perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 MAGETAN
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Oleh : AGUS PRIHANDOKO
S441108001
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 MAGETAN
TESIS Oleh : AGUS PRIHANDOKO
S441108001
Komisi
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd -------------
04 - 12 - 2012
NIP.19620407 198703 1 003
Pembimbing II
Prof. Dr. Sumarlam M.S
---------------
NIP. 19620309 198703 1 001
Telah dinyatakan memenuhi syarat 2012
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd NIP.19620407 198703 1 003
commit to user ii
17 - 12 - 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 MAGETAN
TESIS Oleh Agus Prihandoko S441108001 Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. NIP. 194403151978041001
................
Januari 2013
Seketaris
Prof. Dr. Andayani, M.Pd. NIP. 196010301986012001
...............
Januari 2013
Anggota Penguji Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. NIP. 196204071987031003 Prof. Dr. Sumarlam, M.S. NIP. 196203091987031001
Januari 2013
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal .........Januari 2013 Mengetahui Direktur Program Pascasarjana UNS Jawa
Ketua Program Studi PBI M.U. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP. 196107171986011001
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. NIP. 196204071987031003
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
MOTTO
-orang yang beriman diantara kamu dan orangorang yang berilmu (Q.S Al Mujaadalah)
Orang yang merasa suci adalah orang yang paling kotor. Orang yang merasa (Penulis)
(Penulis)
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
PERSEMBAHAN Doa, harapan, senyuman, motivasi dan semangat yang kalian curahkan dengan penuh kasih sayang, saya persembahkan lewat karya ini. 1. Allah AWT yang senantiasa memberikan hidayah, rezeki dan karunia-Nya kepada saya. 2. Bapak Harjo Sukarto, Ibu Sugi dan Ibu Setiyoso yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi sehingga tesis ini terselesaikan dengan lancar. 3. Istriku tercinta Nova Wistarina yang senantiasa mendampingiku, mendoakan dan memberi support sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan lancar. 4. Putriku tercinta Castra Magistra Citra Kusuma. Kamu adalah anugrah dari Allah yang melengkapi kebahagianku. Semoga tesis ini kelak menjadi motivasi untukmu untuk menimba ilmu dan memperoleh pendidikan yang tinggi. 5. Teman-temanku seperjuangan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesi Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa angkatan 2011 yang selalu memberikan dorongan sehingga terselesaikan tesis ini.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis
yang
berjudul
:
PENINGKATAN
KEMAMPUAN
MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS VIIIC SMP NEGERI 4 MAGETAN ini adalah karya saya sendiri bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010) 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author atau PPs UNS sebagai institusinya, apabila dalam waktu sekurang
kurangnya
satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka prodi bahasa Indonesia, minat utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Bahasa Indonesia minat utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarta,
Januari 2013
Mahasiswa
Agus Prihandoko
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat Nya, penulis memperoleh kekuatan dan kesabaran sehingga tesis ini yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat dengan Pendekatan Quantum Learning pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan dapat terselesaikan dengan lancar. Dalam penulisan ini, banyak hambatan dan rintangan yang penulis alami. Namun, hambatan dan rintangan ini dapat diatasi berkat bimbingan, semangat, motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti study lanjut S2 Pendidikan Bahasa Indonesia.
2.
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan sekaligus menjadi dosen pembimbing I, yang sangat teliti memberikan bimbingan dan senantiasa memberi masukan kepada penulis sehingga tesis ini dapat tersusun dengan baik
3.
Prof. Dr. Sumarlam M.S., sebagai dosen pembimbing II yang telah memberi bimbingan, semangat dan masukan yang sangat berarti sehingga tesis ini bisa terselesaikan sesuai dengan harapan.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
4.
Drs. Setyo Budi, Kepala SMP Negeri 4 Magetan yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan menggunakan sarana dan prasarana yang menunjang penelitian ini.
5.
Susilo Triwibowo, S.Pd., sebagai guru Bahasa Jawa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan yang telah membantu pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir.
6.
Bapak Harjo Sukarto dan ibu Sugi yang selalu memberi kasih sayang dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
7.
Ibu Setiyoso yang memberi dorongan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
8.
Istriku tercinta Nova Wistarina yang senantiasa mendampingiku, mendoakan dan memberi support sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan lancar.
9.
Anakku Castra Magistra Citra Kusuma yang selalu menginpirasi untuk terus belajar dan menuntut ilmu. Semoga amal dan dharma semua pihak yang penulis sebutkan di atas mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan, amin.
Surakarta,
Januari 2013
Agus Prihandoko
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
DAFTAR ISI JUDUL .............................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI.........................................
iii
MOTTO ...........................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................
v
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS .................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xv
ABSTRAK ....................................................................................................... xviii SARIPATHI ......................................................................................................
xix
ABSTRACT .......................................................................................................
xx
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................
6
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka ................................................................................
8
B. Landasan Teori..................................................................................
10
1.
Hakikat
Kemampuan
menemukan
Isi
Pesan
Tembang
Macapat .....................................................................................
10
a.
Pengertian Kemampuan ......................................................
10
b.
Isi Pesan Tembang Macapat ................................................
12
c.
Pengertian Tembang Macapat ............................................
14
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
2.
d.
Jenis Tembang Macapat ......................................................
18
e.
Watak Tembang Macapat ....................................................
20
f.
Tembang Macapat di SMP Magetan ...................................
28
Hakikat Quantum Learning .......................................................
31
a.
Pengertian Quantum Learning.............................................
31
b.
Sejarah Munculnya Quantum Learning...............................
41
c.
Asas Utama Quantum Learning ..........................................
44
d.
Prinsip Utama Quantum Learning .......................................
45
e.
Dasar Pemikiran Quantum Learning ...................................
47
f.
Karakteristik Umum Quantum Learning .............................
48
g.
Model Quantum Learning dalam Pembelajaran di Kelas ....
54
h.
TANDUR Sebagai Kerangka Perancangan
i. 3.
Quantum
Learning ...............................................................................
56
Kelebihan dan Kekurangan Quantum Learning ..................
59
Peran Sikap Positif dalam Pembelajaran Tembang Macapat dengan Pendekatan Quantum Learning ......................................
60
a.
Pengertian Sikap ..................................................................
60
b.
Macam-macam Sikap ..........................................................
63
c.
Ciri-ciri dan Fungsi Sikap ....................................................
66
d.
Komponen Sikap .................................................................
70
e.
Pengukuran Sikap ................................................................
72
f.
Faktor Penyebab Perubahan Sikap ......................................
76
C. Kerangka Berpikir ..............................................................................
77
1.
Quantum Learning dalam Upaya Meningkatkan Sikap Positif terhadap Pembelajaran Tembang Macapat .................................
2.
77
Quantum Learning dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat ...........................
78
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu .............................................................................
82
B. Jenis Penelitian...................................................................................
84
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
C. Subjek Penelitian ...............................................................................
85
D. Data dan Sumber Data .......................................................................
86
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
87
F. Validitas Data.....................................................................................
90
G. Teknik Analisis Data..........................................................................
90
H. Indikator Keberhasilan .......................................................................
91
I.
92
Prosedur Penelitian ............................................................................
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal .....................................................................
95
B. Deskripsi Hasil Penelitian ..................................................................
96
1.
Siklus I ........................................................................................
97
a.
Perencanaan Tindakan Siklus I............................................
97
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I ............................................
99
c.
Observasi dan Interpretasi Siklus I .....................................
104
d.
Analisis dan Refleksi Siklus I ..............................................
110
Siklus II .......................................................................................
111
a.
Perencanaan Tindakan Siklus II ..........................................
111
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II ...........................................
115
c.
Observasi dan interpretasi Siklus II .....................................
119
d.
Analisis dan Refleksi Siklus II ............................................
123
Siklus III .....................................................................................
125
a.
Perencanaan Tindakan Siklus III .........................................
125
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus III .........................................
126
c.
Observasi dan interpretasi Siklus III....................................
131
d.
Analisis dan refleksi Siklus III ............................................
131
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................
135
2.
3.
1.
Peningkatan Sikap Positif dalam Pembelajaran Tembang Macapat
dengan
Penerapan
Pendekatan
Quantum
Learning ......................................................................................
commit to user xi
137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
2.
Siswa Mengalami Peningkatan Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat ................................................
143
V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN a.
Simpulan ............................................................................................
146
b.
Implikasi ............................................................................................
147
c.
Saran ..................................................................................................
148
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
150
LAMPIRAN .....................................................................................................
155
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
DAFTAR TABEL
1.
Tabel 1. Komponen Sikap ......................................................................
72
2.
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian....................................................
82
3.
Tabel 3. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Siklus I.......................................................................
4.
Tabel 4. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Siklus II .....................................................................
5.
109
123
Tabel 5. Hasil Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Siklus III ....................................................................
135
6.
Tabel 6. Persentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran .....................
139
7.
Tabel 7. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 4 Magetan ............
commit to user xiii
145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
DAFTAR GAMBAR 1.
Gambar 1.
Sikap Siswa dalam Mengikuti Pelajaran .............................
207
2.
Gambar 2.
Sikap Siswa dalam Diskusi Kelompok ................................
120
3.
Gambar 3.
Guru memancing Siswa Untuk Aktif dalam Pembelajaran .
121
4.
Gambar 4.
Histogram
Persentase
Siswa
yang
Aktif
dalam
Pembelajaran........................................................................ 5.
Gambar 5.
139
Histogram Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat ...............................................................
commit to user xiv
145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Lampiran ...................................................................................................
155
2.
Surat Permohonan Ijin Penelitian .............................................................
156
3.
Pra-Siklus ..................................................................................................
157
4.
Lampiran 1.
Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru .........
158
5.
Lampiran 2.
Catatan Lapangan Observasi Pra Tindakan ....................
161
6.
Siklus I ......................................................................................................
164
7.
Lampiran 3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .................
165
8.
Lampiran 4.
Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus I) ..........................................
9.
Lampiran 5.
171
Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus I) .........................................
174
10. Lampiran 6.
Jurnal Refleksi Guru Siklus I ..........................................
177
11. Lampiran 7.
Jurnal Refleksi Siswa Siklus II .......................................
178
12. Lampiran 8.
Instrumen Penilaian RPP Siklus I ...................................
179
13. Lampiran 9.
Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran Menemukan
Isi
dan
Pesan
Tembang
Macapat
(Siklus I) .......................................................................... 14. Lampiran 10.
181
Lembar Penilaian Kinerja Siswa dalam Pembelajaran Menemukan
Isi
dan
Pesan
Tembang
Macapat
(Siklus I) ..........................................................................
185
15. Lampiran 11. Soal Kompetensi Tembang macapat Siklus I .................
188
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
16. Lampiran 12.
Lembar Penilaian Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Kelas VIIIC SMP Negeri 4 Magetan (siklus I) ...........................................................
189
17. Siklus II .....................................................................................................
191
18. Lampiran 13.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II) ..............
192
19. Lampiran 14.
Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus II).........................................
20. Lampiran 15.
198
Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus II) ........................................
201
21. Lampiran 16.
Jurnal Refleksi Guru Siklus II .........................................
204
22. Lampiran 17.
Jurnal Refleksi Siswa Siklus II .......................................
205
23. Lampiran 18.
Instrumen Penilaian RPP Siklus II ..................................
206
24. Lampiran 19.
Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran Menemukan
Isi
dan
Pesan
Tembang
Macapat
(Siklus II) ........................................................................ 25. Lampiran 20.
208
Lembar Penilaian Kinerja Siswa dalam Pembelajaran Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Kelas VIIIC
dengan
Pendekatan
Quantum
Learning
(Siklus II) ........................................................................
212
26. Lampiran 21. Soal Kompetensi Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat (Siklus II) ..............................
215
27. Lampiran 22. Lembar Penilaian Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Siklus II..................................
commit to user xvi
216
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
28. Siklus III....................................................................................................
218
29. Lampiran 23.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus III) .............
219
30. Lampiran 24.
Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus III) ......................................
31. Lampiran 25.
225
Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus III) ......................................
228
32. Lampiran 26.
Jurnal Refleksi Guru Siklus III .......................................
231
33. Lampiran 27.
Jurnal Refleksi Siswa Siklus III .....................................
232
34. Lampiran 28.
Instrumen Penilaian RPP Siklus III ................................
233
35. Lampiran 29.
Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam pembelajaran Menemukan
Isi
dan
Pesan
Tembang
Macapat
Siklus III .......................................................................... 36. Lampiran 30.
235
Lembar Penilaian Kinerja Siswa dalam Pembelajaran Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Kelas VIIIC dengan Pendekatan Quantum Learning di SMP Negeri 4 Magetan (Siklus III) .........................................
37. Lampiran 31. Soal Kompetensi Kemampuan Menemukan
239
Isi dan
Pesan Tembang Macapat Siklus III ...............................
242
38. Lampiran 32. Lembar Penilaian Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Siklus III ................................
commit to user xvii
244
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
ABSTRAK Agus Prihandoko. S441108001. Peningkatan Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Dengan Pendekatan Quantum Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. Pembimbing II: Prof. Dr. Sumarlam, M.S. Program Pascasarjana Program Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kemampuam menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan pendekatan quantum learning pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan selama 6 bulan, mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang bersifat reflektif, yang berangkat dari permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah dan tindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata terencana dan terstruktur. Strategi penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa dan guru kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Sumber data penelitian berupa peristiwa pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan pendekatan quantum learning, siswa dan guru, dan dokumen terkait. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan, wawancara, tes, dan analisis dokumen. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi metode dan trianggulasi sumber. Teknik Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat di kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan mengalami peningkatan yang siknifikan. Hal ini terlihat dari sikap positif siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan. Dari pantauan keaktifan siswa pada siklus I mencapai 15 siswa (44%). Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan yang lumayan tajam yaitu sebesar 25 siswa (74%). Pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 28 siswa (84%) yang aktif dalam pembelajaran. Hasil rerata kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat mengalami peningkatan. Pada siklus I rerata 59,5, siklus II rerata 78,7, dan siklus III rarata 83,7 Kata Kunci: Tembang macapat, quantum learning
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
SARIPATHI Agus Prihandoko. S441108001. Peningkatan Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Dengan Pendekatan Quantum Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. Pembimbing II: Prof. Dr. Sumarlam, M.S. Program Pascasarjana Program Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta. Panaliten punika ancasipun kangge ningkataken kasagedan manggihaken wos lan pesen tembang macapat kanthi pendekatan quantum learning siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Panaliten punika dipunlaksanaakaken wonten ing kelas VIIIC SMP Negeri 4 Magetan sadangunipun 6 wulan, wiwit wulan Agustus 2012 ngantos wulan Januari 2013. Peneliten punika kalebet penelitian tindakan kelas. Strategi panaliten ingkang dipunginakaken inggih punika deskriptif kualitatif. Subjek panaliten inggih punika siswa lan guru kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Sumber data panaliten arupi prastawa pasinaon manggihaken wos lan pesen tembang macapat kanthi pendekatan quantum learning, siswa lan guru, sarta dokumen ingkang wonten gegayutanipun. Teknik kangge ngempalaken dhata ing panaliten punika inggih punika pengamatan, wawancara, tes, lan analisis dokumen. Uji validitas dhata ingkang dipunginakaken ing panaliten inggih punika trianggulasi metode lan trianggulasi sumber. Teknik Analisis ingkang dipunginakaken inggih punika kanthi teknik deskriptif komparatif lan teknik deskriptif kualitatif. Asil panaliten nedahaken bilih mutu pasinaon manggihaken wos lan pesen tembang macapat ing kelas VIII C SMP 4 Magetan ngalami peningkatan ingkang siknifikan. Kawontenan punika saged dipuntingali saking solah bawanipun siswa ingkang positif ing salebeting ndhereki proses pasinaon ingkang ngalami peningkatan ingkang kathah. Sasampunipun dipunjingglengi aktifipun siswa, ing siklus I saget ngantos dumugi 15 siswa (44%). Ing siklus II keaktifan siswa ngalami peningkatan ingkang kathah inggih punika 25 siswa (74%). Ing siklus III nemahi peningkatan 28 siswa (84%) ingkang aktif ing salebeting pasinaon. Asil rerata kasagedan manggihaken wos lan pesen tembang macapat ngalami peningkatan. Ing salebeting siklus I rerata 59,5, siklus II rerata 78,7, lan siklus III rarata 83,7. Tembung Kunci: Tembang macapat, quantum learning
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
ABSTRACT Agus Prihandoko. S441108001. Improving the Ability in Finding the Content and Message of Tembang Macapat using Quantum Learning Approach to grade VIII C students of SMP Negeri 4 Magetan. Thesis. Counselor I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. Counselor II: Prof. Dr. Sumarlam, M.S. Indonesian Language Education Study Program of Postgraduate Program of Javanese Language and Letter Education main concentration (S2) of Surakarta Sebelas Maret University. The purposes of this research are to improve the quality of instructional in finding the content and message of tembang macapat using quantum learning approach to the grade VIII C students of SMP Negeri 4 Magetan. This research was conducted in six months, started from August 2012 until January 2013. This research was a classroom action research. The research used was qualitative descriptive. The research subjects were the students and the teacher of grade VIII C of SMP Negeri 4 Magetan. The research was instructional activity in finding the content and message of tembang macapat using quantum learning approach, the students and teacher, and related documents. The techniques of collecting data used in this reseach were observation, interview, test and document analysis. The data validation test used in this research were method triangulation and source triangulation. The technique of analyzing data used were comparative descriptive technique and qualitative descriptive technique. The result of this research showed that the instructional quality in finding the content and message of tembang macapat in grade VIII C of SMP Negeri 4 Magetan improved significantly. It could be seen from the improvement of the process. The students who were active in cycle I were 15 students (44%). In cycle II the students who were active increased sharply until 25 students (74%). In cycle III the students who were active increased up to 28 students (84%). The mean value of ability in finding the content and the message increased. The mean value of cycle I was 59,5, cycle II was 78,7 and cycle III was 83,7. Keywords: Tembang macapat, quantum learning
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan siswa SMP Negeri 4 Magetan dalam pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat masih sangat rendah. Dari hasil kajian hasil tes menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapat nilai yang sangat rendah. Keadaan ini tentu merisaukan guru bahasa Jawa. Harapan guru seakan kandas oleh realitas yang dihadapi. Apalagi jika hal ini dibiarkan berlarurlarut maka akan menjadi pukulan berat bagi guru bersangkutan dalam menjalankan tugas profesinya. Dan pada gilirannya tujuan pendidikan nasional tidak akan tercapai. Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan sikap positif siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa Jawa. Sikap positif siswa seperti aktif, serius dan berfikir positif akan menentukan hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa Jawa. Maka dari pada itu, sikap positif siswa harus ditumbuhkan agar dalam proses pembelajaran menghasilkan output yang memuasakan. Dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan terlihat jelas bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran bahasa Jawa. Ketika guru mengajarkan materi tembang macapat, banyak siswa yang berbicara sendiri, mengantuk dan pikirannya tidak fokus pada pelajaran. Siswa mengikuti pelajaran hanya sebagai rutinitas sehari-hari. Belajar sebagai sebuah kegembiraan belum nampak sama sekali, sehingga proses pembelajaran terkesan berjalan sangat lamban dan membosankan.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yakni (1) guru cenderung menggunakan teacher-centered approach dalam proses pembelajaran, (2) guru hanya menggunakan metode ceramah (3) suasana pembelajaran yang tidak ditata secara baik, dan (4) penggunaan strategi belajar yang kurang tepat. Pendekatan yang berorientasi pada guru cenderung menganggap bahwa guru memegang peran yang sangat penting. Oleh karena pentingnya peran guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru. Guru memiliki otoritas dalam menentukan rencana, menyampaikan informasi dan mengevaluasi hasil belajar. Dalam perannya sebagai penyampai informasi, sering guru menggunakan metode ceramah sebagai metode utama. Pendekatan ini menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran. Siswa dianggap sebagai organisme, yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga melalui proses belajar mereka dituntut untuk memahami segala sesuatu yang diberikan guru (Sanjaya, 2011: 96-97) Metode ceramah cenderung menempatkan siswa pada posisi yang pasif. Peran guru sangat dominan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilatarbelakangi oleh sebuah keyakinan bahwa belajar adalah proses transformasi informasi dari guru kepada siswa. Guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya, sedangkan siswa hanya menerima informasi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa metode ceramah kurang melibatkan mental siswa dalam belajar. Jika belajar hanya dipandang sebagai proses transformasi informasi maka proses pembelajaran akan mengalami kegagalan karena tidak melibatkan peran mental siswa. Belajar seharusnya dipandang sebagai proses mental yang terjadi pada dalam diri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
seseorang, sehingga belajar menyebabkan munculnya perubahan perilaku siswa. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari, termasuk dengan guru itu sendiri. Suasana belajar yang kondusif akan berdampak pada hasil belajar siswa. Suasana belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan belum ditata dengan baik. Suasana yang ada tidak memberi peran dan tidak membawa pesan apa-apa kepada siswa dalam mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Padahal lingkungan belajar atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis. Suasana yang baik adalah suasana yang penuh dengan keterlibatan emosi siswa. Dikatakan demikian karena suasana yang dibangun akan memberi sugesti kepada siswa dalam proses pembelajaran. Strategi belajar sangat penting dalam membantu siswa meraih tujuan yang hendak dicapai. Pemilihan strategi yang kurang tepat akan menyebabkan kegagalan siswa dalam mempelajari materi. Strategi pembelajaran seperti pemain sepak bola yang menggunakan taktik untuk memenangkan pertandingan, ketika mereka berada di stadium. Siswa menggunakan strategi pembelajaran untuk mempelajari sesuatu dengan sukses (Chien Kuo Lee, 2010:135) Dari keempat penyebab tersebut yang merupakan penyebab utama adalah penggunaan pendekatan dan metode guru yang kurang tepat. Dalam menggunakan pendekatan dan metode, seharusnya guru mempertimbangkan beberapa hal agar tujuan pembelajaran dapat terwujud. Pertimbangan tersebut antara lain: (1) pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, (2) pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, (3)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
pertimbangan dari sudut siswa, dan (4) pertimbangan-pertimbangan lain, seperti: apakah metode itu memiliki efektivitas dan efisiensi? Permasalahan tersebut harus segera mendapat perhatian dan segera mendapatkan pendekatan pembelajaran pengganti yang sesuai agar siswa mampu mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pendekatan yang tepat, yang mampu mengatasi persoalan tersebut adalah pendekatan pembelajaran quantum learning. Pendekatan quantum learning sangat tepat dan cocok digunakan untuk pembelajaran
di
ruang
kelas
oleh
guru.
Quantum
learning
yang
diimplementasikan diruang kelas, oleh DePorter disebut dengan istilah Quantum Teaching. Dalam bukunya yang bejudul Quantum Teaching: Mempraktekan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, DePorter membagi dua seksi utama: konteks dan isi. Dalam seksi konteks, DePorter menguraikan beberapa hal, diantaranya (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3) lingkungan yang mendukung, dan (4) rancangan belajar yang dinamis. Sementara itu bagian isi, DePorter menguraikan tentang (1) penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3) keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup. Penerapan pendekatan quantum teaching di kelas untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan isi dan pesan Tembang macapat, didasarkan
pada
beberapa
pertimbangan.
