PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN METODE MIND MAPPING ( PETA PIKIRAN) SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG, TANGERANG SELATAN
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh NURUL MIZANI NIM 108013000009
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ABSTRAK Nurul Mizani, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Dengan Menggunakan Metode Mind Mapping Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang”. Menulis adalah kegiatan yang melahirkan perasaan atau ide-ide ke dalam sebuah tulisan, sehingga orang lain dapat memahami tulisan tersebut. Menulis merupakan penentu keberhasilan dalam menjalani proses pendidikan. Memiliki kemampuan menulis memungkinkan seseorang mengkomunikasikan pengalamannya ke dalam sebuah tulisan dalam bentuk cerita. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis perlu mendapat perhatian, agar keterampilan menulis dapat dikuasai dengan baik dan benar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah penggunaan metode peta pikiran dapat meningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa. Penelitian ini dilakukan di Kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis karangan argumentasi dengan menggunakan metode peta pikiran mengalami peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 76, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa 81 dan siklus III nilai rata-rata siswa 85. Itu artinya penelitian ini berhasil.
Kata kunci : kemampuan menulis, karangan argumentasi, dan metode peta pikiran.
i
ABSTRACT Nurul Mizani, Study Program Indonesian Language and Literature, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Thesis title "Essay Writing Argument Upgrades Method Using Mind Mapping Class X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang". Writing is an activity that gave birth to the feelings or ideas into an article, so that others can understand the text. Writing is a determinant of success in carrying out the educational process. Having the ability to write enable a person to communicate his experiences into an article in the form of a story. Therefore, learning to write requires attention, so that writing skills can be mastered properly. The purpose of this study was to see whether the use of a mind map method can improve students' writing skills in argumentation. This research was conducted in the Class X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. The results showed that the ability to write essays arguments using mind maps has increased significantly in each cycle. Such improvements can be seen from the average student. In the first cycle students 'average score of 76, while the second cycle of the average value of students 81 and third cycle students' average value of 85. That means that research is successful.
Keywords: writing skills, essay arguments and methods of mind maps.
ii
KATA PENGANTAR Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya karena atas izin dan kasih-Nya penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peningkaan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi dengan Menggunakan Metode Mind Mapping Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang “. Shalawat teriring salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa para umatnya . Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan FITK UIN Jakarta yang telah mempermudah dan melancarkan penyelesaian skripsi ini; 2. Dra. Hindun, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis selama ini; 3. Rosida Erowati, M. Hum., selaku dosen penasihat akademik yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 4. Dra. Nuryati Djihadah, M. Pd, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas arahan, bimbingan, dan kesabaran Ibu selama ini. 5.
Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang selama ini telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan;
iii
6. Keluarga besar SMA Muhammadiyah 25, Pamulang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT);
7. Yayasan Kemala Bhayangkari Cabang Metro Jakarta Barat, yang telah mengerti
dan
memberikan
kesempatan
kepada
penulis
untuk
menyelesaikan skripsi ini; 8. Kepala Sekolah serta guru Tk. Kemala Bhayangkari 7 Palmerah, yang selalu
memberi
motivasi
dan
semangat
kepada
penulis
untuk
menyelesaikan skripsi ini; 9. Yang terhormat dan terkasih keluarga penulis. Ayahanda Drs. Tadjudin dan ibunda Hidayati, dan kakak dan adik-adik penulis. Hazrina. S.Sos, Amirah Rasyidah serta Aribah Rafidah. Terima kasih tak terhingga atas segala perhatian, semangat, doa yang tak putus bagi penulis selama pengerjaan skripsi ini. Maaf membuat kalian menunggu terlalu lama untuk moment ini. 10. Sahabat-sahabat terbaik penulis. Siti Masrohah. S. Pd, yang telah menulis cerita persahabatan bersama penulis sejak hari pertama penulis memulai kehidupan di kampus hingga skripsi ini selesai, Nunung Indrawati. S. Pd, Lilis Laswati. S. Pd, Anggun Citra Dini. S. Pd, terimakasih banyak atas semua cerita persahabatan kita, senyum, tawa, tangis, semangat dan pemikiran yang kalian berikan selama penulisan skripsi ini. 11. Teman beda bangsa penulis Han Ji Hye eonnie, Ji Hyuk Jae oppa, Sung Kyu oppa, yang juga telah memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesain skripsi ini. Thanks for your support, I will fly to your country soon. 12. Jeon Do Yun, yang selalu memberikan pengetahuan baru serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini; 13. Seluruh mahasiswa PBSI kelas A angkatan 2008, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 14. Risa Sabrina, Dyas Mulyani. B, dan Tri Yogi Prakoso, yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis dalam penulisan skripsi ini.
iv
15. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Terakhir, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikanperbaikan di masa depan. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak. Jakarta, Juni 2015
Nurul Mizani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………. i KATA PENGANTAR…………………………………………………... iii DAFTAR ISI…………………………………………………………….. vi DAFTAR TABEL……………………………………………………….. ix DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………. 1 B. Identifikasi Masalah……………………………………………… 8 C. Pembatasan Masalah……………………………………………... 9 D. Rumusan Masalah………………………………………………... 9 E. Tujuan Penelitian…………………………………………………. 9 F. Manfaat Penelitian………………………………………………... 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Menulis 1. Pengertian Menulis…………………………………………... 11 2. Fungsi Menulis……………………………………………….. 12 B. Mengarang 1. Pengertian Mengarang……………………………………….. 15 2. Bentuk-Bentuk Karangan…………………………………….
16
C. Argumentasi 1. Pengertian Argumentasi……………………………………… 17 2. Ciri-Ciri Karangan Argumentasi…………………………….
19
3. Teknik Penulisan Karangan Argumentasi…………………..
19
4. Penilaian Karangan Argumentasi……………………………
20
D. Mind Mapping 1. Pengertian Mind Mapping…………………………………… 24 2. Penggunaan Mind Mapping dalam Karangan Argumentasi…
28
E. Penelitian Yang Relevan …………………………………………. 30 F. Hipotesis Tindakan……………………………………………….. 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………
33
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian…………..
33
C. Subjek Penelitian…………………………………………………. 36 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian……………………...
36
E. Tahap Intervensi Tindakan………………………………………
36
F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan……………………..
39
G. Data dan Sumber Data…………………………………………...
39
H. Instrumen Pengumpulan Data……………………………………. 40 I. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. 43 J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan dan Keabsahan Data……… 43 K. Analisis Data dan Interpretasi Data…….………………………… 43 L. Pengembangan Perencanaan Tindakan…………………………… 44 1. Tindakan Siklus I…………………………………………. 44 2. Tindakan Siklus II………………………………………… 46 3. Tindakan Siklus III………………………………………... 47 BAB IV DESKRIPSI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian………………………………………. 49 B. Deskripsi Data 1. Deskripsi Awal Tindakan…………………………………….. 50 2. Deskripsi Hasil Penelitian……………………………............. 52 C. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………….. 77
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan……………………………………………………… 81 B. Saran………………………………………………………….. 82 DAFTAR PUSTAKA UJI REFERENSI LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS
Nurul Mizani, lahir di Jakarta pada tanggal 12 Agustus 1990. Dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama Hidayati dan Ayah yang bernama Drs. Tadjudin. Saat ini penulis
masih
menjadi
mahasiswa
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia. Penulis tinggal di Jl. Surya Kencana, Gang. Kemuning 1, Rt. 02/Rw. 05 Ds. Pamulang Barat, Kec. Pamulang-Tangerang Selatan-Banten 15417. Selama proses penyelesaian tuas akhir (skripsi) ini banyak hal yang penulis bisa jadikan sebagai pengalaman , suka duka dilalui oleh penulis dengan sabar dan ikhlas karena penulis yakin bahwa semua perjuangan akan ada hasil yang baik. Karena keyakinan dan kerja keras penulis akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik walaupun terlambat. Penulis berharap semoga karya yang telah penulis buat ini dapat bermanfaat bagi yang lain.
DAFTAR TABEL 1. Tabel 2.1 Komponen Penilaian Argumentasi……………………
22
2. Tabel 3.1 Perencanaan Siklus 1………...………………………... 37 3. Tabel 3.2 Perencanaan Siklus 2……...…………………………… 38 4. Tabel 3.3 Perencanaan Siklus 3…………………………………… 38 5. Tabel 3.4 Lembar Observasi Guru…………….………………….. 40 6. Tabel 3.5 Lembar Kuesioner Siswa……………………………… 42 7. Tabel 4.1 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Sebelum Tindakan………………………………………............... 50 8. Tabel 4.2 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Siklus I………
57
9. Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I………… 59 10. Tabel 4.4 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Siklus II…….... 64 11. Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II………... 66 12. Tabel 4.6 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Siklus III…….. 72 13. Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus III…….…. 74 14. Tabel 4.8 Hasil Menulis Karangan Argumentasi Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II, Siklus III……………………………………… 75
ix
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN 1. Gambar 2.1 Contoh Penerapan Metode Mind Mapping dalam Karangan Argumentasi…………………………………………… 29 2. Bagan 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas…….. 34 3. Bagan 3.2 Spiral Tindakan Kelas………………………………… 35 4. Bagan 3.3 Lembar Tes Siswa…………………………………….. 40
x
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa bertujuan agar para siswa terampil berbahasa. Sebenarnya setiap guru yang terlibat dalam proses belajar mengajar dalam setiap bidang studi pun secara implisit adalah guru bahasa juga. Salah satu tujuannya, disadari atau tidak adalah agar para siswa terampil menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bidang studi tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa dalam dunia pendidikan berperan sangat penting. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat membawa serangkaian keterampilan. Keterampilan tersebut erat hubungannya dengan proses-proses yang mendasari pikiran. Keterampilan berbahasa yang lengkap mencakup empat keterampilan, yaitu mendengarkan atau memahami bahasa lisan atau sering juga disebut menyimak, berbicara, membaca atau memahami bahasa tulis, dan menulis (menggunakan bahasa secara tulis). Keterampilan berbahasa tersebut masing-masing pada seseorang berbeda. Barangkali ada orang (siswa) yang menguasai semua keterampilan itu sama baiknya, akan tetapi biasanya ada orang yang terampil berbicara tetapi kurang terampil dalam menggunakan bahasa secara tertulis, atau sebaliknya. Salah satu materi pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah yang memegang peranan penting ialah pengajaran menulis. Menulis merupakan salah satu kompetensi bahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, mulai tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi. Menulis adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer menuliskan
2
bahwa; menulis adalah menuangkan pikiran atau perasaan, seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan. 1 Jadi, dalam kegiatan menulis seseorang dapat menuangkan perasaan, pengalaman ataupun pendapat dalam sebuah karangan. Namun dari keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut tampaknya pencapaian keterampilan menulislah yang paling memprihatinkan dari para siswa. Keterampilan
menulis
atau juga sering disebut
keterampilan
mengarang merupakan ujung tombak penentu keberhasilan para peserta didik dalam menjalani proses pendidikan. Dalam Jurnal Berbagi Ilmu Penulisan karya Arifuddin, terdapat pendapat Pramoedya Ananta Toer, yaitu “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadiaan.”2 Ini menunjukkan bahwa keterampilan menulis sangat penting dalam kehidupan. Memiliki kemampuan menulis (membuat karangan) memungkinkan seseorang mengkomunikasikan gagasan ataupun pengalamannya ke dalam sebuah tulisan dalam bentuk cerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa yang berupa karangan penulis, yang bertujuan untuk dibaca. Selanjutnya dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer dijelaskan pengertian mengarang adalah “mencipta atau menggubah, atau menulis dan menyusun buku, novel, puisi, dan sebagainya.”3 Karangan itu sendiri memiliki klasifikasi dan jenis yang beragam. Namun fakta yang ada saat ini membuktikan bahwa kemampuan menulis pelajar di Indonesia pada saat ini sangat memprihatinkan, ini dikarenakan adanya fakta bahwa, “para pelajar di Indonesia diberikan tugas mengarang antara 3-15 karangan/ 3 tahun, bahkan ada yang hanya 1 kali dalam setahun melakukan kegiatan mengarang.”4
1
Peter Salim & Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, hlm.1648. Jakarta : Modern English Press, 1991. 2 Arifuddin A. Patunru, Berbagi Ilmu Penulisan, Hlm. 36. Dalam Majalah Lentera Citra edisi No. 02, 2012. 3 Ibid. hlm.663. 4 Taufiq Ismail, Makalah Seminar Bulan Bahasa Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mengembangkan Nilai-nilai Karakter Bangsa, (Ciputat).
3
Pembelajaran bahasa Indonesia yang kita dapat dari Sekolah Dasar hingga Perguruan tinggi hanya berfokus pada pembelajaran tata bahasa, ini menyebabkan Indonesia memiliki sedikit penulis yang berkarakter atau memiliki ciri khas. Keterampilan mengarang harus kita mulai dan biasakan sejak dari Sekolah Dasar hingga PerguruanTinggi, agar para peserta didik terbiasa dan menyukai kegiatan mengarang, serta tidak ada lagi anggapan bahwa kegiatan mengarang “membosankan”. Telah kita ketahui bahwa guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga merupakan tokoh sentral dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena itu dalam memberikan
materi
pembelajaran
guru
harus
memiliki
strategi
pembelajaran yang menarik serta menguasai materi yang akan disampaikan. Dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa dikatakan bahwa; “Strategi pembelajaran bahasa adalah tindakan pengajar melakasanakan rencana mengajar bahasa Indonesia. Artinya usaha pengajar dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran bahasa Indonesia, seperti tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi, agar dapat mempengaruhi para peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”5 Dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat maka suatu pembelajaran akan berhasil. Dalam pembelajaran menulis fakta yang ada mengatakan tidak hanya peserta didik yang kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasannya ke dalam sebuah karangan, guru pun mengalami hal tersebut. Maka dari itu pemerintah harus bersikap aktif dalam memberikan kegiatan-kegiatan yang berfungsi meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama untuk para guru. Dalam Jurnal Berbagi Ilmu Penulisan Arifuddin A. Patunru dikatakan bahwa “menulis berawal dari kebiasaan yang diteguhkan lewat disiplin. Selain itu menulis merupakan keahlian (kemampuan) yang bisa
5
Iskandarwassid & H. Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, hlm.9.
