PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA PG-PAUD UKSW DALAM MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN MELALUI KEGIATAN BIMBINGAN KELOMPOK Desi Kusumawati Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP –Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar melalui kegiatan bimbingan kelompok. Melalui kegiatan ini mahasiswa PG-PAUD yang mengikuti mata kuliah statistik pendidikan diharapkan kemandirian belajarnya meningkat dan mahasiswanya lulus dalam mata kuliah tersebut dengan nilai yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan di PG-PAUD UKSW dengan subyek tujuh mahasiswa PG-PAUD UKSW yang mengulang mata kuliah statistik pendidikan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kemandirian belajar dan studi dokumentasi berupa transkrip nilai mata kuliah statistik pendidikan sebelum dan sesudah mengikuti mata kuliah statistik pendidikan.
Kata Kunci : Kemandirian Belajar,Statistik Pendidikan, Bimbingan Kelompok
PENDAHULUAN Kemandirian belajar harus dimiliki oleh setiap individu terutama yang mengikuti pendidikan tinggi (Wongsri,dkk: 2002). Individu yang dimaksud adalah mahasiswa. Mahasiswa yang menghadapi tugas kuliah, penyusunan skripsi dituntut untuk belajar secara mandiri. Salah satu syarat untuk membentuk lulusan yang profesional dapat dilihat dari kemandirian belajar mahasiswanya. Mata kuliah Statistik Pendidikan sebagai mata kuliah yang membekali mahasiswa tentang in putting, pengolahan, penganalisaan dan penggunaan data baik secara deskriptif maupun inferensial untuk kepentingan kegiatan penelitian pendidikan. Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah statistik pendidikan perlu memiliki kemandirian belajar. Kemandirian belajar dapat membuat mahasiswa belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, mengatur belajarnya secara efektif dan tidak bergantung pada orang lain secara emosional (Sumarmo, 2004). Temuan pra penelitian di kelas mata kuliah Statistik Pendidikan Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016 didapatkan data dari dokumen peserta mata kuliah Statistik Pendidikan yaitu ada 7 dari 12 mahasiswa yang mengulang mata kuliah ini dikarenakan mendapatkan nilai CD. Sedangkan dari hasil pretest angket kemandirian belajar diperoleh hasil ada enam mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar cukup baik dan satu mahasiswa memiliki kemandirian belajar kurang baik. 1
Strategi yang dapat diterapkan untuk membantu meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa yang mengulang mata kuliah Statistik Pendidikan melalui layanan bimbingan kelompok. Nurihsan (2005) menyatakan layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri mahasiswa (konseli). Teknik bimbingan kelompok yang akan digunakan adalah bermain peran (role play). Diharapkan melalui penelitian tindakan kelas kemandirian belajar mahasiswa melalui layanan bimbingan kelompok dapat menolong mahasiswa belajar mandiri dan mencegah berkembangnya masalah pada diri mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah kemandirian belajar mahasiswa PG-PAUD UKSW dalam mengikuti mata kuliah Statistik Pendidikan semakin meningkat melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1) Mahasiswa PG-PAUD yang mengikuti mata kuliah Statistik Pendidikan yaitu a) kemandirian belajarnya semakin meningkat; b) mendapatkan nilai lebih baik dari sebelumnya; c) lulus dalam mata kuliah Statistik Pendidikan. 2) Dosen Pengampu, yaitu a) mendapatkan metode baru dalam meningkatkan kemandirian belajar yaitu melalui bimbingan kelompok; b) Tidak ada mahasiswa yang mengulang mata kuliah Statistik Pendidikan
TINJAUAN PUSTAKA A. Kemandirian Belajar 1. Konsep Kemandirian Belajar Konsep kemandirian belajar menurut Lerner (dalam Suherman, 2008) mencakup kebebasan untuk bertindak, tidak bergantung kepada orang lain, tidak terpengaruh lingkungan dan bebas mengatur kebutuhan sendiri. Konsep kemandirian ini Watson dan Lindgren (dalam Suherman, 2008) yang menyatakan kemandirian belajar ialah kebebasan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, gigih dalam usaha, dan melakukan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Berdasarkan pendapat Lerner, Watson dan Lindgren maka Suherman (2008) memberikan konsep kemandirian belajar sebagai kemampuan untuk menguasai, mengatur atau mengelola kegiatan belajarnya sendiri. 2.
