PENGUJIAN DAN ANALISA PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL MENGGUNAKAN BIODISEL DIMETHIL ESTER B-01 DAN B-02 SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
JEKSON TURNIP NIM. 06 0421 003
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
SKRIPSI
MOTOR BAKAR
PENGUJIAN DAN ANALISA PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL MENGGUNAKAN BIODISEL DIMETHIL ESTER B-01 DAN B-02 OLEH :
JEKSON TURNIP NIM : 06 0421 003 Telah diperiksa dan diperbaiki dalam seminar sarjana Periode ke – 128 tanggal 13 Juni 2009
Disetujui oleh,
Disetujui oleh,
Dosen Pembanding I
Dosen Pembanding II
Ir. Zamanhuri,M.T
Ir. Raskita S.Meliala
NIP. 130 353 113
NIP. 130 353 111
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
SKRIPSI
MOTOR BAKAR
PENGUJIAN DAN ANALISA PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL MENGGUNAKAN BIODISEL DIMETHIL ESTER B-01 DAN B-02 OLEH :
JEKSON TURNIP NIM : 06 0421 003 Telah diperiksa dan diperbaiki dalam seminar sarjana Periode ke – 128 tanggal 13 Juni 2009
Disetujui oleh,
Ir. Isril Amir NIP. 130 517 501
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
ABSTRAK Kelangkaan akan bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi mendorong dilakukannya penelitian untuk mengembangkan sumber bahan bakar alternatif lain sebagai pengganti solar . Berdasarkan pemikiran tersebut maka dilakukan pengujian mesin diesel TecQuipment type.TD4A 001 dengan menggunakan bahan bakar biodiesel dari kelapa sawit. Pada pengujian ini biodiesel yang didapat dari minyak kelapa sawit mengalami proses esterifikasi dan transesterifikasi dalam bentuk dimethil ester. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi kerja mesin berbahan bakar biodiesel dimethil ester sehingga akan tampak pengaruhnya terhadap parameter unjuk kerja mesin diesel terutama mengurangi kandungan emisi gas buang yang dihasilkan motor diesel. Penelitian ini juga akan memberikan informasi sebagai referensi bagi kalangan dunia pendidikan yang ingin melakukan riset dibidang otomotif dalam pengembangan bahan bakar biodiesel dan pengaruhnya terhadap performansi motor diesel.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, kekuatan dan hikmat yang diberikan-Nya sehingga Skripsi ini dapat Saya selesaikan dengan baik. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan untuk mencapai gelar sarjana di Departemen Teknik Mesin , Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara . Adapun Yang menjadi judul dari pada Skripsi ini yaitu
“Pengujian
dan
Analisa
Performansi
Motor
Bakar
Diesel
Menggunakan Dimethil Ester B–01 dan B-02; Pada Laboratorium Motor Bakar DTM-FT-USU, Pengujian Meliputi Emisi Gas Buang“ . Dalam menyelesaikan Skripsi ini , penulis banyak sekali mendapat dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ir. Isril Amir, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. 2. Bapak DR.ING.Ir.Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU. 3. Bapak / Ibu Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU. 4. Kedua orang tua penulis , Ayahanda A. Turnip dan Ibunda M.br.Manik serta adik-adikku Benny, Eriprada, Nelviana, Rohani, Leonardus yang terus membimbing dan mengarahkan penulis.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
5. Istri A. br. Panjaitan dan anakku Rudy Willy Theo Turnip yang sangat kusayangi, terima kasih atas segala bantuan
dan dukungan yang telah
diberikan baik berupa moril dan materil selama kuliah hingga menyelesaikan Skripsi ini. 6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin Program Pendidikan Eksensi, terkhusus stambuk 2006 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu , “ Solidarity Forever “. 7.
Staff Laboratorium Motor Bakar Deparetemen Teknik Mesin USU , bang Atin yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penelitian ini berjalan . Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Skripsi ini. Oleh karena itu , Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan Skripsi ini. Sebelum dan sesudahnya Penulis ucapkan banyak terima kasih .
Medan, 27 Mei 2009 Penulis,
Jekson Turnip
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... .iv DAFTAR TABEL .................................................................................................vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR NOTASI ................................................................................................. x
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Tujuan Pengujian .................................................................................... 3 1.3 Manfaat pengujian .................................................................................. 4 1.4 Ruang Lingkup Pengujian....................................................................... 4 1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................. 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Performansi Motor Bakar Diesel ............................................................. 6 2.1.1 Torsi dan daya .............................................................................. 6 2.1.2 Konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) ............................................ 7 2.1.3 Perbandingan udara bahan bakar (AFR) ....................................... 7 2.1.4 Efisiensi volumetris ...................................................................... 8 2.1.5 Efisiensi thermal brake .................................................................. 9 2.2 Teori Pembakaran ................................................................................... 9 2.2.1 Nilai Kalor Bahan Bakar ............................................................. 10 Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
2.3 Bahan Bakar Diesel .............................................................................. 12 2.4 Biodiesel .............................................................................................. 13 2.4.1 Karaktristik Biodiesel ................................................................. 14 2.4.2 Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit .......................................... 17 2.5 Emisi Gas Buang .................................................................................. 18 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat ................................................................................. 22 3.2 Bahan dan alat ...................................................................................... 22 3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 22 3.4 Pengamatan dan tahap pengujian .......................................................... 23 3.5 Prosedur Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar ........................................ 23 3.6 Prosedur Pengujian Performansi Motor Diesel ...................................... 27 3.7 Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang..................................................... 32
BAB 4. HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN 4.1 Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar ...................................................... 34 4.2 Pengujian Performansi Motor Bakar Diesel ........................................... 36 4.2.1 Daya ............................................................................................ 37 4.2.2 Torsi ............................................................................................ 42 4.2.3 Konsumsi bahan bakar spesifik .................................................... 47 4.2.4 Rasio perbandingan udara bahan bakar......................................... 54 4.2.5 Efisiensi volumetris ..................................................................... 61 4.2.6 Efisiensi termal brake................................................................... 67 4.3 Pengujian Emisi Gas Buang 4.3.1 Kadar carbon monoksida (CO) dalam gas buang ............................78 Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
4.3.2 Kadar nitrogen oksida (NOx) dalam gas buang................................82 4.3.3 Kadar unburned hidro carbon (UHC) dalam gas buang...................86 4.3.4 Kadar carbon dioksida (CO2) dalam gas buang................................90 4.3.5 Kadar sisa buang........................................95
oksigen
(O2)
dalam
gas
BAB 5. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan............................................................................................. .101 5.2 Saran .............................................................................................. .. 102
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 105 LAMPIRAN
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik mutu solar ......................................................................... 11 Tabel 2.2 Struktur Kimia Asam Lemak pada Biodiesel .......................................... 12 Tabel 2.3 Perbandingan Biodiesel dan Solar (Petrodiesel) ...................................... 15 Tabel 2.4 Sifat fisik dan kimia minyak jarak .......................................................... 17 Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Diesel TD4A 4-langkah ............................................ 27 Tabel 3.2 Spesifikasi TD4A 001 Instrumentation Unit ........................................... 28 Tabel 4.1 Data hasil pengujian dan perhitungan bom kalorimeter ........................... 36 Tabel 4.2 Data hasil perhitungan untuk daya ......................................................... 38 Tabel 4.3 Data hasil perhitungan untuk torsi ......................................................... 43 Tabel 4.4 Data hasil perhitungan untuk Sfc...............................................................49 Tabel 4.5 Data hasil perhitungan untuk AFR............................................................56 Tabel
4.6
Data
hasil
perhitungan
untuk
efisiensi
volumetris.....................................63 Tabel 4.7
Jumlah air yang terbentuk dari pembakaran tiap 1 kg
biodiesel................70 Tabel
4.8
Data
hasil
perhitungan
untuk
efisiensi
termal
brake..................................72 Tabel
4.9
Kadar
CO
dalam
gas
buang.......................................................................78
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Tabel4.10
Kadar
NOx
dalam
gas
buang....................................................................82 Tabel
4.11
Kadar
UHC
dalam
gas
dalam
gas
buang...................................................................86 Tabel
4.12
Kadar
CO2
buang....................................................................91 Tabel
4.13
Kadar
sisa
oksigen
(O2)
dalam
gas
buang................................................95
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Reaksi Transesterifikasi ..................................................................... 16 Gambar 3.1 Bom kalorimeter ................................................................................ 23 Gambar 3.2 Diagram alir Pengujian nilai kalor bahan bakar .................................. 25 Gambar 3.3 Mesin uji (TD4 A 001)....................................................................... 26 Gambar 3.4 TD4 A 001 4 –Stroke Diesel Engine .................................................. 26 Gambar 3.5 TD4 A 001 Instrumentation Unit........................................................ 27 Gambar 3.6 Diagram alir pengujian performansi motor bakar diesel ..................... 30 Gambar 3.7 Auto logic gas analizer ....................................................................... 31 Gambar 3.8 Diagram alir pengujian emisi gas buang motor bakar diesel ............... 32 Gambar 4.1 Grafik Daya vs putaran untuk beban 10 kg ......................................... 39 Gambar 4.2 Grafik Daya vs putaran untuk beban 25 kg ......................................... 41 Gambar 4.3 Grafik Torsi vs putaran untuk beban 10 kg.......................................... 45 Gambar 4.4 Grafik Torsi vs putaran untuk beban 25 kg .......................................... 46 Gambar 4.5 Grafik Sfc vs putaran untuk beban 10 kg ............................................ 51 Gambar 4.6 Grafik Sfc vs putaran untuk beban 25 kg ............................................ 53 Gambar 4.7 Kurva Viscous Flow Meter Calibration ............................................. 55 Gambar 4.8 Grafik AFR vs putaran untuk beban 10 kg .......................................... 59 Gambar 4.9 Grafik AFR vs putaran untuk beban 25 kg .......................................... 60 Gambar 4.10 Grafik Efisiensi volumetris vs putaran untuk beban 10 kg ................ 65 Gambar 4.11 Grafik Efisiensi volumetris vs putaran untuk beban 25 kg ................. 66 Gambar 4.12 Grafik BTE vs putaran untuk beban 10 kg......................................... 75 Gambar 4.13 Grafik BTE vs putaran untuk beban 25 kg......................................... 76 Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Gambar
4.14
Grafik
kadar
CO
vs
putaran
untuk
beban
10
kadar
Co
vs
putaran
untuk
beban
25
kadar
NOX
vs
putaran
untuk
beban
10
putaran
untuk
beban
25
kg...................................79 Gambar
4.15
Grafik
kg....................................81 Gambar
4.16
Grafik
kg.................................84 Gambar
4.17
Grafik
kadar
NOX vs
kg................................85 Gambar
4.18
Grafik
kadar
UHC
vs
putaran
untuk
beban
10
kadar
UHC
vs
putaran
untuk
beban
25
kadar
CO2
vs
putaran
untuk
beban
10
putaran
untuk
beban
25
kg................................88 Gambar
4.19
Grafik
kg.................................89 Gambar
4.20
Grafik
kg..................................92 Gambar
4.21
Grafik
kadar
CO2
vs
kg...................................94 Gambar
4.22
Grafik
kadar
O2
vs
putaran
untuk
beban
10
kadar
O2
vs
putaran
untuk
beban
25
kg....................................97 Gambar
4.23
Grafik
kg....................................99
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
DAFTAR NOTASI
Lambang
Keterangan
Satuan
PB
Daya keluaran
Watt
n
Putaran mesin
rpm
T
Torsi
N.m
Sfc
Konsumsi bahan bakar spesifik
g/kW.h
Laju aliran bahan bakar
kg/jam
sg f
Spesific gravity
9,81 m/s2
Vf
Volume bahan bakar yang diuji
ml
tf
Waktu untuk menghabiskan bahan bakar
detik
Laju aliran massa udara
kg/jam
ρa
Kerapatan udara
kg/m3
Vs
Volume langkah torak
cc
Cf
Faktor koreksi
AFR
Air fuel ratio
ηv
Efisiensi volumetrik
ηb
Efisiensi thermal brake
HHV
Nilai kalor atas bahan bakar
kJ/kg
LHV
Nilai kalor bawah bahan bakar
kJ/kg
CV
Nilai kalor bahan bakar
kJ/kg
CV
Panas jenis bom kalorimeter
kJ/kg.oC
M
Persentase kandungan air dalam bahan bakar
Qlc
Kalor laten kondensasi uap air
.
mf
.
ma
kJ/kg
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia namun sampai saat ini masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar minyak di sektor transportasi dan energi. Kenaikan harga minyak mentah dunia akhir-akhir ini memberi dampak yang besar pada perekonomian nasional, terutama dengan adanya kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM secara langsung berakibat pada naiknya biaya transportasi, biaya produksi industri dan pembangkitan tenaga listrik.Dalam jangka panjang impor BBM ini akan makin mendominasi penyediaan energi nasional apabila tidak ada kebijakan pemerintah untuk melaksanakan penganeka ragaman energi dengan memanfaatkan energi terbaharukan dan lain-lain. Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel. Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui. Beberapa bahan baku untuk pembuatan biodiesel antara lain kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, jarak pagar, tebu dan beberapa jenis tumbuhan lainnya. Dari beberapa bahan baku tersebut di Indonesia yang punya prospek untuk diolah menjadi biodiesel adalah kelapasawit dan jarak pagar, tetapi propek kelapa sawit lebih besat untuk pengolahan secara besar-besaran. Sebagai tanaman industri kelapa sawit telah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, teknologi pengolahannya sudah mapan. Beberapa upaya telah dilakukan dalam penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif, diantaranya adalah pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan bakar pengganti solar. Namun ditemukan beberapa kekurangan dari minyak nabati, dimana bila digunakan secara langsung akan menghasilkan senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan pada mesin, karena membentuk deposit pada pompa injektor. Disamping itu viskositasnya yang tinggi mengganggu kinerja Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
pompa injektor pada proses pengkabutan bahan bakar sehingga hasil dari injeksi tidak berwujud kabut yang mudah menguap melainkan tetesan bahan bakar yang sulit terbakar. Oleh karena itu, mesin-mesin kendaraan bermotor komersial perlu dimodifikasi jika akan menggunakan minyak nabati langsung sebagai pengganti bahan bakar solar. Hal ini tentu saja tidak ekonomis sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengubah karakteristik minyak nabati sehingga dapat mengkonversi minyak nabati kedalam bentuk metil ester asam lemak (FAME : fatty acid methil esters) yang lebih dikenal sebagai ”biodiesel”, melalui proses esterifikasi atau transesterfikasi. Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa telah mengembangkan dan menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel secara luas dengan bahan baku minyak kedelai dan minyak rapessed ( minyak canola ). Sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar dunia, Malaysia dan Indonesia juga telah mengembangkan produk biodiesel dari minyak sawit ( palm biodiesel ), meskipun belum dilakukan secara komersial. Khusus di Indonesia pengembangan biodiesel dari minyak sawit dirasa memiliki prospek yang baik dimana ketersediaan akan bahan baku yang cukup banyak sangat mendukung untuk pengembangan tersebut ( Tabel 1.1 ). Hal yang juga perlu untuk diperhatikan dalam pengembangan biodiesel ini adalah emisi gas buang yang dihasilkan harus lebih baik daripada bahan bakar solar sehingga biodiesel ini layak dijadikan alternatif pengganti solar.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Tabel 1.1 Perkembangan Luas Perkebunan Kelapa Sawit dan Produksi CPO X 1000 1997 Wilayah
1998
1999
2000
2001
2002
Luas
Prod.
Luas
Prod.
Luas
Prod.
Luas
Prod.
Luas
Prod.
Luas
Prod.
(Ha)
(ton)
(Ha)
(ton)
(Ha)
(ton)
(Ha)
(ton)
(Ha)
(ton)
(Ha)
(ton)
1.Sumatera :
1978
4768
2140
4950
2384
5924
2744
6597
2810
6850
3897
8190
A. P.Rakyat
611
1004
678
1059
801
1224
891
1569
900
1731
1477
2979
B. P.Negara
382
1637
407
1625
430
1700
438
1788
446
1803
516
1418
985
2126
1055
2266
1153
2370
1414
3240
1464
3316
1898
3794
22
33
22
32
21
29
21
34
21
37
23
34
A. P.Rakyat
6
14
6
13
6
11
6
18
6
19
6
14
B. P.Negara
11
12
11
12
11
17
11
13
11
14
12
16
4
7
4
7
4
1
4
4
4
4
5
4
3.Kalimantan:
409
437
493
491
637
523
844
741
971
834
957
1065
A. P.Rakyat
159
195
166
197
187
225
233
299
236
327
254
320
B. P.Negara
38
115
51
163
56
104
54
13
62
138
59
104
C. P.Swasta
213
127
276
131
395
194
554
309
674
369
644
640
4. Sulawesi :
88
91
112
119
102
107
108
118
114
148
143
261
A. P.Rakyat
25
43
30
46
31
47
34
53
36
61
41
65
B. P.Negara
10
21
14
42
14
11
15
12
16
16
25
49
53
27
68
31
57
49
58
53
62
71
77
148
5. Irian Jaya :
19
51
23
48
28
52
52
91
56
100
53
72
A. P.Rakyat
11
36
11
33
13
31
25
39
26
43
30
49
B. P.Negara
8
15
5
15
5
21
6
25
6
25
19
21
C. P.Swasta
0
0
6
0
10
0
21
27
24
32
4
3
C. P.Swasta 2. Jawa :
C. P.Swasta
C. P.Swasta
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan ,1997 ,1998 ,1999, 2000, 2001 , 2002. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan pengujian motor diesel dengan menggunakan bahan bakar biodiesel yang berbahan baku minyak kelapa sawit dengan memanfaatkan secara maksimal peralatan laboratorium yang ada.
