1
PENINGKATAN KETERAMPILAN PREDIKSI DAN MERUMUSKAN HIPOTESIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Andri, Chansyanah Diawati, Nina Kadaritna, Ila Rosilawati Pendidikan Kimia, Universitas Lampung
[email protected] Abstract: The aim of this research is to describe the effectiveness of the learning model of guided inquiry to improve prediction and to formulate hypotheses skills in acid-base concept. This research uses a pre-experimental method with One Group Pretest Posttest Design. Subjects in this study were students of class XI IPA1 SMA Muhammadiyah 2 Bandar which amounts to 29 students. The data of this study is the prediction and to formulate hypotheses skills. The results showed the average value of n-Gain of prediction skills and formulate hypotheses 0,49 and 0.56 (medium category). Based on the results of the data analysis, showed that the guided inquiry learning model is effective in improving the prediction skills and to formulate hypotheses of class XI IPA1 SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan merumuskan hipotesis pada materi asam-basa. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen dengan One Group Pretest Postest Design. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung yang berjumlah 29 siswa. Data penelitian ini adalah keterampilan prediksi dan merumuskan hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan rerata nilai n-Gain keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis yaitu 0,49 dan 0,56 (kategori sedang). Berdasarkan hasil analisis data tersebut, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan merumuskan hipotesis siswa kelas XI IPA1 SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Kata kunci: keterampilan prediksi, merumuskan hipotesis, pembelajaran inkuiri terbimbing.
2
PENDAHULUAN
harus memperhatikan karakteristik
Ilmu pengetahuan alam berkaitan
kimia sebagai produk, proses, dan
dengan cara mencari tahu tentang
sikap tersebut agar mampu mema-
gejala
hami konsep-konsep dan
alam
secara
sistematis,
mampu
sehingga IPA bukan hanya pengu-
memecahkan masalah kimia dalam
asaan kumpulan pengetahuan yang
kehidupan sehari-hari.
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek penerapan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-
Dalam pembelajaran kimia sebagian besar materi kimia dapat dikaitkan dengan kondisi atau masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada topik asam basa, banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan materi ini, misalnya rasa asam pada buah-buahan, pemanfaatan senyawa
hari
basa dalam mengobati sakit maag, Ilmu kimia merupakan bagian dari
pemanfaatan kapur untuk mene-
IPA, yang berkembang berdasarkan
tralkan tanah pertanian yang asam,
pada fenomena alam. Ada tiga hal
dan lain sebagainya, sehingga dalam
yang berkaitan dengan karakteristik
proses pembelajaran kimia siswa
ilmu kimia yaitu kimia sebagai
tidak dituntut untuk menghapal dan
produk, proses, dan sikap. Produk
mampu memahami konsep-konsep
ilmu kimia adalah pengetahuan yang
serta mampu memecahkan masalah
berupa fakta, teori, prinsip, dan
kimia dalam kehidupan sehari-hari
hukum-hukum,
agar
sedangkan
proses
tidak
mengalami
kesulitan
ilmu kimia berupa kerja ilmiah yang
dalam menghubungkan dengan apa
ditekankan pada pengamatan lang-
yang terjadi dilingkungan sekitar
sung peserta didik agar dapat melihat dan mengamati sendiri keadaan alam
Faktanya, pembelajaran kimia di
sekitar sehingga tumbuh sikap ilmiah
sekolah cenderung hanya mengha-
pada
dirkan
diri
setiap
peserta
didik.
Pembelajaran ilmu kimia yang ideal
konsep-konsep,
hukum-
hukum, dan teori-teori saja tanpa
3
proses
pembelajaran, jumlah siswa, mata
ditemukannya konsep, hukum, dan
pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa
teori tersebut, sehingga tidak tumbuh
dalam pembelajaran serta hal-hal
sikap ilmiah dalam diri siswa, yang
yang berkaitan dengan keber-hasilan
terjadi selama ini adalah topik asam
siswa dalam proses pembelajaran
basa dalam pembelajaran kimia di
(Suryabrata, 1993).
