Gereja Kerasulan Baru Indonesia
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru Catatan Pendahuluan Tiga pasal kepercayaan yang pertama dari Syahadat Kerasulan Baru sebagian besar sesuai dengan "Apostolikum”1, yaitu pengakuan yang sangat dihargai oleh Gereja Katolik Roma dan Gereja Protestan. Ketika kekristenan semakin menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi, banyak orang Kristen, setidak-tidaknya sebagian, tetap berakar dalam pandangan-pandangan agama atau filosofis mereka sebelumnya. Penyatuan pandangan-pandangan ini dengan ajaran Kristen menghasilkan ajaran sesat, yang membingungkan orang-orang percaya. Untuk melawan perkembangan ini, syahadat kepercayaan harus dirumuskan, yang mengikat untuk kepercayaan sidang-sidang jemaat dan dengan demikian juga untuk kepercayaan setiap orang. Ukuran apakah suatu pernyataan tentang hakikat dan pekerjaan Allah dapat dimasukkan ke dalam pengakuan-pengakuan kepercayaan, adalah kesesuaiannya dengan ajaran Kristus dan para Rasul-Nya. Dasar Apostolikum adalah sebuah pengakuan baptisan Romawi dari abad ke-2. Pernyataan-pernyataan pokok Apostolikum berdasarkan pada khotbah yang disampaikan oleh Rasul Petrus di rumah Kornelius (Kis 10: 37-43). Jadi isinya menunjuk pada kekristenan awal dan pada pemberitaan Rasul-Rasul awal. Dasar lebih lanjut Syahadat Kerasulan Baru adalah Syahadat Nicea-Konstantinopel2, yang dianggap memiliki otoritas yang sama di antara semua gereja Kristen. Pada tahun 325, Kaisar Konstantin mengundang Konsili Nicea. Persekutuan kekristenan berada dalam bahaya karena pertengkaran mengenai pribadi dan hakikat Kristus. Kaisar mencari suatu rumusan pernyataan yang mengikat dan diterima oleh semua mengenai hubungan antara Allah, Bapa, dan Allah, Putra. Pada Konsili Nicea, akhirnya dinyatakan bahwa Yesus Kristus adalah "Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dibuat, sehakikat hakekat dengan Sang Bapa". Pada Konsili Konstantinopel (381), pernyataan kepercayaan ini juga diterapkan pada Roh Kudus. "Syahadat Nicea-Konstantinopel" berdasarkan pada pernyataan-pernyataan kedua konsili pertama ini. Dari hal ini, syahadat ini juga merupakan salah satu teks dasar dari
1 Lihat lampiran 2 Lihat lampiran Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 1 dari 14 Juni 2010
kepercayaan Kristen sekarang ini. Kepercayaan kepada Allah, Bapa, Putra, dan Roh Kudus di dalam Syahadat Nicea-Konstantinopel sesuai dengan kesaksian Perjanjian Baru. Sepuluh Pasal Kepercayaan kita tidak dimaksudkan untuk menggantikan atau melemahkan syahadat-syahadat Gereja kuno, melainkan lebih untuk mengekspresikan kepercayaan Kerasulan Baru dengan tepat. Setiap pasal dari sepuluh Pasal Syahadat Kerasulan Baru dimulai dengan kata-kata "Saya percaya", sehingga jelas bahwa ini juga merupakan syahadat pribadi dari seorang Kristen Kerasulan Baru
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 2 dari 14 Juni 2010
Penjelasan Pasal Kepercayaan Pertama Saya percaya kepada Allah, Bapa, Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi. Pasal pertama berbicara tentang Allah sebagai Pencipta, Bapa. Bahwa Allah adalah Pencipta dibuktikan dalam Perjanjian Lama dan Baru. Ciptaan meliputi langit dan bumi, yaitu – seperti yang dinyatakan di dalam syahadat Nicea-Konstantinopel – "segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan". Yang materi dan yang rohani ada karena tindakan Allah yang berdaya cipta: Allah adalah Pencipta dari segala kenyataan dan semuanya memberi kesaksian perihal diri-Nya. Allah tidak hanya mahakuasa dengan mengacu pada karya penciptaan-Nya, tetapi adalah senantiasa Yang Mahakuasa. Kemahakuasaan Allah juga ditunjukkan, di antaranya, oleh kenyataan bahwa Ia adalah Pencipta ciptaan yang tanpa syarat: tindakan kehendak Allah yang bebas menciptakan segala sesuatu yang ada dari yang tidak ada ("creatio ex nihilo", Ibr 11: 3). Meskipun dalam pasal pertama perihal Allah, Bapa, dibicarakan sebagai Pencipta, namun Allah, Putera, dan Allah, Roh Kudus juga terlibat dalam tindakan penciptaan. Allah Tritunggal adalah Pencipta secara keseluruhan, seperti yang ditunjukkan dalam Kej 1: 26, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita,". Dalam Yoh 1: 1 dan Kol 1: 16 dengan jelas menunjuk pada Putera Allah sebagai Pencipta.
