PENINGKATAN AKTIVITAS HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MEDIA REALITA DI KELAS VI MIS ULIL ALBAB
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH IDRIS SUSANTO NIM F34210051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014
PENINGKATAN AKTIVITAS HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MEDIA REALITA DI KELAS VI MIS ULIL ALBAB Idris Susanto, Endang Uliyanti, Suhardi Marli PGSD, FKIP, Universitas Tanjungpura Pontianak Email:
[email protected]
Abstrak: keluhan tentang rendahnya aktivitas dan hasil belajar peserta didik di kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Swasta Ulil Albab bukan merupakan hal yang baru. Ada beberapa penyebab utama yaitu kurangnya aktivitas guru dan kemauan dari guru untuk mencoba menggunakan media pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas dan menggunakan metode diskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang paling dasar yang ditujukan untuk mengambarkan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia dengan kajian bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas subjek penelitiannya adalah guru dan peserta didik, dan dilakukan dengan dua siklus berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media realita dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Kata kunci: aktivitas, hasil belajar, media realita, IPA. Abstract: complaints about the lack of activities and learning outcomes of students in class VI Ibtidaiyah Private Madrasah Ulil Albab is not a new thing. There are several main causes of the lack of activity of the teacher and the willingness of teachers to try using instructional media. The purpose of this research is to improve the activity and learning outcomes of students. This study used a qualitative approach to the design of action research and using descriptive method is a form of primary research aimed to describe the phenomena that there is a good phenomenon that is natural or human engineering to study the shape, activity, characteristics, changes, relationships similarity, and the difference with other phenomena. This study used a qualitative approach to research design research is the subject of a class action of teachers and learners, and performed with two cycles based on the results of this study concluded that the reality of learning to use the media to improve the activity and learning outcomes of students. Keywords : activities, learning outcomes, the media reality, IPA .
D
alam hal ini peneliti berusaha untuk melakukan penelitian di tempat peneliti mengajar dan di kelas sendiri yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 20 Juli 2013, sebelum penelitian dilakukan dapat dilihat perilaku peserta didik ketika pembelajaran berlangsung. Berbagai macam tingkah laku peserta didik, ada yang serius, mengantuk, dan ada juga yang tidak memperhatikan.
Harapan guru agar peserta didik menampakkan aktivitas keaktifan sehingga tercapai hasil yang diharapkan, maka dalam studi pendahuluan untuk penelitian tindakan kelas perlu diperhatikan beberapa prinsip penggunaan media. Untuk itu apabila menggunakan prinsip penggunaan media menurut Eka Prihatin (2008: 53). Ada beberapa prinsip di dalam menggunakan media di dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut: Tidak ada metode/media yang harus dipakai dengan meniadakan yang lain. Tidak ada satu mediapun yang dapat sesuai untuk segala macam kegiatan belajar. Penggunaan media yang terlalu banyak secara sekaligus akan membingungkan siswa. Harus senantiasa melakukan persiapan yang cukup untuk menggunakan media pendidikan. Media harus merupakan bagian integral dari pembelajaran. Siswa dipersiapkan dan diperlukan sebagai peserta yang aktif. Siswa harus bertanggung jawab untuk apa yang terjadi selama pembelajaran. Tidak menggunakan media sebagai selingan, karena fungsi media harus seefisien mungkin. Adapun pengertian metode Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki yaitu cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan menurut Eka Prihatin (2008 : 59). Harapan guru agar peserta didik menampakan aktivitas keaktifan sehingga tercapai hasil yang diharapkan. Kurangnya aktivitas atau rendahnya hasil yang diperoleh peserta didik dapat dilihat dari beberapa indikator: Peserta didik tidak mau mencatat ketika guru menyampaikan pembelajaran, peserta didik dalam berdiskusi tidak aktif dalam memberikan pendapat, peserta didik kurang berani dalam bertanya, rendahnya perolehan nilai peserta didik banyak yang dibawah KKM 65. Perolehan data awal dengan pengamatan guru dalam aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VI Mis Ulil Albab akhir Juli 2013 dengan jumlah peserta didik 18 orang. Sebelum dilakukan penelitian atau dari hasil studi pendahuluan dapat dilihat perolehan aktivitas dan hasil belajar peserta didik sebagai berikut: Peserta didik yang mau mencatat terdapat 2 orang peserta didik dengan persentase 11,1% berarti ada 16 orang peserta didik yang tidak mencatat disaat guru menjelaskan. Pada kegiatan diskusi peserta didik yang memberi pendapat hanya 4 orang peserta didik dengan persentasi 22,2% berarti ada 14 peserta didik yang tidak memberikan pendapat. Peserta didik yang mau bertanya ada 6 orang dengan persentasi 33,3% berarti ada 12 peserta didik yang tidak mau bertanya. Dalam evaluasi harian peserta didik hanya 6 orang yang nilainya yang melampaui KKM 65 dengan persentasi 33,3% berarti ada 12 orang yang nilainya dibawah KKM 65. Dengan demikian secara umum peserta didik belum bisa mencapai target yang diharapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI. Menurut Agus Suprijono dalam A. Hamid. (2011: 18). Meningkatkan Aktivitas Belajar. Pekanbaru: UIN Suska Riau, Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajaran dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dalam mengkonfrontif ide itu dengan dunia relitas yang dihadapinya. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku pada diri sendiri berkat adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan aktivitas belajar adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan sedemikian rupa agar menciptakan. Peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengagn aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungagn untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat infomrasi yang baru saja diterima dari guru. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian? Karena salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah factor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan katakata mutiara yang diberikan oleh seorang filosof kenamaan dari Cina, Konfusius. Dia mengatakan: apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat, saya ingat, apa yang saya lakukan, saya paham. Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3). http://dirman-djahura.blogspot.com/2012/09/konsep-hasil-belajar.html(senin-9september-2013)
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. http://dirman-djahura.blogspot.com/2012/09/konsep-hasil-belajar.html(senin-9september-2013) Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. http://dirman-djahura.blogspot.com/2012/09/konsep-hasil-belajar.html(senin-9september-2013) Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. http://dirman-djahura.blogspot.com/2012/09/konsep-hasil-belajar.html(senin-9september-2013) Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan Azhar,Arsyad (2002). http://zaifbio.wordpress.com/2013/04/28/media-realia/(senin-9-September-2013) Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Media realita dapat diartikan sebagai benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.(Arif Sadiman. Jakarta: 2009) http://dek-ima.blogspot.com/2013/03/penggunaan-media-realia-diperkarangan.html(senin-9-September-2013) Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media realia merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pembelajaran secara langsung dengan objek nyata di pekarangan sekolah sehingga dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kondisi dan situasi tempat siswa berada. Kelebihan dari media realia adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa, misalnya untuk mempelajari Keanekaragaman Hayati, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman yang dilakukan dalam proses belajar mengajar. Ahli lain menyebutkan bahwa media realia mampu menciptakan kegiatan proses belajar mengajar menjadi hidup dan lebih menarik. Selain itu, media realia sebagai sumber belajar. Media realia dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap materi Keanekaragaman Hayati di pekarangan sekolah. Media realia merupakan media yang dapat menarik dan memfokuskan perhatian siswa. Media realia merupakan benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar yang memiliki manfaat. Dengan demikian pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan mengajak siswa melihat langsung benda nyata tersebut ke pekarangan sekolah. (Nana sudjana dan Ahmad Rivai,Bandung: 1991.
METODE Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif, menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2010:72) metode diskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar yang ditujukan untuk mengambarkan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia dengan kajian bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena lain. Nana Syaodih Sukmadinata (2010:60 dalam MC. Milan and Schumacaer, 2001) penelitian kualitatif memandang kenyataan sebagai kontruksisosial, individu, kelompok. Menarik atau memberi makna kepada suatu kenyataan dengan mengkontruksinya untuk mengerti kenyataan dengan perkataan lain persepsi seseorang dapat diyakini sebagai nyata dan terhadap hal itulah tindakan, pemikiran, dan perasaan diarahkannya sehubungan dengan bentuk penelitian di atas maka dalam penelitian ini menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas. Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kolaboratif, penelitian ini dilakukan langsung di tempat peneliti mengajar, yaitu tentang pengunaan media realita dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dengan menggunakan metode kooperatif pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VI Mis Ulil Albab Kabupaten Ketapang. Setting Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah setting di dalam kelas VI Mis Ulil Albab yang beralamat di Kelurahan Sampit Kecematan Delta Pawan Kabupatan Ketapang. subjek penelitian adalah perserta didik kelas VI berjumlah 18 orang,pria berjumlah 10, dan wanita berjumlah 8 orang. Setting penelitian dapat digambarkan dalam alur penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Perencanaan refleksi
SIKLUS I
pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan
refleksi
SIKLUS II
pelaksanaan
Pengamaatan
tercapai
Gambar 1 Model Penelitian Tindakan Kelas Suhardjono dan Enjah Takari.R (2010:11).
