MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL DAN PROGRAM MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) Disampaikan Pada Acara Forum Komunikasi Pimpinan Kementerian Perindustrian dengan Dunia Usaha dan Instansi Terkait MEDAN, 23 SEPTEMBER 2011
DAFTAR ISI A
KINERJA SEKTOR INDUSTRI
B
PROGRAM PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI PRIORITAS 2010 - 2014
C
MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)
D
KORIDOR EKONOMI SUMATERA
2
A. KINERJA SEKTOR INDUSTRI Pertumbuhan Ekonomi
non tradable
tradable
LAPANGAN USAHA
1.
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN
2.
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
3.
(tahun dasar 2000, persen)
2004
2005
2006
2007
2008
2009*
2010**
2011 TW 2**
2.82
2.72
3.36
3.47
4.83
3.98
2.86
3.73
-4.48
3.20
1.70
1.93
0.71
4.44
3.48
2.51
INDUSTRI PENGOLAHAN
6.38
4.60
4.59
4.67
3.66
2.16
4.48
5.56
a. Industri Migas
-1.95
-5.67
-1.66
-0.06
-0.34
-2.19
-2.31
-1,88
7.51
5.86
5.27
5.15
4.05
2.56
5.09
b. Industri Non Migas
6.20
4.
LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
5.30
6.30
5.76
10.33
10.93
14.29
5.31
4.11
5.
BANGUNAN
7.49
7.54
8.34
8.53
7.55
7.07
6.98
6.38
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
5.70
8.30
6.42
8.93
6.87
1.30
8.69
8.75
7.
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
13.38
12.76
14.23
14.04
16.57
15.50
13.45
12.14
8.
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH.
7.66
6.70
5.47
7.99
8.24
5.05
5.65
7.08
9.
JASA - JASA
5.38
5.16
6.16
6.44
6.24
6.42
6.01
6.34
PRODUK DOMESTIK BRUTO
5.03
5.69
5.50
6.35
6.01
4.58
6.10
6.48
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
5.97
6.57
6.11
6.95
6.47
4.96
6.56
6.97
Sumber : BPS diolah Kemenperin; * ) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara
Pertumbuhan industri pengolahan non-migas sampai dengan triwulan 2 tahun 2011 mampu tumbuh sebesar 6,20 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan sepanjang tahun 2010 yaitu sebesar 5,09 persen dan merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 5 tahun terakhir.
3
Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas (persen)
2005
2006
2007
2008
2009* 2010**
1). Makanan, Minuman dan Tembakau
2,75
7,21
5,05
2,34
11,22
2,73
2011 TW2** 6,73
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
1,31
1,23
-3,68
-3,64
0,60
1,74
9,22
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
-0,92
-0,66
-1,74
3,45
-1,38
-3,50
1,23
4). Kertas dan Barang cetakan
2,39
2,09
5,79
-1,48
6,34
1,64
4,04
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
8,77
4,48
5,69
4,46
1,64
4,67
3,31
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
3,81
0,53
3,40
-1,49
-0,51
2,16
5,02
7). Logam Dasar Besi & Baja
-3,70
4,73
1,69
-2,05
-4,26
2,56
16,88
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya
12,38
7,55
9,73
9,79
-2,87
10,35
6,58
9). Barang lainnya
2,61
3,62
-2,82
-0,96
3,19
2,98
3,70
5,86
5,27
5,15
4,05
2,56
5,09
6,20
SUB SEKTOR INDUSTRI
Industri Non Migas
Sumber : BPS diolah Kemenperin; * ) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara
Sampai dengan triwulan 2 tahun 2011, seluruh sub sektor industri mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri logam dasar, besi dan baja sebesar 16,88 persen, diikuti oleh industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki sebesar 9,22 persen, serta industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,73 persen. 4
Peran Tiap Cabang Industri Pengolahan Non Migas (persen) SUB SEKTOR INDUSTRI
2005
2006
2007
2008*
2009*
2010**
2011 Trw 2**
1). Makanan, Minuman dan Tembakau
28,58
28,46
29,80
30,40
33.16
33.60
34.21
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
12,40
12,06
10,56
9,21
9.19
8.97
9.35
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
5,67
5,97
6,19
