PENULISAN KARYA ILMIAH Parlindungan Pardede Universitas Kristen Indonesia
Abstract Scientific writing mastery is undoubtedly a must for those who profess „functional‟ jobs, like teaching and education. Unfortunately many lecturers, teachers, and scientists are still in doubt how to produce research paper or articles they need to reach higher level in their profession. In the same way, many students still find it difficult to write essays or thesis they must complete in order to graduate from their study program. This article deals with the scientific writing‟s nature, structure, and process. One‟s understanding on these topics will hopefully enlight him to produce better scientific writing. Keywords: karya-ilmiah, makalah, struktur, proses penulisan Pendahuluan Kemahiran menulis adalah salah satu keahlian umat manusia yang paling penting. Bahkan tulisan diyakini sebagai salah satu unsur utama pembentuk peradaban manusia saat ini. Pewarisan ide dan pemikiran kompleks dari generasi ke generasi untuk kemudian dikembangkan hanya dapat dilakukan secara efektif melalui tulisan. Jadi, tidaklah berlebihan bila pemikir-pemikir besar seperti Carlyle, Kant, dan Mirabeau sangat yakin bahwa penemuan tulisan benar-benar merupakan pembentuk awal peradaban. Gelb (1969: 221-222), sejarawan Amerika yang memelopori penelitian sistem tulisan, menyimpulkan bahwa jika bahasa membedakan manusia dari binatang, maka tulisan membedakan manusia beradab dari manusia biadab. Dengan kata lain, lulisan hanya terdapat dalam peradaban, dan peradaban tidak akan ada tanpa tulisan. Jadi, seseorang yang mengaku dirinya berbudaya seharusnya menjadikan aktivitas menulis sebagai salah satu kegiatan utamanya sehari-hari. Baginya menulis adalah kebutuhan pokok, sebagaimana halnya pangan dan sandang. Penelusuran sejarah akan mengungkapkan menulis adalah tradisi kalangan terpelajar, pemikir, maupun pemimpin besar dunia. Raja Alfred dari Inggris dikenal sebagai pemimpin yang agung dan sekaligus penulis. Dia bahkan ikut menulis buku sejarah Inggris kuno, The Anglo-Saxon Chronicle. George Washington, presiden Amerika pertama, selain terkenal sebagai seorang jenderal besar juga seorang penulis. Dale Carnegie, milyarder Amerika, saat ini jauh lebih terkenal karena berbagai buku tulisannya daripada sebagai pengusaha. Tradisi itu tetap berkembang dengan pesat hingga sekarang (terutama di Amerika dan Eropa). Di sana, orang-orang besar selalu menulis buku. Jabatan dan kepemimpinan boleh singkat, tapi gagasan dan pemikiran maupun nama mereka tetap dikenang bahkan ratusan tahun melalui buku-buku mereka yang monumental. 1
Sebagian orang berargumen bahwa kemajuan teknologi komunikasi saat ini, yang memungkinkan orang berkomunikasi secara lisan dengan cepat dan tepat atau merekam suara secara dijital, membuat kebutuhan menulis semakin berkurang. Dengan telpon celuler komunikasi lisan dapat dilakukan kapan saja dan hampir dari mana saja. Bahkan dengan fasilitas tele-conference orang dapat berkomunikasi tatap-muka meskipun mereka dipisahkan jarak ribuan kilometer. Meskipun demikian, fakta yang ada membuktikan bahwa kemajuan teknologi komunikasi dan informasi malah membuat penggunaan tulisan sebagai sarana komunikasi semakin meningkat. Hal ini terlihat dari peningkatan judul buku baru yang terbit di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, tidak kurang dari 170.000 judul buku baru ber-ISBN terbit setiap tahun, dan di Inggris, sekitar 200.000 