PENJADWALAN PENGIRIMAN PRODUK JADI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL BINARY INTEGER PROGRAMMING ROGRAMMING DI PT. XYZ
Skripsi
DESY VINI ARISTA I 0304027
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
IV-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Tekanan kompetisi antar perusahaan yang semakin ketat mendorong pengembangan dimensi kompetisi yaitu fleksibilitas, biaya, kualitas dan distribusi. Faktor kecepatan produk didesain, diproduksi dan didistribusikan, diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya operasional. Sistem distribusi produk mengacu pada sistem terintegrasi yang terdiri dari berbagai elemen yang bekerja bersama untuk memenuhi bahan baku, merubah bahan baku menjadi produk jadi dan mengantar produk ke pasar (Beamon, 1998). Sebagai perusahaan yang mempunyai daerah pemasaran yang semakin luas PT.XYZ juga menghadapi masalah distribusi yang semakin kompleks. Produk perusahaan ini yang beredar di pasaran antara lain jamu prolinu, jamu bersalin, madurasa, curcuma kids, beras kencur, param, minyak telon, lulur mandi, bedak harumsari, dan baby powder. Sedangkan wilayah pemasarannya tersebar di dalam negeri dan di luar negeri. Wilayah distribusi PT XYZ di dalam negeri dibagi dalam 5 area distribusi yaitu area Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, area Jawa Timur, area Jawa Barat, dan luar jawa yaitu area Kalimantan, area Bali dan NTT dan area Sumatera. Untuk pasar luar negeri jamu produksi PT.XYZ telah didistribusikan ke Singapura, Malaysia, dan Taiwan. Di tiap wilayah PT XYZ mempunyai agen yang disuplai secara rutin oleh PT XYZ. Sebelum produk dikirim ke agen produk jadi seharusnya disimpan di gudang produk yang berlokasi menjadi satu dengan plant produksi di Palur. Tetapi karena keterbatasan kapasitas gudang produk jadi maka terkadang produk jadi disimpan di gudang bahan baku. Dari informasi yang diperoleh bahwa produk jadi yang disimpan di gudang bahan baku saat itu adalah produk yang sudah teralokasi untuk memenuhi permintaan konsumen. Produk-produk ini belum dikirimkan karena harus menyesuaikan dengan jadwal pengiriman yang ada. Jadwal pengiriman serta prosedur pengiriman ke konsumen menjadi tanggung jawab departemen pemasaran. Penjadwalan pengiriman order konsumen PT.XYZ
IV-2
dilakukan oleh bagian penjualan di bawah depertemen pemasaran. Bagian Penjualan mendapatkan data permintaan dari bagian keagenan. Dari data tersebut didapat jumlah produk yang harus dikirim serta tanggal penerimaan pesanan oleh agen atau deadline order. Bagian penjualan menjadwalkan pengiriman sesuai urutan tanggal pemesanan agen. Jika ternyata pengiriman melebihi batas deadline pemesanan yang dilakukan agen, bagian penjualan akan melakukan konfirmasi ke agen bahwa pesanan akan dikirimkan dengan pengiriman berikutnya. Penentuan jadwal pengiriman produk jadi di PT. XYZ untuk setiap armada masih diserahkan pada kebiasaan bagian penjualan. Urutan pelayanan dan penempatan order dalam satu rute dilakukan secara manual. Selain itu, penempatan masing-masing agen kedalam rute-rute pengiriman dengan mempertimbangkan kesesuian antara jumlah total produk yang harus dikirimkan pada tiap agen terhadap kapasitas maksimal truk juga masih dilakukan berdasarkan kebiasaan karyawan. Kondisi ini memungkinkan penggunaan kapasitas truk belum optimal sehingga produk jadi menumpuk di gudang menunggu jadwal untuk dikirim. Terbukti dengan adanya keluhan keterlambatan pengiriman ke agen melebihi deadline yang direncanakan hampir setiap bulan padahal produk jadi yang menumpuk di gudang sudah siap untuk dikirim. Sehingga terjadi pemborosan biaya penyimpanan yang lebih lama dan memungkinkan terjadi lost sale dari konsumen karena keterlambatan pengiriman produk. Tabel 1.1 menyajikan data jumlah keluhan keterlambatan pengiriman produk tahun 2007.
Tabel 1.1. Jumlah Keluhan Keterlambatan Pengiriman Produk Tahun 2007 Bulan
Jumlah keluhan
Bulan
Over deadline
Jumlah keluhan Over deadline
Januari
5
Maret
6
Februari
5
April
3
Tabel 1.1. Jumlah Keluhan Keterlambatan Pengiriman Produk Tahun 2007 (Lanjutan)
IV-3
Bulan
Jumlah keluhan Over deadline
Bulan
Jumlah keluhan Over deadline
Mei
6
September
9
Juni
4
Oktober
5
Juli
7
November
6
Agustus
7
Desember
5
(Sumber: Bag. Keagenan PT.XYZ , 2007)
Mekanisme penjadwalan pengiriman yang digunakan oleh PT. XYZ dalam pengiriman produk jadi selama ini belum pernah dikaji secara ilmiah, sehingga masih dimungkinkan adanya solusi yang lebih baik. Mempertimbangkan kondisi-kondisi di atas PT.XYZ perlu melakukan kajian mengenai penentuan rute dan tanggal pengiriman yang dapat menghasilkan jadwal pengiriman produk jadi PT.XYZ untuk memperbaiki sistem distribusi perusahaan agar lebih efektif dan efisien. Salah satu teknik matematik yang sering digunakan untuk membantu pengambilan keputusan adalah Binary Integer Programming. Aplikasi Binary Integer Programming dapat digunakan untuk mencari solusi optimal dalam maksimasi keuntungan atau minimasi biaya seperti masalah pengalokasian sumber daya yang terbatas, penentuan penambahan kapasitas dimana terdapat biaya set-up awal untuk pengadaan fasilitas,dan penentuan keputusan dari beberapa alternatif yang harus dipilih (Yilmaz,2004). Binary Integer Programming adalah model Integer Programming dimana variabel keputusan yang dimilikinya hanya memiliki dua nilai biner yaitu 0 dan 1. Binary Integer Programming memungkinkan untuk menyederhanakan formulasi permasalahan yang formula aslinya sangat rumit. Dengan memperkenalkan auxiliary variabel kemudian mengekspresikan hubungan kombinatorial ini dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab dengan jawaban ya atau tidak (0 atau 1). Penjadwalan pengiriman produk tersebut dapat dipecahkan dengan Binary Integer Programming, dimana permasalahan tersebut dimodelkan kedalam model matematis dengan keputusan ”apakah order dikirim melalui rute r pada hari t?”
IV-4
dengan formulasi tersebut akan diperoleh jawaban yang cepat dan lebih sederhana untuk menginterpretasikan hasilnya.
1.2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan dibahas yaitu bagaimana menjadwalkan pengiriman produk jadi PT XYZ dengan menggunakan model Binary Integer Programming.
1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah membuat jadwal pengiriman produk jadi PT XYZ dengan menggunakan model Binary Integer Programming.
1.4. MANFAAT PENELITIAN Dari pelaksanaan penelitian tugas akhir pada PT. XYZ diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan usulan jadwal pengiriman optimal yang dapat meminimasi total biaya transportasi. 2. Meminimalkan keluhan mengenai keterlambatan pengiriman pesanan.
1.5. PEMBATASAN MASALAH Dalam pembahasan ini permasalahan yang ada dibatasi ruang lingkupnya sebagai berikut: 1. Penjadwalan dilakukan berdasar data permintaan produk jadi PT. XYZ Palur periode September 2007. 2. Penjadwalan dilakukan untuk konsumen area Jawa Barat. 3. Tidak membahas penugasan armada.
1.6. ASUMSI-ASUMSI Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kondisi lalu lintas sepanjang jalur transportasi normal.
IV-5
2. Alat transportasi yang digunakan untuk pengiriman terdiri atas satu macam kendaraan yang identik yaitu truk engkel dengan kapasitas angkut 3500 boks. 3. Ukuran kemasan (boks) relatif sama. 4. Tidak membahas penugasan armada.
1.7. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penulisan laporan Kerja Praktek ini, diberikan uraian setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya. Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab, yaitu: BAB I :
PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang dan identifikasi masalah yang diangkat dalam penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, penetapan asumsi-asumsi serta sistematika yang digunakan dalam penelitian.
BAB II :
STUDI PUSTAKA Merupakan penjelasan secara terperinci mengenai teori-teori yang dipergunakan sebagai landasan pemecahan masalah serta memberikan penjelasan secara garis besar metode yang digunakan oleh penulis sebagai kerangka pemecahan masalah.
BAB III :
METODOLOGI PENELITIAN Bab
ini
merupakan
gambaran
terstrukur
tahap-tahap
proses
pelaksanaan penelitian dan tahapan pengerjaan pengolahan data yang digambarkan dalam diagram alir (flow chart). BAB IV :
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Merupakan tahap pengumpulan
dan pengolahan data-data yang
diperoleh dari PT XYZ.
BAB V :
ANALISIS & INTERPRETASI HASIL Berisikan pembahasan tentang analisis dari pengolahan data yang telah dilakukan.
BAB VI :
KESIMPULAN DAN SARAN
IV-6
Merupakan bab akhir yang berisikan kesimpulan yang diperoleh dari analisis pemecahan masalah maupun hasil pengumpulan data serta saran-saran perbaikan atas permasalahan yang dibahas.
BAB II TINJAUAN PUTAKA
2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Supply Chain Management Supply chain merupakan seluruh bagian yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Supply chain tidak hanya terdiri dari pabrik dan pemasok melainkan juga pabrik, transportasi, gudang, retailer dan konsumen. Dalam organisasi seperti pabrik supply chain melibatkan seluruh fungsi dalm penerimaan dan pemenuhan permintaan konsumen. Fungsi-fungsi tersebut adalah pengembangan produk baru, pemasaran, operasional, distribusi, keuangan dan pelayanan pelanggan (Chopra, 2004) Supply Chain Management adalah seperangkat pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan supplier, pabrik, gudang dan retailer sehingga barang produksi dapat didistribusikan dalam jumlah, waktu dan lokasi yang tepat untuk meminimasi biaya keseluruhan dan meningkatkan pelayanan konsumen (Levi, 2000). Kesuksesan
Supply Chain Management memerlukan beberapa keputusan
yang berkaitan dengan aliran informasi, produk, dan biaya. Keputusan-keputusan
IV-7
tersebut menurut Chopra dan Meindl (2004) dibagi dalam tiga kategori tergantung pada frekuensi dan waktu, keputusan tersebut adalah : 1. strategi atau desain supply chain pada fase ini, perusahaan memutuskan struktur supply chain untuk beberapa tahun mendatang. Keputusan strategi meliputi lokasi dan kapasitas fasilitas, produk yang akan dibuat atau disimpan, moda transportasi yang digunakan, dan system informasi yang diterapkan. 2. perencanaan supply chain keputusan yang dibuatuntuk beberapa bulan hinggan satu tahun. Keputusan perencanaan meliputi pasar yang akan disuplai dan dari lokasi mana, rencana penambahan inventori, subkontrak dan lokasi cadangan, kebijakan inventori dan promosi. Perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal seperti ketidakpastian permintaan, nilai tukar uang, dan persainangn selama horizon waktu perencanaan. 3. operasional supply chain horizon waktu keputusan operasional adalah mingguan atau harian dan selama fase ini perusahaan membuat keputusan berkaitan dengan order tiap konsumen. Pada fase ini perusahaan mengalokasikan persediaan atau produksi, menetapkan jatuh tempo, mengontrol data di gudang, dan menjadwalkan pengiriman.
2.1.2 Konsep Dasar Sistem Distribusi Logistik Logistik terkait dengan perencanaan dan pengendalian aliran material dan informasi dalam organiasi, baik dalam sektor publik maupun sektor privat. Sistem logistik terbentuk dari seperangkat fasilitas yang terhubung dengan layanan transportasi. Yang dimaksud fasilitas dalam logistik adalah tempat material diproses, misalnya dibuat, disimpan, ditata, dijual, dan dikonsumsi. Fasilitas dapat berupa pusat manufaktur dan perakitan, gudang, pusat-pusat distribusi, titik transshipment, terminal transportasi, outlet dan sebagainya. Misi dari logistik adalah untuk mendapatkan inventori yang tepat dilokasi dan waktu yang tepat, spesifikasi yang tepat dan ongkos yang memadai. Menurut Gaspersz (1998), tujuan sistem distribusi dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu : 1. pelayanan pelanggan
IV-8
-
waktu tunggu penyerahan menjadi cepat
-
pengaman terhadap ketidakpastian permintaan
-
menyediakan bermacam barang yang diperlukan
2. efisiensi -
tingkat transportasi minimum
-
produksi dari pengisian pesanan optimal
-
ukuran lokasi penyimpanan
-
akurasi data inventori
3. investasi inventori minimum -
stok pengman yang diperlukan minimum
-
kuantitas pesanan untuk mengendalikan cycle stock menjadi optimum
2.1.3 Pengelolaan Angkutan Cara umum untuk menghemat biaya logistik adalah dengan memanfaatkan skala ekonomis dari transportasi dengan menyatukan pengiriman-pengiriman kecil menjadi satu pengiriman yang besar dalam satu kali rute pengangkutan. Konsolidasi transportasi dapat dicapai dengan tiga cara, yaitu: 1. konsolidasi fasilitas pengiriman-pengiriman kecil yang jumlahnya banyak pada jarak yang jauh dapat diganti dengan satu pengiriman besar pada jarak jauh dan banyak pengiriman kecil untuk menyebarkan pada jarak yang dekat 2. konsolidasi multi-stop pengiriman dengan truk yang tidak penuh pada beberapa lokasi dapat diganti dengan pengiriman dengan satu truk yang berhenti di beberapa lokasi berurutan 3. konsolidasi waktu pengiriman-pengiriman
kecil
yang
terjadwal
dapat
dimajukan
dan
dimundurkan agar bisa menjadi satu pengiriman sekaligus dalam jumlah besar
IV-9
2.1.4 Penyusunan Rute Kendaraan Masalah terpenting dalam keputusan operasional yang berhubungan dengan transportasi dalam supply chain yaitu penentuan dan penjadwalan rute pengiriman. Seorang manajer harus memutuskan konsumen mana saja yang akan dikunjungi oleh kendaraan tertentu dan bagiamana urutan kunjungan yang akan dilalui oleh kendaraan tersebut. Tujuan utama dari penentuan rute dan jadwal pengiriman yaitu untuk meminimasi biaya total dari penyediaan pelayanan. Biaya yang dimaksud terdiri dari biaya transportasi, biaya gaji karyawan, dan biaya tetap seperti biaya perawatan kendaraan, retribusi jalan, biaya pajak kendaraan, dll. Masalah penentuan dan penjadwalan disajikan dalam bentuk sebuah grafik jaringan (network). Penggambaran permasalahan dengan suatu jaringan akan mempermudah visualisasi permasalahan yang sedang dihadapi. Sebagai contoh Gambar 2.1 berikut menyajikan suatu contoh jaringan rute dengan lima titik konsumen yang akan dikunjungi.
Gambar 2.1. Contoh Jaringan Rute Kendaraan Sumber : www.osiris.tuwien.sc.at
Pada Gambar 2.1 terlihat adanya lima titik yang disebut sebagai node. Keempat nodes (node 2 - 5) menggambarkan titik pengambilan dan pengiriman, sedangkan node 1 merupakan depot node yang merupakan titik awal dan berakhirnya perjalanan kendaraan. Node-node tersebut dihubungkan oleh sebuah garis yang disebut sebagai arcs. Arcs menggambarkan waktu, biaya atau jarak yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan dari satu node ke node yang lain.
IV-10
Arcs dapat berupa directed dan undirected. Undirected arcs ditunjukkan dengan garis segmen yang sederhana. Anak panah tersebut menunjukkan arah perjalanan kendaraan dalam kasus permasalahan penentuan rute atau hubungan presedence dalam permasalahan penjadwalan. Rute kendaraan yang disajikan pada Gambar 2.1 merupakan sebuah rute kendaraan yang sederhana dengan tujuan untuk meminimasi biaya atau kriteria lain yang sesuai seperti minimasi jarak dan waktu tempuh. Biaya yang minimum merupakan subjek dari rute yang feasible. Fisibilitas dari sebuah rute dapat dinilai dari: 1. Sebuah rute harus mencakup semua node yang ada 2. Sebuah node hanya dikunjungi satu kali 3. Sebuah rute harus berawal dan berakhir di depot Hasil akhir yang diperoleh dari penerapan routing dan scheduling sistem pada umumnya hampir sama. Secara umum, rute secara spesifik memperlihatkan tahapan kunjungan terhadap node-node yang ada sedangkan penjadwalan secara spesifik mengidentifikasi waktu kunjungan bagi setiap node. Klasifikasi dari permasalahan penentuan dan penjadwalan rute tergantung pada beberapa karakteristik sistem pengiriman seperti kapasitas armada pengiriman, dimana garasi kendaraan serta apa tujuan yang akan dicapai dalam penentuan dan penjadwalan rute pengiriman.
2.1.5 Konsep Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai pengalokasian sumber daya dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan serangkaian tugas (Baker, 1974). Menurut Morton (1993), penjadwalan adalah proses pengorganisasian, pemilihan, dan penentuan waktu penggunaan sumber-sumber untuk mengerjakan semua aktivitas yang diperlukan yang memenuhi kendala aktivitas dan sumber daya. Menurut Baker (1974) yang juga sejalan dengan Morton (1993), terdapat dua jenis kendala yang seringkali ditemukan dalam masalah penjadwalan, yaitu: • Keterbatasan teknologi urutan pengerjaan job atau routing (kendala aktivitas) • Batas kapasitas sumberdaya yang tersedia (kendala sumberdaya)
IV-11
Dapat dikatakan bahwa solusi terhadap masalah penjadwalan adalah setiap solusi yang fisibel pada daerah yang memenuhi kedua kendala tersebut (feasible region). Dengan demikian, pemecahan masalah penjadwalan paling tidak harus menjawab dua bentuk pertanyaan: • Sumber daya mana yang akan dialokasikan untuk mengerjakan operasi • Kapan setiap operasi dimulai dan selesai. Aktivitas penjadwalan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi lima tingkatan (Morton, 1993), yaitu: 1) long-range planning, yang berkaitan dengan antara lain ekspansi, tata letak, dan perancangan pabrik (horison waktu 2 sampai 5 tahun) 2) middle-range planning, yang berkaitan dengan antara lain logistik (horison waktu 1 - 2 tahun) 3) short-range planning, yang berkaitan dengan antara lain rencana kebutuhan (horison waktu 3 - 6 bulan) 4) penjadwalan, yang berkaitan dengan antara lain routing pada job shop, penyeimbangan lini perakitan, dan penentuan ukuran batch (horison waktu 2 - 6 minggu) 5) penjadwalan reaktif/kontrol, yang berkaitan dengan antara lain situasi darurat seperti berhentinya mesin, dan keterlambatan bahan (horison waktu 1 - 3 hari).
2.1.6 Performansi Jadwal Terdapat tiga tujuan pembuatan keputusan yang umum dalam penjadwalan dan ketiganya menunjukkan ukuran dasar performansi jadwal,yaitu (Baker, 1974): • Pemanfaatan sumber daya yang efisien: minimum maksimum saat selesai, Cmax.(makespan) • Respon yang cepat terhadap permintaan konsumen: minimum rata-rata saat selesai (completion time), C minimum rata-rata waktu tinggal (flow time), F , atau minimum rata-rata waktu tunggu (waiting time), W . • Sesuai dengan batas waktu yang ditentukan: minimum rata-rata keterlambatan (tardiness), T ,minimum maksimum keterlambatan, Tmax, dan minimum jumlah job yang terlambat, NT (the number of tardy jobs). IV-12
Definisi ukuran-ukuran performansi tersebut adalah (Baker, 1974): • Saat selesai (completion time), Cj: menunjukkan saat selesai pemrosesan job j atau dengan rj menyatakan saat siap job j, Wj adalah waktu tunggu job j, dan tj menyatakan waktu proses job j. C j = r j + w j + t j ...................................... (2.1)
• Waktu tinggal (flow time), Fj: menunjukkan lamanya job j berada dalam sistem atau F j = C j - r j .............................................. (2.2)
yang menunjukkan selang waktu antara saat siap (yang diasumsikan pada saat datang) job sampai job keluar dari sistem (yang diasumsikan sama dengan saat selesai). Waktu tinggal merupakan ukuran respon sistem terhadap permintaan konsumen dan berkaitan dengan masalah biaya work in process (Morton, 1993). • Lateness, Lj: menunjukkan perbedaan antara saat selesai dengan due date (mengukur kesesuaian antara jadwal dengan due date yang diberikan) atau L j = C j - d j ...................................... (2.3)
• Tardiness, Tj atau posistive lateness: menunjukkan keterlambatan yang terjadi atau Tj=max(Lj,0). • Earliness, Ej atau negative lateness: menunjukkan kondisi job selesai lebih awal dari due date atau Ej=max(-Lj,0).
