PENGENALAN BAHASA JEPANG MELALUI NYANYIAN PADA ANAK USIA SEKOLAH Lispridona Diner Jurusan Bahasa dan Sastra Asing FBS Universitas Negeri Semarang E-Mail :
[email protected]
Abstract: The problem of this dedication are 1) What are the students have about Japanese basic knowledge? 2) How are the method used to teach Japanese in order to the students have motivation to know or study Japanese by songs? Purpose of the dedication are 1) Form raising interest to concern Japanese when knew by songs 2) Process activity studying and teaching when knew Japanese by songs. Result by that activity are study Japanese by songs and used playing method is singing while movement then the students to know Japanese vocabulary easy, students have high interest to know foreign language specially for Japanese. Abstrak: Permasalahan yang diangkat dalam kegiatan ini adalah 1) Pengetahuan bahasa Jepang dasar apa saja yang harus dimiliki oleh pembelajar? 2) Bagaimana cara mengajarkan bahasa Jepang agar siswa SD termotivasi belajar bahasa Jepang Tujuan kegiatan ini yaitu 1) Bentuk peningkatan minat terhadap bahasa Jepang ketika diperkenalkan melalui nyanyian. 2) Proses kegiatan belajar mengajar ketika mengenal bahasa Jepang melalui nyanyian. Hasil yang diperoleh di siswa mudah mengenal kosa kata bahasa Jepang, siswa memiliki minat yang tinggi dalam mengenal bahasa Asing khususnya bahasa Jepang. Kata Kunci: Bahasa Jepang, Nyanyian
PENDAHULUAN Di era globalisasi ini, sangat penting memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Asing. Sekarang bukan masanya lagi menguasai satu bahasa saja. Apabila bahasa ibunya adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, maka harus ditambah lagi dengan kemampuan menguasai bahasa asing. Ada pandangan, sebaiknya anak belajar bahasa asing sejak usia dini. Makin awal mengenal bahasa asing makin mudah ia mengembangkan kemampuannya. Bagi para ahli kejiwaan, usia 0-3 tahun merupakan masa keemasan buat mengajarkan seorang anak berbagai keterampilan. Sebagian mereka menganjurkan supaya para orangtua mengajarkan bahasa asing kepada balita. Ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan saat mulai mengenalkan bahasa asing kepada anak. Berikut, sembilan di antaranya; 1) pahami kebutuhan anak, 2) jangan membosankan anak, 3) batasi durasi, 4) jangan memaksa anak, 5) jangan tegang, 6) bergembiralah, 7) ciptakan cara baru yang menyenangkan, 8) jawablah semua pertanyaan anak, dan 9) berilah buku bacaan berkualitas. Berdasarkan wacana di atas, penulis mengemukakan satu cara dalam mengenalkan ba-
hasa asing yaitu melalui nyanyian, karena melalui kegiatan ini anak tidak dituntut untuk berpikir. Terkadang, bagi anak-anak yang usianya masih sangat muda, perhatiannya seringkali beralih. Namun, meski anak belum intensif memperhatikan nyanyian tersebut, mereka dapat mempelajarinya dengan mendengar. Dalam hal ini bahasa asing yang akan diperkenalkan adalah bahasa Jepang, karena pada pelafalan dan aksara bahasa Jepang memiliki gabungan antara huruf mati dan huruf hidup saja, jadi hal ini sangat mudah untuk dilafalkan oleh anak usia dini. Misalnya pada kata dalam bahasa Jepang yaitu, kodomo, tomodachi, kuruma. Kesadaran akan semakin pentingnya peranan bahasa asing sebagai media komunikasi dewasa ini dipandang sangat perlu, sehingga pengenalan bahasa asing sebaiknya diberikan kepada anak sejak usia dini tanpa adanya unsur paksaan. Alasannya adalah anak usia dini yaitu berdasarkan hasil riset otak mutakhir, perkembangan otak 95 persen terjadi pada usia dini, yaitu di bawah umur 7 tahun. Dan masa 3 tahun pertama adalah saat membangun pondasi struktur otak yang akan berdampak permanen. Jaringan komunikasi antar sel terbentuk karena
