perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL FILM ANIMASI SISWA KELAS IV SD NEGERI I TALUNOMBO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh : NIKEN ARESTA NIM. X7108717
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL FILM ANIMASI SISWA KELAS IV SD NEGERI I TALUNOMBO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh : NIKEN ARESTA NIM. X7108717
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi Cerita Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Film Animasi Siswa Kelas IV SD Negeri I Talunombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2009/2010 Oleh
:
Nama
: Niken Aresta
NIM
: X7108717
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari
:
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Kartono, M.Pd.
.................................................
Sekretaris
: Drs. Usada, M.Pd.
.................................................
Anggota I
: Ngadino Y, M.Pd.
.................................................
Anggota II
: Dra. Siti Istiyati, M.Pd
.................................................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP.19600727198702 1 001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Abstract Niken Aresta, THE IMPROVEMENT OF THE ABILITY OF LISTENING ATTENTIVELY OF SUBSTANCE STORY BY USING THE AUDIO VISUAL ANIMATED FILM MEDIA IN INDONESIAN LANGUAGE SUBJECT FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS OF TALUNOMBO I BATURETNO REGENCY OF WONOGiRI IN THE 2009/2010 ACADEMIC YEAR. Mini thesis. Surakarta : Education and Pedagogy Faculty of Sebelas Maret University. Surakarta, April 2011 The goals to be achieved in the research is to improve the ability of listening attentively of substance story by using the audio visual Animated film media in Indonesian subject also to solve the constraint in the imploying by audio visual animated film media for the fourth grade student of Talunombo 1 state owned elementary schools, Baturetno regency of Wonogiri in the 2009/2010 academic year . This research is class room action research. The model consist of one system that formed a cycle.. Each cycle consist of four stages. Such as ; planning, action, observation, analysis and reflection. This research held in Talunombo 1 state owned elementary school. The subject of this research are teacher and the fourth grade student of Talunombo 1 Baturetno regency of Wonogiri in the 2009/2010 academic years consist of 22 students. The technique that used to conclude the data consist of : observation, archives recording test and documentation. The data’s validity were used on this research is theorys triangulation and curriculums triangulation. The data’s analyzing technique that used is Miles and Huberman interactives analysis that conclude of three action.They are : data reduction, data gathering, and make conclusions. According to this research can be knowing that the pre cycle is showing result are 36,36% students can thorough the mastery learning.The first cycle showing 45,45 % or grow up 9,09% from pre cycle. But this result have not reached the worked indicators yet that certain of student who have theroughed the mastery learning 70%. The research is continued to the second cycle. The students who can through the mastery learning are 81,81% grow up 36.36% from the first sycle . Based from the second cycle the research is success., because the students who can through the mastery learning extend 81,81% was over from the worked indicators that certained.It can be concluded that the audio visual film animation media can improved the listening atentivevely on the fourth grade students of Talunombo 1 state owned elementary school, subdistrict Baturetno regency Wonogiri in the 2009/2010 of academic year.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
ABSTRAK
Niken Aresta, PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL FILM ANIMASI SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 TALUNOMBO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011 Tujuan peelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui media audio visual film animasi serta mengatasi kendala-kendala dalam menggunakn media audio visual film animasi pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Talunombo, kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun ajaran 2009/2010. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model ini menggambarkan serangkaian langkah yang membentuk siklus. Setiap langkah terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. PEnelitian ini dilaksanakan di SD negeri 1 Talunombo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 22 siswa. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi: observasi, pencatatan arsip dan dokumen, tes dan dokumentasi. Validitas data yang digunakanadalah triangulasi teori dan kurikulum/ isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif Milles dan Hubermn yang mencakup tiga kegiatan yaitu: Reduksi data, penyajian data, dn penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada prasiklus menunjukkan hasil sebanyak 36,36% siswa lulus Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ). Siklus I menunjukkan sebanyak 45,45% atau meningkat sebanyak 9,09% dari prasiklus. Namun hasil ini belum mencapai indikator kerja siswa yaitu siswa lulus KKM sebanyak 70% . Penelitian kemudian dilanjutkan pada siklus II. Siswa yang lulus KKM sebanyak 81,81% meningkat sebesar 36,36% dari siklus I. Berdasarkan penelitian pda siklus II maka penelitian dinyatakan berhasil, karena jumlah siswa yang lulus KKM yaitu 81,81% telah melebihi indikator kerja yang ditentukan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah media audio fisual film animasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak si cerita pada mat pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Nenegri 1 Talunombo, kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2009/2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
MOTTO
“ Veni vidi vici” ( Julius Caesar )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
PERSEMBAHAN
Skrisi ini kupersembahkan kepada : 1.
Ayah dan Ibu tercinta yang selalu menjadi motivatorku
2.
Riska Septian kakakku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari banyak sekali hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat-Nya akhir ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah mlibatkan berbagi pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih. Ucapan terima kasi penulis sampaikan kepada yang terhormat : 1.
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyusun skripsi ini.
2.
Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui dan mengesahkan judul skripsi yang telah diajukan.
3.
Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Ngadino Y, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah tulus ikhlas membimbing, mengarahkn dan memberikan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Dra. Siti Istiyati, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah tulus ikhlas membimbing mengarahkan dn meberikan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Ali Supomo selaku kepala sekolah SD Negeri 1 Talunombo
7.
Sri Wahyuni selaku guru kelas IV SD Negeri 1 Talunombo
8.
Bapak/ ibu guru beserta staf SD Negeri 1 Talunombo, yang telah membntu dlam pelaksanaan penelitian. Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Semoga
skripsi
ini
dapat
bermanfaat
bagi
semua
pihak
berkepentingan dan dunia pendidikan pda umumnya.
Surakarta,
April 2011
Penulis
commit to user
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ PENGAJUAN SKRIPSI .................................................................................. PERSETUJUAN .............................................................................................. PENGESAHAN ............................................................................................... ABSTRAK ....................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... MOTTO ........................................................................................................... PERSEMBAHAN ............................................................................................ KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... B. Identifikasi Masalah ................................................................. C. Pembatasan Masalah ................................................................ D. Rumusan Masalah .................................................................... E. Tujuan Penelitian ...................................................................... F. Manfaat Penelitian ................................................................... BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 1. Tinjauan Tentang Kemampuan Menyimak ....................... a. Pengertian Kemampuan ............................................. b. Kecerdasan Linguistik ............................................... c. Pengertian Menyimak .................................................. d. Tujuan Menyimak ....................................................... e. Pengertian Bahasa Indonesia ....................................... 2. Tinjauan Tentang Media Audio Fisual Film Animasi ....... a. Pengertian Media Pembelajaran .................................. b. Media Sebagai Bahasa Guru ....................................... c. Pemilihan Media ......................................................... d. Fungsi Media Pembelajaran ........................................ e. Jenis Media ................................................................. f. Pengertian Audio Visual ............................................. g. Pengertian Film ........................................................... h. Jenis Film .................................................................... i. Sejarah Animasi .......................................................... j. Pengertian Film Animasi ............................................. k. Jenis Animasi .............................................................. l. Jenis Teknik Film Animasi ......................................... B. Penelitian Yang Relevan .......................................................... C. Kerangka Berfikir .................................................................... D. Hipotesis ................................................................................... ..
commit to user
i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xiv xv 1 3 3 4 4 4 6 6 6 7 7 8 10 10 10 11 12 14 15 17 17 19 20 22 24 27 29 30 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................. C. Sumber Data ............................................................................. D. Subjek Penelitian ...................................................................... E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... F. Validitas Data ............................................................................ G. Analisis Data ............................................................................. H. Prosedur Penelitian .................................................................... I. Indikator Kerja .......................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... B. Diskripsi Hasil Penelitian ......................................................... C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan .................................................................................. B. Implikasi ................................................................................... C. Saran ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... ..... LAMPIRAN
commit to user
33 34 35 36 36 37 38 39 41
43 43 75 78 79 80 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar bagan kerangka berfikir ..................................................
31
Gambar 2. Gambar model tindakan dari Kurt Levin .....................................
34
Gambar 3 Gambar model analisis interaktif Milles dan Huberman .............
38
Gambar 4 Gambar grafik kelas distribusi frekuensi pra siklus ......................
44
Gambar 5 Gambar kelas distribusi frekuensi siklus I pertemuan I ................
54
Gambar 6 Gambar kelas distribusi frekuensi siklus I pertemuan II ...............
59
Gambar 7 Grafik data nilai terendah, tertinggi, dan hasil belajar ..................
62
Gambar 8 Grafik distribusi frekuensi siklus II pertemuan I ..........................
70
Gambar 9 Grafik distribusi frekuensi siklus II pertemuan II .........................
72
Gambar 10 Grafik perbandingan nilai terendah, tertinggi, dan belajar tuntas pra siklus dan siklus I ....................................................................
74
Gambar 11 Grafik perbandingan ketuntasan dan peran serta pra siklus,siklus I 74 dan siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Tabel Indikator siklus I ................................................................
41
Tabel 2.
Tabel indikator siklus II ................................................................
41
Tabel 3
Tabel daftar distribusi frekuensi pra siklus ..................................
44
Tabel 4
Tabel distribusi frekuensi siklus I pertemuan I .............................
54
Tabel 5
Tabel prosentase ketuntasan KKM siklus I pertemuan I..............
55
Tabel 6
Tabel distribusi frekuensi siklus I pertemuan II ............................
57
Tabel 7
Tabel prosentase ketuntasan KKM siklus I pertemuan II .............
58
Tabel 8
Tabel ketuntasan KKM dan peran serta siswa pra siklus dan siklus I 61
Tabel 9
Tabel perbandingan hasil belajar pra siklus dan siklus I ...............
62
Tabel 10
Tabel distribusi frekuensi siklus II pertemuan I ............................
70
Tabel 11
Tabel daftar ketuntasan KKM siklus II pertemuan I .....................
70
Tabel 12
Tabel distribusi frekuensi siklus II pertemuan II ..........................
71
Tabel 13
Tabel ketuntsan KKM siklus II pertemuan II ...............................
72
Tabel 14
Tabel perbandingan ketuntasan KKM dan peran serta siswa, .....
73
pra siklus siklus I dan siklus II Tabel 15
Tabel perbandingan hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Silabus Bahasa Indonesia kelas IV .............................................
83
Lampiran 2 Daftar Siswa Kelas IV ..................................................................
84
Lampiran 3 Daftar Nilai Pra Siklus ..................................................................
85
Lampiran 4 Tabel Prosentase dan Frekuensi Pra Siklus ...................................
86
Lampiran 5 Grafik Data Nilai Pra Siklus.........................................................
87
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...............................
88
Lampiran 7 Instrumen Penilaian Evaluasi Siklus I...........................................
92
Lampiran 8 Lembar Instrumen Siklus I ...........................................................
94
Lampiran 9 Lembar Observasi Siklus I ...........................................................
99
Lampiran 10 Daftar Skor Nilai, Prosentase dan Frekuensi serta Grafik Siklus I 107 Lampiran 11Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .............................
110
Lampiran 12 Instrumen Penilaian EvaluasiSiklus II ........................................
114
Lampiran 13Lembar Instrumen Siklus II .........................................................
115
Lampiran 14 Lembar Observasi Siklus II ........................................................
120
Lampiran 15 Data Skor Nilai, Prosentase dan Frekuensi serta ...................
128
Grafik Siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu
pengetahuan
dan
pendidikan
mengalami
perubahan
dan
perkembangan setiap saat untuk menuju arah yang lebih baik, serta mengarah pada hal yang modern. Dengan pesatnya perkembangan hidup manusia menuntut kita untuk berfikir kritis dan maju serta senantiasa mengembangkan pengetahuan di dunia pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan mutu dan kualitas hidup. Semakin tinggi mutu pendidikan kita maka akan semakin bermakna pula kehidupan. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara terus menerus (continue) serta mnyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai pancasila. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan ( life skill ) yang diwujudkan melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan masa yang akan datang. Untuk itu , sekolah dapat mewujudkan tujuan pendidikan. Sekolah sebagai tempat peserta didik belajar. Dalam belajar diharapkan peserta didik dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. Akan tetapi terkadang prestasi belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan daya serap masing-masing peserta didik berbeda dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru ( Winkel, 1984 : 162) . Untuk memperoleh prestasi yang diharapkan, baik guru maupun peserta didik harus saling mendukung serta berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun salah satu mata pelajaran yang diharapkan mempunyai prestasi yang baik adalah pelajaran bahasa Indonesia. Belajar Bahasa Indonesia berarti belajar berkomunikasi. Sebab bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Dengan Bahasa, maka seseorang dapat saling bertukar pikiran, ide dan informasi. Dengan Bahasa, manusia dapat birenteraksi antara satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, belajar
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
bahasa Indonesia sama halnya dengan belajar berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Guru dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya terbatas pada penularan ilmu pengetahuan, tapi juga memberikan teladan, baik tingkah laku dan berbicara, yaitu berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu guru diharapkan mampu menguasai seluruh aspek dan keterampilan berbahasa sesuai dengan struktur dan aturan yang berlaku. Henry Guntur Tarigan (1993) menjelaskan aspek keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill) keterampilan membaca (reading skill), keterampilan menulis (writing skill). Penerapan aspek keterampilan harus dilakukan oleh guru secara optimal dengan penerapan strategi, yaitu
metode pembelajaran inovatif,
media, dan
teknik pembelajaran yang tepat. Media yang tepat dalam meningkatkan keterampilan aspek berbahasa salah satunya adalah dengan menggunakan media audio visual.(Yudhi Munadi :11:2008). Berdasarkan observasi penulis saat pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya kemampuan menyimak isi cerita peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Talunombo Baturetno Wonogiri masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai ulangan harian dalam aspek menyimak masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70, pada tahun ajaran 2008/2009 nilai ulangan harian khususnya aspek menyimak 60. Hal ini disebabkan karena hanya menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media yang menarik bagi siswa sehingga anak merasa bosan terhadap pembelajaran tersebut. Oleh karena itu penulis ingin melakukan tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita dengan menggunakan media audio visual Media audio visual merupakan media pandang dengar yang berupa potongan-potangan gambar dan diolah melalui tekhnik tertentu dan memberikan kesan hidup pada gambar sehingga memudahkan anak untuk meriilkan sesuatu yang bersifat abstrak serta disesuaikan dengan dunia anak, sehingga
dapat
merangsang peserta didik lebih berkonsentrasi dan lebih memahami materi yang diajarkan karena penyampaian materi dengan media audio visual bisa lebih jelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
daripada penyampaian materi melalui ceramah yang menjenuhkan. Selain itu, media audio visual memberikan kesan positif yaitu lebih menarik, lebih menyenangkan, dan memberikan memori yang kuat ( Yudi Munadi, 2008 :13) Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi Cerita Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Film Animasi Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri Tahun 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Adanya anggapan siswa bahwa pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang menjenuhkan. 2. Penggunaan media audio visual untuk pelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu media pembelajaran yang inovatif dan efektif, khususnya pada peningkatan kemampuan menyimak isi cerita. 3. Belum tercapainya kompetensi (tujuan pembelajaran) sesuai dengan harapan.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan untuk spesifikasi masalah pada fokus tertentu sehingga dimungkinkan dapat mengkaji dan meneliti lebih mendalam tentang permasalahan tertentu. Pembatasan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Peningkatam kemampuan menyimak isi cerita kelas IV SD Negeri 1 Talunombo Baturetno Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010. 2. Penggunaan media audio visual film animasi pada peningkatan kemampuan menyimak isi cerita pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
D. Rumusan Masalah
Supaya masalah dalam suatu penelitian dapat terjawab dengan baik, maka masalah harus dirumuskan dengan baik dan jelas. Berdasar latar belakang di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah media audio visual film animasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita siswa kelas IV SD N 1 Talunombo Baturetno? 2. Apakah keuntungan dan kendala dalam penggunaan media audio visual film animasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita siswa SD 1 Talunombo Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010 ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada mata pelajaran bahasa Indonesia melalui media audio visual film animasi pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Talunombo Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010. 2. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam penggunaan media audio visual film animasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 1 Talunombo Baturetno Wonogiri Tahun ajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan di dunia pendidikan. b. Dapat memberikan pengetahuan kepada guru tentang media pembelajaran inovatif serta penerapannya, yaitu audio visual film animasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
2. Manfaat Praktis a. Untuk Siswa Dengan adanya penelitian tindakan kelas, siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diminimalkan, yang selanjutnya hasil belajar siswa akan meningkat. Kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya kemampuan menyimak isi cerita dapat meningkat sehingga kriteria ketuntasan dapat meningkat. b. Untuk Guru Dengan dilaksanakan penelitian tindakan kelas, guru dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya dengan menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi, termasuk dalam memilih metode dan media yang sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diberikan sehingga apa yang diharapkan oleh guru dapat tercapai. c. Untuk Sekolah Dapat memberikan masukan dalam usaha perbaikan proses pembelajaran para guru. Sehingga pendidikan dapat meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Kemampuan Menyimak
a. Pengertian Kemampuan Setiap manusia yang terlahir di dunia telah dianugerahi kemampuan oleh Sang Pencipta. Kemampuan sering disebut juga dengan kecakapan (ability). Menurut Akhmad Sudrajat “ kecakapan individu dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan potensial (potential ability).”(http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar (achivement atau prestasi), yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji dengan segera. Sedangkan kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter). Kecakapan potensial dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu kecakapan dasar umum (intelegensi atau kecerdasan) dan kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitudes). Selanjutnya Muhammad Musrofi (2008:145) tentang delapan kecerdasan dasar, yaitu : kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan kinetik-jasmani, kecerdasan antar pribadi (interpersonal), kecerdasan intra pribadi (intrapersonal), kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan natural. Selain itu ada satu jenis kecerdasan di luar delapan kecerdasan tersebut, yaitu kecerdasan eksistensial. Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan dan sensitifitas untuk menjawab pertanyaan dasar tentang keberadaan manusia, seperti arti kehidupan, mengapa kita mati, bagaimana kita di alam kematian, dll. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah segala daya kecakapan yang dimiliki individu yang diperoleh dari bawaan (kecerdasan dan bakat) dan dari belajar. Setiap individu memiliki kecerdasan dasar, namun jarang semua kecerdasan dasar menonjol di setiap individu. Semua kemapuan di dalam individu dapat ditingkatkan untuk kehidupan yang lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b. Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik termasuk dari delapan kecerdasan ganda (multiple intelgensi) yang dikemukakan oleh Howard Gadner. Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan menggunakan bahasa (verbal). Menurut Beni S Ambarjaya (2008 :92) Kecerdasan linguistik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (1) bisa berfikir secara sistematis ; (2) senang berdebat dan berargumentasi, membaca, mendengar dan menulis; (3) mampu mengeja dengan mudah; (4) mengingat dengan detail sebuah hal; (5) menyukai permainan kata, dan percaya pada saat berbicara di depan publik. Selanjutnya Beni S Ambarjasa (2008 :92), menyebutkan bahwa kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini adalah (1) meminta siswa bercerita; (2) mengadakan forum debat dan diskusi; (3) bermain permainan ingatan tentang nama dan tempat; (4) membaca dan menulis cerita, menulis resensi atau kliping: (5) permainan teka-teki atau permainan yang berhubungan dengan kosakata: (6) meminta siswa untuk mewawancarai seseorang mengenai topik; (7) serta meminta siswa untuk membuat pajangan kelas atau majalah dinding. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan
menggunakan bahasa dan kempuan verbal untuk
mengemukakan pendapat , serta mengungkapkan apa yang dilihat dalam kalimat verbal yang berhubungan dengan berdebat, berargumentasi, membaca, mendengar dan menulis.
c. Pengertian Menyimak Dalam jurnal internasional (In H. C. Liou, J. E. Katchen, and H. Wang (Eds.),
Lingua
Tsing
Hua
(pp.