1.2 Tujuan Pengujian Mengetahui pengaruh pemakaian biodiesel minyak kelapa sawit terhadap unjuk kerja mesin diesel.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
1.3 Manfaat Pengujian 1. Untuk pengembangan bahan bakar biodiesel yang akan digunakan pada mesin diesel ditinjau dari sudut prestasi mesin. 2
Memberikan informasi sebagai referensi bagi kalangan dunia pendidikan yang ingin melakukan riset dibidang otomotif dalam pengembangan bahan bakar biodiesel dan pengaruhnya terhadap performansi motor diesel.
1.4 Ruang Lingkup Pengujian 1. Biodiesel yang digunakan adalah biodiesel berbahan baku minyak kelapa sawit ( Dimethil Ester B-01 dan B-02) hasil penelitian Drs.Nimpan Bangun Msc ( Dosen Departemen Kimia FMIPA USU ). 2. Alat uji yang digunakan untuk menghitung nilai kalor pembakaran bahan bakar biodiesel adalah ”Bom Kalorimeter”. 3. Mesin uji yang digunakan untuk mendapatkan unjuk kerja motor bakar diesel adalah Mesin Diesel 4-langkah dengan 4-silinder ( TecQuipment type. TD4A 001 ) pada laboratorium Motor Bakar Departemen Teknik Mesin USU. 4. Unjuk kerja mesin diesel yang dihitung adalah : - Daya (Brake Power) - Rasio perbandingan udara-bahan bakar (Air Fuel Ratio) - Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific Fuel Consumtion) - Efisiensi Volumetris (Volumetric Effeciency) - Efisiensi termal brake (Brake Thermal Effeciency) 5. Pada pengujian unjuk kerja motor bakar diesel, dilakukan variasi putaran dan beban yang meliputi : - Variasi putaran : 1000-rpm, 1400-rpm, 1800-rpm, 2200-rpm , 2600-rpm , 2800-rpm. - variasi beban
: 10 kg dan 25 kg.
1.5 Sistematika Penulisan Tugas sarjana ini dibagi dalam beberapa bab dengan garis besar tiap bab adalah sebagai berikut : Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Bab I : Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang, tujuan, manfaat, dan ruang lingkup pengujian.
Bab II : Tinjauan Pustaka Bab ini berisikan landasan teori yang digunakan yaitu mengenai motor diesel, bahan bakar biodiesel, pembakaran motor diesel, persamaan-persamaan yang digunakan, emisi gas buang kendaraan dan pengendaliannya.
Bab III : Metodologi Pengujian Bab ini memberikan informasi mengenai tempat pelaksanaan pengujian, bahan dan peralatan yang dipakai serta tahapan dan prosedur pengujian.
Bab IV : Hasil dan Analisa Pengujian Bab ini membahas tentang hasil data yang diperoleh dari setiap pengujian melalui pembahasan perhitungan dan penganalisaan dengan memaparkan kedalam bentuk tabel dan grafik.
Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini sebagai penutup berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh.
Daftar Pustaka Daftar pustaka berisikan literatur yang digunakan untuk menyusun laporan.
Lampiran Pada lampiran dapat dilihat hasil data yang diperoleh dari pengujian dalam bentuk tabel dan Undang-undang lingkungan hidup tentang baku mutu emisi untuk mesin tidak bergerak.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Performansi Motor Diesel Motor diesel adalah jenis khusus dari mesin pembakaran dalam. Karakteristik utama dari mesin diesel yang membedakannya dari motor bakar yang lain terletak pada metode penyalaan bahan bakarnya. Dalam mesin diesel bahan bakar diinjeksikan kedalam silinder yang berisi udara bertekanan tinggi. Selama proses pengkompresian udara dalam silinder mesin, suhu udara meningkat, sehingga ketika bahan bakar
yang berbentuk kabut
halus
bersinggungan dengan udara panas ini, maka bahan bakar akan menyala dengan sendirinya tanpa bantuan alat penyala lain. Karena alasan ini mesin diesel juga disebut mesin penyalaan kompresi (Compression Ignition Engines). Motor diesel memiliki perbandingan kompresi sekitar 11:1 hingga 26:1, jauh lebih tinggi dibandingkan motor bakar bensin yang hanya berkisar 6:1 sampai 9:1. Konsumsi bahan bakar spesifik mesin diesel lebih rendah (kira-kira 25 %) dibanding mesin bensin namun perbandingan kompresinya yang lebih tinggi menjadikan tekanan kerjanya juga tinggi.
2.1.1 Torsi dan Daya Torsi yang dihasilkan suatu mesin dapat diukur dengan menggunakan dynamometer yang dikopel dengan poros output mesin. Oleh karena sifat dynamometer yang bertindak seolah–olah seperti sebuah rem dalam sebuah mesin, maka daya yang dihasilkan poros output ini sering disebut sebagai daya rem (Brake Power).
PB =
2.π .n T ..................... (2.1) 60
Lit.5 hal 27
dimana : PB = Daya keluaran (Watt) n
= Putaran mesin (rpm)
T
= Torsi (N.m)
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
2.1.2 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (Specific Fuel Consumption, SFC) Konsumsi bahan bakar spesifik adalah parameter unjuk kerja mesin yang berhubungan langsung dengan nilai ekonomis sebuah mesin, karena dengan mengetahui hal ini dapat dihitung jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah daya dalam selang waktu tertentu. Bila daya rem dalam satuan kW dan laju aliran massa bahan bakar dalam satuan kg/jam, maka : .
m f x 10 3 Sfc = ................. (2.2) PB
Lit.5 hal 2-16
dimana : Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (g/kW.h). .
m f = laju aliran bahan bakar (kg/jam). .
Besarnya laju aliran massa bahan bakar ( m f ) dihitung dengan persamaan berikut :
mf =
sg f .V f .10 −3 tf
x 3600 ........... (2.3)
Lit.5 hal 3-9
dimana : sg f = spesific gravity (dari tabel 2.4). V f = volume bahan bakar yang diuji (dalam hal ini 8 ml).
tf
= waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume uji (detik).
2.1.3 Perbandingan Udara Bahan Bakar (AFR) Untuk memperoleh pembakaran sempurna, bahan bakar harus dicampur dengan udara dengan perbandingan tertentu. Perbandingan udara bahan bakar ini disebut dengan Air Fuel Ratio (AFR), yang dirumuskan sebagai berikut : .
AFR =
ma .
................. (2.4)
Lit.5 hal 2-8
mf dengan : ma = laju aliran masa udara (kg/jam). Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Besarnya laju aliran massa udara (ma) juga dapat diketahui dengan membandingkan hasil pembacaan manometer terhadap kurva viscous flow meter calibration. Kurva kalibrasi ini dikondisikan untuk pengujian pada tekanan udara 1013 mb dan temperatur 20 0C, oleh karena itu besarnya laju aliran udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi (Cf) berikut : C f = 3564 x Pa x
(Ta + 114) Ta2,5
…….. (2.5)
Lit.5 hal 3-11
Dimana : Pa = tekanan udara (Pa) Ta = temperatur udara (K)
2.1.4 Effisiensi Volumetris Jika sebuah mesin empat langkah dapat menghisap udara pada kondisi isapnya sebanyak volume langkah toraknya untuk setiap langkah isapnya, maka itu merupakan sesuatu yang ideal. Namun hal itu tidak terjadi dalam keadaan sebenarnya, dimana massa udara yang dapat dialirkan selalu lebih sedikit dari perhitungan teoritisnya. Penyebabnya antara lain tekanan yang hilang (losses) pada sistem induksi dan efek pemanasan yang mengurangi kerapatan udara ketika memasuki silinder mesin. Efisiensi volumetrik ( η v ) dirumuskan dengan persamaan berikut :
ηv =
Berat udara segar yang terisap ..... (2.6) Berat udara sebanyak volume langkah torak
Lit.5 hal 2-9
.
ma 2 Berat udara segar yang terisap = . ..................... (2.7) 60 n
Lit.5 hal 2-10
Berat udara sebanyak langkah torak = ρ a . Vs ........ (2.8)
Lit.5 hal 2-7
Dengan mensubstitusikan persamaan diatas, maka besarnya effisiensi volumetris : .
2. m a 1 . ........................ (2.9) ηv = 60.n ρ a .Vs
Lit.5 hal 2-10
dengan : ρ a = kerapatan udara (kg/m3) Vs = volume langkah torak = 230 x 10-6 (m3). [spesifikasi mesin]
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Diasumsikan udara sebagai gas ideal, sehingga massa jenis udara dapat diperoleh dari persamaan berikut :
ρa =
Pa ………..............… (2.10) R.Ta
Lit.5 hal 3-12
Dimana : R = konstanta gas (untuk udara = 287 J/ kg.K)
2.1.5 Effisiensi Thermal Brake Kerja berguna yang dihasilkan selalu lebih kecil dari pada energi yang dibangkitkan piston karena sejumlah energi hilang akibat adanya rugi–rugi mekanis (mechanical losses). Dengan alasan ekonomis perlu dicari kerja maksimum yang dapat dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini sering disebut sebagai efisiensi termal brake (brake thermal efficiency, η b ).
Daya keluaran aktual ..............(2.11) Laju panas yang masuk
ηb =
Lit.5 hal 2-15
Laju panas yang masuk Q, dapat dihitung dengan rumus berikut : .
Q = m f . LHV ...........(2.12)
Lit.5 hal 2-8
dimana, LHV = nilai kalor bawah bahan bakar (kJ/kg) .
Jika daya keluaran ( PB ) dalam satuan kW, laju aliran bahan bakar m f dalam satuan kg/jam, maka :
ηb =
PB .
. 3600 ..........(2.13)
Lit.5 hal 2-15
m f .LHV
2.2
Teori Pembakaran Pembakaran adalah reaksi kimia, yaitu elemen tertentu dari bahan bakar
setelah dinyalakan dan digabung dengan oksigen akan menimbulkan panas sehingga menaikkan suhu dan tekanan gas. Elemen mampu bakar (combustable) yang utama adalah karbon (C) dan hidrogen (H), elemen mampu bakar yang lain namun umumnya hanya sedikit terkandung dalam bahan bakar adalah sulfur (S). Oksigen yang diperlukan untuk pembakaran diperoleh dari udara yang merupakan campuran dari oksigen dan nitrogen. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Nitrogen adalah gas lembam dan tidak berpartisipasi dalam pembakaran. Selama proses pembakaran, butiran minyak bahan bakar dipisahkan menjadi elemen komponennya yaitu hidrogen dan karbon dan masing-masing bergabung dengan oksigen dari udara secara terpisah. Hidrogen bergabung dengan oksigen untuk membentuk air dan karbon bergabung dengan oksigen menjadi karbon dioksida. Jika oksigen yang tersedia tidak cukup, maka sebagian dari karbon akan bergabung dengan oksigen dalam bentuk karbon monoksida. Pembentukan karbon monoksida hanya menghasilkan 30 % panas dibandingkan panas yang timbul oleh pembentukan karbon dioksida.
2.2.1 Nilai Kalor Bahan Bakar Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan panas. Besarnya panas yang ditimbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar sempurna disebut nilai kalor bahan bakar (Calorific Value, CV). Bedasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten pengembunan uap air dihitung sebagai bagian dari nilai kalor suatu bahan bakar, maka nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai kalor atas dan nili kalor bawah. Nilai kalor atas (High Heating Value,HHV), merupakan nilai kalor yang diperoleh secara eksperimen dengan menggunakan kalorimeter dimana hasil pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang terbentuk dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya. Secara teoritis, besarnya nilai kalor atas (HHV) dapat dihitung bila diketahui komposisi bahan bakarnya dengan menggunakan persamaan Dulong :
O HHV = 33950 C + 144200 H 2 − 2 + 9400 S ........(2.14) 8
Lit. 3 hal. 44
HHV = Nilai kalor atas (kJ/kg) C
= Persentase karbon dalam bahan bakar
H2
= Persentase hidrogen dalam bahan bakar
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
O2
= Persentase oksigen dalam bahan bakar
S
= Persentase sulfur dalam bahan bakar Nilai kalor bawah (low Heating Value, LHV), merupakan nilai kalor bahan
bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya kandungan hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15 % yang berarti setiap satu satuan bahan bakar, 0,15 bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah mol hidrogennya. Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada didalam bahan bakar (moisture). Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 kN/m2 (tekanan yang umum timbul pada gas buang) adalah sebesar 2400 kJ/kg, sehingga besarnya nilai kalor bawah (LHV) dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut : LHV = HHV – 2400 (M + 9 H2)...................(2.15)
Lit. 3 hal. 44
LHV = Nilai Kalor Bawah (kJ/kg) M
= Persentase kandungan air dalam bahan bakar (moisture) Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan
nilai kalor bawah (LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan mesin tidak terjadi pengembunan uap air. Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas (HHV) karena nilai tersebut umumnya lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME (American of Mechanical Enggineers) menentukan penggunaan nilai kalor atas (HHV), sedangkan peraturan SAE (Society of Automotive Engineers) menentukan penggunaan nilai kalor bawah (LHV).
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
2.3
Bahan Bakar Diesel Penggolongan bahan bakar mesin diesel berdasarkan jenis putaran mesinnya, dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Automotive Diesel Oil, yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin dengan kecepatan putaran mesin diatas 1000 rpm (rotation per minute). Bahan bakar jenis ini yang biasa disebut sebagai bahan bakar diesel yang biasanya digunakan untuk kendaraan bermotor. 2. Industrial Diesel Oil, yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin-mesin yang mempunyai putaran mesin kurang atau sama dengan 1000 rpm, biasanya digunakan untuk mesin-mesin industri. Bahan bakar jenis ini disebut minyak diesel. Di Indonesia, bahan bakar untuk kendaraan motor jenis diesel umumnya menggunakan solar yang diproduksi oleh PT. PERTAMINA dengan karakteristik seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Karakteristik mutu solar NO
PROPERTIES
Max
0.82
0.87
D-1298
-
3.0
D-1500
Centane Number or
45
-
Alternatively calculated Centane Index
48
-
Viscosity Kinematic at 100 0C cST
1.6
5.8
35
45
Specific Grafity 60/60 C
2.
Color astm
4.
TEST METHODS
Min
0
1.
3.
LIMITS
0
or Viscosity SSU at 100 C secs
IP
ASTM
D-613
D-88
5.
Pour Point 0C
-
65
D-97
6.
Sulphur strip % wt
-
0.5
D-1551/1552
7.
Copper strip (3 hr/100 0C)
-
No.1
D-130
8.
Condradson Carbon Residue %wt
-
0.1
D-189
9.
Water Content % wt
-
0.01
D-482
10.
Sediment % wt
-
No.0.01
D-473
11.
Ash Content % wt
-
0.01
D-482
- Strong Acid Number mgKOH/gr
-
Nil
-Total Acid Number mgKOH/gr
-
0.6
Neutralization Value : 12.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
13. 14.
Flash Point P.M.c.c 0F
150
-
D-93
40
-
D-86
Distillation : 0
- Recovery at 300 C % vol
Sumber : www.Pertamina.com
2.4 Biodiesel Biodiesel adalah bahan bakar yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan atau lemak hewan. Komposisi biodiesel umumnya terdiri dari berbagai jenis asam lemak (tabel 2.2) yang melalui proses kimiawi ditransformasi menjadi ”Metil Ester Asam Lemak” (Fatty Acid Methil Esters = FAME). Tabel 2.2 Struktur Kimia Asam Lemak Pada Biodiesel Nama
Jumlah
Asam
Atom
Lemak
Karbon
Struktur Kimia
dan Ikatan Rangkap Capriylic
C8
CH3(CH2)6COOH
Capric
C 10
CH3(CH2)8COOH
Lauric
C 12
CH3(CH2)10COOH
Myristic
C 14
CH3(CH2)12COOH
Palmitic
C 16 : 0
CH3(CH2)14COOH
Palmitoleic
C 16 : 1
CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7COOH
Stearic
C 18 : 0
CH3(CH2)16COOH
Oleic
C 18 : 1
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH
Linoleic
C 18 : 2
CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH
Linolenic
C 18 : 3
CH3(CH2)2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7CCOOH
Arachidic
C 20 : 0
CH3(CH2)18COOH
Eicosenic
C 20 : 1
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)9COOH
Behenic
C 22 : 0
CH3(CH2)20COOH
Eurcic
C 22 : 1
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)11COOH
Sumber : Biodisel Handling and Use Guedelines, National Renewable Energy Laboratory-A national Laboratory of the U.S. Departement of Energys
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Cara
memproduksi
biodiesel
dapat
dilakukan
melalui
proses
transesterfikasi minyak nabati dengan metanol atau esterfikasi langsung asam lemak hasil hidrolisis dengan metanol. Namun, transesterfikasi lebih intensif dikembangkan karena proses ini lebih efisien dan ekonomis. Pemanfaatan minyak nabati sebagai pengganti bahan bakar yang berasal dari minyak bumi khususnya solar telah lama dikenal namun pengembangan produk
biodiesel
ternyata
lebih
menggembirakan
dibandingkan
dengan
pemanfaatan minyak nabati yang langsung digunakan sebagai bahan bakar karena proses termal (panas) di dalam mesin akan teroksidasi atau terbakar secara relatif sempurna, tetapi dari gliserin akan terbentuk senyawa akrolein dan terpolimerisasi menjadi senyawa plastis yang agak padat. Senyawa ini menyebabkan kerusakan pada mesin, karena membentuk deposit pada pompa injektor. Karena itu perlu dilakukan modifikasi pada mesin-mesin kendaraan bermotor komersial apabila menggunakan minyak nabati langsung sebagai pengganti bahan bakar solar. Selain dapat digunakan langsung, biodiesel juga dapat dicampur dengan solar atau minyak diesel lainnya dengan tujuan untuk mengubah karakteristiknya agar sesuai dengan kebutuhan. Bahan bakar yang mengandung biodiesel kerap dikenal sebagai ”BXX” yang merujuk pada suatu jenis bahan bakar dengan komposisi XX % biodiesel dan 1-XX % minyak diesel. Sebagai contoh, B01 merupakan campuran 50 % biodiesel B20 dengan 50% minyak diesel sedangkan B02 merupakan campuran dari 20 % biodiesel B10 dan 80 % minyak diesel.