Ukuran performansi lainnya adalah berkaitan dengan ongkos, seperti lamanya mesin menganggur, lamanya job menunggu, ataupun ongkos karena terjadinya job lateness.
2.1.7 Pendekatan Penjadwalan Terdapat dua pendekatan dasar yang digunakan dalam merancang algoritma penjadwalan, yaitu pendekatan penjadwalan maju (forward scheduling) dan pendekatan penjadwalan mundur (backward scheduling). Pada penjadwalan maju, job dijadwalkan dari saat datang, atau saat siap atau saat nol (time zero) dan bergerak
IV-13
maju menuju ke arah due date. Sedangkan pada penjadwalan mundur, job dijadwalkan mundur mulai dari due date menuju ke arah saat nol. Pada penjadwalan maju, meskipun jadwal yang dihasilkan selalu layak, tetapi tidak menjamin job tidak mengalami keterlambatan. Sedangkan pada penjadwalan mundur, meskipun saat selesai job bisa tepat pada saat due date tetapi jadwal yang dihasilkan bisa tidak layak, yaitu jika saat mulai job lebih awal dari saat datang job (atau saat nol). Kombinasi dari dua penjadwalan di atas menghasilkan penjadwalan kompromi (compromized scheduling) dan penjadwalan paksa (forced scheduling). Penjadwalan kompromi ini dilakukan dua tahap (Santoso, 1994). Tahap pertama adalah menjadwalkan job dengan penjadwalan maju sehingga diperoleh saat selesai job. Pada tahap kedua, job dijadwalkan dengan penjadwalan mundur dimulai dari saat selesai job yang diperoleh dari hasil tahap pertama. Menurut Santoso (1994), jika terdapat sumber daya yang terpaksa hanya dapat digunakan pada interval waktu tertentu, maka penjadwalan paksa sesuai untuk diterapkan. Pada penjadwalan paksa, operasi-operasi yang dikerjakan pada sumber daya yang terbatas harus dijadwalkan terlebih dahulu. Sedangkan operasi yang mendahuluinya dijadwalkan dengan penjadwalan mundur, dan operasi sesudahnya dengan penjadwalan maju.
2.1.8 Integer Programming Integer Linier Programming adalah model linear programming dengan karakteristik tambahan yaitu beberapa atau semua variabel keputusannya bernilai integer. Integer Linier Programming diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : 1. Pure Integer Programming Yaitu integer programming dimana semua variabel keputusannya bernilai integer 2. Mixed Integer Programming Yaitu integer programming dimana hanya sebagian variabel keputusannya bernilai integer 3. Binary Integer Programming
IV-14
Yaitu integer programming dimana variabel keputusannya hanya terdiri dari nilai biner 0 atau 1 Asumsi-asumsi yang berlaku untuk Integer Linier Programming, yaitu: 1. proporsionalitas asumsi ini berarti naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan. Kontribusi dari masing-masing aktivitas terhadap nilai fungsi objektif Z adalah sebanding dengan tingkat aktivitas Xj. 2. additivitas nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam program linear dianggap bahwa kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain. 3. certainty nilai yang diberikan kepada tiap parameter dari linier programming diasumsikan diketahui secara pasti, meskipun dalam kenyataannya tidak sama persis..
2.1.9 Komponen Model Integer Programming Hillier dan Lieberman (1997) menyatakan bahwa model integer programming memiliki tiga komponen utama, yaitu : a. Fungsi Tujuan (Objective Function) Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan/sasaran dari dalam permasalahan integer linear programming yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumber daya-sumber daya untuk mencapai hasil yang optimal. b. Fungsi Pembatas (Constraint Function) Fungsi pembatas merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan. c. Variabel Keputusan (Decision Variables)
IV-15
Variabel keputusan merupakan aspek dalam model yang dapat dikendalikan. Nilai variabel keputusan merupakan alternatif-alternatif yang mungkin dari fungsi linier.
2.1.10 Model Umum Integer Programming Secara matematis, model umum dari integer linear programming yang terdiri dari sekumpulan variabel keputusan X1, X2, ..., Xn, dirumuskan sebagai berikut (Lieberman, 1997) : Fungsi tujuan : Maksimasi (atau Minimasi) Z = C1 x1 + C 2 x 2 + C 3 x3 + ... + C n x n ...................................... (2.4)
Subject to : a11 x1 + a12 x2 + a13 x3 + a14 x4 + ... + a1n xn
(£, =, ³)
b1
a21 x1 + a22 x2 + a23 x3 + a24 x4 + ... + a2 n xn
(£, =, ³)
b2
a31 x1 + a32 x2 + a33 x3 + a34 x4 + ... + a3n xn
(£, =, ³ )
b3
: : a1m x1 + am 2 x2 + am 3 x3 + am 4 x4 + ... + amn xn
(£, =, ³)
bm
dan x1 , x2 , x3 , x4 , x5 , x6 ,..., xn ³ 0 dimana : Z
= nilai fungsi tujuan yang dimaksimumkan atau diminimumkan
n
= macam batasan sumber daya atau fasilitas yang ada
m
= macam aktivitas yang menggunakan sumber daya atau fasilitas
xi
= variabel keputusan
bi
= nilai maksimal sumber daya untuk dialokasikan ke aktivitas
Ci
= besarnya kenaikan nilai Z setiap ada kenaikan satu satuan nilai
2.1.11 Binary Integer Programming Binary Integer Programming yaitu integer programming dimana variabel keputusannya hanya terdiri dari 2 nilai biner (0,1). BIP memungkinkan kita untuk mereformulasikan permasalahan yang formula aslinya sangat rumit. Dengan
IV-16
mengekspresikan hubungan kombinatorial ini dalam bentuk petanyaan yang harus dijawab dengan jawaban yes atau no, variabel auxiliary bisa diperkenalkan untuk memunculkan variabel keputusan yes atau no ini. Dengan memperkenalkan auxiliary variabel akan menyederhanakan permasalahan yang ada ke dalam bentuk IP ataupun MIP. BIP dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan, antara lain: 1. Memodelkan keputusan ya atau tidak (yes or no decision) Contoh dari permasalahan ini adalah knapsack problem, dimana : -
terdapat set item dengan atribut berat dan nilai tertentu
-
harus dipilih sub set dengan jumlah berat maksimal sedemikian hingga sehingga tidak melebihi konstanta K
-
binary variable (0,1) digunakan untuk memilih masing-masing item diambil atau tidak, dengan nilai 1 berarti iya, dan nilai 0 berarti tidak. n
Max
åC j =1
n
Subject to
åW j =1
j
j
X j ……..................................... (2.5)
X j £ K ...................................... (2.6)
X j ³ 0 ................................................. (2.7)
Xj integer 2. Memodelkan Dependent Decision (Contingent Decision) Model ini digunakan untuk kondisi dimana suatu aktivitas baru akan bisa dilakukan setelah didahului aktivitas tertentu. Dependent decision
adalah
keputusan yang baru bisa diambil tergantung pada keputusan sebelumnya. Contoh : alokasi fasilitas dimana, -
ada n alternatif lokasi fasilitas dan m jumlah konsumen yang harus dilayani dari fasilitas tersebut
-
ada fixed cost Cj untuk membangun fasilitas j
-
ada biaya Dij berkenaan dengan melayani konsumen i dari fasilitas j
-
ada 2 set variabel biner, yaitu: 1.
Yj =1, jika fasilitas j dibuka, dan bernilai 0 jika tidak
IV-17
2.
Xij =1, jika konsumen i dilayani oleh fasilitas j, dan bernilai 0 jika tidak n
m
j =1
i =1
å C jY j + å
Min
n
åD j =1
ij
X i j .....................................
(2.8) n
Subject to
åX j =1
ij
= 1 ....................................... (2.9)
X i j £ Y j ......................................... (2.10) X i j , Y j Î {0,1} ................................. (2.11)
3. Model untuk memilih dalam suatu set pilihan (K out of N Constraint Must Hold) Adalah kasus dimana ada sebuah set dari N konstrain yang mungkin tetapi hanya K konstrain saja dari N tersebut yang bisa ditahan (K
IV-18
N
åY
i
i =1
= N - K ................................... (2.12)
Yi adalah variabel biner. Untuk i = 1,2, ... , N untuk memilih konstrain K yang ditahan diperoleh dengan menerapkan algoritma yang sesuai untuk keseluruhan permasalahan sehingga didapatkan solusi yang optimal untuk semua variabel secara bersamaan.
4. Memodelkan Disjunction Constraint (Either Or Constraint) Kasus ini terjadi saat sebuah pilihan bisa dibuat antara dua konstrain sehingga hanya satu yang harus dipilih. Sebagai contoh, ada dua pilihan untuk sumber tenaga untuk tujuan tertentu, dengan batasan masing-masing, hanya satu dari dua resource tersebut yang bisa dipilih. Ilustrasi tersebut dapat dimodelkan sebagai berikut: Either 3x1 + 2 x 2 £ 18
x1 + 4 x 2 £ 16
Or
Setidaknya satu dari pertidaksamaan ini harus dipertahankan, tetapi tidak keduaduanya. Pertidaksamaan ini harus direformulasi ke dalam bentuk linear programming dimana semua konstrain bisa terpenuhi. Langkah untuk mereformulasikan adalah menambahkan M, sebuah bilangan positif sangat besar pada sisi kanan dari konstrain yang akan mengakibatkan konstrain tersebut tereliminasi, tetapi secara otomatis konstrain ini akan terpennuhi oleh solusi yang yang memenuhi konstrai ain yang tidak tereliminasi. Pertidaksamaan diatas menjadi: Either
Or
3x1 + 2 x 2 £ 18 x1 + 4 x 2 £ 16 + M
3x1 + 2 x 2 £ 18 + M x1 + 4 x2 £ 16
Persamaan ini ekuivalen dengan Either 3x1 + 2 x 2 £ 18 + My Or x1 + 4 x 2 £ 16 + M (1 - y )
IV-19
Pendekatan ini digunakan untuk kasus dengan hubungan kombinatorial yang melibatkan kombinasi dari konstrain lain dari model dengan alternatif konstrain satu ataupun dua, dimana dari kedua kombinasi hubungan ini akan dipilih satu ataupun dua, dimana dari kedua kombinasi hubungan ini akan dipilih satu alternatif (dari dua alternatif yang ada) yang memberi nilai lebih baik pada fungsi objektif. Dari pertidaksamaan diatas jika y =1, maka alternatif kediua yang dipilih, sedangkan jika nilai y =0 maka alternatif pertama yang dipilih
5. Memodelkan fungsi dengan N nilai yang mungkin Kondisi dimana: -
kita menginginkan variabel x hanya akan memiliki nilai dalam set {a1, ... , am}
-
kita memperkenalkan m variabel biner
y j , j = 1,..., m
dengan
konstrain: N
x = å d i yi , ................................... (2.13) i =1
N
åy i =1
i
= 1 ................................... (2.14)
Yi adalah variabel biner Dari konstrain ini hanya tepat satu yi yang bernilai 1, dan yang lain sama dengan 0, jadi tepat satu nilai x yang dipilih sebagai nilai dari fungsi. Dalam kasus ini ada sejumlah N pertanyaan yes or no yang diajukan, ”apakah di harus dipilih menjadi nilai dari fungsi?” (i=1,2,..., N). Karena yi mewakili keputusan yes or no dari pertanyaan ini, maka konstrain ini menjadikan permasalahan mutually exclusive alternative.
6. Memodelkan Fixed Cost Problem Dalam memulai suatu aktivitas umumnya akan muncul tagihan biaya set up atau disebut biaya tetap. Pada beberapa kasus, total biaya untuk melaksanakan aktivitas tersebut adalah jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap atau set up
IV-20
cost. Pada kasus ini, biaya total aktivitas (aktivitas j) bisa dipresentasikan ke dalam bentuk: k +c j x j
f j ( x j ) = { 0 ,j
if x j > 0 if x j = 0
Dimana xj : level aktivitas j (x j ³ 0 ) kj : set up cost
cj : variabe1 cost
Untuk memformu1asikan semua model, anggap bahwa ada n aktivitas masingmasing dengan struktur biaya sendiri. ( k j ³ 0 dalam tiap kasus dan kj > 0 untuk beberapa j = 1,2,…,n) dan permasalahannya adalah untuk: Minimize Z = f 1 ( x1 ) + f 2 ( x 2 ) + K + f n ( xn ) ................................... (2.15)
Subject to
konstrain programa linear asli
Untuk mengubah permasalahan ini menjadi bentuk MIP, kita mulai dengan membuat n pertanyaan yes or no, “untuk tiap niai j, haruskah aktivitas j dilakukan
(x
j
³ 0)? ” tiap yes or no decision dari pertanyaan ini kemudian dipresentasikan
dengan auxiliary binary variable yj, sehingga:
Z = å (c j x j + k j y j ) ...................................................... (2.16) n
j =1
y j = 1,
if xj > 0
y j = 0,
if xj = 0
Selanjutnya tambahkan konstrain baru x j £ My j ,
untuk j = 1,2,…,n
Bentuk MIP dari permasalahan ini menjadi : Minimize Z = å (c j x j + k j y j ) ..................................... (2.17) n
j =1
Subject to
original constraint,
x j - My j £ 0, ................................................ (2.18)
IV-21
dan yi adalah variable biner,
untuk i = 1,2,…,n
2.1.12 Penyelesaian Integer Programming Permasalahn integer programming bisa diselesaikan dengan beberapa metode enumerasai parsial, antara lain :
1. Metode Branch and Bound konsep dasar dari teknik ini adalah untuk devide (memisahkan) dan conquer (menyelesaikan). Karena permasalahan yang sebenarnya sangat luas dan terlalu sulit untuk diselesaikan secara langsung, maka untuk mempermudah dalam penyelesaian, permasalahan tersebut dibagi menjadi sub masalah yang jauh lebih sederhana secara paralel sampai sub problem terkecil yang bisa diselesaikan. Penyelesaian dilakukan secara bertahap dengan bounding (membatasi) seberapa bagus solusi yang mungkin dalam subset dan kemudian membuang subset tersebut apabila ternyata batas subset mengindikasikan bahwa subset tersebut tidak mungkin berisi optimal solution untuk permasalahan asli. Langkah dalam metode branch and bound ini adalah: 1. Branching. Membagi permasalahan asli menjadi sub masalah. Branching dilakukan dengan mencabangkan nilai salah satu variabel dala sub masalah pada nilai 0 atau 1 2. Bounding. Untuk masing-masing sub masalah yang telah ada, akan mendapatkan batasan nilainya dengan menerapkan metode simplex pada LP relaxation-nya 3. Fathoming. Suatu sub masalah bisa diselesaikan untuk kemudian dihilangkan atau tidak lagi dibahas pada tahapan selanjutnya. Suatu sub masalah bisa dieliminir dari tahapan penyelesaian selanjutnya (fathomed) jika: a. solusi dari sub masalah itu (dengan LP relaxation) berupa solusi unik (sudah dalam bentuk integer) yang berarti bahwa solusi tersebut adalah solusi optimal dari sub masalah tersebut b. jika sub masalah tersebut setelah diselesaikan ternyata tidak memiliki solusi yang feasible, sehingga sub masalah tersebut bisa diabaikan
IV-22
c. apabila nilai solusi (Z) dari sub problem tersebut lebih kecil atau sama dengan nilai Z yang telah didapat dari sub problem sebelumnya.
2. Metode Branch and Cut Metode branch and cut dilakukan berdasar konsep yang sama dengan metode Branch and Bound, hanya perbedaanya adlah pada tiap tahap percabangan dilakukan cuts (menghasilkan pertidaksamaan baru) untuk membatasi wilayah solusi feasible dari relaksasi LP dari sub masalah yang dibuat tanpa mengeliminasi solusi feasible untuk permasalahan asli.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penyusunan skripsi menjadi sistematis dan fokus pada masalah yang diteliti dengan mengacu pada metodologi penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
IV-23
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian Penjelasan tiap tahapan dalam flowchart metodologi penelitian adalah sebagai berikut : 3.1 Identifikasi Masalah Langkah awal dalam identifikasi masalah ialah melakukan observasi awal di perusahaan, khususnya pengamatan mengenai distribusi produk dan prosedur
IV-24
pengiriman produk. Pengamatan yang telah dilakukan akan menimbulkan berbagai pertanyaan yang dapat menjadi masalah yang perlu dirumuskan.
3.1.1 Latar Belakang Masalah Latar belakang penelitian ini adalah belum adanya acuan penjadwalan distribusi produk jadi PT.XYZ yang mengakibatkan ketidak efisienan dan ketidak efektifan pengiriman yang dilakukan.
3.1.2 Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi yaitu “Bagaimana membuat jadwal pendistribusian produk jadi PT XYZ dengan pendekatan Binary Integer Programming.”
3.1.3 Penentuan Tujuan dan Manfaat penelitian Setelah permasalahan dirumuskan, kemudian ditetapkan tujuan dan manfaat penelitian untuk mengetahui apa saja yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut. Tujuan ini kemudian dijadikan acuan dalam pembahasan sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan penelitian yang dilakukan ialah penentuan jadwal pendistribusian produk jadi PT XYZ dengan model binary integer programming. Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan solusi optimal penjadwalan distribusi produk jadi PT.XYZ sehingga distribusi produk jadi yang dikirim ke konsumen lebih efisien dan meminimalkan keluhan mengenai keterlambatan pengiriman pesanan sekaligus meminimalkan total biaya transportasi. Dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan mengenai penjadwalan distribusi produk jadi PT.XYZ untuk wilayah Jawa Barat.
3.2 Pengumpulan Data
IV-25
Langkah ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan serta melakukan wawancara dengan bagian pemasaran dan bagian ekspedisi. Data-data yang dikumpulkan meliputi : 1. Data agen distributor PT.XYZ wilayah Jawa Barat. 2. Data permintaan periode September 2007. 3. Data tanggal order release dan deadline order permintan. 4. Data tarif transportasi dari bagian ekspedisi. 5. Data rute umum transportasi wilayah Jawa Barat.
3.3 Pengolahan Data Data-data yang terkumpul akan diolah melalui tahapan sebagai berikut : 3.3.1 Karakterisasi Sistem Selama ini di PT. XYZ, penentuan jadwal pengiriman produk untuk setiap truk masih diserahkan pada kebiasaan bagian penjualan. Urutan pelayanan dilakukan berdasar waktu pemesanan. Selain itu, penempatan masing-masing agen kedalam rute-rute pengiriman dengan mempertimbangkan kesesuian antara jumlah total produk yang harus dikirimkan pada tiap agen terhadap kapasitas maksimal truk juga masih dilakukan berdasarkan kebiasaan karyawan. Hal ini memungkinkan penggunaan kapasitas truk belum optimal. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah menentukan rute pengiriman produk jadi di PT. XYZ untuk meminimasi total biaya transportasi dengan model Binary Integer Programming. Berdasarkan observasi awal di PT. XYZ diperoleh informasi karakterisasi permasalahan pengiriman produk yang terjadi adalah sebagai berikut: 1. Order minimal yang dipesan oleh agen sebanyak 1000 boks. 2. Kapasitas kendaraan terbatas hanya 3500 boks produk per truk. 3. Pada setiap pengiriman, maksimal ada tiga titik distribusi yang dituju. 4. Armada yang dapat digunakan tiap hari berjumlah 8 truk. 5. Biaya bahan bakar, upah sopir, biaya depresiasi dan perawatan armada yang dikeluarkan menggunakan tarif yang telah ditentukan oleh bagian ekspedisi. 6. Rute konsolidasi yang diberlakukan mempunyai jarak antar titik-titik distribusi tidak lebih dari 50 Km.
