Jurnal Pena Edukasi, Vol. 3 No. 6, Nopember 2016
ISSN 2407-0769
PENINGKATAN PENGUASAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING BAGI GURU MATEMATIKA MELALUI PERAN PENDAMPINGAN PENGAWAS Kriston Tindaon Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan, kota Tebing Tinggi
Abstract: The study was conducted watchdog against teachers built on three Vocational High School in Tebing Tinggi. Research the kind of action the school is composed of two cycles for three months. The instruments used were observation, interview and test description. Survey respondents as many as 20 teachers in Mathematics. The aim of research to find out through the supervisory role of mentoring master the learning model Contextual Teaching and Learning (CTL). Supervisory assistance strategies through modeling, simulator fellow teacher alternately. Initial tests the ability of teachers to master the learning model is low with an average value of 30, after mentoring the average increased to 50 in the first cycle, then the second cycle of the average value increased to 80. The completeness of knowledge of teachers at the end of the second cycle with the test description 10 items up to 90% where there are 18 people out of 20 participants in the group to reach a value > 70. Keywords: contextual teaching and learning, math teacher, mentoring
Abstrak: Penelitian dilakukan pengawas terhadap guru-guru binaan pada tiga Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Tebing Tinggi. Penelitian bentuk tindakan sekolah yang terdiri dari dua siklus selama tiga bulan. Instrumen yang digunakan adalah observasi, wawancara dan tes uraian. Responden penelitian sebanyak 20 orang guru mata pelajaran Matematika. Tujuan penelitian untuk mengetahui melalui peran pengawas melakukan pendampingan menguasai model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Strategi pendampingan pengawas melalui modeling, simulator sesama guru secara bergantian. Tes awal kemampuan guru menguasai model pembelajaran tergolong rendah dengan nilai rata-rata 30, setelah pendampingan rata-rata meningkat menjadi 50 pada siklus I, kemudian pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 80. Ketuntasan pengetahuan guru pada akhir siklus II dengan test uraian 10 item mencapai 90% dimana terdapat 18 orang dari 20 orang peserta dalam kelompok mencapai nilai > 70. Kata kunci: contextual teaching and learning, guru matematika, pendampingan
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dicapai melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan
kualitas pengelolaan. Salah satu hal penting dalam peningkatan kualitas pendidikan tidak lain adalah melalui
Jurnal Pena Edukasi, Vol. 3 No. 6, Nopember 2016
proses pembelajaran yang efektif. Proses pembelajaran adalah merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara guru dan siswa. Proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila siswa menguasai materi tersebut, bukan sebatas ingatan saja tanpa pengertian, akan tetapi pelajaran yang diberikan oleh guru dapat diserap oleh siswa. Siswa memahami materi pelajaran dan dapat diserap secara bermakna. Agar terjadi pembelajaran yang efektif, hendaklah guru memilih strategi yang mampu mengoptimalkan interaksi siswa, mengakibatkan siswa terlibat secara aktif. Pembelajaran yang baik adalah suatu proses belajar mengajar dimana kegiatan tersebut berpusat pada siswa. Belajar menjadi bermakna jika siswa mengalami apa yang mereka pelajari, dimana siswa dibekali agar mampu memecahkan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan nyata. Guru mempunyai tanggung jawab besar dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu guru sebagai ujung tombak pengembang diharapkan mampu mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efesien agar tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Walaupun dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru sudah berupaya menyampaikan materi dengan rinci dan jelas, dimana guru telah berusaha dengan maksimal, namun kenyataannya hasil belajar para siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, khususnya pada pelajaran matematika. Memperhatikan hal ini peran pengawas dalam tugas supervisi akademik diharapkan mampu membantu guru melalui pendampingan dan
ISSN 2407-0769
