PENGUKURAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL MASYARAKAT SEKITAR KAWAH DIENG MELALUI PETA RBI DAN CITRA SATELIT SKRIPSI Untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Dyah Rahma Pertiwi 3201410107
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada :
Hari
:
Tanggal
:
ii
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari
: Senin
Tanggal
: 7 September 2015
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 7 September 2015
Dyah Rahma Pertiwi NIM. 3201410107
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO: 1. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum apabila kaum tersebut tidak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri (QS. Ar Ra‟du: 13). 2. Lakukan sungguh-sungguh akan indah pada waktu yang tepat.
PERSEMBAHAN: Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Ayah dan Ibu Damai
Wahyu
tercinta Bapak Suparno dan Ibu Mulyaningsih
yang
telah
memberikan segala kasih sayang, dukungan dan doa serta semangat yang tulus dalam menjalani hidup ini. 2. Kakak dan Adik saya tercinta, Asih Yuni Kurniasari dan Didik Setyo Nugroho yang telah memberi semangat, tempat berbagi suka dan duka.
v
PRAKATA
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, kekuatan, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat Dieng Melalui Peta RBI dan Citra Satelit”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Strata-1 Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas negeri Semarang. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi berbagai fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial. 3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial. 4. Wahyu Setyaningsih ST. M.T., selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan dorongan, arahan dan bimbingan, serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 5. Drs.Heri Tjahjono, M.Si dan Drs.Satyanta Parman,MT Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. vi
7. Ibu Kuswati beserta staff Tata Usaha Jurusan Geografi yang telah memberikan bantuan dan informasi dalam penyusunan skripsi. 8. Kepala Desa Sumberejo, Kepala Desa Pekasiran, Kepala Desa Kepakisan Kecamatan Batur , Kabupaten Banjarnegara yang telah memberikan ijin serta membantu pelaksanaan penelitian. 9. Kepala Pos Vulkanik Dieng yang telah membantu melaksanakan penelitian. 10. Masyarakat Desa Sumberejo,Desa Pekasiran dan Desa Kepakisan yang telah berkenan menjadi Sampel dalam penelitian. 11. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu jalannya pelaksanaan penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. Hanya ucapan terima kasih dan doa, semoga apa yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan.
Semarang,
September 2015
Dyah Rahma Pertiwi
vii
SARI Pertiwi.Rahma.Dyah. 2015. Pengukuran Keceerdasan Visual-Spasial Masyarakat Sekitar Kawah Dieng Melalui Peta RBI dan Citra Satelit. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Wahyu Setyaningsih ST.MT Kata Kunci : Kecerdasan Visual-Spasial, Peta RBI, Citra Satelit, Dieng Peristiwa maut yang terjadi tahun 1979 menunjukkan bahwa ancaman gas beracun membayang-bayangi masyarakat yang tinggal di kompleks gunung api Dieng yang mana gas beracun tersebut berasal dari kawah yang terdapat di kaldera Dieng. Kecerdasan visual-spasial masyarakat sangat diperlukan untuk meminimalisir bencana gas beracun, agar peristiwa yang memilukan pada tahun 1979 tersebut tidak terulang kembali. Oleh sebab itu diperlukan media pembelajaran yang dapat membantu masyarakat untuk mengukur kecerdasan visual-spasial masyarakat saat mengahdapi bencana gas beracun. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui tingkat kecerdasan visual-spasial masyarakat (2) Mengetahui perbandingan pemahaman masyarakat terhadap media pembelajaran yang digunakan untuk mengukur kecerdasan visual-spasial masyarakat Dieng. Penelitian dilakukan di Desa Sumberejo,Pekasiran, dan Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Sampel dalam penelitian ini adalah Kelompok Masyarakat Desa dari Desa Sumberejo, Pekasiran dan Kepakisan yang terdiri dari kelompok Ibu-ibu PKK, kelompok Perangkat desa, serta kelompok karang taruna. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 responden. 1) Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan visual spasial responden dengan kuesioner Peta RBI menunjukkan nilai rata-rata sebesar 92,30. Kategori terbesar adalah tahu yaitu sebanyak 49 responden (90,7%).Kecerdasan visual spasial responden yang diukur dengan Citra Satelit ini menunjukkan nilai rata-rata sebesar 81,66. Kecerdasan visual spasial dengan citra satelit dari 54 responden yang termasuk kategori tahu ada 38 orang (70,4%).Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecerdasan visual-spasial antara Peta RBI dan Citra satelit. Kecerdasan Visual-Spasial melalui Peta RBI dengan rerata 92,30 lebih tinggi dibandingkan Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Citra Satelit dengan rerata 81,66. Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1) Bagi Responden agar lebih memperhatikan unsur-unsur dalam pengenalan objek alam lingkungannya baik secara langsung dengan indra maupun menggunakan alat maupun teknologi;2) Bagi Pengamat Gunung Api Penelitian ini memberikan saran agar pengamat gunung api memberikan informasi yang lengkap berhubungan dengan kegiatan yang dilakukannya dalam mendeteksi tingkat bahaya gunung api seperti gas beracun, dan sebagainya yang sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar gunung api ;3) Bagi Peneliti Selanjutnya disarankan untuk penelitian selanjutnya melakukan penelitian pada variabel lain dengan jumlah item yang lebih banyak sehingga manfaat dan hasil penelitian menjadi lebih akurat, obyektif, dan lengkap. viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….
i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………..
ii
PENGESAHAN KELULUSAN…………………………………………………
iii
PERNYATAAN …………………………………………………………………
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………….
v
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..
vi
SARI …………………………………………………………………………….
vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………
x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………………..
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….
3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………...
4
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………
4
E. Batasan Istilah ………………………………………………………….
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik ……………………………………………………..
10
1. Kecerdasan ………………………………………………………..
10
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan …………………….
11
3. Kecerdasan Visual-Spasial …………………………………………
13
4. Peta RBI ……………………………………………………………
19
5. Citra Satelit ……………………………………………………….. 6. Dataran Tinggi Dieng ………………………………………………
24 48
7. Pentingnya Kecerdasan Visual-Spasial …………………………….
60
ix
8. Masyarakat Sekitar Kawah Dieng …………………………………
62
B. Kerangka Berfikir ……………………………………………………...
66
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………………………………………………………
67
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………….
67
C. Populasi dan Sampel …………………………………………………..
68
D. Variabel Penelitian …………………………………………………….
69
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….
70
F. Teknik Analisis Data ………………………………………………….
71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian …………………………………..
79
1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian …………………………………….
79
2. Kondisi Geologi …….…………………………………………………..
85
3. Kondisi Geomorfologi ………………………………………………….
91
4. Penggunaan lahan …………………………………………………………
99
5. Kondisi Demografi …………………………………………………………
102
B. Hasil Penelitian
110
1. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dalam Membaca Peta RBI dan Citra Satelit
110
2. Media Pengukuran Kecerdasan Visual Spasial …………………………...
111
3. Validasi Media Pembelajaran ………………………………………………
112
4. Gambaran Umum responden ……………………………………………....
119
5. Deskripsi data Hasil Penelitian ……………………………………………
122
C. Pembahasan ……………………………………………………….……………..
127
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………………….
131
B. Saran ………………………………………………………………………………
132
x
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….
133
Lampiran-Lampiran ………………………………………………………………….
136
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 2.1 Karakteristik Citra Satelit Quickbird …………………………………
31
2.2 Karakteristik Citra Satelit Ikonos………………………………………
34
2.3 Karakteristik Citra Satelit GMS ……………………………………….
37
2.4 Letusan Kawah dan Korban Jiwa …………………………………….
59
3.1 Populasi Penelitian ……………………………………………………
68
3.2 Sampel Penelitian …………………………………………………….
69
3.3 Validitas kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Dieng melalui Peta 72 RBI ………………………………………………………………. 3.4 Validitas kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Dieng melalui Citra 73 Satelit ………………………………………………………………….. 3.5 Kriteria Pengukuran kecerdasan Visual Spasial ………………………. 77 4.1 Penggunaan Lahan …………………………………………………….
99
4.2 Kecamatan Batur Dalam Angka ……………………………………….
102
4.3 Penduduk Berumur 10 tahun ke atas …………………………………..
105
4.4 Penduduk Berumur 10 tahun ke atas …………………………………..
105
4.5 Data Tingkat Pendidikan Penduduk Menurut Desa dan Jenjang 109 Pendidikan di Kecamatan Batur 2011 4.6 Daftar Validator Media ………………………………………………
112
4.7 Hasil Validasi Media Peta RBI………………………………………… 113 4.8 Hasil Validasi Media Citra Satelit……………………………………
114
4.9 Responden berdasarkan umur …………………………………………. 120 4.10 Responden berdasarkan Jenis Kelamin ………………………………
120
4.11 Responden berdasarkan pekerjaan ………………………………….
121
4.12 Responden berdasarkan tingkat pendidikan ………………………….
121
4.13 Deskripsi Data Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Peta RBI……….
122
xii
4.14 Kategori Skor Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Peta RBI ……….. 123 4.15 Deskripsi Data Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Citra Satelit ……. 123 4.16 Kategori Skor Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Citra Satelit …......
124
4.17 Tabel Uji Normalitas ……………………………………………….
125
4.18 Mann Whitney Test ……….…………………………………………
125
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
4.1 Peta Administrasi KecamatanBatur ……………………………………
81
4.2 Peta Lokasi Penelitian ………………………………………………….
83
4.3 Lokasi Kawah Timbang di Desa Sumberejo ………………………….
84
4.4 Petugas PVMBG Dieng sedang mengukur kadar gas beracun di sekitar kawah Timbang ………………………………………………………..
84
4.5 Peta Geologi Dieng ……………………………………………………..
90
4.6 Peta Geomorfologi Dieng ………………………………………………
98
4.7 Peta RBI sebelum divalidasi ……………………………………………
115
4.8 Citra Satelit sebelum divalidasi ………………………………………… 116 4.9 Peta RBI sesudah divalidasi …………………………………………….
117
4.10 Citra Satelit setelah divalidasi …………………………………………
118
4.11 Sosialisasi kepada kelompok Perangkat Desa …………………………
119
4.12 Sosialisasi kepada kelompok Ibu-ibu PKK …………………………..
119
4.13 Sosialisasi kepada kelompok karang taruna ………………………….
120
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dieng merupakan dataran tertinggi di dunia setelah Nepal, dan merupakan dataran tinggi terluas di Pulau Jawa. Berada di ketinggian (6.802 kaki atau 2093) m dpl dan merupakan kaldera yang dikelilingi gununggunung berapi pada sisi-sisinya. Dieng secara administratif terletak di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Dataran tinggi Dieng terletak pada zone pegunungan Serayu Utara. Sebelah barat berbatasan dengan daerah Karangkobar dan Sebelah timur berbatasan dengan daerah Ungaran. Sejarah perkembangan geologinya akan bertalian dengan daerahdaerah di sekitarnya (Daerah pada zone pegunungan Serayu Utara). Dieng merupakan daerah yang mempunyai potensi bahaya. Karena merupakan kawasan vulkanik aktif dan dapat dikategorikan sebagai gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Setiap kawah yang ada di Dieng memiliki gas beracun yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Tinggal di kawasan Dieng sangat rawan tetapi banyak masyarakat lebih memilih tinggal di sekitar kawah dengan alasan kondisi tanah yang subur dan dapat dijadikan lahan pertanian dengan produktifitas tinggi serta dekat dengan objek wisata untuk menambah penghasilan. Sementara dari segi kebencanaan lokasi tersebut sangat membahayakan bagi masyarakat.
1
2
Dilihat dari segi resiko, masyarakat yang tinggal di sekitar kawah Dieng memiliki resiko yang sangat tinggi karena rawan bencana yang disebabkan aktifitas gunung api gerakan tanah. Resiko bahaya masyarakat yang tinggal dekat dengan kawah yang dapat mengeluarkan gas beracun lebih tinggi dari pada masyarakat yang tinggal jauh dari kawah. Selain itu kurangnya sosialisasi bagi warga dan tidak memahami skala bahaya menyebabkan mereka tetap beraktivitas seperti biasanya walaupun daerahnya sudah ditetapkan sebagai daerah berbahaya. Pada tahun 1979 terjadi gempa bumi hebat yang menyebabkan Kawah Sinila meletus. Gempa ini menyebabkan rekahan memanjang hingga mencapai Kawah Timbang sehingga menyebabkan munculnya gas CO2 dengan konsentrasi tinggi. Gempa dan letusan yang terjadi membuat warga berlarian ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Namun mereka terperangkap gas beracun yang keluar dari Kawah Timbang sehingga sebanyak 149 jiwa warga desa tewas akibat keracunan gas karbondioksida yang terlepas dan menyebar ke wilayah permukiman (Sapper tahun 1927). Berdasarkan liputan media online Tempo Jakarta (13 Maret 2013) aktivitas kawah Timbang menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan dengan status Kawah Timbang waspada. Meskipun aktivitas kegempaan kawah Timbang mengalami peningkatan namun tidak membuat warga yang tinggal di sekitar kawah Timbang panik. Tidak semua warga bersedia untuk dievakuasi. Masyarakat mengalami trauma karena pada tahun 1979 ketika kawah Sinila meletus terjadi penjarahan harta benda di pemukiman penduduk
3
yang ditinggal mengungsi. Pusat Vulkanologi sudah memberikan peringatan agar warga tidak beraktifitas dahulu di kawasan yang masih dianggap berbahaya, namun sebagian warga tidak menghiraukan larangan tersebut. Kecerdasan spasial merupakan
kemampuan seseorang untuk
memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Untuk meminimalisir dampak bencana diperlukan adanya strategi/cara untuk meningkatkan kecerdasan visual spasial di dalam Masyarakat. Dengan adanya kecerdasan visual spasial diharapkan masyarakat menyadari posisi tempat tinggalnya terhadap kawah-kawah yang ada di Dieng sehingga dapat lebih waspada terhadap dampak bencana gas beracun dan pada akhirnya mampu menurunkan resiko bencana. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Pengukuran Kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Sekitar Kawah Dieng melalui Peta RBI dan Citra Satelit”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil pokok permasalahan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kecerdasan visual spasial masyarakat terkait dengan aktivitas di kawah Dieng ? 2. Bagaimana perbandingan pemahaman masyarakat terkait kecerdasan visual spasial yang dimiliki dengan menggunakan peta RBI dan Citra Satelit?
4
C. Tujuan Penelitian Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang ada, secara operasional tujuan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengetahui tingkat kecerdasan visual spasial masyarakat terkait aktivitas kawah Dieng. 2. Untuk
mengetahui
perbandingan
pemahaman
masyarakat
terkait
kecerdasan visual yang dimiliki, mereka paham menggunakan peta RBI atau Citra Satelit. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi teoritis dan praktis, sehingga dapat diharapkan: 1. Secara teoritis a) Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai Pengukuran Tingkat Kecerdasan Spasial Masyarakat Sekitar Kawah Dieng Melalui Peta RBI dan Citra Satelit. b) Bagi Mahasiswa Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasisiwa yang ingin mengetahui Pengukuran Tingkat Kecerdasan Spasial Masyarakat Sekitar Kawah Dieng melalui Peta RBI dan Citra Satelit.
5
2. Secara praktis a. Dengan pelaksanaan penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan khususnya mengenai studi kebencanaan di Indonesia. b. Dapat menjadi salah satu bahan perbandingan apabila penelitian yang sama diadakan pada waktu-waktu mendatang dan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi penelitian yang akan datang. E. Batasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah dalam penelitian ini, maka istilah yang terdapat dalam judul “Pengukuran Kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Sekitar Kawah Dieng Melalui Peta RBI dan Citra Satelit” ini perlu dijelaskan. Penjelasan istilah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kecerdasan Kecerdasan
adalah istilah umum
yang digunakan untuk
menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa tes IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis.