4
dipelajari.”6 Maka dari itu pembelajaran keterampilan menulis harus diberikan serta diajarkan dengan sungguh-sungguh kepada siswa. Dalam proses belajar mengajar, keterampilan mengarang perlu diajarkan dengan serius, agar siswa dapat menuangkan idenya dengan baik. Karangan itu merupakan media untuk menyampaikan informasi dan menuntut siswa dapat memilih kata-kata yang tepat. Selain itu juga dituntut untuk dapat membuat kalimat menjadi paragraf yang baik serta mengurutkan paragraf menjadi karangan yang utuh, Henry Guntur Tarigan berpendapat; “Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan ini, sang penulis harus terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.”7 Keterampilan mengarang sudah kita dapatkan mulai dari Sekolah Dasar sampai tak terbatas, maksudnya seseorang mengarang tidak terbatas ruang dan waktu. Di mana saja, kapan saja, dan dalam usia berapa saja, seseorang bebas mengembangkan keterampilannya dalam menuangkan idenya melalui suatu karangan. Dalam suatu pendidikan formal, pelajaran mengarang kurang mendapat perhatian yang serius. Fenomena ini sungguh disayangkan. Seringkali siswa menganggap mudah pelajaran mengarang. Tenaga pengajar pun belum maksimal memotivasi anak didik untuk menghasilkan karangan yang baik. Dalam buku Menulis itu Mudah dikatakan bahwa, banyak guru yang tidak mampu membimbing muridnya untuk menulis dengan baik, runtut, dan menarik. Bukannya guru tidak tahu hal mengenai menulis, tetapi mereka kesulitan merangkai kata secara padu dalam tulisan.”8 6
Arifuddin A. Patunru. op. cit, hlm. 37. Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1994), hlm. 3. 8 Sukino, Menulis Itu Mudah Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2010), hlm. 5. 7
5
Hal ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan ide ataupun gagasannya kedalam karangan, sehingga membuat karangan mereka memiliki banyak kesalahan. Selanjutnya dalam proses pembelajaran mengarang biasanya diajarkan bentuk-bentuk karangan atau tulisan yang dibagi atas lima jenis, yaitu : Deskripsi, eksposisi, narasi, argumentasi, dan persuasi. Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai lima jenis bentuk karangan di atas. Deskripsi adalah karangan yang bertujuan memberikan gambaran sesuatu dalam pikiran pembaca; eksposisi adalah karangan yang berisi suatu uraian pokok bahasan yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan pembaca akan suatu pokok bahasan; argumentasi adalah karangan yang bertujuan mempengaruhi pikiran pembaca untuk menerima suatu pendapat tentang suatu hal; narasi adalah karangan yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi; dan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya bahkan mengikuti pendapat yang disampaikan. Dari kelima bentuk karangan tersebut penulis akan membahas secara mendalam mengenai pengajaran mengarang argumentasi. Dalam pengajaran materi mengarang argumentasi diperlukan perhatian yang sungguh-sungguh, baik oleh guru maupun siswa, karena di dalam
mengarang
argumentasi
diperlukan
pembuktian
dalam
mengemukakan alasan sehingga dapat meyakinkan pembacanya. Selain itu kemampuan
menulis
argumentasi
memerlukan
sejumlah
potensi
pendukung. Oleh karena itu, untuk memperoleh karangan argumentasi yang baik dibutuhkan kemauan keras dan belajar sungguh-sungguh. Dengan demikian, wajar bila dikatakan bahwa meningkatkan kemampuan menulis akan mendorong siswa lebih aktif, kreatif dan melatih kemahiran dalam menulis. Minto Rahayu berpendapat, tulisan argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil sikap yang pasti untuk
6
mengungkapkan
segala
persoalan
dengan
segala
kesungguhan
pengetahuannya, bukan sekedar mana mengeluarkan pendapat.”9 Kesimpulannya Minto Rahayu mengatakan bahwa dalam menulis karangan argumentasi bukan sekedar mengeluarkan pendapat tetapi juga diperlukan fakta yang dapat mendukung pendapat yang akan disampaikan penulis. Selanjutnya tulisan argumentasi merupakan salah satu jenis tulisan yang bukan sekedar menyampaikan pendapat, melainkan harus disertai fakta yang ada. Penulis harus berusaha menyampaikan pendapat serta fakta secara teratur dan kritis. Dalam buku Menulis itu Mudah karya Sukino dikatakan; “Banyak ahli berpendapat bahwa karangan argumentasi lebih sulit dibandingkan dengan jenis karangan yang lain. Letak kesulitan dalam penulisan karangan argumentasi adalah berupaya untuk meyakinkan orang lain agar terpengaruh dan kemudian bertindak seperti yang diinginkan. Pengarang harus berpikir secara kritis dan logis.”10 Hal ini berarti bahwa menulis argumentasi adalah jenis karangan yang membutuhkan kesungguhan dalam menuliskan pendapat dan fakta yang akan disampaiakan agar pembaca terpengaruh dengan isi tulisan yang disampaikan penulis. Penulisan karangan argumentasi sekarang ini belum mencapai hasil yang memuaskan, karena karangan argumentasi memerlukan alasan, bukti, dan fakta yang kuat untuk meyakinkan pembaca. Selain itu siswa kurang memahami
langkah-langkah
penting
untuk
menyusun
karangan
argumentasi yang baik. Langkah-langkah tersebut adalah, siswa dapat menentukan topik yang menarik, setelah itu siswa dapat mencari informasi secara lengkap, mengumpulkan data mengenai topik tersebut, dan disampaikan dengan kalimat yang logis. Dengan mengetahui dan
9
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2007),
hlm. 168. 10
Sukino, op. cit, hlm.71.
7
mempraktikannya dalam kegiatan belajar mengajar, maka siswa dapat mengarang argumentasi dengan baik. Selain mengetahui langkah-langkah dalam membuat suatu karangan, proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, salah satunya adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran. Metode berperan penting dalam proses pembelajaran. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer; “Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelakasanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.”11 Lebih lanjut dikatakan dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa; “metode lebih bersifat prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan.”12 Jadi,
penggunaan
metode
dalam
suatu
pembelajaran
akan
memudahkan guru maupun siswa untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi akan memberikan suatu stimulus kepada siswa untuk belajar, karena siswa tidak merasa jenuh dengan pembelajaran yang sudah biasa dilakukan. Salah satu metode pembelajaran yang populer saat ini adalah metode peta konsep atau disebut peta pikiran (mind mapping). Peta pikiran (mind mapping) merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru.”13 Dikategorikan ke dalam cara kreatif karena pembuatan peta pikiran (mind mapping) ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-an. Dalam kegiatan mengarang peta pikiran sangat membantu, dalam buku quantum teaching dikatakan “peta pikiran membantu siswa dalam menyusun informasi dan melancarkan aliran pikiran. Peta pikiran dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan menulis.”14 Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas tentang Peningkatan Kemampuan
11
Peter Salim & Yenny Salim, op. cit, hlm. 973. Iskandarwassid & H. Dadang Sunendar, op. cit, hlm.56. 13 Melvin L. Silberman, Acvtive Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, hlm.200. 14 Bobbi DePorter, Quantum Teaching, (Bandung : Penerbit Kaifa, 2000), hlm. 177. 12
8
Menulis Argumentasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Barat pada tahun pelajaran 2014/2015.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
di
atas
maka
penulis
dapat
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: a. Kemampuan menulis pelajar Indonesia pada saat ini sangat memprihatinkan b. Peserta didik terbiasa dan menyukai kegiatan mengarang, serta tidak ada lagi anggapan kegiatan mengarang “membosankan” c. Pelajaran mengarang kurang mendapat perhatian yang serius d. Penulisan karangan argumentasi belum mencapai hasil yang memuaskan.
C. Pembatasan Masalah Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang tersedia, maka tidak semua identifikasi masalah akan diteliti. Oleh karena itu, penulis membatasi masalah yang dibahas pada penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) dalam meningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Barat.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015?
9
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: Untuk melihat peningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping).
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitiaan ini dapat menjadi bahan referensi bagi siswa atau pengajar di sekolah untuk pengembangan teori keterampilan menulis karangan argumentasi. 2. Manfaat praktis i.
Bagi pendidik Sebagai acuan bahan ajar bagi guru dalam pembelajaran bahasa
Indonesia,
khusunya
pembelajaran
menulis
karangan argumentasi. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan guru tentang aneka metode, jenis-jenis media
yang dapat
berpengaruh
dalam
keberhasilan
pembelajaran terutama pembelajaran menulis karangan argumentasi. ii.
Bagi peserta didik Sebagai
sumber
pembelajaran
belajar
menulis
siswa,
karangan
terutama
dalam
argumentasi
dengan
mengunakan metode peta pikiran ( Mind Mapping ). iii.
Bagi Sekolah Sebagai pengayaan berbagai metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi.
10
iv.
Bagi pembaca Semoga penelitian ini bermanfaat untuk para pembaca, dan dapat menjadi acuan dalam penelitian berikutnya terkait dengan
peningkatan
keterampilan
menulis
karangan
argumentasi dengan menggunakan metode peta pikiran ( Mind Mapping ).
BAB II KAJIAN TEORI A. Menulis 1. Pengertian Menulis Kemampuan menulis sangat penting untuk dimiliki siswa, karena dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan ide dan gagasannya dalam mencapai tujuan tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer; “menulis adalah menuangkan pikiran atau perasaan, seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan.”1 Sedangkan dalam buku Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, Suriamiharja mengatakan bahwa: Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.2 Kesimpulan dari pendapat Suriamiharja bahwa menulis merupakan kegiatan
melahirkan
suatu
pikiran
dalam
tulisan,
atau
cara
berkomunikasi kepada orang lain untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan secara tertulis. Selain itu Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa: “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang difahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar itu.”3 Kesimpulan dari pendapat Tarigan, bahwa menulis merupakan suatu kegiatan menuliskan lambang-lambang yang memiliki makna dan dapat dipahami oleh orang lain.
1
Peter Salim & Yenny Salim, op. cit, hlm.1648. Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi, (Bandung : UPI Press, 2007), hlm. 116 3 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1994), hlm. 22. 2
11
Dari beberapa bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan melahirkan perasaan/ide-ide ke dalam sebuah tulisan, sehingga orang lain dapat memahami tulisan tersebut.
2. Fungsi Menulis Menulis sangat penting bagi para pelajar karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis dapat menolong berpikir kritis dan memperdalam daya tanggap atau persepsi , memecahkan masalahmasalah yang dihadapi, dan mampu menyusun urutan bagi pengalaman.
Tarigan
dalam
bukunya
menulis
sebagai
suatu
keterampilan berbahasa mengatakan bahwa; “pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.”4 Lebih rinci Rusyana dalam buku Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi menyatakan fungsi menulis yang dibagi menjadi empat bagian, yaitu : a. Fungsi Penataan Ketika mengarang terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran pendapat,
imajinasi
dan
yang
lainnya,
serta
terhadap
penggunaan bahasa untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, pikiran dan lainnya mempunyai wujud yang tersusun. b. Fungsi Pengawetan Mengarang mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaran sesuatu dalam wujud dokumen tertulis. c. Fungsi Penciptaan Dengan mengarang kita menciptakan sesuatu yang baru. d. Fungsi Penyampaian Penyampaian itu terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan tempatnya melainkan juga kepada orang yang berjauhan.5
4 5
Ibid, hlm. 22 Dra. Novi Resmini dan Drs. Dadan Juanda, op. cit, hlm. 116
12
Dengan demikian kesimpulan fungsi menulis menurut Rusyana adalah bukan alat untuk berkomunikasi secara tertulis atau tidak langsung
saja,
melainkan
juga
berfungsi
sebagai
penataan,
pengawetan, penciptaan, dan penyampaian. Selanjutnya dalam buku pembinaan kemampuan menulis bahasa Indonesia, Sabarti Akhadiah menyatakan bahwa fungsi menulis dibagi menjadi delapan bagian, yaitu: a. Menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri. Dengan menulis seseorang dapat mengetahui sampai dimana potensi pengetahuannya mengenai suatu topik yang akan ditulis. b. Menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Dalam menulis
kita
harus
bernalar:
menghubungkan
dan
membandingkan fakta yang seorang miliki untuk dijadikan dalam tulisan. c. Menulis dapat meningkatkan minat baca. Untuk menulis suatu topik dengan baik dibutuhkan informasi yang tepat, maka seseorang akan mencari, serta menguasi informasi terkait dengan topik yang akan ditulis. d. Menulis dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematis. Mengorganisasikan gagasan dilakukan dengan menuliskan pendapat mengenai suatu topik secara teratur dengan disertai fakta yang mendukung pendapat terkait dengan topik. e. Menulis dapat menilai gagasan secara objektif. Menulis memberikan berbagai informasi terkait dengan topik tertentu. Dengan menguasi informasi tersebut maka kita dapat menilai suatu tulisan secara lebih objektif. f. Menulis dapat memecahkan permasalahan. Menulis
merupakan
kegiatan
mengungkapkan
perasaan
kedalam tulisan. Menulis juga kegiatan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan menganalisisnya terlebih dahulu.
13
g. Menulis dapat mendorong belajar secara aktif. Kita diharuskan menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain. h. Menulis dapat membiasakan berbahasa secara tertib. Kegiatan menulis yang terencana akan menggunakan bahasa yang baik.6 Dengan demikian fungsi menulis menurut Sabarti Akhadiah adalah untuk membiasakan seseorang membaca agar mendapatkan informasi yang sesuai dengan topik tulisan , menyusun tulisan dengan sistematis dan membiasakan berbahasa secara tertib. Selanjutnya Daeng Nurjamal dalam buku Terampil Berbahasa mengatakan
fungsi
menulis
merupakan
alat
untuk:
(1)
menginformasikan sesuatu kepada pembaca, (2) meyakinkan pembaca, (3) mengajak pembaca, (4) menghibur pembaca, (5) melarang atau memerintah pembaca, (6) mendukung pendapat orang lain, dan (7) menolak atau menyanggah pendapat orang lain.7 Dengan demikian fungsi menulis menurut Daeng Nurjamal adalah alat untuk menginformasikan, meyakinkan, mengajak, menghibur, melarang atau memerintah, mendukung pendapat dan menolak atau menyanggah pendapat orang lain. Jadi, fungsi bahasa yang berkaitan dengan kegiatan menulis argumentasi adalah fungsi penataan dan fungsi penyampaian serta menulis dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan gagasan secara objektif.