IV-26
7. Pengiriman terhadap agen dilakukan setiap hari kerja, yaitu dari hari senin sampai hari sabtu. 8. Tujuan dari pemecahan masalah adalah menyusun jadwal pengiriman produk yang mempertimbangkan deadline order pengiriman ke agen, kapasitas armada dan jumlah armada yang bertujuan meminimalkan total biaya transportasi. Mekanisme penjadwalan pengiriman produk jadi yang digunakan oleh PT.XYZ selama ini belum pernah dikaji secara ilmiah, sehingga masih dimungkinkan adanya solusi yang lebih baik. Model penentuan penjadwalan pengiriman diperlukan untuk menghasilkan jadwal pengiriman produk jadi yang meliputi tanggal dan rute pengiriman dengan tujuan meminimasi biaya transportasi dengan karakteristik sebagai berikut: a. Tujuan
: menentukan jadwal pengiriman produk jadi PT.XYZ dengan meminimasi total biaya transportasi.
b. Kriteria : total biaya transportasi yang minimal. c. Interval : karakterisasi interval waktu diskret dengan satuan hari. d. Sifat
: model binary integer programming yang akan dibuat bersifat deterministik.
e. Variabel Keputusan: Pada model binary integer programming terdapat dua jenis variabel keputusan biner dimana variabel keputusan tersebut mempunyai nilai integer satu atau nol (Lieberman, 1998), dalam penelitian ini variabel keputusan biner terdiri dari: Xkrt = variabel biner (0,1), bernilai 1 jika order k dikirim melalui rute r pada hari t dan bernilai 0 jika tidak. Yrt = variabel biner (0,1), bernilai 1 jika rute r dioperasikan pada hari t dan bernilai 0 jika tidak. Dimana : k = menyatakan pesanan yang dikirim (1,2,3,…K ). r = menyatakan rute pengiriman produk jadi . t = menyatakan tanggal pengiriman produk jadi f. Parameter Cr = menyatakan tarif transportasi untuk rute r.
IV-27
Cb = menyatakan biaya penambahan tujuan per agen. wk
= menyatakan jumlah order k yang harus dkirim.
Q
= kapasitas maksimal armada dalam sekali pengiriman.
k = menyatakan pesanan yang dikirim (1,2,3,…K ). r = menyatakan rute pengiriman produk jadi . t = menyatakan tanggal pengiriman produk jadi. rk = menyatakan tanggal pesanan siap dikirim (order release). dk
= menyatakan tanggal deadline order pesanan diterima agen.
tkr
= menyatakan waktu tempuh pengiriman pesanan.
3.3.2 Menentukan alternatif tanggal pengiriman untuk masing-masing order Alternatif tanggal pengiriman ditentukan untuk menghindari keterlambatan pengiriman. Alternatif tanggal pengiriman ialah rentang waktu tanggal pengiriman produk ke konsumen oleh bagian ekspedisi. Alternatif tanggal ditentukan dari tanggal order siap dikirim (order released) sampai deadline order dikurangi waktu tempuh dari pabrik menuju lokasi konsumen tersebut. Sehingga rentang waktu pengiriman dapat ditentukan sebagai berikut:
rk £ t £ d k - t kr .............................. (3.1) Dimana; rk = menyatakan tanggal pesanan siap dikirim (order release). t = menyatakan rentang tanggal pengiriman produk jadi. dk
= menyatakan tanggal deadline order pesanan diterima agen.
tkr
= menyatakan waktu tempuh pengiriman order k (1 hari).
3.3.3 Menentukan alternatif rute pengiriman Rute transportasi yang ditempuh ialah rute pengiriman order produk jadi dari gudang perusahaan di Solo menuju lokasi agen distributor. Order dapat dikirim langsung dari Solo menuju ke salah satu kota tujuan agen distributor atau ke beberapa agen sekaligus yang mempunyai jarak antar agen tidak lebih dari 50 km. Pengiriman produk ke konsumen juga memperhatikan kapasitas muat dari alat angkut yang digunakan. Untuk melakukan rencana pengiriman dilakukan dengan
IV-28
satuan boks.Kapasitas muat maksimal satu armada truk ialah 3500 boks. Sedangkan untuk pemesanan dari konsumen, perusahaan menetapkan minimal pemesanan tiap agen ialah sebanyak 1000 boks tiap kali pengiriman. Sehingga dalam satu rute pengiriman maksimal ada tiga kota pemberhentian. Langkah-langkah untuk penentuan alternatif rute dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Diagram Alir Penentuan alternatif rute pengiriman
Penentuan alternatif rute yang mungkin ditempuh, dilakukan dengan langkah sebagai berikut ; 1. Menentukan rute pengiriman dari Solo ke tiap kota agen distributor Alternatif rute yang bisa dipilih diantaranya ialah rute dengan satu kota tujuan yaitu dari Solo ke tiap kota lokasi agen distributor. 2. Mencari matriks jarak antar kota dalam satu rute transportasi dan menentukan rute konsolidasi Matriks jarak yang dicari adalah jarak dari gudang perusahaan (Solo) ke masingmasing kota tujuan pengiriman (titik-titik distribusi) dari data rute umum transportasi. Informasi jarak tersebut digunakan untuk menentukan rute konsolidasi, yaitu rute IV-29
pengiriman multi tujuan dengan jarak antar tujuan pengiriman tidak lebih dari 50 Km. Perhitungan jarak dari gudang ke titik-titik distribusi ini dilakukan dengan bantuan situs www.wikimapia.org. Dari matriks jarak dapat ditentukan kota-kota yang dapat dikonsolidasikan dalam satu rute. Kota yang dapat dikonsolidsikan dalam satu rute yaitu kota-kota yang mempunyai jarak tidak lebih dari 50 Km dan dalam satu rute konsolidasi maksimal mempunyai tiga kota tujuan pengiriman.
3.3.4 Menentukan alternatif rute tiap tanggal pengiriman Tiap tanggal penggiriman ditentukan order yang akan dikirim dan ditentukan alternatif rute yang bisa dipilih melalui lokasi tujuan tersebut. Penentuan alternatif rute yang bisa dipilih dilakukan dengan langkah sebagai berikut, 1. Klasifikasikan order berdasarkan alternatif tanggal pengiriman. 2. Tentukan alternatif rute pengiriman yang bisa dilalui tiap order. 3. Rute konsolidasi yang dipilih hanya rute yang minimal mempunyai dua order yang dikirim melalui rute yang sama. 3.3.5 Model optimasi dengan Binary Integer Programming Pada tahap ini dilakukan beberapa langkah pengolahan data dengan menggunakan model binary integer programming. Adapun penyusunan model tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan fungsi tujuan (objective function) Sistem yang dikaji ialah rencana operasional jangka pendek pengiriman produk jadi PT.XYZ Palur untuk agen wilayah pemasaran Jawa Barat. Pembuatan jadwal pengiriman bertujuan meminimalkan total biaya distribusi dan mengurangi keterlambatan deadline order. Fungsi tujuan dari model adalah fungsi minimasi total biaya transportasi. Biaya transportasi tersebut dibagi kedalam beberapa komponen sebagai berikut: a. Tarif transportasi dari Solo ke kota agen distributor Bagian ekspedisi telah menentukan tarif untuk masing-masing kota tujuan distribusi. Tarif transportasi tersebut meliputi biaya BBM, upah sopir, uang makan,
IV-30
dan biaya perawatan armada yang dihitung per pengiriman. Tarif transportasi tiap rute dihitung berdasarkan tarif kota pengiriman terjauh dalam rute tersebut. Tarif transportasi =
R
T
r= A
t =1
åå
C r × Yrt ...................................................(3.2)
b. Biaya penambahan tujuan Biaya penambahan tujuan ialah biaya yang dibebankan di tiap titik distribusi. Biaya tersebut meliputi biaya retribusi dan biaya untuk aktivitas bongkar di tiap agen pengiriman. Biaya penambahan tujuan =
K
R
T
k =1
r= A
t =1
ååå
Cb × X krt ............................(3.3)
Berdasarkan uraian diatas secara keseluruhan model fungsi tujuan adalah: Minimasi: R
Z =å r= A
T
å t =1
K
C r × Yrt + å k =1
R
T
r=A
t =1
åå
Cb × X krt .......................................(3.4)
Dimana: k = menyatakan pesanan yang dikirim (1,2,3,…K ). r = menyatakan rute pengiriman produk jadi . t = menyatakan tanggal pengiriman produk jadi. Cr = menyatakan tarif transportasi untuk rute r.. Cb = menyatakan biaya penambahan tujuan per agen. Xkrt = variabel biner (0,1), bernilai 1 jika order k dikirim melalui rute r pada hari t dan bernilai 0 jika tidak. Yrt = variabel biner (0,1), bernilai 1 jika rute r dioperasikan pada hari t dan bernilai 0 jika tidak.
2. Penentuan batasan Kriteria-kriteria
yang
menjadi
batasan
programming diatas adalah sebagai berikut:
a. Tiap order dikirim tepat satu kali
IV-31
dalam
model
binary
integer
Batasan ini bertujuan untuk membatasi pengiriman tiap order k akan dikirim tepat satu kali sekaligus memastikan bahwa order tersebut pasti dikirim.
åX
rk £ t £ d t - t kr
krt
= 1 untuk t = 0, 1, 2, ...., T ; k = 1, 2, 3, ...., K .................(3.5)
Dimana: Xkrt = variabel biner (0,1), bernilai 1 jika order k dikirim melalui rute r pada hari t dan bernilai 0 jika tidak. k = menyatakan pesanan yang dikirim (1,2,3,…K ). r = menyatakan rute pengiriman produk jadi . t = menyatakan tanggal pengiriman produk jadi. rk
= menyatakan tanggal pesanan siap dikirim (order release).
dk = menyatakan tanggal deadline order pesanan diterima agen. tkr = menyatakan waktu tempuh pengiriman pesanan.
b. Biaya penambahan tujuan dibebankan apabila rute tersebut dioperasikan Batasan ini digunakan untuk kondisi dimana biaya penambahan tujuan akan dibebankan jika ada rute pengiriman ke kota tersebut. Biaya penambahan tujuan order k melalui rute r (Xkrt ) akan dibebankan jika rute r dioperasikan pada hari t (Yrt). X krt £ Yrt untuk r = A,B,C, ...., R ; k = 1, 2, 3, ...., K .................(3.6)
Dimana: Xkrt = variabel biner (0,1), bernilai 1 jika order k dikirim melalui rute r pada hari t dan bernilai 0 jika tidak. Yrt = variabel biner (0,1), bernilai 1 jika rute r dioperasikan pada hari t dan bernilai 0 jika tidak. k = menyatakan pesanan yang dikirim (1,2,3,…K ). r = menyatakan rute pengiriman produk jadi (A,B,C, ...., R). t = menyatakan tanggal pengiriman produk jadi.
c. Total muatan dalam armada tidak melebihi kapasitas
IV-32
Fungsi pembatas yang membatasi jumlah muatan dalam sekali pengiriman dengan satu armada truk. Diformulasikan sebagai banyaknya jumlah pesanan k (Wk) dalam suatu rute pengiriman r pada hari t (Xkrt) tidak lebih dari kapasitas maksimal yaitu 3500 boks.
åW
k rk £ t £ Dt -Tkr
X krt £ Q.Yrt untuk t = 0, 1, 2, ...., T ; k = 1, 2, 3, ...., K ;
r = A,B,C, ...., R
.......................................(3.7)
Dimana: Xkrt = variabel biner (0,1), bernilai 1 jika order k dikirim melalui rute r pada hari t dan bernilai 0 jika tidak. Yrt = variabel biner (0,1), bernilai 1 jika rute r dioperasikan pada hari t dan bernilai 0 jika tidak. Wk
= menyatakan jumlah order k yang harus dkirim.
Q
= kapasitas maksimal armada dalam sekali pengiriman.
d. Pembatas jumlah armada yang dioperasikan tiap hari Batasan ini membatasi jumlah pengiriman yaitu maksimal 8 truk yang bisa digunakan tiap hari. Jumlah pengiriman melalui rute r pada waktu t (Yrt) tidak melebihi jumlah armada alat angkut yang tersedia (V). T
åY r =1
rt
£V
untuk t = 0, 1, 2, ...., T
.....................................(3.8)
Dimana: Yrt = variabel biner (0,1), bernilai 1 jika rute r dioperasikan pada hari t dan bernilai 0 jika tidak. V
= menyatakan jumlah armada yang tersedia tiap hari.
e. Pembatas variable biner Variable keputusan dalam model penjadwalan yaitu nilai Xkrt dan Yrt mempunyai nilai keputusan binary (0,1).
IV-33
xkrt = binary untuk
t = 0, 1, 2, ...., T ;
r = A,B,C, ...., R ; k = 1, 2, 3, ...., K
yrt = binary untuk
t = 0, 1, 2, ...., T ; r = A,B,C, ...., R
...........(3.9)
...............(3.10)
Model penentuan penjadwalan pengiriman produk jadi PT.XYZ secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Fungsi Tujuan: Meminimasi Total Biaya Transportasi Minimasi: R
Z =å r= A
T
å t =1
K
C r × Yrt + å k =1
R
T
r=A
t =1
åå
Cb × X krt
Subject to:
åX
rk £ t £ d t - t kr
krt
= 1 untuk t = 0, 1, 2, ...., T ; k = 1, 2, 3, ...., K
X krt £ Yrt
åW
k rk £ t £ Dt -Tkr T
åY r =1
rt
untuk r = A,B,C, ...., R ; k = 1, 2, 3, ...., K
X krt £ 3500Yrt untuk t = 0, 1, 2, ...., T ;k = 1, 2, 3, ...., K ;r = A,B,C, ...., R
£V
xijk = binary
untuk t = 0, 1, 2, ...., T untuk i, j = 0, 1, 2, ..., n+1 ; k = 1, 2, 3, ...., K
yik = binary untuk i = 0, 1, 2, ...., n ; k = 1, 2, 3, ...., K
3.4 Penentuan jadwal pengiriman prouk jadi PT.XYZ Pada tahap ini dilakukan penentuan jadwal pengiriman produk jadi PT.XYZ berdasarkan model yang telah disusun. Untuk memperoleh jadwal pengiriman, model binary integer programming dijalankan dengan bantuan software Risk Solver Platform V9.0 dan Solver Engines V8.2 dalam Microsoft Excel 2003.
3.5 Analisis dan Interpretasi Hasil Analisa dilakukan terhadap tiap langkah dalam pengolahan data beserta hasil perhitungannya meliputi analisis penentuan rute pengiriman, analisis penentuan biaya IV-34
transportasi, dan validasi perbaikan terukur (minimized cost). Validasi perbaikan terukur dilakukan dengan membandingkan total biaya transportasi, utilitas kapasitas armada yang digunakan, dan rute pengiriman antara sistem yang sedang berjalan di PT.XYZ dan hasil perhitungan dengan menggunakan model binary integer programming. Validasi perbaikan terukur dilakukan untuk membuktikan bahwa jadwal pengiriman yang dibuat memberikan perbaikan bagi perusahaan.
3.6 Kesimpulan dan Saran Dalam tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan terhadap penelitian yang merupakan jawaban dari perumusan masalah dan tujuan pada bab I serta memberikan saran yang berguna bagi penelitian lebih lanjut.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan mengenai proses pengumpulan data dan pengolahan data untuk membuat jadwal pengiriman produk yang lebih baik. Tahapan tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah. 3.7 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang dibutuhkan dalam pengolahan data dan optimasi pembuatan jadwal pengiriman di PT.XYZ periode September 2007. data yang terkumpul antara lain : 6. Data agen distributor PT.XYZ wilayah Jawa Barat. 7. Data permintaan periode September 2007. 8. Data tanggal order release dan deadline order permintan. 9. Data tarif transportasi dari bagian ekspedisi. 10. data rute umum transportasi wilayah Jawa Barat.
3.7.1 Data lokasi agen distributor PT.XYZ wilayah Jawa Barat
IV-35
Data lokasi agen distributor PT.XYZ memuat nama konsumen atau nama usaha agen, kode agen dan lokasi kota agen berada. Data lokasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. sebagai berikut.
Tabel 4.1. Data Lokasi Agen Distributor PT.XYZ Area Jabar NO.
NAMA AGEN
KODE AGEN
1
CV. LIMA SAUDARA
LSS
2
TK. BERHASIL
BHS
3
TK. SEHAT
SHT
4
TK. MUDA REJO
MR
5
TK. PRIMA
PRM
6
TK. SUMBER URIP
7
TK. UTAMI
UTM
8
TK. MIROSO
MRS
9
WIRAWAN
WR
10
CV. BINTANG TERANG
BTA
11
UD. PODO-PODO
PD2
SU
LOKASI KOTA BANJAR CIAMIS
TASIK
GARUT
Tabel 4.1. Data Lokasi Agen Distributor PT.XYZ Area Jabar (Lanjutan) NO.
NAMA AGEN
KODE AGEN
12
UD. KRISNA
KRS
13
TK. ANUGRAH
ANH
14
UD. MITRA SWASERI
MS
15
PD. PELITA HATI
PH
16
TK. NANDA
ND
17
UD. WIS SEMI
WS
18
UD. SION
19
TK. SAMI MULYA
SMM
20
TK. SIDIA
SDA
21
UD. SINAR MATAHARI
SM
22
DWITAMA DISTRINDO
DWI
23
PD. PUJI SURYA INDAH
PSI
24
UD. BARU
25
PD. PURNAMA
PUR
26
POERNOMO SOEGONI
PSG
27
TK. HARRY
HR
28
UD. BINTANG TIMUR
BT
29
TK. FAJAR JAYA
FJ
30
CHANDRA WIJAYA
CAN
31
TK. KUSUMA I
KSM
32
UD. WALUYO JAYA
WAL
33
TK. UTAMA
LOKASI KOTA
BANDUNG
CIMAHI
SN PADALARANG
CIANJUR
BR
UT
IV-36
SUKABUMI
CIBADAK CIAWI BOGOR
34
TK. SUBUR JAYA
SJ
35
PD. KARUNIA ABADI
KAR
36
UD. LANCAR
LCR
37
PD. MANDIRI
MDR
38
TK. AJI
39
TK. TAMARA
TAM
40
PD. EKA HARVESTINDO
EKA
41
SIE TJONG GIAP
42
ANDI YUSUF
AND
43
TK. NYELAP
NLP
CILEGON
44
UD. GOBER
GOB
MAJALENGKA
45
PD. TERUS JAYA
TJ
46
TK. KOTA BARU
KOT
47
CV. ALVIN
ALV
KUNINGAN
48
SURYA INDOTAMA
SUR
SUMBER
49
UD. MEKAR MEGAH
MM
50
BENNY KOESMANTO
BEN
51
CV. KEJAYA
KJY
LOH BENER
52
UD. PUJI INDAH
PIN
INDRAMAYU
53
LAKSANA CORPORINDO
LAK
PAMANUKAN
CIBINONG RANGKASBITUNG
AJI
SIE
PANDEGLANG
SERANG
SUMEDANG
CIREBON
Tabel 4.1. Data Lokasi Agen Distributor PT.XYZ Area Jabar (Lanjutan) NO.