SMA
model
menyuguhkan
lebih
bagaimana
dikondisikan
untuk
pembelajaran
Salah satu yang
dapat
dihafal oleh siswa, akibatnya siswa
digunakan adalah model pembel-
mengalami kesulitan dalam menghu-
ajaran inkuiri terbimbing memiliki
bungkannya dengan apa yang terjadi
ciri-ciri seperti pembelajaran dimulai
di lingkungan sekitar, dan tidak
dengan adanya pemberian masalah.
merasakan manfaat dari pembel-
Biasanya masalah yang diberikan
ajaran asam basa (Setiawan, 2011).
memiliki konteks yang diambil dari
Hal
dengan
hasil
dunia nyata, siswa secara berke-
wawancara
yang
lompok aktif mengidentifikasi masa-
dilakukan terhadap guru kimia di
lah yang ada, mempelajari dan
SMA Muhammadiyah 2 Bandar
mencari sendiri materi yang terkait
Lampung
proses
dengan masalah yang diberikan dan
pembelajarannya masih menggunaan
kemudian mencari solusi dari perma-
metode
lebih
salah tersebut, sedangkan guru hanya
berpusat pada guru (teacher centered
memfasilitasi saja. Meskipun bukan-
learning).
Pada pembelajaran ini
lah model yang sama sekali baru,
siswa cenderung hanya bertindak
penerapan model tersebut mengalami
sesuai dengan apa yang diinstruk-
kemajuan yang pesat di banyak
sikan oleh guru, tanpa berusaha
sekolah dan perguruan tinggi dari
sendiri untuk memikirkan apa yang
berbagai disiplin ilmu di negara-
sebaiknya dilakukan untuk mencapai
negara maju (Tan, 2003).
ini
observasi
diperkuat dan
yang
ceramah,
dalam
kegiatan
tujuan belajarnya. Lebih lanjut model pembelajaran Berdasarkan hal tersebut hendaknya
inkuiri menurut Gulo (Trianto, 2010)
guru memilih suatu model yang perlu
terbimbing terdiri dari 5 tahapan,
memperhatikan beberapa hal seperti
tahap pertama yaitu merumuskan
materi yang disampaikan, tujuan
masalah,
tahap
kedua
yaitu
4
merumuskan selanjutnya
hipotesis,
tahap
mengumpulkan data
menekankan pembentukan keterampilan
untuk
dengan melakukan percobaan dan
tahuan
telaah
hasilnya.
literatur,
tahap
keempat
dan
memperoleh
penge-
mengkomunikasikan
KPS dimaksudkan untuk
kemudian menganalisis data, tahap
melatih dan mengembangkan sikap-
kelima menarik kesimpulan dari
sikap ilmiah dan kemampuan siswa
pembelajaran yang telah dilakukan.
untuk menemukan dan mengem-
Dalam proses pembelajaran menggu-
bangkan fakta, konsep, dan prinsip
nakan model pembelajaran inkuiri
ilmu atau pengetahuan yang selan-
terbimbing, siswa diajak mencari
jutnya
tahu jawaban terhadap pertanyaan
menyelesaikan permasalah. Pembel-
ilmiah yang diajukan. Dengan kata
ajaran dengan keterampilan proses
lain pada proses pembelajaran inkuiri
berarti memberi kesempatan kepada
terbimbing, untuk memperoleh infor-
siswa bekerja dengan ilmu penge-
masi dapat dilakukan dengan obser-
tahuan, tidak sekedar menceritakan
vasi atau eksperimen untuk mencari
atau mendengarkan cerita tentang
jawaban
ilmu pengetahuan.
terhadap
masalah
yang
dapat
digunakan
untuk
diberikan, sehingga dalam hal ini guru perlu melatihkan keterampilan prediksi dan merumuskan hipotesis kepada siswa sebagai salah satu komponen
dalam
keterampilan
Berdasarkan hasil penelitian dilakukan oleh Yuniarti (2011) yang melakukan penelitian di SMA AlAzhar 3 Bandar Lampung mengenai penerapan pembelajaran inkuiri ter-
proses sains (KPS).
bimbing materi larutan non elektrolit Menurut Mahmudin(2010) Dalam
dan elektrolit dalam meningkatkan
pembelajaran kimia dituntut kerja
keterampilan mengamati dan menge-
ilmiah
lompokkan pada siswa.
yang
dibangun
melalui
Menun-
penerapan keterampilan proses sains
jukkan bahwa terjadi peningkatan
seperti halnya mengamati, inferensi,
yang signifikan untuk keterampilan
mengelompokkan, mengkomunikasi,
mengamati dan mengelompokkan.
meramalkan dan merumuskan hipo-
Peneliti lain adalah Effendi (2012),
tesis.
dalam penelitiannya di salah satu
pada
Keterampilan proses sains pembelajaran
sains
lebih
SMA negeri di Lampung mengenai
5
penerapan
model
pembelajaran
inkuiri terbimbing katkan
untuk mening-
keterampilan
diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah
pembelajaran
diterapkan
mengkomu-
(postest) keterampilan kepada siswa.
nikasikan dan pencapaian kompe-
Sumber data dalam penelitian ini
tensi pada materi pokok asam basa.
adalah siswa kelas XI IPA1.
