PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STORY TELLING DI SEKOLAH DASAR Intan Janiar, Siti Halidjah, Suryani Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Email:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan metode story telling di kelas V SDN 05 Pontianak Timur Provinsi Kalimantan Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Bentuk penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) serta bersifat kolaboratif. Tempat penelitian berlangsung di SDN 05 Pontianak Timur, subyek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 41 siswa dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan dan pencermatan dokumen, alat yang digunakan adalah lembar pengamatan dan pencermatan dokumen yang berupa IPKG 2 dan kemampuan berbicara siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dengan hasil akhir penelitian yang diperoleh yaitu pada siklus I aspek kebahasaan 32,5% aspek nonkebahasaan 18%. Pada siklus II aspek kebahasaan 77,5% aspek nonkebahasaan 62,6%. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan terjadi peningkatan kemampuan berbicara siswa pada aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Kata kunci: Kemampuan berbicara, metode story telling. Abstract: This study aimed to describe the speech enhancement using storytelling in the classroom SDN 05 East Pontianak West Kalimantan Province. The method used is descriptive. Form of research is Classroom Action Research (Classroom Action Research) as well as collaborative. Where the research took place in SDN 05 East Pontianak, the study subjects were students of class V, amounting to 41 students and teachers Indonesian subjects. Data collection techniques used were observation and scrutiny of documents, the tool used is the observation sheet and scrutiny of documents that form IPKG 2 and their speaking ability. This research was conducted in two cycles with the results obtained by the end of the study in the first cycle aspects of language 32.5% 18% nonlanguage aspects. In the second cycle aspects of language 77.5% 62.6% nonlanguage aspects. From the data obtained it can be concluded that an increase in students' ability to speak on aspects of language and aspects nonlanguage. Keywords: The ability to speak, story telling method.
B
erbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata untuk menyatakan, menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Menurut Puji Santosa, dkk (2007: 6.38) Tujuan utama pembelajaran berbicara di SD adalah melatih siswa dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. 1
Jenis-jenis kemampuan berbicara Menurut Tarigan (dalam Solchan T.W, dkk, 2008: 11.10-11.13) klasifikasi jenis-jenis berbicara adalah sebagai berikut: (a) situasi, (b) tujuan, (c) jumlah pendengar, (d) peristiwa khusus (e) metode penyampaian. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan klasifikasi jenisjenis berbicara antara lain adalah: (1) berbicara berdasarkan situasi pembicaraannya, (2) berbicara berdasarkan tujuan pembicara, (3) Berbicara berdasarkan jumlah pendengar, (4) berbicara berdasarkan peristiwa khusus yang melatari pembicaraan, (5) berbicara berdasarkan metode penyampaiannya. Metode Story telling merupakan bercerita atau mendongeng dalam menyampaikan perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada anak-anak secara lisan. Anak-anak akan terkait masuk ke dalam rangkaian kejadian atau pertarungan nasib tokoh cerita dengan berbekal emosi, intelegensi dan daya imajinasi anak. Metode story telling tentunya memiliki manfaat tersendiri. Menurut Asfandiar (2007: 2) Manfaat metode story telling yaitu: (1) memberi kesenangan, kegembiraan, kenikmatan mengembangkan imajinasi anak, (2) memberi pengalaman baru dan mengembangkan wawasan anak, (3) dapat memberikan pemahaman yang baik yang baik tentang diri mereka sendiri dan orang lain di sekitar mereka, (4) dapat memberikan pengalaman baru termasuk di dalamnya masalah kehidupan yang ada di lingkungan anak, (5) anak belajar berbicara dalam gaya yang menyenangkan serta menambah pembendaharaan kata dan bahasanya. Metode story telling atau bercerita bagi anak kelas V sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang baru karena saat masih di kelas rendah siswa sudah belajar bercerita secara lisan. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum maksimal bercerita dengan memperhatikan aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Menurut Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S (1991: 17-22) faktor–faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: aspek kebahasaan meliputi (a) ketepatan ucapan, (b) penempatan tekanan, nada, dan durasi yang sesuai, (c) pilihan kata (diksi), (d) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan aspek nonkebahasaan meliputi (a) sikap wajar, tenang dan tidak kaku, (b) pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara, (c) kesediaan menghargai pendapat orang lain, (d) gerak-gerik mimik yang tepat, (e) kenyaringan suara, (f) kelancaran, (g) penalaran. Pada kegiatan pembelajaran kemampuan berbicara saat pengamatan awal di kelas V, penyampaian materi masih menggunakan cara konvensional yaitu dengan menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media serta sumber belajar yang menunjang proses pembelajaran. Komunikasi hanya dua arah (two way traffic communication) artinya siswa-guru dan guru-siswa. Oleh karena itu, untuk membantu siswa memiliki kemampuan berbicara perlu disajikan dengan menggunakan metode yang mendukung. Implementasi menggunakan metode story telling menurut Bachrudin (2008: 15) Melalui keterlibatan dengan dongeng (virtual reality), anak akan terkait masuk ke dalam rangkaian kejadian dan pertarungan nasib tokoh cerita, dengan berbekal emosi, intelegensi dan daya imajinasi anak, mereka akan turut mengalami kejadian dalam cerita itu. Belajar dengan menggunakan metode story telling berarti siswa bercerita bebas sesuai dengan hasil penalaran, buah pikiran dan imajinasinya dalam
2
menyampaikan hasil cerita atau kemampuan berbicara dengan memperhatikan aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Kelebihan dari belajar menggunakan metode story telling (1) dapat menumbuhkan dan mengembangkan daya imajinasi anak, (2) menanamkan nilai-niai moral sejak dini, (3) mengembangkan intelektual pada anak, (4) melatih daya tangkap dan konsentrasi pada anak, (5) menumbuhkan jiwa patriot. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi (2012). Bentuk penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) serta bersifat kolaboratif. Tempat penelitian berlangsung di Sekolah Dasar Negeri 05 Pontianak Timur, subyek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 41 siswa dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah teknik pengamatan dan teknik pencermatan dokumen dengan alat pengumpul data yaitu lembar pengamatan untuk guru berupa IPKG 2 dan siswa hasil tes kemampuan berbicara siswa. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti bekerjasama dengan guru kolaborasi untuk merencanakan tindakan, antara lain: (1) menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar; (2) membuat Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP); (3) mempersiapkan materi pembelajaran; (4) menentukan teknik penelitian; (5) mengalokasikan waktu. Pada tahap pelaksanaan tindakan, penelitian atau pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, mengadakan kolaborasi bersama Ibu Seni Fariati sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Banyaknya pertemuan dilaksanakan setiap siklusnya 3 kali pertemuan (3 x pertemuan = 1 siklus). Setiap satu kali pertemuan alokasi waktu 3 jam pelajaran atau selama 105 menit. Pada tahap kegiatan pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan lembar pengamatan. Tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana keberhasilan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Tahap terakhir yaitu refleksi, berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan hasil pencermatan dokumen pada setiap siklus, maka bersama dengan guru kolaborasi melakukan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran setiap siklusnya. Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran, maka akan direncanakan kembali tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki kekurangan yang ada, kemudian diperbaiki pada siklus berikutnya.