untuk menerapkan berbagai ragam model pembelajaran untuk dipakai guru dalam menyajikan pembelajaran salah satu di antaranya adalah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan model pembelajaran pada satuan Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Tebing Tinggi masih tergolong rendah. Pada umumnya guru mengajar memakai metode ceramah dan penugasan. Kebiasaan guru pada kenyataannya masih dalam pola yang berpusat pada guru, guru sangat dominan selama kegiatan berlangsung di dalam kelas, pada hal yang diharapkan adalah pembelajaran berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator. Banyak usaha kreatif yang dapat dilakukan untuk peningkatan penguasaan/pemahaman siswa, yaitu dengan menggunakan pendekatan dan metode yang tepat, serta media dan alat pembelajaran yang menarik dan dengan menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran. Masih adanya kendala yang dihadapi oleh guru sehingga belum mampu mengoptimalkan sumber dan media pembelajaran untuk membantu kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Pada penelitian ini peneliti merancang usaha meningkatkan keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning). Pembelajaran kontekstual merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dapat membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
Jurnal Pena Edukasi, Vol. 3 No. 6, Nopember 2016
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
METODE Penelitian ini berlokasi di lingkungan sekolah binaan pengawas pada tiga SMK Kota Tebing Tinggi yaitu, SMK Negeri 1 Tebing Tinggi, SMK Negeri 2 tebing Tinggi, dan SMK Negeri 4 Tebing tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sd. September 2014, kegiatan penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah 20 orang guru mata pelajaran Matematika pada tiga SMK di Kota Tebing Tinggi, yaitu, SMK Negeri 1 Tebing Tinggi, SMK Negeri 2 Tebing Tinggi, dan SMK Negeri 4 Tebing Tinggi. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam bentuk kolaborasi antara pengawas dengan guru matematika. Dalam hal ini sebelum pengawas tampil di depan guru untuk mengajar (act), terlebih dahulu pengawas melihat penampilan guru dalam mengajar. Sebelum memasuki siklus I, peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi masalah pembelajaran melalui modeling di kelompok pendampingan. Masalah yang ditemui yaitu: (1) rendahnya penguasaan guru memahami model belajar CTL (2) kurangnya kreativitas guru mengaktifkan anggota kelompok guru, (3) keaktifan guru mengajar dengan simulasi lebih mengaktifkan dirinya. Sesuai dengan pelaksanaan penelitian, yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan lembar pengamatan
ISSN 2407-0769
pelaksanaan pembelajaran kontekstual, lembar catatan lapangan. Untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pelaksanaan karakteristik pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan oleh guru dalam tindakan, maka pengawas mempersiapkan lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran kontekstual serta lembar catatan lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengawas terlebih dahulu mengidentifikasi masalah yang ada pada guru binaan. Selanjutnya berkoordinasi dengan kepala sekolah tentang unjuk kerja guru mengajar di sekolah binaan sekaligus untuk mengkoordinasikan beberapa hasil indentifikasi penelitian. Dari hasil identifikasi pengawas pada satuan SMK di Kota Tebing Tinggi, maka permasalahan yang akan diatasi adalah rendahnya hasil pembelajaran Matematika dalam pencapaian KKM. Untuk meningkatkan hasil pada masa mendatang pengawas menggagas model pembelajaran kontekstual berbasis karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL). Pengawas mengumpulkan 20 orang guru Matematika dari 3 SMK Kota Tebing Tinggi. Pada pertemuan awal peserta diberikan pretes sebelum diberikan pendampingan untuk mengetahui kemampuan awal. Hasil pretes peserta, diperoleh simpulan bahwa keadaan tergolong kurang dalam penguasaan model belajar CTL. Kesulitan-kesulitan guru tersebut dapat dilihat dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan peserta. Dari hasil pra siklus menun-
Jurnal Pena Edukasi, Vol. 3 No. 6, Nopember 2016
ISSN 2407-0769
jukkan bahwa dari 10 soal yang diujikan kepada 20 guru, ternyata keseluruhannya masih belum berhasil. Selain memberikan tes awal memberikan pertanyaan mengenai kebiasaa guru mengajar di sekolah. Hasil jawaban guru pada tes awal dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, menunjukkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam menguasai model pembelajaran CTL dan penerapannya, diantaranya: (1) Guru belum mengetahui berbagai macam model pembelajaran yang berkembang saat ini seperti CTL, (2) Guru belum memahami pentingnya penguasaan model pembelajaran, (3) Guru belum mampu menerapkan model CTL. Rata-rata kemampuan guru masih berada di bawah 70% yaitu rata-rata sebesar 30,00 dan secara perorangan hanya ada 1 orang yang sudah mencapai keberhasilan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kemampuan awal peserta masih rendah dalam penguasaan pelaksanaan model pembelajaran CTL.