NAMA AGEN
LOKASI KOTA
KODE AGEN
CIKAMPEK
54
UD. TIRTA PAWITRA
TP
55
TK. GUNTUR
GUN
KARAWANG
56
ADE JEMBAR
ADE
KARAWANG
57
TK. ASEP
AS
PURWAKARTA
58
TK. JOHAN JEMBAR
JOH
CIKARANG
(Sumber: Bag. Keagenan PT.XYZ September 2007)
3.7.2 Data permintaan PT.XYZ area Jawa Barat Produksi yang dilakukan PT.XYZ berdasarkan data permintaan dari agen. Order minimal yang bisa dipesan oleh konsumen sejumlah 1000 boks. Tabel 4.2 menunjukkan jumlah pemesanan produk jadi untuk area Jawa Barat. Tabel 4.2. Data Permintaan PT.XYZ Area Jawa Barat Periode September 2007
LOKASI
JUMLAH ORDER (BOKS)
1
BHS
BANJAR
1780
24
BTA
GARUT
1870
2
SU
TASIK
2000
25
MM
CIREBON
2000
3
LSS
BANJAR
1010
26
LCR
CIBINONG
1890
KODE NO AGEN
LOKASI
JUMLAH ORDER (BOKS)
NO
IV-37
KODE AGEN
4
BR
SUKABUMI
1500
27
SUR
SUMBER
1500
5
SUR
SUMBER
1000
28
TP
CIKAMPEK
1470
6
AJI
PANDEGLANG
2845
29
SHT
CIAMIS
1550
7
ND
CIMAHI
1224
30
SU
TASIK
1370
8
WS
CIMAHI
1542
31
SM
CIANJUR
1760
9
SDA
PADALARANG
1500
32
TAM
PANDEGLANG
1730
10
PSI
CIANJUR
1492
33
KRS
BANDUNG
1870
11
CAN
CIAWI
1606
34
ND
CIMAHI
1400
12
MS
BANDUNG
2932
35
MDR
RANGKASBITUNG
1370
13
UTM
TASIK
1200
36
AND
SERANG
1230
14
GOB
MAJALENGKA
1620
37
PRM
TASIK
1650
15
KSM
CIAWI
1428
38
UTM
TASIK
1560
16
PD2
GARUT
1903
39
SDA
PADALARANG
1700
17
WR
GARUT
1321
40
WR
GARUT
2350
18
KRS
BANDUNG
1620
41
AJI
PANDEGLANG
2250
19
BEN
CIREBON
1500
42
TJ
SUMEDANG
1540
20
MR
CIAMIS
1010
43
KAR
CIBINONG
2000
21
JOH
CIKARANG
1141
44
GUN
KARAWANG
1355
22
TAM
PANDEGLANG
1324
45
JOH
CIKARANG
1700
23
PSG
SUKABUMI
1250
46
BEN
CIREBON
1650
Tabel 4.2. Data Permintaan PT.XYZ Area Jawa Barat Periode September 2007 (Lanjutan) JUMLAH ORDER (BOKS)
NO
SUMEDANG
3000
AND
SERANG
49
PRM
50
TP
51 52
KODE NO AGEN
LOKASI
47
TJ
48
JUMLAH ORDER (BOKS)
KODE AGEN
LOKASI
86
AS
PURWAKARTA
2430
3000
87
SMM
PADALARANG
1730
TASIK
1232
88
LSS
BANJAR
2110
CIKAMPEK
1500
89
HR
SUKABUMI
1550
ALV
KUNINGAN
1512
90
DWI
CIANJUR
1280
MM
CIREBON
1412
91
BHS
BANJAR
1180
53
WAL
BOGOR
1412
92
ALV
KUNINGAN
2250
54
PUR
SUKABUMI
1111
93
UT
BOGOR
1800
55
UT
BOGOR
1513
94
PUR
SUKABUMI
2000
56
SHT
CIAMIS
1300
95
WAL
BOGOR
1800
57
DWI
CIANJUR
1523
96
PD2
GARUT
1470
58
ANH
BANDUNG
1523
97
KOT
SUMEDANG
2150
59
SMM
PADALARANG
1325
98
ANH
BANDUNG
1232
60
KAR
CIBINONG
1423
99
FJ
CIBADAK
1680
61
EKA
PANDEGLANG
1605
100
MR
CIAMIS
2850
62
MDR
RANGKASBITUNG
1500
101
EKA
PANDEGLANG
1940
63
PH
BANDUNG
1025
102
SMM
PADALARANG
2500
64
LAK
PAMANUKAN
1530
103
LAK
PAMANUKAN
2980
65
FJ
CIBADAK
1750
104
MRS
GARUT
2738
IV-38
66
PRM
TASIK
1620
105
WS
CIMAHI
1780
67
MRS
GARUT
1400
106
AJI
PANDEGLANG
1950
68
HR
SUKABUMI
3010
107
PRM
TASIK
1370
69
SUR
SUMBER
2480
108
MM
CIREBON
2300
70
ALV
KUNINGAN
1500
109
BT
CIBADAK
2800
71
KAR
CIBINONG
1010
110
SN
PADALARANG
1000
72
BHS
BANJAR
1480
111
CAN
CIAWI
2450
73
AJI
PANDEGLANG
1430
112
BR
SUKABUMI
1870
74
KJY
LOH BENER
1570
113
TJ
SUMEDANG
1940
75
SN
PADALARANG
2250
114
KJY
LOH BENER
2450
76
WS
CIMAHI
1870
115
PSG
SUKABUMI
2500
77
WR
GARUT
2115
116
SJ
BOGOR
1500
78
SJ
BOGOR
1710
117
SUR
SUMBER
2750
79
DWI
CIANJUR
1132
118
KSM
CIAWI
1700
80
PIN
INDRAMAYU
1880
119
LCR
CIBINONG
1450
81
UT
BOGOR
2415
120
PIN
INDRAMAYU
1580
82
SDA
PADALARANG
1365
121
ADE
KARAWANG
2470
83
KSM
CIAWI
1365
122
PD2
GARUT
1770
84
KSM
CIAWI
1365
123
GUN
KARAWANG
1560
85
TP
CIKAMPEK
2312
124
JOH
CIKARANG
2710
Tabel 4.2. Data Permintaan PT.XYZ Area Jawa Barat Periode September 2007 (Lanjutan)
NO 12 5 12 6 12 7 12 8 12 9 13 0 13 1 13 2 13 3 13 4 13 5 13 6
KOD E AGE N
LOKASI
JOH
CIKARANG
1820
PH
BANDUNG
1055
BT
CIBADAK
2342
KOT
SUMEDANG
1920
GOB
MAJALENGKA
2010
SMM
PADALARANG
2430
ADE
KARAWANG
2015
PD2
GARUT
2100
NLP
CILEGON
2105
GUN
KARAWANG
1560
AS
PURWAKARTA
1115
SIE
SERANG
1430
JUMLAH ORDER (BOKS)
NO 13 7 13 8 13 9 14 0 14 1 14 2 14 3 14 4 14 5 14 6 14 7 14 8
IV-39
KOD E AGE N
JUMLA H ORDER (BOKS)
LOKASI
NLP
CILEGON
2300
PH
BANDUNG
2340
BTA
GARUT
1600
ALV
KUNINGAN
2650
SM
CIANJUR
1780
ANH
BANDUNG
2840
KOT
SUMEDANG
1780
GOB
MAJALENGKA
2350
MS
BANDUNG
1340
SIE
SERANG
1380
AS
PURWAKARTA
1010
TP
CIKAMPEK
1010
(Sumber: Bag. Keagenan PT.XYZ September 2007)
3.7.3 Data tanggal order release dan deadline order permintan Data tanggal order release dan deadline order memuat tanggal produk selesai diproduksi (order released) dan tanggal produk sampai ke konsumen (deadline order). Data tersebut akan digunakan untuk menentukan rentang waktu alternatif tanggal pengiriman produk jadi ke agen distributor. Data tanggal order release dan deadline order disajikan pada tabel 4.3 dan tabel 4.4. Tabel 4.3. Data tanggal order release dan deadline order Minggu ke-1 dan Minggu ke-2 MINGGU KE-1 TANGGAL NOMOR KODE RELEASE ORDER AGEN ORDER
TANGGAL DEADLINE ORDER
NOMOR ORDER
MINGGU KE-2 TANGGAL KODE RELEASE AGEN ORDER
TANGGAL DEADLINE ORDER
1
BHS
3-Sep-07
5-Sep-07
1
LAK
10-Sep-07
11-Sep-07
2
SU
3-Sep-07
4-Sep-07
2
FJ
10-Sep-07
11-Sep-07
3
LSS
3-Sep-07
4-Sep-07
3
PRM
10-Sep-07
11-Sep-07
4
BR
3-Sep-07
5-Sep-07
4
MRS
10-Sep-07
12-Sep-07
5
SUR
3-Sep-07
5-Sep-07
5
HR
10-Sep-07
12-Sep-07
6
AJI
3-Sep-07
4-Sep-07
6
SUR
10-Sep-07
11-Sep-07
7
ND
3-Sep-07
4-Sep-07
7
ALV
10-Sep-07
12-Sep-07
8
WS
4-Sep-07
5-Sep-07
8
KAR
11-Sep-07
14-Sep-07
9
SDA
4-Sep-07
7-Sep-07
9
BHS
11-Sep-07
12-Sep-07
10
PSI
4-Sep-07
6-Sep-07
10
AJI
11-Sep-07
13-Sep-07
Tabel 4.3. Data tanggal order release dan deadline order Minggu ke-1 dan Minggu ke-2 (Lanjutan)
MINGGU KE-1
MINGGU KE-2
TANGGAL
TANGGAL
NOMOR KODE
RELEASE
DEADLINE
NOMOR
ORDER
ORDER
ORDER
ORDER
AGEN
TANGGAL
TANGGAL
KODE
RELEASE
DEADLINE
AGEN
ORDER
ORDER
11
CAN
4-Sep-07
5-Sep-07
11
KJY
11-Sep-07
14-Sep-07
12
MS
4-Sep-07
6-Sep-07
12
SN
11-Sep-07
12-Sep-07
13
UTM
4-Sep-07
6-Sep-07
13
WS
11-Sep-07
12-Sep-07
14
GOB
4-Sep-07
6-Sep-07
14
WR
11-Sep-07
13-Sep-07
15
KSM
4-Sep-07
5-Sep-07
15
SJ
12-Sep-07
14-Sep-07
16
PD2
5-Sep-07
6-Sep-07
16
DWI
12-Sep-07
13-Sep-07
17
WR
5-Sep-07
6-Sep-07
17
PIN
12-Sep-07
14-Sep-07
IV-40
18
KRS
5-Sep-07
6-Sep-07
18
UT
12-Sep-07
13-Sep-07
19
BEN
5-Sep-07
7-Sep-07
19
SDA
12-Sep-07
13-Sep-07
20
MR
5-Sep-07
6-Sep-07
20
KSM
12-Sep-07
14-Sep-07
21
JOH
5-Sep-07
7-Sep-07
21
KSM
12-Sep-07
14-Sep-07
22
TAM
5-Sep-07
6-Sep-07
22
TP
13-Sep-07
16-Sep-07
23
PSG
5-Sep-07
7-Sep-07
23
JOH
13-Sep-07
15-Sep-07
24
TJ
5-Sep-07
7-Sep-07
24
PH
13-Sep-07
14-Sep-07
25
AND
5-Sep-07
7-Sep-07
25
BT
13-Sep-07
14-Sep-07
26
PRM
6-Sep-07
7-Sep-07
26
KOT
13-Sep-07
15-Sep-07
27
TP
6-Sep-07
8-Sep-07
27
GOB
13-Sep-07
14-Sep-07
28
ALV
6-Sep-07
7-Sep-07
28
SMM
13-Sep-07
14-Sep-07
29
MM
6-Sep-07
8-Sep-07
29
ADE
13-Sep-07
15-Sep-07
30
WAL
6-Sep-07
7-Sep-07
30
PD2
13-Sep-07
14-Sep-07
31
PUR
6-Sep-07
9-Sep-07
31
NLP
14-Sep-07
16-Sep-07
32
UT
6-Sep-07
8-Sep-07
32
GUN
14-Sep-07
15-Sep-07
33
SHT
7-Sep-07
8-Sep-07
33
AS
14-Sep-07
16-Sep-07
34
DWI
7-Sep-07
9-Sep-07
34
SIE
14-Sep-07
16-Sep-07
35
ANH
7-Sep-07
8-Sep-07
35
BTA
14-Sep-07
16-Sep-07
36
SMM
7-Sep-07
9-Sep-07
36
MM
14-Sep-07
15-Sep-07
37
KAR
7-Sep-07
9-Sep-07
37
LCR
14-Sep-07
15-Sep-07
38
EKA
7-Sep-07
8-Sep-07
39
MDR
7-Sep-07
8-Sep-07
40
PH
7-Sep-07
9-Sep-07
(Sumber: Bag. Pemasaran PT.XYZ September 2007)
Tabel 4.4. Data tanggal order release dan deadline order Minggu ke-2 dan Minggu ke-3
NOMOR ORDER
MINGGU KE-3 TANGGAL KODE RELEASE AGEN ORDER
TANGGAL DEADLINE ORDER
NOMOR ORDER
MINGGU KE-4 TANGGAL KODE RELEASE AGEN ORDER
TANGGAL DEADLINE ORDER
1
SUR
17-Sep-07
18-Sep-07
1
SMM
24-Sep-07
25-Sep-07
2
TP
17-Sep-07
18-Sep-07
2
LAK
24-Sep-07
26-Sep-07
3
SHT
17-Sep-07
18-Sep-07
3
MRS
24-Sep-07
26-Sep-07
4
SU
17-Sep-07
20-Sep-07
4
WS
24-Sep-07
25-Sep-07
5
SM
17-Sep-07
18-Sep-07
5
AJI
24-Sep-07
25-Sep-07
6
TAM
17-Sep-07
19-Sep-07
6
PRM
24-Sep-07
27-Sep-07
7
KRS
17-Sep-07
18-Sep-07
7
MM
24-Sep-07
25-Sep-07
8
ND
18-Sep-07
20-Sep-07
8
BT
24-Sep-07
25-Sep-07
9
MDR
18-Sep-07
20-Sep-07
9
SN
24-Sep-07
26-Sep-07
10
AND
18-Sep-07
20-Sep-07
10
CAN
25-Sep-07
26-Sep-07
11
PRM
18-Sep-07
19-Sep-07
11
BR
25-Sep-07
27-Sep-07
IV-41
12
UTM
18-Sep-07
20-Sep-07
12
TJ
25-Sep-07
27-Sep-07
13
SDA
18-Sep-07
19-Sep-07
13
KJY
25-Sep-07
26-Sep-07
14
WR
18-Sep-07
21-Sep-07
14
PSG
25-Sep-07
26-Sep-07
15
AJI
19-Sep-07
21-Sep-07
15
SJ
25-Sep-07
26-Sep-07
16
TJ
19-Sep-07
20-Sep-07
16
SUR
25-Sep-07
27-Sep-07
17
KAR
19-Sep-07
20-Sep-07
17
KSM
26-Sep-07
28-Sep-07
18
GUN
19-Sep-07
21-Sep-07
18
LCR
26-Sep-07
27-Sep-07
19
JOH
19-Sep-07
22-Sep-07
19
PIN
26-Sep-07
27-Sep-07
20
BEN
19-Sep-07
21-Sep-07
20
ADE
26-Sep-07
29-Sep-07
21
AS
19-Sep-07
20-Sep-07
21
PD2
26-Sep-07
27-Sep-07
22
SMM
19-Sep-07
20-Sep-07
22
GUN
27-Sep-07
28-Sep-07
23
LSS
20-Sep-07
23-Sep-07
23
JOH
27-Sep-07
29-Sep-07
24
HR
20-Sep-07
22-Sep-07
24
NLP
27-Sep-07
30-Sep-07
25
DWI
20-Sep-07
22-Sep-07
25
PH
27-Sep-07
28-Sep-07
26
BHS
20-Sep-07
21-Sep-07
26
BTA
27-Sep-07
30-Sep-07
27
ALV
20-Sep-07
21-Sep-07
27
ALV
27-Sep-07
28-Sep-07
28
UT
20-Sep-07
21-Sep-07
28
SM
27-Sep-07
28-Sep-07
29
PUR
20-Sep-07
21-Sep-07
29
ANH
28-Sep-07
29-Sep-07
30
WAL
20-Sep-07
23-Sep-07
30
KOT
28-Sep-07
30-Sep-07
31
PD2
21-Sep-07
23-Sep-07
31
GOB
28-Sep-07
30-Sep-07
32
KOT
21-Sep-07
23-Sep-07
32
MS
28-Sep-07
30-Sep-07
33
ANH
21-Sep-07
22-Sep-07
33
SIE
28-Sep-07
30-Sep-07
34
FJ
21-Sep-07
23-Sep-07
34
AS
28-Sep-07
29-Sep-07
35
MR
21-Sep-07
23-Sep-07
35
TP
28-Sep-07
29-Sep-07
36
EKA
21-Sep-07
22-Sep-07
(Sumber: Bag. Pemasaran PT.XYZ September 2007)
3.7.4 Data tarif transportasi dari bagian ekspedisi Bagian ekspedisi telah menentukan tarif untuk masing-masing kota tujuan distribusi. Tarif transportasi tersebut meliputi biaya BBM, upah sopir, uang makan, biaya depresiasi dan perawatan armada yang dihitung per pengiriman. Data jarak tempuh dan tarif transportasi dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Data Jarak Tempuh dan Tarif Transportasi
NO.
NAMA KOTA
JARAK TEMPUH (KM)
BIAYA (DLM RIBUAN Rp.)
NO.
NAMA KOTA
JARAK TEMPUH (KM)
BIAYA (DLM RIBUAN Rp.)
1
TASIKMALAYA
387
885
18
PAMANUKAN
448
1055
2
GARUT
425
1010
19
CIKAMPEK
476
1095
3
BANJAR
375
875
20
SUBANG
476
1095
4
NAGREK
391
940
21
KARAWANG
493
1135
5
BANDUNG
467
1095
22
SERANG
674
1368
IV-42
6
PADALARANG
486
1095
23
CILEGON
685
1368
7
CIANJUR
502
1135
24
SUKABUMI
563
1135
8
SUKABUMI
556
1156
25
SUMEDANG
412
940
9
CIAWI
578
875
26
PURWAKARTA
494
1095
10
CIAMIS
380
1255
27
RANGKASBITUNG
666
1255
11
BOGOR
590
1135
28
PANDEGLANG
684
1255
12
CIBADAK
570
1135
29
CIMAHI
471
978
13
CIREBON
337
730
30
CIBINONG
604
1255
14
INDRAMAYU
375
730
31
SUMBER
345
940
15
KUNINGAN
360
940
32
LOH BENER
387
730
16
JATIBARANG
317
730
33
CIKARANG
515
1135
17
MAJALENGKA
409
940
(Sumber: Bag. Ekspedisi PT.XYZ September 2007)
3.7.5 Data rute umum transportasi wilayah Jawa Barat Identifikasi rute pengiriman dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dari catatan perusahaan dan data agen wilayah. Dari informasi tersebut diperoleh rute pengiriman produk dari gudang Solo ke tiap kota agen wilayah Jawa Barat dan rute umum yang biasa dilalui oleh ekspedisi dalam pengiriman. Dari data tersebut diperoleh informasi sebelas rute umum dari Solo ke kota-kota tujuan dengan rute sebagai berikut,
1. Rute 1, rute utama Solo à Banjar à Ciamis à Tasikmalaya à Garut à Bandung à Cimahi à Padalarang à Cianjur à Sukabumi à Cibadak à Ciawi à Bogor 2. Rute 2, rute percabangan di kota Bogor Solo à Bogor à Rangkasbitung à Pandeglang à Serang à Cilegon 3. Rute 3, rute percabangan di kota Ciamis Solo à Ciamis à Majalengka à Sumedang à Bandung 4. Rute 4, rute percabangan di kota Ciamis Solo à Ciamis à Kuningan à Sumber à Majalengka 5. Rute 5, rute percabangan di kota Cirebon Solo à Cirebon à Sumedang à Bandung 6. Rute 6, rute percabangan di kota Cirebon IV-43
Solo à Cirebon à Kuningan à Majalengka 7. Rute 7, rute percabangan di kota Cirebon Solo à Cirebon à Sumber à Loh Bener à Indramayu 8. Rute 8, rute percabangan di kota Cirebon Solo à Cirebon à Majalengka 9. Rute 9, rute percabangan di kota Cirebon Solo à Cirebon à Indramayuà Loh Bener à Pamanukan à Cikampek 10. Rute 10, rute percabangan di kota Bandung Solo à Bandung à Padalarang à Purwakarta à Cikampek à Karawang à Cikarang 11. Rute 11, rute percabangan di kota Cianjur Solo à Cianjur à Ciawi à Bogor
3.8 Pengolahan Data Pada pengolahan data dilakukan penghitungan dan pengolahan data sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan dalam metodologi penelitian. 3.8.1 Menentukan alternatif tanggal pengiriman untuk masing-masing order Alternatif tanggal pengiriman ditentukan untuk menghindari keterlambatan pengiriman. Alternatif tanggal pengiriman ialah rentang waktu tanggal pengiriman produk ke konsumen oleh bagian ekspedisi. Alternatif tanggal ditentukan dari tanggal order siap dikirim (order released) sampai deadline order dikurangi waktu tempuh dari pabrik menuju lokasi konsumen tersebut. Dengan kecepatan rata-rata armada pengiriman 40 Km/jam dan jarak tempuh terjauh 685 Km,maka asumsi waktu tempuh pengiriman untuk semua order adalah 1 hari.Sehingga rentang waktu pengiriman dapat ditentukan sebagai berikut: rk £ t £ d k - t kr
Dimana : rk : menyatakan tanggal pesanan siap dikirim (order release). t : menyatakan rentang tanggal pengiriman produk jadi. dk
: menyatakan tanggal deadline order pesanan diterima agen.
tkr
: menyatakan waktu tempuh pengiriman order k (1 hari).
