagai pihak. Baik dari dalam yakni karyawan atau pengelola, pembina dan bagian administrasi. Maupun luar yaitu pihak POLRES setempat yang bersedia
88
menjadi instruktur, mitra GTS, baik yang menjadi penyalur siswa ataupun mitra kerja. Seperti yang telah disampaikan oleh bapak “TR” selaksa kepala pusdik Klaten beliau menyampaikan bahwa: “berbicara mengenai faktor pendukung sangat banyak sekali, karena kalau tidak ada dukungan dari siapapun GTS juga tidak mungkin masih eksis. Mulai dari siswa, infrastruktur yaitu sarana dan prasarana, pengelola, Team GTS, POLRES setempat, serta mitra kerja. Karena GTS itu bisa dikatakan BUJP yang baik dari segi pelayanan dan penyaluran kerja.” Berdasarkan hasil wawancara di atas jelas sekali bahwa faktor pendukung sangat berpengaruh dalam terlaksananya pendiidkan dan pelatihan. Mulai dari siswa, infrastruktur yaitu sarana dan prasarana, pengelola, Team GTS, POLRES setempat, serta mitra kerja. Karena GTS merupakan BUJP yang baik dari segi pelayanan dan penyaluran kerja. 5. Upaya Yang Dilakukan Garda Total Security Dalam Meminimalisir Hambatan Dan Mengoptimalkan Dukungan Pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari hambatan dalam setiap pelaksanaannya, namun dalam teknis pelaksanaannya Garda Total Security memngupayakan setiap hambatan yang terjadi dapat diminimalisir sejak dini, seperti yang disampaikan oleh bapak “HY” selaku kasi OPS induk 1 menyampaikan bahwa: “dalam setiap pelaksanaan program pasti ada hambatan entah sekecil apapun itu, namun hal tersebut perlu disikapi secara positif, GTS selalu mengusahakan dapat diminimalisir dengan baik,berdasarkan pengalaman yang sudah terjadi yang menghambat berlangsungnya pelaksanaan adalah terjadinya miskomunikasi antara yang berada dikantor dan lapangan, serta kurangnya koordinasi dalam beberapa kegiatan, namun GTS berupaya untuk saling berkomunikasi dalam setiap hal. Hal tersebut diupayakan untuk tidak terjadi salah paham. Selain itu, kemoloran kegiatan yang tidak diduga juga perlu adanya upaya atau antisipasi, karena untuk dapat mengendalikan kegiatan selanjutnya.”
89
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sudah terdapat upaya upaya yang dilakukan untuk meminimalisir hambatan yang terjadi selama pelaksanaan program kegiatan, upaya tersebut berupa memperbanyak koordinasi dengan atasan, serta melakukan antisipasi untuk kemoloran kegiatan, serta antisipasi materi yang akan disampaikan kepada peserta didik jika instrukturnya berhalangan hadir. Pelaksanaan pendidikan juga tidak akan berjalan lancar apabila tidak adanya dukungan dari pihak internal ataupun
eksternal. Banyak sekali dukungan yang
mengalir pada tubuh GTS, selama pelaksanaan ataupun paskah pelaksanaan diklat. Mulai dari partisipasi anggota POLRES yang selalu membantu kami dalam penjadwalan kegiatan, penurunan surat perintah, dan pendelegasian instruktur. Selain itu tidak terlepas dari dukungan masyarakat luas yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan DIKLAT, baik yang bersedia menjadi peserta maupun yang mencari siswa. Seperti yang disampaikan oleh bapak “SR” selaku KADIV DIKLAT menyampaikan sebagai berikut: “faktor pendukung kita itu banyak, karena tanpa ada dukungan dari berbagai pihak GTS tidak akan berjalan dengan baik sampai sekarang ini, hal sekecil apapun dianggap sebagai dukungan. Misalnya alumni, mitra kerja yang sudah dan atau yang akan bekerjasama dengan kami. Karena banyak permintaan untuk dapat bekerja sama dalam penyaluran alumni ataupun peserta didik mbak. Selain itu pihak polres selalu membantu kami dalam hal perijinan dan pelaksanaan sebagai instruktur. Serta tenaga administrasi dan logistik, ibu manase semua itu faktor pendukung bagi GTS. Selain itu sarana dan prasarana yang ada juga dapat menjadi faktor pendukung. GTS mengupayakan untuk selalu terjalin dengan baik. Dan diperlakukan sebagaimana mestinya.” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat kita ketahui bahwa upaya yang dilkakukan oleh Garda Total Security dalam mengotimalkan dukungannya adalah
90
dengan menjalin hubungan baik kepada siapapun yang berperan dan perpartisipasi dalam pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan.
91
C. PEMBAHASAN 1. Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan SATPAM di Garda Total Security a. Perencanaan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM
(Satuan
Pengamanan) Dalam tahap perencanaan terdiri atas perencanaan kurikulum, perencanaan peserta didik, perencanaan pendidik dan tenaga kependidikan, perencanaan keuangan, dan perencanaan sarana dan prasarana. Karena untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan memerlukan perencanaan yang matang. Pendidikan upaya manusia untuk mengubah dirinya ataupun orang lain selama ia masih hidup. Pendidikan menurut John Dewey dalam Dwi Siswoyo (2011:54) pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarah pada pengalaman yang selanjutnya. Pendidikan merupakan proses berkelanjutan, dimulai dari bayi hingga dewasa dan berlanjut sampai mati. “Pendidikan non formal yaitu proses belajar yang terjai secara terorganisir diluar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula Marzuki (2012:137). Pendidikan non formal berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguatan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap yang meliputi pendidikan kecakapan hidup serta
92
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan luar sekolah sebagai salah satu bentuk pendidikan yang menekankan pada adanya sisi praktis pendidikan yang inspiratif-pragmatis, salah satunya yaitu adanya kurikulum yang menekankan pada penyelenggaraan diklat. Diklat sebagai salah satu faktor yang mendukung keberhasilan dalam meningkatkan kualitas manusia menjadi lebih aktif dan kreatif. BUJP Garda Total Security (GTS) merupakan lembaga jasa pengamanan bertugas mengadakan Pendidikan dan pelatihan SATPAM (satuan pengamanan). Diklat merupakan salah satu bentuk pendidikan non formal yang berfokus pada pengembangan life skill bagi SATPAM yang belum bersertifikasi maupun calon SATPAM yang belum memiliki tempat kerja. Oleh karena itu BUJP Garda Total Security (GTS) akan terus berpartisipasi dalam peyelenggaraan diklat SATPAM. Dalam hal perencanaan kurikulum yang dilakukan oleh Garda Total Security sudah sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Notoatmodjo (2011:56) yang menyatakan bahwa tahap ketiga dalam melakukan perencanaan adalah melakukan pengembangan kurikulum. Beliau menyatakan bahwa: Dari tujuan-tujuan diklat yang telah dirumuskan tadi akan dapat diketahui kemampuan-kemampuan apa yang harus diberikan dalam pelatihan. Maka selanjutnya di identifikasi materi-materi atau bahanbahan pelajaran yang akan diberikan dalam pelatihan. Dengan kata lain materi-materi apa yang dapat mengembangkan atau meningkatkan kemampuan para peserta diklat. Selanjutnya dilakukan identifikasi waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap materi atau topik/sub topik yang lebih terinci. Setelah itu di tentukan metoda belajar mengajar yang bagaimana yang akan digunakan, serta alat bantu belajar mengajar yang diperlukan dalam pelatihan tersebut. Proses ini disebut pengembangan kurikulum (curiculum development).
93
Dalam melakukan pengembangan kurikulum Garda Total Security melihat dari pelaksanaan yang sebelumnya. Pengembangan kurikulum bertujuan untuk menghasilkan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang akan datang supaya menjadi lebih baik. Perencanaan peserta didik dilakukan dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut, seperti yang telah disampaikan oleh Sudjana (dalam Mustofa Kamil 2011:17) mengembangkan sepuluh langkah pengelolaan pelatihan sebagai berikut: 1) Rekrutmen peserta pelatihan 2) Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan 3) Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan 4) Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir 5) Menyusun urutan kegiatan pelatihan 6) Pelatihan untuk pelatih 7) Melaksanakan evaluasi bagi peserta 8) Mengimplementasikan pelatihan 9) Evaluasi akhir 10) Evaluasi program pelatihan Pernyataan tersebut senada dengan yang dilakukan oleh BUJP Garda Total Security (GTS), dalam rangka menciptakan tenaga pengamanan yang berkompeten dalam bidangnya BUJP Garda Total Security (GTS) sebelum melakukan penyelenggaraan diklat adalah melakukan perencanaan program pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu. Dalam melakukan perencanaan terdapat persiapan-persiapan yang harus dilakukan, mulai dari rapat rutin sebelum pelaksanaan diklat, mensosialisasikan program diklat dengan menyebarkan brosur, menyiarkan di radio, membuat pengumuman di media cetak serta melakukan penawaran kerjasama di perusahaanperusahaan atau instansi terkait. Selain itu persiapan yang dilakukan sebelum
94
pelaksanaan adalah koordinasi dengan POLRES setempat, supaya pelaksanaan berjalan dengan lancar. Namun pelatihan yang ditujukan untuk pelatih, peneliti tidak menemukan data yang berkenaan dengan hal tersebut. Selain itu perencanaan keuangan sangat penting dilakukan dalam hal ini Garda Total Security melakukan perencanaan keuangan sebelum pelaksanaan diklat dimulai. Pembuatan RAB (rencana anggaran belanja) yang dilakukan oleh bagian keuangan merupakan proses persiapan atau perencanaan, setelah RAB selesai dibuat, selanjutnya diajukan kepada kepala divisi, apabila telah disetujui oleh kepala divisi RAB akan diajukan kepada komisaris, setelah disetujui oleh komisaris maka akan direalisasikan untuk keberlangsungan diklat. Sasaran program diklat SATPAM Gada Pratama ditujukan kepada SATPAM yang sudah bekerja namun belum memiliki sertifikat atau ijazah Gada Pratama dan masyarakat umum yang berminat dalam mengikuti pelatihan, dengan kriteria pria tau wanita usia minimal 18 tahun maksimal 35 tahun, pendiidkan minimal SLTA sederajat, tinggi badan minimal 155 cm (wanita) dan 165cm (pria) sehat jasmani dan rohani. Dari hasil identifikasi kebutuhan dan survei yang dilakukan ternyata banyak masyarakat dari berbagai kalangan dan berbagai daerah banyak yang tertarik dengan program ini, dengan alasan karena langsung penempatan kerja setelah mengikuti diklat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti mendapatkan informasi bahwa jumlah peserta yang mengikuti pendidikan selama 3 periode ini berjumlah 384 dengan rincian, 100 peserta pada angkatan III purworejo, 104 peserta pada ngkatan XXIV klaten, dan 180 pada angkatan IV purworejo.
95
b. Pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM
(Satuan
Pengamanan) Pelaksanaan program merupakan tahap untuk dapat mengetahui tercapai atau tidaknya program yang telah direncanakan sebelumnya. Menurut Sudjana (dalam
Mustofa
Kamil
2011:17)
mengembangkan
sepuluh
langkah
pengelolaan pelatihan sebagai berikut: 1) Rekrutmen peserta pelatihan 2) Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan 3) Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan 4) Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir 5) Menyusun urutan kegiatan pelatihan 6) Pelatihan untuk pelatih 7) Melaksanakan evaluasi bagi peserta 8) Mengimplementasikan pelatihan 9) Evaluasi akhir 10) Evaluasi program pelatihan Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, tempat pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan SATPAM dilakukan di pusat pendidikan dan pelatihan Klaten, Jalan raya Jogja-Solo KM 4 Jogonalan Klaten, Jateng, Kemudian pada pendidikan dan pelatihan di Purworejo dilaksanakan di asrama vanlar satlantas purworejo. Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya dua bulan sekali. Peserta didik dan pendidik atau instruktur merupakan nyawa dari pendidikan dan pelatihan, sebagai sumber daya penunjang keberlangsungan pelaksanaan program, maka dari itu keduanya harus saling bersinergi. Tidak hanya pendidik dan peserta didik saja, hal lain yang perlu diperhatikan adalah, materi diklat, metode diklat, strategi diklat, sarana dan prasarana diklat, waktu pelaksanaan diklat, serta
96
fasilitas pendukung lainnya yang berkaitan satu sama lain.
Seperti yang telah
disampaikan oleh Suryosubroto (2004:126) menyebutkan dalam tahap pelaksanaan meliputi hal-hal berikut: 1) Pembukaan Pembukaan dapat dilakukan secara seremonial artinya pembukaan mengikuti ketentuan-ketentuan protokoler yang telah digariskan oleh Departemen yang bersangkutan. 2) Penjelasan Penjelasan program diklat antara lain mencakup tujuan, kurikulum, sistem penilaian, masalah kelulusan dan segi-segi administratif dilakukan oleh panitia penyelenggara. 3) Pembentukan kelompok peserta Pembentukan kelompok dimaksudkan untuk membangkitkan semangat kebersamaan dan kerjasama antar peserta. 4) Pelaksanaan perkuliahan Dalam pelaksanaan perkuliahan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu pengaturan jadwal, kondisi ruang belajar dan pengaturan bentuk formasi kursi (tempat duduk) peserta diklat. 5) Pembagian tugas-tugas (peserta) Bentuk-bentuk tugas yang diberikan kepada peserta diklat meiputi: menulis kertas kerja, diskusi / seminar, praktek kerja lapangan, dan menyusun laporan baik perorangan maupun kelompok. Teori tesebut sesuai dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan SATPAM dalam pelaksanaan pendidikan terdapat pembukaan, penjelasan, pembentukan kelompok peserta, pelaksanaan pembelajaran, serta pembagian tugas. Hal tersebut diaplikasikan dalam materi pengaturan, penjagaan, pengwalan dan patroli. Pembelajaran dilakukan dengan cara ilustrasi dam kelompok. Selain hal di atas prinsip prinsip yang dikemukakan oleh Mustofa Kamil (2011:11) yaitu : 1) Sumber Daya Manusia (SDM) a) Penyelenggaraan pelatihan b) Tenaga pengajar / fasilitator / widyaiswara c) Peserta pelatihan 2) Kurikulum
97
3) Metode pembelajaran 4) Waktu pelaksanaan 5) Pelaksanaan praktik kerja lapangan / orientasi lapangan c. Evaluasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan SATPAM Berdasarkan pada teori, pendidikan dan pelatihan memiliki tahap-tahap yang harus dilakukan supaya menghasilkan suatu pendidikan dan pelatihan yang memiliki mutu baik. Menurut Risdiyati (2012) menyebutkan bahwasannya dalam pelaksanaan diklat meliputi : a. b. c. d.
Pembukaan dan penutupan Pelaksanaan proses pembelajaran Evaluasi pembelajaran Kegiatan administrasi diklat Evaluasi yang dilakukan oleh GTS terhadap peserta didik adalah
evaluasi berupa sejauh mana materi pembelajaran yang diterima oleh peserta didik. seperti yang dipaparkan oleh Notoatmodjo (2011:24) bahwasanya dalam evaluasi mencakup hal-hal berikut : 1) Evaluasi terhadap proses, yang meliputi: a) Organisasi penyelenggaraan pelatihan, misalnya : administrasi, konsumsinya, ruangannya, para petugasnya. b) Penyampaian materi pelatihan, misalnya: relevansinya, ke dalamannya, pengajarnya. 2) Evaluasi terhadap hasilnya yang mencakup evaluasi sejauh mana materi yang diberikan itu dapat dikuasai atau diserap oleh peserta diklat. Lebih jauh lagi apakah ada peningkatan kemampuan atau keterampilan pengetahuan, sikap dan para peserta pelatihan. Cara melakukan evaluasi ini dapat secara formal dalam arti dengan mengedarkan kuesioner yang harus diisi oleh para peserta pelatihan. Tetapi juga dapat dilakukan secara informal, yakni melalui diskusi antara peserta dengan penyelenggara pelatihan. Garda Total Security melakukan evaluasi terhadap proses dengan cara melakukan meeting setelah selesai pembagian ijazah. Pembahasan meliputi semua kekurangan selama proses pelaksanaanserta upaya yang akan dilakukan
98
untuk diklat selanjutnya. Sedangkan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar materi yang diterima oleh peserta didik adalah dengan cara memberikan tes tertulis untuk peserta dan melakukan tes praktik untuk mengetahui kemampuan skill yang dimiliki oleh peserta didik. 2. Output dari pendidikan dan pelatihan SATPAM bagi peserta didik yang telah mengikuti DIKLAT Garda Total Security merupakan penyedia jasa pengamanan yang bertugas mempersiapkan tenaga pengamanan. bertugas menciptakan lulusan SATPAM yang memliki kompetensi yang dapat memenuhi kualifikasi dunia kerja. Output atau hasil dapat berupa pengetahuan berkaitan dengan pengamanan dan keterampilan dalam melakukan pengamanan. seperti yang tertera dalam perkap Polri no 24 tahun 2007 menyebutkan bahwa “Gada Pratama (dasar) merupakan pelatihan wajib bagi calon anggota SATPAM. Lama pelatihan 4 minggu dengan pola 232 jam pelajaran. Diharapkan peserta pelatihan nantinya mampu menguasai interpersonal skill, etika profesi, tugas pokok, fungsi dan peranan SATPAM, serta kemampuan kepolisian terbatas. Contohnya seperti bela diri, pengenalan bahan peledak, barang berharga dan latihan menembak, pengetahuan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, penggunaan tongkat Polri dan borgol, pengetahuan baris berbaris dan penghormatan.” Dalam pelaksanaannya siswa atau peserta didik sudah dibekali dengan pengetahuan-pengetahiuan yang disebutkan di atas. Sudah terdapat dalam jadwal yang sudah dilampirkan. Peserta didik setelah lulus dari pelatihan mampu melakukan baris berbaris dengan baik. Sebagian peserta lolos kriteria dan
99
keterampilan dalam mengikuti tes penempatan kerja. Meskipun dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tidak sesuai selama empat Minggu, namun pemenuhan jam pelajaran 232 jp sudah terpenuhi dengan melakukan pemadatan jadwal DIKLAT (Pendidikan dan Pelatihan). 3. Upaya Garda Total Security (GTS) dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk menambah pengetahuan dan keterampilan sesuai yang diinginkan, profesi sebagai satuan pengamanan merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh peserta pelatihan setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Selain itu lembaga pendidikan dan pelatihan juga memiliki tujuan. Selain menjadi badan usaha lembaga diklat berperan sebagai penekan jumlah pengangguran. Sejalan dengan konsep Link and match yang disampaikan oleh Prof. Dr. Wardiman, bahwasanya konsep Lin and match berkaitan dengan lembaga diklat dan dunia kerja, supaya dapat menekan jumlah pengangguran lulusan dari dunia pendidikan yang makin hari makin bertambah. Sejalan dengan konsep tersebut upaya yang dilakukan oleh PT. Garda Total Security menjalin mitra dengan perusahaan-perusahaan penyedia jasa pengamanan, instansi, lembaga pemerintahan dan lembaga pendidikan, untuk dapat melakukan penempatan alumni-alumni diklat yang belum mendapatkan pekerjaan. Selain itu upaya penawaran untuk bekerja sama dengan mitra selalu ditawarkan dengan baik. Serta menjalin hubungan baik dengan alumni yang sudah mendapatkan pekerjaan dan yang belum mendapatkan pekerjaan.
100
4. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan DIKLAT SATPAM a. Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan SATPAM di Garda Total Security yaitu: 1) Karyawan Garda Total Security Hubungan yang terjalin baik antara karyawan akan mempengaruhi keberlangsungan pelaksanaan, karena tanpa adanya hubungan yang baik, koordinasi tidak akan berjalan dengan lancar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, koordinasi sudah dilakukan dengan baik, meskipun masih terjadi salah paham. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Hubungan yang baik antara karyawan juga dapat memperlancar pekerjaan, mulai dari administrasi sampai dengan keuangan. 2) Peserta Pendidikan dan pelatihan SATPAM Peserta pendidikan merupakan salah satu faktor
pendukung
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Tanpa adanya peserta diklat, pendidikan dan pelatihan tidak dapat berjalan. Serta motivasi dan antusias dari peserta pelatihan pada saat pelaksanaan sangat baik. Seperti yang telah peneliti amati pada saat mendapatkan materi DAMKAR, para peserta satu persatu berantusias mencoba melakukan ilustrasi saat memadamkan api. Hal tersebut memudahkan instruktur dalam melakukan penyampaian materi. 3) Alumni Pendidikan dan Pelatihan SATPAM Alumni pendidikan dan pelatihan tidak dilepaskan begitu saja oleh Garda Total Security, dengan adanya alumni merupakan salah satu cara GTS dalam melakukan marketing.