6,43
6.33
5.82
5.59
4). Kertas dan Barang cetakan
5,45
5,30
5,12
4,56
4.82
4.75
4.66
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
12,25
12,59
12,50
13,53
12.85
12.73
12.43
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
3,95
3,88
3,70
3,53
3.43
3.29
3.26
7). Logam Dasar Besi & Baja
2,96
2,77
2,58
2,57
2.11
1.94
2.08
27,81
28,02
28,69
28,97
27.33
28.14
27.66
0,93
0,95
0,85
0,80
0.77
0.76
0.76
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9). Barang lainnya
Sumber : BPS diolah Kemenperin; * ) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara
Sejak tahun 2005 hingga triwulan 2 tahun 2011, industri makanan, minuman dan tembakau masih memegang peran terbesar terhadap total industri, yakni sebesar 34,21 persen. Diikuti oleh industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 27,66 persen, dan industri pupuk, kimia & barang dari karet sebesar 12,69 persen.
5
Perkembangan Ekspor Non Migas Nilai US$ Juta No
URAIAN
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Januari-Juni 2010
2011
Perubahan (%)
1
Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit
3,247.53
4,840.3
5,419.2
6,407.3 10,476.8
17,253.8
6,124.2 11,134.9
81.82
2 3
Tekstil Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
7,033.94
7,626.2
8,584.9
9,422.8
9,790.1
11,205.5
5,295.7
6,749.6
27.45
3,759.99
4,581.8
5,949.7
7,712.7
9,606.9
10,840.0
5,242.4
6,484.8
23.70
4
Pengolahan Karet
2,089.70
2,954.1
3,545.8
5,465.2
6,179.9
9,522.6
4,415.3
7,688.3
74.13
5
Elektronika
6,109.50
7,142.5
7,853.0
7,200.2
6,359.7
9,254.6
4,320.9
4,467.0
3.38
6
Pengolahan Tembaga, Timah dll.
1,187.13
2,165.1
3,133.5
4,134.0
6,156.0
6,506.0
3,002.8
4,235.7
41.06
7
Pulp dan Kertas
2,798.55
2,817.6
3,257.5
3,983.3
4,440.5
5,708.2
2,718.4
2,888.3
6.25
8
Kimia Dasar
2,049.72
2,640.1
2,750.2
3,521.4
4,492.5
4,577.7
2,251.0
3,154.3
40.12
9
Pengolahan Kayu
4,381.41
4,461.6
4,476.3
4,757.6
4,485.1
4,280.3
2,262.7
2,154.0
-4.80
1,138.83
1,440.1
1,647.9
1,866.0
2,374.8
3,219.6
1,457.6
2,066.0
41.74
1,399.22
1,553.0
1,683.7
1,913.2
2,006.6
2,665.6
1,254.0
1,691.3
34.87
927.63
1,232.7
1,456.0
1,770.9
2,148.9
2,657.9
1,222.0
1,403.7
14.88
Total 12 Besar Industri
49,757.7
58,154.4
68,517.9 79,066.1 65,376.6
87,691.8
39,567.0 54,117.8
36.77
Total Industri
55,567.0
64,990.3
76,429.6 88,351.7 73,435.8
98,015.1
44,418.7 60,736.8
36.74
10 Makanan dan Minuman 11 Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki
12 Alat-alat Listrik
Sumber : BPS, diolah Kemenperin
6
B. PROGRAM PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI PRIORITAS 2010 - 2014
FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS 2010-2014
• • • • •
Industri Fesyen Industri Kerajinan Industri Batu Mulia Industri Keramik Industri Minyak Atsiri
• Industri Tekstil • Industri Alas Kaki • Industri Furniture
• Industri Gula • Industri Pupuk • Industri Petrokimia
1. Industri Padat Karya 6. Industri Prioritas Khusus
2. Industri Kecil dan Menengah
5. Industri Pertumbuhan Tinggi
• Industri Otomotif, Elektronika dan Telematika
3. Industri Barang Modal • Industri Penghasil barang Modal • Industri Perkapalan
4. Industri Berbasis Sumber Daya Alam
• • • • • •
Industri Makanan dan Minuman Industri Hilir Kelapa Sawit Industri Hilir Karet Industri Hilir Kakao Industri Hilir Baja & Alumunium Hulu Industri Rumput Laut 7
Pengembangan Industri Prioritas untuk tahun 2010-2014 akan difokuskan pada 6 kelompok industri sebagai berikut : 1)
Industri Padat Karya Program peningkatan daya saing industri padat karya dilaksanakan melalui: program restrukturisasi permesinan untuk industri tekstil dan produk tekstil serta alas kaki, pengembangan bahan baku alternatif, pengembangan desain dan merek, serta program P3DN untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah dan BUMN/BUMD.
