JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
1
Penurunan BOD COD pada Limbah Katering Menggunakan Pengolahan Fisik dan Konstruksi Subsurface-Flow Wetland dengan Tumbuhan Kana (Canna indica) Hutari Winursita dan Sarwoko Mangkoedihardjo Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] Abstrak— Penelitian ini menggunakan pengolahan fisik sederhana sebagai pretreatmentnya yang kemudian mengalir ke media subsurface flow Wetland buatan dengan variasi debit mengalir secara kontinyu sebesar 8 liter/hari dan 10 liter/hari. Hasil konsentrasi BOD COD yang dikandung oleh air limbah katering yang berada di Kelurahan Bendul Merisi Kecamatan Wonocolo dapat diolah secara efektif dengan tumbuhan Kana selama 12 hari. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya bunga pada tumbuhan Kana yang menjelaskan bahwa tumbuhan Kana sudah masuk ke fase generatif dan telah melewati fase vegetatif. Tumbuhan hanya efektif dipakai dalam pengolahan apabila tumbuhan tersebut berada dalam fase vegetatif. Pengambilan sampel dilakukan 2 hari sekali selama 12 hari, Kemudian dilakukan uji analisis laboratorium dengan parameter uji berupa BOD, COD, pH dan suhu. Saat pengambilan sampel, dilakukan pula pengamatan pada morfologi tumbuhan dan didapatkan rata-rata pertumbuhan daun per 2 harinya ±4-5 cm. Untuk persentase penurunan konsentrasi BOD tertinggi adalah sebesar 81,7% pada variasi debit 10 liter/hari dengan variasi kerapatan 50 mg/cm2. Sedangkan untuk persentase penurunan konsentrasi COD tertinggi adalah sebesar 88% pada variasi debit 8 liter/hari untuk semua variasi kerapatan. Pada hari ke-2 konsentrasi COD pada sampel effluent meningkat, hal ini dapat disebabkan oleh adanya shock-loading yang terjadi pada air limbah influent. Kata Kunci—Limbah Katering, Pengolahan Fisik-Subsurface flow wetland, Canna indica
I. PENDAHULUAN
S
eiring perkembangan teknologi yang didasari oleh bertambahnya kebutuhan manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, maka pembangunan industri sangat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar khususnya kualitas air sungai yang disebabkan oleh pembuangan limbah industri. Salah satu contohnya yaitu industri katering. Industri katering termasuk salah satu industri potensial yang mempunyai prospek baik di Indonesia bahkan diseluruh penjuru dunia. Dalam proses produksinya yang berupa makanan dan minuman, tentu akan menghasilkan limbah yang cukup banyak. Karakteristik konsentrasi limbahnya hampir serupa dengan konsentrasi limbah dapur rumah tangga. Hanya saja perbedaan yang cukup spesifik yaitu berasal dari konsentrasi minyak dan lemak yang lebih banyak. Air buangan dari bahan makanan termasuk buangan organik yang dapat tergedrasi oleh mikroorganisme dan akan
terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (Yasril, 2009). Agar limbah tersebut tidak dibuang begitu saja ke badan sungai maka, diperlukan pengelolaan, pengolahan, dan pengendalian limbah tersebut. Pengelolaan, pengolahan, dan pengendalian ini dilakukan untuk mencegah dampak negatif yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia. Penggunaan tumbuhan dengan sistem wetland merupakan salah satu alternatif dalam mengolah air limbah. Di Indonesia mungkin memang belum banyak diaplikasikan, tetapi di negara maju dan berkembang lainnya alternatif ini sudah cukup banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri. Sistem wetland dapat meremediasi polutan dan memiliki efektivitas penurunan yang tinggi, serta dapat menambah estetika lingkungan demi menciptakan lingkungan yang lebih asri (Kusrijadi, 2010). Jenis tumbuhan dapat disesuaikan dengan jenis sistem constructed