Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
Pengetahuan dan Perilaku Mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Surabaya Dalam Upaya Pencegahan Kanker Serviks Frischarina Widya Putri Fakultas Farmasi Email :
[email protected]
Abstrak - Kanker serviks masih menjadi pembunuh ke-2 tertinggi setelah kanker payudara pada kebanyakan wanita di Indonesia. Kanker serviks dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi, pemeriksaan Pap Smear maupun dengan menghindari faktor risiko penyebab kanker serviks. Telah dilakukan penelitian tentang pengetahuan dan perilaku mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Surabaya dalam upaya pencegahan kanker serviks. Penelitian dilakukan pada mahasiswi S1 (89 responden) dan Tingkat Profesi Apoteker (42 responden) menggunakan metode cross sectional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner yang terbagi atas 3 aspek, yaitu pengetahuan tentang kanker serviks, pengetahuan pencegahan kanker serviks dan perilaku pencegahannya. Dari penelitian ini diperoleh bahwa sebanyak 66,29% mahasiswi S1 FF memiliki pengetahuan yang sedang dan 57,14% mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kanker serviks. Terkait pengetahuan pencegahan kanker serviks, sebanyak 71,91% mahasiswi S1 dan 95,24% mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker FF memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Ditemukan adanya perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh kedua kelompok responden. Pada aspek perilaku, mayoritas responden berada dalam kategori netral yang menunjukkan belum adanya upaya lebih yang dilakukan oleh responden terkait pencegahan kanker serviks. Dari hasil statistik inferensial dengan metode Chi-Square, tidak ditemukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku diantara kedua kelompok responden terkait kanker serviks. Kata kunci : Pengetahuan, perilaku, kanker serviks, upaya pencegahan
1
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
Knowledge and Behaviour of Pharmacy Students University of Surabaya on The Prevention of Cervical Cancer Frischarina Widya Putri, 2013 Faculty of Pharmacy Email :
[email protected]
Abstract - Cervical cancer is the second highest death-cause for most of Indonesian female after Breast cancer. Cervical cancer can be prevented by vaccination, Pap Smear check up or by avoiding the risk factors that cause cervical cancer. This research is a cross sectional study which aim to explore the knowledge and behavior of the undergraduate female students (89 respondens) compare to the preregistration female students (42 respondens) at Faculty of Pharmacy University of Surabaya. The research instrument used was a validated questionnaire consist in 3 a spects, which is knowledge about cervical cancer, knowledge about cervical cancer prevention, and prevention behavior. This research found that 66,29% of undergraduate female students have moderate knowledge and 57,14% of preregistration female students have high knowledge about cervical cancer. About the knowledge of cervical cancer prevention, 71,91% of undergraduate female students and 95,24% of preregistration female students have high level of knowledge. It is found that there is a significant difference of knowledge level between the two groups of respondents. In the behavior aspect, majority of the respondents are in neutral category, which shows that there isn’t more effort done by the respondents in preventing cervical cancer. From the statistic inferential with Chi-square method results, there is no relation between the knowledge level and behavior between both groups of respondents related to cervical cancer. Keywords : Knowledge, behavior, cervical cancer, prevention effort.