judul. Estimasi jumlah buku baru yang terbit setiap tahun di seluruh dunia adalah 1.000.000 judul! Jika dihitung dengan buku, majalah, atau jurnal yang diterbitkan secara pribadi atau di kalangan terbatas (sehingga tidak menggunakan ISBN), angka tersebut akan jauh lebih besar. Penerbitan surat kabar juga tetap marak. Selain itu, diperkirakan ratusan hingga ribuan artikel, berbagai majalah, koran, buku dan jurnal dijital terbit di internet setiap hari. Fakta-fakta ini membuktikan bahwa, meskipun sistem informasi dan komunikasi dewasa ini cenderung semakin paper-less, kemampuan menulis tidak mungkin dapat diabaikan, apalagi dihilangkan. Dalam kehidupan modern, pada hakikatnya tak seorang pun bisa mengelak dari tulisan. Seorang ibu rumah tangga yang mencatat pengeluaran sehari-hari, pedagang sayur yang membuat daftar sayur mayur yang perlu dipesan atau sudah terjual, maupun kaum remaja yang chatting di facebook pada hakikatnya menggunakan kemahiran menulis. Kebutuhan menulis dirasakan lebih nyata oleh kaum intelektual, baik mahasiswa maupun mereka yang menduduki jabatan fungsional, seperti guru, dosen, dan peneliti. Bagi mereka, menulis tidak hanya sekedar kebutuhan melainkan keharusan. Sebelum menyelesaikan studinya, setiap mahasiswa diwajibkan menulis ringkasan buku, makalah, maupun laporan penelitian. Bagi guru, dosen, dan peneliti, menulis artikel untuk seminar atau untuk diterbitkan di media massa maupun jurnal penelitian merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan angka kredit untuk menaikan jenjang jabatan fungsionalnya. Tulisan ini membahas penulisan karya ilmiah, yakni ragam bahasa tulisan yang menjadi konsumsi kaum intelektual, termasuk mahasiswa, guru, dosen, dan peneliti. Pembahasan difokuskan pada hakikat, struktur, dan proses penulisan karya ilmiah. Pemahaman terhadap topik-topik tersebut diharapkan dapat lebih memampukan pembaca untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik. Hakikat Karya Ilmiah Secara umum, karya ilmiah didefinisikan sebagai tulisan yang mengungkapkan buah pikiran, yang diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian, atau peninjauan terhadap sesuatu yang disusun menurut metode dan sistematika tertentu, dan yang isi serta kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Batasan ini didukung oleh Day (Djuroto dan Bambang (2003:12-13) yang menyatakan bahwa karya tulis ilmiah merupakan suatu tulisan yang memaparkan hasil penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun kajian 2
pustaka. Kedua definisi ini menegaskan bahwa yang dipaparkan dalam karya ilmiah adalah hasil penelitian atau pengkajian yang dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim. Kajian atau penelitian itu bisa berbentuk penelitian lapangan, penelusuran literatur (kepustakaan) atau pengamatan (observasi). Apapun bentuknya, penelitian tersebut tentu saja harus memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Ditinjau dari segi bentuk dan fungsinya, karya ilmiah dapat dibedakan ke dalam sepuluh jenis. Pertama, laporan, atau tulisan yang berisi rekaman kegiatan tentang suatu yang sedang dikerjakan, digarap, diteliti, atau diamati, dan mengandung saran saran untuk dilaksanakan, seperti laporan Praktik Pengalaman Lapangan dan Laporan Praktikum. Laporan ini disampaikan dengan cara seobjektif mungkin. Kedua, makalah, atau tulisan yang dibuat mahasiswa sehubungan dengan tugas dalam bidang studi tertentu, seperti hasil pembahasan buku atau hasil