Pasal Kepercayaan Kedua Saya percaya kepada Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh dara Maria, menderita di bawah Pontius Pilatus, disalibkan, mati, dikuburkan, masuk ke dalam kerajaan kematian, pada hari ketiga bangkit dari antara orang-orang mati dan naik ke Surga; Ia duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Maha Kuasa, dari sana Ia akan datang kembali. Pasal kedua berbicara tentang Yesus Kristus, yang adalah dasar dan inti kepercayaan Kristen. Setiap pernyataan dalam pasal ini mempunyai pokok acuan yang langsung di dalam Perjanjian Baru. Penunjukan "Yesus Kristus" sudah merupakan suatu pengakuan, yaitu kepada Yesus dari Nazaret sebagai Mesias yang dijanjikan dan yang dinantikan oleh Israel (Yang Diurapi, Yunani: Kristus). Tetapi Yesus tidak hanya Mesias, melainkan juga "Putera Allah yang dilahirkan" (Yoh 1:14 dan 18). Rumusan ini mengungkapkan hubungan penting antara Allah, Bapa, dan Allah, Putera. Apa yang dimaksud dengan kata-kata "Putera yang dilahirkan" dijelaskan oleh Syahadat Nicea-Konstantinopel: Putera telah "lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dibuat, sehakikat dengan Sang Bapa". “Anak yang dilahirkan” ini adalah "Tuhan kita“. Di dalam Perjanjian Lama, "Tuhan" adalah sebutan untuk Allah. Dalam Perjanjian Baru ini diterapkan pada Yesus untuk mem-
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 3 dari 14 Juni 2010
perjelas hakikat ilahi-Nya. Di sini "Tuhan" juga berarti bahwa Yesus Kristus berkuasa atas langit dan bumi (Flp 2: 9-11). Pernyataan-pernyataan berikut menunjuk pada asal-usul ilahi dari Yesus dan kelahiranNya yang menakjubkan. Yesus dikandung dari Roh Kudus (Luk 1:35; Mat 1:18), bukan oleh seorang laki-laki melalui cara-cara alami, karena Maria adalah seorang perawan ketika ia melahirkan Yesus (Luk 1:27). Kelahiran dari perawan tidak boleh dipandang sebagai yang dapat diabaikan atau sebagai mitos kuno, tapi merupakan suatu keyakinan Kristen yang mendasar. Penyebutan Maria dalam Injil menunjukkan bahwa Yesus itu Manusia yang sejati dan mempunyai ibu. Sejarah Yesus menjadi lebih jelas ketika "Pontius Pilatus" disebutkan. Antara 26-36 M, ia adalah gubernur Romawi di Palestina, sehingga penderitaan Yesus terjadi pada waktu pemerintahannya (Yoh 18:28 dst.). Pasal ini kemudian menyebutkan tiga peristiwa penting tentang Yesus: Ia "disalibkan, mati, dikuburkan". Ini sekali lagi menjelaskan bahwa Yesus adalah manusia yang sejati: Ia harus menderita kematian yang hina, yaitu mati pada kayu salib. Ia mati dan dikuburkan; jadi Ia bernasib dengan umat manusia. Namun yang istimewa baru diungkapkan melalui peristiwa: "pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang-orang mati". Ini adalah sesuatu yang jauh melampaui apapun di dalam pengalaman manusia, sesuatu yang hanya dapat dinyatakan dan dipahami dengan kepercayaan. Di belakang rumusan ini ada rumusan pengakuan yang telah disebutkan dalam 1 Kor 15: 3-4: “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci”. Referensi ganda "sesuai dengan Kitab Suci" menunjukkan bahwa ini bukan hanya peristiwa-peristiwa sembarangan, tetapi lebih pada kepentingan sejarah keselamatan. Yesus Kristus "bangkit dari antara orang-orang mati“, kebangkitan-Nya adalah prasyarat dan janji berkenaan dengan kebangkitan orang-orang mati. Tetapi di dalam Apostolikum, antara "mati" dan "pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang-orang mati" disisipkan bagian "masuk ke dalam kerajaan kematian". Bukti dalam Perjanjian Baru terdapat dalam 1 Ptr 3:19. Di sini disebutkan bahwa, setelah kematianNya pada kayu salib, Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara". Pengakuan "bangkit dari antara orang-orang mati" diikuti dengan pernyataan bahwa Yesus Kristus "naik ke surga" (Kis 1:9-11). Jadi, kehidupan Yesus di bumi serta kehadiranNya langsung sebagai Yang Telah Bangkit telah diakhiri. Penerimaan dari Yang Telah Bangkit di surga berarti kembali-Nya kepada Bapa dan pemuliaan-Nya. Pemuliaan Yesus Kristus dinyatakan di dalam kata-kata "Ia duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa" (Kol 3:1). Pada akhir pasal kedua diungkapkan perihal kepercayaan bahwa Tuhan yang dimuliakan akan datang kembali. Ia tidak tetap tinggal pada Bapa, melainkan menjemput para milikNya kepada-Nya (Yoh 14:3).
