PENINGKATAN KETAHANAN STEGANOGRAFI LOW BIT CODE PADA FILE MP3 DENGAN ADAPTIVE MINIMUM ERROR REDUCTION (AMER) Maman Abdurohman Departemen Teknik Informatika, Institut Teknologi Telkom
[email protected] Abstrak Steganografi adalah ilmu dan seni menyembunyikan pesan rahasia di dalam pesan lain. Keberadaan pesan rahasia tidak dapat diketahui. Istilah steganografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “steganos”, yang artinya tulisan tersembunyi. Steganografi berbeda dengan kriptografi yang merahasiakan makna pesan, sementara keberadaan pesan masih ada. Dalam tulisan ini telah diimplementasikan algoritma Least Significant Bit (LSB) standar, Minimum Error Reduction (MER), dan Adaptive MER (AMER). Ketiga metode tersebut dievaluasi berdasarkan besarnya SNR yang dihasilkan. Berdasarkan analisis dan pengujian, disimpulkan bahwa metode LSB standar lebih bagus daripada algoritma MER, sementara algoritma AMER lebih bagus daripada algoritma LSB standar. Pada algoritma AMER penyisipan pesan pada layer bit ke-6 mempunyai kualitas audio yang sama dengan penyisipan pesan pada algoritma LSB standar pada layer bit ke-4. Kata kunci : MER, AMER, LSB standart, audio, resampling, bit rate Abstract Steganografi is an art and science for hiding secret message into another message. The existence of secret message is unrecognized. Steganografi is a term from Greek, steganos, that means hidden message. It is different from cryptography that is concealing the meaning of message, whereas message is still exist. In this paper, we have implemented three kind steganografic method : Least Significant Bit (LSB) standard, MER, and Adaptive MER (AMER). Those three methods are evaluated based on SNR values. Based on analysis and examination, we conclude that LSB standar method is better than MER, and AMER algorithm is better than LSB standard. In AMER method the insertion of message at 6th-bit layer has the same quality with message insertion at 4th-bit layer of LSB standard. Keywords : MER, AMER, LSB standartd, audio, resampling, bit rate 1.
Pendahuluan Teknik penyisipan pesan telah banyak dilakukan. Salah satu teknik penyisipan pesan adalah dengan memanfaatkan bit Least Significant Bit (LSB) untuk menyisipkan pesan. Pada LSB digunakan kedalaman empat layer LSB untuk menyembunyikan data. Kedalaman empat layer masih dianggap dapat ditingkatkan kembali untuk meningkatkan ketahanan steganografi terhadap noise. Perlu dicoba tingkat kedalaman yang lebih. Pada tulisan ini dibahas metode penyisipan dengan kedalaman enam layer LSB dengan tujuan agar meningkatkan ketahanan terhadap noise. Pembawa informasi yang digunakan adalah file audio yang memiliki tingkat performansi yang baik dalam menyimpan pesan rahasia karena karakteristik dasar dari audio tersebut. Penyisipan dengan kedalaman enam layer LSB dapat meningkatkan ketahanan dengan tetap mempertahankan kualitas audionya. 2.