B. Mengarang
1. Pengertian Mengarang Banyak yang beranggapan bahwa menulis sebuah karangan atau mengarang itu suatu pekerjaan yang mudah, karena menyusun ide-ide yang ada dalam pikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk 6
Sabarti Akhadiah. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. (Jakarta: Penerbit Erlangga), hlm.1-2. 7 Daeng Nurjamal. Terampil Berbahasa. (Bandung: Penerbit Alfabeta), hlm. 72.
14
tulisan. Namun pada kenyataannya banyak di antara mereka tidak dapat menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan sehingga terjadi kesalahan dalam mengungkapkan gagasannya. Adapun pengertian mengarang akan diuraian secara terperinci. a. Sudarno berpendapat bahwa, “mengarang adalah bagian ekspresi secara tertulis. Segala kesan batin, baik pikiran, perasaan, maupun kemauan dapat dinyatakan dengan bahasa tulis.”8 Menurut
pendapat
Sudarno
mengarang
merupakan
bagian
pengungkapan ekspresi dengan menggunakan bahasa tulis. b. Wahyu Wibowo mengatakan bahwa, “mengarang adalah suatu penyampaian pikiran secara resmi atau teratur dalam tulisan.”9 Menurut pendapat Wahyu Wibowo mengarang adalah suatu bentuk penyampaian pikiran dalam bentuk tulisan. c. Mahsusi mengatakan “mengarang adalah rangkaian, susunan, gubahan, ciptaan, komposisi, karya. Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk kalimatkalimat yang disusun sesuai kaidah komposisi .”10 Menurut pendapat Mahsusi mengarang adalah susunan atau rangkaian kesatuan pikiran yang dituangkan dalam kalimat yang sesuai kaidah. Dari pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan bahwa mengarang merupakan suatu kegiatan yang produktif. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa
mengarang adalah rangkaian kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan ide atau gagasannya dengan memilih kata-kata atau ungkapan yang tepat sehingga bisa diketahui penggunaannya. Mengarang adalah mengembangkan bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Hasil perwujudan melalui bahasa tulis itu menjadi karya tulis yang dapat berupa suatu karangan.
8
Sudarno. Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah), hlm.96. 9 Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 56 10 Mahsusi, op cit, hlm.288
15
2. Bentuk-bentuk Karangan Bentuk karangan dibagi atas 5 (lima) macam, yaitu : a. Menurut Rosihan Anwar, “karangan deskripsi adalah menciptakan sebuah gambaran dalam pikiran pembaca.”11 b. Menurut Minto Rahayu, “karangan eksposisi adalah bentuk tulisan yang berusaha menerangkan dan menguraikan suatu pokok bahasan yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.”12 c. Menurut Daeng Nurjamal, “karangan narasi adalah bentuk tulisan yang sebagian besar berisi cerita.”13 d. Menurut Niknik M. Kuntarto, “karangan argumentasi adalah bentuk karangan yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pendapat orang lain dengan cara merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga dapat diketahui apakah suatu pendapat itu benar atau tidak.” 14 e. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, “karangan persuasi adalah karangan yang berisi ajakan yang ditujukan pada seseorang
dengan
menjanjikan
harapan
yang
baik
dan
meyakinkan.”15 Jadi bentuk-bentuk karangan ada 5 yaitu karangan deskripsi yang bertujuan menciptakan sebuah gambaran dalam cerita, karangan eksposisi yang bertujuan menguraikan suatu pokok bahasan untuk memperluas pandangan pembaca, karangan narasi yang berisi cerita, karangan argumentasi yang bertujuan memengaruhi sikap atau pendapat orang lain dengan menuliskan fakta-fakta, karangan persuasi yang bertujuan untuk mengajak pada suatu hal.
11
H. Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia & Komposisi, (Yogyakarta : Media Abadi, 2004), hlm. 114. 12 Minto Rahayu, op.cit, (Jakarta : PT Grasindo, 2007), hlm. 160-161. 13 Daeng Nurjamal, op.cit, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2011), hlm. 70. 14 Niknik M. Kuntarto, Cermat Dalam Berbahasa Teliti Dalam Berpikir, (Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media, 2009), hlm. 244. 15 Peter Salim dan Yenny Salim, op.cit, hlm. 1146.
16
C. Argumentasi 1. Pengertian Argumentasi Argumentasi
merupakan
usaha
untuk
membuktikan
suatu
kebenaran yang merupakan proses penalaran penulis. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta secara efektif, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal itu benar atau tidak. Banyak sekali pengertian karangan argumentasi, tetapi dari semua pengertian yang ada, bertumpu pada suatu dasar pemikiran yang sama. Kita lihat pengertian argumentasi menurut beberapa ahli. a. Menurut Gorys Keraf , “argumentasi adalah bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembaca.”16 Kesimpulan dari pernyataan Gorys Keraf adalah argumentasi merupakan
suatu
bentuk
pembicaraan
yang
berusaha
mempengaruhi sikap atau pendapat orang lain, dengan harapan ada tindakan yang dilakukan sesuai dengan apa yang diinginkan penulis. b. Menurut Mudrajad Kuncoro, “argumentasi adalah sebuah karangan yang
membuktikan
kebenaran/ketidakbenaran
sebuah
pernyataan.”17 Kesimpulan
dari
pernyataan
Mudrajad
Kuncoro
adalah
argumentasi merupakan bentuk karangan dimana seseorang diharuskan menyampaikan kebenaran atau ketidakbenaran suatu pernyataan dengan melampirkan fakta yang ada. c. Menurut Lamuddin Finoza, “argumentasi adalah karangan yang bertujuan meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku tertentu.”18
16
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2010),
17
Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2009), hlm. 78.
hlm. 3.
17
Kesimpulan dari pernyataan Lamuddin Finoza adalah argumentasi merupakan suatu bentuk karangan yang memiliki tujuan untuk meyakinkan suatu hal agar pembaca mengambil suatu doktrin atau tingkah laku tertentu yang diinginkan penulis. d. Menurut Rosihan Anwar, “argumentasi adalah karangan yang membahas sesuatu persoalan atau perkara.”19 Kesimpulan argumentasi menurut pendapat Rosihan Anwar adalah suatu bentuk karangan yang membahas suatu persoalan, tanpa ada harapan pembaca bertindak sesuai dengan pendapat penulis. e. Menurut
Sukino,
“argumentasi
adalah
karangan
yang
mengemukakan bukti atau contoh yang meyakinkan pembaca.”20 Kesimpulan argumentasi menurut Sukino adalah suatu bentuk karangan yang di dalamnya berisi bukti atau contoh yang dapat meyakinkan pembaca. f. Menurut Mohamad Yunus, “argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat.”21 Kesimpulan argumentasi menurut Mohamad Yunus adalah suatu bentuk karangan yang yang berisi paparan alasan serta pendapat yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap seseorang terhadap suatu hal. Setelah melihat definisi dari para tokoh di atas mengenai karangan argumentasi maka dapat ditarik kesimpulan, karangan argumentasi itu merupakan suatu karangan yang membahas sesuatu persoalan dan bertujuan meyakinkan para pembacanya agar terpengaruh dan percaya dengan apa yang ditulis dalam karangan itu.
18
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia revisi 4, ( Jakarta : Diksi Insan Mulia, 2009), hlm. 250 19 H. Rosihan Anwar, op. cit, hlm. 115 20 Sukino, op. cit, hlm. 70. 21 Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003), hlm. 5.33.
18
Dalam berargumentasi kita boleh mempertimbangkan pendapat sendiri. Namun tetap harus mempertimbangkan pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat dengan kita. Karangan argumentasi memanfaatkan fakta dan bukti yang kuat. Karangan argumentasi harus dapat menunjukkan pendapat atau gagasan yang benar. Dalam berargumentasi semakin banyak fakta yang digunakan, semakin kuat kebenaran yang dipertahankan.
2. Ciri-ciri karangan Argumentasi. Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan ciri-ciri dari karangan argumentasi yaitu: a) Berusaha membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca diyakinkan mengenai kebenaran itu. b) Tulisan berisi pendapat tentang sesuatu yang disertai bukti, serta contoh yang kuat dan meyakinkan pembaca.
3. Teknik Penulisan Argumentasi. Untuk dapat membuat suatu karangan yang baik, sebaiknya mengetahui dalam karangan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, isi atau penjelasan, serta kesimpulan. Dalam buku cermat berbahasa teliti dalam berpikir, dijelaskan apa saja yang terdapat dalam bagian pendahuluan, isi, dan kesimpulan; a. Pendahuluan. Pendahuluan yang membahas pentingnya persoalan itu dibahas saat ini, lalu latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan sehingga pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut. b. Isi atau penjelasan. Berisi pembahasan masalah dengan menyajikan fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya.
19
c. Kesimpulan. Berisi kesimpulan-kesimpulan suatu pembahasan. Sampaiakn simpulan dengan tetap memperhatikan tujuan utama pembahasan dan segarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai.22 Demikianlah langkah penyusunan karangan argumentasi agar lebih terarah. Apabila langkah-langkah tersebut benar diperhatikan dan melaksanakan dalam pembelajaran mengarang, maka hasil karangan argumentasi akan lebih baik.
4. Penilaian Karangan Argumentasi. Dalam setiap pembelajaran yang dilakukan, guru membutuhkan standar penilaian untuk mengetahui sejauh mana kemampuan seorang siswa dalam suatu pembelajaran. Dalam buku standar mutu penilaian dalam kelas dikatakan bahwa penilaian berdasarkan PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Stamdar Nasional Pendidikan, pasal 1 adalah: Proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar siswa dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku secara nasional.23 Dalam jurnal peraturan Mendiknas nomor : 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian dikatakan bahwa : Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.24
22
Niknik M. Kuntarto, op.cit, hlm. 244. Moh. Sholeh Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas, (Jogjakarta : Diva Press, 2011), hlm. 7. 24 Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. 23
20
Jadi penilaian tidak dapat dilakukan dalam satu kali proses saja, karena banyak aspek yang menentukan penilaian tersebut. Selanjutnya secara umum di jelaskan tujuan diadakannya penilaian yaitu : a. Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa; b. Mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemajuan siswa; c. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa; d. Mengetahui hasil pembelajaran; e. Mendorong siswa untuk senantiasa belajar; f. Umpan balik untuk guru supaya dapat mengajar lebih baik.25 Sedangkan fungsi penilaian adalah sebagai berikut : a. Sebagai alat untuk menetapkan penguasaan siswa terhadap kompetensi; b. Sebagai bimbingan; c. Sebagai diagnosis; d. Sebagai alat prediksi; e. Sebagai alat seleksi.26
Untuk melakukan penilaian, dibutuhkan sebuah perancangan penilaian dengan memperhatikan beberapa unsur, seperti standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan materi pokok. Dengan memperhatikan keempat unsur di atas, peneliti membuat format penilaian karangan argumentasi yang akan digunakan dalam penelitian ini. Format penilaian tersebut berfungsi sebagai media bimbingan, diagnosis, prediksi dan seleksi pengukur kemampuan. Berikut ini dijelaskan tentang komponen yang dinilai dalam karangan argumentasi, kriteria penilaian, dan skor.
25 26
Moh. Sholeh Hamid, op. cit. hlm. 20 Moh. Sholeh Hamid,op. cit. hlm. 20-21.
21
Tabel 2.1 Tabel Komponen Penilaian Argumentasi Komponen yang dinilai
Skor
1. Syarat Penulisan Paragraf.
Kriteria
Sangat Baik-Sempurna 4
a. Kepaduan (Coherence).
Memperlihatkan
hubungan
antar
hubungan
antar
kalimat yang erat. Cukup-Baik 3
Memperlihatkan
kalimat yang cukup erat. 2
Sedang-Cukup Memperlihatkan
hubungan
antar
kalimat yang kurang erat. 1
Sangat Kurang Memperlihatkan tidak ada hubungan antar kalimat. Sangat Baik-Sempurna.
4
b. Urutan (Orderly).
Sebagian besar dari keseluruhan kalimat yang membangun paragraf memiliki urutan ide secara logis.
3
Cukup-Baik. Setengah dari keseluruhan kalimat yang membangun paragraf memiliki urutan ide secara logis.
2
Sedang-Cukup. Sebagian kecil dari keseluruhan kalimat yang membangun paragraf memiliki urutan ide secara logis. Sangat Kurang. Seluruh kalimat yang membangun
1
paragraf tidak memiliki uratan ide secara logis.
22
2. Isi Paragraf. a. Pernyataan,
Sangat Baik-Sempurna. ide
4
atau
pendapat yang disampaikan.
Pernyataan, ide dan pendapat yang dikemukakan perhatian,
cukup
menarik
mempengaruhi
dan
meyakinkan pembaca dengan baik.
Cukup-Baik. 3
Pernyataan, ide dan pendapat yang dikemukakan perhatian,
cukup
menarik
mempengaruhi
dan
meyakinkan pembaca. Sedang-Cukup. Pernyataan, ide dan pendapat yang 2
dikemukakan perhatian,
kurang
menarik
mempengaruhi
dan
meyakinkan pembaca. Sangat Kurang. 1
Pernyataan, ide atau pendapat yang dikemukakan perhatian,
tidak
menarik
mempengaruhi
dan
meyakinkan pembaca.
Sangat Baik-Sempurna.
b. Alasan, data atau fakta yang 4
mendukung.
Alasan, data dan fakta membuktikan kebenaran yang disampaikan.
Cukup-Baik. 3
Alasan,
data
membuktikan disampaikan.
23
dan
fakta
cukup
kebenaran
yang
2
Sedang-Cukup. Alasan, data dan fakta kurang membuktikan
kebenaran
yang
dan
tidak
disampaikan. Sangat Kurang. 1
Alasan,
data
membuktikan
fakta
kebenaran
disampaikan.