221-236)
Taipei:
Crane,
2003.
http://mx.nthu.edu.tw/~katchen/professional/festschrift.htm), menyimak diartikan sebagai berikut : University-level listening courses are usually taught using a textbook with accompanying audiotapes. More recently some texts and also some teachers have been incorporating some video materials. While there have been many anecdotal reports about how motivating video is, there have been few serious studies on video use.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Pernyataan dalam Jurnal Internasional di atas dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seperti berikut : Menyimak adalah suatu kegiatan yang biasanya menggunakan teks bacaan dilengkapi
dengan suara untuk lebih
menyempurnakan suatu kegiatan menyimak teks bacaan beserta guru pengajar memanfaatkan suatu video yang digunakan sebagai tes bacaan, kegiatan menyimak adalah kegiatan diamana pendengar akan menyampaikan isi teks dan motivasi yang ada dalam video tersebut dari pembelajaran menyimak tersebut diharapkan penyimak mendapatkan pengetahuan dalam pembelajaran tersebut . Menurut Sutari ( dalam Beni S. Ambarjaya, 2008: 17) menjelaskan bahwa menyimak mempunyai makna mendengar atau meperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Menyimak memiliki faktor pemahaman yang lebih luas dan mendalam lebih dari sekedar mendengar, karena dalam menyimak ada kegiatan usaha untuk memahami apa yang disimaknya, sedangkan kegiatan mendengar tingakatan pemahamannya belum dilakukan. Menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,
serta interpresensi untuk
memperoleh informasi menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan: 1994:28) Dari pernyataan-pernyataan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpresensi untuk memperoleh informasi dan menangkap pesan.
d. Tujuan Menyimak Logan dan kawan-kawan (dalam Sutari dkk: 1994: 32) mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan khusus/spesifik Menurut mereka ada tujuh ragam menyimak yang perlu dikembangkan melalaui pelajaran bahasa bagi peserta didik. Ragam tersebut antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
1) Menyimak untuk belajar Melalaui kegiatan menyimak seseorang mempelajari apa yang dibutuhkan. Misalnya seorang peserta didik menyimak guru bahasa, sejarah, mendengar berita, ataupun diskusi. 2) Menyimak untuk menghibur Penyimak menyimak sesuatu unutuk menghibur dirinya, misalnya menyimak suatu cerita lucu, dagelan, komedi, ataupun film lainnya. 3) Menyimak untuk menilai Penyimak mendengar simakan lalu menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak 4) Menyimak apresiasif Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi materi simakan. Misalnya menyimak pembacaan puisi, lagu, pantun, cerita pendek 5) Menyimak untuk mengkomunikasi Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan penyimak, memahamai, merasakan gagasan, ide, perasaan pembicara, sehingga perasaan pembicara dapat dipahami oleh penyimak 6) Menyimak deskriminatif Menyimak unntuk membedakan bunyi bahasa. 7) Menyimak pemecah masalah Penyimak mengikuti uraian pemecah masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara kreatif dan analitis setelah bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu tersebut. Tujuan orang menyimak itu beraneka ragam. Dalam hal ini terdapat delapan tujuan kegiatan menyimak, dintaranya yaitu : (1) menyimak untuk belajar; (2) menyimak untuk menikmati; (3) menyimak untuk mengevaluasi; (4) menyimak untuk apresiasi, (5) menyimak untuk mengkomunikasi; (6) menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi; (7) menyimak untuk menyelesaikan masalah; (8) menyimak untk meyakinkan (Tarigan 1997: 57). Dari kegiatan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kegiatan menyimak dalam pembelajaran mempunyai tujuan memahami apa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
disampaian oleh sumber kepada penyimak untuk mendapatkan informasi dan menelaah isi simakan
e. Pengertian Bahasa Indonesia Hakikat Bahasa dapat diartikan sebagai suatu yang mendasar dari bahasa. Bahasa adalah kombinasi yang diatur secara sistematis sehjingga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder
2.
Tinjauan Tentang Media Audio Visual Film Animasi
a. Pengertian Media Pembelajaran Dalam jurnal internasional (www.techterms.com/definition/media). Media diartikan sebagai berikut : In general, "media" refers to various means of communication. For example, television, radio, and the newspaper are different types of media. The term can also be used as a collective noun for the press or news reporting agencies. In the computer world, "media" is also used as a collective noun, but refers to different types of data storage options Pernyatan dalam Jurnal Internasional di atas dapat diterjemahkann ke dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut: Pada umumnya media daiartikan sebagai alat komuikasi dalam bentuk lain contohnya, televisi, radio koran dan beberapa jenis media lainnya, media juga dapat digunakan untuk mengumpulkan suatu berita untuk disebarluaskan atau sebagai agen reprtasi berita. Dalam dunia komputer media juga dapat digunakan sebagai pengumpul dan penghubung tetapi mengacu pada bentuk atau tipe lain dari data untuk mengatur suatu pilihan) Yudhi Munadi (2008:7) menjelaskan tentang defini media pembelajaran, yaitu “ Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiahnya berarti ‘tengah’, ‘pengantar’ atau ‘perantara’. Dalam Bahasa Arab media disebut ’wasail’ bentuk jamak dari’ wasilah’ yakni sinonim alwasth yang artinya juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
tengah. Kata ‘tengah’ itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka disebut juga sebagai ‘ perantara’ (wasilah) atau yang mengantari kedua sisi tersebut. Karena posisinya di tengah bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya. “ Selanjutnya Yudhi Munadi (2008 :7 ) menjelaskan tentang definisi media, yaitu “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana
penerimaannya
dapat
melakukan
proses
belajar
secara
efektif dan efesien. “ Latuheru (dalam artikel guru Bahasa Indonesia, edufiesta ), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Schramm
(dalam
http://apadefinisinya.blogspot,com/2008/05/media-
pembelajaran.) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah pengantar atau perantara yang digunakan dalam proses pembelajaran
yang dapat menyalurkan pesan
sehingga tercipta lingkungan
belajar yang kondusif, efektif dan efesien.
b.
Media sebagai bahasa guru Onong (dalam Yudhi Munadi 2008 :8) membagi proses komunikasi
menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau peresaan seorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya secara langsung maupun “menerjemahkan” pikiran komunikator kepada komunikan. Sedangkan proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
menggunakan sarana atau alat sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Arif S. Sadiman (dalam Yudhi Munadi 2008;11) yang menyatakan bahwa media adalah perangkat lunak (soffware). Media dibagi menjadi dua bentuk. Media jenis pertama berbentuk lambang/simbol berisi pesan atau informasi yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Media jenis kedua sebagai perangkat kerasnya ( hardware), yakni sebagai sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut. Selanjutnya Yudhi Munadi (2008: 10) menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran tatap muka antara guru dengan siswa biasanaya dilakukan di dalam kelas ( ruang) guru dalam proses lebih berperan sebagai sumber sedangkan siswa sebagai penerimanya. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa media sebagai bahasa guru adalah sumber-sumber belajar selain guru inilah atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik.
c. Pemilihan Media Media
apapun
yang
digunakan
pada
prinsipnya
harus
mampu
meningkatkan efektifitas dan kelancaran proses belajar mengajar terutama dalam proses penerimaan materi yang diajarkan sehingga memudahkan terjadinya proses belajar. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media dalam pembelajaran antara lain : (1) Wawasan dan pengetahuan guru; (2) tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai; (3) Fasilitas yang tersedia; (4) sederhana dan mudah dimengerti; (5) memotivasi siswa; (6) menggunakan bahan yang mudah didapat; (7) dapat menggantikan
objek
yang
sesungguhnya;
(8)
menarik
perhatian.
(http://www.google.co.id/pembuatan DVD solusi permasalahan pembelajaran mendengarkan di sekolah /htm.)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Yudhi Munadhi (2008:187) menjelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Karakteristik siswa Keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. 2) Tujuan belajar Pemilihan media harus disesuaikan oleh tujuan belajar dan kompetensi yang akan di capai 3) Sifat bahan ajar Isi bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan peserta didik. Setiap kategori pembelajran menuntut ktivitas dan perilaku yang berbeda-beda, dan dengan demikian akan mempengaruhi pemilihan media beserta teknik dan pemanfaatannya. 4) Pengadaan media Menurut Arief S. Sadiman (dalam Yudhi Munadi 2008:191) membagi media menjadi dua macam yakni media jadi dan media rancangan. Aspek teknis lain yang butuh perhatian dan menjadi pertimbangan adalah waktu, tenaga, fasilitas dan dan peralatan pendukung. Karena aspek-aspek tersebut seringkali menjadi penghambat dalam pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran secara maksimal 5)
Sifat pemanfaatan media Pemilihan media harus sesuai dengan sifat pemanfaatannya, yaitu media primer (media yang diperlukan guru untuk proses pembelajaran) dan sekunder (media yang mempunyai tujuan memberika pengayaan materi). Pemanfaatan media tidak hanya disesuaikan dengan tutuan, materi, dan karakteristik peserta didik, tetapi juga pengalaman dan profesionalisme guru Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan media harus
memperhatikan faktor kemampuan guru dalam menggunakan media, karakteristik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
peserta didik, tujuan yang hendak dicapai, pengadaan media serta kesesuaian dengan bahan ajar.
d. Fungsi Media Pembelajaran Yudhi Munadhi (2008: 37) membagi fungsi media pembelajaran menjadi lima, yaitu : 1) Sebagai Media belajar Media pembelajaran berfungsi menggantikan tugas-tugas guru pada halhal tertentu 2) Fungsi semantik Kemampuan media menambah perbendaharaan kata ( simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami peserta didik ( tidak verbalistik). 3) Fungsi manipulatif Media mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan indrawi 4) Fungsi psikologi a) Fungsi atensi, yaitu meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi ajar. b) Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan dan penolakan peserta didik terhadap sesuatu. c) Fungsi kognitif, yaitu siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili obejek-objek yang dihadapi baik berupa orang, peristiwa, maupun benda. d) Fungsi imajinatif, yaitu
media pembelajaran dapat meningkatkan
imajinasi siswa. e) Fungsi motivasi, yaitu media dapat mendorong siswa untuk melakukan apa yang semestinya dilakukan sehingga tujuan tercapai. 5) Fungsi sosio-kultural Media dapat mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Selanjutnya Sadiman ( Artikel Bahasa Indonesia Edufiesta 2006) menjelaskan fungsi media pembelajaran sebagai berikut : 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis. 2) Mengatasi keterbatasan ruang , waktu dan daya indra dalm pembelajaran. 3) Dengan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif peserta didik yang dapat menimbulkan kegairahan belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan belajar, memungkinkan anak belajar sendiri sesuai dengan kemampuannya. 4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam memberiksn perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman serta menimbulkan persepsi-persepsi yang sama Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, media berfungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima . ( I Wayan Santyasa, Landasan Konseptual media pembelajaran 2007: 5) Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebagai media pemebelajaran, semantik, manipulatif, psikologi, sosio-kultural, dengan tujuan meperjelas penyajian selama proses pembelajaran yang disampaikan dari pengirim ( guru) menuju penerima (peserta didik).
e. Jenis Media Yudhi Munadi (2008 : 55) membagi jenis-jenis media menjadi empat kelompok yaitu 1) Media audio, yaitu media yang melibatkan indra pendengaran yang hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata 2) Media visual, yaitu media yang hanya melibatkan indra penglihatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
3) Media audio visual, yaitu media yang melibatkan indra penlihatan dan pendengaran sekaligus dalam satu proses. 4) Media multimedia, yaitu media yang melibatkan berbagai indra dalam satu kali proses pembelajaran. Selanjutnya Heni Citraningrum (2009 :40 ) membagi jenis-jenis media menjadi tiga yaitu : 1) Media audio, yaitu alat bantu pengajaran yang berhubungan dengan bunyibunyi dan pendengar. 2) Media visual, yaitu media yang berhubungan dengan penglihatan. Menurut Heinich Molenda, Russel (1996:8) membagi jenis-jenis media sebagai berikut 1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, kartun, poster dan komik 2) Media tiga dimensi, yaitu media dalam bentuk padat model penampang, model susun, model kerja, dan diorama. 3) Media proyeksi seperti slide, film, film stips dan OHP 4) Lingkungan sebagai media pembelajaran Akhmad Sudrajat membagi jenis-jenis media menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, Projected still media, projected motion media. (http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/media-pembelajaran.html) Sumber lain membagi media pembelajaran menjadi empat jenis yaitu, (1) Media grafis/ alat peraga dua diemensi; (2) media visual dua dimensi; (3) media audio; (4) media yang diproyeksikan . Berdasarkan paparan dari berbagai pakar tersebut dapat disimpulkan macam-macam media antara lain media audio, media visual, media audio visual, media multimedia, media yang dproyeksikan, serta lingkungan belajar dan dapat digambarkan dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi. Media yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah media dengan jenis audio visual (suara dan pandang)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
f. Pengertian Audio Visual Media audio visual adalah alat bantu mengajar yang berbentuk gambar dan mengeluarkan suara secara silmutan. Dengan media audio visual ini, orang tidak hanya dapat melihat tetapi juga mendengar , sehingga sering disebut audio visual aid (AVA) atau alat bantu pandang dengar. Termasuk dalam media ini adalah film cerita, video, televisi, compact disc, laser disc. (http//;www.google. co.id/ pembuatan VCD, solusi permasalahan pembelajaran mendengarkan di sekolah/ htm). Selanjutnya Rohani ( dalam Heni Citraningrum 49: 2009) menyatakan bahwa media audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan jaman /sesuai dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi meliputi media yang dapat didengar, dipandang, dan pandang dengar. Sumber lain menyebutkan, pengertian dari media pandang dengar adalah media yang menggunakan peralatan elektromagnetik dengan teknologi tinggi, yaitu motion film, televisi dan video cassete, tape ( http ://dosen fip.um.ac.id) Dari pernyataan-pernyataan tersebut disimpulkan pengertian media audio visual adalah alat bantu mengajar yang dapat dilihat dan mengeluarkan suara secara simultan yang melibatkan indra pendengaran serta disesuaikan dengan perkembanagan jaman dan menggunakan peralatan elektromagnetik.