Steganografi Steganografi adalah ilmu untuk menyisipkan pesan pada suatu media. Pesan maupun media penyimpanan adalah file dengan tipe teks, gambar, suara, grafik atau multimedia. Pada steganografi
dengan satuan proses komputasinya bit, semua file dipandang secara sama sebagai sekumpulan bit. Sebagai media pembawa pesan, kecuali teks, semuanya termasuk pembawa yang baik. Pemanfaatan file teks sebagai media pembawa dibedakan dengan file yang lain karena paling rentan terhadap perubahan. 2.1 Prinsip dasar Steganografi Steganografi memiliki beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan yaitu [3] : 1. Fidelity : penambahan data terhadap file pembawa tidak menyebabkan perubahan yang signifikan. Misalkan penambahan data pada file audio, audio hasil steganografi masih tetap baik, sehingga pengamat tidak menyadari bahwa di dalam audio tersebut terdapat file rahasia. 2. Robustness : data yang disembunyikan harus tahan terhadap berbagai operasi manipulasi seperti noise, kompresi, cropping, rotasi, penambahan kontras, dll. 3. Recovery : Data yang disembuyikan harus dapat diekstrak kembali 2.2 Algoritma Steganografi pada Audio Penggunaan media audio sebagai pembawa pesan telah banyak dilakukan. Berbagai algoritma
Peningkatan Ketahanan Steganografi Low Bit Code pada File MP3 dengan AMER [Maman Abdurohman]
yang digunakan dalam watermarking audio, diantaranya, adalah [6]: 1. LSB Coding; Algoritma ini mengganti bit-bit data yang mempunyai pengaruh paling kecil terhadap sinyal audio dengan data yang merepresentasikan data watermark. 2. Echo Coding; Algoritma ini menggunakan echo pada data audio untuk menyembunyikan data, karena manusia sampai batas tertentu tidak dapat merasakan echo pada sinyal audio yang didengarkan. 3. Phase Coding; Algoritma ini mensubstitusikan fasa dari segmen audio awal dengan fasa referensi yang mempresentasikan pesan rahasia. Algoritma ini juga memanfaatkan kelemahan sistem pendengaran manusia untuk merasakan fasa absolut. 4. Direct Sequence dan Frequency Hopped Spread Spectrum; Teknik ini mengadopsi teknik spread spectrum yang digunakan dalam telekomunikasi dalam lingkungan ber-noise. 5. Frequency Masking; Algoritma ini menggunakan kelemahan telinga manusia yang tidak dapat mendengarkan frekuensi-frekuensi tertentu pada kondisi tertentu. 2.3 Steganografi, watermark, dan kriptografi Steganografi secara mendasar berbeda dengan kriptografi. Kriptografi adalah proses pengubahan pesan sehingga tidak dapat dikenali sebagai pesan aslinya tanpa menggunakan media lain. Pesan yang telah dienkripsi tidak dapat dikenali sebagai pesan asli kecuali setelah proses dekripsi pesan. Berbeda dengan steganografi yang melakukan penyisipan pesan ke dalam media lain tanpa mengubah prinsip media tersebut. Media yang disisipi pesan tidak berbeda jelas dengan media aslinya, walaupun pada kenyataannya berbeda. Perubahan beberapa bit pada media gambar hampir sulit untuk ditangkap perubahannya oleh pengguna. Watermarking adalah bentuk aplikasi dari steganografi, dimana media penampung diberi penanda (mark) yang menunjukan label kepemilikan media tersebut. Berikut perbedaan antara steganografi dengan watermarking [3] : a. Pada Steganografi, informasi rahasia disembunyikan di dalam media digital dimana media penampungnya tidak berarti apa-apa. b. Pada Watermarking justru media digital tersebut yang akan dilindungi kepemilikannya dengan pemberian label hak cipta (watermark). Keuntungan menggunakan steganografi dibandingkan dengan kriptografi adalah pesan yang dikirim tidak menarik perhatian sehingga media penampung pesan tidak menimbulkan kecurigaan bagi pihak ketiga, berbeda dengan kriptografi dimana cipherteks terlihat jelas berubah. 2.4 Suara Digital Pengolahan suara dapat dilakukan apabila suara tersebut telah dikonversi ke dalam bentuk