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 4 dari 14 Juni 2010
Pasal Kepercayaan Ketiga Saya percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang tunggal, yang kudus, yang umum dan yang kerasulan, persekutuan orang-orang kudus, pengampunan dosa-dosa, kebangkitan orang-orang mati, dan kehidupan yang kekal. Pada awal pasal ketiga dinyatakan kepercayaan kepada Roh Kudus. Roh Kudus adalah Pribadi Ketiga dari Allah. Hakikat ilahi Roh Kudus, kesatuan-Nya dengan Bapa dan Putera, juga diungkapkan di dalam Syahadat Nicea-Konstantinopel "Kami percaya kepada Roh Kudus, yang menjadi Tuhan yang menghidupkan, yang berasal dari Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi". Oleh karena itu para percayawan mengakui Roh Kudus dan keilahian-Nya. Salah satu karya Roh Kudus adalah Gereja. Gereja bukanlah sesuatu yang berasal dari atau dibuat oleh manusia, melainkan lebih dari itu adalah pendirian ilahi. Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dibaptis, yang mengarahkan kehidupan mereka untuk mengikuti Kristus dan mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan mereka. Tujuan Gereja Kristus, di satu sisi adalah supaya keselamatan dan persekutuan abadi dengan Allah Tritunggal dapat dicapai manusia, dan di sisi lain, untuk menyembah Allah dan mempersembahkan puji-pujian. Dalam hakikatnya, Gereja Kristus menunjuk sifat ganda Yesus Kristus: manusia sejati dan Allah sejati. Sifat ilahi-Nya tersembunyi atau tidak dapat dilihat, sedangkan sifat manusiaNya dapat dilihat dan nyata. Jadi Gereja Kristus juga memiliki sisi yang tersembunyi atau tidak dapat dilihat dan sisi yang nyata atau yang dapat dilihat. Memang seperti sifat ilahi Yesus Kristus, bagian Gereja yang tersembunyi tidak dapat digambarkan; namun kehadirannya dapat dirasakan di dalam kinerja Sakramen-sakramen dan firman Allah yang menyelamatkan. Bagian Gereja Kristus yang nyata sama seperti Yesus, sebagai manusia, mengambil bagian dalam sejarah manusia. Namun berbeda dengan-Nya, manusia yang aktif di Gereja tunduk pada dosa. Oleh karena itu, kesalahan, kesesatan, dan penyimpangan, semua yang umum bagi umat manusia, juga terdapat di dalam Gereja. Dalam Apostolikum hanya dibicarakan tentang “Gereja yang kudus dan am (umum).” Istilah Gereja yang tunggal, yang kudus, yang umum dan yang kerasulan diambil dari Syahadat Nicea-Konstantinopel. Istilah ini yang sekarang dimasukkan ke dalam syahadat kita, menjelaskan kriteria hakiki Gereja Kristus: gereja ini “tunggal”, “kudus”, “umum” dan “kerasulan”. Gereja adalah “tunggal”: pengakuan Gereja yang tunggal berdasarkan pada kepercayaan kepada Allah Yang Tunggal. Allah Tritunggal mendirikan dan memelihara Gereja yang tunggal melalui Bapa, yang mengutus Putera, melalui Yesus Kristus, yang sebagai Kepala tetap bersatu dengan tubuh sidang jemaat dan yang melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam Gereja Kristus. Gereja adalah "kudus": Gereja Kristus adalah kudus karena tindakan pengudusan Allah di dalam pengurbanan Kristus dan melalui pekerjaan Roh Kudus dalam firman dan sakramen. Tindakan pengudusan ini terjadi pada orang-orang percaya dalam kebaktian. Ke-
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 5 dari 14 Juni 2010
kudusan Gereja Kristus hanya berdasar pada Allah Tritunggal dan bukan pada manusia yang terbilang di dalamnya. Gereja adalah “umum”: Gereja Kristus adalah umum, yaitu mencakup semua dan universal. Gereja ini ada dunia ini dan di dunia alam sana, pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Kehendak Allah untuk keselamatan yang universal dapat dialami langsung di dalam Gereja. Gereja adalah "kerasulan": Gereja Kristus adalah kerasulan dalam dua hal: karena di dalam gereja doktrin kerasulan diberitakan dan jawatan Rasul bekerja. Pengajaran kerasulan adalah berita kesukaan yang murni berkenaan dengan kematian, kebangkitan, dan kedatangan Kristus kembali. Jawatan kerasulan adalah jawatan Rasul, yang diberi wewenang penuh oleh Kristus dan dituntun oleh Roh Kudus. Jadi, sifat kerasulan Gereja terdiri dari melanjutkan