3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 05 Pontianak Timur. Populasi siswa kelas V berjumlah 41 orang, namun pada saat penelitian berlangsung hanya 39 siswa yang hadir karena 2 siswa sakit sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 39 siswa. Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan kegiatan pembelajaran. Pada tahap perencanaan siklus I peneliti bersama guru kolaborator menganalisis kurikulum agar mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran serta memperoleh kesepakatan bersama tentang langkah-langkah tindakan dan pelaksanaan penelitian. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan Standar Kompetensi yaitu “mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama”. Adapun Kompetensi Dasar yaitu mengomentari persoalan fakltual disertai alas an yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa”. Sedangkan pada tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran menulis puisi siklus I , dapat dipaparkan dalam paragraf berikut. Kegiatan awal, guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, seperti memberi salam. Guru kolaborasi melakukan appersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Appersepsinya adalah “Anak-anak, siapa diantara kalian yang suka menonton berita di televisi? Siapa yang suka membaca koran? Siapa yang suka mendengarkan radio? Ada berita apa saja?”. Selanjutnya guru menyampaikan informasi tujuan pembelajaran sesuai RPP. Tujuan pembelajarannya adalah “dengan mengamati media pembelajaran (banjir) kalian dapat mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung menggunakan metode cerita atau metode story telling dengan memperhatikan aspek kebahasaan yaitu ketepatan ucapan, pilihan kata (diksi) sedangkan aspek nonkebahasaan yaitu kenyaringan suara, kelancaran dan penalaran”. Kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi guru memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa. Siswa diminta mengamati media pembelajaran untuk meberikan tanggapan atau mengomentari apa saja yang diketahui mengenai persoalan. Selanjutnya yaitu kegiatan elaborasi pada pertemuan pertama, siswa dibentuk 4 kelompok lalu guru membagikan gambar-gambar persoalan dan memberikan waktu untuk berfikir mencatat hal-hal apa saja yang dianggap penting dan menyelesaikan masalah dalam kelompoknya. Dalam kegiatan konfirmasi pertemuan pertama, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas. Kegiatan penutup, guru memberikan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram dan tindak lanjut yaitu untuk mengulang pelajaran dirumah agar pertemuan selanjutnya sudah siap tampil secara individu di depan kelas secara bergiliran. Pembelajaran diakhiri dengan salam dan doa. Secara tertib siswa meninggalkan kelas.
4
Pada siklus II peneliti bersama guru kolaborator melakukan perencanaan pembelajaran untuk siklus II. Fokus perencanaan pada siklus II ini adalah untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, seperti memperhatikan aspek kebahasaan kebahasaan yaitu ketepatan ucapan, pilihan kata (diksi) sedangkan aspek nonkebahasaan yaitu kenyaringan suara, kelancaran dan penalaran. Kegiatan awal, guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, seperti memberi salam, berdoa, memberikan appersepsi seperti “Anak-anak kemarin kita belajar tentang mengomentari faktual, apa-apa saja faktual atau peristiwa yang kalian ceritakan minggu kemarin? Nah, sekarang masih tentang faktual tetapi faktual yang kalian temukan di sekitar lingkungan sekolah?” Dan selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran “dengan mengamati gambar persoalan faktual kalian dapat mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung menggunakan metode cerita atau metode story telling dengan memperhatikan aspek kebahasaan yaitu ketepatan ucapan, pilihan kata (diksi) sedangkan aspek nonkebahasaan yaitu kenyaringan suara, kelancaran dan penalaran”. Kegiatan inti, terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi siswa diminta mengamati gambar persoalan faktual yang telah di pasang di papan tulis, siswa diminta untuk memberikan pendapat agar dapat mengomentari apa yang diketahui mengenai persoalan faktual di lingkungan sekolah, guru membahas sekilas mengenai persoalan faktual di lingkungan sekolah. Selanjutnya yaitu kegiatan elaborasi pada pertemuan pertama siklus II, siswa dibentuk 4 kelompok yang sama dengan kelompok sebelumnya, guru membagi gambar-gambar persoalan faktual lingkungan sekolah dan memberikan waktu berfikir untuk mencatat hal-hal apa saja yang dianggap penting menyelesaikan masalah dalam kelompoknya. Selanjutnya yaitu kegiatan konfirmasi. Dalam kegiatan konfirmasi pertemuan pertama, Tanya jawab guru bersama siswa mengenai masing-masing pokok persoalan faktual sekolah. siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas. Kegiatan penutup, guru memberikan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram dan tindak lanjut yaitu untuk mengulang pelajaran dirumah agar pertemuan selanjutnya sudah siap tampil secara individu di depan kelas secara bergiliran. Pembelajaran diakhiri dengan salam dan doa. Secara tertib siswa meninggalkan kelas. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil lembar pengamatan guru berupa IPKG 2 dan siswa berupa hasil kemampuan berbicara siswa dari siklus I dan siklus II. Dari hasil lembar pengamatan, maka diperoleh hasil rekapitulasi pelaksanaan pembelajaran guru yaitu sebagai berikut ini.