wetland yang digunakan. Pada system konstruksi subsurface-flow wetland ini, air tidak menggenang di atas media tanam tetapi air mengalir di bawah media sehingga memiliki berbagai keuntungan. Salah satu keuntungannya adalah prosesnya lebih cepat dari surface-flow wetland. Tumbuhan yang dapat beradaptasi lebih bervariasi sehingga dapat digunakan sebagai taman dengan estetika yang baik. Salah satu tumbuhan untuk proses penurunan BOD, COD, pH dan suhu adalah Kana (Canna indica). Kana (Canna indica) mampu hidup di dataran rendah hingga ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Tumbuhan ini tumbuh besar, tegak, dengan tinggi mencapai dua meter. Daunnya besar dan lebar, menyirip jelas. Warnanya hijau atau merah tengguli. Bunganya besar dengan warna-warna cerah, seperti merah, merah muda, dan kuning yang tersusun dalam bentuk tandan. Untuk itu tumbuhan ini dapat dimanfaatkan agar dapat menambah estetika lingkungan. II. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di rumah kaca dan laboratorium ekotoksikologi Jurusan Teknik Lingkungan ITS selama 12 hari dengan menguji kemampuan tumbuhan kana (Canna indica) dalam menurunkan konsentrasi BOD dan COD limbah katering yang berada di Kelurahan Bendul Merisi, Kecamatan Wonocolo Surabaya. Penelitian menggunakan reaktor kaca
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) dua sisi yaitu pengolahan fisik sederhana sebagai pre treatment dan prototipe subsurface-flow horizontal wetland dan dialirkan air limbah dari dalam drum penampung secara kontinyu. Reaktor yang digunakan sebanyak 4 buah untuk reaktor uji, dan 2 buah untuk reaktor kontrol dengan dimensi masing-masing reaktor berukuran panjang 40 cm, lebar 20cm, dan tinggi 45 cm. Media yang dipakai untuk pengolahan fisik adalah batu koral berukuran 2-3 cm, sedangkan untuk wetland menggunakan batu koral berukuran 1-1 cm dan tanah sebagai asupan nutrien untuk tumbuhan kana. Variabel yang digunakan adalah variasi debit sebesar 8 liter/hari dan 10 liter/hari, serta variasi kerapatan sebesar 50 mg/cm2 dan 100 mg/cm2. Parameter penelitian adalah konsentrasi BOD, COD, pH, suhu, dan morfologi tumbuhan kana. Tahapan penelitian sebagai berikut : 1. Penelitian pendahuluan berupa analisis karakteristik limbah katering 2. Tahap aklimatisasi tumbuhan, yaitu tahap adaptasi tumbuhan dengan media tanam dan kondisi lingkungan yang digunakan selama penelitian. Digunakan media berupa bak plastik berdiameter 80 cm sebanyak 2 buah dengan masing-masing bak ditanam 15 tumbuhan sehingga total tumbuhan yang digunakan untuk tahap aklimatisasi sebanyak 30 tumbuhan. Aklimatisasi dilakukan selama 2 minggu dengan penyiraman langsung menggunakan air limbah katering. Dipilih tumbuhan yang hijau segar dan tumbuh subur untuk penelitian utama. 3. Tahap penelitian. Tahap dimana penelitian dilakukan untuk mendapatkan tahap analisis. Penelitian dilakukan selama 12 hari dengan menggunakan tumbuhan yang sudah ditimbang sesuai kapasitas reaktor. Reaktor yang digunakan sebanyak 4 buah untuk reaktor uji, dan 2 buah untuk reaktor kontrol. Media untuk pengolahan fisik menggunakan batu koral berukuran ± 2-3 cm dan untuk wetland berdiameter 1-1 cm. Pengamatan yang dilakukan adalah konsentrasi BOD, COD, pH, suhu air limbah, dan morfologi tumbuhan. Pengambilan sampel dilakukan setiap 2 hari sekali yang diambil dari influent dan effluent reaktor uji. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik air limbah Air limbah yang digunakan dalam penelitian ini baik penelitian pendahuluan dan penelitian utama semuanya berasal dari effluen limbah katering dari Kelurahan Bendul Merisi Kecamatan Wonocolo Surabaya. Air limbah yang digunakan adalah air limbah asli tanpa adanya pengenceran, sehingga akan sangat mungkin sekali jika pada konsentrasi tiap parameternya berubah karena penyesuaian dengan aktivitas katering yang berbeda tiap harinya. Analisis laboratorium awal yang dilakukan pada penelitian ini menghasilkan hasil sebagai berikut :