4
3. Teknis Penulisan. a. Ejaan
(tanda
Sangat Baik-Sempurna. Kesalahan ejaan antara 1 sampai 3.
baca, 3
pemakaian huruf, penulisan
Cukup-Baik. Kesalahan ejaan antara 4 sampai 7.
kata). 2
Sedang-Cukup. Kesalahan ejaan lebih dari 7.
1
Sangat Kurang. Semua penggunaan ejaan salah.27
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sistem penilaian harus terurai berdasarkan komponen yang dinilai, kriteria, skor tertinggi dan terendah
D. Peta Pikiran (Mind Mapping) 1. Pengertian Peta Pikiran (Mind Mapping) Pada umumnya guru mengajar menggunakan metode-metode klasik yang sudah sering dipakai yaitu metode ceramah dan diskusi. Dengan berkembangnya zaman, maka semakin berkembang ilmu pengetahuan dalam segala bidang. Salah satunya dalam bidang metode
27
http://www.e-bookspdf.org/rafinawidowati/respository.edu.upi Rafina Widowati, Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Melalui Pemanfaatan Media Artikel Opini, diakses pada 13 September 2014 pukul 15.00
24
yang
pembelajaran. Pada saat ini banyak berkembang metode pembelajaran untuk memperbaiki kualitas pembelajaran salah satu metode pembelajaran yang dianggap mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta pikiran atau disebut mind mapping. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-an yaitu, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kreativitas dan pengembangan diri. Tony Buzan mengungkapkan bahwa mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang akan “memetakan” pikiran.28 Artinya bahwa metode mind mapping membantu seseorang dalam menuangkan suatu hal dengan cara memetakan apa yang ingin ditulis. Lebih lanjut Buzan berpendapat bahwa mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia. Peta pikiran membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. “Dalam peta pikiran, kedua sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya”.29 Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind mapping mudah untuk diingat. Dalam buku pintar mind map untuk anak dikatakan bahwa Mind Map merupakan “raja alat ingatan, karena mind map merupakan bentuk istimewa pencatatan dan perencanaan yang bekerja selaras dengan otak untuk memudahkan seseorang dalam mengingat.”30 Selanjutnya dalam buku Quantum Teaching metode mind mapping merupakan “proses berpikir dan memungkinkan seseorang untuk
28
Tony Buzan, Mind Mapping (Jakarta : Gramedia, 2008) hlm. 4 29 Ibid, hlm. 9 30 Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map Untuk Anak, (Jakarta : Gramedia, 2008), hlm. 20.
25
berpindah-pindah topik.”31 Artinya seseorang dapat mengeluarkan seluruh pengetahuan yang dimiliki dan dapat dituangkan dalam tulisan. Selanjutnya, Tony Buzan dalam bukunya
Mind Mapping
mengemukakan ada tujuh langkah untuk untuk membuat mind mapping. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut: a) Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar (landscape). Karena apabila dimulai dari tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami. b) Menggunakan gambar atau foto untuk sentral. Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkosentrasi, dan mengaktifkan otak. c) Menggunakan warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran (mind mapping) lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan. d) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat. e) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena dengan garis lurus akan membosankan otak. Cabangcabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.
31
Bobbi DePorter, op.cit, hlm. 176.
26
f) Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena dengan kata kunci tunggal dapat memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran (mind mapping). g) Menggunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata.32 Selanjutnya mind mapping sangat membantu dalam proses pembelajaran, menurut Muhammad Faiq ada banyak manfaat atau keunggulan yang dapat diraih bila siswa menggunakan teknik mencatat mind mapping (peta pikiran) ini dalam kegiatan pembelajarannya, di antaranya: a. Mind mapping meningkatkan kreativitas dan aktivitas individu maupun kelompok. Bila siswa terbiasa menggunakan teknik mind map (peta pikiran) ini dalam mencatat informasi pembelajaran yang diterimanya, tentu akan menjadikan mereka lebih aktif dan kreatif. Penggunaan simbol, gambar, pemilihan kata kunci tertentu untuk dilukis atau ditulis pada mind map mereka merangsang pola pikir kreatif. b. Mind mapping memudahkan otak memahami dan menyerap informasi dengan cepat. Catatan yang dibuat dengan teknik mind mapping dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain, apalagi oleh sang pembuatnya sendiri. Mind mapping membuat siswa harus menentukan hubungan-hubungan apa atau bagaimana yang terdapat antar komponen-komponen mind mapping tersebut. Hal ini menjadi mereka lebih mudah memahami dan menyerap informasi dengan cepat. c. Mind mapping meningkatkan daya ingat. Catatan khas yang dibuat dengan mind mapping sifatnya spesifik dan bermakna khusus bagi setiap siswa yang membuatnya (karena melibatkan penggunaan dan pembentukan makna antar komponen
32
Tony Buzan, op.cit, hlm. 15.
27
mind mapping), akan dapat meningkatkan daya ingat mereka terhadap informasi yang terkandung di dalam mind mapping itu. d. Mind mapping dapat mengakomodasi berbagai sudut pandang terhadap suatu informasi. Setiap siswa tentu akan mempunyai beragam sudut pandang terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh guru atau yang mereka terima dari sumber-sumber belajar lainnya. Beragamnya sudut pandang ini memungkinkan mereka untuk memaknai secara khas informasi tersebut dan dituangkan secara khas pada mind mapping mereka masing-masing. e. Mind mapping dapat memusatkan perhatian siswa. Selama proses pembuatan mind mapping perhatian siswa akan terpusat untuk memahami dan memaknai informasi yang diterimanya. Ini akan membuat kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih efektif. f. Mencatat dengan teknik mind mapping menyenangkan. Teknik menulis menggunakan mind map tentu menyenangkan bagi siswa, sejelek apapun kemampuan mereka menggambar simbolsimbol.
Kegiatan
yang
menyenangkan
selanjutnya
akan
menimbulkan suasana positif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.33 Kesimpulan dari pendapat di atas bahwa mind mapping dapat meningkatkan daya ingat siswa dan mempermudah siswa dalam menuangkan segala materi pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan kata kunci yang mereka pahami.
33
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, Muhammad Faiq, Teknik Mind Mapping Mengorganisasi Materi Pembelajaran, diakses pada hari Senin, 22 september 2014, pukul 13.00
28
2. Penggunaan
Mind
Mapping
Dalam
Karangan
Argumentasi. Berikut merupakan contoh karangan argumentasi dengan tema kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dengan menggunakan metode peta pikiran ( Mind Mapping ).
Gambar 2.1 Contoh penggunaan metode mind mapping dalam karangan argumentasi
Penolakan
Unjuk rasa
Anggota DPR
Kerusuhan
dan di
Ibu Kota Jakarta
masyarakat umum.
Menimbulkan kerugian
Dampak yang ditimbulkan
Dampak Sosial
Dampak Ekonomi
Contoh Karangan : Kenaikkan Harga Bahan Bakar Minyak Pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak, namun rencana ini belum terlaksana banyak yang menolak rencana kenaikkan harga bahan bakar minyak tersebut. Dalam hal ini yang menolak rencana kenaikkan harga bahan bakar minyak bukan hanya dari kalangan masyarakat umum, namun anggota DPR yang ikut dalam rapat kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut banyak yang tidak setuju. Ini disebabkan banyak dampak yang harus dipikirkan ketika harga bahan bakar minyak menjadi naik. Dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga bahan bakar minyak salah satunya adalah dampak sosial karena jumlah angka 29
kemiskinan akan semakin tinggi, hal ini disebabkan oleh pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap tingginya kebutuhan hidup masyarakat kita. Masyarakat golongan menengah keatas mungkin belum merasakannya, namun kalangan menengah kebawah telah merasakan dampak ini walau kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak belum dilaksanakan, apalagi nanti jika telah dilaksanakan pasti beban mereka akan semakin bertambah. Selain itu ada pula dampak ekonomi dipastikan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak akan menyebabkan naiknya biaya operasional sehari-hari. Pengaruh yang mungkin akan sangat dirasakan adalah naiknya biaya transportasi, yang kemudian juga akan diikuti dengan kenaikan tarif dasar listrik dan air, kemudian juga akan diikuti oleh naiknya tarif tol, dan pada akhirnya akan mempengaruhi naiknnya harga-harga bahan-bahan pokok. Namun kebijakan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak belum disetujui dan masih dalam pembahasan anggota DPR, sudah banyak terjadi unjuk rasa dimana-mana. Unjuk rasa yang terjadi bukan hanya terjadi di Ibu Kota Jakarta namun di daerah lain pun terjadi hal yang sama yaitu unjuk rasa penolakkan kenaikkan harga bahan bakar minyak. Unjuk rasa ini dilakukan oleh berbagai pihak mulai dari masyarakat umum sampai mahasiswa mengadakan unjuk rasa penolakkan kenaikkan harga bahan bakar minyak. Unjuk rasa yang berlangsung di Jakarta banyak menimbulkan kerugian bagi Negara, karena unjuk rasa yang berlangsung banyak yang berakhir dengan kericuhan dan perusakkan fasilitas umum di sekitar terjadinya unjuk rasa tersebut. Sebaiknya pemerintah memikirkan ulang untuk menaikkan harga bahan bakar minyak agar tidak terjadi berbagai dampak buruk untuk Negara.
E. Penelitian yang Relevan. Penelitian yang sesuai dengan penelitian sebelumnya, dirumuskan melalui judul, dan penulis yaitu: a.
Tutiek Yunita Rachmawati dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Metode Peta Pikiran
30
(Mind Mapping) pada Siswa Kelas IX di SMP Al Muayad Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Perbedaan dari penelitian Tutiek Yunita Rachmawati dengan penelitian ini adalah salah satu variabel yang diteliti yaitu kualitas pembelajaran menulis cerpen, subyek penelitiannya pada siswa kelas IX di SMP Al Muayad Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008, penelitianya berlangsung 3 siklus, dan simpulan dari penelitiannya adalah metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen. Sementara itu persamaan dari penelitian ini adalah salah satu variabelnya menggunakan metode yang sama yaitu metode peta pikiran (mind mapping) dan hasil dari penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan dari apa yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian Tutiek Yunita Rachmawati dapat diambil kesimpulan bahwa dengan metode peta pikiran (mind mapping) berpengaruh terhadap siswa dalam pembelajaran. Ada keterkaitan dalam penelitian tersebut sehingga dapat dijadikan acuan oleh peneliti dalam penelitian kemampuan menulis argumentasi. Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut maka peneliti mengembangkan penelitian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode peta pikiran (mind
mapping)
agar
dapat
meningkatkan
kemampuan
menulis
argumentasi. Dari penelitian di atas menunjukkan metode peta pikiran (mind mapping) berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dikembangkan penelitianpenelitian yang dapat meningkatkan kemampuan menulis argumentasi siswa. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul peningkatan kemampuan menulis paragraf argumentasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang.
31
F. Hipotesis Tindakan. Berdasarkan kajian teori di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: a. Dengan metode Mind Mapping dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang tahun pelajaran 2014/2015. b. Dengan
metode
Mind
Mapping
dapat
meningkatkan
kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang tahun ajaran 2014/2015.
32
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada semester 1 (ganjil) SMA Muhammadiyah 25 Pamulang pada tahun ajaran 2014-2015, dengan pertimbangan pada semester ini materi mengarang argumentasi sudah diajarkan. Materi ini ada hubungannya dengan penelitian, sehingga memudahkan teknik pelaksanaannya. Penelitian ini menggunakan sampel kelas X-1dengan jumlah 28 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03-12 November 2014.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian. Sesuai dengan rumusan tujuan penelitian sebagaimana telah disebutkan di bagian awal metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.1 Kegiatan penelitian tindakan kelas dimulai dari permasalahan yang nyata dan dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Setelah itu masalah tersebut ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah lainnya. Dalam buku Penelitian Tindakan Kelas untuk: Guru, Zainal Aqib mengatakan
bahwa
tujuan
PTK
yaitu
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Selain itu PTK memiliki manfaat: 1
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk: Guru, (Bandung : Yrama Widya, 2008). hlm. 13.
34
a. Adanya inovasi dalam pembelajaran b. Peningkatan profesionalisme guru.2 Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang dinamis dengan tindakan yang sama. PTK dilaksanakan dalam siklus berulang yang terdiri dari 4 tahap seperti pada gambar dibawah ini:
Bagan 3.1 Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) PERENCANAAN
TINDAKAN
OBSERVASI
REFLEKSI
Berikut ini akan dijelaskan secara rinci rancangan siklus penelitian yang akan dilakukan: 1. Perencanaan tindakan. a. Membuat skenario pembelajaran b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. c. Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. d. Mengajukan solusi alternatif. 2. Pelaksanaan Tindakan. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran sesuai rancangan. Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
2
Ibid., hlm. 18.
35
Bagan 3.2. Spiral Tindakan Kelas (Adaptasi dari Hopkins, 1993: 48).
Identifikas i Masalah
Perencanaan Aksi
Refleksi
Perencanaan Ulang
Observasi
Refleksi
Observasi
Aksi
3. Tahap Observasi atau pengamatan Tujuan dilakukannya pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi. 4. Refleksi Tahap refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut,dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai keberhasilan atau tidak.
36
C. Subjek Penelitian. Subjek
dari
penelitian
ini
adalah
siswa
kelas
X-1
SMA
Muhammadiyah 25 Pamulang. Jumlah siswa kelas X-1 terdiri dari 28 siswa. Jumlah kelas X di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang adalah empat kelas. Kelas yang menjadi subjek penelitian adalah kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan sekaligus observer yang mengamati tindakan tersebut. Hal ini sebagi upaya menciptakan situasi yang natural dan lebih objektif dalam penelitian tindakan yang dilakukan.
E. Tahapan Intervensi Tindakan. Kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan mengikuti siklus yaitu, penyusunan rencana, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Dengan demikian penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada tiga siklus, yang dipaparkan sebagai berikut:
37
Tabel 3.1 Perencanaan siklus 1 Siklus I
1. Perencanaan (identifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah) : Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM. Menentukan pokok bahasan. Mengembangkan skenario pembelajaran. Menyusun lembar kerja siswa. Menyiapkan sumber belajar. Mengembangkan format evaluasi.
