Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) Yogyakarta, 28 Maret 2015
ISSN: 2089-9815
PENGUJIAN KINERJA MODIFIKASI PROTOKOL AODV DENGAN ETX METRIC Agus Purnomo 1, Widyawan2, Warsun Najib3 Teknik Elektro ,Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada Jln. Grafika 2 Yogyakarta 55281 Indonesia 1 E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Jaringan wireless ad hoc terdiri dari node yang bersifat independen. Antar node mampu berkomunikasi tanpa menggunakan jaringan infrastruktur. Setiap node bisa bertindak sebagai transmitter dan receiver dan juga sebagai router untuk menyediakan jalur komunikasi antar node yang tidak bisa berkomunikasi secara langsung. Pada jaringan wireless ad hoc yang komplek dan dinamis dibutuhkan sebuah protokol routing yang mampu mengelola rute dengan handal. Salah satu protokol adhoc adalah AODV. AODV adalah salah satu jenis protokol reaktif. AODV menggunakan perhitungan hop untuk menentukan rute yang paling bagus. Ada sisi keuntungannya yaitu end-to-end delay akan sangat kecil jika link berkwalitas bagus. AODV akan tetap memilih rute dengan jumlah hop yang sedikit walaupun kwalitas link buruk. Pada penelitian ini dilakukan pengoptimalan protokol AODV dengan memodifikasi metrik AODV dengan ETX (Expected Transmission Count). Protokol AODV yang telah dimodifikasi disebut protokol AODV-ETX. Dari hasil pengujian didapatkan performa AODV-ETX lebih bagus dibandingkan AODV, yaitu rata-rata throughput lebih besar 71,6%, rata-rata end-toend delay lebih kecil 2,2%, rata-rata overhead lebih kecil 60,03% dan rata-rata packet delivery ratio lebih besar 71,7%. Kata Kunci: AODV,ETX,overhead, throughput, end-to-end delay, packet delivery ratio(PDR) ABSTRACT Ad hoc wireless networks consist of nodes that are independent. Between nodes able to communicate without the use of network infrastructure. Each node can act as a transmitter and receiver and also as a router to provide communication path between nodes that can not communicate directly. A dynamic and complex ad hoc wireless network require a routing protocol that is able to manage route reliably. One of the ad hoc protocol is AODV. AODV is a reactive type of protocol. AODV uses hop calculation to determine the best route. The benefit of AODV is that end-to-end delay would be very small if links in good quality. AODV will still choose a route with small number of hops eventhough the bad quality link. In this study conducted by AODV protocol optimization by modifying the AODV metric with ETX (Expected Transmission Count). The modified AODV protocol is called AODV protocol-ETX. From the test result obtained, the performance of AODV-ETX is better compare to AODV, which is throughput average is 71.6% greater, end-to-end delay average is 2.2% smaller, overhead average is 60.03 % smaller and packet delivery ratio average is 71.7% greater. Keywords : AODV,ETX,overhead, throughput, end-to-end delay, packet delivery ratio(PDR) 1.
PENDAHULUAN Komunikasi wireless telah di demonstrasikan dengan sukses oleh Nikola Telsa pada tahun 1893. Walaupun teknik komunikasi wireless telah digunakan sejak saat itu, namun pada abad ke-20 komunikasi wireless misalnya ponsel baru berkembang. Dibandingkan dengan jaringan kabel konvensional keuntungan dari jaringan wireless diantarnya adalah pengurangan infrastruktur dan dukungan untuk komunikasi mobile.Didorong oleh keberhasilan dari revolusi selular, penelitian yang banyak digeluti di bidang komunikasi wireless mengarah pada komunikasi wireless yang tidak tergantung pada infrastruktur tetap. Jaringan ini disebut Mobile Ad hoc Network ( MANET) (Bulent Tavli, 2006).