2) Industri Kecil dan Menengah (IKM) Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang diprioritaskan adalah industri kreatif, seperti industri fesyen, kerajinan dan barang seni, serta terus mendorong pengembangan industri pangan, sandang dan kerajinan melalui konsep One Village One Product (OVOP).
3)
Program peningkatan daya saing Industri Kecil dan Menengah adalah modernisasi peralatan IKM, pendidikan dan pelatihan, promosi serta fasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR). Industri Barang Modal Program pengembangan industri barang modal dalam negeri adalah pemberian berbagai fasilitas dan insentif fiskal berupa tax allowance, pembebasan bea masuk, tax holiday, serta dukungan kemudahan kredit perbankan. 8
4) Industri Berbasis Sumber Daya Alam Untuk mendorong tumbuhnya investasi industri berbasis sumber daya alam dalam rangka meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, Pemerintah sedang mengupayakan fasilitas tax holiday, tax allowance, dukungan fasilitasi pembangunan infrastruktur (jalan, pelabuhan, energi, air bersih, dll) melalui dukungan pemerintah maupun swasta (PPP). 5) Industri Pertumbuhan Tinggi Program peningkatan daya saing industri kendaraan bermotor dan elektronika, dilakukan melalui pemberian fasilitas insentif fiskal, pembebasan PPnBM dan pembebasan bea masuk barang modal, bahan baku dan komponen yang dibutuhkan untuk produksi dalam negeri. 6) Industri Prioritas Khusus Program pengembangan industri pupuk, pemerintah merencanakan untuk membangun 6 (enam) pabrik pupuk NPK dan merevitalisasi 6 (enam) pabrik pupuk, sedangkan program pengembangan industri petrokimia dilakukan melalui pengembangan klaster industri berbasis migas kondensat di Gresik dan Tuban (Jatim) serta Bontang (Kaltim). 9
C. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 1. PROGRAM UTAMA MP3EI A.Industri 1. Pengembangan Industri Baja 2. Pengembangan Industri Makanan - Minuman 3. Pengembangan Industri Tekstil 4. Pengembangan Industri Mesin dan Peralatan Transportasi 5. Pengembangan Industri Perkapalan 6. Pengembangan Industri Alutsista
B.Pertambangan 7. Pengembangan Nikel 8. Pengembangan Tembaga 9. Pengembangan Industri Bauksit /Aluminium
E.Pertanian 13. Pengembangan Kelapa Sawit 14. Pengembangan Karet 15. Pengembangan Pertanian Pangan 16. Pengembangan Industri Kakao 17. Perkayuan 18. Peternakan
D. Energi 11. Pengembangan Batubara 12. Pengembangan Minyak dan Gas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
F. Kelautan 19. Pengembangan Perikanan
G. Pariwisata 20. Pengembangan Pariwisata
C. Telematika 10. Pengembangan Industri Telematika
15 Aktivitas Ekonomi diantaranya merupakan Bidang Usaha Industri, yaitu:
H. Kawasan Strategis 21. Kawasan Selat Sunda 22. Kawasan Jabodetabek
