PENINGKATAN KOHERENSI TULISAN BAHASA INGGRIS MAHASISWA MELALUI PENGEMBANGAN TEMA (THEMATIC PROGRESSION) 1) Sri Mulatsih (
[email protected]) Universitas Dian Nuswantoro Abstract: In writing, the students are required to produce language to express their ideas. To do this, they should have sufficient knowledge of what to write and about the organization of language. Knowing what to write will enable the students to know the flow of ideas, whereas knowing how to organize will help them convey the ideas in a clear way to the readers. To produce good writing, it is necessary for the students to know how to organize Theme and Rheme in their writings to make their writings coherent. This is known as Thematic Progression. This classroom action research was conducted to know whether Thematic Progression really improved the coherence of the students’ writings. The population in this research consisted of 104 second semester students taking ParagraphBased Writing course in 2008-2009 academic year at English Department, Faculty of Languages and Letters, Dian Nuswantoro University. They were given a treatment about Thematic Progression. After receiving this treatment, they were asked to write English paragraphs using certain paragraph development, and the results were evaluated. The cycle was iterated for three times. The sample of this research was taken randomly using purposive random sampling. Forty students were taken as the sample, especially those who had the complete marks for the whole cycles. The result showed the significant improvement on the coherence on the students’ writings indicated by the increased mean scores in every cycle. The thematic progression pattern the students mostly employed in developing their paragraphs is theme reiteration. The second preferred is zig-zag pattern, while multiple pattern was rarely employed in their writings. Key words: Coherence, Rheme, Students’writings, ThematicProgression, Theme. Menulis atau Writing merupakan salah satu dari empat keahlian berbahasa (Listening, Reading, Speaking, dan Writing) yang dianggap paling sulit oleh pembelajar bahasa asing. Menulis juga merupakan proses yang kompleks karena pembelajar tidak hanya menaruh kata secara bersama-sama tanpa aturan tata bahasa, tetapi juga harus memperhatikan aturan-aturan yang lain supaya menjadi teks yang baik(Lewit, 1990:17-23). Teks yang baik adalah teks yang mudah dipahami isinya oleh pembaca dan terdiri atas paragraph-paragraf yang bermutu dan efektif. Paragraf yang efektif dan bermutu harus memenuhi syarat-syarat tertentu, dan salah satunya adalah adanya koherensi atau kepaduan antarkalimat yang menyusun paragraf tersebut. 1) Artikel hasil penelitian yang didanai oleh P3M Universitas Dian Nuswantoro dengan nomor kontrak 169/A.35-02/UDN-09/II/2009 Tanggal 16 Desember 2009
98
Volume 6 No. 2, Juni 2010
Koherensi sebuah teks sangat penting karena tanpa adanya koherensi, pembaca akan mengalami kesulitan dalam memahami teks. Selain itu teks yang kurang koheren membuat pembacanya merasa frustasi sehingga menghentikan kegiatan membacanya. Secara harfiah, koherensi berarti berhubungan satu dengan yang lain, sedangkan koherensi dalam sebuah teks merupakan alur pikir yang sistematis atau bisa juga diartikan sebagai adanya keterkaitan antara kalimat satu dan kalimat yang lain dengan topik yang dibahas dalam suatu bacaan atau teks. Koherensi sendiri merupakan hasil dari dua faktor, yaitu kesatuan paragraf dan kohesi antarkalimat. Untuk membuat suatu kesatuan dalam paragraf seorang penulis harus memperhatikan dua hal. Pertama yaitu isi dari setiap kalimat dalam satu paragraf, apakah kalimat- kalimat tersebut merupakan perluasan dari ide pokok/ kalimat utama atau bukan. Kedua, kalimat- kalimat tersebut harus sesuai dengan topik yang dibahas dalam tulisan. Masalah yang sering dihadapi oleh penulis adalah bagaimana membuat kalimat-kalimat tersubut sesuai atau berkaitan dengan topik yang sedang dibahas dan bagaimana cara membuat agar ide-ide yang kita tuangkan saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga apa yang ingin kita sampaikan kepada pembaca mudah ditangkap. Menciptakan koherensi dalam teks merupakan salah satu hal tersulit yang sering kali dihadapi oleh penulis atau mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan dalam mengorganisasikan informasi atau ide ke dalam sebuah tulisan secara baik dan teratur. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi ketidakjelasan topik, misalnya satu paragraf terdiri dari dua topik. Hal ini akan membingungkan para pembaca. Pada umumnya, untuk mempermudah komunikasi terhadap pembaca dan memecahkan masalah berkaitan dengan koherensi dapat digunakan kata penanda (transitional words and phrases), kata ulang (repetition of key words and phrases), kata ganti (pronoun reference), dan struktur kalimat yang sama (parallel sentence structure). Teknik di atas akan membantu penulis mengatasi masalah yang berkaitan dengan koherensi sebuah teks. Akhir-akhir ini muncul cara meningkatkan koherensi tulisan bahasa Inggris mahasiswa dengan menerapkan pola pengembangan tema (Thematic Progression pattern). Pola pengembangan tema ini diperkenalkan oleh Martin dan Rother dalam Paltridge (2000:140). Pola ini mengajarkan bagaimana tema sebuah kalimat diambil atau diulang pada kalimat berikutnya atau rema sebuah kalimat dijadikan tema pada kalimat berikutnya agar koherensi sebuah paragraph tetap terjaga. Di program studi Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Dian Nuswantoro, mata kuliah menulis (Writing) diberikan selama tiga semester. Writing 1 (Sentence-Based Writing) diberikan di semester 1, Writing 2 (Paragraph-Based Writing) diberikan di semester 2, dan Writing 3 (Genre- Based Writing) diberikan di semester 3. Di mata kuliah ini mahasiswa diminta membuat tulisan berbahasa Inggris baik berupa paragraf maupun berupa komposisi. Dalam kegiatan menulis ini mahasiswa sering mendapatkan kesulitan dalam menulis teks bahasa Inggris terutama bagaimana membuat paragraf yang koheren. Ini terlihat dari hasil tulisannya yang sebagian besar tidak koheren.