suatu pengamatan. Ketiga, kertas kerja adalah tulisan yang berisi prasaran, usulan, atau pendapat yang berkaitan dengan pembahasan suatu pokok persoalan, untuk dibacakan dalam rapat kerja, seminar atau simposium. Jenis karya keempat adalah skripsi, yakni karya tulis yang diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana. Istilah skripsi berasal dari kata description yang berarti menggambarkan dan membahas suatu masalah dengan memaparkan data serta konsep-konsep dari studi literatur yang relevan untuk menghasilkan kesimpulan. Skripsi ditulis berdasarkan studi pustaka atau penelitian bacaan, penyelidikan, observasi, atau penelitian lapangan. Kelima, tesis, yakni karya tulis dengan tingkat pembahasan lebih dalam daripada skripsi. Istilah tesis berasal dari kata synthesis (sinthation) yang bermakna dasar perpaduan. Jika skripsi bertujuan mendeskripsikan ilmu, maka tesis bertujuan mensintesiskan ilmu yang telah diperoleh dengan temuan dalam penelitian guna memperluas khazanah ilmu yang ditekuni. Keenam, disertasi, atau karya ilmiah yang diajukan untuk mencapai gelar doktor, yaitu gelar tertinggi yang diberikan oleh suatu univesitas. Berbeda dengan penulisan skripsi atau tesis yang hanya bersumber dari data penelitian dan pustaka saja. Data dalam disertasi lebih lengkap karena diperoleh dari tiga sumber sekaligus, yaitu penelitian lapangan, penelitian laboratorium serta kajian pustaka. Karya ilmiah juga dapat berbentuk resensi, atau karya tulis yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau penilaian sebuah buku. Resensi, yang juga dikenal dengan istilah timbangan buku (book review) sering disampaikan kepada pembaca melalui surat kabar atau majalah untuk memberi pertimbangan dan penilaian secara objektif, sehingga masyrakat mengetahui apakah buku yang diulas tersebut patut dibaca atau tidak. Karya ilmiah lainnya adalah kritik (bersal dari kata Yunani kritikos yang berarti `hakim‟), yaitu karya tulis yang berisi penilaian baik-buruknya suatu karya secara objektif. Kritik tidak hanya mencari kesalahan atau cacat suatu karya, tetapi juga menampilkan kelebihan atau keunggulan karya itu seperti adanya. Bentuk karya ilmiah kesembilan adalah esai, atau karya tulis yang relatif pendek dan membahas suatu subyek (masalah) dari sudut pandang pribadi penulisnya. Permasalahan yang disoroti dalam sebuah esai biasanya dibatasi dan pada penggunaan „sudut pandang„ penulis sebagai titik tolak pembahasan membuat opini penulis berperan sentral dalam sebuah esai. Karya 3
ilmiah juga bisa berbentuk artikel ilmiah, yaitu karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati. Dari segi sistematika penulisan dan isinya, artikel dapat dikelompokkan menjadi artikel hasil penelitian dan artikel nonpenelitian. Sehubungan dengan itu, semua laporan penelitian, termasuk skripsi dan tesis, sangat potensial untuk ditulis ulang menjadi artikel untuk diterbitkan dalam jurnal. Meskipun jenis karya ilmiah cukup beragam, terdapat lima ciri khas yang membedakannya dengan ragam tulisan lainnya, seperti puisi atau novel, yakni accurate, brief, clear, ethical, dan logical (disingkat dengan ABCEL). Pertama, karya ilmiah bersifat akurat (accurate), dalam pengertian bahwa keterangan yang diberikan didasarkan pada data faktual dan dapat diuji kebenarannya. Kedua, karya ilmiah bersifat ringkas (brief) atau, tidak boleh bertele-tele. Bahasa dalam karya ilmiah bersifat lugas atau denotatif serta mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang berlaku, dan kata atau ungkapan bermakna ganda atau multi tafsir harus dicegah dalam karya ilmiah. Ketiga, karya ilmiah harus jelas dan tuntas (clear). Semua segi yang berkaitan dengan masalah dipaparkan secara proporsional. Keempat, tulisan ilmiah harus ditulis secara etis (ethical), dalam arti mengikuti secara ajeg notasi ilmiah seperti pencantuman sumber pendapat apabila dikutip dari sumber lain dengan cara menyebutkan nama sumber data atau informasi secara jujur. Kelima, karya ilmiah bersifat logis (logical), dengan menggunakan cara berpikir analitik, deduktif atau induktif. Dengan demikian, semua keterangan yang digunakan untuk mendukung setiap ide yang dikemukakan mempunyai alasan yang masuk akal. Pada saat melakukan analisis dan mengambil kesimpulan, penulis tidak dipengaruhi oleh keperpihakan atau emosi. Struktur Karya Ilmiah Secara umum, sebuah karya tulis ilmiah terbagi dalam tiga bagian pokok, yaitu: pendahuluan, isi, dan penutup. Selain ketiga unsur inti ini, terdapat unsur-unsur lain— halaman judul, prakata, judul, daftar isi, daftar tabel/skema, bibliografi, dan lampiran— yang keberadaannya sangat tergantung pada keformalan tulisan. Semakin tinggi tingkat keformalan sebuah karya ilmiah, semakin lengkap pula unsur-unsur lain tersebut digunakan. Skripsi dan tesis, misalnya, sebagai karya ilmiah yang sangat formal, harus menyertakan seluruh unsur tersebut. Berikut adalah penjelasan ringkas bagi unsur-unsur tersebut. Karena halaman judul, daftar isi, daftar tabel/skema dan lampiran bersifat tidak begitu kompleks, ketiganya tidak turut diuraikan. A. Pendahuluan Seperti namanya, bagian ini memberikan gambaran mengenai topik yang hendak disajikan. Aspek-aspek yang biasanya disertakan pada bagian mencakup: 1. Latar belakang masalah Pada bagian ini, penulis biasanya menguraikan latar belakang ketertarikannya membahas obyek yang menjadi inti penulisan. Namun yang menjadi inti bagian ini adalah topik atau pokok permasalahan yang akan dipaparkan. Aspek lain yang perlu dikemukakan pada bagian ini ialah tinjauan pustaka. Penulis perlu 4
2.
3.
4.
5.
menyertakan beberapa penelitian yang relevan dengan topik yang digumuli. Hal ini dilakukan untuk memperjelas pembaca bahwa pembahasan yang dilakukan bukan mengulangi berbagai tulisan lainnya. Masalah dan batasannya Dari fenomena yang menarik perhatian, penulis harus secara eksplisit mengemukakan masalah yang hendak dibahas. Sebab pada bagian latar belakang, masalah yang hendak dibahas biasanya tidak dikemukakan secara eksplisit. Meskipun demikian, masalah yang hendak dibahas atau diteliti itu masih harus dibatasi lagi. Hal ini dilakukan agar pembahasan tidak meluas kepada aspekaspek yang tidak relevan. Selain itu, pembatasan masalah juga akan menjaga efektivitas penulisan. Tujuan dan manfaat Kemukakan tujuan dan manfaat penelitian yang dikerjakan. Sedapat mungkin dijabarkan keduanya, baik bagi lingkungan akademis maupun masyarakat secara umum. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Bagian ini menjelaskan bagimana data diperoleh dan teknik apa yang digunakan untuk menganalisisnya Landasan Teori Setiap kajian ilmiah harus memiliki dasar teoritis yang kuat. Sehubungan dengan itu, penulis harus benar-benar teliti menentukan dasar teoritis yang akan mendukung upayanya mengkaji masalah dalam tulisan tersebut. Biasanya, penentuan teori yang hendak dipakai akan lebih mudah jika karakteristik data yang diperoleh sudah dipahami. .