digital dari bentuk analog. Untuk mengkonversi data tersebut diperlukan alat yang disebut ADC (Analog to Digital Converter) sebaliknya untuk mengkonversi dari bentuk digital ke analog digunakan alat yang disebut DAC (Digital to Analog Converter). ADC terdiri dari tiga komponen yaitu pencuplik (sampler), quantizer, coder. Rangkaian pencuplik menerima masukan berupa sinyal analog dan menghasilkan output berupa sinyal diskrit. Sinyal diskrit tadi diolah oleh quantizer dan menghasilkan output sinyal diskrit terkuatisasi, selanjutnya coder mengkodekan sinyal diskrit terkuantisasi tadi dan menghasilkan sinyal digital. Berikut ini akan diulas mengenai proses pengolahan suara dari sinyal analog ke sinyal digital. 2.4.1 Pencuplikan Proses pencuplikan adalah proses menghitung ulang sample dari berkas audio pada nilai sampling rate yang berbeda dengan pada saat berkas tersebut dibuat. Pencuplikan yang dilakukan menggunakan tingkat kerapatan pencuplikan (sampling rate) sesuai dengan aturan Nyquist. Jika suatu sinyal memiliki frekuensi tertinggi sebesar fs, maka pencuplikan terhadap sinyal tersebut harus dilakukan dengan sampling rate lebih besar atau sama dengan 2 fs, pernyataan ini dapat dinyatakan dengan[8] : FN ≥ 2 fs
(1)
Dengan, FN = frekuensi Nyquist Penentuan nilai sampling rate sangat menentukan kualitas dari sinyal audio yang dihasilkan. Apabila nilai sampling rate tidak tepat akan mengakibatkan timbulnya Aliasing. Aliasing adalah jenis distorsi yang terjadi karena menyimpan frekuensi tinggi secara digital dengan menggunakan sampling rate yang kecil. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan penapis pita (anti aliasing) sehingga sinyal yang mempunyai frekuensi melebihi 1,5 kali frekuensi Nyquist akan dihilangkan sebelum direkam. Jika sinyal audio ini sudah direkam maka distorsi aliasing tidak akan mungkin untuk dihilangkan. 2.4.2 Kuantisasi Kuantisasi adalah proses dimana hasil perhitungan dibulatkan ke dalam nilai diskrit. Variasi tegangan sinyal audio analog yang kontinyu dikuantisasi ke nilai amplitudo diskrit yang dipresentasikan dengan angka biner, keakuratan kuantisasi dipengaruhi oleh jumlah bit yang tersedia untuk menggambarkan nilai-nilai amplitude diskrit dan tingkat kuantisasi (quantization level), tingkat quantisasi menetukan jumlah interval nilai untuk keseluruhan nilai cuplikan. Semakin besar jumlah tersebut semakin bagus pula kualitas suara yang dihasilkan. Terdapat dua jenis kuantisasi, yaitu lanjar dan logaritmik. Pada kuantisasi lanjar setiap selang
Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Desember 2008, Vol. 13, No. 2
kuntisasi adalah sama sedangkan untuk kuantisasi logaritmik, lebar selang ditentukan oleh fungsi logaritmik sehingga lebar selang dapat bervariasi, selang kecil untuk nilai cuplikan kecil sedangkan selang yang lebih besar untuk cuplikan yang lebih besar. 2.4.3 Pengkodean Secara umum pengkodean terdiri dari tiga cara yaitu a. Pulse Amplitude Modulation Dilakukan berdasarkan nilai amplitude dari setiap cuplikan, nilai ini langsung dikodekan tanpa mengalami proses kuantisasi b. Pulse Code Modulation Merupakan proses modulasi untuk mendapatkan sinyal digital melalui sampling, kuantisasi dan pengkodean. c. Delta Modulation Dilakukan dengan melihat naik turunnya sinyal analog tiap satuan waktu. Apabila dari waktu t sampai waktu (t+1) sinyal bergerak turun maka pada satuan waktu tersebut cuplikan dikodekan dengan nilai ‘1’ dan sebaliknya. Jika sinyal mendatar atau nilai amplitudonya tidak berubah, maka pada cuplikan tersebut dikode dengan nilai yang berlawanan dengan nilai sebelumnya. 