pemberitaan pengajaran kerasulan, dan bahwa jawatan Rasul yang bekerja di dalam para Rasul dinyatakan pada masa sekarang ini. Dalam manifestasi sejarahnya, Gereja Yesus Kristus belum sepenuhnya memenuhi standar kesatuan, kekudusan, keumuman, dan kekerasulannya yang dituntut daripadanya. Hal ini, antara lain, karena fakta bahwa orang-orang yang aktif di dalamnya tunduk pada dosa. Meskipun ada kekurangan-kekurangan ini, Gereja Kristus tidaklah tersembunyi atau tidak dapat dimasuki. Gereja ini dapat dirasakan paling jelas di mana ada jawatan Rasul, yang memberikan ketiga sakramen untuk yang hidup dan yang mati, demikian juga pemberitaan firman yang benar. Dalam gereja pekerjaan kelepasan Tuhan didirikan, di mana pengantin perempuan Kristus dipersiapkan untuk perjamuan kawin di surga. “Persekutuan orang-orang kudus” dipahami sebagai mereka yang akan terbilang ke dalam sidang jemaat pengantin perempuan. Persekutuan "orang-orang kudus" dapat dipersamakan dengan 144.000 (Why 14:1), Anak laki-laki (band. Why 12:5), dan pengantin perempuan Tuhan (Why 19:7). Ini hanya akan menjadi nyata pada kedatangan Kristus kembali. “Pengampunan dosa-dosa”, yang dimungkinkan oleh kurban Kristus, juga diakui. Pembebasan mendasar dari kuasa dosa dilakukan di dalam Baptisan Suci dengan air, di mana dosa warisan dibersihkan. Pasal kepercayaan ketiga berakhir dengan dua harapan eskatologis, yaitu berkenaan dengan "kebangkitan orang-orang mati dan kehidupan yang kekal“. Kepercayaan pada kebangkitan Yesus dan kebangkitan orang-orang mati yang didasarkan atasnya adalah keyakinan Kristen yang penting. "Kebangkitan orang-orang mati" berarti penjelmaan dari yang fana menjadi tubuh rohani, melalui mana manusia yang dilepaskan dapat ambil bagian dalam kemuliaan Allah (1 Kor 15: 42-44). Pandangan pada "kehidupan yang kekal" yang mengakhiri pasal kepercayaan yang ketiga berarti persekutuan dengan Allah untuk selama-lamanya di dalam ciptaan yang baru.
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 6 dari 14 Juni 2010
Pasal Kepercayaan Keempat Saya percaya, bahwa Tuhan Yesus memerintah Gereja-Nya dan untuk itu telah mengutus para Rasul-Nya dan sampai kedatangan-Nya kembali, masih mengutuskan mereka dengan tugas untuk mengajar, untuk mengampuni dosa-dosa di dalam nama-Nya dan untuk membaptis dengan air dan Roh Kudus. Pasal kepercayaan yang keempat mengkhususkan kepercayaan pada Gereja yang telah disebutkan dalam pasal ketiga. Pertama, pasal ini berkaitan dengan pemerintahan Yesus Kristus. Ia yang memerintah Gereja-Nya; karena Ia adalah "kepala tubuh" (Kol 1: 18). Pemerintahan-Nya ini nyata, antara lain, di dalam pengutusan para Rasul. Perintah pengutusan dalam Mat 28: 19-20 menunjukkan bahwa pemberitaan Injil dan penyaluran sakramen-sakramen adalah berhubungan dengan sifat kerasulan gereja. Di sini sifat kerasulan Gereja, yang telah disebutkan dalam pasal kepercayaan yang ketiga secara mendasar, diambil sekali lagi dan dimasukkan ke dalam susunan nyata Gereja yang dapat dialami di dalam sejarahnya. Berdasarkan sejarah, jawatan Rasul tidak terbatas pada waktu, jawatan Rasul hendaknya memenuhi tugasnya "sampai kedatangan-Nya (Yesus) kembali". Apa yang dikerjakan Yesus melalui para Rasul-Nya dan yang dapat dialami oleh setiap orang percaya, dijelaskan sebagai berikut: "untuk mengajar, untuk mengampuni dosa-dosa di dalam nama-Nya dan untuk membaptis dengan air dan Roh Kudus". Tugas untuk mengajar berkenaan dengan pemberitaan yang benar dari Injil tentang kematian, kebangkitan, dan kedatangan Tuhan kembali. Tugas lain dari jawatan kerasulan adalah "untuk mengampuni dosa-dosa dalam nama-Nya (Yesus)" (Yoh 20:23), yaitu memberitakan kepada orang-orang percaya, pengampunan dosa-dosa berdasarkan kurban dan jasa Yesus Kristus. Sebagai akhir pasal kepercayaan keempat disebutkan perihal sakramen-sakramen Baptisan Suci dengan air dan Kemeteraian Suci. Jawatan kerasulan bertugas untuk membaptis dengan air dan Roh Kudus, yaitu menyalurkan sakramen-sakramen dengan mana suatu keberadaan yang baru di hadapan Allah menjadi mungkin.