2
Tabel 1 Hasil Analisis Laboratorium awal air limbah katering Satuan Hasil Analisis Suhu pH
o
C -
25 6,20
COD
mg/L O2
752
BOD
mg/L O2
540
Hasil yang didapatkan, karakteristik air limbah katering cukup sesuai untuk pertumbuhan tumbuhan Kana dimana pada pH 6,2 tumbuhan kana dapat tumbuh dengan baik dalam keadaan suhu 20oC – 30oC. B. Tahap Aklimatisasi Tumbuhan Penelitian pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap aklimatisasi tumbuhan selama 2 minggu. Tahap aklimatisasi tumbuhan merupakan tahap awal yang dilakukan agar tumbuhan dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar tempat penelitian (rumah kaca), sehingga tumbuhan dapat bertahan sampai penelitian berakhir. Tumbuhan Kana yang digunakan adalah tumbuhan yang berumur 2 bulan. Hal ini dikarenakan tumbuhan yang masih berumur muda masih banyak mengandung karbohidrat dibandingkan tumbuhan yang berumur tua. Dapat dilihat pada Gambar 1 pertumbuhan daun baru pada tahap aklimatisasi.
Gambar 1. Pertumbuhan Daun Baru pada Tahap Aklimatisasi Didapatkan hasil tahap aklimatisasi tumbuhan kana yaitu berupa pertumbuhan tinggi tumbuhan yang tiap harinya mencapai ± 5cm, bertambahnya jumlah daun sebanyak 2-3 daun, dan beberapa ada yang sudah tumbuh tunas baru. Setelah tahap aklimatisasi selesai dalam waktu 2 minggu, kemudian tiap tumbuhan ditimbang agar dapat menentukan jumlah tumbuhan yang akan ditanam di masing – masing reaktor sesuai dengan variabel kerapatan tumbuhan tanam yaitu sebesar ±150 gram/tumbuhan dan tumbuhan yang dipakai adalah tumbuhan dalam keadaan baik, hijau dan tidak kering. Jumlah tumbuhan yang akan ditanam pada masingmasing reaktor dapat dihitung menggunakan rumus (Foth, 1988) : 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑚𝑚𝑚𝑚) 𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 � 2 � = 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 (𝑐𝑐𝑐𝑐2 ) 𝑐𝑐𝑐𝑐 Dari perhitungan diatas maka dapat diketahui untuk jumlah tumbuhan kana yang akan ditanam pada reaktor dengan kerapatan tanam tumbuhan 100 mg/cm2 dan 50 mg/cm2 yang dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) Tabel 2. Jumlah Tumbuhan Yang Ditanam Pada Reaktor Sesuai Dengan Variabel
No . 1 2 3 4 5 6
Reaktor RU 8/50 RU 8/100 RU 10/50 RU 10/100 RK-50 RK-100
Kerapatan (mg/cm) 50 100 50 100
Jumlah Tumbuhan 3 6 3 6
50 100
3 6
C. Pengolahan fisik Penelitian utama dilakukan setelah tahap aklimatisasi dihitung sejak tanggal 15 – 27 Mei 2013 yaitu selama 12 hari. Penelitian dihentikan setelah hari ke-12 karena tumbuhan kana sudah mengeluarkan bunga. Pertumbuhan bunga ini menandakan bahwa tumbuhan kana sudah melewati masa vegetatif dan mencapai masa generatif. Sebagai pengolahan awal penelitian utama ini menggunakan pengolahan fisik sederhana dari sistem wetland. Pengolahan awal (primary treatment) secara fisik sederhana yang dilakukan bertujuan agar partikel diskrit tersuspensi yang berukuran besar dan yang mudah mengendap seperti pasir, minyak dan lemak dapat disisihkan terlebih dahulu oleh batu koral tersebut agar tidak mengganggu proses pengolahan selanjutnya. Didapatkan hasil penyaringan oleh batu koral adalah berupa pasir, minyak dan lemak yang dapat diketahui dari keadaan batu koral yang terdapat lendir berwarna merah kecoklatan dan kotoran yang mengendap di bawah. Berikut dibawah ini adalah gambarnya.
