Lokakarya Familiarisasi Klaster untuk Pemerintah Indonesia 26 Februari 2014
Pengenalan Sistem Klaster
Indonesia
Topik • Bagaimana dan mengapa klaster dibentuk? • Seperti apakah sistem klaster di tingkat global dan nasional? • Piranti apa saja yang tersedia pada klaster? • Hal-hal apa saja yang menjadi isu saling berkaitan (cross cutting issues)? • Peran OCHA dalam mendukung klaster Indonesia
Untuk apa memahami sistem Kemanusiaan PBB? • Kejadian bencana melibatkan banyak pihak – Anda tidak sendiri • Organisasi Anda tidak relevan untuk mereka yang terkena bencana • Respon international mengikuti prosedur yang telah ditetapkan • Berbagai ukuran UNCT (AP Region:8-10-14/2) • Piranti UNDAC/lainnya adalah sumber daya untuk RCs/HCs, HCTs/ UNCTs dan saluran untuk menyampaikan bantuan melalui sistem PBB. • Ruang/akses kemanusiaan yang terbatas • Cara melakukan kegiatan saat ini adalah melalui klaster • Dampak bencana yang kompleks – dampak regional Indonesia
Arsitektur Kemanusiaan Dasar 6 (enam) mekanisme koordinasi yang siap digunakan adalah: Emergency Relief Coordinator Inter-Agency Standing Committee Consolidated Appeal Central Emergency Response Fund UN Resident Coordinator/Humanitarian Coordinator Office for the Coordination of Humanitarian Affairs Bersama-sama elemen tersebut membangun arsitektur dasar untuk koordinasi bantuan kemanusiaan.
ERC
IASC
RC/HC
OCHA
CERF
CAP
Indonesia
Peran OCHA: •
Dalam konteks keseluruhan, peran OCHA kompleks dan juga jelas.
•
Peran OCHA kompleks, karena tidak seperti mandat dari beberapa organisasi, mandat OCHA tidak ditetapkan dalam satu dokumen yang dihasilkan atau disahkan oleh satu executive board.
•
Sementara Resolusi Majelis Umum no. 46/182 sering dijadikan rujukan untuk mandat OCHA, resolusi tsb. tidak bisa dipisahkan dengan sejumlah resolusi yang dibuat sesudahnya mengenai bantuan kemanusiaan, yang dikeluarkan oleh Majelis Umum, Dewan Keamanan, dan ESOCOS, atau keputusan-keputusan yang dibuat oleh Sekretaris Jenderal dalam kapasitasnya sebagai administrator dari Sekretariat.
•
Resolusi-resolusi dan keputusan-keputusan tersebut mendorong tersusunnya satu daftar bidang kerja yang kita harus lakukan, isu-isu yang harus kita tangani, kegiatan yang harus kita lakukan, fungsi-fungsi yang harus kita jalankan, layanan yang harus kita sediakan dan produk yang harus kita tawarkan.
•
Namun demikian, peran yang diciptakan oleh resolusi-resolusi dan keputusan-keputusan tersebut jelas. Peran OCHA adalah untuk membantu ERC untuk membuat sistem kemanusiaan internasional berjalan dengan lebih baik. Inilah bisnis inti kita, dan peran itu yang kita lakukan karena sistem kemanusiaan yang lebih baik akan menyelamatkan lebih banyak jiwa.
Indonesia
Sistem Kemanusiaan: •
ERC dan OCHA adalah juga bagian dari ranah organisasi kemanusiaan internasional.
•
Beberapa organisasi-organisasi tersebut memiliki mandat spesifik yang diberikan oleh perjanjian internasional, seperti International Committee of the Red Cross. Organisasi lainnya memiliki mandat khusus yang diberikan oleh negara anggota PBB melalui resolusi PBB, seperti UN Children’s Fund or the World Food Program. Akan tetapi sebagian besar adalah organisasi non-pemerintah yang menetapkan mandat, tujuan dan fokus kegiatan mereka sendiri.
•
Secara umum, organisasi-organisasi tersebut mengklaim tunduk pada prinsipprinsip kemanusiaan, terutama: kemanusiaan, netralitas, dan imparsialitas.