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Pengembangan Kelapa Sawit Pengembangan Karet Pengembangan Batubara Pengembangan Nikel Pengembangan Tembaga Pengembangan Minyak dan Gas Pengembangan Industri Makanan – Minuman Pengembangan Industri Kakao Pengembangan Industri Tekstil Pengembangan Industri Mesin dan Peralatan Transportasi Pengembangan Industri Perkapalan Pengembangan Industri Baja Pengembangan Industri Aluminium Pengembangan Industri Telematika Pengembangan Industri Alutsista 10
2. Kegiatan Ekonomi Utama di Koridor Ekonomi Sumatera Program utama difokuskan pada 6 (enam) koridor ekonomi, yaitu: 1) Koridor Sumatera 2) Koridor Jawa 3) Koridor Kalimantan 4) Koridor Nusa Tenggara dan Bali 5) Koridor Sulawesi 6) Koridor Papua-Maluku Khusus untuk Koridor Ekonomi Sumatera, kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan adalah Kelapa Sawit, Karet, Batubara, Perkapalan; Dalam mendukung implementasi MP3EI khususnya di Sumatera Kementerian Perindustrian akan memfokuskan pengembangan:
Utara,
1) Klaster industri hilir kelapa sawit di Sei Mangke, dan 2) Klaster industri karet di Sei Bamban. Untuk pengembangan klaster industri prioritas tersebut di atas, diperlukan berbagai dukungan infrastruktur, jaminan pasokan bahan baku, promosi investasi, pengembangan teknologi proses yang efisien dan berwawasan lingkungan, insentif berupa tax allowance dan tax holiday, dan lain-lain. 11
D. KORIDOR EKONOMI SUMATERA 1. KELAPA SAWIT a) Indonesia merupakan negara produsen Minyak Mentah Sawit (CPO & CPKO) terbesar di dunia, dengan produksi CPO pada tahun 2010 lebih dari 22,5 juta ton (CPO dan CPKO) dan pada tahun 2020 ditargetkan akan mencapai 40 juta ton; b) Berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 tahun 2008, tentang Kebijakan Industri Nasional, industri pengolahan kelapa sawit (turunan MSM) merupakan salah satu prioritas untuk dikembangkan dan mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi, seperti industri oleofood, oleochemical, energi dan pharmaceutical. c) Pemanfaatan CPO selama ini digunakan oleh industri dalam negeri sebagai bahan baku industri turunan CPO yang hanya 18 jenis produk yaitu industri pangan (antara lain minyak goreng, margarin, shortening, CBS, Vegetable Ghee) dan industri non pangan yaitu oleokimia (antara lain fatty acids, fatty alcohol, dan glycerin) dan biodiesel.
12
Produksi, Ekspor dan Pemanfaatan CPO di Dalam Negeri Tahun 2008-2010
Uraian Produksi CPO
2008
2009
2010
(Ribu Ton) Persen (Ribu Ton) Persen
(Ribu Ton)
Persen
17.800
100
19.100
100
22.435
100
Ekspor CPO
7.904
44,40
9.566
50,08
13.288
59,23
Pemanfaatan CPO untuk Dalam Negeri
9.896
55,60
9.534
49,92
9.147
40.77
Sumber : Kemenperin;
Catatan : Pengenaan Bea Keluar CPO dan turunannya tidak efektif, terlihat dari meningkatnya ekspor CPO pada tahun 2010 sebesar 59 persen, bila dibandingkan dengan ekspor tahun 2009 sebesar 50 persen.