MANET adalah jaringan wireless Ad hoc yang terdiri node yang bersifat independen yang bergerak secara dinamis membentuk model jaringan yang berubah secara dinamis. Setiap node bisa bertindak sebagai transmitter dan receiver dan juga sebagai router untuk menyediakan jalur komunikasi antar node yang tidak bisa berkomunikasi secara langsung(Hendrawan, 2010)(Roy, 2011). Pada jaringan MANET, ketika salah satu node bergerak di luar jangkauan transmisi node yang lain maka link dapat putus. Untuk itu dibutuhkan suatu protokol routing yang efisien dan handal untuk menangani perubahan setiap rute. Selain itu protokol routing yang efisien juga harus bisa mengatasi karakteristik jaringan ad hoc yang memiliki resources terbatas seperti keterbatasan enengi dan keterbatasan bandwidth. Internet Engineering Task 387
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) Yogyakarta, 28 Maret 2015
Force (IETF) telah menstandarkan dua jenis protokol routing pada jaringan ad hoc, yaitu protokol routing yang bersifat proaktif dan reaktif. Salah satu varian protokol routing yang bersifat reaktif adalah AODV (Adhoc On Demand Distance Vector)(Hendrawan, 2010)(Roy, 2011).Pada protokol AODV, rute baru akan dibentuk jika akan dibutuhkan. Metrik yang dipakai untuk menentukan rute yang terbagus adalah jumlah hop. Rute yang memiliki jumlah hop antara node sumber sampai ke node tujuan yang paling sedikit adalah rute yang terbaik. Ada sisi keunggulan yang didapat menggunakan matrik jumlah hop, salah satunya yaitu end-to-end delay yang kecil jika kwalitas link yang bagus. AODV akan tetap memilih rute dengan jumlah hop yang sedikit walaupun kwalitas link buruk, dan akhirnya akan membuat performa pengiriman data tidak optimal. Maka dari itu dibutuhkan terobosan untuk mengoptimalkan AODV agar menghasilakan rute yang menunjang performa pengiriman data dalam jaringan ad hoc. 2.
AD HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) Protokol AODV lebih minim overhead dibanding protokol proaktif yang meng-update rute di tabel routing di tiap nodenya secara berkala(Hendrawan, 2010). Dan juga memiliki efisiensi energi yang lebih baik dibandingkan dengan protokol proaktif dan reaktif (Bhabani Sankar Gouda, 213).AODV memiliki batas waktu expired time dari entry-entry di tabel routing nya(Hendrawan, 2010). AODV menggabungkan aspek keunggulan dari kedua algoritma, dimana menggunakan pola pemeliharaan rute dari DSR dan penggunaan hop per hop sequence number beserta update-nya dari DSDV (Verma, 2010). AODV menggunakan tabel routing dengan satu entry untuk setiap tujuan dan akan menjaga timer-based state pada setiap nodenya. AODV berjenis unipath routing karena hanya dibuat satu jalur untuk satu jalur komunikasi (Stephen Mueller, 2004).Jika rute pada tabel routing jarang digunakan atau telah melewati TTL (Time To Live) nya maka entry akan expired (Hendrawan, 2010). Algoritma AODV terinspirasi dari algoritma Bellman-Ford seperti DSDV. Rute dibentuk dengan proses route discovery. Pada proses route discovery dilakukan pengiriman paket RREQ oleh node sumber kepada node tetangga dan paket RREP oleh node tujuan kepada node tetangga menuju node sumber. Jika terjadi kerusakan pada link, maka akan dikirimkan paket route error ( RRER) secara unicast ke semua forwarder (Dhaval K. Patel, 2010). 3.