B. Isi Setelah bagian pendahuluan, penulisan dilanjutkan dengan memaparkan informasi atau data yang telah diperoleh. Sub dari bagian isi biasanya tergantung pada ruang lingkup masalah. Bila masalah yang hendak dibahas terdiri dari tiga butir, sub bagian isi bisa menjadi tiga. Jangan sampai empat apalagi lima, mengingat pada bagian isi, penulis harus melakukan analisis berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada bagian pendahuluan. C. Penutup Sebagai penutup, pada bagian ini peneliti harus memberi simpulan dari hasil penelitiannya. Simpulan tersebut harus disajikan secara sederhana dan singkat agar pembaca bisa lebih menangkap hasil penelitiannya secara ringkas. Salah satu bagian yang tampaknya masih banyak digunakan sebagai sub-bagian dari penutup ialah saran. Berbagai fakultas di beberapa perguruan tinggi belakangan ini mulai menghapus bagian tersebut. Keputusan untuk membuat sub-bagian saran pada bagian penutup tentu saja tergantung pada lembaga atau jurnal tempat penerbitan tulisan yang sedang digarap. D. Unsur-Unsur Lain 1.Daftar Pustaka (Bibliografi) 5
Setelah bagian penutup, karya tulis diakhiri dengan Daftar Pustaka atau Bibliografi. Bagian ini termasuk bagian yang penting karena sebuah karya ilmiah biasanya menggunakan referensi-referensi pendukung. Tidak ada batasan minimal maupun maksimal dalam penggunaan referensi. Namun, ini bukan berarti bahwa peneliti bisa seenaknya mencantumkan referensi. Referensi yang terlalu sedikit bisa menandakan peneliti tidak banyak membaca literatur pendukung atau hasil penelitian terkait. Sementara bila terlalu banyak, bisa-bisa dicurigai hasil tulisannya didominasi oleh pendapat ahli daripada pendapat peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, pemanfaatan referensi harus dilakukan dengan wajar dan seperlunya saja. Tata cara penulisan bibliografi pun harus diperhatikan. Secara umum, sumber referensi yang berasal dari buku dituliskan dengan majalah dan surat kabar. Khusus untuk sumber referensi dari internet, tata cara penulisannya sebagai bibliografi diperlakukan seperti layaknya sebuah artikel. Mengingat bahwa tata cara penulisan bibliografi yang berlaku cukup beragam, penulis sebaiknya mencermati sistem apa yang digunakan lembaga atau jurnal atau media yang akan menerbitkan tulisan tersebut. 2.Judul Judul tulisan ilmiah merupakan tema yang menggambarkan secara singkat tentang masalah. Judul harus dirumuskan secara jelas, singkat, relevan dengan isi tulisan. Dengan kata lain, judul harus mencerminkan dengan tepat masalah yang dibahas dan provokatif atau mempunyai daya tarik yang cukup kuat hingga merangsang pembaca untuk membaca. Selain itu, judul juga perlu mencerminkan gambaran kegiatan ilmiah yang dilakukan, di mana variabel-variabel kegiatan ilmiah dan hubungan antar-variabel serta informasi lain tercantum secara eksplisit dalam judul. 3.Abstrak Abstrak juga merupakan bagian penting lain yang perlu diperhatikan. Abstrak merupakan suatu bagian uraian yang sangat singkat, jarang lebih panjang dari enam atau delapan baris, dan digunakan untuk menerangkan kepada para pembaca aspekaspek mana yang dibicarakan mengenai pokok permasalahan (Keraf 1984). Pada umumnya, abstrak merangkum isi tulisan yang mencakup masalah, tujuan, metode, dengan tekanan utama pada hasil kegiatan ilmiah. Rangkuman itu biasanya disusun dalam satu paragraf yang diketik dengan jarak satu spasi. Abstrak pada umumnya diikuti tiga hingga lima kata kunci, yang terdiri dari istilah-istilah yang mewakili ideide atau konsep-konsep dasar yang terkait dalam