Karena apabila terdapat
101
alumni yang bisa
mendapatkan peserta pelatihan akan mendapatkan reward. Hal tersebut dijadikan sebagai peluang yang baik oleh GTS. Selain itu kemampuan alumni yang baik pada tempat kerja dapat memberikan Citra yang baik terhadap GTS. 4) POLRES setempat Polres setempat merupakan salah satu pendukung berjalannya pendidikan dan pelatihan SATPAM,
karena instruktur juga berasal dari
polres. Penurunan surat perintah juga dari polres. Maka dari itu peran polres setempat sangatlah penting dalam pelaksanaannya. Berdasarkan pengamatan peneliti, pihak polres sangat mendukung dan berpartisipasi aktif selama pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. 5) Sarana dan prasarana Sarana prasarana merupakan hal kecil yang terkadang diabaikan, namun tanpa adanya sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tidak dapat berjalan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, sarana dan prasarana sudah memadai. Mulai dari sarana yang digunakan untuk pembelajaran, tempat tidur, dan fasilitas MCK. Namun untuk pendidikan dan pelatihan yang terdapat di Purworejo untuk fasilitas MCK kurang memadai, karena dari sekian banyak peserta hanya terdapat dua kamar mandi, jadi peserta harus mencari tempat mandi diluar lingkungan DIKLAT.
102
b. Faktor penghambat dalam pelaksanaan DIKLAT SATPAM di Garda Total Security adalah sebagai berikut: 1) Sering terjadinya salah paham antara pihak lapangan dan kantor. Karena koordinasi yang kurang baik. Seperti yang peneliti amati bahwa kejadian dilapangan tidak bisa dipastikan, mulai dari cuaca, kedatangan instruktur dan keadaan pendidikan. Hal tersebut dapat berubah-ubah. Nah mungkin itu yang harus diperhatikan oleh karyawan yang berada dikantor. Begitu sebaliknya karyawan kantor tidak akan tahu keadaan di lapangan apabila tidak adanya informasi. 5. Upaya Garda Total Security (GTS) untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan pelaksanaan DIKLAT SATPAM Hambatan dan dukungan keduanya tidak dapat dipisahkan dalam setiap penyelenggaraan program tentunya akan ada faktor pendukung dan penghambat. Garda Total Security mencoba untuk menyikapi hal tersebut secara positif. Dalam upaya mengoptimalkan Garda Total Security menjalin hubungan baik kepada semua pihak yang berpartisipasi di dalamnya serta dalam upaya meminimalisir hambatan, GTS menyikapi dengan positif. Kurangnya koordinasi selama pelaksanaan didiskusikan bersama pada saat evaluasi kegiatan.
103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan mengenai penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Satuan Pengamanan (SATPAM) di BUJP Garda Total Security Yogyakarta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan implementasi, mulai dari perencanaan dan pelaksanaan sudah baik. Berdasarkan perencanaan, proses perencanaan secara keseluruhan dilakukan oleh BUJP garda Total security dan berkolaborasi dengan kepolisian setempat sudah baik. Karena setiap unsur pendidikan mulai dari peserta didik, sarana dan prasarana, keuangan, dan hubungan lembaga dengan mitra, meskipun dalam perencanaan kurikulum BUJP garda total security tidak memiliki andil didalamnya, karena kurikulum sudah disiapkan dari pemerintah pusat. Sedangkan berdasarkan pelaksanaan, pelaksanaan setiap unsur pendidikan sudah sesuai dengan yang direncanakan,
kecuali dalam pelaksanaan
diklat khusus untuk program sertifikasi dilakukan pemadatan jadwal. Proses penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keseluruhan sudah sesuai dengan peraturan kepolisian nomor 24 tahun 2007. Dalam pelaksanaannnya Garda Total Security mampu mencetak SATPAM yang siap pakai.
104
2. Berdasarkan output dari pendidikan dan pelatihan SATPAM, Garda Total Security memiliki banyak siswa atau peserta didik yang beraneka ragam latar belakang dan karakternya, namun Garda Total Security mencoba untuk mendidik dan melatih peserta didik untuk menuju pada tujuan yang sama tanpa memandang latar belakang dan karakter. Karena diklat satpam dilakukan dengan semi militer, dimaksudkan supaya memiliki jiwa korsa, dan disiplin, dan memiliki ketrampilan dalam dunia SATPAM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan lulusan GTS sebagian besar alumni sudah memiliki pekerjaan. 3. Berdasarkan upaya GTS dalam penyaluran lulusan ke dunia kerja, sebagian besar lulusan yang berminat mengikuti program penyaluran alumni ke dunia kerja, mereka sudah memiliki pekerjaan setelah lulus, bahkan belum lulus sudah mendapatkan panggilan. GTS berupaya menjalin relasi yang luas untuk dapat bekerja sama dalam penyeluran lulusan, salah satunya Universitas Sebelas Maret, AKT, PDAM Purworejo, dan masih banyak lagi yang lainnya. 4. Berdasarkan faktor pendukung, Garda Total Security merupakan lembaga swasta yang sudah legal dalam usaha jasa pengamanan. sebagai unsur yang menjalankan pendidikan dan pelatihan GTS berfungsi sebagai penyediaan tenaga pengamanan, latihan pengamanan, sehingga banyak lembaga dan instansi yang membutuhkan jasa pengamanan dan bersedia untuk bekerja sama. Selain itu kesolid-an antara GTS dengan kepolisian setempat akan melancarkan proses pendidikan dan pelatihan.
105
Berdasarkan faktor penghambat, terdapat dua faktor yang menghambat penyelenggaraan diklat satpam. Pertama, kurangnya koordinasi antara personil yang berada di bagian lapangan dan pihak kantor. Kedua pembentukan jiwa korsa dan disiplin dalam diri peserta didik memerlukan waktu, karena berasal dari latar belakang dan karakter yang berbeda-beda. 5. Berdasarkan upaya untuk meminimalisir hambatan, garda total security melakukan koordinasi sedini mungkin dalam mengambil keputusan antara pihak lapangan dan kantor pusat, meskipun terkadang masih terjadi salah paham. Berdasarkan upaya mengoptimalkan dukungan, garda total security berusaha untuk selalu menjalin hubungan baik dengan semua mitra yang bekerja sama. B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti memiliki beberapa saran untuk BUJP Garda Total Security, Yogyakarta. 1. Mengatur, dan mendiskusikan kembali struktur organisasi, supaya dapat melakukan koordinasi dengan baik dan menghindari salah paham karena kurangnya koordinasi. Perlu adanya staf keuangan di kantor induk satu Purworejo. 2. Melakukan standarisasi sarana dan prasarana, serta jadwal pendidikan dan pelatihan supaya sesuai dengan peratutan kepala kepolisian negara republik Indonesia nomor 24 tahun 2007.
106
3. Menambah fasilitas MCK untuk pendidikan dan pelatihan di cabang Purworejo, karena apabila dilihat dari banyaknya peserta sedangkan MCK hanya tersedia dua maka banyak peserta yang harus keluar lingkungan diklat untuk mencari MCK.
107
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills education) Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Anwar Arifin.(2005).Paradigma Baru Pendidikan Nasional.Jakarta:Balai Pustaka Apri Budianto.(2015).Manajemen Pemasaran.Yogyakarta:Ombak Ara Hidayat dan Imam Machali.(2010).Pengelolaan Pendidikan Konsep,Prinsip dan Aplikasi dalam mengelola Sekolah dan Madrasah, Bandung: Pustaka Educa Arman Hakim Nasution.(2006).Menejemen Industri. Yogyakarta:CV.Andi Offset A.Umara. (2006). Praktek Manajemen SDM : Unggul Melalui Orientasi dan Pelatihan Karyawan. Yogyakarta : Santusta Daryanto.(2014).Pendekatan Pembelajaran 2013.Yogyakarta:Gava Media
Saintifik
kurikulum
Djuju Sudjana. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Djumransjah.(2006).Filsafat Pendidikan:Malang:Banyumedia Domi Matutina.(1993).Manajemen Personalia.Jakarta:Rineka Cipta Dwi Jayaningrum. (2011). Efektivitas Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional Perencana Muda di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah (Bandiklatda) Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Prodi Manajemen Pendidikan, Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press. Endang Sunarya, dik (2012). Pak Wardiman yang Saya Kenal. Jakarta: badan kerja sama kesenian Indonesia Erny Roesminingsih. (2009). Pedoman Model dan Paket Pelatihan Peningkatan Mutu Guru dalam Prespektif Manajemen Strategik. Disertasi. Prodi Manajemen Pendidikan, Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Fuad Ihsan. (2003). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
108
Gouzali Saydam.(2006). Built In Training Jurus Jitu Mengembangkan Profesionalisme SDM. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Haris
Mujiman.(2006).Manajemen Pelatihan Mandiri.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Berbasis
Belajar
Hasibuan. (2005).Menejemen Sumber Daya Manusia.Edisi Revisi.Jakarta:Bumi Aksara Husaini
Usman, Purnomo Setiyadi Sosial.Bandung:Bumi Aksara
Akbar.(2006).Metode
Penelitian
Ikka Kartika Fauzi. (2010). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta. Joesoef Soelaiman. (1992). Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Kamus Besar Bahasa Indonesia.(2002). Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3.Balai Pustaka, Jakarta:Gramedia Lexy J. Moleong.(2005). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya Mustofa Kamil.(2010).Model Pendidikan dan Pelatihan.Bandung:Alfabeta Marihot
Manullang.(2001). Yogyakarta:BPFE
Manajemen
Nana
Syaodih(2007).Metode Rosdakarya
Penelitian
Nanang
Fattah.(2004).Landasan Rosdakarya
Sumber
Daya
Manusia.
Pendidikan.Bandung:
Manajemen
Remaja
Pendidikan.Bandung:Remaja
Nurani Soyomukti.(2015).Teori-teori Pendidikan dari Tradisional (NEO), liberal, marxis sosial, hingga postmodern.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media Nur
Zizin.(2014).Gerakan Menata Mutu Aplikasi.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pendidikan
Teori
dan
Oemar Hamalik((2007). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta: Bumi Aksara. Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan Dan/AtauInstansi/Lembaga Pemerintah tahun 2007.Jakarta: Berita Negara Republik Indonesia Redja Mudyahardji.(2001).Pengantar Pendidikan sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan di Indonesia.Jakarta:Raja Grafindo Persada. Risdiyati (2012). Koordinasi dalam penyelengaraan diklat. Diakses dari http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=24.Pada tanggal 26 Desember 2016, Jam 06.30 WIB.
109
Saleh Marzuki.(2012). Pendidikan Nonformal dimensi dalam keaksaraan fungsional, pelatihan dan andragogi.Malang:Rosda Satori Djam’an, Komariah Aan.(2011).Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Siagian. P. Sondang. (1985). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Aksara Baru. Soekidjo Notoatmodjo. (2011). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudarwan Danim.(2002).Menjadi Peneliti Kualitatif.Bandung:Pustaka Setia Sugoyono.(2012).Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, dan R&D. Bandung:ALFABETA
Pendekatan
Kuantitatif,
(2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:ALFABETA Sujono Samba. (2007). Lebih Baik Tidak Sekolah. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara. Suryosubroto. (2004). Manajemen Training. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press. Suwatno & Priansa, Donni Juni. (2011). Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Soelaiman Yoesoef.(1992).Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah.Jakarta:Bumi Aksara Wardiman Djojo Negoro.(2012). Kebudayaan.Jakarta:BKKI
Link
And
Match
Pendidikan
dan
Muhammad Firdaus.(2017).”meningkatnya kriminalitas” Tanggungjawab pemda .diakses dari: http://harian.analisadaily.com/das?r=294208 pada tanggal 26 Desember 2016 Usman Hadi.(2016).”Kekerasan Pelajar Kembali Muncul”.Diakses Dari : http://jogja.tribunnews.com/kekerasan-pelajar-kembali-muncul pada tanggal 26 Desember 2016 Sutami.(2016).”kebutuhan SATPAM Minim, baru 10% yang berpendidikan”.diakses dari: http://berita.suaramerdeka.com/kebutuhansatpam-minim-baru-10-yang-berpendidikan/ pada tanggal 26 Desember 2016
110
Lampiran 1. INSTRUMEN PENELITIAN No. 1.
Materi Data
Sub Data
Deskripsi umum
a. Letak geografis lembaga
lembaga
b. Sejarah berdirinya
Metode Pengambilan Data a. Studi Dokumentasi
lembaga c. Tujuan pendirian lembaga d. Struktur pengelola lembaga e. Data koleksi dan perlengkapan f. Sasaran g. Data kegiatan atau program h. Pendanaan
2.
Implementasi
a. Perencanaan Pendidikan
a. Wawancara
Pendidikan dan
dan Pelatihan
b. Observasi
Pelatihan SATPAM
1)
Kurikulum
c. Studi
(Satuan
2)
peserta didik
Pengamanan) di
3)
pendidik dan tenaga
Garda Total Security (GTS)
kependidikan 4)
keuangan
5)
sarana dan prasarana
6) Hubungan GTS dengan Mitra kerja yang ada b. Pelaksanaan Pendidikan
111
Dokumentasi
dan Pelatihan 1) Kurikulum 2) peserta didik 3) pendidik dan tenaga kependidikan 4)
keuangan
5)
sarana dan prasarana
6) Hubungan GTS dengan Mitra kerja yang ada
2.
3.
4.
Output dari pendidikan dan pelatihan SATPAM Upaya GTS dalam menyalurkan Lulusan
a. Keluaran peserta didik b. Prestasi lembaga
Wawancara, dokumentasi
a. Upaya GTS menjalin mitra b. Cara GTS menyalurkan lulusan
Wawancara Dokumentasi
Faktor pendukung
a. Dukungan
dan penghambat
pelaksanaan
pelaksanaan
DIKLAT
DIKLAT
a. Wawancara b. Observasi
b. hambatan Pelaksanaan DIKLAT
5.
Upaya
a. Upaya GTS
meminimalisir
meminimalisir
hambatan dan
hambatan
mengoptimalkan dukungan
b.
Upaya GTS mengoptimalkan dukungan
112
Wawancara, Observasi
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Untuk Pimpinan Lembaga Di Garda Total Security Yogyakarta Hari, Tanggal
:
Identitas Responden a.
Nama
: __________________________
b.
Tempat tanggal lahir
: __________________________
c.
Alamat
: __________________________
Pertanyaan penelitian Pertanyaan penelitian mengenai identitas lembaga 1. Kapan lembaga Garda Total Security (GTS) didirikan? 2. Bagaimana latar belakang atau sejarah berdirinya GTS? 3. Apa visi dan misi GTS? 4. Bagaimanakah perkembangan usaha BUJP Garda Total Security (GTS) dari tahun 2013 sampai sekarang? 5. Siapa sajakah mitra kerja Garda Total Security (GTS)? A. Bagaimana implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM di GTS? 1. Pertanyaan mengenai Perencanaan pendidikan dan pelatihan SATPAM a.
Kurikulum 1) Apa yang dilakukan atau dipersiapkan untuk pembuatan kurikulum? 2) Siapa yang melaksanakan pembuatan kurikulum? 3) Kapan kurukulum tersebut dibuat?
113
4) Kapan kurikulum tersebut dilaksanakan? 5) Bagaimana isi kurikulum tersebut? b.
Peserta DIKLAT 1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam penerimaan peserta didik baru? 2) Bagaimana proses penerimaan peserta didik baru? 3) Siapa yang melakukan proses penerimaan peserta didik baru ? 4) Kapan penerimaan peserta didik baru dilaksanakan?
c.
Pendidik dan Tenaga Kependidikam 1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan? 2) Siapa yang melakukan proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan? 3) Bagaimana proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan? 4) Apa terdapat kriteria yang sudah ditentukan dalam melakukan rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan? Jika ada apa saja? 5) Kapan penerimaan pendidik dan peserta kependidikan dilakukan?
114
d.
keuangan 1) Apa saja yang dipersiapkan dalam pengelolaan keuangan lembaga? 2) Siapa yang bertugas mengelola keuangan lembaga? 3) Dari manakah sumber dana yang digunakan dalam pendidikan dan pelatihan satpam? 4) Apakah ada pihak lain yang bekerjasama dalam membantu pendanaan?
e.
Sarana dan Prasarana 1) Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pendidikan dan pelatihan? 2) Bagaimana persiapan sarana dan prasarana yang akan digunakan ? 3) Bagaimanakah pengelolaan sarana dan prasarana ? 4) Siapa yang bertugas mengelola sarana dan prasarana?
f. Hubungan GTS dengan Mitra Kerjanya. 1) Apa yang melandasi perlunya hubungan lembaga dengan mitra kerja? 2) Apa saja persiapan dalam melaksanakan hubungan dengan mitra kerja? 3) Bagaimana proses dalam menjalin mitra kerja?
115
2. Pertanyaan mengenai Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM a.
Kurikulum 1) Bagaimanakah implementasi kurikulum yang telah dibuat?
b.
pesta didik 1) Bagaimanakah keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran?
2) Bagaimanakah interaksi antara pendidik dan peserta didik selama proses pembelajaran? c.
pendidik dan tenaga kependidikan 1) Bagaimanakah metode yang dikunakan pendidik dalam mempersiapkan materi pembelajaran? 2) Dari manakah sumber belajar yang digunakan dalam penyampaian materi? 3) Apa saja media yang digunakan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran?
d.
keuangan 1) Dari manakah sumber keuangan lembaga? 2) Bagaimana pengelolaan dan pengeluaran keuangan lembaga? 3) Bagaimana pembagian kegunaan keuangan?
e.
sarana dan prasarana 1) Bagaimana pemanfaatan sarana dan prasarana? 2) Siapa yang bertugas pengelolaan sarana dan prasarana?
116
f. Hubungan lembaga dengan mitra kerja 1) Bagaimanakah penyelenggaraan hubungan lembaga dengan mitra kerja? B. Bagaimana output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti DIKLAT? 1. Pertanyaan mengenai Keluaran peserta didik a. Bagaimana ketrampilan berfikir (pengetahuan) peserta pelatihan setelah mengikuti proses pendidikan di GTS? b. Bagaimana sikap peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan di GTS? c. Bagaimana ketrampilan motorik peserta pelatihan setelah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan di GTS? 2. Pertanyaan mengenai Prestasi lembaga a. Apa saja prestasi yang telah diraih oleh GTS? b. Apa saja harapan yang ingin dicapai oleh GTS? C. Upaya yang dilakukan GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja 1. Pertnyaan mengenai upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja a. Bagaimana upaya GTS dalam menjalin mitra kerja? b. Bagaimana cara GTS menyalurkan alumni DIKLAT kepada mitra? c. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk menjalin mitra kerja?
117
D. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di GTS 1. Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di GTS? 2. Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di GTS? E. Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan 1. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan dalam pendidikan dan pelatihan? 2. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan?
118
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Untuk pengelola /Penyelenggaraan Diklat Di Garda Total Security Yogyakarta Hari, Tanggal 1.
:
Identitas Responden a.
Nama
: __________________________
b.
Tempat tanggal lahir
: __________________________
c.
Alamat
: __________________________
Pertanyaan penelitian mengenai identitas lembaga 1. Kapan lembaga Garda Total Security (GTS) didirikan? 2. Bagaimana latar belakang atau sejarah berdirinya GTS? 3. Apa visi dan misi GTS? 4. Bagaimanakah perkembangan usaha BUJP Garda Total Security (GTS) dari tahun 2013 sampai sekarang? 5. Siapa sajakah mitra kerja Garda Total Security (GTS)? A. Bagaimana implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM di GTS? 1. Pertanyaan mengenai Perencanaan pendidikan dan pelatihan SATPAM a.
