MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN 2 TALAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO.
Penulis : Zenab L. Danial Nim : 151 409 442 Pembimbing I : Dra Martianty Nalole, M.Pd Pembimbing II : Dra Syamsiar RivaI S.Pd, M.Pd
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2013
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah berkaitan dengan bangun datar melalui pendekatan problem posing pada siswa kelas V SDN 2 Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Latar penelitian ini berlokasi di SDN 2 Talaga Jaya dengan subjek siswa yang dikenai tindakan adalah siswa kelas V yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes ,dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 4 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I dari total jumlah 25 siswa yang dikenai tindakan, yang memperoleh nilai 69 ke atas sebanyak 15 siswa atau 60% dan yang mendapat nilai 69 ke bawah sebanyak 10 siswa atau 40%. Dihubungkan dengan indikator keberhasilan penelitian yang menetapkan minimal 75% siswa memperoleh nilai 69 ke atas berarti indikator keberhasilan yang ditetapkan belum tercapai, sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II hasil yang dicapai yaitu dari 25 siswa yang dikenai tindakan yang mendapat nilai 69 ke atas sebanyak 22 siswa atau 88% dan yang mendapat nilai 69 ke bawah sebanyak 3 siswa atau 12%, hasil yang dicapai pada siklus II melebihi indikator yang diharapkan, sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya. Kata kunci: Kemampuan, Bangun Datar , Problem Posing
PENDAHULUAN Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan bagian integral dari pendidikan nasional dan tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain. Matematika juga merupakan ilmu dasar atau “basic science”, yang penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun sungguh ironis matematika dikalangan siswa merupakan mata pelajaran yang kurang disukai, minat mereka terhadap pelajaran ini rendah sehingga penguasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika menjadi sangat kurang. Dari data yang diperoleh peneliti, ditemukan bahwa kemampuan siswa menyelesaikan masalah berkaitan dengan bangun datar pada siswa kelas V SDN 2 Talaga Jaya Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo masih tergolong rendah.Hal ini disebabkan berbagai faktor yakni kurangnya kemampuan siswa menelaah masalah (soal cerita) yang berkaitan dengan bangun datar dan belum mampu menyelesaikan masalah tersebut, siswa kurang mampu menghubungkan masalah dalam kehidupan sehari-hari kedalam kalimat matematika. Disamping itu faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa menyelesaikan masalah adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan di kelas
belum dapat merangsang
siswa untuk berpikir kritis, logis, sistematis dalam pemecahan masalah khususnya yang berkaitan dengan bangun datar. Untuk dapat mengarahkan siswa sehingga dapat aktif dalam pembelajaran dan dapat berfikir kritis, logis, sistematis dalam pemecahan masalah matematika, maka alternatif solusi yang kami tawarkan adalah dengan menggunakan pendekatan problem posing pada pembelajaran matematika untuk materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar. Alasan peneliti menggunakan pendekatan problem posing sebagai alternatif solusi atas permasalahan yang dihadapi di kelas V SDN 2 Talaga Jaya, Karena pembelajaran dengan pendekatan ini menekankan siswa untuk membuat soal. Dengan kegiatan membuat soal akan mengakibatkan terbentuknya pemahaman yang lebih mantap pada diri siswa. Informasi yang ada diolah dalam
pikiran, dan setelah paham siswa akan dapat membuat pertanyaan (soal) dan dapat menyelesaikannya, sehingga menyebabkan terbentuknya pemahaman yang lebih mantap pada diri siswa. Kegiatan ini akan membuat siswa secara aktif mengkonstruksi hasil belajar sehingga kemampuan siswa menyelesaikan masalah matematika khususnya yang berkaitan dengan bangun datar meningkat. KAJIAN TEORITIS Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata ”mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Menurut Ian (2010:1) Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Robbin (dalam Yusdi, 2011:1) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan, lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Kemampuan juga dapat diartikan sebagai kualitas atau keadaan dari yang mampu, kekuatan untuk melakukan baik fisik, moral maupun intelektual, serta sebuah kualitas yang memungkinkan atau memfasilitasi pencapaian prestasi (Gunawan 2010:1). Bangun datar menurut Hambali didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal. Hambali (dalam matematika1,1992:115) menuliskan bahwa “Bangun datar ditinjau dari segi sisinya dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Bangun datar yang bersisi lengkung antara lain lingkaran, elips dan bangun-bangun lainnya. Bangun datar yang bersisi lurus antara lain segitiga, segi empat, segi lima, segi enam dan seterusnya”. Jumlah ruas garis serta model yang dimilki oleh sebuah bangun merupakan sifat bangun datar tersebut. Jadi sifat suatu bangun datar ditentukan oleh jumlah ruas garis, model garis, besar sudut, dan lain-lain.