EXPECTED TRANSMISSION COUNT METRIC (ETX) ETX adalah nilai prediksi keberhasilan pengiriman data dalam sebuah link. ETX dari rute adalah jumlah nilai ETX setiap link dalam sebuah
ISSN: 2089-9815
rute. Sebagai contoh, ETX dari rute tiga-hop dengan link yang sempurna adalah tiga; ETX dari rute satuhop dengan rasio pengiriman 50% adalah dua. ETX dari setiap link dihitung dengan forward and reverse delivery ratios. Forward delivery ratios( df) adalah pengukuran probabilitas paket data berhasil tiba dipenerima. Reverse delivery ratios (dr) adalah probabilitas paket ACK yang berhasil diterima. Rasio pengiriman tersebut bisa diukur seperti yang dijelaskan di bawah ini(Kamakshi, 2013). Nilai ETX dari setiap link dihitung dengan persamaan 1:
(1) ETX memiliki beberapa karakteristik penting: a. ETX didasarkan pada rasio pengiriman, yang secara langsung mempengaruhi throughput. b. ETX mendeteksi dan tepat menangani asymmetry dengan memasukkan loss ratios disetiap arah. c. ETX dapat menggunakan pengukuran rasio link loss yang tepat untuk membuat keputusan antara rute fine-grained. d. ETX mampu menghilangkan rute dengan jumlah hop banyak dan memiliki throughput rendah. e. ETX cenderung untuk meminimalkan penggunaan spektrum dan memaksimalkan kapasitas sistem secara keseluruhan. 4. PARAMETER PENGUJIAN Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Throughput, merupakan total jumlah packet data yang diterima tiap detik oleh penerima. Semakin besar nilai throughput semakin baik. Throughput dihitung dalam satuan kbps (Wibisono, 2013).Perhitungan throughput dapat dilakukan dengan persamaan 2.
throughput =
b.
packet _ size
( stop _ time start _ time)
(2) End-to-end delay, merupakan waktu yang diperlukan mulai dari sebuah paket dikirimkan hingga paket tersebut diterima dan memberikan acknowledgement kepada pengirim paket(Wibisono, 2013). Semakin kecil nilai end-to-end delay, maka semakin bagus performa dari protokol tersebut. Perhitungan end-to-end delay dapat dilakukan dengan persamaan 3.
end-to-end delay =
waktu _ tempuh _ paket recieved _ packet
(3) 388
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) Yogyakarta, 28 Maret 2015
c.
Routing Overhead, merupakan total jumlah paket yang di routing-kan berbanding dengan jumlah paket yang diterima oleh penerima. Routing overhead ini dapat diperoleh dengan cara menghitung banyaknya paket yang dirouting dibagi dengan banyaknya paket yang diterima oleh penerima(Wibisono, 2013). Perhitungan routing overhead dapat dilakukan dengan persamaan 4.
routing overhead =
d.
ISSN: 2089-9815
kita cek dengan teknik static route. Parameter penguji yang diukur dalam skenario ini adalah throughput, end-to-end delay, routing overhead, packet delivery ratio (PDR). Protokol yang diuji adalah protokol AODV, AODV-ETX, static route. Setiap nilai parameter pengujian yang diperoleh dari ke-3 protokol tersebut akan dibandingkan.Topologi yang digunakan dalam skenario ini masih sederhana, hanya dipakai 4 node dengan susunan topologi ditunjukkan pada gambar 1. Node 0 bertindak sebagai node sumber dan node 3 bertindak sebagai node tujuan. Node sumber mengirimkan paket CBR dengan ukuran 1000byte/paket.
routing _ pakcet (%) packet _ recieved
(4) Packet delivery ratio (PDR) adalah rasio antara paket yang berhasil diterima oleh tujuan dengan paket yang dikirim oleh sumber(Pankaj Rohal, 2013). Secara matematis, dihitung dengan persamaan 5. PDR =
Packet _ send Packet _ recieved
(5)
5.
SKENARIO PENGUJIAN Untuk mengetahui kinerja protokol AODV yang telah dimodifikasi dengan ETX maka dilakukan beberapa sekenario pengujian. Pengujian dilakukan dengan menggunakan software simulator NS2. Setiap skenario pengujian penggunakan parameter konfigurasi jaringan ad hoc seperti ditunjukan pada tabel 1.