Ciri-ciri Kemandirian Belajar Suardiman (1984) mengemukakan ciri-ciri kemandirian belajar sebagai berikut: 1) Adanya
kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak atas kehendaknya sendiri.; 2) memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan; 3) Membuat perencanaan dan 2
berusaha dengan ulet, tekun untuk mewujudkan harapan; 4) Mampu untuk berpikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif dan tidak sekedar meniru; 5) Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar; 6) Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan tanpa mengharapkan bimbingan tanpa pengarahan orang lain. Sedangkan menurut Basri (1996), menyebutkan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar yaitu: 1) Siswa merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri; 2) Siswa berinisiatif dan memacu diri untuk belajar terus menerus; 3) Siswa dituntut tanggung jawab dalam belajar; 4) Siswa belajar secara kritis, logis, dan penuh keterbukaan; 5) Siswa belajar dengan penuh percaya diri. Menurut Robert Ronger (1990), seseorang dikatakan mandiri jika: (1) Dapat bekerja sendiri secara fisik, (2) Dapat berpikir sendiri, (3) Dapat menyusun ekspresi atau gagasan yang dimengerti orang lain, dan (4) Kegiatan yang dilakukan disahkan sendiri secara emosional 3.
Indikator Kemandirian Belajar Menurut Hidayati dan Listyani (2010) indikator kemandirian belajar terdiri dari: 1)
Ketidaktergantungan terhadap orang lain; 2) Memiliki kepercayaan diri; 3) Berperilaku disiplin; 4) Memiliki rasa tanggung jawab; 5) Berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri; 6) Melakukan kontrol diri. Menurut penelitian Eko & Kharisudin (2010: 79), menyebutkan beberapa indikator kemandirian belajar diantaranya (1) percaya diri, (2) tidak menyandarkan diri pada orang lain, (3) mau berbuat sendiri, (4) bertanggung jawab, (5) ingin berprestasi tinggi, (6) menggunakan pertimbangan rasional dalam memberikan penilaian, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah, serta menginginkan rasa bebas, dan (7) selalu mempunyai gagasan baru. Menurut Danuari (1990), indikator kemandirian belajar adalah adanya tendensi untuk berperilaku bebas dalam berinisiatif atau bersikap atau berpendapat, adanya tendensi percaya diri, adanya sifat original (keaslian) yaitu bukan sekedar meniru orang lain, tidak mengharapkan pengarahan orang lain, dan adanya tendensi untuk mencoba sendiri. Indikator kemandirian belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator dari Hidayati dan Listyani (2010). B. Bimbingan Kelompok 1. Konsep Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok (Prayitno, 1995). Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan 3
lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Pernyataan serupa dikemukakan oleh Winkel dan Hastuti (2004) menyatakan bimbingan kelompok sebagai sarana penunjang perkembangan peserta didik yang optimal, diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Perkembangan yang diperoleh dari bimbingan kelompok mencakup perkembangan kognitif, psikomotor, dan afektif. Ketiganya dapat berkembang dengan optimal melalui bimbingan kelompok. Romlah (2001) mendefinisikan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu siswa agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. berdasarkan pendapat tiga tokoh yakni Prayitno, Winkel dan Hastuti dan Romlah dapat diketahui bahwa bimbingan kelompok dapat membantu mahasiswa meningkatkan kemandirian belajarnya melalui dinamika kelompok yang dapat mendorong mahasiswa untuk mengungkapkan pendapatnya dan mendapatkan informasi mengenai kemandirian belajar yang didapat dari pengalaman maupun wawasan anggota kelompok. 2.