Menunjukan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan untuk keterampilan komunikasi dan pencapaian kompetensi pada siswa. Dengan demikian,
dimungkinkan
pembel-
ajaran inkuiri terbimbing juga dapat meningkatkan keterampilan prediksi dan
merumuskan
hipotesis
pada
materi asam basa.
Metode penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimental dan desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2010). Desain ini dapat digambarkan bawah ini : Tabel 1. Desain penelitian Kelas
Pretest
Perlakuan
Postest
Subjek
O1
X
O2
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
dilakukan
penelitian
yang
berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi
Asam
Basa
Dalam
Meningkatkan Keterampilan Prediksi Dan
Keterampilan
Merumuskan
Hipotesis”
Keterangan : O1 : nilai pretes sebelum diberikan perlakuan O2 : nilai postes setelah diberikan perlakuan X :perlakuan yang berupa pembelajaran inkuiri terbimbing.
Variabel bebas
dalam penelitian
adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing,
METODOLOGI PENELITIAN
dan
variabel
terikat
adalah keterampilan prediksi dan Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
keterampilan merumuskan hipotesis
kelas XI IPAI SMA Muhammadiyah 2 Bandar
Lampung
2012/2013,
tes
Validitas
pada
penelitian
ini
menggunakan validitas isi. Validitas
Jenis data yang
isi adalah kesesuaian antara instru-
jumlah
dalam
penelitian
adalah data kuantitatif hasil
Pelajaran siswa
dengan
sebanyak 29 orang.
digunakan
Tahun
sebelum
ini
yaitu data pembelajaran
men dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992).
6
Adapun pengujian validitas isi pada
keterampilan merumuskan hipotesis
penelitian ini dilakukan dengan cara
dapat disajikan pada Tabel 2.
judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Apabila
antara
unsur-unsur
Tabel 2. Rerata nilai pretest, postest dan n-Gain keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis Keterampilan
itu
terdapat kesesuaian, maka dapat
Prediksi
dinilai bahwa instrumen dianggap
Merumuskan
valid
hipotesis
untuk
digunakan
dalam
mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian.
Karena berbagai
hal dan keterbatasan peneliti, tim ahli, dalam hal ini pembimbing, merekomendasikan pengukuran vali-
Rerata nilai Pretest
Postest
n-Gain
52,59
76,72
0,49
44,83
76,29
0,56
Untuk melihat perbedaan rerata nilai pretest dan postest
keterampilan
prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis disajikan pada Gambar 1.
penelitian menggunakan n-Gain HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas XI IPA
1
SMA
rerata nilai pretest dan postest
ditas instrumen saja. Analisis dalam 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
76.72 52.59
44.83
keterampilan prediksi
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung,
76.29
keterampilan merumuskan hipotesis
keterampilan yang diteliti
maka diperolah data berupa nilai pretest dan postest keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan
hipotesis.
Data
tersebut
selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai n-Gain masing-masing siswa. Data rerata nilai pretest dan postest keterampilan prediksi dan
Gambar 1. Rerata perolehan nilai pretest dan postest keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis Pada Gambar 1 terlihat bahwa rerata nilai keterampilan prediksi mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran
inkiuri
terbimbing,
7
yang semula memiliki nilai rerata
Pada Gambar 3 terlihat bahwa rerata
52,59 meningkat menjadi 76,72.
nilai n-Gain keterampilan prediksi
Demikian pula rerata perolehan nilai
sebesar 0,49 dan rerata nilai n-Gain
keterampilan merumuskan hipotesis
keterampilan merumuskan hipotesis
mengalami peningkatan setelah dite-
sebesar 0,56. Hasil dari perhitungan
rapkan pembelajaran inkuiri terbim-
nilai n-Gain
bing, yang semula memiliki nilai
pretasikan dengan indeks n-Gain
rerata
yang
44,83
meningkat
menjadi
ini kemudian diinter-
dikemukakan
oleh
Hake.