Gambar 1. Topologi skenario1
Tabel 1. Parameter konfigurasi jaringan adhoc pada software simulator NS2 Parameter Channel type TX Power TX RX Gain Posisi antena dari tanah Propagation model MAC layer Routing protocol Traffic model Total simulation time Number of nodes Transmission range
b.
Nilai Wireless channel 0.28W 1 1.5m shadowing IEEE 802.11B AODV,AODVETX, Static route CBR, 100 byte 0 - 100S dan 0-300s 4 dan 25 250m
Rancangan skenario pengujian sebagai berikut: a. Skenario 1. Pada skenario ini digunakan untuk mengecek apakah modifikasi AODV dengan metrik ETX (AODV-ETX) sudah berjalan. Indikasi keberhasilannya adalah rute yang dipilih tidak lagi sama dengan rute AODV, Namun rute yang dipilih akan sama dengan rute jalur terbaik yang 389
Skenario 2 Pada skenario ini digunakan untuk mengecek performa AODV yang dimodifikasi dengan metrik ETX (AODV-ETX) dengan topologi yang komplek. Parameter penguji yang diukur dalam skenario ini adalah throughput, end-toend delay, routing overhead, packet delivery ratio (PDR). Protokol yang diuji adalah protokol AODV, AODV-ETX. Setiap nilai parameter pengujian yang diperoleh dari ke-2 protokol tersebut akan dibandingkan. Topologi yang dipakai bermodel grid dengan jumlah node 25 dan jarak natar node adalah 100 meter. Node 0 bertindak sebagai node sumber dan node 24 bertindak sebagai node tujuan. Node sumber mengirimkan paket CBR dengan ukuran 1000byte/paket. Topologi Skenario 2 ditunjukkan pada gambar 2.
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) Yogyakarta, 28 Maret 2015
ISSN: 2089-9815
Gamabar 3. Grafik throughput skenario1 c.
Grafik end-to-end delay pengukuran topologi skenario 1 ditunjukkan pada gambar 4. 350
6.
RUTE 0-3 0-1-2-3
681,76
AODV
150
AODV-ETX
100
STSTIC ROUTE
50 50
100
150
Gamabar 4. Grafik end-to-end delay skenario1 d.
Grafik Overhead pengukuran topologi skenario 1 ditunjukkan pada gambar 5. 250 200
1023,12
0-2-3
200
WAKTU SIMULASI (s)
330,98 387,1
250
0
THROUGHPUT( kbps)
0-1-3
300
0
OVERHEAD (%)
HASIL DAN ANALISA SKENARIO 1 Dari hasil pengujian didapatkan grafik hubungan antara data AODV, AODV-ETX dan static route sebagai berikut. a. Untuk mendapatkan rute pengiriman data dari node 0 menuju node 3 yang paling bagus dilakukan uji coba pengukuran throughput disetiap rute yang mungkin terbentuk. Rute dibuat dengan teknik routing static. Didapatkan table rute dan nilai throughput ditunjukan pada tabel 2. Tabel 2. Tabel hasil pengujian nilai throughput disetiap route.
END-TO-END DELAY (ms)
Gambar 2. Topologi skenario 2
150 AODV
100
AODV-ETX
50 0 0
20
40
60
80
100
120
WAKTU SIMULASI (s)
Berdasarkan data dari tabel 2 bahwa rute 0-1-23 adalah rute yang paling bagus. Karena rute tersebut mampu mengirimkan data dengan kecepatan paling tinggi. Data throughput, delay, PDR, dan overhead dari rute 0-1-2-3 digunakan sebagai pembanding data throughput, delay, PDR, overhead yang dihasilkan OADV dan AODV-ETX
Gamabar 5. Grafik Overhead skenario1 e.
b. Grafik throughput hasil pengukuran topologi skenario 1 ditunjukkan pada gambar 3.