2. Tindakan Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario dan lembar kerja siswa.
3. Pengamatan Melakukan observasi dengan memakai format observasi. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa.
4. Refleksi Melakukan evaluasi tindakan yang telah Tabel 3.2 Tabel perencanaan dilakukan, meliputi evaluasisiklus mutu, 2jumlah dan waktu dari setiap jenis tindakan. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, lembar kerja siswa, dan lain-lain. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasilevaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. Evaluasi tindakan I
38
Tabel 3.2 Perencanaan siklus 2 Siklus II
1. Perencanaan (Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah) : Pengembangan program tindakan II
2. Tindakan Pelaksanaan program tindakan II
3. Pengamatan Pengumpulan data tindakan II 4. Refleksi Evaluasi tindakan II
Tabel 3.3 Perencanaan siklus 3
Siklus III
1. Perencanaan (Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah) : Pengembangan program tindakan III
2. Tindakan Pelaksanaan program tindakan III
3. Pengamatan Pengumpulan data tindakan III
4. Refleksi Evaluasi tindakan III
39
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan. Hasil yang diharapkan pada penelitian tindakan ini adalah bahwa metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan siswa pembelajaran menulis karangan argumentasi dalam bahasa Indonesia.
G. Data dan Sumber Data. Data yang akan diperoleh adalah hasil dari proses penelitian yang dimulai dari tahap perencanaan, tindakan, dan hasil dari proses penelitian itu sendiri yang di dalamnya berupa: a. Tes. Hasil pembelajaran yang berupa karangan. Tes yang dilakukan pertama, peneliti awali dengan mengadakan kegiatan belajar mengajar dan mengadakan pre-tes terlebih dahulu untuk melihat kemampuan menulis siswa, yaitu berupa tes menulis karangan argumentasi tanpa menggunakan metode peta pikiran. Hari kedua peneliti mengadakan kegiatan belajar mengajar sesuai silabus dan RPP yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kemudian peneliti mengadakan tes untuk melihat kemampuan menulis siswa, yaitu tes menulis karangan argumentasi dengan menggunakan metode peta pikiran. Perbandingan antara pre-tes dan tessesudahnya akan mengantarkan kita pada suatu kesimpulan apakah metode peta pikiran yang digunakan dalam proses pengajaran efektif atau tidak.
b. Nontes Nontes dalam pengumpulan data ini dilakukan dalam bentuk angket. Angket dibuat berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan argumentasi.
40
H. Instrumen Pengumpulan Data. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa: a. Tes. Tes adalah instrumen pengumpulan data melalui serangkaian latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan menulis. Tes yang dipergunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini adalah tes tertulis bentuk uraian.
Bagan 3.3 Lembar Tes Siswa LEMBAR TES KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI. Nama : Kelas : Tuliskanlah gagasan, pendapat disertai bukti-bukti dan fakta pendukung mengenai masalah tertentu ke dalam karangan argumentasi. ………………………………………………………………… ………………………………………………………………… ………………………………………………………………… ……………… b. Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengamati kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan dan untuk melihat aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung. Tabel 3.4 Lembar Observasi Guru Dilakukan No.
Aspek yang diamati Ya
1.
Guru membuat RPP.
2.
Guru
membuka
pelajaran
dengan baik. 3.
Penilaian
Guru menanyakan kembali pelajaran
yang
telah
kepada siswa (apersepsi)
lalu
Tidak
A
B
C
41
4.
Guru menguasai materi ajar.
5.
Guru mengelola kelas dengan baik.
6.
Guru
memberikan
tugas
kepada siswa. 7.
Guru
menggunakan
media
pembelajaran. 8.
Guru
memberikan
waktu
yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan tugas. 9.
Guru Bersikap terbuka dan membantu.
10.
Guru
menutup
pelajaran
dengan baik.
Keterangan : A = Baik, B = Cukup, C = Kurang c. Lembar kuesioner adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis. Berikut merupakan kuesioner yang peneliti berikan kepada siswa untuk mengukur sejauh mana keefektifan metode peta pikiran ( mind mapping ) dalam pelajaran bahasa Indonesia materi menulis karangan argumentasi.
42
Tabel 3.5 Lembar Kuesioner Siswa KUESIONER Kelas
:
Jenis kelamin : L / P (Lingkari salah satunya) Petunjuk Pengisian: 1. Tulislah kelas anda pada tempat yang telah disediakan 2. Pilih salah satu jawaban yang terdapat pada kolom: a. SS
: Sangat Setuju
b. S
: Setuju
c. TS
: Tidak Setuju
3. Jawablah dengan jujur sesuai dengan hati nurani anda 4. Jawaban anda akan kami jamin kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi nilai 5. Berilah tanda checklist () pada jawaban anda Jawaban NO
PERNYATAAN
Pernyataan SS
Saya tertarik mengikuti pelajaran Bahasa 1
Indonesia dengan materi menulis karangan argumentasi.
2
Saya menyukai belajar dengan menggunakan metode pembelajaran mind mapping ini. Saya tidak menyukai belajar dengan
3
menggunakan metode pembelajaran mind mapping ini. Saya merasa dengan menggunakan metode mind
4
mapping lebih semangat mempelajari Bahasa Indonesia, khususnya materi tentang menuliskarangan argumentasi.
5
Saya merasa jenuh dengan penerapan metode mind mapping.
S
TS
43
6
7
Saya memahami materi dengan baik setelah menggunakan metode mind mapping. Saya lebih aktif dalam mengikuti tahapan pembelajaran mind mapping. Saya merasakan peningkatan dalam hasil belajar
8
materi menulis karangan argumentasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode mind mapping. Saya menyukai cara guru mengajar dalam
9
pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan metode mind mapping.
10
Saya berharap metode ini diterapkan dalam pokok bahasan lainnya.
TERIMA KASIH ATAS KESEDIAANNYA UNTUK MENGISI KUESIONER INI DENGAN JUJUR
I. Teknik Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Lembar evaluasi guru dan hasil tulisan siswa dalam
bentuk
karangan argumentasi bahasa Indonesia. b. Lembar kuesioner.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan dan Keabsahan Data. Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data. Analisis data penelitian tindakan ini dilakukan berdasarkan temuan dalam
siklus-siklus
penelitian
yang
pelaksanaan, observasi, dan evaluasi.
meliputi
rancangan
umum,
44
Untuk mengukur rata-rata peningkatan keterampilan menulis karangan argumentasi
dengan
menggunakan metode
peta pikiran, peneliti
menggunakan teknik skoring dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah skor yang diperoleh siswa Total Skor =
×100% Jumlah siswa
Keberhasilan penelitian ini dilihat dari pencapaian KKM sekolah yang ditetapkan, KKM bahasa Indonesia SMA Muhammadiyah 25 Pamulang yaitu ≥75. Penelitian ini dikatakan berhasil jika 80% siswa telah memenuhi KKM tersebut dan aktivitas siswa 80% pada kategori baik.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan. 1. Tindakan Siklus I a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: i.
Menentukan pokok bahasan.
ii.
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode peta pikiran (mind mapping).
iii.
Mengembangkan skenario pembelajaran.
iv.
Menyiapkan sumber belajar.
v.
Menyiapkan
fasilitas
dan
sarana
Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I. Kegiatan Awal. i.
Berdoa.
ii.
Presensi.
iii.
Guru mengkondisikan siswa.
iv.
Apersepsi: - Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan.
pendukung
45
- Guru dan siswa tanya jawab tentang mengarang. II. Kegiatan Inti. i.
Siswa dan guru bertanya jawab tentang langkah-langkah menulis karangan.
ii.
Guru menjelaskan cara menentukan topik karangan argumentasi.
iii.
Guru memberikan penjelasan karangan argumentasi.
iv.
Guru menjelaskan penggunaan peta pikiran (mind mapping) dalam karangan argumentasi.
v.
Siswa (secara individu) menuliskan karangan berdasarkan peta pikiran (mind mapping).
III.
Kegiatan Akhir.
i.
Siswa dan guru menyimpulkan semua hasil kegiatan pembelajaran.
ii.
Guru menutup pelajaran.
c. Tahap Observasi. Tahap
observasi
dilakukan
dengan
mengamati
proses
pembelajaran (aktivitas guru dan siswa).
d. Tahap Refleksi. Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I. Tindakan yang dilakukan pada siklus I dikatakan berhasil apabila dari 28 siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang terdapat 23 siswa yang memperoleh nilai ≥75 mencapai indikator ketercapaian kinerja, yaitu 82%. Dari hasil tes kemampuan menulis karangan argumentasi baru mendapat 20 siswa atau 71% siswa yang memperoleh nilai sesuai dengan KKM yang ditetapkan. Oleh karena itu, indikator ketercapaian kinerja pada siklus I belum dapat dicapai kemudian
46
perlu dilakukan siklus II sebagai langkah perbaikan dari proses pembelajaran pada siklus I.
2. Tindakan Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan. i.
Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
ii.
Menentukan pokok bahasan.
iii.
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode peta pikiran (mind mapping).
iv.
Mengembangkan skenario pembelajaran.
v.
Menyiapkan sumber belajar.
vi.
Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan Tindakan. i.
Memperbaiki
tindakan
sesuai
dengan
skenario
pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. ii.
Guru menerapkan pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping).
iii.
Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping).
iv.
Memantau
perkembangan
kemampuan
menulis
argumentasi dengan metode peta pikiran (mind mapping)
c. Tahap Observasi. Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa).
d. Tahap Refleksi. Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus II melalui pengamatan dan penilaian hasil kemampuan menulis karangan argumentasi siswa kemudian dianalisis. Dari refleksi siklus II
47
ditemukan adanya hambatan yaitu masih ada 4 siswa atau 14% yang masih merasa kesulitan dalam membuat peta pikiran sehingga dalam menulis karangan argumentasi masih belum dapat berkembang. Hambatan ini kemudian diperbaiki pada siklus III yaitu dengan mendekati dan memberi bimbingan kepada siswa tersebut bagaimana
cara
membuat
peta
pikiran
mengembangkannya menjadi sebuah karangan
kemudian argumentasi.
Pada setiap pertemuan siklus II, pembuatan peta pikiran dibuat lebih menarik. 3. Tindakan Siklus III a. Tahap Perencanaan Tindakan. i.
Identifikasi masalah pada siklus II dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
ii.
Menentukan pokok bahasan.
iii.
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode peta pikiran (mind mapping).
iv.
Mengembangkan skenario pembelajaran.
v.
Menyiapkan sumber belajar.
vi.
Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan Tindakan. i.
Menuntaskan
tindakan
sesuai
dengan
skenario
pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus II. ii.
Guru menerapkan pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping).
iii.
Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping).
iv.
Memantau
perkembangan
kemampuan
menulis
argumentasi dengan metode peta pikiran (mind mapping)
c. Tahap Observasi.
48
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa).
d. Tahap Refleksi. Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus III melalui pengamatan dan penilaian hasil kemampuan menulis karangan argumentasi siswa kemudian dianalisis. Dari refleksi siklus II ditemukan adanya hambatan yaitu terdapat 4 siswa yang masih belum memahami menggunakan metode mind mapping untuk menulis karangan argumentasi, sehingga dalam menulis karangan argumentasi masih belum dapat berkembang dengan baik. Hambatan ini kemudian diperbaiki pada siklus III yaitu dengan mendekati dan memberi bimbingan kepada 4 siswa yang masih belum tuntas serta memberikan contoh-contoh konkret yang dapat dipahami oleh 4 siswa tersebut.
49
BAB IV DESKRIPSI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah
25
Pamulang.
Lembaga
pendidikan
SMA
Muhammadiyah 25 Pamulang berdiri 20 tahun lalu, tepatnya pada tahun 1991. Latar belakang didirikannya SMA Muhammadiyah 25 Pamulang adalah atas dasar pertimbangan para pendirinya dengan memperhatikan beberapa aspek berikut: 1. Pertimbangan aspek agama, adalah untuk mengintegrasikan ajaran islam dengan ilmu pengetahuan. 2. Pertimbangan aspek filosofis, bahwa lembaga pendidikan yang dikelola oleh Muhammadiyah masih jarang dan terkesan ketinggalan zaman. 3. Pertimbangan Muhammadiyah
historis, 1912,
bahwa
dari
Muhammadiyah
tahun semakin
beridirinya mendapat
dukungan dari masyarakat, termasuk pamulang. 4. Pertimbangan aspek pendidikan, bahwa banyak siswa SMP Muhammadiyah melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya di lembaga pendidikan umum. Pada awal berdirinya, SMA Muhammadiyah 25 Pamulang mendapat status diakui dari Kanwil Depdikbud, Jawa Barat, 5 tahun kemudian memperoleh status disamakan, dan sejak tahun 2007 sampai sekarang telah terakreditasi dengan nilai “A”. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Muhammadiyah 25 Pamulang lengkap, mulai dari laboratorium hingga klinik kesehatan gigi dan umum tersedia. Ruang kelas dilengkapi dengan infokus dan AC. Dalam satu kelas berisi 23-28 siswa ini bertujuan agar kelas tidak terlalu penuh, dan siswa kondusif dalam pembelajaran yang diberikan.
50
B. Deskripsi data Kelas yang digunakan penelitian adalah kelas X-1 yang terdiri dari 28 siswa Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan kegiatan observasi awal untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya kelas
X-1. Setelah
peneliti melakukan pendekatan dengan guru kelas X-1 dan mengamati keadaan siswa melalui observasi pembelajaran di kelas, peneliti mengetahui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi menulis dirasa sulit bagi siswa. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis masih belum mencapai KKM. Sehingga kemampuan siswa dalam kompetensi menulis khususnya menulis argumentasi masih rendah. Dari seluruh siswa kelas X-1 yang berjumlah 28 siswa, hanya 10 siswa yang nilainya mencapai KKM ≥75. Rendahnya kemampuan menulis siswa khususnya menulis karangan argumentasi menunjukkan ada kelemahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok aspek menulis argumentasi. Berikut merupakan nilai hasil belajar menulis karangan argumentasi.
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Sebelum Tindakan
No.
Nama
Nilai
Tingkat Keberhasilan
1.
AD
60
Rendah
2.
AH
75
Sedang
3.