Pasal Kepercayaan Kelima Saya percaya, bahwa mereka yang ditunjuk oleh Allah untuk suatu jawatan ditahbiskan hanya oleh para Rasul, dan bahwa kuasa penuh, berkat, dan penyucian untuk pelayanan mereka timbul dari Jawatan Rasul. Seperti pasal kepercayaan keempat, pasal kelima juga menyebutkan pentingnya jawatan Rasul. Apabila di dalam pasal keempat disebutkan perihal hubungan antara jawatan Rasul dengan pengajaran yang benar, pengampunan dosa-dosa, dan penyaluran sakramen-sakramen, pasal kelima berhubungan dengan jawatan rohani. Adalah Allah yang menunjuk seseorang untuk suatu jawatan. Jadi, jawatan itu bukanlah pekerjaan manusia ataupun pekerjaan jemaat, tetapi karunia Allah untuk Gereja-Nya. Dalam pasal ini ditekankan bahwa seseorang mengemban jawatan berdasarkan kehendak Allah dan bukan berdasarkan keputusan manusia. Kehendak-Nya dinyatakan dan dilaksanakan melalui jawatan Rasul. Jawatan dan jawatan kerasulan terkait secara langsung; jadi hanya di mana ada jawatan
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 7 dari 14 Juni 2010
Rasul di situ jawatan rohani dimungkinkan. Para Pemangku Jawatan melalui jawatan Rasul, menerima "kuasa penuh, berkat, dan penyucian untuk pelayanan mereka". Jawatan bukanlah tujuan untuk diri sendiri, atau berorientasi pada dirinya sendiri, melainkan tempatnya adalah di dalam gereja, terutama di sidang-jemaat yang konkret. Dengan "pelayanan" dimaksudkan pengabdian kepada Yesus Kristus dan sidang jemaat. Pentahbisan ke dalam jawatan rohani mengandung tiga aspek: "kuasa penuh, berkat, dan penyucian". Terutama untuk jawatan keimaman aspek "kuasa penuh" adalah sangat penting, karena mereka diberi kuasa penuh, untuk berdasarkan tugas Rasul, untuk memberitakan pengampunan dosa-dosa dan untuk menyucikan Perjamuan Kudus. Jadi jawatan keimaman ambil bagian dalam penyaluran sakramen yang benar oleh para Rasul. Pemberitaan yang benar tentang kehendak Allah yang universal untuk menyelamatkan semua orang juga terlaksana melalui “kuasa penuh” yang diterima dari jawatan Rasul. Melalui “berkat” dijanjikan penyertaan ilahi dan dukungan Roh Kudus dalam menunaikan tugas jawatan keimaman dan diaken. "Penyucian" menunjuk bahwa Allah sendiri, dalam kekudusan-Nya dan tidak dapat diganggu gugat, ingin bekerja melalui jawatan itu. "Penyucian" juga perlu, karena gereja itu sendiri adalah "suci". Meskipun jawatan dipilih oleh Allah, tetapi ada kemungkinan juga bahwa ia tidak dapat menunaikan jawatannya dengan benar atau bahkan mungkin gagal. Namun panggilan awal dari Allah tidak harus diragukan. Karena melalui jawatan Rasul "kuasa penuh, berkat, dan penyucian diberikan untuk pelayanan mereka (para Pemangku Jawatan)", hubungan setiap Pemangku dengan jawatan Rasul tidak terpisahkan.
Pasal Kepercayaan Keenam Saya percaya bahwa Baptisan Suci dengan air adalah langkah pertama kepada pembaharuan seorang manusia di dalam Roh Kudus, dan orang yang dibaptis diterima ke dalam persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan mengakui-Nya sebagai Tuhan mereka. Pasal kepercayaan yang keenam berkenaan dengan Baptisan Suci dengan air. Pasal ini berkaitan dengan elemen-elemen penting pada Baptisan dengan air. Pada awalnya adalah pengakuan bahwa Baptisan Suci dengan air "adalah langkah pertama kepada pembaharuan seorang manusia di dalam Roh Kudus". Dengan baptisan suci, pemisahan mendasar manusia dari Allah dihapuskan. Ini tidak dihasilkan oleh jasa manusia, oleh keputusan bebas seseorang untuk berpihak kepada Allah, tetapi bahwa Allah yang menghampiri manusia dan membebaskan mereka dari kuasa dosa. Melalui perhatian Allah kepada manusia ini, manusia ambil bagian dalam kurban Kristus, dalam kuasa-Nya untuk mengalahkan dosa. Hal ini menjadi jelas, bahwa dosa warisan dihapuskan melalui Baptisan Suci dengan air dan orang yang dibaptis dimasukkan ke dalam Gereja Yesus Kristus, dengan demikian ia menjadi orang Kristen.
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 8 dari 14 Juni 2010
Baptisan Suci dengan air belum mencakup semua yang dibutuhkan untuk keberadaan manusia yang baru di hadapan Allah. Baptisan Suci adalah "langkah pertama kepada pembaharuan seorang manusia di dalam Roh Kudus". Pembaharuan di dalam Roh Kudus ini, yang dimulai dengan Baptisan Suci dengan air, dilanjutkan dengan pencurahan Roh Kudus di dalam Kemeteraian Suci. Baru setelah itu manusia mengalami kelahiran baru oleh air dan Roh. Baptisan dengan air tidak hanya membentuk persekutuan dengan Allah, tetapi juga persekutuan orang-orang Kristen satu sama lain, karena "orang yang dibaptis diterima ke dalam persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan mengakui-Nya sebagai Tuhan mereka”. Kepercayaan kepada Yesus sebagai Kristus dan Tuhan, yaitu sebagai kuasa yang menentukan hidup, itulah yang mempersatukan semua orang Kristen yang percaya.