5
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II (Aspek Guru) No. I 1. 2.
Aspek Yang Diamati PRA PEMBELAJARAN Kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran Memeriksa kesiapan siswa
II 1. 2.
MEMBUKA PEMBELAJARAN Melakukan kegiatan apersepsi Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan
III A. 1. 2.
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan materi pembelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
B. 1.
Pembelajaran metode story telling Melaksanakan pembelajaran metode story telling sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai 2. Melaksanakan pembelajaran metode story telling sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa 3. Melaksanakan pembelajaran metode story telling secara runtut a. menjelaskan tentang metode story telling dalam kegiatan proses diskusi b. mengkondisiskan kelas untuk melaksanakan diskusi c. memberi tugas kepada siswa d. memberi gambar permasalahan pada tiap-tiap kelompok e. siswa bercerita dengan imajinasinya sesuai dengan gambar 4. Menguasai kelas
C. 1. 2. 3.
Pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar Menunjukkan keterampilan dalam pengguanaan media Menghasilkan pesan yang menarik Menggunakan media secara efektif dan efisien
Siklus I
Siklus II
3 3
4 4
3 3
3 3
3 2
3 2
3
4
2
3
3
4
3
4
2 3
3 4
2
3
3
4
2
3
1 2
2 3
6
4.
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
D. 1.
Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam 2 pembelajaran Merespon positif partisipasi siswa 2 Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan 3 sumber belajar Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 2 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang 1 kondusif Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa 3 dalam belajar
2. 3. 4. 5. 6. E. 1. 2.
3
Kemampuan khusus pembelajaran di SD bahasa Indonesia Melatih keterampilan berbahasa dan/atau bersastra 2 secara terpadu Mengembangkan kemampuan siswa untuk 2 berkomunikasi bernalar
F. 1. 2.
Penilaian proses dan hasil belajar Memantau kemajuan belajar Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
G. 1. 2. 3.
Penggunaan bahasa Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancer Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
IV. PENUTUP 1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa 2. Melaksanakan tindak lanjut Jumlah Rata-rata skor
4 4 3 4 3 2 4
3 3
3 2
3 2
2 2 3
3 2 4
2
3
3 80 2,75
3 106 3,65
Dari hasil penilaian pada lembar pengamatan tindakan siklus I pada aspek kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagian besar aspek yang diamati sudah terlaksana. Hal ini dapat dilihat dari ke 29 aspek yang diamati dengan jumlah 80 atau dalam rata-rata skor 2,75. Sedangkan pada siklus II sudah terjadi peningkatan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari ke 29 aspek yang diamati, dengan jumlah yang terlaksana 106 atau dalam rata-rata skor 3,65. Dengan selisih peningkatan sebesar
7
0,9. Namun demikian, hasil tersebut dapat dikatakan cukup baik karena sebagian besar aspek yang diamati sudah terlaksana dengan baik. hasil kemampuan berbicara siswa dari siklus I dan siklus II. Penilaian hasil kemampuan berbicara siswa ditentukan berdasarkan indikator kinerja yang sudah ditetapkan, yaitu aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Dari hasil lembar pengamatan, maka diperoleh hasil rekapitulasi kemampuan berbicara siswa yaitu sebagai berikut ini. Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Kemampuan Berbicara Siklus I dan Siklus II (Aspek Siswa) No
Indikator Berbicara
A. 1. 2.
Aspek kebahasaan Ketepatan ucapan Pilihan kata (diksi)
Siklus I Jumlah Persentase Siswa (%)
Siklus II Jumlah Persentase Siswa (%)