Langkah-langkah alur penelitian tindakan kelas terdiri dari: Menganalisis kesulitan dan kelemahan peserta didik dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Penyusunan rencana pelaksanan pembelajaran, menyiapkan media, menyiapkan lembar kerja siswa, menyiapakan instrumen penilaian, menyiapakan instrumen observasi, menyiapkan observasi. Pada tahap ini yang dilakukan adalah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan sekenario pembelajaran yang dituangkan dalam RPP dan dipersiapkan sebelumnya. Pada observasi guru beserta teman sejawat melaksanakan observasi terhadap pelaksanan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan pada saat perencanan. Refleksi adalah bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan dan diharapkan peneliti yang dibantu oleh teman sejawat dapat menemukan kekurangan dalam pembelajaran di kelas tersebut. Setelah penyajian atau menampilkan data untuk di analisis maka untuk skor rata-rata yang peneliti gunakan, menggunakan rumus rata-rata yang dikemukakan Sugiono (2002:43). Untuk menghitung rata-rata hasil belajar ͞X =
∑𝑋 𝑁
Keterangan: ͞ x = Rata-rata hitung X = Persentase tiap aspek N = Jumlah aspek ∑ = Sigma (jumlah) tiap aspek Adapun untuk menghitung prosentase peneliti menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Ali (2001: 18): 𝑛
X% = 𝑁 x 100
Keterangan: X% = persentasi hasil hitung n = jumlah siswa yang memperoleh nilai tertentu N = jumlah seluruh siswa HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perencanaan pelaksanaan pada siklus I merupakan wujud perbaikan metode yang pernah diterapkan sebelumnya dalam rangka peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Penyusunan perencanaan pembelajaran siklus I ini memperhatiakan unsur-unsur sebagai berikut: Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai peserta didik.
Mengacu dengan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi pembelajaran dan kecakapan hidup sesuai dengan permasalahan dengan lingkungan hidup. Menggunakan media dan metode yang sesuai dengan pendekatan peserta didik dengan pengalaman langsung. Berdasarkan unsur-unsur tersebut, penyusunan RPP yang dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2013 dengan penggunakan media realita dan menggunakan metode kooperatif. Media dan metode ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dan diharapkan pula dapat memperbaiki media dan metode yang dilakukan sebelumnya. Dalam penyusunan RPP dapat dilakukan langkah-langkah dalam penerapan media nyata dan metode kooperatif sebagai berikut: Penjelasan tentang tujuan pembelajaran, pemahaman materi ajar yang akan diajarkan, memberikan latihan dan bimbingan, memberikan umpan balik, memberikan latihan secara lisan. Berdasarkan langkah-langkah tersebut di atas dapat disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I yang pelaksanaannya pada tanggal 20 Juli 2013. Adapun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut secara lengkap terdapat pada lampiran laporan ini. Pada pelaksanaan siklus I, pada tanggal 20 Juli 2013 peneliti bertindak sebagai guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan sebelumnya yaitu pada kegiatan awal peneliti bertindak sebagai guru melaksanakan kegiatan awal seperti biasanya yaitu memberi salam, berdoa, mengabsensi, dan apersepsi yang berupa pertanyaan yang berkaitan mengenai ciri-ciri khusus tumbuhan teratai yang didahului dengan tanya jawab tentang jenis-jenis tumbuhan yang daapat tumbuh di air. Setelah kegiatan awal selesai, dilanjutkan pada kegiatan inti yang terdiri dari beberapa langkah. Mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, memotivasi peserta didik dengan cara menjelaskan serta mengaitkan topik pembelajaran dengan pengetahuan peserta didik dengan cara tanya jawab. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan hari ini, menyampaikan gambaran inti pembelajaran, guru membagi peserta didik dalam 3 kelompok, mempersiapkan 3 deretan bangku yang disusun dengan memanjang kebelakang, masih-masih diberi tanda A, B, dan C. Peserta didik setiap kelompok berjumlah 5 sampai 6 orang kemudian salah satu peserta didik yang cerdas diminta untuk memimpin kelompoknya masing-masing. Guru mengambil baskom yang berisi air dan 3 pohon teratai, 1 buah gunting, kemudian guru memperkenalkan dan menanyakan kepada serta didik tumbuhan apa yang bapak pegang ini semua kelompok menjawab ini tumbuhan teratai Pak, kemudian setiap kelompok maju ke depan untuk melakukan pengamatan dengan memasukan pohon teratai ke dalam air kemudian masing-masing kelompok mengamati bentuk daun, bentuk batang, bentuk akar dan bentuk bunga setelah itu masing-masing kelompok mengambil gunting lalu memotong bagian-bagian pohon teratai salah satu anggota kelompok memegang lembar observasi dan menuliskan hasil pengamatan kelompoknya masing-masing setelah itu guru memberikan lembaran-lembaran pertanyaan yang terdiri beberapa soal yang menyangkut hasil pengamatan peserta didik yang dilanjutkan dengan mengecek aktivitas peserta didik yang meliputi indikator. Aktivitas fisik terdiri dari kemampuan peserta didik mencatat, aktivitasmental meliputi kemampuan peserta