adanya rangsangan (stimulasi) dari luar. Semakin kaya pengalaman dan rangsangan, semakin kompleks jaringan sel otak. Ketika anak tertarik pada sesuatu dan mempelajarinya, semakin kompleks jaringan sel otak (Anggani, 2000:97). Oleh karena itu, pola pengasuhan yang penuh kasing sayang sangat diperlukan. Dan, menciptakan lingkungan yang bebas dari ketakutan dan beban. Dengan demikian diharapkan anak akan tumbuh dalam suasana yang kreatif, lepas dan tanpa beban. Beberapa hal yang dianggap menjadi penghambat pertumbuhan otak dan kreativitas: 1. tidak banyak bergerak yaitu suasana monoton, tak banyak bicara hanya mendengar, duduk diam manis dan mengakibatkan suplai oksigen ke otak rendah 2. rasa takut dan tertekan yaitu ketakutan yang berkepanjangan akan merusak sel-sel otak (bagian yang membentuk memori/daya ingat) dan proses belajar yang tidak efektif dalam keadaan stres 3. materi membosankan yaitu otak tidak tertarik mempelajarinya Menurut Els (dalam Subyakto), metode dapat dirinci atau digambarkan dengan berbagai cara. Pembelajaran kosakata dapat juga menggunakan metode permainan yang dapat dimainkan oleh pelajar berkelompok, sekolah, atau bahkan berdua saja. J. Kemp (dalam Suparno 1988:13) membuat klasifikasi metode pengajaran melalui media pengajaran, yaitu permainan (misalnya silang datar, teka-teki silang) dan simulasi (missalnya bermain peran, sandiwara), media pandang, misalnya papan tulis, kartu gambar, media dengar, misalnya radio, rekaman dan media pandang dengar, misalnya slide-suara film, TV. Agar media yang digunakan dapat bermanfaat semaksimal mungkin, diperlukan pemahaman tentang cara memilih media yang tepat. Pada umumnya pemilihan media dilakukan sendiri oleh guru yang bersangkutan sebab gurulah yang dapat menyusun media yang akan digunakan secara optimal. Para orang tua harus menyadari benar pentingnya bahasa asing bagi anak mereka. Beberapa pakar bahasa mendukung pandangan bahwa semakin dini anak belajar bahsa asing maka semakin mudah menguasai bahasa tersebut. Sebelum masa pubertas daya piker (otak) anak lebih lentur, sehingga lebih mudah belajar dibandingka dengan orang dewasa. Usia 6-12
tahun paling ideal untuk belajar bahasa lain selain bahsa ibu. Pada masa tersebut otak anak masih plastis dan lentur sehingga proses penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis. Ada dua pendapat mengenai kapan sebaiknya anak mulai belajar bahasa kedua. Pendapat pertama adalah sejak lahir anak sudah bias dibiasakan dan dikenalkan dengan berbagai bahasa. Namun, ada pula yang berpendapat, sebaiknya anak diperkenalkan dengan bahasa kedua setelah anak bisa mengucapkan bahasa ibunya. Masing-masing pendapat memiliki kekurangan dan kelebihan. Pendapat pertama, ada banyak kemungkinan anak mengalami keterlambatan bicara. Hal ini disebabkan karena otak anak harus memetakan bahsa apa yang digunakan oleh orang yang mengajaknya bicara, tapi itu tidak berlangsung lama, saat anak sudah semakin besar, kemampuan ini akan semakin terasah. Pendapat yang kedua, terkadang pelafalan (pronounciation) bahasa kedua akan lebih buruk dibandingkan anak yang menggunakan metode pada pendapat pertama. Anak yang menggunakan metode pertama akan terbiasa dengan pengucapan dan aksen yang jelas dibandingkan dengan anak yang menggunakan metode kedua. Namun, apapun metodenya yang perlu diperhatikan adalah suasana belajarnya. Pelafalan bahasa Jepang pada umumnya dilafalkan sesuai dengan tulisan. Aksara Bahasa Jepang