6
2. Konsep Visual Visual berhubungan erat dengan mata atau penglihatan. Menurut beberapa ahli, visual juga merupakan salah satu bagian dari aktivitas belajar. Di mana aktivitas belajar itu sendiri terdiri dari : somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat), auditori (belajar dengan berbicara dan mendengar), intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan merenung), dan visual (belajar dengan cara melihat, mengamati, dan menggambarkan). Keempat aktivitas belajat tersebut harus dikuasai supaya proses belajar dapat berlangsung secara optimal. 3. Konsep Spasial Pengertian spasial adalah berkenaan dengan ruang atau tempat. Spasial atau keruangan merupakan sudut pandang yang khas dalam kajian geografi. Spasial atau keruangan merupakan sudut pandang yang khas dalam kajian geografi. Pengertian ruang (space) belum banyak yang diketahui, padahal manusia (kultur/budaya/social) sendiri hidup dalam ruang, dan sebenarnya semua yang hidup (biotik) atau bahkan yang matipun (abiotik) di muka bumi berada pada suatu ruang, tidak lain dan tidak bukan ialah ruang bumi. Ruang di bumi meliputi daratan, air, dan udara. 4. Kecerdasan Visual Spasial Adalah kemampuan untuk membentuk suatu gambaran tentang tata ruang didalam pikiran. Masyarakat dengan kecerdasan visual-spasial yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya khayalan
7
internal (internal imagery) sehingga cenderung imajinatif dan kreatif. Orang dewasa dan anak anak dengan kecerdasan visual-spasial tinggi memiliki kepekaan dalam mengobservasi dan memiliki kemampuan untuk berpikir dalam gambar. Kemampuan ini memungkinkan untuk bisa membayangkan bentuk bentuk geometri atau tiga dimensi dengan mudah. Kecerdasan visual spasial yang dimaksud adalah kemampuan masyarakat sekitar kawah Dieng untuk memiliki kepekaan dengan kondisi kawah yang ada di Dieng. 5. Pengukuran Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empirik dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam makna kata “pengukuran” tersirat adanya suatu kegiatan untuk menilai dan mengukur suatu hal secara kuantitatif dan dapat disampaikan secara numerik dimana ada suatu tolok ukur atau landasan yang dapat dijadikan acuan untuk memberi penilaian secara kuantitatif. Pengukuran
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengukuran kecerdasan visual spasial masayarakat yang tinggal di
8
sekitar kawah Dieng setelah mereka melihat peta RBI dan Citra Satelit. Dengan media peta RBI dan Citra Satelit 6. Masyarakat Masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam jangka waktu yang panjang dan memiliki tata aturan untuk kepentingan bersama. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekelompok orang yang hidup lama, bersama dan memiliki aturan tertentu di sekitar kawah Dieng. 7. Kawah Kawah adalah lubang yang tebentuk karena letusan gunung merapi yg meletus ke atas. dengan sendirinya lubang kawah akan terbentuk akibat letusan tadi, semakin besar letusan semakin besar kawah yg terjadi. Yang dimaksud Kawah dalam penelitian ini adalah kawah yang ada di wilayah dataran tinggi Dieng. 8. Peta RBI Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah Indonesia. RBI dibuat oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dan diupdate secara tertib. Peta RBI dalam penelitian ini adalah wilayah dataran tinggi Dieng di kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.
9
9. Citra Satelit Citra satelit adalah citra yang dihasilkan dari pemotretan menggunakan wahana satelit. Saat ini banyak sekali satelit mengorbit di luar angkasa dengan fungsinya yang beragam misalnya satelit militer, satelit komunikasi, satelit inderaja antar planet, dan satelit inderaja sumber daya bumi. Yang dimaksud citra satelit dalam penelitian ini adalah citra satelit Quickbird dataran tinggi Dieng di kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan teori kecerdasan, bencana, kondisi masyarakat Dieng serta kondisi geologi dan geomorfologi Gunung Dieng. 1. Kecerdasan Kecerdasan diturunkan dari kata Inteligensi. Kata ini mempunyai arti yang sangat abstrak. Menurut Triono (2005:53), kecerdasan adalah potensi biopsikologi untuk memproses informasi yang dapat digerakkan dalam suatu latar budaya untuk memecahkan masalah atau untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai dalam budaya tersebut. Seorang psikolog dari Universitas Harvard dalam bukunya Frames of Mind (Gardner, 1983) mengemukakan ada tujuh kecerdasan dasar yaitu : Kecerdasan Bahasa, Logical-Mathematical, Intrapersonal, Interpersonal, Musik, Visual-Spasial, Kinesthetic. Kemudian ia menambahkan kecerdasan
kedelapan serta mengenalkan teori kecerdasan majemuk. Menurut Gardner kecerdasan lebih dihubungkan dengan kemampuan seseorang memecahkan masalah dan menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah. Tidak ada anak yang tidak cerdas, namun kecerdasan satu orang dengan yang lainya tidak sama. Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan 10
11
menalar,
merencanakan,
memecahkan
masalah,
berpikir
abstrak,
memahami gagasan, menggunakan bahasa dan belajar. Kecerdasan bagi seseorang memiliki manfaat yang besar selain bagi dirinya sendiri dan juga bagi pergaulannya di masyarakat merupakan pengertian dari kecerdasan. Melalui tingkat kecerdasan yang tinggi seseorang akan semakin dihargai di masyarakat apabila anak mampu berkiprah dalam menciptakan hal-hal yang baru yang bersifat fenomenal (Yuliani Nuraini Sujiono, 2010:48). Intelegensi adalah suatu tata kelakuan menusia yang berbagai macam untuk berbuat sesuatu yang tepat dalam merespon sesuatu yang Ia terima dari segi berfikir dan bertindak. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan Tingkat
kecerdasan
seseorang
berbeda-beda
karena
dalam
perkembangan kecerdasan ada beberapa faktor-faktor kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor Bawaan Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
12
b. Faktor Minat dan Bawaan yang khas Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. c. Faktor Pembentukan Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya. d. Faktor Kematangan Dimana organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umum.
13
e. Faktor Kebebasan Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.Kelima faktor tersebut di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja. 3. Kecerdasan Visual Spasial Visual Spasial merupakan salah satu dari kecerdasan jamak yang berhubungan erat dengan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar didalam pikiran seseorang, atau untuk anak di mana anak berpikir dalam bentuk visualisasi dan gambar untuk memecahkan sesuatu masalah atau menemukan jawaban. Kecerdasan Visual Spasial adalah salah satu dari delapan kecerdasan ganda yang dikemukakan oleh Rr Howard Gardner. Ketujuh Kecerdasan lainnya yaitu : Kecerdasan Logika-Matematika, Kecerdasan Bahasa, Kecerdasan Gerakan, Kecerdasan Musik, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal dan kecerdasan alam. Orang dengan kecerdasan visual spasial sangat sadar lingkungan mereka dan baik mengingat gambar. Mereka suka melukis dan membaca peta. Mereka belajar dengan baik melalui alat bantu visual. Kecerdasan Visual Spasial memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan
14
antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Spatial Visual yaitu kemampuan untuk menangkap dunia ruangvisual secara akurat , membayangkan ruangan dan melakukan perubahanperubahan terhadap persepsi tersebut. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap warna,garis, bentuk, wujud, ruang, dan hubungan–hubungan yang ada antara unsur-unsur ini, serta menggambarkannya dalam sebuah bentuk. Ali (2002:139) mengemukakan bahwa Kecerdasan Visual Spasial memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Hampir semua pekerjaan yang menghasilkan karya nyata memerlukan sentuhan kecerdasan ini. Bangunan yang dirancang arsitektur, desain taman, lukisan, rancangan busana, pahatan, bahkan benda sehari-hari yang dipakai manusia pun adalah hasil buah kecerdasan visual spasial yang tinggi mengesankan kreativitas. Kemampuan menciptan satu bentuk, seperti bentuk pesawat terbang, rumah, mobil, burung, mengesankan adanya unsur transformasi bentuk yang rumit, Visual spasial adalah kecerdasan terhadap bentuk dan gambar, atau kemampuan
untuk
memahami
dunia
visual
secara
akurat
dan
menghadirkan kembali pengalaman-pengalaman visualnya. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk melihat bentuk, warna, figur, dan tektsur
15
dalam pikiran yang di miliki mata dan mengubahnya ke dalam tampilan berbentuk seni (James Bellance, 2009 : 3). Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan Visual Spasial berkaitan dengan gambar, baik itu berupa pencitraan/ gambar di benak kita, maupun gambar di dunia eksternal : foto asli dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Visual spasial merupakan salah satu bagian dari Multiple Intelligence yang terdiri dari sembilan jenis kecerdasan yang berhubungan erat dengan kemampuan untuk memvisualkan gambar di pikiran seseorang, atau untuk anak dimana anak berpikir dalam bentuk visualisasi dan gambar untuk memecahkan sesuatu masalah atau menemukan jawaban. Seseorang yang mempunyai kecerdasan visual spasial ini di mulai dari penajaman sensor motorik penglihatan dan kesadaran. Mata membedakan warna, bentuk, figur, tekstur, kedalaman ruang, dimensi ,dan hubungan. Saat kecerdasan berkembang koordinasi mata- tangan dan otot yang mengontrolnya individu yang bersangkutan dapat menghadirkan kembali figur dan warna berbagai media. Pelukis, pemahat, arsitek, kartografer (juru peta), juru gambar, ahli pertamanan, dan disainer grafik mampu memindahkan gambaran yang ada di pikirannya menjadi obyek ciptaan baru atau obyek lama yang di perbaharui. Dengan cara ini visual yang di tangkap digabung dengan pengetahuan, pengalaman, emosi dan
16
gambaran yang telah ada sebelumnya untuk menciptakan visi baru bagi pengetahuan dan pemahaman selanjutnya. Kecerdasan visual spasial merupakan salah satu aspek dari kognisi. Kecerdasan visual spasial merupakan konsep abstrak yang meliputi persepsi spasial yang melibatkan hubungan spasial termasuk orientasi sampai pada kemampuan yang rumit yang melibatkan manipulasi serta rotasi mental. Dalam kecerdasan visual-spasial diperlukan adanya pemahaman kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris, menghubungkan konsep spasial dengan angka dan kemampuan lain dalam transformasi mental dari bayangan visual. Pemahaman tersebut juga diperlukan dalam memahami peta RBI dan Citra Satelit. Pada anak usia sekolah kecerdasan visual spasial erat kaitannya dengan aspek kognitif secara umum. Orang dengan Kecerdasan Visual Spasial yang berkembang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Belajar dengan cara melihat dan mengamati. Mengenali wajah, objek, bentuk dan warna. Dalam hal ini masyarakat diajak untuk melihat Peta Kawasan Pemukiman Sekitar Dieng (Map Face). Kemudian mengamati kenampakan alam yang ada di Dieng sesuai dengan simbol yang berbeda.
17
b. Mampu mengenali lokasi dan mencari jalan keluar Melalui Peta Tematik, misalkan Peta Wisata Jalur Dieng , masyarakat dapat mengenali lokasi satu tempat dengan tempat lain kemudian masyarakat dapat mencari jalan alternatif lain untuk dapat sampai ke tempat sama. c. Mengamati dan membentuk gambaran mental, berpikir dengan menggunakan
gambaran,
menggunakan
gambar
untuk
proses
mengingat. Melalui peta Tematik, misalkan Kawasan Pemukiman Sekitar Dieng masyarakat dapat mengingat di mana lokasi mereka berada, mereka juga mengingat apa saja yang ada di sekitar pemukiman mereka, misal mengenali lahan pertanian, jarak tempat tinggal dengan kawah, selain itu, Secara cepat dapat menemukan lokasi yang dituju. d. Mudah membaca peta, grafik dan diagram Orang dengan kecerdasan spasial yang meningkat dapat dibuktikan dengan membaca peta sesuai dengan informasi peta, dapat membaca grafik dan diagram sesuai dengan keterangan. e. Suka menyusun permainan tiga dimensi, Mampu mampu secara mental mengubah bentuk objek. Orang yang cerdas, mereka akan bisa menggambar sesuatu yang mereka lihat dengan jelas. Seperti ketika menggambar kursi, mereka akan menggambar dalam bentuk dua dimensi atau justru menggambar dalam bentuk tiga dimensi.Anda mungkin belum pernah melihat kursi
18
dari atas, namun tanpa anda sadari mereka bisa menggambar dalam bentuk tiga dimensi. f. Mempunyai imajinasi yang baik. Orang-orang yang mempunyai kecerdasan spasial tinggi, biasanya disertai daya imajinatif cepat dan tepat. Ia dengan cepat menerjemahkan ketidakaturan benda-benda di sekitarnya dalam dan melalui pikirannya menjadi sesuatu yang indah dan teratur. Ia mampu mengeluarkan hasil olah pikirnya dalam bentuk gambar, diagram, lukisan. Misalnya, walau hanya dalam pikirannya, ketika melihat hamparan padang rumput dan pohon-pohon di lereng gunung-gunung, melalui imajinasinya, ia akan menggeser gunung, pohon, sungai tersebut ke tempat lain, yang menurut pikiranya lebih tepat dan indah. Bahkan ketika melihat ketidakaturan di terminal dan pasar, walau hanya dalam pikiran, ia dapat merubahnya menjadi lebih baik. Walau ia pahami bahwa dirinya dalam ruang dan waktu, namun ia karena imajinasi spasialnya menjadikan dirinya sebagai pusat dari segala sesuatu bahkan pusat dari tata surya. g. Mampu memperkirakan jarak Jika berlari misalnya ia bisa mengantisipasi diri dengan ruang sehingga tidak menabrak. Dalam hal ini yang dimaksud dengan mampu memperkirakan jarak adalah berapa km jarak antara rumah penduduk dengan objek yang ada di sekitar rumah penduduk, misalnya masjid atau sekolah.
19
h. Mampu melihat sesuatu dengan perspektif yang berbeda. Melalui
Peta
Tematik
masyarakat
dapat
mengidentifikasi
keterangan yang ada di dalam peta. Misal wilayah perairan disimbolkan dengan warna biru, contoh Danau di dalam peta disimbolkan dengan simbol area menggunakan warna biru, tapi berbeda dengan wilayah sungai disimbolkan dengan warna biru berbentuk garis. i. Mampu menciptakan representasi visual yang nyata dari suatu informasi. Masyarakat dapat memahami kenampakan alam yang ada di sekitar mereka. Mereka memahami di mana letak tempat tinggal mereka,
lahan
pertanian,
kawah-kawah,
sungai,
telaga
dan
pegunungan. 4. Peta RBI a. Pengertian Peta Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi
yang digambarkan pada suatu bidang d atar dengan skala
tertentu. (PP Republik Indoneisa Nomor 8 Tahun 2013) Peta menurut ICA (International Cartographic
Association)
adalah gambaran atau representasi unsur -unsur kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan per mukaan
bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya
20
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Peta juga dapat berarti gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu (Aryono Prihandito, 1988). Beberapa jenis peta secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Peta Topografi Peta topografi merupakan peta yang menyajikan unsur-unsur atau elemen di permukaan bumi yang dipresentasikan sebagai sumber informasi yang tersedia, sejauh skala yang memungkinkan, tanpa mempertimbangkan fenomena khusus yang identik aktivitas manusia atau fenomena fisik tertentu yaitu yang menetukan kondisi iklim atau faktor.
Peta Rupa Bumi adalah peta topografi yang
menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah NKRI Peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota , jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau, gunung, dan sebagainya) pada bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu. Peta Rupa Bumi dalam istilah asingnya sering disebut sebagai Topographic Map. Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di
21
wilayah Indonesia. RBI dibuat oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 2. Peta Tematik Peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu ( land status, penduduk, transportasi ) dengan menggunakan peta rupa bumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya. Instansi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan Peta Rupa Bumi Indonesia adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan nasional (BAKOSURTANAL) yang sekarang menjadi Badan Informasi Geospasial (BIG). Selain itu BIG juga menyediakan penyiapan dan mempublikasikan seri-seri peta dasar nasional atau peta rupabumi. Peta dasar nasional tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan peta-peta tematik. Ada beberapa klasifikasi yang lain sebagai berikut : a. Berdasarkan Skala : 1) Besar
: 1 :500 sampai dengan 1: 10.000
2) Sedang : 1: 25.000 sampai denga 1; 250.000 3) Kecil
: 1: 500.000 samapai dengan 1 : 5.000.000
b. Tujuan : 1) Perencanaaan 2) Tata ruang
22
c. Jenis 1)
Peta Garis
2) Peta Foto b. Fungsi Peta Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan menggunakan peta seseorang dapat menentukan lokasi yang diinginkan meskipun seseorang tersebut belum pernah mengunjungi tempat tersebut. Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi. 2. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi. 3. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai, dan bentuk lainnya. 4. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti. 5. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah . 6. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. 7. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan. 8. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena fenomena (gejala-gejala geografi di permukaan bumi)
23
Unsur-unsur
kenampakan
rupabumi
dapat
dikelompokkan
menjadi 7 tema, yaitu: Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu: a.