2.4.1 Karakteristik Biodiesel Biodiesel tidak mengandung nitrogen atau senyawa aromatik dan hanya mengandung kurang dari 15 ppm (part per million) sulfur. Biodiesel mengandung kira-kira 11 % oksigen dalam persen berat yang keberadaannya mengakibatkan berkurangnya kandungan energi (LHV menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan solar) namun menurunkan kadar emisi gas buang yang berupa karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), partikulat dan jelaga. Kandungan energi biodiesel kira-kira 10 % lebih rendah bila dibandingkan dengan solar. Efisiensi bahan bakar dari biodiesel kurang lebih sama dengan solar, yang berarti daya dan
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
torsi yang dihasilkan proporsional dengan kandungan nilai kalor pembakarannya (LHV). Kandungan asam lemak dalam minyak nabati yang merupakan bahan baku biodiesel menyebabkan biodiesel sedikit kurang stabil bila dibandingkan solar khususnya dalam hal terjadinya oksidasi. Perbedaan bahan baku menyebabkan kestabilan antara biodiesel yang satu berbeda dari biodiesel yang lainnya tergantung dari jumlah ikatan rangkap dari rantai karbon yang dikandungnya (C=C). Semakin besar jumlah ikatan rangkap rantai karbonnya maka kecenderungan untuk mengalami oksidasi semakain besar. Sebagai contoh, C 18 : 3 yang mempunyai tiga ikatan rangkap mempunyai sifat tiga kali lebih reaktif untuk mengalami oksidasi dibandingkan C 18 : 0 yang tidak memiliki tiga ikatan rangkap. Kestabilan suatu biodiesel dapat diprediksi dengan mengetahui jenis bahan bakunya. Kestabilan yang rendah dari suatu jenis biodiesel dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas, menaikkan viskositas dan terbentuknya gums dan sedimen yang dapat menyumbat saringan bahan bakar. Oleh karena itu, biodiesel dan bahan bakar yang mengandung campurannya sebaiknya tidak disimpan lebih dari 6 bulan karena lamanya penyimpanan mempengaruhi terjadinya oksidasi. Salah satu cara yang dapat diupayakan bila biodiesel harus disimpan lebih dari 6 bulan adalah dengan menambahkan anti oksidan. Jenis anti oksidan yang dapat bekerja dengan baik pada biodiesel antara lain TBHQ (t-butyl hydroquinone), Tenox 21 dan Tocopherol (Vitamin E). Biodiesel mempunyai sifat melarutkan (Solvency). Hal ini dapat menimbulkan permasalahan, dimana bila digunakan pada mesin diesel yang sebelumnya telah lama menggunakan solar dan didalam tangki bahan bakarnya telah terbentuk sedimen dan kerak, maka biodiesel akan melarutkan sedimen dan kerak tersebut sehingga dapat menyumbat saluran dan saringan bahan bakar. Oleh karena itu, bila kandungan sedimen dan kerak pada tangki bahan bakar cukup tinggi, sebaiknya diganti sebelum menggunakan biodiesel. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan tidak menggunakan biodiesel murni melainkan campurannya. Sifat pelarut dari bahan bakar yang mengandung campuran biodiesel akan semakin berkurang seiring dengan berkurangnya kadar biodiesel Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
didalamnya. Penelitian menunjukkan bahwa campuran antara biodiesel dan solar dengan komposisi 20 % : 80 % (B02) mempunyai sifat pelarut yang cukup kecil sehingga dapat ditoleransi. Beberapa material seperti kuningan, tembaga, timah, dan seng dapat mengoksidasi biodiesel dan menghasilkan sedimen. Untuk mencegah hal ini, peralatan yang bersentuhan langsung dengan biodiesel sebaiknya terbuat dari stainless steel atau aluminium. Selain bereakasi terhadap sejumlah meterial logam, biodiesel juga cenderung menyebabkan peralatan yang terbuat dari karet alam mengembang sehingga sebaiknya diganti dengan karet sintetis. Biodiesel murni mempunyai sifat pelumas yang baik, bahkan campuran bahan bakar yang mengandung biodiesel dalam komposisi yang rendah masih memiliki sifat pelumas yang jauh lebih baik dibanding solar. Seperti halnya bahan bakar diesel lainnya, biodiesel dapat berubah fasa menjadi ”gel” pada temperatur yang rendah. Biodiesel memiliki tempertur titik tuang (pour point) yang lebih tinggi yaitu sekitar -15 sampai 100C dibandingkan solar, -35 sampai -150C sehingga pemakaian biodiesel murni pada daerah rendah kurang dianjurkan. Untuk menurunkan temperatur titik tuang biodiesel dapat dilakukan dengan mencampurkan solar, semakin besar komposisi solar dalam campuran, maka semakin rendah temperatur titik tuangnya.
Tabel 2.3 Perbandingan Biodiesel dan Solar (Petrodiesel) Fisika Kimia Kelembaman (%) Energi Power Komposisi Modifikasi Engine Konsumsi Bahan Bakar Lubrikasi Emisi
Penanganan Lingkungan Keberadaan
Biodiesel 0.1 Energi yang dihasilkan 128.000 BTU Metil Ester atau asam lemak Tidak diperlukan Sama
Solar 0.3 Energi yang dihasilkan 130.000 BTU Hidrokarbon Sama
Lebih tinggi CO rendah, total hidrokarbon, sulfur dioksida, dan nitroksida Flamable lebih rendah Toxisitas rendah Terbarukan (renewable)
Lebih rendah CO tinggi, total hidrokarbon, sulfur dioksida, dan nitroksida Flamable lebih tinggi Toxisitas 10 kali lebih tinggi Tidak terbarukan
Sumber : CRE-ITB, NOV. 2001 Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
2.4.2 Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit Proses pembuatan biodiesel dari kelapa sawit adalah melalui proses transesterifikasi, dilanjutkan dengan pencucian, pengeringan dan terakhir filtrasi, tetapi jika bahan baku dari CPO maka sebelumnya perlu dilakukan esterfikasi. 1. Transesterifikasi Transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH) dengan minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58 – 650C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya
dipanaskan
hingga
suhu
yang
telah
ditentukan.
transesterifikasi dilengkapai dengan pemanas dan pengaduk.
Reaktor
Selama proses
pemanasan pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reaktor 630C, campuran metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reaktor. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94 %. Selanjutnya produk ini diendapkan untuk memisahkan gliserol dan metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor agar tidak menggangu proses transesterifikasi II. Selanjutnya dilakukan transesterifikasi II pada metil ester dan setelah selesai dilakukan pengendapan dalam waktu yang lebih lama agar gliserol yang masih tersisa bisa terpisah.
Trigliserida
Metanol
Metil-Ester
Gliserol
Gambar 2.1 Reaksi Transesterifikasi
2. Pencucian Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 550C. pencucian dilakukan tiga kali sampai pH menjadi normal (pH 6,8 – 7,2). 3. Pengeringan Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester. Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 950C secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada alat pengering. 4. Filtrasi Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses berlangsung, seperti kerak (kerak besi) yang berasal dari dinding reaktor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan baku.
Tabel : 2.4 Karakteristik Mutu Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit Parameter
Palm Biodiesel
ASTM PS 121
Viskositas pada 400C
5,0 – 5,6
1,6 – 6,0
Flash Point
172
> 100
Cetane Indeks
47 -49
> 40
Contradson Carbon
0,03 – 0,04
< 0,05
0,8624
-
(csst)
Residu Spesific Grafity
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan
2.5 Emisi Gas Buang Bahan pencemar (polutan) yang berasal dari kendaraan bermotor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut : 1. Sumber Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer seperti nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) langsung dibuangkan ke udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis atau oksidasi. 2. Komposisi Kimia Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau fosfor, contohnya : hidrokarbon, keton, alkohol, ester dan lain-lain. Polutan inorganik seperti : karbon monoksida (CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya. 3. Bahan Penyusun Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan cairan seperti : debu, asap, abu, kabut dan spray, partikulat dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas. a.) Partikulat Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan fasa padat yang terdispersi dalam udara dan membentuk asap. Fasa padatan tersebut berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar dengan udara, sehingga terjadi tingkat ketebalan asap yang tinggi. Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan. Apabila butir–butir bahan bakar yang terjadi pada penyemprotan kedalam silinder motor terlalu besar atau apabila butir–butir berkumpul menjadi satu, maka akan terjadi dekomposisi yang menyebabkan terbentuknya karbon–karbon padat atau angus. Hal ini disebabkan karena pemanasan udara yang bertemperatur tinggi, tetapi penguapan dan pencampuran bahan bakar dengan udara yang ada didalam silinder tidak dapat berlangsung sempurna, terutama pada saat–saat dimana terlalu banyak bahan bakar disemprotkan yaitu pada waktu daya motor akan diperbesar, misalnya untuk akselerasi, maka terjadinya angus itu tidak dapat dihindarkan. Jika angus yang terjadi itu terlalu banyak, maka gas buang yang keluar dari gas buang motor akan bewarna hitam.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
b.) Unburned Hidrocarbon (UHC) Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya karena campuran udara bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa saja pada campuran kurus bila suhu pembakarannya rendah dan lambat serta bagian dari dinding ruang pembakarannya yang dingin dan agak besar. Motor memancarkan banyak hidrokarbon kalau baru saja dihidupkan atau berputar bebas (idle) atau waktu pemanasan. Pemanasan dari udara yang masuk dengan menggunakan gas buang meningkatkan penguapan dari bahan bakar dan mencegah pemancaran hidrokarbon. Jumlah hidrokarbon tertentu selalu ada dalam penguapan bahan bakar, di tangki bahan bakar dan dari kebocoran gas yang melalui celah antara silinder dari torak masuk kedalam poros engkol, yang disebut dengan blow by gasses (gas lalu). Pembakaran tak sempurna pada kendaraan juga menghasilkan gas buang yang mengandung hidrokarbon. Hal ini pada motor diesel terutama disebabkan oleh campuran lokal udara bahan bakar tidak dapat mencapai batas mampu bakar. c.) Carbon Monoksida (CO) Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Gas ini akan dihasilkan bila karbon yang terdapat dalam bahan bakar (kira–kira 85 % dari berat dan sisanya hidrogen) terbakar tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Hal ini terjadi bila campuran udara bahan bakar lebih gemuk dari pada campuran stoikiometris, dan terjadi selama idling pada beban rendah atau pada output maksimum. Karbon monoksida tidak dapat dihilangkan jika campuran udara bahan bakar gemuk. Bila campuran kurus karbon monoksida tidak terbentuk. d.) Nitrogen Oksida (NOx) Senyawa nitrogen oksida yang sering menjadi pokok pembahasan dalam masalah polusi udara adalah NO dan NO2. Kedua senyawa ini terbuang langsung ke udara bebas dari hasil pembakaran bahan bakar. Nitrogen monoksida (NO) Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. NO merupakan gas yang berbahaya karena mengganggu saraf pusat. NO terjadi karena adanya reaksi antara N2 dan O2 pada temperatur tinggi diatas 1210 0C. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut : O2
→
N2 + O
→
2O NO + N
N + O2 → NO + O 2.6
Pengendalian Emisi Gas Buang Tingkat polusi udara dari mesin kendaraan tidak hanya dipengaruhi oleh
teknologi pembakaran yang diterapkan dalam sistem itu saja, tetapi juga besar dipengaruhi oleh mutu bahan bakar yang dipakai. Dari segi kualitas bahan bakar, Indonesia sangat jauh tertinggal dari negara–negara lain. Emisi gas yang dihasilkan oleh pembakaran kendaraan bermotor pada umumnya berdampak negatif terhadap lingkungan. Ada beberapa cara yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut antara lain : 1. Menyeimbangkan campuran udara-bahan bakar. 2. Pemanfaatan Positive Crankcase Ventilation (PCV). 3. Penggunaan sistem kontrol emisi penguapan bahan bakar antara lain : ECS (Evaporation Control System), EEC (Evaporation Emission Control), VVR (Vehicle Vapor Recovery) dan VSS (Vapor Saver System). 4. Penggunaan Exhaust Gas Recirculation (EGR). 5. Penggunaan filter particulate traps yang dikhususkan untuk mesin diesel. 6. Injeksi udara lebih kedalam silinder.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengujian dilakukan di laboratorium motor bakar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara selama kurang lebih 2 bulan.
3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan Bahan yang menjadi objek pengujian ini adalah bahan bakar biodiesel dari minyak sawit yang diperoleh dari Penelitian Dosen Kimia FMIPA USU. 3.2.2 Alat Alat yang dipakai dalam eksperimental ini terdiri dari : 1. Mesin diesel 4-langkah 4-silinder ( TecQuipment type. TD4A 001 ). 2. Bom kalorimeter untuk mengukur nilai kalor bahan bakar. 3. Untuk emisi gas buang menggunakan alat uji auto gas analizer. 4. Alat bantu perbengkelan, seperti : kunci pas, kunci Inggris, kunci ring, kunci L, obeng, tang, palu, kertas amplas dan lain sebagainya. 5. Stop watch, untuk menentukan waktu yang dibutuhkan mesin uji untuk menghabiskan bahan bakar dengan volume sebanyak 100 ml. 6. Termometer, untuk menghitung perubahan suhu yang terjadi antara sebelum masuk dan setelah keluar air cooler.
3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dipergunakan dalam pengujian ini meliputi : a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran dan pembacaan pada unit instrumentasi dan alat ukur pada masingmasing pengujian. b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian karakteristik bahan bakar biodiesel yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Kelapa Sawit (PPKS) Medan dan data mengenai karakteristik bahan bakar solar dari pertamina.
Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder diolah ke dalam rumus empiris, kemidian data dari perhitungan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik. 3.4 Pengamatan dan Tahap Pengujian Pada penelitian yang akan diamati adalah : 1. Parameter torsi (T) dan parameter daya (PB). 2. Parameter konsumsi bahan bakar spesifik (sfc). 3. Rasio perbandingan udara bahan bakar (AFR). 4. Efisiensi volumetris ( η v ). 5. Effisiensi thermal brake ( η b ). 6. Parameter komposisi gas buang.
Prosedur pengujian dapat dibagi beberapa tahap, yaitu : 1. Pengujian nilai kalor bahan bakar. 2. Pengujian motor diesel dengan bahan bakar solar murni. 3. Pengujian motor diesel dengan bahan bakar biodiesel dimethil ester ( B-01 ). 4. Pengujian motor diesel dengan bahan bakar biodiesel dimethil ester ( B-02 ).
3.5 Prosedur Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar Alat yang digunakan dalam pengukuran nilai kalor bahan bakar ini adalah alat uji “Bom Kalorimeter”.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Gambar 3.1 Bom kalorimeter.
Peralatan yang digunakan meliputi : -
Kalorimeter, sebagai tempat air pendingin dan tabung bom.
-
Tabung bom, sebagai tempat pembakaran bahan bakar yang diuji.
-
Tabung gas oksigen.
-
Alat ukur tekanan gas oksigen, untuk mengukur jumlah oksigen yang dimasukkan ke dalam tabung bom.
-
Termometer, dengan akurasi pembacaan skala 0.01 0C.
-
Elektromotor yang dilengkapi pengaduk untuk mengaduk air pendingin.
-
Spit, untuk menentukan jumlah volume bahan bakar.
-
Pengatur penyalaan (saklar), untuk menghubungkan arus listrik ke tangkai penyala pada tabung bom.
-
Kawat penyala (busur nyala), untuk menyalakan bahan bakar yang diuji.
-
Cawan, untuk tempat bahan bakar di dalam tabung bom.
-
Pinset untuk memasang busur nyala pada tangkai penyala, dan cawan pada dudukannya. Adapun tahapan pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengisi cawan bahan bakar dengan bahan bakar yang akan diuji. 2. Menggulung dan memasang kawat penyala pada tangkai penyala yang ada pada penutup bom. 3. Menempatkan cawan yang berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala, serta mengatur posisi kawat penyala agar berada tepat diatas permukaan bahan bakar yang berada didalam cawan dengan menggunakan pinset. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
4. Meletakkan tutup bom yang telah dipasangi kawat penyala dan cawan berisi bahan bakar pada tabungnya serta dikunci dengan ring “O”sampai rapat. 5. Mengisi bom dengan oksigen (30 bar). 6. Mengisi tabung kalorimeter dengan air pendingin sebanyak 1250 ml. 7. Menempatkan bom yang telah terpasang kedalam tabung kalorimeter. 8. Menghubungkan tangkai penyala penutup bom ke kabel sumber arus listrik. 9. Menutup kalorimeter dengan penutupnya yang dilengkapi dengan pengaduk. 10. Menghubungkan dan mengatur posisi pengaduk pada elektromotor. 11. Menempatkan termometer melalui lubang pada tutup kalorimeter. 12. Menghidupkan elektromotor selama 5 (lima) menit kemudian membaca dan mencatat temperatur air pendingin pada termometer. 13. Menyalakan kawat penyala dengan menekan saklar. 14. Memastikan kawat penyala telah menyala dan putus dengan memperhatikan lampu indikator selama elektromotor terus bekerja . 15. Membaca dan mencatat kembali temperatur air pendingin setelah 5 (lima) menit dari penyalaan berlangsung. 16. Mematikan elektromotor pengaduk dan mempersiapkan peralatan untuk pengujian berikutnya. 17. Mengulang pengujian sebanyak 5 (lima) kali berturut–turut. Diagram alir pengujian nilai kalor bahan bakar yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Mulai
a b
Berat sampel bahan bakar 0,20 gram Volume air pendingin: 1250 ml Tekanan oksigen 30 Bar
Pengujian = 5 kali
5
Melakukan pengadukan terhadap air pendingin selama 5 menit
HHVRata - rata =
Σ HHVi
i =1
5
( J/kg)
Mencatat temperatur air pendingin T1 (OC)
Berhenti Menyalakan bahan bakar
Selesai Melanjutkan pengadukan terhadap air pendingin selama 5 menit
Mencatat kembali temperatur air pendingin T2 (OC)
Menghitung HHV bahan bakar : HHV = (T2 – T1 – Tkp) x Cv x 1000 ( J/kg )
b
a Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Gambar 3.2 Diagram alir Pengujian nilai kalor bahan bakar. 3.6 Prosedur Pengujian Performansi Motor Diesel Disini dilakukan pengujian dengan menggunakan esin diesel 4-langkah 4silinder ( TecQuipment type. TD4A 001 ).
