Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
PENUNTUN PRAKTIKUM
PROTOZOA JARINGAN
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
BAGIAN PARASITOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2016 Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
1
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
PENUNTUN PRAKTIKUM ”PROTOZOA JARINGAN”
Edisi Pertama
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Semua hak cipta terpelihara
Hanya untuk kalangan sendiri
Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin oleh penerbit sebelum memperbanyak, disimpan, atau disebar dalam bentuk elektronik, mekanik, foto kopi, dan rekaman atau bentuk lainnya.
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
2
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
PENUNTUN PRAKTIKUM “PROTOZOA JARINGAN”
TIM PENYUSUN:
Dra. Tjut Mariam Zanaria, MS dr. Rachmat Hidayat, M.Si Dr. dr. Rer.Nat Muhsin dr. Safarianti, M.Ked.Trop
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
3
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
Kata Pengantar Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang parasit, inangnya dan hubungan di antara keduanya. Sebagai salah satu bidang studi biologi, cakupan parasitologi ditentukan oleh organisme dan lingkungan terkait. Oleh karena itu ilmu parasitology tidak dapat dipisahkan dengan cabang ilmu biologi lainnya seperti biologi sel, bioinformatika, biokimia, biologi molekuler, imunologi, genetika, evolusi dan ekologi. Praktikum adalah suatu cara untuk mahasiswa dapat lebih memahami apa yang didapatkan dari teori. Dalam praktikum mahasiswa melakukan suatu rangkaian latihan-latihan praktis untuk lebih memahami isi dan tujuan perkuliahan yang diberikan pada kuliah-kuliah parasitologi. Dengan praktikum juga mahasiswa diharapkan dapat bekerja sama dengan teman-temannya secara disiplin serta mampu meninjau secara kritis masalah-masalah yang dihadapi. Belajar bertukar pikiran dengan teman atau asisten serta melihat langsung spesimen parasit akan menuntun mahasiswa dalam berdiskusi untuk memecahkan persoalan, terutama berkaitan dengan penyakit-penyakit akibat parasitik. Keterbatasan sarana dan prasarana mengharuskan penyesuaian dalam pemilihan topik-topik praktikum, sehingga hanya sebagian kecil topik yang dapat dipraktikumkan jika dibandingkan dengan luasnya pengetahuan tentang parasitologi. Oleh karena itu, pada praktikum “Protozoa Jaringan” ini, kami hanya membatasi pada 4 jenis Protozoa yang paling sering menginfestasi jaringan tubuh manusia yaitu; Trichomonas vaginalis, Toxoplasma gondii, Leishmania dan Trypanosoma. Penuntun praktikum parasitologi ini dibuat sebagai dokumentasi dan bahan evaluasi dalam menjalankan praktikum parasitologi, khususnya praktikum Protozoa Jaringan dengan baik. Mengingat waktu yang sangat terbatas dalam mempersiapkan penuntun ini, kami menyadari akan kekurangan yang terdapat dalam penuntun praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan penuntun praktikum ini. Hanya kepada Allah SWT sajalah kita meminta pertolongan dan harapan semoga Penuntun Praktikum “Protozoa Jaringan” ini bermanfaat hendaknya. Banda Aceh, Mei 2016 Tim Penyusun
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
4
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
Daftar Isi Lembaran Judul ............................................................................................................
1
Tim Penyusun................................................................................................................
3
Kata Pengantar .............................................................................................................
4
Daftar Isi........................................................................................................................
5
Mekanisme Pelaksanaan Praktikum “Protozoa Jaringan”.........................................
6
Tata Tertib Praktikum .................................................................................................
7
Materi Praktikum ................................................................................................ ........
7
I.
Pendahuluan.................................................................................................... ........
7
II.
Protozoa jaringan penyebab penyakit pada manusia ........................................ ........ 1. Genus Trichomonas ..................................................................................... ........ 2. Genus Leishmania dan Trypanosoma........................................................... ........ 3. Genus Toxoplasma ...................................................................................... ........
