Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR Oleh: Minda Mora Abstrak Proses belajar mengajar dalam pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Melalui proses belajar dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis setiap manusia dalam hidupnya. Belajar merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Belajar juga merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Strategi dan pendekatan pembelajaran tidak lagi bertumpu pada guru tetapi berorientasi pada siswa sebagai subyek (student centered) guru bukan lagi satusatunya sumber belajar dari siswa. Tanpa guru, pembelajaran tetap dapat dilaksanakan karena adanya sumber belajar yang lain. Sehubungan hal tersebut para pendidik atau guru di sekolah diharapkan untuk dapat menggunakan sumber belajar secara tepat. Adanya sumber belajar yang beragam merupakan hal yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka terbentuknya perkembangan dasardasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsepkonsep dasar yang memiliki kebermaknaan melalui pengalaman yang nyata, sehingga anak dapat memperoleh pengetahuan baru untuk menunjukkan kreativitas dan rasa ingin tahu secara optimal. Anak usia dini mengalami masa keemasan/golden age di mana anak mulai peka terhadap diri dan lingkungannya dengan melalui simulasi yang diberikan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosio emosional dan spiritual. Untuk itu anak harus mengalami pengalaman main yang banyak. Anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika disediakan kesempatan untuk berhubungan luas atau di dalam ruangan. Untuk itu, berikan kesempatan untuk bergerak secara bebas bermain di halaman, di lantai, atau di meja dan di kursi. Kebutuhan sensori motor anak didukung bila lingkungan baik dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap perkembangan anak. Kata kunci: Sumber Belajar, Media, dan Anak Didik. A. Pendahuluan Belajar dalam konsep Islam, alam dan segala isinya merupakan bahan yang dapat dijadikan tuntunan hidup manusia di dunia ini. Bahkan, manusia tidak mampu menghitung, dan bila diibaratkan air laut sebagai tintanya dan pohon-
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
984
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
pohon sebagai batangnya tidaklah cukup untuk mencatatnya. Demikianlah banyaknya Allah memberikan kenikmatan-kenikmatan kepada manusia untuk dapat disyukuri dan dijadikannya sebagai pembelajaran manusia dalam mengarungi kehidupan di muka bumi ini dan melaksanakan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya. Kalau dikaji secara konfrehensif semua yang ada di muka bumi ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Karena semua aspek-aspek kehidupan yang ada di muka bumi ini dapat dijadikan sumber-sumber belajar manusia. Sumber belajar sendiri merupakan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi, sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Seiring dengan perjalanan waktu dan zaman yang semakin maju akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mulai berfikir untuk merancang berbagai media belajar yang lebih modern sebagai alat penyampai pesan-pesan dari berbagai sumber belajar tersebut. Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Kalau dilihat dari perkembangannya, pada mula media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar seorang guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai pada umumnya adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek dan alatalat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap belajar siswa. Namun sayangnya para pengguna media tersebut terlalu memusatkan perhatiannya pada alat bantu tersebut dan kurang sekali evaluasi. Para guru harus memiliki kreativitas dalam menggunakan alat bantu ini, karena akan tidak efektif bila seorang guru hanya memfokuskan proses pembelajaran pada alat bantu tertentu. Dengan demikian, dapat kita lihat bahwa sudah selayaknya kalau media ini tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu belaka bagi guru mengajar, akan tetapi lebih sebagai alat penyalur pesan dari pemberi pesan (guru, buku, film dan sebagainya) ke penerima pesan (siswa/pelajar) Belakangan ini di sekolah-sekolah tertentu mulai dikembangkan bentuk pembelajaran dengan menggunakan internet, sehingga siswa “dipaksa” untuk menyewa internet yang memang ukuran Indonesia pada umumnya masih dianggap relatif mahal. Untuk dapat berjalan secara efektif dan efisien sebaiknya masing-masing sekolah memasang jaringan internet sendiri, supaya siswa dengan mudah mengaksesnya dan pendidik juga dengan mudah menjadikan internet sebagai sarana sumber informasi yang aktual. Banyaknya sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, guru dituntut adanya pemikiran untuk mengembangkan sumber belajar apa yang efektif dalam menyampaikan pesan kepada peserta didik. Karena