IV-44
Contoh penentuan rentang waktu alternatif hari pengiriman, sebagai berikut : Order 1 minggu ke-1, tanggal order release 3-Sep-07 ;deadline order 5-Sep-07 3-Sep-07 £ t £ ( 5-Sep-07 – 1 hari pengiriman) 3-Sep-07 £ t £ 4-Sep-07 t = 3-Sep-07, 4-Sep-07 Hasil penentuan rentang waktu alternatif hari pengiriman untuk semua order dapat dilihat pada lampiran. Berikut contoh penentuan alternatif tanggal pengiriman pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Tabel contoh penentuan alternatif tanggal pengiriman TANGGAL RELEASE ORDER
TANGGAL DEADLINE ORDER
BHS
3-Sep-07
5-Sep-07
PUR KRS
6-Sep-07 17-Sep-07
9-Sep-07 18-Sep-07
AJI
19-Sep-07
21-Sep-07
MRS
24-Sep-07
26-Sep-07
KODE AGEN
ALTERNATIF TANGGAL PENGIRIMAN 3-Sep-07 4-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07 17-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07 24-Sep-07 25-Sep-07
(Sumber: Pengolahan data,2009) 3.8.2 Menentukan alternatif rute pengiriman Rute transportasi yang ditempuh ialah rute pengiriman order produk jadi dari gudang perusahaan di Solo menuju lokasi agen distributor. Order dapat dikirim langsung dari Solo menuju ke salah satu kota tujuan agen distributor atau ke beberapa agen sekaligus yang mempunyai jarak antar agen tidak lebih dari 50 km. Pengiriman produk ke konsumen juga memperhatikan kapasitas muat dari alat angkut yang digunakan. Untuk melakukan rencana pengiriman dilakukan dengan satuan boks.Kapasitas muat maksimal satu armada truk ialah 3500 boks. Sedangkan untuk pemesanan dari konsumen, perusahaan menetapkan minimal pemesanan tiap agen ialah sebanyak 1000 boks tiap kali pengiriman. Sehingga dalam satu rute pengiriman maksimal ada tiga kota pemberhentian.
IV-45
Penentuan alternatif rute yang mungkin ditempuh, dilakukan dengan langkah sebagai berikut ; 3. Menentukan rute pengiriman dari Solo ke tiap kota agen distributor Alternatif rute yang bisa dipilih diantaranya ialah rute dengan satu kota tujuan yaitu dari Solo ke tiap kota lokasi agen distributor yang ditampilkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Alternatif Rute Pengiriman NO
RUTE
KODE RUTE
1
SOLO - BANJAR
A
2
SOLO - CIAMIS
B
3
SOLO - TASIK
C
4
SOLO - GARUT
D
5
SOLO - BANDUNG
E
6
SOLO - CIMAHI
F
7
SOLO - PADALARANG
G
8
SOLO - CIANJUR
H
9
SOLO - SUKABUMI
I
10
SOLO - CIBADAK
J
11
SOLO - CIAWI
K
12
SOLO - BOGOR
L
Tabel 4.7. Alternatif Rute Pengiriman (Lanjutan) NO
RUTE
KODE RUTE
13
SOLO - CIBINONG
M
14
SOLO - RANGKASBITUNG
N
15
SOLO - PANDEGLANG
O
16
SOLO - SERANG
P
17
SOLO - CILEGON
Q
18
SOLO - MAJALENGKA
R
19
SOLO - SUMEDANG
S
20
SOLO - KUNINGAN
T
21
SOLO - SUMBER
U
22
SOLO - CIREBON
V
IV-46
23
SOLO - LOH BENER
W
24
SOLO - INDRAMAYU
X
25
SOLO - PAMANUKAN
Y
26
SOLO - CIKAMPEK
Z
27
SOLO - PURWAKARTA
AA
28
SOLO - KARAWANG
AB
29
SOLO - CIKARANG
AC
(Sumber: Pengolahan data,2009)
4. Mencari matriks jarak antar kota dalam satu rute transportasi dan menentukan rute konsolidasi Matriks jarak yang dicari adalah jarak dari gudang perusahaan (Solo) ke masing-masing kota tujuan pengiriman (titik-titik distribusi) dalam data rute umum transportasi. Informasi jarak tersebut digunakan untuk menentukan rute konsolidasi, yaitu rute pengiriman multi tujuan dengan jarak antar tujuan pengiriman tidak lebih dari 50 Km. Perhitungan jarak dari gudang ke titik-titik distribusi ini dilakukan dengan bantuan situs www.wikimapia.org. Pencarian jarak dihitung melalui jalur utama antar kota tujuan yang dilalui. Langkah dalam mendapatkan nilai jarak masingmasing titik-titik distribusi tiap kota menggunakan situs www.wikimapia.org dengan langkah-langkah sebagai berikut,
1. Mengaktifkan situs www.wikimapia.org
IV-47
2. mengaktifkan peta dalam bentuk google map.
IV-48
3. mengaktifkan tools distance measure.
IV-49
IV-50
4. Pencarian jarak dari titik distribusi ke titik distribusi yang lain dengan cara mengurutkan jalur sepanjang jalan. Hasil jarak akan ditampilkan pada kolom di sebelah kanan peta. Contoh pencarian jarak dari Banjar ke Ciamis dapat dilihat pada gambar.
IV-51
Dari matriks jarak dapat ditentukan kota-kota yang dapat dikonsolidasikan dalam satu rute. Kota yang dapat dikonsolidsikan dalam satu rute yaitu kota-kota yang mempunyai jarak tidak lebih dari 50 Km dan dalam satu rute konsolidasi maksimal mempunyai tiga kota tujuan pengiriman. Hasil pencarian jarak tiap titik distribusi dapat dilihat pada matriks jarak tiap rute sebagai berikut, 1. Rute 1, rute utama Rute utama ialah rute dari Solo menuju Bogor dengan rute melalui kota-kota berikut Solo à Banjar à Ciamis à Tasikmalaya à Garut à Bandung à Cimahi à Padalarang à Cianjur à Sukabumi à Cibadak à Ciawi à Bogor Dari kota-kota pada rute satu dicari jarak antar kota yang disajikan pada Gambar 4.1.
28 46 81 138 143 161 196 226 251 283 291 305
18 53 110 115 133 168 198 223 255 263 277
57 62 80 115 145 170 202 210 224
5 23 58 88 113 145 153 167
18 53 83 108 140 148 162
35 65 90 122 10 144
30 55 87 95 109
25 57 65 79
32 40 54
8 22
14
Dari Gambar 4.1 diketahui jarak dari kota Banjar ke Ciamis tidak lebih dari 50 Km, maka order dengan tujuan Banjar dan Ciamis dapat dikonsolidasikan dalam satu rute pengiriman. Solo à Banjar à Ciamis
IV-52
CIBINONG
BOGOR
CIAWI
CIBADAK
SUKABUMI
CIANJUR
CIMAHI
BANDUNG
GARUT
TASIK 35 92 97 115 150 180 205 237 245 253
PADALARANG
KE BANJAR CIAMIS TASIK GARUT BANDUNG CIMAHI PADALARANG CIANJUR SUKABUMI CIBADAK CIAWI BOGOR CIBINONG
CIAMIS
DARI
BANJAR
Gambar 4.1. Matriks Jarak Antar Kota Rute 1
Karena dalam satu rute maksimal ada tiga kota tujuan maka kota Banjar dan Ciamis dapat dikonsolidasikan lagi dengan kota Tasik karena jarak Banjar ke Tasik kurang dari 50 Km. Solo à Banjar à Ciamisà Tasik Rute-rute yang lain dapat dicari dengan cara tersebut. Semua alternatif rute konsolidasi yang bisa dipilih untuk rute 1 adalah sebagai berikut : Banjar à Ciamis
Cianjur à Sukabumi
Banjar à Ciamis à Tasik
Sukabumi à Cibadak
Ciamis à Tasik
Cibadak à Ciawi
Tasik à Garut
Ciawi à Bogor
Bandung à Cimahi
Cibadak à Ciawi à Bogor
Cimahi à Padalarang
Cibadak à Bogor
Bandung à Cimahi à Padalarang
Bogor à Cibinong
Bandung à Padalarang
Ciawi à Bogor à Cibinong
Padalarang à Cianjur
Ciawi à Cibinong
Semua rute umum dicari alternatif rute konsolidasi dengan cara yang sama seperti pada rute 1. 2. Rute 2, rute percabangan di kota Bogor Solo à Bogor à Rangkasbitung à Pandeglang à Serang à Cilegon
KE BOGOR RANGKASBITUNG PANDEGLANG SERANG
76 94 116
18 40
22
CILEGON
132
50
38
CILEGON
SERANG
PANDEGLANG
RANGKAS BITUNG
DARI
BOGOR
Gambar 4.2. Matriks Jarak Antar Kota Rute 2
16
Alternatif rute konsolidasi : Rangkasbitung àPandeglang
Pandeglang àSerang à Cilegon
Pandeglang à Serang
Pandeglang àCilegon
Rangkasbitung à Pandeglangà Serang
Serang àCilegon
IV-53
3. Rute 3, rute percabangan di kota Ciamis Solo à Ciamis à Majalengka à Sumedang à Bandung
64 102 138
38 74
36
BANDUNG
SUMEDANG
KE MAJALENGKA SUMEDANG BANDUNG
MAJALENGKA
DARI
CIAMIS
Gambar 4.3. Matriks Jarak Antar Kota Rute 3
Alternatif rute konsolidasi : Majalengka à Sumedang Sumedang à Bandung
4. Rute 4, rute percabangan di kota Ciamis Solo à Ciamis à Kuningan à Sumber à Majalengka
KE KUNINGAN SUMBER MAJALENGKA
64 102 138
Alternatif rute konsolidasi : Kuningan à Sumber Sumber à Majalengka
IV-54
38 74
36
MAJALENGKA
SUMBER
KUNINGAN
DARI
CIAMIS
Gambar 4.4. Matriks Jarak Antar Kota Rute 4
5. Rute 5, rute percabangan di kota Cirebon Solo à Cirebon à Sumedang à Bandung
KE SUMEDANG BANDUNG
75 111
BANDUNG
SUMEDANG
DARI
CIREBON
Gambar 4.5. Matriks Jarak Antar Kota Rute 5
36
Alternatif rute konsolidasi : Sumedang à Bandung 6. Rute 6, rute percabangan di kota Cirebon Solo à Cirebon à Kuningan à Majalengka
34 72
MAJALENGKA
KE CIREBON KUNINGAN MAJALENGKA
KUNINGAN
DARI
CIREBON
Gambar 4.6. Matriks Jarak Antar Kota Rute 6
38
Alternatif rute konsolidasi : Cirebon à Kuningan Kuningan à Majalengka
7. Rute 7, rute percabangan di kota Cirebon Solo à Cirebon à Sumber à Loh Bener à Indramayu
IV-55
80 92
INDRAMAYU
8 88 100
LOH BENER
KE CIREBON SUMBER LOH BENER INDRAMAYU
SUMBER
DARI
CIREBON
Gambar 4.7. Matriks Jarak Antar Kota Rute 7
12
Alternatif rute konsolidasi : Cirebon à Sumber Loh Bener à Indramayu
8. Rute 8, rute percabangan di kota Cirebon Solo à Cirebon à Majalengka
KE CIREBON MAJALENGKA
MAJALENGKA
DARI
CIREBON
Gambar 4.8. Matriks Jarak Antar Kota Rute 8
54
Alternatif rute konsolidasi : Cirebon à Majalengka 9. Rute 9, rute percabangan di kota Cirebon Solo à Cirebon à Indramayuà Loh Bener à Pamanukan à Cikampek
IV-56
56 68 120 158
CIKAMPEK
52 90
PAMANUKAN
LOH BENER
12 74 102
CIREBON
DARI
KE CIREBON INDRAMAYU LOH BENER PAMANUKAN CIKAMPEK
INDRAMAYU
Gambar 4.9. Matriks Jarak Antar Kota Rute 9
38
Alternatif rute konsolidasi : Indramayu à Loh Bener Pamanukan à Cikampek
10. Rute 10, rute percabangan di kota Bandung Solo à Bandung à Padalarang à Purwakarta à Cikampek à Karawang à Cikarang
KE BANDUNG PADALARANG PURWAKARTA CIKAMPEK KARAWANG CIKARANG
19 56 74 98 120
Alternatif rute konsolidasi : Bandung à Padalarang
24 46
CIKARANG
18 42 64
KARAWANG
37 55 79 101
CIKAMPEK
PURWAKARTA
DARI
PADALARANG
BANDUNG
Gambar 4.10. Matriks Jarak Antar Kota Rute10
22
Cikampek à Cikarang
Padalarang à Purwakarta
Cikampek à Karawang à Cikarang
Purwakarta à Cikampek àKarawang
Karawang à Cikarang
Purwakarta à Karawang PurwakartaàCikampek Cikampek à Karawang
IV-57
11. Rute 11, rute percabangan di kota Cianjur Solo à Cianjur à Ciawi à Bogor
KE CIANJUR CIAWI BOGOR
53 98
BOGOR
CIAWI
DARI
CIANJUR
Gambar 4.11. Matriks Jarak Antar Kota Rute 11
43
Alternatif rute konsolidasi : Ciawi à Bogor Dari pengolahan data tersebut diperoleh kota-kota tujuan yang dapat dilalui dalam satu rute konsolidasi. Semua alternatif rute dapat dilihat pada Tabel berikut, Tabel 4.8. Kota -kota yang Bisa Dikonsolidasi Dalam Satu Rute NO
RUTE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO -
BANJAR - CIAMIS BANJAR - CIAMIS - TASIK CIAMIS - TASIK TASIK - GARUT BANDUNG - CIMAHI CIMAHI - PADALARANG BANDUNG - CIMAHI - PADALARANG BANDUNG - PADALARANG PADALARANG - CIANJUR CIANJUR - SUKABUMI SUKABUMI - CIBADAK CIBADAK - CIAWI CIAWI - BOGOR CIBADAK - CIAWI - BOGOR CIBADAK - BOGOR BOGOR - CIBINONG CIAWI - BOGOR - CIBINONG CIAWI - CIBINONG RANGKASBITUNG - PANDEGLANG PANDEGLANG - SERANG RANGKASBITUNG - PANDEGLANG - SERANG PANDEGLANG - SERANG - CILEGON PANDEGLANG - CILEGON SERANG - CILEGON MAJALENGKA - SUMEDANG SUMEDANG - BANDUNG KUNINGAN - SUMBER SUMBER - MAJALENGKA
IV-58
KODE AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN AO AP AQ AR AS AT AU AV AW AX AY AZ BA BB BC BD BE
Tabel 4.8. Kota -kota yang Bisa Dikonsolidasi Dalam Satu Rute (Lanjutan) NO
3.8.3
RUTE
KODE
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO SOLO -
CIREBON - KUNINGAN KUNINGAN - MAJALENGKA CIREBON - SUMBER LOH BENER - INDRAMAYU INDRAMAYU - LOH BENER PAMANUKAN - CIKAMPEK BANDUNG - PADALARANG PADALARANG - PURWAKARTA PURWAKARTA - CIKAMPEK - KARAWANG PURWAKARTA - KARAWANG PURWAKARTA - CIKAMPEK CIKAMPEK - KARAWANG CIKAMPEK - CIKARANG CIKAMPEK - KARAWANG - CIKARANG
BF BG BH BI BJ BK BL BM BN BO BP BQ BR BS
43
SOLO -
KARAWANG - CIKARANG
BT
Menentukan alternatif rute tiap tanggal pengiriman Tiap tanggal penggiriman ditentukan order yang akan dikirim dan ditentukan
alternatif rute yang bisa dipilih melalui lokasi tujuan tersebut. Penentuan alternatif rute yang bisa dipilih dilakukan dengan langkah sebagai berikut, 4. Mengklasifikasikan order berdasarkan alternatif tanggal pengiriman. 5. Menentukan alternatif rute pengiriman yang bisa dilalui tiap order. 6. Rute konsolidasi yang dipilih hanya rute yang minimal mempunyai dua order yang dikirim melalui rute yang sama. Contoh penentuan alternatif rute pengiriman tanggal 3 September 2007, sebagai berikut : 1. Mengklasifikasikan order berdasarkan alternatif tanggal pengiriman. Untuk order tanggal 3 September 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Order dengan Alternatif Tanggal Pengiriman 3 September 2007 NO ORDER 1 2 3 4 5 6 7
KODE AGEN BHS SU LSS BR SUR AJI ND
LOKASI BANJAR TASIK BANJAR SUKABUMI SUMBER PANDEGLANG CIMAHI
IV-59
2. Menentukan alternatif rute pengiriman yang bisa dilalui tiap order. Dari Tabel 4.9. diperoleh informasi mengenai lokasi pengiriman order yang digunakan untuk menentukan alternatif rute yang melalui lokasi kota tersebut. Contoh order nomor satu lokasi pengiriman Banjar, rute-rute yang melalui kota banjar ialah rute A (Soloà Banjar), rute AD (Soloà Banjar à Ciamis), dan rute AE ( Soloà Banjarà Ciamis à Tasik). Alternatif rute masing – masing order disajikan Tabel 4.10 Tabel 4.10. Alternatif Rute Pengiriman Order Tanggal 3 September 2007 NO ORDER 1 2 3 4 5 6 7
KODE AGEN BHS SU LSS BR SUR AJI ND
LOKASI BANJAR TASIK BANJAR SUKABUMI SUMBER PANDEGLANG CIMAHI
ALTERNATIF RUTE A,AD,AE C,AE,AF,AG A,AD,AE I,AM,AN U,BD,BE O,AV,AW,AX,AY,AZ F,AH,AI,AJ
7. Rute konsolidasi yang dipilih hanya rute yang minimal mempunyai dua order yang dikirim melalui rute yang sama. Alternatif rute dari Tabel 4.10. dipilih rute langsung dari Solo ke lokasi agen dan rute konsolidasi yang bisa dipilih ialah rute yang minimal mempunyai dua order yang dikirim melalui rute yang sama,sedangkan rute lain bisa dieliminasi. Contoh untuk order nomor satu, alternatif yang bisa dipilih ialah rute A (Soloà Banjar) dan rute AE karena order satu dan dua dikirim melalui rute yang sama yaitu rute AE. Tabel 4.11. Alternatif Rute Pengiriman Yang Bisa Dipilih Tanggal 3 September 2007 NO ORDER 1 2 3 4 5 6 7
KODE AGEN BHS SU LSS BR SUR AJI ND
LOKASI BANJAR TASIK BANJAR SUKABUMI SUMBER PANDEGLANG CIMAHI
ALTERNATIF RUTE A,AD,AE C,AE,AF,AG A,AD,AE I,AM,AN U,BD,BE O,AV,AW,AX,AY,AZ F,AH,AI,AJ
Sehingga, alternatif rute pengiriman untuk tanggal 3 September 2007 sebagai berikut,
IV-60
Tabel 4.11. Alternatif Rute Pengiriman Tanggal 3 September 2007 NO ORDER 1 2 3 4 5 6 7
KODE AGEN BHS SU LSS BR SUR AJI ND
LOKASI BANJAR TASIK BANJAR SUKABUMI SUMBER PANDEGLANG CIMAHI
ALTERNATIF RUTE A, AE C, AE A, AE I U O F
Dengan langkah seperti diatas, maka diperoleh alternatif rute pengiriman untuk tanggal-tanggal berikutnya. Alternatif rute pengiriman untuk masing-masing order tanggal 3 September – 30 September dapat dilihat pada lampiran.
3.8.4
Model optimasi dengan Binary Integer Programming Pengolahan model dilakukan berdasarkan model akhir binary integer programming
pada persamaan 3.4 sampai 3.10:
1. Penyusunan fungsi tujuan (objective function) Fungsi tujuan merupakan fungsi yang akan dicari nilai optimalnya. Fungsi tujuan model ini adalah minimasi biaya transportasi yang terdiri dari biaya transportasi per pengiriman dan biaya penambahan tujuan per titik distribusi. Parameter Cr menyatakan tarif transportasi, didapat dari tarif yang diberlakukan oleh bagian ekspedisi untuk masing-masing rute dan tarif dihitung untuk kota tujuan terjauh dalam satu rute. Biaya masing-masing rute diperoleh dari Tabel 4.5, sedangkan parameter Cb menyatakan biaya penambahan tujuan ialah biaya yang dibebankan di tiap titik distribusi. Biaya tersebut meliputi biaya retribusi dan biaya untuk aktivitas bongkar di tiap agen pengiriman. Rincian biaya penambahan tujuan disajikan pada Tabel 4.13. Tarif transportasi tiap rute dapat dilihat pada Tabel 4.14.
IV-61
Tabel 4.13. Biaya Penambahan Tujuan Distribusi (Cb)
Komponen biaya
Jumlah
Biaya retribusi
Rp. 5.000,-
Biaya bongkar
Rp. 10.000,-
Total biaya per titik distribusi
Rp. 15.000,-
Tabel 4.14. Biaya Transportasi Tiap Rute (Cr)
RUTE TRANSPORTASI (Cr )
BIAYA (DLM RIBUAN Rp.)
RUTE TRANSPORTASI (Cr )
BIAYA (DLM RIBUAN Rp.)
RUTE TRANSPORTASI (Cr )
BIAYA (DLM RIBUAN Rp.)