Kurikulum 1) Apa yang dilakukan atau dipersiapkan untuk pembuatan kurikulum? 2) Siapa yang melaksanakan pembuatan kurikulum? 3) Kapan kurukulum tersebut dibuat?
119
4) Kapan kurikulum tersebut dilaksanakan? 5) Bagaimana isi kurikulum tersebut? b.
Peserta DIKLAT 1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam penerimaan peserta didik baru? 2) Bagaimana proses penerimaan peserta didik baru? 3) Siapa yang melakukan proses penerimaan peserta didik baru ? 4) Kapan penerimaan peserta didik baru dilaksanakan?
c.
Pendidik dan Tenaga Kependidikam 1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan? 2) Siapa yang melakukan proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan? 3) Bagaimana proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan? 4) Apa terdapat kriteria yang sudah ditentukan dalam melakukan rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan? Jika ada apa saja? 5) Kapan penerimaan pendidik dan peserta kependidikan dilakukan?
d.
keuangan 1) Apa saja yang dipersiapkan dalam pengelolaan keuangan lembaga?
120
2) Siapa yang bertugas mengelola keuangan lembaga? 3) Dari manakah sumber dana yang digunakan dalam pendidikan dan pelatihan satpam? 4) Apakah ada pihak lain yang bekerjasama dalam membantu pendanaan? e.
Sarana dan Prasarana 1) Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pendidikan dan pelatihan? 2) Bagaimana persiapan sarana dan prasarana yang akan digunakan ? 3) Bagaimanakah pengelolaan sarana dan prasarana ? 4) Siapa yang bertugas mengelola sarana dan prasarana?
f. Hubungan GTS dengan Mitra Kerjanya. 1) Apa yang melandasi perlunya hubungan lembaga dengan mitra kerja? 2) Apa saja persiapan dalam melaksanakan hubungan dengan mitra kerja? 3) Bagaimana proses dalam menjalin mitra kerja? 2. Pertanyaan mengenai Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM a.
Kurikulum 1) Bagaimanakah implementasi kurikulum yang telah dibuat?
121
b.
pesta didik 1) Bagaimanakah keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran? 2) Bagaimanakah interaksi antara pendidik dan peserta didik selama proses pembelajaran?
c.
pendidik dan tenaga kependidikan 1) Bagaimanakah metode yang dikunakan pendidik dalam mempersiapkan materi pembelajaran? 2) Dari manakah sumber belajar yang digunakan dalam penyampaian materi? 3) Apa saja media yang digunakan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran?
d.
keuangan 1) Dari manakah sumber keuangan lembaga? 2) Bagaimana pengelolaan dan pengeluaran keuangan lembaga? 3) Bagaimana pembagian kegunaan keuangan?
e.
sarana dan prasarana 1) Bagaimana pemanfaatan sarana dan prasarana? 2) Siapa yang bertugas pengelolaan sarana dan prasarana?
f. Hubungan lembaga dengan mitra kerja 1) Bagaimanakah penyelenggaraan hubungan lembaga dengan mitra kerja?
122
B. Bagaimana output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti DIKLAT? 1. Pertanyaan mengenai Keluaran peserta didik a. Bagaimana ketrampilan berfikir (pengetahuan) peserta pelatihan setelah mengikuti proses pendidikan di GTS? b. Bagaimana sikap peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan di GTS? c. Bagaimana ketrampilan motorik peserta pelatihan setelah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan di GTS? 2. Pertanyaan mengenai Prestasi lembaga a. Apa saja prestasi yang telah diraih oleh GTS? b. Apa saja harapan yang ingin dicapai oleh GTS? C. Upaya yang dilakukan GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja 1. Pertnyaan mengenai upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja a. Bagaimana upaya GTS dalam menjalin mitra kerja? b. Bagaimana cara GTS menyalurkan alumni DIKLAT kepada mitra? c. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk menjalin mitra kerja?
D. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di GTS 1. Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di GTS?
123
2. Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di GTS? E. Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan 1. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan dalam pendidikan dan pelatihan? 2. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan?
124
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Untuk Instruktur Pendidikan dan Pelatihan Di Garda Total Security Yogyakarta Hari, Tanggal
:
1. Identitas Responden
2.
a.
Nama
: __________________________
b.
Tempat tanggal lahir
: __________________________
c.
Alamat
: __________________________
Pertanyaan penelitian a.
Metode apa saja yang digunakan untuk menyampaikan materi belajar?
b.
Bagaimana ke-efektifan metode pembelajaran yang digunakan?
c.
Bagaimana keaktifan antar peserta didik?
d.
Bagaimana interaksi yang terbangun antar peserta didik dan peserta didik dengan pendidik?
125
Lampiran 5. Pedoman Wawancara Untuk Peserta Pendidikan dan Pelatihan Di Garda Total Security Yogyakarta Hari, Tanggal 1.
2.
:
Identitas Responden a.
Nama
: __________________________
b.
Tempat tanggal lahir
: __________________________
c.
Alamat
: __________________________
Pertanyaan penelitian a.
Bagaimana instruktur dalam menyampaikan materi?
b.
Bagaimana interaksi instruktur dalam menyampaikan materi ?
c.
Apakah metode yang digunakan oleh instruktur sudah sesuai? Jika belum, harusnya seperti apa?
d.
Apakah anda dapat menangkap materi yang disampaikan oleh instruktur?
e.
Menurut anda, apa saja hambatan selama proses pelaksanaan Diklat?
f.
Apa saran dan anda terhadap BUJP Garda Total Security?
126
Lampiran 6. Pedoman Observasi Di Garda Total Security Yogyakarta
Dalam observasi yang akan dilakukan adalah observasi mengenai Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security (GTS) Yogyakarta, meliputi : 1.
2.
Identitas Garda Total Security (GTS) Yogyakarta a.
Alamat/lokasi lembaga
b.
Bangunan lembaga
c.
Lingkungan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIK)
Implementasi Pendidikan Alternatif Sekolah Dasar di PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM) Bantul a. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di Garda Total Security (GTS) Yogyakarta 1) Tujuan lembaga 2) Tindakan yang akan di ambil 3) Pengalokasian SDM b. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di Garda Total Security (GTS) Yogyakarta 1) Kurikulum 2) Peserta didik 3) Pendidik dan tenaga kependidikan 4) Keuangan 5) Sarana dan prasarana
127
6) Hubungan sekolah dengan masyarakat 3. Output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti DIKLAT SATPAM di GTS a.
Keluaran peserta didik 1) Perubahan ketrampilan berfikir (pengetahuan) 2) Perubahan sikap 3) Perubahan ketrampilan motorik
b.
Prestasi lembaga
4.
Upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja
5.
Faktor penghambat dan pendukung Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di Garda Total Security (GTS)
6.
a.
Faktor penghambat
b.
Faktor pendukung
Upaya meminimalisir hambatan danmengoptimalkan dukungan dalam pendidikan dan pelatihan
128
Lampiran 7. PEDOMAN DOKUMENTASI
Data dokumen yang diperlukan untuk penelitian mengenai Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security (GTS) Yogyakarta, adalah sebagai berikut : 1.
2.
Arsip tertulis a.
Sejarah berdiri dan alamat lembaga
b.
Visi dan misi lembaga
c.
Struktur kepengurusan lembaga
d.
Prestasi lembaga
Arsip gambar a.
Gedung
b.
Sarana
c.
prasarana
d.
Proses pembelajaran
e.
Prestasi lembaga
129
Lampiran 8. KURIKULUM PELATIHAN DIKLAT SATPAM 232 JAM PELAJARAN BUJP PT. GARDA TOTAL SECURITY
TAHAP
JML NO
MATA AJARAN / KEGIATAN JP
A. Pengenalan Lemdik
2
2
B. Pola Kurikulum
2
2
C. Peraturan Urusan Dalam
2
2
D. Inter Personal Skill
12
12
III
(18)
Pembinaan II
II
(18)
PENGANTAR
I
I
1. Etika Profesi
8
8
2. Tugas Pokok Fungsi Dan Peranan Satpam
10
10
Pengetahuan Dan Ketrampilan
(146)
1. Kemampuan Kepolisian Terbatas
6
6
2. Bela Diri Polri
12
12
3. Pengenalan Bahan Peledak, Barang Berharga
12
12
4. Pengetahuan Narkotika, Psikotropika Dan Zat
4
III
Adiktif Lainnya 4 130
5. Penggunaan Tongkat Polri Dan Borgol
12
6. Pengetahuan Peraturan Baris Berbaris Dan
12
12
Penghormatan 12 7. Bahasa Inggris 4 8. Pengetahuan Keselamatan, Kesehatan Kerja 4
Dan Lingkungan
4
9. Pengetahuan Dasar Komunikasi Radio Dan Peralatan Security
4
4
10.
Pengetahuan Instansi Masing-Masing
11.
Pengaturan, Penjagaan, Patroli Dan
4 4
Pengawalan (Turjawali) 20 12.
4
Tindakan Pertama Di Tempat Kejadian 20
Perkara 13.
Pembuatan Laporan / Informasi
14.
Kemampuan Memberikan Pelayanan
Prima
12 12 12
15.
Psikologi Massa
16.
Penangkapan Dan Penggeledahan
8
12
8
8
12
8 12
131
(12)
Perundang-Undangan 17. IV
Kapita Selekta Hukum ( Kuhp, Kuhap,
6
6
6
Dan Peraturan Lain Sesuai Kebutuhan ) 18.
Hak Asasi Manusia
(16)
Kesamaptaan V
6
19.
Pemeriksaan Kesehatan
8
4
4
20.
Test Kesamaptaan Jasmani
8
4
4
(22)
Lain-Lain 21.
Latihan Teknis
12
12
22.
Pembekalan/Ceramah
6
6
23.
Upacara Buka/Tutup Pelatihan
4
2
232
46
VI
JUMLAH
REKAPITULASI : I.
Pengantar
= 18 Jp
II. Pembinaan Kepriadian
= 18 Jp
III. Pengetahuan Dan Ketrampilan
= 146 Jp
IV. Perundang-Undangan
= 12 Jp
V. Kesamaptaan
= 16 Jp
VI. Lain-Lain
= 22 Jp
Jumlah
= 232 J 132
2
134
52
Lampiran. 9 Catatan Lapangan Catatan Lapangan No
:01
Tanggal
: 16 November 2016
Waktu
: 11.15 - 11.35 WIB
Tempat
: Kantor Pusat GTS Jl. Ringroad barat No.99 Demakijo Gamping
Kegiatan
: Observasi Awal dan Mengantar Surat Penelitian
Deskripsi
:
Pada hari Rabu, 16 November 2016 peneliti datang ke kantor pusat Garda Total Security (GTS) yang beralamat di Jl. Ringroad barat No.99 Demakijo, Gamping, Sleman Yogyakarta. Maksud dan tujuan peneliti datang ke kantor pusat adalah melakukan observasi awal dan mengantarkan surat penelitian, sekaligus meminta ijin melakukan observasi awal dan selanjutnya akan melakukan penelitian untuk skripsi. Peneliti bertemu dengan ibu IW selaku kasi OPS pusat. Saat berbincang-bincang peneliti bertanya tentang program yang ada di lembaga tersebut. Peneliti tertarik dengan program pendidikan dan pelatihan Satpam. Peneliti langsung mengungkapkan maksud tujuan selanjutnya adalah melakukan penelitian secara mendalam. Dari pihak GTS mempersilahkan peneliti untuk melakukan penelitian, namun menunggu dapat disposisi surat penelitian dari kadiv diklat. Beliau menyampaikan bahwa akan mmberikan informasi kepada
133
peneliti jika surat dan waktu untuk dapat bertemu dengan kadiv melalui telepon. Pukul 11.35 setelah dirasa cukup, peneliti berpamitan pulang. Hasil observasi awal adalah peneliti dipersilahkan untuk melakukan penelitian di GTS, namun untuk pelaksanaan teknis selanjutnya menunggu konfirmasi supaya dapat bertemu dengan KADIV pendidikan dan pelatihan SATPAM supaya dapat informasi yang lengkap yang diinginkan oleh peneliti.
134
Catatan Lapangan No
:02
Tanggal
: 28 November 2016
Waktu
: 11.15 - 11.35 WIB
Tempat
: Pusat Diklat SATPAM JL. jogja-klaten KM 5 Jogonalan Klaten
Kegiatan
: Mengikuti Upacara Penutupan angkatan 31
Deskripsi
:
Pada hari minggu, 28 November 2016 peneliti datang ke Pusat pendidikan dan pelatihan SATPAM jl. jogja-klaten KM 5 Jogonalan Klaten. Maksud dan tujuan peneliti datang ke kantor pusat adalah melakukan observasi awal dan mengantarkan surat penelitian, sekaligus meminta ijin melakukan observasi awal dan selanjutnya akan melakukan penelitian untuk skripsi. Peneliti bertemu dengan ibu IW selaku kasi OPS pusat.
135
Catatan Lapangan No
:03
Tanggal
: 24 November 2016
Waktu
: 04.00 – 20.00 WIB
Tempat
: Pusat Pendidikan dan Pelatihan SATPAM GTS
Kegiatan
: Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dan bertemu Kadiv
Deskripsi
:
Pada hari amis, 24 November 2016 menemui Pimpinan yang berada di pusat pendidikan dan pelatihan yang beralamat di jl. Jogja-Solo KM 4 Jogonalan Klaten Jawa Tengah. Diana peneliti awalnya bertemu dengan pak kadi namun beliau belum datang, masih di kantor cabang Purworejo. Jadi sambil peneliti menunggu beliau, peneliti berbincang-bincang dengan salah satu instruktur yang terdapat di pusdik. Peneliti bertanya-tanya berkaitan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kepada Sdr. HF selaku instruktur, beliau menyampaikan bahwa pelaksanaan pendidikan yang sedang berlangsung hanya sampai tanggal 28 November 2016. Kemungkinan diadakan lagi dua bulan lagi. Selain berbincangbincang peneliti diajak melihat kegiatan diklat yang sedang berlangsung. Peneliti mendokumentasi kegiatan tersebut. Pukul 18.00 WIB pak SR selaku KADIV diklat sampai di pusat diklat dan menemui peneliti.namun tidak dapat langsung menyampaikan maksud dan tujuan, namun masih ngobrol-ngobrol dan makan
136
terlebih dahulu. Setelah itu peneliti dipersilahkan untuk masuk kelas untuk mengikuti materi.
137
Catatan Lapangan No
: 04
Tanggal
: 03 Januari 2017
Waktu
: 12.10 – 12.45 WIB
Tempat
: Kantor Cabang induk 1
Kegiatan
: Jam istirahat dan ngobrol bersama di kantor induk 1
Deskripsi
:
Pada hari amis, tanggal 05 januari 2017 Peneliti bertanya tanya kepada ibu IH di sela-selah jam istirahat kantor, karena kebetulan peneliti ikut magang di kantor cabang Purworejo. Kegiatan berlangsung kurang lebih selama 35 menit. Hasil dari wawancara dengan ibu IH diperoleh informasi terkait fasilitas yang didaptkan oleh peserta pelatihan serta informasi terkait instruktur pelatihan. Serta pembiayaan dalam pelatihan, dikarenakan waktu istirahat hampir selesai maka peneliti memutuskan untuk selesai melakukan wawancara.
138
Catatan Lapangan No
: 05
Tanggal
: 04 Januari 2017
Waktu
: 12.10 – 12.35 WIB
Tempat
: Kantor Cabang Induk 1
Kegiatan
: Jam istirahat dan ngobrol bersama di kantor induk 1
Deskripsi
:
Pada hari Kamis, tanggal 04 januari 2017 Peneliti bertanya tanya kepada ibu IH di sela-selah jam istirahat kantor, karena kebetulan peneliti ikut magang di kantor cabang Purworejo. Kegiatan berlangsung kurang lebih selama 35 menit. Hasil yang diperoleh peneliti adalah data tentang jumlah peserta serta jadwal pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Serta teknis administrasi. Dikarenakan waktu istirahat hampir selesai maka peneliti memutuskan untuk selesai melakukan wawancara.
139
Catatan Lapangan No
: 06
Tanggal
: 05 Januari 2017
Waktu
: 12.10 – 12.35 WIB
Tempat
: Kantor Cabang Induk 1
Kegiatan
: Jam istirahat dan ngobrol bersama di kantor induk 1
Deskripsi
:
Pada hari amis, tanggal 05 januari 2017 Peneliti bertanya tanya kepada ibu DK di sela-selah jam istirahat kantor, karena kebetulan peneliti ikut magang di kantor cabang Purworejo. Kegiatan berlangsung kurang lebih selama 30 menit sambil mencari makan siang. Hasil yang diperoleh dari wawancara tersebut adalah peneliti mendapatkan informasi berkaitan dengan masukan kurikulum dan penentuan masukan instruktur. Peneliti mendapatkan informasi bahwa kurikulum sudah turun dari pemerintah dan dibuat jadwal oleh polres setempat, sedangkan instruktur disiapkan oleh polres dan dibantu oleh 3 atau 2 personil dari GTS. Dikarenakan waktu istirahat hampir selesai maka peneliti memutuskan untuk selesai melakukan wawancara.
140
Catatan Lapangan No
: 07
Tanggal
: 16 Januari 2017
Waktu
: 09.10 – 12.35 WIB
Tempat
: Kantor Cabang Induk 1
Kegiatan
: wawancara bagian keuangan, KADIV, dan kabag Ops induk 1
Deskripsi
:
Pada hari Senin, tanggal 16 Januari 2017 Peneliti bertanya tanya kepada ibu DK, ibu VN, dan pak SR di sela-selah jam kantor, karena kebetulan peneliti ikut magang di kantor cabang Purworejo. Kegiatan berlangsung kurang lebih selama 35 menit. Hasil yang diperoleh peneliti setelah melakukan wawancara dengan ibu VN selaku bagian keuangan adalah pemasukan dan pengeluaran keuangan didasarkan pada RAB yang telah dibuat dan disetujui sebelum pelaksanaan diklat. beliau menyampaikan hal yang berkaitan dengan masukan keuangan dari peserta didik dan perencanaan keuangan. Sedangkan dengan pak SR selaku KADIV DIKLAT, peneliti memperoleh informasi yang berkaitan dengan faktor pendukung yaitu seluruh civitas GTS dan sarana prasarana merupakan faktor pendukung sedangkan faktor penghambat pelaksanaan diklat hanyalah kesalah pahamapn antar karyawan, yang dapat diselesaikan. Upaya dalam meminimalisir dan mengoptimalkan faktor tersebut. Serta dengan ibu DK peneliti memperoleh
141
informasi mengenai administrasi yang berada di kantor induk 1 Purworejo, bahwasanya yang memegang administrasi adalah bapak BT dan ibu IH. Karena dirasa sudah cukup peneliti mengakhiri wawancara tersebut.
142
Catatan Lapangan No
: 08
Tanggal
: 17 Januari 2017
Waktu
: 09.10 – 09.25 WIB
Tempat
: Kantor Cabang Induk 1
Kegiatan
: wawancara staf administrasi , kadiv, dan kabag Ops induk 1
Deskripsi
:
Pada hari Selasa, tanggal 17 Januari 2017 Peneliti bertanya kepada pak BT di sela-selah jam kantor, karena kebetulan peneliti ikut magang di kantor cabang Purworejo. Kegiatan berlangsung kurang lebih selama 20 menit. Hasil yang diperoleh peneliti setelah melakukan wawancara dengan pak BT selaku staf administrasi yaitu diperoleh data sebagai kroscek data sebelumnya yang telah didapat dari wawancara dengan ibu IH, yaitu : 1. Data terkait dokumen buku induk dan alumni pendidikan dan pelatihan SATPAM di cabang Purworejo 2. Data terkait kurikulum dan jadwal serta penerimaan siswa baru pendidikan dan pelatihan SATPAM di cabang Purworejo 3. Data terkait reka BAP untuk instruktur. Tanpa nominal fee Karena dirasa sudah cukup peneliti mengakhiri wawancara tersebut.