Gambar 3.3 Mesin uji (TD4 A 001)
Gambar 3.4 TD4 A 001 4–Stroke Diesel Engine
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Diesel TD4A 4-langkah TD111 4-Stroke Diesel Engine Type
TecQuipment TD4A 001
Langkah dan diameter
3,125 inch-nominal dan 3,5 inch
Kompresi ratio
22 : 1
Kapasitas
107 inch3 (1,76 liter)
Valve type clearance
0,012 inch (0,30 mm) dingin
Firing order
1-3-4-2
Sumber : Panduan Praktikum Motor Bakar Diesel oleh DR.Ir.Chalilullah Rangkuti, Msc.
Mesin ini juga dilengkapi dengan TD4 A 001 Instrumentation Unit dengan spesifikasi sebagai berikut :
Gambar 3.5 TD4 A 001 Instrumentation Unit
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Tabel 3.2 Spesifikasi TD4 A 001 Instrument Unit
TD4 A 001 Instrument Unit Fuel Tank Capasity
10 liters
Fast Flow Pipette
Graduated in 8 ml, 16 ml and 32 ml
Tachometer
0–5000 rev/min
Torque Meter
0–70 Nm
Exhaust Temperature Meter
0–1200 0C
Air Flow Manometer
Calibrated 0–40 mm water gauge
Sumber : Panduan Praktikum Motor Bakar Diesel oleh DR.Ir.Chalilullah Rangkuti, Msc
Pada pengujian ini, akan diteliti performansi motor diesel serta komposisi emisi gas buang . Pengujian ini dilakukan pada 5 tingkat putaran mesin, yaitu : 1000,1400,1800,2200,2600 dan 2800 rpm serta 2 variasi beban yaitu : 10 kg dan 25 kg. Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengkalibrasian terhadap torquemeter yang terdapat pada instrumentasi mesin uji dengan langkah– langkah sebagai berikut : 1. Menghubungkan unit instrumentasi mesin kesumber arus listrik. 2. Memutar tombol span searah jarum jam sampai posisi maksimum. 3. Mengguncangkan/menggetarkan mesin pada bagian lengan beban. 4. Memutar tombol zero, hingga jarum torquemetre menunjukkan angka nol. 5. Memastikan bahwa penunjukan angka nol oleh torquemeter telah akurat dengan mengguncangkan mesin kembali. 6. Menggantung beban sebesar 10 kg pada lengan beban. 7. Mengguncangkan/menggetarkan mesin sampai posisi jarum torquemeter menunjukkan angka yang tetap. 8. Melepaskan beban dari lengan beban.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Pengkalibrasian ini dilakukan setiap kali akan dilakukan pengujian sebelum mesin dihidupkan. Setelah dilakukan pengkalibrasian, maka pengujian dapat dilakukan dengan langkah–langkah sebagai berikut : 1. Menghidupkan pompa air pendingin dan memastikan sirkulasi air pendingin mengalir dengan lancar melalui mesin. 2. Menghidupkan mesin dengan cara menarik tali starter, memanaskan mesin selama 15–20 menit pada putaran rendah (± 1500 rpm). 3. Mengatur putaran mesin pada 1500 rpm dengan menggunakan tuas kecepatan dan memastikannya melalui pembacaan tachometer. 4. Menggantung beban sebesar 1 kg pada lengan beban. 5. Menutup saluran bahan bakar dari tangki dengan memutar katup saluran bahan bakar sehingga permukaan bahan bakar didalam pipette turun. 6. Mencatat waktu yang dibutuhkan mesin untuk menghabiskan 8 ml bahan bakar dengan menggunakan stopwatch dengan memperhatikan ketinggian permukaan bahan bakar didalam pipette. 7. Mencatat torsi melalui pembacaan torquemeter, temperatur gas buang melalui exhaust temperature meter, dan tekanan udara masuk melalui air flow manometer. 8. Membuka katup bahan bakar sehingga pipette kembali terisi oleh bahan bakar yang berasal dari tangki. 9. Mengulang pengujian untuk variasi putaran dan beban mesin. Diagram alir pengujian performansi motor bakar diesel yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Mulai
Volume Uji bahan bakar : 100 ml Temperatur udara : 27 OC Tekanan udara: 1 bar Putaran: n rpm Beban: L kg
Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan 100 ml bahan bakar. Mencatat Torsi Mencatat temperatur gas buang Mencatat tekanan udara masuk mm H2O
Menganalisa data hasil pembacaan alat ukur dengan rumus empiris
Mengulang pengujian dengan beban, putaran yang berbeda.
Berhenti
Selesai Gambar 3.6 Diagram alir Pengujian performansi motor bakar diesel
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
3.7 Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang Pengujian emisi gas buang yang dilakukan meliputi kadar CO2, O2, HC, CO, dan NOx yang terdapat pada hasil pembakaran bahan bakar . Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan pengujian unjuk kerja motor bakar diesel dimana gas buang yang dihasilkan oleh mesin uji pada saat pengujian diukur untuk mengetahui kadar emisi dalam gas buang. Pengujian emsi gas buang yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat auto logic gas analizer .
Gambar 3.7 Auto logic gas analizer
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Mulai
Menyambungkan perangkat autogas analizer ke komputer
Mengosongkan kandungan gas dalam auto logic gas analizer
Memasukkan gas fitting kedalam knalpot motor bakar
Menunggu kira-kira 2 menit hingga pembacaan stabil dan melihat tampilannya di komputer
Mengulang pengujian dengan beban dan putaran yang berbeda
Berhenti
Selesai Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Gambar 3.8 Diagram alir Pengujian emisi gas buang motor bakar diesel
BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN
4.1 Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan (T1 dan T2) yang telah diperoleh pada pengujian “Bom Kalorimeter” selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai kalor atas bahan bakar (HHV) dengan persamaan berikut :
HHV = (T2 – T1 – Tkp) x Cv x 1000 ( J/kg )
Lit.1 hal 12
dimana: HHV = Nilai kalor atas ( High Heating Value ) T1
= Temperatur air pendingin sebelum penyalaan ( 0C )
T2
= Temperatur air pendingin sesudah penyalaan ( 0C )
Cv
= Panas jenis bom kalorimeter ( 73.529,6 KJ/kg 0C )
Tkp
= Kenaikan temperatur akibat kawat penyala ( 0,05 0C )
Hasil dari perhitungan nilai kalor atas bahan bakar (HHV) pada pengujian ini kemudian dikalikan dengan faktor koreksi (Fk) sebesar 0,6695 akibat kalibrasi yang dilakukan pada alat uji bom kalorimeter. Faktor koreksi tersebut didapat dari perbandingan antara standarisasi nilai kalor solar 44.800 J/kg (engineering tool box) dengan HHV rata-rata solar yang telah diuji dengan bom kalorimeter sebesar 66.911,936 J/kg.
Pada pengujian pertama bahan bakar biodiesel dimethil ester (B-01) , diperoleh : T1
= 25,30 0C
T2
= 26,35 0C, maka:
HHV(B-01)
= (26,35 – 25,30 – 0,05 ) x 73.529,6 x 1000 x Fk = 73.529,6 x 0,6695
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
= 49.228,067 KJ/kg
Pada pengujian pertama bahan bakar biodiesel dimethil ester (B-02) , diperoleh : T1
= 26,28 0C
T2
= 27,55 0C, maka:
HHV(B-02)
= (27,55 – 26,28 – 0,05 ) x 73.529,6 x 1000 x Fk = 89.706,112 x 0,6695 = 60.058,241 KJ/kg
Pada pengujian pertama bahan bakar solar , diperoleh : T1
= 26,65 0C
T2
= 27,75 0C, maka:
HHV(solar)
= (27,75 – 26,65 – 0,05 ) x 73.529,6 x 1000 x Fk = 77.206,08 x 0,6695 = 51.689,470 KJ/kg
Cara perhitungan yang sama dilakukan untuk menghitung nilai kalor pada pengujian kedua hingga kelima. Selanjutnya untuk memperoleh harga nilai kalor rata–rata bahan bakar digunakan persamaan berikut ini :
5
HHVRata - rata =
Σ HHVi
i =1
5
( J/kg )
Lit.1 hal 12
Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan serta hasil perhitungan untuk nilai kalor pada pengujian pertama hingga kelima dan nilai kalor rata–rata dengan menggunakan bahan biodiesel (B-01),biodiesel (B-02) dan solar murni, dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Tabel 4.1 Data hasil pengujian dan perhitungan bom kalorimeter Bahan Bakar
No. Pengujian
T1
T2
HHV
1
25,30
26,35
49.228,067
Biodiesel
2
26,49
27,09
27.075,436
( B-01 )
3
27,15
28,01
39.874,734
4
24,37
25,22
39.382,453
5
25,43
26,15
32.982,805
1
26,28
27,55
60.058,241
Biodiesel
2
27,60
28,38
35.936,489
( B-02 )
3
24,70
25,04
12.307,016
4
26,22
27,18
44.797,541
5
27,24
28,32
50.704,909
1
26,65
27,75
51.689,470
2
27,75
28,61
39.874,734
3
28,68
29,70
47.751,225
4
25,71
26,87
39.874,734
5
26,95
27,91
44.797,541
Solar
HHV rata-rata
37.708,699
40.760,839
44.797,541
4.2 Pengujian Performansi Motor Bakar Diesel Data yang diperoleh dari pembacaan langsung alat uji mesin diesel 4langkah 4-silinder (TecQuipment type. TD4A 001) melalui unit instrumentasi dan perlengkapan yang digunakan pada saat pengujian antara lain : ♦
Putaran (rpm) melalui tachometre.
♦
Torsi (N.m) melalui torquemetre.
♦
Tinggi kolom udara (mm H2O), melalui pembacaan air flow manometre.
♦
Temperatur gas buang (0C), melalui pembacaan exhaust temperature metre.
♦ Waktu untuk menghabiskan 100 ml bahan bakar (s), melalui pembacaan stopwatch.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
4.2.1 Daya Besarnya daya dari masing-masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
PB =
2.π .n T 60
dimana : PB = Daya keluaran (Watt) n
= Putaran mesin (rpm)
T
= Torsi (N.m)
Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-01) : Beban
: 10 kg
Putaran : 1000 rpm
PB =
=
2.π .n T 60
2.3,14.1000 x33 60
= 3454 W
Dengan perhitungan yang sama dapat diketahui besarnya daya yang dihasilkan dari masing–masing pengujian baik dengan menggunakan biodiesel (B-01) , biodiesel (B-02) dan solar murni pada tiap kondisi pembebanan dan putaran dapat ditampilkan dalam bentuk tabel berikut ini :
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Tabel 4.2 Data hasil perhitungan untuk daya
Beban
Putaran
STATIS
(rpm)
Biodiesel
Biodiesel
(B-01)
(B-02)
1000
3,4540
3,2970
3,34912
1400
5,2752
5,0554
6,30079
1800
7,9128
7,6302
8,94900
2200
10,7074
10,3620
11,05248
2600
13,0624
13,0624
13,06224
2800
14,9464
13,6276
14,06688
1000
8,164
8,478
7,901
1400
12,089
14,067
11,429
1800
17,238
20,629
15,260
2200
22,796
27,977
19,341
2600
27,757
36,329
23,675
2800
29,892
35,607
25,789
(kg)
10
25
•
Daya (kW) Solar
Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.1), daya terendah mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-02) pada putaran 1000 rpm yaitu 3,2970 kW. Sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-01) pada putaran 2800 rpm sebesar 14,9464 kW.
•
Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.2), daya terendah mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar solar pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 7,90183 kW. Sedangkan daya tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar biodiesel (B-02) pada putaran 2600 rpm yaitu sebesar 36,3298k W.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Daya terendah terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel (B-02) pada beban 10 kg dan putaran 1000 rpm yaitu 3,2970 kW. Sedangkan daya tertinggi terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel (B-02) pada beban 25 kg dan putaran 2600 rpm yaitu sebesar
36,3298 kW.
Besar kecil daya mesin bergantung pada besar kecil torsi yang didapat. Daya yang dihasilkan mesin dipengaruhi oleh putaran poros engkol yang terjadi akibat dorongan piston yang dihasilkan karena adanya pembakaran bahan bakar dengan udara. Jika konsumsi bahan bakar dan udara diperbesar maka akan semakin besar pula daya yang dihasilkan mesin. Semakin cepat poros engkol berputar maka akan semakin besar daya yang dihasilkan. Perbandingan besarnya daya untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 16.000 y = 1E-12x 5 - 1E-08x 4 + 3E-05x 3 - 0,0342x 2 + 17,084x R 2 = 0,9999
14.000
12.000 y = -2E-13x 5 + 2E-09x 4 - 9E-06x 3 + 0,0163x 2 - 6,0518x R2 = 1
Daya(kW)
10.000
B iodis el(B -01) B iodis el(B -02)
8.000
S olar
6.000 y = -3E-13x 5 + 1E-09x 4 - 2E-06x 3 + 0,0015x 2 + 2,6016x R 2 = 0,9998
4.000
2.000
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm )
Gambar 4.1 Grafik Daya vs putaran untuk beban 10 kg. Analisa Performansi:
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 1E-12X5 – 1E-08X4 + 3E-05X3 – 0,0342X2 + 17,084X dengan nilai Regresi(R2 )= 0,9999 dan grafik condong terbuka kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan daya maksimum diperoleh Pmax: 12,5 kW pada Putaran: 2600 (rpm).
Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -3E-13X5 + 1E-09X4 - 2E-06X3 + 0,0015X2 + 2,6016X dengan nilai Regresi(R2 )= 0,9998 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan daya minimum diperoleh Pmin: 5,01 kW pada Putaran: 2600 (rpm).
Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -2E-13X5 + 2E-09X4 - 9E-06X3 + 0,0163X2 - 6,0518X dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan daya minimum diperoleh Pmin: 8,94 kW pada Putaran: 1800 (rpm).
Penggunaan bahan bakar biodisel dimethil ester B-01 dan B-02 pada beban statis 10 kg: B-01
: Semua mesin disel dapat menggunakan bahan bakar ini asal daya tidak melebihi 20,035HP dan putaran juga tidak melebihi 2800(rpm).
B-02
: Semua mesin disel dapat menggunakan bahan bakar ini asal daya tidak melebihi 48,691HP dan putaran juga tidak melebihi dari 1600(rpm).
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
40.000 y = -5E -12x5 + 4E -08x4 - 1E -04x3 + 0,1128x2 - 39,164x R 2 = 0,9992 y = 8E -13x5 - 8E -09x4 + 3E -05x3 0,0357x2 + 29,492x - 4345,8 R2= 1
35.000 30.000
Daya(K W)
25.000 20.000
B iodis el B 01 B iodis el B 02
15.000
S olar
10.000 y = -5E -13x 5 + 5E -09x 4 - 2E -05x 3 + 0,0322x 2 - 19,941x + 9083 R2 = 1
5.000 0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm)
Gambar 4.2 Grafik Daya vs putaran untuk beban 25 kg. Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 8E-13X5 – 8E-09X4 + 3E-05X3 – 0,0357X2 + 29,492X – 4345,8 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan daya maksimum diperoleh Pmax: 27,75 kW pada Putaran: 2600 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -5E-12X5 + 4E-08X4 - 1E-04X3 + 0,1128X2 + 39,164X dengan nilai Regresi(R2 )= 0,9992 dan grafik condong terbuka keatas.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan daya minimum diperoleh Pmin: 14,67 kW pada Putaran: 2600 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -5E-13X5 + 5E-09X4 - 2E-05X3 + 0,0322X2
-
19,941X
+
9083
dengan
nilai
2
Regresi(R )= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan daya minimum diperoleh Pmin: 17,50 kW pada Putaran: 2000 (rpm). Penggunaan bahan bakar biodisel dimethil ester B-01 dan B-02 pada beban statis 25 kg: B-01
: Semua mesin disel dapat menggunakan bahan bakar ini asal daya tidak melebihi 20,035HP dan putaran juga tidak melebihi 2800(rpm).
B-02
: Semua mesin disel dapat menggunakan bahan bakar ini asal daya tidak melebihi 48,691HP dan putaran juga tidak melebihi dari 1600(rpm).