didik dalam mengemukankan pendapat, aktivitas emosional meliputi keberanian peserta didik dalam bertanya dengan kelompok lain. Kemudian dilanjutkan dengan mengecek pemahaman peserta didik dengan menberikan umpan balik berupa pertanyaan-pertanyaan dan dilanjutkan evaluasi. Kalau dilihat dari segi aktivitas setiap peserta didik sudah menunjukan peningkatan aktivitas, namun masih perlu ditingkatkan. Namun bagaimana dengan peningkatan hasil, setelah diadakan evaluasi mengalami peningkatan ini di sebabkan adanya Aktivitas fisik yaitu peserta didik sudah mulai mencatat penjelasan guru dan melakukan pengamatan secara langsung. Aktivitas mental yaitu peserta didik sudah mulai berani bertanya dan mengemukakan pendapat. Aktivitas emosional yaitu peserta didik saling bertukar pendapat atau bertanya pada kelompok lain dan peserta didik mulai berani tampil ke depan dengan demikian dalam evaluasi sudah nampak hasil belajar yang meningkat dari 18 orang peserta didik ada 13 orang peserta didik yang hasilnya melampaui KKM 65, berarti ada 61,11% yang tuntas, untuk menuntaskan nilai keseluruhan peserta didik ada 5 orang peserta didik yang belum tuntas maka pula diadakan peningkatan hasil. Berkenaan dengan observasi, pelaksanaannya dilakukan oleh teman sejawat. Observasi terhadap perencanaan pelaksanaan pembelajaran dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan langkah-langkah pembelajaran dan proses pembelajaran yang berkenaan dengan pemanfaatan media realita untuk meningkatan aktivitas dan hasil belajar dengan menggunakan metode kooperatif dalam pembelajaran IPA tentang ciri-ciri khusus tumbuhan teratai. Hal yang di observasi dapat dirumuskan melalui pedoman observasi adalah: Penjelasan tentang tujuan dan mempersiapakan peserta didik. Penguasaan bahan ajar yang disampaikan peserta didik Memberikan latihan terbimbing. Mengecek perubahan pembelajaran tentang aktivitas peserta didik. Memberikan umpan balik. Hasil observasi tersebut akan diskusikan antara peneliti dengan teman sejawat selaku observer untuk memperoleh kesepakatan mengenai kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan selanjutnya diskusikan juga hal-hal yang diperbaiki dalam pelaksanaan siklus II selanjutnya hasil diskusi tersebut sebagai bahan refleksi dalam langkah-langkah siklus selanjutnya. Penelitian tindakan kelas ini di laksanakan di Mis Ulil Albab Kabupaten Ketapang, Mis Ulil Albab Kecamatan Delta Pawan adalah Mis yang terletak di pinggir kota, rata-rata kemampuan peserta didiknya memiliki kecerdasan dan kemampuan belajar yang berbeda-beda. Sebagaian besar peserta didik yang masuk sekolah di Mis ini adalah orang pinggiran yang tidak pernah bersekolah di taman kanak-kanak sehingga menjadi tantangan bagi guru yang mengajar di Mis ini, terutama bagi peneliti sekaligus bertindak sebagai guru kelas VI. Dalam penelitian ini peneliti berkerjasama dengan teman sejawat sebagai guru mitra dalam penelitian. Hasil temuan dalam siklus I pada penelitian adalah sebagai berikut: Dalam perencanaan peneliti bersama opserver membuat
kesepakatan untuk melakukan penelitian yang ditetapkan waktu dan tempat penelitian. Pelaksanaan pada siklus I di laksanakan pada tanggal 20 Juli 2013 peneliti dan teman sejawat menemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan penerapan dalam pemanfaatan dalam media realita dan metode kooperatif pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas VI Mis Ulil Albab tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar, temuannya adalah: Selama guru melaksanakan pembelajaran pada silkus I guru dan teman sejawat kolaborator mengenai kegiatan yang dilakukan guru dengan menggunakan lembar observasi, semua temuan selama kegiatan pembelajaran baik kelebihan maupun kekurangan itu dicatat untuk dijadikan bahan refleksi bagi peneliti hasil temuan oleh observer tentang penggunaan media realita dan metode kooperatif yang dilakukan oleh guru. Peserta didik selama mengikuti pembelajaran pada siklus I yang menjadi objek peneliti, yang diamati oleh observer, temuan hasil observer tentang suasana pembelajaran yang menggunakan media realita dan metode kooperatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi Ciri-Ciri Tumbuhan Teratai dan Fungsi Bagian-Bagian Tumbuhan Teratai. Pada siklus I menunjukan bahwa belajar dengan menggunakan media realita dan metode kooperatif belum menunjukan peningkatan aktivitas dan hasil belajar yang maksimal sehingga perlu diadakan peningkatan pada siklus berikutnya. Observasi pada siklus I yang dilakukan pada tanggal 20 Juli 2013 peneliti dan teman sejawat menemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan media realita temuanya adalah sebagai berikut: Selama peneliti didalam observasi didapat keaktifan peserta didik yang mengikuti proses observasi menunjukkan keterlibatan seluruh peserta didik. Kemudian dalam temuan refleksi siklus I didapat peningkatan hasil yang memuaskan dibandingkan sebelum penelitian. Dari hasil observasi telah dilakukan kesimpulan refleksi hasil pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: Tahap refleksi dari hasil observasi telah dilakukan kesimpulan refleksi hasil pelaksanaan pembelajaran siklus 1 sebagai berikut : Dapat dilihat kelemahan dan kelebihannya antara lain: Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran, kurang melibatkan peserta didik Dari langkah-langkah pembelajaran masih ada kegiatan yang kurang tepat yaitu kurang memberikan umpan balik Penerapan media realita masih kurang Metode yang digunakan sudah baik sehingga membuat peserta didik aktif Peserta didik harus lebih difokuskan pada materi yang disampaikan Peserta didik harus terlibat langsung dalam pembelajaran Masih banyak peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran Masing-masing kelompok belum aktif baraktivitas. Berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus I diputuskan untuk memberikan tindakan lanjutan pada siklua II, dengan tetap menggunakan media realita dan menggunakan metode kooperatif.