2.5 Format File MP3 MP3 adalah salah satu jenis berkas audio yang terkompresi. MP3 merupakan salah satu teknik kompresi audio, dimana proses pengkompresiannya berbeda dari kompresi biasa. MP3 tidak melakukan penghilangan redudansi seperti algoritma biasa, namun dengan cara melakukan analisa pola alir audio yang disesuaikan dengan kemampuan indera pengdengaran manusia. Sehingga walaupun suara yang dihasilkan tidak sama dengan aliran audio asli, namun indera pendengaran manusia tidak dapat membedakannya. Selain itu, MP3 menghilangkan sejumlah besar informasi mengenai berkas audio, sehingga informasi yang disimpan hanya informasi yang benar-benar dibutuhkan untuk memutar berkas audio tersebut. Ruangan untuk menyimpan informasi tersebut bergantung pada pihak yang mengkompresi aliran audio ke dalam format *.mp3 2.5.1 Spesifikasi Berkas MP3 Sebuah file MP3 dibangun dari bagian-bagian kecil yang disebut frame. Secara umum setiap frame merupakan independent item. Setiap frame memiliki header dan informasi audio masing-masing. Jika tidak ada header maka sebuah data audio tidak dapat dimainkan dengan benar [9]. Header (32 bits)
CRC (0,16 bits)
Side Information (136,256 bits)
Main Data (Variabel Length)
Gambar 1. Struktur Frame File MP3
Jika ingin membaca file MP3, yang harus dilakukan adalah mendapatkan frame awal, mambaca header-nya, dan mengasumsikan bahwa frame yang lain juga memiliki informasi yang sama, tetapi mungkin yang terjadi tidak selalu seperti ini. Sebagai contohnya variabel bitrate file MPEG menggunakan metode bitrate switching. Bitrate switching yang berarti bahwa bitrate berubah tergantung isi dari masing-masing frame. 2.5.2 Cyclic Redudancy Code (CRC) Setelah header, rentetan bit berikutnya adalah CRC. CRC ini tidak selalu ada dalam setiap frame (optional), ada tidaknya dapat diketahui oleh bit D (protection) pada header. Jika bit D bernilai 1 maka frame tersebut diproteksi dengan CRC, jika 0 maka frame tersebut tidak diproteksi. Ukuran Panjang CRC adalah 16 bit. 2.5.3 Side Information dan Data Setiap frame MP3 terdiri dari dua granule. Setiap granule berisi informasi side info dan main data. Panjang side info tergantung dari channel mode yang digunakan. Untuk mode mono panjang side infonya adalah 17 byte atau 136 bit. Sedangkan untuk mode selain mono, panjang side infonya adalah 32 byte atau 256 bit. Informasi yang terdapat pada side info antara lain : main data end, private bits, scalefactor selection, panjang main data, big values, global gain, scale factor compress, blocksplit flag, block type, switch point, table select, subblock gain, region address, preflag, scalefactor scale. Main data terdiri dari nilai spectral atau nilai sampling dari file MP3 itu sendiri 2.6
Algoritma Penyisipan Pesan
Berikut ini beberapa algoritma yang digunakan dalam penyisipan pesan dengan algoritma penyisipan pesan yang telah dirancang, yaitu: 2.6.1 LSB Standar Keuntungan dengan memakai algoritma ini adalah kapasitas kanal bit rate-nya yang besar. Sebagai contoh dengan menggunakan satu LSB dari sampel dapat memberikan kapasitas 44.1 kbps. Tetapi algoritma ini juga mempunyai beberapa kerugian contohnya ketahanan terhadap noise yang rendah. Sebagai contoh perubahan random sederhana saja dapat menghancurkan pesan yang disisipi, sebagai catatan adalah tidak mungkin pesan dapat bertahan pada konversi ADC/DAC dan juga sangat kecil kemungkinan pesan dapat diekstrak dengan sempurna jika dilakukan kompresi audio seperti MPEG. Sebagai ilustrasi, jika terdapat pesan rahasia seperti berikut : 110100
Peningkatan Ketahanan Steganografi Low Bit Code pada File MP3 dengan AMER [Maman Abdurohman]
Dengan sample object : 01010001 = 81 01110101 = 117 10101101 = 173 10100011 = 163 10111110 = 190 00001100 = 12 maka akan menghasilkan stego object : 01011001 = 89 01111101 = 125 10100101 = 165 10101011 = 171 10110110 = 182 00000100 = 4 2.6.2 Minimum Error Reduction (MER) Algoritma MER mengevaluasi setiap sample yang telah disisipi dengan algoritma di atas agar hasil operasi penyisipan mempunyai perbedaan sedikit dengan audio aslinya, sebagai contoh ada sample objek bernilai 1.000 (desimal 8) ingin disisipi bit 0 dilayer ke-4 maka hasil yang didapat adalah 0000 (desimal 0) dengan menggunakan MER maka hasil yang didapat