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
985
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
sehebat dan secanggih apapun media belajar yang digunakan, tidak akan berhasil bila seorang guru tidak memiliki kreativitas dalam menggunakannya. Istilah sumber belajar sudah sering diperbincangkan terutama di lingkungan masyarakat kependidikan. Apabila lingkungannya sekolah, berbicara mengenai sumber belajar, maka yang pertama-tama terlintas di dalam pemikiran adalah guru yang berperan sebagai sumber belajar bagi para peserta didiknya. Apabila sedikit agak lebih lama, maka yang terlintas berikutnya di alam pikiran kita adalah buku, baik itu buku pegangan guru maupun buku pegangan peserta didik. Guru menggunakan buku untuk membantu dirinya menyajikan materi pelajaran kepada segenap peserta didiknya. B. Pembahasan 1. Pengembangan Sumber Belajar Dalam berbagai dimensi kehidupan telah banyak pemecahan masalah yang bersifat rasional dan intelektual, jika dibantu dengan irrasional akan membangkitkan ide-ide baru. Sehubungan dengan hal itu, aspek-aspek emosional dan irrasional harus dipahami untuk meningkatkan keberhasilan dalam pemecahan masalah, dan mendongkrak kualitas pembelajaran. Oleh karena itu jika guru mengharapkan pencapaian kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah secara optimal, perlu diupayakan bagaimana membina diri dan peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosi yang stabil dengan memahami diri dan lingkungannya secara tepat. Beberapa hal yang perlu diupayakan untuk mengembangkan sumber belajar dalam pembelajaran antara lain:1 a. Menyediakan lingkungan yang kondusif. b. Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis. c. Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang sedang dirasakan oleh peserta didik. d. Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapi. e. Melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, baik secara fisik, sosial, maupun emosional. f. Merespon setiap perilaku peserta didik secara positif, dan menghindari respon yang negatif. g. Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran. Sumber belajar adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membantu pengajar. Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan segala kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, dalam proses belajar mengajar.2 Dalam hal ini tampak adanya beranekaragam sumber belajar yang masing-masing memiliki kegunaan tertentu yang mungkin sama atau bahkan berbeda dengan sumber belajar lainnya. Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan sumber belajar adalah sumber yang dapat dipakai oleh siswa baik sendiri atau bersama-sama dengan siswa lainnya untuk memudahkan belajar.
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
986
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
Macam-macam sumber belajar yaitu : Manusia Bahan Lingkungan Alat dan peralatan Aktivitas Kegunaan sumber belajar3 yaitu: 1) Merupakan pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses belajar mengajar yang akan ditempuh. Disini sumber belajar merupakan peta dasar yang perlu dijalani secara umum agar wawasan terhadap proses pembelajaran yang akan dikembangkan dapat diperoleh lebih awal. 2) Merupakan pemandu secara teknis dan langkah-langkah operasional untuk menelusuri secara lebih teliti menuju pada penguasaan keilmuan secara tuntas. Memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan aspek-aspek bidang keilmuan yang dipelajari. 3) Memberikan petunjuk dan gambaran kaitan di bidang keilmua lainnya. 4) Menginformasikan sejumlah penemuan baru yang pernah diperoleh orang lain yang berhubungan dengan bidang keilmuan tertentu. 5) Menunjukkan berbagai permasalahan yang timbul yang merupakan konsekuensi logis dalam suatu bidang keilmuan yang menuntut adanya kemampuan pemecahan dari orang yang mengabdikan diri dalam bidang tersebut. Pemanfaatan sumber belajar seoptimal mungkin sangatlah penting, karena keefektifan proses pembelajaran ditentukan pula oleh kemampuan peserta didik dalam mendayagunakan sumber-sumber belajar. Pada umumnya terdapat dua cara memanfaatkan sumber belajar dalam pembelajaran di sekolah.4 1) Membawa sumber belajar ke dalam kelas. Dari aneka ragam macam bentuknya sumber-sumber belajar dapat digunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Hal tersebut misalnya membawa tape recorder ke dalam kelas, dan memanggil manusia sebagai sumber. 