4.2.2 Torsi Besarnya daya yang dihasilkan dari masing–masing pengujian baik dengan menggunakan biodiesel (B-01) , biodiesel (B-02) dan solar pada tiap kondisi pembebanan dan putaran dapat dihitung dan ditampilkan dalam bentuk tabel dibawah ini :
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Tabel 4.3 Data hasil pembacaan langsung unit instrumentasi DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIODIESEL (B-01) BEBAN
HASIL PEMBACAAN UNIT
STATIS
INSTRUMENTASI
1000
1400
1800
2200
2600
2800
33
36
42
46,5
48
51
210
196
60
48
57
45
4
7,5
12,5
18,5
25,5
29
Temperatur Gas Buang ( oC)
80
100
120
170
180
200
Torsi (N.m)
78
82,5
91,5
99
102
102
140
152
15
26
49
38
4
7,5
12,5
19
25
29
80
90
120
180
200
220
(kg) Torsi (N.m) Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s)
10
Aliran Udara ( mm H2O )
Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s)
25
PUTARAN (rpm)
Aliran Udara ( mm H2O ) Temperatur Gas Buang ( oC)
DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIODIESEL (B-02) BEBAN
HASIL PEMBACAAN UNIT
STATIS
INSTRUMENTASI
1000
1400
1800
2200
2600
2800
31,5
34,5
40,5
45
48
46,5
23
188
60
52
57
45
4
7
13
18,5
25,5
29
Temperatur Gas Buang ( oC)
80
99
140
170
180
200
Torsi (N.m)
81
96
109,5
121,5
133,5
121,5
265
138
64
49
27
26
4
7
15
18
24
29
80
120
180
220
240
260
(kg) Torsi (N.m) Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s)
10
Aliran Udara ( mm H2O )
Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s)
25
PUTARAN (rpm)
Aliran Udara ( mm H2O ) Temperatur Gas Buang ( oC)
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR SOLAR BEBAN
HASIL PEMBACAAN UNIT
STATIS
INSTRUMENTASI
1000
1400
1800
2200
2600
2800
32
43
47,5
48
48
48
Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s)
301
167
117
78
66
64
Aliran Udara ( mm H2O )
3,5
7,0
11,5
18,0
24,5
27,5
Temperatur Gas Buang ( C)
100
160
240
300
320
340
Torsi (N.m)
75,5
78,0
81,0
84,0
87,0
88,0
Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s)
304
243
173
135
99
90
Aliran Udara ( mm H2O )
4,5
7,5
12,0
16,0
24,5
28,5
Temperatur Gas Buang ( oC)
90
100
150
185
210
215
(kg) Torsi (N.m)
10
o
25
•
PUTARAN (rpm)
Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.3), torsi terendah mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel
B-02 pada putaran
1000 rpm yaitu sebesar 31,5 N.m. Sedangkan torsi tertinggi mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodisel B-01 pada putaran 2800 rpm sebesar 51 N.m. •
Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.4), torsi terendah mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar solar pada putaran 1000 rpm yaitu 75,5 N.m. Sedangkan torsi tertinggi mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel B-02
pada putaran 2600 rpm yaitu
sebesar 133,5 N.m.
Torsi terendah terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel B-02 pada beban 10 kg pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 31,5 N.m. Sedangkan torsi tertinggi terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel B-02 pada beban 25 kg pada putaran 2600 rpm yaitu sebesar 133,5 N.m. Perbandingan harga Torsi untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar berikut :
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
60.000
y = 1E-11x 5 - 1E-07x 4 + 0,0004x 3 - 0,5868x 2 + 440,48x - 96557 R2 = 1 y = -4E-12x 5 + 4E-08x 4 - 0,0001x 3 + 0,1874x 2 - 85,918x + 24911 R2 = 1
50.000
T ors i(N.M)
40.000
y = -1E-11x 5 + 1E-07x 4 - 0,0004x 3 + 0,8232x 2 - 736,23x + 282102 R2 = 1
B iodis el(B -01)
30.000
B iodis el(B -02) S olar
20.000
10.000
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm )
Gambar 4.3 Grafik Torsi vs Putaran untuk beban 10 kg.
Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 1E-11X5 – 1E-07X4 + 0,0004X3 – 0,5868X2 + 440,48X – 96557 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan Torsi maksimum diperoleh : 42,02 N.m pada Putaran: 2200 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -1E-11X5 + 1E-07X4 – 0,0004X3 + 0,1874X2 + 85,918X + 24911 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan Torsi minimum diperoleh: 31,89 N.m pada Putaran: 1100 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -4E-12X5 + 4E-08X4 – 0,0001X3 + 0,1874X2 - 85,918X + 24911 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan Torsi minimum diperoleh: 48,00 N.m pada Putaran: 2200 (rpm).
160.000
y = -6E-11x 5 + 6E-07x 4 - 0,002x 3 + 3,4031x 2 - 2785,9x + 950367 R2 = 1
140.000
T ors i(N.M)
120.000 y = 1E-12x 5 - 4E-09x 4 - 2E-05x 3 + 0,0983x 2 - 140,47x + 138359 R2 = 1
100.000 80.000 y = -2E-12x 5 + 2E-08x 4 - 7E-05x 3 + 0,1329x 2 - 111,6x + 109581 R2 = 1
60.000
B iodis el(B -01) B iodis el(B -02)
40.000 20.000
S olar
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm)
Gambar 4.4 Grafik Torsi vs putaran untuk beban 25 kg.
Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 1E-12X5 – 4E-09X4 – 2E-05X3 – 0,0983X2 + 140,47X – 138359 dengan nilai
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan Torsi maksimum diperoleh : 98,50 N.m pada Putaran: 2200 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -6E-11X5 + 6E-07X4 – 0,002X3 + 3,4031X2 + 2785,9X + 950367 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan Torsi minimum diperoleh: 85,50 N.m pada Putaran: 1100 (rpm).
Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -2E-12X5 + 2E-08X4 – 7E-05X3 + 0,1329X2 - 111,6X + 109581 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan Torsi minimum diperoleh: 78,50 N.m pada Putaran: 1000 (rpm).
4.2.3 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific fuel consumption, Sfc) dari masing–masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : .
m f x 10 3 Sfc = PB dimana : Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (g/kW.h) .
m f = laju aliran bahan bakar (kg/jam) Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
.
Besarnya laju aliran massa bahan bahan bakar ( m f ) dihitung dengan persamaan berikut :
mf =
sg f .V f .10 −3 tf
x 3600
dimana : sg f = spesific gravity biodiesel = 0,8624 Vf
= Volume bahan bakar yang diuji (dalam hal ini 100 ml).
tf
= waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume uji (detik). Dengan memasukkan harga sg f , harga t f yang diambil dari percobaan
sebelumnya harga V f yaitu sebesar 100 ml, maka laju aliran bahan bakar untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-01) : Beban
: 10 kg
Putaran : 1000 rpm .
mf
0,8624 x 100.10 −3 = x 3600 210 = 1,4784 kg / jam
Dengan diperolehnya besar laju aliran bahan bakar, maka dapat dihitung harga konsumsi bahan bakar spesifiknya (Sfc).
Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-01) : Beban
: 10 kg
Putaran : 1000 rpm Sfc =
1,4784 x 10 3 3,4540
= 428,0254777 g/kWh Dengan cara yang sama untuk setiap jenis pengujian, pada putaran dan beban yang bervariasi, maka hasil perhitungan Sfc untuk kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Tabel 4.4 Konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) dengan bahan bakar biodiesel (B01), biodiesel (B-02) dan solar . Dengan Bahan Bakar Biodiesel (B-01) Beban
Putaran
Konsumsi Bahan Bakar
Statis
(rpm)
Spesifik (sfc) (gr/kWh)
1000
428,0254777
1400
300,2729754
1800
653,9526066
2200
604,0682145
2600
416,9782614
2800
461,5961034
1000
271,6315532
1400
168,9552486
1800
1200,654345
2200
523,8074028
2600
228,2618094
2800
273,3134823
(kg)
10
25
Dengan Bahan Bakar Biodiesel (B-02) Beban
Putaran
Konsumsi Bahan Bakar
Statis
(rpm)
Spesifik (sfc) (gr/kWh)
1000
409,4156743
1400
326,6614423
1800
678,1473618
2200
576,1822042
2600
416,9754410
2800
506,2666941
1000
138,1885190
1400
159,9279978
(kg)
10
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
25
1800
235,1452753
2200
226,4685067
2600
316,5078439
2800
335,3469484
Dengan Bahan Bakar Solar Beban
Putaran
Konsumsi Bahan Bakar
Statis
(rpm)
Spesifik (sfc) (gr/kWh)
1000
307,9739933
1400
295,0528217
1800
296,5178748
2200
360,1280158
2600
360,1220005
2800
344,8525849
1000
129,2438787
1400
111,7850750
1800
117,5978084
2200
118,8994084
2600
132,4586669
2800
133,7610046
(kg)
10
25
•
Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.5), Sfc terendah terjadi saat dengan menggunakan bahan bakar solar pada putaran 1400 rpm yaitu sebesar 295,0528217
g/kWh.
Sedangkan
Sfc
menggunakan bahan bakar biodisel (B-02)
tertinggi
terjadi
saat
dengan
pada putaran 1000 rpm yaitu
sebesar 4094,156743 g/kWh. •
Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.6), Sfc terendah terjadi pada pengujian dengan menggunakan solar pada putaran 1400 rpm yaitu
111,7850750
g/kWh. Sedangkan Sfc tertinggi terjadi pada saat mesin menggunakan biodisel (B-01) pada putaran 1800 rpm sebesar 1200,654345 g/kWh. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Konsumsi bahan bakar spesifik (Sfc) tertinggi terjadi pada bahan bakar biodisel (B-02) dengan pembebanan 10 kg dan
putaran 1000 rpm sebesar
4094,156743 g/kWh, sedangkan konsumsi bahan bakar terendah terjadi pada penggunaan bahan bakar biodiesel berbahan baku solar pada putaran 1400 rpm sebesar 111,7850750 g/kWh. Besarnya Sfc sangat dipengaruhi oleh nilai kalor bahan bakar (lihat Tabel 4.1), semakin besar nilai kalor bahan bakar maka Sfc semakin kecil dan sebaliknya. Adanya kecendrungan peningkatan Sfc dengan kenaikan putaran poros pada beban konstan disebabkan oleh waktu periode persiapan pembakaran yang pendek, sehingga pencampuran bahan bakar dengan udara tidak berlangsung dengan baik. Penambahan beban pada putaran poros konstan sedikit mengurangi Sfc karena adanya kandungan oksigen yang terikat langsung pada biodiesel membantu pembakaran, sehingga pembakaran berlangsung relatif lebih baik. Perbandingan harga Sfc untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar berikut :
600.000 y = -4E-10x 5 + 4E-06x 4 - 0,0131x 3 + 23,251x 2 - 20203x + 7E+06 R2 = 1
S F C g r/kW.hr
500.000
y = -2E-10x 5 + 2E-06x 4 - 0,0084x 3 + 16,231x 2 - 15517x + 6E+06 R2 = 1
400.000
B iodis el(B -01)
300.000
B iodis el(B -02)
y = 9E-11x 5 - 7E-07x 4 + 0,0021x 3 3,0876x 2 + 2146,7x - 259867 R2 = 1
200.000
S olar
100.000 0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm)
Gambar 4.5 Grafik Sfc vs putaran untuk beban 10 kg. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 1E-12X5 – 4E-09X4 – 2E-05X3 – 0,0983X2 + 140,47X – 138359 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan sfc maksimum diperoleh : 98,50 gr/kW.hr pada Putaran: 2200 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -6E-11X5 + 6E-07X4 – 0,002X3 + 3,4031X2 + 2785,9X + 950367 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan sfc minimum diperoleh: 260,00 gr/kW.hr pada Putaran: 2000 (rpm).
Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -2E-12X5 + 2E-08X4 – 7E-05X3 + 0,1329X2 - 111,6X + 109581 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan sfc minimum diperoleh: 248,00 gr/kW.hr pada Putaran: 2450 (rpm).
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
400.000 y = -1E-10x 5 + 1E-06x 4 - 0,0045x 3 + 9,0231x 2 - 8947,2x + 4E+06 R2 = 1
350.000
S F C g r/kW.hr
300.000
y = 5E-11x 5 - 5E-07x 4 + 0,0023x 3 4,2534x 2 + 3416,9x - 659084 R2 = 1
250.000
B iodis el(B -01)
200.000
B iodis el(B -02) 150.000
S olar
100.000
y = 3E-11x 5 - 3E-07x 4 + 0,001x 3 1,7944x 2 + 1461x - 306202 R2 = 1
50.000 0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm)
Gambar 4.6 Grafik Sfc vs putaran untuk beban 25 kg.
Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 5E-11X5 – 5E-07X4 + 0,0023X3 – 4,2534X2 + 3416,9X – 659084 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan sfc minimum diperoleh : 120,06 gr/kW.hr pada Putaran: 1800 (rpm).
Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -1E-10X5 + 1E-06X4 – 0,0045X3 + 9,0231X2 + 8947,2X + 4E + 06 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan sfc minimum diperoleh: 159,92 gr/kW.hr pada Putaran: 1400 (rpm).
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= 3E-11X5 - 3E-07X4 + 0,001X3 – 1,7944X2 + 1461X - 306202 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan sfc minimum diperoleh: 105,25 gr/kW.hr pada Putaran: 1700 (rpm).
4.2.4 Rasio Perbandingan Udara Bahan Bakar (AFR) Rasio perbandingan bahan bakar (air fuel ratio) dari masing–masing jenis pengujian dihitung berdasarkan rumus berikut : .
AFR =
ma .
mf
dimana : AFR
= air fuel ratio
.
ma
= laju aliran massa bahan bakar (kg/jam) .
Besarnya laju aliran udara ( ma ) diperoleh dengan membandingkan besarnya tekanan udara masuk yang telah diperoleh melalui pembacaan air flow manometer (Tabel 4.3) terhadap kurva viscous flow metre calibration. Pada pegujian ini, dianggap tekanan udara (Pa) sebesar 100 kPa ( ≈ 1 bar) dan temperatur (Ta) sebesar 27 0C. kurva kalibrasi dibawah dikondisikan untuk pengujian pada tekanan udara 1013 mb dan temperatur 20 0C, maka besarnya laju aliran udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi berikut :
Cf
= 3564 x Pa x = 3564 x 1 x
(Ta + 114) Ta2,5
[(27 + 273) + (114)] (27 + 273) 2,5
= 0,946531125 Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Gambar 4.7 Kurva Viscous Flow Meter Calibration (lit.10 hal 3-11).
Untuk pengujian dengan menggunakan biodiesel (B-10), beban 10 kg dan putaran 1000 rpm, tekanan udara masuk = 4 mm H2O (Tabel 4.3). Dari kurva kalibrasi diperoleh laju aliran massa udara sebesar 11,38 kg/jam untuk tekanan udara masuk = 10 mm H2O , sehingga untuk tekanan udara masuk = 4 mm H2 O diperoleh laju aliran massa udara sebesar 4,552 kg/jam dengan interpolasi, setelah dikalikan faktor koreksi (Cf), maka laju aliran massa udara yang sebenarnya : .
m a = 4,552 x 0,946531125
= 4,308609681 kg/jam
Dengan cara perhitungan yang sama, maka diperoleh harga laju aliran massa udara (ma) untuk masing–masing pengujian tiap variasi beban dan putaran . Dengan diperolehnya harga laju aliran massa bahan bakar, maka dapat dihitung besarnya rasio udara bahan bakar (AFR). Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-01), beban 10 kg dan putaran 1000 rpm :
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
AFR =
4,308609681 1,4784
= 2,914373431 Hasil perhitungan AFR untuk masing–masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.5 Perbandingan udara dan bahan bakar (AFR) pada pengujian biodiesel (B-01), biodiesel (B-02) dan solar . Dengan Bahan Bakar Biodiesel (B-01) Beban
Putaran
Perbandingan Udara dan
Statis
(rpm)
Bahan Bakar (AFR)
1000
2,914373431
1400
5,100153505
1800
2,602119135
2200
3,141985043
2600
5,042940995
2800
4,52814961
1000
1,942915621
1400
3,955272045
1800
0,650529783
2200
1,713932449
2600
4,463141492
2800
3,823769022
(kg)
10
25
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Dengan Bahan Bakar Biodiesel (B-02) Beban
Putaran
Perbandingan Udara dan
Statis
(rpm)
Bahan Bakar (AFR)
1000
0,319194103
1400
4,565863474
1800
2,706203901
2200
3,337685879
2600
5,042940995
2800
4,528144610
1000
3,677857175
1400
3,351587741
1800
2,590554161
2200
3,060092102
2600
2,248243968
2800
2,616266386
(kg)
10
25
Dengan Bahan Bakar Solar Beban
Putaran
Perbandingan Udara dan
Statis
(rpm)
Bahan Bakar (AFR)
1000
3,655110014
1400
4,055790693
1800
4,668201728
2200
6,630199557
2600
5,610168855
2800
6,106306237
1000
4,746265302
1400
6,323149497
(kg)
10
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
25
1800
7,201083460
2200
7,494103110
2600
8,415253283
2800
8,899247442
o Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.8), AFR terendah saat menggunakan biodisel (B-02) pada putaran 1000 rpm yaitu 0,319194103. Sedangkan AFR tertinggi saat menggunakan solar
pada putaran 2200 rpm sebesar
6,630199557 . o Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.9), AFR terendah terjadi saat menggunakan biodiesel (B-01) pada putaran 1800 rpm yaitu sebesar 0,650529783 . Sedangkan AFR tertinggi terjadi saat dengan menggunakan solar pada putaran 2800 rpm yaitu sebesar 8,899247442. AFR terendah terjadi ketika menggunakan biodisel (B-02) pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 0,319194103. Sedangkan AFR tertinggi terjadi ketika dengan menggunakan solar pada putaran 2800 rpm yaitu sebesar 8,899247442. Semakin tinggi putaran dan beban mesin, maka semakin kecil ratio perbandingan udara bahan bakar. Ini disebabkan karena pada putaran dan beban maksimal mesin mengalami ”overlap” dimana pada saat ini terjadi proses pembakaran yang sangat cepat dimana diperlukan bahan bakar dengan jumlah besar, sehingga diperlukan udara yang besar pula untuk mengimbangi bahan bakar tadi. Perbandingan harga AFR masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar berikut :
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
8.000 7.000 y = 2E-11x 5 - 2E-07x 4 + 0,0006x 3 - 1,0328x 2 + 887,64x - 290225 R2 = 1
y = 4E-12x 5 - 5E-08x 4 + 0,0002x 3 0,5274x 2 + 552,19x - 211760 R2 = 1
6.000
AF R
5.000 B iodis el(B -01)
4.000
B iodis el(B -02) 3.000
S olar
2.000 1.000
y = 5E-12x 5 - 6E-08x 4 + 0,0003x 3 - 0,6366x 2 + 668,3x - 262626 R2 = 1
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm )
Gambar 4.8 Grafik AFR vs putaran untuk beban 10 kg.
Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 4E-12X5 – 5E-08X4 + 0,0002X3 – 0,5274X2 + 552,19X – 211760 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan AFR maksimum diperoleh : 5,60 pada Putaran: 1200 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= 5E-12X5 - 6E-08X4 – 0,0003X3 – 0,6366X2 + 668,3X - 262626 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan AFR maksimum diperoleh: 5,10 pada Putaran: 26500 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= 2E-11X5 - 2E-07X4 + 0,0006X3 – 1,0328X2 + 887,64X - 290225 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan AFR maksimum diperoleh: 6,70 pada Putaran: 2300 (rpm).
10.000 9.000 y = -3E-12x 5 + 3E-08x 4 - 0,0001x 3 + 0,1825x 2 - 148,26x + 49412 R2 = 1
8.000 7.000
AF R
6.000 5.000
B iodis el(B -01)
4.000
B iodis el(B -02) S olar
3.000
y = 1E-11x 5 - 1E-07x 4 + 0,0004x 3 0,6897x 2 + 601,67x - 197765 R2 = 1
2.000 y = 1E-11x 5 - 1E-07x 4 + 0,0006x 3 1,1655x 2 + 1140,4x - 418766 R2 = 1
1.000 0 -1.000
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm )
Gambar 4.9 Grafik AFR vs putaran untuk beban 25 kg.
Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 1E-11X5 – 1E-07X4 + 0,0006X3 –
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
1,1655X2 + 1140,4X – 418766 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan AFR maksimum diperoleh : 5,50 pada Putaran: 1400 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= 1E-11X5 - 1E-07X4 – 0,0004X3 – 0,6897X2 + 601,67X - 197765 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan AFR maksimum diperoleh: 4,30 pada Putaran: 1200 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -3E-12X5 + 3E-08X4 - 0,0001X3 + 0,1825X2 – 148,26X + 49412 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan AFR maksimum diperoleh: 7,49 pada Putaran: 2200 (rpm).
4.2.5 Effisiensi Volumetris Efisiensi volumetris (volumetric efficiency) untuk motor bakar 4-langkah dihitung dengan rumus berikut :
ηv =
2.ma 1 . 60.n ρ a .Vs
dimana : ma = Laju aliran udara (kg / jam) Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
ρ a = Kerapatan udara (kg/m3) Vs = volume langkah torak (m3) = 1,76 x 10-3 m3 [berdasarkan spesifikasi mesin]. Diasumsikan udara sebagai gas ideal sehingga massa jenis udara dapat diperoleh dari persamaan berikut :
ρa =
Pa R.Ta
Dimana : R = konstanta gas (untuk udara = 287 J/ kg.K) Dengan memasukkan harga tekanan dan temperatur udara yaitu sebesar 100 kPa dan 27 0C, maka diperoleh massa jenis udara yaitu sebesar :
ρa =
100.000 287.(27 + 273)
= 1,161440186 kg/m3 Dengan diperolehnya massa jenis udara maka dapat dihitung besarnya effisiensi volumetris ( η v ) untuk masing–masing pengujian pada variasi beban dan putaran. Untuk pengujian tanpa menggunakan biodiesel (B-01) beban 10 kg, putaran 1000 rpm :
ηv =
1 2. 4,552 . 60.1000 1,161441 .1,76 x10 -3
= 0,0742286363 Harga efisiensi volumetris untuk masing–masing pengujian yang dihitung dengan cara perhitungan yang sama dengan perhitungan diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Tabel 4.6 Effesiensi Volumetris (%) pada pengujian biodiesel (B-01), biodiesel (B-02) dan solar . Dengan Bahan Bakar Biodiesel (B-01) Beban
Putaran
Statis
(rpm)
Effesiensi Volumetris (%)
(kg)
10
25
1000
2,41
1400
1,84
1800
4,68
2200
4,79
2600
3,41
2800
4,01
1000
3,61
1400
2,37
1800
18,75
2200
8,85
2600
3,78
2800
4,75
Dengan Bahan Bakar Biodiesel (B-02) Beban
Putaran
Statis
(rpm)
Effesiensi Volumetris (%)
(kg)
10
1000
22,01
1400
1,92
1800
4,68
2200
4,42
2600
3,41
2800
4,01
1000
1,91
1400
2,62
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
25
1800
4,39
2200
4,69
2600
7,21
2800
6,95
Dengan Bahan Bakar Solar Beban
Putaran
Statis
(rpm)
Effesiensi Volumetris (%)
(kg)
10
25
1000
6,49
1400
9,27
1800
11,85
2200
15,18
2600
17,48
2800
18,22
1000
8,35
1400
9,94
1800
12,37
2200
13,49
2600
17,48
2800
18,88
Efisiensi volumetris tertinggi terjadi ketika menggunakan biodiesel (B-02) pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 22,01 % . Effisiensi volumetris terendah terjadi ketika menggunakan biodiesel (B-01) pada putaran 1000 rpm yaitu 1,84 % . Efisiensi volumetrik menunjukkan perbandingan antara jumlah udara yang terisap sebenarnya terhadap jumlah udara yang terisap sebanyak volume langkah torak untuk setiap langkah isap. Efisiensi volumetrik antara biodiesel dan solar relatif sama,pengaruh penggunaan biodiesel terhadap efisiensi volumetrik relatif tidak ada, efisiensi volumetrik hanya dipengaruhi oleh kondisi kerja dari motor diesel. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Perbandingan efisiensi volumetris dari masing–masing pengujian pada tiap variasi putaran dapat dilihat dari gambar berikut :
25.000
y = -2E-11x 5 + 3E-07x 4 - 0,0011x 3 + 2,2927x 2 - 2338,7x + 930403 R2 = 1
E fis iens i V olum etris (% )
20.000 y = 4E-12x 5 - 4E-08x 4 + 0,0002x 3 0,3059x 2 + 279,25x - 93168 R2 = 1
15.000
B iodis el(B -01) B iodis el(B -02)
10.000
S olar
5.000
y = -2E-12x 5 + 3E-08x 4 - 0,0002x 3 + 0,3569x 2 - 382,39x + 152177 R2 = 1
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm)
Gambar 4.10 Grafik Effisiensi volumetris vs putaran untuk beban 10 kg.
Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= -2E-12X5 + 3E-08X4 - 0,0002X3 + 0,3569X2 – 382,39X + 152177 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan
efisiensi
volumetris
minimum
diperoleh : 1,05% pada Putaran: 1200 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -2E-11X5 + 3E-07X4 – 0,0011X3 + 2,2927X2 – 2338,7X + 930403 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan
efisiensi
volumetris
minimum
diperoleh: 1,92% pada Putaran: 1400 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= 4E-12X5 - 4E-08X4 + 0,0002X3 0,3059X2 + 279,35X - 93168 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan
efisiensi
volumetris
maksimum
diperoleh: 15,18 pada Putaran: 2200 (rpm).
25.000 y = -9E-11x 5 + 1E-06x 4 - 0,0039x 3 + 7,4578x 2 - 6862,5x + 2E+06 R2 = 1
E fis iens i V olum etris (% )
20.000
y = -2E-11x 5 + 2E-07x 4 - 0,0006x 3 + 1,021x 2 - 887,72x + 303710 R2 = 1
15.000 10.000
y = -2E-11x 5 + 2E-07x 4 - 0,0006x 3 + 1,1122x 2 - 968,34x + 325673 R2 = 1 B iodis el(B -01)
5.000
B iodis el(B -02) S olar
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
-5.000 -10.000 P uta ra n(R pm )
Gambar 4.11 Grafik Effisiensi volumetris vs putaran untuk beban 25 kg
Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= -9E-11X5 + 1E-06X4 - 0,0039X3 +
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
7,4578X2 – 6862,5X + 2E + 06 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan
efisiensi
volumetris
minimum
diperoleh : -8,00% pada Putaran: 1200 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -2E-11X5 + 2E-07X4 – 0,0006X3 + 1,1122X2 – 968,34X + 325673 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan
efisiensi
volumetris
minimum
diperoleh: 1,20% pada Putaran: 1100 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -2E-11X5 + 2E-07X4 - 0,0006X3 + 1,021X2 – 887,72X + 303710 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan
efisiensi
volumetris
minimum
diperoleh: 7,50 pada Putaran: 1100 (rpm).
4.2.6 Efisiensi Thermal Brake Efisiensi thermal brake (brake thermal eficiency, η b ) merupakan perbandingan antara daya keluaran aktual terhadap laju panas rata–rata yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar. Efisiensi termal brake dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
ηb =
PB . 3600 m f .LHV
dimana: Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
ηb
= Efisiensi termal brake
LHV = nilai kalor pembakaran bahan bakar (kJ/kg) Dalam pengujian ini diasumsikan gas buang yang keluar dari knalpot mesin uji masih mengandung uap air (uap air yang terbentuk dari proses pembakaran bahan bakar yang belum sempat mengalami kondensasi didalam silinder sebelum langkah buang terjadi) sehingga kalor laten kondensasi uap air tidak diperhitungkan sebagai nilai kalor pembakaran bahan bakar (LHV, Low Heating Value). Hal ini berarti untuk mendapatkan nilai LHV, maka nilai kalor bahan bakar yang telah diperoleh dari pengujian sebelumnya (HHV, High Heating Value) dengan menggunakan bom kalorimeter harus dikurangkan dengan besarnya kalor laten kondensasi uap air yang terbentuk dari proses pembakaran.
LHV = HHV – Qlc Dimana : Qlc = kalor laten kondensasi uap air.
Dengan mengasumsikan tekanan parsial yang terjadi pada knalpot mesin uji adalah sebesar 20 kN/m2 (tekanan parsial yang umumnya terjadi pada knalpot motor bakar), maka dari tabel uap diperoleh besarnya kalor laten kondensasi uap air yaitu sebesar 2400 kJ/kg [Lit.9 hal 12]. Bila diasumsikan pembakaran yang terjadi adalah pembakaran sempurna maka besarnya uap air yang terbentuk dari pembakaran bahan bakar dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : % Berat H dalam bahan bakar =
y. AR.H x 100 % MR(C X H Y O Z )
dimana : x,y, dan z
= konstanta (jumlah atom)
AR H
= Berat atom Hidrogen
MR(C X H Y O Z ) = Berat molekul C X H Y OZ
Massa air yang terbentuk = ½ x y x (% berat H dalam bahan bakar) x massa bahan bakar
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Pada tabel 2.2, diperoleh jenis dan persentase komposisi asam-asam lemak pembentuk metil ester berbahan baku minyak kelapa sawit. Berdasarkan reaksi transesterifikasi (gbr. 2.1), dengan mengubah masing-masing asam lemak tersebut kedalam bentuk metil esternya maka diperoleh jumlah kandungan hidrogen dan persentase beratnya untuk tiap metil ester pembentuk biodiesel sehingga jumlah air yang terbentuk tiap satu satuan massa biodiesel dapat dihitung. Total massa air yang terbentuk = 1 Σ × y × (% berat H dalammetilester )× (% asam lemak )× massa bahan bakar 2
Hasil perhitungan total massa air yang terbentuk dari pembakaran tiap satu kilogram (1 kg) biodiesel pada proses pembakaran sempurna dapat dilihat pada tabel 4.7.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Tabel 4.7 Jumlah air yang terbentuk dari pembakaran tiap 1 kg biodiesel Jenis asam
%
lemak
Bentuk Dimethil Ester
Jum
%
Jumlah
dalam
lah
berat
H2O yang
biodies
Hid
Hidrog
terbentuk
el
roge
en
n
Lauric (C12)
1,83
Myristic (C14)
1,90
Palmitic (C16 : 0)
40,09
Stearic (C18 : 0)
4,32
Dimethil Oleic
41,13
26
12,15
CH3(CH2)12COOCH3
30
12,397
CH3(CH2)14COOCH3
34
12,593
CH3(CH2)16COOCH3
38
12,752
40
11,235
34
11,565
CH3(CH2)10COOCH3
CH3(CH2)7CH(COOCH3)(CH2)8 COOCH3
(C18 : 1) Linoleic (C18 : 2)
CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7 10,73
COOCH3
0,028905 kg 0,035331 kg 0,858251 kg 0,104668 kg 0,924191 kg 0,210957 kg 2,162303
Total H2O yang terbentuk dari pembakaran 1 kg biodiesel
kg
Dengan diperolehnya massa air yang terbentuk, maka dapat dihitung besarnya kalor laten kondensasi uap air dari proses pembaran tiap 1 kg. Qlc = 2400 kj/kg . 2,162303 = 5189,5272 kj/kg
Sehingga besarnya CV untuk biodiesel (B01) dapat dihitung sebagai berikut : CV = HHVB01 - Qlc = 37708,6990 kJ/kg – 5189,5272 kJ/kg = 32519,1718 kJ/kg
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Harga CV untuk solar (C
12
H 26 ) dihitung dengan cara yang sama :
% berat H dalam solar=
=
y. ARH X100 % MRC 12 H 26
26.1 X 100% (12.12) + (26.1)
= 15,29 % Jumlah uap air yang terbentuk dari pembakaran tiap 1 kg solar : 1 15,29 ⋅ 26 ⋅ ⋅ 1kg = 1,9877 kg 2 100
Kalor laten kondensasi uap air dari pembakaran tiap 1 kg solar :
qlc
solar
= 2400 kj/kg .1,9877 kg = 4770,48 kj per 1 kg solar
Besarnya CV solar : CV solar = HHV
solar
- Q lc
solar
= 44797,54 kj/kg – 4770,48 kj/kg = 40027,06 kj/kg
Sedangkan harga CV untuk bahan bakar yang merupakan campuran antara biodiesel (B01) dengan solar dihitung dengan rumus pendekatan berikut :
CV Bxx = HHV BXX - {( B.Q lc )-( S.Q lc
solar
)}
Dimana : B = Persentase biodiesel dalam bahan bakar campuran S = Persentase solar dalam bahan bakar campuran Untuk B01, B = 0,1 dan S = 0,9 CV B10 = HHV B 01 - {(0,1 ⋅ Qlc ) + ( 0,9 ⋅ Qlc
solar
)}
= 37708,6990 kj/kg – {(0,1 ⋅ 5189,5272kj / kg ) + (0,9 ⋅ 4770,48kj / kg )} = 32896,3142 kj/kg
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Dengan cara perhitungan yang sama untuk bahan bakar biodiesel (B02), maka hasil perhitungan harga CV untuk B02 = 44188,2832 kj/kg CV = HHVB02 - Qlc = 40760,8390 kJ/kg – 5189,5272 kJ/kg = 35571,3118 kJ/kg
Setelah diperoleh harga CV untuk masing-masing bahan bakar maka dapat dihitung besarnya efisiensi termal brake ( η b ). Untuk Biodiesel (B01), beban 10 kg pada putaran 1000 rpm
ηb =
3,4540 × 3600 1,4784 x(49228,067 − 5189,5272)
= 0,190985 Cara perhitungan yang sama dilakukan untuk menghitung efisiensi termal brake masing-masing bahan bakar pada tiap variasi beban dan putaran. Hasil perhitungan efisiensi termal brake dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini : Tabel 4.8 Efisiensi thermal brake ( η b ) pada pengujian biodiesel (B-01), biodiesel (B-02) dan solar . Dengan Bahan Bakar Biodiesel (B-01) Beban
Putaran
Efisiensi thermal brake
(kg)
(rpm)
(%)
1000
19,09
1400
54,77
1800
15,87
2200
17,42
2600
31,06
2800
28,06
1000
30,09
1400
97,35
1800
8,64
2200
20,09
10
25
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
2600
59,58
2800
47,28
Dengan Bahan Bakar Biodiesel (B-02) Beban
Putaran
Efisiensi thermal brake
(kg)
(rpm)
(%)
1000
1,60
1400
35,84
1800
74,58
2200
15,77
2600
11,89
2800
15,62
1000
47,84
1400
108,50
1800
215,09
2200
40,13
2600
24,98
2800
23,58
10
25
Dengan Bahan Bakar Solar Beban
Putaran
Efisiensi thermal brake
(kg)
(rpm)
(%)
1000
29,20
1400
30,48
1800
30,33
2200
24,97
2600
24,97
2800
26,08
1000
69,58
1400
80,45
1800
76,48
10
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
25
2200
75,64
2600
67,89
2800
67,23
o Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.12), BTE terendah terjadi saat menggunakan biodisel (B02)
pada putaran 1000 rpm yaitu 1,60 % .
Sedangkan BTE tertinggi terjadi saat menggunakan biodiesel (B02) pada putaran 1800 rpm yaitu sebesar 74,58 % . o Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.13), BTE terendah terjadi saat menggunakan biodisel (B01) pada putaran 1800 rpm yaitu 8,64 % Sedangkan BTE tertinggi terjadi saat menggunakan biodiesel (B02)
.
pada
putaran 1800 rpm yaitu sebesar 215,09 % .