8 8 10 14
III. Teknik dan spesimen untuk identifikasi protozoa jaringan ............................... ........ Cara pemeriksaan ............................................................................................ ........
16 16
Daftar Pustaka...................................................................................................... ........
18
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
5
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
MEKANISME PELAKSANAAN PRAKTIKUM “PROTOZOA JARINGAN” BLOK 6. HEMATOLOGI, IMUNOLOGI, DAN PROSES INFEKSI DAN INFLAMASI BAGIAN PARASITOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11.
Mahasiswa (Praktikan) sudah mendapatkan Penuntun Praktikum dengan format .pdf minimal sehari sebelum praktikum dimulai. Pada hari praktikum, laboran akan melakukan pengecekan spesimen di tiap mikroskop untuk memastikan materi praktikum sesuai dan tidak bergeser. Praktikan memasuki ruang laboratorium setelah mengenakan jas lab dengan rapi dan benar. Akan dilakukan pretest selama 10 menit sebelum materi praktikum diberikan. Praktikan yang mendapatkan nilai prestest dibawah 60 tidak dibenarkan mengikuti praktikum dan disarankan untuk mengikuti Inhal. Salah seorang Staf Pengajar Bagian Parasitologi kemudian memberikan teori praktikum selama 15 menit. Absensi kemudian diedarkan dan wajib ditandatangani oleh semua praktikan. Praktikan diwajibkan untuk menggambar dan memberi catatan untuk tiap spesimen di dalam buku catatan yang telah dibawa. Post test akan diberikan sekitar 10 menit sebelum praktikum berakhir Setelah Praktikum selesai mahasiswa keluar dari ruangan laboratorium dengan teratur setelah terlebih dahulu memastikan daerah sekitar meja dan tempat duduk praktikan dalam keadaan bersih. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum yang berisi gambar-gambar mikroskopis yang telah dibuat dengan menggunakan pensil bewarna maksimal 1x24 jam.
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
6
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
TATA TERTIB PRAKTIKUM BAGIAN PARASITOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA Praktikum parasitologi “Protozoa Jaringan” ini menggunakan spesimen darah yang mengandung kontaminan patogen mupun non patogen. Oleh sebab itu setiap praktikan harus mengutamakan perlindungan dan keselamatan diri dengan mengikuti peraturan di bawah ini: 1. Praktikan wajib memakai jas lab dengan tag nama terpasang, serta sarung tangan pada saat bekerja di laboratorium, agar terhindar dari kontaminan yang mungkin terbawa oleh tinja. 2. Praktikan wajib meletakkan barang pada bagian khusus yang telah disediakan bukan di atas meja praktikum yang dapat menganggu kegiatan praktikum. 3. Praktikan perempuan wajib memasukkan jilbab ke dalam jas lab untuk menghindari kontaminan. 4. Setiap praktikan harus telat membaca dan memiliki pengetahuan tentang materi praktikum sebelum praktikum dimulai. 5. Gambarlah semua jenis parasit yang telah disiapkan pada mikroskop dan lengkapi dengan keterangan yang jelas. 6. Setelah praktikum, meja praktikum dan daerah sekitar tempat duduk praktikan harus dibersihkan. 7. Laporan praktikum berisi gambar sediaan yang diamati melalui mikroskop beserta keterangan gambar harus dikumpulkan maksimal 1x24 jam setelah praktikum selesai. 8. Dilarang membawa makanan dan minuman serta dilarang makan atau minum selama praktikum berlangsung 9. Dilarang ribut dan menerima telepon selama praktikum berlangsung. 10. Bagi praktikan yang tidak mematuhi tata tertib praktikum akan diberikan peringatan selama satu kali dan akan dikeluarkan dari ruang laboratorium jika masih melakukan pelanggaran tata tertib.