•
Dalam sebagian besar ranah informal, beberapa organisasi-organisasi kemanusiaan membentuk koalisi atau konsorsia untuk membantu misi kemanusiaan mereka. Tiga organisasi yang terkenal adalah: the American Council for Voluntary International Action (InterAction), the International Council of Voluntary Agencies (ICVA), dan the Steering Committee for Humanitarian Response (SCHR).
Indonesia
Mitra utama: Secara informal dalam sistem kemanusiaan, mitra utama OCHA termasuk: Badan-badan PBB: • UNICEF • UNHCR • WFP • WHO Organisasi internasional (est. by treaties): • International Committee of the Red Cross (ICRC) • International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) • International Organization for Migration (IOM)
Indonesia
Organisasi non-pemerintah: • Care International • Danish Refugee Council • Médecins Sans Frontières, • Norwegian Refugee Council • Oxfam • Save the Children • World Vision International
Dan konsorsia LSM: • InterAction • ICVA • SCHR
Inter-Agency Standing Committee Full Members and Standing Invitees Full Members
Inter-Agency Standing Committee (IASC)
Standing Invitees Food and Agricultural
International Committee of the
Organisation (FAO)
Red Cross (ICRC)
Office for the Coordination of
International Council of Voluntary
Humanitarian Affairs (OCHA)
Agencies (ICVA)
United Nations Development
International Federation of Red
Programme (UNDP)
Cross and Red Crescent Societies (IFRC)
United Nations Population Fund (UNFPA)
American Council for Voluntary International Action (InterAction)
United Nations High Comissioner for Refugees (UNHCR)
Terdiri dari konsorsia LSM, Gerakan Palang Merah dan Bulat Sabit Merah, IOM, Bank Dunia dan badan-badan PBB
International Organisation for Migration (IOM)
United Nations Children’s Fund (UNICEF)
Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR)
World Food Programme (WFP)
Office of the Special Representative of the Secretary General on the Human Rights of Internally Displaced Persons
World Health Organisation
(RSG on HR of IDPs)
(WHO)
Steering Committee for Humanitarian Response (SCHR)
World Bank (World Bank)
EMPAT PILAR – REFORM KEMANUSIAAN PENDEKATAN KLASTER
KOORDINATOR KEMANUSIAAN
Kapasitas yang cukup dan kepemimpinan yang dapat diprediksi di semua sektor
Kepemimpinan dan koordinasi yang efektif dalam darurat kemanusiaan
PENDANAAN KEMANUSIAAN
KEMITRAAN
Pendanaan yang cukup, tepat waktu, dan fleksible
Kemitraan yang kuat antara PBB dan non-PBB
KLASTER
•
Untuk memastikan bahwa kapasitas yang cukup dibuat dan dikelola di daerah-daerah penting dari pekerjaan kemanusiaan, dan bahwa respon kemanusiaan yang lebih dapat diprediksi, akuntabel dan strategis, IASC menempatkan sistem koordinasi standar yang disebut pendekatan klaster. Pendekatan klaster menjelaskan pembagian kerja di antara organisasi dan mendefinisikan peran dan tanggung jawab mereka dalam 11 bidang kegiatan kemanusiaan.
Indonesia
OCHA dan Klaster
• Peran OCHA adalah untuk memberikan arahan dan monitoring dari proses di tingkat global dan negara. .
• Di tingkat negara, OCHA juga bertanggung jawab untuk koordinasi antar klaster, di mana OCHA menjamin bahwa rapat klaster diadakan dan bahwa RC/HCs dan HCTs mendapatkan masukan mengenai berjalannya klaster dengan efektif. OCHA juga menjamin hubungan antara pemerintah dan semua mitranya yang relevan seperti LSM, dan klaster.
Indonesia
Piranti dan Mekanisme Respon OCHA • • • • • • • • • • • • • • •
24 jam masa bertugas Reliefweb, IRIN, HIC Emergency Cash Grants, FA, CAP, CERF, CHF/ERF Environmental Emergencies Section Register of DM Capacities Surge Roster & Associate Surge Roster Regional CMC, IM staff RDRAs and Field Offices UNDAC Teams UNDAC Support Modules (IHP, APHP, stand-by partners) OSOCC, VOSOCC International USAR Teams Humanitarian Reform Brindisi Warehouse/Access to Regional Warehouses Capacity to Expand/Shrink as required (IARRM)
Indonesia
tion a c OCHA piranti dan pelayanan - ”jam pertama ” fi i t s iden
s
l res a c o L
OCH
cu
tie i v i t c ea
rd Haza tool
fi ty Of
A Du
C A D UN
Team
s
cer
ort p e r tion
917 2 2 1 4 + 2010
Glob a Coor l Disaste r dina tion Alert Syste m
Oper a infor tional mati on
Situa
ency
ncing
nou « An
Activ
ation
erg he em
»
t
USAR
of O
Team s
TF
INSA
RAG
Guide
lines
OCHA piranti dan pelayanan - ”jam pertama” ite S n O
n
luster o i t a c ordin tion of
TS F
co Activa
m
syste
s
ule d o m rt
n itaria
UNOSA T satellit
e image
ry
n Huma OCHA
gS
uppo n i c n fina
Field
g
appin
r
ste u l c s mm
Teleco
M
Emerge ncy funding
Surge s
taff
Media
messag
ing
Enviro
2010
nneme
ntal ex
perts
Civil Mi li coordina tary
tors
Central Register OCHA piranti dan pelayanan - ”minggu pertama”
ing p p a al M Glob rgencsy e pile s Em stock ustom
C ment e e r g a
itarian n a rtisee
ssource e m p u x H E R CHA . O tion d a r s i o l i b
Co o m ction
Human itariani nfo.or g
- Prote r
- Gende
- Policy mgt
n o i t a - Inform ation
n i d r o - Co ent
m s s e s s -A
Financ
Needs A
ial tra
ssessme
nt
NGO
cking
Comm
on ser
vices
g
dlin n a h d l Airfie coordi
nation
suppo
rt
Envir onmen
tal mo
dule
Pengaturan klaster di Indonesia Klaster/Sektor Pertanian Pemulihan Dini Pendidikan Huntara Makanan & Gizi Kesehatan Logistik Telkom Darurat Perlindungan Anak dan subklaster SGBV Air, Sanitasi dan Hygiene
Pimpinan klaster FAO UNDP UNICEF & Save the Children IFRC (Convenor) WFP & UNICEF WHO WFP WFP UNICEF and UNFPA UNICEF
Tanggung jawab – Pimpinan Klaster di tingkat negara Pimpinan sektor/klaster pada tingkat negara bertanggung jawab kepada Koordinator Kemanusiaan untuk memfasilitasi proses di tingkat sektoral yang bertujuan untuk memastikan hal-hal berikut: - Penyertaan mitra kemanusiaan kunci - Pembentukan mekanisme koordinasi yang tepat - Koordinasi dengan nasional / pemerintah daerah, masyarakat sipil lokal dan aktoraktor lain yang relevan - Pendekatan partisipatif dan berbasis masyarakat - Perhatian terhadap prioritas isu lintas sektoral - Penilaian kebutuhan dan analisis kesiapsiagaan darurat - Perencanaan dan strategi pembangunan - Penerapan standar - Pemantauan dan pelaporan - Mobilisasi sumber daya dan Advokasi - Pelatihan dan pengembangan kapasitas - Penyediaan bantuan dan pelayanan sebagai upaya terakhir
Sector/cluster leads at the country level are accountable to the Humanitarian Coordinator for facilitating a process at the sectoral level aimed at ensuring the following: o Inclusion of key humanitarian partners o
Establishment of appropriate coordination mechanisms
o
Coordination with national/ local authorities, local civil society and other relevant actors
o
Participatory and communitybased approaches
o
Attention to priority crosscutting issues
o
Needs assessment and analysis
o
Emergency preparedness
o
Planning and strategy development
o
Application of standards
o
Monitoring and reporting
o
Advocacy and resource mobilization
o
Training and capacity building
o
Provision of assistance and services as a last resort
Pendekatan Klaster di Indonesia • Diaktifkan pada saat gempabumi Yogyakarta tahun 2006 dan Sumatera Barat tahun 2009. Seluruh klaster kecuali Koordinasi Huntara dan Manajemen diaktifkan. • Perencanaan Kontingensi menggunakan pendekatan klaster.
Scenario: bencana dengan dampak besar yang membutuhkan bantuan internasional, dampak menengah dengan bantuan internasional dan dampak medium dengan Pemerintah Indonesia menerima tawaran bantuan luar negeri.
• Rencana Kesiapsiagaan Antar Klaster dikembangkan tahun 2012.
Pertanyaan?