BTE terendah terjadi ketika menggunakan biodisel (B02) pada beban 10 kg dan putaran 1000 rpm yaitu 1,60 %. Harga BTE tertinggi terjadi ketika menggunakan biodiesel (B02) pada beban 25 kg dan putaran 1800 rpm yaitu sebesar 215,09 % . Efisiensi termal dari biodiesel relatif lebih besar dari efisiensi termal solar, hal ini dapat ditunjukkan dengan lebih besarnya nilai kalor dari biodiesel dibandingkan dengan solar. Kenaikan putaran poros pada beban konstan cenderung mengurangi efisiensi termal, untuk beban konstan daya efektif daya efektif yang dihasilkan relatif konstan dan kenaikan putaran poros akan mempersingkat waktu proses pencampuran bahan bakar–udara, sehingga pembakaran berlangsung kurang baik, hal ini akan menghasilkan energi pembakaran yang lebih kecil dan cenderung mengurangi efisiensi termal. Pada kondisi penambahan beban pada putaran poros konstan akan terjadi penambahan kandungan oksigen yang terikat pada biodiesel sebanding dengan penambahan massa bahan bakar, hal ini akan menyebabkan semakin banyak bahan bakar yang terbakar dan daya efektif yang lebih besar, sehingga meningkatkan efisiensi termal. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Perbandingan harga BTE untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar berikut :
100.000 B iodis el(B -01)
E fis iens i T herm al B rake (% )
80.000
y = -4E-10x 5 + 4E-06x 4 - 0,0167x 3 + 30,931x 2 - 27314x + 9E+06 R2 = 1
y = 1E-10x 5 - 1E-06x 4 + 0,0053x 3 11,003x 2 + 10884x - 4E+06 R2 = 1
60.000
B iodis el(B -02) S olar
40.000
y = -3E-11x 5 + 3E-07x 4 - 0,001x 3 + 1,8375x 2 - 1599,5x + 561421 R2 = 1
20.000 0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
-20.000 -40.000 P uta ra n(R pm)
Gambar 4.12 Grafik BTE vs putaran untuk beban 10 kg
Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 1E-10X5 - 1E-06X4 + 0,0053X3 11,003X2 + 10884X - 4E + 06 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan BTE maksimum diperoleh : 64,00% pada Putaran: 1200 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -4E-10X5 + 4E-06X4 – 0,0167X3 + 30,931X2 – 27314X + 9E + 06 dengan nilai
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan BTE maksimum diperoleh: 79,00% pada Putaran: 1700 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -3E-11X5 + 3E-07X4 - 0,001X3 + 1,8375X2 – 1599,5X + 561421 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan
BTE
minimum
diperoleh:
24,00%pada Putaran: 2400 (rpm).
250.000
y = -1E-09x 5 + 1E-05x 4 - 0,0509x 3 + 94,215x 2 - 83533x + 3E+07 R2 = 1
E fis iens i T herm al B rake (% )
200.000
B iodis el(B -01) B iodis el(B -02) S olar
150.000 y = 5E-11x 5 - 5E-07x 4 + 0,0021x 3 3,8897x 2 + 3555,2x - 1E+06 R2 = 1
100.000
50.000
y = 2E-10x 5 - 3E-06x 4 + 0,0114x 3 23,734x 2 + 23557x - 9E+06 R2 = 1
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
-50.000
-100.000 P uta ra n(R pm )
Gambar 4.13 Grafik BTE vs Putaran untuk beban 25 kg
Analisa performansi: Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 2E-10X5 + 3E-06X4 + 0,0114X3 23,734X2 + 23557X - 9E + 06 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan BTE maksimum diperoleh : 120,00% pada Putaran: 1300 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -1E-09X5 + 1E-05X4 – 0,0509X3 + 94,215X2 – 83533X + 3E + 07 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan BTE minimum diperoleh: -80,00% pada Putaran: 1100 (rpm).
Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= 5E-11X5 - 5E-07X4 + 0,0021X3 – 3,8897X2 + 3555,2X – 1E + 06 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan
BTE
maksimum
diperoleh:
76,00%pada Putaran: 1100 (rpm).
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
4.3 Pengujian Emisi Gas Buang
4.3.1
Kadar Carbon Monoksida (CO) dalam Gas Buang Data hasil pengukuran kadar CO dari gas buang hasil pembakaran ke
tiga tipe pengujian yang diuji dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 Kadar CO dalam gas buang.
BEBAN
PUTARAN
STATIS
(rpm)
KADAR C0 (%) Biodiesel
Biodiesel
(B-01)
(B-02)
1000
0,035
0,042
0,042
1400
0,048
0,051
0,071
1800
0,072
0,074
0,074
2200
0,092
0,100
0,081
2600
0,091
0,085
0,069
2800
0,088
0,088
0,066
1000
0,033
0,046
0,048
1400
0,043
0,072
0,064
1800
0,072
0,073
0,087
2200
0,096
0,079
0,099
2600
0,088
0,071
0,099
2800
0,079
0,072
0,100
(KG)
10
Solar
25
o Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.14), kadar CO terendah terjadi saat menggunakan biodisel(B01)
pada putaran 1000 rpm yaitu 0,035 %.
Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan biodiesel (B-02) pada putaran 2200 rpm yaitu sebesar 0,100 %. o Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.15), kadar CO terendah terjadi saat menggunakan biodiesel (B-01) pada putaran 1000 rpm yaitu Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan solar
0,033 %. pada putaran
2800 rpm yaitu sebesar 0,100 %. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
CO muncul akibat kurang optimalnya proses pembakaran sehingga bahan bakar tidak terbakar karena kekurangan oksigen. Hal ini terjadi bila campuran bahan bakar lebih kaya dibanding campuran stoikiometris, dan terjadi pada saat beban rendah dan output maksimum saat akselerasi. Perbandingan kadar CO yang terdapat dalam gas buang masing-masing pengujian dapat dilihat pada gambar berikut :
0,12 y = 2E-16x 5 - 2E-12x 4 + 5E-09x 3 9E-06x 2 + 0,0078x - 2,4637 R2 = 1
0,1
K adar C O (% )
0,08
y = 1E-16x 5 - 1E-12x 4 + 4E-09x 3 7E-06x 2 + 0,0067x - 2,3354 R2 = 1
B iodis el(B -01)
0,06
B iodis el(B -02) S olar 0,04 y = 4E-17x 5 - 3E-13x 4 + 1E-09x 3 2E-06x 2 + 0,0014x - 0,4045 R2 = 1
0,02
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm )
Gambar 4.14 Grafik Kadar CO vs Putaran untuk beban 10 kg Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 4E-17X5 - 3E-13X4 + 1E - 09X3 – 2E-06X2 + 0,0014X – 0,4045 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO maksimum diperoleh : 0,095% pada Putaran: 2300 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= 2E-16X5 - 2E-12X4 + 5E- 09X3 – 9E- 06X2 + 0,0078X – 2,4637 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO maksimum diperoleh: 0,10% pada Putaran: 2200 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= 1E-16X5 - 2E-12X4 + 4E-09X3 – 7E-06X2 + 0,0067X – 2,3354 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO maksimum diperoleh: 0,81%pada Putaran: 2200 (rpm).
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
0,12 y = 4E-18x 5 - 7E-15x 4 - 1E-10x 3 + 4E-07x 2 - 0,0005x + 0,2547 R2 = 1
0,1
0,08 B iodis el B 01
y = 1E-16x 5 - 1E-12x 4 + 4E-09x 3 7E-06x 2 + 0,0063x - 2,1777 R2 = 1
0,06
B iodis el B 02 S olar
0,04 y = 5E-17x 5 - 5E-13x 4 + 2E-09x 3 3E-06x 2 + 0,002x - 0,5534 R2 = 1
0,02
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n (R pm )
Gambar 4.15 Grafik Kadar CO vs Putaran untuk beban 25 kg Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 5E-17X5 - 5E-13X4 + 2E - 09X3 – 3E-06X2
+
Regresi(R2)=
0,002X
–
1
grafik
dan
0,5534
dengan
condong
nilai
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO maksimum diperoleh : 0,098% pada Putaran: 2300 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= 1E-16X5 - 1E-12X4 + 4E- 09X3 – 7E- 06X2 + 0,0063X – 2,1777 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO maksimum diperoleh: 0,79% pada Putaran: 2200 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= 4E-18X5 - 7E-15X4 - 1E-10X3 – 1E-10X2 - 0,0005X + 0,2547 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO maksimum diperoleh: 0,10%pada Putaran: 24S00 (rpm).
4.3.2
Kadar Nitrogen Oksida (N0x) dalam gas buang Data hasil pengukuran kadar NOx dari gas buang hasil pembakaran ke
tiga tipe pengujian yang diuji dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10 Kadar NOx dalam gas buang.
BEBAN
PUTARAN
STATIS
(rpm)
Biodiesel
Biodiesel
(B-01)
(B-02)
1000
5000
5000
0
1400
478
1591
0
1800
189
5000
0
2200
83
0
0
2600
4122
5000
0
2800
0
0
0
1000
0
0
1
1400
0
5000
0
1800
5000
2699
0
2200
0
5000
0
(KG)
10
KADAR NOX (ppm) Solar
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
25
2600
0
2684
0
2800
0
2375
0
o Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.16), kadar NOx terendah terjadi saat menggunakan solar
pada putaran 1000-2800 rpm, menggunakan biodisel
(B01) pada putaran 2800 rpm, menggunakan biodisel (B02) pada putaran 2200 rpm, 2800 rpm yaitu 0 ppm. Sedangkan kadar NOx tertinggi terjadi saat menggunakan biodiesel (B-01) pada putaran 1000 rpm dan biodiesel (B-02) pada putaran 1000 rpm, 2600rpm yaitu sebesar 5000 ppm. o Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.17), kadar NOx terendah terjadi saat menggunakan biodiesel (B-01) pada putaran 1000-1400 rpm, 2200-2800 rpm yaitu 0 ppm dan menggunakan solar pada putaran 1400-2800 rpm yaitu 0 ppm. Sedangkan kadar NOx tertinggi terjadi saat menggunakan biodiesel (B01)
pada putaran 1800 rpm dan menggunakan biodiesel (B-02) pada putaran
1400 rpm, 2200 rpm yaitu sebesar 5000 ppm.
NOx terbentuk karena tingginya temperatur pembakaran bahan bakar udara di dalam silinder. Semakin tinggi temperatur pembakaran , maka semakin bertambah kadar NOx yang terbentuk. Perbandingan kadar NOx yang terdapat dalam gas buang masing-masing pengujian dapat dilihat pada gambar berikut :
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
7000 y = -9E-11x 5 + 8E-07x 4 - 0,0031x 3 + 5,6855x 2 - 4996,1x + 2E+06 R2 = 1
6000 5000 4000
y = -4E-11x 5 + 3E-07x 4 - 0,0013x 3 + 2,2392x 2 - 1949x + 663980 R2 = 1
NO x (ppm )
3000 2000
B iodis el(B -01)
1000 R2
0 -1000
0
500
1000
1500
2000
B iodis el(B -02)
y=0 = #N/A
2500
S olar 3000
-2000 -3000 -4000 P uta ra n(R pm )
Gambar 4.16 Grafik Kadar NOx vs Putaran untuk beban 10 kg Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= -4E-11X5 + 3E-07X4 – 0,0013X3 + 2,2392X2 – 1949X + 663980 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar NOx minimum diperoleh : -500 ppm pada Putaran: 2000 (rpm).
Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -9E-11X5 + 8E-07X4 - 0,0031X3 + 5,6855X2 – 4996,1X + 2E + 06 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar NOx minimum diperoleh: 2800 ppm pada Putaran: 1200 (rpm).
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y=0 dengan nilai Regresi(R2)= #N/A.
B iodis el B 01
8000
B iodis el B 02
y = -5E-11x 5 + 5E-07x 4 - 0,0019x 3 + 3,5469x 2 - 3186,6x + 1E+06 R2 = 1
6000
S olar
NOx (ppm )
4000 y = 4E-11x 5 - 4E-07x 4 + 0,0014x 3 2,6739x 2 + 2429,1x - 848772 R2 = 1
2000
0 0
500
1000
1500
2000
2500
-2000
y = -9E-16x 3000 5 + 1E-11x 4 - 4E-08x 3 + 9E-05x 2 - 0,09x + 36,495 R2 = 1
-4000
-6000 P uta ra n(R pm )
Gambar 4.17 Grafik Kadar NOx vs Putaran untuk beban 25 kg Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= -5E-11X5 + 5E-07X4 – 0,0019X3 + 3,5469X2 – 3188,6X + 1E + 06 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar NOx minimum diperoleh : 4900 ppm pada Putaran: 1100 (rpm).
Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= 4E-11X5 - 4E-07X4 + 0,0014X3 – 2,6739X2 + 2429,1X – 848772 dengan nilai
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar NOx maksimum diperoleh: 6400 ppm pada Putaran: 1200 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -9E-16X5 + 1E-11X4 - 4E-08X3 +9E-05X2 - 0,09X + 36,495 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO minimum diperoleh: 1 ppm pada Putaran: 1000 (rpm).
4.3.3
Kadar Unburned Hidro Carbon (UHC) dalam gas buang Data hasil pengukuran kadar CO dari gas buang hasil pembakaran ke
tiga tipe pengujian yang diuji dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut :
Tabel 4.11 Kadar UHC dalam gas buang.
BEBAN
PUTARAN
STATIS
(rpm)
Biodiesel
Biodiesel
(B-01)
(B-02)
1000
3
6
8
1400
7
8
6
1800
11
8
13
2200
20
23
12
2600
14
17
7
2800
17
8
8
1000
4
5
6
1400
8
6
8
1800
8
11
13
(KG)
10
KADAR UHC (ppm) Solar
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
25
2200
17
14
18
2600
9
17
21
2800
8
11
21
o Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.18), kadar UHC terendah terjadi saat menggunakan biodiesel (B-01) pada putaran 1000 rpm yaitu 3 ppm. Sedangkan kadar UHC tertinggi terjadi saat menggunakan biodiesel (B-02) pada putaran 2200 rpm yaitu sebesar 23 ppm. o Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.19), kadar UHC terendah terjadi saat menggunakan biodiesel (B-01) pada putaran 1000 rpm yaitu
4 ppm .
Sedangkan kadar UHC tertinggi terjadi saat menggunakan solar pada putaran 2600-2800 rpm yaitu sebesar 21 ppm.
Unburned Hidro Carbon (UHC) timbul tidak hanya karena campuran bahan bakar udara yang kaya (konsumsi bahan bakar lebih besar dibanding udara), tetapi bisa juga karena campuran miskin pada suhu pembakaran rendah dan lambat misalnya pada saat idel (mesin berputar bebas ) atau waktu pemanasan mesin. Tidak sempurna nya pembakaran dimana bahan bakar tidak terbakar seluruhnya karena kekurangan udara akan menyebabkan timbulnya HC. Mesin diesel adalah mesin yang memanfaatkan tekanan udara kompresi yang tinggi untuk proses pembakaran. Perbandingan kadar UHC yang terdapat dalam gas buang masing-masing sampel pengujian dapat dilihat pada gambar berikut :
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
30 25
y = 9E-14x 5 - 9E-10x 4 + 3E-06x 0,0064x 2 + 5,6689x - 1914 R2 = 1
20 UHC (ppm)
3
-
y = 8E-14x 0,0051x
5 2
15
- 8E-10x 4 + 3E-06x + 4,3611x - 1443,3 R2 = 1
3
-
Biodisel B01 Biodisel B02
10
Solar y = -7E-15x 0,0011x
5
5
+ 9E-11x 4 - 5E-07x 2 - 1,1372x + 448,39 R2 = 1
3
+
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Putaran(Rpm)
Gambar 4.18 Grafik Kadar UHC vs Putaran untuk beban 10 kg Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 9E-11X5 - 9E-07X4 – 0,0019X3 + 3,5469X2 – 3188,6X + 1E + 06 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar UHC maksimum diperoleh : 20 ppm pada Putaran: 200 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= 9E-11X5 - 4E-07X4 + 0,0014X3 – 2,6739X2 + 2429,1X – 848772 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar UHC maksimum diperoleh: 24 ppm pada Putaran: 2400 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -9E-16X5 + 1E-11X4 - 4E-08X3 +9E-05X2 - 0,09X + 36,495 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar UHC minimum diperoleh: 3,5 ppm pada Putaran: 1200 (rpm).
25 y = -1E-15x 5 + 1E-11x 4 - 6E-08x 3 + 0,0001x 2 - 0,1458x + 61,828 R2 = 1
UHC (ppm )
20
y = -3E-14x 5 + 3E-10x 4 - 1E-06x 3 + 0,0021x 2 - 1,8418x + 623,13 R2 = 1
15
B iodis el(B -01) B iodis el(B -02)
10
S olar y = 9E-14x 5 - 9E-10x 4 + 3E-06x 3 0,0061x 2 + 5,3662x - 1803,2 R2 = 1
5
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n (R pm )
Gambar 4.19 Grafik Kadar UHC vs Putaran untuk beban 25 kg Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 9E-11X5 - 7E-07X4 – 0,0032X3 + 3,5469X2 – 3188,6X + 1E + 06 dengan nilai
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar UHC maksimum diperoleh : 17,24 ppm pada Putaran: 2300 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -3E-11X5 - 4E-08X4 + 0,001X3 – 2,3539X2 + 2429,1X – 848772 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar UHC minimum diperoleh: 3 ppm pada Putaran: 1200 (rpm).
Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -1E-16X5 - 1E-07X4 - 4E-08X3 +9E-05X2 - 0,09X + 36,495 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar UHC minimum diperoleh: 1 ppm pada Putaran: 1100 (rpm).
4.3.4
Kadar Carbon Dioksida (CO2) dalam gas buang Data hasil pengukuran kadar CO2 dari gas buang hasil pembakaran ke
tiga tipe pengujian yang diuji dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut :
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Tabel 4.12 Kadar CO2 dalam gas buang.
BEBAN
PUTARAN
STATIS
(rpm)
Biodiesel
Biodiesel
(B-01)
(B-02)
1000
2,40
2,46
3,65
1400
2,69
2,78
4,97
1800
2,96
3,01
5,68
2200
3,30
3,29
6,79
2600
3,47
3,51
7,06
2800
3,75
3,69
6,74
1000
2,49
3,00
2,97
1400
2,81
4,04
3,15
1800
3,26
4,09
3,56
2200
3,69
4,64
3,97
2600
3,87
5,02
4,22
2800
3,99
4,71
4,29
(KG)
10
KADAR CO2 (%)
25
Solar
o Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.20), kadar CO2 terendah terjadi saat menggunakan biodiesel (B-01) pada putaran 1000 yaitu sebesar 2,40 %. Sedangkan kadar CO2 tertinggi terjadi saat menggunakan solar pada putaran 2600 rpm yaitu sebesar 7,06 %. o Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.21), kadar CO2 terendah terjadi saat menggunakan biodiesel (B-01) pada putaran 1000 rpm yaitu
2,49 % .