g. Pengertian Film Dalam
jurnal
internasional
(Harold
Moellering
(http://www.sciencedirect.com/ Department of Geography, Ohio State Univeristy, Columbus, OH 43210, U.S.A.), film diartikan sebagai berikut : The purpose of a computer animated film is to display the object(s) of analysis in a dynamic temporal setting. Scientific applications of this technique are beginning to see use in a large variety of areas since it is often far easier to display complicated spatiotemporal processes than to describe them either verbally or in mathematical terms. Uses of such a tool in a geographical setting are fundamentally twofold. Initially the film can be used as a cognitive device to aid the research person in perceiving the spatiotemporal dynamics of the process as represented by the patterns. Secondly, the film may be used as an heuristic device to aid in suggesting hypotheses which later may be tested in the data .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Pengertian Film dalam Jurnal Internasional dapat diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut : Tujuan dari film animasi adalah untuk menampilkan objek menganalisis ojek bergerak. Inti dari teknik aplikasi ini dalalah untuk melihat area yang bervariasi dan lebih luas serta jauh sehingga lebih mudah untuk ditampilkan dan untuk menampilkan objek yang sulit diterima serta mendiskripsikan ojek yang verbal (abstrak). Mengacu pada kegunaannya, pengaturan tempat pada intnya mmemiliki dua bentuk. Inti dari film dapat digunakan sebagai perangkat kognitif untuk sebuah penelitian). Yudhi Munadi (2008: 144) menjelaskan definisi film, yaitu alat yang ampuh sekali di tangan yang efektif untuk sesuatu maksud terutama sekali terhadap masyarakat kebanyakan dan juga anak-anak yang memang lebih banyak menggunakan aspek emosinya dibanding aspek rasionalitasnya. Sumber lain menyebutkan definisi film yaitu alat yang biasa dipaaki untuk merekam suatu keadaan , atau mengemukakan sesuatu. Film dipakai unutk memenuhi suatu keadaan umum , yaitu mengkomunikasikan gagasan , pesan kenyataan. ( http:zawa.blogsome.com/2008/04/30/) Film adalah suatu sistem yang memiliki elemen-elemen yang saling tergantung satu sama lain, oleh karena itu dalam penyajiannya film harus memiliki unity atau kesatuan yang utuh yang dismpaikan melalui adegan, konflik dan penokohan yang ditampilkan dapat dismpaikan dengan jelas bagi penikmat film. (http:// walangkramat.wordpress.com/2010/03/13/film-pendidikan) Selanjutnya berdasarkan sumber yang sama menyebutkan definisi film yaitu karya seni yang dapat meberikan sebuah pengalaman bagi yang menikmatinya. Berbeda dengan pendapat di atas, (http :// dosen.fip.um.ac.id/) menjelaskan tentang definisi film yaitu serangkaian gambar mati yang merupakan hasil pemotertan dengan kecepatan tertentu sehingga apabila diproyeksikan dengan proyektor film dengan kecepatan tertentu akan memberikan ilusi pandangan yang nampak hidup/ bergerak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan definisi film yaitu sebuah alat yang menggunakan aspek emosi, memiliki elemen kesatuan dalam penyajian melalui penokohan dan konflik serta memberikan pengalaman bagi penikmatnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
h. Jenis Film Film dalam penggunakaan dan jenis isinya memiliki jenis yang berbedabeda. Yudhi Munadi (2008;117) membagi jenis-jenis film menjadi tiga jenis, yaitu (1) film dokumenter ( menggambarkan permasalahan kehidupamn manusia meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia etika dan lain sebagainya), (2) film docudrama ( berdasarkan kisah nyata ) ; (3) film drama atau semi drama ( film yang melukiskan human relation.) Asnawir ( dalam Yudhi Mundahi 2008: 119) membagi film menjadi 10 jenis , yaitu film informasi, film kecakapan atau drill, film apresiasi, film dokumenter, film rekreasi, film episode, film sain, film berita (news), film industri, dan film provokasi Sumber lain menyebutkan jenis-jenis film anatara lain : 1) Film informasi, yaitu film yang dapat memberikan informasi data autentik petunjuk sehingga penonton mendapat pengetahuan tentang film. 2) Film kecakapan, yaitu berarti menonton film tersebut penonton akan mendapatkan keterampilan tertentu, yaitu dengan memutrnya berulangulang. 3) Film apresiasi, yaitu film yang mendorong orang untuk berapresiasi tentang isi film yang ditampilkan 4) Film dokumnter, yaitu film yang berisi rekaman tentang kejadian yang sebenarnya, walaupun penampilannya mungkin sudah melalui editing. 5) Film rekreasi, yaitu film yang memberikan hiburan semata-mata kepada penontonnya. 6) Film episode, yaitu film yang terdiri atas edisi- edisi pendek mungkin isinya informasi umum, pengetahuan, industri dan sebgainya. 7) Film science, yaitu film yang memberikan perbendaharaan pengetahuan baru bagi penontonnya. Bisa berupa episode pendek, dapat pula panjang. 8) Film berita (news), yaitu berupa liputan dari kejadian langsung yang dianggap penting. Jadi sifatnya sama dengan film dokumenter. 9) Film Industri, yaitu film yang memperlihatkan informasi hasil dari industri tertentu. Baik berupa episode-episode pendek maupun panjang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
10) Film provokasi, yaitu film yang menantang sekelompok orang bereaksi secara cepat dan langsung terhadap apa yang disajikan dan mendorong untuk diskusi. Dari pernyataan tersebut disimpulkan jenis-jenis film antara lain : film dokudrama
,
film
rekreasi,episode,
science,
industri,
provokasi,
berita,apresiasi dan film kecakapan Pembelajaran menggunakan animasi harus segera dikembangkan di Indonesia, karena dengan animasi ilmu pengetahuan atau pelajaran akan mudah diterima dan ditangkap oleh peserta didik. Hal ini disampikan oleh Ketua Sinergi Biro Perencanaan dan Luar Negeri Departemen Pendidikan Nasional Didik Sulistyanto saat membuka festival game Edukasi dan Animasi tahun 2008 putaran ke-2 di Universitas Dian Nuswantoro ( http ://cetak. Kompas.com/red/xml/2008/04/21.00292783) Dari pendapat di atas peneliti mempunyai pikiran untuk mengembangkan animasi sebagai media dalam penyampaian pembelajaran menyimak.
i. Sejarah Animasi Animasi merupakan suatu tekhnik yang banyak sekali dipakai di dunia film dewasa ini, baik sabagai satu kesatuan utuh, bagian dari suatu film, maupun bersatu dengan film live. Dunia film sebetulnya berakar fotogrfi, sedangkan animasi berakar dari fotografi, sedangkan animasi berakar dari dunia gambar, yaitu ilustrasi dan design grafis. (desain komunikasi visual) Melalui sejarahnya masing-masing, baik fotografi maupun ilustrasi mendapat dimensi calon wujud baru dalam live clan animasi. ( http://zawa.blogsome.com/2008/04/30/) Selanjutnya, Wojowasito dalam http://zawa.blogsome.com/2008/04/30/ menjelaskan mengenai sejarah film animasi yaitu berwal dari keinginan manusia untuk membuat gamabar atau image yang hidup dan bergerak sebagai perantara dari pengungkapan ( expression) mereka, merupakan perwujudan dari bentuk dasar animasi yang hidup berkembang. Kata animasi itu sendiri sebenarnya penyesuaian dai kata animation, yang berasal dari kata dasar to animate. Dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia berarti penghidupan. Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan mnghidupkan, menggerakkan benda mati; suatu benda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup bergerak, atau hanya berkesan. Masih dai sumber yang sama ( http : // Zawa blogsome com/2008/04/30.) menyebutkan beberapa sejarah teknik film animasi dari berbagai negara yaitu antar lain : 1) Hallas and Manvell mengemukkan pendapatnya mengenai sejarah film sebgai berikut “ Sebenarnya, sejak jaman dahulu, manusia telah mencoba menganimasi gerak gambar binatang mereka, seperti yang ditemukan oleh para ahli para purbakala di gua Lascaux Spanyol Utara, sudah berumur dua ratus ribu tahun lebih ; 2) “Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti celeng, bison, kuda, digambarkan dengan delapan kaki dalam posisi yang berbeda dan bertumpuk ; Orang-orang Mesir kuno menghidupkan gambar mereka dengan urutan gambar-gambar para penggulat yang sedang bergumul, sebagai dekorasi dinding. Dibuat sekitar tahun 2000 sebelum Masehi” ( Thomas 1958 : 8) ; 3) Hingga tahun 1880-an , Jean Marey menggunakan alat potret beruntun merekam secara terus menerus gerak terbang burung, berbagai kegiatan manusia dan binatang lainnya. Sebuah alat yang menjadi cikal bakal kamera film berkembang sampai saat ini. Dan di tahun 1892,Emile Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi yang disebut praxinoscope, berupa rangkaian ratusan gambar animasi yang diputar dan diproyeksikan pada suatu cermin menjadi suatu gerak film, sebuah alat cikal bakal proyektor pada bioskop (Laybourne 1978 : 23). 4) Lukisan di Jepang kuno memperlibatkan suatu alur cerita yang hidup , dengan menggelarkan gulungan lukisan, dibuat pada masa heian (7941192)( ensiklopedia Americana 19, 1976). Kemudian muncul mainan yang disebut thaumatroupe sekitar abad 19 di Eropa, berupa lembaran cakram tebal, bergambar burung sangkar, yang kedua sisinya diikat seutas tali, bikla dipilin dengan tangan akan memberikan santir gambar burung itu bergerak (Laybourne 1978 :18).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
5) kedua pemula pembuat film bioskop, berasal dari Perancis ini, dianggap sebagai pembuka awal dari perkembanagan teknik film animasi (ensiklopedi AmericanovoL VI, 1976: 740 ) ; Fleischer dan Sullivan telah memanfaatka teknik animasi sell , lembaran tembus pandang yang terbuat dari seluloid (celluloid) yang disebut “ sell” . Pemula lainnya di Jerman , Lotte Leineger di tahun 1919 mengembangkan filmanimasi bayangan , dan bertosch dari Perancis di tahun 1930 membuat percobaan film animasi dari potongan dengan figure yang berasal dari potongan kayu. 6) Gorge Pal memulai penggunaan boneka sebagai figure dalam film animasi pendeknya. Pada tahun 1934 di Belanda. Dan Alexander Ptushko dari Rusia membuat film animasi boneka Jepang “ The New Gulliver “ di tahun 1935 ; tahun 1935 Len Lye dari Canada, memulai menggambar langsung pada film setelah memasuki pembaharuan dalam film berwarna melalui “ colour box” . Perkembangan tekhnik film animasi yang terpenting , yaitu di sekitar tahun 1930-an. Dimana muncul film animasi bersuara yang dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat, melalui film “ Micky mouse “ , “ Donald Duck “ dan “ Silly Symphony “ yang dibuat selama tahun 1928 sampai 1940. ; Pada tahun 1931 Disney membuat film animasi warna pertama dalam filmnya “ Flower and trees “. Dan film animasi kartun panjang pertama dibuat diosney pada tahun 1938, yaitu film “ Snow White and seven Dwarfs “.
j. Pengertian Film Animasi Film animasi berangkat dari dua disiplin, yaitu film yang berakar pada dunia fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Kata film berasal dari bahasa Inggris yang telah di Indonesiakan, maknanya dapat kita lihat di kamus Bahasa Indonesia “ Barang tipis seperti selaput yang dibuat dari selulid empat gambar potret negative ( yang akan dibuat potret atau dimainkan di bioskop ); 2 lakon ( cerita) gambar hidup; “ . Sedangkan secara mendasar pengertian film yang menyeluruh sulit dijelaskan. Baru dapat diartikan jika dilihat dari konteksnya; misalnya dipakai untuk potret negatif atau cetak, film mengandung suatui lembaran pita seluloid yang diproses secara kimia sebelum dapat dilihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
hasilnya; atau yang berhubungan dengan cerita atau lelakon., film mempunyai pengertian sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar-gambar yang bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton orang, bentuk film yang mengandung unsur dasar cahaya , suara dan waktu. (http :// zawa blogsome.com/2008/04/30/) Sedangkan pengertian animasi secara khusus menurut ensiklopedi “ Americana “ : animated, a motion picture consisting of series of individual handdrawn sketches, in which the positions or gestures of the figures are varied slightly from one sketch to another . Generally , the series is film hand, when projcted on creen, suggest that figures are moving “(Encyclopedi Americana vol VI, 1976 ) Animasi diambil dari Bahasa Latin “ Anima “ yang berarti jiwa, hidup, nyawa, semangat. Animasi adalah gambar dua dimensi yang seolah-olah bergerak karena kemampuan otak untuk mengingat dan menyimpan gambar-gambar yang terlihat sebelumnya (Vega 2004: 1) Animasi adalah susunan imej-imej dua dimensi atau posisi model agar mnghasilkan gerakan. Animasi adalah ilusi optik pergerakan disebabkan oleh penerusan penglihatan dan boleh dihasilkan dan dimdemonstrasikan berbagai cara. Kaidah persembahan animasi yang paling laris adalah wayang gambar atau video (http ://id.wikipedia.org/wiki/animasi ) Navrianz mengungkapkan bahwa animasi adalah suatu gambar diam secara inbeethwin dengan jumlah banyak, dan bila diproyeksikan akan seolah-olah hidup (bergerak) seperti film-film kartun di televisi. Animasi tidak hanya digunakan duntuk film kartun saja, tapi juga dapat digunakan untuk pendidikan, informasi, dan media pengetahuan lainnya yang tidak dapat dijangkau dngan life melalui kmera foto atau
video. (http:www.google.co. id/ Navriaz/pengertian
animasi/htm) Animasi menurut Encharta adalah gambar gerak yang direkam dari satu seri dari gambar diam , gambar objek atau gambat orang dari berbagai posisi yang berbeda yang mengalami perubahan gerak jika dimainkan sendiri, bukan lagi gambar statis yang berdiri sendiri, namun sudah menjadi kesatuan gerak yang halus.
(http://www.google.co.id/Norma
Ann>>Blog
Archive>>Bab
02
Anime/htm). Animasi adalah salah satu bentuk karya seni yang menarik dan menawarkan banyak kelebihan antara lain : (1) Menggambarkan hal yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata menjadi mungkin. (2) Membuat imajinasi lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
berkembang (3) Membuat objek diam menjadi menarik dan bergerak (4) Dapat dibuat sesuai dengan tujuan pembuatannya. (5) Sebagai media hiburan dan informasi. Selanjutnya film animasi adalah film yang memanfaatkan gambar dan benda mati yang lain seperti boneka, meja, kursi, yang dapat dihidupkan dengn teknik animasi. Selain itu subjek-subjek hidup seperti manusia, hewan juga dapat dianimasikan. (http://www.google.co.id/Norma Ann>>Blog Archive>>Bab 02 Anime/htm) Dari paparan-paparan diatas dapat disimpulkan bahwa animasi adalah gambar dua dimensi yang diolah dengan teknik tertentu yang seolah-olah bergerak atau menghidupkan benda mati yang diproyeksikan menjadi suatu gerakan. Film animasi adalah film yang memanfaatkan benda mati ataupun hidup untuk diproyeksikan sebagai hiburan mupun media ajar untuk menghidupkan benda mati dan memudahkan merealisasikan (memvisualisasikan) sesuatu yang tidak live agar mudah dinikmati dan dipahami .
k. Jenis Animasi Animasi telah mengalami perkembangan dari awal pembuatannya. Pada awal pemnbuatannya, animsi memakai prinsip yng sederhana, baik konsep, tekhnik alat maupun objeknya. Namun kini animasi telah mengalami kemajuan, Berdasarkan sumber ( http://zawa blogsome com/2008/04/30 ) membagi jenisjenis animasi sebagai berikut 1) Animasi 2D Animasi ini yang paling akrab dengan keseharian kita. Biasa juga disebut dengan film cartoon,yang artinya gambar yang lucu. Memanag film kartun ini kebanyakn adalh film yang lucu. Contohnya banyak sekali, misalnya doraemon, Looney tonees, Pink Panther, Tom and Jery Scobydoo, Mulan, dan banyak lagi. 2) Animasi 3D, Perkembangan teknologi dan komputer membutan teknik pembuatan animsi 3D semkin berkembang dan maju pesat.Animasi 3D adalah pengembangan daroi animasi 2D . Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan nyata, mendekati wujud manusia aslinya. Misalnya Nemo, shark
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
tile, Cars, Valian. Animasi 3D juga disebut denagn CGI ( Computer Generated Imagery) 3) Animasi tanah liat (clay animation) Jenis animasi ini adalah jenis yang paling jarang kita dengar dan temukan diantra jenis yang lain.Padahal teknik bukanlah teknik yang baru, bahkan bisa dibilang sebagai nenek moyang animasi karena animasi pertama kali dalam bentuk clay animation. Animasi ini tidak menggunakan tanah liat biasa nmun menggunakan plastisin, bahan lentur seperti permen karet. Tokoh-tokoh dalam clay animation dibuat dengan menggunakan rangka khusus untuk bentuk rangka tubuhnya.Lalu rangka tersebut ditutup dengan plastisin sesui denagan bentuk tokoh yang dibuat.Bagian-bagin tubuhnya seperti kepala, badan, tangan, kaki, bisa di lepas dan di pasang lagi. Setelah toko-tokohnya siap, difoto gerakan pergerakan. Foto tersebut lalu digabung menjadi gambar yang bisa bergerak seperti yang kita tonton di film. Animasi clay tersebut termasuk dalam animasi stop-motion picture. 4) Animasi Jepang (anime). Film animasi Jepang hampir sama dengn film nimasi jenis lainny yng didominasi oleh Bangsa Amerika dan Eropa, anime juga terdiri dari beberapa jenis, yang membedakan bukanlah cara pembuatannya, namun formatnya, yaitu serial TV, OVA, dan film bioskop. Sejalan dengan pendapat di atas, Heni Citra Ningrum membagi animasi teknik animasi menjadi empat, yaitu ; teknik animasi 2D, teknik animasi 3D, teknik animasi tanah liat (clay animation ), animasi Jepang ( anime) 1) Animasi 2D ( 2 Dimensi ) yatu animasi yang menggunakan dua sudut/ aksis, yaitu X dan Y. X mewakili lebar dan gerak kiri kanan, dan Y mewakili tinggi dan gerak atas bawah. Gambar dua dimensi dapat dianalogikan gerak wayang kulit.
Tidak
ada
ketebalan
pada
animasi
dua
dimensi
(http
//
www.lecturer.ukdw.ac.id.anton.download.multimedia5.pdf ) 2) Animasi 3D (3 Dimensi ), yaitu animasi yang menggunakan perkembangan teknik dan komputer. Teknik 3D merupakan pengembangan dari teknik 2D, karakter yang dibuat lebih hidup dan nyata dan mirip dengan wujud aslinya. Animasi 3D menggunakan wujud 3 aksis ( sudut pandang) yaitu X, Y, Z.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Aksis Z mewakili ketebalan dan gerakan maju mundur. Dengan tiga aksis maka objek dan gerakan lebih realistis. Bentuk ini memiliki objek lebar, tinggi, dan ketebalan. Gerakan objek bisa ke samping, atas bawah, maju mundur. Pada animasi 3 D juga dapat dikreasi efek-efek seperti pencahayaan dan bayangan. (http//lecturer. Ukdw.ac.id.anton.download.multimedia5.pdf) 3) Animasi tanah liat ( clay animation ), yaitu animasi yang paling jarang kita dengar dan kita temukan diantara jenis lainnya. Padahal jenis tekhnik animasi ini bukan termasuk tekhnik yang baru seperti pada saat toy story membuka animasi 3D. Bahkan boleh dibilang sebagai nenek moyangnya animasi. Karena animasi pertm dalam bentuk clay animation. Meski namanya clay ( tanah lit),yang dipakai buknlh tanah liat yang biasa. Animasi ini memakai plasticin, bahan lentur seperti permen karet yang ditemukan pad tahun 1897. Tokoh dalam animasi clay dibuat dengan rangka khusus untuk kerangka tubuhnya, lalu kerangka tersebut ditutup dengan plasticine sesuai bentuk tokoh yang ingin dibuat. Bgian-bagian tubuh kerangka ini serperti kepala, tangan, kaki, bisa dilepas dan dipasang lagi. Setelah tokoh-tokohnya siap, lalu difoto pergerakan. Gambar tersebut digabung menjadi gambar yang bergerak. Clay animation termasuk dalam stop-motion picture. Film Animasi Clay pertama kali dirilis pada bulan Februari 1908 berjudul, A Sculptors Welsh Rarebit Nightmare. (http//zawa.blogsome.com/?s=gambar+kartun+lucu) 4) Animasi Jepang (anime) . Pada jenis animasi di atas yang banyak dibahas adalah film animsi buatan Amerika dan Eropa. Namun, Jepang pun tak kalah soal animasi. Jepang sudah banyak memproduksi nime (sebutan untuk animasi Jepang) Berbeda dengan animasi Amrika, animasi Jepang tidak semuanya diperuntukkan anak, bhkan ada yang khusus untuk dewasa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Tekhnik animasi dapat di bagi menjadi empat jenis, yaitu ; animasi 2 D yaitu animasi yang berupa kartun, yang memiliki 2 aksis yaitu X dan Y/ tinggi dan lebar ; animasi 3D, yaitu animasi yang
menggunakan tekhnik komputer dan merupakan bentuk
penyempurnaan dari animasi 2D yang memiliki 3 aksis/ sudut pandang yaitu X,Y, dan Z / tinggi, lebar dan ketebalan ; clay animation , yaitu animasi yang paling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
awal dan sederhana. Bahannya menggunakan plastisin/ karet lentur yang tersusun atas bagian-bagian yang dapat dilepas dan difoto berulang-ulang; Animasi Jepang (anime), yaitu animasi yang berasal dari Jepang pembuatannya tidak semuanya diperuntukkan anak-anak, tapi juga orang dewasa. Berdasarkan urain di atas, jenis animasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah animasi 2D (dua dimensi)
l. Jenis Teknik Film Animasi Menurut http//zawa blogsome.com/-2008/04/30, animasi yang dipakai dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu film animasi dwi-matra( flat animation) dan animasi trimatra(object animation). 1) Film animasi dwi-matra (flat nimation) yaitu film animasi yang menggunakan bahan papar yang dapat digambarkan di atas permukaannya. Disebut juga jens film animasi gambar, sebab hampir semuaobjek animasinya melalui runtun kerja gambar. Semu runtun kerja jnis film animasi ini dikerjakan di atas bidang datar atau papar. Beberapa jenis film animasi dwi-matra adalah : a)
Film animasi sel (cel technique) teknik dasar ini adalah merupakan teknik dasar film animasi kartun ( cartoon animation). Teknik ini memanfaatkan serangkaian gambar yang dibuat di atas lembaran plastik tmbus pandang, dibuat sel. Figur animasi dibuat sendiri di atas sel untuk tiap perubahan gambar ang bergerak, selain itu ada bagian yang diam, yait latar belakang (beckground) dibuat untuk setiap adegan, digambar memanjang lebih besar dari gambaran sell.
b)
Penggambaran langsung pada film. Film ini menggunakan teknik penggambaran obyek animasi dibua langsung pada pita seluloid bik positive atau negative. Tanpa mlalui runtun pemotretan kamera stop frame,
untuk
kebutuhan
suatu
karya
seni
yang
bersifat
pengungkapan. Atau yang bersifat percobaan, mencari suatu barang.