76,29. Hal ini menunjukkan bahwa
Berdasarkan klasifikasi Hake, model
keterampilan prediksi dan keteram-
pembelajaran
pilan merumuskan hipotesis setelah
efektif dalam meningkatkan keteram-
pembelajaran
pilan
inkuiri
terbimbing
prediksi
inkuiri
dan
terbimbing
keterampilan
lebih tinggi dibandingkan sebelum
merumuskan hipotesis pada materi
pembelajaran inkuiri terbimbing
asam basa dalam kategori sedang.
Efektivitas
pembelajaran
Berdasarkan perolehan data hasil
inkuiri terbimbing yang diterapkan
penelitian dan analisisnya menun-
dapat dilihat melalui indeks n-Gain.
jukan bahwa model pembelajaran
Adapun rerata nilai n-Gain keteram-
inkuiri terbimbing efektif dalam
pilan
keterampilan
meningkatkan keterampilan prediksi
merumuskan hipotesis pada masing-
dan keterampilan merumuskan hipo-
masing
tesis pada materi asam basa.
model
prediksi
siswa
dan
ditunjukkan
pada
Rerata nilai n-Gain
Gambar 2. 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
0,56 0.49
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan pada kelas XI IPA 1. Pertemuan 1 digunakan oleh guru untuk melakukan pretest, pertemuan 2 sampai 7 untuk melaksanakan proses pembel-
keterampilan prediksi
keterampilan merumuskan hipotesis
Keterampilan yang diteliti
ajaran asam basa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dan pertemuan 8 untuk
Gambar 2. Rerata nilai n-Gain keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis.
postest.
8
Tahap 1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan Pada tahap ini dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran.. Sebelumnya guru memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran. Pada tahap ini guru menggali pengetahuaan awal siswa yang berhubungan dengan asam basa, misalnya “memberikan sampel berupa air jeruk nipis dan air belimbing wuluh kepada siswa, lalu menanyakan kepada siswa, bagaimana rasa dari air jeruk nipis dan air belimbing wuluh?”. Terlihat bebe-
merasakannya? ion apakah yang menentukan sifat dari suatu larutan tersebut?”. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa terlibat dalam pemecahan masalah dengan kemampuan dasar yang mereka miliki, sehingga siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Agar siswa dapat menjawab permasalahan guru dituntut untuk bisa membimbing siswa.
Seperti yang
dinyatakan oleh Roestiyah (1998) :
rapa siswa mulai memberikan pendapatnya rasanya asam. Kemudian guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan
yang
berkaitan
dengan
materi yang akan diajarkan. Masalah yang
diajukan
berkaitan
dengan
fenomena sehari-hari. Sebelumnya siswa dikelompokkan secara heterogen dan diberi LKS, pada LKS 1 siswa diberikan permasalahan, “Namun tidak semua asam dan basa ini dapat dengan mudah diketahui dengan hanya merasakan dan mencicipinya. Lalu bagaimana cara mengidentifikasi sifat asam atau basa dari suatu larutan tanpa harus
1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa terdorong menga-jukan dugaan awal 2. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat. Pada LKS 3 guru mengingatkan kembali hasil percobaan sebelumnya, kemudian memberikan permasalahan kepada siswa “telah kita ketahui bahwa larutan HCl dan larutan CH3COOH merupakan larutan asam. Walaupun
keduanya
merupakan
larutan asam, tetapi kedua larutan tersebut merupakan larutan yang
9
berbeda.
Namun, dengan konsen-
Pengelompokan siswa yang dila-
trasi yang sama manakah yang lebih
kukan
pada
tahap
ini
asam antara larutan HCl 0,1 M
memberi
dengan larutan CH3COOH 0,1 M?”.
perkembangan potensi siswa. Siswa
siswa menjawab larutan HCl lebih
menjadi lebih aktif
asam daripada larutan CH3COOH
berada dalam diskusi dan beker-
dan ada siswa menjawab CH3COOH
jasama dengan temannya.