3
titimetric” yang menggunakan Pengenceran yang berbeda setiap uji analisisnya. Untuk hari ke-0 dilakukan pengenceran sebanyak 1,5 kali. Untuk hari ke 2 dan ke 4 dilakukan pengenceran sebanyak 10 kali. Sedangkan untuk hari ke 6, 8, 10, dan 12 dilakukan pengenceran sebanyak 5 kali. Tabel 3 dan 4 adalah hasil analisis COD. Tabel 3 Persentase Penurunan COD Pada debit 8 liter/hari NO Hari Inlet Nilai COD pada Persentase Debit 8 liter/hari Penurunan COD (%) 50 100 50 100 mg/cm2 mg/cm2 mg/cm2 mg/cm2 1 0 720 326 274 45 43 2 2 1371 1200 686 88 75 3 4 1371 686 857 50 63 4 6 1029 343 600 33 58 5 8 1029 343 686 33 67 6 10 1200 686 686 57 57 7 12 686 343 343 50 50 Tabel 4. Persentase Penurunan COD Pada debit 10 liter/hari NO Hari Inlet Nilai COD pada Persentase Debit 10 liter/hari Penurunan COD (%)
1 2 3 4 5 6 7
0 2 4 6 8 10 12
50 mg/cm2
100 mg/cm2
50 mg/cm2
100 mg/cm2
514 343 857 429 514 514 343
343 686 686 343 514 514 343
71 25 63 42 50 55 50
48 50 67 33 50 52 50
720 1371 1371 1029 1029 1200 686
Sumber : Analisis laboratorium dan hasil perhitungan (2013)
D. Penurunan Konsentrasi COD Uji analisis COD dilakukan sebanyak 6 (enam) kali dengan lama waktu 12 (dua belas) hari yang pengembilan sampel dan uji analisisnya dilakukan setiap 2 (dua) hari sekali. Sampel yang diambil adalah berasal dari influent drum penampung air limbah awal agar setelah dilakukan uji analisis COD dapat diketahui nilai COD awal air limbah sebelum dialirkan secara kontinyu ke masing – masing reaktor uji. Selain itu sampel juga diambil dari effluent masing – masing reaktor yang air limbahnya telah melalui pengolahan fisik sederhana yang selanjutnya melewati pengolahan wetland. Uji analisis COD menggunakan metode “Closed refluks
Reaktor 8-50 Reaktor 8-100 Reaktor 10-50 Reaktor 10-100
100 80 60 40 20 0
Persentase Penurunan COD (%)
Gambar 2 Partikel diskrit yang tersaring oleh pengolahan fisik sederhana.
Dari hasil persentase penurunan kadar COD diatas, didapatkan penurunan terbesar terjadi pada 8-50 hari ke-2. Variasi kerapatan sangat mempengaruhi penurunan konsentrasi COD pada reaktor untuk debit 8 liter/hari. Pada hari ke 0 sampai hari ke-2, penurunan konsentrasi COD oleh tumbuhan Kana meningkat hingga 40%, Untuk hasil persentase penurunannya bisa dilihat pada gambar 3.