Perencanaan pelaksanaan siklus II merupakan wujud perbaikan metode yang dilakukan pada siklus I dalam rangka peningkatan aktivitas dan hasil belajar. Penyusunan rencana pelaksanaan siklus II ini memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut: Mengacu pada kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik, mengacu dengan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan sesuai dengan lingkungan sehari-hari, menggunakan metode yang sesuai dengan pendekatan peserta didik dengan pengalaman langsung yaitu metode kooperatif, menggunakan media realita untuk memperdalam pemahaman peserta didik tentang ciri-ciri dan fungsi tumbuhan teratai dengan beberapa indikator. Berdasarkan 4 unsur di atas maka peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada tanggal 23 Juli 2013 dengan penggunaan media realita dan metode kooperatif. Kedua hal ini dapat diharapkan terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar dan memperbaiki metode sebelumnya. Untuk itu dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus di pertimbangkan fase-fase yang harus di lakukan dalam penerapan penggunaan media realita dan metode kooperatif antara lain: Penjelasan tentang tujuan pembelajaran, pemahaman tentang materi yang akan diajarkan, memberikan latihan-latihan terbimbing, memberikan latihan secara lisan. Berdasarkan paparan pada fase-fase perencanaan di atas maka dalam pelaksaanaan pembelajaran siklus II yang di laksanakan pada tanggal 23 Juli 2013 adapun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut secara lengkap terdapat dari lampiran pada laporan ini: Pada pelaksanaan siklus II, peneliti pertindak sebagai guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan sebelumnya pada kegiatan awal peneliti bertindak sebagai guru melaksanakan kegiatan awal seperti biasanya yaitu salam, doa, absensi, dan apersepsi, pertanyaan yang berkaitan mengenai tumbuhan yang dapat tumbuh di air maka diambil salah satu dari tumbuhan yang dapat tumbuh di air yaitu teratai dilanjutkan dengan menanyakan ciri-cirinya. Kemudian pada kegiatan inti dari beberapa langkah: Mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, memotivasi peserta didik dengan cara menjelaskan serta mengaitkan topik pembelajaran dengan pengetahuan peserta didik dengan cara tanya jawab, menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan gambaran inti pembelajaran, Guru membagi peserta didik dalam 3 kelompok. Guru membagi tiga deretan bangku yang disusun memanjang, peserta didik ada 18 orang dibagi 3 kelompok masing-masing kelompok 6 orang. Menempati meja kelompok A, meja kelompok B, meja kelompok C. Guru menunjuk salah satu peserta didik yang cerdas untuk memimpin kelompoknya, kemudian guru mempersiapkan baskom yang berisi air, gunting, dan tumbuhan teratai, guru membagikan lembaran LKS kepada peserta didik, sebelum peserta didik melakukan kegiatan terlebih dahulu guru memperagakan cara-cara pengunaan media teratai dan menanyakan kepada peserta didik tumbuhan apa yang ada di depan kalian, setelah itu guru menunjuk kelompok A untuk maju ke depan untuk melakukan pengamatan tentang ciri-ciri tumbuhan teratai dan mengamati masing-masing bagian tumbuhan teratai, kemudian dilanjutkan dengan kelompok B dan kelompok C. Setelah ke 3 kelompok selesai melakukan pengamatan maka guru memerintahkan untuk
mengisi lembaran LKS kepada 3 kelompok tersebut yang berisi pertanyaanpertanyaan hasil pengamatan peserta didik dari beberapa pertanyaan yang diberikan kepada 3 kelompok: Kelompok A mendapat nilai 100, kelompok B mendapat nilai 100, kelompok C mendapat nilai 90. Dari hasil yang diperoleh ke 3 kelompok, guru memberikan acungan jempol, setelah selesai memberikan penguatan kepada peserta didik atau kelompok yang paham. Maka dilanjutkan dengan mengecek pemahaman peserta didik dengan memberikan umpan balik berupa pertanyaan-pertanyaan umpan balik dan dilanjutkan dengan evaluasi. Pada siklus II adalah menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas dan hasil belajar bagi peserta didik meningkat secara siknifikan sehingga belajar dengan menggunakan media realita dan metode kooperatif dapat dilihat sebagai berikut: Berkenaan dengan observasi, pelaksanaanya di lakukan oleh teman sejawat, observasi terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk mengukur keberhasilan langkah-langkah pembelajaran dan proses pembelajaran yang mengacu kepada pemanfaatan media realita dan dengan materi ciri-ciri tumbuhan teratai dan fungsi bagian-bagian tumbuhan teratai dengan menggunakan metode kooperatif. Hal-hal yang di observasi yang dirumuskan pada pedoman observasi sebagai berikut: Mempersiapkan peserta didik dan penjelasan tentang tujuan pembelajaran, pengunaan materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik, memberikan latihan-latihan