PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SDK BALA KESELAMATAN PALU
Oleh: Sindy Angraini, Darsikin, Sahrul Saehana
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SDK Bala Keselamatan Palu. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini mengikuti model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Waktu dan tempat penelitian dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2014/2015 di SDK Bala Keselamatan Palu. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester I SDK Bala Keselamatan yang berjumlah 23 siswa terdiri dari 14 laki-laki dan 9 perempuan. Objek penelitian ini adalah penggunaan media pembelajaran pada pembelajaran IPA. Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes hasil belajar dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, tes hasil belajar dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I menjelaskan bahwa ketuntasan belajar klasikal sebesar 65 %. Hasil persentasi penilaian aktifitas guru pada siklus I sebesar 71 % dengan kategori baik sedangkan persentasi penilaian aktifitas siswa pada siklus I sebesar 69 % juga dengan kategori baik. Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus II menjelaskan bahwa ketuntasan belajar klasikal sebesar 87 %. Hasil persentasi penilaian aktifitas guru pada siklus II sebesar 87 % dengan kategori sangat baik dan persentasi penilaian aktifitas siswa pada siklus II sebesar 87 % juga dengan kategori sangat baik. Peningkatan yang diperoleh dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 32 %. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SDK Bala Keselamatan Palu. Kata Kunci: Penggunaan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pendahuluan IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus dikuasai oleh siswa di SD. Pada saat ini perkembangan IPA telah melaju dengan pesat karena berhubungan erat dengan perkembangan teknologi. Adapun ilmu pengetahuan alam
dan teknologi sangat cepat mendorong siswa sekolah dasar untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam bidang ilmu pengetahuan alam sebagai bekal dimasa depan. Menurut Fowler (dalam Trianto, 2011) IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan 1
Elementary School of Education E-Journal 8 Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
dirumuskan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA terutama lebih menekankan aspek proses bagaimana siswa belajar dan efek dari proses belajar tersebut bagi perkembangan siswa itu sendiri. Pembelajaran IPA juga melibatkan keaktifan siswa dan berfokus pada siswa yang berdasar pada pengalaman keseharian siswa dan minat siswa. Sebelum mencapai pemahaman konsep maka keterampilan proses siswa harus terlebih dahulu dikembangkan sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang lebih baik. Pembelajaran IPA semua guru atau siswa pasti selalu mengharapkan agar setiap proses belajar mengajar dapat mencapai hasil belajar yang sebaikbaiknya. Akan tetapi harapan-harapan itu tidak selalu dapat terwujud. Masih banyak siswa yang kurang memahami penjelasan guru apalagi setiap siswa menggunakan kekuatan yang berbeda-beda untuk menyerap materi pelajaran dan tentunya hasil belajar semua siswapun tidak akan sama. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran tidak muncul begitu saja tetapi ada faktor-faktor penyebabnya. Apabila guru mampu mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah yang dialami oleh siswa maka guru tersebut akan dapat melakukan penanganan-penanganan yang tepat dalam memecahkan masalah pembelajarannya. Jika permasalahan yang dihadapi siswa adalah siswa tidak mudah memahami materi maka guru harus mencari solusi yang tepat. Menurut Hamalik (dalam Nur’ain, 2013) menyatakan bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan
hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut dengan media. Menurut Gagne (dalam Pusung, 2012) menyatakan bahwa sebaiknya siswa belajar dari yang sederhana menuju ke yang kompleks. Dalam pembelajaran IPA, siswa tidak hanya menghafalkan konsepkonsep IPA melainkan diajarkan dengan percobaan sederhana, oleh karena itu diperlukan media dilingkungan sekitar untuk membantu siswa dalam belajar, sehingga apa yang dipelajari akan mempermudah pemahamannya dan kegiatan pembelajaran siswa menjadi bermakna. Menurut Suherman (dalam Rustina, 2014) bahwa pada usia 7-11 tahun, anak berada pada tahap operasional konkrit. Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya adalah siswa Sekolah Dasar (SD). Pada tahap ini, anak akan dapat berpikir logis dengan bantuan benda benda konkrit atau yang disebut juga dengan benda-benda nyata. Menurut Ghazali (dalam Purwanti, 2010) menyatakan agar siswa mudah mengingat, menceritakan dan melaksanakan sesuatu yang pernah dialami di kelas, hal ini dapat didukung dengan peragaan-peragaan (media pembelajaran) yang nyata. Melalui media yang ditelitinya, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV di SDK Bala Keselamatan Palu diketahui bahwa permasalahan pembelajaran pada mata pelajaran IPA juga terjadi di sekolah ini yaitu rendahnya hasil belajar siswa. Guru memberikan informasi rata-rata nilai semester I tahun 2012 yaitu 64 sedangkan nilai rata-rata semester II tahun 2013 yaitu 66 yang menunjukkan bahwa hasil belajar IPA masih sangat rendah karena masih berada dibawah standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diberlakukan di SDK Bala Keselamatan Palu yaitu sebesar 73. 2
Elementary School of Education E-Journal 8 Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Berdasarkan observasi yang dilakukan diketahui bahwa guru mengajar tidak menggunakan alat bantu berupa media dalam pembelajaran IPA dan pada saat pembelajaran berlangsung guru hanya berceramah sehingga tidak semua siswa terlihat antusias, siswa merasa bosan dan sibuk sendiri di dalam kelas karena tidak ada sesuatu yang menarik yang dapat menarik perhatian siswa untuk memperhatikan penjelasan guru. Menurut Gerald dan Ely (dalam Arsyad, 2003) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Guru juga kurang memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri konsepkonsep IPA sehingga tidaklah heran jika hasil belajar siswa tidak semua dapat memenuhi standar KKM. Maka disimpulkan bahwa masalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dikarenakan guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran. Menurut Latuheru (dalam Triyonoyoyon, 2014) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat. Dalam memperbaiki proses pembelajaran, peneliti menetapkan pemecahan masalah dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses belajar siswa secara psikologis mereka akan merasa senang, gembira karena mereka tidak saja belajar dengan hanya mendengarkan tanpa ada bukti konkret mengenai isi materi pelajaran yang secara tidak langsung adanya media dalam proses pembelajaran akan membuat siswa lebih termotivasi,
mudah memahami dan mengerti maksud dari materi pelajaran yang disampaikan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran yang lebih cocok untuk siswa SD adalah penggunaan media benda nyata dengan aktifitas terstruktur, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data dan ditarik kesimpulan. Penggunaan media pembelajaran berupa benda nyata merupakan salah satu karakteristik pembelajaran yang aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga memperoleh pengetahuan, mampu menemukan dan mengembangkan konsep serta dapat meningkatkan hasil belajar. Penggunaan media juga dapat membuat guru berkreasi membuat hal yang menarik saat mengajar sehingga siswa dapat antusias pada proses pembelajaran karena sangat baik untuk menjelaskan materi pelajaran yang telah dipelajari dengan cara memperlihatkan (mendemonstrasikan) bukan hanya menjelaskan sesuatu yang abstrak yang tidak bisa langsung diserap oleh siswa. Diharapkan penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SDK Bala Keselamatan Palu. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Dalam PTK, peneliti bekerja bekerja sama dengan teman sejawat seperti rekan mahasiswa atau guru kelas dan didukung oleh kepala sekolah. Penelitian ini dilakukan mengikuti model Kemmis dan Taggart. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Tahap pratindakan peneliti melakukan observasi awal. Observasi ini dilakukan dengan memberikan tes awal untuk mengetahui kondisi siswa sehingga peneliti dapat merencanakan penelitian 3
Elementary School of Education E-Journal 8 Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
dengan baik sesuai dengan kondisi awal siswa. Tahap perencanaan, peneliti merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut; (1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (2) membuat alat evaluasi berupa tes hasil belajar, (3) membuat lembar observasi aktivitas guru dan siswa Tahap pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan, peneliti bertindak sebagai guru dan yang bertindak sebagai observer adalah guru kelas IV dan teman sejawat. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada setiap siklus dilaksanakan dalam 2 pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan kegiatan pembelajaran kemudian setiap pertemuan terakhir pada masing-masing siklus diberikan tes hasil belajar. Tahap observasi, peneliti sebagai guru pengajar melakukan tindakan yaitu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media visual, sedangkan untuk mengobservasi tindakan yang sedang dilakukan serta aktivitas siswa di dalam kelas dilakukan oleh guru kelas IV dan teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Guru dan teman sejawat membantu peneliti untuk mendapatkan dokumentasi yaitu berupa foto-foto pada saat proses pembelajaran berlangsung. dan siswa Tahap refleksi peneliti dan guru mendiskusikan hasil tindakan yang telah dilaksanakan, kemudian bila perlu merevisi tindakan sebelumnya untuk dilaksanakan pada tahap berikutnya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2014/2015 di SDK Bala Keselamatan Palu. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester I SDK
Bala Keselamatan yang berjumlah 23 siswa terdiri dari 14 laki-laki dan 9 perempuan. Objek penelitian ini adalah penggunaan media pembelajaran pada pembelajaran IPA. Jenis data dalam penelitian ini terbagi dua yaitu data kuatitatif dan data kualitatif. Data kuatitatif diperoleh melalui tes hasil belajar. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data kuantitatif untuk memperoleh persentase hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1) Untuk menentukan persentase daya serap siswa secara individu (DSI): Skor Perolehan DSI = Skor Maksimal x 100 2) Untuk menentukan persentase ketuntasan belajar klasikal (TBK): TBK =
Jumlah Siswa yang Tuntas Jumlah Siswa Peserta tes
× 100%
3) Untuk menentukan persentase daya serap klasikal (DSK): DSK =
Skor Total Siswa Peserta Tes Skor Ideal Seluruh Tes
× 100%
Data kualitatif diperoleh dari lembar aktivitas guru dan siswa. Pertama penyeleksian dan pengelompokan data, kedua pemaparan dan mendeskripsikan data yang ada dan yang terakhir memberikan penyimpulan. Data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa, untuk indikator sangat baik diberi skor 4, baik diberi skor 3, kurang baik diberi skor 2 dan tidak baik diberi skor 1. Untuk memperoleh persentase nilai rata-rata aktivitas guru dan siswa digunakan rumus berikut (dalam Aqib, 2009): 1. Persentase Nilai Rata − rata (NR) = Jumlah Skor Perolehan Skor Maksimal
x 100%
Kriteria tingkat aktivitas guru dan siswa ditentukan sebagai berikut: 4
Elementary School of Education E-Journal 8 Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
0 % ≤ NR < 34 % = Sangat kurang 35 % ≤ NR < 54 % = Kurang 55 % ≤ NR < 64 % = Cukup 65 % ≤ NR < 84 % = Baik 85 % ≤ NR ≤ 100 % = Sangat baik Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini bila daya serap siswa secara individu dari hasil belajar mencapai 73 % dan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 85 %. 1) 2) 3) 4) 5)
Hasil Penelitiann Berdasarkan hasil observasi, diperoleh informasi bahwa pembelajaran IPA di kelas IV SDK Bala Keselamatan Palu masih berpusat pada guru. Kondisi pembelajaran tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Selain melakukan observasi, pada tahap ini peneliti juga memberikan tes awal kepada siswa. Pemberian tes ini berupa soal esai sebanyak 5 nomor dengan pokok bahasan bunyi. Tes awal dilaksanakan pada tanggal 09 September 2014 dikelas IV D SDK Bala Keselamatan Palu dengan diikuti oleh semua siswa yang ada dikelas IV D. Setelah melakukan tes awal kepada siswa diketahui bahwa pengetahuan siswa mengenai bunyi masih tergolong sangat rendah dengan skor ketuntasan belum memenuhi standar ketuntasan minimal yaitu 73, siswa yang tuntas secara klasikal 4,3 % dan daya serap klasikal 34 %. Melihat kondisi tersebut peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IV D dan hendak memperbaiki hasil belajar siswa dengan memperhatikan halhal yang harus dibenahi. Untuk mengatasi hal itu dalam penelitian ini digunakan media pembelajaran. Setelah melakukan kegiatan pratindakan, selanjutnya peneliti melakukan kegiatan siklus I yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan persiapan-persiapan penelitian yaitu; (1) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) membuat alat evaluasi berupa tes hasil belajar sesuai
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (3) membuat lembar observasi guru dan siswa. Siklus I dilaksanakan dengan dua kali pertemuan dimana pada pertemuan pertama adalah kegiatan pembelajaran dan pertemuan kedua adalah pemberian tes hasil siklus I. Sesuai dengan kurikulum 2013 maka peneliti membuat RPP siklus I dengan tema I Indahnya Kebersamaan dan subtema I keberagaman budaya bangsaku pada pembelajaran 4 yang merupakan pembelajaran tematik yaitu dengan menggabungkan pembelajaran IPA, PPKN dan IPS. Gambar media yang digunakan pada siklus I dapat dilihat berikut ini:
Gambar 1. Media yang digunakan saat siswa bereksplorasi dengan benda-benda sekitar.
