Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurnal Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.8 No.17, April 2010 ISSN 1693-248X
PENURUNAN KONSENTRASI BESI DALAM AIR SECARA OKSIDASI KIMIA LANJUT (FOTOKIMIA SINAR UV DAN UV-PEROKSIDASI) 1
Elfiana1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Email:
[email protected]
ABSTRAK Air mengandung besi terlarut (Fe2+) tanpa kehadiran oksigen air terlihat jernih, tetapi begitu kontak dengan udara air berubah menjadi keruh dan berwarna kuning kecoklatan. Salah satu metode pengolahan air yang mengandung besi terlarut adalah oksidasi kimia lanjut dengan oksidator radikal hidroksil (HO•). Radikal hidroksil terbentuk dari Sinar UV yang dipancarkan ke dalam air, atau kombinasi Sinar UV dengan hidrogen peroksida. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persentase penurunan konsentrasi besi terlarut menggunakan proses Fotokimia Sinar UV, UVPeroksidasi, dan hasilnya dibandingkan dengan proses oksidasi biasa, yaitu Aerasi, sehingga diketahui unjuk kerja dari setiap proses tersebut. Penelitian dilakukan dalam suatu reaktor sistem batch skala laboratorium, menggunakan air artifisial FeSO4, selama waktu pengadukan 30, 60, 90, 120, 150 dan 180 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses UV-peroksidasi mempunyai kemampuan paling baik untuk menurunkan konsentrasi besi dalam air, yaitu sebesar 92,10%, sedangkan proses Fotokimia Sinar UV dan Aerasi masing-masing adalah 64,09% dan 32,49%. Kata Kunci: Besi terlarut, Fotokimia sinar UV, oksidasi kimia lanjut, radikal hidroksil, UV-Peroksidasi
PENDAHULUAN Salah satu permasalahan umum masyarakat menyangkut air adalah kondisi air tanah atau air sumur bor berwarna kuning kecoklatan setelah beberapa lama kontak dengan udara. Hal ini disebabkan air tanah dari struktur tanah daratan rendah dan berawa umumnya mengandung logam dan senyawa organik, dan paling dominan adalah besi bervalensi dua, baik senyawa besi sederhana maupun besi kompleks organik. Secara umum besi terlarut dalam air tanah antara 1,0-10 mg/L, namun
tingkat kandungan besi sampai sebesar 50 mg/L dapat juga ditemukan dalam air tanah (Aleart G, 1984). Secara fisik, keberadaan besi dalam air menyebabkan air berwarna kuning kecoklatan, menimbulkan bau yang tidak enak, memberikan rasa amis dalam air dan memberikan kesempatan tumbuhnya bakteri pengguna besi di dalam sistem air distribusi sehingga dapat mengganggu kesehatan. Kandungan besi maksimum yang diperbolehkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990 adalah 0,3 mg/L.
34
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurnal Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.8 No.17, April 2010 ISSN 1693-248X
Banyak metode telah dilakukan untuk menyisihkan logam besi dalam air, baik secara fisika maupun kimia. Proses kimia yang sering dilakukan adalah metode aerasi dan oksidasi menggunakan kalium permanganat. Oksidasi dengan kalium permanganat justru menambah permasalahan baru terhadap endapan Mn2+ berwarna hitam. Sedangkan metode aerasi air hasil olahannya masih mengalami perubahan warna menjadi kuning kecoklatan setelah kontak dengan udara. Fenomena ini menggambarkan besi terlarut bersenyawa kompleks dengan organik, dan sulit dihilangkan melalui oksidasi biasa. Menurut Watt (1998) suatu senyawa kimia yang sulit dipecahkan melalui oksidasi kimia biasa dapat dioksidasi menggunakan radikal hidroksil (HO). Radikal hidroksil merupakan substansi reaktif terbentuk dari hasil reaksi intermediate. Radikal hidroksil memiliki potensial