Pertama,
quantum
teaching
menguraikan beberapa metode atau cara-cara baru yang akan lebih memudahkan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran lewat pemaduan seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah. Apapun mata pelajaran yang diajarkan akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
lebih mudah ketika guru menggunakan pendekatan quantum teaching. Dengan menggunakan pendekatan quantum teaching, guru akan menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa. Kedua, quantum teaching merupakan ramuan dari berbagai teori pendidikan yang selaras dengan fungsi kerja otak, sehingga akan mampu meningkatakan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi. Di samping itu, quantum teaching juga menawarkan suatu sistesis antara cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran guru melalui perkembangan hubungan, penggabungan belajar, dan penyampaian kurikulum. Atas dasar pertimbangan tersebut maka quantum learning diyakini mampu mengatasi persoalan-persoalan di kelas dalam mengajarkan materi kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat oleh guru. Dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan, siswa akan lebih termotivasi melakukan pencarian dan penjelajahan sesuai dengan karakter siswa yang masih memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Potensi siswa yang ada akan mendapat penyaluran yang tepat sehing kehidupannya. Dari uraian tersebut maka penulis melaksanakan penelitian dengan judul Tembang Macapat Dengan Pendekatan Quantum learning Pada Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian: 1. Apakah penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan sikap positif siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan dalam pembelajaran menemukan isi dan pesan tembeng macapat? 2. Apakah penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan sikap positif siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan terhadap pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat melalui pendekatan quantum learning. 2. Meningkatkan kemampuan menemukan isi pesan tembang macapat siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan melalui pendekatan quantum learning.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Siswa a.
Siswa lebih termotivasi belajarnya untuk meningkatkan proses belajarnya.
b.
Siswa dapat menemukan isi pesan tembang macapat.
c.
Siswa bisa melantunkan tembang macapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
2. Guru Bahasa Jawa a.
Memperbaiki proses pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Jawa tentang menemukan isi dan pesan tembang macapat.
b.
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
c.
Menambah pengetahuan tentang pembelajaran bahasa Jawa yang sesuai dengan perkembangan peserta didik.
d.
Membantu guru meningkatkan kinerjanya sebagai guru professional.
e.
Membantu guru untuk lebih kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang inovatif.
3. Manfaat bagi sekolah a.
Penelitian tindakan kelas ini akan mendorong inovasi para guru untuk meningkatkan pretasi sekolah
b.
Mendorong sekolah untuk mengembangkan kurikulum bahasa Jawa yang memenuhi kebutuhan siswa.
c.
Sebagai gambaran penerapan kegiatan pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat dan cara penyelesaiannya.
d.
Memberi pengalaman kepada sekolah berkaitan dengan penelitian tindakan kelas.
e.
Memberi informasi ilmiah tentang pembelajaran bahasa Jawa untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Jawa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang penerapan pendekatan quantum learning sudah pernah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar. Dibawah ini akan diuraikan hasil beberapa penelitian tentang penerapan quantum learning yang relevan dengan penelitian ini. Rita Purbawanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan ketrampilan Menyimak Puisi Melalui Metode Quantum Learning Pada Siswa Kelas X6 MAN 2 Madiun Tahun Ajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa penerapan quantum learning dapat meningkatkan ketrampilan menyimak puisi. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan minimal, yaitu pada siklus I adalah 16 siswa dari 36 siswa (44,44%). Pada siklus II menjadi 27 siswa (27%) dan meningkat lagi pada siklus 3, yaitu 29 siswa (80,33%) Ellen Inderasari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Pengalaman Melalui Pendekatan Quantum Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kanigoro, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun), menunjukan bahwa penerapan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan menulis pengalaman dalam pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas pada kemampuan menulis pengalaman bahasa
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Indonesia meningkat 28,52%. Selain itu, dengan pendekatan quantum learning sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia
mengalami
perubahan dari siswa yang semula sering menunjukkan sikap negatif berubah menjadi sikap positif Fajar Sri Utami (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan
Keterampilan Menulis Deskripsi Dengan Pendekatan Quantum
Learning Pada Siswa Kelas IV SD 3 Demaan Kecamatan Kota Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009, menunjukan bahwa penerapan quantum learning dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas pada Keterampilan Menulis Deskripsi meningkat 20%. Selain itu, dengan pendekatan quantum learning sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran semakin baik, antusias dan semangat. DePorter, Mark Reardon dan Sarah Singer Nurie (1999) pernah melakukan penelitian di 5 negara bagian di USA. Mereka menyatakan bahwa teknik-teknik yang dianjurkan untuk diterapkan di dalam pembelajaran berdasarkan paradigma quantum learning dapat bermanfaat untuk mengembangkan dan memberdayakan lingkungan belajar, serta dapat memberikan penghargaan secara nyata terhadap murid dengan latar belakang yang berbeda-beda. Selain itu, pembelajaran quantum learning menghasilkan prestasi murid yang optimal (Andayani: 2009,130-131) Shelby Reeder (2003) pernah melakukan penelitian dengan menerapkan quantum learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dikelas, kepercayaan diri, dan sikap positif mereka terhadap sekolah. Ia juga menemukan bahwa (1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
tiap-tiap orang hakikatnya adalah mampu belajar, (2) setiap orang belajar dengan jalan atau cara yang berbeda-beda, (3) kepercayaan diri adalah faktor yang penting ke arah kesuksesan belajar, (4) dalam belajar, setiap orang perlu memelihara saling menghormati dan mengawasi atau mengendalikan dirinya masing-masing,
(5)
pembelajaran
akan
menjadi
efektif
apabila
murid
diperkenalkan dengan sesuatu yang menimbulkan kesenangan dan menentang lingkungan disekitarnya, (6) kepercayaan antara para murid dan para guru adalah penting dalam proses belajar, (8) hubungan antara guru dengan para murid dan orang tua dapat memelihara proses pembelajaran yang efektif, dan (8) masa depan yang sukses bagi murid tergantung penguasaan murid terhadap ketrampilan hidup (Andayani: 2009,131-132)
B. Landasan Teori
4.
Hakikat Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat g.
Pengertian Kemampuan Setiap siswa memiliki kemampuan untuk merespon terhadap proses pembelajaran dan kemampuan ini bersifat kompleks. Hal ini sebagai mana diungkapkan Werren (1994: 1) bahwa kemampuan adalah kekuatan siswa dalam menunjukkan tindakan responsif, termasuk gerakangerakan terkoordinasi yang bersifat kompleks dan pemecahan problem mental. Menurut
Chaplin
(2000:1)
kemampuan
diartikan
sebagai
kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan, tenaga (daya/kekuatan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
untuk melakukan suatu perbuatan. Sementara itu Sternberg (1994: 4) berpendapat
bahwa
kemampuan
adalah
suatu
kekuatan
untuk
menunjukkan suatu tindakan khusus atau tugas khusus, baik secara fisik maupun mental Kemampuan siswa bisa dilihat dari hasil belajar siswa. Siswa telah mencapai kemampuan atau belum bisa diukur pada setiap akhir pembelajaran. Ini karena kemampuan sangat erat hubungannya dengan hasil prestasi sebagai mana yang diungkapkan Gagne dan Briggs (1997: 57) bahwa kemampuan adalah hasil belajar siswa setelah mengikuti suatu proses belajar-mengajar. Selaras dengan itu, Eysenck, Arnold, dan Meili (1995: 5) mengemukakan bahwa kemampuan adalah suatu pertimbangan konseptual. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa kemampuan berarti semua kondisi psikologi yang diperlukan siswa untuk menunjukkan suatu aktivitas Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya
kemampuan
adalah
kecakapan,
ketangkasan,
bakat,
kesanggupan, tenaga yang dimiliki siswa yang menunjukan tindakan reponsif sebagai hasil belajar setelah mengikuti proses pembelajaran. Bila
menemukan isi dan pesan tembang macapat aktivitas siswa yang ditunjukkan adalah kecakapan atau ketangkasan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
h.
Isi dan Pesan (Amanat) Tembang Macapat Sebuah puisi-termasuk puisi Jawa-pada hakekatnya terdiri atas bentuk fisik puisi dan bentuk batin puisi. Bentuk fisik dan bentuk batin lazim disebut pula dengan bahasa dan isi atau bentuk dan isi. Marjori Boulton menyebut kedua unsur pembentuk puisi tersebut dengan istilah bentuk fisik dan bentuk mental. Bentuk fisik dan bentuk mental bersatu padu menyatu raga (Waluyo, 2010: 26) I.A Richards menyebut adanya hakekat puisi
untuk mengganti
bentuk batin atau isi puisi, dan metode puisi untuk mengganti bentuk fisik. Bentuk batin meliputi tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat. Sementara bentuk fisik atau metode puisi terdiri atas diksi, kata konkret, bunyi yang menghasilkan rima dan ritma (Waluyo, 2010: 27) Jadi yang dimaksud isi puisi adalah unsur batin yang membentuk puisi, yang terdiri atas (1) tema/makna, yaitu gagasan pokok atau subjectmaster yang dikemukakan ole penyair, (2) rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya, (3) nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lainlain, dan (4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya. Berikut ini diberikan contoh tembang durma sebagai berikut. Iki sapa kethek papat bareng mara, apa arep ngayoni, iki Kumbakarna, gegedhuging Ngalengka, apa tan kulak pawarti, tandhing lan ingong, mesthi tumekeng pati
Isi yang dikemukakan tembang durma ini adalah tantangan yang diberikan oleh Kumbakarna kepada empat prajurut kera dalam perang antara pasukan Rama dengan pasukan Rahwana yang dipimpin olah Kumbakarna.
Tantangan
ini
bernada
marah,
keras
dan
panuh
kesombongan. Mengungkapkan jiwa yang dibakar api patriotisme mempertahankan negara Alengka yang akan diduduki oleh pasukan kera.
untuk menyebut kera. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa isi lebih luas dari pada pesan. Pesan merupakan bagian dari isi puisi. Dalam sebuah puisi (tembang macapat), pengarang selain mengemukakan tema juga ingin menyampaikan pesan kepada pembaca. Amanat menurut Soediro Satoto (1993:42) adalah pesan yag ingin disampaikan pengarang kepada publiknya. Sementara itu, Panuti Sudjiman (1988:57) mengatakan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
amanat adalah pesan atau ajaran moral yang ingin disampaikan oleh pengarang. Sementara menurut Herman J Waluyo (2002:28) tema karya sastra berhubungan dengan arti (meaning) dari karya sastra itu, sedangkan amanat berhubungan dengan makna (significance) dari karya sastra itu. Tema bersifat sangat lugas, objektif, dan khusus; sedangkan amanat bersifat kias, subjektif, dan umum. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat adalah ajaran moral atau pesan yang disampaikan secara tersirat maupun tersurat oleh pengarang yang termuat dalam sebuah karya sastra termasuk tembang macapat kepada pembaca.
i.
Pengertian Tembang Macapat Tembang adalah karangan dengan menggunakan aturan tertentu yang sudah pasti. Cara mengucapkan tembang tidak seperti karangan yang lain yang berbentuk gancaran (prosa) tetapi harus dilagukan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh S. Padmosoekatjo (1960) bahwa yang dimaksud tembang adalah paugeran tertamtu (gumathok) kang pamacane (olehe ngutjapake) kudu (karangan atau pembentukan bahasa dengan aturan tertentu (pasti) dengan cara membacanya harus dilagukan dengan seni suara).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Sementara itu, tembang menurut Martopangrawit adalah vokal yang berhubungan dengan karawitan (musik Jawa) seperti sindhenan, bawa, gerong, sulukan, sekar ageng, sekar tengahan, dan sekar macapat (Martopangrawit, 1975: 3) Tembang biasanya dilagukan dengan iringan gamelan Jawa yang memiliki bentuk yang bermacam-macam seperti bawa, lagon, ada-ada, gerongan, sindhenan, dan rambangan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Murdiati dan Untung Muljono sebagai berikut. Tembang adalah nyanyian Jawa atau vokal Jawa yang diiringi gamelan Jawa dan tembang itu sendiri bentuknya ada bermacam-macam di antaranya bawa,lagon, adaada, gerongan, sindhenan, dan rambangan. Bawa adalah vokal tunggal yang dilakukan seorang pria atau wanita, tanpa iringan gamelan dan pada akhir bawa diterima gendhing. Dengan kata lain adalah introduksi oleh vokal tunggal untuk mengawali gending tertentu. Lagon adalah vokal yang dilakukan oleh beberapa pria secara bersama (koor). Ada-ada adalah bentuk lagu yang dibawakan oleh beberapa orang (koor) pada umumnya menggambarkan suasana tegang dan marah. Gerongan adalah tembang yang dibuat dan disesuaikan dengan gendingnya. Sindhenan adalah vokal tunggal yang dilakukan oleh wanita atau pesindhen dengan pola gendhing yang disajikan. Rambangan adalah vokal tunggal yang dilakukan seorang pria atau wanita dengan menggunakan tembang macapat dan diiringan dengan beberapa instrumen gamelan. Pengertian tembang seperti di atas senada dengan apa yang diungkapkan oleh Suyoto dkk yang tertuang dalam laporan penelitian yang berjudul Bawa Kaitannya dengan Gendhing (1996)
bahwa tembang
adalah sajian vokal dalam karawitan yang meliputi sindhenan, palaran, gerong, dan bawa. Sementara itu, Darsono dkk, (1995:2) dalam laporan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
penelitiannya yang berjudul Perkembangan Musikal Sekar Macapat di Surakarta menyatakan bahwa tembang adalah vokal pria atau wanita dalam karawitan Jawa yang mencakup sekar ageng, sekar tengahan, dan sekar macapat (Darsono, 1995:2) Kata tembang merupakan merupakan bahasa Jawa ngoko, dan bahasa kramanya adalah sekar. Tembang atau sekar itu hasil atau manfaat dari bahasa yang edi
endah
-kata
yang terikat oleh aturan-aturan tertentu yaitu lagu (Sutardjo, 2011:8) Sementara itu yang dimaksud macapat adalah sekar waosan yang keempat sebagai mana yang diungkapkan oleh R.Ng Ranggawarsita dalam bukunya yang berjudul Mardawalagu seperti berikut: Mungguh kang diarani matja-pat lagu iku, tegese tembang wewacan kang kaping pat, kang diarani tembang cilik, ija kaya lelagoning wewatjan lajang djarwa, awit saka panganggite Kangjeng Susuhunan ing Giri Kedhaton, bandjur kababarake dening Sunan ing Benang, waratane marang wali kabeh nganti tumeka ing saprene iki. Dene wewatone padha uga karo tembang tengahan, ora nganggo angetung pada pala, mung ngetung pada lingga bae, ija nganggo kaupakara lungguhe tibaning dhong dhing ing dalem sapadalinggane nganti tumekaning pada gedhe sarta ora mesthi etunge lingganing sarta ing dalem sapada lingsa mau iku (R.Ng Ranggawarsita, 1957:15) Yang dimaksud macapat itu, maksudnya tembang bacaan yang ke empat, yang disebut juga dengan tembang cilik, ya seperti lagu-lagu dalam bacaan serat Jarwa, yang merupakan karya Kangjeng Susuhunan Giri Kedaton terus disebarluaskan lebih lanjut oleh Sunan Bonan, merata ke para wali semua sampai sekarang ini. Sedangkan aturannya sama dengan tembang tengahan, tidak menghitung pada pala, hanya menghitung pada lingganya saja, iya juga memperhatikan dhongdhing dalam setiap sapada-lingganya sampai ke pada gedhe
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
serta tidak harus menghitung pada lingganya serta di dalam sapad-lingsa itu tadi. Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa sekar macapat disebut juga dengan istilah sekar cilik. Sekar cilik pernah dipakai oleh Kangjeng Susuhunan Giri dalam menyusun layang jarwa dan kemudian diturunkan ke Sunan Bonang dan akirnya kita terima seperti sekarang. Maca Pat Lagu adalah sekar waosan yang keempat yang dikenal dengan nama macapat atau sekar alit. Satu bait sekar macapat disebut pada, sedangkan baris-baris macapat disebut gatra. Perbedaan sekar macapat yang satu dengan macapat yang lain dapat dilihat pada guru lagu dan guru wilangan. Guru lagu adalah bunyi huruf hidup (vokal) pada akhir baris, sedangkan adalah jumlah suku kata dalam setiap barisnya (Darsono, 1995:3-4) Macapat menurut Karsono (2001) adalah suatu bentuk puisi Jawa yang menggunakan bahasa Jawa baru, diikat oleh persajakan yang meliputi guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Macapat memiliki aturan atau persajakan yang meliputi: (1)guru gatra, yaitu baris yang terdapat dalam satu bait tembang, (2) guru lagu, yaitu jatuhnya suara atau dong dingnya suara diakhir baris, dan (3) guru wilangan, yaitu jumlah suku kata setiap baris Jadi yang dimaksud tembang macapat adalah suatu bentuk karangan dengan menggunakan bahasa Jawa baru yang diikat oleh persajakan tertentu dan cara membacanya dengan dilagukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
j.
Jenis Tembang Macapat Menurut Subalidinata (1968: 89) tembang macapat terdiri dari sembilan macam yaitu: pocong, maskumambang, mijil, kinanti, durma, asmaradana, pangkur, sinom, dandanggula. Karsono (2001) mengelompokan pola persajakan atau metrum macapat menjadi tiga golongan yaitu: (1) metrum sekar macapat asli, meliputi dandanggula, sinom, asmaradana, durma, pangkur, mijil, kinanthi, maskumambang, pocong, sudah
dianggap sebagai
metrum
(2) metrum sekar tengahan yang macapat, meliputi
jurudemung,
wirangrong, balabak, gambuh, dan dhudhukwuluh (megatruh), (3) metrum sekar ageng yang sering muncul bersama dengan macakup, yakni girisa. R.Ng Ranggawarsita (1957:15) menjelaskan bahwa jenis tembang macapat
terdiri dari delapan
jenis
yakni dhandhanggula,
mijil,
asmaradana, sinom, pangkur, durma, kinanthi, dan pocong. Padmosoekotjo (1960:28) menjelaskan bahwa tembang macapat pada mulanya terdiri dari sembilan, yakni dhandhanggula, kinanthi, pocong, asmaradana, pangkur, durma, mijil, sinom, dan maskumambang. Selanjutnya tembang macapat berkembang menjadi lima belas jenis dengan tambahan tembang girisa, wirangrong, jurudemung, dan balabak. Keempat jenis tembang tersebut sebelumnya termasuk jenis tembang tengahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Gunawan Sri Hastjarja (tanpa tahun) dalam buku macapat menjelaskan bahwa tembang macapat berjumlah dua belas jenis, yakni dhandhanggula, sinom, kinanthi, pangkur, asmaradana, mijil, durma, pocong, maskumambang, megatruh, dudukwuluh, dan gambuh (Gunawan Sri Hastjarja, t.th:1-95) R.S Tjiptasoehardja menjelaskan bahwa tembang macapat ada sebelas jenis dan mengalami perubahan yaitu bertambah empat jenis sehingga jumlahnya menjadi lima belas jenis, yakni dhandhanggula, sinom, pangkur, asmaradana, kinanthi, mijil, durma, maskumambang, gambuh, megatruh, pocong, jurudemung, balabak, wirangrong, dan girisa (R.S Tjiptasoehardja, 1969: 17-18 ) M. Soeharto menjelaskan bahwa tembang macapat berjumlah sebelas jenis yakni pocong, maskumambang, megatruh, gambuh, kinanthi, mijil, pangkur, durma, asmaradana, sinom dan dhandhanggula (M Soeharto, 1978:96) Sementara itu, Sutardjo (2011) mengatakan bahwa tembang macapat berdasarkan perkembangan kesasteraan, sekarang berjumlah sebelas, yaitu pucung, maskumambang, mijil, kinanti, durma, asmaradana, pangkur, dandanggula, sinom, megatruh, dan gambuh. Dari keterangan di atas terlihat bahwa para ahli terdapat perbedaan pendapat. Meski demikian, jika kita cermati tembang macapat yang beredar di masyarakat sekarang terdiri dari sebelas jenis, yakni pocung,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
gambuh, pangkur, durma, maskumambang, megatruh, mijil, kinanthi, asmarandana, sinom, dhandhanggula
k.
Watak Tembang Macapat Tembang macapat dalam membacanya harus dilagukan dan harus memperhatikan watak agar tercipta rasa yang mendukung suasana yang diinginkan.
Menurut
Tedjohadisumarto
(1958),
Soedjono
(1964),
Gunawan Sri Hastjarjo (1978), Sadjijo Prawiradisastra (1991), Sukiyat (1997) tembang macapat memiliki watak sebagai berikut. 1. Pucung Pucung berwatak sesuka hati,
ceroboh, lucu
dan menggelikan; selain itu tembang pucung juga mempunyai watak kurang bersemangat, lemah, narima, tidak sungguh-sungguh, sereng ampang. Tembang pucung itu dalam karawitan Jawa sering digunakan untuk
mengiringi
seni
pertunjukan
wayang
atau
tari
untuk
menggambarkan suasana menggelikan dan kurang kesungguhan. Tembang pucung biasa digunakan untuk sembranan, cerita lucu dan menyenangkan. Perhatikan tembang pucung dibawah ini. Bapak pucung dudu watu dudu gunung sabamu ing sendhang pencokanmu lambung kering prapteng wisma si pocung mutah guwaya Terjemahan: Bapak pucung bukan batu bukan gunung kelanamu di sendang, hinggapmu di pinggul kiri, sampai dirumah si pucung mengeluarkan air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
2. Gambuh Gambuh memiliki watak bergairah, keras hati, marah, sereng antep, bersemangat tetapi agak prihatin. Tembang ini lebih tepat untuk memberi nasehat, cinta kasih yang membara, atau untuk suasana yang romantis. Tembang gambuh itu sering untuk mengiringi pertunjukan tari atau wayang dengan adegan yang bersuasana
marah pada adegan
perang. Perhatikan tembang gambuh berikut. Samengko ingsun tutur, sembah catur supaya lumuntur, dingin raga cipta jiwa rasa kaki, ing kana lamun tinemu, tandha nugrahaning Manon (Serat Wedhatama pupuh IV, bait 1) Terjemahan: Kini aku memberi nasehat, empat macam sembah agar mengalir, pertama sembah raga cipta, jiwa dan rasa anakku, di dalam itu jika ketemu, tanda memperoleh anugrah
3.
Pangkur
Pangkur mempunyai watak bergairah, keras hati, marah, sereng antep, bersemangat tetapi agak prihatin. Tembang pangkur cocok untuk memberi nasehat, cinta kasih yang membara atau suasana yang romantis. Tembang pangkur sering digunakan untuk pertunjukan wayang untuk menggambarkan suasana marah, jatuh cinta, atau adegan tegang. Misalnya pada adegan perang kembang (perang seoarang satria dengan raksasa buta cakil) dalam wayang kulit. Dalam wayang orang sering diiringi dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
pangkur palaran yang mempunyai rasa sereng atau marah. Perhatikan kutipan di bawah ini. Mingkar mingkuring angkara, akarana karenan mardi siwi, sinawung resmining kidung, sinuba sinukarta, mrih katarta pakartine ngelmu luhung, tumprape wong tanah Jawa, agama ageming aji, (Serat Wedhatama pupuh I bait 1) Terjemahan: Menghindari angkara, karena keinginanya mengajar anak, yang termuat dalam keindahan puisi, dihias dipercantik, agar mudah dipahami ilmu yang luhur, bagi orang Jawa, Agama yang dipakai oleh para raja
4.
Durma
Tembang durma mempunyai watak keras, marah, greget, buas, ganas,
kemarahan
yang luar
biasa.
Tembang
ini
cocok
untuk
mengungkapkan rasa marah. Tembang durma digunakan untuk pethilan atau wayang pada adegan yang sereng atau untuk adegan tantangtantangan (sesumbar) sebelum peperangan terjadi. Gajah Pagon muntap krodha mamrep mengsah, peteng madyaning jurit, lebu ngampak-ampak, singa katrajang bubar, buta wilis mapak jurit, tan dangu pejah, sang Wilalungin kanin, (Serat Ranggalawe, pupuh XIII, bait 6 dalam Karsono H Saputra )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Terjemahan: Gajah Pagon menghadapi mungsuh sangat marah, suasana dalam pertempuran gelap, debu gulung-gumulung, siapapun yang diterjang tercerai-berai, buta wilis menghadapi perang, tewas tak lama kemudian, Wilalulangpun terluka
5.