143
Catatan Lapangan No
: 09
Tanggal
: 13 Maret 2017
Waktu
: 06.15-06.30 WIB
Tempat
: Pusat Diklat Satpam Klaten
Kegiatan
: wawancara Pembina (instruktur dalam)
Deskripsi
:
Pada hari Senin, tanggal 13 Maret 2017 Peneliti bertanya kepada bapak HF di PUSDIK Klaten, waktu rehat setelah kegiatan sarapan pagi, peneliti melakukan perbincangan mengenai masukan peserta didik serta perubahan yang terjadi terhadap peserta Didik setelah dan sebelum mengikuti pelatihan.. Peneliti melakukan wawancara sembari menunggu peserta diklat yang sedang istirahat selesai sarapan pagi. Hasil dari wawancara, peneliti mendapatkan informasi mengenai masukan peserta didik, kualifikasi yang harus dimiliki oleh peserta didik. serta perubahan yang terjadi kepada peserta didik sebelum dan setelah mengikuti DIKLAT. Peneliti sambil mengamati tingkah laku peserta didik pada saat kegiatan diklat. Sangat terlihat kedisiplinan dan jiwa korsa.
144
Catatan Lapangan No
: 10
Tanggal
: 20 Maret 2017
Waktu
: 13.45 – 14.25 WIB
Tempat
: Pusat Diklat Satpam Klaten
Kegiatan
: wawancara staf keuangan
Deskripsi
:
Pada hari Kamis, tanggal 20 Maret 2017 Peneliti bertanya kepada bu VN di sela-selah jam kantor, karena kebetulan mengikuti kegiatan diklat di pusat diklat cabang klaten. Peneliti melakukan wawancara sembari menyelesaikan pekerjaan yang dapat disambi. Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian adalah informasi mengenai alur pemasukan dan pengeluaran keuangan, serta menjalin hubungan baik dan bekerjasama sebagai mitra. Peneliti mengetahui alur penurunan keuangan sampai dengan terselenggaranya diklat.
145
Catatan Lapangan No
: 11
Tanggal
: 25 Maret 2017
Waktu
: 16.52 – 17.13 WIB
Tempat
: Pusat Diklat Satpam Klaten
Kegiatan
: Instruktur dari POLRES
Deskripsi
:
Pada hari Sabtu, tanggal 25 Maret 2017 Peneliti melakukan wawancara kepada instruktur dari POLRES bapak EN. Disela sela waktu istirahat sore. Bertempat di SATLANTAS lama Purworejo, tempat pelaksanaan diklat. Peneliti mendapatkan informasi mengenai masukan peserta didik, pelaksanaan diklat selama di Purworejo. Faktor penghambat dan pendukung selama pelaksanaan diklat. Bapak EP menjelaskan secara rinci mengenai pelaksanaan.
Beliau
menceritakan sampai
dengan demonstrasi.
Peneliti
mendapatkan informasi dengan lengkap. Dikarenakan waktu makan malam tiba peneliti menyudahi wawancara.
146
Catatan Lapangan No
: 12
Tanggal
: 31 Maret 2017
Waktu
: 13.46 – 14.00 WIB
Tempat
: Kantor Pusat Garda Total Security
Kegiatan
: Kasi OPS Pusat dan Staff FO
Deskripsi
:
Pada hari Jum’at, tanggal 31 Maret 2017 Peneliti melakukan wawancara kepada ibu IW selaku Kasi OPS Pusat. Bertempat di kantor pusat Garda Total Security, Jl. Ringroad barat No.99 Demakijo Gamping Sleman Yogyakarta. Hasil dari wawancara dengan ibu IW adalah peneliti mengetahui silabus yang digunakan sebagai acuan peyelenggaraan diklat, mengetahui format dan pola kurikulum 232 JP. Serta mendapatkan gambaran kasar tentang struktur pengelola divisi diklat satpam gada Pratama. Data sarana dan prasarana.
147
Catatan Lapangan No
: 13
Tanggal
: 06 April 2017
Waktu
: 13.46 – 14.00 WIB
Tempat
: Kantor induk 1 Purworejo
Kegiatan
: Instruktur POLRES
Deskripsi
:
Pada hari amis, 6 april 2017 Peneliti melakukan wawancara kepada bapak EP selaku Kanit POLRES Purworejo. Bertempat di SATLANTAS lama POLRES Purworejo. Peneliti
menanyakan
mengenai
penjadwalan
diklat,
Serta
alur
terbentuknya jadwal diklat. Mendapatkan informasi mengenai keefektifan pelaksanaan, keaktifan peserta diklat, serta interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran.
148
Catatan Lapangan No
: 14
Tanggal
: 7 April 2017
Waktu
: 10.46 – 11.10 WIB
Tempat
: Kantor induk 1 Purworejo
Kegiatan
: KADIV DIKLAT
Deskripsi
:
Pada hari Jum’at, tanggal 7 april
2017 Peneliti melakukan wawancara
Bapak SR selaku kadi diklat. Bertempat di kantor induk 1 cabang Purworejo.peneliti dipanggil ke kantor Bapak SR untuk ditanyai mengenai perkembangan penelitian. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti memperoleh informasi mengenai faktor pendukung dan penghambat, upaya meminimalisir dan mengoptimalkan faktor pendukung dan penghambat. Output peserta didik dan proses menjalin hubungan baik dengan mitra.
149
Lampiran 10. Transkrip Wawancara Transkrip Wawancara Kasi OPS Pusat Identitas diri Nama
: Ibu IW
Jabatan
: Kasi OPS Pusat
Pertanyaan penelitian A. Implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM 1. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM a.
kurikulum 1) Apa yang dilakukan atau dipersiapkan untuk pembuatan kurikulum? Jadi begini mbak kami pihak BUJP hanya sebagai penyedia dan penyelenggara jasa keamanan, untuk perencanaan yang berkaitan dengan kurikulum itu langsung diberikan dari pihak POLRES setempat, artinya Dimana kami menyelenggarakan diklat, ya dari situ kami mendapatkan jadwal, misalkan kemarin itu kami menyelenggarakan di Klaten berarti kita melakukan koordinasi berkaitan dengan jadwal pelaksanaan dengan POLRES Klaten, karena nantinya ketika pelaksanaan yang jadi instruktur adalah anggota POLRES Klaten. nah jadwal itu dibuat berdasarkan kurikulum yang sudah dibuat oleh POLDA
150
2) Siapa yang melaksanakan pembuatan kurikulum? Ya itu tadi mbak rosi, yang melaksanakan ya langsung pemerintah. Kita terima jadi. Itu sudah tertera dalam undangundang eh mbak. 3) Kapan kurikulum tersebut dibuat? Waaaa..h kita undak Tzu kurikulum Itu dubuatnya kapan mbak Ros. 4) Kapan kurikulum tersebut dilaksanakan? Dilaksanakannya ya pas pak ego membuat jadwal mbak, sama pas kita pelaksanaan diklat. Nah itu Ian setiap 2 bulan sekali diklatnya bahkan bisa 1 bulan sekali bahkan 1 periode itu sampai dua angkatan. Atau 3 angkatan. Ada yang di Purworejo, Klaten dan Wonosobo. 5) Bagaimana isi kurikulum tersebut? Ya kalau ditanya bagaimana kurikulum ya sudah pas mbak karena itu Ian mengacu pada peraturan kepolisian. Dan diturunkan langsung dari pusat. b.
peserta diklat 1) Apa yang dilakukan dan dipersiapkan dalam penerimaan peserta didik baru? Jadi ini mbak kalau persiapan kita rasa sudah berlangsung dengan sendirinya, karena itu Ian sudah kita jadikan sebagai rutinitas. Jadi misal Klaten diklat, dengan sendirinya banyak peserta yang datang
151
untuk mendafta, kemudian kita merencanakan untuk diklat lagi, dan begitu seterusnya. Karena setiap alumni yang keluar itu pasti ada yang membawa siswa baru. 2) Bagaimana proses penerimaan peserta didik baru? Proses penerimaan yo ming Koo mono mbak siswa kita suruh mengisi berkas, kemudian kita jelaskan fasilitas yang diperoleh, sampai dengan penyerahan syarat-syarat. Kemudian yang terakhir pelunasan. 3) Siapa yang melakukan proses penerimaan peserta didik baru? Seluruh karyawan garda total security mbak. 4) Kapan penerimaan peserta didik baru dilaksanakan? Laaah, njenengan Ii ayo aneh. Ya jelas supaya diklat tetap berlangsung to mbak rosi. Kita biasanya mengadakan diklat 2 bulan sekali. Tapi kalau seperti kemarin itu kondisional mbak. Klaten belum selesai pembukaan di Purworejo. Jadi undak bisa ditebak. Karena kalau kuota peserta memenuhi kita langsung mengajukan ke polres. c.
pendidik dan tenaga kependidikan 1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan? Kalau GTS tidak melakukan rekrutmen tenaga kependidikan secara khusus karena kebanyakan karyawan kita dari alumni
152
semua. Ada beberapa yang bukan alumni, misalnya bagian keuangan, administrasi dan FO. 2) Siapa yang melakukan proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan ? Perintah dari atasan 3) Bagaimana proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan? Langsung ditunjuk kemudian dilakukan Training 4) Apakah terdapat kriteria yang sudah ditentukan dalam melakukan rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan ? jika ada apa saja? Kriteria tentu saja ada, namun kriteria tersebut disesuaikan dengan kebutuhan. Yang jelas semangat yang tinggi dalam bekerja, jujur, dan cekatan. d.
keuangan 1) Apa saja yang dipersiapkan dalam pengelolaan keuangan lembaga? Dalam melakukan perancangan keuangan kami membuat RAB terlebih dahulu mbak. 2) Siapa yang bertugas mengelola keuangan lembaga? Biasanya yang merancang alah mbak VN. Nanti bersinergi dengan pak komisaris. 3) Dari manakah sumber dana yang digunakan dalam pendidikan dan pelatihan satpam?
153
Waduh kalau tanya sumber dana yang Tzu bagian keuangan mbak langsung tanya ke mbak VN saja. 4) Apakah ada pihak lain yang bekerjasama dalam membantu pendanaan? Ini juga langsung ke mbak VN ya ... e.
Sarana dan Prasarana 1) Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pendidikan dan pelatihan? Kalau untuk sarana dan prasarana kita memang tidak memiliki data. Tapi coba njenengan kalau pas lagi di Klaten stabil mengamati saja mbak. 2) Bagaimana persiapan sarana dan prasarana yang akan digunakan? Kalau persiapannya di Klaten ada mbah min yang selalu setia mempersiapkan segalanya. 3) Bagaimanakah pengelolaan sarana dan prasarana ? Ya sama mbah min juga dikelola dan dirawat. Mbah min selalu melaporkan jika ada kekurangan dan tambahan. 4) Siapa yang bertugas mengelola sarana dan prasarana? Itu semua sebenernya tugas kita bersama. Tapi memang yang selalu Stand bay ya mbah min.
f. Hubungan GTS dengan Mitra Kerjanya. 1) Apa saja persiapan dalam melaksanakan hubungan dengan mitra kerja?
154
Kalau persiapan sih undak ada mbak, tapi kalau upaya kita memang kita lakukan semaksimal mungkin. Karena tanpa mitra kami bukan apa-apa. 2) Bagaimana proses dalam menjalin mitra kerja? Kalau masalah ini langsung tanya ke pak kadi atau pak Agus mbak. Yang lebih paham 2. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM a.
Kurikulum 1) Bagaimanakah implementasi kurikulum yang telah dibuat? Ini saya berikan kurikulumnya. Nanti coba njenengan cocokkan dengan pelaksanaannya saja, biar lebih enak.
b.
pesta didik 1) Bagaimanakah keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran? Nah kalau masalah ini, njenengan langsung amati pas pembelajaran, nanti tanya sama pak ego juga, biar semakin kuat. 2) Bagaimanakah interaksi antara pendidik dan peserta didik selama proses pembelajaran? Sama seperti sebelumnya ya jawabannya you Sea and you Will know. cie keminggris ayo mbak. Maaf lo mbak ini sebelumnya saya menjawab yang saya tahu ya.
155
c.
pendidik dan tenaga kependidikan 1) Bagaimanakah metode yang dikunakan pendidik dalam mempersiapkan materi pembelajaran? Keinstruktur 2) Dari manakah sumber belajar yang digunakan dalam penyampaian materi? Ke instruktur 3) Apa saja media yang digunakan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran? Ke instruktur
d.
keuangan 1) Dari manakah sumber keuangan lembaga? Ke bagian keuangan ya 2) Bagaimana pengelolaan dan pengeluaran keuangan lembaga? Ke bagian keuangan ya 3) Bagaimana pembagian kegunaan keuangan? Ke bagian keuangan ya
e.
sarana dan prasarana 1) Bagaimana pemanfaatan sarana dan prasarana? Sarana dan prasarana kami mencoba memanfaatkan semaksimal mungkin mbak. lingkungan sekitar diklat pun bisa kita jadikan sebagai sarana dan prasarana. 2) Siapa yang bertugas pengelolaan sarana dan prasarana?
156
Pengelolaan sarpras itu tugas bersama mbak f. Hubungan lembaga dengan mitra kerja 1) Bagaimanakah penyelenggaraan hubungan lembaga dengan mitra kerja? Setiap diklat berlangsung kami selalu mengadakan tender mbak. kalau ada perusahaan yang ingin mengikutkan anak buahnya untuk diklat satpam. B. Output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti DIKLAT 1. Keluaran peserta didik a. Bagaimana ketrampilan berfikir (pengetahuan) peserta pelatihan setelah mengikuti proses pendidikan di GTS? Nah kalau itu coba mbak rosi amati saja. Njenengan Ian ikut dari awal sampai akhir. Mulai awal itu bagaimana tingkah lakunya. Kemudian sampai pada upacara penutupan itu bagaimana sikapnya. Termasuk ketrampilannya. C. Upaya yang dilakukan GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja 1. Upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja a. Bagaimana upaya GTS dalam menjalin mitra kerja? Upaya yang kita lakukan yakni dengan melakukan penawaran kerja sama, dan mempertahankan mitra yang sudah bekerja sama.
b. Bagaimana cara GTS menyalurkan alumni DIKLAT kepada mitra?
157
Tanya ke pak aur ya mbak. c. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk menjalin mitra kerja? Tanya ke pak sur ya. D. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di GTS 1. Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di GTS? Faktor pendukungnya banyak mbak. mulai dari tenaga pengelola, instruktur yang selalu setia. Pak min, sarpras yang memadai. 2. Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di GTS? Kalau faktor penghambat sebenere tidak ada sih mbak, palingan cuma masalah-masalah sedikit biasanyakarena miskom. E. Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan 1. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan dalam pendidikan dan pelatihan? Kalau upaya ya kita selalumenjalin hubungan baik saja. 2. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan? Mencoba untuk saling mengerti dan berkoordinasi, tapi namanya juga manusia to.
Transkrip Wawancara instruktur Pendidikan dan Pelatihan
158
A. Identitas diri Nama
: AIPTU EP
Jabatan
: AIPTU, KANIT POLRES Purworejo
B. Pertanyaan penelitian 1. Implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM a.
kurikulum 1) Apa yang dilakukan atau dipersiapkan untuk pembuatan kurikulum? Perencanaan kurikulum itu langsung dari pemerintah yang diturunkan kepada POLDA setempat, kami selaku anggota yang berperan sebagai instruktur dari pihak POLRES setempat hanya melakukan perintah atau penyelenggara, sebelumnya kita pihak polres itu ketika akan membuat perencanaan yang berupa jadwal, kami harus membuat rencana kegiatan (RENGIAT), setelah bikin rengiat kita mengajukan SPRINT (Surat Perintah) ke POLDA nanti POLDA menunjuk POLRES setempat barulah kami berani membuat jadwal kegiatan yang mengacu pada kurikulum 232 JP nah kemudian dari kurikulum itu nanti polres yang menentukan jadwal pelaksanaannya mbak, tentunya kamu juga berkoordinasi dengan pihak BUJP, kalau cabang Purworejo ya sama bu dewi atau langsung dengan pak Suryadi. 1) Siapa yang melaksanakan pembuatan kurikulum? Waduuuh kalau kurikulum itu sudah turun dari pusat mbak 2) Kapan kurukulum tersebut dibuat? Sejak dulu sejak dibuat wacana tentang penyelenggaraan satpam
159
3) Kapan kurikulum tersebut dilaksanakan? Kalau pelaksanaannya ya setiap pelatihan dilakukakan. Jadi nanti kurikulum itu baru sebagai desainnya rencana. Nah baru kita buat jadwalnya. 4) Bagaimana isi kurikulum tersebut? Isinya sesuai dengan perkap Polri mbak 2. Pertanyaan mengenai Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM a.
Kurikulum 1) Bagaimanakah implementasi kurikulum yang telah dibuat? Kamu berusaha melakukan sesuai dengan yang tertera di kurikulum yaitu sebanya 232 jam pelajaran. Namun dalam pelaksanaannya kita juga tidak bisa menduka yang terjadi. Mungkin bisa jadi faktor cuaca, bisa jadi faktor manusia. Misal instruktur atau narasumber berhalangan hadir. 2) Bagaimanakah keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran? Seperti yang njenengan liat. Mereka sangat semangat-semangat 3) Bagaimanakah interaksi antara pendidik dan peserta didik selama proses pembelajaran? Kami selaku instruktur berusaha untuk menjalin interaksi terhadap peserta. Ada yang merespon baik dan ada yang biasa saja. Karena kita juga tidak dapat memaksakan. Kembali lagi karena siswanya Ian juga berasal dari berbagai macam latar belakang.
160
4) Bagaimanakah metode yang dikunakan pendidik dalam mempersiapkan materi pembelajaran? Metodenya menyesuaikan mbak. kalau pas dikelas kita buat seasik mungkin. Karena kalau dikelas biasanya mereka pada ngantuk. Seringnya kita menggunkn ilustrasi. 5) Dari manakah sumber belajar yang digunakan dalam penyampaian materi? Sumbernya banyak mbak. misalnya ada materi tentang GAM satpam itu di perkap Polri ada. Bukunya saya juga punya. 6) Apa saja media yang digunakan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran? Tegantung tempatnya kalau dikelas ya leptop, sound, sama mari sudah cukup. Kalau dilapangan TOA dan alat peraga yang sudah ada. 3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di GTS a. Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di GTS? Banyak mbak, mulai dari karyawan, pengelola, peserta didik, bu manase. Kalau Gak ada bu manase kita kelaparan nanti. Sarana dan prasarana. Tentunya njenengan itu juga salah satu pendukung.
b. Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di GTS?
161
Waaah undak ada mbak, kita di sini menikmati. Undak ada hambatan yang berarti. Palingan problem-problem kecil. Tapi semua itu dapat kita atasi.
162
Transkrip Wawancara KADIV DIKLAT A. Identitas diri Nama
: Bapak SR
Jabatan
: KADIV DIKLAT
B. Pertanyaan penelitian Output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti DIKLAT 1. Pertanyaan mengenai Keluaran peserta didik a. Bagaimana ketrampilan berfikir (pengetahuan) peserta pelatihan setelah mengikuti proses pendidikan di GTS? Njenengan bisa melihat sendiri, dengan mengamati, mencermati, pasti. Saya yakin njenengan bakal menemukan jawabannya. Kalau dari yang sudah-sudah mereka mengalami perubahan dalam pola pikirnya. b. Bagaimana sikap peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan di GTS? Perubaan sikap tentu saja terlihat jelas. Jika njenengan perhatikan setelah Minggu pertama mereka mulai disiplin dan tidak banyak momong, setiap mau masuk ruang instruktur coba diperhatikjan sikapnya. c. Bagaimana ketrampilan motorik peserta pelatihan setelah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan di GTS? Karena memang lebih dari separo ada materi praktik, jadi mereka dituntut untuk dapat menguasai ketrampilan-ketrampilan untuk dapat menjadi
163
seorang SATPAM yang profesional. Contoh kecil semisal njenengan jadi satpam terus undak bisa bela diri, kalau ada maling bagaimana. Nah itu. Upaya yang dilakukan GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja 1. Pertnyaan mengenai upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja a. Bagaimana upaya GTS dalam menjalin mitra kerja? Pertama tama kita mngajukan penawaran kemudian loby ke perusahaan atau instansi mbak, terkadang dari pihak instansi atau lembaga mengajukan untuk bekerja sama. Karena mereka membutuhkan jasa pengamanan b. Bagaimana cara GTS menyalurkan alumni DIKLAT kepada mitra? Tidak sedikit alumni dari GTS yang langsung mendapatkan kerja, karena kami memfasilitasi penempatan kerja, masalah mereka mau mengambil tawaran atau tidak itu pilihan mereka. Namun mereka harus mengikuti peraturan dari kami. Tentunya mereka harus lolos kualifikasi yang diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi setiap ada diklat sebelum selesai kami sudah melakukan pengamatan dalam rangka seleksi fisik dan pengetahuan, memungkinkan kedisiplinan c. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk menjalin mitra kerja? Tidak sedikit alumni dari GTS yang langsung mendapatkan kerja, karena kami memfasilitasi penempatan kerja, masalah mereka mau mengambil tawaran atau tidak itu pilihan mereka. Namun mereka harus mengikuti peraturan dari kami. Tentunya mereka harus lolos kualifikasi yang
164
diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi setiap ada diklat sebelum selesai kami sudah melakukan pengamatan dalam rangka seleksi fisik dan pengetahuan, memungkinkan kedisiplinan. Tidak sebatas itu saja mbak, semisal ada alumni yang sudah lama keluar dari diklat dan ternyata belum memiliki pekerjaan, kamu juga memberikan fasilitas kepada untuk mereka dapat menitipkan berkas lamaran kerja, yang nanti apabila ada lowongan kerja akan kita panggil.
Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di GTS Faktor pendukung kita itu banyak mbak, karena tanpa ada dukungan dari berbagai pihak kami tidak akan berjalan dengan baik sampai sekarang ini, hal sekecil apapun saya anggap sebagai dukungan. Misalnya panjenengan itu juga termasuk dukungan untuk kami, keberadaan panjenengan di sini itu tentunya akan diketahui oleh dosen njenengan, temen njenengan, itu tanpa kita sadari bagian dari pemasaran mbak, selain itu alumni, mitra kerja yang sudah dan atau yang akan bekerjasama dengan kami. Karena banyak permintaan untuk dapat bekerja sama dalam penyaluran alumni ataupun peserta didik mbak. Selain itu pihak polres selalu membantu kami dalam hal perijinan dan pelaksanaan sebagai instruktur. Serta tenaga administrasi dan logistik, ibu manase semua itu faktor pendukung bagi kami mbak. Selain itu sarana dan prasarana yang ada juga dapat menjadi faktor pendukung. Kami
165
mengupayakan untuk selalu terjalin dengan baik. Dan diperlakukan sebagaimana mestinya mbak
Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan Faktor pendukung kita itu banyak mbak, karena tanpa ada dukungan dari berbagai pihak kami tidak akan berjalan dengan baik sampai sekarang ini, hal sekecil apapun saya anggap sebagai dukungan. Misalnya panjenengan itu juga termasuk dukungan untuk kami, keberadaan panjenengan di sini itu tentunya akan diketahui oleh dosen njenengan, temen njenengan, itu tanpa kita sadari bagian dari pemasaran mbak, selain itu alumni, mitra kerja yang sudah dan atau yang akan bekerjasama dengan kami. Karena banyak permintaan untuk dapat bekerja sama dalam penyaluran alumni ataupun peserta didik mbak. Selain itu pihak polres selalu membantu kami dalam hal perijinan dan pelaksanaan sebagai instruktur. Serta tenaga administrasi dan logistik, ibu manase semua itu faktor pendukung bagi kami mbak. Selain itu sarana dan prasarana yang ada juga dapat menjadi faktor pendukung. Kami mengupayakan untuk selalu terjalin dengan baik. Dan diperlakukan sebagaimana mestinya mbak
166
Transkrip Wawancara KABAG OPS Induk 1 A. Identitas diri Nama
: Ibu DK
Jabatan
: Kabag OPS Induk 1
B. Pertanyaan penelitian Implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM di GTS? 1. Pertanyaan mengenai Perencanaan pendidikan dan pelatihan SATPAM a.
Kurikulum
1) Apa yang dilakukan atau dipersiapkan untuk pembuatan kurikulum? Jadi begini mbak Ros, berkaitan dengan kurikulum kita berpegang pada peraturan kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007. Disitu sudah disampaikan bahwa kami selaku BUJP berperan sebagai penyedia dan pelaksanaan jasa pengamanan, jadi tidak terdapat perencanaan kurikulum seperti di sekolah-sekolah, namun kami melakukan perencanaan pelaksanaan yang biasa disebut RENGIAT (rencana kegiatan) setelah itu kami berkoordinasi dengan pihak POLRES karena merekalah yang berperan dalam pelaksanaan, para pak polisi pak polisi itu nantinya ketika pelaksanaan yang akan menjadi instrukturnya. 2) Siapa yang melaksanakan pembuatan kurikulum? Kalau tanya siapa yang membuat saya tidak tahu mbak, yang jelas kurikulum itu turun dari Pusat. Kami sudah mengetahui formatnya kemudian bersama pihak polres kami menyusun jadwal.
167
3) Kapan kurikulum tersebut dilaksanakan? Ketika kita hendak membuat jadwal. 4) Bagaimana isi kurikulum tersebut? Isinya sesuai dengan PERKAP POLRI nomor 24 tahun 2007 b.
Peserta DIKLAT
1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam penerimaan peserta didik baru? Yang dilakukan dan dipersiapkan tentunya kita sosialisasikan terlebih dahulu kepada calon alumni diklat. Ayah bisa dikatakan marketing mbak. 2) Bagaimana proses penerimaan peserta didik baru? Prosesnya ya sesuai dengan langkah-langkah. Peserta datang, membawa persyaratan, mendaftar dari kami menjelaskan fasilitas dan kegiatan serta yang harus ditaati selama diklat berlangsung. Bisa via Online dan ondesk 3) Siapa yang melakukan proses penerimaan peserta didik baru ? Semua karyawan mbak 4) Kapan penerimaan peserta didik baru dilaksanakan? Waktu yang telah ditentukan c.
keuangan
1) Apa saja yang dipersiapkan dalam pengelolaan keuangan lembaga? Pembuatan RAB mbak 2) Siapa yang bertugas mengelola keuangan lembaga? Kalau di pusat ya bagian keuangan, kalau dipurworejo saya dan mbak IH.
168
3) Dari manakah sumber dana yang digunakan dalam pendidikan dan pelatihan satpam? Banyak sumber mbak terutama dari peserta didik sendiri, mitra dan kas GTS. 4) Apakah ada pihak lain yang bekerjasama dalam membantu pendanaan? Ada, yaitu mitra. Tapi tidak selalu setiap angkatan. d.
Sarana dan Prasarana 1) Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pendidikan dan pelatihan? Banyak mbak, meja, kursi, alat masak, leptop, komputer, waduh kalau disebutkan semua nanti lama. Njenengan mengamati sendiri ya. 2) Bagaimana persiapan sarana dan prasarana yang akan digunakan ? Kalau di PWR kita seperti orang boyongan mbak, setiap kali mau diklat. Karena kita tempatnya Ian nyewa juga to. 3) Bagaimanakah pengelolaan sarana dan prasarana ? Sarpras dikelola bersama, dirawat. 4) Siapa yang bertugas mengelola sarana dan prasarana? Semua karyawan mbak karena kalau di PWR tidak ada tenaga khusus untuk pemeliharaan seperti di Klaten.
e. Hubungan GTS dengan Mitra Kerjanya. 1) Apa yang melandasi perlunya hubungan lembaga dengan mitra kerja? Keberlangsungan diklat mabk. Kalau kita tidak memiliki mitra nanti kita tidak bisa menyalurkan alumni dong.
169
2) Apa saja persiapan dalam melaksanakan hubungan dengan mitra kerja? Proposal, keberanian, mental. Tentunya bahan yang ingin ditawarkan mbak. 2. Pertanyaan mengenai Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM a.
Kurikulum 1) Bagaimanakah implementasi kurikulum yang telah dibuat? Kami berusaha menjalankan kurikulum sesuai dengan perkap Polri nomor 24 tahun 2007
b.
keuangan Keuangan dikelola oleh bagian keuangan pusat. Jadi di PWR itu uangnya hanya transit. Penggunaan keuangan berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan RAB yang telah dirancang.
c.
sarana dan prasarana 1) Bagaimana pemanfaatan sarana dan prasarana? Semua prasarana kita manfaatkan. Karena kita tempatnya menyewa jadi kami memanfaatkan mulai dari alun-alun, lapangan tenis, dan lapangan depan kelas juga kita gunakan.
d. Hubungan lembaga dengan mitra kerja 1) Bagaimanakah penyelenggaraan hubungan lembaga dengan mitra kerja?
170
Kami selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan mitra yang sudah terjalin, dan berusaha membangun mitra kepada perusahaan atau instansi yang bisa melakukan timbal balik. Output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti DIKLAT 2. Pertanyaan mengenai Keluaran peserta didik a. Bagaimana ketrampilan berfikir (pengetahuan) peserta pelatihan setelah mengikuti proses pendidikan di GTS? Mbak rosi amati sendiri ya. b. Bagaimana sikap peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan di GTS? Ini juga harus mengamati c. Bagaimana ketrampilan motorik peserta pelatihan setelah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan di GTS? Amati, dan tanyakan kepada instruktur mbak supaya lebih jelas. Upaya yang dilakukan GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja 1. Pertnyaan mengenai upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja a. Bagaimana upaya GTS dalam menjalin mitra kerja? Untuk lebih jelasnya tanyakan ke kantor pusat saja mbak kalau undak ke pak Radi
171
b. Bagaimana cara GTS menyalurkan alumni DIKLAT kepada mitra? Berkaitan dengan penyaluran langsung ke pak adi saja ya c. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk menjalin mitra kerja? Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di GTS 1. Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di GTS? Faktor pendukungnya adalah semua pihak yang ikut partisipasi dalam penyelenggaraan mbak, termasuk njenengan. 2. Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di GTS? Faktor penghambat?... saya rasa hanya miskom saja mbak, itu karena kurangnya koordinasi. Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan 1. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan dalam pendidikan dan pelatihan? Menjalin bai k hubungan antar karyawan dan peserta diklat. 2. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan? Selalu melakukan koordinasi dengan sesama karyawan.
172
Lampiran 11. Reduksi, Display, dan Kesimpulan No. 1.
Komponen Implementasi
dari
Reduksi
PERENCANAAN:
pendidikan dilihat dari perencanaan
Pertanyaan
IW : Jadi begini mbak kami pihak BUJP Tidak
Apa yang dilakukan atau
hanya
dipersiapkan
penyelenggara jasa keamanan, untuk
kependidikan, peserta
begitu pula dengan pelaksanaan
dilihat
terdapat perencanaan yang berupa perencanaan
yang
berkaitan
dengan jadwal pelaksanaan diklat.jadi setiap
kurikulum itu langsung diberikan dari lembaga BUJP harus melaksanakan pihak POLRES setempat, artinya Dimana ketentuan
kependidikan, peserta keuangan,
pelaksanaan
diklat
kami menyelenggarakan diklat, ya dari sebanyak 232 jam pelajaran seperti situ kami mendapatkan jadwal, misalkan yang telah tertera dalam kurikulum
kurikulum,
pendidik dan tenaga
perencanaan
dan
keuangan,
sarana dan prasarana,
didik,
penyedia
terdapat
mengenai kurikulum namun hanya untuk
pendidik dan tenaga pembuatan kurikulum?
dari
sebagai
dilihat
kurikulum,
didik,
Verifikasi
kemarin itu kami menyelenggarakan di pendidikan dan pelatihan SATPAM Klaten berarti kita melakukan koordinasi tingkat Gada Pratama.
Kurikulum
berkaitan dengan jadwal pelaksanaan sudah tertera dalam perkap POLRI
sarana dan prasarana, dengan POLRES Klaten, karena nantinya
173
ketika pelaksanaan yang jadi instruktur nomor 24 tahun 2007. adalah anggota POLRES Klaten. nah tersebut
sudah
jadwal itu dibuat berdasarkan kurikulum pemerintah pusat. yang sudah dibuat oleh POLDA EP : Perencanaan kurikulum itu langsung dari pemerintah yang diturunkan kepada POLDA setempat, kami selaku anggota yang berperan sebagai instruktur dari pihak
POLRES
setempat
hanya
melakukan perintah atau penyelenggara, sebelumnya kita pihak polres itu ketika akan membuat perencanaan yang berupa jadwal, kami harus membuat rencana kegiatan
(RENGIAT),
174
setelah
bikin
Kurikulum
dibuat
oleh
rengiat kita mengajukan SPRINT (Surat Perintah) ke POLDA nanti POLDA menunjuk POLRES setempat barulah kami berani membuat jadwal kegiatan yang mengacu pada kurikulum 232 JP nah kemudian dari kurikulum itu nanti polres
yang
menentukan
jadwal
pelaksanaannya mbak, tentunya kamu juga berkoordinasi dengan pihak BUJP, kalau cabang Purworejo ya sama bu dewi atau langsung dengan pak Suryadi. DK : Jadi begini mbak Ros, berkaitan dengan kurikulum kita berpegang pada peraturan kepolisian Negara Republik
175
Indonesia nomor 24 tahun 2007. Disitu sudah disampaikan bahwa kami selaku BUJP berperan sebagai penyedia dan pelaksanaan jasa pengamanan, jadi tidak terdapat perencanaan kurikulum seperti di
sekolah-sekolah,
melakukan
namun
perencanaan
kami
pelaksanaan
yang biasa disebut RENGIAT (rencana kegiatan) setelah itu kami berkoordinasi dengan pihak POLRES karena merekalah yang berperan dalam pelaksanaan, para pak polisi pak polisi itu nantinya ketika pelaksanaan instrukturnya.
176
yang
akan
menjadi
Kapan
kurikulum IW : Dilaksanakannya ya pas pak eko Kurikulum
tersebut
sebagai
dilaksanakan membuat jadwal mbak, sama pas kita acuan
dan
dilaksanakan
Bagaimana
pembuatan
jadwal,
isi pelaksanaan diklat. Nah itu Ian setiap 2 berdasarkan perkap Polri nomor 24
kurikulum tersebut.?
bulan sekali diklatnya bahkan bisa 1 bulan tahun
2007
kurikulum
untuk
sekali bahkan 1 periode itu sampai dua pelatihan satpam harus 232 JPL. angkatan. Atau 3 angkatan. Ada yang di Purworejo, Klaten dan Wonosobo. Ya kalau ditanya bagaimana kurikulum ya sudah pas mbak karena itu Ian mengacu pada peraturan kepolisian. Dan diturunkan langsung dari pusat. EP : Kalau pelaksanaannya ya setiap pelatihan
dilakukakan.
Jadi
nanti
kurikulum itu baru sebagai desainnya
177
rencana. Nah baru kita buat jadwalnya. Isinya sesuai dengan perkap Polri mbak DK : Ketika kita hendak membuat jadwal. Isinya sesuai dengan PERKAP POLRI nomor 24 tahun 2007
Apa yang dilakukan /
IW : Jadi ini mbak kalau persiapan kita Perencanaan
dipersiapkan
rasa
dalam
sudah
berlangsung
dengan merupakan
peserta bagian
yang
didik sengat
penerimaan peserta didik
sendirinya, karena itu Ian sudah kita penting dalam proses pelaksanaan
baru
jadikan sebagai rutinitas. Jadi misal Klaten diklat, karena setiap pelaksanaan diklat, dengan sendirinya banyak peserta BUJP memiliki target siswa. Jika yang datang untuk mendafta, kemudian dilihat dari keberagaman peserta kita merencanakan untuk diklat lagi, dan didik, begitu seterusnya. Karena setiap alumni berbeda
178
dan latar maka
belakang kesadaran
yang pihak
yang keluar itu pasti ada yang membawa instruktur dan pembina sangatlah siswa baru.
diperlukan,
EP : untuk perekrutan siswa itu bisa dari kesalahan
supaya
tidak
terjadi
dalam
berkoordinasi.
GTS, bisa dari POLRES, dan bisa dari BUJP Garda Total Security memiliki umum. Ow iya mbak tidak sedikit juga strategi dari
alumni
diklat.
Karena
untuk
mendapatkan
sebelum siswa.mulai dari pemberian reward
mereka lulus dari GTS mereka diberikan kepada orang yang mendapatkan pembekalan,
dalam
pembekalan
itu siswa,
melakukan
kerja
sama
biasanya disisipkan informasi mengenai terhadap instansi-instansi di daerah adanya reward memberikan
untuk alumni yang Jateng dan DIY. Serta pengelola informasi
mengenai harus mempersiapkan fasilitas yang
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, jadi diberikan untuk peserta didik yang ketika ada siswa baru pasti ditanya dapat berbeda statusny informasi dari mana begitu mbak.
179
DK : Yang dilakukan dan dipersiapkan tentunya kita sosialisasikan terlebih dahulu kepada calon alumni diklat. Ayah bisa dikatakan marketing mbak HY : dalam perencanaan yang berkaitan dengan peserta didik itu kami pihak BUJP merencanakan untuk teknis pembayaran dan
fasilitas
mereka
yang
yang
diberikan,
sudah
bekerja
karena hanya
mendapatkan fasilitas berupa topi, kaos dan Training saja. Namun yang reguler mendapatkan
fasilitas
lengkap
yang
berupa topi, seragam PDH, sampai sepatu PDH juga mendapat mbak. Namun dalam
180
pelaksanaannya
mereka
mendapatkan
perlakuan yang sama. Dalam mencari peserta didik kamu melakukan publikasi melalui media cetak, media sosial dan alumni, selain itu kami dibantu oleh POLRES VN: Peserta didik kita dapatkan dari berbagai macam daerah dan kalangan, selain itu kita juga melakukan kerja sama dengan beberapa pihak, salah satunya adalah PT GATRA, kami melakukan MOU terlebih dahulu dan melakukan kesepakatan harga per siswa, bahasa kerennya itu tender mbak.
181
Bagaimana
proses IW : Jadi ini mbak kalau persiapan kita Perencanaan
penerimaan peserta didik rasa sudah berlangsung dengan sendirinya, merupakan baru ?
peserta bagian
yang
didik sengat
karena itu Ian sudah kita jadikan sebagai penting dalam proses pelaksanaan rutinitas. Jadi misal Klaten diklat, dengan diklat, karena setiap pelaksanaan sendirinya banyak peserta yang datang BUJP memiliki target siswa. Jika untuk
mendafta,
kemudian
kita dilihat dari keberagaman peserta
merencanakan untuk diklat lagi, dan begitu didik, seterusnya. Karena setiap alumni yang berbeda
dan latar maka
belakang
yang
kesadaran
pihak
keluar itu pasti ada yang membawa siswa instruktur dan pembina sangatlah baru.
diperlukan,
supaya
tidak
terjadi
Proses penerimaan yo ming Koo mono kesalahan dalam berkoordinasi. mbak siswa kita suruh mengisi berkas, BUJP Garda Total Security memiliki kemudian kita jelaskan fasilitas yang strategi diperoleh,
sampai
182
dengan penyerahan
untuk
mendapatkan
syarat-syarat. Kemudian yang terakhir siswa.mulai dari pemberian reward pelunasan.
kepada orang yang mendapatkan
EP : untuk perekrutan siswa itu bisa dari siswa,
melakukan
kerja
sama
GTS, bisa dari POLRES, dan bisa dari terhadap instansi-instansi di daerah umum. Ow iya mbak tidak sedikit juga dari Jateng dan DIY. Serta pengelola alumni diklat. Karena sebelum mereka harus mempersiapkan fasilitas yang lulus
dari
pembekalan,
GTS
mereka
dalam
diberikan diberikan untuk peserta didik yang
pembekalan
itu berbeda statusnya.
biasanya disisipkan informasi mengenai adanya reward memberikan
untuk alumni yang informasi
mengenai
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, jadi ketika ada siswa baru pasti ditanya dapat informasi dari mana begitu mbak
183
HY : dalam perencanaan yang berkaitan dengan peserta didik itu kami pihak BUJP merencanakan untuk teknis pembayaran dan fasilitas yang diberikan, karena mereka yang sudah bekerja hanya mendapatkan fasilitas berupa topi, kaos dan Training saja. Namun
yang reguler mendapatkan
fasilitas lengkap yang berupa topi, seragam PDH, sampai sepatu PDH juga mendapat mbak. mereka
Namun
dalam
mendapatkan
pelaksanaannya perlakuan
yang
sama. Dalam mencari peserta didik kamu melakukan publikasi melalui media cetak, media sosial dan alumni, selain itu kami
184
dibantu oleh POLRES VN : Peserta didik kita dapatkan dari berbagai macam daerah dan kalangan, selain itu kita juga melakukan kerja sama dengan beberapa pihak, salah satunya adalah PT GATRA, kami melakukan MOU terlebih dahulu dan melakukan kesepakatan harga per siswa, bahasa kerennya itu tender mbak pendidik
dan
kependidikannya
tenaga HY : instruktur berasal dari anggota Berdasarkan penjelasan bahwa tidak kepolisian yang sudah ditunjuk oleh terdapat kriteria untuk penentuan POLRES, tentunya anggota yang memiliki instruktur,
dikarenakan
instruktur
pengalaman di bidangnya. Karena banyak untuk proses pembelajaran sudah materi pendidikan dan pelatihan adalah disediakan oleh POLRES setempat.
185
materi
yang
sudah
dimiliki
pihak BUJP
hanya
berperan
sebagai
kepolisian, misalkan untuk materi yang pembina yang membantu persiapan berkaitan dengan penjagaan, pengawalan, dalam proses pembelajaran. Seperti dan patroli,
tentunya instruktur yang yang dilihat oleh peneliti pada saat
dipilih harus mumpuni di bidangnya. melakukan observasi, bahwasanya Kalau dari GTS itu disebut dengan team pembina dari team GTS hanya GTS, biasanya materi yang diberikan mempersiapkan berupa pembekalan dan penyaluran kerja DK : penentuan instruktur dilakukan oleh POLRES, jadi kami tidak ada perekrutan dan penentuan kriteria untuk persyaratan menjadi
instruktur.
BUJP
hanya
menyiapkan team yang bertugas sebagai pembina dan pendamping
186
sebelum
berlangsungnya proses pembelajaran.
Bagaimana apa
keuangan,
sajakah
dipersiapkan siapakah
yang
VN
: dalam melakukan perencanaan Dapat disimpulkan bahwa dalam
keuangan saya merancang RAB (atau perencanaan
keuangan,
maka
dan
merinci) untuk pengeluaran setelah RAB tentunya yang bertugas di bagian
yang
jadi diajukan kepada kepala divisi, keuangan melakukan perencanaan
mengelolah keuangan?
setelah di ACC oleh kepala divisi barulah perinciaan dana atau membuat RAB diajukan kepada komisaris uruk dapat untuk
keberlangsungan
program,
melakukan pengeluaran cek. Memang karena RAB tersebut harus diajukan saya bagian keuangan saya sendiri, kepada kepala divisi terlebih dahulu namun untuk pelaksanaannya proses sebelum adanya realisasi berupa cek pembayaran yang meliputi pendaftaran dari komisaris GTS. Sumber dana dan heregistrasi dibantu oleh bagian FO tidak hanya berasal dari peserta (Front Office). Sumber dana sebenernya namun adanya kerja sama akan ada dua, kalau tidak ada kerja sama pyur membantu.
Untuk
realisasi
dari siswa, kalau yang ada kerja sama pengeluaran itu dari pembayaran
187
misalnya kerja sama dengan dinas sosial, siswa. perusahaan dan dan instansi. Jadi mereka ada
SATPAM
namun
belum
bersertifikasi nanti kita melakukan MOU untuk kesepakatan harga IW : memang kalau untuk perencanaan keuangan
itu
berasal
dari
hasil
pendaftaran siswa mbak, jadi uang yang dibabyarkan siswa nantinya juga untuk siswa lagi, kalau yang masuk kantor berapa
itu
menyampaikan.
kami Yang
tidak jelas
bisa sebelum
peserta menyepakati biaya pendidikan dan pelatihan kami menjelaskan fasilitas
188
yang didapatkan selama berlangsung pendidikan dan pelatihan, seperti itu Bagaimanakah
TR : sarana dan prasarana kami sudah Sarana dan prasarana yang terdapat
pengelolaan sarana dan
mempersiapkan dari dulu mbak kalau di di tempat pendidikan dan pelatihan
prasarana?
pusdik Klaten itu sudah lengkap, mulai sudah dari barak barak itu tempat tidur siswa itu keperluan mbak, kemudian kamar mandi, peralatan keperluan
memadai.
Mulai
memasak
dari hingga
pembelajaran,
serta
masak, keperluan administrasi, lapangan, fasilitas barak dan MCK untuk siswa sampai
dengan
untuk
proses pendidikan dan pelatihan. Sarana
pembelajaran itu ada LCD, proyektor, yang belum dimiliki oleh pusdik dan sound sistem, dll. Kemudian yang kita penggunaannya masih menyewa itu misalnya kursi, biasanya
pihak
hanya BUJP
sementara menyewa
kemudian peralatan untuk peragaan siswa selama kegiatan diklat berlangsung. seperti itu mbak
189
MH : pemeliharaan sarana dan prasarana saya yang bertugas, dalam Hal ini semua hal yang berkaitan untuk menunjang berlangsungnya proses pendidikan dan pelatihan
saya
pastiakan
mendapat
perintah dari atasan. Itu kalau diklatnya di Klaten mbak. Sampai pada keperluan masak
dan
keperluan
pembelajaran.
Kalau dikatakan lengkap atau belum PUSDIK
Klaten
melengkapi
sarana
berusaha yang
untuk
dibutuhkan
mbak. PELAKSANAAN :
EP
:
untuk
pelaksanaan
proses Pelaksanaan kurikulum sudah sesuai
Bagaimana implementasi pembelajaran mbak rosi dapat melihat
190
kurikulum dibuat?
yang
telah jadwal yang telah dibuat, namun jika lebih dengan ketentuan 232 JP yang tertera rinci
pelaksanaan
pembelajaran
harus di perkap POLRI nomor 24 tahun
sesuai dengan prosedur yang telah tertera 2007. Melalui jadwal kita dapat di perkap POLRI nomor 24 tahun 2007 mengetahui bahwa
jumlah
jam
pelajaran
harus pelaksanaan
memenuhi 232 JP, baru dapat dinyatakan pelatihan. lulus
Gada
Pratama.
materi
untuk
pendidikan Dalam
dan
pelaksanaannya
Biasanya narasumber tidak hanya berasal dari
pelaksanaannya yang mengisi tidak melulu kepolisian namun ada yang berasal dari polres, misalnya mereka punya banyak dari instansi yang sesuai dengan yel-yel itu yang memberikan selain dari materi
yang
instruktur juga mendapat dari team GTS, diharapkan yakni pemandu atau pendamping
sudah
terjadwal,
materinya
dapat
disampaikan dengan baik dan sesuai.
HY : pelaksanaan proses diklat garis Selain itu team GTS yang mana besarnya diisi oleh instruktur dari anggota disebut
191
dengan
pembina
dan
kepolisian
namun
terdapat
berapa pendamping
akan
narasumber yang memang kita datangkan persiapan
sebelum
dari instansi yang berkaitan dengan materi pembelajaran
dengan
yang
terdapat
di
jadwal.
Contohnya berlangsung.
melakukan proses narasumber
Misalnya
dengan
kemarin Kan ada materi DAMKAR to mengisi dengan berlatih yel-yel, mbak?, nah itu kita bekerja sama dengan mars satpam, dan pembekalan ringan petugas pemadam kebakaran untuk dapat untuk praktik kerja di lapangan. memberikan materi teori dan praktik berupa simulasi. Itu juga dinamakan instruktur
namun
kepolisian.
bukan
Kemarin
mendokumentasi
dari mbak
kegiatan
pihak erosi
DAMKAR
bukan, itu dimasukkan saja. Itu salah satu gaimana pelaksanaan dari kurikulum, atau
192
kegiatan dril tongkat dan borgol atau yang lainnya. Bagaiman peserta
keaktifan TR : berkenaan dengan peserta didik disimpulkan didik
dalam mbak, siswa di sini itu didik
bahwa
dalam
supaya pelaksanaannyan peserta didik atau
pelaksanaan pendidikan memiliki kedisiplinan yang tinggi, karena biasanya disebut siswa tersebut harus dan pelatihan?
nanti ketika mereka sudah bekerja mereka mengikuti proses pendidikan dan juga harus disiplin. Kalau satpam Ian dia pelatihan semi militer dan mematuhi bekerja berdasarkan sifat yang sudah segala kebijakan yang telah dibuat dibagi oleh atasannya, jadi kapanpun sifat sebelumnya. Hal tersebut bertujuan yang dia peroleh mereka harus selalu siap untuk mempersiapkan para siswa 86.
Kemudian
kenapa
kita
juga dalam memasuki dunia kerja supaya
memberikan pendidikan mengenai jiwa terbiasa. korsa, seperti yang mbak erosi lihat ketika waktu makan, apabila makan satu ya
193
makan semua, kalau tidak makan satu ya semua tidak makan, dihukum satu kena hukuman semua. Pernah juga mbak dulu pada saat makan ada beberapa orang yang mengambil lauk dobel kemudian ketahuan. Mereka akhirnya undak jadi makan terus dihukum semua untuk lompat kodok, tapi mereka tidak ada yang protes, itu karena mereka sudah tertanam jiwa korsa mbak. Selain itu peserta didik juga diajarkan etika, contohnya ketika mereka mau masuk ruang akademik, mereka harus hormat dulu,
ketuk
pintu,
jin
masuk
sebagainya. Supaya etikanya bah
194
dan
HF : Peserta didik atau siswa itu didik untuk bekal mereka di lapangan pekerjaan mbak,
jadi di
sini
pendidikan juga
dilaksanakan semi militer Bagaiman pendidik dan BT tenaga kependidikan?
:
tentunya
dalam
pelaksanaan pendidikan Pendidik dan tenaga kependidikan
membutuhkan
berkas-berkas harus saling bersinergi, untuk itu
yang berkaitan dengan administrasi mbak, komunikasi dan koordinasi sangatlah misal adanya BAP itu difungsikan untuk dipentingkan. mengetahui kehadiran instruktur supaya bertugas kami
juga
dapat
dengan
Pengelola
mempersiapkan
program segala
mudah macam bentuk administrasi yang
menghitung honor yang akan diberikan berupa berkas, pembina berperan kepada instruktur. Kemudian untuk reka dalam mempersiapkan pendidikan absen setiap hari yang biasa kita lakukan dan pelatihan sebelum instruktur itu difungsikan untuk mengetahui keluar datang.
195
Sedangkan
instruktur
masuknya siswa setiap pagi, siang, sore berperan absen
juga
dapat
digunakan
sebagai terhadap
dalam
mengisi
materi
siswa
dalam
proses
pertimbangan untuk menentukan nilai pendidikan dan pelatihan. Jadi antara siswa
instruktur pengelola program dan
IH : pendidik memang berasal dari polres pembina
memiliki
fungsi
yang
mbak tapi segala macam persiapan berasal berbeda-beda. Mereka bekerja sesuai dari kita. Yakni bisa dikatakan sebagai TUPOKSI yang sudah ada. Namun pengelola program. Yang mana kami juga harus selalu berkoordinasi. memfasilitasi
instruktur
mulai
dari
makannya, snack Bagaimana keuangan ?
VN : Alur pengeluaran dan pe kami akan Pelaksanaannya keuangan dikelola tertera jelas dalam sistem. Segala bentuk oleh pengeluaran harus sesuai dengan RAB dibantu
bagian oleh
keuangan, karyawan
namun lain
yang telah disusun, apabila tidak sesuai diantaranya adalah bagian FO pusat,
196
maka harus melalui persetujuan dari induk 1, dan cabang Klaten. Alur komisaris. Sumber dana kita ada 2, yaitu selanjutnya barulah diserahkan pada dari
uang
pendaftaran
difungsikan untuk
siswa
memenuhi
yang bagian
keuangan.
fasilitas melakukan
siswa, selain itu ada khas GTS
Untuk
pengeluaran
dapat bagian
keuangan terlebih dahulu membuat
IH : untuk alur keuangan induk satu hanya perencanaan RAB yang kemudian sebagai pelayan pembayaran mbak. Missal diajukan
kepada
kepala
divisi
tanggal pembayaran sudah selesai kita juga pendidikan dan pelatihan, setelah harus laporan ke pusat IW
:
pengelolaan
mendapatkan persetujuan dari kepala keuangan
kami divisi selanjutnya diajukan kepada
diserahkan kepada mbak Vina selaku komisaris untuk dapat direalisasikan bagian
keuangan,
tapi
dalam
hal berupa cek.
pembayaran dibantu oleh bagian FO dan saya sendiri kalau di pusat. Kalau di Klaten
197
sama pak tentrem mbak, kalau di induk 1 dengan bu ika. Setelah selesai pelunasan barulah diberikan kepada bu Ina, barulah bu Ina mereka semuanya, kalau masalah pembagian keuangan itu kami berdasarkan RAB
jadi
memang
tidak
bisa
mengeluarkan uang dengan tiba-tiba tanpa persetujuan komisaris HY : sarana dan prasarana memang sangat Sarana
dan
penting mbak, pendidikan dan pelatihan pelaksanaan
prasarana
untuk
pendidikan
dan
satpam Ian tidak hanya melulu belajar pelatihan tidak hanya dilakukan di dikelas atau dihalaman depan kelas namun dalam
pusat
pendidikan
dan
seperti yang kemarin kita lakukan pada pelatihan namun siswa juga diajak saat lemdik itu, kita pergi ke alun alun, untuk keluar pusat pendidikan dan
198
kemudian di sungai. Nah itu salah satu pelatihan. Dalam hal pengelolaan bentuk pemanfaatan lingkungan sekitar sarana dan prasarana, dikelola oleh dalam hal penggunaan sarpras mbak. karyawan sendiri. Kalau di Klaten ya kita di lapangan belakang pusdik itu mbak yang besar TR : Berkenaan dengan sarana dan prasarana kami yang berada di pusdik Klaten
hanya
pemelihara
sebagai pengelola dan
mbak,
selain
itu
untuk
pemanfaatan kami memanfaatkan semua fasilitas yang tesedia, dan memanfaatkan lingkungan mbak. Karena ketika jam pelajaran praktik terkadang siswa kami ajak keluar. Biasanya di lapangan, sembari
199
pemanasan latihan fisik dari pusdik ke lapangan lari kecil-kecil mbak 2.
Bagaimana output
Bagaiman
keluaran SR : tidak sedikit alumni dari GTS yang Keluaran yang diharapkan oleh GTS,
dari Pendidikan dan
peserta
didik
setelah langsung mendapatkan kerja, karena kami sudah terpenuhi, mulai dari sikap
Pelatihan SATPAM di mengikuti diklat?
memfasilitasi penempatan kerja, masalah disiplin, jiwa korsa harus dimili oleh
Garda Total Security
mereka mau mengambil tawaran atau tidak alumni diklat. Dilihat dari alumni itu pilihan mereka. Namun mereka harus yang sudah lulus, semua materi yang mengikuti peraturan dari kami. Tentunya tertera dalam kurikulum dilakukan mereka
harus
lolos
kualifikasi
yang sesuai jadwal yang sudah disusun.
diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi Siswa dibekali dengan pengetahuan setiap ada diklat sebelum selesai kami mengenai sudah
melakukan
pengamatan
etika
profesi,
tupoksi
dalam satpam,
kemampuan
kepolisian
rangka seleksi fisik dan pengetahuan, terbatas, memungkinkan kedisiplinan
200
bela
diri
POLRI,
WR : Dulu saya sempat bas bas mbak, pengenalan bahan peledak, barang karena takutnya saya selesai pendidikan berharga,
pengenalan
narkoba,
dan pelatihan tidak bisa langsung kerja, penggunaan tongkat POLRI dan karena ini saya mengikuti diklat satpam borgol, PBB. Dan masih banyak lagi. juga
iseng-iseng
daripada
nganggur,
kemudian setelah saya mengikuti, belum sampai
selesai
pendidikan
dan
pelatihannya saya mendapat panggilan untuk menemui kepala divisi diklat untuk dapat ke kantornya, disitu saya diberikan banyak wejangan, pengetahuan, dilatih fisik untuk disiapkan supaya bisa kerja di solo, tepatnya di UNS mabk. Waktu itu saya undak pikir panjang ada tawaran saya
201
ambil, jadi yang lain masih diklat saya harus ke solo menemui pihak UNS. Selesai diklat saya langsung kerja mbak, hanya istirahat 2-3 hari saja. YL : ini pertama kalinya saya mengikuti pendidikan semi militer, sebelumnya saya lulusan smk busana, setelah lulus saya bingung mbak terus cari cari informasi di facebook ada diklat satpam saya akhirnya saya nyoba, di sini saya belajar tepat waktu, peduli sesama, salin itu saya sekarang bisa bela diri, tindakan pemadam kebakaran, banyak sekali ilmu yang sudah saya dapatkan mbak. Yang enaknya lagi
202
kemarin saya langsung dapet panggilan kerja, disalurkan langsung sama pihak GTS mbak 3.
Bagaimana Upaya
Bagaimana upaya GTS SR : tidak sedikit alumni dari GTS yang Penempatan
GTS dalam
dalam
menyalurkan lulusan
lulusan di dunia kerja?
kerja
pihak
GTS
menyalurkan langsung mendapatkan kerja, karena kami melakukan penawaran, yang mana di memfasilitasi penempatan kerja, masalah dalamnyan terdapat perjanjian dan
ke lapangan
mereka mau mengambil tawaran atau tidak tawaran yang akan didapatkan oleh
pekerjaan?
itu pilihan mereka. Namun mereka harus mitra kerja. Telah keduanya sepakat mengikuti peraturan dari kami. Tentunya barulah mereka
harus
lolos
kualifikasi
setiap ada diklat sebelum selesai kami diberikan melakukan
pengamatan
MOU.
yang Penempatan kerja selalu ditawarka
diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi kepada
sudah
melakukan
siswa,
tentunya
kualifikasi
akan yang
dalam dibutuhkan oleh perusahaan yang
rangka seleksi fisik dan pengetahuan, meminta, namun dengan catatan
203
memungkinkan kedisiplinan. Tidak sebatas alumni harus siap ditempatkan di itu saja mbak, semisal ada alumni yang seluruh wilayah Indonesia. Selain itu sudah lama keluar dari diklat dan ternyata GTS juga memfasilitasi bagi alumni belum memiliki pekerjaan, kamu juga yang
sudah
lama
belum
memberikan fasilitas kepada untuk mereka mendapatkan pekrjaan untuk dapat dapat menitipkan berkas lamaran kerja, menitipkan berkas lamaran kerja ke yang nanti apabila ada lowongan kerja kantor pusat atau kantor cabang. akan kita panggil. IW : berbicara mengenai penempatan kerja kami memang memfasilitasi untuk itu, namun itu kembali lagi kepada siswa mbak, kalau mereka mau mengambil dan siap ditempatkan dimanapun ya mereka langsung kerja, tapi kalau tidak mau
204
mereka biasanya mencari sendiri. Karena kita memang memiliki banyak sekali mitra untuk penempatan kerja. Selain itu banyak perusahaan di bidang outsorching
yang
datang kepada kami untuk mencari tenaga pengaman, njenengan
contohnya lihat
itu
yang ISS
pernah
yang
dari
Semarang. Dalam melakukan kerja sama tentunya kita melakukan penawaran dulu mbak sampai kita melakukan MOU
4.