Sedangkan kadar CO2 tertinggi terjadi saat menggunakan biodiesel (B-02) pada putaran 2600 rpm yaitu sebesar 5,02 %. Carbon dan Oksigen bergabung membentuk senyawa carbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan carbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna . Semakin tinggi kadar (CO) , maka semakin rendah CO2 yang diperoleh dari hasil pembakaran . Bila campuran bahan bakar udara sempurna (stoikiometris), maka akan dihasilkan senyawa CO2. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Jumlah emisi CO2 yang lebih besar pada solar jika dibandingkan terhadap biodiesel menunjukkan bahwa adanya kemungkinan bahwa solar mempunyai senyawa berat yang jumlah ikatan rantai karbon yang lebih panjang, sehingga kemungkinan jumlah senyawa karbon yang terbakar lebih banyak dan menghasilkan emisi CO2 yang besar. Proses pencampuran udara-bahan bakar dimulai dari diinjeksikannya bahan bakar kedalam silinder, kemudian butiran bahan bakar akan menguap dan bercampur dengan udara, proses ini dipengaruhi oleh viskositas dan kemampuan bahan bakar untuk dapat menguap. Solar mempunyai viskositas yang lebih kecil dari biodiesel, sehingga pembentukan butiran dan penguapan bahan bakar lebih mudah dan pencampuran udara-bahan bakar berlangsung dengan baik. Kenaikan putaran poros mempercepat proses pembakaran, sehingga bahan bakar yang terbakar relatif lebih banyak dan emisi CO2 yang dihasilkan cenderung bertambah besar seperti yang ditunjukkan pada gambar (4.20) dan gambar (4.21). Perbandingan kadar CO2 yang terdapat dalam gas buang tiap-tiap pengujian dapat dilihat pada gambar berikut :
8.000
7.000 y = 3E-12x 5 - 3E-08x 4 + 0,0001x 3 0,2218x 2 + 206,09x - 70373 R2 = 1
6.000
C O2 (% )
5.000
B iodis el(B -01)
4.000
B iodis el(B -02) S olar
y = 6E-13x 5 - 6E-09x 4 + 2E-05x 3 0,0428x 2 + 38,639x - 11215 R2 = 1
3.000
y = 1E-12x 5 - 1E-08x 4 + 5E-05x 3 0,0848x 2 + 73,161x - 22191 R2 = 1
2.000
1.000
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P u ta ra n (R p m )
Gambar 4.20 Grafik Kadar CO2 vs Putaran untuk beban 10 kg Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 1E-11X5 - 1E-07X4 – 0,0032X3 + 3,5469X2 – 3188,6X - 22191 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO2 maksimum diperoleh : 2,60 % pada Putaran: 1200 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= 6E-11X5 - 6E-08X4 + 0,001X3 – 2,3539X2 + 2429,1X – 11215 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO2 maksimum diperoleh: 2,70% pada Putaran: 1200 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= 3E-16X5 - 3E-07X4 - 4E-08X3 +9E-05X2 0,09X - 70373 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO2 maksimum diperoleh: 7,18% pada Putaran: 2300 (rpm).
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
6.000 y = 1E-12x 5 - 1E-08x 4 + 6E-05x 3 0,1369x 2 + 139,23x - 50539 R2 = 1
5.000
y = 1E-13x 5 - 1E-09x 4 + 2E-06x 3 0,0015x 2 - 1,1077x + 3958 R2 = 1
C O2 (% )
4.000
B iodis el(B -01)
3.000
B iodis el(B -02)
y = 7E-13x 5 - 7E-09x 4 + 2E-05x 3 0,0387x 2 + 31,79x - 7846,3 R2 = 1
2.000
S olar
1.000
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm )
Gambar 4.21 Grafik Kadar CO2 vs Putaran untuk beban 25 kg Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 7E-11X5 - 7E-07X4 – 0,0032X3 + 3,5469X2 – 3188,6X – 7846,3 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO2 maksimum diperoleh : 3,60 % pada Putaran: 2100 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= 1E-12X5 - 1E-08X4 + 0,05X3 – 09X2
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
+ 2,5X – 50539 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO2 maksimum diperoleh: 5,03% pada Putaran: 2500 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= 1E-13X5 - 1E-06X4 - 1E-07X3 +9E-05X2 08X - 3958 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar CO2 maksimum diperoleh: 4,20% pada Putaran: 2500 (rpm).
Kadar Sisa Oksigen (O2) dalam gas buang
4.3.5
Data hasil pengukuran kadar sisa O2 dari gas buang hasil pembakaran ke tiga tipe pengujian yang diuji dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut :
Tabel 4.13 Kadar Sisa Oksigen (O2) dalam gas buang.
BEBAN
PUTARAN
STATIS
(rpm)
Biodiesel
Biodiesel
(B-01)
(B-02)
1000
21,03
21,53
20,33
1400
20,88
20,74
20,50
1800
21,03
20,81
20,69
2200
21,11
20,72
20,68
2600
20,70
20,71
20,69
2800
20,71
21,12
20,72
1000
20,91
16,85
20,71
1400
20,83
16,60
20,89
(KG)
10
KADAR O2 (%) Solar
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
25
1800
20,76
16,81
19,87
2200
20,97
14,75
21,28
2600
20,69
20,83
20,98
2800
20,95
14,75
22,62
o Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.21), kadar O2 terendah terjadi saat menggunakan solar pada putaran 1000 yaitu sebesar 20,33 %. Sedangkan kadar O2 tertinggi terjadi saat menggunakan biodiesel (B-02) pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 21,53 %. o Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.22), kadar O2 terendah terjadi saat menggunakan biodiesel (B-02) pada putaran 2200 rpm, 2800 rpm yaitu 14,75 % . Sedangkan kadar O2 tertinggi terjadi saat menggunakan solar pada putaran 2200 rpm yaitu sebesar 21,28 %.
Kadar sisa O2 terendah diperoleh ketika menggunakan biodiesel (B-02) pada putaran 2000 rpm, 2800 rpm yaitu 14,75 % pada pembebanan 25 kg , yang disebabkan karena kurang optimalnya proses pembakaran. Kadar sisa
O2
tertinggi terjadi saat menggunakan biodiesel (B-02) pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 21,53 %. Proses pembakaran pada motor diesel berlangsung pada campuran udara-bahan bakar yang miskin atau adanya udara (oksigen) lebihan yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan proses pembakaran, sehingga dalam gas buang hasil pembakaran masih mengandung O2. Sisa O2 gas buang dari pembakaran biodiesel lebih besar dari pada solar, hal ini dimungkinkan karena adanya kandungan oksigen yang terikat langsung pada senyawa bahan bakar biodiesel. Pengaruh kenaikan putaran poros pada beban konstan cenderung mengurangi jumlah sisa O2 gas buang, hal ini disebabkan pada kondisi tersebut jumlah massa bahan bakar yang terbakar relatif lebih banyak, sehingga dengan jumlah udara yang sama memerlukan lebih banyak oksigen untuk proses pembakaran. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Perbandingan kadar sisa
O2 yang terdapat dalam gas buang masing-
masing sampel pengujian dapat dilihat pada gambar berikut ini :
21.600
y = -1E-13x 5 + 3E-09x 4 - 2E-05x 3 + 0,0507x 2 - 59,711x + 46977 R2 = 1
21.400
y = 2E-12x 5 - 2E-08x 4 + 6E-05x 3 0,0933x 2 + 73,663x - 1220,6 R2 = 1
O2(% )
21.200 21.000
B iodis el(B -01) B iodis el(B -02)
20.800
S olar 20.600 20.400
y = -6E-13x 5 + 6E-09x 4 - 2E-05x 3 + 0,0438x 2 - 39,244x + 33584 R2 = 1
20.200 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm )
Gambar 4.22 Grafik Kadar O2 vs Putaran untuk beban 10 kg Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 2E-11X5 - 2E-07X4 + 6E-0,0032X3 + 3,5469X2 – 3188,6X – 120,6 dengan nilai Regresi(R2)=
1
dan
grafik
condong
terbuka
kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar O2 maksimum diperoleh : 21,15 % pada Putaran: 2000 (rpm). Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -1E-12X5 + 3E-08X4 + 2E-0,05X3 –
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
09X2 + 2,5X + 46977 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan
kadar
O2
minimum
diperoleh:
20,68% pada Putaran: 2700 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= -6E-13X5 + 6E-2E-06X4 - 1E-07X3 +9E06X2 - 08X - 33584 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan
kadar
O2
minimum
diperoleh:
20,39% pada Putaran: 1100 (rpm).
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
25.000 y = 2E-11x 5 - 2E-07x 4 + 0,0007x 3 1,2772x 2 + 1121,4x - 357755 R2 = 1 y = 4E-12x 5 - 3E-08x 4 + 0,0001x 3 0,2262x 2 + 193,63x - 42853 R2 = 1
20.000
15.000 O2(% )
y = -1E-11x 5 + 8E-08x 4 - 0,0002x 3 + 0,2163x 2 - 61,935x R 2 = 0,6344
B iodis el(B -01) B iodis el(B -02) S olar
10.000
5.000
0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
P uta ra n(R pm )
Gambar 4.23 Grafik Kadar O2 vs Putaran untuk beban 25 kg Analisa performansi: Biodisel B-01
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB01, yaitu: Y= 4E-12X5 - 3E-06X4 + 5E-0,0001X3 + 09X2 – 312,9X – 42853 dengan nilai Regresi(R2 )= 1 dan grafik condong terbuka kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar O2 maksimum diperoleh : 21,50 % pada Putaran: 1100 (rpm).
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Biodisel B-02
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk biodiselB02, yaitu: Y= -1E-10X5 + 8E-07X4 + 1E-0,05X3 – 0,0002X2 + 61,935X dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka keatas. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan
kadar
O2
minimum
diperoleh:
14,90% pada Putaran: 2400 (rpm). Solar
: Setelah data dibuat dalam grafik polinomial maka didapatkan sebuah persamaan garis untuk solar, yaitu: Y= 2E-12X5 - 2E-05X4 - 2E-07X3 +9E-06X2 – 1121,6X - 357755 dengan nilai Regresi(R2)= 1 dan grafik condong terbuka kebawah. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kadar O2 maksimum diperoleh: 22,50% pada Putaran: 1200 (rpm).
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari pengujian ini adalah : 1. Biodiesel berbahan baku dimethil ester (B-01) memiliki HHV 37708,699 kj/kg, lebih rendah 15,82 % dibanding solar yang memiliki HHV 44797,541 kj/kg. 2. Biodiesel berbahan baku dimethil ester (B-02) memiliki HHV sekitar 40760,839 kj/kg, lebih rendah 9,01% dibanding solar yang memiliki HHV 44797,541 kj/kg. 3. Daya terendah terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel (B-02) pada beban 10 kg dan putaran 1000 rpm yaitu 3,2970 kW. Sedangkan daya tertinggi terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel (B-02) pada beban 25 kg dan putaran 2600 rpm yaitu sebesar
36,3298 kW.
4. Torsi terendah terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel B-02 pada beban 10 kg pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 31,5 N.m. Sedangkan torsi tertinggi terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel B-02 pada beban 25 kg pada putaran 2600 rpm yaitu sebesar 133,5 N.m. 5. Besar kecil nya daya mesin bergantung pada besar kecil nya torsi yang didapat. Semakin besar torsi yang di dapat dari hasil pengujian maka semakin besar pula daya yang dihasilkan. Selain dipengaruhi oleh torsi, daya yang dihasilkan mesin juga dipengaruhi
oleh putaran poros engkol yang terjadi akibat
dorongan piston yang dihasilkan karena adanya pembakaran bahan bakar dengan udara. 6. Konsumsi bahan bakar spesifik (Sfc) tertinggi terjadi pada bahan bakar biodise(B-02) dengan pembebanan 10 kg dan putaran 1000 rpm sebesar 4094,156743 g/kWh, sedangkan konsumsi bahan bakar terendah terjadi pada penggunaanbahan bakar berbahan baku solar pada putaran 1400 rpm sebesar 111,7850750 g/kWh. Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
7. Perbandingan udara dan bahan bakar AFR terendah terjadi ketika menggunakan biodisel (B-02) pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 0,319194103. Sedangkan AFR tertinggi terjadi ketika dengan menggunakan solar pada putaran 2800 rpm yaitu sebesar 8,899247442. 8.
Efisiensi volumetris tertinggi terjadi ketika menggunakan biodiesel (B-02) pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 22,01 % . Effisiensi volumetris terendah terjadi ketika menggunakan biodiesel (B-01) pada putaran 1000 rpm yaitu 1,84 % .
9. Effsiensi thermal brake (BTE) terendah terjadi ketika menggunakan solar pada beban 10 kg dan putaran 2200 rpm yaitu 24,97 % . Harga BTE tertinggi terjadi ketika menggunakan biodiesel (B-01) pada beban 25 kg dan putaran 1800 rpm yaitu sebesar 158,10 % . 10. Penggunaan biodiesel dimethil ester dengan konsentrasi bio-diesel 10 % (B-01) menghasilkan performansi motor yang lebih tinggi dibandingkan dimethil ester B-02 . Semakin besar konsentrasi biodiesel yang digunakan dalam campuran mengakibatkan semakin menurun nya performansi motor . 11. Emisi gas buang hasil pembakaran mesin diperoleh : •
Kadar CO terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar biodiesel dimethil ester B-01 yaitu 0,033 %.
•
Kadar NOx terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar biodiesel dimethil ester B-01, B-02, dan solar sebesar 0 ppm.
•
Kadar HC terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar biodiesel dimethil ester B-01 sebesar 3 ppm.
•
Kadar CO2 terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar biodiesel dimethil ester B-01 sebesar 2,40 %.
•
Kadar
O2 terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar biodiesel
dimethil ester B-02 sebesar 14,75 %. 12. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tahun 1995 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak (lampiran 1) menyatakan bahwa kadar ambang batas emisi untuk NO2 yaitu 1000 mg/m3 = 1000 ppm . Dari hasil pengujian diperoleh bahwa biodiesel ini sangat baik digunakan pada saat putaran 2600 rpm dengan beban 10 kg karena jauh dari ambang batas yang Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
diijinkan yakni sebesar 0 ppm dan dapat disimpulkan bahan bakar ini sangat ramah linkungan atau tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
5.2 Saran
1. Untuk mendukung kelancaran dan akurasi hasil pengujian sebaiknya dilakukan pemeriksaan dan kalibrasi terhadap instrumentasi dan alat ukur setiap kali pengujian akan dilakukan. 2. Salah satu kendala yang kerap menjadi penghalang dalam melakukan pengujian adalah ketidaktersediaan alat pendukung, oleh karena itu diharapkan Departemen Teknik Mesin bersedia untuk lebih memperhatikan dan mengusahakan pengadaan peralatan tersebut. 3. Jika hasil data tertera pada alat auto gas analyzer berubah-ubah , maka perlu dilakukan kalibrasi ulang selama 5 menit dan membersihkan gas fitting agar kinerja sensor lebih efektif. 4. Pengujian ini agar lebih dikembangkan lagi dengan menggunakan bahan bakar hasil pencampuran biodiesel dengan solar agar diperoleh perbandingan performansi yang lebih ideal pada masing-masing bahan bakar.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arismunandar, Wiranto. Penggerak Mula Motor Bakar Torak : Penerbit ITB Bandung, 1988. 2. Arismunandar, Wiranto dan Koichi Tsuda, Motor Diesel Putaran Tinggi,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1976. 3. Crouse, William. H, Automotive Mechanics, Seventh Edition-McGrawHill Book Company,1976. 4. Lichty, L.C, Internal Combustion Engines, Sixth Edition-McGraw-Hill Book Company, INC, Tokyo, 1951.
5. Manual Book of TD 110–115 Test Bed Instrumentation for Small Engines, TQ Education and Trainning Ltd – Product Division 2000. 6. Priambodo, Bambang dan Maleev, V.L, Operasi dan Pemeliharaan Mesin Diesel, Penerbit Erlangga, 1991. 7. Petrovsky, H. Marine Internal Combustion Engine, MIR Publishers, Moscow, 1968.
8. Edi, Sigar, Buku Pintar Otomotif, Penerbit Pustaka Dela Pratasa, Jakarta, 1998. 9. Rangkuti, Chalilullah, Panduan Praktikum Bom Kalorimeter, Laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin USU, Medan, 1996. 10. Soenarta, Nakolea dan Shoichi Furuhama, Motor Serba Guna, Pradnya Paramita, Jakarta, 2002. 11. Schulz, Erich. J, Diesel Mechanics, Second Edition-McGraw-Hill Book Company, 1976. 12. Toyota Astra Motor, Training Manual Turbocharger dan Supercharger Step 3, Toyota Astra Motor. 13. Toyota Astra Motor, Buku Panduan Toyota New Team Step 1, Toyota Astra Motor. 14. Khovakh, M, Motor Vehicle Engines, MIR Publisher, Moscow, 1979. 15. Ginting, Jameshlon dan Firman Sudiarto, Kajian Eksperimental Pengaruh Catalytic Converter dan Supercharger terhadap unjuk kerja mesin dengan bahan bakar biodiesel, Tugas Sarjana Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU, 2007. 16. www.pertamina.com Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
17. www.id.wikipedia.org/wiki/katalis 18. www.menlh.co.id
19. www.yellowbiodiesel.com 20. www.autologicco.com 21. www.chemeng.ui.ac.id/~wulan/Materi/port/BAHAN%2520CAIR.PDF 22. www.turbocalculator.com/turbocharger-supercharger.html 23. www.biodiesel.org 24. www.astm.org 25. www.osti.gov/bridge 26. www. Epa.gov/otaq/models/biodsl.htm 27. www.members.fortunecity.com/lingkungan/artikel/timbal.htm
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.
Jekson Turnip : Pengujian Dan Analisa Performansi Motor Bakar Diesel Menggunakan Biodisel Dimethil Ester B-01 Dan B-02, 2010.