0
5
10 Hari ke-
15
Gambar 3 Persentase Penurunan COD
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
E. Penurunan Konsentrasi BOD Penurunan konsentrasi BOD dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Persentase penurunan BOD 8 liter/hari NO Hari Inlet Nilai BOD pada Persentase Debit 8 liter/hari Penurunan BOD (%)
1 2 3 4 5 6 7
0 2 4 6 8 10 12
620,1 1048,5 554,2 861,8 725,3 652,9 554,0
50 mg/cm2
100 mg/cm2
50 mg/cm2
100 mg/cm2
162,2 358,0 388,0 166,13 297,11 498,60 151,50
190,8 511,5 332,5 332,27 410,71 332,4 106,75
73,8 65,9 30,0 80,7 59,0 45,0 72,7
69 51,2 40,0 61 43 49 81
Sumber : Uji Analisis Laboratorium dan perhitungan 2013 Tabel 6 Persentase penurunan BOD pada debit 10 liter/hari NO Hari Inlet Nilai BOD pada Prosentase Debit 10 liter/hari Penurunan BOD (%) 50 100 50 100 mg/cm3 mg/cm3 mg/cm3 mg/cm3 1 2 3 4 5
0 2 4 6 8
620,1 1048,5 554,2 861,8 725,3
353 192 166 270 306
267 217 249 125 227
43 82 70 69 58
57 79 55 46 69
6 7
10 12
652,9 554,0
309 236
285 232
53 57
56 58
Sumber : Uji Analisis Laboratorium dan perhitungan 2013 untuk reaktor R10/50 pada hari ke-2 persentasenya meningkat dari hari ke-0 sebesar 43% menjadi sebesar 82%. Sehingga didapat hasil keseluruhannya yaitu dapat dilihat pada grafik BOD dibawah ini. 100.0 Persentase Penurunan BOD (%)
Akan tetapi persentase penurunan konsentrasi COD belum bisa secara maksimal, hal ini dapat dikarenakan tumbuhan mengeluarkan eksudat dimana tumbuhan ini mengeluarkan zat organik dari dalam tumbuhan kana itu sendiri yang akhirnya eksudat itu menggantikan polutan yang diserap oleh tumbuhan Kana. Tumbuhan mengeluarkan eksudat yang keluar melalui akar dimana eksudat tumbuhan mengandung asam organik, fenol, ensim dan protein sehingga banyak eksudat yang tidak termakan oleh mikroba, dan mengalir keluar. (Mangkoedihardjo dan Samudro, 2010). Dari hasil persentase penurunan kadar COD diatas, didapatkan penurunan rata-rata pada variasi kerapatan 50 mg/cm2 hanya sebesar 51% sedangkan untuk variasi kerapatan 100 mg/cm2 adalah sebesar 49%. Penurunan konsentrasi nilai COD yang kecil ini bisa jadi karena pertumbuhan mikroba didalam reaktor yang pesat tetapi jumlah makanan mikroba itu sendiri kurang sehingga dapat mengakibatkan sebagian mikroba mati. Jika mikroba yang dibutuhkan untuk menguraikan zat organik ini tidak sepadan tentu akan mengurangi kinerja mikroba untuk dapat mereduksi konsentrasi COD yang ada didalam air limbah. Akan tetapi pada hari ke-8 sampai hari ke-12 persentase penurunan konsentrasi COD cukup stabil yaitu berkisar diantara 45% hingga 50%.