Tema 1: Penutup lahan: area tutupan lahan seperti hutan, sawah, pemukiman dan sebagainya
b.
Tema 2: Hidrografi: meliputi unsur perairan seperti sungai, danau, garis pantai dan sebagainya
c.
Tema 3: Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur
d.
Tema 4: Bangunan: gedung, rumah dan bangunan perkantoran dan budaya lainnya
e.
Tema 5: Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, kereta api, kabel transmisi dan jembatan
f.
Tema 6 : Batas administrasi: batas negara provinsi, kota/kabupaten, kecamatan dan desa
g.
Tema 7 : Toponimi: nama-nama geografi seperti nama pulau, nama selat, nama gunung dan sebagainya Berikut adalah indeks, data ketersediaan, dan tahun pembuatan
peta RBI dalam skala 1:250.000, 1:50.000, 1: 25.000, dan 1:10.000. (Sumber: Badan Informasi Geospasial) c.
Manfaat Peta Rupa Bumi Peta Rupabumi atau yang sering dikenal dengan Peta RBI
memiliki berbagai macam-macam kegunaan dari masing-masing atributnya, diantaranya:
24
1. Data Kontur, dapat digunakan untuk menunjukkan kenampakan suatu relief di suatu permukaan bumi seperti gunung, bukit, lereng atas, lereng kaki, lereng bawah, dataran, dan lembah (morphology). Dengan sedikit sentuhan SRTM 30 m, maka akan semakin mudah dalam interpretasi. 2. Data tutupan lahan, menunjukkan jenis tutupan lahan secara keruangan (spasial) pada lokasi tertentu. 3. Data sungai, dapat digunakan untuk asosiasi dalam interpretasi Peta Satuan Geomorfologi. 4. Transportasi dan Utilitas, digunakan untuk keperluan sarana prasarana dan pengembangan wilayah. 5. Batas Admin, menunjukan batas secara administrasi suatu daerah. 6. Toponimi, menunjukkan keterangan mengenai latar belakang penamaan suatu fenomena geosfer, contoh: Pulau Komodo, (dasar penamaan karena pulau tersebut habitat hewan komodo). 5. Citra Satelit a.
Pengertian Citra Satelit Citra satelit merupakan citra yang dihasilkan dari pemotretan menggunakan wahana satelit. Kini sudah banyak satelit mengorbit di luar angkasa dengan fungsinya yang beragammisalnya satelit militer, satelit komunikasi, satelit inderaja antar planet dan satelit inderaja
25
sumber daya bumi. Oleh karena itu perkembangan teknik inderaja sistem satelit lebih maju dibandingkan sistem air-borne (foto udara). Pada mulanya, citra satelit merupakan gabungan dari foto-foto dan koordinat satelit. Perangkat lunak khusus digunakan untuk memperhitungkan setiap sisi foto-foto tersebut. Secara umum, citra satelit yang memiliki resolusi tinggi memungkinkan perhitungan yang lebih akurat. Namun terdapat ribuan foto-foto dan permukaan bumi bukanlah sebuah lingkaran elipsoid yang sempurna. Penyedia citra satelit tidak dapat memeriksa akurasi dari setiap foto, sehingga koordinat dapat bergeser dari posisi yang sebenarnya. Oleh karena itulah mengapa citra satelit dapat bergeser 1-2 meter bahkan terkadang hingga ratusan meter. Pada wilayah pegunungan atau perbukitan, citra satelit seringkali memiliki distorsi yang tidak linear. b.
Jenis-jenis Citra Satelit Berikut ini merupakan contoh karakteristik satelit inderaja yang
khusus mengindera ke bumi untuk maksud-maksud pengelolaan sumber daya bumi. 1. LANDSAT Program Landsat merupakan satelit tertua dalam program observasi bumi. Landsat dimulai tahun 1972 dengan satelit Landsat-1 yang membawa sensor MSS multispektral. Setelah tahun 1982, Thematic Mapper TM ditempatkan pada sensor MSS. MSS dan TM. Satelit Landsat (Satelit Bumi) ini merupakan milik Amerika Serikat.
26
Beberapa generasi satelit Landsat yang dibuat Amerika namun sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Landsat 5, diluncurkan pada 1 Maret 1984, membawa sensor TM (Thematic Mapper), yang mempunyai resolusi spasial 30 x 30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan 7. Sensor Thematic Mapper mengamati obyek-obyek di permukaan bumi dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah sinar tampak (visible), band 4, 5 dan 7 adalah infra merah dekat, infra merah menengah, dan band 6 adalah infra merah termal yang mempunyai resolusi spasial 120 x 120 m. Luas liputan satuan citra adalah 185 x 185 km pada permukaan bumi. Landsat 5 mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km. Citra satelit Landsat-7 ETM adalah satelit bumi dengan membawa intrumen ETM (Enchnced Thamatic Mapper) yang menyajikan delapan sailorman multispektral scanning radiometer. Diluncurkan pada bulan April 1999 dengan membawa ETM+scanner. Saat ini, hanya Landsat-5 dan 7 sudah tidak beroperasi lagi. Terdapat banyak aplikasi dari data Landsat TM-7 ini, manfaatnya adalah untuk pemetaan penutupan lahan,pemetaan penggunaan lahan, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut dan lain-lain. Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan dapat memilih data Landsat TM
karena terdapat band infra merah
menengah. Landsat TM adalah satu-satunya satelit non-meteorologi
27
yang mempunyai band inframerah termal. Data thermal diperlukan untuk studi proses-proses energi pada permukaan bumi seperti variabilitas suhu tanaman dalam areal yang diirigasi. 2. Citra Satelit SPOT ( Satelite Pour I” Observation de la Terre ) SPOT merupakan sistem satelit observasi bumi yang mencitra secara optis dengan resolusi tinggi dan diopersikan di luar angkasa. Sistem satelit SPOT terdiri dari serangkaian satelit dan stasiun pengontrol
denga cangkupan
kepentingan
yaitu, kontrol dan
pemograman satelit, produksi citra, dan distribusinya. SPOT yang merupakan singkatan dari Satellite Pour l’Observtion de la Terre dijalankan oleh Spot Image yang terletak di Prancis. Sistem ini dibentuk olen CNES (Biro Luar Ankgasa milik Prancis) pada tahun 1978. Tujuan dibentuk SPOT adalah; 1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengelolaan kebumian melalui eksplorasi sumber daya bumi. 2. Mendeteksi dan meramalkan fenomena-fenomena klimatologi dan oseanografi 3. Mengawasi aktivitas manusia dan fenomena alam.
28
Orbit SPOT Orbit SPOT adalah orbit polar, circular, sun syncrhonous dan berfase. Sudut inklinasi dari bidang orbitalnya dikombinasikan dengan rotasi bumi di seputaran poros kutub sehingga satelitnya dapat berpindah ke tiap titik di permukaan bumi dalam 26 hari. Orbitnya memiliki ketingggian 832 km di atas permukaan air laut dengan inklinasi 98,7o dan bervelosi sejumah 14 kali per hari.
Jenis Satelit SPOT SPOT 1 diluncurkan pada 22 Februari 1986 dengan dilenkapi sistem pencitraan 10 pankromatik dan kemampuan resolusi gambar multispektral pada tingkat 20 meter. Ditinggalkan Satelit jenis ini mulai ditingglakan pada 31 Desember 1990 karena diluncurkannya satelit SPOT jenis baru. SPOT 2 diluncurkan pada 22 Januari 1990 dan masih tetap digunakan. SPOT 3 diluncurkan pada 26 September 1993. Berhenti difungsikan pada 14 November 1997. SPOT 4 diluncurkan pada 24 Maret 1998. Memiliki kemajuan yang cukup besar dari satelit sebelumnya , SPOT - 1 ,2,dan 3. Perubahan yang utama adalah modifikasi dari HRV (High Resolution Visible) menjadi High Resolution Visible and Infrared Instrument (HRVIR).
Sehingga
memiliki
kemampuan
tambahan
dalam
29
mendeteksi gelombang tengah inframerah (1.58 – 1.75 microm) untuk keperluan survei geologi, survei vegetasi dan survei tutupan salju. SPOT 5 diluncurkan pada 4 Mei 2002 dengan kemampuan resolusi tinggi yang berkisar pada level 2,5 meter , 5 meter, dan 10 meter. Sistem satelit obserbasi SPOT – 5 berhasilkan diluncurkan oleh Ariane 4 dari Guaina Spaace Centre di Kouro pada tengah malam 3-4 Mei 2002 dengan tujuan untuk memastikan kelanjutan pelayanan terhadap kebutuhan informasi pencitraan dan untuk meningkatkan kualitas data dan citra melalui tindakan antisipatif terhadap kebutuhan pasar. Dibandingkan dengan satelit obeservasi sebelumnya, SPOT – 5 memberikan perubahan kemajuan yang besar yang memberikan solusi citra dengan biaya yang efektif. Resolusi pada sistem satelit obeservasi ini meningkat hingga 5 meter dan 2,5 meter dan sudut pandang yang lebar (wide imagin swath), dimana mencakup 60 x 60 km atau 60 x 120 km dalam insturmen mode kembar. SPOT -5 memberikan perpaduan yang ideal antara resolusi yang tinggi dan juga jarak pandang yang luas. SPOT – 5 dilengkapi dengan 2 buah instrumen geometrikal yang berosolusi tinggi, High Resolution Geometric (HRG) yang menawarkan citra beresolusi tinggi pada 2 mode, yaitu resolusi hingga kisaran 2,5 – 5 meter pada mode panchromatic, dan resolusi hingga kisaran 10 meter pada multispectral mode.
30
SPOT – 5 juga memiliki instrumen pencitraan HRS (High Resolution Stereoscopic), yaitu kemampuan untuk menangkap citra stereopair secara serentak untuk keperluan citra relief peta. Instrumen ini dioperasikan dalam mode panchromatic, sehingga beresolusi tinggi dengan 2 kamera yang ditempatkan pada bagian depan dan belakang satelit. Kemampuan instrumen HRS ini sangat menguntungkan karena dapat mencitra area yang luas hanya dalam satu pencitraan. Pasangan stereo yang didapat dapat digunakan dalam berbagai aplikasi 3D terrain modeling dan Computer Environments seperti Flight Simulator Databases, Pipeline Corridors, dan Mobile Phone Network Planning. Citra satelit SPOT – 5 baik digunakan baik dalam keperluan pembuatan peta berksala sedang (1:25.000
dan 1:
10.000),
perencanaan desa dan kota, eksplorasi minyak dan gas, dan manajemen bencana alam. Karakteristik SPOT – 5 tetap menggunakan beberapa karakteristik yang digunakan oleh pendahulunya, yaitu : a. Memiliki orbit circular , polar, sun synchronous, dan berfase. b. Instrumen medan pandang (FOV) dengan lebar petak 60 x 2 km sepanjang lintasan satelit. c. Memiliki kemampuan pandang lateral (bercabang) dan oblique (miring), dengan sudut ± 27oterhadap bidang vertikal.
31
3. Citra Satelit QUICKBIRD QUICKBIRD merupakan salah satu satelit sumber daya milik kerja sama Amerika Serikat dan Hitachi Jepang, yang diluncurkan pada tanggal 18 Oktober 2001. Satelit ini mempunyai resolusi spasial yang sangat tinggi ( 0,65 m).Satelit lain yang mempunyai kemampuan setara dengan QUICKBIRD adalah IKONOS ( milik Amerika ). Karakteristik dari satelit QUICKBIRD sebagai berikut: Tabel 2.1 Karakteristik Citra Satelit Quickbird
Data Teknis Tanggal peluncuran Data Orbit : Orbit Ketinggian Kecepatan pada orbit Kecepatan di atas bumi Waktu orbit mengelilingi bumi Resolusi Spasial : Resolusi pada nadir Resolusi 26ᵒ off-nadir Resolusi Temporal :
Resolusi Spektral
Luas liputan ( scane )
Satelit Quickbird 18 Oktober 2001 di Vabdeberg Air Force Base, California, USA 97,2 ᵒ , sun synchronous 450 km 7,1 km/detik 6,8 km/detik 93,5 menit 0,61 m Pankromatik : 2,44 m MS 0,72 m Pankromatik ; 2,88 m MS 1 s/d 3,5 hari pada lintang 30 ᵒ Pankromatik : 0,45-0,90 µ m Band 1 ( blue ) : 0,45-0,52 µ m Band 2 ( green ) : 0,52-0,60 µ m Band 3 ( red ) : 0,63-0,69 µ m Band 4 ( VNIR ) : 0,76-0,90 µ m ( 16,5 x 16,5 ) km pada nadir
Sumber : Jurnal Rekayasa LPPM Itenas | No. 3| Vol. XIV Selain resolusi spasial sangat tinggi, keempat sistem pencitraan satelit memiliki kemiripan cara merekam, ukuran luas liputan, wilayah saluran spektral yang digunakan, serta lisensi pemanfaatan
32
yang ketat. Keempat sistem menggunakan linear array CCD-biasa disebut pushbroom scanner. Scanner ini berupa CCD yang disusun linier dan bergerak maju seiring gerakan orbit satelit. Jangkauan liputan satelit resolusi tinggi seperti Quickbird sempit (kurang dari 20 km) karena beresolusi tinggi dan posisi orbitnya rendah, 400-600 km di atas Bumi. Semua sistem menghasilkan dua macam data: multispektral pada empat saluran spektral (biru, hijau, merah, dan inframerah dekat atau B, H, M, dan IMD), serta pankromatik (PAN) yang beroperasi di wilayah gelombang tampak mata dan perluasannya. Semua saluran pankromatik, karena lebar spektrumnya mampu menghasilkan resolusi
spasial
jauh
lebih
tinggi
daripada
saluran-saluran
multispektral. 4. Citra Satelit IKONOS Ikonos adalah satelit komersial beresolusi tinggi pertama yang ditempatkan di ruang angkasa. Ikonos dimiliki oleh Space Imaging, sebuah perusahaan Observasi Bumi Amerika Serikat. Satelit komersial beresolusi tinggi lainnya yang diketahui: Orbview-3 (OrbImage), Quickbird (EarthWatch) dan EROS-A1 (West Indian Space). Ikonos diluncurkan pada bulan September tahun 1999 dan pengumpulan data secara regular dilakukan sejak Maret
2000.
33
Ikonos dimiliki dan dioperasikan oleh Space Imaging. Di samping mempunyai kemampuan merekam citra multispetral pada resolusi 4 meter, Ikonos dapat juga merekam obyek-obyek sekecil satu meter pada hitam dan putih. Dengan kombinasi sifat-sifat multispektral pada citra 4-meter dengan detail-detail data pada 1 meter, citra Ikonos diproses untuk menghasilkan 1-meter produk-produk berwarna. Sensor pada satelit didasarkan pada prinsip pushbroom dan dapat secara simultan mengambil citra pankromatik dan multispektral. Ikonos mengrimkan resolusi spasial tertinggi sejauh yang dicapai oleh sebuah satelit sipil. Bagian dari resolusi spasial yang tinggi juga mempunyai resolusi radiometrik tinggi menggunakan 11-bit (Space Imaging, 2004). Banyak aplikasi untuk data Ikonos yang dapat diketahui. Pemilik berharap bahwa penggunaan lapangan dapat dibayar untuk harga data komersial. Diharapkan bahwa, pada masa mendatang, 50% data foto udara akan digantikan oleh citra beresolusi tinggi dari angkasa (kamera pesawat digital akan banyak menggantikan foto udara yang masih ada). Misi pertama Ikonos akan mendapatkan citra seluruh kota-kota utama Amerika Serikat. Sampai saat ini pemetaan dan monitoring perkotaan dari angkasa (tidak hanya di Amerika) hanya mungkin pada skala terbatas.