Sri Mulatsih, Peningkatkan Koherensi Tulisan Bahasa Inggris Mahasiswa Melalui Pengembangan Tema (Thematic Progression)
99
Bertolak dari masalah tersebut di atas, penulis mencoba membuat penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan menerapkan pola pengembangan tema (Thematic Progession Pattern) untuk meningkatkan koherensi tulisan bahasa Inggris mahasiswa. Istilah “koherensi” juga mengandung makna ‘pertalian” yang dalam konsep kewacanaan, berarti pertalian makna atau isi kalimat. Koherensi juga berarti hubungan timbal balik yang serasi antar unsur dalam kalimat. Sejalan dengan itu, Wahyudi dalam Mulyana (2005:30) berpendapat bahwa hubungan koherensi adalah keterkaitan antara bagian kalimat yang satu dengan bagian lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh. Brown dan Yule dalam Mulyana (2005:30) menegaskan bahwa koherensi berarti kepaduan dan keterpahaman antarsatuan dalam suatu teks atau tuturan. Dalam struktur wacana, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian antara proposisi yang satu dengan lainnya untuk mendapatkan keutuhan. Keutuhan yang koheren tersebut dijabarkan oleh adanya hubunganhubungan makna yang terjadi antarunsur (bagian) secara semantis. Lebih lanjut Halliday dan Hassan dalam Mulyana (2005:31) menegaskan bahwa struktur wacana pada dasarnya bukanlah struktur sintaktik, melainkan struktur semantik, yakni semantik kalimat yang ada di dalamnya mengandung proposisi-proposisi, sebab beberapa kalimat hanya akan menjadi wacana sepanjang ada hubungan makna (arti) di antara kalimat-kalimat itu sendiri. Hanya atas dasar koherensi inilah seperangkat kalimat tersebut dapat diterima sebagai suatu keseluruhan yang relatif lengkap. Uraian ini sekaligus menggarisbawahi bahwa keberadaan koherensi sebagai salah satu aspek wacana paling penting, mendasar, dan sangat menentukan baik buruknya sebuah teks. Keberadaan unsur koherensi sebenarnya tidak pada satuan teks semata, melainkan juga ada pada kemampuan pembaca/pendengar dalam menghubungkan makna dan menginterpretasikan suatu bentuk wacana yang diterimanya. Jadi kebermaknaan unsur koherensi sesungguhnya bergantung kepada kelengkapan yang serasi antara teks (wacana) dan pemahaman petutur/pembaca. Pada dasarnya, hubungan koherensi adalah suatu rangkaian fakta dan gagasan yang teratur dan tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi secara implisit (terselubung) karena berkaitan dengan bidang makna yang memerlukan interpretasi. Di samping itu, pemahaman ihwal hubungan koherensi dapat ditempuh dengan cara menyimpulkan hubungan antarproposisi dalam tubuh wacana itu. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan atau malah sebab akibat. Pilihan-pilihan mana yang diambil ditentukan oleh sejauh mana kepentingan komunikator terhadap peristiwa tersebut. Koherensi ini secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung (konjungsi) yang dipakai untuk menghubungkan fakta. Apakah dua kalimat dipandang sebagai hubungan kausal (sebab akibat), hubungan keadaan, waktu, kondisi, dan sebagainya. Selain cara-cara membuat kalimat menjadi keheren seperti yang telah dikemukakan di atas, Halliday (1994) juga mengemukakan bahwa supaya kalimat
100
Volume 6 No. 2, Juni 2010