adalah 0111 (desimal 7) jauh lebih dekat dengan bit aslinya, namun algoritma pengekstraksian tetap sama yaitu membaca bit ke-i dari LSB yang telah didefinisikan pada sample object, sebagai catatan algoritma dijalankan apabila bit ai (bit LSB ke (i+1)) yang akan diubah berbeda dengan bit pesan yang akan disisipi [1]. if sample objek a>0 if bit 0 yang akan disisipi if ai-1=0 then ai-1ai-2…a0=11…1 if ai-1=1 then ai-1ai-2…a0=00…0 if ai+1=0 then ai+1=1 else if ai+2=0 then ai+2=1 … else if a15=0 then a15=1 if bit 1 yang akan disisipi if ai-1=1 then ai-1ai-2…a0=00…0 if ai-1=0 then ai-1ai-2…a0=11…1 if ai+1=1 then ai+1 else if ai+2=1 then ai+2=0 … else if a15=1 then a15=0 if sample objek a<0 if bit 0 yang akan disisipi if ai-1=0 then ai-1ai-2…a0=11…1 if ai-1=1 then ai-1ai-2…a0=00…0 if ai+1=1 then ai+1=0 else if ai+2=1 then ai+2=0 … else if a15=1 then a15=0 if bit 1 yang akan disisipi if ai-1=1 then ai-1ai-2…a0=00…0 if ai-1=0 then ai-1ai-2…a0=11…1 if ai+1=1 then ai+1=0 else if ai+2=1 then ai+2=0 … else if a15=1 then a15=0 Gambar 2. Struktur Algoritma MER
2.6.3 Pembentukan Key Key digunakan untuk menghasilkan bilangan acak yang digunakan sebagai alamat penyisipan, bilangan dihasilkan dari 1:N. Sebagai ilustrasi sample host sebesar 50.000 sample. Pesan sebanyak 1.000 bit. Maka key akan di-generate dari 1:50.000 lalu diambil sebanyak 1.000 saja sesuai dengan banyaknya pesan. 3.
Perancangan Sistem Steganografi
Pada proses pengembangan sistem steganografi dilakukan beberapa tahapan proses. Beberapa tahapan yang dilakukan pada proses pengembangan sistem sebagai berikut : 3.1 Analisis Kebutuhan Sistem Sistem pada tulisan ini mempunyai dua fungsionalitas utama dalam hal melakukan penyisipan pesan ke dalam cover media audio dan pengekstraksian pesan dari media audio tersebut. Kedua fungsionalitas tersebut menggunakan dua pendekatan yaitu dengan algoritma MER (Minimum Error Replacement) dan Error Diffusion. Dalam prosesnya sistem ini akan bekerja sebagai berikut : a. User menentukan file audio MP3 yang akan digunakan sebagai cover signal dan file teks atau gambar yang akan disisipi b. User memasukan sebuah stegokey yaitu semacam password yang nantinya akan dibutuhkan dalam proses ekstraksi pesan c. Sistem mempunyai fungsionalitas untuk menghitung SNR, MAE, dan MSE. 3.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras yang digunakan untuk membangun sistem steganografi pada media audio adalah sebagai berikut : a. Prossesor Pentium 4 CPU 2.40 GHz b. DDR 512 MB c. Kartu Grafis Ge-Force FX 5200 d. SoundCard Onboard e. Speaker Simbada CST 7000 3.1.2 Spesifikasi Perangkat Lunak Sistem steganografi ini dibangun dan diuji dengan menggunakan perangkat lunak sebagai berikut : a. Sistem Operasi Windows XP Profesional b. Matlab Versi 7.0.0 c. Cool Edit Pro 2.0 3.1.3 Analisis Masukan dan Keluaran Masukan dalam system ini berupa file audio dengan format MP3 (*.mp3) yang akan dijadikan sebagai cover signal untuk disisipi oleh sebuah pesan rahasia. Pesan rahasia berupa teks (*.txt). Proses penyisipan dengan menggunakan algoritma MER (Minimum Error Reduction) dan dengan key
Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Desember 2008, Vol. 13, No. 2
yang sama. Penyisipan juga dilakukan dengan algoritma LSB standar agar hasilnya dapat dibandingkan. Adapun keluaran yang akan dihasilkan antara lain adalah file audio hasil steganografi dan stegokey yang akan diperlukan untuk ekstraksi data. 3.2 Perancangan Sistem Perancangan sistem secara keseluruhan dapat dilihat sebagai berikut :
(Signal to Noise Ratio) dan penilaian subjektif dengan MOS (Mean Opinion Score). 4.1 Analisis SNR (Signal to Noise Ratio) Berdasarkan Tabel 1 kualitas audio yang dihasilkan algoritma LSB standar lebih bagus dibandingkan dengan algoritma MER. Hal ini menunjukan bahwa perubahan data yang diterapkan pada MER sangat berpengaruh terhadap perubahan sinyal audio pembawa.