Salah satu daerah penghasil yang potensial untuk dikembangkan sebagai klaster industri hilir kelapa sawit adalah di Sumatera Utara karena Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Produksi CPO pada tahun 2009 telah mencapai 5,07 Juta Ton/tahun (28,04) untuk Sumatera Utara dan 709 ribu Ton (3,92) untuk Nanggroe Aceh Darussalam. 13
Permasalahan Utama dan Rencana Aksi Permasalahan Utama
Rencana Aksi
1. Utilisasi industri hilir kelapa sawit masih 1. Restrukturisasi bea keluar sawit dan rendah (minyak goreng 44 , biodiesel 10) turunannya melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan No.128/PMK.011/2011 2. Ekspor dalam bentuk mentah (CPO dan 2. Pengembangan klaster industri di lokasi PKO) masih tinggi pengembangan koridor ekonomi; 3. Besaran Bea Keluar antara produk hulu 3. Pengembangan infrastruktur di lokasi dengan produk hilir yang berlaku masih pengembangan klaster; belum menarik bagi investor. 4. Meningkatkan kualitas SDM melalui penyusunan dan penerapan SKKNI 4. Belum memadainya infrastruktur secara industri kimia berbasis kelapa sawit; umum seperti pelabuhan, tangki timbun, jalan dan transportasi, termasuk energi 5. Pendirian Lembaga Riset dan Inovasi Kelapa Sawit; (gas bumi dan listrik) 6. Diversifikasi produk oleochemical yang 5. SDM di bidang pengembangan industri bernilai tambah tinggi melalui peningkatan hilir CPO masih kurang R & D; 6. Masih belum memadainya Litbang untuk 7. Pengembangan teknologi proses yang pengembangan industri hilir kelapa sawit efisien dan berwawasan lingkungan; 7. Masih rendahnya minat investor di bidang 8. Meningkatkan jaminan pasokan CPO untuk industri dalam negeri industri hilir kelapa sawit 14
KLASTER INDUSTRI HILIR KELAPA SAWIT SEI MANGKEI
Lokasi Klaster IHKS Sei Mangkei – Sumatera Utara
Medan
Kuala Tanjung Kebun Sei Mangkei
15
Kendala Pengembangan KISM 1. Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei tahap awal seluas 640 Ha masih terkendala belum keluarnya Perda Provinsi dan Perda Kab. Simalungun terkait dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. 2. Perda RTRW Provinsi saat ini masih menunggu penetapan Perda oleh DPRD Provinsi Sumatera Utara, sementara untuk RTRW Kab. Simalungun sudah mendapatkan rekomendasi dari Bupati Simalungun namun belum dapat diproses lebih lanjut menunggu keluarnya Perda Provinsi. 3. Saat ini telah ada 6 investor yang berminat bekerjasama dengan pihak PTPN III untuk pengembangan industri hilir kelapa sawit, namun rencana investasi tersebut masih terkendala dengan status tanah di kawasan industri Sei Mangkei belum jelas karena belum keluarnya konversi lahan dari HGU ke HPL dan HGB. 4. Infrastruktur seperti jalan, kereta api dan pelabuhan masih dalam proses pembangunan.