yang satu dengan yang lain dalam sebuah paragraf menjadi koheren dapat dengan menggunakan pengembangan tema (thematic development) yaitu dengan mengambil tema (Theme) atau rema (Rheme) pada kalimat sebelumnya untuk diterapkan pada kalimat selanjutnya. Tema (Theme) dan rema (Rheme) biasanya dibahas dalam Linguistik Fungsional Sistemik (Systemic Functional Linguistics). Cabang linguistic ini memandang bahasa sebagai sumber pembuatan makna. Makna yang dibuat ada tiga yaitu makna ideasional (Ideational Meaning), makna interpersonal (Interpersonal Meaning), dan makna tekstual (Textual Meaning). Pengorganisasian tema dan rema dalam sebuah teks termasuk dalam makna tekstual (Textual Meaning). Menurut Halliday (1994:37) tema (Theme) adalah unsur yang memulai sebuah pesan, sedang sisanya disebut rema (Rheme). Gerot dan Wignel (1994:103) menyebutkan bahwa dalam bahasa Inggris, tema (Theme) dapat diidentifikasikan sebagai unsur yang datang di awal sebuah klausa. Sedangkan sisanya dinamakan rema (Rheme). Pengorganisasian tema dan rema dalam sebuah teks harus menerapkan aturan tertentu yaitu dengan menerapkan pola pengembangan tema (Thematic Progression ) Pengembangan tema (Thematic Progression) adalah salah satu cara agar koherensi sebuah teks tetap terjaga, yaitu dengan mengulang tema atau rema dalam sebuah klausa di klausa berikutnya. Menurut Martin dan Rother dalam Paltridge (2000:140) ada tiga cara pengembangan tema yaitu: 1. Pola konstan ( Theme Reiteration/constant theme pattern) Pola konstan (constant theme pattern) adalah pola pengembangan tema dengan mengulang tema sebuah klausa tertentu di klausa berikutnya. Pola tersebut dapat digambarkan sbb: Theme 1
Rheme 1
Theme 2
Rheme 2
Theme 3
Rheme 3
Theme 4
Rheme 4
Theme 5
Rheme 5
Gambar 1: Pola Konstan (Constant Theme Pattern) Contoh pola konstan (constant theme pattern) tersebut di atas dapat dilihat pada paragraph di bawah ini:
Sri Mulatsih, Peningkatkan Koherensi Tulisan Bahasa Inggris Mahasiswa Melalui Pengembangan Tema (Thematic Progression)
101
Li Ping was born in China. He was very interested in learning English, and (he) always tried to find opportunities to speak English with his friends. When he was twelve, he could communicate with his foreign friends freely. Atau Whales are facing extinction. The few whales which are left travel along the coastlines of many countries. The whales travel in large groups. Whales are large mammals. They have a layer of skin, blubber, meat, then, their bones. 2.
Pola zig-zag (zig-zag/linear pattern) Pola zig- zag adalah pola pengembangan tema dengan mengambil rema sebuah klausa untuk dijadikan tema pada klausa berikutnya. Pola tersebut dapat digambar sbb: Theme 1 Rheme 1
Theme 2
Rheme 2
Theme 3
Rheme 3
Theme 4
Rheme 4
Theme 5
Rheme 5
Gambar 2: Pola Zig Zag (Zig-zag Pattern) Contoh pola zig-zag (zig-zag pattern)dapat dilihat pada paragraph di bawah ini: Outside my window is a big lawn. In the middle of the lawn is a flower bed. The flower bed is full of roses. The roses are my favourite flowers. Atau When Japanese people write their language, they use a combination of two separate alphabets as well as ideograms borrowed from China. The two alphabets are called hiragana and katakana. The Chinese ideograms are called kanji. Hiragana represents the 46 basic sounds that are made in the Japanese language. Katakana represents the same sounds as hiragana but is used mainly for words borrowed from foreign languages and for sound effects. Kanji are used to communicate an idea rather than a sound.
102
3.