AN
65
Rendah
4.
AP
50
Rendah
5.
AR
65
Rendah
6.
AY
65
Rendah
7.
DA
65
Rendah
8.
FJ
70
Rendah
51 9.
GD
80
Tinggi
10.
HM
50
Rendah
11.
HN
60
Rendah
12.
HW
55
Rendah
13.
JW
50
Rendah
14.
LA
60
Rendah
15.
LN
80
Tinggi
16.
MA
70
Rendah
17.
MD
75
Sedang
18.
MM
60
Rendah
19.
MT
65
Rendah
20.
NF
80
Tinggi
21.
NR
80
Tinggi
22.
PA
70
Rendah
23.
RJ
75
Sedang
24.
RS
60
Rendah
25.
SA
65
Rendah
26.
TA
80
Tinggi
27.
TJ
75
Sedang
28.
YR
75
Sedang
Total
1880
= 67 Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, bahwa pada test yang dilakukan sebelum tindakan nilai terendah 50 sebanyak 3 orang, dan nilai tertinggi adalah 80 sebanyak 5 orang, sedangkan rata-rata yang diperoleh adalah 67.
52 Dapat diambil kesimpulan bahwa menulis karangan argumentasi sebelum
dilakukannya
tindakan
pada
siswa
kelas
X-1
SMA
Muhammadiyah 25 Pamulang termasuk ke dalam kategori kurang. Sehubungan dengan hasil rata-rata nilai kemampuan menulis karangan argumentasi siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, maka peneliti berusaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis argumentasi dengan mengadakan penelitian di kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, yang menggunakan metode peta pikiran (Mind Mapping) pada pelajaran Bahasa Indonesia pokok materi menulis karangan argumentasi. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa yang masih memiliki kemampuan menulis yang masih rendah, selain itu agar lebih meningkatkan proses pembelajaran sehingga hasil pembelajarannya lebih memuaskan.
1. Tindakan Siklus I. Tindakan siklus I dilaksanakan selama 1 kali petemuan (2 × 45 menit) pada tanggal 05 November 2014. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :
i. Perencanaan. Pada perencanaan ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di kelas X-1 untuk mengetahui metode pembelajaran yang dilakukan guru, serta keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilaksanakan. Di samping itu mencatat hasil belajar siswa berupa nilai formatif mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok kemampuan menulis. Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap
pembelajaran
dan
hasil
belajar
di
SMA
Muhammadiyah 25 Pamulang, diperoleh informasi sebagai data awal bahwa sebanyak 28 siswa terdapat 18 siswa atau 64% yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥75.
53 Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata sebagian besar siswa belum mampu mengungkapkan pikiran secara lebih leluasa serta belum dapat menuliskan paragraf dengan disertai fakta serta aturan penulisan yang benar. Selain itu siswa dalam menulis karangan argumentasi masih banyak yang tidak bersungguh-sungguh dan belum cukup mempunyai kemauan yang keras untuk menulis karangan argumentasi. Siswa belum terampil dalam menyusun kalimat-kalimat disertai dengan fakta dan belum memperhatikan tanda baca dalam menulis karangan argumentasi. Bertolak dari kenyataan tersebut diadakan konsultasi dengan guru mengenai alternatif peningkatan kemampuan menulis karangan argumentasi dengan metode peta pikiran (mind mapping). Adapun perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar atau indikator yang sesuai dengan menulis karangan argumentasi. Alasan memilih Kompetensi Dasar atau indikator tersebut adalah: a) Kompetensi dasar atau indikator tentang menulis karangan argumentasi sangat sulit dikuasai oleh siswa. Siswa banyak mengalami kesulitan pada indikator tersebut. b) Kompetensi Dasar atau indikator menulis karangan argumentasi tersebut nantinya dapat dipergunakan dalam
meningkatkan
kemampuan
siswa
dalam
keterampilan menulis lebih lanjut. 2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
disusun
1x
pertemuan. Dalam satu kali pertemuan terdapat 2 jam pelajaran atau sekitar 90 menit. Perencanaan RPP mencakup penentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi
54 Dasar,
indikator,
langkah-langkah
/
skenario
pembelajaran, media, metode dan sumber pembelajaran serta
sistem
penilaian.
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) terlampir. 3. Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung. Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a. Ruang belajar. Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. Kursi diatur sedemikian rupa, kursi diatur dengan model U atau per individu. b. Gambar dan slide materi power point. Gambar digunakan sebagai media yang memudahkan siswa dalam pembuatan peta pikiran (mind mapping). Gambar diperlihatkan dengan menggunakan power point di depan kelas, kemudian guru menjelaskan cara membuat peta pikiran (mind maping) lalu mencabangcabangkannya. Sementara itu, setiap siswa diberi kertas HVS yang sudah ada gambar dan tinggal mencabang-cabangkannya. c. Buku pelajaran. Buku pelajaran Bahasa Indonesia digunakan sebagai buku acuan belajar. Buku yang digunakan yaitu buku Pesona Bahasa dan Sastra Indonesia untuk kelas X SMA.
ii. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Siklus I dilaksanakan selama satu kali pertemuan. Pertemuan dilaksanakan pada hari Rabu, 05 November 2014 pada jam kelima dan keenam yaitu pukul 10.10-11.30
55 WIB. Materi yang diajarkan adalah siswa dapat mengetahui karangan argumentasi, dan membuat peta pikiran (mind mapping). Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode peta pikiran (mind mapping). Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah menggunakan media gambar. 1. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam lalu meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan presensi. Guru
mengkondisikan
kesiapan
siswa
untuk
menerima pelajaran. Guru memberikan apersepsi dengan
menyampaikan
materi
yang
akan
disampaikan, dan tanya jawab dengan siswa tentang karangan argumentasi. 2. Pada kegiatan inti guru memberikan penjelasan materi karangan argumentasi. Setelah guru menerangkan tentang
karangan
argumentasi,
kemudian
guru
menjelaskan penggunaan metode peta pikran dalam menulis karangan argumentasi. Selanjutnya guru mengajukan
pertanyaan
kepada
siswa
tentang
karangan argumentasi. Siswa menjawab pertanyaanpertanyaan dari guru. Selanjutnya guru membimbing siswa dengan memberi penjelasan di depan kelas untuk
membuat
karangan
argumentasi
dengan
menggunakan metode peta pikiran. Kemudian guru memberikan lembaran kertas yang sudah berisi gambar kenaikan harga bahan bakar minyak, lalu siswa diminta untuk mencabang-cabangkan gambar tersebut sesuai dengan pendapat dan fakta yang dimiliki.
3. Kegiatan akhir pembelajaran diisi dengan guru bersama siswa menyimpulkan semua hasil kegiatan
56 pembelajaran.
Setelah
itu,
guru
menutup
pembelajaran bahasa Indonesia.
iii. Observasi. Pada tahap observasi dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping). Observasi ini dilakukan dengan menggunakan RPP yang telah dibuat dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat menghasilkan perubahan pada hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran
termasuk
suasana
kelas
pada
setiap
pertemuan. iv. Refleksi. Setelah melaksanakan observasi, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui kendala sekaligus solusi pelaksanaan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses
pelaksanaan
tindakan
pada
siklus
I
belum
menunjukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan siswa selama belajar maupun pada pencapaian hasil belajar kemampuan menulis karangan argumentasi.
57 Tabel 4.2 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Siklus I Kelas
: X-1
Siklus : I
Hari/Tanggal : Rabu, 05-11-2014 No.
Nama
Jumlah
Aspek 1
Waktu :90 Menit.
2
a
b
a
b
3
Aspek
Nilai
Tingkat Keberhasilan
1.
AD
2
3
3
3
4
15
75
Sedang
2.
AH
2
3
4
4
3
16
80
Tinggi
3.
AN
3
3
3
4
2
15
75
Sedang
4.
AP
2
3
3
3
3
14
70
Rendah
5.
AR
3
3
3
2
4
15
75
Sedang
6.
AY
2
3
3
4
4
16
80
Tinggi
7.
DA
3
3
3
2
3
14
70
Rendah
8.
FJ
3
3
2
4
4
16
80
Tinggi
9.
GD
3
3
4
4
3
17
85
Tinggi
10.
HM
2
2
3
3
2
13
65
Rendah
11.
HN
3
2
3
3
3
14
70
Rendah
12.
HW
2
2
3
3
3
13
65
Rendah
13.
JW
2
2
3
3
2
12
60
Rendah
14.
LA
2
3
3
3
4
15
75
Sedang
15.
LN
3
3
4
3
4
17
85
Tinggi
16.
MA
2
3
3
3
4
15
75
Sedang
17.
MD
2
3
4
4
3
16
80
Tinggi
18.
MM
3
3
3
3
2
14
70
Rendah
19.
MT
2
2
3
3
3
13
65
Rendah
20.
NF
3
3
3
4
3
16
80
Tinggi
21.
NR
3
3
3
4
4
17
85
Tinggi
22.
PA
2
3
3
3
4
15
75
Sedang
23.
RJ
2
3
3
4
4
16
80
Tinggi
24.
RS
3
3
2
3
4
15
75
Sedang
58 25.
SA
2
3
3
3
4
15
75
Sedang
26.
TA
3
3
4
4
3
17
85
Tinggi
27.
TJ
3
2
4
4
3
16
80
Tinggi
28.
YR
3
3
3
4
4
17
85
Tinggi
Total
2120
= 76 Berikut ini adalah uraian hasil refleksi pada siklus I: Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) belum sepenuhnya tampak. Meskipun sudah dijelaskan, tetapi masih ada siswa yang belum mengerti atau paham dalam pembuatan peta pikiran (mind mapping) untuk menulis karangan argumentasi. Disamping itu masih ada siswa yang belum mampu menulis karangan argumentasi yang sesuai dengan aturan penulisan yang benar. Hal ini mengakibatkan siswa belum sepenuhnya dapat menulis karangan argumentasi
berdasarkan peta pikiran (mind
mapping), sehingga nilai yang diperoleh siswa pada siklus I belum menunjukkan perubahan yang cukup berarti. Dengan nilai rata-rata kelas mencapai 76, siswa yang memperoleh nilai ≤75 (KKM) ada 8 siswa atau 29%, dan siswa yang memperoleh nilai ≥75 (KKM) yaitu 20 siswa atau 71%. Pembelajaran pada siklus I dikatakan berhasil apabila kemampuan
menulis
karangan
argumentasi
siswa
yang
memperoleh nilai ≥75 (KKM) mencapai 80%. Dari data diperoleh sebanyak 20 siswa atau 71% dari 28 siswa memperoleh nilai ≥75 (KKM). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) belum berhasil.
59 Selanjutnya dalam penelitian ini dilakukan observasi terhadap guru, berikut hasil observasi guru yang dilakukan pada siklus I :
Tabel 4.3 Hasil Observasi Guru Pada Siklus I Dilakukan No.
Aspek yang diamati
1.
Guru membuat RPP.
2.
Guru
Ya
A
√ pelajaran
√
Guru menanyakan kembali
√
membuka
Tidak
Penilaian B
C
√ √
dengan baik. 3.
pelajaran
yang
telah
√
lalu
kepada siswa (apersepsi) 4.
Guru menguasai materi ajar.
5.
Guru mengelola kelas dengan
√
√ √
√
baik. 6.
Guru
memberikan
tugas
√
√
kepada siswa. 7.
Guru
menggunakan
media
√
√
waktu
√
√
pembelajaran. 8.
Guru
memberikan
yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan tugas. 9.
Guru Bersikap terbuka dan
√
√
√
√
membantu. 10.
Guru
menutup
dengan baik.
pelajaran
60 Keterangan : A = Baik B = Cukup, C = Kurang Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilakukan
oleh
guru
pengamat/observer terhadap kegiatan mengajar peneliti. Diperoleh data bahwa 50% hasil pengamatan pada kategori baik dan 40% pada kategori cukup serta 10% pada kategori kurang. Pada hasil observasi tersebut dapat dilihat bahwa kekurangan peneliti ada dalam hal pengelolaan kelas.
2. Tindakan Siklus II. Tindakan siklus II dilaksanakan satu kali petemuan (2 × 45 menit) pada tanggal 10 November 2014. Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan pada siklus II adalah sebagai berikut :
i. Perencanaan. Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis karangan argumentasi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, tetapi belum berhasil dengan maksimal. Hal ini ditunjukkan masih ada 8 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi. Dari hasil tindakan siklus I, diadakan diskusi sekaligus konsultasi dengan guru kelas X-1 untuk mencari alternatif pemecahan agar dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada pokok materi menulis karangan argumentasi pada siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Dari diskusi
tersebut
diperoleh kesepakatan bahwa
pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu pertemuan 2 x 45 menit yaitu pada hari Senin, 10 November 2014. Hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) sebagai upaya untuk mengatasi kecukupan
61 yang ada yaitu menggunakan media gambar yang disesuaikan dengan pengalaman siswa. Adapun perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar atau indikator yang sesuai dengan menulis karangan argumentasi. Alasan memilih Kompetensi Dasar atau indikator tersebut adalah: a) Kompetensi dasar atau indikator tentang menulis karangan argumentasi sangat sulit dikuasai oleh siswa. Siswa banyak mengalami kesulitan pada indikator tersebut. b) Kompetensi Dasar atau indikator menulis karangan argumentasi tersebut nantinya dapat dipergunakan dalam
meningkatkan
kemampuan
siswa
dalam
keterampilan menulis lebih lanjut. c) Pemilihan Kompetensi Dasar atau indikator menulis karangan argumentasi didasarkan pada kurikulum yang berlaku. 2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun satu kali petemuan. Dalam satu pertemuan terdapat 2 jam pelajaran atau sekitar 90 menit. Pada siklus kedua dilaksanakan
pada
tanggal
Perencanaan
RPP
mencakup
10
November penentuan:
2014. Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, langkahlangkah / skenario pembelajaran, media, metode dan sumber pembelajaran serta sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir. 3. Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung. Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:
62 a. Ruang belajar. Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. Kursi diatur sedemikian rupa, kursi diatur dengan model U atau per individu. b. Gambar dan slide materi power point. Gambar
digunakan
sebagai
media
yang
memudahkan siswa dalam pembuatan peta pikiran (mind mapping). Gambar diperlihatkan dengan menggunakan
power
point
di
depan
kelas,
kemudian guru menjelaskan cara membuat peta pikiran
(mind
maping)
lalu
mencabang-
cabangkannya. Sementara itu, setiap siswa diberi kertas HVS yang sudah ada gambar dan tinggal mencabang-cabangkannya. c. Buku pelajaran. Buku pelajaran Bahasa Indonesia digunakan sebagai buku acuan belajar. Buku yang digunakan yaitu buku Pesona Bahasa dan Sastra Indonesia untuk kelas X SMA.
ii. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Siklus II dilaksanakan selama satu kali pertemuan. Pertemuan dilaksanakan pada hari Senin, 10 November 2014 pada jam pertama dan kedua yaitu pukul 07.10-08.30 WIB. Materi yang diajarkan adalah siswa dapat mengetahui karangan argumentasi secara mendalam, dan membuat peta pikiran
(mind
mapping)
dengan
baik.