artikel. Sedapat mungkin, kata kunci hendaknya diambil dari bidang ilmu terkait. Sebagian jurnal atau lembaga mempersyaratkan abstrak ditulis dalam bahasa Inggris, walaupun artikelnya sendiri di tulis dalam bahasa lain. Di lembaga atau jurnal lain, abstrak cukup ditulis dalam bahasa yang digunakan artikel. Namun ada juga jurnal yang mengharuskan abstrak ditulis dalam dua bahasa—bahasa Inggris dan bahasa yang digunakan dalam artikel. Oleh karena itu, dalam bahasa apa abstrak ditulis sangat tergantung pada ketentuan jurnal atau lembaga tempat tulisan dipublikasikan. 4.Prakata 6
Salah kaprah sering terjadi pada bagian ini. Masih banyak penulis yang menggunakan kata pengantar daripada prakata. Padaha, kata pengantar ditulis oleh seseorang dalam rangka menyajikan karya tulis orang lain. Biasanya kata pengantar ditulis seseorang (bukan penulis) untuk memberi kesaksian yang menguatkan bagi pembaca, bahwa karya yang disajikan penulis pantas dibaca atau dijadikan referensi. Sebaliknya, prakata merupakan pengantar yang disajikan oleh penulis karya tersebut. Pada bagian prakata, penulis biasanya memberi gambaran singkat mengenai karya tulis yang digarapnya. Penyajiannya harus dilakukan dengan variasi yang kreatif, agar tidak dianggap menjiplak bagian latar belakang masalah pada pendahuluan. Proses Penulisan Karya Ilmiah Seluruh aktivitas menulis, baik menulis puisi, novel, komentar di facebook, mupun karya ilmiah merupakan suatu proses kreatif. Selama mengerjakan tulisannya, penulis menggali ide-ide yang terdapat dalam pikirannya serta memperkaya ide-ide tersebut dengan mengolah ide dan fakta-fakta yang relevan, yang diperoleh dari berbagai referensi. Ide-ide tersebut kemudian dipilah-pilah, dikombinasikan, diorganisasikan, dan kemudian diungkapkan secara tertulis dengan menerapkan sistematika dan metode atau teknik penulisan tertentu agar tulisan tersebut dapat dipahami secara jelas serta mampu memenuhi tujuannya. Dengan mengkombinasikan kedua kemampuan ini, barulah seseorang dapat menghasilkan sebuah tulisan, baik kategori ilmiah maupun non ilmiah. Dengan kata lain, hanya orang-orang kreatiflah yang akan dapat menjadi penulis yang baik. Menulis merupakan aktivitas yang tahapan prosesnya berbeda-beda di antara seorang penulis dengan penulis lain. Meskipun demikian, terdapat beberapa tahapan logis yang perlu ditempuh untuk menghasilkan tulisan yang bagus. Dalam praktik penulisan, tahapan-tahapan itu tidak ditempuh secara linier, melainkan melompat-lompat dengan gerakan maju dan mundur dari satu tahapan ke tahapan lain. Oleh karena itu, Gardner dan Johnson (1997) menggambarkan aktivitas menulis sebagai suatu proses yang cair yang terdiri dari delapan tahapan dan berlangsung—disadari atau tidak oleh penulis—bolak- balik atau melompat-lompat ke depan dan ke belakang. Tahapan Penulisan Karya Ilmiah Kedelapan tahapan menulis yang diusulkan Gardner dan Johnson (1997) adalah sebagai berikut. 1. Pra-menulis (prewriting), yang terdiri dari dua jenis aktivitas, yaitu: (a) tahapan penggalian dan pengayaan ide yang dapat dilakukan melalui perenungan (brainstorming), membaca bahan pustaka yang relevan, pembuatan peta pikiran; dan (b) penentuan karakteristik pembaca target, tujuan dan bentuk tulisan, 2. Pembuatan draf awal, atau penuangan ide ke atas kertas. Dalam tahapan ini penulis tidak perlu merisaukan konvensi atau kaidah-kaidah penulisan. Draf awal tidak perlu harus diulis rapi. Yang penting ide-ide yang telah terakumulasi dalam pikiran dapat mengalir dan dituangkan ke lembaran kertas.
7
3. 4.
5.
6. 7. 8.