Volume 6 No. 2, Juni 2010
Pola ganda (multiple/split pattern) Pola ganda (multiple/split pattern) adalah pola pengembangan tema dengan mengambil rema sebuah klausa untuk dijadikan tema pada beberapa klausa berikutnya. Pola sersebut dapat digambarkan sbb:
Theme 1
Rheme 1
Theme 2
Rheme 2
Theme 3
Rheme 3
Theme 4
Rheme 4
Theme 5
Rheme 5
Gambar 3: Pola Ganda (Multiple/split Pattern) Contoh paragraf dengan pola ganda (Multiple/split pattern) dapat di lihat di bawah ini: There are four basic types of clows. Whiteface clows cover their face with white make-up, and they do a lot of physical stunts like leaping and tumbling. Auguste clowns wear colourful, ill fitting clothing and oversized shoes. They also have bulbous noses and brighly coloured wigs. Character clowns make fun of the human condition and they may impersonate characters such as a cowboy, fireman, tramp or policeman. The more recent “New Vaudeville” clowns involve the audience in the performance. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) pada kuliah Writing dengan menerapkan pola pengembangan tema (Thematic Progression Pattern) untuk mengetahui apakah pola tersebut dapat meningkatkan koherensi tulisan mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan kelas tentang bagaimana menulis teks bahasa Inggris dengan menerapkan pola pengembangan tema dan memberikan tes 4 (empat) kali dalam 3 (tiga) siklus. Tes pertama sebagai tes awal sebelum mahasiswa diberi tindakan. Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana koherensi tulisan mahasiswa sebelum
Sri Mulatsih, Peningkatkan Koherensi Tulisan Bahasa Inggris Mahasiswa Melalui Pengembangan Tema (Thematic Progression)
103
mereka diberi tindakan tentang bagaimana membuat tulisan mereka koheren dengan menggunakan pola pengembangan tema (thematic progression Pattern). Siklus pertama dilakukan dengan menerapkan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahap perencanaan dilakukan dengan cara menyiapkan semua materi yang berhubungan dengan pola pengembangan tema yang diambil dari beberapa sumber. Tahap pelaksanaan dilakukan dengan memberikan tindakan ke mahasiswa tentang pola pengembangan tema. Tahap pengamatan dilakukan dengan mengamati perilaku mahasiswa dan memberikan tes kepada mahasiswa untuk menulis sebuah paragraf berbahasa Inggris, sedangkan tahap refleksi dilakukan dengan cara menilai hasil tulisan mahasiswa dan mencari kekurangan-kekurangan yang muncul dalam tulisan mahasiswa tersebut untuk bisa diperbaiki pada siklus berikutnya. Tindakan ini dilakukan sampai dengan tiga siklus sampai mahasiswa benar-benar dapat menulis paragraph bahasa Inggris dengan koherensi yang baik. Hal ini dilakukan juga untuk mengetahui apakah pola pengembangan tema ini cukup efektif untuk meningkatkan koherensi tulisan bahasa Inggris mahasiswa. Keempat set nilai tersebut kemudian dianalisis dengan membandingkan hasil tes pertama dengan ke dua, hasil tes ke dua dengan ke tiga, dan terakhir hasil tes ke tiga dengan ke empat. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis uji beda sampel berpasangan (Paired Sample T Test). Uji ini dipakai mengingat nilai/skor yang diperoleh adalah dari subyek sama pada tiap-tiap tes. Ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah rerata dari nilai/skor tersebut menunjukkan perbedaan secara nyata ataukah tidak. Variabel Penelitian Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas (independent) dalam penelitian tindakan kelas ini adalah tindakan intervensi yang dilakukan oleh dosen (peneliti) yaitu dengan pemberian pola pengembangan tema (hematic progression pattern) kepada mahasiswa (subjek penelitian). Hal ini dilakukan pada setiap siklus penelitan tindakan kelas sebelum pemberian tes kepada mahasiswa. Variable terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah nilai (skor) koherensi yang dicapai mahasiswa (subyek penelitian) pada masing-masing tulisan yang diberikan pada akhir tiap siklus. Populasi Populasi penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Bahasa Inggris semester 2 tahun akademik 2008 – 2009 yang mengambil mata kuliah Writing 2 (Paragraph-Based Writing). Mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini secara keseluruhan adalah 4 kelompok atau 104 mahasiswa.
Sampel Sampel penelitian ini adalah 40 mahasiswa semester 2 yang mengambil mata kuliah Writing 2 (Paragraph-Based Writing). Pemilihan 40 mahasiswa ini
104
Volume 6 No. 2, Juni 2010
melalui purposive random sampling yaitu mahasiswa yang memiliki nilai yang lengkap dalam ketiga siklus di atas. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini berupa hasil tes tulisan mahasiswa. Hasil tes diambil dengan cara meminta mahasiswa untuk menulis teks bahasa Inggris dengan menerapkan pola pengembangan tema (Thematic Progression Pattern). Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis uji beda sampel berpasangan (Paired-Sample T Test). Perbedaan rerata hasil tes (nilai/skor mahasiswa untuk tiap set tes) dihitung dengan formula sebagai berikut: t hitung =
(X1 − X ) − 0 Sd / n