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
7
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
MATERI PRAKTIKUM : PROTOZOA JARINGAN I. PENDAHULUAN Protozoa jaringan adalah protozoa yang hidup parasitic dalam sel-sel jaringan atau system organ tertentu Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas Flagellata berupa genus genus Trichomonas, Leishmania, dan Trypanosoma sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini terdapat 3 spesies yang dapat menyebabkan penyakit leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah Leishmania donovani, Leishmania tropica, dan Leishmania braziliensis. Pada genus Trypanosoma terdapat tiga spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia yaitu Trypanosoma rhodesiense, trypanosome gambiense dan Trypanosoma cruzi. Di antara genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi berbagai macam hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. Trychomonas vaginalis juga penting peranannya dalam menyebabkan vaginitis dan urethritis pada manusia. Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berubah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Pada modul praktikum ini kita akan membahas empat jenis protozoa jaringan yang paling sering menyebabkan penyakit pada manusia.
II. PROTOZOA JARINGAN PENYEBAB PENYAKIT PADA MANUSIA 1. Genus Trychomonas a. Taksonomi, Hospes, dan nama penyakit Trichomonas vaginalis merupakan protozoa dari super-class mastigophora, class Zoomastigophora, ordo Tricomonadina dan famili Trichomonadidae. Famili trichomonadidae (dengan genus trichomonas dan pentatrichomonas) dan tritichomonadinae. Manusia merupakan hospes parasit ini. Parasit ini menyebabkan trikomoniasis vagina dan prostatitis pada pria. b. Morfologi Protozoa ini berbentuk oval, panjang 4-32 µm dan lebar 2,4-14,4 µm, memiliki flagella dan undulating membrane yang panjangnya hanya setengah panjang tubuhnya. Intinya berbentuk oval dan terletak dibagian atas tubuhnya, dibelakang ini terdapat blefaroplas sebagai tempat keluarnya 4 buah flagella yang menjuntai bebas dan melengkung di ujungnya sebagai alat geraknya yang ‘maju mundur’. Flagella kelima melekat ke undulating membran dan menjuntai Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
8
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
ke belakang sepanjang setengah panjang tubuh protozoa ini. Sitoplasma terdiri dari suatu struktur yang berfungsi seperti tulang yang disebut sebagai axostil. Trichomonas vaginalis ini memperoleh makanan secara osmosis dan fagositosis. Perkembangbiakannya dengan cara membelah diri (binary vision), dan inti membelah dengan cara mitosis yang dilakukan setiap 8 sampai 12 jam dengan kondisi yang optimum. Tidak seperti protozoa lainnya, Trichomonas vaginalis tidak memiliki bentuk kista.
Gambar 1. Morfologi Trichomonas vaginalis
c. Siklus hidup Untuk hidup dan berkembang biak, Trichomonas vaginalis membutuhkan kondisi lingkungan yang konstan dengan temperature sekitar 35-37 0C, pH antara 4,9 dan 7,5 dan sangat baik pertumbuhannya pada pH berkisar 5,5 dan 6. sangat sensitive terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan. Protozoa ini akan cepat mati. Sangat sensitive terhadap tekanan osmotic dan kelembaban lingkungan. Protozoa ini akan cepat mati bila diletakkan di air atau dikeringkan. Pria yang mengandung Trichomonas vaginalis sebagian besar asimtomatik dan respon radang pada uretra pria biasanya tidak ditemukan. Hal ini berhubungan dengan epitel kuboid pada uretra. Trichomonas vaginalis dapat menginfeksi epitel skuamosa pada vagina tetapi hanya yang rentan saja. Cara menghilangkan Trichomonas vaginalis dari saluran urogenital pria belum diketahui pasti, tetapi mungkin organisme hilang secara mekanik pada waktu buang air kecil dan adanya seng di dalam cairan normal prostat dapat dengan cepat membunuh trichomonas vaginalis.