pengaruh
ternyata
besar
bagi
ketika mereka
lebih asam dari HCl, pada tahan ini siswa sudah mulai terbiasa untuk memecahkan
permasalahan
Tahap 2. Merumuskan hipotesis
yang
Pada tahap merumuskan hipotesis,
diajukan, bahkan siswa sudah bisa
siswa diarahkan untuk berdiskusi
memberikan alasan dari jawaban
secara berkelompok. Kemudian guru
mereka dan siswa sudah dapat
membimbing
mengikuti
hipotesis
pembelajaran
menggu-
siswa
yang
menentukan
relevan
dengan
nakan model inkuiri terbimbing,
permasalahan-permasalahan
sehingga guru lebih mudah dalam
telah diberikan. Dalam merumuskan
memberikan intruksi kepada siswa,
hipotesis, siswa diberi kesempatan
sama halnya seperti LKS 1 sampai
untuk
LKS 3, pada LKS 4 sampai LKS 6
berdasarkan
siswa diberikan permasalahan yang
sendiri. Banyak siswa dari tiap-tiap
dapat melatih siwa dalam memecah-
kelompok
kan setiap masalah yang diberikan.
meminta pendapat dari guru tentang
Pada LKS 4 sampai LKS 6, siswa
hipotesis yang mereka tulis. Dise-
sudah lebih baik lagi dalam meme-
babkan siswa kurang percaya diri
cahkan permasalahan dan lebih baik
dengan hipotesis yang mereka tulis
dalam
dan
menerima
pembelajaran
menuangkan
masih
pendapatnya
pengetahuan
yang
yang
mereka
bertanya
mengalami
atau
kesulitan
dengan menggunakan model inkuiri
untuk menentukan hipotesis dari
terbimbing.
Hal ini disebabkan
setiap permasalahan. Hal ini terli-
siswa sudah mulai terbiasa dalam
hat pada LKS 1 sebagian kelompok
menerima
dengan
terlihat bingung bahkan ada yang
menggunakan model pembelajaran
tidak dapat menuliskan hipotesisnya.
inkuiri terbimbing.
Melalui proses pembimbingan yang
pembelajaran
10
dilakukan guru, siswa sudah lebih
pengetahuan
awal
yang
mereka
baik dalam merumuskan hipotesis.
miliki dan sesuai fakta yang telah
Setiap siswa sudah aktif dalam
diberikan.
berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Mereka juga memberikan alasan
terhadap
hipotesis
yang
Tahap 3. Mengumpulkan data Pada
tahap
pengumpulan
data
mereka tulis, seperti pada LKS 3
dilakukan dengan melakukan perco-
siswa diberikan permasalahan “telah
baan. Sebelum melaksanakan perco-
kita ketahui bahwa larutan HCl dan
baan, guru menjelaskan alat dan
larutan CH3COOH merupakan lar-
bahan yang digunakan serta prosedur
utan asam.
kerja
Walaupun keduanya
merupakan
larutan
asam,
tetapi
yang
harus
dilakukan.
Kurangnya praktikum yang dila-
kedua larutan tersebut merupakan
kukan
larutan yang berbeda.
Namun,
kimia menyebabkan siswa kurang
sama
memahami alat-alat percobaan kimia
manakah yang lebih asam antara
serta penggunaannya. Setelah guru
larutan HCl 0,1 M dengan larutan
menjelaskan prosedur kerja, kemu-
CH3COOH 0,1 M?”.
Sebagian
dian siswa melaksanakan percobaan
siswa berhipotesis walaupun memi-
sesuai dengan prosedur percobaan
liki konsentrasi yang sama tetapi
pada LKS.
memiliki
tikum,
dengan
konsentrasi
derajat
yang
ionisasi
yang
siswa
guru
pada
pembelajaran
Saat melakukan prakmembimbing
siswa
berbeda, larutan yang lebih bersifat
dalam melakukan percobaan, dan
asam adalah
larutan HCl 0,1 M
meminta siswa untuk menulis hasil
karna dapat
terionisasi sempurna
pengamatan.
Pada tahap ini, guru
(α=1) sedangkan larutan CH3COOH
membimbing siswa untuk mengum-
0,1 M tidak terion sempurna (α≠1)
pulkan
Pada tahap ini keterampilan proses sains siswa dapat terlatih, khususnya untuk
keterampilan
merumuskan
hipotesis,
perlahan siswa dalam
kelompok
telah
muskan
mampu
hipotesisnya
meru-
berdasarkan
data
dengan
melakukan
percobaan dan mengamati data hasil percobaan, siswa mulai melakukan pemecahan masalah dari hipotesis yang mereka kemukakan, sesuai dengan petunjuk percobaan pada LKS.