2) Film animasi Tri-Matra (objec animation), yaitu
menggunakan tknik
runtun kerja yang sama dengan film animasi dwi-matra, yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
membedakan adalah animasi yang dipakai dalam wujud tri-matra. Dengan menghitungkan karakter objek animasi, sifat bahan yang dipakai, waktu, cahaya dan ruang.Berdasarkan bahan dan bentuk yang digunakan , yang termasuk film animasi ini adalah : a)
Film animasi Boneka (Puppet Animation) yaitu film yang menggunakan objek animasi boneka dan figur linnya, merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada, terbuat dari bahan-bahan yang bersifat lentur, dan mudah digerakkan sewaktu melakukan pemotretan bingkai perbingkai. Seperti bahan kayu yang mudah ditatah, kain, kertas, lilin, tanah lempung, dan lain-lain.
b)
Film Animasi Model, yaitu film animasi yang menggunakan macammacam bentuk animasi yang bukan boneka , tetapi model abstark seperti ; bola, balok, prisma, silinder, kerucut dan lilin-lilin. Penggunaannya tidak trlalu rumit dan tidak banyak membutuhkan gerak, bahan yang dipakai trbuat dari kayu, plastik keras dn bahn keras lainnya yang sesuiai dengan sifat karakter yang dimiliki. Film animasi ini dapat dikatkn sebgi film animasi non-figur, karena kesluruhan cerita tidak mebutuhkan tokoh. Jenis film teknik yang memanfatkan
lembaran
sel
merupakan
suatu
pertimbangan
penghematan gambar, dengan memisahkan bagian dari objek animasi yang bergerak, dibuat beberapa gambar sesuai kebutuhan; dan bagian yang tidak bergerak, cukup dibuat sekali saja. c)
Film animasi potongan (Cut-out Animation), yaitu film animasi yang menggunakan figur atu objek animasi yang dirancang, digambar pada lembaran kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan diletakkan pada sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya. Pemotetan dilakukan dengn menganalisis langsung tiap gerakan dengan tangan, sesuai dengan runtutan cerita. Gerak figur animasi dan figure terbatas. Karakter figur dibuat terpisah. Untuk menggerakkan dan menghidupkan karakter, pemisahan itu biasanya sesuai dengan tuntutan cerita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
d)
Film Animasi Bayangan ( Silhoutte Animation), yaitu film animasi yang menggunakan figure berupa bayangan dan latar belakang yang terang, karena pencahayaannya berada di belakang layar. Teknik yang dipakai sama dengan film animasi potongan, figur digambar lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang digambar lalu diletakkan pada latar di meja dudukan kamera untuk dipotret. Bedanya di sini kertas yang dipakai tidak seperti animasi potongan, bahan kertas berwarna atau diberi warna sesuai dngan kebutuhan, sedangkan film animasi bayangan seluruhnya menggunakan bahan kertas berwarna gelap atau warna hitam, baik itu figur atau objek animasi lainnya.
e) Film animasi kolase (Collage Animation), yaitu film yang menggunkan teknik bebas mengembangkan keinginan kita untuk menggerakkan objek animasi semuanya di meja dudukan kamera. Teknik yang digunakan cukup mudah dan sederhana, yaitu potongn koran, potret, gambar-gambar, huruf atau penggabungan dari semuanya. Gambar dan berbagai bahan yang dipakai, disusun sedemikian rupa lalu diubah secara berangsur-angsur menjadi bentuk susunan baru, dimana tiap perubahan penempelan dipotret dengan kamera menjadi suatu bentuk film animasi yang bebas
B. PENELITIAN YANG RELEVAN Penelitian yang relevan dengan ini adalah skripsi milik Heni Citraningrum dengan judul Peningkatan Keterampilan Menyimak menggunakan Media Audio Visual Animasi pada Siswa Kelas VII D SMP Margasari kabupaten Tegal dengan simpulan sebagai berikut : “Simpulan dari penelitian ini yaitu keterampilan menyimak, khususnya menyimak dongeng pada siswa kelas VII D SMP 1 Margasari Kabupaten Tegal setelah menggunakan media audio visual animasi mengalami peningkatan. Tingkah laku siswa kelas VII D SMP 1 Margasari Kabupaten Tegal mengalami perubahan ke arah yang positif. Saran yang disampaikan oleh peneliti yaitu guru bahasa Jawa hendaknya menggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa dan dapat memberikan pengaruh positif terhadap perilaku siswa.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
C. Kerangka Berfikir
Pelajaran Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang mengandung bagaimana cara berkomunikasi yang baik karena belajar Bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi. Ada empat aspek dalam Bahasa Indonesia, yaitu berbicara, membaca, mendengarkan, dan menulis. Selain keempat aspek tersebut yang harus dipahami dan dikuasai guru, terdapat inti sari pelajaran Bahasa Indonesia yaitu penularan ilmu pengetahuan, memberikan teladan, baik tingkah laku dan berbicara, yaitu berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. terdapat anggapan bahwa Pelajaran Bahasa Indonesia menjenuhkan oleh siswa, dikarenakan variasi media dan metode yang diterapkan guru kurang menarik bagi siswa. Salah satu media yang dapat menimbulkan ketertarikan, kebermaknaan dan motivasi siswa adalah dengan penggunaan media audio visual film animasi. Dengan menayangkan film animasi akan menimbulkan rasa tertarik siswa untuk mengikuti memperhatikan, kebermaknaan bagi siswa karena siswa materi yang disampaikan guru melalui film animasi. selain itu siswa juga termotivasi karena film animasi merupakan tayangan televisi sehari-hari yang merupakan kesukaan mereka. Melalui media audio visual film animasi siswa dibimbing oleh guru untuk memahami isi cerita dari film yang ditayangkan. Secara tidak langsung siswa sudah menerapkan kompetensi yang hendak dicapai meliputi aspek menyimak. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Guru belum menerapkan media apa pun (masih konvensional)
Kemampuan menyimak isi cerita IV rendah
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia (menyimak isi cerita) melalui Penerapan Media Audio Visual Film Animasi
Siklus I
Siklus II
Melalui Penerapan Media Audio Visual Film Animasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita meningkat.
Gambar 1: Bagan Kerangka Berfikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
D. HIPOTESIS
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat disimpulkan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut : penerapan Media Audio Visual Film Animasi adalah alat bantu mengajar yang memudahkan guru untuk menyampaikan pembelajaran yang memiliki suara dan visual ( gambar) serta berbentuk serangkaian adegan yang dibuat dari gambar yang digerakkan secara cepat dan deolah dengan tekhnik tertentu sehingga memiliki kesan hidup dan merialisasikan benda yang bersifat abstrak serta memiliki jenis gambar yang sangat sesuai dengan dunia serta perkembangan anak, Maka media audio visual film animasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia sert dapat mengatasi kendala- kendala dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD N 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Talunombo Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri dengan alasan sebagai berikut : a. Di Sekolah Dasar ini belum pernah menjadi tempat penelitian tindakan kelas. b. Peneliti adalah salah satu pengajar di SD ini. c. Pada tahun sebelumnya pembelajaran bahasa Indonesia untuk menyimak isi cerita belum menggunakan media audio visual pemutaran film. d. Di SD Negeri 1 Talunombo rata-rata nilai Bahasa Indonesia kelas IV rendah. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 selama 5 bulan, mulai Maret 2009 sampai dengan bulan Juli 2010. Dengan pembagian waktu sebagai berikut : 1. Penyusunan proposal dilaksanakan pada bulan Maret, April dan Mei pada minggu pertama. 2. Pencarian ijin skripsi dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada bulan Mei minggu kedua dan ketiga 3. Pelaksananaan tindakan dilaksanakan selama selama empat minggu. Pelaksanaan pada bulan Mei minggu ke empat dan Juni minggu pertama, kedua dan ketiga.Pelaksanaan tindakan terdiri dari dua siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Siklus pertama pertemuan pertama dilaksanakan pada bulan Mei minggu ke empat, siklus pertama pertemuan kedua dilaksanakan pada bulan Juni pada minggu pertama. Siklus kedua pada pertemuan pertama dilaksanakan pada bulan juni minggu kekedua , sedangkan siklus kedua pertemuan kedua dilkasanakan pada Juni minggu ke tiga
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
4. Analisis data dilaksanakan selama tiga minggu, yaitu pada bulan Juni minggu ke empat dan Juli minggu ke pertama dan kedua 5. Penyusanan skripsi dilaksanakan selama lima bulan, yaitu bulan Juli sampai November B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian Berdasarkan masalah yang diajukan, yang menekankan pada perbaikan proses pembelajaran, maka jenis penelitian yang tepat adalah penelitian tindakan kelas. Dengan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat menambah pengetahuan guna meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas. 2. Strategi Penelitian Strategi penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model siklus:
Planning Reflecting
Siklus I
Acting
Observing Planning Reflecting
Siklus II
Acting
Observing Gambar 2. Model Penelitian Tindakan dari Kurt Levin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. a. Perencanaan, meliputi : 1) Membuat perencanaan pembelajaran 2) Melengkapi media pembelajaran 3) Membuat lembar observasi 4) Membuat alat evaluasi. b. Pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai apa yang telah direncanakan. c. Observasi Dalam tahap ini dilakukan kegiatan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. d. Refleksi Dalam tahap ini, semua data yang diperoleh dari hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis guna mengetahui sejauh mana “tindakan” membawa perubahan dan apa serta dimana perubahan terjadi.
C. Sumber Data
Informasi dikumpulkan dan dikaji secara mendalam. Sebagian besar informasi berupa kualitatif. Informasi digali dari berbagai sumber data dan jenis data yang ada dalam penelitian ini, yaitu meliputi : 1. Informasi, terdiri dari informasi guru kelas IV dan guru lain yang pernah mengajar kelas IV di tahun sebelumnya, serta siswa-siswi kelas IV SD Negeri 1 Talunombo. 2. Tempat dan Peristiwa 1. Tempat
: Ruang kelas IV SD Negeri 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri.
2. Peristiwa
:Proses
belajar
mengajar
dengan
penerapan
menggunakan media audio visual film animasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
3. Arsip dan Dokumen a. Arsip
: Kurikulum KTSP
b. Dokumen : Daftar nilai
4. Tes Hasil Belajar 5. Perekaman
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi),
yang
sifat-keadaannya
(“attribut”-nya)
akan
diteliti.
(http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/04/21/subjek-penelitian) Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD SD Negeri 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri sebanyak 22 siswa. Dengan rincian jumlah siswa putra 9 dan putri 13, serta tidak terdapat siswa yang berkemampuan khusus.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi
lokasi
penelitian
sesuai
dengan
lingkup
penelitian.
(http://tkplb.org/documents/etraining%20-%20KTI). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi dilakukan pada siswa dan guru Kelas IV SD Negeri 1 Talunombo guna mengetahui kemampuan siswa meggunakan media audio visual pemutaran film dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
2. Pencatatan Sumber Data dan Dokumentasi a. Sumber Data 1) Kurikulum KTSP tentang ruang lingkup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan, dan materi pokok kelas IV. 2) Silabus tentang tema dan alokasi waktu. b. Dokumen Berupa nilai formatif untuk mengetahui data tentang peningkatan hasil belajar sebelum diadakan tindakan. 3. Tes Tes dilakukan setelah diadakan tindakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa. Tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah tes lesan maupun tertulis, baik dilakukan pada saat pembelajaran maupun akhir pembelajaran. 4. Dokumentasi Perekaman menggunakan kamera berupa hasil foto maupun video untuk memperjelas diskripsi berbagai situasi dan perilaku subjek yang diteliti.
F. Validitas Data
Data yang sudah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus dimantapkan kebenarannya. Menurut
STY. Slamet dan
Suwarto, WA (2007: 54), Ketepatan data tersebut tidak hanya bergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi. Menurut Elliot dan Pattington dalam Wahyudi, (2008:51), triangulasi bukanlah teknik untuk memonitor (mengawasi), namun sebagai metode yang lebih umum untuk membawa beragam jenis bukti ke dalam suatu hubungan satu sama lain sehingga ragam itu dapat dibandingkan dan diperbedakan. Untuk mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
1.
Validitas isi (content validity) Menurut Zaenal Arifin (2009: 248) “Validitas isi digunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik mengusai materi pelajaran yang telah disampaikan”.
Validitas
memvalidkan soal – soal
isi
dalam
penelitian
ini
digunakan
untuk
tes yang terdapat pada renacana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum (silabus dan kisi – kisi) dan sesuai dengan kemampuan yang akan di ukur. 2.
Trianggulasi Metode Menurut STY. Slamet dan Suwarto, WA (2007: 54) “ Trianggulasi metode adalah mengumpulkan data yang sejenis dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda”. Disini yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda yang mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Trianggulasi metode ini digunakan untuk memantapkan validitas data peran serta siswa dalam pembelajaran dan data kegiatan guru saat mengajar.
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan(verifikasi). Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Proses analisis interaksi daapt digambarkan sebagai gambar 3: Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data
Verifikasi
Gambar 3: Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (2000: 43)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Langkah-langkah analisis : 1. Reduksi Data Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Reduksi yaitu proses proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian Data Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya gambar, grafik, chart nework, diagaram, matrik, dan sebagainya. 3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Hasil dari data – data yang telah didapatkan dari laporan penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga kesimpulan – kesimpulan juga dapat diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil dari laporan penelitian. Sedang kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Observasi terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan guru untuk mengetahui permasalah yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami isi cerita siswa kelas IV SD N 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Berdasarkan temuan dikelas, maka peneliti berusaha meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita siswa kelas IV dengan penanaman konsep melalui pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Sehubungan dengan itu maka tindakan yang diduga paling tepat adalah dengan penggunaan media audio visual dalam menanamkan pemahaman isi cerita Bahasa Indoesia. Prosedur penelitian meliputi tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Perencanaan a. Mengumpulkan data yang diperlukan b. Merencanakan pembelajaran dengan media audio visual film animasi. c. Membuat laporan observasi 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Guru menerapkan model pembelajaran sesuai dalam rencana pada siswa kelas IV SD N 1 Talunombo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri. b. Siswa melakukan pembelajaran dengan media audio visual film animasi dengan bimbingan guru. 3. Tahapan Observasi a. Tindakan guru mengobservasi siswa selama proses pembelajaran. b. Menilai hasil pembelajaran Bahasa Indonesia. 4. Tahap Refleksi Merefleksi dan mengevaluasi kegiatan 1, 2, dan 3. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya. Permasalahan yang timbul dalam silkus pertama dicari pemecahannya dan ditindaklanjuti pada siklus kedua. Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menyimak isi cerita pada siswa kelas IV SD N 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri, namun belum memenuhi target indikator kinerja maka perlu dilakukan siklus II. Siklus II meliputi tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Apabila hasil dari siklus II sudah menunjukkan peningkatan kemampuan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
menyimak isi cerita memenuhi target indikator kerja maka tidak perlu dilakukan siklus III
I. Indikator Kerja
Indikator kerja adalah alat untuk mengukur keberhasilan suatu tindakan. Dalam indikator kerja memuat indikator kerja itu sendiri, kriteria keberhasilan, target dari peneliti, dan alat pengumpulan data. Adapun indikator kerja dalam penelitian ini ada dua yaitu kemampuan siswa memahami isi cerita dan keberhasilan penerapan penggunaan media audio visual film animasi Tabel 1: indikator siklus I No.
Indikator
Kriteria
Target
Pengumpulan data
1.
Kemampuan
Nilai minimal
40 % siswa
Evaluasi
siswa memahami
(KKM) dalam
mendapat
meyimak isi
isi cerita
menyimak isi cerita
nilai 70
cerita
adalah 70 2.
Peran serta siswa
40 % siswa dapat
45 % siswa
Observasi
dalam
mengikuti
dapat
dalam
penggunaan
pembelajaran
mengikuti
pembelajaran
media audio
penggunaan media
penggunaan
visual pemutaran
audio visual
media audio
film.
pemutaran film.
visual pemutaran film.
Tabel 2 : indikator siklus II No.
Indikator
Kriteria
Target
Pengumpulan data
1.
Kemampuan
Nilai minimal
70 % siswa
Evaluasi
siswa memahami
(KKM) dalam
mendapat
menyimak isi
isi cerita
menyimak isi
nilai 70
cerita
cerita adalah 70
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
2.