Gambar 2. Siklus hidup Trichomonas vaginalis Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
9
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
Meskipun penularan Trichomonas vaginalis secara non veneral sangat jarang, ternyata organisme ini dapat hidup beberapa jam di lingkungan yang sesuai dengan lingkungannya.Trichomonas vaginalis dapat diidentifikasi dari sediaan sekret vagina yang masih segar, dimana kita dapat melihat bentuk tropozoit secara jelas beserta pergerakannya. Selain dari sekret vagina, protozoa ini dapat juga kita temukan dalam urin. Tetapi sediaan dari sekret vagina yang masih segar lebih baik karena protozoa ini sangat sensitif dan mudah mati, apalagi pada urin bisa terdapat sel-sel lain (seperti leukosit) yang menyulitkan kita untuk membedakannya. 2. Genus Leishmania dan Trypanosoma
Genus Leishmania dan Trypanosoma tergolong kedalam hemoflagellata yang memiliki empat stadium dalam daur hidupnya, yaitu: 1) Stadium amastigot atau stadium leishmania, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti dengan kariosom, satu kinetoplas di bagian anterior yang terdiri dari benda parabasal dan blefaroplas dan satu aksonema. Besarnya 2-3 mikron dan hisupnya intraseluler. 2) Stadium promastigot atau stadium leptomonas, berbentuk bujur memanjang, mempunyai satu inti, satu kinetoplas dibagian anterior dan satu flagel. Bentuk ini biasanya kira-kira 15 mikron. 3) Stadium epimastigot atau stadium kritidia dengan bentuk bujur memanjang, mempunyai satu inti, satu kinetoplas di bagian anterior, satu flagel, dan satu membrane bergelombang. Ukurannya 15-25 mikron dan hidupnya diluar sel. 4) Stadium tripomastigot atau stadium tripanosoma dengan bentuk bujur memanjang, mempunyai satu inti, satu kinetoplas dibagian posterior dan satu flagel yang dimulai dari bagian posterior dan keluar di bagian anterior. Besarnya 20-30 mikron dan hidupnya ekstraseluler. Spesies hemoflagellata mempunyai dua stadium atau empat stadium.
Gambar 3. Stadium daur hidup genus Leishmania dan Trypanosoma
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
10
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
2.1. Genus Leishmania a. Klasifikasi dan hospes Pada genus Leishmania, hanya ada tiga spesies penting bagi manusia yaitu : 1) Leishmania donovani yang menyebabkan leismaniasis visceral atau kala azar, 2) Leishmania tropica yang menyebabkan leismaniasis kulit atau “oriental sore” dan 3) Leishmania braziliensis yang menyebabkan leismaniasis muko-kutan. Manusia sebagai hospes definitif parasit ini dan lalat Phlebotomus sebagai hospes perantara atau vektor.
b. Morfologi dan daur hidup Genus Leishmania mempunyai dua stadium yaitu: a) Stadium amastigot atau stadium leismania yang terdapat pada manusia b) Stadium promastigot atau stadium leptomonas yang terdapat pada hospes perantara (lalat Phlebotomus)
Gambar 4. Gambar stadium promastigot Pada waktu lalat Phlebotomus menghisap darah penderita leismaniasis, stadium amastigot terisap dan dalam lambung lalat tersebut berubah menjadi stadium promastigot, berkembang biak dengan cepat secara belah pasang longitudinal, dan menjadi banyak dalam waktu 3-5 hari. Kemudian stadium promastigot bermigrasi melalui esophagus dan faring ke saluran hipofaring yang terdapat dalam probosis. Stadium promastigot ini adalah stadium infektif dan dapat ditularkan kepada manusia, bila lalat tersebut menghisap darahnya. Pada manusia stadium promastigot masuk ke dalam sel makrofag dan berubah menjadi stadium amastigot. Stadium amastigot berkembangbiak lagi secara belah pasang longitudinal dan hidup intraseluler.