Problem posing dalam Abdussakir (2009:3) merupakan istilah dalam bahasa Inggris, yang mempunyai beberapa padanan dalam bahasa Indonesia. Suryanto (1998:1) dan As’ari (2000:4) memadankan istilah problem posing dengan pembentukan soal. Sedangkan Sutiarso (1999:16) menggunakan istilah membuat soal, Siswono (1997:7) menggunakan istilah pengajuan soal, dan Suharta (2000:4) menggunakan istilah pengkonstruksian masalah. Dalam Permana (2011:3) dikatakan problem posing dapat juga diartikan membangun atau membentuk masalah (Tim PTM,2002:2). Problem posing dalam matematika mempunyai beberapa arti yaitu: a. Perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi dalam pemecahan soal-soal yang rumit. Pengertian ini menunjukkan bahwa pengajuan soal merupakan salah satu langkah dalam rencana pemecahan masalah/soal. b. Perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka pencarian alternatif pemecahan atau alternatif soal yang relevan. Perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, saat atau setelah pemecahan suatu masalah/soal. Amin (dalam Permana, 2011:4), menjelaskan bahwa problem posing diaplikasikan dalam tiga bentuk aktifitas kognitif matematika sebagai berikut. a. Pre Solution Posing Pre solution Posing, yaitu siswa membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru. b. Within solution posing Within solution posing yaitu siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru. c. Post solution posing Post solution posing yaitu siswa membuat soal sejenis, seperti yang dibuat guru. Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendekatan problem posing adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika dimana
siswa diminta untuk merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situsi yang disediakan. Situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi pelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SDN 2 Talaga Jaya Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Sekolah ini memiliki memiliki 12 tenaga pengajar, baik PNS maupun Non PNS. Adapun jumlah siswa yang menimba ilmu di sekolah ini sebanyak 130 siswa yang terdiri dari 77 siswa laki- laki dan 53 siswa perempuan. 2.2 Karakteristik Subyek Penelitian Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas V tahun pelajaran 2012/2013. Adapun jumlah siswa kelas V sebanyak 25 Orang. Terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan yang memiliki karakteristik berbeda-beda dan berasal dari keluarga dengan latar belakang yang berbeda pula. Dalam pengumpulan data pada setiap siklus pembelajaran digunakan beberapa instrumen serta cara pengumpulan data sebagai berikut. 1) Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat hal-hal penting yang terjadi pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan berupa pengamatan kegiatan guru dalam pembelajaran serta aktifitas siswa selama dalam proses pembelajaran. 2) Tes tertulis yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 3) Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan dokumen-dokumen tentang nilai-nilai yang diperoleh siswa sebelumnya. Data yang diperoleh melalui observasi, dan dokumentasi dilapangan dianalisis secara kualitatif. Data dianalisis secara kualitatif dalam bentuk cek list. Data yang diperoleh melalui instrument tes yang diberikan diakhir pembelajaran selanjutnya dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dapat diketahui melalui nilai yang
diperoleh siswa dalam menjawab tes yang diberikan. Untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa, tes yang diberikan selanjutnya dikonversikan dalam skala 0-100. Dengan demikian rumus yang digunakan menurut Aunurahman, dkk (2009:9-10) sebagai berikut, Nilai akhir
100
Nilai yang diperoleh siswa selanjutnya akan dikonversikan pada indikator kinerja penelitian untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang dipelajari. Adapun nilai yang menjadi tolak ukur kemampuan siswa adalah 69. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I a. Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus I Lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar baik dari prapembelajaran sampai dengan penutup pembelajaran. Adapun hasil yang dicapai pada observasi aktifitas guru untuk siklus I disajikan pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1Hasil pengamatan Kegiatan Guru dalam Proses Belajar No 1 2 3 4
Kriteria Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah Aspek 5 5 4 14
Persentasi % 35,7 35,7 28,6 100
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru mitra dengan memperhatikan kegiatan belajar 1 menunjukkan bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum memenuhi target dari 14 aspek kegiatan guru yang diamati didapatkan 5 aspek atau 35,7 % memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria sangat baik, 5 aspek atau 35,7 % memperoleh nilai pengamatan baik, 4 aspek atau 28,6 % memperoleh nilai pengamatan cukup dan untuk nilai kurang tidak ada.
b. Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I. Penelitian terhadap kegiatan siswa selama pembelajaran siklus I secara individual selama pembelajaran berlangsung oleh seorang guru mitra, menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan. Adapun hasil yang dicapai pada pengamatan aktivitas siswa untuk siklus I disajikan pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran No 1 2 3 4
Kriteria Penilaian Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah 3 4 3 4 14
Persentasi % 21,43 28,57 21,43 28,57 100
Data pada tabel 4.2 menunjukan bahwa kegiatan siswa selama pembelajaran belum terlaksana dengan maksimal karena masih terdapat 3 kriteria cukup dan 4 kriteria kurang. c. Hasil Evaluasi Kemampuan Siswa Siklus I Untuk mengukur tingkat kemampuan siswa pada materi maka akhir pembelajaran siklus I dilakukan penilaian tertulis menggunakan 1 butir permasalahan yang berkaitan dengan bangun datar yang kemudian di buat soal dan diselesaikan oleh siswa sebagaimana terdapat pada lampiran 2 halaman 69. Dari hasil evaluasi diperoleh 15 siswa yang dinyatakan mampu dan 10 siswa yang tidak mampu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 : Data Hasil Evaluasi Kemampuan Siwa No 1 2 3 4 5 6 7
Nilai 50 60 65 70 75 80 85
Jumlah 2 3 5 2 6 5 2
Persentasi % 8 % 12 % 20 % 8% 24 % 20 % 8%
Keterangan Tidak mampu Tidak mampu Tidak mampu Mampu Mampu Mampu Mampu
Dari tabel 4.3. tersebut terlihat bahwa dari total jumlah 25 siswa yang memmperoleh nilai diatas 69 yaitu 15 siswa atau mencapai 60 % sedangkan yang belum mencapai nilai standar 69 yaitu 10 siswa atau 40 %. Dari hasil tersebut dapat dikategorikan bahwa kemampuan siswa pada siklus I belum mencapai ketuntasan, seperti pada indikator yang diharapkan yaitu secara klasikal siswa dikatakan mampu apabila minimal 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 69 ke atas. d.
Analisis hasil kemampuan siswa Aspek kemampuan siswa yang harus dicapai berupa kemampuan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar melalui pendekatan problem posing pada siswa kelas V SDN 2 Talaga Jaya. Aspek observasi yang ditekankan pada hal-hal sebagai berikut: (a) kemampuan menyusun soal, (b) kemampuan menyelesaikan soal, (c) kemampuan menentukan hasil penyelesaian soal. Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis bersama guru mitra, analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4: Hasil Kemampuan Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar No 1 2 3
Indikator Yang Dinilai Kemampuan menyusun soal Kemampuan menyelesaikan soal Kemampuan menentukan hasil penyelesaian soal
Kriteria Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak mampu Mampu
Jumlah 15 siswa 10 siswa 14 siswa 11 siswa 13 siswa
Persentasi % 60 % 40 % 56 % 44 % 52 %
Tidak Mampu
12 siswa
48 %
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa dari 25 siswa pada aspek kemampuan menyusun soal terdapat 15 siswa atau 60 % yang mampu,10 siswa atau 40 % tidak mampu. Untuk aspek kemampuan menyelesaikan soal terdapat 14 siswa atau 56 % yang mampu dan 11 siswa atau 44 % tidak mampu. Sementara itu pada aspek kemampuan menentukan hasil penyelesaian soal terdapat 13 siswa atau 52 % yang mampu dan 12 siswa atau 48 % tidak mampu.
Grafik
4.1
Grafik
Hasil
Kemampuan
Siswa
pada
Siklus
I
70
Persentase (%)
60 50 40
30
MAMPU
20
TIDAK MAMPU
10
0 Kemampuan Menyusun Soal
Kemampuan Kemampuan Menyelesaikan Soal Menentukan Hasil Penyelesaian Soal
Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II a. Kegiatan guru dalam proses pembelajaran siklus II Kegiatan guru dalam proses pembelajaran siklus II diamati dan dinilai dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Adapun hasil yang dicapai pada pengamatan aktivitas guru untuk siklus II disajikan pada tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Aktivitas guru dalam Proses Pembelajaran No. 1 2 3 4
Kriteria Aspek Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Jumlah Aspek 12 2 14
Prosentase 86% 14% 100%
Dari uraian tabel diatas jelaslah bahwa dari 14 aspek kegiatan guru yang diamati dan dinilai pada pembelajaran siklus II, yang sudah mencapai kriteria Sangat Baik (SB) berjumlah 12 aspek 86% dan mencapai kriteria Baik (B) berjumlah 2 aspek 14%, kriteria Cukup tidak ada, dan kriteria Kurang tidak ada. b. Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus II Penelitian terhadap kegiatan siswa selama pembelajaran siklus II ini sama seperti siklus I, yakni dilakukan secara individual selama pembelajaran
berlangsung oleh guru mitra, menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan. Adapun hasil yang dicapai pada siklus II ini disajikan pada tabel 4.6 berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran No. 1 2 3 4
Kriteria Aspek SB B C K Jumlah
Jumlah Aspek 11 3 14
Prosentase 79% 21% 100%
Dari tabel 4.6 tampak bahwa kegiatan siswa selama pembelajaran telah terlaksanan dengan optimal. Hal ini dikarenakan semua aktivitas siswa berada pada kriteria sangat baik dan baik. Sehingga pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. c. Hasil Evaluasi Siklus II Untuk mengukur tingkat kemampuan siswa pada materi maka akhir pembelajaran siklus II dilakukan penilaian tertulis dengan menggunakan 1 butir soal sebagaimana terdapat pada lampiran 8 halaman 88. Dari hasil tes yang diberikan diperoleh bahwa dari 25 siswa yang dinyatakan mampu ada 22 orang dan 3 orang siswa belum mampu. Adapun hasil evaluasi yang dilaksanakan pada siklus II, dapat dilihat pada tabel 4. 7 berikut ini. Tabel 4.7 : Data Hasil Evaluasi Kemampuan siklus II No 1 2 3 4 5 6
Nilai 65 70 75 80 85 90
Jumlah 3 2 5 8 4 3
Persentasi % 12 % 8% 20 % 32 % 16% 12 %
Keterangan Tidak mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari jumlah total 25 siswa yang memperoleh nilai 69 keatas yaitu 22 siswa atau mencapai 88% sedangkan yang belum mencapai nilai standar 69 yaitu 3 siswa atau 12 %. Dari hasil tersebut dikategorikan bahwa kemampuan siswa pada siklus II telah mencapai ketuntasan seperti pada indikator yang diharapkan yaitu secara klasikal siswa dikatakan mampu apabila minimal 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 69 keatas. Dengan demikian penelitian tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya. d. Analisis Hasil Kemampuan Siswa. Aspek kemampuan siswa yang harus dicapai berupa kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar. Tabel 4.8. Hasil Kemampuan Siswa pada Siklus II No 1 2 3
Indikator Yang Dinilai Kemampuan menyusun soal Kemampuan menyelesaikan soal Kemampuan menentukan hasil penyelesaian soal
Kriteria Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak mampu Mampu
Jumlah 22 siswa 3 siswa 21 siswa 4 siswa 20 siswa
Persentasi % 88 % 12 % 84 % 16 % 80 %
Tidak Mampu
5 siswa
20 %
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru mitra dengan memperhatikan tabel 4. 8 tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan kelas sudah maksimal dan hasil belajar siswa juga meningkat hal ini terlihat dari 25 siswa yang dikenai tindakan, pada aspek kemampuan menyusun soal terdapat 22 siswa atau 88 % yang mampu, 3 siswa atau 12 % tidak mampu. Untuk aspek kemampuan menyelesaikan soal terdapat 21 siswa atau 84 % yang mampu dan 4 siswa atau 16% tidak mampu. Sementara itu pada aspek kemampuan menentukan hasil penyelesaian soal terdapat 20 siswa atau 80 % yang mampu dan 5 siswa atau 20% tidak mampu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Persentase (%)
Grafik 4.2 Grafik Hasil Kemampuan Siswa Pada Siklus II
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
MAMPU TIDAK MAMPU
Kemampuan Menyusun Soal