Pasal Kepercayaan Ketujuh Saya percaya bahwa Perjamuan Kudus telah dilembagakan oleh Tuhan sendiri untuk peringatan akan kurban tunggal, yang berlaku sepenuhnya dan akan penderitaan yang pahit dan kematian Kristus. Penikmatan Perjamuan Kudus dengan kepatutan menjamin persekutuan hidup dengan Kristus Yesus, Tuhan kita. Perjamuan Kudus ini dirayakan dengan roti tanpa ragi dan anggur; keduanya harus disucikan dan dibagikan oleh seorang pemangku jawatan yang diberi kuasa oleh seorang Rasul. Setelah pasal kepercayaan yang keenam membicarakan Baptisan Suci dengan air, pasal kepercayaan yang ketujuh berkenaan dengan Perjamuan Kudus. Kalimat pertama menunjuk pada pelembagaan Perjamuan Kudus oleh Yesus Kristus. Kalimat kedua membicarakan dampak setelah penikmatan dengan kepatutan, dan kalimat penutup menjelaskan bahwa untuk penyucian dan pembagian Perjamuan Kudus dibutuhkan seorang jawatan yang telah diberi wewenang. Pertama-tama dikenal bahwa Perjamuan Kudus adalah perjamuan peringatan. Aspek ini sudah ditekankan dalam teks Perjamuan Kudus tertua yang terkenal; Yesus sendiri menghimbau peringatan itu (1 Kor 11: 24-25). Dalam Perjamuan Kudus diingatkan pada, “kurban tunggal, yang berlaku sepenuhnya dan akan penderitaan yang pahit dan kematian Kristus”. Yang pertama-tama diperingati adalah kurban Yesus dan maknanya yang tanpa batas waktu. Dengan demikian ke dalam hal ini termasuk peringatan akan "penderitaan dan kematian-Nya", seperti yang disaksikan di dalam Injil. Jadi, Perjamuan Kudus mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi langsung sebelum penyaliban dan juga tentang makna yang kekal akan kematian-Nya pada kayu salib. Ambil bagian dalam Perjamuan Kudus memberikan dampak-dampak yang besar. Prasyaratnya adalah "penikmatan dengan kepatutan" (1 Kor 11:27), yang antara lain dimungkinkan melalui kepercayaan, peraihan pengampunan dosa, dan hati yang bertobat. "Persekutuan hidup dengan Yesus Kristus, Tuhan kita" “dijamin” melalui penikmatan Perjamuan Kudus dengan kepatutan. Perjamuan Kudus menguatkan kepercayaan kepada
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 9 dari 14 Juni 2010
Yesus Kristus demikian juga menguatkan keinginan serta kemampuan seseorang untuk mengikut Dia. Di dalam Perjamuan Kudus orang-orang percaya memiliki persekutuan sakramental dengan Yesus Kristus sebagai Tuhan mereka dan dikuatkan untuk menjalani kehidupan mereka sesuai dengan itu. Selanjutnya dibicarakan tentang penyediaan sarana sakramen ini: Perjamuan Kudus "dirayakan dengan roti tanpa ragi dan anggur". Agar Perjamuan Kudus dapat dirayakan harus disediakan “roti tanpa ragi” dan "anggur" - keduanya bersesuaian dengan perjamuan Paskah. Sama seperti air adalah prasyarat dalam Baptisan Suci dengan air, maka "roti tanpa ragi dan anggur" adalah prasyarat yang kelihatan untuk sakramen ini. Setelah berbicara tentang tanda-tanda lahiriah, pada akhir pasal ketujuh disebutkan prasyarat-prasyarat yang menghasilkan sakramental yang sesungguhnya - yaitu kehadiran tubuh dan darah Kristus. Roti dan anggur harus "disucikan dan dibagikan oleh seorang pemangku jawatan yang diberi kuasa oleh seorang Rasul". Melalui jawatan Rasul dan pemangku jawatan yang diberi kuasa olehnya, kehadiran tubuh dan darah Yesus Kristus dalam roti dan anggur dimungkinkan. Tanpa jawatan yang diberi kuasa, Perjamuan Kudus memang dapat dirayakan sebagai perjamuan untuk peringatan, persekutuan, dan ucap syukur, namun tidak merupakan tubuh dan darah Yesus Kristus. Jawatan yang diberi kuasa penuh, yang diperlukan untuk menghasilkan perwujudan sakramental yang lengkap, terlaksana dalam dua tindakan: ia menyucikan dan ia membagikan Perjamuan Kudus. Penyucian berarti mengambil roti dan anggur dari penggunaan biasa ("Kini kusucikan roti dan anggur untuk Perjamuan Kudus ...") dan dengan mengucapkan kata-kata yang dilembagakan, yang memungkinkan kehadiran tersembunyi dari tubuh dan darah Kristus dalam unsur-unsur yang terlihat dalam roti dan anggur. Membagikan, dalam konteks ini, berarti membuat tubuh dan darah Kristus dapat dinikmati oleh jemaat, seperti yang dinyatakan dalam undangan untuk menerima Perjamuan Kudus dan kemudian pemberian hosti yang telah disucikan.