CA
875
CY
1095
CAW
1468
CB
875
CZ
1095
CAX
1518
CC
885
CAA
1095
CAY
1518
CD
1010
CAB
1135
CAZ
1468
CE
940
CAC
1135
CBA
1468
CF
978
CAD
925
CBB
1040
CG
1095
CAE
985
CBC
1195
CH
1095
CAF
935
CBD
1040
CI
1135
CAG
1060
CBE
1040
CJ
1135
CAH
1028
CBF
1040
CK
1156
CAI
1145
CBG
1040
CL
1255
CAJ
1195
CBH
1040
CM
1255
CAK
1145
CBI
830
CN
1255
CAL
1145
CBJ
830
IV-62
Tabel 4.14. Biaya Transportasi Tiap Rute (Cr) (Lanjutan) RUTE TRANSPORTASI (Cr )
BIAYA (DLM RIBUAN Rp.)
RUTE TRANSPORTASI (Cr )
BIAYA (DLM RIBUAN Rp.)
RUTE TRANSPORTASI (Cr )
BIAYA (DLM RIBUAN Rp.)
CO
1255
CAM
1185
CBK
1195
CP
1368
CAN
1185
CBL
1195
CQ
1368
CAO
1206
CBM
1195
CR
940
CAP
1305
CBN
1285
CS
940
CAQ
1355
CBO
1235
CT
940
CAR
1305
CBP
1195
CU
940
CAS
1305
CBQ
1235
CV
730
CAT
1355
CBR
1235
CW
730
CAU
1305
CBS
1285
CX
730
CAV
1418
CBT
1235
Formulasi matematis fungsi tujuan secara umum dapat dilihat pada persamaan 3.4. Untuk minggu ke-1 dalam model ini terdapat 40 order yang dilayani dalam R rute dalam 6 hari yaitu dari tanggal 3 September 2007 – 8 September 2007. Untuk minggu ke-2 terdapat 37 order yang dikirim pada tanggal 10 September 2007 – 15 September 2007. Minggu ke-3 terdapat 36 order yang dikirim pada tanggal 17 September 2007 – 22September 2007. Dan minggu ke-4 terdapat 35 order yang dikirim pada tanggal 24September 2007 – 29 September 2007. Berdasarkan data diatas, maka persamaan fungsi tujuan model penentuan rute pengiriman produk jadi di PT.XYZ menjadi: Untuk minggu ke-1 t = 3,4,5,...,8 k= 1,2,3,...,40 Minimasi: BC
8
åå
(875 YA3 +885YAE3 + 885YC3 +1135YI3 +940YU3 +978YF3 +1255YO3+875 YA4+ 987YF4 +
r = A t =3
1095YH4 +1095YG4 + 1135YI4 + 1156YK4 +940YU4 +940YE4 +1028YAH4 + 1305YAS4 + . . . + 1355YAT8+1418YAV8+1145YAL8+1255YM8+940YE8+1095YAJ8+1095YAK8+1135YH8+1095YI8) +
IV-63
40 BC
8
ååå
(15X1A3+ 15 X 1AE3 + 15 X 2AE3 + 15 X 3AE3+15 X 2C3+ 15X3Y3+ 15X4U3+ 15X5F3+ 15X6O3+
k =1 r = A t =3
15X1A4+ 15X1AE4+ 15X13AE4+ 15X4F4 + 15X5H4+ 15X9G4+ 15X7I4+ 15X11K4+ 15X5U4+ 15X10E4 +. . . + 15X31I8 + 15X31AM8+ 15X34H8+ 15X34AL8 + 15X34AM8+ 15X36G8 + 15X36AJ8+ 15X37AM8+ 15X40E8 )
Untuk minggu ke-2 t = 10,11,12,...,15 k= 1,2,3,...,37 Minimasi: BC 15
åå
(1095YY10 +1135YYJ10 +1185YAN10 +885YC10 +1060YAG10 +1010YD10 +1060YI10+940YU10 +
r = A t =10
1010YD11 + 1135YI11+940YT11 +1255YM11 + 875YA11 + 1255YO11 +730YW11 +1095YG11 +. . . + 1095YZ15+1135YBN15+1095YBP15+1368YQ15+1145YAY15+1255YBA15+1095YAA15+1135YP15) + 37 BC 15
åå å
(15X1Y10 +15X2J10 +15X2AN10 +15X3C10 +15X3AG10 +15X4D10 +15X5I10+15X6U10 +15X6D11 +
k =1 r = A t =10
15X4I11 + 15X7T11 + 15X8M11 + 15X9A11 + 15X10O11 +15X11W11 +15X12AJ11 + . . . + 15X21Z15+15X21BN15+15X21BP15+15X30Q15+15X30AY15+15X32BA15+15X33AA15+15X33P15+15X34AA15)
Untuk minggu ke-3 t = 17,18,19,...,22 k= 1,2,3,...,36 Minimasi: BC 22
åå
(940YU17 +1095YZ17 +875YB17 +885YAE17 +885YAF17 +978YF17 +1095YH17+1255YN17 +
r = A t =17
1010YC17 + 1255YO18+1255YAV18 +1368YAW18 + 1368AX18+ 1368YAY18 +1095YAK18 +978YP18 +. . . + 1095YZ21+1135YBN21+1095YBP21+1368YQ22+1368YAY22+1368YBA22+1095YAA22+1368YP22) + 36 BC 22
åå å
(15X1U17 +15X2Z17 +15X2B17 +15X2AE17 +15X2AF17 +15X3F17 +15X 3H17+15X 4N17 +15X 5C17
k =1 r = A t =17
+ 15X5O18 + 15X 5AV18 + 15X 6AW18 + 15X 6AX18 + 15X 7AY18 +15X 8AK18 +15X 8P18 +15X8M22 + . . . + 15X 30Z21 + 15X 31BN21 + 15X 32BP21 +15X 33Q22 +15X 33AY22 +15X 34BA22 +15X 35AA22 +15X36AA22)
IV-64
Untuk minggu ke-4 t = 24,25,26,...,29 k= 1,2,3,...,35 Minimasi: BC
29
åå
1095YG24 +1095YAI24 +1095YAJ24 +1095YY24 +1060YAG24 +1010YD24 +1095YAI24
+
r = A t = 24
1095YAJ24 + 1095YY25+1010YD25 +1060YAG25 + 885YC25 + 1060YAG25 +1156YK25 +1255YAP25 +. . . + 1040YBB28+940YR28+1368YP28+1095YAA28+1368YQ29+1518YAY29+940YR29+1368YP29) + 35 BC
29
åå å
(15X1G24 +15X1AI24 +15X2AJ24 +15X3Y24
+15X4AG24
+15X5D24 +15X6F24+15X6AI24 +
k =1 r = A t = 24
15X6AJ24 + 15X7Y25 + 15X8D25 + 15X9AG25 + 15X10C25 + 15X10AG25 +15X11K25 +15X11AP25 + . . . + 15X29BB28+15X 30R28+15X 31P28+15X 32AA28+15X 33Q29+15X 33AY29+15X 34R29+15X 35P29+15X35AA29)
Variabel keputusan yang dicari dalam formulasi matematis diatas, adalah sebagai berikut :
ì1 jika rute ke - r dioperasikan pada hari ke - t, Yrt = í î0 jika tidak ì1 jika order ke - k dikirim melalui rute r pada hari ke - t, X krt = í î0 jika tidak
2. Penentuan batasan Kriteria-kriteria yang menjadi batasan dalam model binary integer programming diatas adalah sebagai berikut:
f. Tiap order dikirim tepat satu kali Batasan ini bertujuan untuk membatasi pengiriman tiap order k akan dikirim tepat satu kali sekaligus memastikan bahwa order tersebut pasti dikirim. Formulasi umumnya dapat dilihat pada persamaan 3.5. Diketahui PT.XYZ mempunyai 40 order pada minggu ke-1, 37 order pada minggu ke-2, 36 order pada minggu ke-3, dan 35 order pada minggu ke-4 Contoh persamaan untuk minggu ke-1,
IV-65
k = 1,2,3,…,40 ; k=1, X1A3 + X1AE3 + X1A4 + X1AE4 =1 k=2, X2C3 + X2AE3 =1 k=3, X3A3 + X3AE3 =1 k=4, X4I3 + X4I4 + X4AM4 =1 k=5, X5U3 + X5U4 =1 . . . k=39, X4I3 + X4I4 + X4AM4 =1 k=40, X5U3 + X5U4 =1
untuk minggu ke-2, k = 1,2,3,…,37 ; contoh persamaan k=1, X1Y10 =1 k=2, X2J10 + X2AN10 =1 k=3, X3C10 + X3AG10 =1 . . . k=36, X36VI5 =1 k=37, X37M15 =1
Untuk minggu ke-3, k = 1,2,3,…,36 ; contoh persamaan k=1, X1U17 =1 k=2, X2Z17 =1 k=3, X3B17 + X3AE17 + X3AF17 =1 . . . k=35, X35B21 + X35AD21 + X35AE21 =1 k=36, X36B21 =1
IV-66
Untuk minggu ke-4, k = 1,2,3,…,35 ; contoh persamaan k=1, X1A24 + X1AE24 + X1A24 + X1AE24 =1 k=2, X2C24 + X2AE24 =1 k=3, X3A24 + X3AE24 =1 k=4, X4I24 + X4I25 + X4AM25 =1 k=5, X5U24 + X5U25 =1 . . . k=34, X4I28 + X4I29 + X4AM29=1 k=35, X5U28 + X5U29 =1
g. Biaya penambahan tujuan dibebankan apabila rute tersebut dioperasikan Batasan ini digunakan untuk kondisi dimana biaya penambahan tujuan akan dibebankan jika ada rute pengiriman ke kota tersebut. Biaya penambahan tujuan order k melalui rute r (Xkrt ) akan dibebankan jika rute r dioperasikan pada hari t (Yrt). Formulasi umum pada pada persamaan 3.6. Contoh persamaan Untuk minggu ke-1, X1A3 ≤ YA3 X2AE3 ≤ YAE3 X2C3 ≤ YC3 X3AE3 ≤ YAE3 . . . X36G8 ≤ YG8 X37M8 ≤ YM8
IV-67
h. Total muatan dalam armada tidak melebihi kapasitas Fungsi pembatas yang membatasi jumlah muatan dalam sekali pengiriman dengan satu armada truk. Diformulasikan sebagai banyaknya jumlah pesanan k (Wk) dalam suatu rute pengiriman r pada hari t (Xkrt) tidak lebih dari kapasitas maksimal yaitu 3500 boks. Contoh persamaan Untuk minggu ke-1, 1780 X1A1+ 1010 X6A1 £ 3500YA1 1781 X1AE1+ 1010 X6AE1+2000 X2AE1£ 3500YAE1 2000 X2C1 £3500 YC1 1500 X11I1 £3500 YI1 . . . 1523 X23AL6+ 1200 X27AL6£ 3500 YAL6 1200 X27AJ6+ 1000 X39AJ6£ 3500 YAJ6 1200 X27AK6+ 1000 X39AK6£ 3500 YAK6
i.
Pembatas jumlah armada yang dioperasikan tiap hari Batasan ini membatasi jumlah pengiriman yaitu maksimal 8 truk yang bisa
digunakan tiap hari. Jumlah pengiriman melalui rute r pada waktu t (Yrt) tidak melebihi jumlah armada alat angkut yang tersedia (V). Contoh persamaan Untuk minggu ke-1, Untuk t= 3, YAE3+ YA3+ YC1+ YI3+ YU3+ YO3+ YF3 £ 8 Untuk t= 4, YI4+ YAM4+ YU4+ YA4+ YAE4+ YF4+ YAH4+ YAI4+ YAJ4+ YAG4 £ 8 . . .
Untuk t= 8, YI8+ YAM8+ YH8+ YAL8+ YAM8+ YG8+ YM8+ YE8+ YAJ8 £ 8
j. Pembatas variable biner Variable keputusan dalam model penjadwalan yaitu nilai Xkrt mempunyai nilai keputusan binary (0,1).
IV-68
dan Yrt
Contoh persamaan Untuk minggu ke-1, X1A3 =
binary
X1AE3 = X1A4 =
binary
binary
X1AE4 =
binary
. . . X27AK6 =
binary
X39AK6 =
binary
YAE3 =
binary
YA3 =
binary
YC1 =
binary
YI3 =
binary
. . . YE8 =
binary
YAJ8 =
binary
IV-69
4.1 Penyelesaian Model Dengan Pendekatan BIP (Binary Integer Programming) Jadwal pengiriman dari model penentuan rute pengiriman produk PT.XYZ ini merupakan hasil pengolahan data pengiriman produk (dalam satuan boks) ke agen pada periode September 2007. Penentuan rute pengiriman dilakukan dengan menjalankan model binary integer programming pada software Risk Solver Platform V9.0 dan Solver Engine V8.2 dalam Microsoft Excel (Solver). Setelah dilakukan running model Binary Integer Linear Programming pada Solver maka diperoleh nilai yang optimal untuk fungsi tujuan meminimasi biaya transportasi, adapun total biaya transportasi selama periode September 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.13 rekapitulasi biaya optimasi hasil running solver. Tabel 4.13. Tabel Rekapitulasi Biaya Optimasi Hasil Running Solver Minggu ke-
Minimized Cost
1
Rp. 27.792.000,00
2
Rp. 29.495.000,00
3
Rp. 28.181.000,00
4
Rp. 26.441.000,00
Total
Rp. 111.909.000,00
Rute pengiriman, nomor order, jumlah produk yang dikirim dan total biaya transportasi harian periode September 2007 berdasarkan model Binary
Integer Programming secara
terperinci dapat dilihat pada Tabel 4.14 sampai Tabel 4.17.
Tabel 4.14. Rute Pengiriman Minggu ke-1 September 2007 NOMOR
JUMLAH
TANGGAL
RUTE
KODE
ORDER
PRODUK YANG
PENGIRIMAN
PENGIRIMAN
RUTE
YANG DIKIRIM
DIKIRIM (BOKS)
A C U O F
1,3 2 5 6 7
2790 2000 1000 2845 1224
AM
4,10
2992
3-Sep-2007
4 -Sep-2007
Solo à Banjar Solo à Tasik Solo à Sumber Solo à Pandeglang Solo à Cimahi Solo à Cianjurà Sukabumi
IV-70
5 -Sep-2007
Solo à Bandungà Cimahi à Padalarang Solo à Ciawi Solo à Bandung
AJ K E
8,9 11 12,18
3042 3034 3112
AE
13,20
2210
BB
14
1620
D
16,17
3224
AY
22,25
3324
Solo à Banjarà Ciamisà Tasik Solo à Majalengka à Sumedang Solo à Garut Solo à Pandeglangà Serangà Cilegon
Tabel 4.14. Rute Pengiriman Minggu ke-1 September 2007 (Lanjutan) NOMOR
JUMLAH
TANGGAL
RUTE
KODE
ORDER
PRODUK YANG
PENGIRIMAN
PENGIRIMAN
RUTE
YANG DIKIRIM
DIKIRIM (BOKS)
V
19
1500
BF
28,29
2924
BS
21,27
2641
Solo à Sukabumi
I
23,31
2361
Solo à Sumedang
S
24
3000
6 -Sep-2007
Solo à Cirebon Solo à Cirebonà Kuningan Solo à Cikampekà Karawangà Cikarang
IV-71
7 -Sep-2007
Solo à Tasik
C
26
1232
Solo à Bogor
L
30,32
2925
Solo à Ciamis
B
33
1300
Cianjur
AL
34,36
2848
Solo à Bandung
E
35,40
2548
Solo à Cibinong
M
37
2848
AV
38,39
3105
Solo à Padalarangà
Solo à Rangkasbitung à Pandeglang
Tabel 4.15. Rute Pengiriman Minggu ke-2 September 2007 TANGGAL
PENGIRIMAN
10-Sep-07
11-Sep-07
RUTE
KODE
PENGIRIMAN
RUTE
Solo à Pamanukan Solo à Cibadak Solo à Tasik Solo à Sumber Solo à Kuningan Solo à Garut Solo à Sukabumi Solo à Banjar Solo à Pandeglang Solo à Padalarang Solo à Cimahi
Y J C U T D I A O G F
IV-72
NO ORDER
JUMLAH PRODUK
YANG
YANG DIKIRIM
DIKIRIM
(BOKS)
1 2 3 6 7 4,14 5 9 10 12 13
1530 1750 1620 2480 1500 3500 1760 1430 2250 1870 2115
12-Sep-07
13-Sep-07
14-Sep-07 15-Sep-07
Solo à Loh Bener à Indramayu Solo à Cibadak à Ciawi à Bogor Solo à Padalarangà Cianjur Solo à Ciawi à Bogor à Cibinong Soloà Karawang Solo à Bandungà Cimahi à Padalarang Soloà Cibadak Solo à Sumedang Soloà Majalengka Solo à Purwakarta à Cikampek Soloà Karawang à Cikarang Solo à Garut Solo à Cilegon Solo à Cirebon Solo à Cibinong Solo à Serangà Cilegon
BI
11,17
3450
AQ
18,20
2415
AL
16,19
2497
AT AB
8,15 28
2720 2015
AJ J S R
23,27 24 25 26
3485 2342 1920 2010
BP
21,32
3427
BT D Q V M
22,31 29,34 30 35 36
3380 2100 2105 2000 1890
BA
33
1430
Tabel 4.16. Rute Pengiriman Minggu ke-3 September 2007 TANGGAL PENGIRIMAN
RUTE
KODE
PENGIRIMAN Solo à Sumber
NO ORDER YANG DIKIRIM
JUMLAH PRODUK YANG DIKIRIM (BOKS)
U
1
1500
Z
2
1470
3,4
2920
F
5
1760
H
6
1730
AV
7,8
3270
P
10
1230
C
11,12
3270
RUTE
Soloà Cikampek Solo à Banjarà Ciamisà Tasik
AE
Solo à Cimahi 17-Sep-07
Solo à Cianjur Solo à Rangkasbitung à Pandeglang Soloà Serang
18-Sep-07
Solo à Tasik
IV-73
Soloà Bandung à Padalarang Solo à Cibinong Solo à Sumedang Soloà Purwakarta 19-Sep-07
Soloà Padalarang Solo à Pandeglang
AK
9,13
3070
M
14,17
2350
S
16
1540
AA
21
2430
G
22
1730
O
15
2250
BS
18,19
3055
V
20
1650
A
23,26
3290
I
29
2000
T
27
2250
L
28,30
3500
AM
24,25
2830
BC
32,33
3382
J
34
1680
B
35
2850
O
36
1940
D
31
1470
Soloà Cikampekà Karawang à Cikarang Solo à Cirebon Solo à Banjar Solo à Sukabumi Soloà Kuningan 20-Sep-07
Soloà Bogor Soloà Cianjurà Sukabumi Soloà Sumedang à Bandung Soloà Cibadak Soloà Ciamis
21-Sep-07 22-Sep-07
Solo à Pandeglang Solo à Garut
Tabel 4.17. Rute Pengiriman Minggu ke-4 September 2007 NOMOR ORDER YANG DIKIRIM
JUMLAH PRODUK YANG DIKIRIM (BOKS)
AI
1,9
2500
Y
2
2980
F
4
1780
O
5
1950
V
7
2300
J
8
2800
AG
3,6
3370
AP
10,15
2950
14
2500
TANGGAL
RUTE
KODE
PENGIRIMAN
PENGIRIMAN Soloà Cimahià
RUTE
Padalarang Soloà Pamanukan Solo à Cimahi Solo à Pandeglang Solo à Cirebon 24-Sep-07
Soloà Cibadak Soloà Tasikà Garut Soloà Ciawià Bogor
25-Sep-07
Solo à Sukabumi
I
IV-74
Solo à Sumedang Soloà Loh Bener Solo à Sumber Solo à Sukabumi
S
12
1940
W
13
2450
U
16
2750
I
11
1870
17,18
3150
X
19
1580
D
21
1770
20,22,23
3480
E
25
2340
T
27
2650
H
28
1100
33,34
2020
26
1600
29,30,32
3180
Q
24
2680
BB
30,33
2350
Soloà Ciawià Cibinong
AU
Soloà Indramayu 26-Sep-07
Solo à Garut Soloà Cikampekà Karawang à Cikarang Soloà Bandung Soloà Kuningan
27-Sep-07
Soloà Cianjur
BS
Soloà Purwakartaà Cikampekà Karawang Solo à Garut
BN D
Soloà Sumedangà 28-Sep-07
Bandung
BC
Soloà Cilegon Soloà Majalengka à 29-Sep-07
Sumedang
IV-75
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Untuk mengukur perbaikan hasil jadwal pengiriman usulan dilakukan analisis perbandingan terhadap keterlambatan pengiriman produk, frekuensi pengiriman, utilitas penggunaan kapasitas armada, jumlah armada yang digunakan setiap hari dan perbandingan total biaya distribusi menggunakan sistem yang sedang berjalan di PT. XYZ saat ini dengan menggunakan sistem usulan yaitu model binary integer programming yang disesuaikan dengan karakterisasi permasalahan yang dihadapi oleh PT. XYZ.