1. Menyampaikan alasan dan tujuan pendampingan, menanyakan model pembelajaran, dan kesulitan yang dihadapi dan memberikan bimbingan. 2. Pengawas menampilkan pola pembelajaran sebagai model yang perlu dicermati oleh peserta pendampingan. 3. Peserta melihat bagaimana membuka pelajaran. 4. Peserta melihat pengorganisasian kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan pengawas. 5. Sebagai pembuka, pengawas memberikan pertanyaan untuk menimbulkan ingatan peserta (guru) terhadap suasana kelas. 6. Pengawas membagi peserta menjadi 4 kelompok dengan jumlah 5 orang per kelompok untuk membahas materi binaan pengawas. 7. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman masing-masing peserta melakukan simulasi dan mengerjakan tugas kelompok.
Siklus I Perencanan Pada tahap ini pengawas menyusun rencana pedampingan dengan strategi pembelajaran menggunakan CTL, menyiapkan media pembelajaran, target yang akan dicapai, rencana supervisi terhadap guru, perangkat lembar jawaban, lembar catatan pelaksanaan
Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh sesama guru ketika teman lainnya berperan sebagai simulator, tujuannya adalah, untuk melihat penerapan yang telah dirancang. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I disimpulkan guru belum optimal menguasai penerapan model pembelajaran CTL.
Tindakan Kegiatan dilaksanakan sesuai program dan pada kegiatan ini penerapan pembelajaran kotekstual melalui simulasi, diperankan sesama peserta. Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Refleksi Pengawas dan guru berkumpul untuk merefleksi tindakan yang telah dilaksanakan. Dari hasil refleksi, dapat disimpulkan ada 7 karakteristik pembelajaran kontekstual yang kurang optimal diterapkan dalam tindakan, antara lain yaitu pada point 2 (materi
Jurnal Pena Edukasi, Vol. 3 No. 6, Nopember 2016
pelajaran yang diajarkan belum terlihat menunjang terhadap kehidupan peserta), point 3 (peserta terbebani dengan simulasi), point 6 (peserta belum menggunakan berbagai sumber belajar yang ada), point 7 (peserta kurang aktif), point 8 (peserta engan tukar pikiran), point 9 (dalam proses pembelajaran peserta belum terlihat kritis dalam belajar), point 10 (belum timbul niat). Dari hasil refleksi, maka dapat dianalisis bahwa belum menguasai penerapan CTL. Dalam hal ini maka dapat diprediksikan ke depan tentang penerapan pembelajaran kontrekstual yang optimal yaitu dengan cara (1) mengaitkan materi ajar dengan tugas pokok, (2) dalam KBM diupayakan menggunakan berbagai macam sumber belajar antara lain temannya sendiri, dan media lainnya. Berdasarkan hasil siklus I terdapat 11 orang peserta (55%) yang belum berhasil dalam menguasai CTL yaitu memiliki tingkat keberhasilan di bawah 70 dan sebanyak 9 orang peserta (45%) yang telah mencapai standar keberhasilan atau rata-rata kelompok sebesar 65,50. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kemampuan peserta dalam memahami penguasaan CTL berdasarkan tingkat keberhasilan secara keseluruhan masih tergolong belum berhasil yaitu yang hanya mencapai hasil standar adalah 45 %. Dari 10 soal yang diujikan kepada 20 peserta ternyata masih 5 soal (50%) yang dapat diselesaikan dengan baik (> 70% peserta menjawab dengan benar), sedangkan 50 % lagi tidak dapat diselesaikan dengan baik (belum berhasil) yaitu soal nomor 2, 3, 7, 8, dan 9. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tingkat ketercapaian
ISSN 2407-0769