4
Reaktor 8-50 Reaktor 8-100 Reaktor 10-50 Reaktor 10-100
80.0 60.0 40.0 20.0 0.0 0
5 Hari ke-10
15
Gambar 4 Grafik persentase penurunan konsentrasi nilai BOD (%) untuk reaktor uji Pada Gambar 4.8 menunjukan bahwa waktu optimal untuk tumbuhan dapat meremoval kandungan BOD adalah pada hari ke 6. Hal ini di pengaruhi oleh keadaan air limbah seperti suhu air limbah, suhu udara, pH, dan mikroba dalam mendegradasi zat organik. Serta adanya eksudat yang dikeluarkan oleh tumbuhan ketika proses pengolahan berlangsung. F. Rasio BOD/COD Apabila rasio BOD/COD air limbah rendah dapat ditingkatkan dengan penambahan zat organik yang memiliki rasio BOD/COD yang tinggi. Berikut adalah Tabel 4.8 yang berisi tentang rasio BOD/COD air limbah. Tabel 7 Rasio BOD/COD Pada Influen dan Efluen R8/50, R8/100, R10/50, R10/100 Rasio BOD/COD Hari Ke0 2 4 6 8 10 12
Inlet 0,9 0,8 0,4 0,8 0,7 0,5 0,8
R8/50 0,5 0,3 0,6 0,5 0,9 0,7 0,4
R8/100 0,7 0,7 0,4 0,6 0,6 0,5 0,3
R10/50 0,7 0,6 0,2 0,6 0,6 0,6 0,0
R10/100 0,8 0,3 0,4 0,4 0,4 0,6 0,7
Sumber : Hasil Analisis dan Perhitungan, 2013 Dari data diatas didapatkan hasil grafiknya yang menunjukan Rasio BOD/COD adalah sebagai berikut:
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
Inlet
0.80
R8/50
0.60
R8/100
0.40 R10/50
0.20 5 10 Hari Ke-
15
Gambar 5 Penurunan Rasio BOD/COD Hal ini menunjukan bahwa ada mikroorganisme yang tidak mendapatkan oksigen yang kemudian mati disaat konsentrasi organik air limbah meningkat. Tetapi karena dari hasil tabel diatas nilai rasio BOD/COD ada yang lebih besar dari 0,6 maka, hal ini menandakan sifat biodegradable dari air limbah itu sendiri yang dapat di biodegradasi oleh mikroorganisme dari dalam tumbuhan pada wetland. G. Analisis pH Pengukuran pH juga bertujuan untuk pembanding besarnya pH sampel air limbah sebelum dialirkan ke masingmasing reaktor (masih didalam drum penampung) dengan setelah melewati fase pengolahan fisik sederhana dan fase reaktor dengan menggunakan wetland. Pengukuran pH sampel dilakukan dengan menggunakan pH meter.
8.1 8 7,8 7,7 9 8,9 8,5
pH
0 2 4 6 8 10 12
Tabel 8 hasil pH sampel Reaktor Reaktor Reaktor Reaktor 8-50 8-100 10-50 10-100 8 7,2 8,1 8,2 8 8,6 8,4
7,4 7,4 7,6 8,1 8,1 9,1 8,4
Inlet 8 50
Suhu
0
Inlet
30.5 30 29.5 29 28.5 28
R10/10 0
0.00
Hari
H. Analisis Suhu Didapatkan hasil bahwa Suhu pada inlet air limbah di drum penampung pada hari ke 12 suhu menurun menjadi 28,2oC. Sedangkan untuk hari ke-0 sampai dengan hari ke-10 suhu sampel adalah 30oC yaitu sama dengan suhu normal cuaca lingkungan sekitar.
7,7 7,2 7,8 8,1 8,3 9 8,5
7,9 7,5 7,8 8,2 8,2 8,9 8,2
8 100 0
5
10 Hari ke-
15
10 50 h
Gambar 7 Suhu Pada Masing-Masing Reaktor I. Morfologi Tumbuhan Analisa morfologi tumbuhan merupakan salah satu parameter yang dibutuhkan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif dan generatif tumbuhan dalam proses remediasi tanah tercemar. Pertumbuhan vegetatif dicirikan oleh peningkatan ukuran bagian-bagian tumbuhan (akar, batang, daun). Ciri pertumbuhan generatif adalah tumbuh bunga, buah dan perbanyakan tumbuhan, (Mangkoedihardjo, 2010). Analisa fisiologis yang dilakukan setiap 2 hari sekali selama 12 hari.
Tinggi (cm)
Rasio BOD/COD
1.00
5
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Reaktor 850 Reaktor 8100 Reaktor 10-50
0
2
4
6 8 Hari Ke-
10 12
Reaktor 10-100 s
Gambar 8 Pertumbuhan Tinggi Tumbuhan
10 9.5 9 8.5 8 7.5 7
Reaktor 8-50 Reaktor 8-100 Reaktor 10-50 Reaktor 10-100
0
5
10
15
Hari kef Gambar 6 Analisis pH pH tertinggi adalah 9,1 yang terdapat pada reaktor 8100 pada hari ke 10. Pada hari ke-10 pH sampel pada semua reaktor uji mencapai nilai yang rata-rata tinggi.