Pembacaan ulang, yang dilakukan untuk mengoreksi draf awal dan menuliskannya ke dalam bentuk yang memenuhi kaidah-kaidah penulisan. Pemeriksaan mitra bestari (share with a peer revisor), yang dilaksanakan dengan meminta seseorang membaca naskah yang sudah ditulis ulang untuk mengidentifikasi kelemahan (struktur, kosa kata, pengutipan, kejelasan ide, tatabahasa) untuk melakukan perbaikan. Revisi (revise), atau perbaikan ulang terhadap naskah dengan cara menambah atau mengurangi detil pendukung dan hal-hal lain yang teridentifikasi melalui pemeriksaan mitra bestari. Pengeditan (editing) atau perbaikan teknik penulisan dan ejaan. Penulisan naskah akhir (final draft), atau penulisan naskah akhir. Penerbitan (publishing), atau pengiriman naskah ke redaktur jurnal untuk diterbitkan.
Sebagai sebuah proses yang berlangsung tidak linier, melainkan bolak balik, tahapan penulisan dapat diilustrasikan dengan gambar berikut.
Publishing
Prewriting
Final Draft
Rough Draft
Editing
Reread
Revise
Peer Revising
Tahapan Penulisan
Dilihat dari tahapan proses penulisan di atas, jelaslah bahwa penulisan karya ilmiah melibatkan dua aktivitas tama: berpikir dan menulis. Aktivitas berpikir merupakan aktivitas utama dalam tahapan prewriting, yang didominasi oleh perenungan, membaca, dan meneliti dalam rangka menggali dan mengembangkan ide. Sedangkan aktivitas menulis mendominasi tahapan kedua hingga ketujuh (meskipun kegiatan
8
berpikir juga terlibat dalam seluruh tahapan ini). Aktivitas berpikir yang paling praktis (namun ampuh) dalam rangka menggali dan mengembangkan ide adalah membaca. Semakin banyak seseorang membaca, semakin banyak pula ide yang dimilikinya, dan semakin mampu pula dia memilah ide yang perlu dan relevan, atau ide yang tidak perlu, usang atau kadaluwarsa. Selain itu, membaca juga memberikan dua keuntungan lain. Pertama, membaca memungkinkan seseorang memahami selera pembaca. Pemahaman ini akan memampukannya mengarahkan tulisannya sesuai selera dan keinginan pembaca. Kedua, dengan banyak membaca, seseorang dapat belajar mengenai bagaimana seorang penulis menyampaikan dan mengorganisasikan ide atau gagasan, menyusun kalimat yang efektif, dan sebagainya. Oleh sebab itu, untuk dapat menjadi seorang penulis yang baik, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperbanyak membaca. Penutup Berdasarkan uraian di atas, terungkap bahwa penulisan karya ilmiah sebenarnya merupakan sebuah proses kreatif yang dilaksanakan dalam berbagai langkah. Proses itu melibatkan aktivitas berpikir dan penuangan ide ke atas kertas dengan menerapkan berbagai konvensi penulisan. Kedua aktivitas itu tidak berlangsung linier tetapi bolakbalik. Dengan demikian, menulis karya ilmiah pada hakikatnya merupakan rangkaikan kegiatan pikirkan-tulis-pikirkan-tulis! (Think—write—think—write). Selamat berlatih dan berlatih dalam rangka menghasilkan karya ilmiah unggulan.
Daftar Pustaka Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. 2003. Menulis Artikel & Karya Ilmiah. Bandung: Remaja Rosda Karya. Gardner, A., & Johnson, D. 1997. Teaching Personal Experience Narrative in the Elementary and Beyond. Flagstaff, AZ: Northern Arizona Writing Project Press. Gelb, Ignace Jay. 1969. A Study of Writing. Chicago: University of Chicago Press. Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Utomo, Tri Widodo, W. 1998. “Dasar-Dasar Penulisan Karya Tulis“. (Makalah, Disampaikan Dalam Diklat “Penulisan Karya Tulis Ilmiah” Lembaga Administrasi Negara Angkatan I, 5 Agustus 1998). Bandung: Lembaga Administrasi Negara Perwakilan Bandung.
9