Faktor pendukung dan
Apa
sajakah
penghambat
pendukung ?
faktor TR
:
mbak
kalau
pendukung itu sangat
berbicara
faktor Faktor
banyak sekali, berpengaruh
pendukung dalam
sangat
terlaksananya
karena kalau tidak ada dukungandari pendiidkan dan pelatihan. Mulai dari
205
siapapun kami juga tidak mungkin masih siswa, infrastruktur yaitu sarana dan eksis. Mulai dari siswa, infrastruktur yaitu prasarana, pengelola, Team GTS, sarana dan prasarana, pengelola, Tan GTS, POLRES setempat, serta mitra kerja. POLRES setempat, serta mitra kerja. Karena GTS merupakan BUJP yang Karena GTS itu bisa dikatakan BUJP yang baik
dari
segi
pelayanan
dan
baik darisegi pelayanan dan penyaluran penyaluran kerja. kerja. Apa
sajakah
penghambat pelaksanaan
faktor HY : sebenarnya faktor penghambat itu Hambatan dalam tergantung bagaimana kita menyikapinya pelaksanaan
terjadi
adalah
selama
kurangnya
program mbak, memang kami dalam pelaksanaan koordinasi saat pelaksanaan tentunya
pendidikan dan pelatihan banyak satpam?
yang
sekali
problem
yang
terjadi. akan
menghambat
proses
diklat
Karena setiap keputusan yang diambil di mulai dari ketidakhadiran instruktur lapangan harus seijin atasan kita. Jadi yang tanpa pemberitahuan sampai apabila kami selaku bagian lapangan dengan
206
memahami
karakteristik
kurang
berkoordinasi
tentunya
akan setiap siswa. Latar belakang siswa
menghambat pelaksanaan. Namun selama yang beraneka ragam membuat pihak ini selalu ada pemecahannya, dan bisa GTS harus mampu memahami. dibicarakan dengan baik.
Kalau dari
peserta didik biasanya masalah perijinan mbak, apabila kami akan memberikan jin kepada
mereka tentunya
mempertimbangkan
kami
banyak
hal,
harus nah
terkadang karena hal tersebut banyak siswa yang keras kepala dengan emosi, jadi kami juga harus bisa menangani. Selain itu ketidakhadiran
instruktur
tanpa
pemberitahuan membuat kami berpikir harus diisi materi apa itu mbak
207
5.
Upaya meminimalisir
Bagaimana upaya gas HY : “dalam setiap pelaksanaan program Sudah terdapat upaya upaya yang
hambatan dan
dalam
mengoptimalkan
hambatan ?
dukungan
meminimalisir pasti ada hambatan entah sekecil apapun dilakukan itu, namun hal tersebut perlu disikapi hambatan secara
positif
mbak,
kami
selalu pelaksanaan
mengusahakan dapat diminimalisir dengan upaya baik,
selama
berlangsungnya
ini
yang
untuk yang
meminimalisir terjadi
program
selama kegiatan,
tersebut
berupa
menghabat memperbanyak koordinasi dengan
pelaksanaan
adalah atasan, serta melakukan antisipasi
terjadinya miskomunikasi antara yang untuk kemoloran kegiatan, serta berada
dikantor
dan
lapangan,
serta antisipasi
materi
yang
akan
kurangnya koordinasi dalam beberapa disampaikan kepada peserta didik kegiatan,
namun
kami
selalu jika instrukturnya berhalangan hadir.
mengusahakan untuk saling berkomunikasi dalam setiap hal. Hal tersebut diupayakan untuk tidak terjadi salah paham. Selain itu,
208
kemoloran kegiatan yang tidak diduga juga perlu adanya upaya atau antisipasi mbak, karena
untuk
dapat
mengendalikan
kegiatan selanjutnya.”
Bagaiman upaya dalam SR : Faktor pendukung kita itu banyak Berdasarkan hasil wawancara diatas mengoptimalkan
mbak, karena tanpa ada dukungan dari dapat kita ketahui bahwa upaya yang
dukungan yang ada?
berbagai pihak kami tidak akan berjalan dilkakukan oleh garda total security dengan baik sampai sekarang ini, hal dalam mengotimalkan dukungannya sekecil
apapun
saya
anggap
sebagai adalah dengan menjalin hubungan
dukungan. Misalnya panjenengan itu juga baik kepada siapapun yang berperan termasuk
dukungan
keberadaan
panjenengan
tentunya
akan
209
untuk
diketahui
di
kami, dan perpartisipasi dalam pelaksanaan sini
oleh
itu program pendidikan dan pelatihan.
dosen
njenengan, temen njenengan, itu tanpa kita sadari bagian dari pemasaran mbak, selain itu alumni, mitra kerja yang sudah dan atau yang akan bekerjasama dengan kami. Karena banyak permintaan untuk dapat bekerja sama dalam penyaluran alumni ataupun peserta didik mbak. Selain itu pihak polres selalu membantu kami dalam hal perijinan dan pelaksanaan sebagai instruktur. Serta tenaga administrasi dan logistik, ibu manase semua itu faktor pendukung bagi kami mbak. Selain itu sarana dan prasarana yang ada juga dapat menjadi
faktor
210
pendukung.
Kami
mengupayakan untuk selalu terjalin dengan baik.
Dan
diperlakukan
mestinya mbak.”
211
sebagaimana
Lampiran 12. Triangulasi No.
Pertanyaan
Reduksi
1.
Kesimpulan
IW : Jadi begini mbak kami pihak BUJP Tidak terdapat perencanaan mengenai PERENCANAAN:
hanya sebagai penyedia dan penyelenggara kurikulum
Apa yang dilakukan atau
namun
untuk
terdapat
jasa keamanan, untuk perencanaan yang perencanaan
dipersiapkan
hanya
yang
berupa
jadwal
berkaitan dengan kurikulum itu langsung pelaksanaan diklat.jadi setiap lembaga
pembuatan kurikulum?
diberikan dari pihak POLRES setempat, BUJP harus melaksanakan ketentuan artinya Dimana kami menyelenggarakan pelaksanaan diklat sebanyak 232 jam diklat, ya dari situ kami mendapatkan jadwal, pelajaran seperti yang telah tertera dalam misalkan
kemarin
itu
kami kurikulum pendidikan dan pelatihan
menyelenggarakan di Klaten berarti kita SATPAM melakukan
koordinasi
berkaitan
tingkat
Gada
Pratama.
dengan Kurikulum sudah tertera dalam perkap
jadwal pelaksanaan dengan POLRES Klaten, POLRI
nomor
24
tahun
2007.
karena nantinya ketika pelaksanaan yang jadi Kurikulum tersebut sudah dibuat oleh instruktur adalah anggota POLRES Klaten. pemerintah pusat.
212
nah jadwal itu dibuat berdasarkan kurikulum yang sudah dibuat oleh POLDA EP : Perencanaan kurikulum itu langsung dari pemerintah yang diturunkan kepada POLDA setempat, kami selaku anggota yang berperan sebagai
instruktur
dari pihak
POLRES
setempat hanya melakukan perintah atau penyelenggara, sebelumnya kita pihak polres itu ketika akan membuat perencanaan yang berupa jadwal, kami harus membuat rencana kegiatan (RENGIAT), setelah bikin rengiat kita mengajukan SPRINT (Surat Perintah) ke POLDA nanti POLDA menunjuk POLRES setempat barulah kami berani membuat jadwal
kegiatan
yang
213
mengacu
pada
kurikulum 232 JP
nah kemudian dari
kurikulum itu nanti polres yang menentukan jadwal pelaksanaannya mbak, tentunya kamu juga berkoordinasi dengan pihak BUJP, kalau cabang Purworejo ya sama bu dewi atau langsung dengan pak Suryadi. DK : Jadi begini mbak Ros, berkaitan dengan kurikulum kita berpegang pada peraturan kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007. Disitu sudah disampaikan bahwa kami selaku BUJP berperan sebagai penyedia dan pelaksanaan jasa pengamanan, jadi tidak terdapat perencanaan kurikulum seperti di sekolah-sekolah, namun kami melakukan perencanaan pelaksanaan yang
214
biasa disebut RENGIAT (rencana kegiatan) setelah itu kami berkoordinasi dengan pihak POLRES karena merekalah yang berperan dalam pelaksanaan, para pak polisi pak polisi itu nantinya ketika pelaksanaan yang akan menjadi instrukturnya. Kurikulum dilaksanakan sebagai acuan Kapan
kurikulum IW : Dilaksanakannya ya pas pak eko membuat pembuatan jadwal, berdasarkan perkap
tersebut
dilaksanakan jadwal mbak, sama pas kita pelaksanaan diklat. Polri nomor 24 tahun 2007 kurikulum
dan
Bagaimana
isi Nah itu Ian setiap 2 bulan sekali diklatnya untuk pelatihan satpam harus 232 JPL.
kurikulum tersebut.?
bahkan bisa 1 bulan sekali bahkan 1 periode itu sampai dua angkatan. Atau 3 angkatan. Ada yang di Purworejo, Klaten dan Wonosobo. Ya kalau ditanya bagaimana kurikulum ya sudah pas mbak karena itu Ian mengacu pada
215
peraturan kepolisian. Dan diturunkan langsung dari pusat. EP : Kalau pelaksanaannya ya setiap pelatihan dilakukakan. Jadi nanti kurikulum itu baru sebagai desainnya rencana. Nah baru kita buat jadwalnya. Isinya sesuai dengan perkap Polri mbak DK : Ketika kita hendak membuat jadwal. Isinya sesuai dengan PERKAP POLRI nomor 24 tahun 2007
Apa yang dilakukan /
IW : Jadi ini mbak kalau persiapan kita rasa Perencanaan peserta didik merupakan
dipersiapkan
sudah berlangsung dengan sendirinya, karena bagian yang sengat penting dalam proses
dalam
penerimaan peserta didik
itu Ian sudah kita jadikan sebagai rutinitas. pelaksanaan
diklat,
baru
Jadi misal Klaten diklat, dengan sendirinya pelaksanaan
BUJP
216
karena
setiap
memiliki
target
banyak peserta yang datang untuk mendafta, siswa. Jika dilihat dari keberagaman kemudian kita merencanakan untuk diklat lagi, peserta didik, dan latar belakang yang dan begitu seterusnya. Karena setiap alumni berbeda maka kesadaran pihak instruktur yang keluar itu pasti ada yang membawa siswa dan baru.
pembina
sangatlah
diperlukan,
supaya tidak terjadi kesalahan dalam
EP : untuk perekrutan siswa itu bisa dari GTS, berkoordinasi. bisa dari POLRES, dan bisa dari umum. Ow Security
BUJP
Garda
Total
strategi
untuk
siswa.mulai
dari
memiliki
iya mbak tidak sedikit juga dari alumni diklat. mendapatkan
Karena sebelum mereka lulus dari GTS pemberian reward kepada orang yang mereka
diberikan
pembekalan,
dalam mendapatkan siswa, melakukan kerja
pembekalan itu biasanya disisipkan informasi sama terhadap instansi-instansi di daerah mengenai adanya reward untuk alumni yang Jateng dan DIY. Serta pengelola harus memberikan informasi mengenai pelaksanaan mempersiapkan fasilitas yang diberikan pendidikan dan pelatihan, jadi ketika ada siswa untuk baru pasti ditanya dapat informasi dari mana statusny
217
peserta
didik
yang
berbeda
begitu mbak. DK : Yang dilakukan dan dipersiapkan tentunya kita sosialisasikan terlebih dahulu kepada calon alumni diklat. Ayah bisa dikatakan marketing mbak HY : dalam perencanaan yang berkaitan dengan peserta didik itu kami pihak BUJP merencanakan untuk teknis pembayaran dan fasilitas yang diberikan, karena mereka yang sudah bekerja hanya mendapatkan fasilitas berupa topi, kaos dan Training saja. Namun yang reguler mendapatkan fasilitas lengkap yang berupa topi, seragam PDH, sampai sepatu PDH juga mendapat mbak. Namun dalam pelaksanaannya
mereka
218
mendapatkan
perlakuan yang sama. Dalam mencari peserta didik kamu melakukan publikasi melalui media cetak, media sosial dan alumni, selain itu kami dibantu oleh POLRES VN: Peserta didik kita dapatkan dari berbagai macam daerah dan kalangan, selain itu kita juga melakukan kerja sama dengan beberapa pihak, salah satunya adalah PT GATRA, kami melakukan
MOU
terlebih
dahulu
dan
melakukan kesepakatan harga per siswa, bahasa kerennya itu tender mbak. Bagaimana
proses IW : Jadi ini mbak kalau persiapan kita rasa Perencanaan peserta didik merupakan
penerimaan peserta didik sudah berlangsung dengan sendirinya, karena bagian yang sengat penting dalam proses baru ?
itu Ian sudah kita jadikan sebagai rutinitas. Jadi pelaksanaan
diklat,
misal Klaten diklat, dengan sendirinya banyak pelaksanaan
BUJP
219
karena
setiap
memiliki
target
peserta yang datang untuk mendafta, kemudian siswa. Jika dilihat dari keberagaman kita merencanakan untuk diklat lagi, dan begitu peserta didik, dan latar belakang yang seterusnya. Karena setiap alumni yang keluar berbeda maka kesadaran pihak instruktur itu pasti ada yang membawa siswa baru.
dan
pembina
sangatlah
diperlukan,
Proses penerimaan yo ming Koo mono mbak supaya tidak terjadi kesalahan dalam siswa kita suruh mengisi berkas, kemudian kita berkoordinasi. jelaskan fasilitas yang diperoleh, sampai BUJP Garda Total Security memiliki dengan penyerahan syarat-syarat. Kemudian strategi untuk mendapatkan siswa.mulai yang terakhir pelunasan. dari pemberian reward kepada orang EP : untuk perekrutan siswa itu bisa dari GTS, yang mendapatkan siswa, melakukan bisa dari POLRES, dan bisa dari umum. Ow kerja sama terhadap instansi-instansi di iya mbak tidak sedikit juga dari alumni diklat. daerah Jateng dan DIY. Serta pengelola Karena sebelum mereka lulus dari GTS mereka harus
mempersiapkan fasilitas
yang
diberikan pembekalan, dalam pembekalan itu diberikan untuk peserta didik yang biasanya
disisipkan
informasi
220
mengenai
adanya
reward
untuk
alumni
yang berbeda statusnya.
memberikan informasi mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, jadi ketika ada siswa baru pasti ditanya dapat informasi dari mana begitu mbak HY : dalam perencanaan yang berkaitan dengan peserta didik itu kami pihak BUJP merencanakan untuk teknis pembayaran dan fasilitas yang diberikan, karena mereka yang sudah bekerja hanya mendapatkan fasilitas berupa topi, kaos dan Training saja. Namun yang reguler mendapatkan fasilitas lengkap yang berupa topi, seragam PDH, sampai sepatu PDH juga mendapat mbak. Namun dalam pelaksanaannya
mereka
221
mendapatkan
perlakuan yang sama. Dalam mencari peserta didik kamu melakukan publikasi melalui media cetak, media sosial dan alumni, selain itu kami dibantu oleh POLRES VN : Peserta didik kita dapatkan dari berbagai macam daerah dan kalangan, selain itu kita juga melakukan kerja sama dengan beberapa pihak, salah satunya adalah PT GATRA, kami melakukan
MOU
terlebih
dahulu
dan
melakukan kesepakatan harga per siswa, bahasa kerennya itu tender mbak pendidik
dan
kependidikannya
tenaga HY : instruktur berasal dari anggota kepolisian Berdasarkan penjelasan bahwa tidak yang sudah ditunjuk oleh POLRES, tentunya terdapat anggota
yang
memiliki
pengalaman
kriteria
untuk
penentuan
di instruktur, dikarenakan instruktur untuk
bidangnya. Karena banyak materi pendidikan proses pembelajaran sudah disediakan
222
dan pelatihan adalah materi yang sudah oleh POLRES setempat. BUJP hanya dimiliki pihak kepolisian, misalkan untuk berperan
sebagai
materi yang berkaitan dengan penjagaan, membantu
persiapan
pembina
yang
dalam
proses
pengawalan, dan patroli, tentunya instruktur pembelajaran. Seperti yang dilihat oleh yang dipilih harus mumpuni di bidangnya. peneliti pada saat melakukan observasi, Kalau dari GTS itu disebut dengan team GTS, bahwasanya pembina dari team GTS biasanya
materi
yang
diberikan
berupa hanya
pembekalan dan penyaluran kerja
mempersiapkan
sebelum
berlangsungnya proses pembelajaran.
DK : penentuan instruktur dilakukan oleh POLRES, jadi kami tidak ada perekrutan dan penentuan kriteria untuk persyaratan menjadi instruktur. BUJP hanya menyiapkan team yang bertugas sebagai pembina dan pendamping Bagaimana apa
keuangan,
sajakah
yang
VN
: dalam melakukan perencanaan Dapat
keuangan
saya
merancang
223
RAB
disimpulkan
bahwa
dalam
(atau perencanaan keuangan, maka tentunya
dipersiapkan siapakah
dan
merinci) untuk pengeluaran setelah RAB jadi yang bertugas di bagian keuangan
yang
diajukan kepada kepala divisi, setelah di ACC melakukan perencanaan perinciaan dana
mengelolah keuangan?
oleh kepala divisi barulah diajukan kepada atau
membuat
RAB
untuk
komisaris uruk dapat melakukan pengeluaran keberlangsungan program, karena RAB cek. Memang saya bagian keuangan saya tersebut harus diajukan kepada kepala sendiri, namun untuk pelaksanaannya proses divisi terlebih dahulu sebelum adanya pembayaran yang meliputi pendaftaran dan realisasi berupa cek dari komisaris GTS. heregistrasi dibantu oleh bagian FO (Front Sumber dana tidak hanya berasal dari Office). Sumber dana sebenernya ada dua, peserta namun adanya kerja sama akan kalau tidak ada kerja sama pyur dari siswa, membantu. Untuk realisasi pengeluaran kalau yang ada kerja sama misalnya kerja itu dari pembayaran siswa. sama dengan dinas sosial, perusahaan dan dan instansi. Jadi mereka ada SATPAM namun belum bersertifikasi nanti kita melakukan MOU untuk kesepakatan harga
224
IW : memang kalau untuk
perencanaan
keuangan itu berasal dari hasil pendaftaran siswa mbak, jadi uang yang dibabyarkan siswa nantinya juga untuk siswa lagi, kalau yang masuk kantor berapa itu kami tidak bisa menyampaikan. Yang jelas sebelum peserta menyepakati biaya pendidikan dan pelatihan kami menjelaskan fasilitas yang didapatkan selama berlangsung pendidikan dan pelatihan, seperti itu Bagaimanakah
TR : sarana dan prasarana kami sudah Sarana dan prasarana yang terdapat di
pengelolaan sarana dan
mempersiapkan dari dulu mbak kalau di tempat pendidikan dan pelatihan sudah
prasarana?
pusdik Klaten itu sudah lengkap, mulai dari memadai. barak barak itu tempat tidur siswa itu mbak, memasak
Mulai
dari
hingga
keperluan keperluan
kemudian kamar mandi, peralatan masak, pembelajaran, serta fasilitas barak dan
225
keperluan administrasi, lapangan, sampai MCK untuk siswa pendidikan dan dengan untuk proses pembelajaran itu ada pelatihan. Sarana yang belum dimiliki LCD, proyektor, sound sistem, dll. Kemudian oleh pusdik dan penggunaannya hanya yang kita masih menyewa itu misalnya kursi, sementara kemudian peralatan untuk peragaan siswa menyewa seperti itu mbak
berlangsung.
MH : pemeliharaan sarana dan prasarana saya yang bertugas, dalam Hal ini semua hal yang berkaitan untuk menunjang berlangsungnya proses
pendidikan
dan
pelatihan
saya
pastiakan mendapat perintah dari atasan. Itu kalau diklatnya di Klaten mbak. Sampai pada keperluan
masak
dan
keperluan
pembelajaran. Kalau dikatakan lengkap atau belum PUSDIK Klaten berusaha untuk
226
biasanya selama
pihak
BUJP
kegiatan
diklat
melengkapi sarana yang dibutuhkan mbak. PELAKSANAAN :
EP : untuk pelaksanaan proses pembelajaran Pelaksanaan kurikulum sudah sesuai
Bagaimana implementasi mbak rosi dapat melihat jadwal yang telah dengan ketentuan 232 JP yang tertera di kurikulum
yang
telah dibuat, namun jika lebih rinci pelaksanaan perkap POLRI nomor 24 tahun 2007.
dibuat?
pembelajaran harus sesuai dengan prosedur Melalui jadwal kita dapat mengetahui yang telah tertera di perkap POLRI nomor 24 materi untuk pelaksanaan pendidikan tahun 2007 bahwa jumlah jam pelajaran harus dan pelatihan. Dalam pelaksanaannya memenuhi 232 JP, baru dapat dinyatakan lulus narasumber tidak hanya berasal dari Gada Pratama. Biasanya pelaksanaannya yang kepolisian namun ada yang berasal dari mengisi tidak melulu dari polres, misalnya instansi yang sesuai dengan materi yang mereka
punya
banyak
yel-yel
itu
yang sudah terjadwal, diharapkan materinya
memberikan
selain
dari
instruktur
juga dapat disampaikan dengan baik dan
mendapat dari team GTS, yakni pemandu atau sesuai. Selain itu team GTS yang mana pendamping disebut HY : pelaksanaan proses diklat garis besarnya
227
dengan
pembina
dan
diisi oleh instruktur dari anggota kepolisian pendamping akan melakukan persiapan namun terdapat berapa narasumber
yang sebelum proses pembelajaran dengan
memang kita datangkan dari instansi yang narasumber
berlangsung.