Pasal Kepercayaan Kedelapan Saya percaya bahwa mereka yang telah dibaptis dengan air, harus menerima karunia Roh Kudus melalui seorang Rasul, untuk memperoleh keanak-Allahan dan prasyarat-prasyarat untuk menjadi anak sulung. Pasal kepercayaan kedelapan berhubungan dengan Kemeteraian Suci atau Baptisan dengan Roh, yaitu penyaluran karunia Roh Kudus kepada orang percaya. Kemeteraian Suci adalah sakramen yang hanya ditugaskan kepada jawatan Rasul. Prasyarat untuk penerimaannya adalah Baptisan Suci dengan air. Hanya orang-orang yang telah dibaptis seharusnya menerima karunia Roh Kudus. Kemeteraian Suci memiliki dampak pada masa sekarang dan masa yang akan datang: dampak sekarang dari penerimaan karunia Roh Kudus adalah "keanak-Allahan" (Rm 8: 14-17). "Keanak-Allahan" adalah status yang diberikan kepada orang-orang Kristen me-
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 10 dari 14 Juni 2010
lalui kelahiran baru dengan air dan Roh. Ini mendahului dampak masa yang akan datang, yaitu menjadi anak sulung dan terbilang ke dalam "imamat yang rajani" (1 Ptr 2:9). Jadi, "keanak Allahan" adalah status manusia di hadapan Allah yang ditandai dengan penerimaan semua sakramen, dengan khotbah pemberitaan Injil yang benar dan dengan penyesuaian kehidupan seseorang kepada kedatangan Kristus kembali. Dampak masa yang akan datang penerimaan Roh Kudus adalah menjadi anak sulung. Namun jiwa-jiwa yang dimeteraikan belum mencapai keadaan menjadi anak-anak sulung, tetapi prasyaratnya adalah Baptisan dengan Roh. Jika mereka berusaha untuk hari Kristus, orang-orang percaya kemudian dapat menjadi bagian dari sidang jemaat pengantin perempuan, pada "persekutuan orang-orang kudus". Tugas para jiwa yang telah dimeteraikan adalah untuk tetap mengikut Kristus dan membiarkan diri mereka dipersiapkan oleh firman dan sakramen untuk kedatangan Yesus Kristus kembali.
Pasal Kepercayaan kesembilan Saya percaya bahwa Tuhan Yesus pasti akan datang kembali sebagaimana Ia telah naik ke Surga dan Ia akan membawa kepada-Nya anak-anak sulung dari orangorang mati dan hidup, yang menantikan dan dipersiapkan untuk kedatangan-Nya kembali; bahwa setelah perjamuan kawin di Surga Tuhan akan datang lagi ke bumi bersama mereka untuk mendirikan kerajaan damai-Nya dan mereka akan memerintah bersama dengan Tuhan sebagai imamat rajani. Setelah akhir dari kerajaan damai ini, Tuhan akan mengadakan penghakiman terakhir. Kemudian Allah akan menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru dan tinggal bersama-sama dengan umat-Nya. Pasal kepercayaan kesembilan membicarakan tentang uraian eskatologis dari pernyataan-pernyataan yang sesuai di dalam pasal-pasal kedua dan ketiga (kedatangan Kristus kembali, kebangkitan orang-orang mati, kehidupan yang kekal). Sifat yang relatif lengkap dari pasal ini menunjukkan arti yang besar dari peristiwa-peristiwa yang akan datang dalam kepercayaan kerasulan baru. Permulaan dari pasal ini menunjuk pada Kis 1:11: "Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga." Pasal ini kemudian dilanjutkan dengan pernyataan-pernyataan eskatologis dari pasal kepercayaan kedua. Terkait dengan kedatangan Yesus Kristus kembali adalah fakta bahwa Tuhan “akan membawa kepada-Nya anak-anak sulung dari orang-orang mati dan hidup yang menantikan dan dipersiapkan untuk kedatangan-Nya kembali" (1 Tes 4:16-17). "Anak-anak sulung dari orang-orang mati dan hidup" akan dibangkitkan, yaitu menerima tubuh rohani, dan disentakkan kepada Kristus yang datang kembali. "Anak-anak sulung" adalah mereka yang telah menjadi milik Allah, yang memiliki pengharapan yang hidup akan kedatangan Kristus kembali, dan telah membiarkan diri mereka dipersiapkan untuk kedatangan Kristus kembali oleh jawatan Rasul. Kedatangan Kristus kembali adalah peristiwa sentral, yang pada hal ini peristiwa-peristi-
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 11 dari 14 Juni 2010
wa eskatologis yang selanjutnya bergantung. Tujuan penyentakan "yang hidup dan yang mati" adalah persekutuan dengan Yesus Kristus – gambaran untuk ini adalah "perjamuan kawin di surga". "Perjamuan kawin di Surga" menunjuk pada persekutuan langsung Tuhan dengan sidang jemaat pengantin perempuan. "Perjamuan kawin di surga" berlangsung terbatas. Setelah selesai, Yesus Kristus bersama dengan para milik-Nya akan kembali kepada semua manusia yang tidak ambil bagian dalam peristiwa ini. Yesus Kristus kemudian akan tampil dengan dapat dilihat di bumi dan mendirikan "kerajaan damai-Nya" (Why 20:4 dan 6). Sebagai "Imamat rajani" (1 Ptr 2:9; Why 20:6), sidang jemaat pengantin perempuan (dilambangkan dengan bilangan 144.000) ambil bagian dalam pemerintahan Kristus. Injil akan diberitakan kepada semua jiwa, kepada yang hidup dan yang mati. Baru "setelah akhir dari kerajaan damai ini, Tuhan (Yesus Kristus) akan mengadakan Penghakiman Terakhir". Kemudian semua ciptaan akan mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah Hakim yang adil, yang di hadirat-Nya tidak ada yang tersembunyi (Yoh 5:22, 26, 27). Kalimat akhir dari pasal kesembilan memberikan gambaran dari tindakan penciptaan Allah yang baru: "Kemudian Allah akan menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru dan tinggal bersama-sama dengan umat-Nya". Perihal ciptaan yang baru antara lain disebutkan di dalam Why 21 dan 22, inilah tempat kehadiran Allah yang sempurna. Pernyataan bahwa Allah akan tinggal bersama-sama dengan umat-Nya berarti bahwa ini akan menjadi suatu keberadaan yang sama sekali baru bersama-sama dengan Allah, yaitu "kehidupan yang kekal" yang disebutkan pada akhir pasal kepercayaan ketiga.