5.1. Analisis Keterlambatan Pengiriman Produk Jadi Tanggal pengiriman order ialah tanggal order dikirim dari gudang perusahaan menuju lokasi masig-masing agen distributor. Order dapat dikirim pada tanggal order selesai diproduksi (order release) sampai tanggal sebelum deadline order. Akan tetapi pada bulan September 2007 ada sembilan keluhan mengenai keterlambatan pengiriman order sehingga agen pun terlambat untuk mendistribusikan produk ke pasar. Untuk menghindari keterlambatan pengiriman maka pada sistem usulan digunakan rentang tanggal pengiriman yaitu order dapat dikirim mulai dari tanggal order release sampai tanggal deadline order dikurangi waktu tempuh pengiriman. Dengan kecepatan rata-rata armada pengiriman 40 Km/jam dan jarak tempuh terjauh 685 Km,maka asumsi waktu tempuh pengiriman untuk semua order adalah 1 hari. Berdasarkan data aktual bulan September 2007 dan hasil penentuan tanggal pengiriman untuk masing-masing order pada bab IV diperoleh rekapitulasi data tanggal pengiriman pada Tabel 5.1 sampai Tabel 5.4.
Tabel 5.1. Tanggal Pengiriman Sistem Perusahaan Dengan Sistem Usulan Minggu ke-1 NO
TANGGAL PENGIRIMAN
TANGGAL PENGIRIMAN
IV-76
DEADLINE
ORDER
SISTEM PERUSAHAAN
SISTEM USULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
3-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 4-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 5-Sep-07 4-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 7-Sep-07 6-Sep-07 8-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07 7-Sep-07
3-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 4-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07
ORDER
5-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 5-Sep-07 7-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07 7-Sep-07 9-Sep-07 8-Sep-07 8-Sep-07 9-Sep-07 8-Sep-07 9-Sep-07 9-Sep-07 8-Sep-07 8-Sep-07 9-Sep-07
KETERANGAN
dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu terlambat 2 hari dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu terlambat 1 hari dikirim tepat waktu terlambat 2 hari dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu terlambat 1 hari dikirim tepat waktu
Tabel 5.2. Tanggal Pengiriman Sistem Perusahaan Dengan Sistem Usulan Minggu ke-2 NO
TANGGAL
TANGGAL
IV-77
DEADLINE
ORDER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
PENGIRIMAN
PENGIRIMAN
SISTEM
SISTEM
PERUSAHAAN
USULAN
10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 12-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 12-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 13-Sep-07 14-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 14-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 15-Sep-07 15-Sep-07 15-Sep-07 14-Sep-07 15-Sep-07
10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 13-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 12-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 13-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 15-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07
ORDER
11-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 11-Sep-07 12-Sep-07 14-Sep-07 12-Sep-07 13-Sep-07 14-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 13-Sep-07 14-Sep-07 13-Sep-07 14-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 16-Sep-07 15-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 15-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 15-Sep-07 14-Sep-07 16-Sep-07 15-Sep-07 16-Sep-07 16-Sep-07 16-Sep-07 15-Sep-07
KETERANGAN
dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu terlambat 1 hari
Tabel 5.3. Tanggal Pengiriman Sistem Perusahaan Dengan Sistem Usulan Minggu ke-3 NO ORDER
TANGGAL PENGIRIMAN SISTEM PERUSAHAAN
TANGGAL PENGIRIMAN SISTEM USULAN
IV-78
DEADLINE ORDER
KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 18-Sep-07 17-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 19-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 22-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 22-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 22-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07
17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 22-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07
18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 20-Sep-07 18-Sep-07 19-Sep-07 18-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07 19-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 21-Sep-07 22-Sep-07 21-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 23-Sep-07 22-Sep-07 22-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 23-Sep-07 23-Sep-07 23-Sep-07 22-Sep-07 23-Sep-07 23-Sep-07 22-Sep-07
dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu
Tabel 5.4. Tanggal Pengiriman Sistem Perusahaan Dengan Sistem Usulan Minggu ke-4 NO
TANGGAL PENGIRIMAN
TANGGAL PENGIRIMAN
IV-79
DEADLINE
ORDER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
SISTEM PERUSAHAAN
24-Sep-07 24-Sep-07 24-Sep-07 25-Sep-07 24-Sep-07 26-Sep-07 24-Sep-07 24-Sep-07 24-Sep-07 25-Sep-07 29-Sep-07 26-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 26-Sep-07 26-Sep-07 29-Sep-07 27-Sep-07 26-Sep-07 27-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 27-Sep-07 27-Sep-07 27-Sep-07 29-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07
SISTEM USULAN
ORDER
24-Sep-07 24-Sep-07 25-Sep-07 24-Sep-07 24-Sep-07 25-Sep-07 24-Sep-07 24-Sep-07 24-Sep-07 25-Sep-07 26-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 26-Sep-07 26-Sep-07 26-Sep-07 27-Sep-07 26-Sep-07 27-Sep-07 27-Sep-07 29-Sep-07 27-Sep-07 28-Sep-07 27-Sep-07 27-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 29-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 29-Sep-07
25-Sep-07 26-Sep-07 26-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 27-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 26-Sep-07 26-Sep-07 27-Sep-07 27-Sep-07 26-Sep-07 26-Sep-07 26-Sep-07 27-Sep-07 28-Sep-07 27-Sep-07 27-Sep-07 29-Sep-07 27-Sep-07 28-Sep-07 29-Sep-07 30-Sep-07 28-Sep-07 30-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 29-Sep-07 30-Sep-07 30-Sep-07 30-Sep-07 30-Sep-07 29-Sep-07 29-Sep-07
KETERANGAN
dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu terlambat 1 hari dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu terlambat 2 hari dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu terlambat 2 hari dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu terlambat 2 hari dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu dikirim tepat waktu
Berdasarkan rekapitulasi pada Tabel 5.1 - 5.4 tanggal pengiriman produk diketahui jumlah order yang dikirim melebihi deadline order antara data aktual perusahaan dan sistem usulan. Jumlah keterlambatan pengiriman sistem perusahaan dan sistem usulan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Jumlah Keterlambatan Pengiriman Tiap Minggu
IV-80
MINGGU KE-
KETERLAMBATAN PENGIRIMAN
KETERLAMBATAN PENGIRIMAN
SISTEM PERUSAHAAN
SISTEM USULAN
4 1 0 4 9
0 0 0 0 0
1 2 3 4 JUMLAH
Perbandingan keterlambatan pengiriman sistem perusahaan dan sistem usulan dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Perbandingan Jumlah Keterlambatan Pengiriman Sistem Perusahaan Dan Sistem Usulan JUMLAH KETERLAMBATAN PENGIRIMAN 4
4
4
3 JUMLAH 2
sistem perusahaan
1
1
sistem usulan
0
0 1
2
3
4
MINGGU KE-
Berdasarkan Gambar 5.1. diketahui bahwa sistem usulan memberikan hasil lebih baik karena tidak ada keterlambatan sedangkan dengan sistem perusahaan total jumlah keterlambatan ada sembilan pada bulan September 2007. Dengan demikian, sistem usulan mampu memberi perbaikan pada penentuan tanggal pengirimanan sehingga produk jadi dikirim tepat waktu dan tidak tertimbun di gudang penyimpanan lebih lama.
5.2. Analisis Keterlambatan Sistem usulan bertujuan mengurangi keterlambatan pengiriman sehingga menghindari keluhan pelanggan terhadap keterlambatan penerimaan order. Untuk mengukur kesesuaian antara jadwal pengiriman dengan deadline pengiriman yang diberikan diukur dengan menghitung tardiness atau keterlambatan. Tardiness dihitung dari tanggal deadline pengiriman
IV-81
dikurangi tanggal due date order. Tanggal due date pengiriman ialah tanggal produk paling lambat dikirim yaitu sehari sebelum tanggal deadline order pengiriman ke agen. Data jumlah tardiness dapat dilihat pada Tabel 5.6 sampai Tabel 5.9.
Tabel 5.6. Jumlah Tardiness Pengiriman Sistem Usulan Minggu Ke-1 DUE DATE
NO
TANGGAL PENGIRIMAN
ORDER
SISTEM USULAN
ORDER
TARDINESS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
3-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 4-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07
4-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 4-Sep-07 4-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 4-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 4-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07
-1 0 0 0 -1 0 0 0 -2 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0
Tabel 5.6. Jumlah Tardiness Pengiriman Sistem Usulan Minggu Ke-1 (Lanjutan) DUE DATE
NO
TANGGAL PENGIRIMAN
ORDER
SISTEM USULAN
ORDER
TARDINESS
27 28 29 30
6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07 6-Sep-07
7-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 6-Sep-07
-1 0
IV-82
-1 0
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
6-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07
8-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07 8-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07
-2 -1 0 -1 0 -1 -1 0 0 -1
Tabel 5.7. Jumlah Tardiness Pengiriman Sistem Usulan Minggu Ke-2 NO ORDER
TANGGAL PENGIRIMAN SISTEM USULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 13-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 12-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 13-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07
DUE DATE ORDER
10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 10-Sep-07 11-Sep-07 13-Sep-07 11-Sep-07 12-Sep-07 13-Sep-07 11-Sep-07 11-Sep-07 12-Sep-07 13-Sep-07 12-Sep-07 13-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 13-Sep-07
TARDINESS
0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1 -1 0 0 -1 0 0 -1 0 0 -1
Tabel 5.7. Jumlah Tardiness Pengiriman Sistem Usulan Minggu Ke-2 (Lanjutan) NO ORDER
TANGGAL PENGIRIMAN SISTEM USULAN
21 22 23 24 25 26 27
14-Sep-07 14-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07
DUE DATE ORDER
13-Sep-07 15-Sep-07 14-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 14-Sep-07 13-Sep-07
IV-83
TARDINESS
-1 -1 -1 0 0 -1 0
28 29 30 31 32 33 34 35 36
13-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 15-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07
13-Sep-07 14-Sep-07 13-Sep-07 15-Sep-07 14-Sep-07 15-Sep-07 15-Sep-07 15-Sep-07 14-Sep-07
0 0 -1 -1 0 0 -1 -1 0
Tabel 5.8. Jumlah Tardiness Pengiriman Sistem Usulan Minggu Ke-3 DUE DATE
NO
TANGGAL PENGIRIMAN
ORDER
SISTEM USULAN
ORDER
TARDINESS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07
17-Sep-07 17-Sep-07 17-Sep-07 19-Sep-07 17-Sep-07 18-Sep-07 18-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 18-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 19-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07 21-Sep-07 20-Sep-07
0 0 0 -2 0 -1 0 -1 -1 -1 -1 -1 0 -1 0 0 0 0 -1 0
Tabel 5.8. Jumlah Tardiness Pengiriman Sistem Usulan Minggu Ke-3 (Lanjutan) DUE DATE
NO
TANGGAL PENGIRIMAN
ORDER
SISTEM USULAN
ORDER
TARDINESS
21 22 23 24 25 26 27 28 29
19-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07
19-Sep-07 19-Sep-07 22-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07 20-Sep-07
0 0 -2 0 0 0 0 0 0
IV-84
30 31 32 33 34 35 36
20-Sep-07 22-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07 21-Sep-07
22-Sep-07 22-Sep-07 22-Sep-07 21-Sep-07 22-Sep-07 22-Sep-07 21-Sep-07
-2 0 -1 0 -1 -1 0
Tabel 5.9. Jumlah Tardiness Pengiriman Sistem Usulan Minggu Ke-4 NO
TANGGAL PENGIRIMAN
ORDER
SISTEM USULAN
DUE DATE ORDER
TARDINESS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
24-Sep-07 24-Sep-07 25-Sep-07 24-Sep-07 24-Sep-07 25-Sep-07 24-Sep-07 24-Sep-07 24-Sep-07 25-Sep-07 26-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 26-Sep-07 26-Sep-07 26-Sep-07 27-Sep-07
24-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 24-Sep-07 24-Sep-07 26-Sep-07 24-Sep-07 24-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 26-Sep-07 26-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 25-Sep-07 26-Sep-07 27-Sep-07 26-Sep-07 26-Sep-07 28-Sep-07
0 -1 0 0 0 -1 0 0 -1 0 0 -1 0 0 0 -1 -1 0 0 -1
Tabel 5.9. Jumlah Tardiness Pengiriman Sistem Usulan Minggu Ke-2 (Lanjutan) DUE DATE
NO
TANGGAL PENGIRIMAN
ORDER
SISTEM USULAN
ORDER
TARDINESS
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
26-Sep-07 27-Sep-07 27-Sep-07 29-Sep-07 27-Sep-07 28-Sep-07 27-Sep-07 27-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 29-Sep-07
26-Sep-07 27-Sep-07 28-Sep-07 29-Sep-07 27-Sep-07 29-Sep-07 27-Sep-07 27-Sep-07 28-Sep-07 29-Sep-07 29-Sep-07
0 0 -1 0 0 -1 0 0 0 -1 0
IV-85
32 33 34 35
28-Sep-07 28-Sep-07 28-Sep-07 29-Sep-07
29-Sep-07 29-Sep-07 28-Sep-07 29-Sep-07
-1 -1 0 0
Dari Tabel 5.6 sampai Tabel 5.9 diketahui bahwa maksimum keterlambatan Tmax = 0 yang menunjukkan tidak terjadi pengiriman yang melebihi due date dan terdapat nilai negative lateness yang menunjukkan bahwa kondisi pengiriman sistem usulan selesai lebih awal atau dikirim lebih awal dari due date.
5.3. Analisis Jadwal Pengiriman Tiap Order Analisis jadwal pengiriman tiap order bertujuan untuk mengetahui perbandingan rute dan tanggal pengiriman yang dioperasikan dengan sistem perusahaan dan sistem usulan. Dari jadwal pengiriman aktual dan jadwal pengiriman usulan dapat dilihat order mana saja yang dikirim dengan rute dan tanggal pengiriman yang sama antara sistem perusahaan dengan sistem usulan. Data disajikan pada tabel 5.10.
Tabel 5.10. Perbandingan Jadwal Pengiriman Sistem Perusahaan Dengan Sistem Usulan TANGGAL PENGIRIMAN NO ORDER 1 2 3 4 5 6 7
RUTE USULAN 3-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 4-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07 3-Sep-07
RUTE PENGIRIMAN
RUTE RUTE PERUSAHAAN USULAN A 3-Sep-07 C 3-Sep-07 A 3-Sep-07 AM 4-Sep-07 U 3-Sep-07 O 3-Sep-07 F 3-Sep-07
8
4-Sep-07
4-Sep-07
AJ
9
4-Sep-07
4-Sep-07
AJ
RUTE PERUSAHAAN KETERANGAN A jadwal sama C jadwal sama A jadwal sama AM jadwal sama U jadwal sama O jadwal sama F jadwal sama jadwal tidak AI sama jadwal tidak AI sama
IV-86
10 11
4-Sep-07
4-Sep-07
4-Sep-07
4-Sep-07
AM K
AM K
12 13
5-Sep-07
4-Sep-07
5-Sep-07
4-Sep-07
E AE
E C
14 15 16 17 18 19
5-Sep-07
5-Sep-07
6-Sep-07
BB K D D E V
R K D D E V
4-Sep-07
4-Sep-07
5-Sep-07
5-Sep-07
5-Sep-07
5-Sep-07
5-Sep-07
5-Sep-07
6-Sep-07
20
5-Sep-07
5-Sep-07
AE
B
21
6-Sep-07
6-Sep-07
BS
AC
22 23
5-Sep-07
7-Sep-07
6-Sep-07
6-Sep-07
AY I
O I
24
6-Sep-07
5-Sep-07
S
S
25
5-Sep-07
5-Sep-07
AY
P
26
6-Sep-07
7-Sep-07
C
AE
27
6-Sep-07
6-Sep-07
BS
Z
28
6-Sep-07
8-Sep-07
BF
T
29 30
6-Sep-07 6-Sep-07
6-Sep-07 6-Sep-07
BF L
V L
jadwal sama jadwal sama jadwal tidak sama jadwal sama jadwal tidak sama jadwal sama jadwal sama jadwal sama jadwal sama jadwal sama jadwal tidak sama jadwal tidak sama jadwal tidak sama jadwal sama jadwal tidak sama jadwal tidak sama jadwal tidak sama jadwal tidak sama jadwal tidak sama jadwal tidak sama jadwal sama
Tabel 5.6. Perbandingan Jadwal Pengiriman Sistem Perusahaan Dengan Sistem Usulan (Lanjutan) TANGGAL PENGIRIMAN RUTE USULAN
RUTE PENGIRIMAN
NO ORDER 31 32
RUTE RUTE PERUSAHAAN USULAN I 6-Sep-07 L 6-Sep-07
6-Sep-07 6-Sep-07
33 34 35 36
7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07
7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07
B AL E AL
37 38 39
7-Sep-07 7-Sep-07 7-Sep-07
8-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07
M AV AV
RUTE PERUSAHAAN KETERANGAN I jadwal sama L jadwal sama jadwal tidak AE sama AL jadwal sama E jadwal sama AL jadwal sama jadwal tidak M sama O jadwal sama N jadwal tidak
IV-87
40
7-Sep-07
E
7-Sep-07
sama jadwal sama
E
Dari tabel 5.10 dapat dihitung jumlah jadwal pengiriman yang sama antara sistem perusahaan dan sistem usulan sejumlah 22 order dari total 40 order yang harus dikirim.