390
Grafik PDR pengukuran topologi skenario 1 ditunjukkan pada gambar 6.
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) Yogyakarta, 28 Maret 2015
ISSN: 2089-9815
Gamabar 6. Grafik PDR skenario1 Gamabar 8. Grafik end-to-end delay skenario2 Dari hasil pengujian skenario 1 yang ditunjukkan pada gambar diatas bahwa performa AODV-ETX lebih bagus dibandingkan dengan AODV. Hal ini ditunjukkan dengan nilai throughput naik 357,5% dan delay turun 85,5% . Karena mampu memilih rute yang memiliki throughput yang besar maka AODV-ETX tidak sering melakukan route discovery sehingga nilai overheadnya kecil ditunjukkan dengan persentase overhead rata-rata 3,7% . AODV mampu memilih rute yang stabil,hal ini ditunjukkan bahwa nilai throughput, delay, PDR, overhead AODV-ETX mendekati nilai milik rute yang dibuat dengan static roue .Karena rute yang dipilih stabil berdampak data yang dikirim oleh node 0 banyak yang bisa terkirim sampai node 3. Hal ini ditunjukkan dengan nilai PDR rata-rata adalah 89%. 7.
a.
c.
d.
Grafik overhead pengukuran topologi skenario 2 ditunjukkan pada gambar 9.
Gamabar 9. Grafik overhead Skenario2 Grafik PDR pengukuran topologi skenario 2 ditunjukkan pada gambar 10.
HASIL DAN ANALISA SKENARIO 2 Dari hasil pengujian didapatkan grafik hubungan antar AODV, AODV-ETX dan static route sebagai berikut. Grafik throughput hasil pengukuran topologi skenario 2 ditunjukkan pada gambar 7.
Gamabar 10. Grafik PDR skenario2 Dari hasil pengujian skenario 2 yang ditunjukkan pada gambar diatas bahwa performa AODV-ETX masih lebih bagus dibandingkan dengan AODV. Walaupun nilainya tidak sebagus pengujian skenario1. Nilai throughput, delay, PDR, overhead AODV-ETX dan AODV pada waktu pengujian 0-80s memiliki nilai yang sama. Artinya pada waktu pengujian 0-80s dimungkinkan menggunakan rute yang sama. Pada waktu pengujian ke-90-300s terlihat bahwa nilai throughput, delay, PDR, overhead AODV-
Gamabar 7. Grafik throughput skenario2 b.
Grafik end-to-end delay pengukuran topologi skenario 2 ditunjukkan pada gambar 8.
391
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) Yogyakarta, 28 Maret 2015
ETX dan AODV sudah mulai berbeda. Hal ini dimungkinkan protokol AODV-ETX telah mendapatkan rute baru yang memiliki kwalitas link yang lebih bagus. Kenapa baru pada waktu simulasi 90s? Dimungkinkan karena jumlah node yang banyak maka link antar node juga banyak dan menyebabkan perhitungan ETX total link lebih lama. AODV-ETX akan memakai rute paling terbaik diantara yang kurang baik terlebih dahulu untuk mengirimkan data dari node 0 menuju node 24. Nilai overhead pada simulasi 0-80s sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena rute yang dipilih AODV-ETX tidak stabil dibuktikan dengan nilai PDR yang sangat kecil hanya ratarata 10%, rata-rata throughput 175 kbps, dan rata-rata delay 554ms. Sehingga sering melakukan proses route discovery. Seringnya melakukan proses route discovery mengakibatkan nilai overheadnya besar dengan nilai rata-rata 418%. Pada simulasi diatas 90s, performa AODVETX sudah mulai lebih bagus dibandingkan dengan AODV. Dibuktikan dengan nilai ratarata throughput naik 71,6% , rata-rata end-toend delay turun 2,2%,rata-rata overhead turun 60,03% dan rata-rata PDR naik 71,7%.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: Modifikasi metrik pada protokol AODV dari perhitungan jumlah hop diganting dengan ETX menghasilkan performa lebih baik dari AODV biasa. Pada skenario1 yang hanya menggunakan model topologi 4 node, AODV-ETX menghasilkan kestabilan rute yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata throughput 357,5% dan turunnya rata-rata end-to-end delay sebesar 85,5%. Pada pengujian skenario 1 nilai rata-rata overhead AODV-ETX sangat kecil sebesar 3,7% dan rata-rata PDR sebesar 89% Pada skenario 2 dengan model topologi grid 25 node dengan jarak antar node 100m. Performa AODV-ETX masih lebih bagus dibandingkan dengan AODV, walaupun tidak sebagus skenario1. Pada Skenario 2 performa AODV-ETX mulai lebih bagus pada waktu simulasi diatas 90s, yang ditunjukkan dengan naiknya nilai ratarata throughput sebesar 71,6%, rata-rata overhead turun 60,03%, rata-rata PDR naik 71,7%, rata-rata end-to-end delay turun 2,2%.