Maskumambang
Maskumambang mempunyai watak sedih, nalangsa, prihatin, memelas dan nglokro
. Tembang ini cocok untuk
melukiskan perasaan sedih, memilukan, penyesalan, terlunta-lunta akibat nasip yang malang. Tembang maskumambang untuk mengiringi tari atau wayang misalkan adegan Sinta di Taman Soka Alengkadiraja atau adegan putri cina bertanding dengan Adaninggar dalam pethilan Adaninggar Kelaswara, untuk merebut Wong Agung Jayengrana. Bisa juga dugunakan dalam cerita wayang sebagai berikut. Gereng-gereng Gathutkaca sru anangis sambate mlas arsa luhnya marawayan mili gung tinameng astanira (Abimanyu kerem) Terjemahan: Gereng-gereng Gathutkaca menangis dengan keras rintihannya sangat memilikan air matanya menetes dipipi selalu ditangkap dengan tangannya Tembang maskumambang juga cocok digunakan untuk memberi nasehat. Hal ini tampak pada kutipan berikut. Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi, anemu duraka,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
ing donya tumekeng akhir, tan wurung kasurang-surang (Serat Wulang Reh, pupuh V bait 5) Terjemahan: orang yang tidak menurut orang tua, akan menalami durhaka, di dunia sampai akhirat, hidup akan terlunta-lunta
6.
Megatruh
Tembang megatruh mempunyai watak sedih, getun nglangut tanpa harapan, nalangsa dan gelisah. Tembang ini cocok untuk melukiskan suasana yang mengandung rasa sedih, kecewa dan putus asa karena putus cinta. Perhatikan kutipan berikut. Ri paduka tan pegat denya manekung, atarak brata wus lami, supe dhahar lawan nginum, puwara sang prameswari, langkung welase ing batos, (Serat Ranggalawe, pupuh XVII, bait 8 dalam Karsono H Saputra)
Terjemahan: Adik paduka tiada henti bersemedi, bertapa sudah lama, lupa makan dan minum, sehingga prameswari, sangat prihatin dalam batin
7.
Mijil
Mijil mempunyai watak prihatin dan cinta kasih. Tembang ini cocok untuk mengungkapkan rasa cinta kasih, prihatin atau nasehatnasehat tentang asmara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Abot lakuning janma utami, angel yen ginayuh, para pandhita wali lakune, tyas ira wus pindha jalanidhi, tan akagyat osik, ing jagad kadulu, (Serat Sasanasunu, pupuh XIV bait 24 dalam Karsono H Saputra) Terjemahan: Beratlah laku manusia utama, sulit jika dicapai, lakunya pandita dan wali, yang hatinya bagaikan samodra, tak terkejut pada perubahan, dunia yang tampak.
8.
Kinanthi
Kinanthi mempunyai watak senang dan kasih sayang, riang gembira, cinta kasih. Tembang ini cocok untuk memberikan nasehat atau pemaparan kasih sayang, bercumbu rayu. Di bawah ini contoh tembang kinanthi.
Lan wong anom puniku, kang kanggo ing mangsa iki, andhap asor dipunsimpar, umbag gumungguning dhiri, obrol umuk kang den gulang, kumenthus lawan kumaki (Serat Wulang Reh karya Pakubuwana IV, pupuh II bait 8) Terjemahan: Dan orang muda itu, yang digunakan saat ini, rendah hati dibuang, mengagunkan diri, omong kosong yang dipelajari, belagak gagah dan berlagak kayak orang tua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
9.
Asmaradana
Tembang Asmaranda mempunyai watak kasih sayang, sedih, cinta, asmara, sengsem. Tembang ini cocok untuk melukiskan hal-hal yang mengandung rasa kasih sayang, asmara. Seni pertunjukan Jawa sering menggunakan tembang ini untuk mengiringi langendriyan. Perhatikan kutipan di bawah ini. Gegaraning wong akrami, dudu bandha dudu rupa, amung ati pawitane, luput pisan kena pisan, yen gampang luwih gampang, yen angel-angel kalangkung, tan kena tinumbas arta, (Petikan dari bawa tembang Setya Tuhu ) Terjemahan: Modalnya orang berumah tangga, bukan harta bukan kecantikan, hanya hati modalnya, lepas sekali kena sekali, jika mudah lebih mudah, jika sulit akan semakin sulit, tidak bisa dibeli dengan uang. 10. Sinom Tembang Sinom memiliki watak lincah, cerdas, kasih sayang, riang gembira tetapi juga berwatak sereng greget. Tembang ini cocok untuk melukiskan kelincahan gerak, memberikan nasehat. Di bawah ini contoh teks tembang sinom. Lamun sira paksa nulad, tuladhaning kangjeng nabi, o ngger kadohan panjangkah, watake tan betah kaki, sarehne sira Jawi, sathithik bae wus cukup,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
away guru aleman, nelad kas ngeplegi pekeh, lamun pengkuh pengangkah yekti karahmat. (Serat Wedhatama, pupuh II bait 10) Terjemahan: Seandainya engkau terpaksa meniru, teladan Kangjeng Nabi, O nak..terlalu jauh, biasanya tidak mampu nak.., karena engkau orang jawa, sedikit saja sudah cukup, janganlah gila pujian, meniru persis fikih, jika kuat dalam kemauan niscaya memperoleh rahmat
11. Dhandhanggula Tembang Dhandhanggula mempunyai watak menyenangkan dan menggembirakan. Tembang ini dapat digunakan dalam berbagai keperluan karena sifatnya yang luwes. Masyarakat Jawa sering menggunakan untuk midodareni
malam
hari
pernikahan.
Tembang
Dhandhanggula juga sangat cocok untuk memberi nasehat. Ini tampak pada kutipan berikut. Wonten malih tuladha prayogi, satriya gung nagari Ngalengka, Sang Kumbakarna arane, tur iku warna diyu, suprandene nggayuh utami, duk awit prang Ngalengka, dennya darbe atur, mring raka amrih raharja, Dasamuka tan kengguh atur yekti, amung mungsuh wanara. (Serat Tripama, bait 3 dalam Karsono) Terjemahan: Adalagi contoh yang baik, ksatria besar dari negara Alengka,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Sang kumbakarna namanya, apalagi berwujud raksasa, meski demikian ingin merengkuh kemuliaan, sejak perang Alengka dimulai, ia memiliki nasehat, kepada kakak agar (hidup) sejahtera, Dasamuka tidak menghiraukan nasehatnya, karena hanya mungsuh kera
l.
Tembang macapat di SMP Berdasrkan silabus di SMP Kabupaten Magetan, kompetensi tentang tembang macapat hanya diberikan pada kelas VIII dan IX. Kompetensi tembang tidak terdapat pada kelas VII. Kompetensi dasar pada kelas VIII SMP di Magetan terdiri atas (1) menemukan ciri dan jenis tembang macapat, dan (2) menemukan isi dan pesan tembang macapat. Keduanya dipelajari pada semester satu. Kompetensi dasar menemukan ciri dan jenis tembang macapat memiliki indikator (a) mampu mengidentifikasi jenis tembang melalui guru lagu, guru gatra, dan guru wilangan ketika tembang tersebut diperdengarkan secara tepat, dan (b) dapat secara kreatif dan inovatif dalam membuat tembang macapat yang terkait dengan kegiatan seharihari. Kompetensi dasar menemukan isi dan pesan tembang macapat memiliki indikator: (1) mampu memberi tanggapan secara kritis dengan basa ngoko/ basa krama mengenai isi tembang macapat, (2) mampu memberi tanggapan dengan penuh rasa percaya diri dalam basa ngoko/ basa krama pesan yang terdapat dalam tembang macapt, dan (3) mampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
melantunkan salah satu tembang macapat dengan kepercayaan diri yang kuat Pada kelas IX hanya ada satu kompetensi dasar tentang tembang macapat, yaitu kompetensi dasar membuat tembang macapat sesuai dengan kaidah. Pada kompetensi dasar ini siswa diharapkan mampu membuat tembang macapat berdasarkan kaidah-kaidah tembang macapat, seperti guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Guru gatra adalah jumlah baris setia pada atau bait. Guru lagu adalah bunyi suara vokal diakhir baris, dan guru wilangan jumlah suku kata dalam setiap baris. Setiap tembang dibedakan atas dasar kaidah ini. Secara khusus siswa kelas IX diharapkan mampu membuat Tembang macapat seperti Kinanti, Asmaradana, Sinom, Megatruh, Dhandhanggula, Maskumambang. Tembang kinanthi memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam satu pada atau bait terdiri atas enam baris, (2) baris pertama sampai baris keenam memiliki suku kata yang sama, yakni delapan suku kata. (3) memiliki guru wilangan 8-u,8-i, 8-a, 8-i, 8-a, dan 8-i. Tembang asmarandana memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam satu pada atau bait terdiri atas tujuh baris atau gatra, (2) baris pertama terdiri atas delapan suku kata, baris kedua terdiri atas delapan suku kata,, baris ketiga terdiri atas delapan suku kata, baris keempat terdiri atas delapan suku kata, baris kelima terdiri atas tujuh suku kata, baris keenam terdiri atas delapan suku kata, baris tujuh terdiri atas delapan suku kata,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
dan baris kedelapan terdiri atas tujuh suku kata, dan (3) memiliki guru wilangan 8-i, 8-a, 8-e, 8-a, 7-a, 8-u, dan 8-a Tembang sinom memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam satu pada terdiri atas sembilan baris, dan (2) memiliki guru wilangan dan guru lagu 8-a, 8-i, 8-a, 8-i, 7-I, 8-u, 7-a, 8-I, dan 12-a. Tembang sinom termasuk tembang yang memiliki baris yang banyak, yakni sembilan baris Tembang megatruh memiliki kaidah sebagai berikut: (1)dalam satu pada atau bait terdiri atas lima baris, dan (2) memiliki guru wilangan dan guru lagu 12-u, 8-a, 8-u, 8-I, dan 8-o. Tembang megatruh termasuk tembang yang memiliki gatra sedang, yakni lima gatra Tembang dhandhanggula memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam satu pada atau bait terdiri atas sepuluh baris, dan (2) memiliki guru wilangan dan guru lagu 10-i, 10-a, 8-e, 7-a, 9-i, 7-a, 6-u, 8-a, 12-i, dan 7-a. Tembang dhandhanggula termasuk tembang yang memiliki gatra yakni lima gatra banyak, yakni sepuluh baris. Tembang maskumambang memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam satu pada atau bait terdiri atas empat baris, dan (2) memiliki guru wilangan dan guru lagu 12-i, 6-a, 8-i, dan 8-a. Tembang maskumambang termasuk tembang yang memiliki gatra sedikit, yakni hanya empat gatra saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
5.
Hakikat Quantum Learning a. Pengertian Quantum Learning Istilah quantum berasal dari ilmu fisika yang berarti energi cahaya. Dalam pembelajaran, quantum learning merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi "cahaya". Energi cahaya ini diperoleh melalui interaksi yang terjadi dalam pembelajaran. Hal ini sebagai mana diungkapkan oleh DePorter dan Henacki dalam bukunya yang berjudul Quantum Learning Unleashing The Genius In You sebagai berikut.
know formula in quantum physics is Matter times the Speed of Light Squared equals Energy. You may heve seen this ekspresed as E=mc2. Our phisycsal bodies are matter. As learners, it is our purpose to experience as much light as possible: interaction, connections, inspirations so as to produce radiant energy. (DePorter dan Hernacki, 1992: 16) Kami mendefisinikan Quantum Learning sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam quantum fisika adalah Massa kali kecepatan cahaya quadrat sama dengan energi. Mungkin anda sudah pernah melihat persamaan ini sebagai E=mc2. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Sebagai pelajar tujuannya adalah meraih sebanyak mungkin prestasi melalui proses interaksi yang terjadi dalam lingkungan belajar. Potensi siswa
diasah,
diberdayakan
secara
maksimal,
ditumbuh-
kembangkan secara baik dalam lingkungan belajar yang menggembirakan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
jauh dari rasa takut dan ragu, sehingga menjadi potensi yang nyata dalam bentuk prestasi yang menakjubkan. Quantum learning menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas (Miftahul, 2011:21). Begitu pentingnya lingkungan belajar maka ruang kelas ditata sedemikian rupa dengan memperhatikan kebutuhan pembelajar. Ruang kelas yang difokuskan pada kelompok teman sejawat menyediakan lingkungan yang tidak mengancam yang mana siswa termotivasi untuk menjelaskan makna mereka, mengeksplor berbagai sudut pandang dan memodifikasi pemahaman mereka, yang dipercaya bermanfaat bagi konstruksi pengetahuan dan perkembangan kognitif siswa. (Yen-Chi Fan, 2012:114) Quantum leraning merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum teaching merupakan orkestra sekitar lingkungan belajar. Maka dari itu, interaksi meliputi banyak aspek pembelajaran efektive yang mempengaruhi prestasi siswa. Hal ini sebagaimana diungkapkan Deporter sebagai berikut. Quantum learning is the interaction which changes the energy to be the light. Thus quantum teaching is an orchestra of surround learning moment.The interaction include many aspects of effective learning influencing student achievement. The interaction change the student ability and their natural talent to be the light that will be useful for them and other (Diah Ayu Kusumaningtyas, 2011:26) Quantum learning adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum teaching adalah sebuah orkestra
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
dari peristiwa belajar disekeliling. Interaksi meliputi banyak aspek pembelajaran yang mempengaruhi prestasi siswa. Interaksi mengubah kemampuan siswa dan bakat alami mereka menjadi cahaya yang bermanfaat bagi mereka dan yang lainnya. Selanjutnya Hernowo (2002:228) mengartikan quntum learning sebagai interaksi yang terjadi dalam proses belajar sehingga mampu mengubah potensi yang ada pada diri manusia menjadi pancaran dalam memperoleh hal-hal baru untuk ditularkan kepada orang lain ( Ellen Indera Sari: 2009, 40) Istilah quantum dalam quantum learning mempunyai pengertian keragaman atau variasi. Quantum Learning dapat dimaknai sebagai belajar dengan memperhatikan beragam cara atau belajar dengan cara yang bervariasi (Andayani, 2009: 110) Sementara itu menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar quantum
adalah
banyaknya
(jumlah)
sesuatu.
Dalam
konteks
pembelajaran bahasa, bermakna banyaknya faktor yang terlibat dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan ini mengutamakan percepatan belajar dengan cara keikutsertaan peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri (2009: 61). Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada guru yang menyajikan lebih dari sekedar bimbingan pada pendidikan, tetapi ini menempatkan siswa sebagai garis terdepan dari pendidikan mereka. Sebagai hasilnya, murid lebih terlibat aktif dalam isi dan lebih berpartisipasi dalam kelas (Petress dalam Crosby, B., 2012: 92). Pembelajaran aktif telah menjadi fokus penting pada waktu perubahan pedagogik saat ini. Ketika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
istilah meliputi praktek, pembelajaran kolaboratif atau kelompok kerja kecil, menyisakan sebuah elemen penting dari teori dan praktek yang aktif (Davis dalam Burke. 2011: 87) Jadi pembelajaran quantum learning adalah pembelajaran yang memanfatkan segala potensi yang ada, pembelajaran dengan menempatkan siswa secara aktif, belajar dengan cara yang bervariasi untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang menakjubkan. Menurut Nyoman S. Degeng (2005), kelahiran quantum learning sebagai model pembelajaran di Indonesia, pada mulanya diawali dengan adanya
praanggapan
bahwa
manusia
Indonesia
terjangkit
virus
keseragaman. Keseragaman ini meliputi sentralistik dan uniformistik yang mewarnai
pergemasan
dunia
pembelajaran.
Keseragaman
yang
menjangkiti dunia pembelajaran ini mengakibatkan kegagalan dalam pembelajaran itu sendiri. karena berlawanan dengan hakikat murid yang sebenarnya memiliki keberanekaragaman. Terlebih lagi, pemaksaan melalui tindakan keseragaman dalam pembelajaran terhadap murid akan menjauhkan dari keberhasilan belajar (dalam Andayani, 2009: 110). Berkenaan dengan hal itu Nyoman S. Degeng (2005) menyebutkan bahwa pendekatan quantum learning ini sebagai "orkestra pembelajaran" dengar arti pembelajaran yang penuh dengan suasana bebas, Santai, menakjubkan, menyenangkan. dan menggairahkan. Dengan penciptaan suasana seperti itu, dapat: (1) dibangun motivasi; (2) ditumbuhkan simpati dan saling pengertian; (3) dibangun sikap takjub kepada pembelajaran; (4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
dibangun perasaan saling memiliki: dan (5) dapat memberikan keteladanan (dalm Ellen Indrasari, 2009: 50). Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan quantum learning, dimana guru harus membawa pikiran siswa ke dalam pikiran guru dan sebaliknya pemikiran guru menjadi pemikiran siswa. Dengan demikian, ada kedekatan secara psikologis antara guru dengan siswa. Guru juga harus mengenali gaya belajar siswa, apakah gaya belajarnya visual (mementingkan
segala
sesuatu
yang
dilihat),
apakah
auditif
(mementingkan pendengaran), apakah kinestik (memerlukan gerakan). Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Derek Bok (2006) dan Weimer ( 2002), menyatakan bahwa pendidikan yang lebih tinggi dituntut untuk merubah pengalaman belajar kelas dari siswa yang mendengarkan ceramah, mengerjakan soal dan mengingat fakta menjadi pengalaman kelas yang menyelesaikan masalah dan siap menuju kehidupan yang bermakna (Jones and Hilaire, 2012: 34) Hal-hal yang perlu dilatih dalam kemampuan quantum learning ini menurut Mike Hernacki (2005:24) adalah: (1) cara siswa memusatkan perhatian (konsentrasi), (2) cara mencatat yang benar. (3) cara belajar menyiapkan ujian, (4) cara membaca cepat, dan (5) cara menumbuhkan ingatan jangka panjang (long time memory). Dalam pelaksanaannya quantum learning memiliki petunjuk yang bersifat spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang bahan ajar, menyampaikan isi pembelajaran, dan memudahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
proses belajar (DePorter dkk, 2011 : 32). Selain itu, DePorter juga menguraikan cara-cara efektif pelaksanaan quantum learning sebagai berikut: (1) partisipasi dengan cara mengubah keadaan kelas dari kelas yang
biasa
menjadi
kelas
yang
menarik;
(2)
memotivasi
dan
menumbuhkan minat dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dergan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi,
dan
Rayakan);
(3)
membangun
rasa
kebersamaan; (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat; dan (5) merangsang daya dengar anak didik. Semua itu pada hakikatnya akan menempatkan guru dan murid pada jalur cepat menuju kesuksesan belajar. Pembelajaran quantum learning sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang sejauh sebelumnya sudah ada. Hal ini seperti diungkapkan oleh DePorter dan Hernacki sebagai berikut. Quantum Learning incorporates suggestology, accelerate learning techniques, and NLP with our own, and methods. It includes key concepts from many other learning theories and strategies including : Right/left brain theory, The triune brain theory, Modality preference (visual,auditory, Kinesthetic), Theory of multiple intelligences, Holistic education, Experriential learning, Metaphoric learning dan Simulation/gaming (DePorter dan Hernacki, 1992: 16) Quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik percepatan, dan NLP (Neo Linguistik Program) dengan teori, teknik dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain seperti: Teori otak kanan/kiri, Teori otak triune (3 in 1), Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik), Pendidikan holistik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
(menyeluruh), Belajar berdasarkan pengalaman, Belajar dengan simbol dan Simulasi/permainan. Dari gabungan berbagai teori tersebut, quantum learning tampil mengesankan dan diyakini mampu mengantarkan siswa meraih prestasi yang membanggakan. Ini sudah dibuktikan oleh DePorter sendiri di SuperCamp Kegiatan pelaksanaan quantum learning mempunyai dua ciri. Pertama, penataan lingkungan belajar yang tepat. Penataan lingkungan belajar dilakukan guru sebagai mana kru panggung menata pentas untuk pementasan drama atau musik, segalanya dipersiapkan dengan cara menata ruang pentas mulai dari pencahayaannya, tata suara, setiap nuansa warna dan bentuk yang akan menentukan dan membantu penyampaian pesan kepada penonton. Hal ini sebagai mana dijelaskan DePorter dan Hernacki sebagai berikut.
much easier to develop and maintain a winning attitude. And a winning attitude make for a much more successful learner. When a stage crew is setting the stage for a play or musical production, it knows that attention to detail is important. The lighting, the sound, every nuance of color and shape determine the mood and help send the appropriate messages to audiance (DePorter dan Hernacki, 1992: 66). Ketika anda bekerja di lingkungan yang ditata dengan baik, maka lebih mudahlah mengembangkan dan mempertahankan sikap juara. Dan sikap juara akan menghasilkan pelajar yang lebih berhasil. Ketika kru panggung menata pentas untuk pementasan drama atau musik, ia mengetahui bahwa perhatian terhadap yang detail adalah hal yang penting. Pencahayaan, tata suara, setiap nuansa warna dan bentuk akan menentukan suasana dan membantu penyampaian pesan kepada penonton
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Apa yang diungkapkan DePorter tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Colin Rose (2007:179) dalam bukunya yang berjudul Super Accelerated Learning bahwa lingkungan akan menjadi sarana yang bernilai dalam membangun dan mempertahankan sikap positif jika ditata dengan baik. Demikian pula terkait dengan penataan lingkungan belajar dimulai dengan penataan lingkungan belajar. Quantum learning menekankan pada penciptaan ruangan belajar yang sama dengan kru panggung, yaitu penciptaan
lingkungan
yang
menyenangkan
mulai
dari
penataan
perabotan, bantuan visual (alat peraga) baik yang digunakan selama pembelajaran maupun yang tergantung di dinding kelas, tampilan guru "pleasant to look at", bila perlu didengarkan musik, semuanya merupakan kunci yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang optimal. Semua yang ditata tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana belajar agar terjaga sikap gembira. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Colon Rose dkk (2007: 177) bahwa kemampuan untuk menikmati belajar dan belajar dengan gembira akan membawa siswa pada berbagai kegembiraan wilayah minat-minat baru. Dan dalam setiap wilayah, siswa akan menemukan begitu banyak kesempatan untuk ditelusuri sehingga siswa akan sibuk selamanya, belajar selamanya, dan terangsang selamanya dengan kerumitan-kerumitan dinia kita. Sebagai bonus terhadap tantangan menarik seumur hidup ini dan penemuan kepuasan diri, siswa akan semakin bernilai bagi lingkungan sekitar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Kegembiraan yang dimaksud bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Kegembiraan tidak ada hubungannya dengan kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Namun,
dan terciptanya makna, pemahaman, nilai yang membahagiakan pada diri si pembelajar. Itu adalah kegembiraan yang melahirkan sesuatu yang baru. Dan kegembiraan ini jauh lebih penting untuk pembelajaran daripada segala teknik dan metode atau medium yang mungkin anda pilih untuk digunakan (Dave Meier, 2005: 36) Kedua,
quantum
learning
menerapkan
falsafah
belajar
suggestologi atau suggestopedia. Metode pembelajaran suggestopedia adalah seperangkat pembelajaran yang direkomendasi yang diturunkan dari sugestologi. Hal ini sebagai mana yang diutarakan oleh Stevik (1972) sebagai berikut. Suggestopedia, also know as Desuggestopedia, is a method developed by the bulgarian psychiatrist-educator Georgi Lozanove, Suggestopedia is specific set of learning recommendations derived from suggestologi, which Losanove systematic study of the nonrational and/or nonconcious to ( Richard and Rodger, 2001 : 100 ) Sugestopedia, juga dikenal sebagai desugestopedia, adalah metode yang dikembangkan oleh pendidik psikiatris Bulgaria bernama Georgi Lozanove, Suggestopedia adalah seperangkat spesifik rekomendasi pembelajaran yang berasal dari istilah suggestologi, yang mana Losanov yang berfokus pada penelitian sistematis dari pengaruh merespon secara konstan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Lozanove menyakini bahwa suggestopedia dapat dan pasti mempengaruhi hasil pembelajaran dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif dan negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, memasang poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif. Ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh DePorter dan Hernacki (1992) sebagai berikut. His premise is that suggestion can and does affect the outcome of the learning situation, and every single detail provides either positive or negative suggestion. Some of the techniques he uses to provide positive suggestion are seating students comfortably, using background music in the music in the classroom, increasing individual participation, using posters to suggest greatness while reinforcing information, and having a teacher well trained in the art of suggestive instruction (DePorter dan Hernacki, 1992:14). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiapdetiail apa pun memberikan sugesti positif maupun negatif. Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, memasang poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif. Wujud sugesti yang lain dalam interaksi belajar disarankan oleh DePorter dan Hernacki (1992: 24) adalah komentar positif. Komentar positif akan membentuk kepercayaan pada diri siswa ketika belajar. Hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
ini berarti bahwa quantum learning menghindari komentar negatif, misalnya guru mengatakan "Tidak jawaban itu salah, saya heran melihatmu". Komentar negatif ini akan menyebabkan (1) siswa terguncang. sehingga benih-benih keraguan akan tertanam pada diri siswa. (2) dapat berhenti belajar dan secara tidak sadar akan menutupi atau menghalangi pengalaman siswa dalam belajar, dan (3) akan membuat perasaan siswa dalam belajar menjadi terasa tegang dan terbebani. Maka dari itu, fasilitator harus peka terhadap sugesti sugesti negatif yang mungkin mereka masukkan ke dalam lingkungan belajar dan menggantinya dengan yang positif. Bahasa sugestif positif akan dipahami oleh orang secara keseluruhan dan karenanya berpengaruh besar pada hasil belajar (Dave Meier, 2005:111) Berdasarkan kedua ciri dari quantum learning, maka pelaksanaan quantum learning dalam kegiatan pembelajaran diarahkan pada (1) suasana belajar yang menggembirakan (semuanya bermakna), dan (2) menekankan sugesti positif (pemberian komentar positif).