terbimbing, mengecek perubahan aktivitas fisik, mental, dan emosional, memberikan umpan balik, melihat perubahan hasil, Selanjutnya hasil observasi akan di diskusikan antara peneliti dan teman sejawat selaku observer untuk memperoleh kesepakatan mengenai kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan, kemudian di diskusikan pula hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan siklus II. Hasil diskusi adalah sebagai bahan refleksi untuk langkah-langkah selanjutnya. Penelitian tindakan kelas ini di laksanakan di Mis Ulil Albab Kabupaten Ketapang adalah Mis yang beryayaskan pondok pesantren Hidayatullah yang bernaung di bawah Kementerian Agama Kabupaten Ketapang yang meliputi kemampuan peserta didik yang beraneka ragamdalam menerima tranfer pembelajaran, peserta didik yang masuk rata-rata tidak pernah bersekolah di Taman Kanak-kanak, pada umumnya anak-anak pinggiran kota, kebanyakan anak pindahan dari sekolah Negeri yang bermasalah atau tidak naik kelas, sehingga menjadi tantangan bagi sekolah terutama guru, bagaimana guru bisa membentuk peserta didik yang rata-rata tidak di terima di Sekolah Dasar Negeri dan pindahan yang bermasalah di SD Negeri ke Mis, dapat dibentuk aktivitas belajar dan ditingkatkan hasilnya melalui media realita dan metode kooperatif dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengambil subyek peserta didik kelas VI dalam penelitian ini peneliti berkerjasama dengan teman sejawat sebagai guru mitra dalam penelitian kemudian hasil temuan siklus II adalah sebagai berikut: Perencanaan siklus II dialaksanakan pada bulan puasa tanggal 23 Juli 2013. Dalam perencanaan peneliti bersama opserver membuat kesepakatan untuk melakukan penelitian yang ditetapkan waktu dan tempat penelitian.
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada bulan puasa tanggal 23 Juli 2013 peneliti dan teman sejawat menemukan berbagai temuan yang berkaitan dengan penerapan, pemanfaatan media realita dan menggunakan metode kooperatif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar. Temuan tersebut adalah: Selama guru melaksanakan pembelajaran pada siklus II guru mitra sebagai kolabolator mengamati kegiatan yang dilaksanakan guru dengan mnggunakan lembar observasi IPKG I dan IPKG II atau ( Instrumen Penilaian Kinerja Guru) atau (Kemampuan Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) semua temuan baik itu kelebihan maupun kekurangan dijadikan bahan refleksi bagi peneliti, hasil temuan oleh observer tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar dengan menggunakan media nyata dan metode kooperatif yang dilakukan oleh guru. Peserta didik selama mengikuti pembelajaran pada siklus II yang menjadi objek utama peneliti, yang diamati oleh observer yaitu tentang penggunaan media realita untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar dengan menggunakan metode kooperatif pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi ciri-ciri tumbuhan teratai serta fungsi bagian-bagian tumbuhan teratai. Observasi pada siklus II yang dilakukan pada tanggal 20 Juli 2013 peneliti dan teman sejawat menemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan media realita temuanya adalah sebagai berikut: Selama peneliti didalam observasi didapat keaktifan peserta didik yang mengikuti proses observasi menunjukan keterlibatan seluruh peserta didik. Kemudian dalam temuan refleksi siklus II didapat peningkatan hasil yang memuaskan dibandingkan sebelum penelitian. Pada refleksi siklus II didapat hasil yang sangat signifikan sehingga penelitian dihentikan pada saat siklus II. Berdasarkan hasil observasi, setelah dilakukan kesimpulan refleksi hasil pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: Guru sudah mengaktifkan peserta didik dalam mencatat, memberikan pendapat, bertanya pada kelompok lain. Guru sudah memberikan umpan balik. Guru sudah memberikan motivasi kepada peserta didik. Metode yang disampaikan sudah terfokus pada pesrta didik. Sudah menerapkan media secara baik. Peserta didik sudah mempersiapkan diri belajar dirumah. Peserta didik sudah memfokuskan perhatianya pada pembelajaran yang disampaikan. Peserta didik sudah terkondisi dalam tanya jawab dengan antar kelompok Peserta didik sudah terlibat dalam setiap langkah-langkah pembelajaran. Kelemahan peserta didik sudah dapat diatasi sehingga peserta didik betul-betul menampakan aktivitasnya yang dihubungkan dengan media pembelajaran. Peserta didik sudah aktif dalam bertanya jawab dengan kelompok lain. Rendahnya hasil belajar sudah dapat diatasi sehingga peserta didik secara keseluruhan sudah mendapat nilai maksimal. Keterangan: Dari refleksi siklus II sudah tidak tampak kelemahan maupun kekurangan dari guru maupun peserta didik sehingga refleksi dihentikan sampai siklus II Rencana Pelaksanan Pembelajaran, siklus II.