Pembelajaran
dilaksanakan dengan menerapkan metode peta pikiran (mind mapping). Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah menggunakan media gambar.
63 a. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam lalu meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan presensi. Guru mengkondisikan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran.
Guru
memberikan
apersepsi
dengan
menyampaikan materi yang akan disampaikan, dan tanya
jawab
dengan
siswa
tentang
karangan
argumentasi dan metode peta pikiran. b. Pada kegiatan inti guru memulai dengan memberikan tugas kepada seluruh siswa untuk menulis karangan argumentasi. Guru memberikan penjelasan tentang penulisan karangan argumentasi yang benar. Kemudian guru memberikan lembaran kertas yang sudah berisi gambar kenaikan harga bahan bakar minyak, lalu siswa diminta untuk mencabang-cabangkan gambar tersebut sesuai dengan pendapat dan fakta yang ada. c. Kegiatan akhir pembelajaran diisi dengan guru bersama siswa
menyimpulkan
semua
hasil
kegiatan
pembelajaran. Setelah itu, guru menutup pembelajaran bahasa Indonesia.
iii. Observasi. Pada tahap observasi dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping). Observasi ini dilakukan dengan menggunakan RPP yang telah dibuat dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat menghasilkan perubahan pada hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga
pada
aspek
tindakan
guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan.
64 iv. Refleksi. Setelah
melaksanakan
observasi,
data-data
yang
diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui kendala sekaligus solusi pelaksanaan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada siklus II belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan siswa selama belajar maupun pada pencapaian hasil belajar kemampuan menulis karangan argumentasi.
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Siklus II Kelas
: X-1
Siklus : II
Hari/Tanggal : Senin, 10-11-2014 No.
Nama
Jumlah
Aspek 1
Waktu :90 Menit.
2
a
b
a
b
3
Aspek
Nilai
Tingkat Keberhasilan
1.
AD
2
3
3
4
4
16
80
Tinggi
2.
AH
2
3
4
4
3
16
80
Tinggi
3.
AN
3
2
3
4
4
16
80
Tinggi
4.
AP
2
3
3
3
4
15
75
Sedang
5.
AR
2
4
4
3
3
16
80
Tinggi
6.
AY
3
3
4
4
3
17
85
Tinggi
7.
DA
3
3
3
2
4
15
75
Sedang
8.
FJ
3
3
3
4
4
17
85
Tinggi
9.
GD
3
3
4
4
4
18
90
Tinggi
10.
HM
2
3
3
3
3
14
70
Rendah
11.
HN
2
3
3
3
4
15
75
Sedang
12.
HW
2
3
3
2
4
14
70
Rendah
13.
JW
2
2
3
3
3
13
65
Rendah
65 14.
LA
3
3
2
4
4
16
80
Tinggi
15.
LN
3
4
3
4
4
18
90
Tinggi
16.
MA
3
3
4
4
2
16
80
Tinggi
17.
MD
3
3
3
4
4
17
85
Tinggi
18.
MM
2
3
3
4
3
15
75
Sedang
19.
MT
2
3
3
3
3
14
70
Rendah
20.
NF
3
3
4
4
4
18
90
Tinggi
21.
NR
3
4
3
4
4
18
90
Tinggi
22.
PA
3
3
4
4
3
17
85
Tinggi
23.
RJ
3
3
3
4
4
17
85
Tinggi
24.
RS
3
3
4
4
2
16
80
Tinggi
25.
SA
3
3
4
4
3
17
85
Rendah
26.
TA
3
3
4
4
4
18
90
Tinggi
27.
TJ
3
3
3
4
4
17
85
Tinggi
28.
YR
3
3
4
4
4
18
90
Tinggi
Total
2270
= 81 Berikut ini adalah uraian hasil refleksi pada siklus II: Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) hampir sepenuhnya menunjukkan perubahan dari siklus sebelumnya. Siswa mengerti dan paham bagaimana membuat peta pikiran (mind mapping) yang digunakan untuk menulis karangan argumentasi. Siswa mampu mengembangkan peta pikiran mereka berdasarkan pendapat dan fakta yang ada, kemudian siswa dapat menuangkan pikirannya tersebut ke dalam bentuk paragraf dalam karangan argumentasi.
66 Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah dapat membuat karangan argumentasi dengan metode peta pikiran (mind mapping). Siswa juga sudah mampu menulis karangan argumentasi yang sesuai dengan aturan penulisan yang benar. Sehingga nilai yang diperoleh siswa pada siklus II telah menunjukkan perubahan yang cukup berarti dengan nilai rata-rata kelas mencapai 81, siswa yang memperoleh nilai ≤75 (KKM) ada 4 siswa atau 14% dan siswa yang memperoleh nilai ≥75 (KKM) yaitu 24 siswa atau 86%. Pembelajaran pada siklus II dikatakan berhasil apabila kemampuan menulis karangan argumentasi siswa yang memperoleh nilai ≥75 (KKM) mencapai 80%. Dari data diperoleh sebanyak 24 siswa atau 86% dari 28 siswa memperoleh nilai ≥75 (KKM). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) sudah berhasil. Namun peneliti akan mengadakan siklus ke III untuk menuntaskan penelitian atau agar seluruh siswa seluruhnya dapat memahami penggunaan metode peta pikiran ( mind mapping ). Berikut merupakan hasil observasi guru yang dilakukan pada siklus II.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Guru Pada Siklus II Dilakukan No.
Aspek yang diamati
1.
Guru membuat RPP.
2.
Guru
Ya
A
√ pelajaran
√
Guru menanyakan kembali
√
membuka
Tidak
Penilaian B
√ √
dengan baik. 3.
pelajaran
yang
telah
√
lalu
kepada siswa (apersepsi) 4.
Guru menguasai materi ajar.
√
√
C
67 5.
Guru mengelola kelas dengan
√
√
baik. 6.
Guru
memberikan
tugas
√
√
kepada siswa. 7.
Guru
menggunakan
media
√
√
waktu
√
√
√
√
pembelajaran. 8.
Guru
memberikan
yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan tugas. 9.
Guru Bersikap terbuka dan membantu.
10.
Guru
menutup
pelajaran
√
√
dengan baik.
Keterangan : A = Baik B = Cukup, C = Kurang Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilakukan
oleh
guru
pengamat/observer terhadap kegiatan mengajar peneliti. Diperoleh data bahwa 60% hasil pengamatan pada kategori baik dan 40% pada kategori cukup. Pada hasil observasi tersebut dapat dilihat bahwa kekurangan peneliti ada dalam hal pengelolaan kelas.
3. Tindakan Siklus III. Tindakan siklus III dilaksanakan satu kali petemuan (2 × 45 menit) pada tanggal 12 November 2014. Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan pada siklus III adalah sebagai berikut : i. Perencanaan. Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus II diketahui bahwa sudah banyak menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis karangan argumentasi pada siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, tetapi belum tuntas. Hal ini
68 ditunjukkan masih ada 4 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi. Dari hasil tindakan siklus II, diadakan diskusi sekaligus konsultasi dengan guru kelas X-1 untuk mencari alternatif pemecahan agar dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada pokok materi menulis karangan argumentasi pada siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Dari diskusi tersebut diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu pertemuan 2 x 45 menit yaitu pada hari Rabu, 12 November 2014. Hal yang perlu
diperbaiki
guru
dalam
pembelajaran
menulis
karangan argumentasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) sebagai upaya untuk mengatasi kecukupan yang ada yaitu menggunakan media gambar yang disesuaikan dengan pengalaman siswa serta membimbing langsung siswa yang mengalami kesulitan. Adapun perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus III meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut: 1. Menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar atau
indikator
yang
sesuai
dengan
menulis
karangan
argumentasi. Alasan memilih Kompetensi Dasar atau indikator tersebut adalah: a) Kompetensi dasar atau indikator tentang menulis karangan argumentasi sangat sulit dikuasai oleh siswa. b) Kompetensi Dasar atau indikator menulis karangan argumentasi tersebut nantinya dapat dipergunakan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan menulis lebih lanjut. c) Pemilihan Kompetensi Dasar atau indikator menulis karangan argumentasi didasarkan pada kurikulum yang berlaku.
69 2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
disusun
satu
kali
petemuan. Dalam satu pertemuan terdapat 2 jam pelajaran atau sekitar 90 menit. Pada siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 10 November 2014. Perencanaan RPP mencakup penentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, langkahlangkah / skenario pembelajaran, media, metode dan sumber pembelajaran serta sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir. 3. Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung. Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a. Ruang belajar. Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. Kursi diatur sedemikian rupa, kursi diatur dengan model U atau per individu. b. Gambar dan slide materi power point. Gambar digunakan sebagai media yang memudahkan siswa dalam pembuatan peta pikiran (mind mapping). Gambar diperlihatkan dengan menggunakan power point di depan kelas, kemudian guru menjelaskan cara membuat peta pikiran (mind maping) lalu mencabangcabangkannya. Sementara itu, setiap siswa diberi kertas HVS yang sudah ada gambar dan tinggal mencabangcabangkannya. c. Buku pelajaran. Buku pelajaran Bahasa Indonesia digunakan sebagai buku acuan belajar. Buku yang digunakan yaitu buku Pesona Bahasa dan Sastra Indonesia untuk kelas X SMA.
70 ii. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Siklus III dilaksanakan selama satu kali pertemuan. Pertemuan
dilaksnakan pada hari Rabu, 12
November 2014 pada jam kelima dan keenam yaitu pukul 10.10-11.30 WIB. Materi yang diajarkan adalah siswa dapat menggunakan metode peta pikiran ( mind mapping) dalam
menulis
karangan
argumentasi.
Pembelajaran
dilaksanakan dengan menerapkan metode peta pikiran (mind mapping). Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah menggunakan media gambar. a. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam lalu meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan
dengan
kegiatan
presensi.
Guru
mengkondisikan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Guru memberikan apersepsi dengan menyampaikan materi yang akan disampaikan, dan tanya jawab dengan siswa tentang karangan argumentasi dan metode peta pikiran. b. Pada kegiatan inti guru memulai dengan memberikan tugas kepada seluruh siswa untuk menulis karangan argumentasi. Guru memberikan penjelasan tentang penulisan karangan argumentasi yang benar. Kemudian guru memberikan lembaran kertas yang sudah berisi gambar kenaikan harga bahan bakar minyak, lalu siswa diminta untuk mencabangcabangkan gambar tersebut sesuai dengan pendapat dan fakta yang ada, kemudian dari cabang yang telah dibuat dikembangkan menjadi beberapa paragraf. c. Kegiatan akhir pembelajaran diisi dengan guru bersama siswa menyimpulkan semua hasil kegiatan pembelajaran. Setelah itu, guru menutup pembelajaran bahasa Indonesia.
71
iii. Observasi. Pada tahap observasi dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping). Observasi ini dilakukan dengan menggunakan RPP yang telah dibuat dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat menghasilkan perubahan pada hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Oleh karena itu pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan. iv. Refleksi. Setelah
melaksanakan
observasi,
data-data
yang
diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui kendala sekaligus
solusi.
Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada siklus III menunjukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan siswa selama belajar maupun pada pencapaian hasil belajar kemampuan menulis karangan argumentasi.
72 Tabel 4.6 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Siklus III Kelas
: X-1
Siklus : III
Hari/Tanggal : Rabu, 12-11-2014 No.
Nama
Jumlah
Aspek 1
Waktu :90 Menit.
2
a
b
a
b
3
Aspek
Nilai
Tingkat Keberhasilan
1.
AD
3
3
3
4
4
17
85
Tinggi
2.
AH
3
3
3
4
4
17
85
Tinggi
3.
AN
3
2
3
4
4
16
80
Tinggi
4.
AP
2
4
4
3
3
16
80
Tinggi
5.
AR
3
3
3
4
4
17
85
Tinggi
6.
AY
3
3
4
4
3
17
85
Tinggi
7.
DA
3
3
2
4
4
16
80
Tinggi
8.
FJ
3
4
4
4
3
18
90
Tinggi
9.
GD
3
4
4
4
4
19
95
Tinggi
10.
HM
2
2
4
4
3
15
75
Sedang
11.
HN
3
3
4
4
2
16
80
Tinggi
12.
HW
2
3
4
4
2
15
75
Sedang
13.
JW
2
3
3
4
3
15
75
Sedang
14.
LA
3
3
2
4
4
16
80
Tinggi
15.
LN
3
4
4
4
4
19
95
Tinggi
16.
MA
3
4
4
3
3
17
85
Tinggi
17.
MD
3
3
3
4
4
17
85
Tinggi
18.
MM
3
4
3
3
4
17
85
Tinggi
19.
MT
2
3
4
4
3
16
80
Tinggi
20.
NF
3
4
4
4
4
19
95
Tinggi
21.
NR
3
4
4
4
4
19
95
Tinggi
22.
PA
3
3
4
4
3
17
85
Tinggi
23.
RJ
3
3
3
4
4
17
85
Tinggi
24.
RS
3
3
4
4
3
17
85
Tinggi
73 25.
SA
3
3
4
4
4
18
90
Tinggi
26.
TA
3
3
4
4
4
18
90
Tinggi
27.
TJ
3
3
4
4
4
18
90
Tinggi
28.