terbagi 4 yaitu hiragana, katakana, kanji dan romaji (aksara latin) (Kawarazaki, 1998:7) A, I, U, E, O Ka, Ki, Ku, Ke, Ko Sa, Shi, Su, Se, So Ta, Chi, Tsu, Te, To Ha, Hi, Fu, He, Ho Ma, Mu, Me, Mo Na, Ni, Nu, Ne, No Ra, Ri, Ru, Re, Ro Za, Ji, Zu, Ze, Zo Ya, Yu, Yo N METODE Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kegiatan ini maka bentuk kegiatan yang akan dilakukan adalah pengajaran yaitu pengenalan bahasa Asing melalui nyanyian. Dalam prosesnya kegiatan akan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode seperti bernyanyi sambil bermain dan bernyanyi dengan menggunakan gerakan. Kegiatan ini disampaikan pada anak usia sekolah kelas 3 SD Terang Bangsa Semarang. Pada proses penyampaian materi teori beberapa metode seperti menyanyi dan demontrasi akan digunakan secara bervariasi. Sedangkan pada
materi praktek proses pengenalan bahasa asing melalui nyanyian. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari berbagai nyanyian yang disampaikan, maka dapat dibahas sebagai berikut: Pertemuan 1: Atama Kata Hiza Ashi Kepala Pundak Lutut Kaki Atama kata hiza ashi, hiza ashi Kepala pundak lutut kaki, lutut kaki Atama kata hiza ashi, hiza ashi Kepala pundak lutut kaki, lutut kaki Mimi me hana hopeta Daun telinga mata hidung pipi Atama kata hiza ashi, hiza ashi Kepala pundak lutut kaki, lutut kaki
Nyanyian disampaikan dengan gerakan, siswa meniru pula menyanyikannya dengan gerakan. Melalui lagu ini siswa dapat mengetahui dan megenal bahasa Jepang melalui kosa kata anggota tubuh, seperti mengucapkan atama = kepala, kata = pundak, hiza = lutut dan lainlain Peretemuan 2: Shuu no Hi wa Harinya Tuhan Getsuyobi, Kayobi Shuu no Hi wa, Shuu no Hi wa Hari Senin, hari Selasa, harinya Tuhan, harinya Tuhan Suiyobi, Mokuyobi Shuu no Hi wa, Shuu no Hi wa Hari Rabu, hari Kamis harinya Tuhan, harinya Tuhan Kinyobi, Doyobi Shuu no Hi wa, Shuu no Hi wa Hari Jumat, hari Sabtu, harinya Tuhan, harinya Tuhan Nichiyobi, Mainichi Shuu no Hi wa, Shuu no Hi wa Hari Minggu, tiap hari, harinya Tuhan, harinya Tuhan
Nyanyian disampaikan dengan menggunakan media yaitu kalender, karena isi nyanyian ini berhubungan dengan nama-nama hari. Melalui nyanyian ini siswa dapat mengetahui kosa kata bahasa Jepang yang berhubungan dengan nama-nama hari. Pertemuan 3: Dora Emon konna koto ii na
dekitara ii na anna yume konna yume ippai aru kedo minna minna minna kanaete kureru fushigina POKKE de kanaete kureru sora wo jiyuu ni tobitai na (hai! takekoputaa!) AN AN AN tottemo daisuki DORAEMON shukudai touban shiken ni otsukai anna koto konna koto taihen dakedo minna minna minna tasukete kureru benrina dougu de tasukete kureru omocha no heitai da (sore! tototsugeki!) AN AN AN tottemo daisuki DORAEMON anna toko ii na iketara ii na kono kuni ano shima takusan aru kedo minna minna minna ikasete kureru mirai no kikai de kanaete kureru sekai ryokou ni ikitai na (ufufufu… doko demo DOA!) AN AN AN tottemo daisuki DORAEMON AN AN AN tottemo daisuki DORAEMON Aku ingin begini Aku ingin begitu Ingin ini itu banyak sekali Semua semua semua Dapat dikabulkan Dapat dikabulkan Dengan kantong ajaib Aku ingin terbang bebas Di angkasa Hei... baling baling bambu La... la... la.... Aku sayang sekali... Doraemon La... la... la.... Aku sayang sekali... Doraemon
Nyanyian ini diambil dari sebuah film kartun anak-anak yang berasal dari Jepang. Isi lagu menceritakan kebebasan anak untuk bermain. Melalui lagu ini siswa dapat mengenal kosa kata bahasa Jepang yang berhubungan dengan bermain. Pertemuan 4: Kawai Ano Ko wa Dare no Manis