Teknik Bermain Peran dalam Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok dapat dilaksanakan dengan berbagai teknik yang bervariasi, seperti
yang dikemukakan oleh Romlah (2001), antara lain teknik pemberian informasi, diskusi kelompok, teknik pemecahan masalah (problem solving), bermain peran (role playing), permainan simulasi (simulation games). Diantara teknik-teknik tersebut, teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik bermain peran. Sanjaya (2006) memaparkan bahwa bermain peran adalah kegiatan beberapa orang yang diarahkan untuk mengkreasi kejadian masa lalu, aktual, atau yang mendatang. Lebih lanjut Mulyasa (2004) menambahkan bahwa teknik bermain peran dapat mengekspresikan hubungan antar manusia dengan cara memperagakan, bekerjasama, diskusi, mengeksplorasi perasaan, nilai dan strategi pemecahan masalah antar pesertanya. Sehingga tema yang diangkat dalam bermain peran harus benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari- hari. Rithmayanti (2013) mengatakan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran adalah sarana penunjang perkembangan peserta didik melalui pemeragaan kejadian masa lalu, aktual, atau yang
4
mendatang untuk mengekspresikan hubungan antar manusia selanjutnya bekerjasama, diskusi, mengeksplorasi perasaan, nilai dan strategi pemecahan masalah. Langkah-langkah dalam bermain peran menurut Sanjaya (2006) meliputi, 1) persiapan bermain peran, 2) pelaksanaan bermain peran, 3) penutupan. Tahap persiapan bermain peran dapat dilakukan dengan pembentukan kelompok dan memasukkan diri ke dalam kelompok. Para anggota saling memperkenalkan diri, selanjutnya penjelasan mengenai bermain peran, penjelasan peraturan yang akan diterapkan. Setelah hal-hal tersebut terlaksana dengan baik, dapat dilanjutkan dengan menetapkan topik dan tujuan yang akan dicapai, pemberian gambaran masalah yang akan diungkap, penetapan peserta didik yang akan menjadi pemeran, dan kesempatan bertanya bagi pemain jika menemui kesulitan. Tahap pelaksanaan adalah kelompok pemeran beraksi dengan spontan, peserta yang lain mengamati dengan penuh perhatian, tentor memberi bantuan pada pemeran yang mengalami kesulitan. Tahap penutup ditandai dengan menghentikan bermain peran. Selanjutnya dilakukan diskusi untuk membahas masalah yang diungkap, kritik dan tanggapan pelaksanaan bermain peran, dan diakhiri penarikan kesimpulan. 3.
Keuntungan Menyelenggarakan Bimbingan Kelompok Menurut Surya dan Natawidjajay (dalam Suherman, 2008) ada beberapa keuntungan yang
mendukunng diselenggarakannya bimbingan kelompok, yakni sebagai berikut: a) Bimbingan kelompok lebih bersifat efektif dan efesien; b) Bimbingan kelompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seseorang atau beberapa orang individu terhadap anggota lainnya; c) Dalam bimbingan kelompok dapat terjadi saling tukar pengalaman di antara anggotanya yang dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku individu; d) Bimbingan kelompok dapat merupakan awal dari konseling individual, sehingga bimbingan kelompok dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan individu yang akan mendapatkan layanan konseling; e) Bimbingan kelompok dapat menjadi pelengkap dari teknik konseling individual, dalam arti sebagai layanan tindak lanjut dari konseling individual; f) Bagi kasus-kasus tertentu, bimbingan kelompok dapat digunakan sebagai substitusi, yakni dilaksanakan karena kasus tidak dapat ditangani dengan teknik lain; g) Dalam bimbingan kelompok terdapat kesempatan untuk menyegarkan watak Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar mahasiswa PG-PAUD yang mengikuti mata kuliah Statistik Pendidikan akan meningkat melalui kegiatan bimbingan kelompok.