Salah satu alasan mengapa penelitian dilakukan hanya selama 12 hari yaitu adalah karena pada hari ke-10 tumbuhan Kana pada reaktor uji sudah mengeluarkan bunga. Hal ini menandakan bahwa tumbuhan kana sudah memasuki fase generatif dimana dapat diketahui dengan adanya tumbuh bunga atau buah. Bunga yang tumbuh berwarna pink tua segar dan dapat dilihat pada Gambar 9.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
Gambar 9. Pertumbuhan Tumbuhan Kana IV. KESIMPULAN Efektifitas tumbuhan kana dalam mengolah air limbah katering dengan menggunakan proses pengolahan fisik sederhana dan proses pengolahan menggunakan wetland yang menggunakan variasi debit 8 liter/hari dan 10 liter/hari serta variasi kerapatan tumbuhan 50 mg/cm2 dan 100 mg/cm2 didapat dari waktu optimum yaitu pada hari ke 12. Rasio BOD/COD yang optimum untuk variasi debit 8 liter/hari dan variasi kerapatan 50 mg/cm2 adalah adalah sebesar 0,9 dan untuk debit 10 liter/hari dengan variasi kerapatan 100 mg/cm2 adalah sebesar 0,8. V. DAFTAR PUSTAKA [1] Alaerts, G. A, dan Sri Sumestri S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. [2] Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Alabama agricultural Experiment Station, Auburn University, Alabama. 482 p. [3] Haberl, R. dan Langergraber, H. 2002. Constructed wetlands: a chance to solve wastewater problems in developing countries. Wat. Sci. Technol. 40:11–17. [4] Hammer, D. (1986). Constructed Wetlands for Wastewater Treatment: Municipal, Industrial, and Agricultural. Lewis Publishers, Inc. [5] Hindarko, S. 2003. Mengolah Air Limbah : Supaya Tidak Mencemari Orang Lain. Penerbit ESHA, Jakarta. [6] Khiatuddin, M., 2003. Melestarikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa Buatan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. [7] Leady, B. 1997. Constructed Subsurface Flow Wetlands For Wastewater Treatmen. Purdue University. [8] Madigan, M.T dan Martinko, J.M. 1997. Brock; Biology of Microorganisms. 8th edition. Pearson Prentice Hall, USA. [9] Mangkoedihardjo, S., 2005. Fitoteknologi dan Ekotoksikologi Dalam Desain Operasi Pengomposan Sampah. Seminar Nasional Teknologi Lingkungan III Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [10] Metcalf dan Eddy, 1991. Waste Water Engineering. Mc Graw Hill International Edition Civil Engineering Series. New York.
6
[11] Metcalf dan Eddy. 2003. Wastewater Engineering : Treatment and Reuse, 4th Edition, International Edition. McGraw-Hill, New York. [12] SNI 6989.2:2009 tentang Cara Kebutuhan Oksigen Kimiawi ( Chemical Oxygen Demand / COD ) dengan Refluks Tertutup secara Spektrofotometri. [13] Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI-PRESS. Jakarta. [14] Sumarsih, S. 2008. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta. UPN “Veteran”. [15] Suriawiria, U. 1993. Mikrobiologi Air. Alumni Bandung Press. Bandung. [16] Tangahu, B. V. dan Warmadewanthi, I.D.A.A., 2001. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga Dengan Memanfaatkan Tanaman Cattail (Typha angustifolia) dalam Sistem Constructed Wetland. Purifikasi. Volume 2 Nomor 3. ITS – Surabaya. [17] Tchobanoglous, G., Burton, L., Stense, F., David, H. 2003. “Wastewater Engineering Treatment and Reuse”. 4rd ed. New York : Mc Graw-Hill Book Co.