Kemampuan Kemampuan Menyelesaikan Soal Menentukan Hasil Penyelesaian Soal
Pembahasan Dari hasil penelitian baik pada siklus I maupun siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran, serta dampaknya terhadap kemampuan siswa kelas V SDN 2 Talaga Jaya. Hal ini nampak dari hasil analisis data, baik data yang menyangkut pengamatan kegiatan guru, pengamatan kegiatan siswa, maupun hasil evaluasi kemampuan siswa baik secara individual maupun klasikal. Peningkatan kualitas pembelajaran maupun kemampuan siswa erat kaitannya dengan penggunaan pendekatan problem posing yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing antara lain, (1) lebih mengoptimalkan pengelolaan kelas dalam kegiatan belajar mengajar, (2) lebih banyak memberikan permasalahan pada siswa yang berkaitan dengan bangun datar, (3) lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menyusun soal dan menyelesaikannya, (4) memberikan penghargaan pada seluruh siswa baik yang melakukan tugas dengan baik maupun yang hasil tugasnya kurang baik, (5) menjelaskan penerapan pendekatan problem posing pada siswa. Berdasarkan hasil pantauan dari kegiatan pembelajaran siklus I, dapat diklasifikasikan siswa yang mampu atau tuntas sebanyak 15 siswa atau 60% dan siswa tidak mampu
atau tidak tuntas 10 siswa atau 40%, sehingga belum
mencapai indikator yang diharapkan yakni minimal 75% siswa memperoleh nilai KKM 69, sehingga penelitian ini dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Pemberian tindakan siklus II, diperoleh data yang kemudian dianalisis seperti pada siklus sebelumnya. Dari hasil analisis data diketahui terjadi peningkatan kemampuan siswa yakni siswa yang mampu atau tuntas sebanyak 22 orang atau 88% dan siswa yang tidak mampu atau tidak tuntas sebanyak 3 orang atau 12 %. Meskipun kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dan telah berdampak pada peningkatan kemampuan siswa, tetapi masih perlu pengembangan lebih lanjut. Hal ini karena sesuai analisis data masih terdapat 3 (tiga) orang siswa yang dinyatakan tidak mampu atau tidak tuntas pada pembelajaran siklus II, karena tidak mencapai nilai minimal yang ditetapkan. Siswa tersebut masih memerlukan penanganan lebih lanjut setelah tindakan kelas dilaksanakan, yakni memberikan tugas individual agar mereka mencapai ketuntasan materi. Adapun peningkatan yang terjadi dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik 4.3 Perbandingan Siswa Tuntas Dan Tidak Tuntas Dalam Bentuk Persentase
(%)
100 90
Persentase (%)
80 70 60 50
SIKLUS I
40
SIKLUS II
30 20
10 0 TUNTAS
TIDAK TUNTAS
Terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran serta berdampak pada peningkatan kemampuan seperti telah diuraikan berarti hipotesis tindakan yakni jika melalui pendekatan problem posing, maka kemampuan siswa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar pada siswa kelas V SDN 2 Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo akan meningkat, diterima.
KESIMPULAN Dengan memperhatikan hasil penelitian dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan melalui pendekatan problem posing, kemampuan siswa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar di kelas V SDN 2 Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo meningkat. DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman dkk, 2010. Penelitian Pendidikan SD, Jakarta:Dirjen Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional Hambali,Julius.1992. Pendidikan Matematika I. Jakarta. Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II dan Pendidikan Kependudukan. Tim Direktorat Pembina Sekolah Dasar. 2011. Pedoman Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta. Kementrian Pendidikan Nasional, Direktorat jendral Pendidikan Dasar, Kementrian Pendidikan Nasional. Abdussakir (2009) Pembelajaran Matematika dengan problem posing. Jurnal Penelitian Pendidikan. (online) (http:Abdussakir.Wordpress.com/2009/02/2013/. diakses tanggal 02 Maret 2013) . Ian(2010). Pengertian Kemampuan. Jurnal ilmu pendidikan. (Online) (http: ian43.wordpress.com/2010/12/23/diakses tanggal 10 Februari 2013). Permana.(2011) problem posing dalam pembelajaran. Jurnal Penelitian Pendidikan. (Online) (http: achmadblue.blogspot.com/2011/05/diakses tanggal 02 Februari 2013. Problem posing (2012). Jurnal Ilmu Pendidikan (online) tersedia.http: matematikapower.blogspot.com/2012/html.diakses tanggal 02-04-2013.