Gambar 5. Daur hidup leishmania
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
11
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
2.2. Genus Trypanosoma 2.2.1 Trypanosoma rhodesiense dan Trypanosoma gambiense a. Hospes dan nama penyakit Manusia merupakan hospes dari kedua spesies parasit ini. Hospes reservoir T.rhodesiense adalah binatang liar seperti antilop dan horpes reservoir T.gambiense adalah binatang peliharaan seperti sapi, babi, kambing dan sebagainya. Lalat Glossina berperan sebagai hospes perantara. Penyakitnya disebut tripanosomiasis Afrika atau sleeping sickness. b. Morfologi dan daur hidup Antara spesies T.rhodesiense dan T.gambiense tidak terdapat perbedaan morfologi.
a.
b.
Gambar 6. a. Stadium Tripomastigot. b. stadium epimastigot Trypanosoma rhodisiense/T. gambiense
Pada manusia, kedua spesies tersebut terdapat dalam stadium tripomastigot yang hidup dalam darah. Bentuk ini ada dua macam, yaitu bentuk panjang (32 mikron) dan bentuk pendek (16 mikron) yang tidak mempunyai flagel. Oleh karena itu parasit ini disebut mempunyai sifat polimorf. Stadium tripomastigot ini hidup di luar sel (ekstraselulera) dalam darah, limpa, kelenjar limfe, cairan otak dan di otak. Parasit ini berkembangbiak secara belah pasang longitudinal dan dalam darah tampak bentuk-bentuk yang membelah. Dalam tubuh Glossina, stadium tripomastigot yang terisap dengan darah berkembangbiak di usus tengah dan usus belakang (midgut dan hindgut) secara belah pasang longitudinal. Sesudah 15 hari tampak bentuk langsing (proventricular form) yang membelah lagi dan kemudian bermigrasi melalui esophagus, faring, ruang mulut, untuk kemudian masuk ke dalam kelenjar ludahnya. Dalam kelenjar ludah, parasite ini melekat pada epitel dan berubah menjadi stadium epimastigot. Stadium epimastigot ini berkembangbiak berkalikali dan kemudian berubah menjadi stadium tripomastigot metasiklik yang masuk ke saluran kelenjar ludah, lalu ke probosis dan dari sini dapat ditularkan kepada manusia. Untuk T.gambiense, lalat menjadi infektif sesudah 20 hari, sedangkan untuk T.rhodesiense sesudah 14 hari.
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
12
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
Infeksi terjadi dengan tusukan lalat Glossina yang mengandung stadium tripomastigot metasiklik, yaitu sebagai bentuk infektif. Cara penularan ini disebut anterior inoculative.
Gambar 7. Daur hidup Trypanosoma gambiense/rhodisiense
2.2.2 Trypanosoma cruzi a. Hospes dan nama penyakit Manusia merupakan hospes parasit ini dan hospes reservoir adalah binatang peliharaan (anjing dan kucing) atau binatang liar (tupai, armadillo, kera dan lain-lain). Triatoma berperan sebagai hospes perantara.
b. Morfologi dan daur hidup Dalam badan manusia, parasit ini terdapat dalam dua stadium yaitu stadium tripomastigot dan stadium amastigot. Stadium tripomastigot hidup di luar sel (ekstraselular) dalam darah dan tidak berkembangbiak, sehingga di dalam darah tidak ditemukan bentuk yang membelah. Parasit ini panjangnya 20 mikron dan menyerupai huruf “C” atau huruf “S” dengan kinetoplas yang besar. Stadium amastigot, yang besarnya hanya 2 – 3 mikron, terdapat intraseluler dalam sel RE dan berkembangbiak secara belah pasang longitudinal. Setelah penuh, sel RE pecah dan stadium amastigot melalui stadium promastigot yang masuk kembali ke dalam darah. Stadium mastigot ditemukan dalam sel RE limpa, hati, kelenjar limfe, sumsum tulang, sel otot jantung dan sel otak. Bila Triatoma mengisap darah seorang penderita tripanosomiasis, stadium tripomastigot dan stadium amastigot berubah menjadi stadium epimastigot dalam usus tengah (midgut), kemudian stadium epimastigot ini berkembangbiak secara belah pasang longitudinal dan kemudian bermigrasi ke bagian posterior (hindgut) untuk berubah menjadi stadium tripomastigot metasiklik yang merupakan bentuk infektif. Siklus ini berlangsung selama kira-kira 10 hari. Waktu menusuk orang lain untuk mengisap darahnya, Triatoma mengeluarkan pula sedikit tinjanya yang mengandung bentuk infektif dan diletakkan pada kulit. Oleh karena tusukanterasa gatal, maka orang menggaruk sehingga parasite masuk ke dalam luka dan terjadilah infeksi. Cara infeksi ini disebut posterior contaminative. Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
13
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
Gambar 7. Daur hidup Trypanosoma cruzi
3. Genus Toxoplasma a. Hospes dan nama penyakit Hospes definitif T. gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mammalia lainnya dan burung. Parasit ini menyebabkan toksoplasmosis akuisita dan toksoplasmosis kongenital.