Gambar 2. Media yang digunakan saat siswa bermain musik menggunakan peralatan dapur. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 September 2014 yaitu melakukan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan alokasi waktu 1 hari. Pelaksanaan 5
Elementary School of Education E-Journal 8 Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada setiap siklus dilaksanakan dalam 2 pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan kegiatan pembelajaran kemudian setiap pertemuan terakhir pada masing-masing siklus diberikan tes hasil belajar. Pada pertemuan pertama siklus I, peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran di kelas IV D. Media yang gunakan adalah sisir, sendok, mainan anak, karet, botol, penutup panci dan kayu. Pada pertemuan kedua siklus I, peneliti memberikan tes hasil belajar siklus I. Bentuk tes yang diberikan adalah isian sebanyak 5 nomor. Adapun analisis hasil belajar siklus I diperoleh informasi bahwa jumlah siswa yang tuntas 15 orang dan siswa yang tidak tuntas 8 orang. Untuk persentase ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh 65 % dan persentase daya serap klasikal diperoleh 76 %. Dari hasil persentase ketuntasan klasikal, hasil ini belum mencapai standar ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 85%, maka pembelajaran dilanjutkan pada siklus II. Observasi terhadap aktivitas siswa dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru kelas IV dan teman sejawat bertindak sebagai observer untuk mengamati siswa menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Dari hasil analisis hasil observasi diperoleh bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa selama siklus I sebesar 69 % berada dalam kategori baik dan persentase aktivitas guru sebesar 71 % juga berada dalam kategori baik. Pada proses pembelajaran dilakukan pengambilan foto yang digunakan sebagai dokumentasi. Dengan kata lain bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti sudah baik. Berdasarkan hasil tes hasil belajar, observasi dan dokumentasi pada siklus I, peneliti menemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada tahap ini ternyata masih banyak mememiliki kekurangan. Kekurangan tersebut dilihat dari beberapa
aspek penilaian yang diberikan oleh teman sejawat yang terlampir dalam lembar observasi. Selain itu, masih ada sebagian siswa yang mendapat nilai rendah sehingga perlu diberikan tindakan lanjutan. Ketuntasan belajar klasikal juga belum mencapai kinerja yakni 85%. Untuk itu perlu dilakukan refleksi agar bisa menilai apa saja yang menjadi kelemahan dalam pembelajaran ini sehingga dapat dilakukan perbaikan pada siklus II. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti meminimalisir kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sehingga diharapkan pembelajaran siklus II dapat berlangsung lebih baik dari siklus I. Tahap perencanaan siklus II peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat alat evaluasi berupa tes hasil belajar sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai, kemudian membuat lembar observasi guru dan siswa. Siklus II juga dilaksanakan dengan dua kali pertemuan dimana pada pertemuan pertama adalah kegiatan pembelajaran dan pertemuan kedua adalah pemberian tes hasil siklus II. Sesuai dengan kurikulum 2013 maka peneliti membuat RPP siklus I dengan tema I Indahnya Kebersamaan dan subtema I keberagaman budaya bangsaku dan melanjutkan materi pada pembelajaran 5, dengan pembelajaran tematik yaitu menggabungkan pembelajaran IPA, Bahasa Indonesia, SBdP dan Matematika. Gambar media yang digunakan pada siklus II dapat dilihat berikut ini:
Gambar 3. Media yang digunakan saat melakukan percobaan bunyi merambat melalui benda gas 6
Elementary School of Education E-Journal 8 Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Gambar 4. Media yang digunakan saat melakukan percobaan bunyi merambat melalui benda padat
Gambar 5. Media yang digunakan saat melakukan percobaan bunyi merambat melalui benda cair.