5.4. Analisis Frekuensi Pengiriman Jumlah rute yang dioperasikan sama dengan jumlah pengiriman yang dilakukan, akan berpengaruh pada total tarif transportasi. Karena tarif transportasi selain dipengaruhi oleh biaya variable yaitu jumlah BBM yang diperlukan juga dipengaruhi oleh biaya-biaya tetap per pendistribusian seperti uang makan, biaya perawatan dan biaya depresiasi armada. Sehingga semakin banyak pengiriman yang dilakukan maka semakin banyak pula biaya yang harus dikeluarkan. Bagian ekspedisi mempunyai 11 rute umum yang biasa dilalui. Dari rute tersebut dicari rute pengiriman dari Solo ke masing-masing kota agen yaitu sebanyak 29 alternatif rute dan ruterute konsolidasi dengan ketentuan dalam satu rute maksimal terdiri dari tiga kota tujuan dan antar kota tujuan berjarak tidak lebih dari 50 Km diperoleh alternatif 43 rute sehingga dari pengolahan data diperoleh total 72 alternatif rute yang bisa dipilih. Rute yang dioperasikan oleh PT.XYZ pada bulan September 2007 dan rute hasil running Solver disajikan pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Rekapitulasi Rute Yang Dioperasikan PT.XYZ dan Rute Usulan September 2007
MINGGU KE-2
MINGGU KE-1
TANGGAL PENGIRIMAN
KODE RUTE PERUSAHAAN
KODE RUTE USULAN
3-Sep-07
A,C,U,O,F
A,C,U,O,F
4-Sep-07
AM,AI,C,K,E
AM,AJ,K
5-Sep-07
E,D,R,S,P,B
6-Sep-07
V,I,L,AC,Z
7-Sep-07
O,AE,AL,E
8-Sep-07
M,N,T
E,AE,BB,D,AY V,BF,BS,I,S,C,L B,AL,E,M,AV Y,J,C,U,T D,I,A,O,G,F BI,AQ,AL AT,AB,AJ,J,S,R BP,BT,D,Q,V,M
10-Sep-07
Y,J,I,AG,U,T
11-Sep-07
D,A,O,G,F,BI
12-Sep-07
AT,AL,L,K
13-Sep-07
Z,J,AJ,R,AB
14-Sep-07
BS,D,V,S
IV-88
MINGGU KE-3 MINGGU KE-4
15-Sep-07
AA,Q,P,O
17-Sep-07
N,F,U,Z,AE
18-Sep-07
O,D,AJ,C
19-Sep-07
AW,AA,M,S,BS,G
20-Sep-07
T,A,L,I,AM,V
21-Sep-07
B,BC,O
22-Sep-07
D,J
24-Sep-07
Y,J,G,O,V,D
25-Sep-07
AP,I,W,U,F
26-Sep-07
AG,AY,S
27-Sep-07
BS,E,T,H
28-Sep-07
BS,AY,AA,R,BC
29-Sep-07
I,X,H
BA U,Z,AE,F,H AV,P,C,AK M,A,AA,G O,BS,V,A,I,T,L AM,BC,J,B,O D AI,Y,F,O,V,J AG,AP,I,S,W,U I,AU,X,D BS,E,T,H BN,D,BC Q,BB
Berdasarkan data aktual bulan September 2007 dan hasil pengolahan data pada bab IV diperoleh rekapitulasi frekuensi pengiriman pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Frekuensi Pengiriman Sistem Perusahaan Dengan Sistem Usulan minggu keminggu ke-1 minggu ke-2 minggu ke-3 minggu ke-4
Sistem perusahaan 28 30 26 27
Sistem usulan 25 27 26 25
Perbandingan frekuensi pengiriman sistem perusahaan dengan sistem usulan dapat dilihat pada Gambar 5.2. Gambar 5.2. Perbandingan Frekuensi Pengiriman Sistem Perusahaan dan Sistem Usulan
IV-89
jumlah pengiriman
pe rbandingan fre kue nsi pe ngiriman siste m pe rusahaan dan siste m usulan 30 29 28 27 26 25 24 23 22
30 28 27
27 2626
25
25
Sistem perus ahaan Sistem us ulan
1
2
3
4
minggu ke-
Dari Gambar 5.2 diketahui bahwa frekuensi pengiriman dengan sistem perusahaan lebih tinggi dibanding dengan frekuensi pengiriman dengan sistem usulan dengan selisih frekuensi delapan pengiriman. Dengan demikian, sistem usulan mampu mengoptimalkan frekuensi pengiriman dari semua order sehingga dapat mengurangi total biaya distribusi. 5.5. Analisis Utilitas Penggunaan Kapasitas Armada Berdasarkan rute yang dioperasikan dapat dihitung pula perbandingan utilitas penggunaan kapasitas armada sistem perusahaan dan sistem usulan. Utilitas dihitung dengan membandingkan jumlah muatan yang diangkut dengan kapasitas maksimal tiap armada pengiriman yaitu 3500 boks. Tabel 5.13. menunjukkan jumlah muatan dan persentase utilitas penggunaan kapasitas armada antara sistem yang digunakan perusahaan dengan sistem usulan. Tabel 5.13. Persentase Rata-rata Utilitas Penggunaan Kapasitas Armada Minggu ke-1 jumlah muatan yang dikirim per
persentase utilitas terhadap
armada (boks)
kapasitas maksimal (%)
Sistem perusahaan
Sistem Sistem usulan
perusahaan
Sistem usulan
2790
2790
79.71
79.71
2000
2000
57.14
57.14
1000
1000
28.57
28.57
2845
2845
81.29
81.29
1224
1224
34.97
34.97
2992
2992
85.49
85.49
3042
3042
86.91
86.91
1200
3034
34.29
86.69
IV-90
3034
3112
86.69
88.91
2932
2210
83.77
63.14
1620
1620
46.29
46.29
3224
3224
92.11
92.11
1620
3324
46.29
94.97
3000
1500
85.71
42.86
3000
2924
85.71
83.54
1010
2641
28.86
75.46
2912
2361
83.20
67.46
2361
3000
67.46
85.71
2925
1232
83.57
35.20
1141
2925
32.60
83.57
1500
1300
42.86
37.14
2929
2848
83.69
81.37
2532
2548
72.34
72.80
2848
2848
81.37
81.37
2548
3105
72.80
88.71
2848
-
81.37
-
1500
-
42.86
-
1512
-
43.20
-
rata-rata utilitas
65.40
70.46
Tabel 5.14. Persentase Rata-rata Utilitas Penggunaan Kapasitas Armada Minggu ke-2 jumlah muatan yang dikirim per armada (boks) Sistem perusahaan Sistem usulan 1530 1530
persentase utilitas terhadap kapasitas maksimal (%) Sistem perusahaan Sistem usulan 43.71 43.71
1750
1750
50.00
50.00
1760
1620
50.29
46.29
3020
2480
86.29
70.86
2480
1500
70.86
42.86
1500
3500
42.86
100.00
2115
1760
60.43
50.29
1430
1430
40.86
40.86
2250
2250
64.29
64.29
IV-91
1870
1870
53.43
53.43
2115
2115
60.43
60.43
3450
3450
98.57
98.57
2720
2415
77.71
69.00
2497
2497
71.34
71.34
2415
2720
69.00
77.71
1365
2015
39.00
57.57
2312
3485
66.06
99.57
2342
2342
66.91
66.91
3485
1920
99.57
54.86
2010
2010
57.43
57.43
2015
3427
57.57
97.91
3380
3380
96.57
96.57
2100
2100
60.00
60.00
2000
2105
57.14
60.14
1920
2000
54.86
57.14
1890
1890
54.00
54.00
1115
1430
31.86
40.86
2105
-
60.14
-
1430
-
40.86
-
1870
-
53.43
-
62.21
65.96
rata-rata utilitas
Tabel 5.15. Persentase Rata-rata Utilitas Penggunaan Kapasitas Armada Minggu ke-3
jumlah muatan yang dikirim per armada (boks) Sistem
persentase utilitas terhadap kapasitas maksimal (%)
perusahaan
Sistem usulan
Sistem perusahaan
Sistem usulan
1870
1500
53.43
42.86
1760
1470
50.29
42.00
1500
2920
42.86
83.43
1470
1760
42.00
50.29
3310
1730
94.57
49.43
3130
3270
89.43
93.43
IV-92
2350
1230
67.14
35.14
3070
3270
87.71
93.43
3210
3070
91.71
87.71
3480
2350
99.43
67.14
2430
1540
69.43
44.00
2000
2430
57.14
69.43
1540
1730
44.00
49.43
3055
2250
87.29
64.29
1730
3055
49.43
87.29
2250
1650
64.29
47.14
3290
3290
94.00
94.00
3500
2000
100.00
57.14
2000
2250
57.14
64.29
2830
3500
80.86
100.00
1650
2830
47.14
80.86
2850
3382
81.43
96.63
3382
1680
96.63
48.00
1940
2850
55.43
81.43
1470
1940
42.00
55.43
1680
1470
48.00
42.00
68.95
66.39
rata-rata utilitas
Tabel 5.16. Persentase Rata-rata Utilitas Penggunaan Kapasitas Armada Minggu ke-4
jumlah muatan yang dikirim per armada (boks) Sistem perusahaan Sistem usulan 2980 2500
persentase utilitas terhadap kapasitas maksimal (%) Sistem perusahaan Sistem usulan 85.14 71.43
2800
2980
80.00
85.14
3500
1780
100.00
50.86
1950
1950
55.71
55.71
2300
2300
65.71
65.71
2000
2800
57.14
80.00
2950
3370
84.29
96.29
IV-93
2500
2950
71.43
84.29
2450
2500
70.00
71.43
2750
1940
78.57
55.43
1780
2450
50.86
70.00
3140
2750
89.71
78.57
3150
1870
90.00
53.43
1940
3150
55.43
90.00
2470
1580
70.57
45.14
2340
1770
66.86
50.57
2650
3480
75.71
99.43
1600
2340
45.71
66.86
2020
2650
57.71
75.71
2680
1100
76.57
31.43
1010
2020
28.86
57.71
2350
1600
67.14
45.71
3120
3180
89.14
90.86
1840
2680
52.57
76.57
1870
2350
53.43
67.14
1580
-
45.14
-
1100
-
31.43
-
rata-rata utilitas
66.48
68.62
Rata-rata persentase utilitas penggunaan kapasitas dapat dilihat pada Gambar 5.3. berikut. Gambar 5.3. Perbandingan Rata- rata Persentase Utilitas Penggunaan Kapasitas Armada Sistem Perusahaan Dengan Sistem Usulan
66.00
62.2
64.00 62.00
64.54
68.62
68.00
66.5
69.0
70.00
66.39
70.46
72.00
65.4
rata-rata utilitas (%)
persentase utilitas penggunaan kapasitas armada
Sistem perusahaan Sistem usulan
60.00 58.00 1
2
3
4
minggu ke-
IV-94
Dari Gambar 5.3. dapat dilihat persentase utilitas penggunaan armada dengan sistem usulan lebih tinggi pada minggu ke-1, minggu ke-2 dan minggu ke-4 dan pada minggu ke-3 persentase utilitas dengan sistem perusahaan lebih tinggi. Sedangkan dari keseluruhan jumlah selisih rata-rata persentase utilitas antara sistem usulan dan sistem perusahaan adalah ( 70.46+65.96+66.39+68.62)% - (65.4+ 62.21+68.95+66.48)%
=
8.39%. Sistem usulan
memberikan rata-rata utilitas lebih tinggi sebesar 8,39%.
5.6. Analisis Penggunaan Armada Dari jumlah rute yang dioperasikan tiap hari dapat diketahui berapa jumlah armada yang beroperasi tiap hari. Armada yang disediakan oleh perusahaan ialah sejumlah delapan truk setiap hari yang dapat digunakan untuk distribusi produk ke area Jawa Barat. Berdasarkan data aktual pengirman yang dilakukan PT. XYZ dengan hasil running solver diperoleh jumlah armada yang diperlukan setiap hari pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Jumlah Armada yang Beroperasi Tiap Hari Antara Sistem Perusahaan dan Sistem Usulan
minggu ke-
minggu ke-1
minggu ke-2
minggu ke-3
tanggal pengiriman 3-Sep-07 4-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07 10-Sep-07 11-Sep-07 12-Sep-07 13-Sep-07 14-Sep-07 15-Sep-07 17-Sep-07 18-Sep-07 19-Sep-07 20-Sep-07
jumlah armada sistem perusahaan sistem usulan 5 5 5 3 6 6 5 7 4 5 3 6 5 5 6 5 4 5 6 5 6 4 1 5 5 4 3 6 4 6 7
IV-95
minggu ke-4
21-Sep-07 22-Sep-07 24-Sep-07 25-Sep-07 26-Sep-07 27-Sep-07 28-Sep-07 29-Sep-07
3 2 6 5 3 4 6 3
3 3 6 6 4 4 3 3
Jumlah armada yang beroperasi setiap hari sudah memenuhi batasan karena jumlah truk yang beroperasi tidak ada yang melebihi batasan yang ditentukan perusahaan yaitu 8 truk yang tersedia setiap hari. Pada sistem perusahaan jumlah armada paling banyak yang dioperasikan dalam satu hari adalah 6 armada dan pada sistem usulan armada yang digunakan paling banyak 7 armada sehingga sumber daya armada yang digunakan pada sistem usulan lebih banyak daripada sistem perusahaan. Untuk menganalisis hal tersebut dicoba merubah batasan jumlah armada yang digunakan per hari dari semula 8 armada menjadi 6 armada pada minggu ke-3. Dipilih minggu ke-3 karena pada tanggal 20 September minggu ke-3 pada sistem usulan menggunakan 7 armada sedangkan pada sistem perusahaan menggunakan 6 armada. Hasil running Solver dengan perubahan batasan tersebut diperoleh hasil feasible dengan total biaya minggu ke-3 sebesar Rp. 26.853.000,00 sedangkan hasil running dengan batasan awal yaitu 8 armada sebesar Rp. 25.718.000,00. Dapat dilihat bahwa terdapat selisih biaya yang lebih banyak jika menggunakan batasan dengan 6 armada. Bila dibandingkan dengan dan biaya perusahaan yaitu sebesar Rp. 28.246.000,00. selisih biaya yang dihasilkan oleh sistem perusahaan yang menggunakan 6 armada dan sistem usulan menggunakan 7 armada sebesar Rp.2.528.000,00. Sehingga dapat disimpulkan walaupun pada sistem usulan menggunakan armada yang lebih banyak daripada sistem perusahaan tetapi biaya yang dikeluarkan menggunakan sistem usulan lebih rendah dan produk dikirim tidak melebihi deadline order yang telah ditentukan.
5.7. Analisis Perbandingan Biaya Perbandingan biaya dilakukan dengan menggunakan data pengiriman produk jadi dari gudang perusahaan ke agen distributor selama bulan September 2007. pemilihan bulan
IV-96
September sebagai data karena pada bulan tersebut terdapat banyak keluhan keterlambatan dari agen sehingga dianggap mewakili keadaan terjadinya penumpukan produk jadi di gudang. Berdasarkan data bulan September 2007 diperoleh rekapitulasi data aktual biaya transportasi yang dikeluarkan PT.XYZ pada Tabel 5.13. berikut Tabel 5.18. Rekapitulasi Data Aktual Biaya Transportasi Minggu ke-
Total Biaya
1
Rp. 29.772.000,00
2
Rp. 32.980.000,00
3
Rp. 28.246.000,00
4
Rp. 28.641.000,00
Total
Rp. 119.639.000,00
Berdasarkan rekapitulasi pada Tabel 5.7. perbandingan total biaya yang dikeluarkan PT.XYZ bulan September 2007 dengan sistem usulan dapat dilihat pada Tabel 5.14. berikut Tabel 5.19. Total Biaya Sistem Perusahaan Dengan Sistem Usulan Minggu ke-
Biaya Sistem Perusahaan
Biaya Sistem Usulan
1
Rp. 29.772.000,00
Rp. 27.792.000,00
2
Rp. 32.980.000,00
Rp. 29.495.000,00
3
Rp. 28.246.000,00
Rp. 28.181.000,00
4
Rp. 28.641.000,00
Rp. 26.441.000,00
Total
Rp. 119.639.000,00
Rp. 111.909.000,00
Berdasar hasil perhitungan total biaya transportasi yang dikeluarkan PT.XYZ dengan sistem perusahaan adalah sebesar Rp. 119.639.000,00 sedangkan berdasar sistem usulan dengan model binary integer programming total biaya transportasi sebesar Rp. 111.909.000,00. Berikut gambar perbandingan biaya transportasi dari sistem perusahaan dengan sistem usulan.
Gambar 5.4. Perbandingan Biaya Transportasi Sistem Perusahaan Dengan Sistem Usulan
IV-97
26441000.00
28641000.00
29495000.00
32980000.00
25718000.00
25000000.00
28246000.00
Biaya (Rp)
30000000.00
27792000.00
35000000.00
29772000.00
Total Biaya Transportasi
20000000.00 15000000.00 10000000.00 5000000.00 0.00 1
2
3
4
minggu keBiaya Sistem Perusahaan
Biaya Sistem Usulan
Dari hasil tersebut didapat penghematan total biaya dengan menerapkan sistem usulan menggunakan model binary integer programming dan dengan sistem perusahaan sebesar Rp. 119.639.000,00 - Rp. 111.909.000,00 = Rp.7.730.000,00 (6,46 %). Dari perhitungan tersebut terbukti bahwa dengan sistem usulan menggunakan model binary integer programming perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp.7.730.000,00 atau 6,46 %.
5.8. Analisis Penerapan Model Dari hasil analisis terhadap keterlambatan pengiriman, frekuensi pengiriman, utilitas penggunaan armada, jumlah armada, total biaya yang dihasilkan menggunakan model binary integer programming dan perbandingan dengan system yang berjalan di perusahaan maka sistem usulan menggunakan model binary integer programming layak diterapkan pada perusahaan karena terbukti bahwa sistem tersebut mampu memberikan penghematan biaya pengiriman produk jadi atas sistem perusahaan yang berjalan saat ini. Sistem usulan mampu memperbaiki kelemahan-kelemahan pada sistem perusahaan, yaitu perbaikan pada metode penetapan tanggal pengiriman sehingga dapat mengurangi biaya penyimpanan produk dan mengurangi keluhan keterlambatan pengiriman serta perbaikan penentuan rute yang dioperasikan sehingga frekuensi pengiriman dan utilitas armada pengiriman lebih optimal. Dengan perbaikan tersebut perusahaan dapat melakukan penghematan total biaya pengiriman terutama untuk area Jawa Barat. Untuk menerapkan sistem usulan, perusahaan dapat melakukan hal berikut:
IV-98
1. Perencanaan pengiriman dilakukan di awal periode. Untuk menentukan tanggal pengiriman dilakukan dengan mempertimbangkan data order release dari bagian produksi dan data deadline order dari bagian penjualan sehingga diperlukan sistem informasi yang baik antar bagian. 2. Dalam menentukan rute konsolidasi antar kota dipilih dari alternatif rute yang telah dicari dalam penelitian. Karena bagi karyawan yang kurang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan mengenai jalur rute yang dilalui oleh ekspedisi akan membantu untuk mengkonsolidasi order yang dikirim dalam satu rute. 3. Untuk mempermudah mengaplikasikan sistem usulan dapat dibuat interface yang mudah dipahami oleh pembuat jadwal sehingga jika terdapat perubahan order lebih mudah untuk mencari solusinya.
IV-99
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan sesuai dengan tujuan penelitian di PT. XYZ adalah sebagai berikut : 1. Hasil penjadwalan pengiriman produk jadi dengan menggunakan model binary integer programming periode bulan September 2007 adalah tercipta jadwal pengiriman produk jadi per minggu yang disajikan pada tabel 4.14 sampai tabel 4.17. 2. Total biaya pengiriman produk jadi yang dikeluarkan oleh PT.XYZ periode September 2007 sebesar Rp. 119.639.000,00 sedangkan menggunakan rute usulan dengan model binary integer programming diperoleh total biaya pengiriman sebesar Rp. 111.909.000,00 sehingga diperoleh selisih sebesar Rp.7.730.000,00 atau 6,46 %. 3. Biaya pengiriman yang dilakukan oleh PT. XYZ dapat diminimalkan dengan merubah jadwal pengiriman yang berakibat pada perubahan rute, tanggal pengiriman, dan order yang diangkut tiap armada. 4. Model penentuan jadwal pengiriman mempunyai fungsi tujuan meminimasi tarif transportasi dan biaya penambahan tujuan per titik distribusi. Fungsi pembatas yang digunakan ialah batasan jumlah pengiriman tiap order, batasan keputusan biaya penambahan tujuan, batasan kapasitas armada, jumlah armada yang tersedia setiap hari dan batasan variabel keputusan biner. 5. Rute usulan yang dihasilkan telah berhasil memasukkan pertimbangan terhadap jumlah armada, kapasitas armada dan tanggal deadline order pengiriman, terbukti total permintaan setiap
rute tidak melebihi jumlah armada yang disediakan tiap hari maupun melebihi
kapasitas armada dan tidak ada order yang dikirim melebihi tanggal deadline pengiriman.
6.2 SARAN
IV-100
Berdasarkan penelitian ini, saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian selanjutnya adalah : 1. PT. XYZ dapat menerapkan model perencanaan penjadwalan pengiriman produk jadi menggunakan model binary integer programming dengan memperbaiki sistem informasi perusahaan yang terintegrasi karena untuk menerapkan sistem usulan perlu adanya koordinasi antar manajemen. Penerapan perencanaan penjadwalan pengiriman produk jadi dengan menggunakan model binary integer programming membutuhkan berbagai informasi yang dimiliki masing-masing bagian. Misalnya informasi mengenai tanggal order release dari bagian produksi, data permintaan dan data deadline order dari bagian penjualan, serta data tarif dan informasi agen dari bagian ekspedisi. 2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menyusun penugasan armada agar aktivitas transportasi lebih efisien sehingga pemeliharaan alat angkut dan istirahat crew transportasi terpenuhi. 3. Untuk mengurangi kerumitan perhitungan, maka diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai program yang akan membantu proses perhitungan dan menampilkan hasilnya lebih cepat dan mudah dipahami.
IV-101
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2005. Prinsip-Prinsip Riset Operasi. Jakarta: Erlangga. Arifin, Johar. 2007. Aplikasi Komputindo.
Excel Dalam Solver Bisnis Terapan. Jakarta: Elex Media
Ballou, Ronald, H. 1998. Bussiness Logistics Management. New Jersey: Prentice-Hall International Edition. Bowersox, Donald J. 1995. Manajemen Logistik Jilid 1. Jakarta : Bumi Aksara. Chopra, Sunil., and Peter Meindl. 2004. Supply Chain Management: Strategy, Planning and Operation. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Gaspersz, Vincent. 2000. Production and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lieberman, Gerald J., and Frederick S. Hillier. 1994.Pengantar Riset Operasi Ed. 5. Terjemahan: Ellen Gunawan dan Ardi Wirda Mulia. Jakarta: Erlangga. Parkes,C.,David.(2008). Solving Integer http://www.eecs.harvard.edu [Juli 2009].
Programming
[Online].
Tersedia
di:
Simatupang, Togar, M. 1995. Pemodelan Sistem. Klaten: Nindita. Simchi-Levi, D., and P. Kaminsky. 2003. Designing & Managing the Supply Chain. Boston: McGraw-Hill. Yilmaz, Pinar. (2004). Strategic Level Three-Stage Production Distribution Planning With Capacity Expansion. Sabanci University, Faculty Of Engineering And Natural Science, Tuzla, Istanbul, Turkey [Online]. Tersedia di: http://www.elsevier.com/locate/dsw [Juli 2009]. www.wikimapia.org
IV-102