3.2.1 Algoritma Perancangan Perangkat Lunak
Tabel 1. SNR Steganografi Standar dan MER
Algoritma Perancangan perangkat lunak yang digunakan dalam tulisan ini adalah perancangan terstruktur dengan bentuk sebagai berikut :
Klip Audio Classic Pop Jazz Acpla RnB Rock
3.2.1.1 Diagram Konteks Diagram konteks menunjukan sistem secara keseluruhan dengan satu proses utama. Diagram konteks perancangan perangkat lunak ditunjukkan pada Gambar 3.
4 48.85 58.20 50.28 49.39 53.44 54.54
Standar 5 42.91 52.18 44.19 43.40 47.48 48.48
6 36.90 46.24 38.26 37.40 41.38 42.47
4 26.51 31.72 29.66 25.97 30.68 33.95
MER 5 21.37 29.93 24.64 22.09 26.55 28.14
6 19.00 25.36 20.65 19.23 21.40 25.30
4.2 Analisis MOS Berdasarkan penilaian pada Tabel 2 menunjukan bahwa nilai MOS untuk algoritma LSB standar lebih besar dibandingkan dengan algoritma MER hampir pada semua jenis genre. Ini menunjukan kualitas LSB lebih baik dibandingkan MER. Perubahan yang dilakukan pada MER dengan melakukan perngubahan bit-bit tertentu ternyata tidak dapat meningkatkan kualitas audio yang telah disisipi.
Gambar 3. Diagram Kontek
Tabel 2. Hasil Penilaian MOS
3.2.1.2 Diagram Aliran Data Level 1
Algoritma
Pada DAD Level 1 sistem dirinci menjadi beberapa proses utama yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Std 4 bit Std 5 bit MER 6 MER 7 Total
5.
Classic 4.20 4.30 3.90 3.80 4.05
Jazz 4.05 3.90 3.95 3.75 3.91
Klip Audio Acapela Pop 3.50 4.50 3.60 4.30 3.55 4.25 3.50 4.20 3.54 4.30
RnB 4.15 4.30 3.90 3.65 4.00
Rock 4.40 4.50 4.55 4.35 4.45
Analisis Algoritma Adaptive MER (AMER)
Setelah menganalisis hasil SNR dan MOS pada algoritma standar dan MER, dapat disimpulkan bahwa algoritma standar masih lebih baik. Pada algoritma Adaptive MER dilakukan perubahan pada proses reduksi dengan memperhatikan dua hal yaitu ketahanan dan kualitas audio. Tabel 3. Perbandingan SNR Standar dan AMER Gambar 4. DAD Level 1 4.