34
Tabel 2.2 Karakteristik Citra Satelit Ikonos Kanal (Sensor) ( biru )
Panjang Gelombang ( µm) 0,45-0,53
Resolusi Spasial ( m) 4
( hijau )
0,52-0,61
4
( merah )
0,64-0,72
4
( infra merah)
0,77-0,88
4
(pankromatik)
0,45-0,90
1
Karakteristik Penetrasi maksimum pada air berguna untuk pemetaan batimetri perairan dangkal. Berfungsi untuk mengindera puncak pemantulan vegetasi. Berfungsi untuk membedakan absorbsi klorofil dan tipe vegetasi Untuk menentukan kandungan biomas, tipe vegetasi, pemetaan garis pantai Bermanfaat untuk identifikasi obyek lebih detail
Sumber : Jurnal Ilmiah WIDYA Nomor 2 Volume 1 5. Citra Satelit ALOS Satelit Inderaja ALOS adalah milik Jepang , diluncurkan pada tahun 2006. Satelit ini membawa 3 sensor masing-masing adalah : PRISM ( Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping). Sensor bekerja pada daerah pankromatik ( 0,52-0,77µm) resolusi spasial 2,5 m. PRISM menggunakan 3 sensor identik untuk pencitraan yang menghasilkan citra 3 dimensi, masing-masing mengarah miring ke depan lurus ke bawah dan miring ke belakang. AVNIR-2 ( Advanced Visible and Near Infrared Radiometer tipe-2). AVNIR tipe 2 menggunakan saluran visible dan inframerah dekat yang
35
memiliki kemampuan mengamati lahan dengan resolusi 10 m pada saluran biru ( 0,42-0,5 µm), saluran hijau ( 0,52-0,6µm), saluran merah ( 0,610,64µm) dan saluran inframerah dekat ( 0,76-0,89µm). PALSAR ( Phased Array type I-band Synthetic Aperture Radar). PALSAR adalah sensor gelombang mikro ( aktif ) yang mengamati lahan siang dan malam. Sensor ini menggunakan resolusi 10 m hingga 100m. Kelebihan sensor ini mampu menembus awan dan hujan.
6. Citra Satelit RADAR Radar merupakan kepanjangan dari Radio Detection and Ranging, artinya instrument radar mampu mendeteksi obyek menggunakan band/saluran pada daerah gelombang mikro dan mengukur jarak antara obyek dengan sumber tenaga. Daerah yang diindera pada umumnya berada di sebelah kanan dan kiri garis lintasan satelit. Wahana dilengkapi dengan sumber tenaga, antenna pemancar untuk mengarahkan sumber tenaga ke arah obyek yang diindera dan antenna penerima untuk menerima tenaga yang dihamburkan balik kea rah wahana. Selanjutnya sinyal yang diterima diolah sehingga akhirnya dapat dikirimkan ke stasiun bumi penerima di bumi. Radar merupakan contoh inderaja sistem aktif, karena menggunakan tenaga elektromagnetik buatan. Keunggulannya adalah gelombang radar ini dapat menembus awan, sehingga tidak tergantung cuaca dan waktu. Oleh karena itu citra radar sangat baik digunakan
36
pada daerah yang selalu tertutupi awan atau kabut asap, juga dapat digunakan untuk membuat DEM ( Digital Elevation Model ). 7. Citra Satelit NOAA Satelit ini milik AS yang ditujukan untuk pengamatan cuaca di atmosfer dan lingkungan bumi secara umum. Di Indonesia satelit NOAA selain digunakan untuk monitoring cuaca, juga banyak digunakan untuk monitoring kebakaran hutan. Resolusi spasialnya 1km x 1km cakupan daerah yang terliput sangat luas dan resolusi spasial dapat diatur menjadi 5km x 5km atau lebih. Karakteristik Data Satelit NOAA Series a. Sensor
: AVHRR ( Advanced Very High Resolution Radiometer)
b. Ketinggian
: 870 km
c. Resolusi spasial
: 1100 meter
d. Cakupan
: 2800 km
e. Resolusi temporal
: 4 Kali ( 2 kali siang, 2 kali malam)/hari
f. Spektral
: 5 band
Band/saluran 1 : 0,58-0,68 µm Band/saluran 2 : 0,725-1,10 µm Band/saluran 3 : 1,60-1,80 µm Band/saluran 4 : 3,55-3,93 µm Band/saluran 5 : 10,3-11,3 µm
37
8. Citra Satelit GMS (GeoMeterogical Satelite) Satelit
milik
Jepang
ini
berfungsi
untuk
melakuakan
pengamatan di bidang meteorology. Satelit tersebut mengorbit pada lintasan geostasioner yaitu mengamati suatu wilayah secara tetap sehingga setiap kali merekam, dapat menghasilkan rekaman gambar hampir separuh bumi. Pusat-pusat badai dan gerakan badai dapat dimonitor
dan
bahkan
prediksi
penyebarannya
juga
dapat
diperkirakan, sehingga baik sekali digunakan untuk mitigasi bencana. Adapun karakteristik dari Citra Satelit GMS seperti pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Karakteristik Citra satelit GMS Spektrum radiasi
Satelit GMS-5 (µm)
Visible ( VIS)
0,50-0,75 µm
Resolution ; quantization
1,25 km; 6 bit
Thermal Infrared 1 ( TIR 1)
10,5-11,5 µm
Resolution ; quantization
5 km; 8 bit
Thermal Infrared 2 ( TIR 2 )
11,5-12,5 µm
Resolution ; quantization
5 km; 8bit
Infrared 3 ( water vapor )
6,5-7,0 µm
Resolution ; quantization
5 km;8bit
Sumber : LAPAN c. Intrepretasi Citra Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk
dan
sifat
obyek
yang
tampak
pada
citra,
berikut
deskripsinya.interpretasi citra dan fotogrametri berhubungan erat,
38
meskipun keduanya tidak sama. Bedanya, fotogrametri berkepentingan dengan geometri obyek, sedangkan interpretasi citra berurusan dengan manfaat,
penggunaan,
asal-usul,
ataupun
identitas
obyek
yang
bersangkutan (Glossary of the Mapping Science, 1994). Lillesand dan Kiefer (1994) dan juga Sutanto (1986) menyebutkan 8 unsur interpretasi yang di gunakan secara konvergen untuk dapat mengenali suatu obyek yang ada pada citra, kedelapan unsur tersebut ialah warna/rona, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, situs dan asosiasi. Diantara ke delapan unsur tersebut, warna/rona merupakan hal yang paling dominan dan langsung mempengaruhi pengguna citra dalam memulai interpretasi. Sebenarnya seluruh unsur interpretasi ini dapat di kelompokkan ke dalam 3 jenjang dalam piramida unsur-unsur interpretasi. Pada jenjang paling bawah terdapat unsur-unsur elementer yang dengan mudah dapat dikenali pada citra, yaitu warna/rona, bentuk, dan bayangan. Pada jenjang berikutnya terletak ukuran, tekstur dan pola, yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam tentang konfigurasi obyek dalam ruang. Pada jenjang paling atas terdapat situs dan asosiasi, yang merupakan unsur-unsur pengenal utama dan seringkali menjadi faktor kunci dalam interpretasi, namun sekaligus paling sulit untuk dideskripsikan. Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan sifat obyek yang tampak pada citra, berikut deskripsinya. Interpretasi citra dapat dilakukan secara manual atau visual, dan dapat
39
pula secara digital. Interpretasi citra secara visual sering di sebut dengan interpretasi fotografik, sekalipun citra yang di gunakan bukan citra foto, melainkan citra non foto yang telah tercetak (hard copy). Sebutan interpretasi fotografik sering di berikan pada Interpretasi visual citra non foto, karena banyak produk tercetak citra non foto di masa lalu (bahkan sampai sekarang) di wujudkan dalam bentuk film ataupun citra tercetak di atas kertas foto, dengan proses reproduksi fotografik. Hal ini dapat dilakukan karena proses pencetakan oleh komputer pengolahan citra non foto dilakukan dengan printer khusus yang disebut film writer, dan hasil cetakanya menyerupai slide (diapositif) berukuran besar (lebih kurang hingga ukuran karto). Istilah Interpretasi fotografik juga diberikan pada berbagai kegiatan interpretasi visual citra-citra non foto, karena prinsipprinsip interpretasi yang digunakan tidak jauh berbeda dari prinsipprinsip interpretasi foto udara. d. Unsur-unsur Interpretasi Citra 1)
Rona dan Warna Rona (tone/color tone/grey tone) adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0,4-0,7) μm. Berkaitan dengan penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar, jadi rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
40
Warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4–0,5) μm, (0,5 – 0,6) μm, atau (0,6 – 0,7) μm. Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan, warna menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan di dalam warna biru, hijau, merah, kuning, jingga, dan warna lainnya. Meskipun tidak menunjukkan cara pengukurannya, Estes et al. (1983) mengutarakan bahwa mata manusia dapat membedakan 200 rona dan 20.000 warna. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto berwarna lebih mudah bila dibanding dengan pembedaan obyek pada foto hitam putih. Pernyataan yang senada dapat diutarakan pula, yaitu pembedaan obyek pada citra yang menggunakan spektrum sempit lebih mudah daripada pembedaan obyek pada citra yang dibuat dengan spektrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna. Asas inilah yang mendorong orang untuk menciptakan citra multispektral. Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rona dan warna dalam pengenalan obyek. Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya. Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis
41
batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar. 2)
Bentuk Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek (Lo, 1976). Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan
bentuknya
saja.
Bentuk,
ukuran,
dan
tekstur
dikelompokkan sebagai susunan keruangan rona sekunder dalam segi kerumitannya. Bermula dari rona yang merupakan unsur dasar dan termasuk primer dalam segi kerumitannya. Pengamatan atas rona dapat dilakukan paling mudah. Oleh karena itu bentuk, ukuran, dan tekstur
yang
langsung
dapat
dikenali
berdasarkan
rona,
dikelompokkan sekunder kerumitannya. Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk, yaitu shape dan form. Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum, sedang form merupakan susunan atau struktur yang bentuknya lebih rinci. Contoh shape atau bentuk luar: a. Bentuk bumi bulat b. Bentuk wilayah Indonesia memanjang sejauh sekitar 5.100 km. Contoh form atau bentuk rinci: Pada bumi yang bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk lahan seperti gunungapi, dataran pantai, tanggul alam, dsb.
42
c. Wilayah Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk (rinci) negara kepulauan. Wilayah yang memanjang dapat berbentuk masif atau bentuk lainnya, akan tetapi bentuk wilayah kita berupa himpunan pulau-pulau. Baik bentuk luar maupun bentuk rinci, keduanya merupakan unsur interpretasi citra yang penting. Banyak bentuk yang
khas sehingga memeudahkan
pengenalan obyek pada citra. Contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk. d. Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau berbentuk empat segi panjang. e. Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk kerucut, dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu f. Gunungapi berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial seperti segi tiga yang alasnya cembung. g. Batuan resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal bila pengikisannya telah berlangsung lanjut. h. Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai bagian rendah yang berbentuk tapal kuda. 3) Ukuran Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra
43
harus selalu diingat skalanya. Contoh pengenalan obyek berdasarka ukuran: - Ukuran Rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau industri. Rumah mukim pada umumnya lebih kecil bila dibanding dengan kantor atau industri. - Lapangan olah raga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat, lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tenis, dan sekitar 8 m x 15 m bagi lapangan bulu tangkis. - Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga ditentukan
oleh
volumenya.
Volume
kayu
dapat
ditaksir
berdasarkan tinggi pohon, luas hutan serta kepadatan pohonnya, dan diameter batang pohon. 4) Tekstur Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975). Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang. Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur: a. Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus. b. Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan bertekstur kasar c. Permukaan air yang tenang bertekstur halus.
44
5) Pola Pola, tinggi, dan bayangan dikelompokkan ke dalam tingkat kerumitan tertier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah. Contoh: a) Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis batuan. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Pola aliran yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang sehingga pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran dendritik mencirikan jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan sedikit atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik pada umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis. b) Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap ke jalan. c) Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
45
6) Bayangan Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadangkadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya. Contoh: a) Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi lebih tampak dari bayangannya. b) Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis pada foto berskala 1 : 5.000 juga lebih tampak dari bayangannya. c) Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. 7) Situs Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang lebih tinggi pada Gambar diatas. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Situs dalam Jurnal Geologi blok geologis diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar, yaitu: a) Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan Simonett, 1975). Di dalam pengertian ini, Monkhouse (1974)
46
menyebutnya situasi, seperti misalnya letak kota (fisik) terhadap wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap parsif tanahnya. Oleh van Zuidam (1979), situasi juga disebut situs geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu daerah atau wilayah terhadap sekitarnya. Misalnya letak iklim yang banyak
berpengaruh
terhadap
interpretasi
citra
untuk
geomorfologi. b) Letak obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonett, 1975), seperti misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, di sepanjang tepi sungai, dsb. Situs semacam ini oleh van Zuidam (1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu obyek atau tempat terhadap daerah sekitarnya. Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang dipengaruhi oleh faktor situs, seperti: a) beda tinggi, b) kecuraman lereng, c) keterbukaan terhadap sinar, d) keterbukaan terhadap angin, dan e) ketersediaan air permukaan dan air tanah. Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses atau perujudan lainnya. Contoh: 1) Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa
47
sawit, sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya bergerombol (pola) dan situsnya di air payau, maka yang tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah. 2) Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendaki pengaturan air yang baik. 3) Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting pantai, tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan. 8) Asosiasi Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Contoh: a) Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi panjang serta dengan ukurannya sekitar 80 m x 100 m, lapangan sepak bola di tandai dengan adanya gawang yang situsnya pada bagian tengah garis belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang. Kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola. Gawang tampak pada foto udara berskala 1: 5.000 atau lebih besar. b) Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang).
48
c) Gedung sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang relatif besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olah raga. Pada umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan olah raga di dekatnya. 9) Konvergensi Bukti Di dalam mengenali obyek pada foto udara atau citra lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi citra. Sebaiknya digunakan unsur interpretasi citra sebanyak mungkin. Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang digunakan, semakin menyempit lingkupnya ke arah titik simpul tertentu. Inilah yang
dimaksud
dengan
konvergensi
(converging
eveidence/
convergence of evidence), atau bukti-bukti yang mengarah ke satu titik simpul. Sebagai contoh misalnya pada foto udara terlihat tetumbuhan yang tajuknya berbentuk bintang. Pohon tersebut jelas berupa pohon palma, akan tetapi kemungkinannya masih cukup luas. 6. Dataran Tinggi Dieng a. Kondisi Fisiografi Secara geografis Dataran Tinggi Dieng terletak pada ketinggian 2.093 m dpl, diantara 7°11‟00‟‟ LS - 7°14‟00” LS dan 109°51‟00” BT 109°54‟30” BT. Sementara secara administratif, komples ini masuk ke
49
dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Ahli gunung api Neuman van Padang menyebutkan, Dataran Tinggi Dieng adalah puing yang terdiri dari beberapa kerucut setinggi 100-300 m, berderet sepanjang 14 km dengan lebar 6 km. Lajur gunung api ini memanjang ke barat daya-tenggara, kelanjutan dari deretan Gunung Sumbing-Sundoro. Sementara menurut van Bemmelen, dataran Tinggi Dieng itu merupakan kelompok gunung api Kuarter yang secara fisiografis merupakan bagian Pegunungan Serayu Utara. Pegunungan ini terletak pada zona lemah serta merupakan sayap bagian utara dari jalur geantiklin Jawa dengan arah timur-barat, memanjang ke barat, dari dieng ke Gunung Slamet. Menurut sejarah, Dataran Tinggi Dieng dulunya merupakan daerah kepundan gunung berapi yang sangat luas yang kemudian berubah menjadi rawa-rawa dan danau yang pada akhirnya berubah menjadi dataran. Proses terbentuknya Dataran Tinggi Dieng, terjadi pada akhir pleistosen atas Gunung Dieng lama mengalami gravitational collaps yang menyebabkan terbentuknya struktur Baranchos yaitu struktur yang membentuk kaldera Dieng. Setelah terbentuknya kaldera Dieng, aktivitas vulkanisme berlanjut dengan aktivitas pusat kerucut tengah yang terdiri dari dua buah gunung, yaitu Gunung Pangonan dengan Kawah Pager Kandeng dan Gunung Pamonan di selatan dengan dua kawah, yaitu Sibanteng dan Telaga Merdada (Wahyudi, 2010).