Hasil analisisnya akan bermakna bahwa bila ada korelasi yang signifikan antara kedua variabel, maka ada pengaruh antara pola pengembangan tema (Thematic Development) yang diberikan kepada mahasiswa dengan skor yang didapatkan mahasiswa. Untuk menguji tingkat signifikansi korelasi antara kedua variabel diberikan hupotesis statistik sebagai berikut: H0 : D=0 Kedua rata-rata skor mahasiswa adalah identik (rata-rata skor mahasiswa sebelum pemberian tindakan dan sesudah tindakan adalah identik/ tidak berbeda secara nyata) Hi : D≠0 Kedua rata-rata skor mahasiswa adalah tidak identik (ratarata skor mahasiswa sebelum pemberian tindakan dan sesudah tindakan adalah berbeda secara nyata)
HASIL Hasil Analisis Uji T Sampel Berpasangan Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa ada 4 set tes yang diberikan kepada mahasiswa dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama tiga siklus. Dari keempat tes tersebut didapatkan juga empat set skor yang meliputi satu set nilai yang didapatkan dari tes yang pertama. Ini adalah merupakan tes awal. Tiga set skor berikutnya adalah merupakan hasil tes dari masing-masing siklus (siklus pertama, ke dua dan ke tiga. Skor rata-rata dari masing-masing tes ini bisa dilihat tabel 1 berikut ini:
Sri Mulatsih, Peningkatkan Koherensi Tulisan Bahasa Inggris Mahasiswa Melalui Pengembangan Tema (Thematic Progression)
105
Tabel 1: Tabulasi Data Skor Koherensi Tulisan Bahasa Inggris Mahasiswa Skor Rata-rata N* T1 40 60.5 T2 40 65.5 T3 40 70.7 T4 40 77.6 N = jumlah subyek
Tes
Dari analisis statistik nilai rata-rata terlihat pada tabel 1 Skor rata-rata untuk tes pertama adalah 60,5. Pada tes ke dua (akhir siklus pertama), skor rata-rata mengalami kenaikan sebesar 5 poin sehingga skor rata-rata untuk tes ke dua adalah 65,5. Pada tes ke tiga (akhir siklus ke dua), skor rata-rata mengalami kenaikan sebesar 5,2 poin sehingga skor rata-rata untuk tes ke tiga menjadi 70,7. Pada tes ke empat (akhir siklus ke tiga), skor rata-rata mengalami peningkatan sebesar 6,9 poin yang kemudian menyebabkan skor rata-rata untuk tes ke empat adalah 77,6. Skor rata-rata dari keempat tes ini kemudian dianalisis dengan membandingkan skor rata-rata dari tes pertama (T1) dan tes ke dua (T2), skor ratarata tes ke dua (T2) dengan skor rata-rata tes ke tiga (T3), dan skor rata-rata tes ke tiga (T3) dengan tes ke empat (T4). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan T-Test Sampel Berpasangan, ditemukan bahwa tingkat signifikan dari perbandingan T1 dan T2 adalah 0 %. Karena tingkat signifikansinya pada angka 0 % dan ini lebih tinggi dari 5% maka hal ini dianggap signifikan. Ini berarti bahwa kenaikan skor rata-rata dari T1 (60,5) ke T2 (65,5) signifikan. Dengan cara yang sama, skor rata-rata dari tes ke dua (T2) dan tes ke tiga (T3) dianalisis. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa skor rata-rata dari T2 mengalami kenaikan sebesar (lebih tinggi) 5,2 poin dari skor rata-rata pada tes ke tiga (T3). Hasil analisis menunjukkan bahwa angka siginifikannya adalah 0 %. Karena tingkat signifikannya lebih rendah dari 5% maka penurunan skor rata-rata ini ini dianggap signifikan. Skor rata-rata dari tes ke empat (T4) adalah 77,6. Ini berarti ada peningkatan sebesar 6,9 poin bila dibandingkan dengan skor rata-rata T3 (70,7). Dari analisis kedua skor rata-rata ini dengan menggunakan T-Tes Sample Berpasangan diperoleh tingkat signifikansi pada angka 0%. Karena angka ini lebih rendah dari 5% maka ini dianggap signifikan. Hal ini berarti bahwa peningkatan skor rata-rata dari 70,7 pada tes ke tiga menjadi 77,6 pada tes ke empat adalah dianggap sangat signifikan. Analisis di atas menunjukkan bahwa intervensi dosen dengan memberikan pola pengembangan tema pada dua siklus pertama sudah menunjukkan pengaruh yang signifikan pada pemeroleh skor mahasiswa tetapi hasilnya belum begitu baik. Akan tetapi pada siklus ke tiga penelitian tindakan kelas ini intervensi (pola pengembangan tema ) yang diberikan dosen secara jelas menghasilkan
106
Volume 6 No. 2, Juni 2010
peningkatan pada pemerolehan skor mahasiswa. Hal ini berarti juga bahwa frekuensi pengulangan pemberian tindakan sangat menentukan dalam pemerolehan skor. Dengan kata lain keberhasilan pola pengembangan tema yang diberikan dosen kepada mahasiswa sangat ditentukan oleh tingkat keseringan (frekuensi) pemberian tindakan oleh dosen. Semakin sering dosen memberikan pola pengembangan tema kepada mahasiswa maka semakin baik pula tingkat pemerolehan skor mahasiswa. Tingkat pemerolehan skor ini juga menunjukkan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam menulis teks bahasa Inggris karena semakin baik pemahaman mahasiswa pola pengembangan tema maka semakin koheren teks bahasa Inggris yang mereka tulis. PEMBAHASAN Pola Pengembangan Tema Paragraf Mahasiswa Pada bagian ini akan saya sajikan beberapa contoh tema (Theme) dan rema (Rheme) tulisan bahasa Inggris mahasiswa beserta perkembangan nilai koherensinya dengan menggunakan pola pengembangan tema mulai pre-tes sampai