14 siswa 13 siswa
34% 31% 32,5%
33 siswa 31 siswa
80% 75% 77,5%
8 siswa 6 siswa 9 siswa
19% 14% 21% 18%
24 siswa 18 siswa 36 siswa
59% 44% 87% 62,6%
Rata-rata aspek kebahasaan
B. 1. 2. 3.
Aspek nonkebahasaan Kenyaringan suara Kelancaran Penalaran Rata-rata aspek nonkebahasaan
Berdasarkan hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran terhadap siswa pada siklus I, dapat dilihat dari ke 5 aspek yang diamati dengan jumlah siswa yang muncul aspek kebahasaan persentase 32,5% dan aspek kebahasaan yang muncul persentase 18%. Sedangkan pada siklus II dapat dilihat dari ke 5 aspek yang diamati terdapat aspek kebahasaan yang muncul dengan persentase 77,5% dan aspek nonkebahasaan yang muncul dengan persentase 62,6%. Dengan demikian maka selesih peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II dalam aspek kebahasaan sebesar 45% dan aspek nonkebahasan sebesar 44,6%. Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 8 April 2014 sampai dengan tanggal 24 April 2014. Dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklusnya adalah 3 kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan pada kelas V Sekolah Dasar Negeri 05 Pontianak Timur pada mata pelajaran bahasa Indonesia bersama dengan guru kolaborator yaitu Ibu Seni Fariati, serta siswa kelas V yang berjumlah 41 siswa yang terdiri dari 24 laki-laki dan 17 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan–permasalahan yang ada di kelas tersebut.
8
Berdasarkan hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran terhadap siswa pada siklus I, dapat dilihat dari ke 5 aspek yang diamati yang muncul pada aspek kebahasaan dengan persentase 32,5% dan aspek kebahasaan persentase 18%. Sedangkan pada siklus II yang muncul pada aspek kebahasaan dengan persentase 77,5% dan aspek nonkebahasaan 62,6%. Dari hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas dari pengamatan awal yaitu 32,5% dan 18% selisih menjadi 45% dan aspek kebahasaan 18% dan 62,6% selisih 44,6%. Peningkatan hasil belajar ini dikatakan sangat baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kemampuan berbicarai dengan menggunakan metode story telling di kelas V Sekolah Dasar Negeri 05 Pontianak Timur dapat dinyatakan meningkat dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan berbicara dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu: (1) terdapat peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas V pada aspek kebahasaan dengan menggunakan metode story telling pada siklus I dan II. (2) terdapat peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas V pada aspek nonkebahasaan dengan menggunakan metode story telling pada siklus I dan II. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka saran-saran yang dapat diberikan bagi guru maupun calon guru adalah sebagai berikut. (1) Kepada guru bahasa Indonesia maupun guru bidang studi lainnya, diharapkan mampu menggunakan metode story telling dalam pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran sesuai indikator yang ingin ditingkatkan. (2) saat pembelajaran berlangsung, masih ada siswa yang kurang aktif dan kurang serius dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu menumbuhkan keaktifan siswa dengan verbagai metode, media pembelajaran atau pendekatan yang bervariasi dalam mengajar sehingga suasana pembelajaran bahasa Indonesia guru harus meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan tidak mengabaikan kemampuan-kemampuan lainnya seperti menyimak, membaca dan menulis. DAFTAR RUJUKAN Ahmad Rofiuddin, Darmiyati Zuhdi. (1998). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Anna Farida,dkk. (2012). Sekolah Yang Menyenangkan. Bandung : Nuansa Cendekia. Asfandiar. Langkah–kelebihan-kelemahan.(Online) http://addienbk.wordpress.com /story-telling/ Diakses 3 Maret 2014
9
Bachrudin . Pengertian Story Telling. (Online) http://pgpaud.unpkediri.ac.id/index php/web/detberita. Diakses 3 Maret 2014 BSNP. (2011). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar/Madrasah Ibtidiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Djago Tarigan, Tien Martini & Nurhayati. (1997). Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hadari Nawawi. (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Maidar G. Arsjad, Mukti U.S. (1991). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga. Puji Santosa. (2007). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
10