50
Fisiografi Dataran Tinggi Dieng berada pada jalur pegunungan Zone Serayu Utara. Sebelah barat berbatasan dengan unit Karangkobar dan sebelah timur berbatasan dengan kompleks vulkan Ungaran. Beberapa vulkan yang berada pada jalur ini meliputi Vulkan Ungaran (2.050 m), Komplek Dieng G. Perahu (2.565 m), Rogojembangan (2.177 m) dan Vulkan Slamet (3.428 m). Jalur Prupuk-Bumiayu-Ajibarang merupakan batas antara pegunungan Zone Serayu Utara dengan Zone Bogor di Jawa Barat. Diantara pegunungan Serayu Utara dan pegunungan Serayu Selatan terdapat depresi memanjang disebut Zone Serayu, meliputi daerah Majenang, Ajibarang, Purwokerto, Banjarnegara, dan Wonosobo. Lebar Zone Serayu mencapai 15 km berada antara Purwokerto dan Banjarnegara. Di sebelah timur Wonosobo melebar, tetapi di tempat tersebut sebagian besar terisi oleh kerucut besar vulkan muda yaitu Gunung Sindoro (3.155 m) dan Gunung Sumbing (3.371 m) akibat adanya erosi. Beberapa
ahli
mengemukakan
berbagai
pendapat
tentang
terbentuknya plato Dieng. Namun pada dasarnya terbentuknya plato Dieng mengarah pada dua teori utama yaitu : a. Bahwa Plato Dieng bukan merupakan kaldera besar dan vulkan raksasa tua, yang sekarang tinggal dinding-dinding tepinya (berupa G. Perahu, G. Nagasari, G. Bismo, G. Sidele, G. Seroja dan G. Kunir).
51
Kemudian di dasar kaldera tumbuh formasi vulkan-vulkan muda seperti G. Pangonan, G. Pakuwojo dan G. Sipandu. b. Bahwa Plato Dieng bukan merupakan suatu kaldera tetapi merupakan suatu tempat yang dikelilingi oleh kerucut-kerucut vulkan (Vulkan Perahu, Bismo, Nagasari, Seroja, dan sebagainya). Tempat-tempat yang dikelilingi vulkan-vulkan dan bentuk-bentuk cekungan ini kemudian menjadi danau yang terisi oleh endapan lumpur, abu vulkanik hasil erosi dan erupsi. Ketika aliran Kali Tulis berhasil mengikis lava beku yang menghalangi, maka tempat tadi menjadi daratan datar ( kecuali sisa danau yaitu telaga Balekambang yang masih berair dan dikelilingi oleh tanah gambut). Kompleks Dataran Tinggi Dieng memiliki tiga dataran yang cukup luas yaitu : 1. Dataran dengan ketinggian sekitar 2.000 mdpl yang dikelilingi oleh Gunung Prahu (2.565 mdpl) berada di sebelah timur, Gunung Jurang Grawah (2.245 mdpl) berada di sebelah selatan, Gunung Sipandu (2.245 mdpl) dan Gunung Pangonan (2.308 mdpl) di sebelah barat. 2. Dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1.950 mdpl terletak di sebelah barat dataran tinggi kesatu, dikelilingi Gunung Nagasari (2.154 mdpl), Gunung Pengamunamun (2.175 mdpl) dan Gunung Gajah Mungkur (2.101 mdpl).
52
3. Dataran tinggi berketinggian sekitar 1.650 mdpl ) yang terletak paling barat dari ketiga dataran tinggi tersebut. b. Secara Geomorfologi Secara Geomorfologi kawasan Dieng dan sekitarnya dibedakan menjadi dua unit yaitu kawasan pegunungan dan kawasan plato. 1. Kawasan Pegunungan (The Mountain Area) Kawasan ini hampir seluruhnya terdiri dari daerah pegunungan kecuali bagian tengah sebelah barat. Fenomena vulkan yang mengelilingi antara lain G. Seroja, G. Kunir, G. Prambanan, G. Perahu, G. Patakbanteng, G. Jurangrawah, G. Blumbang, G. Kendil, dan dibatasi oleh kerucut Bisma dan Nagasari. Komplek gunung tersebut disebut vulkan strato yang mempunyai kawah terbuka baik tunggal maupun dobel. Sebagian ada yang kawahnya tertutup dan terisi oleh lava, seperti G. Kendil, G. Prambanan, dan G. Kunir. Gunung Perahu tidak memiliki karakter berbentuk sumur tetapi memiliki dua buah kawah tua berbentuk tapal kuda dan kawah yang masih muda berbentuk lingkaran. Gunung Pakuwaja juga memiliki kawah kembar, keduanya berbentuk lingkaran dan punggung lava mempunyai ketinggian 20 m yang terletak diantara kedua lava tersebut.
53
2. Kawasan Plato (The Plateaus Area) Di kawasan Dieng ini terdapat tiga buah plato yaitu Plato Dieng, Batur, dan Sidongkal. a. Plato Dieng yang berada di ketinggian 2000 m di atas permukaan laut. Dibatasi oleh G. Perahu di sebelah utara, G. Pakuwaja, G. Kendil, dan G. Pangonan serta G. Sepandu yang mengelilinginya. Luas plato Dieng 2 x 2,5 km memiliki banyak telaga diantaranya Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Lumut, dan Telaga Balekambang. Telaga Warna dan Telaga Pangilon merupakan kumpulan air yang dipisahkan oleh igir yang dibentuk oleh lava dari G. Kendil; jadi bukan berupa kawah yang masing-masing terpisah dan kemudian terisi air. Keduanya terbentuk karena terbendungnya kali Tulis oleh aliran lava. b. Plato Batur berada pada ketinggian 1600 m di atas permukaan laut. Dibatasi oleh G. Bismo, G. Nagasari dan kelompok G. Jimat dan G. Petarangan. Plato yang berukuran 3 x 4 km ini terbuka ke arah barat. c. Plato Sidongkal berada pada ketinggian 1800 m di atas permukaaan laut yang dikelilingi oleh G. Klaras, G. Alang, G. Pakarangan, dan G. Butak. Daerah ini merupakan daerah depresi dengan luas 2 x 3 km. Kecamatan Batur dan Desa Gentan Kecamatan Pejawaran merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian 1.609 – 2.093 mdpal.
54
Kondisi topografi menyebabkan banyak dijumpai mata air yang merupakan hulu dari beberapa aliran sungai, khususnya anak Kali Serayu dan Kali Tulis dengan debit masing-masing sebesar 342-542 l/dt dan 120-240 l/dt. Ciri-ciri daerah hulu dapat ditemui di daerah ini seperti sungai tidak ada yang lebar, aliran air cukup deras dan kondisi air masih jernih. Pemanfaaatan air untuk persawahan masih sangat terbatas karena kondisi daerah dengan ketinggian 1.500 m yang tidak mungkin ditanami padi irigasi penuh. Pengaliran untuk perkebunan dan tegalan dilakukan dengan membuat saluran-saluran kecil melalui daerah perkebunan dan tegalan tersebut. Keperluan air minum untuk kebutuhan sehari-hari penduduk banyak yang memanfaatkan sungai-sungai tersebut maupun dari mata air dan membuat sumur-sumur pompa. c. Kondisi Geologi Pada masa tertier tua (paleogen) di Jawa terdapat geosinklinal di sebelah utara dibatasi oleh dataran Old Sunda Land (Laut Jawa) sampai sebelah selatan pantai Jawa. Hingga permulaan jaman tertier muda geosinklinal Sumatra melalui Lampung dan Banten. Hubungan ini terputus pada miosen tengah ketika daerah selatan Sunda terangkat sampai di atas permukaann air laut, dan bersamaan dengan zone selatan geosinklinal, tumbuh gunung api. Geosinklinal Jawa utara dan Kalimantan tenggara disebut juga ideogeosinklinal merupakan daerah minyak tanah, batubara dan batubara muda.
55
Pada masa miosen tua dan tengah dalam geosinklinal tersebut terbentuklah daerah Karangkobar, ditandai dengan adanya endapan Sigugur yang terdiri atas mergel, tanah liat, batu pasir kwarsadan batu pasir tuff. Menjelang akhir neogen tua di daerah ini terjadi erupsi basalt sub marine yang menghasilkan lapisan panyatan. Setelah itu daerah pegunungan Serayu selatan yang merupakan geantiklinal dengan kegiatan vulkan andesit terangkat lebih tinggi lagi dan ini diimbangi dengan bertambah membenamnya dasar geosinklinal. Perbedaan yang semakin besar antara geantiklinal dan dasar geantiklinal menyebabkan erosi berlangsung dengan intensif dan merosotnya bagian tepi sehingga geosinklinal menjadi dangkal. Pada masa mio pliosen, geosinklinal terbenam lagi sebagai perimbangan naiknya pegunungan Serayu selatan. Pada masa ini terbentuk lapisan Bodas yang terdiri dari endapan vulkanis (tuff) yang diselingi dengan konglomerat dan mergel tanah liat. Vulkanisme pada masa itu bercirikan batuan tuff andesit yang lebih asam, sedangkan vulkanisme sebelumnya adalah dari magma andesit basaltis. Pada masa pleistosen bagian geosinklinal berangsur- angsur mulai terangkat. Hal ini dapat dibuktikan dari endapan Ligung pada sisi selatan geosinklinal. Pada pleistosen muda pegunungan Serayu utara masih belum vulkanis. Baru pada pleistosen tua muncul Ungaran tua di bagian timur, kemudian merosot dan menyebabkan lapisan damar agak terlipat dan terbentuklah bukit candi (seusia dengan lapisan Ligung).
56
Pengangkatan pegunungan Serayu utara dimulai dari plio pleistosen. Pengangkatan ini kecuali menyebabkan erosi dan denudasi juga menyebabkan terjadinya tegangan grafitasi melalui lapisan yang plastis (lapisan endapan). Sehingga menyebabkan pelipatan di bagian kaki geantiklinal dan lapisan Bodas serta lapisan Ligung terdorong 5 km lebih ke selatan melampaui depresi Serayu, karena desakan dari geantiklinal. Lapisan Merawu yang merupakan inti masa yang plastis itu mengalami dua kali fase pelipatan. Pertama ketika pegunungan Serayu selatan terangkat sehingga lapisan endapan ini merosot dan terlipat ke arah utara (miosin tengah) dan kedua pada waktu pegunungan Serayu utara terangkat menjadi geantiklinal lapisan tersebut merosot dan terlipat ke arah selatan (pleistosen). Ketika terbentuk geantiklinal, magma hanya menerobos keluar secara setempat dan menyebabkan terbentuknya lapisan damar di sebelah timur yang juga muncul gunung Ungaran tua, lapisan Ligung di Karangkobar (G. Pamotan) dan lapisan Mengger di barat (berasal dari G. Slamet tua). Pada pleistoin muda vulkanisme meluas dan merata. Breksi vulkanis menutupi lapisan plio pleistosin di berbagai tempat. Lapisan breksi ini di daerah Karangkobar disebut lapisan Notopuro dan di sebelah Barat disebut lapisan Linggopodo. Akhirnya gunung api tua Slamet, Jembangan, Prahu, dan Ungaran hilang merosot karena beratnya, pada pleistosen tua atau akhir. Kemudian kerucut-kerucut vulkan muda terbentuk.
57
Setelah fase vulkanisme pada pleistosin muda, kegitan vulkanisme masih berlangsung hingga sekarang dan terbentuk antara lain vulkan Dieng muda, Ungaran muda, dan sebagainya. Sesudah tahun 1990 terjadi erupsi seperti Pakuwojo (1847), kawah Timbang (1939), Butak Petarangan (1939), dalam tingkat solfatara dan fumarola yaitu Ligir Sinem. G. Pangonan, pagerkandang, kawah Sileri dan sebagainya. Stratigrafi Dieng dan sekitarnya dibedakan dalam tiga unit batuan yaitu: 1. Unit batuan Tuff berumur Kuarter sampai sekarang memiliki tipe batuan material erupsi termuda; tuff, batuan pasir tuff kerikil, breksi bercampur tuff. 2. Unit batuan Andesit berumur Kuarter sampai sekarang memiliki tipe batuan lava andesit dan basaltis. 3. Unit batuan Kapur berumur Tersier atas memiliki tipe batuan kapur berlempung, batu pasir mengandung tuff, batuan kapur berkoral, ansdesit. Berdasarkan daerah erupsi gunung api di Indonesia digolongkan dalam 3 tipe, yaitu : 1. Tipe A : Gunung api yang pernah mengalami erupsi sekurangkurangnya satu kali setelah 1600 M. 2. Tipe B
: Gunung api yang sesudah tahun 1600 tidak lagi
mengalami erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala seperti kegiatan sulfatar.
58
3. Tipe C : Gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia. Kompleks Dieng termasuk gunung api tipe A dengan karakteristik sebagai berikut: a. Nama Kerucut gunung api: Bismo, Seroja, Binem dan Pangonan, Merdodo, Pagerkandang, Nagasari, Petarangan, Telogodringo, Pakuwojo, Kendil, Kunir, Prambanan. b. Nama Lapangan Fumarola : Kawah Sikidang, Kawah Sigajah, Kawah Kunang, Kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telaga Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sepandu, Kawah Seglagah, dan Kawah Sileri. Selain itu di Dieng juga terdapat gunung api tipe A yang lain yaitu G. Butak, dan G. Petarangan. Secara administrasi terletak dalam tiga daerah kabupaten yaitu Kabuptaen Wonosobo, Banjarnegara
dan
Batang.
Karakteristik
kompleks
Butak-
Petarangan diuraikan sebagai berikut : Nama
: Butak –Petarangan ( tumbang )
Nama Kawah
: Telaga Dringo
Nama Lapangan Fumarola: Condrodimuko Tinggi
: 2.222 m
Pada kompleks Butak-Petarangan terdapat tiga buah kawah pada daerah puncak yang terletak pada garis bujur timur-barat. Pada arah paling timur terdapat sebuah telaga yang dinamakan
59
Telaga Dringo. Kawah Telaga Dringo pernah mengalami beberapa kejadian erupsi atau letusan pada kawah Butak; tahun 1928 terjadi letusan di sebelah utara kampung Tumbang dengan jarak sekitar 1,5 km dari Batur; tahun 1939 terjadi letusan di lereng sebelah utara ; tahun 1952, 1960, dan 1965 terjadi kenaikan kegiatan erupsi. Berikut ini disajikan Rekam Jejak Aktivitas Gunung Dieng meliputi informasi tahun, nama gunung, aktivitas, produk letusan dan korban jiwa. Tabel 2.4 Letusan Kawah dan Korban Jiwa Tahun
Nama Kawah
Aktivitas Letusan Letusan Normal Letusan normal
1450 1825
Pakuwaja Pakuwaja
1883
Sikidang, Sibanteng
1884 1895
Kawah Sikidang Siglagah
1928
Batur
Peningkatan aktivitas Letusan normal Pembentukan celah Letusan Normal
1939
Batur
Letusan normal
1944
Kawah Sileri
1964 1965
1979
Kawah Sileri Kawah Candradimuka Telaga Dringo Kawah Sinila
Gempa bumi dan letusan Letusan Normal Hembusan fumarola
1990 2003 2009 2011
Kawah Dieng Kulon Kawah Sileri Kawah Sibanteng Kawah Timbang
2013
Kawah Timbang
Hembusan gas racun Letusan Freatik Letusan Freatik Letusan freatik Peningkatan Aktivitas Peningkatan aktivitas
Produk Letusan dan Korban Abu, pasir Abu, pasir, 38 meninggal Lumpur kawah Lumpur Uap belerang Lumpur dan batu 10 orang meninggal 114 meninggal, 38 luka-luka Lumpur Uap air dominan Gas CO2 , 149 meninggal Lumpur Lumpur Lumpur Gas CO2 Gas CO2
Sumber : Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
60
7. Pentingnya Kecerdasan Visual Spasial Dengan kondisi fisik, geomorfologi dan geologi Dataran Tinggi Dieng yang demikian kompleks maka kecerdasan visual-spasial sangat diperlukan bagi masyarakat. Howard Gadner menguraikan deskripsi tentang kecerdasan spasial adalah kemampuan memahami, memproses, dan berpikir dalam bentuk visual. Seseorang dengan kecakapan ini mampu menerjemahkan bentuk gambaran dalam pikirannya ke dalam bentuk dua atau tiga dimensi Kecerdasan spasial kemudian secara visual menurut Abdurrahman (Rudiono, 2013) ada lima jenis kemampuan visual spasial yaitu : 1.
Hubungan keruangan (spasial relation) menunjukkan persepsi tentang posisi berbagai objek dalam ruang. Dimensi fungsi visual ini mengimplikasikan persepsi tentang tempat suatu objek atau simbol (gambar, huruf, angka) hubungan ruangan yang menyatu dengan sekitarnya.
2.
Diskriminasi visual (visual discrimination) Menunjukkan pada kemampuan membedakan suatu objek yang lain. Misalkan membedakan antara gambar balok dan kubus.
3.
Diskriminasi bentuk latar belakang (Figure-ground discrimination) Menunjukkan pada kemampuan membedakan suatu objek dari latar belakang yang mengelilinginya. Anak memiliki kekurangan dalam bidang ini tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu objek karena sekeliling objek tersebut ikut mempengaruhi perhatiannya.
61
4.
Visual Clouser Menunjukkan pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu objek, meskipun objek tersebut tidak diperhatikan secara keseluruhan.
5.
Mengenal Objek (Object Recognition) Menunjukkan pada kemampuan mengenal sifat berbagai objek pada saat mereka memandang. Pengenalan tersebut mencakup berbagai bentuk geometri, huruf, angka, dsb. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan visualspasial sangat penting. Di mana kemampuan tersebut dapat membantu seseorang dalam proses belajar mengenali lingkungan sekitarnya. Misalnya kemampuan hubungan keruangan yang merupakan bagian sangat penting dalam mempelajari peta. Seseorang yang mempunyai kecerdasan visual spasial dapat
menemukan lokasi (jalan, tempat), memperkirakan hubungan antar benda dalam ruangan, mampu memperhatikan detail dari apa yang dilihat dan membayangkan serta memanipulasi obyek visual di dalam benaknya. Ketika memecahkan masalah cara yang dilakukan oleh seseorang dengan kecerdasan visual spasial yang baik adalah dengan membaca informasi, serta membuat daftar mengenai masalah atau hambatan apa saja yang ia hadapi. Orang dengan kecerdasan visual spasial sangat sadar lingkungan mereka dan baik mengingat gambar. Mereka memiliki rasa yang besar terhadap arah. Kecerdasan visual spasial memberikan seseorang keterampilan dalam
62
menggambar, melakukan teka-teki, dan setiap tugas yang membutuhkan manipulasi motorik halus. 8. Masyarakat Sekitar Kawah Dieng a. Pengertian masyarakat Mac Iver dan Page yang mengatakan bahwa “ masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antar berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat yang selalu berubah”. Ralphh Linton memberi definisi masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Satu lagi definisi dari Selo Soemardjan, ia menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan, (Soerjono Soekanto , 1999:26). Dalam penelitian ini yang dimaksud masyarakat di sini adalah Masyarakat di sekitar kawah Dieng yang tinggal di Desa Pekasiran, Desa Kepakisan dan Desa Sumberejo. b. Pola Permukiman Fenomena fisik suatu daerah dapat mempengaruhi pemukiman penduduk. Daerah dengan lahan subur, bentuk permukaan atau relief yang
63
datar, ada tidaknya sumber air, keamanan akan menyebabkan bentuk atau tipe permukiman penduduk di desa yang mengelompok atau tipe permukiman penduduk di desa yang mengelompok atau compact rural setlement. Sedangkan yang lebih banyak berpengaruh terhadap tipe pemukiman desa yang terpencar atau fragmented rural setlement adalah daerah banjir, topografi kasar, permukaan tanah, air dangkal, dan masih ada beberapa faktor lainnya. Pola desa yang ada di pedesaan Pulau Jawa umumnya dalah memanjang jalan, memanjang sungai, radial, tersebar, memanjang pantai, dan memanjang pantai sejajar jalan kereta api. Hammond menjelaskan tentang identifikasi pola penyebaran permukiman menjadi tiga, pertama random yaitu pola penyebaran yang banyak dijumpai di daerah-daerah dengan topografi tidak sama, khususnya pada daerahdaerah dengan persediaan air melimpah. Keberadaan air yang mudah didapat menyebabkan penduduk atau masyarakat dapat mendirikan rumah sesuai dengan kehendak atau sesuai kemampuan yang dimiliki. Kedua, reguler yaitu distribusi cenderung terjadi pada area atau daerah yang seragam atau relief datar atau pola lahan-lahan baru yang diairi sungai atau pada tanah yang dapat memproduksi. Ketiga clustered yaitu pola permukiman yang banyak terdapat pada daerah-daerah yang subur relatif datar. Permukiman penduduk adalah adalah menyangkut tentang cara dan proses memindahkan penduduk dari daerah satu ke daerah lainnya
64
( Depdikbud, 1989 ). Tempat tinggal atau tempat kediaman secara umum disebut permukiman. Seanjutnya permukiman penduduk adalah tempat tinggal yang merupakan hasil dari proses orang menempati suatu wilayah (Ritohardoyo, 2000). Tempat tinggal atau tempat bermukim terdiri dari rumah dan pekarangan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana kehidupan (Sutikno dan Suritohardoyo, 1996). Pola permukiman penduduk ada dua jenis yaitu pola mengelompok atau compact settlement yaitu tempat kediaman penduduk yang mengelompok, dan fragmental settlement tempat kediaman penduduk tersebar atau terpecah-pecah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola permukiman mengelompok antara lain adalah daerah yang memiliki tanah subur, daerah dengan relief datar, permukaan air tanah dalam, daaerah yang kurang aman. Faktor yang mempengaruhi pola permukiman menyebar antara lain : adalah daerah yang sering dilanda banjir, memiliki topografi kasar, dan permukaan air tanah dangkal. Permukiman di dataran Tinggi Dieng secara umum polanya menggerombol dan memanjang jalan. Pola permukiman menggerombol umumnya berada mendekati pusat sumber air, sedangkan yang memanjang jalan umumnya mendekati fasilitas umum dan biasanya untuk aktivitas ekonomi. Pada masa sebelum orde pembangunan, pola ini masih sangat kelihatan, seiring berjalannya waktu dan memudar. Hal ini disebabkan tersedianya sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi. Bentuk rumahnya beraneka ragam, hampir sama dengan di desa-desa lain di
65
Indonesia. Keunikannya, bentuk tidak terlampau besar , hampir semua menggunakan genteng dengan bahan seng. Hal ini semata untuk beradaptasi dengan keadaan lingkungan fisik. Hampir semua rumah memiliki tungku yang dipergunakan tidak hanya untuk memasak tapi juga untuk menghangatkan tubuh.
66
B. Kerangka Berpikir
PENGUKURAN KECERDASAN VISUAL - SPASIAL
Observasi Awal : Mengumpulkan informasi tentang lokasi dan dampak letusan kawah yang membahayakan bagi masyarakat
Persiapan 1. Menyiapkan Peta Rupabumi Indonesia dan Citra Satelit Wilayah Dataran Tinggi Dieng 2. Menyusun pertanyaan tentang Peta Rupabumi dan Citra Satelit Dataran Tinggi Dieng
Validasi Media 1. Validator memberikan masukan kritik dan saran untuk memperbaiki Peta dan Citra Satelit 2. Peneliti memperbaiki media Pelaksanaan : 1. Masyarakat diberikan kuesioner untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang Peta RBI dan Citra Satelit 2. Peneliti memberikan sosialisasi media dengan metode ceramah kepada 3 kelompok masyarakat ( ibu-ibu PKK , perangkat desa serta karang taruna
Tujuan : Mengetahui tingkat kecerdasan visual-spasial masyarakat yang bermukim di sekitar kawah Dieng
Meminimalisir dampak bencana
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data-data yang dibutuhkan adalah data-data yang berupa angkaangka. Angka-angka tersebut digunakan sebagai representasi dari informasi yang didapatkan dalam penelitian.Deskripsi tersebut diperoleh dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian. Penilaian terhadap masyarakat untuk mengetahui kecerdasan visual-spasial masyarakat dengan media peta RBI dan Citra Satelit. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Desa Sumberejo, Desa Pekasiran dan Desa Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.Ketiga Desa tersebut terletak pada posisi geografis 07ᵒ10‟40,95” LS-07ᵒ12‟48,088” LS dan 109ᵒ 49‟43,49” BT 109ᵒ 53 ‟47,173” BT. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September- November 2014.
67
68
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Kecamatan Batur terdiri dari 8 desa dan jumlah penduduk berjumlah 30.302 jiwa seperti disajikan pada tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1. Populasi Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa Batur Sumberejo Pasurenan Dieng Kulon Kepakisan Pekasiran Karang Tengah Bakal Jumlah
Jumlah 2122 5153 2757 3311 2883 5153 5423 3927 30729
Sumber : Kecamatan Batur Dalam Angka 2013 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174). Penentuan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik sampel Bertujuan (Purposive Sample). Sampel penelitian ini adalah desa yang dekat dengan kawah Timbang, kawah Sileri dan kawah Sinila yaitu desa Pekasiran, desa Kepakisan dan desa Sumberejo
69
ditujukan kepada Kelompok Perangkat Desa, Ibu-ibu PKK serta Karangtaruna. Pertimbangan mengambil sampel kelompok ini karena kelompok Perangkat Desa, Ibu-ibu PKK dan Karangtaruna adalah kelompok yang mempunyai peranan di dalam masyarakat desa, dengan pemberian pendidikan pada kelompok ini diharapkan bisa menyalurkan kembali informasi yang didapat dari sosialisasi kepada masyarakat lain. Tabel 3.2 Sampel Penelitian No 1 2 3
Desa Kepakisan Pekasiran Sumberejo Jumlah
Perangkat Desa 6 6 6 18
Ibu-ibu PKK 6 6 6 18
Karang Taruna 6 6 6 18
Sumber : Hasil penelitian 2014 D. Variabel Penelitian Arikunto (2006:118) mengemukakan variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Variabel dalam
penelitain ini adalah: 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah satu faktor. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu : 1. Peta RBI 2. Citra Satelit Dataran Tinggi Dieng. 2. Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat pengaruh dari variable bebas. Variable terikat dalam penelitian ini adalah adalah Kecerdasan visual
spasial masyarakat sekitar kawah Dieng.
70
E. Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data tentang bagaimana ukuran kecerdasan visual-spasial masyarakat Dieng dengan menggunakan peta RBI dan Citra Satelit. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara yaitu : 1. Observasi Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2010:272). Metode ini bertujuan untuk meneliti secara langsung dengan mendatangi objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi secara langsung bagaimana penggunaan peta RBI dan Citra Satelit Dataran tinggi Dieng untuk mengukur kecerdasan visual spasial masyarakat sekitar Dieng. 2. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto,2006:231). Teknik dokumentasi ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan masalah
penelitian,
yaitu
mengenai
permasalahan
tingkat
71
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gas beracun di Dieng Jawa Tengah. 3. Angket Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi. Angket ini dugunakan untuk mengetahui peningkatan kecerdasan visual-spasial masyarakat sekitar kawah Dieng menggunakan peta RBI dan Citra Satelit di Dieng Jawa Tengah. Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pertanyaan yang diajukan. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah check list dengan skala nominal, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (v) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi atau dialami oleh responden. Penggunaan check list ini diharapkan dapat memudahkan responden dalam memberikan jawaban pada setiap item pernyataan dengan pilihan (option) jawaban Tahu dengan skor 3, Ragu-ragu dengan skor 2, dan Kurang Tahu dengan skor 1. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis data awal yaitu uji validitas dan reliabilitas instrument dan analisis data tahap akhir yaitu uji prasyarat analisis dan uji t (t-test) atau Wilcoxon.
72
1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:211). Untuk mengetahui validitas empiris, diuji dengan menggunakan rumus Corelasi Product Moment dengan angka kasar untuk soal per item. Rumusnya adalah: rxy =
N X
N XY ( X )( Y ) 2
( X ) 2
N Y 2
( Y )
2
Keterangan : rxy X Y N
: : : :
Koefisien korelasi Skor butir soal Skor total yang benar dari tiap subjek Banyaknya subjek yang diuji cobakan
Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.3 Validitas Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat Dieng melalui Peta RBI No Item
r hitung
r table
Keterangan
P1
0,175
0,361
Tidak Valid
P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
0,698 0,105 0,411 0,663 0,424 0,556 0,810 0,23 0,708 0,822 0,888 0,888 0,857 0,822 0,708 0,821 0,730 0,779 0,724
0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
73
Dari 20 item terdapat 3 item yang tidak valid yaitu nomor 1,3,9, sehingga terdapat 17 item yang valid dengan koefisien validitas berkisar 0,411-0,888. Table 3.4 Validitas Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat Dieng melalui Citra Satelit No Item S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20
r hitung
r table
Keterangan
0,112 0,705 0,695 0,722 0,472 0,615 0,815 0,413 0,815 0,413 0,835 0,615 0,055 0,138 0,671 0,424 0,596 0,696 0,616 0,447
0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dari 20 item terdapat 3 item yang tidak valid yaitu nomor 1,13,14, sehingga terdapat 17 item yang valid dengan koefisien validitas berkisar 0,413-0,835. 2. Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
74
yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2010:221). Untuk menguji reliabilitas instrumen, digunakan uji reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari suatu hasil pengukuran dengan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
r 11=
K K− 1
σb 2 ∑ 1− σt 2
Keterangan : r11
: Reliabilitas instrumen
k
: Banyaknya pertanyaan
σb2
: Jumlah varian butir
σt2
: Varian total
Hasil perhitungan reliabilitas dikonsultasikan dengan r tabel rata-rata signifikansi 5% atau internal kepercayaan 95%. Bila harga
75
perhitungan lebih besar dari r tabel, maka instrument dikatakan reliabel. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS 17. Hasil analisis tersebut akan diperoleh melalui Cronbach‟s Alpha. Jika nilai Cronbach‟s Alpha lebih dari 60%, maka angket tersebut reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian (Gozhali, 2011:45). Jika nilai Cronbach‟s Alpha kurang dari 60%, hal ini akan mengindikasikan ada beberapa responden yang menjawab tidak konsisten maka alat ukur tersebut harus diperbaiki. Hasil uji reliabilitas Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Peta RBI terhadap 17 item yang valid pada instrument ini diperoleh nilai Croanbach Alpha sebesar 0,948. Hasil uji reliabilitas Kecerdasn Visual-Spasial Melalui Citra Satelit terhadap 17 item yang valid pada instrument ini diperoleh nilai Croanbach Alpha sebesar 0,918. Hasil hitungan uji reliabilitas Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Peta RBI terhadap 17 itema yang valid pada instrument yang diperoleh nilai Croanbach Alpha sebesar 0,948 dan Hasil uji reliabilitas Kecerdasn Visual-Spasial Melalui Citra Satelit terhadap 17 item yang valid pada instrument diperoleh nilai Croanbach Alpha sebesar 0,918 dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 7.
76
3. Statistik Deskriptif Setelah uji validitas dan reliabilitas instrument, data yang diperoleh dari hasil pengisian instrument penelitian yang telah terpilih mengenai gambaran mengenai kecerdasan visual-spasial masyarakat sekitar Dieng disajikan oleh penulis pada bab 4 dengan menyajikan data hasil observasi dan hasil angket. Pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif persentase dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan : DP
= Deskriptif Persentase (%)
n
= Skor empirik (Skor yang diperoleh)
N
= Skor ideal / jumlah total nilai responden
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang telah terpilih mengenai gambaran pengetahuan serta mitigasi bencana gas beracun disajikan oleh penulis pada bab 4 dengan menyajikan data hasil angket. Dengan menggunakan rumus deskriptif presentase di atas digunakan untuk menyusun Tabel pengukuran kecerdasan visual-spasial masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Menetapkan persentase tertinggi = (3/3) x 100% = 100% 2) Menetapkan persentase terendah
= (1/3) x 100% = 33,33%
77
3) Menetapkan rentangan persentase 4) Menetapkan kelas interval
= 100% - 33,33% = 66,67% =3
5) Panjang kelas interval
= 66,67% : 3 = 22,23%
Tabel 3.5 Kriteria Skor pengukuran Kecerdasan visual spasial No
Interval Persentase (%)
Kriteria Persentase
Skor
1
77,78 – 100
Tahu
3
2
55,55 -77,77
Ragu-ragu
2
3
Tidak Tahu 1 33,32 -55,54 Setelah analisis deskriptif, tahap analisis data selanjutnya adalah
melakukan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas data dengan tes Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas varian data dengan uji F. Apabila saat uji prasyarat data berdistribusi normal dan varian data homogen maka tahap uji statistic inferensial menggunakan statistic parametric. Namun apabila pada tahap uji prasyarat data tidak berdistribusi normal dan tidak homogeny maka uji statistic selanjutnya menggunakan statistic non parametric (Santoso, 2013). Setelah diberikan pembelajaran, maka kedua kelompok responden diberikan pos tes kemudian diambil kesimpulan dengan 2 cara: 1) Melihat rata-rata hasil dan membandingkan dengan standar yang di inginkan. 2) Dibandingkan rata-rata test diantara dua kelompok perlakuan, dengan rumus sebagai berikut :
78
Keterangan : = Rata-rata kelompok eksperimen = Rata-rata kelompok kontrol = Banyaknya sampel kelompok eksperimen = Banyaknya sampel kelompok kontrol S1
= Simpangan baku kelompok eksperimen
S2
= Simpangan baku kelompok kontrol
S1² = Varians Sampel 1 S2² = Varians Sampel 2 r
= Korelasi antara dua kelompok
Pengujian statistic inferensial dalam penelitian ini menggunakan uji t paired sample test bila data memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, atau menggunakan uji Mann Whitney jika data tidak memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas. 4. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini perhitungan analisis data untuk uji hipotesis dibantu dengan komputer menggunakan paket program Excel dan SPSS. HA : Ada perbedaan kecerdasan visual-spasial antara kelompok responden dengan kuesioner pengukuran peta RBI dan citra satelit
133
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengukuran kecerdasan visual spasial masyarakat sekitar kawah Dieng melalui peta RBI dan citra satelit maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tingkat kecerdasan visual-spasial masyarakat sekitar kawah Dieng yang diukur dengan kuesioner peta RBI menunjukkan nilai rata-rata sebesar 92,30. Kategori terbesar adalah tahu yaitu sebanyak 49 responden (90,7%). Hasil hasil kuesioner Citra Satelit diperoleh kecerdasan visual spasial responden dengan kuesioner ini menunjukkan nilai rata-rata sebesar 81,66. Kecerdasan visual spasial dengan citra satelit dari 54 responden yang termasuk kategori tahu ada 38 orang (70,4%), kategori ragu-ragu sebanyak 11 orang ( 20,4%) , dan yang termasuk kategori tidak tahu ada 5 orang (9,3%). 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kecerdasan visual-spasial menggunakan Peta RBI dan Citra satelit. Kecerdasan Visual-Spasial melalui Peta RBI dengan rerata 92,30 lebih tinggi dibandingkan Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Citra Satelit dengan rerata 81,66.
134
B. Saran Saran-saran yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Bagi Responden Penelitian ini menyarankan agar responden lebih memperhatikan unsur-unsur dalam pengenalan objek alam lingkungannya baik secara langsung dengan indra maupun menggunakan alat maupun teknologi. 2. Bagi Pengamat Gunung Api Penelitian ini memberikan saran agar pengamat gunung api memberikan informasi yang lengkap berhubungan dengan kegiatan yang dilakukannya dalam mendeteksi tingkat bahaya gunung api seperti gas beracun, dan sebagainya yang sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar gunung api. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini hanya menggunakan variable kecerdasan visual spasial dengan item pertanyaan yang terbatas, sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya melakukan penelitian pada variabel lain dengan jumlah item yang lebih banyak sehingga manfaat dan hasil penelitian menjadi lebih akurat, obyektif, dan lengkap.
135
Daftar Pustaka Anni, Catharina Tri, dkk.2006. Psikologi Belajar. Semarang : UNNES
Arikunto, Suharsimi . 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz T. Lukman, dan Ridwan Rachman. 1985. Peta Tematik. Bandung: ITB. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Bambang Rudianto, 2010. Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m. Jurnal Rekayasa © LPPM Itenas | No. 3| Vol. XIV Institut Teknologi Nasional Juli – September 2010
Bambang Syaeful Hadi, 2013. Mengintegrasikan Kompetensi Berpikir Spasial Dalam Pembelajaran Geografi Melalui Pemanfaatan Teknologi Geospasial ( Belajar dari Pengalaman Negara Lain ) Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI, eds Jurusan Pendidikan Geografi , FIS Universitas Negeri Yogyakarta, IKATAN GEOGRAF INDONESIA, Banjarmasin, hal 174-181
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan IBM SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hamzah, dan Masri Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/455/jbptitbpp-gdl-kevinchann-22726-3-2011ta2.pdf
Juhadi, dan Dewi Liesnoor S. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik. Semarang: UNNES.
Liesnoor Setyowati Dewi dan Hardati Puji. 2009. Fenomena Dataran Tinggi Dieng.Yogyakarta. Grafindo Litera Media
136
Priatna,Atep Kurnia ,dkk.2014. Pesona Bumi Dieng. Bandung : Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Rijanto.R,2013. Literasi Geografi dan Kecerdasan Dalam Pembuatan Keputusan Nasional. Prosising Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI, eds Fakultas Geografi UGM, IKATAN GEOGRAF INDONESIA, Banjarmasin, hal 229-237 Sandy, I Made. 1986. Esensi Kartografi. Jakarta : Jurusan Geografi F.M.I.P.A Universitas Indonesia.
Santoso, Singgih. 2013. Statistik Non Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Elexmedia Komputindo. Siskandar. 2008. Pengembangan Multiple Intelligences Melalui Kegiatan NonIntrakurikuler dalam Rangka Meningkatkan Mutu Proses dan Hasil Pembelajaran. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor 2 Sriyono. 2009. Geologi dan Geomorfologi Indonesia. Semarang : Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Soekanto, Soerjono. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Suharini,Erni.dkk.2008. Geomorfologi, Gaya, Proses, dan Bentuk Lahan. Semarang: Widya Karya
Triyono. 2005. Pintu-pintu Pendidikan Kontekstual Anak Usia Dini. Jakarta. DEPDIKNAS DIKTI
Turasih, et all. 2012. SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG (Kasus Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah) . Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 6, No. 2
137
Wahyudi.2010.„Kajian
Kerja
Sama
Daerah
Dalam
Pengelolaan
dan
Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng‟.Tesis.Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Yuliani Nuraini Sujiono, Bambang Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.
138
Lampiran
139
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM DIUJI COBA Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Sekitar Kawah Dieng Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit Identitas Responden Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Pekerjaan
:
Pendidikan terakhir
:
Pengetahuan Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia)
1. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan peta RBI ( Rupabumi Indonesia)? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
2. Apakah anda mengetahui fungsi peta RBI (Rupabumi Indonesia)? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c. Tidak tahu
3. Apakah anda mengetahui simbol-simbol dan informasi yang terdapat dalam peta RBI ( Rupabumi Indonesia)? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
4. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia)? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c. Tidak tahu
140
5. Apakah anda mengetahui seberapa jauh jarak rumah anda dengan kawah di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia) ? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c.Tidak tahu
6. Apakah anda mengetahui jarak antara pemukiman yang anda huni dengan kawah timbang? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
7. Apakah anda mengetahui kawah-kawah yang ada di Daerah Dieng? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
8. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan kawasan rawan bencana ( Berdasarkan peta dataran tinggi Dieng)? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
9. Apakah anda mengetahui kawah di dataran tinggi Dieng yang memiliki potensi bahaya? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
10. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas beracun di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia)? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.. Tidak tahu
11. Apakah anda mengetahui potensi bahaya yang dapat terjadi di kawah Timbang, kawah Sinila, kawah Sileri yang dekat dengan pemukiman anda? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
12. Apakah anda mengetahui bahwa kawah Timbang, kawah Sinila, kawah Sileri berpotensi mengeluarkan gas beracun? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
13. Apakah anda mengetahui tanda-tanda yang terjadi saat gas beracun muncul? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
14. Apakah anda mengetahui bahwa di dalam peta kawasan kawah Timbang dan sekitarnya mengeluarkan gas CO2 dalam tanah dengan konsentrasi gas yang tinggi? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c.Tidak tahu
141
15. Apakah anda mengetahui bahwa dusun Simbar dan Serang termasuk dalam wilayah kawasan rawan bencana 3 ? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
16. Apakah anda mengetahui mengetahui ciri-ciri gas beracun yang berbahaya? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
17. Apakah anda mengetahui dampak dari aktivitas gas beracun yang dapat diamati? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
18. Apakah anda mengetahui jalur evakuasi yang aman saat terjadi aktivitas gas beracun? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c. Tidak tahu
19. Apakah anda mengetahui di lokasi mana saja tempat yang aman untuk mengungsi? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
20. Apakah anda mengetahui kriteria kawasan rawan bencana yang ditetapkan oleh PVMBG? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
142
Lampiran 2 INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM DIUJI COBA Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Kawah Dieng Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit Identitas Responden Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Pekerjaan
:
Pendidikan terakhir
:
Pengetahuan Citra Satelit 1. Apakah anda mengetahui apa itu citra satelit? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
2. Apakah anda mengetahui manfaat citra satelit? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
3. Apakah anda mengetahui informasi-informasi yang ada dalam gambar citra satelit? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c. Tidak tahu
4. Apakah anda mengetahui objek yang ditunjukkan dengan warna yang tampak di dalam citra satelit Dataran tinggi Dieng? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
5. Apakah anda mengetahui masing-masing bentuk yang ada di citra satelit Dataran Tinggi Dieng? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
143
6. Apakah anda mengetahui masing-masing bentang lahan yang ada di Citra Satelit Daerah Dataran Tinggi Dieng? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c.Tidak tahu
7. Apakah anda mengetahui arti warna yang ada di di citra satelit Dataran Tinggi Dieng? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
8. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam gambar citra satelit Dataran Tinggi Dieng? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c. Tidak tahu
9. Apakah anda mengetahui jarak rumah anda dengan kawah berdasarkan citra satelit kawasan dataran tinggi dieng? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
10. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan kawasan rawan bencana? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
11. Apakah anda mengetahui letak kawah yang yang berpotensi mengeluarkan gas beracun di dalam citra satelit? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
12. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas beracun? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
13. Apakah anda mengetahui di lokasi mana saja tempat yang aman untuk mengungsi berdasarkan Citra satelit Dataran Tinggi Dieng? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
14. Apakah anda mengetahui di mana letak pos pengamatan vulkanik dan geologi yang memantau gunung Dieng di dalam citra satelit? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
15. Apakah anda mengetahui letak pos kesehatan seandainya terjadi keracunan gas beracun? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
144
16. Apakah anda mengetahui bahwa lokasi yang anda huni lebih rendah dari kawah timbang? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