Misalnya
berkaitan dengan materi yang terdapat di dengan mengisi dengan berlatih yel-yel, jadwal. Contohnya kemarin Kan ada materi mars satpam, dan pembekalan ringan DAMKAR to mbak?, nah itu kita bekerja sama untuk praktik kerja di lapangan. dengan petugas pemadam kebakaran untuk dapat memberikan materi teori dan praktik berupa simulasi. Itu juga dinamakan instruktur namun bukan dari pihak kepolisian. Kemarin mbak
erosi
mendokumentasi
kegiatan
DAMKAR bukan, itu dimasukkan saja. Itu salah
satu
gaimana
pelaksanaan
dari
kurikulum, atau kegiatan dril tongkat dan borgol atau yang lainnya.
228
Bagaiman peserta
keaktifan TR : berkenaan dengan peserta didik mbak, disimpulkan didik
dalam siswa di sini itu didik
bahwa
supaya memiliki pelaksanaannyan
peserta
dalam didik
atau
pelaksanaan pendidikan kedisiplinan yang tinggi, karena nanti ketika biasanya disebut siswa tersebut harus dan pelatihan?
mereka sudah bekerja mereka juga harus mengikuti disiplin.
Kalau
satpam
Ian
dia
proses
pendidikan
dan
bekerja pelatihan semi militer dan mematuhi
berdasarkan sifat yang sudah dibagi oleh segala kebijakan yang telah dibuat atasannya, jadi kapanpun sifat yang dia peroleh sebelumnya.
Hal
tersebut
bertujuan
mereka harus selalu siap 86. Kemudian kenapa untuk mempersiapkan para siswa dalam kita juga memberikan pendidikan mengenai memasuki dunia kerja supaya terbiasa. jiwa korsa, seperti yang mbak erosi lihat ketika waktu makan, apabila makan satu ya makan semua, kalau tidak makan satu ya semua tidak makan, dihukum satu kena hukuman semua. Pernah juga mbak dulu pada saat makan ada beberapa orang yang mengambil lauk dobel
229
kemudian ketahuan. Mereka akhirnya undak jadi makan terus dihukum semua untuk lompat kodok, tapi mereka tidak ada yang protes, itu karena mereka sudah tertanam jiwa korsa mbak. Selain itu peserta didik juga diajarkan etika, contohnya ketika mereka mau masuk ruang akademik, mereka harus hormat dulu, ketuk pintu, jin masuk dan sebagainya. Supaya etikanya bah HF : Peserta didik atau siswa itu didik untuk bekal mereka di lapangan pekerjaan mbak, jadi di sini pendidikan juga dilaksanakan semi militer Bagaiman pendidik dan BT : dalam pelaksanaan pendidikan tentunya Pendidik dan tenaga kependidikan harus tenaga kependidikan?
membutuhkan berkas-berkas yang berkaitan saling bersinergi, untuk itu komunikasi
230
dengan administrasi mbak, misal adanya BAP dan koordinasi sangatlah dipentingkan. itu difungsikan untuk mengetahui kehadiran Pengelola
program
bertugas
instruktur supaya kami juga dapat dengan mempersiapkan segala macam bentuk mudah menghitung honor yang akan diberikan administrasi
yang
berupa
berkas,
kepada instruktur. Kemudian untuk reka absen pembina berperan dalam mempersiapkan setiap hari yang biasa kita lakukan itu pendidikan difungsikan
untuk
mengetahui
dan
pelatihan
sebelum
keluar instruktur datang. Sedangkan instruktur
masuknya siswa setiap pagi, siang, sore absen berperan dalam mengisi materi terhadap juga dapat digunakan sebagai pertimbangan siswa dalam proses pendidikan dan untuk menentukan nilai siswa
pelatihan.
IH : pendidik memang berasal dari polres mbak pengelola
Jadi
antara
program
instruktur
dan
pembina
tapi segala macam persiapan berasal dari kita. memiliki fungsi yang berbeda-beda. Yakni
bisa
dikatakan
sebagai
pengelola Mereka bekerja sesuai TUPOKSI yang
program. Yang mana kami juga memfasilitasi sudah instruktur mulai dari makannya, snack
231
ada.
berkoordinasi.
Namun
harus
selalu
Bagaimana keuangan ?
VN : Alur pengeluaran dan pe kami akan Pelaksanaannya keuangan dikelola oleh tertera jelas dalam sistem. Segala bentuk bagian keuangan, namun dibantu oleh pengeluaran harus sesuai dengan RAB yang karyawan lain diantaranya adalah bagian telah disusun, apabila tidak sesuai maka harus FO pusat, induk 1, dan cabang Klaten. melalui persetujuan dari komisaris. Sumber Alur selanjutnya barulah diserahkan dana kita ada 2, yaitu dari uang pendaftaran pada bagian keuangan. Untuk dapat siswa yang difungsikan untuk memenuhi melakukan pengeluaran bagian keuangan fasilitas siswa, selain itu ada khas GTS
terlebih dahulu membuat perencanaan
IH : untuk alur keuangan induk satu hanya RAB yang kemudian diajukan kepada sebagai pelayan pembayaran mbak. Missal kepala divisi pendidikan dan pelatihan, tanggal pembayaran sudah selesai kita juga setelah mendapatkan persetujuan dari harus laporan ke pusat
kepala
IW : pengelolaan keuangan kami diserahkan kepada
232
divisi
selanjutnya
komisaris
untuk
diajukan dapat
kepada mbak Vina selaku bagian keuangan, direalisasikan berupa cek. tapi dalam hal pembayaran dibantu oleh bagian FO dan saya sendiri kalau di pusat. Kalau di Klaten sama pak tentrem mbak, kalau di induk 1 dengan bu ika. Setelah selesai pelunasan barulah diberikan kepada bu Ina, barulah bu Ina
mereka
semuanya,
kalau
masalah
pembagian keuangan itu kami berdasarkan RAB jadi memang tidak bisa mengeluarkan uang
dengan
tiba-tiba
tanpa
persetujuan
komisaris HY : sarana dan prasarana memang sangat Sarana dan prasarana untuk pelaksanaan penting
mbak,
pendidikan dan pelatihan pendidikan dan pelatihan tidak hanya
satpam Ian tidak hanya melulu belajar dikelas dilakukan di dalam pusat pendidikan dan atau dihalaman depan kelas namun seperti pelatihan namun siswa juga diajak untuk
233
yang kemarin kita lakukan pada saat lemdik keluar pusat pendidikan dan pelatihan. itu, kita pergi ke alun alun, kemudian di sungai. Dalam hal pengelolaan sarana dan Nah itu salah satu bentuk pemanfaatan prasarana, lingkungan sekitar dalam hal penggunaan sendiri. sarpras mbak. Kalau di Klaten ya kita di lapangan belakang pusdik itu mbak yang besar TR : Berkenaan dengan sarana dan prasarana kami yang berada di pusdik Klaten hanya sebagai pengelola dan pemelihara mbak, selain itu untuk pemanfaatan kami memanfaatkan semua
fasilitas
memanfaatkan
yang
lingkungan
tesedia, mbak.
dan Karena
ketika jam pelajaran praktik terkadang siswa kami ajak keluar. Biasanya di lapangan, sembari pemanasan latihan fisik dari pusdik ke
234
dikelola
oleh
karyawan
lapangan lari kecil-kecil mbak 2.
Bagaiman
keluaran SR : tidak sedikit alumni dari GTS yang Keluaran yang diharapkan oleh GTS,
peserta
didik
setelah langsung mendapatkan kerja, karena kami sudah
mengikuti diklat?
memfasilitasi
penempatan
kerja,
terpenuhi,
mulai
dari
sikap
masalah disiplin, jiwa korsa harus dimili oleh
mereka mau mengambil tawaran atau tidak itu alumni diklat. Dilihat dari alumni yang pilihan
mereka.
Namun
mereka
harus sudah lulus, semua materi yang tertera
mengikuti peraturan dari kami. Tentunya dalam mereka
harus
lolos
kualifikasi
kurikulum
dilakukan
sesuai
yang jadwal yang sudah disusun. Siswa
diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi setiap dibekali dengan pengetahuan mengenai ada
diklat
sebelum
selesai
kami
sudah etika
profesi,
tupoksi
satpam,
melakukan pengamatan dalam rangka seleksi kemampuan kepolisian terbatas, bela diri fisik
dan
pengetahuan,
memungkinkan POLRI,
pengenalan
bahan
peledak,
kedisiplinan barang berharga, pengenalan narkoba, WR : Dulu saya sempat bas bas mbak, karena penggunaan tongkat POLRI dan borgol, takutnya saya selesai pendidikan dan pelatihan
235
tidak bisa langsung kerja, karena ini
saya PBB. Dan masih banyak lagi.
mengikuti diklat satpam juga iseng-iseng daripada nganggur, kemudian setelah saya mengikuti, belum sampai selesai pendidikan dan pelatihannya saya mendapat panggilan untuk menemui kepala divisi diklat untuk dapat ke kantornya, disitu saya diberikan banyak wejangan, pengetahuan, dilatih fisik untuk disiapkan supaya bisa kerja di solo, tepatnya di UNS mabk. Waktu itu saya undak pikir panjang ada tawaran saya ambil, jadi yang lain masih diklat saya harus ke solo menemui pihak UNS. Selesai diklat saya langsung kerja mbak, hanya istirahat 2-3 hari saja. YL : ini pertama kalinya saya mengikuti
236
pendidikan semi militer, sebelumnya saya lulusan smk busana, setelah lulus saya bingung mbak terus cari cari informasi di facebook ada diklat satpam saya akhirnya saya nyoba, di sini saya belajar tepat waktu, peduli sesama, salin itu saya sekarang bisa bela diri, tindakan pemadam kebakaran, banyak sekali ilmu yang sudah saya dapatkan mbak. Yang enaknya lagi kemarin saya langsung dapet panggilan kerja, disalurkan langsung sama pihak GTS mbak 3.
Bagaimana upaya GTS SR : tidak sedikit alumni dari GTS yang Penempatan kerja pihak GTS melakukan dalam
menyalurkan langsung mendapatkan kerja, karena kami penawaran, yang mana di dalamnyan
lulusan di dunia kerja?
memfasilitasi
penempatan
kerja,
masalah terdapat perjanjian dan tawaran yang
mereka mau mengambil tawaran atau tidak itu akan didapatkan oleh mitra kerja. Telah pilihan
mereka.
Namun
237
mereka
harus keduanya sepakat barulah melakukan
mengikuti peraturan dari kami. Tentunya MOU. mereka
harus
lolos
kualifikasi
Penempatan
kerja
selalu
yang ditawarka kepada siswa, tentunya akan
diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi setiap diberikan kualifikasi yang dibutuhkan ada
diklat
sebelum
selesai
kami
sudah oleh perusahaan yang meminta, namun
melakukan pengamatan dalam rangka seleksi dengan fisik
dan
pengetahuan,
catatan
memungkinkan ditempatkan
kedisiplinan. Tidak sebatas itu saja mbak, Indonesia.
alumni
di Selain
harus
seluruh itu
siap
wilayah
GTS
juga
semisal ada alumni yang sudah lama keluar memfasilitasi bagi alumni yang sudah dari diklat dan ternyata belum memiliki lama belum mendapatkan pekrjaan untuk pekerjaan, kamu juga memberikan fasilitas dapat menitipkan berkas lamaran kerja kepada untuk mereka dapat menitipkan berkas ke kantor pusat atau kantor cabang. lamaran
kerja,
yang
nanti
apabila
ada
lowongan kerja akan kita panggil. IW : berbicara mengenai penempatan kerja kami memang memfasilitasi untuk itu, namun
238
itu kembali lagi kepada siswa mbak, kalau mereka mau mengambil dan siap ditempatkan dimanapun ya mereka langsung kerja, tapi kalau tidak mau mereka biasanya mencari sendiri. Karena kita memang memiliki banyak sekali mitra untuk penempatan kerja. Selain itu banyak perusahaan di bidang outsorching yang datang kepada kami untuk mencari tenaga pengaman, contohnya yang pernah njenengan lihat itu ISS yang dari Semarang. Dalam melakukan kerja sama tentunya kita melakukan penawaran dulu mbak sampai kita melakukan MOU
4.
Apa
sajakah
faktor TR : mbak kalau berbicara faktor pendukung Faktor pendukung sangat berpengaruh
239
pendukung ?
itu sangat banyak sekali, karena kalau tidak ada dalam terlaksananya pendiidkan dan dukungandari
siapapun
kami
juga
tidak pelatihan. Mulai dari siswa, infrastruktur
mungkin masih eksis. Mulai dari siswa, yaitu sarana dan prasarana, pengelola, infrastruktur
yaitu
sarana dan prasarana, Team GTS, POLRES setempat, serta
pengelola, Tan GTS, POLRES setempat, serta mitra kerja. Karena GTS merupakan mitra kerja. Karena GTS itu bisa dikatakan BUJP yang baik dari segi pelayanan dan BUJP yang baik darisegi pelayanan dan penyaluran kerja. penyaluran kerja. Apa
sajakah
penghambat pelaksanaan
faktor HY : sebenarnya faktor penghambat itu Hambatan dalam tergantung
bagaimana
kita
yang
menyikapinya pelaksanaan
terjadi
adalah
selama kurangnya
program mbak, memang kami dalam pelaksanaan koordinasi saat pelaksanaan tentunya
pendidikan dan pelatihan banyak sekali problem yang terjadi. Karena akan menghambat proses diklat mulai satpam?
setiap keputusan yang diambil di lapangan dari ketidakhadiran instruktur yang tanpa harus seijin atasan kita. Jadi apabila kami pemberitahuan
sampai
dengan
selaku bagian lapangan kurang berkoordinasi memahami karakteristik setiap siswa.
240
tentunya
akan
menghambat
pelaksanaan. Latar belakang siswa yang beraneka
Namun selama ini selalu ada pemecahannya, ragam
membuat
pihak
GTS
harus
upaya
upaya
yang
dan bisa dibicarakan dengan baik. Kalau dari mampu memahami. peserta didik biasanya masalah perijinan mbak, apabila kami akan memberikan jin kepada mereka
tentunya
kami
harus
mempertimbangkan banyak hal, nah terkadang karena hal tersebut banyak siswa yang keras kepala dengan emosi, jadi kami juga harus bisa menangani. Selain itu ketidakhadiran instruktur tanpa pemberitahuan membuat kami berpikir harus diisi materi apa itu mbak 5.
Bagaimana dalam
upaya
gas HY : “dalam setiap pelaksanaan program pasti Sudah terdapat
meminimalisir ada hambatan entah sekecil apapun itu, namun dilakukan
hambatan ?
hal tersebut perlu disikapi secara positif mbak, hambatan
241
untuk yang
meminimalisir terjadi
selama
kami selalu mengusahakan dapat diminimalisir pelaksanaan program kegiatan, upaya dengan baik, selama ini yang menghabat tersebut berlangsungnya pelaksanaan adalah terjadinya koordinasi
berupa dengan
memperbanyak atasan,
serta
miskomunikasi antara yang berada dikantor melakukan antisipasi untuk kemoloran dan lapangan, serta kurangnya koordinasi kegiatan, serta antisipasi materi yang dalam beberapa kegiatan, namun kami selalu akan disampaikan kepada peserta didik mengusahakan untuk saling berkomunikasi jika instrukturnya berhalangan hadir. dalam setiap hal. Hal tersebut diupayakan untuk tidak terjadi salah paham. Selain itu, kemoloran kegiatan yang tidak diduga juga perlu adanya upaya atau antisipasi mbak, karena untuk dapat mengendalikan kegiatan selanjutnya.”
Bagaiman upaya dalam SR : Faktor pendukung kita itu banyak mbak, Berdasarkan hasil wawancara diatas
242
mengoptimalkan
karena tanpa ada dukungan dari berbagai pihak dapat kita ketahui bahwa upaya yang
dukungan yang ada?
kami tidak akan berjalan dengan baik sampai dilkakukan oleh garda total security sekarang ini, hal sekecil apapun saya anggap dalam
mengotimalkan
dukungannya
sebagai dukungan. Misalnya panjenengan itu adalah dengan menjalin hubungan baik juga
termasuk
dukungan
untuk
kami, kepada siapapun yang berperan dan
keberadaan panjenengan di sini itu tentunya perpartisipasi
dalam
pelaksanaan
akan diketahui oleh dosen njenengan, temen program pendidikan dan pelatihan. njenengan, itu tanpa kita sadari bagian dari pemasaran mbak, selain itu alumni, mitra kerja yang sudah dan atau yang akan bekerjasama dengan kami. Karena banyak permintaan untuk dapat bekerja sama dalam penyaluran alumni ataupun peserta didik mbak. Selain itu pihak polres selalu membantu kami dalam hal perijinan dan pelaksanaan sebagai instruktur.
243
Serta tenaga administrasi dan logistik, ibu manase semua itu faktor pendukung bagi kami mbak. Selain itu sarana dan prasarana yang ada juga dapat menjadi faktor pendukung. Kami mengupayakan untuk selalu terjalin dengan baik. Dan diperlakukan sebagaimana mestinya mbak.”
244
Lampiran 13. Data Sarana dan Prasarana NO
NAMA
JUMLAH
KEADAAN
1.
Kursi pendidikan
125
Baik
2.
Sound System
1
Baik
3.
Toa
1
Baik
4.
Papan tulis Whiteboard
1
Baik
5.
Barak (tempat tidur)
52
Baik
6.
Karpet
105
baik
7.
Televisi
1
Baik
8.
Komputer
1
Baik
9.
Sprinter
1
Baik
10.
Laptop
1
Baik
11.
Camera digital
1
Baik
12.
Set peralatan memasak
1
Baik
13.
Kompor
5
Baik
14.
Kamar mandi
8
Baik
15.
Dispenser
3
Baik
16.
Alat peraga /set
1
Baik
17.
Front Office
1
Baik
245
Lampiran 14. Struktur Pengelola Divisi DIKLAT SATPAM
Komisaris
: Alm Dr. Sekti Widodo
Direktur
: Agus Nurwijanarko
Kadiv Diklat
: Suradi
Kasi OPS Pusat
: Ika Wulandari
Kabag OPS Induk 1 : Dewi Kumalasari Kasi OPS Induk 1
: Hadiyanto
Keuangan
: Febriana N Arma
Kepala PUSDIKLAT : CL Tentrem Staff FO Pusat
: Aditya Rifka Prasetya
Satff FO Induk 1
: Ika Hartanti
Staff Administrasi
: Aninditya Banguntopo
Staff Operasional
: Rizky Aditya dan Ary Prasetyo
Pembina
: Hari Fitriyanta
Logistik
: Minharjo
246
Pembekalan dan Penerimaan Siswa Baru
Antean Potong Rambut Setelah pmbekalan awal
247
Sesi Foto Ijazah
Upacara Pembukaan
248
Pelaksanaan Sarapan Pagi Pukul 06.00
Pelaksanaan lemdik, Orientasi Lingkungan pendidikan
249
Persiapan Ujian Praktik
Orientasi lemdik 2
250
Pembekalan Akhir
Orientasi 1
251
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tampak Depan (Sarpras)
Latihan Peragaan di PUSDIK Klaten
252
Persiapan kegiatan Bela Diri
Praktik Damkar
253
252
253
254
255
256
257
258
259