Nona Manis Siapa yang Punya Kawai ano ko wa dare no mono Baju biru siapa yang punya Nona Manis siapa yang punya Aoi fuku wa dare no mono Kawai ano ko wa dare no mono Aoi fuku wa dare no mono Nona Manis siapa yang punya Baju biru siapa yang punya Kawai ano ko wa dare no mono Aoi fuku wa dare no mono Nona Manis siapa yang punya Baju biru siapa yang punya Hontou ni kawaii koto Hontou ni kawaii koto Yang punya kita semua Yang punya kita semua Kuroi hige wa dare no mono Kumis hitam siapa yang punya Kuroi hige wa dare no mono Kumis hitam siapa yang punya Kuroi hige wa dare no mono Kumis hitam siapa yang punya Hontou ni kawaii koto Yang punya kita semua
Nyanyian ini diadopsi dari lagu daerah Maluku yang diterjemahkan dalam bahasa Jepang. Melalui nyanyian ini, siswa dapat mengetahui dan mengenal kosa kata bahasa Jepang yang berhubungan dengan warna. Pertemuan 5: Naik Kereta Api Kisha ni noroo Naik kereta api Tut, tut, tut
Bolehlah naik dengan percuma Kisha ni noroo tuu, tuu, tuu Okane nan te iranai Siapa hendak turut Ayo kawan ku lekas naik Dare ka isshoni ikoo Saa, hayaku norinasai Ke Bandung Surabaya Kereta ku tak berhenti lama Bandon, Surabaya Kisha wa nagaku
tomatte inaiyo Nyanyian ini menceritakan tentang perjalanan naik kereta api. Melalui nyanyian ini siswa dapat mengenal kosa kata bahasa Jepang yang berhubungan dengan alat transportasi. Siswa diajak untuk menyanyikan lagu ini dengan gerakan. Pertemuan 6:
Kokoro no Tomo Teman Hidup Anata kara kurushi mi o Ubaeta sono toki Watashi nimo ikite yuku Yuki gawaite kuru Anata to deaumadewa Kodoku Nasasurai bito Sono te no nuku mori o kawjisasete Ai wa itsuwo rarabai, Tabini tsukareta toki Tada Kokoro tommo to, watashi o Yonde Shinji ai kokoro sae dokokani Waserete Hiyo wa naze sugita hino Shiawase oikakeru Shijuka no dooa o hiraki Watashi o tsukandara namida Fuite Ai wa itsumo rarabai, Anata go yowai toki Tada kokoro no tomoto Watashi o yonde
Nyanyian ini menceritakan tentang persahabatan. Melalui nyanyian ini siswa dapat mengenal kosa kata bahasa Jepang yang berhubungan dengan persahabatan. Siswa diajak untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Nyanyian ini sudah dikenal sejak lama, ada beberapa siswa yang sudah hafal liriknya, sehingga pengajar dengan mudah memperkenalkan kosa kata yang ada pada lagu ini. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dari pelaksanaan kegiatan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) melalui nyanyian yang disampaikan dengan metode bermain yaitu menyanyi dengan gerakan, maka siswa mudah mengenal kosa kata bahasa Jepang, (2) siswa memiliki minat yang tinggi dalam mengenal bahasa Asing khususnya bahasa Jepang. Hal ini dapat dilihat dari antusias siswa ketika bernyanyi, (3) isi nyanyian pendek dan bahasa yang diguna-kan mudah sehingga siswa dengan mudah mencerna dan mengucapkan kosa kata bahasa Jepang.
Saran Saran yang disampaikan yaitu dalam mengajarkan bahasa Jepang pada anak usia sekolah sebaiknya suasana pembelajaran dibuat
senyaman mungkin misalnya, belajar bahasa melalui nyanyian sehingga siswa juga dapat mencerna materi dengan baik dan mudah.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, R.H. 1994. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudono, Anggani. 2000. Sumber belajar dan Alat Permainan (untuk Anak Usia Dini). Bandung: Grasindo
Dardjowidjojo, Soenjono. 2001. Psikolinguistik: Memahami Asas Pemerolehan Bahasa. Gramedia.
Suparno. 1988. Media Pengajaran Bahasa. Jakarta: Intan Pariwara
Kawarazaki, Mikio. 1998. Nihongo Kana Nyuumon. Tokyo: The Japan Foundation
Tarigan, H.G. 1988. Pengajaran Kedwibahasaan. Jakarta: Angkasa