ISSN: 2089-9815
8.2 Saran Saran yang dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan variasi jumlah node untuk mengetahui ketahanan performa AODV-ETX. 2. Melakukan pengujian AODV-ETX pada model jaringan node bergerak. Untuk mengetahui ketahanan performa AODV-ETX pada model topologi dinamis. 3. Melakukan perhitungan nilai konsumsi energi pada setiap node. PUSTAKA Bhabani Sankar Gouda, A.K.D.a.K.L.N., 213. A Comprehensive Performance Analysis of Energy Efficient Routing Protocols in different traffic based Mobile Ad-hoc Networks. IEEE Autom. Comput. Commun. Control Compress. Sens. IMac4s, p. 306 – 312. Bulent Tavli, W.H., 2006. Mobile AD Hoc Networks Energy-Efficient Real-Time Data Communications. Springer. Dhaval K. Patel, S.K.S.a.M.P.T., 2010. Performance Analysis of Reactive Routing Protocols with OSPF for IEEE 802.11s Wireless Mesh Network. Springer-Verl. Berl. Heidelb, 70, p.276–280. Hendrawan, I.S., 2010. MODIFIKASI PROSES ROUTE DISCOVERY PADA PROTOKOL ROUTING AODV DI JARINGAN WIRELESS AD HOC. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Telekomunikasi IT Telkom, Vol. 15. Kamakshi, S.H.a.M.B., 2013. Performance Analysis of ETX and ETT Routing Metrics Over AODV Routing Protocol in WMNs. Springer, pp.817826. Pankaj Rohal, R.D.P.D., 2013. Study and Analysis of Throughput, Delay and Packet Delivery Ratio in MANET for Topology Based Routing Protocols (AODV, DSR and DSDV). INTERNATIONAL JOURNAL FOR ADVANCE RESEARCH INENGINEERING AND TECHNOLOGY(IJARET), 1(2). Roy, R.R., 2011. Handbook of Mobile Ad Hoc Networks for Mobility Models. New York: springer. Stephen Mueller, R.P.T.D.G., 2004. Multipath Routing in Mobile Ad Hoc Networks:Issues and Challenges. Performance Tools and Applications to Networked Systems, 2965, pp.209-34.
392
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) Yogyakarta, 28 Maret 2015
Verma, D.N.a.A., 2010. Performance Evaluation of Energy Consumption of Reactive Protocols under Self- Similar Traffic. IJCSC, 1(1), p.67– 71. Wibisono, I.B.A.I.I.a.W., 2013. PEMILIHAN NODE TETANGGA YANG HANDAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN SIGNAL STRENGTH DAN LINK QUALITY PADA ZONE ROUTING PROTOCOL DI LINGKUNGAN MANET. Jurnal ilmiah Ilmu Komputer Universitas Udayana, 6(2), pp.35-48.
393
ISSN: 2089-9815