b. Morfologi dan Klasifikasi Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. Tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagal hospes definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh. Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti. Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kirakira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris.
Gambar 8. a. Stadium ookista. b. Stadium takizoit Toxoplasma gondii Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
14
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
c. Daur Hidup Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit sporogoni. Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten). Bila kucing sebagai hospes definitif makan hospes perantara yang terinfeksi maka berbagai stadium seksual di dalam sel epitel usus muda akan terbentuk lagi. Jika hospes perantara yang dimakan kucing mengandung kista T. gondii, maka masa prepatennya 2 -3 hari. Tetapi bila ookista tertelan langsung oleh kucing, maka masa prepatennya 20 -24 hari. Dengan demikian kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista dari pada oleh ookista.
Gambar 9. Daur hidup Toxoplasma gondii
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
15
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
III. TEKNIK DAN SPESIMEN UNTUK IDENTIFIKASI PROTOZOA JARINGAN Terdapat beberapa cara untuk diagnosis infeksi protozoa jaringan secara mikroskopis. Diantaranya adalah a. Melalui pemeriksaan mikroskopis Hampir sebagian besar parasit darah, traktus urinarius dan genital dan jaringan lainnya dapat dideteksi secara mikroskopis dengan preparat yang diwarnai dengan pewarnaan khusus maupun tidak baik secara langsung maupun dengan kosentrasi tertentu. b. Melalui teknik kultur Hanya sebagian kecil infeksi parasit yang didiagnosis secara rutin dengan teknik kultur. c. Melalui imunodiagnosis Dengan semakin berkembangnya reagen yang lebih spesifik dan sensitive, teknik imunodiagnostik menjadi semakin banyak digunakan unruk diagnosis dan untuk penelitian control penyakit parasit. Berikut beberapa spesimen yang digunakan untuk identifikasi parasit protozoa yang menginfestasi jaringan tubuh manusia. Tabel 1. Spesimen yang digunakan untuk identifikasi parasit NO 1. 2. 3. 4.