2
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
PENDAHULUAN Kanker merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal dimana selsel pada bagian tubuh tertentu tersebut tumbuh di luar kendali dan dapat menyerang jaringan lain untuk membentuk sel-sel kanker lainnya. Hal ini pula yang dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi leher rahim, yang kemudian dikenal dengan sebutan kanker serviks. Bagi kebanyakan wanita, sel pra-kanker akan hilang tanpa pengobatan apapun. Namun, pada beberapa wanita pra-kanker berubah menjadi kanker invasif (American Cancer Society, 2012). Lebih dari 20 t ahun penelitian proses karsinogenesis karsinoma sel skuamosa serviks diteliti dan akhirnya diketemukan bahwa proses ini terjadi akibat virus HPV ( Human Papilloma Virus). Berdasarkan epidemiologinya menurut WHO/ICO, HPV type 16 dan 18 bertanggung jawab untuk sekitar 70% dari semua kejadian kanker serviks di seluruh dunia.Berbagai faktor dianggap sebagai kofaktor (faktor yang menyertai) terjadinya kanker serviks antara lain multiparitas, merokok, kontrasepsi hormonal, penyakit hubungan seksual, dan faktor nutrisi (Andrijono, 2009). Penelitian terakhir yang dilakukan WHO bersama ICO terhadap kejadian kanker serviks di Indonesia menyatakan bahwa kanker serviks merupakan kanker yang menduduki urutan ke-2 dari kanker yang sering dialami oleh wanita pada usia 15-44 tahun (WHO/ICO, 2012). Strategi dalam pencegahan kanker serviks yang terbaik adalah dengan melakukan vaksinasi (pencegahan primer) dan skrining berupa pap smear (pencegahan sekunder) untuk menjangkau infeksi virus HPV, karena jangkauan perlindungan vaksinasi tidak mencapai 100%, yaitu hanya sekitar 89%. Vaksinasi tidak bertujuan untuk terapi melainkan mencegah infeksi yang bekerja dengan cara meningkatkan antobodi tubuh. Skrining Pap Smear mampu mendeteksi perubahan pada serviks secara dini sebelum berkembang menjadi kanker sehingga dapat disembuhkan dengan segera (Andrijono, 2009). Upaya mewujudkan kesehatan tersebut terdiri dari 2 a spek yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Dimana tindakan preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan) seperti vaksinasi dan skrining, merupakan aspek dari upaya peningkatan kesehatan. Edukasi
3
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
kesehatan lebih berdampak jangka panjang karena melibatkan perubahan perilaku yang kondusif untuk kesehatan. Maka dari itu dalam menumbuhkan adanya kesadaran akan pentingnya upaya pencegahan kanker serviks pada wanita khususnya mahasiswi, perlu diawali dengan adanya peningkatan edukasi kesehatan, berupa pendidikan atau penyuluhan mengenai risiko kanker serviks (Notoatmodjo, 2007). Mahasiswi fakultas farmasi dan apoteker, selain sebagai subjek yang dapat berisiko mengalami kanker serviks, merupakan para calon tenaga kesehatan yang dapat menjadi referensi dan faktor pendorong dalam perwujudan perubahan perilaku masyarakat yang positif termasuk dalam upaya pencegahan kanker serviks. Diharapkan tentunya para mahasiswi telah memiliki ilmu dan pengetahuan yang cukup memadai akan bahaya dari kanker serviks selama menuntut ilmu di Fakultas Farmasi yang merupakan salah satu lingkungan kesehatan. Dan akan menjadi lebih sinergis bila pengetahuan tersebut diaplikasikan berupa perilaku terkait upaya pencegahan kanker serviks bagi dirinya sendiri. Maka penelitian pendahuluan ini dimaksudkan untuk mengetahui profil tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker sebagai salah satu calon tenaga kesehatan terkait upaya pencegahan kanker serviks. Selain itu dilihat pula apakah terdapat perbedaan pengetahuan dan perilaku antara mahasiswi S1 Fakultas Farmasi dengan mahasiswi yang berada pada Tingkat Profesi Apoteker serta hubungan pengetahuan dan perilaku. Mahasiswi yang telah menyelesaikan pendidikan Strata Satu Farmasi dan sedang menempuh pendidikan pada Tingkat Profesi Apoteker tentunya telah dibekali dengan ketrampilan berkomunikasi yang diperolehnya selama masa perkuliahan dan saat melaksanakan tugas Praktek Kerja Profesi (PKP). Sehingga melalui skill ini tentunya mereka lebih dapat melakukan promosi kesehatan sebagai upaya dalam menurunkan jumlah risiko terjadinya kanker serviks pada wanita. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat disimpulkan suatu rumusan masalah: 1. Bagaimana tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswi S1 Fakultas Farmasi dalam upaya pencegahan kanker serviks?
4
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
2. Bagaimana tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dalam upaya pencegahan kanker serviks? 3. Bagaimana perbedaan tingkat pengetahuan antara mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dalam upaya pencegahan kanker serviks? 4. Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku pada mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker Fakultas Farmasi? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswi S1 Fakultas Farmasi dalam upaya pencegahan kanker serviks. 2. Tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dalam upaya pencegahan kanker serviks. 3. Perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dalam upaya pencegahan kanker serviks. 4. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dalam upaya pencegahan kanker serviks. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat non-eksperimental yang akan dianalisis secara deskriptif. Dalam hal pengambilan data, penelitian ini merupakan potong lintang (cross sectional) dimana pengambilan data hanya dilakukan satu kali. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Surabaya dalam upaya pencegahan kanker serviks. Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2012 da n pengumpulan data dimulai pada bulan November-Desember 2012 dengan menggunakan metode survei dan kuesioner sebagai instrument penelitiannya. Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah aspek pengetahuan dan aspek perilaku dari mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Surabaya terkait upaya pencegahan kanker serviks. Populasi dikhususkan pada mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan Sarjana Satu Fakultas Farmasi dan Profesi Apoteker Universitas Surabaya, yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian. Dan sampel merupakan sebagian dari populasi. Kriteria
5
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
inklusi mahasiswi S1 FF yaitu berusia 16-24 tahun dan merupakan angkatan 2009-2012. Pemilihan angkatan ini didasarkan pada data mahasiswi aktif yang diterima oleh penulis dimana mahasiswi angkatan 2005 t elah lulus sedangkan mayoritas mahasiswi angkatan 2006-2008 telah lulus dan terdistribusi sebagai mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker. Kriteria inklusi untuk mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker adalah telah menyelesaikan pendidikan S1 Farmasi dan telah melakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) Apotek yaitu Angkatan 43 s erta berusia 21-27 tahun. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling (non probability sampling). Sampel yang memenuhi persyaratan sebagai responden, diminta kesediaannya untuk mengisi kuisioner. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan jumlah minimal sampel mahasiswi S1 FF yang diambil sebagai responden sejumlah 89 orang dan 42 or ang mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker Angkatan 43. Dalam penelitian ini data yang digunakan berupa data primer. Uji keabsahan kuisioner meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Dalam penelitian ini uji validitas kuisioner dilakukan dengan validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity). Instrumen dinyatakan valid jika tiap item pertanyaan yang diuji relevan dengan materi yang diteliti menurut pertimbangan dari pakar/tenaga ahli dan memiliki nilai koefisien korelasi < 0,3. Sedangkan uji reliabilitas kuisioner menggunakan metode descriptive scale. Kedua uji tersebut dihitung dengan bantuan software SPSS versi 17 for Windows. Pada penelitian ini kuisoner dinyatakan reliabel bila memiliki nilai alpha cronbach ≥ 0,6. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Kuesioner diberikan kepada responden. 2. Responden diminta kesediaannya untuk mengisi lembar persetujuan sebagai responden. 3. Selama pengisian kuisioner, responden diperkenankan untuk meminta penjelasan apabila dirasa ada yang tidak jelas dalam pertanyaan di kuesioner. 4. Kuisioner
yang
telah
diisi,
kemudian
dikumpulkan
kelengkapannya oleh peneliti, kemudian dilakukan analisis.
6
dan
diperiksa
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
Pada analisis statistik deskriptif, kriteria penilaian pada bagian aspek pengetahuan tentang kanker serviks dan pengetahuan tentang upaya pencegahan setelah menghitung jumlah pernyataan yang benar dari masing-masing responden, kemudian hasil tersebut digunakan sebagai dasar kategori penilaian tingkat pengetahuan responden. Adapun sistem kategori penilaian yang digunakan pada aspek pengetahuan dan perilaku diadaptasi dari jurnal penelitian dengan judul Knowledge and Attitude of University Students in Health Sciences on The Prevention of Cervical Cancer. Berikut kategori penilaian pada aspek pengetahuan yang digunakan: A1. Pengetahuan tentang Kanker
A2 .Pengetahuan tentang Pencegahan
Serviks
Kanker Serviks:
8-10 Pernyataan : Tinggi
7-9 Pernyataan : Tinggi
5-7 Pernyataan : Sedang
4-6 Pernyataan : Sedang
0-4 Pernyataan : Rendah
0-3 Pernyataan : Rendah
Aspek perilaku terdiri dari melakukan 3 ba gian utama yaitu vaksinasi HPV, pemeriksaan Pap Smear dan menghindari hubungan seksual sejak dini. Karena Pap Smear hanya dianjurkan untuk wanita yang telah menikah, maka jumlah nilai maksimal yang mungkin dapat dijawab oleh responden yang merupakan mahasiswi adalah 2. Berikut adalah kategori penilaian mengenai aspek perilaku:
Jika melaksanakan 2-3 upaya pencegahan
: Positif
Jika melaksanakan 1 upaya pencegahan
: Netral
Jika tidak melaksanakan upaya pencegahan sama sekali : Negatif Perbedaan antara kelompok Mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker Fakultas Farmasi terkait tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan kanker serviks akan dianalisis dan dibandingkan dengan menggunakan statistik inferensial Chi-Suare. Begitu pula untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan yang dimiliki dengan perilaku pada masing-masing
7
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
kelompok responden, juga menggunakan metode Chi-Suare dengan software SPSS versi 17 for Windows. Sebab Chi-Suare dapat digunakan untuk mencari apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan pada sampel (Riduwan, 2009). HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan persentase mahasiswi S1 Fakultas Farmasi dan Profesi Apoteker Universitas Surabaya yang telah bersedia menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Distribusi Mahasiswi S1 FF Berdasarkan Usia Usia (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
18
28
31,36
19
26
29,21
20
15
16,85
21
16
17,98
22
2
2,25
23
2
2,25
TOTAL
89
100
Tabel 2 Distribusi Mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker FF Berdasarkan Usia Usia (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
21
9
21,42
22
23
54,76
23
6
14,30
24
2
4,76
25
1
2,38
26
0
0
27
1
2,38
TOTAL
42
100
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa mahasiswi S1 Fakultas Farmasi yang menjadi responden dan berusia 18 tahun menjadi kelompok usia dengan persentase tertinggi dalam penelitian ini yaitu 31,36%, diikuti dengan responden yang berusia 19 tahun menjadi kelompok usia dengan persentase tertinggi kedua yaitu sebebsar 29,21%. Pada tabel 2 terlihat bahwa mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker Angkatan 43 yang paling banyak terpilih sebagai responden adalah dengan usia 22 tahun (54,76%).
8
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
Dalam penelitian ini didapat 89 responden yang merupakan mahasiswi S1 Fakultas Farmasi seluruhnya berstatus belum menikah (100%). Sedangkan dari 42 mahasiswi Tingkat Apoteker Angkatan 43, 2 orang (4,76%) diantaranya berstatus menikah dan 40 or ang lainnya berstatus belum menikah (95,24%). Berdasarkan jenjang pendidikan didapatkan sebanyak 33 or ang mahasiswi angkatan 2012, 22 orang mahasiswi angkatan 2011, 17 or ang mahasiswi angkatan 2010, dan 17 orang mahasiswi angkatan 2009. S edangkan pada responden yang merupakan mahasiswi Tingkat Apoteker Angkatan 43, d ari 42 m ahasiswi Tingkat Profesi Apoteker, ma yoritasnya adalah minat klinis yaitu sebanyak 31 orang mahasiswi dan 11 orang mahasiswi dengan minat industri. Kuesioner yang digunakan pada aspek pengetahuan diambil dari jurnal penelitian dengan judul Cervical Cancer Screening: Knowledge, Health Perception and Attendance Rate Among Hong Kong Chinese Women yang ditulis oleh Sharron SK Leung. Sedangkan kuesioner yang digunakan pada aspek perilaku diperoleh dari jurnal yang ditulis oleh Sabrina Chang dengan judul A Questionnaire Study of Cervical Cancer Screening Beliefs and Practices of Chinese and Caucasian Mother-Daughter Pairs Living in Canada. Uji keabsahan kuesioner yang dilakukan meliputi uji validitas dan reliabilitas. Dari 19 items pernyataan yang di uji 6 diantaranya mempunyai nilai dibawah 0,3. Sehingga secara konstruk ke-6 items pernyataan tersebut tidak valid. Nilai r yang kurang dari 0,3 tersebut dapat disebabkan karena tidak adanya variasi jawaban dari setiap responden terhadap pernyataan tersebut karena responden yang keseluruhan merupakan mahasiswi Fakultas Farmasi memiliki pemahaman yang sama sehingga menghasilkan jawaban yang sama terhadap pernyataan tersebut. Sedangkan untuk 3 pertanyaan pada aspek perilaku menghasilkan nilai r yang diatas 0,3 da n dinyatakan valid. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan metode descriptive scale software SPSS versi 17 for Windows, didapatkan nilai koefisien reliabilitas dari aspek pengetahuan dan aspek perilaku adalah 0,633 da n 0,656 seperti yang tertera pada Tabel 3. Nilai tersebut > 0,6 maka keduanya dinyatakan reliabel.
9
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
Tabel 3 Hasil Uji Reliabilitas Ʃ Responden
Aspek
Cronbach’s Alpha
Aspek Pengetahuan (19 Pernyataan)
0,633
Aspek Perilaku (3 Pertanyaan)
0,656
10
Pada bagian aspek pengetahuan tentang kanker serviks yang terdiri dari 10 pernyataan ini, setiap responden diukur tingkat pengetahuannya seputar penyebab terjadinya kanker serviks dan faktor-faktor yang dapat memicu munculnya kanker serviks. Dari Tabel 4 t erlihat bahwa mayoritas mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker FF (57,14%) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap kanker serviks, sedangkan mayoritas pada mahasiswi S1 Fakultas Farmasi (66,29%) berada pada tingkat pengetahuan sedang tentang kanker serviks. Tabel 4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Kanker Serviks (A.1: 10P) Jumlah Pernyataan
Mahasiswi S1 FF
Mahasiswi
(orang)
Apoteker (orang)
Kategori Penilaian
Benar
N
%
n
%
8-10
Tinggi
22
24,72
24
57,14
5-7
Sedang
59
66,29
18
42,86
0-4
Rendah
8
8,99
0
0
89
100
42
100
Jumlah:
Baik mahasiswi S1 maupun Tingkat Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, ternyata keduanya memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai pencegahan kanker serviks. Dimana mayoritas mahasiswi S1 yaitu 71,91% dan Tingkat Profesi Apoteker FF sebesar 95,24% berada pada tingkat pengetahuan yang tinggi dengan jumlah jawaban benar 7-9 pernyataan dari 9 pernyataan. Dari hasil uji dengan Chi-Square pada Tabel 5, didapatkan nilai Asym.Sig. dibawah 0,05 yaitu 0.000 dan 0,009 pada aspek pengetahuan tentang kanker serviks dan pengetahuan tentang pencegahan kanker serviks. Hal ini menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan yang signifikan antara mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker Angkatan 43 FF.
10
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
Tabel 5 Hasil Uji Beda dengan Chi-Square Aspek Pengetahuan
Asymp. Sig.
Value
df
Pengetahuan tentang Kanker Serviks
16.687a
2
.000
Pengetahuan tentang Pencegahan Kanker Serviks
9.516a
2
.009
(2-sided)
Berdasarkan analisis statistik deskriptif didapat bahwa sebagian besar responden baik mahasiswi S1 (88,76%) maupun mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker (88,09%) masih dikategorikan memiliki perilaku netral dimana hanya 1 upaya saja yang dilakukan dan mayoritas responden hanya melakukan upaya berupa mengajak diri sendiri dan orang lain untuk menghindari hubungan seksual sejak dini yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker serviks. Dari hasil Chi-Square didapatkan nilai Asym.Sig 0,518, dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 maka diperoleh hasil bahwa perilaku antara mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker tidak berbeda signifikan. Pada uji hubungan pengetahuan dan perilaku kelompok mahasiswi S1 Fakultas Farmasi didapatkan hasil bahwa tidak adanya hubungan antara pengetahuan tentang kanker serviks dan perilaku yang dimilikinya. Begitu pula dengan pengetahuan tentang pencegahan kanker serviks dan perilaku pencegahan, tidak didapat hubungan diantara keduanya, terlihat dari nilai Asym.Sig yaitu 0,848 yang lebih dari 0,05 pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Uji Hubungan Aspek Pengetahuan-Perilaku dengan Chi-Square Aspek Pengetahuan-Perilaku
Asymp. Sig.