Gambar 6. Media yang digunakan saat siswa berkreasi membuat rumah adat impian dengan memperhatikan sudut yang dibentuk.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 September 2014 yaitu melakukan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan alokasi waktu 1 hari. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini tidak berbeda dengan siklus I tetapi dilakukan beberapa perbaikan guna memininalisir kelemahan yang terjadi pada tindakan siklus I. Media yang gunakan adalah selang plastik, gelas plastik, benang kasur, paku, loyang kecil, batu, air, kaleng, lem, lidi, dan pensil
warna. Pada pertemuan kedua siklus II, peneliti memberikan tes hasil belajar siklus I. Bentuk tes yang diberikan adalah isian sebanyak 5 nomor. Adapun analisis hasil belajar siklus II diperoleh informasi bahwa jumlah siswa yang tuntas 20 orang dan siswa yang tidak tuntas 3 orang. Untuk persentase ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh 87 % dan persentase daya serap klasikal diperoleh 89 %. Dari hasil persentase ketuntasan klasikal, hasil ini sudah mencapai standar ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 85 %. Pada siklus II juga terlihat adanya kelebihankelebihan dari siklus I. Oleh karena itu pembelajaran berjalan lebih efektif daripada pembelajaran pada siklus sebelumnya. Pembelajaran pada siklus II ini juga dapat dikatakan berhasil. Hasil observasi aktivitas peneliti dan siswa pada siklus II ini menunjukkan hasil yang baik serta mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari siklus sebelumnya. Pembahasan Sebelum melaksanakan penelitian peneliti melakukan kegiatan pratindakan yaitu memberikan tes awal dan melakukan observasi untuk memperkuat data mengenai hasil tes awal. Pratindakan dilaksanakan dengan diikuti oleh semua siswa yang ada dikelas IV D SDK Bala Keselamatan Palu. Setelah melakukan tes awal kepada siswa diketahui bahwa pengetahuan siswa mengenai bunyi masih tergolong sangat rendah dengan nilai belum memenuhi standar ketuntasan minimal yaitu 73 % Penggunaan media dalam pembelajaran sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA di kelas IV SDK Bala Keselamatan Palu. Berdasarkan semua aktivitas yang dilaksanakan baik aktivitas guru, aktifitas siswa, analisis tes hasil belajar siswa siklus I dan siklus II terlihat terjadi peningkatan dengan kategori baik dan sangat baik. 7
Elementary School of Education E-Journal 8 Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Hasil dari observasi aktifitas siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata (NR) sebesar 69 % dengan predikat baik dan aktivitas guru diperoleh nilai rata-rata (NR) sebesar 71 % juga dalam kategori baik. Untuk analisis tes hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 65 % dengan 15 orang siswa yang tuntas dari 23 orang siswa. Dalam hal ini tindakan yang dilakukan peneliti belum berhasil. Rendahnya persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I ini disebabkan karena motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang. Hal ini disebabkan karena peneliti pada saat akan memulai pembelajaran belum memberikan motivasi dengan baik sehingga siswa belum terlihat sangat antusias untuk belajar. Sebaiknya sebagai guru yang berperan sebagai motivator hendaknya lebih kreatif dalam memberikan motivasi sehingga siswa menjadi lebih antusias dan lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Peneliti juga belum memberikan kesempatan dengan baik kepada siswa dalam kelompok untuk bekerja sama mengolah informasinya sehingga belum terlihat adanya kerja sama, sebaiknya peneliti perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengolah informasinya bersama teman-teman kelompoknya untuk mendapat informasi yang lebih banyak. Selain itu peneliti belum menjelaskan materi dengan baik sehingga hasil belajar siswa belum maksimal. Daya serap siswa secara individu dari hasil belajar belum mencapai 73 % dan ketuntasan belajar klasikal belum mencapai 85 %, sebaiknya peneliti harus menjelaskan materi dengan baik dan jelas agar semua siswa dapat memahami materi yang diajarkan sehingga daya serap siswa secara individu dan ketuntasan belajar klasikal dapat meningkat. Peneliti juga perlu memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk membuat kesimpulan dan melakukan perenungan agar pada akhir kegiatan pembelajaran. Hal tersebut