16
Kegiatan Pengembangan Industri Kelapa Sawit di Sumatera Utara (Tahun 2011 dan 2012) Indust ri
Kegiatan
Yang telah dilakukan tahun 2011
Yang akan dilakukan tahun 2012
Hilir Kelapa Sawit
Pengembang -an Industri Kelapa Sawit
1. Fasilitasi dan koordinasi dalam rangka pengembangan kawasan industri berbasis MSM di Sumut; 2. Promosi investasi produk hilir kelapa sawit; 3. Kajian pasar industri oleochemical dan turunannya; 4. Study pengembangan industri fine chemicals hilir kelapa sawit; 5. Mengusulkan restrukturisasi Bea Keluar terhadap CPO dan turunannya dalam rangka mendorong peningkatan nilai tambah dan menjamin pasokan bahan baku bagi hilirisasi industri CPO di dalam negeri, serta menarik investor untuk mengembangkan industri turunan CPO; 6. Usulan revisi PP 62 Tahun 2008, dengan memasukkan bidang industri tertentu dan daerah tertentu di luar Pulau Jawa untuk diberikan insentif Tax Allowance; 7. Pemberian Insentif Fiskal, Tax Holiday kepada perusahaan tertentu dan daerah tertentu. 8. Adanya kesepakatan/komitmen antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, PTPN III, serta instansi terkait lainnya dalam upaya percepatan pengembangan KEK Sei Mangkei; 9. Penyelesaian kajian mengenai Master Plan, Rencana Strategis dan Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial KEK Sei Mangke dan Master Plan pengembangan kawasan IKM dan pusat inovasi di Sei Mangke. 10. Hasil promosi investasi, beberapa investor tertarik untuk menanamkan investasinya, seperti Procter & Gambler dan Cargill International dari Amerika Serikat dan MEC dari UEA; 11.Komitmen dari Kementerian PU untuk perluasan jalan menuju kawasan IHKS di Sei Mangke, dan adanya rencana pembangunan Rel Kereta Api yang akan menghubungkan kawasan Sei Mangke dengan Pelabuhan Kuala Tanjung oleh PT. KAI.
1. Fasilitasi dan koordinasi dalam rangka pengembangan kawasan industri berbasis MSM; 2. Promosi investasi produk hilir kelapa sawit (IHKS); 3. Mempercepat pengajuan penetapan status KEK Sei Mangke; 4. Intensifikasi pelaksanaan koordinasi pengembangan KEK Sei Mangke; 5. Pengkajian Detailed Engineeering Design (DED); 6. Promosi KEK Sei Mangke baik di dalam maupun luar negeri.
17
2. KARET a) Karet adalah komoditas strategis yang digunakan di berbagai industri. Saat ini Indonesia adalah produsen terbesar kedua dunia setelah Thailand, dan diproyeksikan menjadi produsen terbesar setelah tahun 2015. Industri karet adalah industri yang memiliki nilai tambah besar dari hulu sampai hilir. b) Produksi karet Indonesia pada tahun 2010 mencapai 2,5 juta ton dan diproyeksikan mampu mencapai 4,4 juta ton pada tahun 2020. c) Produk-produk karet potensial yang diproduksi, antara lain: ban, sarung tangan, alas kaki, komponen otomotif, komponen elektronika, maupun untuk keperluan rumah tangga. d) Nilai ekspor produk karet pada tahun 2009 mencapai sebesar US$ 1.6 milyar yang terdiri dari ban dengan nilai US$ 1.1 milyar, sarung tangan US$ 198 juta dan barang karet industri US$ 165 juta dan barang karet lainnya US$ 169 juta.
18
Produksi, Ekspor dan Pemanfaatan Karet Alam di Dalam Negeri Tahun 2008-2010 2008 Uraian
(Ribu Ton)
2009 Persen
(Ribu Ton)
2010 Persen
(Ribu Ton)
Persen
Produksi Karet Alam
2.751
100
2.522
100
2.572
100
Ekspor Karet Alam
2.295
83,42
2.100
83,27
2.200
85,54
456
16,58
422
16,73
372
14,46
Karet Alam utk Dalam Negeri Sumber : Kemenperin;
Koridor Ekonomi Sumatera menghasilkan sekitar 65 % dari produksi karet nasional, dimana Sumatera Utara berkontribusi sebesar 16 % dari produksi karet nasional.