17. Apakah anda mengetahui bahwa jalan simbar ke timur dan jalan serang ke timur merupakan aliran gas beracun? a.
Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
18. Apakah anda mengetahui bahwa ada 2 patahan yang saling berpotongan berpusat di kawah timbang? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
19. Apakah anda mengetahui tanda larangan yang dibuat oleh BPBD berdasarkan rekomendasi dari PVMBG sesuai dengan peta kawasan rawan bencana? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
20. Apakah anda mengetahui peringatan dini adanya gas beracun yang membahayakan keselamatan? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
145
Lampiran 3 KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI PETA RBI [UJI COBA] Resp
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
TOTAL_P
R1
2
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
56
R2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
2
3
2
3
3
2
54
R3
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
58
R4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
60
R5
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
59
R6
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
58
R7
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
60
R8
2
2
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
53
R9
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
59
R10
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
60
146
R11
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
59
R12
2
2
3
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
52
R13
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
60
R14
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
58
R15
2
2
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
53
R16
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
56
R17
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
2
3
55
R18
2
1
2
2
2
2
2
2
3
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
32
R19
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
57
R20
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
56
R21
2
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
56
R22
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
58
R23
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
54
R24
3
3
1
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
57
147
R25
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
2
3
55
R26
3
1
2
2
2
2
2
2
3
2
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
35
R27
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
58
R28
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
56
R29
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
58
R30
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
58
148
Lampiran 4 KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI CITRA SATELIT - [UJI COBA]
Resp
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
TOTAL_S
R1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
39
R2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
57
R3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
56
R4
3
2
3
2
3
1
1
1
1
1
2
2
3
1
3
3
3
2
1
3
41
R5
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
57
R6
3
1
3
3
2
3
3
1
3
3
2
2
3
2
1
2
3
3
3
3
49
R7
3
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
56
R8
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
55
R9
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
57
R10
3
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
56
R11
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
58
R12
3
1
3
3
2
3
3
1
3
3
2
2
3
2
1
2
3
3
3
2
48
149
R13
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
55
R14
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
3
3
2
54
R15
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
55
R16
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
3
57
R17
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
2
3
3
3
3
56
R18
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
1
1
1
1
2
3
29
R19
3
1
1
1
2
3
1
1
1
3
3
1
3
3
1
1
3
3
2
1
38
R20
3
3
1
1
1
3
1
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
49
R21
3
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
56
R22
3
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
1
3
3
3
3
3
3
2
53
R23
3
3
1
1
1
3
1
2
3
3
2
3
3
3
2
1
3
3
3
3
47
R24
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
58
R25
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
57
R26
3
2
3
2
2
1
1
2
1
1
3
2
3
1
3
3
3
2
1
2
41
150
R27
3
1
1
1
2
3
1
1
1
3
2
1
2
2
1
1
3
3
3
2
37
R28
3
1
3
3
2
3
3
1
3
3
2
2
3
2
1
2
3
3
3
3
49
R29
3
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
56
R30
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
58
151
Lampiran 5
Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Peta RBI - I
Reliability
Case Processing Summary N Cas es
Valid Excludeda Total
30 0 30
% 100,0 ,0 100,0
a. Lis twis e deletion bas ed on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,927
N of Items 20
Item-Total Statistics
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
Scale Mean if Item Deleted 52,73 52,77 52,73 52,67 52,53 52,53 52,50 52,43 52,43 52,50 52,60 52,57 52,53 52,57 52,57 52,63 52,60 52,43 52,53 52,47
Scale Variance if Item Deleted 38,961 34,599 38,961 37,402 36,809 37,913 37,569 37,151 40,116 37,224 35,076 34,737 34,326 34,461 34,599 35,620 34,455 37,426 35,706 37,085
Corrected Item-Total Correlation ,175 ,721 ,105 ,455 ,673 ,443 ,557 ,821 ,023 ,634 ,707 ,782 ,878 ,827 ,804 ,688 ,804 ,744 ,753 ,735
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,932 ,921 ,937 ,926 ,922 ,926 ,924 ,921 ,931 ,923 ,921 ,919 ,917 ,918 ,918 ,921 ,918 ,922 ,920 ,922
152
Lampiran 6
Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Citra Satelit - I
Reliability
Case Processing Summary N Cas es
Valid Excludeda Total
% 100,0 ,0 100,0
30 0 30
a. Lis twis e deletion bas ed on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,904
N of Items 20
Item-Total Statistics
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20
Scale Mean if Item Deleted 48,20 48,67 48,50 48,63 48,90 48,37 48,63 49,30 48,50 48,37 48,63 48,93 48,33 48,73 48,63 48,87 48,23 48,30 48,37 48,43
Scale Variance if Item Deleted 60,441 51,885 53,017 52,516 56,438 54,654 50,378 55,597 51,086 54,654 56,654 55,513 60,299 59,237 52,516 56,189 57,220 55,872 55,206 56,254
Corrected Item-Total Correlation ,112 ,711 ,659 ,695 ,438 ,637 ,804 ,400 ,848 ,637 ,460 ,557 ,055 ,138 ,653 ,413 ,585 ,705 ,642 ,485
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,907 ,895 ,896 ,895 ,902 ,897 ,891 ,905 ,890 ,897 ,902 ,900 ,910 ,910 ,897 ,903 ,900 ,898 ,898 ,901
153
Lampiran 7
Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Peta RBI - II
Reliability
Case Processing Summary N Cas es
Valid Excludeda Total
30 0 30
a. Lis twis e deletion bas ed on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,948
N of Items 17
% 100,0 ,0 100,0
154
Item-Total Statistics
P2 P4 P5 P6 P7 P8 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
Scale Mean if Item Deleted 44,67 44,57 44,43 44,43 44,40 44,33 44,40 44,50 44,47 44,43 44,47 44,47 44,53 44,50 44,33 44,43 44,37
Scale Variance if Item Deleted 31,954 34,737 33,978 35,082 34,662 34,299 34,179 32,259 31,706 31,495 31,499 31,706 32,671 31,569 34,575 32,737 34,240
Corrected Item-Total Correlation ,698 ,411 ,663 ,424 ,556 ,810 ,669 ,708 ,822 ,888 ,857 ,822 ,708 ,821 ,730 ,779 ,724
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,946 ,950 ,946 ,949 ,947 ,945 ,946 ,945 ,942 ,941 ,941 ,942 ,945 ,942 ,946 ,943 ,945
155
Lampiran 8
Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Citra Satelit - II
Reliability
Case Processing Summary N Cas es
Valid Excludeda Total
30 0 30
% 100,0 ,0 100,0
a. Lis twis e deletion bas ed on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,918
N of Items 17
Item-Total Statistics
S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S15 S16 S17 S18 S19 S20
Scale Mean if Item Deleted 40,53 40,37 40,50 40,77 40,23 40,50 41,17 40,37 40,23 40,50 40,80 40,50 40,73 40,10 40,17 40,23 40,30
Scale Variance if Item Deleted 49,292 49,964 49,569 53,357 52,116 47,638 52,695 48,585 52,116 53,914 52,717 49,638 53,306 54,369 53,178 52,668 53,803
Corrected Item-Total Correlation ,705 ,695 ,722 ,472 ,615 ,815 ,413 ,835 ,615 ,455 ,562 ,671 ,424 ,596 ,696 ,616 ,447
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,910 ,911 ,910 ,917 ,913 ,907 ,920 ,906 ,913 ,917 ,915 ,912 ,918 ,915 ,913 ,913 ,917
156
157
Lampiran 9 INSTRUMEN PENELITIAN SETELAH DIUJI COBA Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Sekitar Kawah Dieng Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit Identitas Responden Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Pekerjaan
:
Pendidikan terakhir
:
Pengetahuan Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) 1. Apakah anda mengetahui fungsi peta RBI (Rupabumi Indonesia)? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c. Tidak tahu
2. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia)? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c. Tidak tahu
3. Apakah anda mengetahui seberapa jauh jarak rumah anda dengan kawah di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia) ? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c.Tidak tahu
4. Apakah anda mengetahui jarak antara pemukiman yang anda huni dengan kawah timbang? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
5. Apakah anda mengetahui kawah-kawah yang ada di Daerah Dieng? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
158
6. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan kawasan rawan bencana ( Berdasarkan peta dataran tinggi Dieng)? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
7. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas beracun di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia)? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.. Tidak tahu
8. Apakah anda mengetahui potensi bahaya yang dapat terjadi di kawah Timbang, kawah Sinila, kawah Sileri yang dekat dengan pemukiman anda? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
9. Apakah anda mengetahui bahwa kawah Timbang, kawah Sinila, kawah Sileri berpotensi mengeluarkan gas beracun? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
10. Apakah anda mengetahui tanda-tanda yang terjadi saat gas beracun muncul? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
11. Apakah anda mengetahui bahwa di dalam peta kawasan kawah Timbang dan sekitarnya mengeluarkan gas CO2 dalam tanah dengan konsentrasi gas yang tinggi? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c.Tidak tahu
12. Apakah anda mengetahui bahwa dusun Simbar dan Serang termasuk dalam wilayah kawasan rawan bencana 3 ? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
13. Apakah anda mengetahui mengetahui ciri-ciri gas beracun yang berbahaya? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
14. Apakah anda mengetahui dampak dari aktivitas gas beracun yang dapat diamati? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
15. Apakah anda mengetahui jalur evakuasi yang aman saat terjadi aktivitas gas beracun?
159
a. Tahu
b.Ragu-ragu
c. Tidak tahu
16. Apakah anda mengetahui di lokasi mana saja tempat yang aman untuk mengungsi? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
17. Apakah anda mengetahui kriteria kawasan rawan bencana yang ditetapkan oleh PVMBG? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
160
Lampiran 10 INSTRUMEN PENELITIAN SETELAH DIUJI COBA Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Kawah Dieng Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit Identitas Responden Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Pekerjaan
:
Pendidikan terakhir
:
Pengetahuan Citra Satelit 1. Apakah anda mengetahui manfaat citra satelit? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
2. Apakah anda mengetahui informasi-informasi yang ada dalam gambar citra satelit? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c. Tidak tahu
3. Apakah anda mengetahui objek yang ditunjukkan dengan warna yang tampak di dalam citra satelit Dataran tinggi Dieng? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
4. Apakah anda mengetahui masing-masing kenampakan alam yang ada di citra satelit Dataran Tinggi Dieng? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
5. Apakah anda mengetahui masing-masing bentang lahan yang ada di Citra Satelit Daerah Dataran Tinggi Dieng?
161
a. Tahu
b.Ragu-ragu
c.Tidak tahu
6. Apakah anda mengetahui arti warna yang ada di di citra satelit Dataran Tinggi Dieng? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
7. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam gambar citra satelit Dataran Tinggi Dieng? a. Tahu
b.Ragu-ragu
c. Tidak tahu
8. Apakah anda mengetahui jarak rumah anda dengan kawah berdasarkan citra satelit kawasan dataran tinggi dieng? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
9. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan kawasan rawan bencana? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
10. Apakah anda mengetahui letak kawah yang yang berpotensi mengeluarkan gas beracun di dalam citra satelit? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
11. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas beracun? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
12. Apakah anda mengetahui letak pos kesehatan seandainya terjadi keracunan gas beracun? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c.Tidak tahu
13. Apakah anda mengetahui bahwa lokasi yang anda huni lebih rendah dari kawah timbang? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
14. Apakah anda mengetahui bahwa jalan simbar ke timur dan jalan serang ke timur merupakan aliran gas beracun? a.
Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
15. Apakah anda mengetahui bahwa ada 2 patahan yang saling berpotongan berpusat di kawah timbang? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
162
16. Apakah anda mengetahui tanda larangan yang dibuat oleh BPBD berdasarkan rekomendasi dari PVMBG sesuai dengan peta kawasan rawan bencana? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
17. Apakah anda mengetahui peringatan dini adanya gas beracun yang membahayakan keselamatan? a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
163
Lampiran 11 KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI PETA RBI - [PENELITIAN]
Resp
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
TOTAL
Skor Max
%
Kategori
R1
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
51
51
100.00
T
R3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
48
51
94.12
T
R4
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
49
51
96.08
T
R5
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R6
1
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
1
2
1
3
3
1
26
51
50.98
TT
R7
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R8
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R9
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
51
51
100.00
T
R10
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R11
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
49
51
96.08
T
R12
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
51
51
100.00
T
R13
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
51
94.12
T
R14
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
49
51
96.08
T
164
R15
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
47
51
92.16
T
R16
3
2
1
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
47
51
92.16
T
R17
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
2
3
46
51
90.20
T
R18
1
2
2
2
3
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
24
51
47.06
TT
R19
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R20
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
51
94.12
T
R21
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
49
51
96.08
T
R22
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
51
94.12
T
R23
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
2
3
2
3
3
2
45
51
88.24
T
R24
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
49
51
96.08
T
R25
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
51
51
100.00
T
R26
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R27
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
49
51
96.08
T
R28
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
51
51
100.00
T
R29
2
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
46
51
90.20
T
R30
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R31
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
51
51
100.00
T
R32
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
51
94.12
T
165
R33
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
49
51
96.08
T
R34
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
47
51
92.16
T
R35
2
2
1
2
2
3
2
2
2
2
3
2
3
1
3
2
3
37
51
72.55
R
R36
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
2
3
46
51
90.20
T
R37
1
2
2
2
3
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
24
51
47.06
TT
R38
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R39
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
51
94.12
T
R40
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
49
51
96.08
T
R41
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
51
94.12
T
R42
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
2
3
2
3
3
2
45
51
88.24
T
R43
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
49
51
96.08
T
R44
2
3
2
3
2
2
2
1
1
1
3
2
3
2
3
3
3
38
51
74.51
R
R45
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R46
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
49
51
96.08
T
R47
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
51
51
100.00
T
R48
2
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
46
51
90.20
T
R49
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R50
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
51
51
100.00
T
166
R51
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
50
51
98.04
T
R52
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
45
51
88.24
T
R53
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
51
51
100.00
T
R54
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
51
94.12
T
167
Lampiran 12 KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI CITRA SATELIT [PENELITIAN]
Resp
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
TOTAL
Skor Max
%
Kategori
R1
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
3
47
51
92.16
T
R2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
46
51
90.20
T
R3
3
3
3
2
3
3
1
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
44
51
86.27
T
R4
2
1
1
3
3
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
3
43
51
84.31
T
R5
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
45
51
88.24
T
R6
3
1
1
1
3
1
2
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
26
51
50.98
TT
R7
3
1
1
1
3
1
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
41
51
80.39
T
R8
3
3
3
1
3
3
1
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
44
51
86.27
T
R9
3
3
1
2
2
1
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
3
37
51
72.55
R
R10
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
48
51
94.12
T
R11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
3
1
3
3
25
51
49.02
TT
R12
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
47
51
92.16
T
R13
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
48
51
94.12
T
R14
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
49
51
96.08
T
R15
3
3
3
2
3
3
1
3
3
2
2
2
3
3
3
2
3
44
51
86.27
T
168
R16
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
48
51
94.12
T
R17
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
47
51
92.16
T
R18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
3
1
2
3
24
51
47.06
TT
R19
1
1
1
2
3
1
1
1
3
3
1
3
1
3
3
3
1
32
51
62.75
R
R20
3
1
1
1
3
1
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
41
51
80.39
T
R21
3
3
3
2
3
3
1
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
44
51
86.27
T
R22
1
1
1
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
41
51
80.39
T
R23
1
1
1
3
2
1
1
1
2
3
1
3
1
2
3
3
1
30
51
58.82
R
R24
1
3
3
2
3
3
1
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
42
51
82.35
T
R25
3
3
3
2
2
3
1
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
39
51
76.47
R
R26
3
3
3
1
2
2
2
2
2
3
1
3
2
2
2
2
3
38
51
74.51
R
R27
1
1
1
2
3
1
1
1
3
2
1
3
1
2
3
3
1
30
51
58.82
R
R28
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
48
51
94.12
T
R29
1
3
3
2
3
3
1
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
42
51
82.35
T
R30
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
49
51
96.08
T
R31
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
48
51
94.12
T
R32
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
47
51
92.16
T
R33
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
1
2
44
51
86.27
T
R34
3
1
1
1
3
1
3
2
3
2
2
3
2
3
3
3
3
39
51
76.47
R
169
R35
2
2
1
2
2
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
2
2
27
51
52.94
TT
R36
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
49
51
96.08
T
R37
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
2
3
2
2
27
51
52.94
TT
R38
1
1
1
2
3
1
1
1
3
2
1
3
1
2
3
3
2
31
51
60.78
R
R39
1
3
3
2
3
3
1
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
42
51
82.35
T
R40
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
47
51
92.16
T
R41
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
33
51
64.71
R
R42
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
48
51
94.12
T
R43
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
48
51
94.12
T
R44
2
3
2
3
1
1
1
1
1
3
2
3
3
1
2
3
3
35
51
68.63
R
R45
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
48
51
94.12
T
R46
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
47
51
92.16
T
R47
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
47
51
92.16
T
R48
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
46
51
90.20
T
R49
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
48
51
94.12
T
R50
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
47
51
92.16
T
R51
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
46
51
90.20
T
R52
1
3
3
2
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
3
2
40
51
78.43
R
R53
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
46
51
90.20
T
170
R54
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
2
45
51
88.24
T
Lampiran 13 Frequency Table Umur
Valid
Frequency 15 15 16 8 54
20 - 27 tahun 28 - 35 tahun 36 - 43 tahun 44 - 51 tahun Total
Percent 27,8 27,8 29,6 14,8 100,0
Valid Percent 27,8 27,8 29,6 14,8 100,0
Cumulative Percent 27,8 55,6 85,2 100,0
Jenis Kelamin
Valid
Laki-laki Perempuan Total
Frequency 23 31 54
Percent 42,6 57,4 100,0
Valid Percent 42,6 57,4 100,0
Cumulative Percent 42,6 100,0
Pekerjaan
Valid
Guru IRT Pedagang Perangkat Desa Petani Sekdes Wiras was ta Total
Frequency 2 15 4 7 23 2 1 54
Percent 3,7 27,8 7,4 13,0 42,6 3,7 1,9 100,0
Valid Percent 3,7 27,8 7,4 13,0 42,6 3,7 1,9 100,0
Cumulative Percent 3,7 31,5 38,9 51,9 94,4 98,1 100,0
Pendidikan
Valid
SD SMP SLTA D2 D3 S1 Total
Frequency 5 16 23 1 2 7 54
Percent 9,3 29,6 42,6 1,9 3,7 13,0 100,0
Valid Percent 9,3 29,6 42,6 1,9 3,7 13,0 100,0
171
Cumulative Percent 9,3 38,9 81,5 83,3 87,0 100,0
172
Lampiran 14 Descriptives
Descriptive Statistics N Umur Kecerdas an Vis ual Spas ial Melalui Peta RBI Kecerdas an Vis ual Spas ial Melalui Citra Satelit
54
Minimum 20
Maximum 51
Mean 34,07
Std. Deviation 7,80
54
47,06
100,00
92,30
12,03
54
47,06
96,08
81,66
14,17
173
Lampiran 15 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa, b Mos t Extreme Differences
Mean Std. Deviation Abs olute Pos itive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Tes t dis tribution is Normal. b. Calculated from data.
Kecerdas an Vis ual Spas ial Melalui Peta RBI 54 92,304 12,032 ,282 ,261 -,282 2,076 ,000
Kecerdas an Vis ual Spas ial Melalui Citra Satelit 54 81,845 14,239 ,196 ,159 -,196 1,441 ,031
174
Lampiran 16
NPar Tests
Descriptive Statistics N Kecerdas an Vis ual Spas ial Melalui Peta RBI Kecerdas an Vis ual Spas ial Melalui Citra Satelit
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
54
92,30
12,03
47,06
100,00
54
81,85
14,24
47,06
96,08
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks N Kecerdas an Vis ual Spas ial Melalui Citra Satelit - Kecerdas an Vis ual - Spasial Melalui Peta RBI
Negative Ranks
44a
Mean Rank 26,77
Sum of Ranks 1178,00
Pos itive Ranks
5b
9,40
47,00
c
Ties
5
Total
54
a. Kecerdas an Vis ual - Spas ial Melalui Citra Satelit < Kecerdasan Visual Spas ial Melalui Peta RBI b. Kecerdas an Vis ual - Spas ial Melalui Citra Satelit > Kecerdasan Visual Spas ial Melalui Peta RBI c. Kecerdas an Vis ual - Spas ial Melalui Citra Satelit = Kecerdasan Visual Spas ial Melalui Peta RBI
175
176
177
177