hasil evaluasi kemampuan pada siklus I secara keseluruhan masih tergolong belum berhasil. Dari tes yang diberikan ternyata 5 soal yang dapat diselesaikan dengan baik, sementara soal lainnya tidak dapat diselesaikan dengan baik. Siklus II Dari hasil refleksi, evaluasi dan analisis data pada siklus I, masalah yang perlu diperbaiki adalah tentang hasil evaluasi belum mencapai standar patokan minimal dalam ketuntasan, karakteristik pembelajaran kontekstual yang kurang optimal dalam tindakan, antara lain yaitu pada materi sajian yang dipaparkan belum terlihat menunjang terhadap kehidupan peserta, peserta belum menggunakan berbagai sumber belajar yang ada, peserta dalam proses pendampingan belum terlihat kritis. . Hal serupa juga tidak jauh berbeda dengan yang didapati ketika kunjungan di lapangan bahwa penguasaan guru terhadap model CTL masih kurang, pengelolaan kelas di lapangan belum optimal dilakukan oleh guru, siswa kurang aktif, termasuk media pembelajaran kurang memadai. Perencanaan Dari hasil analisis maka hal yang perlu dilakukan oleh pengawas adalah merancang RPP dengan merenovasi RPP pada siklus I agar tindakan yang dilakukan dapat terlaksana seoptimal mungkin, menganalisis bentuk evaluasi, lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran kontekstual dan namun lembar catatan lapangan masih memakai bentuk dalam siklus I.
Jurnal Pena Edukasi, Vol. 3 No. 6, Nopember 2016
Tindakan Berdasarkan refleksi dapat dicermati dan ditarik kesimpulan bahwa masih perlu perbaikan pada tindakan siklus II, yaitu untuk mencapai hasil yang ditetapkan pada pendampingan agar guru menguasai model pembelajaran CTL. Dengan mengetahui kesulitan yang dialami oleh guru menerapkan langkahlangkah CTL untuk itu diperlukan perbaikan pendampingan oleh pengawas. Pengawas mengulang kembali langkah-langkah menerapkan CTL kemudian dilakukan simulator kembali oleh para guru secara berulang-ulang seperti pada siklus I. Refleksi Dari hal refleksi tindakan yang telah dilaksanakan, setelah dibahas bersama-sama, karakteristik pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan dalam tindakan sudah terlihat lebih baik dari tindakan pada Siklus I. Walaupun masih ada terjadi kurang optimal penggunaan karakteristik pembelajaran kontekstual dalam tindakan, dalam hal ini masih dibutuhkan mengoptimalkan pengelolaan kelas, karena masih ada siswa yang ribut dan mengganggu temannya. Akan tetapi secara keseluruhan telah diperoleh hasil yang baik.pi seyaitu masih sedikit hasil pembelajaran yang baik. Hasil evaluasi menerangkan bahwa tingkat keberhasilan belajar peserta telah menguasai CTL sudah mencapai standar hasil pendampingan belajar yang telah ditetapkan. Berdasarkan siklus II bahwa terdapat 2 orang (10 %) yang belum berhasil dalam pendampingan dan sebanyak 18 orang peserta (90,00 %) yang telah mencapai standar
ISSN 2407-0769
keberhasilan atau rata-rata keberhasilan sebesar 80,00. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kemampuan peserta dalam memahami penerapan model belajar CTL berdasarkan tingkat keberhasilan secara keseluruhan telah berhasil. Berikut persentase tingkat ketercapaian hasil kemampuan pada evaluasi siklus II. Dari 10 soal tes yang diberikan kepada 20 peserta telah berhasil 9 soal dengan benar (90%) yang dapat diselesaikan peserta dengan baik dan termasuk telah berhasil (> 70% peserta menjawab dengan benar), sedangkan 10% lagi tidak dapat diselesaikan dengan baik (belum berhasil) yaitu soal nomor 7. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tingkat ketercapaian hasil pendampingan pada siklus II secara keseluruhan soal telah berhasil. Sebelum tindakan, ketuntasan hasil belajar hanya 1 orang atau 5 % dari 20 orang peserta dan setelah tindakan, maka tingkat keberhasilan menguasai penerapan model belajar CTL menjadi 18 orang atau 90 % dari 20 orang, dengan rata-rata nilai keseluruhan yang diperoleh 80. Hal ini menunjukkan ketuntasan pendampingan mencapai di atas kriteria yang telah ditetapkan (> 70%). Pembahasan Pendampingan terhadap guru matematika untuk menggunaan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan oleh pengawas telah terlaksana dengan optimal walaupun dalam pelaksanaannya masih belum sempurna. Karakteristik pembelajaran kontekstual jika dikaitkan dengan ketujuh komponen, dinyatakan masih ada kekurangan dalam komponen konstruktivisme (constructivism) dan
Jurnal Pena Edukasi, Vol. 3 No. 6, Nopember 2016
bertanya (questioning). Dalam konstruktivisme siswa belum mampu menemukan dan menerapkan idenya sendiri melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Dan dalam hal bertanya belum terbiasa mengajukan pertanyaan, dimana masih enggan untuk bertanya. Pembelajaran kontekstual dapat membantu guru dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran matematika pada SMK. Pada saat pretes sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh nilai rata-rata sebesar 30,00, masih berada di bawah 70%, secara individu baru 1 orang yang berhasil, berarti belum berhasil secara individu maupun kelompok. Setelah tindakan melalui penggunaan pembelajaran kontekstual yang dilakukan pada siklus, diperoleh nilai rata-rata kelompok menjadi 65,50 dengan tingkat ketuntasan sebesar 45 % dan evaluasi tingkat ketercapaian tes hasil belajar sebesar 50 %. Berdasarkan analisis data siklus I diperoleh kesimpulan sementara bahwa penggunaan pembelajaran kontekstual yang dilakukan peneliti ada peningkatan namun masih kecil. Pada tindakan siklus II, merupakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dari siklus I. Penggunaan pembelajaran kontekstual pada siklus II, peneliti menekankan tentang langkah-langkah pelaksanaan. Diperoleh nilai rata-rata kelompok meningkat menjadi 80,00 dengan ketuntasan meningkat menjadi 90 % dan dari evaluasi tingkat ketercapaian tes hasil belajar/kemampuan mencapai
ISSN 2407-0769
90%. Hal ini berarti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan peneliti dapat meningkatkan hasil penguasaan guru menerapkan pembelajaran CTL.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil pembelajaran di satuan sekolah menengah kejuruan. 1. Rata-rata nilai pada saat pretes sebesar 30 meningkat menjadi sebesar 55 pada siklus I dan meningkat menjadi 80 pada siklus II. 2. Sebelum dilaksanakan tindakan, hasil pendampingan masih rendah dan belum berhasil. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh tingkat ketuntasan belajar 45 % dengan tingkat ketercapaian tes hasil belajar sebesar 50 % yang berarti secara keseluruhan peserta belum mencapai standar minimal ketuntasan belajar. Hasil tes pada siklus II diperoleh tingkat ketuntasan belajar peserta sebesar 90 % dengan tingkat ketercapaian tes hasil belajar mencapai 90 % atau dengan kata lain setelah dilakukan siklus II peserta secara keseluruhan sudah mencapai standar ketuntasan belajar di atas 70%.
Jurnal Pena Edukasi, Vol. 3 No. 6, Nopember 2016
ISSN 2407-0769
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Depdiknas. Johnson, Elain B. 2007. Contextual Teaching and Learning; Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center (MLC). Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nurhadi, 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL).
Malang: Universitas Negeri Malang. Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sedarmayanti, 2010. Manajemen Sumber Daya manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT.Refika Aditama. Suprijono Agus, 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Wina Sanjaya, 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenoda Media Group.
Jurnal Pena Edukasi, Vol. 3 No. 6, Nopember 2016
9
ISSN 2407-0769