11
siswa
pengamatan, siswa dalam kelompok
diarahkan untuk menuliskan hasil
diarahkan untuk menjawab pertan-
pengamatan yang mereka peroleh
yaan-pertanyaan yang berhubungan
dalam bentuk tabel. Dalam tahap ini,
dengan
siswa bebas menuliskan hasil penga-
tersebut. Pada LKS 1 misalnya “Air
matan mereka ke dalam tabel. Seba-
jeruk dan air belimbing mempunyai
gian besar siswa belum bisa mem-
rasa (.........) perubahan warna indi-
buat tabel hasil pengamatan. Men-
kator kertas lakmus merah dalam air
jadi hal yang baru bagi siswa,
jeruk dan air belimbing adalah dari
dimana pada pembelajaran sebe-
(…….) menjadi (….…), perubahan
lumnya, siswa tidak pernah diberi
warna indikator kertas lakmus biru
kesempatan untuk melengkapi tabel
adalah dari (…….) menjadi (…….)”.
hasil pengamatan sendiri. Dalam hal
Adapun pertanyaan ini diajukan agar
ini guru membimbing siswa dalam
siswa memikirkan tentang kelayakan
membuat tabel hasil pengamatan.
hipotesis dan metode pemecahan
Setelah itu siswa diminta untuk
masalah serta kualitas informasi
menjelaskan hasil pengamatan yang
yang telah mereka kumpulkan. Pada
telah dilakukan.
Melalui latihan
tahap ini, guru meminta siswa untuk
rutin dan evaluasi yang diberikan,
menyampaikan hasil analisis data
terlihat bahwa tiap kelompok pada
kelompoknya secara lisan kepada
pertemuan selanjutnya siswa mampu
teman-teman lainnya. Jawaban LKS
melengkapi hasil pengamatan dengan
1 adalah “Air jeruk dan air belimbing
baik.
mempunyai rasa asam perubahan
Setelah
percobaan
selesai
informasi
dalam
tabel
warna indikator kertas lakmus merah Tahap 4. Analisis data Pada tahap ini guru membimbing siswa menganalis data hasil percobaan yang telah dilakukan, siswa berdiskusi dalam tiap kelompoknya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Setelah mendapatkan tabel hasil
dalam air jeruk dan air belimbing adalah dari merah menjadi tetap merah, perubahan warna indikator kertas lakmus biru adalah dari biru menjadi merah”. Hal ini bertujuan untuk melatih keterampilan prediksi pada siswa. Guru menunjuk kelompok lain untuk
12
menyampaikan hasil analisis data
suatu kesimpulan. Kesimpulan yang
kelompoknya,
untuk
dibuat semula tidak berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan pada LKS 2
masalah yang diberikan, akan tetapi
sampai LKS 6. Guru bersama siswa
dengan bimbingan guru berangsur-
dalam kelompok saling mengoreksi
angsur kesimpulan yang dibuat oleh
pekerjaan kelompoknya, dan apabila
siswa menjadi terarah dan sesuai
ada pekerjaan kelompok yang salah,
dengan masalah yang diberikan.
begitupun
maka siswa dapat langsung memperbaikinya. Pada tahap ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa berpikir rasional bahwa kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan
Secara keseluruhan pembelajaran di kelas subjek ini berhasil cukup efektif. Hal ini terlihat dari keantusiasan
siswa
pembelajaran.
dalam
mengikuti
Banyak siswa yang
semula pasif dalam kegiatan belajar menjadi aktif.
Kemampuan afektif
dan psikomotor siswa juga banyak Tahap 5. Membuat kesimpulan
ditunjukan selama kegiatan pembelajaran, baik dalam bertanya kepada
Pada tahap ini, guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan berdasarkan data hasil eksperimen yang telah diperoleh siswa. Melalui tahap ini siswa dilatih untuk dapat memberikan penjelasan sederhana berdaarkan suatu fenomena yang terjadi berdasarkan pengetahuan dan
guru, diskusi dalam kelompok, serta dalam melakukan percobaan. Pada awal pembelajaran, banyak siswa yang bertanya pada setiap tahap inkuiri. adalah
Dalam hal ini tugas guru membimbing
siswa pada
setiap tahap inkuiri agar proses pembelajaran berjalan baik.