Pembahasan Berdasarkan temuan penelitian dapat di ketahui terjadi perubahan dalam setiap indikator pembelajaran yang menggunakan media realita dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar secara siknifikan dari awal siklus I dan siklus II. Bahwa dapat diungkapkan dari hasil yang menggunakan media realita dan metode kooperatif pada peningkatan siklus I dan siklus II. Tabel 1 Peningkatan data siklus I dan siklus II pembelajaran yang menggunakan media realita untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar dengan menggunakan metode kooperatif. NO Pembelajaran
Frekuensi awal
1.
mencatat
Peserta didik 2
2.
Berpendapat
3.
4.
%
Frekuensi siklus I %
Frekuensi siklus II Peserta % didik 15 83,3
11,1
Peserta didik 9
50
4
22,2
12
66,6
16
88,8
Keberanian bertanya dengan kelompok lain
6
33,3
1
83,3
18
100
Hasil belajar evaluasi
6
33,3
11
61,11
17
94,4
Sumber data: Peningkatan hasil pembelajaran dengan penggunaan media realita untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dengan metode kooperatif siklus sebelumnya, siklus I dan siklus II Mis Ulil Albab Kabupaten Ketapang tahun 2013/2014. Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa pembelajaran yang menggunakan media realita dan metode kooperatif ketika diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada kelas VI Mis Ulil Albab Kabupaten Ketapang dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi ciri-ciri tumbuhan teratai serta fungsi-fungsi bagian tumbuhan teratai, meningkat dengan siknifikan bila dibandingkan sebelum menggunakan media realita dan metode kooperatif pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VI Mis Ulil Albab Kabupaten Ketapang. Kemudian dilihat dari analisis data dalam penelitian ini, diperoleh perbedaan hasil persentase yang dapat memuaskan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, hal tersebut dilihat dari uraian sebagai berikut:
Aktivitas fisik yaitu guru menjelaskan pada awal pembelajaran peserta didik yang mencatat, dari 18 peserta didik hanya 2 orang dan masih 16 orang peserta didik yang belum mau mencatat. Kemudian pada siklus II terdapat 15 peserta didik yang mau mencatat dan 3 peserta didik yang tidak mau mencatat berarti terjadi peningkatan dari siklus ke siklus. Aktivitas mental yaitu peserta didik yang mau mengemukakan pendapat ketika pembelajaran berlangsung sebelum dilakukan siklus tampak hanya 4 peserta didik bagi yang belum mau mengemukakan pendapat. Tetapi setelah pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 12 orang peserta didik yang mau mengemukakan pendapat. Setelah siklus II mulai terjadi peningkatan menjadi 16 orang peserta didik dan 18 orang berarti masih 2 orang peserta didik yang belum aktif dalam mengemukakan pendapat. Aktivitas emosional yaitu terjadi pada keberanian bertanya pada kelompok lain dari 18 orang peserta didik pada data awal 6 orang peserta didik yang mempunyai keberanian bertanya berarti masih ada 12 orang peserta didik lagi yang belum mempunyai keberanian bertanya. Pada siklus I terdapat 15 peserta didik yang mempunyai keberanian. Maka masih 3 orang yang tidak mempunyai keberanian bertanya dilanjutkan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 18 orang peserta didik, ini berarti keberanian peserta didik sudah menunjukan peningkatan secara siknifikan dalam keberanian bertanya. Kemudian pada peningkatan hasil evaluasi dari 18 orang peserta didik yang dalam evaluasi mengalami ketuntasan melampaui KKM. Pada siklus I terjadi penigkatan 11 orang mempunyai nilai tuntas berarti masih 7 orang yang belum tuntas maka dilanjutkan pada siklus II maka terjadi peningkatan menjadi 17 orang peserta didik yang melampaui KKM 65 pada akhir pembelajaran. Berdasarkan temuan penelitian, diketahui adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar bagi peserta didik dalam setiap pelaksanaan siklus, menunjukan pemanfaatan media realita dan penggunaan metode kooperatif, lebih menigkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dibandingkan ketika peserta didik belum mendapat penerapan pemanfaatan media realita dan metode kooperatif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi ciri-ciri khusus tumbuhan teratai serta fungsi-fungsi bagian tumbuhan teratai. Dengan demikian penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II karena peningkatan aktivitas dan hasil belajar sudah tercapai sehingga penerapan media realita dan metode kooperatif sangat cocok jika dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas VI Mis Ulil Albab Kabupaten Ketapang dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dalam penelitian tentang penggunaan media realita untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode kooperatif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi ciri-ciri khusus tumbuhan teratai dan fungsi bagian-bagian tumbuhan teratai bagi peserta didik kelas VI Mis Ulil Albab Kabupaten Ketapang dapat disimpulkan sebagai berikut:
Terdapat peningkatan aktivitas fisik yaitu keaktifan peserta didik dalam siklus 1 terdapat 9 peserta didik yang mau mencatat dengan persense 50%,pada siklus II.terjadi peningkaran perserta didik mencatat sebanyak 15 orang dengan persentase 83,3% berarti terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II 33,3% mencatat. Terdapat peningkatan aktivitas mental yaitu keberanian peserta didik dalam mengemukakan pendapat bagi peserta didik kelas VI Mis Ulil Albab Kabupaten Ketapang dengan menggunakan media realita dan metode kooperatif pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siklus I ada 12 perserta didik yang mengemukakan pendapat dengan persentase 66,6%,kemudian pada siklus II terdapat 16 orang perserta didik yang mengemukakan pendapan dengan persentase 88,8% berarti terjadi peningkatan 22,2%. Terdapat peningkatan aktivitas emosional yaitu keberanian peserta didik dalam bertanya kepada kelompok lain pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siklus I terdapat 15 perserta didik dengan persentase 83,3%sedangkan siklus II terdapat 18 perserta didik dengan persentase 100% terjadi peningkatan 16,3%. Terjadi peningkatan hasil belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Pada siklus I ada 11 orang perserta didik dengan persentase 61,11% dan siklus II ada 17 orang perserta didik dengan persentase 33,3%. Dengan demikian dapat disimpulkan terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Ilmu Pegetahuan Alam kelas VI Mis Ulil Albab Kabupaten Ketapang dengan menggunakan media realita dan metode kooperatif. Dalam pembelajaran Ilmu Pegetahuan Alam peserta didik sulit untuk memahami apa yang disampaikan tanpa melalui media, sehingga sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar peserta didik, untuk itu kepada rekan-rekan guru hendaknya mau menggunakan media realita dalam mengajar sehingga timbullah semangat aktivitas dan peningkatan hasil belajar. Setiap memberi pembelajaran peserta didik sulit untuk diarahkan karena kebanyakan guru mengajar dengan cara biasa tanpa menggunakan metode, untuk itu hendaknya rekan-rekan guru mau menggunakan metode kooperatif yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Saran Dalam perolehan hasil belajar terlalu rendah, diharapkan rekan-rekan guru hendaknya dalam mengajar hendaknya selalu menggunakan media realita dan metode kooperatif sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Sering terjadi didalam pembelajaran peserta didik malas dalam beraktivitas sehingga hasil yang diperoleh pun rendah yang disebabkan pemilihan media atau alat yang kurang menarik, hendaknya disesuaikan dengan materi ajar dan kondisi peserta didik. Karena itu dapat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Abrari Rusyan.1989. Pendekatan dalam Agus.S.2003. Joint Real Science Is Both Product And Process, Inseparably.
Agus.S.2003. Joint Real Science Is Both Product And Process, Inseparably. Ali. 2009. Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru. http://zaifbio.wordpress.com/2013/04/28/media-realita. Ali. (2001: 18). Rumus Prosentase Analisis Data. Anonim. Media Realia. http://www.ut.ac.id/html/suplemen/idik4403/materi/nyata_all.htm. (20 maret 2013). Arif, S. Sadiman, Dkk. 2009. Media Pendididkan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatanya. Jakarta: Rajawali Pers. Azhar Arsyad. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cepi Riana. 2010. Media Pembelajaran. http://pakarti.wordpress.com. Depdiknas. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK, dan SLB). Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Eka Prihatin. 2008. Prinsif Penggunaan Media hal. 53 dan Pengertian Metode hal. 59. PT Karsa Mandiri Persada. Gagne dan Briggs. 1979. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS. Hamid, A. 2011. Meningkatkan Aktivitas Belajar . Pekanbaru: UIN Suska Riau. Nana Sujana dan Ahmad Rivai. 1991. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru.