817
Penggunaan jenis pakan berbeda pada kultur ... (Made Suastika)
PENGGUNAAN JENIS PAKAN BERBEDA PADA KULTUR ROTIFER (Brachionus rotundiformis) Made Suastika dan Gede S. Sumiarsa Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Jl. Br. Gondol Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng Kotak Pos 140, Singaraja-Bali 81101 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Keberhasilan pembenihan ikan sangat dipengaruhi keberhasilan produksi jasad pakan rotifer baik dalam jumlah dan waktu kultur yang tepat. Penelitian kultur rotifer dikerjakan untuk mengetahui tingkat kepadatan rotifer dari pakan yang diberikan. Pakan yang digunakan terdiri atas pakan plankton sebagai pakan utama dan ditambah dengan pakan komersial untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan kepadatan. Pengujian studi pendahuluan rotifer menggunakan wadah bak silinder volume 15 L diberi perlakuan pakan perlakuan A (rotifer diberi plankton Nannochloropsis oculata), perlakuan B (rotifer diberi pakan ragi roti + Scott’s emulsion) dan perlakuan C (rotifer diberi pakan probiotik). Sedangkan produksi massal pemeliharaan menggunakan tanki plastik polyetilen warna hitam volume 500 L. Perlakuan pakan yang diujikan, perlakuan A (rotifer diberi plankton Nannochloropsis oculata + probiotik + Scott’s emulsion), perlakuan B (rotifer diberi plankton Nannochloropsis oculata + ragi roti + Scott’s emulsion) dan perlakuan C (rotifer ragi roti + Scott’s emulsion). Hasil pengamatan selama 7 hari didapatkan dari studi pendahuluan kepadatan maksimal terdapat pada perlakuan A = 805 ind./mL, dan rotifer membawa telur 1,3%. Untuk produksi massal kepadatan maksimal terdapat pada perlakuan A = 664 ind./mL, dan rotifer yang membawa telur 1,18%. Kualitas air mendukung pemeliharaan rotifer. KATA KUNCI:
kepadatan, produksi, rotifer
PENDAHULUAN Rotifera adalah salah satu jasad pakan yang penting bagi larva ikan udang dan kepiting. Rotifer yang dipelihara digolongkan dalam kelas Monogononta, genus Brachionius, species B. rotundiformis. Dalam keadaan normal, rotifera berkembang secara parthenogenesis (bertelur tanpa kawin). Dari telur yang dihasilkan dapat meningkatkan jumlah kepadatan rotifera (Hirayama & Ogawa.1972). Dalam dekade tahun terakhir ini budidaya rotifera berkembang pesat sekali dalam upaya mencari metode baru yang lebih efesien untuk pemeliharaan secara kontinu. Berbagai penelitian tentang kultur rotifer telah banyak dilakukan seperti penambahan vitamin B12 dan pengkayaan fitoplankton (Sumiarsa et al., 1996), dengan pemberian Nannochloropsis oculata awetan yang diperkaya dengan vitamin B12 (Ismi & Wardoyo, 1997), Pemberian vitamin E (Hendry, 1993), pemberian ragi roti minyak ikan dan kuning telur (Waspada et al., 1991), pemberian ragi, Chlorella dan Tetraselmis sp. (Rahmasari, 1989). Penelitian yang telah dilaksanakan terfokus pada unsur nutrisi, dengan demikian perlu dikaji kembali pemeliharaan rotifer yang mengarah terhadap kestabilan produksi. Suastika et al. (2001) menyatakan penggunaan pakan fitoplankton pada rotifer seperti Tetraselmis, Nannochloropsis oculata, Isochrysis, dan Dunaliae memberikan laju cerna pakan dengan waktu yang berbeda. Namun penyediaan fitoplankton secara terus-menerus mengalami beberapa kesulitan terutama untuk poduksi massal, di antaranya ketergantungan terhadap musim dan kondisi tertentu kultur massal beberapa jenis fitoplankton mengalami kendala dan kematian (Ismi & Wardoyo, 1997). Oleh karena itu, ada alternatif lain penggunaan ragi roti (yeast) sebagai pakan, pada saat ini banyak panti-panti benih menggantikan mikroalga dengan ragi yang ditambahkan dengan beberapa vitamin seperti Vitamin A, D, dan E untuk meningkatkan kualitasnya (Hirayama, 1991). Di samping itu, penggunaan probiotik pada kultur rotifer menurut Hirata et al. (1998) probiotic culture medium (PCM) yang diuji terbukti mendorong pertumbuhan populasi yang sangat nyata, yang diduga di samping
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
818
sebagai sumber makanan untuk rotifer juga memperbaiki dan menjaga mutu media kultur hingga selalu pada kepadatan optimal. Fokus pengamatan ditujukan untuk mendapatkan informasi pola kultur pemeliharaan rotifer yang tepat dan efisien mengenai penggunaan pakan terutama dalam meningkatkan kepadatan populasinya. BAHAN DAN METODE Pengamatan dilaksanakan di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan dua tahapan yaitu tahap awal mengenai uji pendahuluan terhadap pengunaan pakan, sedangkan tahap kedua mengenai aplikasi penggunaan pakan terhadap produksi pemeliharaan rotifer. Uji Pendahuluan Bahan yang digunakan wadah pengamatan adalah bak silinder dengan volume maksimal 15 L. Pakan yang digunakan dalam pemeliharaan di antaranya plankton Nannochloropsis oculata dengan kepadatan tinggi 30 juta sel/mLl (hasil pemeliharaan skala laboratorium indoor). Dan menggunakan pakan komersial seperti probiotik, ragi roti, serta Scott’s emulsion seperti terlihat pada Gambar 1. Pakan komersial probiotik nama label Aquazyme, berupa bubuk (powder) kemasan 500 g. Dikultur dalam sebuah ember plastik, setiap 100 g diencerkan dengan 500 L air laut. Setiap hari kandungan probiotik dihitung total bakterinya, dari hasil pengamatan jumlah bakteri yang terkandung dalam larutan tersebut mulai dari D-0 sampai D-7 kepadatan populasi bakteri antara 1,7 x 10 6 - 1,5 x107 cfu/mL. Sedangkan pemberian ragi roti diberikan 0,3 g/1 juta rotifer, dan Scott’s emulsion diberikan dengan ukuran 0,1 g/1 juta rotifer mengacu dari hasil pengamatan Ismail (1999). Masing-masing pemeliharaan terdiri atas 1 ulangan diantaranya: perlakuan A rotifer dikultur diberi pakan Nannochloropsis oculata sebanyak 10 liter per hari, perlakuan B rotifer dikultur diberi pakan ragi roti dan Scott’s emulsion dan disurut ditambahkan air laut sebanyak 10 L/hari.,dan perlakuan C rotifer dikultur diberi pakan probiotik 1 L, disurut ditambahkan air laut sebanyak 10 L/hari. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan menghitung kepadatan individu/mL dan melihat rotifer membawa telur dari sampel yang diambil. Pemeliharaan Produksi Bahan yang digunakan wadah pengamatan adalah tangki plastik polyetilen berbentuk kerucut warna hitam volume 500 L digunakan sebanyak 6 buah untuk 3 perlakuan 1 kali ulangan. Pakan yang digunakan dalam pemeliharaan di antaranya plankton Nannochloropsis oculata Hasil dari kultur massal di luar ruangan wadah bak beton dengan kepadatan (± 15 juta sel/mL).
Gambar 1. Pakan komersial yang digunakan untuk pemeliharaan rotifer
819
Penggunaan jenis pakan berbeda pada kultur ... (Made Suastika)
Rotifer dikultur dengan kepadatan awal 50-60 ind./mL. Diberikan perlakuan pakan di antaranya: Perlakuan A (rotifer diberi pakan fitoplankton Nannochloropsis oculata sebanyak 40 L ditambah probiotik sebanyak 1 L dan Scott’s emulsion), perlakuan B (rotifer diberi pakan fitoplankton Nannochloropsis oculata sebanyak 40 L dengan menambahkan ragi roti dan Scott’s emulsion), dan perlakuan C (rotifer dipelihara tanpa plankton digunakan air laut sebanyak 40 L dengan menambahkan ragi roti dan Scott’s emulsion). Pakan diberikan 2 kali sehari pagi jam 8.00 dan sore jam 4.00. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan menghitung kepadatan individu/mL dan melihat rotifer membawa telur dari sampel yang diambil. HASIL DAN BAHASAN Kepadatan Dari uji pendahuluan rata-rata kepadatan pada tiap perlakuan yang menyatakan kemampuan hidup sampai hari ketujuh menunjukkan bahwa pemberian pakan memberikan respons positif peningkatan kepadatan individu. Kepadatan uji pendahuluan diperoleh dari pemeliharaan rotifer yang diberikan plankton N. oculata dengan kepadatan tertinggi nilai 805 ind./mL, begitu pula pada
1000
Nannochloropsis Ragi + Scot's emulsion
x 1.000
800
Probiotik
600 400 200 0 1
2
3
4
5
6
7
Hari pengamatan
Gambar 2. Kepadatan individu/mL dari studi pendahuluan
700 600
A = plankton + probiotik + Scot's emulsion B = plankton + yeast + Scot's emulsion C = air laut + yeast = Scot's emulsion
x 1.000
500 400 300 200 100 0 1
2
3
4
5
6
7
Hari pengamatan
Gambar 3. Kepadatan individu/mL dari pemeliharaan produksi massal
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
820
produksi massal kepadatan tertinggi dicapai pada pemberian pakan plankton N. oculata ditambah probiotik dan Scott’s emulsion nilai 664 ind./mL (terlihat pada Gambar 2 dan 3). Keberhasilan dalam kultur rotifer akan sangat tergantung antara lain pada jenis dan kualitas pakan yang diberikan, jenis pakan yang diberikan untuk rotifer antara lain fitoplankton, ragi, dan emulsi bahan pengkaya (Anonim, 1991). Begitu pula menurut Hirata (1979) bahwa rotifer mampu hidup pada densitas tinggi (2.000 ind./mL). Dari segi prioritas penggunaan plankton merupakan jenis pakan yang terbaik digunakan untuk mendapatkan kepadatan dalam pemeliharaan rotifer dibandingkan dengan pakan lainnya. Hal ini disebabkan kandungan asam lemak dan asam amino esensial terkandung lebih tinggi dibandingkan dengan jenis fitoplankton lainnya dan dinyatakan pula asam amino rotifer yang dikultur dengan N. oculata sebanyak 20,46 mg/100 mg bobot kering, sedangkan asam lemak 20:ù3 dan 22:6 ù3 masing masing sebanyak 1,25 dan 0,51 mg/100 mg bobot kering Tamaru et al. (1991). Pada pemberian pakan probiotik kepadatan individu jumlahnya meningkat hanya pada sampai hari ke-4. Selanjutnya menurun sampai pada hari ke 7 (terlihat pada Gambar 2). Penggunaan probiotik umum digunakan pada pemeliharaan larva udang dan kepiting untuk mendukung pertumbuhan dan sintasan hidup Bruno et al. (2000). Penggunaan probiotik pada rotifer untuk pakan tidak tepat digunakan sebagai pakan utama, sebaiknya digunakan sebagai pakan tambahan untuk mendukung atau memacu kepadatan. Dan produksinya juga mengikuti hal yang sama (terlihat pada Gambar 3), hal ini disebabkan adanya perbedaan antara jumlah populasi bakteri tidak berkembang digunakan sebagai pakan disisi lain rotifer yang setiap hari mengalami penambahan kepadatan. Di samping itu, jumlah bakteri yang dimakan oleh rotifer belum pasti diketahui, hanya menurut Hirata et al. (1998) probiotic culture medium (PCM) yang diuji terbukti mendorong pertumbuhan populasi yang sangat nyata, yang diduga di samping sebagai sumber makanan untuk rotifer juga memperbaiki dan menjaga mutu media kultur hingga selalu pada kepadatan optimal. Dari pernyataan tersebut terbukti pada produksi massal penggunaan pakan plankton N. oculata + probiotik + Scott’s emulsion dapat meningkatkan kepadatan (Gambar 2). Produksi Produksi rotifer merupakan upaya timbal balik dari kepadatan individu/mL dari rotifer yang dipelihara, dalam hal ini semakin tinggi kepadatan individu rotifer dengan mengalikan volume kultur semakin tinggi pula produksinya. Demikian pula sebaliknya semakin rendah kepadatannya maka produksinya juga rendah. Peranan pakan dan nilai gizi pakan sangat berperan dalam pemeliharaan rotifer. Penggunaan ragi untuk pakan rotifer relatif lebih mudah dan stabil ketersediaannya serta dapat disimpan dengan lebih mudah (Fukusho, 1989). Akan tetapi rotifer yang dikultur dengan ragi nilai gizinya rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bagi larva. Menurut Hirayama
Nannochloropsis Ragi + Scot's emulsion Probiotik
14000 12000 x 1.000
10000 8000 6000 4000 2000 0 1
2
3
4
5
6
7
Hari pengamatan
Gambar 4. Produksi rotifer dari studi pendahuluan
821
Penggunaan jenis pakan berbeda pada kultur ... (Made Suastika)
A = plankton + probiotik + Scot's emulsion B = plankton + yeast + Scot's emulsion C = air laut + yeast = Scot's emulsion
300000 250000 x 1.000
200000 150000 100000 50000 0 1
2
3
4
5
6
7
Hari pengamatan
Gambar 5. Produksi rotifer dari pemeliharaan produksi massal & Funamoto (1983), menyatakan bahwa rotifer yang diberi ragi saja tidak akan tumbuh dan telurnya akan mati. Oleh karena itu, bila ragi roti digunakan untuk pakan, dianjurkan untuk menambah vitamin atau bahan pengkaya seperti asam lemak untuk mendukung pertumbuhan (Hirayama, 1987). Penambahan Scott’s emulsion merupakan asam lemak yang berasal dari emulsi minyak ikan mengandung EPA dan DHA yang tinggi. Data yang ditunjukkan pada studi pendahuluan penggunaan plankton kepadatan tinggi masih diikuti kepadatan individu/mL oleh penggunaan ragi + Scott’s emulsion sampai hari ke-7 (Gambar 3). Begitu pula pada produksi pemberian Scott’s emulsion memberikan pengaruh yang positif terhadap kepadatan dan pertumbuhan rotifer sampai padahari ke-7 (Gambar 4). Adanya perbedaan kepadatan hasil produksi yang dihasilkan ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan pakan yang digunakan dari penambahan Scott’s emulsion. Rotifer
Individu (%)
Dari segi keragaan pemeliharaan rotifer masih memerlukan penelitian dan pengkajian yang lebih intensif, sebab nutrisi pakan yang tepat dan efesien untuk merangsang rotifer membawa telur dalam populasi jumlahnya banyak belum bisa didapatkan. Dari hasil pengamatan dalam hitungan rata rata pada studi pendahuluan pada pakan plankton, rotifer yang tidak membawa telur = 70,83%, dan
80
Nannochloropsis
70
Ragi + Scot's emulsion
60
Probiotik
50 40 30 20 10 0 0
1
2
3
4
Jumlah pembawa telur
Gambar 6. Rotifer membawa telur dari studi pendahuluan
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
Plankton + probiotik + Scot's emulsion Plankton + yeast + Scot's emulsion Air laut + yeast = Scot's emulsion
100 80 Individu (%)
822
60 40 20 0 0
1
2
3
4
Jumlah pembawa telur
Gambar 7. Rotifer membawa telur dari produksi massal
Tabel 1. Kualitas air pemeliharaan rotifer (B. rotundiformis) Parameter kualitas air Oksigen terlarut Suhu (°C) pH Salinitas (ppt)
Kisaran kualitas air 6,6-6,8 26,5-28,9 7,6-8,1 34 ppt
membawa telur 1 = 14,11%; telur 2 = 10,41%; telur 3 = 3,26%; telur 4 = 1,3%. Begitu pula pada produksi massal pada rotifer yang diberi pakan plankton + probiotik + Scott’s emulsion memperlihatkan, rotifer yang tidak membawa telur = 66,59%; dan membawa telur 1 = 14,12%; telur 2 = 7,77%; telur 3 = 4,12%; telur 4 = 1,18%. Dari temuan ini menggambarkan kumpulan populasi rotifer kebanyakan rotifer yang tidak membawa telur (Gambar 6 dan 7). Kualitas air (DO, pH, suhu, dan salinitas) media percobaan dicek pada setiap tangki dan didapatkan kisaran nilai yang masih pada batas toleransi mendukung kehidupan pemeliharaan rotifer. Data kualitas air disajikan pada Tabel 1. Menurut Hoff & Snell (1989). bahwa pH dan salinitas media untuk Brachionus plicatilis berkisar antara 7,5-8,5 dan 10-20 ppt. Begitu pula Fulks & Main (1991) menyatakan suhu untuk pemeliharaan rotifer mencapai kisaran antara 20°C-30°C. Fushimi (1989) menyatakan penggunaan pakan ragi pada kultur rotifer memerlukan pasokan oksigen 60-100 L udara/menit/m3 air untuk satu juta individu/mL. KESIMPULAN · ·
Penggunaan pakan fitoplankton N. oculata + probiotik + Scott’s emulsion efektif digunakan untuk memacu meningkatkan kepadatan rotifer. Penggunaan probiotik tidak tepat digunakan sebagai pakan utama, sebaiknya digunakan sebagai pakan tambahan untuk mendukung atau memacu kepadatan rotifer.
DAFTAR ACUAN Anonim. 1991. The desighn and operation of commercial scale live feeds production system. In: Rotifer and mikroalgae culture systems. Fulks, W. & Main, K.L. (Eds.). Proceding of U.S.- Asia Workshop, Hawaii, p. 1-52.
823
Penggunaan jenis pakan berbeda pada kultur ... (Made Suastika)
Fukusho. 1989. Biology and mass production of the rotifer Brachionus plicatilis II. In. J. Aq. Fish . Technol., 1: 292-299. Fulks, W. & Main, K.L. 1991. Rotifer and Mikroalgae culture system. Proceding of US - Asia Workshop Honolulu. Hawaii Jan. 28-31, 1991. The Institute Makapau point. Honolulu Hawaii, p. 3-52. Fushimi, T. 1989. Systematizing large scale culture methods in Fukusho & Hirayama, K. (Eds.) The first live feed source Brachionus plicatilis, Kosetshu Kosetkuku Tokyo, p. 118-134 (Translated from Japanese). Gomez - Gil, B., Roque, A., & Trunbull, J.F. 2000. The use and selection of probiotic bacteria for use in the culture of larval aquatic organisms.Aquaculture 191(2000)259-270. Akses from (w.w.w. Elsivier.nl. /locate/ aqua on line). Hendry. 1993. Pengaruh dosis alpha tokoferol yang berbeda terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis. Skripsi Program Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, 140 hlm. Hirata, H. 1979. Rotifer culture in Japan. Spec. Publ. Eur .Maricult. Soc., 4: 361-375. Hirata, H., Murata, O., Yamada, S., Ishitani, H., & Wachi, M. 1998. Probiotic culture of the Rotifer Brachionus plicatilis (preview) Hydrobiologia.387/388: 495/498. diakses dari http//resources. Metapress.com /pdf-preview axd? Code= mOwm 7 h 256. Hirayama, K. 1987. Consideration of why mass culture of the rotifers Brachionus plicatilis with Bakers yeast is unstable. Abstract of oral communication. hydrobilogia, 147: 269-270. In. May, L., Wallace, R., & Herzig, A. (Eds.). Rotifer symposium IV. Dr. W. Junk publisher Dardrecht printed in the Netherlands. Hirayama, K.1991. The nutritional improvement of Bakers yeast for the growth of the rotifer Brachionus plicatilis. Proceding of US - Asia Workshop Honolulu Hawaii Jan. 28-31-1991. The Institute Makapau point. Honolulu Hawaii. p. 151-173. Hirayama, K. & Funamoto, H. 1983. Suplementary affect of several nutrients on nutritive deficiency of Bakers yeast for population growth of the rotifer (Brachionus plicatilis). Bull. Japan. Soc . Sci. Fish, 49: 505-510. Hirayama, K. & Ogawa, S. 1972. Fundamental studies on the physiologis of rotifer for it mass culture, Filter feeding of rotifer. Bull. Japan Soc. Sci. Fish, 28: 1,207-1,214. Ismail, W., Imanto, P.T., Wardoyo, S.P., Syafara, Z., & Priono, B. 1999. Kultur intensif rotifer (Brachionus plicatilis) dengan kadar vitamin E yang berbeda. J. Pen. Perik. Indonesia, V(4): 96-101. Ismi, S. & Wardoyo. 1997. Penggunaan Nannocloropsis awetan dan yang diperkaya dengan vitamin B12 untuk kultur rotifer. J. Pen. Perik. Indonesia, III(4): 67-72. Rahmasari, M. 1989. Studi pertumbuhan rotifer (Brachionus plicatilis) dengan pakan Chlorella sp., Tetraselmis, dan ragi roti. Skripsi. Fakultas perikanan.IPB, 72 hlm. Suastika, M., Melianawati. R., & Imanto, P.T. 2000. Manajemen sediaan rotifer (Brachionus plicatilis) untuk mendukung perbenihan kerapu dan ikan laut lainnya. Prosiding Departemen Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan JICA. Teknologi Budidaya laut dan pengembangan sea farming di Indonesia, hlm. 342-350. Sumiarsa, G.S. Makatutu, D., & Rusdi, I. 1996. Pengaruh vitamin B12 dan pengkayaan fitoplankton kepadatan tinggi terhadap kepadatan dan kualitas rotifer. Brachionus plicatilis. J. Pen. Perik. Indonesia, II(2): 30-36. Tamaru, C.S., Lee, C.S., & Ako, H. 1991. Improving the larval rearing of striped mullet (Mugil cephalus) by manipulating quantity and quality of the rotifer, Brachionus plicatilis. In Rotifers and microalgae culture systems. Fulks, W. & Main, K.L. (Eds.). Procedings of a US - Asia Workshop. Hawaii, p. 89-103. Waspada, Mayunar, & Fatoni, T. 1991. Upaya peningkatan gizi rotifer Brachionus plicatilis untuk menunjang keberhasilan pembenihan kerapu macan, E. fuscoguttatus. J. Pen. Budidaya Pantai, 7(2): 73-80.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
824