Peran serta siswa
70 % siswa dapat
75 % siswa
Observasi
dalam
mengikuti
dapat
dalam
penggunaan
pembelajaran
mengikuti
pembelajaran
media audio
penggunaan media
penggunaan
visual pemutaran
audio visual
media audio
film.
pemutaran film.
visual film animasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sekolah Dasar Negeri 1 Talunombo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri berdiri pada tahun 1925. Sejak berdiri status SD N 1Talunombo adalah Sekolah Dasar Negeri. SD N 1 Talunombo memiliki satu Kepala Sekolah dan 11 guru PNS serta 3 guru Wiyata Bhakti. Dari kelas I – VI, hanya kelas VI dan IV yang tidak paralel. Jumlah siswa pada Tahun Ajaran 2009/2010 adalah 180 siswa. Secara geografis SD Negeri 1 Talunombo barada di wilayah Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri tepatnya di Jalan Solo Pacitan Patisari Talunombo. Siswa di SD Negeri 01 Talunombo termasuk siswa heterogen yang berasal dari latar belakang keluarga, ekonomi, dan agama yang berbeda. Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar adalah masyarakat majemuk yang termasuk golongan menengah kebawah. Kemampuan rata-rata peserta didik SD 1 Talunombo sudah baik, namun ada beberapa kelas yang masih di bawah rata-rata. Selain itu dalam bidang kemampuan menyimak khususnya kelas IV masih harus ditingkatkan lagi. Sekolah Dasar Negeri 1 Talunombo memiliki ruang kelas sebanyak 6 ruang kelas, 1 kantor guru, UKS, 1 perpustakaan, 1 laboratorium komputer, dan 1 kantin serta toilet.
B. Diskripsi Hasil Penelitian 1. Diskripsi Pra Siklus Sebelum perencanaan dilakukan, peneliti terlebih dahulu melihat hasil observasi sebelum tindakan. Dari hasil observasi yang berupa hasil evaluasi individu menyimak isi cerita melalui media audio visual, diketahui bahwa kemampuan siswa Kelas IV SD Negeri 1 Talunombo Tahun Ajaran 2009/2010 dalam menyimak isi cerita melali media audio visual masih rendah. Peserta didik yang
masih
belum
mencapai
KKM
(Kriteria
Ketuntasan
Minimal)
sebanyak 14 anak atau 63,64 % dari 22 siswa; dan siswa yang sudah mencapai KKM hanya sebanyak 8 siswa atau 36,36 % saja. Adapun Kriteria Ketuntasan
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
M Minimal un ntuk meyimaak isi cerita melalui meedia audio visual v adalahh 65. Oleh s sebab itu, peeneliti sebaggai guru kellas IV menggadakan koordinasi denggan Kepala S Sekolah dan n guru kelass lain untuk melakukan tindakan. Tindakan T yan ng diambil d diterapk dan kan dalam peembelajarann Bahasa Ind donesia adalaah menyimaak isi cerita m melalui med dia audio visual v kelas IV SD Neegeri 1 Tallunombo tah hun ajaran 2 2009/2010 Daftaar nilai sebeelum tindakaan dengan ju umlah siswa 22. Dapat dilihat d pada t tabel 3. T Tabel 3 : disstribusi frekuuensi pra sikklus Rentang nilaai R 20-31 32-43 44-55 56-67 57-79 80-91 jumlah
frekw wensi 5 3 4 2 5 3 22
Dari hasil evaluaasi pretes (ttabel 03) dipperoleh nilaii rata-rata keelas adalah 4 48,63. Dari tabel 04 dapat d dilihatt bahwa terddapat 1 sisw wa atau 4,5 54 % yang m mendapat niilai 20; terdaapat 4 siswa atau 18,18 % yang menddapat nilai 30; 3 terdapat 3 siswa atau u13,63 % yanng mendapaat nilai 40; teerdapat 4 sisswa atau 18,18 % yang m mendapat niilai 50; terdaapat 2 siswa atau 9,09 % yang menddapat nilai 60; 6 terdapat 5 siswa atau u 22,72 % yaang mendapaat nilai 70; terdapat t 3 siiswa atau 13,63% yang m mendapat niilai 80. Grafiik nilai Pra-ssiklus terlihaat seperti padda gambar 4. 5 4.5 4 4 3.5 3 3 2.5 2 2 1.5 1 1 0.5 0 0
20‐3 31 32‐4 43 44‐5 55 56‐6 67 57‐7 79 80‐9 91
freekuensi
Gam mbar. 4. Graafik kelas disstribusi freku uensi pra Nilai Pra Sikluus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pembelajaran Bahasa Indonesia menyimak isi cerita adalah 70. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa baru 8 atau 36,36 % siswa memenuhi KKM, dan terdapat 14 atau 63,64 % siswa belum memenuhi KKM. Penilaian ini untuk mengetahui kemampuan siswa kelas IV dalam menyimak isi cerita melalui media audio visual tanpa adanya perlakuan atau threatment. Jumlah soal yang diberikan adalah 10 soal. Di dalam pretes ini siswa sudah mendapat pemahaman dasar mengenai menyimak isi cerita. Dari observasi yang dilakukan guru sebelum diadakan pretes, ternyata siswa kelas IV SD Negeri 1 Talunombo masih rendah kemampuannya dalam menyimak isi cerita. Dari analisis data skor pretes dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyimak isi cerita Bahasa Indonesia kelas IV SD N 1 Talunombo masih rendah. Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita. Adapun tindakan dalam usaha meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita mata plajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media audio visual film animasi.
2. Tindakan Siklus I Tindakan Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuan yaitu satu kali kegiatan pembelajaran (2 x 35 menit). Siklus I dilakukan selama 2 minggu pada bulan Juni, adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a) Perencanaan Siklus I Sebelum perencanaan dilakukan, peneliti terlebih dahulu melihat hasil observasi sebelum tindakan. Dari hasil observasi yang berupa hasil evaluasi individu isi dalam menyimak isi cerita, diketahui bahwa kemampuan siswa Kelas IV SD Negeri 1 Talunombo Tahun Ajaran 2009/2010 dalam menyimak isi cerita masih rendah. Siswa yang masih belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebanyak 14 siswa atau 63,64% dari 22 anak; dan siswa yang sudah mencapai KKM hanya sebanyak 8 siswa atau 36,36 % saja. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal untuk menyimak isi adalah 70. Oleh sebab itu, peneliti sebagai guru kelas IV mengadakan koordinasi dengan Kepala Sekolah dan guru kelas lain untuk melakukan tindakan. Tindakan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
diambil dan diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menyimak isi cerita yaitu dengan menggunakan media audio visual film animasi guna meningkatkan kemampuan menyimak isi isi cerita siswa Kelas IV SD Negeri 1 Talunombo. Langkah-langkah yang hendak dilakukan berpedoman pada silabus Kelas IV, yang berisi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan materi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun langkah di dalam perencanaan meliputi : (1) Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang hendak dicapai. (2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang menerapkan Media audio visual film animasi. (3) Mempersiapkan media guna mendukung pembelajaran menyimak isi cerita dengan menggunakan kaset DCD film animasi. (4) Mempersiapkan alat evaluasi individu guna mengetahui sejauh mana kemampuan siswa menyimak isi cerita. (5) Mempersiapkan lembar penilaian. (6) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran. Merujuk pada hasil analisis dan refleksi pertemuan 1, peneliti merencanakan pertemuan 2. Informasi yang didapat berupa informasiinformasi yang mesti harus ditingkatkan dari pertemuan 1 memerlukan alternatif pemecahan. Hal-hal yang masih kurang dalam pertemuan pertama harus ditingkatkan di pertemuan 2, seperti meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita, meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran, dan meningkatkan ketrampilan mengajar guru dalam memanfaatkan media audio visual film animasi. b) Pelaksanaan Siklus I i) Pertemuan 1 Peneliti dalam tahap ini melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia menyimak isi cerita melalui media film animasi. Sebelum pelaksanaan pertemuan 1, peneliti mengkondisikan kelas guna mendukung kelancaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
pembeleajaran yang akan dilakukan. Kondisi kelas yang baik adalah tahap awal suatu pembelajaran yang harus dilakukan guru, seperti menyiapkan alat media seperti pengoprasian dengan menggunakan laptop, proyektor dan kaset DVD serta kabel dan listrik. Mengatur dan memastikan layar dapat ditangkap oleh semua siswa baik yang duduk di depan, belakang maupun sudut. memotivasi (apersepsi), dan menyampaikan peraturan dan cara kerja penggunakan media tersebut terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menyimak isi cerita. Setelah kelas dikondisikan seperti yang telah diuraikan di atas, peneliti harus memastikan betul apakah siswa benar-benar memahami peraturanperaturan di dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Hal ini sangat perlu karena jika siswa tidak memahami dan mengerti peraturan dalam pembelajaran ini maka pembelajaran akan kacau dan tidak mencapai tujuan yang diharapkan. Siswa diputarkan film animasi. Dalam hal ini yang digunakan adalah film animasi dengan judul Timun Mas. Film diputarkan secara bertahap. Setelah film siap diputar, siswa difokuskan untuk mnyaksikan dan menyimak isi film dalam tahap pertama. Tahap pertama siswa diputarkan film dengan permasalahan yang lebih ringan, tokoh yang lebih sedikit, sehingga membutuhakan ingatan (memori) yang lebih ringan. Setelah film diputarkan pada tahap pertama, peneliti memberikan pertanyaan secara klasikal kepada siswa mengenai isi film tersebut, baik meliputi, tokoh, latar, alur, maupun watak yang ada pada cerita tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa
secara
personal/ individu mengenai isi cerita film animasi tersebut, pertanyaaan tersebut dapat meliputi latar cerita, tokoh, alur maupun perwatakan. Untuk mengetahui kemampuan siswa menyimak dan menyusun kalimat terhadap isi cerita tersebut adalah dengan cara memberi tugas menulis hasil cerita film animasi yang telah disimak ke dalam sebuah kalimat, Berikutnya peneliti meminta siswa untuk membacakan hasil tulisan berupa ringkasan isi cerita tersebut secara bergilir. Kegiatan ini ditujukan untuk memastikan pemahaman siswa dalam menyimak isi cerita film animasi yang telah diputar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
ii) Pertemuan 2 Pada pertemuan 2 siswa sudah memahami aturan yang harus dipatuhi dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengkondisikan kelas sama seperti pada pertemuan pertama. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi guru berupa motivasi, menyampaikan materi dan kompetensi, memeriksa kesiapan siswa, dan menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media audio visual film animasi. Agar siswa lebih paham serta menegaskan kembali aturan pembelajaran, maka guru mengulang aturan-aturan yang ada dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan seperti pada pertemuan pertama,. Siswa menempatkan diri dan memfokuskan perhatian pada alur cerita, pada pertemuan ke dua ini, guru memberikan cerita yang memiliki tingkat yang lebih kompleks daripada pertemuan pertama, baik meliputi pergantian setting/ latar yang tidak hanya pada satu tempat saja. Tokoh yang ditampilkan pun lebih banyak dan memiliki perwatakan yang lebih kompleks, meliputi antagonis( jahat) protagonis (baik perwatakannya) dn tritagonis ( tokoh pelengkap yang membantu tokoh protagonis), Pada akhir pemutaran film, penulis memberikan umpan pertanyaan kepada siswa secara klasikal untuk mengetahui pemahaman siswa dalam menyimak isi cerita pada tahap awal dengan menggunakan cerita yang lebih kompleks di banding pertemuan pertama. Setelah guru memberikan pertanyaan siswa secera klasikal, selanjutnya penulis memberikan pertanyaan kepada siswa secara personal/ individu terhadap isi cerita yang telah disimak. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahuai pemahaman siswa lebih dalam terhadap isi cerita, disamping itu pertanyaan yang diberikan kepada siswa secara individu diberikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat konsentrasi siswa terhadap pelajaran. Berikutnya, penulis memberikan tugas kepada siswa untuk menulis isi cerita ke dalam bahasa mereka sendiri. Selain untuk megetahui kemampuan siswa dalam menyimak dan menuangkannya dalam tulisan, juga untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
mengetahui seberapa besar siwa dapat menyimak dan menangkap isi cerita ke dalam alur yang runtut ke dalam bahasa verbal. Pada tahap berikutnya penulis memberikan pertanyaan dengan tujuan lebih meyakinkan seberapa dalam siswa memahami kegiatan menyimak isi cerita melalui media audio visual, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa secara tertulis mengenai isi cerita dan dijawab sesuai pemahaman masing-masing. Pertanyaan tersebut meliputi alur cerita, setting/ tempat, perwatakan maupun tokoh. Dari jawaban siswa ini akan terlihat tingkat pemahaman masing-masing siwa dalam kegiatan menyimak isi cerita melalui media audio visual berdasarkan jawaban tingkat kesesuaian antara pertanyaan dan ketepatan jawaban dari cerita.
c) Observasi Observasi dilakukan setiap pertemuan berlangsung. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan, dan durasi setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Observasi dilakukan untuk memperoleh data, informasi, dan umpan balik bagi peneliti. Observasi yang dilakukan yaitu observasi langsung dan tidak langsung. Observasi langsung yaitu observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti (tanpa perantara) terhadap subjek penelitian. Alat yang digunakan dalam observasi langsung adalah catatan lapangan, berisi tentang kegiatan dan kejadian dalam pembelajaran yang perlu dicatat untuk dievaluasi dan dianalisis guna dijadikan umpan balik bagi peneliti. Catatan-catatan tersebut dapat berupa kegiatan yang sesuai rencana dan kegiatan diluar rencana. Observasi tidak langsung yaitu observasi yang dilakukan dengan bantuan perantara. Adapun perantaranya yaitu guru kelas lain. Dengan berkolaborasi dengan guru lain sebagai observer sekaligus penilai dalam pembelajaran,maka data dan informasi yang diperoleh lebih bersifat objektif. Alat yang digunakan dalam observasi tidak langsung berupa lembar penilaian mengajar guru dan lember observasi peran serta siswa. Lembar penilaian mengajar guru bertujuan untuk menilai kemampuan mengajar guru dan kegiatan guru dalam pembelajaran. Lembar observasi peran serta siswa bertujuan untuk menilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
sejauh mana kemampuan siswa menyimak isi cerita melalui media audio visual film animasi Adapun hasil observasi pada siklus I adalah sebagai berikut : Indikator :
- Menemukan pokok pikiran yag terdapat dalam setiap teks - Menjelaskan isi teks dengan kalimat yang runtut - Meringkas isi teks bacaan dengan kalimat yang runtut.