19
Permasalahan Utama dan Rencana Aksi Permasalahan Utama
Rencana Aksi
1. Belum tersedianya insentif fiskal yang 1. Pengembangan klaster industri kompetitif dibandingkan negara lain. hilir karet di dekat lokasi pengembangan koridor ekonomi 2. Produk crumb rubber lebih dominan dan sumber bahan baku; diekspor (85) dan hanya sebagian kecil yang diserap dalam negeri, yaitu 2. Pengembangan infrastruktur (seperti : jalan, pelabuhan) di 422 ribu ton atau 15. lokasi pengembangan; 3. Masih tingginya impor sebagian barang-barang karet dan Bahan 3. Peningkatan kemampuan SDM; penolong industri karet yang 4. Pengawasan terhadap merupakan peluang pengembangan. pelaksanaan penerapan SNI BOKAR; 4. Masih rendahnya daya saing Industri karet hilir di pasar Asia.
20
Kegiatan Pengembangan Industri Karet di Sumatera Utara (Tahun 2011 dan 2012) Industri Karet
Kegiatan Pengembangan Industri Karet
Yang telah dilakukan tahun 2011
Yang akan dilakukan tahun 2012
Menyusun kajian pengembangan industri karet terpadu di Sei Bamban;
1.Pemetaan Produk dan Pasar Barang karet di Sumatera, Jawa dan Kalimantan; 2.Melanjutkan pengembangan industri karet hilir melalui program fasilitasi/bantuan; 3.Bantuan alat untuk industri barang karet high precision dalam mendukung industri otomotif; 4.Peningkatan kemampuan SDM industri barang jadi karet melalui program pendidikan pelatihan dan magang.
21
3. INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) POTENSI IKM INDONESIA • IKM mempunyai kedudukan yang strategis dalam perekonomian nasional. • Jumlah unit usaha yang besar dengan menyerap tenaga kerja yang banyak serta membuka lapangan usaha secara luas. • Mempunyai produk yang sangat bervariasi dan beragam. • Mampu mengolah sumber daya lokal dengan pasar global. • Pengisian wilayah pasar yang luas dan populasi penyebarannya merata di seluruh wilayah Indonesia • Mampu mengurangi angka kemiskinan No.
Uraian
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
LP (%)
1 Unit Usaha (IKM)
3.806.566 3.909.343 4.026.624 4.159.502 4.324.190 3,24
2 Tenaga Kerja (Org)
8.755.102 9.147.863 9.462.565 9.816.425 10.378.056 4,34
3 Nilai Investasi (Triliun Rp)
229
244
261
284
313
8,14
4 Nilai Produksi (Triliun Rp)
521
561
609
671
753
9,63
5 Nilai Bahan Baku (Triliun Rp)
156
163
174
188
207
7,27
6 Nilai Tambah (Triliun Rp)
365
398
435
483
546
10,60
13.503
15.022
16.541
18.06
19.579
9,73
7 Ekspor (US$ Juta)
Sumber : Renstra Ditjen IKM Kementerian Perindustrian
22
IKM DI SUMATERA UTARA IKM yang berkembang: - Kerajinan tenun ulos, - Kerajinan rotan, - Makanan ringan, - Sepatu, dll
Kendala: - Kualitas produk yang masih rendah; - Sulit untuk mengakses pasar, model desain, dan informasi; - Teknologi masih sederhana dan mesin yang sudah tua; - Kemampuan manajemen yang masih rendah. 23
Kegiatan Kementerian Perindustrian untuk membantu pengusaha IKM: - pelatihan untuk meningkatkan mutu produk maupun keterampilan manajemen, - mengikutsertakan IKM ke pameran-pameran baik di dalam maupun luar negeri, serta - memberikan bantuan mesin peralatan
Sentra IKM yang akan dikembangkan di Sumatera Utara: - sentra pupuk organik di Asahan, - sentra makanan ringan di Tapanuli Selatan, dan - sentra alas kaki serta pelatihan dan fasilitasi ISO 9001 IKM Logam di Medan. - rencana pendirian Indonesia Essential Oils Service Centre (IEOSC) sebagai pusat pengembangan minyak atsiri Indonesia (masih dalam tahap kajian dengan alternatif lokasi di Medan, Banda Aceh, dan Padang).
24
TERIMA KASIH
INDUSTRIALISASI MENUJU KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK
25