Value
df
Pengetahuan tentang Kanker Serviks
5.044a
4
.283
Pengetahuan tentang Pencegahan Kanker Serviks
1.377a
4
.848
(2-sided)
Dari hasil analisis dengan menggunakan Chi-Square pada Tabel 7, didapat bahwa baik secara pengetahuan tentang kanker serviks maupun pengetahuan tentang pencegahan dengan perilaku pada mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker Angkatan 43 ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan. Meski pada hasil analisis sebelumnya mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dari mahasiswi S1 mengenai kanker serviks dan pencegahannya, hal tersebut tidak diimbangi dengan adanya perilaku pencegahan yang baik pula. Hal ini dikarenakan mayoritas mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker masih
11
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
memiliki perilaku dengan kategori yang netral dimana belum ada upaya yang lebih untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Tabel 7 Hasil Uji Hubungan Aspek Pengetahuan-Perilaku dengan Chi-Square Aspek Pengetahuan-Perilaku
Asymp. Sig.
Value
df
Pengetahuan tentang Kanker Serviks
1.166a
2
.558
Pengetahuan tentang Pencegahan Kanker Serviks
.420a
2
.811
(2-sided)
Pengetahuan yang dimiliki hendaknya dapat mencapai hingga tingkat aplikasi dimana disertai dengan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah didapatkan dan dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya sehingga nantinya akan muncul perubahan perilaku yang lebih baik, khususnya dalam hal terkait upaya pencegahan kanker serviks. Seperti yang telah banyak dilaporkan oleh WHO, kanker serviks telah menjadi suatu penyakit berbahaya dengan angka kematian yang tinggi pada wanita di Indonesia setiap tahunnya. Oleh karena itu perlu adanya upaya dari pemerintah dan lembaga-lembaga kesehatan terkait pula dalam merencanakan program khususnya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya upaya pencegahan kanker serviks pada wanita baik remaja maupun dewasa. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa Tingkat pengetahuan mahasiswi S1 Fakultas Farmasi mengenai kanker serviks b erada pada kategori sedang (66,29%) dan pengetahuan tentang pencegahan kanker serviks berada pada kategori tinggi (71,91%), serta berperilaku netral (96,63%) pada upaya pencegahan kanker serviks. Sedangkan pada mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker Angkatan 43 m ayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi baik pada pengetahuan mengenai kanker serviks (57,14%) maupun pada pengetahuan mengenai pencegahan kanker serviks (95,24%), serta berperilaku netral (88,09%) terkait upaya pencegahan kanker serviks. Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial terhadap tingkat pengetahuan antara mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker Angkatan 43 Fakultas Farmasi terdapat perbedaan yang signifikan. Begitu pula berdasarkan hasil analisis inferensial didapatkan tidak adanya
12
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku, baik yang dimiliki oleh mahasiswi S1 maupun Tingkat Profesi Apoteker Angkatan 43 FF. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab perbedaan tingkat pengetahuan mengenai kanker serviks dan perilaku pencegahan yang masih belum optimal dalam menanggapi risiko terjadinya kanker serviks antara mahasiswi S1 dan Tingkat Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Selain itu perlu ditinjau lebih lanjut bagaimana tingkat pengetahuan dan perilaku mengenai kanker serviks pada tiap-tiap angkatan di S1 Fakultas Farmasi serta antara Mahasiswi Tingkat Profesi Apoteker dengan minat klinis dan industri. DAFTAR PUSTAKA American Cancer Society, 2012, Cervical Cancer, Januari 2012, ( online), (http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003094pdf.pdf, diakses 07-11-2012) Andrijono, 2009, Kanker Serviks, Divisi Onkologi Departemen Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Azwar S, 2011, Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Chang Sabrina C.H., B.A., et al, 2010, A Questionnaire Study of Cervical Cancer Screening Beliefs and Practices of Chinese and Caucasian MotherDaughter Pairs Living in Canada, Women’s Health., March JOGC Mars 2010, 32(3): 254-262. Leung SK, Leung Ivy, 2010, Cervical Cancer Screening: Knowledge, Health Perception and Attendance Rate Among Hong Kong Chinese Women, International Journal of Women’s Health 2010:2 221-228. Rashwan H., 2010, Knowledge and Attitude of University Students in Health Sciences on The Prevention of Cervical Cancer, Med J., Vol.65 N o.1, Malaysia, 53-57. Riduwan, 2009, Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis, Alfabeta, Bandung. World Health Organization in Collaboration With Institut Catala d’Oncologia (ICO) HPV Information Centre, 2010, Human Papillomavirus and Related Cancers in Indonesia, Third Edition, September 2010, ( online), (http://www.who.int/hpvcentre diakses 04-09-2012)
13