b. Sejarah Munculnya Quantum Learning Pada awal penerapannya, model pembelajaran ini pertama kali dilakukan pada tahun 1982, yang dikenal dengan nama SuperCamp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Forum, yaitu sebuah program pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi. Pada awalnya,
program
ini
masih
diragukan
banyak
orang
akan
keberhasilannya, tetapi setelah berjalan beberapa saat, sudah mulai menemukan dan melihat terobosan menuju ke arah yang benar. Akhirnya, program ini berhasil dan melampaui apa yang diharapkan. Hal ini dijelaskan sendiri oleh DePorter dan Hernacki sebagai berikut. In the summer of 1982, our first group of sixty-four teenagers arrived at camp. Most of them were reluctant, suspicious, and not eager to cooperate. My own son was one of the My partners and I werw apprehensive about the program as well, but as it go under way we began to see some amazing breakthroughs that told us we werw headed in the right direction. Ultimetely, it was more successful than we ever expected, and became a significant event in the lives of many of teens who attended (DePorter dan Hernacki, 1992: 4-6). Program tersebut di atas dilaksanakan dengan cara murid mengikuti pembelajaran dengan program menginap selama dua belas hari, siswa-siswa mulai dari usia sembilan hingga dua puluh empat tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal dan membaca cepat, menulis dan berkreasi, berkomunikasi dan melakukan kiat-kiat untuk meningkatkan kemampuan mereka menguasai berbagai hal dalam dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti program tersebut mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri. (Vos-Groenendal,1991 dalam DePorter dkk, 2011:32)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Quantum Learning oleh Learning Forum kemudian dikukuhkan sebagai salah satu metodologi pembelajaran dalam bentuk rancangan pembelajaran, penyajian bahan ajar dan fasilitas pembelajaran yang tidak harus dilaksanakan di dalam sebuah SuperCamp namun dilaksanakan di kelas-kelas biasa. Quantum learning ini pada hakikatnya diciptakan berdasarkan pada adopsi terhadap teori-teori pendidikan seperti acceleated learning (Mapes, 2003), multiple intelligences (Gardner. 1995: 104), experintiel learning (Hart. 1983: 109) dan elements of effective instruction (Hunter, 1995: 4). Dalam hal ini quantum learning merangkaikan suatu model pembelajaran yang oleh asosiasi tersebut dianggap sebagai model yang efektif untuk dikembangkan menjadi sebuah model pembelajaran. Dikatakan demikian, karena dapat merangsang multi sensorik, multi kecerdasan, dan relevan dengan perkembangan otak pada masa anak-anak, sehingga pada akhirnya dapat mengembangkan kemampuan guru untuk memacu kemampuan murid agar berprestasi (Andayani, 2009:123). Jadi quantum learning ditetapkan sebagai salah satu metodologi pembelajaran yang efektif yang tidak harus dilaksanakan di dalam sebuah SuperCamp namun dilaksanakan di kelas-kelas biasa. Quantum learning diciptakan berdasarkan pada adopsi terhadap teori-teori pendidikan seperti acceleated learning, multiple intelligences, experintiel learning dan elements of effective instruction yang dianggap sebagai model yang efektif untuk dikembangkan menjadi sebuah model pembelajaran, karena dapat merangsang multi sensorik, multi kecerdasan, dan relevan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
perkembangan
otak
manusia,
sehingga
pada
akhirnya
dapat
mengembangkan kemampuan guru untuk memacu kemampuan murid agar berprestasi.
c. Asas Utama Quantum Learning Asas utama quantum learning adalah Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke dunia Mereka. Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap metode pembelajaran harus dibangun diatas asas ini. Asas ini memiliki maksud agar pengajar membangun jembatan yang otentik memasuki kehidupan pelajar sebagai langkah pertama (DePorter dkk, 2011:34-35). Setelah jembatan terbangun dan pengajar sudah memasuki dunia murid maka memudahkan pengajar menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan yang pengajar inginkan dan membawa mereka tetap belajar (Mitahul, 2011:27). Jika hal tersebut di atas mampu diterapkan, maka baik pembelajar maupun pengajar akan memperoleh pemahaman baru. Ini berarti dunia pembelajar diperluas, dan dunia pengajar diperluas. Disini dunia kita menjadi dunia bersama pengajar dan pembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia selaku pembelajar (Sugiyanto, 2010:69). Jadi jelas bahwa agar pengajar mampu mengajar dengan efektif dan efisien maka pengajar harus meraih hak mengajar dari murid terlebih dahulu. Hanya dengan cara ini, pengajar mampu memimpin, menuntun,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
d. Prinsip Utama Quantum Learning Prinsip dapat diartikan (1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal, dan (2) sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental. Quantum learning juga dibangun diatas aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal dan atau sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental mengenai pembelajaran (Sugiyanto, 2010:69). Ada lima prinsip utama yang mendasari quantum learning yaitu: 1. Segalanya berbicara Dalam
quantum
learning,
segala
sesuatu
mulai
lingkungan
pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semua mengirim pesan pembelajaran. 2. Segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada yang tidak bertujuan. Pengubahan bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam atau diluar momen belajar memiliki tujuan. Baik pelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
3. Pengalaman sebelum memberi nama. Otak manusia berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu, oleh karena itu, proses belajar paling baik ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka mempelajari. 4. Akui setiap usaha Belajar selalu mengandung resiko yang besar. Dikatakan demikian karena belajar berarti melangkah keluar dari zona yang nyaman menuju ke zona yang penuh dengan ketidakpastian. Keberanian siswa melakukan langkah ini, patut memperoleh pengakuan dan panghargaan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Bahkan sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan. Seorang guru harus mengakui, memperkuat, dan memotivasi agar murid mampu berkembang dan terus belajar tanpa mengenal rasa putus asa. 5. Sesuatu yang layak dipelajari maka layak untuk dirayakan. Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh pelajar sudah selayaknya dirayakan atas keberhasilannya. Perayaan atau memberikan sesuatu sebagai reward akan memberikan motivasi dan umpan balik mengenai kemajuan
murid
dan
meningkatkan
asosiasi
positif
dengan
pembelajaran. Perayaan perlu dilakukan agar keinginan murid tumbuh berkembang pesat. Ini merupakan cara untuk memacu minat siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
dalam belajar
karena murid merasa mendapat perhatian dan
penghargaan. Berdasarkan prinsip quantum learning di atas, guru harus menyadari bahwa transfer pendidikan tidak hanya pekerjaan dari guru tetapi juga membutuhkan peranan dari siswa. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Kusumaningtyas bahwa dalam implementasi quantum teaching mengikuti prosedur pengajaran yang sesuai sebagai berikut. Quantum teaching in the application conducts the procedures of teaching like below: 1. Grow the attention through making students satisfied for benefit of lesson tough. 2. Create and tell the experience of educating. 3. Name the things like formula, lesson, or others so the student may keep remembering 4. Give the students chance to demonstrate what they know 5. Give the students the method how to repeat the lesson in unusual ways. Celebrate all what the students have done for their participation, success or anything for instance (Kusumaningtyas, 2011:32)
e. Dasar Pemikiran Quantum Learning Semua manusia dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan. Dan semua manusia mempunyai alat-alat yang kita perlukan untuk memuaskan (DePorter dan Hernacki, 1992:22). Misalkan seorang bayi yang memasukkan mainan kedalam mulutnya untuk mengetahui rasanya . Ia akan menggoyangkanya, mengangkatanya, dan memutarkannya berlahan-lahan sehingga dapat melihat bagaimana setiap bagian
sisinya
terkena
cahaya.
Ia
menempelkannya
ditelinga,
menjatuhkannya ke lantai dan mengambilnya kembali, membongkar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
bagian-bagiannya dan menyelidikinya satu demi satu. Proses demikian seperti ini disebut belajar secara menyeluruh (global learning). Global learning merupakan cara yang efektif dan alamiah bagi seorang manusia untuk mempelajari bahwa otak seorang anak hingga usia enam atau tujuh tahun adalah seperti spons, menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa, yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan bebas-stres. Proses ini juga ditambah dengan faktor-faktor umpan balik positif dan rangsangan dari lingkungan.
f. Karakteristik Umum Quantum Learning Quantum learning memiliki karakter yang membedakan dari pembelajaran yang lain. Menurut Sugiyanto (2010) karakteristik quantum learning ada beberapa hal, antara lain. 1. Quantum learning berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum yang dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajran diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif, bukan teori fisika quantum. 2. Quantum learning lebih bersifat humanistik, bukan positivistikmenjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan lain sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
dipandang tidak ada karena semua usaha manusia patut dihargai. Kesalahan
dipandang
sebagai
gejala
manusiawi.
Ini
semua
menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dari perspektif humanistis 3. Quantum learning lebih bersifat konstruktifis(tis), bukan positifistisempiris,
behavioristis. Karena itu, nuansa konstruktivisme dalam
pembelajaran quantum relatif kuat. Malah dapat dikatakan disini bahwa pembelajaran quantum menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.pembelajaran quantum berupaya memadukan, menyinergikan dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Dalam pandangan pembelajaran quantum, lingkungan fisikal-mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pemikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik. 4. Quantum learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran quantum. Karena itu pembelajaran quantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
yang bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam quantum learning. 5. Quantum learning sangat menekankan pada pemercepatan dalam pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan quantum. Pendeknya, menurut quantum learning, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatakan proses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat, cara dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasan yang menyegerkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembalajaran harus dihilangkan pada suatu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya. 6. Quantum learning sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan kreatifitas atau keadakan yang dibuat-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai dan menyenangkan, sedang kreatifitas dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku dan membosankan. Di sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaraan. 7. Quantum
learning
sangat
menekankan
kebermaknaan
dan
kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang memungkinkan
terwujudnya
kebermaknaan
dan
kebermutuan
pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar fasilitator. Dalam hubungan inilah perlu dihadirkam pengalamaan yang tidak dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomondasi secara memadai. Untuk itu, dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajar kedalam dunia pada satu pihak dan pad a pihak lain mengantarkan dunia pengajar kedalam dunia pembelajar.Hal ini perlu dilakaukan secara seimbang. 8. Quantum learning memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
Konteks
memberdayakan,
pembelajaran
landasan
yang
meliputi
kukuh,
suasana
yang
lingkungan
yang
menggairahkan atau mendukung, dan rancangan pembelajaran yang dinamis.
Isi
pembelajaran
meliputi
commit to user
penyajian
yang
prima,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
pemfasilitasan yang lentur, ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan untuk hidup. Konteks dan isi tidak dapat dipisahakan, saling mendukung, bagaikan orkestra yang memainkan simfoni. Pemisahan
keduannya
hanya
akan
membuahkan
kegagalan
pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orkestra. 9. Quantum learning memusatkan perhatiannya pada pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlukan, dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa hanya
salah
satu
di
antaranya.
Dikatakan
demikian
karena
pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuk ketrampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajaran, namun lebih penting adalah terbentuknya ketrampilan hidup pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi harmonis antara ketrampilan akademis, ketrampilan hidup, dan prestasi fisikal. 10. Quantum learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam diri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
pembelajar. Nilai dan keyakinan negati akan membuahkan kegagalan proses pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajaran dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment and reward) tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai. Nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu terus menerus dikembangkan dan dimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu terus menerus dikembangkan dan dimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif yang dimiliki pembelajar, kemungkinan berhasil dalam pembelajaran akan makin tinggi. -nilai ini menjadi kacamata yang dengannya kita memandang dunia. Kita mengavuluasi, menetapakan prioritas, menilai, dan bertingkah laku berdasarkan cara kita memandang kehidupan melalui kacamata ini. 11. Quantum learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dam ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Karena itu, dalam pembelajaran
quantum
perlu diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakan bermacam macam kiat dan metode pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
12. Quantum learning mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalan proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
g. Model Quantum Learning dalam Pembelajaran di Kelas. Sebagai sebuah model pembelajaran, quantum learning hampir sama dengan sebuah simfoni. Dalam simfoni ada banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman musik penonton. Secara garis besar unsur itu ada dua kategori, yaitu konteks dan isi (DePorter dkk, 2011: 37) Konteks adalah latar pengalaman penonton. Konteks merupakan keakraban ruang orkestra itu sendiri (lingkungan), semangat konduktor dan pemain muksiknya (suasana), keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerja sama (landasan), dan lembar interprestasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan). Bagian isi (content), bagaikan lembaran musik itu sendiri. Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frase musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap orkestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen. Pada saat penerapan quantum learning di kelas, guru juga bisa membagi unsur-unsur tersebut menjadi dua kategori, yaitu: konteks dan isi (context dan content). Konteks menyangkut masalah suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
rancangan yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan dengan penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan hidup (DePorter dkk, 2011 :38). Suasana kelas mencakup tentang bahasa yang dipilh guru, cara guru menjalin simpati dengan siswa, dan sikap guru terhadap sekolah serta belajar. Suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar. Suasana dalam belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Maka dari itu, setiap guru harus memahami dan menciptakan suasana yang kondusif agar siswa bisa belajar dengan nyaman dan gembira. Landasan dalam konsep quantum learning adalah kerangka kerja yang mencakup: (1) tujuan bersama yang hendak dicapai, (2) prinsipprinsip bersama yang akan memberikan gambaran tentang cara yang dipilih, (3) keyakinan akan kemampuan pelajar, belajar, dan mengajar, dan (4) kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan peraturan. Lingkungan
dalam konsep quantum learning adalah cara guru
manata ruang kelas, pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik semua hal yang mendukung proses belajar. Lingkungan kelas mempengaruhi siswa untuk berfokus dan menyerap informasi. Untuk itu lingkungan perlu ditata dengan rapi agar menyugesti siswa agar tetap berminat dan mengikuti pelajaran. Rancangan dalam konsep quantum learning adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar menukar informasi. Dalam quantum learning, rancangan lebih dikenal dengan TANDUR. Perpaduan kedua unsur konteks dan isi tersebut akan menciptakan suasana pembelajaran yang menggairahkan, yang mendorong siswa untuk belajar dan memperoleh
prestasi yang mengagumkan. Keduanya
merupakan satu kesatuan yang utuh untuk mengantarkan siswa mencapai puncak prestasi.
h. TANDUR Sebagai Kerangka Perancangan Quantum Learning Dalam rangka untuk memudahkan operasional quantum learning dalam pembelajaran dikelas, DePorter dkk, (2011:127)
menyebutnya
dengan istilah TANDUR yang merupakan akronim dari : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Unsur-unsur tersebut membentuk basis struktur yang melandasi model pembelajaran quantum. Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran apapun pelajarannya, tingkat kelas, dan beragam budayanya, jika pada para guru betul-betul menggunakan prinsipprinsip atau nilai-nilai pembelajaran model quantum. Kerangkan ini juga memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih, dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan dalam belajar (Sugiyanto, 2010:73).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Kerangka perancangan TANDUR adalah sebagai berikut: 1. Tumbuhkan:
Sertakan
diri
mereka,
pikat
mereka,
puaskan
keingintahuan mereka. Buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang kita ajarkan. Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu siswa dalam bentuk: Apakah manfaat Bagiku (AMBAK) jika aku mengikuti guru A? Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam suasana rileks, tumbuhkan interaksi siswa, masuklah ke dalam pikiran mereka dan bawalah alam pikiran mereka ke dalam pikiran kita, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan. Tumbuhkan niat yang kuat pada diri kita bahwa kita akan menjadi guru dan pendidik yang hebat. Tumbuhkan strategi mengajar dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di dalam kelas, di luar kelas, di dalam sekolah dan di luar sekolah. 2. Alami alami ini mendorong hasrat alami otak
informasi? Kegiatan apa yang dapat diberikan agar pengetahuan dan ketrampilan yang sudah dimiliki siswa, misalnya, dapat membuktikan bahwa kuat lemahnya arus listrik yang mengalir pada penghantar dipengaruhi oleh
besarnya perlawanan
commit to user
dari penghantar,
luas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
penampang dan panjang panghantar?, bandingkan dengan keausan ban mobil jika dikaitkan dengan panjang jalan dan kondisi jalan raya. 3. Namai
muncak mengenai materi
pelajaran. Dengan kata lain, setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak mereka menulis di kertas, menamai apa yang mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya, ajak mereka untuk menempelkan nama-nama tersebut di dinding kelas atau dinding kamarnya. 4. Demonstrasikan: Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga
mereka menghayati dan
membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Hal ini sebagaimana pertama kali kita naik sepeda. Kita mencoba dan jatuh. Kita coba lagi, berhenti, bertanya pada orang lain, dan akirnya kita mengkaitklan antara pengalaman dan nama dengan cara menunjukkan dan melakukannya. Melalui pengalaman belajar siswa mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan (kompetensi) dan informasi (nama) yang cukup, sudah saatnya dia mendemonstrasikan dihadapan guru, teman maupun saudara-saudaranya. 5. Ulangi: Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan
dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam
konsteks
yang
berbeda
dengan
pertunjukkan, drama dan lain sebagainya).
commit to user
asalnya
(permainan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
6. Rayakan Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi positif. Perayaan adalah ekspresi atau kelompok seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajibannya dengan baik layak untuk dirayakaan lewat; tepuk tangan, jentik jari, atau bernyanyi bersama-sama, atau bersama dengan teman kita, mengucapakn: Aku Berhasil
i. Kelebihan dan Kekurangan Quantum Learning Quantum
learning
memiliki
kelebihan
dan
kekurangan
sebagaimana model-model pembelajaran yang lain. Kelebihan dari quantum learning adalah: 1) Model quantum learning dapat mengubah proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan, sederhana dan efektif 2) Dalam quantum learning diajarkan ketrampilan hidup seperti berkomunikasi secara efektif, menjalin hubungan dengan orang lain, berlatih mendengarkan /menghargai pendapat orang lain dan belajar memecahkan masalah 3) Model quantum learning merupakan model yang mudah untuk dipraktekkan, efektif dan menyenangkan sehingga seseorang dirangsang semangatnya untuk berusaha keras menguasai materi yang dipelajari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
4) Quantum learning mengajarkan tiga hal, yakni ketrampilan akademis, prestasi fisik, dan ketrampilan hidup 5) Dalam quantum learning terjadi adanya timbal balik yang menggambarkan kondisi internal dan eksternal siswa dan guru. Selain memiliki kelebihan, quantum learning juga memiliki kekurangan, yakni: 1) Quantum learning membutuhkan biaya yang banyak untuk mengorkestra lingkungna belajar. 2) Quantum
learning
membutuhkan
guru
yang
handal
dan
pengalaman untuk menerapkan pendekatan ini.
6.