dapat terlaksana dengan baik dan siswa dapat mengingat kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I maka peneliti melanjutkan penelitian pada siklus II dengan memperhatikan dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I. Aktivitas belajar siswa pada siklus II diperoleh nilai rata-rata (NR) sebesar 87 % dengan predikat sangat baik dan dan aktivitas guru diperoleh nilai rata-rata (NR) sebesar 87% juga berada dalam predikat sangat baik. Dalam hal ini tindakan yang dilakukan peneliti menunjukkan adanya peningkatan. Dimana hal ini dapat juga dilihat dari analisis tes hasil belajar pada siklus II dengan ketuntasan belajar klasikal 86 % dengan 20 orang yang tuntas dari 23 siswa yang mengikuti tes dan daya serap klasikal sebesar 89 %. Pada siklus II terlihat adanya kelebihan-kelebihan dari siklus I dimana siswa lebih antusias dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan peneliti memberikan contoh yang lebih kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Siswa juga terlihat lebih aktif bertanya kepada peneliti dan teman-temannya untuk mengumpulkan dan mengolah informasinya. Pada siklus II peneliti juga menjelaskan materi dengan baik dan didukung dengan penggunaan media yang tepat sehingga siswa dapat memahami materi yang diajarkan serta daya serap siswa secara individu meningkat serta pada akhir kegiatan pembelajaran peneliti memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk membuat kesimpulan dan melakukan perenungan agar siswa mengingat kembali apa yang diajarkan serta dapat mengerjakan tes hasil belajar dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh maka peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 32 %. 8
Elementary School of Education E-Journal 8 Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Dari hasil tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu alternatif dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Media pembelajaran memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses belajar siswa secara psikologis mereka akan lebih antusias. Hal ini berarti bahwa melalui penggunaan media dalam pembelajaran, masalah atau kesulitan belajar IPA dapat teratasi serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran berupa benda nyata membuat siswa merasa senang, gembira karena mereka tidak saja belajar dengan hanya mendengarkan tanpa ada bukti konkret mengenai isi materi yang secara tidak langsung adanya media dalam proses pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi, mudah memahami dan mengerti maksud dari materi yang disampaikan yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar.
Saran
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran khususnya media benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SDK Bala Keselamatan Palu. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pencapaian indikator kinerja dari siklus I ke siklus II, baik dari analisis kualitatif maupun kuantitatif. Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I mengenai ketuntasan belajar klasikal sebesar 65 %, penilaian aktifitas guru sebesar 71 % dengan kategori baik dan penilaian aktifitas siswa sebesar 69 % juga dengan kategori baik. Sedangkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus II mengenai ketuntasan belajar klasikal sebesar 87 %, penilaian aktifitas guru sebesar 87 % dengan kategori sangat baik dan penilaian aktifitas siswa sebesar 87 % juga dengan kategori sangat baik. Peningkatan yang diperoleh dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 32 %.
Purwanti, L. (2010). Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Ipa dengan Media Benda Konkret Pada Siswa Kelas II SDN 01 Kaling Tasikmadu Karanganyar Tahun 2009/ 2010.Skripsi [Online]. Tersedia: http://eprints.uns.ac.id/9059/1/1494316082 01003241.pdf [12 Desember 2014].
Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti menyarankan agar dalam mengajar guru menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran agar siswa tidak jenuh dalam belajar sehingga kegiatan pembelajaran dapat lebih optimal serta hasil belajar siswa dapat meningkat. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, A. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Nur’ain. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Media Benda Asli Pembelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri Tingkulang Kecamatan Tomini Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Kreatif Tadulako [Online]. Vol 1, No 2. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/J KTO/article/viewFile/2677/1794 [12 Desember 2014].
Pusung, S. (2012). Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Ipa dengan Menggunakan Alat Ipa Sederhana di Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar PGSD [Online]. Vol 1, No 01. Tersedia: https://fipunima.files.wordpress.com/2012/ 05/program-studi-jurnal-pgsd.pdf [12 Desember 2014]. Rustina, B. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbantuan Media Konkret Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD Gugus II Tampaksiring. Jurnal Mimbar PGSD [Online]. Vol 2, No 1. Tersedia : http://jurnal%20S%2ePt%2e%20Bagus% 9
Elementary School of Education E-Journal 8 Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Rustina&client=ms_opera_mb_no&chann el=bh [12 Desember 2014]. Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Triyonoyoyon. (2014). Media Benda Konkret dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://triyonoyoyon.blogspot.com/2014/06/ media-benda-konkret-dalam pembelajaran.html [22 November 2014].
10 Elementary School of Education E-Journal 8 Diterbitkan online Ihttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE PGSD, FKIP, Universitas Tadulako