SPESIMEN - Darah - Cairan cerebrospinal - Aspirat kelenjar limfe - Aspirat kelenjar limfe - Aspirat limpa - Aspirat hati - Sumsum tulang - Urine - Discharge uretra - Kulit - Aspirat limpa - Aspirat hati - Aspirat kelenjar limfe - sumsum tulang
JENIS PARASIT Trypanosoma spp
STADIUM trypomastigot
Toxoplasma gondii
Takizoit/tropozoit
T. vaginalis
Tropozoit
- Leishmania spp - L. donovani - L. donovani - L. donovani - L. donovani
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
- Amastigot - Amastigot - Amastigot - Amastigot - Amastigot
16
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
Cara pemeriksaan Untuk diagnostik mikroskopis protozoa jaringan pada umumnya menggunakan pewarnaan Giemsa (Giemsa staining) untuk identifikasi parasit penyebab. Teknik pewarnaan Giemsa yang digunakan adalah berupa thin film (sediaan apusan tipis). Spesimen yang digunakan antara lain darah, cairan aspirat dan cairan discharge urethra. Adapun prosedur pewarnaan Giemsa apusan tipis adalah sebagai berikut: a) Pembuatan sediaan apusan tipis (thin film) a. Spesimen baik berupa darah, cairan aspirat atau cairan discharge urethra diteteskan di kaca objek b. Dengan menggunakan kaca benda yang lain atau khusus, yaitu kaca benda yang pada salah satu ujung di kedua bagian lateralnya dipotong sedikit dalam bentuk segitiga, cairan spesimen tersebut dibuat apusan dengan bagian ujung yang terpotong dari kaca benda tadi, sehingga cairan spesimen tersebar rata dan merupakan lapisan yang tipis. c. Keringkan. b) Teknik Pembuatan Larutan Giemsa a. Larutan Giemsa adalah larutan yang digunakan untuk pewarnaan spesimen. b. Untuk membuat larutan Giemsa dibutuhkan cairan buffer pH 7,2. c. Cairan buffer pH 7,2 dibuat dengan cara melarutkan 1 tablet buffer forte ke dalam 1000 ml air jernih dan bersih. Cairan buffer ini bisa juga diganti dengan air mineral yang mempunyai pH 7,2. d. Larutan Giemsa dibuat dengan melarutkan cairan Giemsa dengan cairan buffer pH 7,2 dengan perbandingan 1 : 30 (1,5 mL cairan Giemsa dan 50 mL cairan buffer pH 7,2) c)Teknik pewarnaan giemsa untuk sediaan apusan tipis a. Fiksasi sediaan apusan tipis (thin film) dengan methanol (metil alkohol) selama kira-kira 1-2 menit. b. Cuci dengan air pet, lalu keringkan di udara. c. Letakkan sediaan darah di atas rak secara horizontal dan tuangkan larutan giemsa yang digunakan. d. Lamanya pulasan 30 menit. e. Cuci sebentar dengan air pet tanpa membuang lebih banyak larutan giemsa, tetapi larutan giemsa itu hanya dihanyutkan dengan air pet. Jadi posisi sediaan harus tidak horizontal tetapi membentuk sudut dengan garis cakrawala, baru diairi supaya larutan hanyut. Bila tidak dilakukan, endapan yang terdapat dalam larutan itu mungkin melekat pada sediaan darah sehingga menyulitkan pemeriksaan. f. Keringkan; untuk pekerjaan ini, sandarkan sediaan apusan tipis (thin film) pada dinding meja yang diberi alas kertas saring atau pada dinding bak cuci, sehingga air dapat mengalir turun. b. Periksa di bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran objektif 40x dan 100x (minyak imersi). Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
17
Penuntun Praktikum “Protozoa jaringan”
Blok 6. Hematologi, Imunologi dan Proses Infeksi dan Inflamasi
DAFTAR PUSTAKA 1. Barker JR, Muller R. 2001. Trichomonas vaginalis. Tropical Parasitic Disease. Academic Press. London. 2. Chiodini PL, Moody AH, manser DW, 2003, Atlas of Medical Helminthology and Protozoology, 4th Ed, Churchill Livingstone, Edinburgh 3. Gandahusada S, Hery I, Pribadi W. 2005. Trichomonas vaginalis. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Edisi Kelima. 4. Gandahusada S, Hery I, Pribadi W. 2005. Falgellata darah dan Jaringan. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Edisi Kelima. 5. Guerrant RL, 2006. Trichomonas vaginalis. Tropical Infectious Disease: Principle, Patogen and Practice. Elsevier. London. 995-97. 6. Hiswani. 2003. Toxoplasmosis: Penyakit Zoonosis yang Perlu Diwaspadai oleh Ibu Hamil. USU Digital Library Press. 7. Pearson RD, Gillespie S. 2001. Trichomonas vaginalis. Principle and Practice of Parasitology. John Wiley & Son Ltd. Newyork. USA. 8. Rochman S. 2005. Toxoplasmosis: Penyebab Keguguran dan Kelainan Bayi. Airlangga University Press, Surabaya.
Bagian Parasitologi FK Unsyiah © 2016
18