Peran Sikap Positif dalam Pembelajaran Tembang Macapat dengan Pendekatan Quantum Learning a)
Pengertian Sikap Istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh herbert spencer pada tahun (1862), yang menggunakan ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Pada masa itu penggunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep mengenai perilaku tubuh seseorang (Azwar, 2005:3, Ahmadi, 2009:148) Sikap menurut La Pierre diartikan sebagai pola perilaku, kondisi atau kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial (Azwar, 1995: 5). Dalam pandangan La Pierre sikap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
berfungsi sebagai sarana untuk menyesuaikan diri dengan situasi sosial tertentu. Sementara itu, Secord dan Backman mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran seseorang terhadap aspek lingkungan di sekitar (dalam Azwar, 1995: 5). Kalau La Pierre memandang sikap sebagi pola prilaku, Secord dan Backman memandang sikap sebagai kondisi perasaan dan pemikiran sebagi tanggapan terhadap situasi sosial tertentu. Keduananya memiliki pemikiran yang sama tentang sikap sebagi tanggapan terhadap lingkungan. L.L Thursione (1946) memandang sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi : simbol, kata kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang favorable sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi (Back W., 1977:3). Sikap adalah kecendrungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik (Sanjaya, 2011:276) Kencenderungan untuk menanggapi suatu objek tertentu tersebut, menurut Seamon dan Kenrick (1999:10) dilakukan dengan cara yang khusus. Thursione memandang bahwa kecendrungan seseorang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
menolak maupun menerima objek didasarkan pada perasaan suka atu tidak suka, sementara Sanjaya didasarkan pada norma tertetentu yang berlaku. Pendapat L.L Thursione tersebut di atas senada dengan Fishbein dan Ajzen yang mendefinisikan sikap sebagai kencenderungan untuk menanggapi secara taat atau cara yang disukai atau tidak di sukai dalam kaitannya dalam suatu objek tertentu (dalam Suhardi,1996:22). Sementara John H. Harvey dan William P.Smith memandang sikap sebagi kesiapan merespon secara konsistan dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi (dalam Ahmadi, 2009:150) Menurut Zambardo dan Ebbesen (dalam Ahmadi, 2009:150) sikap adalah suatu predisposision (keadaan mudah tepengaruh) terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan behavior. Menurut Krech, D and Crutchfield, R.S (dalam Ahmadi, 2009:150) sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, depresi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu Gerungan Pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan , tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan bagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal (dalam Ahmadi, 2009:150)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Menurut Triandis (dalam Suwito, 1985:8) sikap pada hakikatnya
seseorang ketika menghadapi keadaan itu. Sementara itu menurut Suwito (1985:87), sikap merupakan suatu sikap kejiwaan untuk mengamati sikap antara lain dapat dilakukan lewat perilaku, apa yang tampak pada perilaku, belum tentu atau tidak selalu menunjukkan sikap. Dari pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa sikap adalah pola perilaku, kondisi, predisposisi dan keteraturan perasaan maupun pikiran yang memiliki kecendrungan yang bersifat positif atau negatif terhadap objek. Sikap berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan behavior.
b)
Macam Macam Sikap Sikap sebagai suatu tanggapan untuk bereaksi terhadap suatu dan yang dibentuk sepanjang perkembangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) social attitude (sikap sosial), dan (2) individual attitude (sikap individu) Sikap
Sosial
(social
attitude)
merupakan
tindakan
yang
menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulangulang terhadap suatu objek sosial. Sikap sosial dinyatakan tidak oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
seoarang saja tetapi diperhatikan olah orang-orang sekelompoknya. (Ahmadi, 2009:152). Sikap
individu
(individual
attitude)
merupakan
tanggapan
seseorang terhadap suatu objek tertentu yang sikapnya individual. Hal
(1991:150) yang menyatakan bahwa sikap individu dimiliki oleh seseorang saja, dan berkenaan dengan objek-objek tertentu. Sikap sebagai tanggapan terhadap objek tertentu, bisa dibedakan atas bentuknya, yaitu (1) sikap positif, dan (2) sikap negatif (Hutagalung, 2007:56-57). Sikap positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Sikap positif siswa terlihat dari sikap mengikuti norma yang berlaku disekolah seperti disiplin dalam mengikuti pelajaran, kesiapan menerima pelajaran, keaktifan siswa dalam kelas, keadaan siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan, kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan dalam diskusi. Sikap positif merupakan perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang memerhatikan hal-hal yang positif. Suasana jiwa yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan daripada kesedihan, harapan daripada keputusan. Sesuatu yang indah dan membawa sesorang untuk selalu dikenang, dihargai, dihormati oleh orang lain. Untuk menyatakan sikap yang positif, seseorang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
tidak hanya mengekpresikannya hanya melalui wajah, tetapi juga dapat melalui bagaimana cara dia berbicara, berjumpa dengan orang lain, dan cara menghadapi masalah. Sikap positif juga mencerminkan seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang baik, dan karenanya dia patut dikenal dan diketahui. Bila sesuatu terjadi sehingga membelokkan fokus mental seseorang kearah yang negatif, mereka yang positif mengetahui bahwa guna memulihkan dirinya, penyesuaian harus dilakukan, karena sikap positif hanya dapat dipertahankan dengan kesadaran. Usaha yang dapat dilakukan untuk menuju sikap positif adalah (1) tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang kuat. Selalu mengingatkan diri bahwa sesuatu yang positif akan diperoleh dari kebiasaan baru, (2) jangan
biarkan
perkecualian
sebelum
kebiasaan
baru
mengakar
dikehidupan pribadi, dan (3) berlatih dan berlatih terus dalam setiap kesempatan tanpa rasa jenuh dan bosan. Sementara sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana individu berada. Sikap negatif harus diindari, karena hal ini mengarahkan sesorang pada kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini tercermin pada muka yang muram, sedih, suara parau, penampilan diri yang tidak bersahabat. Sesuatu yang menunjukkan ketidakramahan, ketidak-menyenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Untuk menghilangkan sikap negatif adalah (1) belajar mengenali sifat negatif diri, bersikap jujur terhadap diri atau tanyalah kedapa seseorang yang dipercaya dan dihormati mengenai sifat negatif diri, (2) akui bahwa sikap negatif itu memang dilakukan. (3) sikap terbentuk melalui pembiasaan (conditioning). Lebih sering kebiasaan, semakin melekat dan bertambah sulit untuk dihilangkan. Untuk itu latihan untuk menghilangkan kebisaan buruk pada diri harus dilakukan secara berkesinambungan, dilandasi kesadaran penuh untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Jadi sikap positif siswa bisa diamati melalui perilaku yang tampak dalam proses pembelajaran, seperti keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, perhatian siswa dalam mengikutipembelajaran, Serius dalam mendengarkan penjelasan guru, kesungguhan dalam mengerjakan soal. Sementara itu sikap negatif siswa tampak pada prilaku yang negatif seperti tidak memperhatikan penjelasan guru, mengantuk, meremehkan dan lain sebagainya.
c)
Ciri-ciri dan Fungsi Sikap 1) Ciri-ciri sikap Menurut Ahmadi (2009:164-165) sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Adapun ciri adalah sebagai berikut :
commit to user
ciri sikap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
(a)
Sikap itu dipelajari (learnability) Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif-motif psikologi lainnya. Misalnya : lapar, haus, adalah motif psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barang kali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.
(b)
Memiliki kestabilan (stability) Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat tetap, dan stabil, melalui pngalaman. Misalnya : perasaan like dan dislike terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang
ulang
atau memiliki frekuensi yang tinggi. (c)
Personal-societal significance Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenagkan, terbuka serta hangat, maka ini akan berarti bagi dirinya, iya merasa bebas, dan favorable.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
(d)
Berisi Kognisi dan Afeksi Komponen kognisi dari pada sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya : objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
(e)
Approach
avoidance directionality
Bila seseorang memiliki sikap favorable terhadap sesuatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang unfavorable, mereka akan menghindarinya.
2) Fungsi Sikap Fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yakni: (a) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru karna itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan bersama dan pengalaman bersama biasanya ditandai oleh adanya sikap anggotanya yang sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok yang lain. Oleh karena itu anggota-anggota kelompok yang mengambil sikap sama terhadap objek tertentu dapat meramalkan tingkah laku terhadap anggota-anggota lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
(b) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan, tetapi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usiannya perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkan
yaitu
sesuatu
yang
pertimbangan/penilaian-penilaian
berwujud terhadap
pertimbangan-
perangsang
itu
sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam masyarakat yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya. (c) Siakap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian, lalu dipilih. Tentu saja pemilihan itu ditentukan atas tinjauan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
apakah pengalaman-pengalaman itu mempunyai arti baginya atau tidak. Jadi manusia setiap saat mengadakan pilihan-pilihan, dan semua perangsa tidak semuanya dapat dilayani. Sebab kalau demikian akan mengganggu manusia. Tanpa pengalaman tidak ada keputusan dan tidak dapat melakukan perbuatan. Itulah sebabnya maka apabila manusia tidak dapat memilih ketentuan-ketentuan dengan pasti akan terjadilah kekacauan. (d) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap
seseorang,
kita
harus
mengetahui
keadaan
yang
sesungguhnya dan pada sikap orang tersebut dan dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubahnya sikap-sikap tersebut.
d)
Komponen Sikap Travers (1977), Gagne (1977), dan Gronbach (1977) sependapat bahwa sikap mengandung tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif (Ahmadi, 2009:151-152)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
1) Komponen Kognitif Komponen kognitif adalah kompenen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang di pikirkan seseorang yang mngenai obyek sifat tentu fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Misalnya, sikap mahasiswa terhadap senjata nuklir. Kompenen kognitif dapat meliputi beberapa informasi tentang ukurannya, cara pelepasannya, jumlah kepala nuklir pada setiap rudal, dan beberapa keyakinan tentang negara-negara yang mungkin memilikinya, daya hancurnya, dan lain-lain. 2) Kompenen Afektif Komponen afektif menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Tumbunya rasa senang atau
sikap. Semakin dalam komponen keyakinan positif maka akan semakin senang orang terhadap objek sikap. Misalnya, kekhawatiran atau ketakutan akan terjadinya penghancuran oleh nuklir pada kehidupan manusia. Keyakinan negatif
ini akan menghasilkan
penilaian negatif pula terhadap nuklir. 3) Komponen Konatif atau Behavior Komponen konatif terdiri dari kesiapan seseorang untuk beraksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Bila seseorang menyenangi suatu objek, maka ada kecenderungan individu tersebut akan mendekati objek dan sebaliknya. Misalnya, kecenderungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
mahasiswa
untuk
bertindak
terhadap
senjata
nuklir
dengan
menandatangani petisi dan mengadakan demonstrasi untuk menentang penyebaran rudal berkepala nuklir, menentang orang yang mendukung penggunaan nuklir, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat diketahui bahwa ada tiga komponen sikap, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Secara ringkas ketiga komponen tersebut digambarkan sebagai berikut. Tabel 1. Komponen Sikap Komponan Karakteristik Kognitif Afeksi Konatif
e)
Contoh
Kepercayaan, pengetahuan, Saya pikir, saya pemikiran yakin. menurut saya Perasaan, emosi Saya takut, saya senang, saya suka Kecendrungan untuk bertindak Saya melakukan
Pengukuran Sikap Untuk mengetahui sikap perlu dilakukan pengukukuran. Teknik mengukur sikap ada beberapa jenis, yaitu (1) teknik perbandingan fisik (judgement technique), (2) teknik psikologik (method of summated ratings), (3) teknik skala jarak sosial (social distance scale), dan (4) teknik skala Guttman (Hutagalung, 2007:58-59) 1) Teknik Perbandingan Fisik (Judgement Technique) Teknik
yang
paling
awal
adalah
yang
masih
menggunakan
perbandingan fisik untuk menentukan sikap terhadap objek sikap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
tertentu (A lebih berat dari B, X lebih keras dari Y, fitnah lebih kejam dari pembunuhan, dan sebagainya). Menurut Thurstone, penilaian (judgement) orang sebagai hasil memperbandingakan ini dapat di ukur dalam bentuk skala. 2) Teknik Psikologik (Method of Summated Ratings) Teknik pengukuran lain adalah yang sepenuhnya psikologik. Yaitu, teknik yang tidak menggunakan perbandingan fisik yang dianggap terlalu rumit. Dasar dari teknik ini adalah bahwa evaluasi seseorang terhadap sebuah objek sikap dapat di skalakan tanpa harus membuat perbandingan
fisik
terlebih
dahulu.
Caranya
adalah
dengan
mengumpulkan sejumplah pernyataan tentang suatu sikap. Pernyataan pernyataan ini terdiri atas pernyataan positif maupun negatif dan meliputi komponen kognitif (misalnya, X adalah sesuatu yang bermanfaat, X memudahkan saya untuk melakukan Y, X berbahaya jika dalam keaadan Z, dan sebagainya) 3) Teknik Skala Jarak Sosial (Social Distance Scale) Gabungan dari pengukuran fisik dan psikologik terdapat pada skala Bogardus. Teknik yang dikembangkan dalam ilmu sosiologi ini dinamakan skala jarak sosial, yang dimaksud disini adalah skla untukmengukur sikap anta ras. 4) Teknik Skala Guttman Penilaian sikap dengan menggunakan pengukuran fisik dan psikologig juga dilaskukan Guttman. Teknik ini berdasarkan
commit to user
pemikiran bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
sejumlah perilaku terhadap sebuah objek sikap dapat disusun dalam peringkat. Sebuah perilaku pada peringkat paling bawah dilakukan oleh hampir semua orang. Perilaku pada peringkat lebih atas dari peringkat sebelumnya akan dilakukan oleh lebih sedikit orang. Demikian seterusnya, makin tinggi peringkat makin sedikit yang melakukannya. Dan, pada peringkat tertinggi hanya sebagian kecil orang yang melakukan. Sikap seseorang dapat dilihat pada peringkat mana oerilakunya berada terhadap objek sikap tertentu. Sementara itu Ahmadi (2009:169-174) mengemukakan beberapa teknik pengukuran sikap, yakni (1) skala thurstone, (2) skala likert, (3) skala borgadus, dan (4) skala perbedaan semantik. 1) Skala Thurstone Skala Thurstone terdiri atas kumpulan pendapat yang memiliki rentangan dari sangat positif ke arah sangat negatif terhadap objek sikap. Pertanyaan tersebut kemudian diberikan sekelompok individu yang diminta untuk menentukan pendapatnya pada suatu rentangan sampai 11 (sebelas) dimana angka 1 (satu) mencerminkan paling positif dan angka 11 (sebelas) mencerminkan paling negatif. 2) Skala Likert Skala Likert merupakan pengembangan dari skala Thurstone. Likert juga menggunakan sejumlah pertanyaan untuk mengukur sikap yang didasarkan pada rata-rata jawaban. Likert di dalam pernyataannya menggambarkan pandangan yang ekstrim pada masalahnya. Setelah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
pernyataan itu dirumuskan, Likert membaginya kepada sejumlah responden diminta untuk menunjukkan tingkatan dimana mereka setuju atau tidak setuju pada setiap pada setiap pernyataan dengan 5 (lima ) pilihan skala: sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju. 3) Skala Borgadus (Social Distance Scale) Emery Botgadus tahun 1925 menemukan suatu skala yang disebut Social distance scale, yang secara kuantitatif mengukur tingkat jarak seorang yang diharapkan untuk memelihara hubungan orang dengan kelompok-kelompok lain. Dengan skala Borgadus responden diminta untuk mengisi atau menjawab pernyataan satu atau semua dari 7 (tujuh) pernyatan untuk melihat jarak sosial terhadap kelompok etnikbgroup lainnya. 4) Skala perbedaan Semantik ( The Semantic Deffrent Scale) Skala ini dikembangkan oleh Osgood, Sucu dan Tannerbaum (1957) yang meminta responden untuk menentukan sikapnya terhadap objek sikap, pada ukuran yang sangat berbeda dengan ukuran yang terdahulu. Dari uraian tersebut diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa teknik pengukuran sikap, yaitu (1) teknik perbandingan fisik (judgement technique), (2) teknik psikologik (Method of Summated Ratings, Skala Likert), (3) teknik skala jarak sosial (Scial Distance Scale, Borgadus Scale), (4) teknik skala Guttman (5) skala thurstone, dan (6) skala perbedaan semantik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
f)
Faktor Penyebab Perubahan Sikap Sikap seseorang bisa mengalami perubahan dari negatif menjadi positif, dan sebaliknya. Perubahan tersebut disebabkan beberapa faktor. Menurut Ahmadi (2009:157-158) perubahan sikap disebabkan oleh faktor intern dak ekstern. 1) Faktor Intern adalah faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectifity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya. Misalnya: orang yang sangat haus, akan lebih memperhatikan hausnya itu dari perangsang-perangsang yang lain. perangsang dapat menghilangkan. 2) Faktor ekstern adalah faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya: Interaksi antara manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti: surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya. Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa sikap seseorang bisa berubahubah. Perubahan tersebut disebabkan oleh faktor yang berada di dalam diri orang tersebut dan faktor yang berada di luar diri orang tersebut. Termasuk sikap siswa dalam mengikuti pelajaran bisa berubah dari yang negatif menuju yang positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
C. Kerangka Berpikir
1. Penerapan Pendekatan Quantum learning dalam upaya meningkatkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran tembang macapat Quantum learning merupakan pembelajaran yang memanfatkan segala potensi yang ada. Artinya, segala sesuatu yang ada hubungangnya dengan pembelajaran ditata sedemikian rupa sehingga sehingga potensi siswa dapat berkembang dengan baik. Suasana pembelajaran yang menyenangkan akan menyugesti anak untuk belajar dengan baik. Misalkan ruangan yang diberi hiasan-hiasan, gambar-gambar dan aneka bentuk yang lain akan mempengaruhi kejiwaan anak untuk terus belajar denga baik. Selain itu juga, adanya iringan musik yang menyertainya akan memberi nuansa yang menyenangkan dan nyaman bagi siswa. Pembelajaran tembang akan berhasil dengan baik jika quantum learning mampu diimplementasikan di ruang kelas dengan sempurna. Suasana yang menyenangkan akan membawa siswa untuk terus mempelajari tembang, sehingga tujuan pembelajaran akan berhasil dengan baik. Pada pendekatan tradisional tidak mampu mempengaruhi siswa untuk tetap nyaman belajar. Pendekatan quantum learning akan membangkitkan minat dan siswa untuk terus berjuang memasuki daerah yang penuh dengan tantangan. Sikap positif siswa sebagai akibat sugesti positif akan meningkat dengan cepat sehingga hasil pembelajaran segera dapat diraih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
2. Penerapan Quantum Learning dalam upaya meningkatkan kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat Semua manusia dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan. Semua manusia mempunyai alat-alat yang kita perlukan untuk memuaskan keinginan itu (DePorter dan Hernacki, 1992:22). Rasa ingin tahu yang besar tercermin dari sikap dan perilaku ketika masih bayi. Bayi yang normal akan selalu memasukkan mainannya kedalam mulutnya untuk mengetahui rasanya. Ia akan menggoyangkanya, mengangkatanya, dan memutarkannya berlahan-lahan sehingga dapat melihat bagaimana setiap bagian sisinya terkena cahaya. Ia menempelkannya ditelinga, menjatuhkannya ke lantai dan mengambilnya kembali, membongkar bagian-bagiannya dan menyelidikinya satu demi satu. Proses demikian seperti ini disebut belajar secara menyeluruh (global learning). Global learning merupakan cara yang efektif dan alamiah bagi seorang manusia untuk mempelajari bahwa otak seorang anak hingga usia enam atau tujuh tahun adalah seperti spons, menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa, yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan bebas-stres. Proses ini juga ditambah dengan faktor-faktor umpan balik positif dan rangsangan dari lingkungan. Pendidikan merupakan tempat untuk menuntun seorang anak memuaskan keingintahuannya. Sekolah harus betul-betul melayani kebutuhan anak akan naluri alamiahnya. Keingintahuannya harus terus dipupuk hingga anak mampu belajar dengan suasana yang menyenangkan. Peraturan yang ada harus diarahkan untuk menyalurkan kreatifitas anak. Peraturan yang memasung dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
membunuh kreatifitas harus dihapuskan. Sekolah harus menjadi sebuah taman yang indah, beraneka bunga tumbuh didalamnya, sehingga anak nyaman belajar jauh dari himpitan rasa stres. Selain itu, juga tidak kalah penting adalah sikap guru sebagai pengajar dan pendidik harus mengetahui segala macam pendekatan atau metode yang tepat. Pendekatan atau metode harus lahir dari guru-guru yang tulus untuk memberdayakan anak didik. Pendekatan atau metode lahir sebagai sarana menjembatani kebutuhan anak akan pengetahuan. Sehingga pendekatan atau metode yang dipakai guru harus mencerminkan kebutuhan murid yang sesungguhnaya. Pendekatan tradisional dan metode ceramah dan diskusi yang dipakai selama ini kurang kurang efektif untuk merangsang siswa dalam belajar sehingga menyebabkan siswa terjebak pada kondisi yang menjemukan. Rasa ingin tahu yang alamiah pada akhirnya sirna dari diri siswa. Siswa kurang motivasi, gairah, dan bahkan mengalami stres. Pada giliranya siswa mengalami kegagalan belajar. Metode yang memasung kreatifitas siswa harus diganti dengan metode yang menggairahkan. Metode yang mampu melayani kebutuhan siswa akan keingintahuannya. Quantum learning adalah metode yang diciptakan untuk membantu siswa memuaskan keingintahuannya. Metode ini mengajak siswa belajar secara aktif dan menyenangkan. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran akan diubah menjadi cahaya yang berguna. Potensi siswa akan memancar keluar sehingga mampu bersaing hidup ditengah masyarakat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
kompetitif. Hal ini karena quantum learning memperhatikan segala yang ada disekitar momen belajar. Semua ditata untuk menyugesti positif sehingga siswa belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Pendekatan semacam ini akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran bahasa jawa dan meraih puncak prestasi. Alur berpikir dengan menggunakan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat tampak seperti gambar dibawah ini.
Guru menggunakan pendekatan traditional
Kemampuan menemukan isi pesan tembang
Siswa kurang berminat dalam mengikiti pelajaran
Proses Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Quantum Learning
Memacu siswa untuk belajar secara serius dan menyenangkan
Siswa bersemangat dalam mengikiti pembelajaran
Kemampuan siswa dalam menemukan isi pesan tembang meningkat
Gambar. 1 Alur berpikir dengan menggunakan Pendekatan Quantum Learning dalam pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut. 1.
Pendekatan quantum learning dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam mengikuti pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat.
2.
Pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemapuan siswa siswa dalam mengikuti pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Magetan, Kabupaten Magetan. Sekolah ini terletak di Jalan Pramuka No. 23 Magetan. Pemilihan SMP 4 Magetan sebagai tempat penelitian didasarkan pertimbangan: (1) sikap siswa
dalam mengikuti pelajaran bahasa Jawa sangat kurang, (2)
kemampuan siswa terhadap pelajaran bahasa jawa rendah, dan (3) SMP 4 belum pernah dijadikan tempat penelitian yang sejenis. Penelitian ini akan dilaksanalkan pada semester I. Penelitian ini berlangsung selama enam bulan, yaitu mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan Januari 2013. Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring dan evaluasi, dan refleksi ), penyusunan laporan penelitian, Ujian hasil penelitian, penyempurnaan hasil ujian dan penggandaan.
2. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan Januari 2013. Bulan Agustus sampai dengan September merupakan kegiatan persiapan, meliputi perizinan, observasi awal, penyusunan laporan, dan seminar proposal. Sedangkan bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
melakukan penelitian di lapangan dan penyusunan laporan akhir, secara rinci kegiatan ini` disusun dalam jadwal sebagai berikut: Tabel. 2 Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian Waktu Pelaksanaan 2012/2013 Agustus Septeber Oktober Nopeber Deseber Januari No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 34 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2
3
Persiapan Koordinasi Perijinan Observasi Perumusan Masalah Penyusunan Proposal Seminar Proposal Revisi dan Pengiriman Naskah Pelaksanaan Penyiapan Kelas dan Alat Tindakan Siklus I a. Rencana b. Tindakan c. Observasi d. Refleksi Tindakan Siklus II a. Rencana b. Tindakan c. Observasi d. Refleksi Tindakan Siklus III a. Rencana b. Tindakan c. Observasi d. Refleksi Penyusunan Laporan Penyusunan Laporan Tesis Ujian tesis Perbaikan Laporan Penggandaan Laporan Tesis
v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
B. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah dan tindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata terencana dan terstruktur. Hal yang penting dalam PTK adalah tindakan nyata yang dilaksanakan guru (dengan pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah. Jika ternyata program tersebut belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus berikutnya sampai pemecahan masalah tersebut dapat diatasi (Suwandi, 2011:12) Dave Ebbutt (1985) menyatakan action research is about the systematic study of attempts to improve educational practice by groups of participants by means of their own practical actions and by means of their reflection upon effects of those actions. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian sistematis sebagai usaha untuk meningkatkan praktek pendidikan oleh sekelompok peserta dengan cara tindakan praktek mereka sendiri dan dengan cara merefleksi pengaruh dari tindakan
tindakan tersebut. (dalam David Hopkins,1993:45)
Geoffrey E. Mills (2000:6) menyatakan bahwa action research is any systematic inquiry conducted by teacher researchers, principals, school counselors, or other stakeholders in the teaching/learning environment, to gather information about the ways that their particular school operation, how the teach,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
and how well their student learn. Penelitian tindakan adalah inkuiri sistematis yang dilaksanakan oleh guru-peneliti, kepala sekolah, penasehat sekolah, pemegang kekuasaan lainnya dalam lingkungan belajar/pembelajaran, untuk mendapatkan informasi tentang cara mereka mengoperasikan sekolah, cara mengajar, dan seberapa bagus murid mereka belajar Ferrance (2000: 1) menyatakan bahwa Action research is a process in which participants examine their own educational practice systematically and carefully, using the techniques of research. Penelitian tindakan adalah sebuah proses dimana peserta menguji praktek pendidikan mereka secara sistematis dan hati
hati,
menggunakan teknik penelitian.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru Bahasa Jawa SMP Negeri 4 Magetan tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 34, yang terdiri dari siswa laki-laki 19 dan perempuan 15. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C. Dengan kata lain, kelas VIII C ditetapkan sebagai setting kelas. Sementara itu, guru bahasa Jawa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah bapak Susilo Triwibowo, S.Pd. Penelitian ini bersifat kolaboratif yang melibatkan guru dan siswa. Kelas VIII C dijadikan objek penelitian karena prestasi siswa kurang memuaskan sehingga perlu dilakukan tindakan agar hasil prestasi siswa meningkat. Siswa kelas VIII C dijadikan subbjek penelitian didasarkan pertimbangan: (1) kelas VIII C memiliki sikap yang kurang positif dalam mengikuti pelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
bahasa Jawa, khususnya materi kompetensi dasar menemukan isi dan pesan tembang macapat. Para siswa mengikuti pelajaran hanya sekedar rutinitas biasa. Kegiatan belajar berjalan tanpa gairah. Hal ini harus segera mendapat perhatian dan mendapatan solusi yang tepat untuk mengatasinya, dan (2) kelas VIII C memiliki kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat yang kurang. Atas dasar pertimbangan tersebut maka kelas VIII C harus mendapat perlakuan dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan quantum learning. Quantum learning diyakini mampu mengatasi masalah tersebut karena quantum learning merupakan pendekatan yang berusaha mengubah potensi siswa menjadi prestasi nyata. Pada hakekatnya quantum learning merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menggunakan berbagai cara untuk meraih tujuan. Dengan quantum learning siswa yang tidak memiliki semangat akan tumbuh gairah sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
D. Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini, berupa peristiwa dan informasi tentang kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat kelas VIII SMP 4 Magetan. Sutopo (2002:49-54) menyebutkan bahwa data dapat digali dari informan (narasumber), peristiwa atau aktivitas, dokumen, dan arsip. Data sebagian besar berupa uraian kata-kata yang didapat dari tiga sumber antara lain: 1. Informan (narasumber), yaitu dari guru bahasa Jawa dan siswa kelas VIII C SMP 4 Magetan. Selain guru dan siswa, informan yang lain yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
kepala sekolah SMP 4 Magetan sebagai orang yang bertanggung jawab di sekolah tersebut. 2. Peristiwa, yaitu proses pembelajaran kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan menggunakan pendekatan quantum learning. Dalam peristiwa ini, peneliti melakukan pengamatan selama proses belajar mengajar berlangsung. 3. Dokumen atau arsip, yaitu informasi tertulis yang berupa kurikulum, silabus, rencana pembelajaran, kriteria ketuntasan minimal yang dibuat oleh guru, hasil kerja siswa, serta buku penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulankan data di atas meliputi pengamatan, wawancara, atau diskusi, kajian dokumen, angket dan tes yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut: a. Pengamatan Pengamatan adalah bagian kritis dari perkembangan kemampuan dan ada pertumbuhan penelitian yang mendukung praktek guru dan teman sejawat yang ditujukan untuk perkembangan guru (Anderson, Barksdale & Hite, 2005; Madsen & Cassidy, 2005 dalam Myers, 2012: 94 ). Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta secara pasif. Pengamatan itu dilakukan mengajar siswa dan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
peneliti dengan mengambil tempat duduk paling belakang. Dalam posisi itu, peneliti dapat secara leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan guru dikelas. Pengamatan terhadap guru difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran pemahaman terhadap bahasa jawa ragam krama. Pengamatan terhadap kinerja guru juga difokuskan pada kegiatan guru dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan
dan
menjawab pertanyaan siswa, mengelola kelas, memberikan latihan, umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara itu, pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisifasi siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti terlihat pada keaktifan bertanya dan menanggapi stimuli baik yang datang dari guru maupun dari teman lain, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, dan sebagainya.
b. Wawancara atau Diskusi Wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan dikelas maupun kajian dokumen. Wawancara dilakukan antara peneliti dan guru. Wawancara dilakukan dengan guru dilakukan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap kegiatan belajar mengajar dimaksudkan untuk memperoleh informasi berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa jawa, khususnya pembelajaran pemahaman terhadap bahasa jawa ragam krama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Selain itu wawancara juga dilakukan secara informal di rumah Bapak Susilo Triwibowo, S.Pd baik sebelum maupun sesudah akan dilakukan tindakan. Wawancara ini dilakukan secara santai sehingga data bisa diperoleh secara jelas tanpa ada yang dirahasiakan. Dalam wawancara ini peneliti menanyakan beberapa hal antara lain (1) rencana persiapan pembelajaran yang akan dilakukan, (2) Masalah-masalah yang berkaitan dengan permasalahan pembelajaran (3) mengali penguasaan kompetensi guru mengenai materi pembelajaran, (4) mendiskusikan persiapan yang akan dilakukan (5) dan lain-lain.
c. Kajian Dokumen Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada seperti, kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, hasil kerja siswa dan nilai yang diberikan guru. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
d. Tes Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan. Tes dilakukan pada awal kegiatan untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dan akhir penelitian tindakan untuk mengetahui perkembangan atau peningkatan mutu hasil proses belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
F. Validitas Data Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan memeriksa validitas data antara lain melalui trianggulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan penegecakan ataupun membandingan data itu (Lexy J. Moleong, 1995: 178). Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan tianggulasi metode pengumpulan data. Misalnya, misalnya untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam kegiatan berbicara menggunakan ragam krama dan faktor-faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui kesalahan dan kekliruan yang dilakukan siswa. (2) melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan hambatan siswa dalam berbicara dengan menggunakan ragam krama, fasilitas pembelajaran yang dimiliki sekolah, penilaian guru dan lain sebagainya. G. Teknik Analisis Data Analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan adalah dengan teknik deskriptif komparatif dan teknik deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk analisis data kuantitatif, yaitu dengan membandingkan hasil antar siklus. Peneliti membandingkan hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus (Sarwiji Suwandi, 2011:66) Teknik deskriptif kualitatif merupakan teknik analisis data untuk menggambarkan suatu keadaan atau fenomena. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta sifat atau hubungan antar fenomena yang diselidiki. Teknik deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif yang diperoleh dari aspek sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran menemukan isi dan amanat tembang macapat. Aspek-aspek perilaku siswa pada saat pembelajaran tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara, dan jurnal.
H. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Meningkatnya kemampuan siswa diukur dengan membandingkan hasil test tiap akhir siklus. Dari hasil ini akan didapat prosentasi peningkatan kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Jika ada peningkatan rerata hasil nilai tiap siklus maka pembelajaran dikatakan berhasil. Selain itu, keberhasilan siswa juga bisa dilihat dari perubahan sikap siswa selama mengikuti pelajaran. Indikatornya adalah (1) siswa sering bertanya jika merasa tidak tahu, (2) siswa sering menjawab jika ada pertanyaan, (3) memperhatikan setiap penjelasan dari guru, dan (4) selalu aktif dalam proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
I. Prosedur Penelitian Prodedur penelitian ini menggunakan tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Prosedur seperti berikut:
Bagan 1 Prosedur penelitian tindakan kelas
a. Rencana Tindakan Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang rencana yang akan dilakukan.
Termasuk
menyiapakan
segala
perangkat
yang
akan
diimplementasikan pada tahap pelaksanaan. Pada tahap ini segala sesuatu disiapkan agar pada tahap pelaksanaan bisa berjalan dengan maksimal. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Richards dan Lockhart sebagai berikut. The most important outcome of the planning phase is a detailed plan of the action you intend to take or the change you intend to make. Who is going to do what, and by when ? what are the alterations to the curriculum? How do you intend to implement your revised teaching strategies? Try to work out whether your plans for observation or monitoring your changes. Prepare any
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
questionnares or other information-gathering instruments you will use. (Richards dan Lockhart, 1994:28) Hasil paling penting dari tahap perencanaaan adalah rencana rinci dari tindakan yang akan kamu laksanakan atau perubahan yang akan kamu buat. Siapa yang akan melakukan? Kapan? Apa perubahannya terhadap kurikulum ? bagaimana kamu menerapkan strategi mengajar yang direvisi. Mencoba unruk mengalami apaakah rencanamu untuk observasi atau memonitor perubahanmu.Siapkan beberapa kuesioner atau instrumen pengumpul informasi lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan ini antara lain: (1) membuat skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah yang dilakukan guru dan kegiatan-kegiatan siswa dalam rangka menerapkan tindakan perbaikan, (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang perlu diperlukan di kelas, seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga, (3) mempersiapkan cara merekam dam menanalisis data mengenai proses
dan
hasil tindakan perbaikan, (4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaiakan
untuk
menguji
keterlaksanaan
rancangan
sehingga
dapat
menumbuhkan serta mempertebal kepercayaan diri. Selain itu, dalam tahap ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Proses ini dilakukan secara bersama-sama dengan guru pelaksana, karena penelitian tindakan kelas ini merupakan bentuk kolaboratif, dimana semua harus mendapat kesepakastan bersama antara gurupeneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
b. Pelaksanaan Tindakan Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan dari isi rancangan, yakni mengenakan tindakan di kelas. Pada tahap ini antara guru-peneliti berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan c. Pengamatan Tahap ketiga adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Tahap pelaksanaan dan pengamatan bukan sesuatu yang terpisah. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan guru melakukan tindakan. Jadi pada tahap ini peneliti melakukan secara cermat tindakan yang dilakukan guru di depan kelas dan siswa yang dikenai tindakan. d. Refleksi Pada tahap keempat peneliti melakukan refleksi yakni proses yang kompleks yang mana dikenali secara baik untuk memberikan konstribusi pada pemahaman dan pembelajaran yang lebih mendalam (lucas dan Fleming, 2012:1). Dengan kata lain, refleksi adalah sebuah
kegiatan ini
untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan ini dilakukan peneliti setelah guru selesai melakukan tindakan. Dalam tahap ini guru pelaksana mengemukakan pengalamannya kepada peneliti yang baru saja melakukan pengamatan. Dalam refleksi ini diketahui apa yang sudah berjalan baik dan apa yang belum berjalan maksimal. Dari hasil ini peneliti melakukan rancangan untuk melakukan tindakan pada siklus berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini mengenai hasil penelitian yang terdiri atas deskripsi kondisi awal, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan. A. Deskripsi Kondisi Awal Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat. Hanya beberapa siswa yang mampu menentukan isi dan pesan tembang macapat. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menentukan isi dan pesan tembang macapat masih belum memadai. Kemampuan menentukan isi dan pesan tembang
macapat
yang
masih
rendah
disebabkan
karena
pelaksanaan
pembelajaran tembang macapat yang kurang kreatif dan variatif. Maka dari itu, dalam menyampaikan pembelajaran tembang macapat perlu dikemas semenarik mungkin. Hal ini bertujuan untuk dapat menumbuhkan sikap positif sehingga prestasi atau hasil belajar siswa juga dapat meningkat. Menurut hasil wawancara dan pengamatan secara langsung dapat ditemukan bahwa kualitas pembelajaran bahasa jawa kurang maksimal. Sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat kurang. Keadaan ini berimbas pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Ada beberapa faktor penyebab masalah ini, yakni (1) proses pembelajaran masih menggunakan pendekatan konvensional, (2) pilihan materi kurang kontekstual sehingga menyulitkan siswa dalam mempelajarinya, (3) guru kurang memupuk keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Untuk mengatasi permasalahan itu perlu dilakukan pemilihan pendekatan yang tepat. Salah satu alternatif pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
kemampuan siswa dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat adalah pendekatan quantum learning. Kelebihan quantum learning adalah : (1) menciptakan lingkungan belajar yang efektif, (2) memotivasi dan menumbuhkan sikap positif dengan menerangkan kerangka yang dikenal dengan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan), (3) menerapkan falsafah belajar sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar, (4) membangun rasa kebersamaan; (5) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat, (6) merangsang daya dengar anak didik, (7) tujuan pendekatan quantum learning adalah : menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan bantuan visual / alat peraga yang digunakan selama pembelajaran; dan (8) tampilan guru yang pleasant to look at. Dengan pendekatan quantum learning ditargetkan peningkatan sikap positif siswa dari siklusa I ke siklus II dan pada akhirnya ke siklus III. Selain itu juga tidak kalah penting mengenai hasil pembelajaran diupayakan meningkat dari siklus I ke siklus berikutnya.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilakukan dengan siklus yang terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) observasi dan interpretasi (observing), dan (4) analisis dan refleksi (reflecting).
1. Siklus I a.
Perencanaan Tindakan Siklus I
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Berdasarkan survei awal yang dilakukan dari kegiatan pratindakan, diketahui ada dua permasalahan utama yang menyebabkan siswa kesulitan dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat. Permasalahan utama adalah proses pembelajaran yang konvensional, dimana guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Permasalahan
yang kedua adalah kemampuan
menemukan isi dan pesan tembang macapat masih rendah. Bertolak dari analisis itulah, peneliti berasumsi bahwa dilakukan tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tahap I dari siklus I ini adalah perencanaan tindakan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 3 Oktober 2012 pukul 10.00
11.00 WIB di kantor guru SMP Negeri
4 Magetan. Peneliti dan guru peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam siklus I. Pada kesempatan tersebut peneliti berdiskusi dengan guru sebagai kolabolator. Hal
hal yang perlu didiskusikan antara lain : (1) peneliti
menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang dilakukan, (2) peneliti mengusulkan penerapan pendekatan quantum learning dengan penerapan pendekatan quantum learning dengan penerapan prosedur TANDUR yaitu, tumbuhkan (T), alami (A), namai (N), demonstrasikan (D), ulangi (U), dan rayakan (R) dalam pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat serta menjelaskan cara penerapannya, (3) peneliti dan guru bersama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus I, (4) peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indikator pencapaian tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
pembelajaran, dan (5) peneliti dan guru bersama-sama membuat lembar penilaian siswa yaitu instrumen penelitian berupa tes dan non tes. Instrumen tes digunakan untuk menilai kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat. Instrumen non tes digunakan untuk menilai sikap siswa dalam pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat, dan (6) menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Pada tahap perencanaan tindakan I, peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan pendekatan quantum learning, yakni dengan langkah
langkah sebagai
berikut: a) Peneliti bersama guru menyusun silabus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan (Terlampir). b) Guru dan peneliti menyusun Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi tembang macapat berdasarkan silabus dari sekolah (Terlampir). c) Peneliti bersama guru menyusun pengembangan materi, hal ini dilakukan karena materi dalam buku pelajaran belum sesuai dengan kebutuhan anak. (materi terlampir) d) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian kinerja guru dan siswa. (Terlampir) e) Peneliti dan guru menentukan media pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
f) Guru dan peneliti mengadakan diskusi bersama untuk mengatasi permasalahan yang ada. g) Peneliti dan guru mempersiapkan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan) yang akan digunakan dalam pembelajaran. h) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menemukan
isi
dan
pesan
tembang
macapat
dan
beberapa
soalpendukung. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. (Terlampir) Dari kegiatan diskusi disepakati pula bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 Oktober 2012 (dua jam pelajaran) dan Kamis tanggal 11 Oktober (dua jam pelajaran).
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I Tindakan pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 Oktober 2012 (pukul 07.00
08.20 WIB) selama dua jam pelajaran
(2 x 40 menit) di ruang laboratorium bahasa SMP Negeri 4 Magetan. Dalam pelaksanaan tindakan pertama siklus I ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti duduk di kursi paling belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut : a.
pagi anak
doa, karena pelajaran bahasa Jawa jatuh pada jam pertama. Setelah berdoa bersama guru menanyaka
b. Kemudian guru menembangkan tembang macapat secara langsung. Ada juga siswa yang mencoba menirukan tembang macapat dengan suara lirih. Ada juga beberapa siswa yang tersenyum mendengarkan guru nembang jawa
nembang macapat dulu waktu di SD pernah disuruh nembang macapat
jawab beberapa
siswa. (T:Tumbuhkan) c. Setelah itu guru memberikan beberapa contoh tembang macapat kepada siswa. Siswa mendengarkan dan memperhatikan contoh yang diberikan guru. (Alami) d. Kemudian guru menyuruh siswa untuk membaca tembang macapat. Beberapa siswa terlihat masih canggung dan kaku dalam membaca
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
tembang macapat. Ada juga siswa yang menolak untuk membaca tembang macapat. e. Setelah itu, guru mengajak siswa mengidentifikasi bahasa (kesasteraan) yang digunakan dalam tembang macapat. (Alami). Siswa memperhatikan penjelasan guru, tetapi ada juga yang terlihat bingung. Ada juga yang berbicara sendiri dengan teman sebangku. f. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendefinisikan pengertian tembang macapat. (Namai).
njelasan
yang sudah Bapak berikan, siapa yang bisa menyimpulkan apa pengertian tembang Jawa
tembang macapat adalah tembang Jawa baru yang terikat dengan guru
g. Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi) h. Guru bersama murid merayakaan hasil pembelajaran dengan bertepuk tangan bersama-sama (Rayakan) i. Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
mengucapkan
salam,
Pada pertemuan kedua siklus I ini masih dengan tindakan yang sama, yaitu melanjutkan kegiatan pada pertemuan pertama yang belum selesai. Pada pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Kamis, 11 Oktober 2012 (07.00-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
08.20WIB) adapun urutan pelaksanaan tindakan kedua dari siklus I adalah sebagai berikut. a. Pada awal pembelajaran
pagi anak
b. Setelah itu guru membimbing siswa memprosakan tembang macapat. Dalam kegiatan ini terlihat guru masih dominan dan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru (Namai) c. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan empat atau lima siswa. Dari kegiatan diskusi tersebut, terlihat yang bekerja hanya beberapa siswa. Siswa laki
laki terlihat
berbicara sendiri dengan teman yang lain. Kegiatan diskusi ini kurang berjalan dengan baik. Siswa masih bekerja sendiri tanpa mempedulikan anggota kelompoknya. Kemudian guru membimbing siswa untuk menemukan isi dan pesan tembang macapat melalui kegiatan berdiskusi (Namai) d. Setelah itu guru membimbing siswa untuk menuliskan isi dan pesan tembang macapat
ke dalam selembar kertas manila atau buku
(Demonstrasikan). e. Kemudiang guru bertanya lagi tentang pengertian, isi dan pesan tembang macapat (Ulangi).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
f. Pada kegiatan ini, siswa malu
malu menjawab pertanyaan guru
sehingga guru harus menunjuk siapa yang harus menjawab. g. Setelah itu guru mengajak siswa bersama
sama membuat kesimpulan
dari apa yang telah dipelajari pada hari ini, diantaranya membuat kesimpulan dari pengertian tembang macapat dan mengemukakan isi dan pesan tembang macapat (Namai). h. Kemudian guru memberikan evaluasi hasil belajar berupa tes tentang isi dan pesan tembang macapat. Dalam tes ini terdapat 10 soal yang dibagi menjadi tiga kategori, (1) mengartikan kata
kata dalam tembang
macapat, (2) mengemukakan isi tembang macapat, dan (3) menemukan pesan tembang macapat (Ulangi). i. Guru
bersama
siswa
melakukan
refleksi
proses
hasil
belajar
(Demostrasikan) j. Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi) k. Guri bersama murid merayakan hasil pembelajaran dengan bernyanyi dan bertepuk tangan (Rayakan) l. Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
meninggalkan ruang kelas VIII C.
c.
Observasi dan Intepretasi
commit to user
mengucapkan
salam,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar tembang macapat. Pengamatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 oktober 2012 dan Kamis, 11 Oktober 2012. Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar siswa kelas VIII C. Peneliti duduk di bagian belakang kelas. Berdasarkan pengamatan tersebut, diperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar tembang macapat. 1) Sebelum mengajar, guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SMP Negeri 4 Magetan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2) Untuk menarik perhatian siswa dan meningkatkan motivasi siswa, guru menembangkan tembang macapat secara langsung. 3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan menyuruh siswa untuk menuliskan isi dan pesan dari tembang macapat yang diberikan guru. Pada saat guru bertanya kepada siswa tentang isi dan pesan tembang macapat, siswa malu untuk menjawab sehingga guru harus menunjuk beberapa siswa untuk membaca isi dan pesan tembang macapat. 4) Setelah menyampaikan materi, guru mengajak siswa bersama
sama
membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari pada hari itu, diantaranya membuat kesimpulan dari pengertian tembang macapat dan mengemukakan isi dan pesan tembang macapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
5) Dalam pembelajaran tembang macapat dengan menggunakan pendekatan quantum learning, kinerja guru tampak sebagai berikut. a) Guru belum sepenuhnya memahami penerapan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR dalam kegiatan pembelajaran. b) Guru masih terlihat mendominasi dalam pembelajaran sehingga siswa lebih cenderung pasif dalam pembelajaran. c) Posisi guru lebih banyak berada di depan kelas menyebabkan ia kurang berinteraksi
dengan siswa sehingga ia tidak bisa
memonitoring siswa yang berada di bagian belakang kelas saat mengerjakan latihan. d) Guru belum memberikan Reward (R) kepada siswa yang maju ke depan kelas untuk membaca isi dan pesan tembang macapat. Padahal Reward sangat penting untuk memberikan apresiasi bagi siswa yang bisa menjawab dengan benar dan Reward juga bisa memotivasi siswa lainnya. e) Pada tahap persiapan untuk memulai kegiatan pembelajaran, guru belum menyampaikan lama pembelajaran dan ruang lingkup materi tembang macapat. Pada tahap persiapan ini guru baru menyiapkan rencana dan garis besar materi pembelajaran. f) Pada segi pengelolaan kelas masih tampak adanya kekurangan dalam hal pemanfaatan dan pembagian peralatan yang digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan dalam pengkondisian siswa guru telah melakukan dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
g) Guru dalam pengelolaan waktu sudah sangat baik. Dalam memulai maupun mengakiri pelajaran, guru sangat tepat waktunya. h) Dalam kemampuan memberikan apersepsi, guru sudah cukup baik ditandai dengan
kemampuannya dalam mendorong siswa untuk
mengemukakan pengetahuan awalnya tentang materi tembang macapat. i) Kemampuan guru dalam menyampaikan pelajaran sudah cukup baik, hanya saja belum membimbing siswa dalam berdiskusi dan posisi guru masih tetap berdiri di depan kelas tanpa mengamati dan membantu siswa. j) Ketrampilan guru dalam mengajukan pertanyaan kurang berhasil. Guru belum berhasil memancing siswa untuk bertanya. Ketika guru bertanya siswa masih banyak yang diam. k) Perhatian guru terhadap siswa cukup baik. Guru sudah memberikan perhatian pada siswa secara keseluruhan. Hanya saja guru masih jarang menegur siswa yang tidak memperhatikan sehingga kadangkadang siswa berbicara sendiri dan tidak memperhatikan. l) Dalam hal menutup pelajaran guru sudah baik ditandai dengan mengajak siswa untuk membuat kesimpulan, memberi motivasi dan berpesan untuk belajar di rumah. Sedangkan dari penerapan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR ditemukan kelemahan sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
a) Pembelajaran
yang
dilaksanakan
guru
belum
sepenuhnya
mencerminkan prosedur TANDUR. b) Dalam prosedur TANDUR siswa masih terlihat pasif, belum banyak yang aktif. 6) Dalam pembelajaran tembang macapat dengan menggunakan pendekatan quantum learning, sikap siswa tampak sebagai berikut. a. Sikap positif siswa belum tampak. Dalam mengikuti pelajaran, siswa masih banyak berbicara dengan teman semeja, siswa belum menaruh perhatian secara penuh terhadap penjelasan guru.
Gambar 1. Sikap siswa dalam mengikuti pelajaran b. Siswa masih kesulitan dalam mengartikan kosa kata yang dipakai dalam tembang macapat, terbukti saat mengerjakan tes banyak siswa yang bertanya kepada teman lain. c. Siswa masih kesulitan dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat dilihat dari nilai siswa yang masih rendah dan dibawah KKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
7) Sedangkan dari penerapan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR ditemukan kelemahan sebagai berikut. a.
Pembelajaran
yang
dilaksanakan
guru
belum
sepenuhnya
mencerminkan prosedur TANDUR. b.
Dalam prosedur TANDUR siswa masih terlihat pasif, belum banyak yang aktif.
8) Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran tersebut diperoleh gambaran tentang sikap positif siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut. a. Siswa yang aktif (sikap positif) selama pemberian apersepsi sebanyak 10 (29%) anak, sedangkan 24 (71%) lainya tampak berbicara dengan temannya dan ada juga yang melamun. b. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung sebanyak 15 (44%) anak, sedangkan 19 (56%) anak tidaka terlalu memperhatikan guru. Kebanyakan siswa yang tidak memperhatikan guru adalah siswa laki laki dan siswa yang duduk di bagian belakang. c. Siswa yang antusias menjwab soal
soal (lisan maupun tulisan)
sebanyak 10 (29%) anak, sedangkan 24 (71%) anak yang lainnya terlihat pasif ketika diberi pertanyaan lisan dan tidak sungguh sungguh dalam mengerjakan pertanyaan tertulis. d. Hasil pembelajaran tembang macapat pada siklus I disajikan dalam tabel berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
Tabel 3. Nilai kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat siklus I No. Uraian Pencapaian Hasil Jumlah siswa / nilai 1.
Siswa yang mendapat nilai < 76
24
2.
Siswa yang mendapat nilai > 76
10
3.
Rerata
59,7
4.
Ketuntasan klasikal
29%
Hasil tes yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 76, didapat 10 siswa (29%) sudah mampu menemukan isi dan pesan tembang macapat, sedangkan 24 siswa (71%) masih perlu perbaikan. Nilai rata
rata
kelas 59,7. Ketuntasan secara klasikal sebesar 29%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran pada siklus I belum berjalan baik.
d.
Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: 1. Guru belum memahami penerapan metode quantum learning karena masih banyak kelemahan guru dalam menerapkan prosedur TANDUR dalam pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
2. Guru belum membangkitkan sikap positif siswa. Guru terlihat masih mendominasi pembelajaran. 3. Guru masih terlalu banyak memakai metode ceramah. Hal itu membuat sebagian siswa menjadi bosan dalam mengikuti pelajaran. 4. Untuk mendorong siswa agar sukarela dalam menjawab pertanyaan, mengungkapkan komentar, sebaiknya guru memberikan reward kepada siswa berupa pujian seperti : bagus, bagus sekali, tepat sekali, dan lain sebagainya. 5. Guru sebaiknya menata ruang kelas dengan memutar musik agar siswa tertarik mengikuti pembelajaran. 6. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi, tindakan pada siklus I dikatakan belum berhasil. Rata
rata nilai siswa masih rendah yaitu 59,7. Siswa
yang tuntas KKM hanya 10 anak, sedangkan 24 anak perlu perbaikan.
2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan Siklus II Kegiatan perencanaan tindakan siklus II diadakan pada hari Rabu, 17 Oktober 2012 (pukul 09.00
10.00WIB) di kantor guru SMP Negeri 4
Magetan. Peneliti dan guru sepakat melaksanakan tindakan siklus II pada hari Kamis 18 Oktober 2012 dan Kamis tanggal 25 Oktober 2012. Peneliti dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
guru membahas rencana tindakan pada siklus II. Guru dan peneliti juga membahas analisis hasil observasi terhadap siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Kemudian, guru dan peneliti membahas kelebihan dan kekurangan pada siklus I. Kelebihan yang terlihat pada tindakan siklus I adalah : 1. Siswa sudah mulai tertarik dengan pembelajaran dengan mendengarkan guru yang nembang Jawa secara langsung. 2. Siswa mulai tertarik dengan pembelajaran guru yang menggunakan pendekatan quantum learning yang dikemas secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, meskipun belum secara menyeluruh. 3. Siswa sudah mulai aktif dalam pembelajaran dengan adanya kegiatan berdiskusi, meskipun hanya sebagian siswa yang aktif. 4. Guru
tidak
hanya
menggunakan
metode
ceramah,
tetapi
juga
menggunakan metode diskusi meskipun berjalan kurang efektif.
Pada siklus I juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya : 1. Guru masih terlihat mendominasi pembelajaran. Siswa hanya diam mendengarkan penjelasan guru sehingga konsentrasi siswa kurang fokus mengikuti pembelajaran. 2. Siswa masih terlihat malu dan canggung dalam menjawab pertanyaan. Sikap positif belum tampak. Siswa menjawab pertanyaan setelah ditunjuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
oleh guru. Belum ada keberanian siswa dsalam mengemukakan pendapatnya. 3. Siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Konsentrasi merupakan modal utama yang harus dimiliki siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tanpa adanya konsentrasi pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik. 4. Masih banyak siswa yang bicara sendiri dalam kegiatan berdiskusi. Dalam melakukan diskusi guru kurang memberi arahan sehingga siswa siswa tampak bingung dan akhirnya berbicara diluar tema pembelajaran. 5. Siswa masih kesulitan dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat. Ini disebabkan oleh penguasaan siswa terhadap kosa kata yang ada dalam tembang masih rendah. Jika dicermati pilihan materi tembang macapat pada siklus I kurang sesuai dengan usia anak SMP sehingga perlu kajian dan pilihan untuk materi pada siklus II 6. Guru belum memahami penerapan metode quantum learning karena masih banyak kelemahan guru dalam menerapkan prosedur TANDUR dalam pembelajaran. 7. Guru tidak memberikan pujian (Reward) kepada siswa yang menjawab pertanyaan. Reward memiliki pengaruh yang sangat besar untuk menumbuhkan sikap positif siswa dan pada akhirnya mampu meraih prestasi yang menakjubkan. Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, peneliti dan guru mengambil keputusan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
1. Bagi siswa yang belum terlibat aktif dalam pembelajaran atau siswa yang masih bicara sendiri dengan temannya, guru harus menegur dan memotivasi. 2. Bagi siswa yang malu untuk mengungkapkan isi dan pesan tembang macapat di depan kelas, guru harus mendorong dan memberi motivasi serta tidak menyalahkan pendapat siswa. 3. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat lebih aktif dari sebelumnya,
dengan
cara
memupuk
keberanian
siswa
untuk
mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan di depan kelas. 4. Posisi guru selama pelajaran berlangsung harus senantiasa berotasi agar guru dapat mengamati perilaku seluruh siswanya. Selain itu yang perlu ditekankan dalam siklus II ini, guru akan menambah pengetahuan siswa untuk menentukan isi dan pesan tembang macapat. Hal ini berdasarkan pengamatan bahwa kemampuan siswa untuk menemukan isi dan pesan tembang macapat masih rendah. Peneliti dan guru sepakat menggunakan pendekatan quantum learning untuk mengatasi kelemahan siswa dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat.
Peneliti dan guru kemudian menyusun rencana pembelajaran
tembang macapat dengan pendekatan quantum learning. Berdasarkan kesepakatan bersama, peneliti dan guru kembali memberikan pembelajaran tembang macapat sesuai dengan silabus. Pada siklus pertama, guru menembangkan tembang macapat secara langsung, tetapi pada siklus kedua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
guru akan memutarkan VCD tembang macapat untuk menarik perhatian siswa. Tahap perencanaan tindakan siklus II sebagai berikut 1. Peneliti bersama guru merancang rencana pelaksanaan pembelajaran tembang macapat dengan menggunakan pendekatan quantum learning. 2. Peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran berupa VCD tembang macapat 3. Guru dan peneliti mempersiapkan materi tembang yang akan digunakan pada siklus II 4. Peneliti dan guru menata kelas dengan memasang musik. 5. Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yaitu berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan observasi
yang dilakukan peneliti dengan
mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. Dari kegiatan diskusi disepakati bahwa tindakan siklus II akan dilaksanakan pada Kamis, 18 Oktober 2012 dan Kamis, 25 Oktober 2012.
b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II Tindakan pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 18 Oktober 2012 (pukul 07.00
08.20) selama dua jam
pelajaran (2x40 menit) di ruang laboratorium bahasa SMP Negeri 4 Magetan. Dalam pelaksanaan tindakan pertama siklus II ini, guru bertindak sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti duduk di kursi paling belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut : a.
pagi anak
murid menjwab arena pelajaran bahasa Jawa jatuh pada jam pertama, guru
mempersilahkan ketua kelas untuk memimpin doa bersama . Setelah
b. Kemudian guru menayangkan VCD tembang macapat. Para siswa terlihat antusias meliat tayangan tersebut. Ada juga siswa yang mencoba menirukan tembang macapat dengan suara lirih. Kemudian guru bertanya
(T:Tumbuhkan) c. Setelah itu guru memberikan beberapa contoh tembang macapat kepada siswa. Siswa mendengarkan dan memperhatikan contoh yang diberikan guru. (Alami) d. Kemudian guru menyuruh siswa untuk membaca tembang macapat. Beberapa siswa terlihat masih canggung dan kaku dalam membaca
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
tembang macapat. Ada juga siswa yang menolak untuk membaca tembang macapat. (Alami) e. Siswa dengan guru berusaha mengartikan kosa kata yang dipakai dalam tembang macapat. f. Setelah itu guru membimbing siswa memprosakan tembang macapat. (Namai) g. Setelah itu, guru mengajak siswa mengidentifikasi bahasa (kesasteraan) yang digunakan dalam tembang macapat (Namai) h. Siswa memperhatikan penjelasan guru, tetapi ada juga yang terlihat bingung. Ada juga yang berbicara sendiri dengan teman sebangku. i. Siswa membentuk kelompok dan berdiskusi tentang isi dan pesan tembang macapat (Alami) j. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendefinisikan pengertian tembang macapat (Namai). yang sudah Bapak berikan, siapa yang bisa menyimpulkan apa pengertian dari tembang macapat
tembang Jawa
tembang macapat adalah tembang Jawa baru yang terikat dengan guru lagu dan guru wilangan k. Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi) l. Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
commit to user
mengucapkan
salam,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
kemudian tepuk tangan bersama-sama (Rayakan)
Pada pertemuan kedua siklus II ini masih dengan tindakan yang sama, yaitu melanjutkan kegiatan pada pertemuan pertama yang belum selesai. Pada pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Oktober 2012 (07.0008.20WIB) adapun urutan pelaksanaan tindakan kedua dari siklus II adalah sebagai berikut. a.
pagi anak
m
b. Kemudian guru menayangkan VCD tembang macapat. Para siswa terlihat antusias melihat tayangan tersebut. c. Siswa dengan guru berusaha mengartikan kosa kata yang dipakai dalam tembang macapat. d. Setelah itu guru membimbing siswa memprosakan tembang macapat. (Namai) e. Kemudian guru membimbing siswa untuk menemukan isi dan pesan tembang macapat melalui kegiatan berdiskusi. (Namai) f. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan empat atau lima siswa. Dari kegiatan diskusi tersebut,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
terlihat yang bekerja hanya beberapa siswa. Siswa laki
laki terlihat
berbicara sendiri dengan teman yang lain. g. Setelah itu guru membimbing siswa untuk menuliskan isi dan pesan tembang macapat
ke dalam selembar kertas manila atau buku
(Demonstrasikan) h. Kemudiang guru bertanya lagi tentang pengertian, isi dan pesan tembang macapat (Ulangi) i. Pada kegiatan ini, siswa malu
malu menjawab pertanyaan guru sehingga
guru harus menunjuk siapa yang harus menjawab. j. Setelah itu guru mengajak siswa bersama
sama membuat kesimpulan
dari apa yang telah dipelajari pada hari ini, diantaranya membuat kesimpulan dari pengertian tembang macapat dan mengemukakan isi dan pesan tembang macapat (Namai). k. Kemudian guru memberikan evaluasi hasil belajar berupa tes tentang isi dan pesan tembang macapat. Dalam tes ini terdapat 10 soal yang dibagi menjadi tiga kategori, (1) mengartikan kata
kata dalam tembang
macapat, (2) mengemukakan isi dan pesan tembang macapat, dan (3) pengertian tembang macapat (Ulangi) l. Guru
bersama
siswa
melakukan
refleksi
proses
hasil
belajar
(Demostrasikan) m. Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
n. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan terimakasih kepada
(Rayakan)
c.
Observasi dan Intepretasi Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar tembang macapat. Pengamatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Oktober 2012 dan Kamis, 25 Oktober 2012. Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar siswa kelas VIII C. Peneliti duduk di bagian belakang kelas. Berdasarkan pengamatan tersebut, diperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar tembang macapat sebagai berikut. 1) Sebelum mengajar, guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan
dilaksanakan
dalam
pembelajaran.
Rencana
pelaksanaan
pembelajaran tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SMP Negeri 4 Magetan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2) Untuk menarik perhatian siswa dan meningkatkan motivasi siswa, guru memutar VCD tembang macapat. Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi yang akan diajarkan, yaitu tembang macapat. Meskipun guru sudah memutar VCD namun masih ada siswa yang kurang antusias mengikuti pembelajaran. Masih ada siswa yang berbicara dengan teman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120
3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan menyuruh siswa untuk menuliskan isi dan pesan dari tembang macapat yang diberikan guru. Pada saat guru bertanya kepada siswa tentang isi dan pesan tembang macapat yang telah didiskusikan, siswa malu untuk menjawab sehingga guru harus menunjuk beberapa siswa untuk membaca isi dan pesan tembang macapat. Setelah itu guru mulai memberikan reward kepada siswa yang memiliki keberanian untuk mengutarakan hasil diskusinya. Cara ini sangat efektif untuk memberi motivasi siswa dalam pembelajaran.
Gambar 2. Sikap siswa dalam berdiskusi dengan kelompok 4) Setelah menyampaikan materi, guru mengajak siswa bersama
sama
membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari pada hari itu, diantaranya membuat kesimpulan dari pengertian tembang macapat dan mengemukakan isi dan pesan tembang macapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
5) Dalam pembelajaran tembang macapat dengan menggunakan pendekatan quantum learning, terlihat guru sudah meningkat pemahamannya tentang pendekatan quantum learning a) Pemahaman guru penerapan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR dalam kegiatan pembelajaran sudah meningkat lebih baik b) Dominasi guru dalam pembelajaran sudah berkurang, guru sudah berusaha memancing siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan sikap positif siswa sudah mulai meningkat.
Gambar
3.
Guru memancing pembelajaran
siawa
untuk
aktif
dalam
c) Guru sudah memberikan Reward (R) kepada siswa yang maju kedepan kelas untuk membaca isi dan pesan tembang macapat. Reward ini sangat sangat penting untuk memberikan apresiasi bagi siswa yang bisa menjawab dengan benar dan bisa memotivasi siswa lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
9) Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran tersebut diperoleh gambaran tentang sikap positif siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut. a. Siswa yang aktif (sikap positif) selama pemberian apersepsi sebanyak 20 (59%) anak, sedangkan 14 (41%) lainya tampak berbicara dengan temannya dan ada juga yang melamun. b. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung sebanyak 25 (74%) anak, sedangkan 7 (26%) anak tidak terlalu
memperhatikan
guru.
Kebanyakan
siswa
yang
tidak
memperhatikan guru adalah siswa laki laki dan siswa yang duduk di bagian belakang. c. Siswa yang antusias menjwab soal
soal (lisan maupun tulisan)
sebanyak 20 (59%) anak, sedangkan 14 (41%) anak yang lainnya terlihat pasif ketika diberi pertanyaan lisan dan tidak sungguh sungguh dalam mengerjakan pertanyaan tertulis. d. Hasil pembelajaran tembang macapat pada siklus II disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4. Nilai kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat siklus II No. Uraian Pencapaian Hasil Jumlah siswa / nilai 1.
Siswa yang mendapat nilai < 76
16
2.
Siswa yang mendapat nilai > 76
18
3.
Rerata
78,7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
4.
Ketuntasan klasikal
53%
Hasil tes yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 76, didapat 18 siswa (53%) sudah mampu menemukan isi dan pesan tembang macapat, sedangkan 16 siswa (47%) masih perlu perbaikan. Nilai rata
rata
kelas 78,705. Ketuntasan secara klasikal sebesar 53 %. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran pada siklus II sudah meningkat baik meskipun perlu perbaikan lebih lanjut.
d.
Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: 1. Pemahaman guru tentang penerapan pendekatan quantum learning lebih baik dari pada siklus I namun perlu ditingkatkan lagi. 2. Guru sudah berhasil
membangkitkan keaktifan siswa, namun belum
secara menyeluruh untuk semua siswa. 3. Guru sudah menggunakan metode lain seperti metode tanya jawab, diskusi dan metode latihan. 4. Posisi guru sudah tidak berada di depan kelas dalam memberi penjelasan. Guru sudah berpindah-pindah tempat dalam memberikan penjelasan. Ini berdampak pada sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124
5. Pelaksanaan siklus II membangkitkan antusias siswa yang menjawab soal soal (lisan maupun tulisan) sebanyak 20 (59%) anak, sedangkan 14 (41%) anak yang lainnya diberi pertanyaan lisan. Ini merupakan bentuk usaha guru dalam memberi reward kepada siswa. 6. Tindakan siklus II masih mempunyai beberapa kelemahan terutama dari segi pendekatan quantum learning dengan menerapkan multimedia. a. Guru masih belum maksimal dalam menerapkan rancangan TANDUR dalam pendekatan quantum learning. b. Pada saat guru menjelaskan masih banyak siswa yang kurang antusias mendengarkan. Masih ada yang berbicara dengan teman maupun yang tampak melamun. c. Berdasakan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II dikatakan ada peningkatan meskipun belum mencapai hasil yang maksimal secar keseluruhan. Peningkatan tersebut terlihat dari hasil nilai rata-rata pada siklus I yang hanya 59,7 meningkat 19,0 poin pada siklus II yaitu sebesar 78,7. d. Sikap
positif
siswa
mengalami
peningkatan
yang
siknifikan.
Kekurangan-kekurangan pada siklus I bisa diatasi dengan baik. 3. Siklus III a. Perencanaan Tindakan Siklus III Berdasarkan hasil analisi dan refleksi tindakan siklus II, peneliti dan duru mengadakan diskusi untuk membahas kekurangan pada siklus II dan mengatasi kekurangan tersebut untuk diterapkan pada siklus III. Pada pelaksanaan siklus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
II penerapan pendekatan quantum learning sudah mulai menunjukkan keberhasilan dalam memberikan solusi permasalahan siswa dakam menemukan isi dan pesan tembang macapat. Kegiatan diskusi ini dilaksanakan pada hari Sabtu 27 Oktober 2012 pukul 09.00
10.00 WIB di kantor guru SMP Negeri 4
Magetan. Tahap perencanaan tindakan III meliputi kegiatan
kegiatan sebagai
berikut. 1. Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran sebagai berkut. 2. Guru
menyusun
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
yang
menerapakan pendekatan quantum learning. 3. Peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran VCD tembang macapat. 4. Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil tes kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat. sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dengan mengamati siswa selama pembelajaran berlangsung. Dari kegiatan diskusi disepakati bahwa tindakan dalam siklus III dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu pada hari Kamis, 1 November 2012 dan Kamis, 8 November 2012
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126
Pertemuan pertama pada tindakan siklus III dilaksanakan pada hari Kamis, 1 Oktober 2012 pukul 07.00
08.20 WIB selama 2 jam pelajaran
( 2 x 40 menit) di laboratorium bahasa SMP Negeri 4 Magetan. Dalam pelaksanaan tindakan siklus III ini guru menerapakan solusi yang disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran tembang macapat pada siklus II, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Urutan pelaksanaan tindakan siklus III
pada pertemuan pertama
adalah sebagai berikut. a. anak !. Siswa
kita memulai pelajaran hari ini marilah kita berdoa terlebih dahulu bersama-sama. Siapa yang tidak
b. Selanjutnya guru mengadakan apersepsi dengan memutarkan VCD tembang jawa yang sesuai dengan kondisi siswa. c. Kemudian guru menayangkan VCD tembang macapat. Para siswa terlihat sangat antusias meliat tayangan tersebut. (T:Tumbuhkan) d. Setelah itu guru memberikan beberapa contoh tembang macapat kepada siswa. Siswa terlihat serius mendengarkan dan memperhatikan contoh yang diberikan guru. (Alami)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127
e. Kemudian guru menyuruh siswa untuk membaca tembang macapat. Siswa mulai terlihat percaya diri
membaca tembang macapat. guru tembang macapat?.
Beberapa siswa juga mengacungkan tangan untuk menawarkan diri membaca tembang macapat. f. Siswa dengan guru berusaha mengartikan kosa kata yang dipakai dalam tembang macapat. Siswa terlihat fokus dan beberapa juga sudah bisa mengartikan sendiri dengan mengucapkan arti secara langsung ketika diberi pertanyaan oleh guru. (Alami) g. Setelah itu guru membimbing siswa memprosakan tembang macapat. Siswa sudah terlihat terlihat lihai dalam memprosakan tembang macapat secara mandiri. (Namai) h.
Setelah itu, guru mengajak siswa mengidentifikasi bahasa (kesasteraan) yang digunakan dalam tembang macapat. Siswa sudah mulai terbiasa mengidentifikasi kesasteraan dari pengalaman siklus I dan siklus II. Hanya ada sedikit siswa terlihat bingung mengidentifikasi kesasteraan tembang macapat (Alami)
i. Siswa membentuk kelompok dan berdiskusi tentang isi dan pesan tembang macapat. Siswa terlihat mulai bisa berkomunikasi dan bekerja sama dengan teman satu kelompok. Mereka saling mengungkapkan pendapat mereka masing
masing. (Alami)
j. Kemudian guru membimbing siswa untuk mendefinisikan pengertian tembang macapat. Disini terlihat banyak siswa sudah bisa mendefinisikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128
pengertian tembang macapat. (Namai). Guru b contoh dan penjelasan yang Bapak berikan, siapa yang tahu apa pengertian dari tembang macapat adalah tembang Jawa yang terikat dengan guru lagu dan guru wilangan memahami pengertian dari tembang macapat k. Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi) l. Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
mengucapkan
salam,
. Kemudian guru meninggalkan kelas VIII C menuju kantor guru. Pada pertemuan kedua pada tindakan siklus III ini masih dengan tindakan yang sama, yaitu melanjutkan kegiatan pada pertemuan pertama yang belum selesai. Pada pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Kamis, 1 November 2012 (07.00-08.20 WIB) adapun urutan pelaksanaan tindakan kedua dari siklus III adalah sebagai berikut. a. aikum Salam
pagi anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129
b.
Kemudian guru menayangkan VCD tembang macapat. Para siswa terlihat antusias melihat tayangan tersebut.
c.
Siswa dengan guru berusaha mengartikan kosa kata yang dipakai dalam tembang macapat. Siswa terlihat bisa mengartikan kosa kata secara mandiri.
d.
Setelah itu guru membimbing siswa memprosakan tembang macapat. Siswa sudah terlihat mahir dalam memprosakan tembang macapat. Hanya terlihat dua siswa yang sedikit kebingunganuntuk memprosakan tembang macapat (Namai)
e.
Kemudian guru membimbing siswa untuk menemukan isi dan pesan tembang macapat melalui kegiatan diskusi kelompok. Hampir semua anggota kelompok berpartisipasi dalam tugas kelompok. Mereka saling bertukar ide dan memberikan pendapat. (Namai)
f.
Setelah itu guru membimbing siswa untuk menuliskan isi dan pesan tembang macapat
ke dalam selembar kertas manila atau buku.
(Demonstrasikan) g.
Kemudiang guru bertanya lagi tentang pengertian, isi dan pesan tembang macapat. Disini terlihat hampir sebagian besar siswa telah memahami pengertian , isi dan pesan tembang macapat. (Ulangi)
h.
Pada kegiatan ini banyak siswa secara sukarela menjawab pertanyaan guru sehingga guru tidak perlu menunjuk siapa yang harus menjawab. Guru pun memberikan siswa reward berupa alat tulis kepada siswa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130
menjawab dengan benar. Siswa terlihat sangat senang dan berlomba lomba menjawab pertanyaan guru tanpa ditunjuk. (Rayakan) i.
Setelah itu guru mengajak siswa bersama
sama membuat kesimpulan
dari apa yang telah dipelajari pada hari ini, diantaranya membuat kesimpulan dari pengertian tembang macapat dan mengemukakan isi dan pesan tembang macapat (Namai). j.