Analisis Perbandingan LSB dan MER
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui perfomansi masing-masing algoritma steganografi. Analisis dilakukan berdasarkan dua buah standar penilaian yaitu penilaian objektif dengan SNR
Clip Audio Classic Pop Jazz Acapela RnB Rock
4 48.9 58.2 50.3 49.4 53.4 54.5
Standar 5 42.9 52.2 44.2 43.4 47.5 48.5
6 36.9 46.2 38.3 37.4 41.4 42.5
4 58.1 67.9 59.8 59.6 63.0 63.7
AMER 5 6 53.9 47.4 62.4 56.5 54.5 48.6 53.9 48.6 58.0 51.9 58.4 53.2
7 41.1 50.6 43.0 41.8 45.8 47.5
Peningkatan Ketahanan Steganografi Low Bit Code pada File MP3 dengan AMER [Maman Abdurohman]
5.1 Analisis SNR
Daftar Pustaka
Berdasarkan Tabel 3 yang menunjukan bahwa penyisipan pesan pada algoritma AMER layer keenam memiliki nilai SNR yang mendekati dengan penyisipan pesan layer keempat pada algoritma LSB standar. Penerapan Algoritma AMER mampu menyisipkan pesan ke dalam layer bit yang lebih tinggi sehingga ketahanan dari noise lebih besar yaitu : Noisemax < 10 log 2(6-1) – 0.5 Noisemax < 10 log 31.5 Noisemax < 14.98 Perbaikan yang dilakukan oleh AMER adalah bertujuan untuk meningkatkan ketahanan algoritma steganografi dengan tetap mempertahankan kualitas audio. Perbaikan pada AMER dimungkinkan karena adanya perubahan dalam pemilihan bit-bit yang direduksi dan diperbaiki sehingga tetap dapat mempertahankan kualitas audio.
[1] Cvejic, Nedeljko, 2004, Algorithms for Audio Watermarking and Steganografi”. ISBN 9514273842.
6. Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan 1. Algoritma AMER (Adaptive MER) mampu mengurangi besar error pada algoritma MER standar sehingga SNR yang dihasilkan lebih besar dibanding dengan algoritma LSB standar 2. Perbaikan pada AMER disebabkan oleh pemilihan bit-bit yang direduksi dan diperbaiki sesuai dengan karakteristik audio sehingga dapat mempertahankan kualitasnya. 3. Untuk merusak bit keempat LSB dipelukan noise sebesar 9 dB dan bit keenam LSB diperlukan noise sebesar 15 dB 4. Dengan meletakan pesan yang tadinya pada layer bit keempat ke layer bit keenam diperoleh nilai ketahanan sebesar 15-9 = 6 dB 5. Jenis lagu acapela memiliki nilai MOS yang paling kecil dibandingkan dengan lainnya karena jenis musik acapela hanya terdiri dari satu jenis suara yaitu suara manusia. 6. Jenis musik rock dan pop adalah cover yang baik karena kedua jenis musik ini memiliki suara yang komplek. 7. Baik metode LSB standar, MER, maupun AMER tidak tahan terhadap perubahan bit rate maupun sample rate secara sengaja.
[2] Cvejic, Nedeljko, Increasing Robustness of LSB Audio Steganografi by Reduced Distortion LSB Coding. www.mediateam.oulu.fi/ publications/pdf/618.pdf [3] Dharma, Edy Muntina, 2006, Steganografi slides. Institut Teknologi Telkom. [4] File Mp3, File http://en.wikipedia.org/wiki/MP3.
[5] Frekuensi Nyquist, Frekuensi Nyquist, http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/0 6/frekuensi-nyquist.html [6] Mean Square Error, Mean Square Error, http://en.wikipedia.org/wiki/Mean Squared Error [7] Soehono, Stefanus, Audio Steganografi Menggunakan Mp3. www.cert.or.id/~budi/courses/security/2006/St efanusSoehono_report.doc [8] Supangkat, Suhono, Kuspriyanto, Juanda Watermarking sebagai teknik penyembunyian label hak cipta pada data digital. URL : http://digitally1.paume.itb.ac.id [9] W, Bender, D. Gruhl, N. Morimoto, A. Lu, 1996, Techniques for data hiding, IBM System Journal, Vol. 35.
6.2 Saran 1.
2.
mp3,
Pada penelitian selanjutnya channel audio yang dipakai adalah kedua-duanya agar kapasitas pesan yang dapat ditampung sebesar 1/16 kali ukuran host audio Perlu dibuat algoritma yang dapat menyisipkan pesan pada layer di atas bit enam agar ketahanan noise lebih tinggi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Desember 2008, Vol. 13, No. 2