dengan siklus ke 3. Hasil Pre-tes Kegiatan pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan pre-tes. Pada pertemuan ini, mahasiswa diminta untuk menulis paragraph bahasa Inggris dengan topik “Love”. Dalam pre-tes ini mahasiswa belum diberi tindakan apapun dan hasilnya mahasiswa masih mengalami banyak kesulitan dalam menulis paragraf. Hasil tulisan mahasiswa kebanyakan tidak koheren. Ini terbukti dari beberapa kalimat dalam paragrafnya tidak berhubungan satu sama lain. Adapun pola pengembangan tema tulisan mahasiswa dalam pre-tes menunjukkan bahwa pola pengembangan tema (Thematic progression pattern) yang sering digunakan oleh mahasiswa adala pola konstan (constant pattern), diikuti oleh pola zig-zag (zig-zag pattern). Pola ganda jarang dipakai oleh mahasiswa karena pola ini merupakan pola yang paling sulit. Dari jumlah klausa masing-masing teks masih banyak muncul tema-tema baru yang tidak pernah disebutkan sebelumya. Hal ini menjadikan teks mereka kurang koheren. Salah satu contoh paragraf dan pengembangan teman pada pre-tes ini dapat dilihat dibawah ini. Teks 1: Ditulis pada saat Pre-tes Love Love is feeling natural to love another person. Love is beautiful for a person who has this feeling. When you feel your heart beat fast and you want this too last, you need in his side forever. Everyone have this feeling to get the happiness in their life. Love makes us happy and sad. When you feel that love, you like can fly and you like reach all the sky. Everyone have important person in their life. So, love is very important to everyone to care another person and makes us brave to say that “I love you”.
Sri Mulatsih, Peningkatkan Koherensi Tulisan Bahasa Inggris Mahasiswa Melalui Pengembangan Tema (Thematic Progression)
107
Tema (Theme) dan rema (Rheme) pada teks 1 adalah sebagai berikut: Tabel 2: Tema dan Rema Teks 1. No. 1 2 3 4 5 6 7
Tema (Theme) Love Love Who (When) You (And) You You Everyone
8 9 10 11 12 13
Love When You You And You Everyone (so) Love
14
And (love)
Rema (Rheme) is feeling natural to love another person is beautiful for a person has this feeling feel your heart beat fast want this too last need in his side forever have this feeling to get the happiness in their life. makes us happy and sad. feel that love. like can fly like reach all the sky. have important person in their life. is very important to everyone to care another person makes us brave to say that “I love you”.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa mahasiswa menggunakan dua jenis pola pengembangan tema yaitu pola konstan dan pola zig-zag. Dari 14 klausa yang ditulis dalam paragraf mahasiswa, ada 7 klausa yang dikembangkan dengan pola konstan, ada 1 klausa yang dikembangkan dengan pola zigzag, tetapi ada 6 klausa (42 %) yang tidak berhubungan. Ini terjadi pada klausa 3 ke 4 (who ke You) , 6 ke 7 (You ke Everyone), 7 ke 8 (Everyone ke Love) , 8 ke 9 (Love ke You) , 11 ke 12 (You ke Everyone) , dan 12 ke 13 (Everyone ke Love) . Ini menunjukkan bahwa koherensi tulisan mahasiswa masih dianggap rendah. Setelah mahasiswa diberi tindakan tentang bagaimana membuat sebuah paragraf menjadi koheren dengan menggunakan pola pengembangan tema (Thematic Development Pattern) tulisan bahasa Inggris mahasiswa pada tes siklus 1 dapat dilihat pada teks 2. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Pada siklus 1 ini mahasiswa diberi tindakan tentang bagaimana menulis paragraf yang koheren dengan menggunakan pola pengembangan tema. Pada siklus ini dosen menerangkan jenis-jenis pola pengembangan tema dan juga memberikan beberapa teks yang menggunakan pola pengembangan ini. Hasil dari siklus ini belum begitu memuaskan karena masih banyak paragraf mahasiswa yang sepenuhnya koheren. Adapun pola pengembangan tema tulisan mahasiswa pada siklus 1 menunjukkan bahwa pola pengembangan tema (Thematic Progression pattern) yang sering digunakan oleh mahasiswa adalah pola konstan (constant pattern),
108
Volume 6 No. 2, Juni 2010
diikuti oleh pola zig-zag(zig-zag pattern). Pola ganda jarang dipakai oleh mahasiswa karena pola ini merupakan pola yang paling sulit. Dari jumlah klausa masing-masing teks masih banyak muncul tema-tema baru yang tidak pernah disebutkan sebelumya. Hal ini membuat teks mereka kurang koheren. Tetapi jumlah tema baru yang muncul tidak sebanyak pada pre-tes. Salah satu contoh paragraf yang ditulis oleh mahasiswa pada siklus 1 ini adalah sebagai berikut: Teks 2: Ditulis pada tes siklus 1 Handphone A handphone is communication device which is used for communicate with other people. Handphone has many series, they are Nokia, Sonny Erricson, Samsung, Motorolla, etc. Almost people in this world have handphone. Handphone makes people more simple to talk to each other. You can bring handphone to anywhere you go, so you don’t need to find the telephone store if you want to calling someone when you are not in your home. Beside the advantage, people like the shape, the colour and the features. So, handphones is an important thing for people now.