Pasal Kepercayaan Kesepuluh Saya percaya, bahwa saya wajib menurut kepada pemerintah duniawi, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum-hukum ilahi. Pasal kesepuluh secara mendasar berbeda dari pasal-pasal sebelumnya. Apabila kesembilan pasal sebelumnya mengakui keberadaan Allah sebagai Pencipta, Putera dan Roh Kudus, gereja, jawatan-jawatannya dan sakramen-sakramen, serta pengharapan untuk masa yang akan datang, pasal kesepuluh membicarakan hubungan orang-orang Kristen dengan negara. Pasal kesepuluh menjelaskan bahwa kehidupan umat kristen tidak berlangsung di luar negara dan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan kristen mempunyai hubungan dasar yang positif dengan negara, dengan "pemerintahan duniawi". Hubungan positif ini diringkas dalam istilah "kemenurutan". Sudah sejak masa Perjanjian Baru, hubungan sidang jemaat kristen dengan pemerintahan duniawi dipertimbangkan (1 Ptr 2:11-17). Pernyataan-pernyataan yang terkenal ada di dalam Rm 13:1-7, di mana negara disebut sebagai hamba Allah. Bagian ini telah menimbulkan banyak kesalahpahaman, karena tampaknya orang juga harus tunduk tanpa syarat kepada sebuah negara yang tidak adil. Tetapi dalam penafsiran ini tidak mempertimbangkan bahwa negara adalah hamba Allah, yaitu bahwa kehendak ilahi, seperti di-
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 12 dari 14 Juni 2010
jelaskan misalnya di dalam Sepuluh Perintah Allah, seharusnya juga menjadi ukuran hukum negara. Rm 13:1-7 juga merupakan latar belakang pasal kepercayaan kesepuluh. Di sini tidak hanya dituntut kemenurutan, yaitu loyalitas kepada negara, tetapi sekaligus juga membicarakan kriteria kemenurutan yang benar: "sepanjang tidak bertentangan dengan hukum-hukum ilahi". Negara juga tidak bebas sepenuhnya, tetapi tunduk pada tata-tertib ilahi. Hukum-hukumnya harus, sekurang-kurangnya, tidak bertentangan dengan tatatertib ilahi, bahkan lebih baik bersesuaian dengan itu. Jika kehendak ilahi dan perundangundangan negara tidak bertentangan, tetapi bahkan melengkapi satu sama lain, maka orang-orang kristen wajib untuk menerima hal ini sebagai sesuatu yang positif dan mengikat. Namun, jika kehendak ilahi dan perundang-undangan negara bertentangan satu sama lain, maka untuk setiap orang berlaku: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (Kis 5:29).
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 13 dari 14 Juni 2010
Lampiran 1
Pengakuan Iman Rasuli (Symbolum Apostolicum) “Aku percaya kepada Allah Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita; yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria; yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut; pada hari ketiga bangkit pula dari antara orang mati; naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa; dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Kudus, gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan orang mati dan hidup yang kekal. Amin.”
2
Syahadat Nicea Konstantinopel “Kami percaya kepada satu Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Kami percaya kepada satu Tuhan, yaitu Yesus Kristus, Anak Allah yang Tunggal, yang lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman. Allah dari Allah, Terang dari Terang. Allah yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dibuat, sehakikat dengan Sang Bapa, yang dengan perantaraan-Nya, segala sesuatu dibuat; yang untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita telah turun dari surga, menjadi daging oleh Roh Kudus dari Anak Dara Maria, dan menjadi manusia, yang disalibkan bagi kita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, menderita dan dikuburkan; yang bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan isi Kitab-kitab, dan naik ke surga, dan duduk di sebelah kanan Sang Bapa dan akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati; yang kerajaan-Nya tidak akan berakhir. Kami percaya kepada Roh Kudus, yang menjadi Tuhan yang menghidupkan, yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak, yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi. Kami percaya adanya satu gereja yang kudus, yang am dan rasuli. Kami mengakui satu baptisan untuk pengampunan dosa. Kami menantikan kebangkitan orang mati dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin.”
Penjelasan mengenai Sepuluh Pasal Kepercayaan dari Syahadat Kerasulan Baru
Halaman 14 dari 14 Juni 2010