Kemudian guru memberikan evaluasi hasil belajar berupa tes tentang isi dan pesan tembang macapat. Dalam tes ini terdapat 10 soal yang dibagi menjadi tiga kategori, (1) mengartikan kata
kata dalam tembang
macapat, (2) mengemukakan isi dan pesan tembang macapat, dan (3) pengertian tembang macapat (Ulangi) k.
Guru
bersama
siswa
melakukan
refleksi
proses
hasil
belajar
(Demostrasikan) l.
Guru memberikan tugas individu untuk mencari tembang macapat dan mengungkapkan isi dan pesan tembang tersebut (Ulangi)
m. Guru bersama murid menyanyi bersama (Rayakan) n.
Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
meninggalkan ruang kelas VIII C.
c. Observasi dan Interpretasi Siklus III
commit to user
mengucapkan
salam,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131
Selama pelaksanaan tindakan siklus III pada hari Kamis, 1 November 2012 dan Kamis, 8 November 2012, peneliti duduk di bagian belakang kelas untuk mengamati jalannya proses pembelajaran. Dari pengamatan ini, peneliti mencatat bahwa proses pembelajaran belajar baik, terbukti guru sudah menerapkan pendekatan quantum learning dengan baik. Guru memimpin jalannya prose belajar secara jelas dan terencana. Siswa terlihat tertib dan antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Seperti pada pertemuan pertemuan sebelumnya, guru mengawali pelajaran dengan memutar VCD. Pada pertemuan ini, materi yang diajarkan tetap sama yaitu kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan menggunakan pendekatan quantum learning. Pada pertemuan selanjutnya, guru memberikan reward tidak hanya berupa pujian atau applause tapi juga berupa alat tulis (buku, pulpen dan pensil). Siswa siswa terlihat antusias ketika guru memberikan reward. Siswa tambah semangat mengikuti pelajaran dan menjawab pertanyaan guru. Pada siklus I dan II siswa masih terlihat malu dan enggan menjawab pertanyaan guru, tetapi pada siklus ke III siswa tambah semangat dalam mengikuti pelajaran dan menjawab pertanyaan dikarenakan adanya reward dari guru. Pada siklus ke III, siswa mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan guru secara sukarela. Berikut dipaparkan kinerja guru selama tindakan siklus III 1. Dalam persiapan guru dalam memulai pelajaran sudah bagus. Guru sudah menyiapkan rencana pembelajaran tembang macapat dengan baik,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132
menyampaikan
garis besar materi pembelajaran tembang macapat,
menyampaikan
ruang
lingkup
materi
tembang
macapat
dan
menyampaikan lama pembelajaran tembang macapat 2. Dalam pengelolaan kelas, guru sudah mampu dengan baik. Hal ini ditandai dengan (a) usaha guru untuk mengkondisikan siswa, sehingga siswa terkondisi untuk mengikuti pembelajaran, (b) usaha guru mengecek kehadiran siswa, (c) usaha guru untuk melakukan pembagian peralatan yang digunakan dalam pembelajran, dan (d) usaha guru untuk membimbing siswa berdiskusi 3. Dalam pengelolaan waktu guru sudah baik dengan adanya usaha guru memulai pelajaran tepat waktu, usaha guru memberikan batas waktu dalam melakukan diskusi, usaha guru menggunakan waktu secara efisien, usaha guru melakukan pembelajaran sesuai rencana. Semua usaha tersebut dapat dilaksanalkan dengan baik. 4. Dalam melakukan apersepsi, guru telah mendorong siswa siswa untuk mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Selain
itu,
guru
juga
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
yang
berhubungan dengan konsep. Usaha guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan pendapatnya juga sudah berhasil dengan baik dan guru mengilustrasikan pemahaman tentang konsep yang akan dibahas. 5. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan (a) guru menyampaikan materi dengan mudah dipahami, (b) guru mampu berkomunikasi dengan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133
secara baik, (c) guru mampu membangkitkan keaktofan siswa dengan baik, (d) guru berkeliling mengamati dan membantu siswa. 6. Ketrampilan guru dalam mengajukan pertanyaan, perhatian guru terhadap siswa, pengembangan aplikasi dan kemampuan menutup pelajaran sudah sangat baik. Sedangkan kinerja siswa dapat dipaparkan sebagai berikut. 1. Kedisiplinan siswa sangat baik. Indikasinya adalah (a) siswa tepat waktu dalam masuk kelas sebelum pelajaran dimulai, (b) siswa memberikan salam pada guru sebelum pelajaran dimulai, (c) siswa berdoa sebelum pelajaran dimulai, dan (d) siswa bersikap sopan selam pelajaran berlangsung 2. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran sudah sangat baik. Siswa menyiapkan alat
alat tulis yang dibutuhkan, termasuk menyiapkan buku
pelajaran dan menyiapkan alat
alat untuk digunakan diskusi.
3. Dari segi keaktifan pada siklus III ini, siswa sudah bisa dikatakan aktif dan positif. Siswa mengikuti proses pembelajaran dari awal sampai akhir dengan baik, siswa berani mengemukakan pendapatnya, siswa berani bertanya ketika mengalami kesulitan, dan Siswa berinteraksi aktif dengan kelompok disk 4. Kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi sangat baik. Siswa menjawab pertanyaan secara tepat sesuai pertanyaa, logis, lengkap, dan sempurna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134
5. Kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat mengalami peningkatan yang sinifikan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut dapat dinyatakan bahwa : 1. Siswa yang aktif dalam kegiatan apersepsi sebanyak 25 anak (74%), sedangkan 9 anak (26%) tampak diam dan tidak memperhatikan guru. 2. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung sebanyak 28 anak ( 82%) sedangkan 6 anak (18%) yang lainnya tidak memperhatikan guru dan sibuk berbicara dengan temannya. 3. Siswa yang antusias menjawab soal
soal (baik lisan maupun tulisan)
sebanyak 26 anak (76%) sedangkan 8 anak (24%) hanya diam saja ketika diberi pertanyaan lisan dan tidak sungguh
sungguh dalam mengerjakan
soal. 4. Hasil pekerjaan siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 31 anak (91%).
Tabel 5. Hasil kemampuan menukan isi dan pesan tembang macapat pada siklus III No. Uraian Pencapaian Hasil Jumlah siswa / nilai 1.
Siswa yang mendapat nilai < 76
3
2.
Siswa yang mendapat nilai > 76
31
3.
Rerata
80,3
4.
Ketuntasan klasikal
91%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135
Hasil tes yang disajikan pada tabel diatas menunjukkan siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 76, didapat 31 siswa ( 91%) sudah mampu menemukan isi dan pesan tembang macapat, sedangkan 3 siswa ( 9 %) masih perlu perbaikan. Nilai rata kelas 80,3. Ketuntasan secara klasikal sebesar
rata
91 %. Berdasarkan hasil
tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran pada siklus III sudah meningkat baik.
d. Analisis dan Refleksi Siklus III Secara umum semua kelemahan yang ada dalam pembelajaran tembang macapat dengan menggunakan metode quantum learning pada siklus III ini telah dapat diatasi dengan baik. Guru berhasil meningkatkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib. Guru mampu memancing siswa terhadap stimulus yang diberikan dan mampu mengatasi penyimpanagn siswa selama proses belajar mengajar tanpa membuat siswa merasa direndahkan. Banyak siswa dengan sukarela berkomentar, memberikan tanggapan dan pendapatnya tanpa ditunjuk guru. Pendekatan quantum learning dengan menerapkan prosedur TANDUR dengan menggunakan media VCD tembang macapat dapat menarik perhatian siswa. Guru dalam siklus III ini sudah lihai dalam menerapkan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan siklus III dikatakan berhasil. Peningkatan terjadi pada indikator yang telah
commit to user
ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
136
Perbandingan nilai rata - rata kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat pada siklus I (59,7), siklus II (78,7), dan siklus III (80,3). Sedangkan perbandingan siswa yang mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) 76 pada siklus I sebanyak 10 siswa (29%), siklus II sebanyak 18 siswa (53%), dan siklus III sebanyak 31 siswa (91%) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan quantum learning ternyata mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat. Terbukti pendekatan quantum learning dapat memancarkan cahaya positif yang menggerakkan daya kreatif dan sangat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Peningkatan Sikap Positif Siswa dalam Pembelajaran Tembang Macapat dengan Penerapan Pendekatan Quantum Learning. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 4 Magetan dilaksanakan dengan menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR. Dari pelaksanaan siklus, mulai dari siklus I, siklus II dan siklus III, semuanya menggunakan perancangan TANDUR. Meskipun demikian setiap siklus memiliki perbedaan. Siklus I guru belum menggunakan media compac disc tembang macapat, guru hanya menembangkan tembang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137
macapat secara langsung. Pada siklus II dan III, guru memanfatkan media compac disc tembang macapat untuk memberi rangsangan dan motivasi siswa agar tumbuh kemauan dan keinginan untuk belajar. Belajar
yang
dilandasi rasa gembira akan membawa kondisi psikologis siswa untuk siap menerima pelajaran. Keputusan guru untuk memanfaatkan media ini, membawa dampak yang siknifikan bagi siswa. Dengan menggunakan media siswa terlihat sangat senang dan gembira. Keadaan siswa yang lesu pada siklus I berangsur-angsur berubah pada siklus II dan siklus III. Jadi media yang tepat akan membawa manfaat bagi siswa dalam meraih tujuannya. Pada siklus II dan III, selain guru menggunakan media sebagai sarana untuk membantu siswa meraih tujuannya, guru juga memasang musik dan menggunakan strategi berotasi posisi. Musik sangat berguna untuk mempengaruhi kondisi fisiologi siswa. Selama belajar, siswa akan mengalami ketegangan dan gelombang otak akan meningkat. Dengan adanya musik ketegangan akan menjadi menurun dan kondisi akan menjadi releks kembali. Kondisi yang releks akan membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi sehingga tercipta pelajar-pelajar yang hebat.
Dengan
demikian, kondisi siswa pada siklus I yang kurang semangat, bisa berubah menjadi antusias mengikuti pelajaran. Strategi guru berotasi keliling akan berdampak pada keseriusan siswa mengikuti pelajaran. Siswa yang berbicara dengan teman akan segera mendapat teguran dan guru segera memberi perhatian. Keputusan ini akan bermanfaat bagi siswa untuk selalu memperhatikan dengan serius sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138
siswa akan belajar dengan baik.
Dengan berpindah posisi, guru akan
memberi perhatian secara merata keseluruh siswa. Pemberian reward juga dilakukan guru untuk memancing siswa agar berani mengungkapkan pendapatnya. Strategigi ini juga sangat ampuh merangsang siswa belajar lebih giat lagi. Setelah diberi reward anak semakin berani berkompetisi dengan teman yang lain, berani menjawab pertanyaan guru dan mengemukakan pendapatnya. Jadi penggunaan rancangan TANDUR yang dipadu dengan pimilihan media dan pemilihan strategi akan bermanfaat untuk meningkatkan sikap positif siswa dalam mengikuti pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat. Inilah yang membedakan penerapan quantum learning pada penelitian ini dengan quantum learning penelitian yang lain. Berdasarkan hasil keputusan pada tindakan pada siklus I, II dan III dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan sikap positif siswa dalam pembelajaran tembang macapat dengan menggunakan pendekatan quantum learning dari siklus I ke siklus berikutnya. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 7. Persentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran Presentase No.
Kegiatan Siswa Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
Aktif selama apersepsi
29%
59%
74%
2.
Aktif selama KBM
44%
74%
82%
3.
Aktif dalam menjawab soal- 29%
59%
76%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
139
soal (lisan maupun tulisan)
Gambar 4. Histogram Persentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa selama siklus I diketahui dari segi keaktifan siswa pada kegiatan apersepsi masih tergolong rendah yaitu sekitar 10 siswa (29%), sedangkan siswa yang aktif dalam KBM hanya 15 siswa (44%), sedangkan siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan hanya 10 siswa (29%), sedangkan siswa yang mencapai KKM hanya 10 siswa (29%). Tetapi setelah dilakukan refleksi antara guru dan peneliti dengan adanya perbaikan pada siklus II akhirnya bisa meningkat dengan sangat signifikan. Siswa yang aktif dalam kegiatan apersepsi sebanyak sebanyak 20 siswa (59 %). Siswa yang aktif dalam KBM sebanyak 25 anak (74%) sedangkan yang aktif menjawab pertanyaan dari guru 20 siswa (59%) dan mampu menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan prosedur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
140
TANDUR sebanyak 18 siswa (53%). Setelah merefleksi siklus II ternyata masih ada sisi kekurangan sehingga perlu adanya tindakan siklus III. Pada siklus ke III ternyata hasilnya sudah memuaskan ada peningkatan signifikan yaitu aktif dalam kegiatan apersesi sebanyak 25 siswa (74%), aktif dalam KBM 28 siswa (82%), aktif menjawab pertanyaan dari guru 26 siswa (76%) dan mampu menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan prosedur TANDUR yang mencapai KKM adalah 31 siswa (91%) . Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survey awal untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil kegiatan survey ini peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran tembang macapat pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan masih tergolong rendah serta guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Kemudian peneliti berkolaborasi dengan guru untuk mengatasi permasalahn tersebut dengan penerapan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran tembang macapat. Peneliti bersama guru menyusun rencana untuk melaksanakan siklus I. siklus I merupakan tindakan awal untuk memperbaiki pembelajaran tembang macapat dengan menerapakan pendekatan quantum learning. Dalam siklus I guru telah menerapkan prosedur TANDUR dan menembangkan tembang macapat secara langsung. Berdasarkan siklus I ini dapat dideskripsikan hasil pembelajaran tembang macapat yang masih rendah. Dari deskripsi tersebut ternyata masih didapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141
Siklus II merupakan solusi yang dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan menerapkan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR pada siklus I. Berdasarkan pelaksanaan siklus II dapat dilihat peningkatan proses dan hasil jika dibandingkan siklus I. Namun pada siklus II ini uga masih ditemukan sedikit kekurangan. Untuk mengatasinya guru dan peneliti kemudian mempersiapkan tindakan untuk siklus III. Siklus III untuk mengatasi kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran tembang macapat pada siklus II. Selain itu, siklus III merupakan siklus terakhir dalam tindakan penelitian ini. Dalam siklus ini guru dan peneliti berusaha memperkecil segala kelemahan yang terjadi selama pembelajaran tembang macapat dengan memutar VCD tembang macapat.
Siklus III dilaksanakan dengan penerapan quantum learning
dengan prosedur TANDUR untuk menguatkan hasil dari siklus I dan II, terbukti dapat meningkatkan kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan telah mencapai KKM yang ditentukan. Berdasarkan pembelajaran
yang
tindakan mampu
tersebut
guru
berhasil
menarik
minat
siswa,
melaksanakan yang
berakibat
meningkatnya proses dan hasil kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
142
dan menarik memancarkan energi positif siswa di kelas. Keberhasilan penerapan pendekatan quantum learning dalam upaya meningkatkan kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat dapat dilihat dari tercapainya indikator
indikator sebagai berikut.
Sebelum tindakan penelitian dilaksanakan, siswa terlihat kurang antusias mengikuti pembelajaran menulis. Hal tersebut disebabakan karena siswaa tidak tertarik dengan cara mengajar yang digunakan oleh guru. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Kelemahan dari metode konvensional ini adalah munculnya suatu kebosanan dan keengganan pada siswa, sehingga siswa tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran tembang macapat. Hal ini terlihat dari suasana kelas mengajar tembang macapat yang sedang berlangsung, siswa tidak begitu aktif menanggapi stimulus dari guru, ada yang tidak menaruh perhatian sepenuhnya pada proses pembelajaran dan terlihat beberapa siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, diam dan tidak merespon guru serta berbicara sendiri dengan teman. Setelah dilakukan tindakan, yaitu menerapkan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR dalam pembelajaran, siswa tertarik untuk
mengikuti
pembelajarn
tembang
macapat
siswa
terlihat
memperhatikan penjelasan guru, serta banyak yang bertanya terhadap hal yang belum mereka pahami dalam pembelajaran. Selain itu, siswa mulai aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, seperti menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan mengemukan pendapat mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
143
Dari pantauan keaktifan siswa pada siklus I mencapai 15 siswa (44%). Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan yang lumayan tajam yaitu sebesar 25 siswa (74%). Pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 28 siswa (84%) yang aktif dalam pembelajaran.
2. Siswa Mengalami Peningkatan Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat. Sebelum diadakan tindakan siswa mengalami kesulitan dan pembelajaran tembang macapat. Siswa juga tidak tertarik mengikuti pembelajaran tembang macapat. Kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat. Setelah diadakan tindakan dalam siklus I,II,III kemapuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat meningkat. Hal ini terlihat dari hasil pekerjaan siswa yang semakin meningkat. Tingkat keberhasilan ini cukup signifikan. Nilai yang diperoleh siswa dari tiap siklusnya naik dengan memuaskan. Penilaian yang dilakukan guru dan peneliti meliputi penguasaan kosa kata, kemampuan menemukan isi tembang macapat dan kemampuan menemukan pesan tembang macapat. Pada pelaksanaan siklus I, nilai rerata kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat adalah 59,7. Dari segi ketuntasan belajar secara individu belum mencapai tujuan yang diharapkan. Dari 34 siswa, tercatat 24 siswa belum mencapai KKM, sedangkan 10 siswa telah mencapai KKM. Penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
144
Pada siklus II hasil rerata kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat adalah 78,7 meningkat dari siklus I. Namun masih terdapat 16 siswa yang berada dibawah KKM. Sedangkan siswa yang mencapai KKM sebanyak 18 ketuntasan secara klasikal 53%. Jadi hasil tes kemampuan siswa dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat pada siklus II, jika dilihat dari KKM sesuai indikator belum memenuhi kriteria. Penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus III. Nilai rerata tes kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat pada siklus III adalah 80,3. Ketuntasan klasikal sebesar 91 %. Masih ada 3 siswa yang nilainya dibawah KKM. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa tindakan pada siklus III berhasil.
Tabel 7. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan TembangMacapat Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 4 Magetan Tindakan
Nilai Rerata
Di bawah KKM
Kelas
(<78)
Di atas KKM (> 78)
Siklus I
59,7
24 (71%)
10 (29%)
Siklus II
78,8
16 (47%)
18 (53%)
Siklus III
80,3
3 (09%)
31 (91%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
145
Gambar 5. Histogram Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat mengalami peningkatan. Nilai rerata siswa pada pada siklus I sebesar 59,7 siklus II sebesar 78,8 dan siklus III sebesar 80,3. Sedangkan prosentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 29%, siklus II sebesar 53%, dan siklus III sebesar 91%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini secara singkat adalah: 1. Pendekatan quantum learning dapat meningkatkan sikap positif siswa kelas VIII C dalam mengikuti pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat. Pada siklus I segi keaktifan siswa pada kegiatan apersepsi sekitar 10 siswa (29%), siswa yang aktif dalam KBM hanya 15 siswa (44%), sedangkan siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan hanya 10 siswa (29%). Pada siklus II mengalami peningkatan dari segi keaktifan siswa pada kegiatan apersepsi sebanyak 20 siswa (59 %), siswa yang aktif dalam KBM sebanyak 25 anak (74%) sedangkan yang aktif menjawab pertanyaan dari guru 20 siswa (59%). Pada siklus ke III ternyata hasilnya sudah memuaskan ada peningkatan signifikan yaitu aktif dalam kegiatan apersesi sebanyak 25 siswa (74%), aktif dalam KBM 28 siswa (82%), aktif menjawab pertanyaan dari guru 26 siswa (76%). 2. Penerapan
pendekatan
quantum
learning
dapat
meningkatkan
kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar pada siklus I hingga siklus III. Selain itu, juga dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata
rata kemampuan menemukan
isi dan pesan tembang macapat dari siklus I hingga siklus III. Pada siklus
commit to user 146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
147
I, jumlah siswa yang tuntas KKM adalah 10 siswa (29%). Sedangkan nilai rata
rata yang dicapai pada siklus I adalah 59,5. Pada siklus II ada
peningkatan 18 yang tuntas KKM sehingga jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa (53%) dan nilai rata
rata mencapai 78,7. Pada siklus
III hasilnya cukup memuaskan karena jumalah siswa yang tuntas KKM mencapai 31 siswa (91%) dan nilai rata
rata mencapai 83,7
B. Implikasi Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
faktor tersebut antara lain : guru, siswa, metode pembelajaran,
media pembelajaran dan sumber belajar. Ketrampilan guru dalam mengelola kelas yang kurang baik akan membuat siswa tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran. Wawasan guru yang kurang terhadap pendekatan, metode dan teknik pembelajaran terbaru yang lebih inovatif dan bervariasi menyebabkan guru menggunakan metode pembelajaran konvensional untuk menyampaikan materi. Penggunaan metode pembelajaran yang konvensional dan kurangnya media dan sumber belajar dapat menjadi penghambat keberhasilan proses dan peningkatan hasil belajar siswa. Faktor
faktor tesebut saling terkait. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kualitas proses serta hasil pembelajaran, pemenuhan faktor tersebut perlu diupayakan. Pengembangan pendekatan pembelajaran yang tepat perlu diterapkan. Media serta sumber belajar perlu dipilih sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa perlu memiliki minat, motivasi, perhatian dan aktif dalam pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
148
sehingga materi pembelajarn dapat tersampaikan dengan baik. Pemenuhan faktor faktor tersebut tercermin dalam ketrampilan guru mengelola kelas. Penelitian ini membuktikan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran meningkat setelah diterapkannya pendekatan quantum learning. Oleh karena itu, pendekatan quantum learning dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru dalam kegiatan pembelajarannya. Selain itu, bagi guru bahasa Jawa pendekatan quantum learning ini dapat digunakan sebagai pendekatan alternatif dalam pembelajaran tembang macapat. Penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat. Dengan penerapan pendekatan quantum learning ini, siswa bisa lebih mengoptimalkan kreatifitas yang ada dalam dirinya, hal ini sesuai dengan prinsip quantum learning yaitu memancarkan energi positif dalam diri siswa. C. Saran Berkaitan dengan simpulan serta implikasi penelitian di atas, peneliti dapat mengajukan saran
saran sebagai berikut :
1. Bagi siswa Siswa hendaknya dapat menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan pendekatan quantum learning melalui prosedur TANDUR yang mampu memunculkan daya kreatifitas mereka. Pendekatan quantum learning tersebut tidak hanya dalam pembelajaran tembang macapat saja tetapi juga dalam pembelajaran yang lain. 2. Bagi guru pengampu mata pelajaran bahasa Jawa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
149
Guru disarankan untuk semakin meningkatkan kompetensinya , semisal dengan menambah wawasan tentang pendekatan, metode dan media pembelajaran yang baru. Guru diharapkan mengubah cara mengajar yang konvensional menuju pendekatan
pendekatan baru yang lebih inovatif
(quantum learning, inquiry, CTL, cooperative learning, dll) sehingga mampu menyesuaikan dengan kurikulum yang digunakan, penerapan tersebut perlu memperhatikan minat dan motivasi siswa. Pendekatan quantum learning dapat diterapkan dalam pembelajaran tembang macapat pada khususnya dan pembelajaran bahasa Jawa pada umumnya. 3. Bagi kepala sekolah Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kompetensi guru perlu ditingkatkan. Kompetensi tersebut berpengaruh terhadap kinerja dalam pembelajaran di kelas. Kepala sekolah disarankan untuk memotivasi guru guna
meningkatkan
kompetensinya,
misalnya
dengan
penelitian tindakan kelas dan mengikutsertakan forum
melakukan
forum ilmiah
seperti seminar pendidikan, diklat dan sebagainya. Selain itu, kepala sekolah perlu memotivasi guru agar lebih memperluas wawasan akan pendekatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif dan mendukung guru untuk menerapkan pendekatan tersebut dalam pembelajaran.
commit to user