5
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Model proses yang digunakan dalam PTK ini adalah model proses siklus (putaran/spiral) yang mengacu pada model PTK yang dikutip Arikunto (2006). Rancangan siklus penelitian memiliki tiga tahapan kegiatan pada setiap siklusnya, yaitu: 1) membuat rencana tindakan; 2) melaksanakan tindakan dan mengadakan pemantauan/observasi; 3) memberikan refleksi dan evaluasi untuk memperoleh sejauh mana pencapaian hasil yang diharapkan kemudian direvisi untuk melaksanakan tindakan siklus berikutnya. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa PG-PAUD UKSW yang mengulang mata kuliah Statistik Pendidikan di Semester 2 Tahun Ajaran 2015-2016 berjumlah 7 orang. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu variabel independen/bebas dan variabel dependen/terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah bimbingan kelompok dan variabel terikatnya adalah kemandirian belajar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket kemandirian belajar dan studi dokumentasi. Angket kemandirian belajar digunakan untuk mengumpulkan data deskripsi tentang kemandirian belajar mahasiswa. Angket kemandirian belajar ini diadaptasi dari Hidayati dan Listyani (2010). Studi dokumentasi digunakan untuk melihat transkrip nilai mata kuliah Statistik Pendidikan Sebelum angket dibagikan maka angket kemandirian belajar tersebut dianalisis validitas dan reliabilitasnya dengan mempergunakan software SPSS 16 for Windows. Hasil koefisien reliabilitas Alpha sebesar 0,880, sehingga dapat dikatakan bahwa butir-butir pernyataan di dalam angket tersebut memiliki konsistensi internal yang tinggi. Hal ini sebagaimana kriteria yang dikemukakan Litwin (1995) yakni bila koefisien reliabilitas adalah 0,70 atau lebih biasanya dapat diterima sebagai reliabilitas yang baik serta menurut Naga (1992) yang menyatakan bahwa koefisien reliabilitas yang memadai hendaknya terletak di atas 0,75. Untuk tiap-tiap butir angket memiliki 5 pilihan jawaban yakni Sangat Setuju (SS), Setuju(S), Kurang Setuju(KS), Tidak Setuju(TS), dan Sangat Tidak Setuju(STS). Penskoran pada pernyataan positif dilakukan dengan memberikan skor 5 untuk SS, 4 untuk S, 3 untuk KS, 2 untuk TS, dan 1 untuk STS. Sedangkan untuk pernyataan negatif, penskoran dilakukan dengan memberikan skor 5 untuk STS, 4 untuk TS, 3 untuk KS, 4 untuk TS, dan 5 untuk STS. Langkah selanjutnya kemudian 6
dikelompokkan dalam kategori menurut Arikunto (2006) yaitu: 76 % - 100 % = baik; 56 % - 75 % = cukup baik; 40 % - 55 % = kurang baik; < 40 % = tidak baik Data yang dikumpulkan pada setiap tindakan/observasi (kegiatan bimbingan kelompok) dari pelaksanaan siklus PTK kemudian dianalisis secara deskriptif. Setiap siklus kegiatan bimbingan kelompok dilaksanakan sebanyak tiga kali sehingga totalnya ada enam kegiatan bimbingan kelompok.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di gedung GX 304 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan subyek penelitian terdiri dari tujuh mahasiswa PG-PAUD UKSW yang mengulang mata kuliah Statistik Pendidikan. Strategi yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa PG-PAUD UKSW dalam mengikuti mata kuliah Statistik Pendidikan adalah melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran Hasil penelitian dari dua siklus dijabarkan sebagai berikut: 1.
Hasil Penelitian Siklus 1 Siklus pertama dilaksanakan sebanyak tiga kali layanan bimbingan kelompok. Setiap
pertemuan layanan dilaksanakan dengan alokasi waktu 40 menit. Pertemuan pertama dalam bimbingan kelompok dilakukan tahap persiapan. Tahap persiapan yang dilakukan yaitu dengan pembentukan kelompok dan para anggota saling memperkenalkan diri kemudian penjelasan mengenai teknik bermain peran, penjelasan peraturan yang diterapkan dalam kelompok. Selain itu ditetapkan juga topik dan tujuan yang akan dicapai serta menetapkan waktu tampil masing-masing anggota dalam memainkan peran sebagai dosen. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua dan ketiga dalam bimbingan kelompok adalah dua anggota kelompok memainkan peran sebagai dosen mata kuliah statistic pendidikan sedangkan peserta lain berperan sebagai mahasiswa. Pada pertemuan kali ini masih terlihat ada dua mahasiswa yang diajar oleh teman yang berperan menjadi dosen kemandirian belajarnya berada pada kategori kurang baik, sehingga masih diperlukan pertemuan lagi melalui siklus kedua 2.
Hasil Penelitian Siklus 2 Siklus kedua dilaksanakan sebanyak tiga kali layanan bimbingan kelompok. Kegiatan yang
dilakukan pada pertemuan keempat dalam bimbingan kelompok adalah dua anggota kelompok
7
memainkan peran sebagai dosen mata kuliah statistic pendidikan sedangkan peserta lain berperan sebagai mahasiswa Sedangkan pada pertemuan kelima hanya satu anggota kelompok saja yang memainkan peran sebagai dosen. Pada akhir pertemuan di masing-masing kegiatan seluruh peserta melakukan diskusi untuk membahas masalah yang terjadi selama pemeran dosen tampil. Diskusi yang dibahas seperti “ Bagaimana rasanya menjadi dosen?”; Apa kesulitan yang dihadapi?. Bagi peserta “ Bagaimana diajar oleh peserta A?”; Apakah bahan yang diajarkan mudah dipahami/tidak? dan lain-lain. Kegiatan pada pertemuan keenam adalah melaksanakan post test tentang angket kemandirian belajar. Berdasarkan hasil post test setelah diberi layanan bimbingan kelompok diperoleh hasil tujuh mahasiswa memiliki kemandirian belajar baik. Hal ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok yang diberikan kepada mahasiswa peserta mata kuliah statistic pendidikan telah berhasil. Buktinya nilai statistic pendidikan ketujuh mahasiswa tersebut nilainya tidak ada yang CD. Seluruh mahasiswa lulus mata kuliah statistic dengan nilai C (2 mahasiswa), B ( 3 mahasiswa), AB (2 mahasiswa) Data tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar mahasiswa PG-PAUD UKSW yang mengulang mata kuliah statistic pendidikan telah meningkat karena tidak berada pada kategori kurang baik atau tidak baik. Itu artinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini diterima. KESIMPULAN Kemandirian belajar mahasiswa PG-PAUD UKSW yang mengulang mata kuliah Statistik Pendidikan setelah diberi layanan bimbingan kelompok selama tujuh kali semakin meningkat. Terbukti dari hasil pre test dan post test, selain itu dapat dilihat dari transkrip nilai mata kuliah statistic pendidikan. Mahasiswanya lulus semua dalam mata kuliah statistic pendidikan. Melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok, peneliti dapat memberikan saran kepada: a) Dosen Pengampu Mata Kuliah Statistik Pendidikan, yaitu materi mata kuliah statistik pendidikan dapat diberikan dengan metode layanan bimbingan kelompok dimana mahasiswa secara bergantian berperan sebagai dosen di masing-masing kelompoknya sehingga penyampaian materi dapat lebih cepat diterima. Selain itu cara penyampaian materinya jangan terlalu cepat; b) Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Statistik Pendidikan, yaitu bila mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran mata kuliah Statistik Pendidikan, mahasiswa dapat belajar
8
kelompok dengan temannya yang tidak mengalami kesulitan. Selain itu mahasiswa juga harus rajin belajar dan berlatih mengoperasikan program SPSS. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Basri, H. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Hidayati, Kana .,Listyani, Endang. 2010. Pengembangan Instrumen Kemandirian Belajar Mahasiswa. Yogyakarta: FMIPA UNY Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurihsan, Achmad Juntika. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama Robert Ronger. (1990). The 19 Habits of Highky Successful People: Powerful Strategies for Personal Triumphs. Malaysia: Wynwood Press. Romlah, T. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang. Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Perdana Media Group. Suardiman. 1984. Bimbingan Orang Tua dan Anak. Yogyakarta: UPP IKIP Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).Cetakan Keempat. Bandung: Alfabeta Sumarmo, Utari. 2004. Kemandirian Belajar : Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung: Universitas Pendidikan Wongsri,N., Cantwell, R.H., Archer, J. (2002). The Validation of Measures of Self-Efficacy, Motivation and self-Regulated Learning among Thai tertiary Students.Paper presented at the Annual Conference of the Australian Association for Research in Education, Brisbane.
9