Tema (Theme) dan rema (Rheme) pada teks 2 adalah sbb: Tabel 3: Tema dan Rema Teks 2 No. 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12
Tema (Theme) A handphone Which Handphone They
Rema (Rheme) is communication device is used for communicate with other people. has many series are Nokia, Soony Erricson, Samsung, Motorolla, etc. Almost people in have handphone. this world Handphone makes people more simple to talk to each other. You can bring handphone to anywhere you go, So You don’t need to find the telephone store If you want to calling someone When you are not in your home. Beside the like the shape, the colour and the features. advantage, people So, handphones is an important thing for people now.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa mahasiswa menggunakan dua jenis pola pengembangan tema yaitu pola konstan dan pola zig-zag. Dari 12 klausa yang ditulis oleh mahasiswa ada 3 klausa (25 %) yang tidak berhubungan. Hasil ini, jika dibandingkan dengan tulisan mahasiswa pada teks 1 menunjukkan kenaikan yang cukup sinifikan yaitu 17 %. Klausa yang tidak berhubungan tersebut adalah
Sri Mulatsih, Peningkatkan Koherensi Tulisan Bahasa Inggris Mahasiswa Melalui Pengembangan Tema (Thematic Progression)
109
klausa 4 ke 5 (They/handphone ke people in the world), klausa 6 ke 7 (Handphone ke You), dan klausa 10 ke 11 (People ke Handphone). Dengan adanya tiga klausa yang tidak berhubungan ini dapat dikatakan bahwa paragraf mahasiswa belum sepenuhnya koheren meskipun ada kenaikan dibandingkan dengan paragraf yang pertama. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Setelah mahasiswa diberi tindakan yang ke dua tentang pola pengembangan tema, hasil pola pengembangan tema pada siklus 2 tidak jauh berbeda dengan hasil pada siklus sebelumnya. Pola pengembangan tema yang paling dominan masih pola konstan, diikuti dengan pola zig-zag, dan pola ganda yang paling jarang dipakai oleh mahasiswa. Tetapi pada siklus ini ada kemajuan yang cukup signifikan pada koherensi tulisan bahasa Inggris mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya jumlah tema baru yang tidak berhubungan dengan kalimat sebelumnya. Salah satu hasilnya dapat dilihat pada teks 3 berikut ini: Teks 3: Ditulis pada tes siklus 2 Friendship Friendship is intimate relation between two persons or more. It can be relation of same gender or different gender. In friendship relation needs affection, notice, patient, honesty between one and others. If one of others get trouble, like family problems or love problems and also small problems or big problems, it can be decrease with friendship. Friendship can make humans become more intimate until feel like family. Friendship can make human more adult. Friendship contains trust. Trust is very important for the humans in friendship relation. If one of human in friendship do a lie, the friendship can be broken. Because of that, the lie is very destroy friendship. Friendship is very precious and must be save by everyone.
Tema (Theme) dan rema (Rheme) pada teks 3 adalah sbb: Tabel 4: Tema dan Rema Teks 3 No. 1
Tema (Theme) Friendship
2
It
3
In frienship
4
If one of others
5
it
Rema (Rheme) is intimate relation between two persons or more. can be relation of same gender or different gender. relation needs affection, notice, patient, honesty between one and others. get trouble, like family problems or love problems and also small problems or big problems, can be decrease with friendship
110
Volume 6 No. 2, Juni 2010
6 7 8 9 10 11 12 13 14
Friendship
friendship can make humans become more intimate until feel like family Friendship can make human more adult. Friendship contains trust. Trust is very important for the humans in friendship relation. If one of human in do a lie, friendship the friendship can be broken Because of that, is very destroy friendship. the lie Friendship is very precious And (it) be save by everyone.
Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa mahasiswa menggunakan dua jenis pola pengembangan tema yaitu pola konstan dan pola zig-zag. Dari 14 klausa yang dibuat dalam paragraf mahasiswa ada hanya 1 klausa (7%) yang tidak berhubungan yaitu klausa 4 ke 5 (one of others ke it). Koherensi pada paragraf ini mengalami kenaikan yang cukup baik ( 18 %) dibandingkan dengan paragraf yang ditulis pada siklus ke 1. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus 3 Hasil tulisan mahasiswa setelah diberi tindakan pada siklus ke 3 jauh berbeda dengan siklus sebelumnya. Tulisan bahasa Inggris mahasiswa menjadi koheren. Ini terlihat dari tema-tema yang mereka tulis pada paragraf mereka merupakan tema atau rema yang sudah pernah disebutkan pada kalimat sebelumnya. Untuk pola perkembangan tema yang mereka gunakan masih relatif sama dengan siklus sebelumnya. Pola konstan menjadi dominan, diikuti dengan pola zig-zag dan pola ganda. Salah satu teksnya dapat dilihat di bawah ini:
Teks 4: Ditulis pada tes siklus 3 Music There are many kinds of music. Music can ba classified depending on the genres. Basically, there are four types of music genres: rock, pop, RnB, and Classic. Rock (modern popular music with a strong beat, played on electric guitars) may be divided into pop rock, alternative rock, and slow rock. Pop is a modern popular music with a strong rhythm, and it can be sub-divided into pop rock, and alternative pop. RnB is a popular music which is played at club party. It can be classified into hip hop and rap. Classic is a slow sad music. It can be divided into jazz and blues.
Tema (theme) dan rema (rheme) pada teks 4 adalah sbb:
Sri Mulatsih, Peningkatkan Koherensi Tulisan Bahasa Inggris Mahasiswa Melalui Pengembangan Tema (Thematic Progression)
111
Tabel 5: Tema dan Rema Teks 4 No. 1 2 3
4
5 6 7 8 9 10 11
Tema (Theme) There Music Basically, there
Rema (Rheme) are many kinds of music can ba classified depending on the genres. four types of music genres: rock, pop, RnB, and Classic. Rock (modern may be divided into pop rock, alternative popular music rock, and slow rock. with a strong beat, played on electric guitars) Pop is a modern popular music with a strong rhythm and it can be sub-divided into pop rock, and alternative pop RnB is a popular music which is played at club party It can be classified into hip hop and rap. Classic is a slow sad music It can be divided into jazz and blues.
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa mahasiswa menggunakan tiga jenis pola pengembangan tema yaitu pola konstan, pola zig-zag, dan pola ganda. Dari 11 klausa yang dibuat dalam paragraf mahasiswa, tidak ada klausa (0 %) yang tidak berhubungan satu sama lain. Koherensi pada paragraf ini mengalami kenaikan yang cukup baik ( 7 %) dibandingkan dengan paragraf yang ditulis pada siklus ke 2
SIMPULAN Dari analisis dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Pola pengembangan tema (Thematic Progression Pattern) yang sering digunakan mahasiswa dalam mengembangkan paragraf bahasa Inggris adalah pola konstan, diikuti oleh pola Zig Zag. Pola ganda jarang dipakai oleh mahasiswa. Pola konstan sering digunakan oleh mahasiswa karena pola ini sangat mudah diterapkan yaitu hanya dengan mengambil tema sebuah kalimat dan digunakan lagi untuk kalimat berikutnya. Pengembangan pola jenis ini kurang bagus diterapkan dalam sebuah teks karena teks kelihatan sangat monoton dan tidak variatif. Pola pengembangan tema (Thematic Progression Pattern) meningkatkan koherensi paragraf bahasa Inggris mahasiswa. Hal ini terbukti dari beda skor ratarata yang diperoleh mahasiswa terutama pada perbandingan skor rata-rata pada tes pertama (T1) ke tes ke 2(T2), test 2 (T2) ke Tes ke 3 (T3), test 3 (T3) ke test ke 4
112
Volume 6 No. 2, Juni 2010
(T4). Dari kenaikan skor rata-rata dari T1 samapai dengan T4 menunjukkan bahwa pola pengembangan tema (Thematic Progression Patterns) signifikan dalam menaikkan koherensi tulisan bahasa Inggris mahasiswa. DAFTAR PUSTAKA Butt, Davit et.al. 2000. Using Functional Grammar. An Explorer’s Guide. Sydney: National Centre for English Teaching and Research. Eggins, Suzanne. 1994. An Introduction to Systemic Functioal Linguistics. London: Printer Publisher. Gerot, Linda and Wignell, Peter. 1994. Making Sense of Functional Grammar. New South Wales: Gerd Stabler. Halliday, M.A.K. 1994. An Introduction to Functioal Grammar. Second Edition. London: Edward Arnold. Koherensi dan Permasalahannya. http://www.kent.k12.wa.us. Diakses tanggal 25 November 2008. Lewitt, P.J. “ How to Cook a Tasty Essay”. English Teaching Forum. Vol. 26,1990: 17 – 23. Martin, J.R., Matthiessen, Christian M.I.M., and Painter. Clare. 1997. Working with Functioal Grammar. London: Arnold. Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip- prinsip Analisis Wacana.Yogyakarta: Tiara Wacana. Paltridge, Brian. 2000. Making Sense of Discourse Analysis. Australia: Gerd Stabler. Rachman, Maman. 2008. Penelitian Tindakan kelas (Dalam Bagan). Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sunendar, Tatang. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat.