PENINGKATAN KETRAMPILAN DASAR SEPAK TAKRAW MENGGUNAKAN PERMAINAN 3 POS SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 19 KECAMATAN GELUMBANG, KABUPATEN MUARA ENIM Muhammad Teguh1, Muslimin2, Martinus 2 Mahasiswa Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani No.12 Palembang Pos-el :
[email protected],
[email protected] ABSTRACT This research is a classroom action research (action research) for research carried out to solve the problem of learning in the classroom. The formulation of the problem in this research is about improving the game of Sepak Takraw fourth grade students of SDN 19 Gelumbang Muara Enim through the game 3 posts. In this study, the research subjects were the fourth grade students of SDN 19 Gelumbang by the number of students as many as 25 students. The results of students' mastery learning before given action or scratch test is only 20%, while 80% or 20 students have not experienced completeness. In cycle 1 is given the action game of the 3 posts that can increase the yield of mastery learning students who achieve 56%, while 44% or 11 students have not experienced completeness. And in the end the study continued in cycle 2 Dengah test the ability of the game sepak takraw students can be increased significantly by 100% or all students are able to perform the service, 100% of students can make a heading, and there are 7 students or 28% of students who have not been able do kicking of sila, while 18 students or 72% of students are able to do so. From these results it can be concluded, the game 3 posts can overcome the difficulties of students in the subject matter Sepak Takraw, increase creativity and improve achievement of KKM. Keywords: sepak takraw, games 3 pos, achievement of minimum learning criteria ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah tentang upaya peningkatan permainan Sepak Takraw siswa kelas IV SDN 19 Gelumbang Kabupaten Muara Enim melalui permainan 3 pos. Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 19 Gelumbang dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Hasil ketuntasan belajar siswa sebelum diberi tindakan atau tes awal hanya 20 %, sedangkan yang 80 % atau 20 siswa belum mengalami ketuntasan. Pada siklus 1 diberikan tindakan berupa permainan 3 pos yang dapat meningkatkan hasil ketuntasan belajar siswa yang mencapai 56 %, sedangkan yang 44 % atau 11 siswa belum mengalami ketuntasan. Dan pada akhirnya penelitian dilanjutkan pada siklus 2 dengah hasil tes kemampuan permainan sepak takraw siswa dapat meningkat dengan signifikan yaitu 100 % atau seluruh siswa sudah dapat melakukan servis, 100 % siswa dapat melakukan heading, dan masih ada 7 siswa atau 28 % siswa yang belum bisa melakukan sepak sila, sedangkan 18 siswa atau 72 % siswa sudah dapat melakukannya. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan, permainan 3 pos dapat mengatasi kesulitan siswa dalam materi pelajaran Sepak Takraw, meningkatan kreatifitas dan meningkatan ketercapaian KKM. Kata kunci: sepak takraw, permainan 3 pos, ketercapaian KKM meningkat pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar sistematik, melalui
I PENDAHULUAN Menurut Gafur. (1983:6) bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses
1
kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Jadi hakekat dari pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang di lakukan secara sadar melalui kegiatan jasmani yang intensif. Pendidikan jasmani dan olahraga, merupakan salah satu bentuk yang berorientasi pada pembentukan perilaku dan gerak motorik anak. Selanjutnya Dewantoro, (1957), menyebutkan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelektual) dan jasmani anak-anak. Mengingat bahwa dalam pendidikan jasmani dan olahraga memiliki kontribusi yang cukup besar dan perkembangan jiwa anak, maka aktivitas olahraga ini perlu.terus dikembangkan baik melalui kegiatan secara formal maupun non formal. Pada olaraga permainan seperti sepak bola. Bola voli, bola basket dan tennis sudah menjadi komoditi hiburan. Diantara sekian banyak olahraga permainan itu ada salah satu cabang olahraga yang mulai berkembang di beberapa daerah di Indonesia, cabang olahraga tersebut adalah sepak takraw, namun olahraga sepak takraw ini mempunyai kekhasan tersendiri. Olahraga ini sesungguhnya sangat menarik untuk dimainkan maupun untuk ditonton. Disamping itu olahraga sepak takraw ini relatif tidak mahal biayanya bila dibandingkan dengan olahraga permainan yang lainnya. Olahraga sepak takraw ini, meskipun menarik akan Tidak Tetapi masih bersifat regional. Maksudnya yang mengenal sepak takraw masih berada di sekitar Asia Tenggara. Namun karena olahraga ini sangat menarik dan menegangkan maka bukan tidak mungkin dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa berkembang lebih luas, asal negara-negara yang belum mengenal diberi kesempatan untuk mengenalnya. Karena keunikan olahraga sepak takraw itulah penulis tertarik untuk mlakukan PTK tentang sepak takraw khususnya pada pelaksanaan servicenya. Karena service adalah modal awal untuk mendapaatkan nilai dan
merupakan langkah pertama dalam menyerang pihak lawan. Baik-buruknya service yang merupakan langkah awal mencari nilai (point) pada permainan sepak takraw tergantung banyak faktor antara lain : panjang tungkai, daya ledak otot tungkai, kecepatan, ketepatan sasaran, teknik menendang dan lain sebagainya. Dari keempat faktor tersebut salah satu faktor yang sangat menunjang dalam melakukan service adalah faktor kekuatan daya ledak tungkai, (Darwis, 1992 : 34). Karena menurut Harsono (1988 : 46), "Pada daya ledak tungkai atau power kecuali ada kekuatan juga ada kecepatan yang sangat diperlukan pada semua cabang olahraga yang memerlukan gerakan eksposif'. Di tingkat Sekolah Dasar, permainan Sepak Takraw diajarkan di kelas tinggi (kelas IV, V dan VI), namun secara umum peneliti dapat menyimpulkan bahwa permainan takraw kurang menarik minat siswa bila dibandingkan permainan lain seperti Sepakbola, Volley dan Badminton. Hal ini dikarenakan permainan Sepak Takraw yang cukup sulit terutama bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar. Sementara itu, KKM atau kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk dianggap berhasil mempelajari suatu pelajaran. Di SD Negeri 19 Gelumbang, untuk mata pelajaran Penjas seluruh tingkat kelas adalah 75. Sehingga tingkat kesulitan yang cukup tinggi dan KKM yang mencapai angka 75 cukup menyulitkan siswa untuk meraih nilai tuntas khususnya pada materi sepak takraw ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dalam upaya peningkatan ketercapaian KKM materi permainan Sepak takraw siswa kelas V SDN 19 Gelumbang melalui permainan rangkaian 3 pos melalui skripsi yang berjudul: “Peningkatan Keterampilan Dasar Sepak Takraw Menggunakan Permainan 3 Pos Siswa Sekolah Dasar Negeri 19 Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim.” 2. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan vii
masalah pembelajaran di kelas. Dalam hal ini pengertian kelas tidak terbatas pada dinding kelas atau ruang kelas, tetapi lebih pada adanya aktivitas belajar dua orang atau lebih peserta didik. Menurut Suharsimi DKK (2006), PTK dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mengamati objek, dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Caranya yaitu; 1) observasi dengan sekolah mitra untuk menentukan permasalahan, 2) melakukan tindakan, 3) memperoleh data, 4) siswa mengisi angket respon tingkat kepuasan belajar siswa. 2. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk siklus kegiatan untuk peserta didik yaitu menyusun RPP 3. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok peserta didik yang menerima pelajaran yang sama dan guru yang sama pula. PTK terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observasi) dan refpleksi (reflection). Empat tahapan tersebut dalam PTK ini dilaksanakan oleh peneliti dengan bantuan seorang kolabolator yang membantu peneleliti untuk melakukan pengamatan terhadap langkah-langkah penelitian dan observasi terhadap siswa. Waktu, Tempat dan Subjek Penelitian Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 bulan April sampai dengan bulan Mei 2016. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 19 Gelumbang Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim.
Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Adapun rincian jumlah siswa adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Jumlah Siswa Kelas IV Kelas Siswa Siswa Jumlah Putra Putri IV 14 11 25 (Sumber: Tata Usaha SDN 19 Gelumbang) Rancangan Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Keterampilanketerampilan tersebut diamati dalam 2 siklus. Prosedur yang dilaksanakan dalam satu siklus adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1. Siklus PTK (Sumber Subyantoro, 2009:27) 1. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah sebuah langkah yang paling awal, yaitu langkah untuk merencanakan tindakan yang telah dipilih untuk memperbaiki keadaan. Pada tahap perencanaan telah tertuang berbagai skenario untuk siklus yang bersangkutan, terutama tentang hal–hal teknis terkait dengan rencana pelaksanaan tindakan dan indikatorindikator capaian pada akhir siklusnya. Substansi perencanaan pada garis besarnya meliputi beberapa hal-hal terkait dengan pembuatan skenario pembelajaran, persiapan sarana pembelajaran, persiapan instrument penelitian untuk pembelajaran, dan simulasi pelaksanaan tindakan. Dalam PTK ini, tahapan perencanaan adalah sebagai berikut: viii
b. Guru memimpin do’a sebelum memulai pembelajaran, kemudian menyampaikan materi yang akan diberikan. c. Guru memimpin pemanasan. d. Di bagian pertama, guru memberikan contoh gerakan materi inti kepada siswa. 1) Siswa dibariskan menjadi dua berbanjar, 2) Kemudian siswa berlari menuju ke pos 1, di pos 1 diawali dengan berjongkok siswa berjalan diatas balok (untuk melatih keseimbangan) 3) Setelah menyelesaikan permainan berjalan diatas balok, siswa mengambil bola takraw dan melakukan gerakan servis, servis dikatakan berhasil apabila bola melewati net 4) Setelah gerakan servis, siswa melakukan gerakan menimang bola. Setiap siswa diberikan 3 kali kesempatan dan diambil jumlah tertinggi 5) Selanjutnya siswa menuju pos 2 dengan berlari zig-zag melewati 4 cone yang sudah disiapkan. 6) Di pos 2, siswa akan melakukan permainan sudamanda atau melompati kotak. Tersedia 4 kotak yang disusun berbaris, kotak 1 dan 3 dilompati dengan 1 kaki, kemudian kotak 2 dan 4 dilompati dengan 2 kaki. 7) Setelah itu siswa mengambil bola takraw dan melakukan gerakan heading sebanyak 3 kali dan gerakan mendada sebanyak 3 kali. 8) Setelah itu siswa menuju pos 3 dengan berlari zig-zag melewati 4 cone yang sudah disiapkan. 9) Di pos 3, siswa akan melompati rintangan tali yang dipersiapkan sebanyak 3 buah tali dengan ketingian yang berbeda 10) Setelah melompati tali, siswa mengambil bola takraw dan melakukan gerakan memaha sebanyak 3 kali dan membahu sebanyak 3 kali
a. Pembuatan Skenario Pembelajaran Dalam hal ini, peneliti membuat RPP sebagai dasar skenario pembelajaran dengan indikator gerak dasar atletik (RPP terlampir). b. Persiapan sarana dan sumber pembelajaran. Mempersiapkan media pembelajaran berupa peluit, jam tangan atau stopwatch, bola yang sudah dimodivikasi, tali yang terbuat dari karet, ban bekas, simpai, kapur tulis, dan buku panduan sepak takraw. c. Persiapan instrument penelitian untuk pembelajaran. Mempersiapkan instrument yang sudah dibuat oleh peneliti berupa lembar siswa, instrument penilaian permainan 3 pos dan soal ulangan harian. Instrument yang berupa lembar observasi dan lembar penilaian tersebut diberikan kepada guru kolaborator sebelum pembelajaran dimulai untuk dipelajari terlebih dahulu oleh guru kolaborator yang kemudian akan diisi pada saat tindakan berlangsung. Setelah penelitian selesai, peneliti dan guru kolaborator mendiskusikan hasil dari penelitian tersebut dan merencanakan tindakan selanjutnya, apakah akan mengulang pada siklus pertama atau melanjutkan ke siklus kedua. 2. Tindakan/pelaksanaan (action) Tahap tindakan adalah tahap untuk melaksanakan hal–hal yang telah direncanakan dalam tahap perencanaan. Peneliti utama dan kolaborator harus saling meyakinkan bahwa apa yang telah disepakati dalam perencanaan benar–benar dapat dilaksanakan. Hal yang cukup berat adalah menjamin agar seluruh pelaksanaan itu berlangsung secara alamiah. Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan yaitu: a. Guru mempersiapkan siswanya di halaman Sekolah dan siswa dibariskan, kemudian mencatat siswa yang tidak hadir.
ix
11) Diakhiri dengan siswa berlari menuju garis akhir. 12) Pada tahap berikutnya, semua gerakan diulangi lagi namun dengan cara kompetisi dimana siswa dipasang-pasangkan kemudian diadu kecepatan dan keberhasilan gerakan yang dilakukan. 3. Pengamatan (observasi) Tahap observasi adalah tahap mengamati kejadian yang ada pada saat pelaksanaan tindakan. Observer tidak mencatat semua kejadian, Hanya mencatat hal-hal penting yang perlu diamati dengan memanfaatkan lembar observasi yang sudah dipersiapkan peneliti. Pengamatan dilakukan pada saat berlangsungnya pelaksanaan. Pencatatan dilakukan seketika dan tidak boleh ditunda, bahkan pengamatan juga akan menghasilkan analisis seketika. Data yang dikumpukan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, presentasi tugas, dan lain-lain) atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa dan lainlain. Tahapan ini dilakukan sebagai beikut: a. Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran sepak takraw yang dilakukan oleh guru kolaborator atau pengamat. b. Melakukan penilaian hasil permainan 3 pos yang dilakukan oleh siswa selama dilakukan penelitian dalam dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2 4. Refleksi (reflection) Refleksi pada dasarnya merupakan bentuk perenungan yang sangat mendalam dan lengkap atas apa yang telah terjadi. Refleksi pada akhir siklus merupakan sharing of idea yang dilakukan antara peneliti utama dan kolaborator atas hal yang telah direncanakan, dilaksanakan, dan diobservasi pada siklus tersebut. Refleksi merupakan tahap evaluasi untuk membuat keputusan akhir siklus. Hasil observasi dan analisis pelaksanaan didiskusikan antara peneliti dan kolaborator. Hasil finalnya adalah untuk membuat kesimpulan bersama. Dalam
tahapan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah a. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus pertama b. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus pertama c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya Indikator Belajar PTK ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar keterampilan gerak dasar sepak takraw dengan modifikasi permainan 3 pos, dan mengukur tingkat kemampuan siswa dalam mengikuti proses belajarmengajar keterampilan gerak dasar sepak takraw dengan modifikasi permainan 3 pos pada siswa kelas V SD Negeri 19 Gelumbang Kabputen Muara Enim. Instrument penelitian 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk setiap pertemuan. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. 2 Lembar Observasi Lembar observasi aktivitas siswa dan guru untuk mengamati sejauhmana aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. 3 Angket Tingkat Kepuasan Siswa Angket ini digunakan untuk mengetahui apakah siswa-siswa tersebut antusias dengan model pembelajaran yang dibuat penulis. Metode Pengumpulan Data Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman siswa terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru ketika mengkuti pelajaran (afektif), perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motifasi belajar dan x
sejenisnya, dapat dinilai secara kualitatif (Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi.2009:131). 3.6.1 Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. 1. Penilaian Lembar Observasi Lembar observasi adalah instrument untuk mengadakan pengamatan terhadap aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas (H.E.Mulyasa, 2009:69). Tabel 3.2: Lembar Observasi Aktifitas Siswa Skala Penilaian No. Indikator 1 2 3 4 5 1 Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru 2 Siswa memperhatikan peragaan yang diberikan guru 3 Siswa melaksanakan perintah dari guru dengan baik 4 Siswa mempraktekkan gerak dasar sepak takraw dengan baik 5 Respon siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru 6 Kemampuan
interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa lain 7 Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran 8 Siswa mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik 9 Antusias siswa dalam mengikuti KBM 10 Keaktifan siswa dalam pembelajaran Jumlah Skor Tiap Butir Total Skor
X10 0
Keterangan : Skor 1 = sangat rendah Skor 2 = rendah Skor 3 = cukup Skor 4 = baik Skor 5 = sangat baik Untuk menghitung jumlah presentase lembar observasi aktivitas siswa menggunakan rumus:
Dengan Dimana: P = Presentase P1= Pengamat 1 P2= Pengamat 2 Dari data tersebut akan jelas beberapa persen pencapaian aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran melalui pembelajaran inovatif pada siklus I maupun pada siklus II. 2. Penilaian Hasil Permainan Lembar penilaian hasil permainan 3 pos yang digunakan adalah lembar penilaian dengan menggunakan skala nilai 1-3 untuk setiap butir permainan dengan tabel sebagai berikut:
xi
Tabel 3.3: Lembar Penilaian Hasil Permainan 3 Pos KEBERHASILAN POS JUMLAH AKTIVITAS DALAM 3 X KESKOR PERCOBAAN 1 2 4 5 1 Servis 2 Heading 3 Sepak Sila JUMLAH SKOR= SKOR/9 Dimana perhitungannya: 𝑃= ×100%
Hasil Pra Siklus Tabel 4.1 Hasil permainan sepak takraw pra siklus Jeni Hasil Tes/3 x Ketu Nama s kesempatan juml Ni NO ntas Siswa Kela Ser Head Sepak ah lai an min vis ing sila 1 ADR L 1 0 0 1 25 B 2 BMA L 0 1 0 1 25 B 3 B L 0 1 0 1 25 B 4 DJ P 0 0 0 0 0 B 5 DS P 0 2 1 3 75 T 6 DA L 0 0 0 0 0 B 7 DN P 0 1 0 1 25 B 8 EA P 0 0 0 0 0 B 9 HL L 2 1 1 4 100 T 10 IH L 0 0 0 0 0 B 11 K L 0 1 0 1 25 B 12 LS P 0 3 0 3 75 T 13 LI P 0 1 0 1 25 B 14 MJ L 0 0 0 0 0 B 15 MAA L 1 1 0 2 50 B 16 MAF L 0 0 0 0 0 B 17 MZ P 0 0 0 0 0 B 18 MM P 1 0 0 1 25 B 19 MAO P 0 1 0 1 25 B 20 MAP L 0 0 1 1 25 B 21 RR P 0 0 1 1 25 B 22 RS L 0 0 0 0 0 B 23 RO L 0 2 2 4 100 T 24 SA P 0 0 0 0 0 B 25 SM L 2 1 1 4 100 T
Dimana: P = presentase SP = Skor Perolehan S.Maks = Skor Maksimal 3. HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Dasar Negeri 19 Gelumbang Kabupaten Muara Enim secara geografis terletak di Desa Segayam Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim, Desa Segayam sendiri terletak sekitar 110 Km dari Ibu Kota Kabupaten dan 50 Km dari Ibu Kota Provinsi. Berdiri sejak tahun 1986, sampai saat ini enjadi satu-satunya Sekolah Dasar Negeri di Desa Segayam. Saat ini, SD Negeri 19 Gelumbang memiliki 6 guru tetap (termasuk Kepala Sekolah), 4 guru tidak tetap dan 2 orang tenaga administrasi dan penjaga sekolah. Untuk pelajaran pendidikan jasmani sendiri terdapat 1 guru Tetap (peneliti) dan 1 guru tidak tetap, sehingga secara jumlah melebihi jam yang tersedia.
Hasil yang diperoleh oleh peneliti saat melakukan tes permainan sepak takraw sebelum diberi tindakan sangat kurang atau tingkat keberhasilan melakukan permainan sepak takraw siswa masih rendah. Itu dibuktikan dari hasil tes pada teknik dasar permainan sepak takraw menunjukkan hasil servis hanya 20 % atau 5 siswa yang dapat melakukannya, sedangkan 20 siswa atau 80 % tidak dapat melakukan servis, hasil tes heading menunjukkan 12 siswa atau 48 % dapat melakukan dan 13 siswa atau 42 % tidak bisa melakukan, serta untuk tes sepak sila, terdapat 2 siswa atau 8 % dan 23 siswa atau 92 % tidak dapat melakukannya. Dengan hasil ketuntasan belajar siswa hanya 20 %, sedangkan yang 80 % atau 20 siswa belum mengalami ketuntasan.
Gambar 4.1 Pencitraan Google Maps SDN 19 Gelumbang (Sumber: google.maps) xii
Refleksi hasil pengambilan data pada pra siklus menunjukkan banyak siswa yang belum mengerti tentang permainan ini dikarenakan siswa masih belum tahu apa itu permainan sepak takraw, apa saja teknik dasar yang benar. Hasil Penelitian Siklus 1 Tabel 4.2 Hasil tes permainan sepak takraw siklus 1 Jeni Hasil Tes/3 x Ketu Nama s kesempatan Jum Ni NO ntas Siswa Kela Ser HeadSepak lah lai an min vis ing sila 1 ADR L 3 2 1 6 86 B 2 BMA L 0 2 0 2 29 T 3 B L 3 1 2 6 86 B 4 DJ P 3 1 2 6 86 B 5 DS P 2 2 2 6 86 B 6 DA L 0 1 0 1 14 T 7 DN P 3 3 1 7 100 B 8 EA P 3 1 2 6 86 B 9 HL L 2 3 1 6 86 B 10 IH L 0 0 0 0 0 T 11 K L 3 1 2 6 86 B 12 LS P 3 2 1 6 86 B 13 LI P 3 3 0 6 86 B 14 MJ L 0 0 0 0 0 T 15 MAA L 2 3 1 6 86 B 16 MAF L 0 1 0 1 14 T 17 MZ P 3 3 0 6 86 B 18 MM P 0 0 0 0 0 T 19 MAO P 0 1 0 1 14 T 20 MAP L 0 1 0 1 14 T 21 RR P 0 0 0 0 0 T 22 RS L 0 0 0 0 0 T 23 RO L 3 3 0 6 86 B 24 SA P 0 0 0 0 0 T 25 SM L 3 3 0 6 86 B Dari pelaksanaan siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti bersama observer setelah diberi pembelajaran permainan rangkaian 3 pos maka didapat hasil 42 % atau 13 siswa yang dapat melakukannya, sedangkan 12 siswa atau 48 % tidak dapat melakukan servis, hasil tes heading menunjukkan 19 siswa atau 76 % dapat melakukan dan 6 siswa atau 24 % tidak bisa melakukan, serta untuk tes sepak sila, terdapat 10 siswa atau 40 % dan 15 siswa atau 60 % tidak dapat melakukannya. Dengan hasil ketuntasan belajar siswa
mencapai 56 %, sedangkan yang 44 % atau 11 siswa belum mengalami ketuntasan. Dari hasil penelitian siklus 1 didapatkan hasil peningkatan ketuntasan siswa dalam melakukan permainan sepak takraw, tetapi belum mencapai target keberhasilan siswa karena masih banyak siswa yang belum bisa melakukan permainan ini. Hasil Penelitian Siklus 2 Tabel 4.3 Hasil tes permainan sepak takraw siklus 2 Jeni Hasil Tes/3 x Ketu Nama s kesempatan juml Ni NO ntas SiswaKelaServis Headi Sepak ah lai an ng sila min 1 ADR L 3 3 0 6 75 T 2 BMA L 3 2 2 7 88 T 3 B L 3 3 2 8 100 T 4 DJ P 3 1 3 7 88 T 5 DS P 3 2 3 8 100 T 6 DA L 3 3 0 6 75 T 7 DN P 2 3 1 6 75 T 8 EA P 2 2 3 7 88 T 9 HL L 3 1 2 6 75 T 10 IH L 2 3 1 6 75 T 11 K L 2 2 2 6 75 T 12 LS P 3 3 0 6 75 T 13 LI P 3 2 1 6 75 T 14 MJ L 3 2 1 6 75 T 15 MAA L 3 2 1 6 75 T 16 MAF L 2 3 1 6 75 T 17 MZ P 3 3 2 8 100 T 18 MM P 3 2 1 6 75 T 19 MAO P 3 1 2 6 75 T 20 MAP L 2 2 2 6 75 T 21 RR P 3 3 0 6 75 T 22 RS L 3 3 0 6 75 T 23 RO L 2 3 1 6 75 T 24 SA P 3 3 0 6 75 T 25 SM L 1 3 3 7 88 T Setelah dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus 1, kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan dan dilakukan pelaksanaan penelitian siklus ke-2 dengan hasil penelitian mencapai ketuntasan 100 %, artinya seluruh siswa dapat melakukan permainan sepak takraw, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang belum menguasai teknik dasar permainan sepak takraw, yaitu teknik dasar sepak sila yang xiii
merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan tersebut. Hasil dari siklus 2 ini adalah 100 % atau seluruh siswa sudah dapat melakukan servis, 100 % siswa dapat melakukan heading, dan masih ada 7 siswa atau 28 % siswa yang belum bisa melakukan sepak sila, sedangkan 18 siswa atau 72 % siswa sudah dapat melakukannya. Setelah melihat hasil tes permainan sepak takraw di atas, dan peneliti melihat bahwa seluruh siswa telah mengalami ketuntasan dalam permainan sepak takraw, maka penelitian ini dirasa cukup. Sehingga tidak diteruskan ke siklus berikutnya. Pembahasan Pembahasan Pelaksanaan Siklus 1 Siklus penelitian pertama dilaksanakan sesuai dengan rencana, dimulai dari penyusunan RPP, penyiapan lembar observasi siswa, penyiapan alat dan bahan. Dalam pelaksanaan, tenyata ditemui berbagai kendala yang dihadapi adapun kendala tersebut diantaranya karena guru peneliti baru pertama kali menerapkan pembelajaran inovatif sehingga langkahlangkah kerja dan tahapan pembelajaran yang disiapkan kurang berjalan lancar. Hasil dari tahapan pelaksanaan siklus 1 dijelaskan dalam uraian sebagai berikut: a. Hasil Observasi Siswa Dari pelaksanaan siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti bersama observer setelah diberi pembelajaran permainan rangkaian 3 pos maka didapat hasil 42 % atau 13 siswa yang dapat melakukannya, sedangkan 12 siswa atau 48 % tidak dapat melakukan servis, hasil tes heading menunjukkan 19 siswa atau 76 % dapat melakukan dan 6 siswa atau 24 % tidak bisa melakukan, serta untuk tes sepak sila, terdapat 10 siswa atau 40 % dan 15 siswa atau 60 % tidak dapat melakukannya. Dengan hasil ketuntasan belajar siswa mencapai 56 %, sedangkan yang 44 % atau 11 siswa belum mengalami ketuntasan. Pembahasan Pelaksanaan Siklus 2 Siklus penelitian kedua dilaksanakan berdasarkan refleksi pelaksanaan siklus pertama dari perbaikan RPP, penyiapan lembar observasi siswa, penyiapan alat dan bahan. Dalam pelaksanaan, langkah pembelajaran inovatif
yang dilaksanakan menunjukkan hasil yang sangat baik. Hasil dari tahapan pelaksanaan siklus 2 dijelaskan dalam uraian sebagai berikut: a. Hasil Observasi Siswa Hasil dari siklus 2 ini adalah 100 % siswa sudah dapat melakukan servis, 100 % siswa dapat melakukan heading, dan masih ada 7 siswa atau 28 % siswa yang belum bisa melakukan sepak sila, sedangkan 18 siswa atau 72 % siswa sudah dapat melakukannya. 4 SIMPULAN Sesuai dengan batasan masalah yang telah dirumusakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Permainan 3 pos dapat meningkatkan kemampuan siswa serta mengatasi kesulitan siswa dalam permaian sepak takraw. Hal ini terlihat dari hasil penelitian mencapai ketuntasan 100 %, artinya seluruh siswa dapat melakukan permainan sepak takraw, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang belum menguasai teknik dasar sepak sila yaitu 7 siswa atau 28 %. 2. Permainan 3 pos dapat meningkatkan kreatifitas siswa, dimana sebelumnhya siswa kesulitan mempelajari permainan sepak takraw setelah diberi permainan kemampuan siswa meningkat. Saran yang dapat peneliti sampaikan untuk penelitian sejenis dimasa mendatang yaitu: 1. Penelitian mendatang dapat lebih mengembangkan jenis permainan yang dilakukan dalam pos-pos permainan 2. Penelitian mendatang dapat lebih detil dalam penilaian permaianan yang dilakukan. DAFTAR RUJUKAN Amri, Sofan dan AIif Khoiru. 2010. Proses Pembelajaran (kreatif dan inovatif dalam kelas). Jakarta: Prestasi Pustaka. Djumidar. 2001. Dasar-Dasar Sepak Takraw. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdiknas.
xiv
Kristiyanto, Agus. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (dalam pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga). Surakarta: UPT Penerbit dan Pencetakan UNS (UNS Press). M. Saputra, Yudha. 2001. Dasar-Dasar Keterampilan atletik. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga, Depdiknas. Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, H.E.. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Karya.
Suharsimi A, Suhardjono dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. 2009. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Syarifuddin, Aip, 1992. Sepak Takraw. (n.d): Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud. Usman, Moh. Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung :PT Remaja Rosdakarya. Wena, Made. 2010.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara.
xv