oksidasi (Eo=2,8V) lebih besar dibanding oksidator lainnya. Radikal hidroksil terbentuk akibat simulasi pancaran sinar UV dan hidrogen peroksida. Cervera and Esplugas, 1983 dalam Jones (1999) menyebutkan bahwa pancaran sinar UV dapat menyebabkan peristiwa fotokimia dalam air, dimana terjadi penyerapan sumber energi oleh molekul senyawa kimia untuk menyelesaikan reaksi kimianya. Kombinasi hydrogen peroksida (H2O2) dengan sinar UV pada proses AOPs dikenal dengan istilah UVPeroksidasi. Beberapa penelitian telah menggunakan proses UV-peroksidasi untuk mengolah air dan limbah. UVperoksidasi mampu menurunkan 95% warna reaktif air limbah tekstil pada dosis H2O2 0,05% selama waktu penyinaran 180 menit (Fifiani, 2004), dan mampu menurunkan 90%
konsentrasi surfaktan dalam air (Hariawan S.W,2004). Penelitian ini dilakukan untuk memberikan pemecahan masalah keberadaan besi terlarut menggunakan metode oksidasi kimia lanjut (Advanced Oxydation Processes), mengandalkan aktivitas radikal hidroksil HO yang bersumber dari sinar UV (fotokimia) dan kombinasi sinar UV dengan hidrogen peroksida (UV-peroksidasi). Metode ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang lebih baik untuk memecahkan masalah besi dalam air dibanding proses oksidasi kimia biasa (aerasi) untuk menurunkan kadar besi dalam air. Mekanisme reaksi fotokimia sinar UV dan UV-peroksidasi adalah sebagai berikut: hv H2O H + HO ........ (1) hv H2O2 HO + HO ........ (2) Radikal hidroksil (HO) yang terbentuk dapat mengoksidasi besi terlarut (Fe2+) menjadi endapan besi (Fe3+) dan memecah senyawa kompleks besi organik (Fe-R) menurut mekanisme reaksi berikut (Watts, 1998): Fe-R + HO Fe2+ + RH….. (3) Fe2+ + HO Fe3+ + OH-… (4) HO + RH R + H2O ..… (5) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja proses okisdasi kimia lanjut (Fotokimia sinar UV dan UV-Peroksidasi) dan oksidasi kimia biasa (Aerasi) berdasarkan persentase penurunan konsentrasi besi terlarut dalam air dinyatakan dengan effisiensi removal besi (%RFe[II]) yang diperoleh. Hasil penelitian dapat memberikan informasi kelayakan proses oksidasi kimia lanjut untuk pengolahan air akibat keberadaan besi terlarut.
35
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurnal Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.8 No.17, April 2010 ISSN 1693-248X
berjenis pyrex anti gores), Lampu UV 10 Watt merk Elit SK F 10 W T8 BLB, pengaduk elektrik dan magnetik stirrer serta alat pendukung analisa. Rangkaian reaktor ditampilkan pada Gambar 1. Reaktor dilengkapi dengan stirrer dan penutup reaktor, terbuat dari bahan fiber yang dilapisi alumunium foil, diameter atas dan bawah masingmasing 30 cm dan 43,5cm, tinggi 41,5cm. Volume larutan dalam reaktor adalah 1200 ml. Limbah artifisial menggunakan Fe2+ 9 mg/L, dibuat berdasarkan kandungan Fe2+ dalam air sumur bor Politeknik Negeri Lhokseumawe
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium, sistem batch, menggunakan sample air artifisial mengandung besi. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah FeSO4.7H2O; H2O2; larutan standar Fe2+ ( Fe(NH4)2SO4); HCl p.a; NH2OH.HCl; NH4C2H3O2; H2SO4 pekat; fenantrolin monohidrat dan aquades. Sedangkan alat yang digunakan adalah untuk keperluan proses utama berupa reaktor (beaker glass 2000mL, lampu UV 10W merk Elit SK F 10W T8 BLB, stirrer dan magnetik stirrer, serta alat pendukung analisa. Diameter 12,8cm, tinggi 19 cm,
8
.
1
3 4
5
6 7
Keterangan gambar: 1. Lubang pengambilan sample 2. Penutup reaktor 3. Reaktor (beaker glass 2L) 4. Lampu UV 10 W (3 buah)
5. 6. 7. 8.
Sample air artifisial Meja Stirrer & magnetik stirrer Saklar lampu dan sumber arus
Gambar 1. Rangkaian peralatan reaktor utama (Fotokimia Sinar UV dan UV Peroksidasi) sistem batch
36
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurnal Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.8 No.17, April 2010 ISSN 1693-248X
Pelaksanaan Penelitian Rancangan percobaan penelitian ditampilkan pada Tabel 1. Prosedur pengoperasian yang dilakukan adalah meliputi proses Aerasi (sebagai pembanding), Fotokimia Sinar UV dan UV-Peroksidasi, sebagai berikut: 1) Tiga buah reaktor utama (beaker glass 2 L) diletakkan di atas stirrer 2) Kedalam masing-masing reaktor dimasukkan sample air 1,1 L mengandung x mg/L FeSO4, 3) Hidupkan stirrer dan atur kecepata pengadukan sampai tidak terjadi vortex (reaktor 1, Aerasi), selanjutnya lampu UV dinyalakan (reaktor 2, Fotokimia Sinar UV), bersamaan dengan saklar lampu UV dinyalakan, kedalam reaktor ditambahkan H2O2 0,05% secara perlahan disertai dengan pengadukan dengan stirrer, dan dicatat sebagai waktu t menit (reaktor 3, UV-Peroksidasi) 4) Pengadukan dan penyinaran di masing-masing reaktor dilakukan selama 60, 120, dan 180 menit. 5) Perubahan pH dan konsentrasi Fe2+ diamati setiap waktu pengadukan dan penyinaran (60 menit, 120 menit dan 180 menit). Metode Analisa Perubahan konsentrasi Fe2+ setiap waktu diukur menggunakan metode Spektrofotometri menurut acuan Standard Methode for The Examination of Water and Wastewater
20thEdition (1998) dan Standard Nasional Indonesia, BSN (2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Jenis Proses Oksidasi terhadap Perubahan Konsentrasi Fe2+ Proses Aerasi, Fotokimia Sinar UV, dan UV-Peroksidasi dapat menurunkan kosentrasi besi terlarut. Perubahan kosentrasi Fe2+ menggunakan proses Aerasi, Fotokimia UV, dan UV Peroksidasi selama Waktu 60-180 menit ditampilkan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa proses UV-peroksidasi dapat menurunkan konsentrasi besi dari 9,1 mg/L menjadi 0,7 mg/L, sedangkan proses Fotokimia Sinar UV dan Aerasi hanya dapat menurunkan konsentrasi besi masing-masing sampai 3,3 mg/L dan 6,1 mg/L. Hal ini menunjukkan kemampuan UV-peroksidasi lebih baik daripada Fotokimia Sinar UV dan Aerasi Hidrogen peroksida (H2O2) adalah oksidator kuat (potensial oksidasi 1,8 V), tetapi tidak sekuat • radikal hidroksil (HO , dengan potensial oksidasi 2,8 V). Radikal hidroksil dapat terbentuk akibat adanya energi foton yang dipancarkan oleh sinar UV terhadap suatu molekul senyawa berikatan H-O, seperti air dan H2O2. Akan tetapi aktivitas air untuk menyerap energi foton sinar UV tidak sereaktif aktivitas hidrogen peroksida.
Tabel 1. Rangka Percobaan Penelitian Utama Perlakuan Proses Aerasi Sinar UV Sinar UV + H2O2 Waktu penyinaran 60 120 180 60 120 180 60 120 180 (menit) Variabel
37
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurnal Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.8 No.17, April 2010 ISSN 1693-248X
Perubahan Konsentrasi Fe2+ Menggunakan Proses Aerasi, Fotokimia Sinar UV, dan UV-Peroksidasi Selama Waktu 60-180 menit Jenis Proses Perubahan %R (Fe2+) Waktu Pengadukan 2+ Oksidasi Konsentrasi Fe (menit) (mg/L)
Tabel 2
Aerasi
Sinar UV
Sinar UV + H2O2
0 60 120 180 0 60 120 180 0 60 120 180
9,1 8,0 7,5 6,1 9,1 7,1 4,8 3,3 9,1 5,8 1,8 0,7
0,00 12,38 18,13 32,49 0,00 22,44 46,86 64,09 0,00 36,80 79,89 92,10
. Gambar 3
Profil perubahan konsentrasi besi (Fe2+) selama waktu pengadukan 30, 60, 90, 120, 150 dan 180 menit, menggunakan proses Aerasi, Fotokimia Sinar UV dan UV-Peroksidasi
Berdasarkan persamaan reaksi (1) dan (2) diatas sebelumnya, yaitu: hv H2O H + HO ........ (1) hv H2O2 HO + HO ........ (2) dapat dilihat bahwa air dengan adanya penyinaran sinar UV dapat menghasilkan satu molekul radikal hidroksil, sedangkan hydrogen peroksida bersama sinar UV dapat
menghasilkan dua molekul radikal hidroksil. Fenomena ini menjelaskan bahwa kombinasi hydrogen peroksida dan sinar UV atau disebut UV-peroksidasi akan menghasilkan reaksi yang lebih reaktif karena menghasilkan radikal hidroksil lebih banyak dibanding Fotokimia Sinar UV atau proses Aerasi sekalipun. Profil arah perubahan konsentrasi besi dari ketiga
38
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurnal Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.8 No.17, April 2010 ISSN 1693-248X
proses oksidasi kimia dimaksud tersebut ditampilkan dalam Gambar 3. Gambar 3 memperlihatkan bahwa semakin lama waktu kontak (pengadukan) maka konsentrasi besi terlarut semakin menurun, baik proses Aerasi, Fotokimia Sinar UV maupun UV-peroksidasi. Akan tetapi arah perubahan konsentrasi besi dari proses UV-peroksidasi memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan proses Aerasi dan Fotokimia Sinar UV. Hal ini disebabkan adanya radikal hidroksil yang terbentuk selama reaksi oksidasi besi berlangsung. Reaksi Fotokimia sinar UV yang terjadi adalah mengikuti persamaan reaksi (1) dan (4), untuk reaksi UV-peroksidasi mengikuti persamaan (1) dan (4), sedangkan untuk reaksi Aerasi mengikuti persamaan reaksi (6) : Pada proses Aerasi, oksidator yang berperan adalah O2 yang memiliki potensial oksidasi 0,8V, sedangkan pada Fotokimia Sinar UV dan UVperoksidasi oksidator berperan adalah radikal hidroksil yang memiliki potensial oksidasi 2,8 V. Berdasarkan nilai potensial oksidasi ini dapat menjelaskan bahwa Fotokimia Sinar UV akan menghasilkan reaksi lebih baik dibanding Aerasi. Akan tetapi, jika Fotokimia Sinar UV dibandingkan dengan UV-peroksidasi, maka hasil
reaksi yang diberikan oleh UVperoksidasi akan lebih baik, karena jumlah oksidator radikal hidroksil yang terbentuk selama reaksi adalah lebih banyak. Oleh karena itu dalam penelitian ini penurunan konsentrasi besi terbesar adalah menggunakan proses UV-peroksidasi. Persentase Penurunan Konsentrasi Fe2+ (%R) Persentase penurunan konsentrasi Fe2+ atau dinyatakan sebagai persen removal senyawa besi (%R) atau dinyatakan sebagai effisiensi penurunan konsentrasi besi didefinisikan sebagai persentase besarnya perubahan konsentrasi besi dari awal reaksi sampai reaksi berlangsung pada waktu tertentu, dapat ditulis sebagai berikut: Hasil perhitungan persen removal senyawa besi dapat diinterprestasikan sebagai unjuk kerja atau performance proses oksidasi kimia yang berlangsung. Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat menjelaskan bahwa untuk ketiga proses oksidasi (Aerasi, Fotokimia Sinar UV, dan UVperoksidasi) adalah semakin lama waktu pengadukan dan penyinaran, maka semakin besar persen removal senyawa besi yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
4Fe2+ + O2 + 10H2O → 4Fe(OH)3 + 8H+
%R
Konsentras i Fe 2 ( mula mula ) Konsentras i Fe 2 Konsentras i Fe
39
2
( mula mula )
…................ (6)
( pada waktu t )
x 100% ...(7)
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurnal Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.8 No.17, April 2010 ISSN 1693-248X
Gambar 4
Persentase Penurunan Konsentrasi Fe2+ Menggunakan Tiga Proses Oksidasi Kimia (Aerasi, Fotokimia Sinar UV dan UV-peroksidasi) pada berbagai waktu pengadukan.
Gambar 4 memperlihatkan bahwa, persentase penurunan konsentrasi besi (%R) terbesar adalah menggunakan proses UV-peroksidasi, kemudian diikuti Fotokimia Sinar UV dan Aerasi. Semakin lama waktu pengadukan dan penyinaran maka semakin besar %R yang diperoleh. Persentase penurunan konsentrasi besi terbesar adalah 92,10% pada waktu 180 menit menggunakan proses UVPeroksidasi, sedangkan proses Aerasi dan Fotokimia Sinar UV menurunkan konsentrasi Fe2+ masing-masing adalah 32,49% dan 64,09%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan proses UV-Peroksidasi adalah paling baik dibanding proses Aerasi dan Sinar UV.
dibanding proses Fotokimia Sinar UV dan Aerasi.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa persentase penurunan konsentrasi besi dari proses UV-Peroksidasi adalah 92,10%, sedangkan proses Fotokimia Sinar UV dan Aerasi masing-masing adalah 64,09% dan 32,49%, sehingga dinyatakan proses UV-Peroksidasi memiliki unjuk kerja yang paling baik
Hariawan, S.W., Agustina, S., 2004, Studi Penurunan Konsentrasi Surfaktan dengan Oksidasi UVH2O2, Jurnal Purifikasi, Vol.5, No.3, 127-132
DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G., Santika, S.S., 1984, Metode Penelitian Air, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya Benefield, L.D., Randall, 1980, Process Chemistry for Water and Wastewater Treatment, Prentice Hall Inc., Englewood Cliff, New Jersey Fifiani, M, Rahmat, B. (2004), Studi Penurunan Warna Reaktif pada Air Limbah Tekstil dengan Proses Fotokimia, Jurnal Purifikasi, 5,85-90
Jones, C.W. (1999), Aplication of Hydrogen Peroxide and Derivatives, Published by The Royal Society of Chemistry, 40
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurnal Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.8 No.17, April 2010 ISSN 1693-248X
Thomas Graham House, Science Park, Milton Road Combridge CB4 0WF, UK, 207-216 Keenan, dkk. (1984), Kimia Untuk Universitas, Edisi ke-6, Jilid-1, Penerbit Erlangga, Jakarta, 512543 Metcalf and Eddy. (2003), Wastewater Engineering Treatment and Reuse, McGraw Hill, 95-99, 257-269, 517-523, 1196-1202 Noyes, R. (1994), Unit Operation in Environmental Engineering, Noyes Publication, New Jersey. Rodriquez, M. (2003), Fenton and UVvis Based Advanced Oxidation Processes in Wastewater Treatment: Degradation, Mineralization, and Biodegradability Enhancement, Thesis Program Magister, Universitas Bercelona, Departemen Teknik Kimia dan Metalurgi, Bercelona, 22-91
Rohmatun. 2006. Studi Penurunan Kandungan Besi (Fe-EDTA) dalam Air Tanah dengan Oksidasi H2O2-UV, Institut Teknologi Bandung. Said, N.S., 1999, Kesehatan Masyarakat dan Teknologi Peningkatan Kualitas Air, Direktorat Teknologi Lingkungan Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material, dan Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Sawyer, C.N., McCarty, P.L., Parkin, G.F. (1994), Chemistry for Environmental Engineering, McGraw Hill International Edition, 83-89, 252-254, 460461. Watts, J.R. (1998), Hazardous Waste: Sources, Pathways, Recycles, John Willey & Sons Inc, New York, 352-362, 568-570, 615620
41