Media :
- kaset DVD film animasi Timun Mas
i) Pertemuan Ke-1 Hasil Observasi : (1)
Kegiatan Siswa (berdasarkan lampiran 9) : (1)19 siswa atau 86,36%% siswa memperhatikan penjelasan guru (2) 4 atau 18,18 % siswa bertanya tentang penjelasan guru; (3)
17 atau 72,27% siswa
memperhatikan isi film; (4) 17 siswa atau 72,27 siswa semangat dan senang mengikuti pelajaran(5) 15 atau,68,18% siswa serius menyimak isi cerita; (6) 13 atau 59,09% siswa merespon pertanyaan guru; (7) 11 atau50% siswa mampu mengingat dan menjelaskan isi cerita; (8) 10 siswa atau 45,45% dapat meneceritakan dengan kalimat yang runtut; (9) 15 siswa atau 68,18% dapat membedakan watak dan karakter setiap tokoh; (10) 17 siswa atau 77,27 mampu mengingat nama setaiap tokoh; (11) 6 atau 27,27% siswa mempunyai keberanian mengungkapakan pikiran dan pertanyaan setiap tokoh; (12) 5 atau 22,72% kemampuan menggunakan bahasa yang baik untuk menceritakan isi cerita; (13) 5 siswa atau 22,72 % siswa dapat menangkap amanat dari isi cerita; (14) 4 siswa atau 18,18 % kepuasan siswa memperoleh poin setiap menjawab pertanyaan; (15)22 atau 100% semua siswa mengerjakan evaluasi individu; (16) rata-rata pencapaian peran serta siswa 53,54%. (2)
Kegiatan Guru ( berdasarkan lampiran 9) : Kegiatan guru meliputi, penyiapan peralatan dan media yang akan dipergunakan; memeriksa kesiapan siswa; kesesuaian apersepsi dengan materi yang akan diajarkan; menyiapkan kompetensi yang akan dicapai; menunjukkan penguasaan materi yang akan disampaikan,menguatkan materi dengan pengetahuan
yang
relevan;
mengaitkan
commit to user
materi
dengan
realitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
kehidupan; melakukan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai; melakukan pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa; melaksanakan pembelajaran secara urut; penguasaan kelas; melaksanakan yang menumbuhkan kebiasaan positif; melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu; menunjukkan penguasaan terhadap media pembelajaran; menggunakan media pembelajaran secara efektif, efesien dan menarik; melibatkan siswa dalam penguasaan media; menumbuhkan partisipatif siswa dalam pembelajaran; memfasilitasi terjadinya interksi antara guru, murid dengan sumber belajar; merespon positif partisipasi siswa; menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif, memantau kemajuan siswa; melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi; melakukan refleksi pembelajarn dengan melibatkan siswa; melaksanakan tindak lanjut; penggunakaan bahasa lisan, benar dan lancar; menggunakan bahasa tertulis dengan baik dan benar; penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai;kerapian penampilan; perfoma dan semangat mengajar. Kegiatan guru yang sangat baik meliputi pelibatan siswa dalam pemanfaatan media. Sedangkan catatan dari observer mengenai kegiatan yang dilakukan guru yaitu untuk lebih memperhatikan penggunaan waktu. Kemampuan guru mengajar masih kurang. (3)
Catatan Lapangan: (1) siswa yang bertanya sangat sedikit, (2) rasa ingin tahu siswa besar, (3) siswa kurang memahami aturan dalam pembelajaran dengan menggunakan media audio visual film animasi. (4) semangat untuk fokus terhadap isi cerita pada film animasi tinggi, (5) siswa belum dapat menulis hasil menyimak isi cerita pada film animasi dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik dan benar. (6) adanya kegaduhan karena ada siswa yang menganggap menggap kegiatan menggunakan audio visual film animasi bukan merupakan bagian dari proses kegiatan pembelajaran melainkan sekedar menyaksikan film (7) kegaduhan
siswa
yang
dapat
mengganggu
siswa
lain
untuk
mendengarkan dialoge yang disampaikan pada film tersebut., (8) siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
yang duduk di depan cenderung lebih fokus terhadap isi film dan pembelajaran, (9) kurang waktu dalam evaluasi individu. ii) Pertemuan Ke-2 Hasil observasi (1)
Kegiatan siswa: (1) 20 siswa atau 90,90% siswa memperhatikan penjelasan guru, (2) 6 siswa atau sebesar 27,27 % siswa
bertanya
penjelasan guru, (3) 19 siswa atau 86,36 memperhatikan isi film , (4) semangat dan senang mengikuti pelajaran 86,36% (5) 18 siswa atau 81,81% siswa serius menyamak isi cerita, (6) 14 siswa atau 63,63% siswa merespon pertanyaan guru, (7) 13 siswa atau 59,09% siswa mampu mengingat dan menjelaskan isi cerita , (8) 12 siswa atau 54,54% siswa dapat menceritakan kembali isi cerita dengan menggunakan kalimat yang runtut, (9) 9 siswa atau 36,36% siswa dapat membedakan watak dan karkter setiap tokoh dalam setiap ceita , (10) 19 siswa atau 86,36% siswa dapat mengingat nama setiap tokoh , (11) 9 siswa atau 40,90% siswa mempunyai keberanian mengungkapakan pikiran dan pertanyaan dalam isi crita tersebut , (12) 7 siswa atu 31,81% siswa mempunyai kemampuan menggunakan bahasa yang baik dan benar untuk menceritakan isi cerita, (13) 9 siswa atau 40,90% siswa mampu menangkap amanat dari cerita tersebut, (14) 7 siswa atau 31,81% kepuasan siswa dalam memperoleh poin pada setiap pertanyaan, (15) semua siswa atau 100% melakukan evaluasi individu; (16) rata-rata pencapaian peran serta siswa 61,21%. (2)
Kegiatan guru: kegiatan guru yang masih kurang yaitu penguasaan kelas dan penggunaan media secara efisien, efektif dan menarik. Kegiatan guru yang baik meliputi kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran; memeriksa kesiapan siswa; apersepsi; penyampaian kompetensi yang akan dicapai; menunjukkan penguasaan materi pembelajaran; pengaitan materi dengan pengetahuan yang relevan dan realitas kehidupan; melakukan pembelajaran sesuai kompetensi yang akan dicapai; melakukan pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa. pembelajaran yang urut; menguasai kelas; menumbuhkan kebiasaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
positif; melaksabajan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu; memfasilitasi interkasi anatara guru dan siswa serta sumber belajar; merespon
positif pertisipatif siswa; menumbuhkan keceriaan dan
antusias siswa; menunjukkan antar pribadi yang kondusif; memantau kemajuan siswa; melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi; melakukan refleksi dan tindak lanjut; penggunaan bahasa lesan secara jelas, lancar, dan benar; penggynaan bahasa tulis yang baik dan benard; penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai; kerapian penampilan. Kegiatan guru yang sangat baik yaitu pelibatan siswa dalam pemanfaatan media dan peforma semangat mengajar. Kemampuan guru mengajar baik. (3)
Catatan lapangan : siswa serius memperhatikan penjelasan guru, hanya sedikit siswa yang bertanya tentang pembelajaran yang akan dilakukan, sebagian besar siswa sudah bisa menyesuaikan diri dan memahami aturan main pada pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi. Sebagian siswa sudah dapat mengingat isi, karakter maupun tokoh dalam cerita tersebut namun belum mempunyai kemampuan untuk menyusun isi cerita ke dalam kalimat yang runtut, baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis, namun mereka cenderung mempunyai antusiasme untuk mengikuti pelajaran,
hal
tersebut terlihat dari
tertibnya siswa
mengerjakan dan menyelesaikan soal dan tugas individual dengan tepat waktu (4)
Refleksi : semua data yang diperoleh dari observasi berupa daftar nilai dan lembar observasi pertemuan 1 dikumpulkan kemudian dianalisis. Proses analisis harus dimulai dari hasil evaluasi kemampuan siswa menyimak isi cerita sebelum adanya tindakan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa dalam menyimak isi ceita pada mata pelajarann Bahasa Indonesia sebelum dan sesudah tindakan. Data yang diperolah sebelum tindakan adalah daftar nilai yang mengukur kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Untuuk menerapkkan pembelaajaran meng ggunakan meedia audio visual v film animasi pada mata pelajaran B Bahasa Indon nesia sikluss pertama yang y terdiri dari 2 kali pertem muan memerrlukan perssiapan yangg matang. Mulai M dari pembuattan RPP (rrencana keggiatan pembbelajaran, eevaluasi pem mbelajaran, tindakan, melakukan observasi pembuattan alat obbservasi), pelaksanaan p pembelaj ajaran, dan reefleksi dari ssiklus pertam ma. i) Pertem muan Ke-1 Settelah diadakkan tindakann yaitu sikluus I pertem muan 1 diperroleh hasil sepertii pada tabel 4. 4 Tab bel 4. Distribbusi frekuennsi Pertemuaan 1 Siklus I No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Rentang kelas 30-29 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 jumlah
freekwensi 2 3 3 7 5 2 22
Berdasarkan tabel t 4 dappat digambaarkan dalam m bentuk grafik g nilai pertem muan Ke-1 seeperti pada ggambar 5. 7 6
30‐39
5
40‐49
4
50‐59
3
60‐69
2 70‐79
1 80‐89
0 fre ekuensi
Gambar 5: Grafik G distribbusi frekuen nsi siklus I peertemuan 1
Daari hasil evvaluasi indivvidu yang dilakukan setelah perrtemuan 1 (tindakkan) diperolleh nilai ratta-rata kelass untuk kem mampuan sisswa dalam menyim mak isi cerrita, yaitu 556,81 Angkka tersebut menunjukkkan adanya pening gkatan nilai rata-rata kelas sebelum m tindakan dan setelahh tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
pertemuan 1 sebesar 8,18 Terdapat 1 siswa atau 4,54 % yang mendapat nilai 20; terdapat 1 siswa atau 4,54% yang mendapat nilai 30; terdapat 3 siswa atau 13,63 % yang mendapat nilai 40; terdapat 3 siswa atau 13,63 % yang mendapat nilai 50; terdapat 5 siswa atau 22,72 % yang mendapat nilai 60; terdapat 7 siswa atau 31,81 % yang mendapat nilai 70; terdapat 2 siswa atau 9,09 % yang mendapat nilai 80;. Dari tabel 4 dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas KKM dan belum tuntas KKM seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Prosentase ketuntasan KKM siklus I pertemuan I No. Nilai 1. 0-60 2.
70-100
Jumlah Siswa 13
Prosentase 59,09%
9
40,91%
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk materi menyimak cerita film soal cerita perkalian adalah 70. Dari uraian di atas terdapat 13 siswa atau 59,09 % siswa yang belum mencapai KKM, sedangkan siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 9 siswa atau 40,91 % siswa. Dari angka tersebut dapat diketahui siswa yang tuntas KKM mengalami peningkatan dari sebelum adanya tindakan yaitu sebesar 36,36 % atau sebanyak 8 siswa. Target indikator kerja untuk kemampuan menyimak isi cerita adalah 70 % siswa mencapai KKM, sedangkan hasil dari evaluasi individu pertemuan 1 siklus I hanya sebesar 40,91 % siswa yang mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa target indikator kerja belum tercapai. Informasi yang diperoleh dari hasil lembar observasi dikumpulkan kemudian di analisis untuk mengetahui hasil observasi pembelajaran yang telah dilakukan. Lembar observasi meliputi lembar-lembar kegiatan siswa (peran serta siswa dalam pembelajaran), kegiatan guru (penilaian kemampuan guru mengajar), dan catatan lapangan. Lembar kegiatan siswa bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran serta siswa dalam pembelajaran yang dilakukan guru. Dari hasil analisis diperoleh informasi bahwa peran serta siswa dalam pembelajaran yang dilakukan guru sebesar 53,54 %. Angka tersebut diperoleh dari jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
prosentase setiap aspek penilaian dibagi banyaknya aspek penilaian, yaitu 803,14 : 15 = 53,54%. Setiap prosentase aspek penilaian diperoleh dari jumlah siswa yang melakukan aspek tersebut dibagi jumlah keseluruhan siswa kemudian dikali 100 %. Jumlah aspek penilaian sebanyak 15 item. Target indikator kerja untuk peran serta siswa yaitu 45 %, sedangkan perolehan tingkat peran serta siswa pada pertemuan 1 siklus I yaitu 53,54 %. Maka target indikator kerja untuk siklus pertama sudah tercapai, namun masih perlu ditingkatkan lagi. Lembar
observasi
kegiatan
guru
bertujuan
untuk
mengetahui
kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran yang telah direncanakan. Dari lembar observasi kegiatan guru diperoleh informasi yaitu kemampuan mengajar guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media audio visual film animasi. Kriteria tersebut diperoleh dari total skor setiap item aspek yang dinilai dibagi jumlah aspek (40 item). Angka yang diperoleh yaitu 107 : 40 = 2,7. Interval angka 1,00-1,99 masuk dalam kriteria sangat kurang, interval angka 2,00-2,99 masuk dalam kriteria kurang, interval angka 3,00-3,99 masuk dalam kriteria baik, dan interval angka 4,00 masuk dalam kriteria sangat baik. Selain itu terdapat catatan atau komentar dari observer mengenai pembelajaran yang dilakukan yaitu peneliti harus memperhatikan penggunaan waktu dalam setiap kegiatan. Analisis catatan lapangan yang dilakukan oleh peneliti meliputi informasi-informasi yang diperoleh dari lapangan. Hasil analisis yaitu pertama, siswa yang bertanya tentang penjelasan guru sangat sedikit, hal ini dikarenakan sebagian besar siswa masih bingung akan pembelajaran yang dilakukan sehingga siswa tidak tahu apa yang harus ditanyakan kepada guru. Rasa ingin tahu siswa yang besar dengan ditunjukkan mendengarkan penjelsan guru dengan seksama, hal ini wajar karena siswa belum pernah melakukan pembelajaran menyimak isi cerita dengan menggunakan media audio visual film animasi. Siswa kurang mengetahui aturan permainan dan cara pembelajaran, hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan siswa yang hanya melihat film tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan. Semangat dan tinggi dengan ditunjukkan keceriaan dalam mengikuti pembelajaran dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
bersaing positif dalam mencari poin. Siswa belum dapat menulis hasil menyimak cerita pada film animasi dengan menggunakan bahasa yang runtut. Hal ini terlihat pada bahasa yang digunakan siswa masih monoton ( sama). Banyak siswa yang kurang menghargai aktivitas siswa lain ditunjukkan dengan saling ejek dan adu mulut sehingga menimbulkan kegaduhan di dalam kelas. Dalam pembahasan soal hanya siswa yang duduk di depan yang mengikutinya. Pada saat evaluasi individu, siswa kekurangan waktu dalam menulis hasil film yang mereka simak ke dalam kalimat mereka sendiri. Selain itu dipeoleh juga informasi dari penilaian proses pada saat menjawab pertanyaan dan respon isi film selama proses pembelajaran dan pemaparan hasil menyimak isi cerita tersebut. Dari hasil refleksi siklus pertama dapat diperoleh informasi-informasi yang dapat dijadikan umpan balik untuk peneliti (guru). Umpan balik ini sangat diperlukan guna mengetahui apakah indikator kerja sudah tercapai atau belum. Setelah diadakan analisis, ternyata target indikator kerja siklus pertama belum tercapai. Target indikator kerja yang belum tercapai adalah kemampuan siswa dalam mnyimak isi cerita menggunakan media audio visual film animasi. Maka untuk mencapai target indikator kerja kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita siklus pertama perlu diadakan pertemuan 2 yang lebih baik dari pertemuan 1. Selain itu masih banyak hal yang perlu diperbaiki dari pertemuan 1, yaitu (1) guru harus lebih memeriksa kesiapan siswa, (2) meningkatkan apersepsi, (3) meningkatkan penguasaan kelas, (4) melaksanakan alokasi waktu yang tepat, (5) meningkatkan penggunaan media, (6) meningkatkan hubungan antar pribadi yang kondusif, (7) lebih memantau kemajuan siswa, (8) refleksi yang lebih mendalam, (9) tindak lanjut yang lebih efektif, (10) guru harus menumbuhkan berpikir kreatif dengan pembelajaran yang dilakukan guru dengan membuat pemebalajaran lebih menarik, (11) guru harus lebih membantu peserdik memahami dan membantu siswa dalam menggali dan menyampaikan segala gagasan serta ide menurut apa yang mereka lihat ke dalam kalimat dan sesuai kemampuan masing-masing, (12) guru harus bisa menunjukkan secara nyata, apa pentingnya kemampuan menyimak bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
kehidupan sehari-hari, (13) dan gaya mengajar yang tepat. Selain itu peneliti harus bisa mencari alternatif pemecahan dari masalah yang ditimbulkan siswa antara lain bagaimana meningkatkan siswa yang bertanya, merespon aktivitas siswa lain, menghargai pendapat dan gagasan
siswa lain,
melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, menghargai aktivitas siswa lain, dan tertib mengikuti peraturan. Catatan lain yang mesti harus diperhatikan adalah penggunaan waktu secara efisien, pengaturan tempat duduk, pengendalian kelas agar pembelajaran dapat berjalan lancar, pemilihan film yan menarik disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. ii) Pertemuan Ke-2 Refleksi pertemuan 2 diawali dari pengumpulan informasi dari hasil observasi yang kemudian dianalisis. Analisis pertama yang dilakukan adalah mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita dengan menggunakan media audio visual film animasi mencapai target indikator kerja. Hasil analisis kemampuan menyimak isi cerita film melalui media audio visual film animasi dengan interval 00-100. Tabel 6 : distribusi frekuensi Siklus I Pertemuan 2 Rentang kelas 40-47 48-55 56-63 64-71 72-79 80-87 jumlah
Nilai 2 4 6 6 0 4 22
Berdasarkan tabel 6 dapat digambarkan dalam bentuk grafik nilai pertemuan Ke-1 seperti pada gambar 6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
6 5
40‐47
4
48‐55
3
56‐63
2
64‐71 72‐79
1
80‐87
0 frekuensi
G Gambar 6: Grafik G distribbusi frekuensi siklus 1 peertemuan 2
Daari hasil annalisis hasill evaluasi individu peertemuan 2 diketahui kemam mpuan rata-rrata siswa kelas k IV daalam menyim mak isi ceriita melalui media audi visual film animassi yaitu 62,227 Jika dibaandingkan deengan ratan 56,81 pada perteemuan 1, maka m pada pertemuan 2 terjadi rata nilai pening gkatan yaitu sebesar 5,446%. Frekueensi nilai paada pertemuuan 2 yaitu terdapaat 2 atau 9,09 9 % sisw wa yang meendapat nilaai 40, terdappat 5 atau 22,27% % siswa yan ng mendapatt nilai 50, teerdapat 6 ataau 27,27% siswa s yang mendaapat nilai 60, terdapat 6 atau 27,27 % siswa yaang mendapaat nilai 70, terdapaat 4 atau 18,18 % siswa yang mendaapat nilai 80.. Daari tabel 6 daapat diketahhui jumlah siiswa yang sudah tuntas KKM dan belum tuntas KKM M seperti padda tabel 7.
Tabeel 7. Prosentaase ketuntasan KKM suk klus I pertem muan II No..
Nilaai
Jumlah Siswaa
Proseentase
1.
0-60
12
54,554%
2.
70-100
10
45,445 %
Berdassarkan data dapat dilihaat jumlah siiswa yang bbelum mencapai KKM d yang su dan udah mencappai KKM. Siiswa yang beelum mencap apai KKM seebanyak 10 s siswa atau 45,45 4 % dan siswa yang sudah mencapai KKM ssebanyak 12 siswa atau 5 54,54 %. Adapun A targget indikatoor kerja unntuk siklus I untuk kemampuan k m menyimak c cerita melalu ui media auddio visual film m animasi yyaitu 40 % siiswa tuntas K KKM. Ini berarti targ get indikatorr kerja sikllus I sudahh tercapai. Dibanding
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
pertemuan 1, pada pertemuan 2 terjadi peningkatan siswa yang mencapai KKM sebanyak 1 siswa atau 4,54 %. Lembar kegiatan siswa dianalisis untuk mengetahui seberapa besar peran serta siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. Peran serta siswa dalam pembelajaran dinilai dengan prosentase. Prosentase didapat dari jumlah total prosentase semua aspek dibagi jumlah aspek. Pada pertemuan 2 peran serta siswa sebesar 61,21 %. Dibanding pertemuan 1, pada pertemuan 2 terjadi peningkatan sebesar 7,67 %. Lembar kegiatan guru dianalisis untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran yang telah direncanakan. Dari hasil observasi tidak langsung dari observer diperoleh informasi bahwa kemapuan mengajar dan menerapkan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media audio visual film animasi sudah baik. Kriteria ini diperoleh dari total skor semua aspek dibagi jumlah aspek (3,00). Selain itu ada catatan tersendiri dari observer yaitu penguasaan kelas dan penggunaan media perlu ditingkatkan. Hasil observasi langsung yang berupa catatan dianalisis guna mengetahui informasi yang terjadi saat pembelajaran berlangsung. Hal yang harus dipertahankan karena sudah baik meliputi perhatian siswa mendengarkan penjelasan guru, menumbuhkan partisipatif siswa dalam pembelajaran, dan pengerjaan evaluasi individu dengan batas waktu. Selain itu ada hal-hal yang masih perlu ditingkatkan lagi yaitu dalam hal membangkitkan siswa untuk bertanya dan penanaman konsep ketergantungan positif. Refleksi berguna bagi guru untuk mengetahui kekurangan dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Pada pertemuan 2 ada beberapa kekurangan yang harus ditingkatkan dengan mencari alternatif pemecahan masalahnya. Dalam kegiatan siswa meliputi, siswa yang bertanya masih sedikit hanya sebesar 28,5 %. Alternatif pemecahan masalahnya, guru harus menumbuhkan rasa keberanian siswa untuk bertanya dan rasa ingin tahu siswa. Salah satu caranya yaitu membuat media yang lebih menarik, soal yang lebih bervariasi, serta perlu adanya gaya mengajar guru yang lebih menarik. Siswa dalam hal merespon siswa dan menghargai pendapat siswa lain lain juga masih rendah, hanya 47,6 %. Alternatif pemecahan masalahnya adalah guru harus menanamkan konsep tenggang rasa,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
saling menghormati pendapat orang lain, dan kepedulian antar sesama. Konsep tersebut merupakan salah satu nilai-nilai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam mengungkapkan pikiran dan gagasan. Dalam kegiatan guru, aspek yang masih perlu ditingkatkan karena masih kurang yaitu penggunaan media secara efektif, efesien dan menarik. Alternatif pemecahan masalah yaitu guru harus lebih meguasai keterampilan mengajar, pendekatan individu, menyampaikan pembelajaran yang lebih menarik dengan cara pemilihan film yang menarik dan sesuai dengan dunia dan pertumbuhan anak, yang lebih membangkitkan semangat dan rasa ingin tahu siswa sehingga pemanfaatan media menjadi lebih efektif dan efisien serta penempatan tempat duduk dengan menempatkan siswa yang tinggi di belakang, sehingga objek yang ditampilkan dapat dilihat oleh semua siswa dengan baik. Dari catatan lapangan terdapat beberapa hal yang harus ditingkatkan, yaitu membangkitkan siswa untuk bertanya. Alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan siswa bertanya yaitu memilih jenis film yang menarik dengan dunia anak, soal yang lebih bervariasi, perlu adanya gaya mengajar guru yang lebih menarik, merespon dengan baik segala sesuatu yang ditanyakan oleh siswa sehingga tidak menimbulkan perasaan takut kepada siswa serta meningkatkan kepercayaan diri pada siswa. Berdasarkan hasil analisis yang terdiri dari pra siklus, siklus I (2 x pertemuan) diperolah data sebagai berikut : Table 8 : Daftar Ketuntasan KKM dan Peran Serta Siswa pra siklus dan Siklus I
Per-1
KETUNTASAN KKM Tidak Tuntas 63,64 % 36,36 % 59,09% 40,91 %
Per-2
54,54 %
TAHAP Pra Siklus Siklus I
45,45 %
PERAN SERTA SISWA 53,54% 61,21%
Dari tabel 5, tabel 7, dan tabel 8 dapat dibuat perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah siklus I seperti pada tabel 9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Tabeel 9. Perband dingan hasil belajar pra siklus s dengann Siklus I Siklus I Keteran ngan Pra siiklus Nilaai terendah 20 0 30 Nilaai tertinggi 80 0 80 Rata-rata nilai 48,663 56,81 Sisw wa belajar tuuntas 36,366% 40,91 Berd dasarkan tabbel 9 dapat ddibuat grafik k data nilai tterendah, terrtinggi, dan hasil belajar sebelum m tindakan ddan setelah siiklus I sepertti pada gambbar 7. 80 70 60 50 40
Nilai terendah
30
Nilai tertinggi
20
Belajar tu untas
10 0 Pra siklus
Siklus I
Gam mbar 7. Graafik Data Nillai Terendah,Tertinggi, dan d Hasil Beelajar
mampuan sisswa dalam Dari tabel 8 daan 9 dapat diketahui bahwa kem menyimaak isi ceritaa dan peran serta siswaa belum menncapai targeet indikator kerja. Olleh karena ittu perlu diaddakan sikluss II guna meemperbaiki siklus s I dan mencapaai target indiikator kerja sseperti yang telah direnccanakan. Hasil refleksi siiklus I mennunjukkan kendala-kend k dala dalam penerapan udio visual film animassi. Kendala--kendala terssebut harus ditemukan media au pemecah han
seriaap
masallah
yang g
akan
diterapkaan
pada
siklus beerikutnya (siklus ( II). A Adapun ken ndala dan pemecahan masalahnya m dapat diringkas sebaagai berikutt; (1) siswa yang bertannya tentang penjelasan guru sanngat sedikit, pemecahan masalahnyaa yaitu dengan menumbuhkan rasa keberaniian siswa unntuk bertanyaa dan rasa inngin tahu sisw wa. Salah saatu caranya yaitu meembuat meddia yang lebih menarik, pertanyaan yang lebih bervariasi, perlu adanya gaya mengajar m gurru yang lebiih menarik; (2) penggunnaan media belum maksimal m kaarena terkaddang ada siswa yang ttidak teraturr dan suka berdiri sehingga menngganggu koonsentrasi siiwa lainnya. Pemecahan nnya adalah m an siswa yanng tinggi di belakang b dann siswa yang g pendek di dengan menempatka depan seerta duduk yang y semi m melingkar dengan d tujuaan memudah hkan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
melihat objek dalam layar; (3) pembahasan cerita hanya siswa yang duduk di depan
yang
mengikutinya,
alternatif
pemecahan
masalahnya
yaitu
memberikan perhatian kepada siswa yang duduk dibelakang untuk ikut dalam pembahasan cerita dalam film tersebut; (4) banyak siswa yang terlalu asik bermain-main sehingga suasana kelas menjadi gaduh, pemecahan masalahnya yaitu dengan penguasaan kelas yang lebih baik dari guru, meguasai keterampilan mengajar, pendekatan individu dengan siswa lebih intensif, menyampaikan pembelajaran yang lebih menarik dan memilih film yang menarik bagi siswa serta disesuaikan dengan dunia anak. (5) rendahnya respons dan rasa menghargai pendapat siswa lain, pemecahan masalahnya yaitu dengan menanamkan konsep tenggang rasa, saling menghormati, serta kebebasan menyampaikan aspirasi ide serta gagasan sesuai hati nurani masing-masing baik dalam kalimat verbal maupun tertulis. Konsep tersebut merupakan salah satu nilai-nilai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia; (6) penanaman konsep ketergantungan positif, alternatif pemecahan masalahnya yaitu dengan di dalam apersepsi guru harus menyampaikan makna ketergantungan positif kepada siswa agar nanti di dalam pembelajaran dapat diterapkan oleh siswa; (7) terjadi kekurangan waktu dalam evaluasi individu karena dilakukan 2 kali penyampaikan hasil menyimak isi film , yaitu secara lisan maupun tertulis, baik dengan cara menjawab pertanyaan seputar isi film tersebut atau penyampaian cerita secara runtut melalui bahasa mereka sendiri, alternatif pemecahan masalahnya yaitu pada siklus II setiap pertemuan hanya dilakukan 1 kali jenis pertanyaan, dan pembahasan yang lebih mendalam, serta pembatasan waktu dalam mengemukakan/ menulis hasil dari menyimak isi film tersebut.
2. Tindakan Siklus II
Tindakan Siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuan yaitu satu kali kegiatan pembelajaran (2 x 35 menit). Siklus II dilakukan selama 2 minggu pada bulan Juni, adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
a) Perencanaan Sebelum perencanaan dilakukan, peneliti terlebih dahulu melihat hasil observasi dan analisis pada siklus I. Dari hasil analisis dapat diperoleh kekurangan yang harus ditingkatkan pada Siklus II. Target indikator kerja untuk peningkatan kemampuan menyimak isi cerita yaitu peran serta siswa dan kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita. Peran serta siswa dan kemampuan menyimak isi cerita dalam pembelajaran siklus I masih harus ditingkatkan lagi karena belum mencapai target indikator kerja Pada siklus I yang terdiri dari 2 x pertemuan terdapat kekurangan yang sangat pokok yaitu kurangnya waktu dalam penerapan media pembelajaran audio fisual animasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan karena pada setiap pertemuan dipaksakan untuk melaksanakan 2 kali penyampaian hasil menyimak isi cerita melalui media audio fisual film animasi, yaitu baik secaa lesan maupun tertulis. Baik dengan cara menjawab pertanyaan seputar isi film tersebut maupun pemaparan hasil menyimak isi cerita ke dalam ide/ pikiran serta kalimat sesuai pemahaman masing-masing., sehingga evaluasi menjadi sangat sedikit. Karena waktu yang sedikit tersebut, kegiatan evaluasi menjadi kurang efektif. Oleh sebab itu pada siklus II ini penggunaan waktu harus dimodifikasi guna tercapainya kegiatan yang lebih efektif. Siklus II terdiri dari 2 x pertemuan, setiap pertemuan hanya akan dilaksanakn 1 kali pemaparan diskusi dan evaluasi. Langkah-langkah yang hendak dilakukan berpedoman pada silabus Kelas IV, yang berisi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan materi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun langkah di dalam perencanaan meliputi : i) Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang hendak dicapai. ii) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang menerapkan Media Pembelajaran Audio Visual Film Animasi iii) Mempersiapkan media dan alat penunjang media seperti proyektor, laptop, guna mendukung Pembelajaran menggunakan Media Audio Visual Film Animasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
iv) Mempersiapkan alat evaluasi individu guna mengetahui sejauh mana kemampuan siswa menyimak isi cerita . v) Mempersiapkan lembar penilaian. vi) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran.
b) Pelaksanaan Pelaksanaan pada siklus II sedikit berbeda dengan silkus I yaitu hanya terjadi 1 kali pemaparan pada setiap pertemuan. Tahapan pelaksanaan pertemuan 1 dan 2 yaitu guru memberikan apersepsi dan pengkondisian kelas seperti yang telah direncanakan. Pengkondisian kelas berupa penataan meja dan tempat duduk. Kemudian pemberian motivasi berupa nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menyimak dan penyampain ide gagasan serta pendapat. Setelah itu siswa yang masih duduk di meja masing-masing diputarkan film animasi dari kaset DVD melalui proyektor. Siswa secara bersamaan mempehatikan isi film animasi. Siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada murid secara klasikal. Siswa bersaut-sautan dan antusias menjawab pertanyaan dari guru. Berikutnya, guru meminta siswa menulis kembali apa yang mereka lihat dari film tersebut dengan menggunakan bahasa mereka sendiri sesuai dengan kemampuan masing-masing. Penulisan hasil menyimak isi cerita tersebut baik meliputi ketepatan alur, setting serta perwatakan dari masing-masing karakter. Setelah semua selesai menulis isi cerita, kira- kira 30 menit, guru mengkoreksi isi tulisan siswa tersebut.Pada hal ini, guru menjumpai kalimatkalimat monoton, seperti penggunaan kata “ lalu” “ terus” “ dan “. Kalimat yang diguakannnya pun juga masih sangat sederhana dan kurang runtut. Berikutnya dilakukan diskusi secara lebih mendalam, baik dari segi perwatakan, setting, alur, isi amanat, nama-nama tokoh serta evaluasi terhadap pembelajaran. Pada kegiatan ini, dalam mengingat nama tokoh, setting siswa sudah hampir semua dapat menyebutkan dengan benar satu persatu. Namun terkadang siswa masih belum memahami secara penuh arti watak antagonis, protagonis, tritagonis, pemeran utama, pemeran pembantu serta amanat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
tersirat dari film tersebut. Guru membimbing cara memahami amanat yang ada dalam film. Misalnya saja, tokoh Timun Mas yang bersifat tidak pantang menyerah dan pemberani. Bahwa orang yang pemberani itu akan berhasil dan mendapatkan apa yang didapatkan. Kejahatan pasti dapat dikalahkan dengan kebaikan. Oleh karena itu kita harus seantiasa berbuat baik kepada siapapun dan tidak boleh berbuat jahat serta serakah. Siswa yang bertanya serta dapat menjawab dengan tepat, menulis kembali isi cerita film secara benar dan runtut mendapatkan poin dari hasil pemaparan yang mereka lakukan dengan lembar penilaian proses dari guru. Setelah semua siswa menulis isi cerita dari film yang mereka lihat ke dalam bahasa mereka sendiri, dilanjutkan dengan evaluasi individu. Evaluasi individu dikerjakan dengan batas waktu tertentu, kemudian dikumpulkan sesuai nomor urut absen. Setelah kegiatan evaluasi, guru memberikan pemantapan materi dan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah. Pada pertemuan kedua pelaksanaan pembelajaran hampir sama seperti pada pertemuan pertama.Hanya saja pada pertemuan ke dua hasil menyimak isi cerita tidak ditulis namun diungkapkan oleh siswa dengan mengfgunakan bahasa mereka sendiri. c) Observasi Observasi yang dilakukan berupa observasi langsung dan tidak langsung. Kegiatan observasi meliputi observasi kegiatan guru, kegiatan siswa, catatan lapangan (termasuk penilaian proses). Indikator : - Menemukan pokok pikiran yang teerdapat daloam setiap teks. - Menjelaskan isi teks dengan kalimat yang runtut - Meringkas isiteks bacaan dengan kaliat yang runtut Media :
- Kaset DVD film animasi
Pendekatan :
i) Pertemuan ke-1 (1) Kegiatan Siswa meliputi, (1) semua siswa memperhatikan penjelasan dan petunjuk guru sebanayak penjelasan dan
22 atau 100% (2) bertanya tentang
petunjuk guru sebanyak 9 siswa atau 40,90 %,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
(3) memperhatikan isi film 86,36%, (4) semangat dan senang mengikuti pelajaran. Sebanyak 19 atau 86,36 % siswa, (5) serius menyimak isi ceita sebanyak 18 anak ayau 81,81 % siswa, (6) merespon pertanyaan guru sebanyak 14 atu 63,63% siswa, (7) mampu mengingat dan menjelaskan isi cerita sebanyak 18 atau 81,81 % siswa , (8) menceritakan dan menjelaskan dengan kalimat yang runtut sebanyak 12 atau 54,54% siswa,(9) mampu membedakan watak dan tokoh sebanyak 12 atau 54,54% siswa, (10) mampu mengingat dan nama tokoh dan setting dalam cerita
sebanyak 19 atau 86,36%
siswa,(11) keberanian mengungkapkan pikiran dan pertanyaan terhadap isi cerita. Sebanyak 9 atau 40,90% siswa, (12) kemampuan menggunakan bahasa yng baik dan benar untuk menceritakan isi cerita sebanyak 9 atau 40,90 % siswa, (13) dapat menangkap amanat cerita sebanyak 12 atau 54,54 % siswa, (14) kepuasan memperoleh poin dalam menjawab pertanayaan sebanyak 9 atau 40,90 % siswa, (15) semua siswa mengejakan evaluasi individu; peran serta siswa 1013,55% siswa, (16) rata-rata pencapaian peran serta siswa 76,o6 % siswa. (2) Kegiatan Guru (lampiran 14) yang sudah baik meliputi, kesiapan siswa; kesesuaian apersepsi dengan materi ajar; menyampaikan kompetensi
yang
akan
dicapai;
mengaitkan
materi
dengan
pengetahuan yang relevan; mengaitkan materi dengan realitas kehidupan; melakukan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan tingkat kebutuhan siswa, melakukan pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa, melaksanakan pembelajaran secara urut; penguasaan kelas; menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajran; memfasilitasi interaksi guru, siswa, dan sumber belajar menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif; memantau kemajuan siswa; melakukan penilaian akhir sesuai kompetensi; melaksanakan tindak lanjut; penggunaan bahasa lisan secara jelas, lancar, dan benar; penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar; penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai; kerapian penampilan;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Sementara catatan dari observer yaitu keseluruhan pembelajaran sudah cukup efektif. Kemampuan mengajar guru baik. (3) Catatan Lapangan: sebagian siswa sangat bersemangat untuk menerima pelajaran Bahasa Indonesia berupa film animasi, suasana kelas tidak gaduh disaat menunggu persiapan media audio visual film animasi, siswa dengan seksama mengikuti alur cerita film
yang diputar.
Beberapa siswa mudah menghafal nama karakter dengan cara mencatat pada selembar kertas. Siswa dengan cermat
menghafal
karakter tokoh yang ada. Semua siswa mengerjakan soal individu sesuai waktu yang ditentukan serta tindak lanjut guru dengan pertanyaan lisan tentang isi cerita yang ditayangkan mendapat sambutan siswa.meliputi, keseluruhan siswa tidak sabar melihat film yang akan ditayangkan oleh guru. Pertemuan ke-2 (1) Kegiatan Siswa meliputi, (1) semua memperhatikan penjelasan guru 100% siswa, (2) bertanaa tentang penjelasan dan petunjuk guru sebanyak 9 atau 40,90% siswa, (3)memperhatikan isi film sebanayak 19 atau 86,36% siwa, (4) semanagat dan senang dalam mengikuti pelajaran sebanyak 19 atau 86,36%, (5) serius menyimak isi cerita sebanyak 18 atau 81,81%, (6) merespon pertanyaan guru sebanyak 18 atau 81,81 % siswa, (7) mampu mengingat dan menjelaskan isi ceritasebanyak 20 atau 90,90%, (8) menceritakan dan menjelaskan isi secara runtut sebanyak 18 atu 81,81%, (9)mampu membedakan tokoh dan watak setiap tokoh sebanyak 18 atau 81,81% siswa, (10) mamapu mengingat nama tokoh dan setting tiap cerita sebanyak 19 atau 86,36% siswa (11) keberanian mengungkapkan pikiran dan ertanyaan terhadap isi cerita sebanayak 12 atu 54,54% siswa, (12) kemampuan menggunakan bahasa yang baik dan benar untuk menceritakan isi cerita sebanyak 12 atau 54,54%, (13) dapat menangkap amanat cerita sebanyak 18 atau 81,81 %, (14) kepuasan memperoleh poin dalam menjawab pertanyaan sebanyak 12 atau 54,54%, (15) semua siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
mengerjakan evaluasi individu; peran serta siswa 1163,55%, (16) ratarata pencapaian peran serta siswa 86,06%. (3) Kegiatan guru yang sangat baik meliputi kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran; menunjukkan penguasaan materi pembelajaran; melaksanakan
pembelajaran
yang
memungkinkan
tumbuhnya
kebiasaan positif; melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu; menunjukkan penguasaan media pembelajaran; melibatkan siswa dalam pemanfaatan media; merespon positif partisipatif siswa; menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa; melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa. Perfoma dan semangat belajar. Sedang kegiatan guru yang baik meliputi memeriksa kesiapan siswa; kesesuaian kegioatan apersepsi dengan materi ajar; menyampaikan kompetensi yang akan dicapai; mengaitkan materi dengan pengetahuan yang relevan;
mengaitkan
materi dengan realitas kehidupan;
melakukan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai; melakukan pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa; mealukan pembelajaran secara urut; menguasai kelas;menggunakan media secara efisien, efektif, dan menarik; menumbuhkan partisipatif aktif siswa dalam pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interksi guru, siswa dan sumber belajar; menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif; memantau kemajuan siswa; melakukan
penilaian akhir
sesuai kompetensi; melaksanakan tindak lanjut; penggunaan bahasa lisan secara jelas, lancar, dan benar; penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar; penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai; kerapian penampilan. (4) Catatan Lapangan meliputi, keseluruhan siswa tidak sabar melihat film yang akan ditayangkan oleh guru. Siswa merasa bersemangat sehingga kelas menjadi sedikit gaduh , Siswa tidak kesulitan lagi mengingat nama tokoh dan karakter dalam cerita. Cerita yang ditayangkan cukup menarik bagi siswa yang
cerita. Siswa dapat
dengan mudah menjawab soal individu yang diberikan guru dan menyelesaikan soal individu dengan tepat waktu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
d Refleksi d) Setellah semua data d dari sikllus II dikum mpulkan, kem mudian direffleksi guna mengetaahui sejauh mana m hasil dari d penerap pan pembelaajaran menyyimak pada mata pellajaran bahassa Indonesiaa melalui meedia audio visual film aniamasi dari siklus II yaitu : i) Perteemuan ke-1 D Dari pertemuuan ke-1 haasil refleksi berupa kem mampuan sisswa dalam meny yelesaikan soal cerita, kkegiatan guru u dalam meenerapkan media m audio visuaal film annimasi, dann peran serta siswa dalam pem mbelajaran. Kem mampuan meenyelesaikan soal cerita dapat diketaahui dari hassil evaluasi indiv vidu yang tellah dekerjakkan oleh sisw wa. Adapun hasil evaluaasi individu padaa pertemuan ke-1 yaitu: klus II perteemuan I Tabel 100. distribusi ffrekuensi Sik Rentang R kellas
frekw wensi
50-59 5 60-69 6 70-79 7 80-89 8 90-99 9 100-109 1 jumlah j
2 4 4 3 6 3 22
6
50‐59
5
60‐69
4 3
70‐79
2
80‐89
1
90‐99
0 100‐109
Frekkuensi
. Gambar G 8: grrafik ditribuusi frekuensi siklus II perrtemuan I Daari tabel 10 dapat dilihaat jumlah sisswa yang tuuntas KKM dan belum tuntas KKM sepertti pada tabell 11. Tabel T 11. Proosentase ketuuntasan KKM M siklus II pertemuan p I No. N Nilai 1. 0 - 50 2. 60-100
Jumlah Sisw wa 6 16
commit to user
Proosentase 277,27% 722,72%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Dapat diketahui bahwa rata-rata nilai evaluasi individu dalam menyimak isi cerita adalah 78,63. sedangkan jumlah siswa yang sudah tuntas KKM sejumlah 16 siswa atau 72,72%, sedangkan siswa yang belum tuntas KKM sejumlah 5 siswa atau 27,27 %. Kegiatan guru dalam menerapkan media audio visual film animasi juga direfleksi. Hasil observasi kegiatan guru dianalisis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru dalam penerapan pembelajaran yang dilakukan. Adapun hasil analisis yaitu kemampuan mengajar guru dalam penerapan media audio visual film animasi adalah baik (3,33). Refleksi selanjutnya yaitu menganalisis hasil observasi kegiatan siswa, yaitu dengan mencari prosentase siswa yang melakukan aspek penilaian. Dari hasil analisis diperoleh hasil yaitu prosentase pencapaian peran serta siswa dalam pembelajaran sebesar 76,96%. ii) Pertemuan ke-2 Kegiatan refleksi pertemuan ke-2 sama seperti pada pertemuan ke-1, yaitu kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita, kegiatan guru dalam menerapkan pembelajaran menyimak isi cerita, dan peran serta siswa dalam pembelajaran. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita, maka analisis dilakukan pada hasil evaluasi individu yang telah dikerjakan siswa. Hasil refleksi pertemuan kedua dapat dilihat dibawah ini. Tabel 12: distribusi frekuensi siklus 2 pertemuan ke II Rentang kelas 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 100-109 jumlah
frekwensi 2 2 3 2 8 5 22
Dari tabel 12 dapat dilihat grafik rentang kelas beserta frekwensinya pada gambar grafik 9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
8 7
50‐59
6 60‐69
5 4
70‐79
3
80‐89
2
90‐99
1 100‐109
0 Frekuensi
. Gambar G 9: graafik distribuusi frekuensi siklus II perrtemuan II Daari data di attas dapat dibuat prosenntase siswa yang y tuntas KKM dan belum tuntas KKM M seperti padda tabel 13. Table T 13. Proosentase ketuuntasan KKM M siklus II pertemuan p II No. N Nilai 1. 0 - 60 2. 70-100
Jumlah Sisw wa 4 18
Proosentase 188,18% 81,81%
Dari tabel 18 dappat diketahuii nilai tiap annak dan rataa-rata nilai seemua siswa d dalam menggerjakan soaal cerita. Seddangkan tabeel 19 dan taabel 20 dapaat diketahui j jumlah siswa yang sudah h tuntas dann belum tuntaas KKM. Jum mlah siswa yang y sudah t tuntas adalaah 18 siswa atau 81,881 %, sedaangkan sisw wa yang bellum tuntas s sejumlah 4 siswa s atau 188,18 %. Hasill observasi kegiatan guuru dianalisiis untuk meengetahui sej ejauh mana k kemampuan n mengajar guru g dalam m menerapkan n media pem mbelajaran auudio visual f film animassi. Dari hassil analisis diketahui d baahwa kemam mpuan men ngajar guru d dalam meneerapkan pem mbelajaran yaaitu baik (3,3). Hasil obbservasi kegiiatan siswa j juga dianallisis guna mengetahuii sejauh mana m perann serta sisw wa dalam p pembelajara an yang dilakkukan guru. Dari hasil annalisis dikettahui bahwa prosentase p pencapaian p peran serta siswa s dalam pembelajaraan sebesar 866,06 %. Berd dasarkan hasil refleksi siiklus I dan siklus II (perrtemuan ke-11 dan ke-2) d dapat dilihatt terdapat peeningkatkan kemampuann siswa dalam m menyimaak isi cerita m melalui med dia audio vissual film animasi oleh guru. g Adapuun peningkattannya dari p siklus saampai dengann siklus II daapat dilihat dalam pra d tabel dibawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Tabel 14: Perbandingan Ketuntasan KKM dan Peran Serta Siswa pra siklus, siklus I, dan siklus II.
Per-1 Per-2
KETUNTASAN KKM Tidak Tuntas 61,64% 36,36 % 59,09% 40,91 % 54,54% 45,45 %
Per-1
27,27 %
72,72%
76,06%
Per-2
18,18 %
81,8 1%
86,06 %
TAHAP Pra Siklus Siklus I Siklus II
PERAN SERTA SISWA 53,54 % 61,21 %
Dari tabel di atas dapat dilihat peningkatan kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita dari tiap siklus. Dari siklus I terjadi peningkatan sebesar 9,09 % dan pada siklus II terdapat peningkatan sebesar 36,36% dari siklus I. Sedangkan peran serta siswa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 10 %. Kriteria indikator kerja yang untuk kemampuan siswa menyimak isi cerita nilai minimal (KKM) dalam menyelesaikan soal cerita adalah 70, sedangkan target indikator kerjanya adalah 70 % siswa mendapat nilai minimal 70. Kriteria indikator kerja untuk peran serta siswa dalam pembelajaran adalah 70 % siswa dapat menyimak isi cerita, sedangkan target indikator kerjanya adalah 75 % siswa dapat menyimak isi cerita. Dengan ketentuan tersebut maka penggunaan media audio visual film animasi dalam meningkatkan kemampuan menyimak isi film berhasil pada siklus ke-II. Berdasarkan data dari tabel 13 dan tabel 14 dapat dibuat perbandingan hasil belajar yang meliputi nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata nilai kelas, siswa belajar tuntas, dan rata-rata pencapaian peran serta siswa seperti pada tabel 15. Tabel 15. Perbandingan hasil belajar pra siklus, Siklus I, siklus II. Keterangan Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Siswa belajar tuntas Peran serta siswa
Pra siklus 20 80 48,63 36,33% -
commit to user
Siklus I 20 80 59,54 43,18 61,21
Siklus II 40 100 80,31 77,26 86,06
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Dari tabel 15 daapt dibuaat grafik peerbandingann nilai teren ndah, nilai tertinggii, dan siswa belajar b tuntaas seperti pad da gambar 10. 100 80 Niilai terendah
60
Niilai tertinggi
40
Be elajar Tuntas
20 0 Pra siklus s
Siklus I
S Siklus II
Gambar G 10. Grafik G Perbaandingan Nilai Terendah,Tertinggi, dan d Belajar Tunntas pra sikluus dan siklus I
Graffik peningkaatan kemam mpuan meny yelesaikan soal cerita (ketuntasan ( K KKM) dan peran p serta siswa s dalam m penggunaan media auddio visual fillm animasi d dapat dilihatt pada gambar 12. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Ketuntasan Peran serta
Pra Sikluss
Siklus I
Siklus II
Gam mbar 11. Graafik Perbanddingan Ketunntasan dan Peran P Serta Pra P Siklus, Siklus I, Sik klus II
Peneerapan alternnatif pemecahhan masalah h akan kendaala-kendala pada p siklus I sudah dapat d diminiimalkan sepeerti, (1) sisw wa yang bertaanya sudah meningkat; m (2) mediia yang lebih h menarik ddengan mem milih film yanng menarik dan sesuai dengan perkembang p gan dan duniia anak;(3) pembahasan p m soal sudah melibatkan semua siswa; s (4) susana s kelaas sudah ko ondusif messkipun dalam m suasana bermain; (5) sudahh meningkattnya rasa menghargai m dan responn terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
pendapat teman; (6) pengaturan tempat sudah baik; (7) manajemen waktu pembelajaran sudah dikelola dengan baik. Namun kendala-kendala seperti itu pasti akan timbul jika persiapan guru sebelum mengajar, kemampuan menguasai kelas, dan manajemen waktu kurang baik. Maka kemampuan guru mengajar dengan menggunakan media audio visual film animasi perlu ditingkatkan lagi.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan yaitu peningkatan kemampuan menyimak cerita dengan menggunakan media audio visual film animasi telah mendapatkan hasil. Media audio visual film animasi yang dimaksud di sini adalah alat bantu pembelajaran yang memiliki gambar dan suara serta diolah dengan teknik tertentu agar seolah-olah tampak bergerak/menghidupkan benda mati yang diproyeksikan menjadi suatu gerak sebagai bahan ajar untuk memudahkan atau
memvisualisasikan sesuatu agar mudah dipahami. Hal ini
dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa dalam menyimak isi cerita. Selain materi yang cukup sulit dan membutuhkan kepekaan daya ingat serta konsentrasi yang tinggi, pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik minat siswa, sehingga siswa merasa bosan dan membuat motivasi belajar siswa menjadi turun. Kedua alasan tersebut yang sering membuat pelajaran Bahasa Indonesia khususnya menyimak menjadi menjenuhkan. Siswa Sekolah Dasar masih kental dengan dunianya, yaitu bermain. Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual film animasi adalah media yang mengemas suatu materi pelajaran dalam suatu cerita yang menarik disertai ilustrasi dan suara dan memvisualisasikan sesuatu yang abstrak sehingga memudahkan siswa menangkap pesan dan menerima cerita tersebut. Srswa secara tidak langsung dibawa pada keadaan yang santai tidak merasa jenuh atau beban namun
pwmbelajaran tetap mendapatkan hasil memuaskan. Dengan adanya
nuansa santai dalam penyampaian materi ajar dapat membuat siswa tertarik dan senang. Ketertarikan dan rasa senang dalam diri siswa secara langsung berdampak positif bagi siswa, guru, dan pembelajaran. Dampak positif tersebut tentu saja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
memberikan hasil yang positif juga. Hasil positif dapat berupa keaktifan siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dalam diskripsi hasil penelitian dapat dilihat bahwa penerapan media audio visual film animasi meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita. Kemampuan siswa yang meningkat dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang meningkat. Selain kemampuan tersebut yang dapat meningkat, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga dapat meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari keikutsertaan siswa yang cukup besar dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menyimak dengan menggunakan media audio visual film animasi yang diterapkan guru. Kemampuan guru dalam mengajar juga meningkat, yaitu guru mampu menerapkan pembelajaran yang inovatif serta mampu menanamkan nilai-nilai afektif yang terkandung dalam pembelajaran tersebut. Kondisi awal siswa sebelum adanya tindakan menunjukkan rendahnya kemampuan dalam menyimak isi cerita. Pretes sebelum tidakan yang mencakup 10 soal cerita yang mengandung alur, perwatakan, setting serta karakter serta adegan-adegan yang ada dalam film tersebut menunjukkan bahwa hanya 36,33 % siswa yang mampu mencapai KKM. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan indikator yang ingin dicapai yaitu 70 % siswa mencapai KKM. Setelah dilakukan 2 siklus ternyata siswa yang mencapai KKM sebesar 81,18 %. Dengan itu, penelitian tindakan kelas peningkatan kemampuan siswa menyimak isi cerita melalui media audio visual film animasi berhasil. Pembelajaran menyimak isi cerita menggunakan media audio visual film animasi juga memilki beberapa kendala dalam penerapannya. Kendala-kendala tersebut terlihat dari penelitian yang sudah dilakukan. Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual film animasi merupakan media yang baru bagi guru di sekolah dasar. Pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi memiliki banyak sekali variasi dan pengembangannya yang sangat membutuhkan
kreatifitas
guru
dalam
penerapannya.
Selain
itu
dalam
pembelajaran tersebut terdapat nilai-nilai kognitif dan afektif yang harus dipahami guru dan ditanamkan pada siswa. Nilai inti dari pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi adalah meningkatkan konsentrasi dan daya tarik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
bagi siswa dengan cara memvisualisasikan segala sesuatu yang abstrak serta membawa anak ke dalam suasana pembelajaran yang santai untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus selama 4 kali pertemuan dengan mengunakan media audio visual film animasi dalam pembelajaran menyimak isi cerita Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD N 1 Talunombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menyimak isi cerita daripada sebelum adanya tindakan (pra siklus) yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia khusnya kemampuan menyimak isi cerita. Prosentase siswa yang mencapai KKM sebesar 45,45 pada siklus I,sedang siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup berarti daripada Siklus I dengan prosentase siswa yang mencapai KKM sebesar 81,18%. 2. Pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi dapat meningkatkan peran serta siswa antara lain perhatian dan rasa ingin tahu siswa; penyesuain diri, menciptakan suasana belajar yang santai; semangat, serius, dan tertib dalam pembelajaran; respon dan menghargai pendapat ide dan gagasan teman yang lain; kegiatan yang kompetitif dan; kepuasan siswa dalam pembelajaran. 3. Pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi dapat meningkatkan
kemampuan
guru
mengajar,
antara
lain
guru
lebih
mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran; penguasaan akan meteri pembelajaran; pelaksanaan pembelajaran secara urut, sesuai alokasi waktu dan penguasaan kelas; pembelajaran yang menumbuhkan kebiasan positif; penguasaan, pemanfaatan, dan pelibatan siswa dalam media pembelajaran; penilaian akhir dan tindak lanjut sesuai kompetensi; bantuan kepada peserdik untuk berfikir kritis; menumbuhkan kebiasaan untuk mengemukakan gagasan, ide peserdik; bantuan kepada peserdik memahami dan menghayati prinsip dan
commit to user 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
nilai belajar Bahasa Indonesia; pemanfaatan Pembelajaran Menggunakan Media Audio Visual untuk meningkatkan kemampuan menyimak. 4. Kendala-kendala dalam penerapan Pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi antara lain, penyesuaian diri terhadap lingkungan, yaitu tidak bicara sendiri dan konsentrasi terhadap film yang disajikan; suara pada dialog kadang tidak sepenuhnya terdengar karena banyak siswa yang gaduh. kegiatan diskusi dan kadang kurang efektif; guru harus mengatur dan menguasai kelas dalam suasana yang nyaman tanpa menghilangkan fungsi media audio visual film animasi dari tujuan pembelajaran itu sendiri; membutuhkan waktu ekstra bagi siswa untuk memahami peraturan pada proses pembelajaran; perlu persiapan matang bagi guru sebelum pembelajaran agar bisa berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan; setiap kegiatan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan waktu yang ada; diperlukan kemampuan guru dalam penggunaan media audio visual secara maksimal dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama 2 siklus , 4 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pada siklus I dan 2 kali pertemuan pada siklus II dapat membuktikan hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya, artinya bahwa ternyata dengan penerapan Media Audio Visual Film Animasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita pada siswa kelas IV SD N 1 Talunombo tahun ajaran 2009/2010.
B. Implikasi Pelaksanan
pembelajaran
dalam
penelitian
ini
didasarkan
pada
penggunaan media audio visual film animasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia menyimak isi cerita. Strategi yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas adalah model siklus. Siklus yang dilaksanakan dalam penelitian ini sebanyak 2 (dua) siklus. Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dengan menerapkan Media audio visual film animasi. Siklus II juga terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Dari pembahasan dan temuan hasil penelitian, maka penelitian ini layak diterapkan oleh guru untuk mengatasi permasalahan yang sejenis. Pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi sebenarnya salah satu pembelajaran inovatif yang harus diterapkan oleh guru untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mengajar. Selain itu, pembelajaran ini dapat meningkatkan
kemampuan
siswa
dalam
menyimak
isi
cerita.
Dalam
penerapananya dibutuhkan pengetahuan tentang makna pembelajaran itu sendiri dan kreatifitas guru dalam menerapkan di dalam kelas dengan latar belakang yang berbeda-beda.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup skripsi ini antara lain : 1. Bagi Guru Guru hendaknya meningkatkan kreatifitas mengajar dan menyarankan kepada para guru untuk menerapkan Pembelajaran dengan menggunakan Media Audio Visual Film Animasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi menyimak isi cerita. Peningkatan kualitas dan perbaikan pembelajaran harus terus ditingkatkan oleh guru, baik prestasi belajar siswa atau pun kemampuan guru mengajar. 2. Bagi Siswa Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru serta aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru agar prestasi belajarnya baik dan pengetahuannya terus berkembang. 3. Bagi Sekolah Hendaknya memberikan sarana bagi guru untuk mengembangkan kemampuan dan kreatifitas mengajarnya dengan pengetahuan tentang pembelajaran inovatif. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan menuntut guru untuk lebih cerdas, kreatif, dan inovatif.
commit to user