YR
3
4
4
4
4
19
95
Tinggi
Total
2390
= 85 Berikut ini adalah uraian hasil refleksi pada siklus III: Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) sudah sepenuhnya menunjukkan perubahan dari siklus sebelumnya. Siswa mengerti dan paham bagaimana membuat peta pikiran (mind mapping) yang digunakan untuk menulis karangan argumentasi. Siswa mampu mengembangkan peta pikiran mereka berdasarkan pendapat dan fakta yang ada, kemudian siswa dapat menuangkan pikirannya tersebut ke dalam bentuk paragraf dalam karangan argumentasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah sepenuhnya dapat membuat karangan argumentasi dengan metode peta pikiran (mind mapping). Siswa juga sudah mampu menulis karangan argumentasi yang sesuai dengan aturan penulisan yang benar. Sehingga nilai yang diperoleh siswa pada siklus III telah menunjukkan perubahan yang cukup berarti dengan nilai rata-rata kelas mencapai 85, siswa yang memperoleh nilai ≤75 (KKM) tidak ada, dan siswa yang memperoleh nilai ≥75 (KKM) yaitu 28 siswa atau 100%. Pembelajaran
pada
siklus
III
dikatakan
berhasil
apabila
kemampuan menulis karangan argumentasi siswa yang memperoleh nilai ≥75 (KKM) mencapai 80%. Dari data diperoleh sebanyak 28 siswa atau 100% dari 28 siswa memperoleh nilai ≥75 (KKM). Hal ini menunjukkan
74 bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) sudah berhasil. Berikut merupakan hasil observasi guru yang dilakukan pada siklus III.
Tabel 4.7 Hasil Observasi Guru Pada Siklus III
Dilakukan No.
Aspek yang diamati
Ya
Tidak
Penilaian A
√
√
pelajaran
√
√
Guru menanyakan kembali
√
√
1.
Guru membuat RPP.
2.
Guru
membuka
dengan baik. 3.
pelajaran
yang
telah
lalu
kepada siswa (apersepsi) 4.
Guru menguasai materi ajar.
√
√
5.
Guru mengelola kelas dengan
√
√
√
√
baik. 6.
Guru
memberikan
tugas
kepada siswa. 7.
Guru
menggunakan
media
√
√
waktu
√
√
√
√
pembelajaran. 8.
Guru
memberikan
yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan tugas. 9.
Guru Bersikap terbuka dan membantu.
B
C
75 10.
Guru
menutup
√
pelajaran
√
dengan baik.
Keterangan : A = Baik B = Cukup, C = Kurang Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilakukan
oleh
guru
pengamat/observer terhadap kegiatan mengajar peneliti. Diperoleh data bahwa 90% hasil pengamatan pada kategori baik dan 10% pada kategori cukup. Pada hasil observasi tersebut dapat dilihat bahwa kekurangan peneliti ada dalam menutup pelajaran.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang sebanyak III siklus. Adapun pembahasan mengacu pada instrumen penelitian.
1) Hasil Menulis Karangan Argumentasi Siswa Tabel 4.8 Hasil Menulis Karangan Argumentasi Siswa Pada Pretes, Siklus I, Siklus II dan Siklus III No.
Nama
Pretes
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
AD
60
75
80
85
2.
AH
75
80
80
85
3.
AN
65
75
80
80
4.
AP
50
70
75
80
5.
AR
65
75
80
85
6.
AY
65
80
85
85
7.
DA
65
70
75
80
8.
FJ
70
80
85
90
9.
GD
80
85
90
95
76 10.
HM
50
65
70
75
11.
HN
60
70
75
80
12.
HW
55
65
70
75
13.
JW
50
60
65
75
14.
LA
60
75
80
80
15.
LN
80
85
90
95
16.
MA
70
75
80
85
17.
MD
75
80
85
85
18.
MM
60
70
75
85
19.
MT
65
65
70
80
20.
NF
80
80
90
95
21.
NR
80
85
90
95
22.
PA
70
75
85
85
23.
RJ
75
80
85
85
24.
RS
60
75
80
85
25.
SA
65
75
85
90
26.
TA
80
85
90
90
27.
TJ
75
80
85
90
28.
YR
75
85
90
95
36%
71%
86%
100%
Rata-rata %
Berdasarkan tabel di atas, dapat dibuktikan adanya peningkatan yang signifikan. Pada siklus I hanya 71% siswa yang mencapai KKM. Sedangkan pada siklus II sebanyak 86%, hal ini telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu sebanyak 80% siswa memenuhi KKM dari sekolah yaitu 75. Namun peneliti ingin menuntaskan penelitian dengan mengadakan siklus III dengan tingkat keberhasilan mencapai 100%.
2) Hasil Kuesioner Siswa. Angket yang digunakan dalam penelitian terdapat 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, dan tidak setuju. Selanjutnya
77 peneliti akan membahas satu persatu hasil angket yang digunakan dalam penelitian. a.
Pertanyaan nomor satu yaitu Saya tertarik mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan argumentasi, terdapat 16 siswa atau 57% menjawab sangat setuju, 10 siswa atau 36% menjawab setuju, dan 2 siswa atau 7% menjawab tidak setuju. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyukai pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan argumentasi.
b.
Pertanyaan nomor dua yaitu Saya
menyukai belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran mind mapping ini, terdapat 18 siswa atau 64% menjawab sangat setuju, 10 orang menjawab setuju 36%, dan 0 atau tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju ini membuktikan bahwa seluruh siswa menyukai penggunaan metode mind mapping dalam pembelajaran. c.
Pertanyaan nomor tiga Saya tidak menyukai belajar dengan menggunakan metode pembelajaran mind mapping ini, terdapat 0 atau tidak ada siswa yang menjawab sangat setuju dan setuju, serta 28 siswa atau 100% menjawab tidak setuju ini menunjukkan bahwa semua siswa menerima metode mind mapping dengan baik.
d.
Pertanyaan nomor empat, Saya merasa dengan menggunakan metode mind mapping lebih semangat mempelajari Bahasa Indonesia, khususnya materi tentang menulis karangan argumentasi. Dari pernyataan di atas terdapat 26 siswa atau 93% menjawab sangat setuju, 2 siswa atau 7% menjawab setuju, dan 0 atau tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju.
e.
Pertanyaan nomor lima, Saya merasa jenuh dengan penerapan metode mind mapping. Dari pertanyaan di atas terdapat 28 siswa atau 100% menjawab tidak setuju. Ini disebabkan karena siswa merasa metode mind mapping metode yang menyenangkan dan membantu dalam menuliskan gagasan mereka ke dalam sebuah karangan.
f.
Pertanyaan nomor enam, Saya memahami materi dengan baik setelah menggunakan metode mind mapping. Terdapat 25 siswa atau 89%
78 menjawab sangat setuju, 3 siswa atau 11% menjawab setuju dan 0 atau tidak ada yang menjawab tidak setuju. g.
Pertanyaan nomor tujuh, Saya lebih aktif dalam mengikuti tahapan pembelajaran mind mapping.Terdapat 20 siswa atau 71% menjawab sangat setuju, 5 siswa atau 18% menjawab setuju, dan 3 siswa atau 11% menjawab tidak setuju.
h.
Pertanyaan nomor delapan, Saya merasakan peningkatan dalam hasil belajar materi menulis karangan argumentasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
dengan menggunakan metode mind mapping.
Terdapat 26 siswa atau 93% menjawab sangat setuju, 2 siswa atau 7% menjawab setuju. i.
Pertanyaan nomor Sembilan, Saya menyukai cara guru mengajar dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan metode mind mapping. Terdapat 24 siswa atau 86% menjawab sangat setuju, dan 4 siswa atau 14% menjawab setuju.
j.
Pertanyaan nomor sepuluh, Saya berharap metode ini diterapkan dalam pokok bahasan lainnya. Terdapat 27 siswa atau 96% menjawab sangat setuju, dan 1 siswa atau 4% menjawab setuju untuk metode mind mapping ini dapat diterapkan di pokok bahasan lain. Kesimpulannya bahwa dari kuesioner yang peneliti berikan kepada
siswa sebgaian besar siswa setuju dengan penggunaan metode mind mapping dalam pelajaran bahasa Indonesia khususnya materi menulis karangan argumentasi. Selain itu dari kuesioner yersebut juga diketahui bahwa siswa berharap metode mind mapping ini dapat dilaksanakan di pokok bahasan lain, karena metode ini sangat membantu siswa dalam menuliskan banyak gagasan dan kemudian dituangkan dalam sebuah karangan.
79 3) Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Aktivitas guru pada siklus I diperoleh data bahwa 50% hasil pengamatan pada kategori baik dan 40% pada kategori cukup serta 10% pada kategori kurang. Akan tetapi pada siklus II terjadi peningkatan diperoleh data bahwa 60% hasil pengamatan pada kategori baik dan 40% pada kategori cukup, dan di siklus III diperoleh data bahwa 90% hasil pengamatan pada kategori baik dan 10% pada kategori cukup.
80
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bagian penutup berisi penjelasan tentang simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian. Simpulan dan saran tersebut sebagai berikut:
A. Simpulan Berdasarkan uraian pada bab
IV dapat
disimpulkan bahwa
pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan metode peta pikiran ( mind mapping ) di kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang terbukti efektif meningkatkan prestasi belajar siswa dalam memahami materi argumentasi. Peningkatan keterampilan menulis karangan argumentasi dengan menggunakan metode peta pikiran ( mind mapping ) dapat dibuktikan yaitu dengan nilai rata-rata siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76. Tetapi masih terdapat angka siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa 81. Namun karena ada siswa yang belum tuntas di lanjutkan pada siklus III. Pada siklus III seluruh siswa tuntas dengan nilai rata-rata siswa 85. Dengan demikian jika dipersentasekan hasil rata-rata siklus I, siklus II dan siklus III adalah 85,3%. Hal ini telah membuktikan bahwa penelitian ini berhasil. Keberhasilan penelitian ini mencapai 100% siswa memenuhi KKM adapun KKM yang telah ditentukan yaitu 75. Setelah
belajar
dengan
menggunakan
metode
peta
pikiran
( mind mapping ), motivasi belajar siswa semakin meningkat, siswa merasa lebih mudah untuk menulis karangan argumentasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan media peta pikiran terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan argumentasi.
81
B. Saran Berdasarkan simpulan di atas yang menyatakan bahwa tingkat pemahaman siswa selalu meningkat pada setiap siklusnya. Maka penulis menyampaikan saran: 1.
Guru hendaknya mampu memberikan motivasi kepada siswanya agar dapat meningkatkan prestasi belajar.
2.
Dalam
pembelajaran
hendaknya
menggunakan
metode
pembelajaran yang berbeda dari biasa yang digunakan, agar siswa menjadi semangat dalam belajar dan memudahkan mereka dalam memahami pelajaran. 3.
Guru diharapkan untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan pendidikan.
4.
Bagi peneliti, selanjutnya diharapkan dapat menggunakan inovasiinovasi yang baru dalam meningkatkan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti ; Maidar. G. Arsjad dan Sakura. H. Ridwan. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga. Cet. Ke-12, 1999. Anwar, Rosihan. Bahasa Jurnalistik Indonesia & Komposisi. Yogyakarta : Media Abadi, 2004 Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas untuk : Guru. Bandung : Yrama Widya, 2008 Buzan, Tony. Buku Pintar Mind Map untuk Anak. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008. Buzan, Tony. Mind Mapping. Jakarta : Gramedia, 2008. Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Mendiknas Nomor 20Tahun 2007 tentang Standar Penilaian. Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Non Jurusan Bahasa. Yogyakarta : Diksi Insan Mulia. Cet. Ke-16, 2009. Hamid, Moh Sholeh. Standar Mutu Penilaian dalam Kelas. Jogjakarta : DIVA Press. Cet. Pertama, 2011. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : Remaja Rosdakarya. Cet. Pertama 2008. Ismail, Taufiq. Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Karakter Bangsa. Dalam Seminar Nasional Festival Bulan Bahasa. Ciputat, 2011. Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Cet. Ke-18, 2010. Kuncoro, Mudrajad. Mahir Menulis. Jakarta : Erlangga, 2009. Kuntarto, Niknik. M. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta : Mitra Wacana Media. Cet. Kedelapan, 2010. Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta : FITK UIN Jakarta, 2004. Nurjamal, Daeng ; Warta Sumirat dan Riadi Darwis. Terampil Berbahasa. Bandung : ALFABETA. Cet. Kedua, 2011.
Patunru, Arifuddin. A. Berbagai Ilmu Penulisan. Dalam Majalah Lentera Citra edisi No. 02, 2012. Porter, De Bobbi ; Mark Reardon dan Sarah Singer-Nourie. Quantum Teaching. Bandung : Kaifa, 2001. Tarigan, Henry Guntur. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. Cet. Pertama. 1994. Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo, 2007. Resmini, Novi dan Dadan Juanda. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung : UPI Press. Cet. Kesatu, 2007. Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern English Press, 1991. Silberman, Melvin. L. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Penerbit Nusa Media. Cet. Ke-14, 2011. Sudarno dan Enan. A. Rahman. Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Hikmat Syahid Indah. Cet. Pertama, 1986. Sukino. Menulis itu Mudah. Yogyakarta : Pustaka Populer LKiS, 2010. Wibowo, Wahyu. Manajemen Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003. Yunus, Mohammad dan Suparno. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003. http://www.e-bookspdf.org/rafinawidowati/respository.edu.upi, Rafina Widowati, Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Melalui Pemanfaatan Media Artikel Opini. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, Muhammad Faiq, Teknik Mind Mapping Mengorganisasi Materi Pembelajaran.
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
No.
Proses KBM
Kriteria Kurang
1.
Guru Membuat RPP
2.
Guru membuka dan menutup pelajaran dengan
Cukup
Baik
baik. 3.
Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan yang sebelumnya.
4.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5.
Guru memberikan motivasi yang positif terhadap siswa selama proses KBM berlangsung.
6.
Guru memberikan tugas kepada siswa.
7.
Guru memberika pertanyaan atau menanggapi/menjawab pertanyaan siswa.
8.
Guru memberikan kesimpulan pada akhir proses KBM.
Pamulang,
2014
Guru Bahasa Indonesia
(
)