pengalaman belajarnya dan membuat kesimpulan dari data dan fakta terba-
Hal ini sesuai dengan pendapat
tas. Pada tahap ini, dapat dilihat bah-
Roestiyah (1998) mengenai keung-
wa siswa semakin baik dalam hal
gulan inkuiri terbimbing, yaitu dapat
membuat kesimpulan dan meru-
membentuk
muskan penyelesaian masalah. Pada
”Self-Concept”
mulanya, siswa tidak bisa membuat
sehingga
dan
siswa
mengembangkan pada
diri
dapat
siswa,
mengerti
13
tentang konsep dasar dan ide-ide
dibelajarkan. Siswa belum terbiasa
yang lebih baik. Pembelajaran inkuiri
dengan
juga dapat mengembangkan bakat
sehingga banyak siswa yang lambat
dan kecakapan siswa dan situasi
dalam mengerjakan LKS tersebut.
pembelajaran pun menjadi lebih
Hal ini berbeda dengan pembelajaran
terangsang.
yang siswa terima sebelumnya, yaitu
LKS
yang
digunakan
siswa langsung memperoleh konsep Berdasarkan tahap-tahap inkuiri yang telah diuraikan, terlihat jelas bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diterapkan pada materi
pengetahuan dari guru.
Perbedaan
ini juga mengakibatkan timbulnya kemalasan
pada
beberapa
siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
asam basa ini dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan pre-
SIMPULAN DAN SARAN
diksi dan keterampilan merumuskan Berdasarkan
hipotesis.
hasil
analisis
data,
pengujian hipotesis, dan pembahasan Dalam
pelaksanaan
terdapat
beberapa
penelitian yang
disimpulkan bahwa model pembel-
dihadapi, antara lain. Kendala yang
ajaran inkuiri terbimbing efektif
ditemukan pada pertemuan pertama,
dalam meningkatkan keterampilan
karena model pembelajaran inkuiri
prediksi
terbimbing adalah model pembel-
Model pembelajaran inkuiri terbim-
ajaran baru bagi siswa sehingga
bing efektif dalam meningkatkan
memerlukan waktu yang cukup lama
keterampilan merumuskan hipotesis
untuk terbiasa dengan pembelajaran
dalam kategori sedang. Berdasarkan
ini. Kondisi kelas yang tidak kon-
penelitian yang telah dilakukan, disa-
dusif
rankan bahwa Pembelajaran inkuiri
dan
kendala
dalam penelitian ini, maka dapat
banyak
siswa
yang
dalam
kategori
membuat kegaduhan mengakibatkan
terbimbing
pengelolaan waktu dalam proses
dalam pembelajaran kimia, terutama
pembelajaran ysng kurang efisien,
pada
misalnya saja materi yang diren-
terbukti efektif dalam meningkatkan
canakan
keterampilan prediksi dan keteram-
pertama,
selesai ternyata
pada
pertemuan
tidak
selesai
hendaknya
sedang.
materi
asam
diterapkan
basa
karena
pilan merumuskan hipotesis, bagi
14
calon peneliti lain disarankan agar lebih kreatif lagi dalam mengelola
k-p-s/ tembolok.html.Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Darussalam.
kelas sehingga pembelajaran lebih maksimal dan keributan-keributan
Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar.Rineka Cipta. Jakarta.
kecil yang ditimbulkan siswa dapat diminimalisir. Agar pembelajaran inkuiri terbimbing berjalan lebih efektif sebaiknya LKS yang digunakan sebagai media pembel-ajaran perlu upaya pengembangan yang lebih baik dan menarik karena mampu menunjang proses pembelajaran, bagi
calon peneliti
lain disarankan dalam menerapkan pembelajaran
inkuri
hendaknya lebih
Setiawan, P.A. 2011. Efektifvitas Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan keterampilan Mengelompokkan Dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Asam-Basa (Skripsi). Tidak diterbitkan. Suryabrata, S. 1993. Metode Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
terbimbing,
mengoptimalkan
persiapan yang diperlukan pada tiap tahapanan dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing. DAFTAR PUSTAKA Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung. Efendi, D. A. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Asam Basa Dalam peningkatkan keterampilan komunikasi Dan Pencapaian Kompetensi Siswa (Skripsi). Tidak diterbitkan. Mahmudin. 2010. Komponen Penilaian KPS. Mahudin (Ed). Oktober 2010. 9 Juli 2011 http://mahmudin.wordpress.com /-2010/10/komponen-penilaian-
Tainlain, W. 2003. Teori Belajar dan Teori Mengajar (Diktat). FKIP Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta. Yuniarti, I. 2011. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Materi Larutan Non Elek-trolit Dan Elektrolit Serta Redoks Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengamati Dan Mengelompokkan Siswa (Skripsi). Tidak diterbitkan.