2) Membawa kelas ke lapangan dimana sumber belajar berada. Adakalanya terdapat sumber belajar yang sangat penting dan menunjang tujuan belajar tetapi tidak dapat dibawa ke dalam kelas karena mengandung resiko yang cukup tinggi, atau memiliki karakteristik yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke dalam kelas. Hal tersebut misalnya museum, apabila ingin menggunakan museum sebagai sumber belajar tidak mungkin membawa museum tersebut ke dalam kelas, oleh karenanya harus mendatangi museum tersebut. Pemanfaatan sumber belajar dengan cara yang kedua ini biasanya dilakukan dengan metode karya wisata. Hal ini dilakukan terutama untuk mengefektifkan biaya yang dikeluarkan. Pemakaian sumber belajar yang berbeda dan alat peraga yang ada di sekolah memungkinkan adanya berbagai pola organisasi dan implementasi kurikulum. Pada dasarnya memiliki bahan-bahan tertulis, media dan sumber belajar untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas modul dan pengalaman yang berkaitan. 1) 2) 3) 4) 5)
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
987
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
2. Pengembangan Sumber Belajar Berdasarkan Jenjang Pendidikan a. Pengembangan Sumber Belajar PAUD Hakikat pendidikan anak usia dini adalah periode pendidikan yang sangat menentukan perkembangan dan arah masa depan seorang anak sebab pendidikan yang dimulai dari usia dini akan membekas dengan baik jika pada masa perkembangannya dilalui dengan suasana yang baik, harmonis, serasi, dan menyenangkan.5 Anak-anak membutuhkan kesempatan untuk bermain imajinatif, mengekspresikan diri, menemukan masalah, menyelidiki jalan alternatif, dan menemukan penemuan baru untuk mempertinggi perkembangan kreativitas. Guru memudahkan perkembangan kreativitas terutama melalui pembukaan, tidak langsung mengambil keputusan, menerima penampilan dan sikap santai, lingkungan belajar yang fleksibel, merupakan sumber aktivitas yang kaya dan berlimpah. Macam-macam Pengembangan Sumber Belajar yaitu belajar melalui bermain: bermain fungsional; bermain membangun; bermain pura-pura; bermain dengan peraturan, belajar dari lingkungan, ruangan kelas.6 1) Belajar melalui Bermain Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang. Diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu melalui bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan tepat ia hidup. Bermain merupakan kebutuhan bagi anak, melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan. Pendekatan anak usia dini menganut pendekatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indera-indera tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan psikologis dan biologis anak yang sangat esensial. Melalui bermain tuntutan akan kebutuhan perkembanagn dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, interaksi sosial, nilai-nilai dan sikap hidup dapat terpenuhi. Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki tentang dunia dan kemudian juga sekaligus dapat mendapatkan pengetahuan baru, dan semua dilakukan dengan cara yang menggembirakan hatinya. Bermain sebagai bentuk kegiatan belajar TK adalah bermain kreatif dan menyenangkan. Permainan edukatif dapat membantu mengoptimalkannya. Melalui bermain anak juga dapat mengenal diri dan lingkungannya, dan tak kalah
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
988
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
penting anak dikenalkan kepada Tuhannya melalui makhluk ciptaannya. Ketika anak bermain air, ajak anak berpikir tentang manfaat dan bahayanya. Beri anak kesempatan untuk mengemukakan apa pendapatnya dan apa yang dilihatnya. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini dengan menggunakan strategi, metode dan materi/bahan dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi (penjajakan) menemukan dan memanfaatka benda-benda di sekitarnya. Salah satu contohnya dalam bermain kartu angka bilangan terbesar dan terkecil, bermain kata tentang sinonim dan antonim, bermain kuda bisik untuk menyampaikan pesan Ada 4 tahapan bermain: i. Bermain fungsional (Funcional Play). Bermain seperti ini berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang contohnya: berlari-lari, mendorong dan menarik mobil-mobilan. ii. Bermain membangun (Constructive Play). Kegiatan bermain ini untuk membentuk sesuatu, menciptakan bangunan dengan alat permainan yang tersedia contohnya menyusun puzzle, lego atau balok kayu. Contoh: Merancang pusat balok kayu. Pertimbangan paling penting dalam merencanakan pusat balok kayu adalah ruang. Karena anak memerlukan banyak ruang untuk membangun dengan kreatif, pusat balok kayu akan memakan ruang yang cukup besar dalam ruang kelas. Idealnya pusat balok kayu ditempatkan di sudut ruang. iii. Bermain pura-pura (make believe play). Anak menirukan kegiatan orang yang dijumpainya sehari-hari atau berperan/memainkan tokoh-tokoh dalam film kartun atau dongeng. Yang dimaksud bermain pura-pura dan aplikasinya dalam teori Smilansky seperto: Dramatic Play. Anak melakukan peran imajinatif atau memerankan tokoh yang dikenalnya melalui film/dongeng cerita lebih ditekankan pada bermain makro. Contoh: dokterdokteran, polisi-polisian, atau meniru tukang bakso. iv. Bermain dengan peraturan (game with rules). Dalam kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi peraturan permainan. Aturan permainan pada awalnya dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat dalam permainan asalkan kartu domino, bermain tali atau monopoli. Bermain melalui dramatic play sangat penting dalam mengembangkan kreativitas, intelektual, bahasa dan keterampilan sosial dan emosional. Tidak semua anak memiliki pengalaman dramatic play. Pada intinya bermain sangat mendukung perkembangan kognitif anak, sosial dan emosionalnya dan juga merupakan kegiatan yang sangat kondusif semua aspek perkembangan anak. 2) Belajar dari Lingkungan Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja dan terencana untuk membantu anak mengembangkan potensi secara optimal sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa esensi yang hakiki dari tujuan akhir pendidikan adalah kemampuan anak melakukan adaptasi dengan lingkungan dalam arti yang luas.
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
989
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
Dengan demikian tujuan pendidikan seharusnya menjadi dasar untuk mengarahkan berbagai proses pendidikan (pembelajaran) agar mendekatkan anak dengan lingkungan. Dengan demikian pendidikan yang diberikan akan dapat dimaknai dan berguna bagi anak ketika beradaptasi dengan lingkungannya. Alam sebagai sarana pembelajaran. Hal ini didasarkan pada beberapa teori pembelajaran yang menjadikan alam sebagai sarana yang tak terbatas bagi anak untuk bereksplorasi dan berinteraksi dengan alam dalam membangun pengetahuannya. Out bound learning merupakan salah satu model pembelajaran dimana hampir 90% kegiatan dilakukan dengan berinteraksi dengan alam tanpa ada tekanan. Dalam pembelajaran ini anak diajarkan untuk dapat membangun ikatan emosional di antara individu (anak) yaitu dengan menciptakan kesenangan belajar, menjalin hubungan dan mempengaruhi memori dan ingatan yang cukup lama akan bahan-bahan yang telah dipelajari. 3) Ruangan Kelas Ruangan kelas dapat dibagi menjadi kelas-kelas kecil, yang disebut dengan sentra atau vak. Dari desain tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran pendidikan yang dikembangkan oleh Dalton memberikan pelayanan seimbang antara bentuk pembelajaran klasikan dan individual. a) Ruangan klasikal digunakan untuk membelajarkan hal-hal yang bersifat umum, misalnya bercerita, berdoa, bernyanyi, menari dan gerak badan serta membahas kegiatan yang akan dilakukan anak di sentra-sentra. b) Ruangan sentra terdiri atas satu bidang pengembangan. Sebagai contoh adanya sentra persiapan, sentra balok, sentra bermain peran, sentra bahan alam, sentra imtak, dan lain-lain. pada setiap sentra memiliki alat sumber belajar yang spesifik sesuai tujuan pembelajarannya. Pada sentra bahan alam misalnya, memiliki bahan seperti air, lumpur, pasir, tanah liat, tanaman, krayon, cat air. Sedangkan pada sentra balok disiapkan bahanbahan seperti balok berwarna, balok berongga, puzzle. Demikian juga sentra persiapan terdiri dari alat-alat pengembangan bahasan, misalnya buku cerita, map, globe, poster. Proses pembelajaran sentra sebelum anak datang, pendidik menyiapkan bahan dan alat main yang akan digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk kelompok yang akan dibina. Penataan alat main harus mencerminkan pembelajaran yang sudah dibuat. Artinya tujuan yang ingin dicapai anak selama bermain dengan alat tersebut. Pendidik menyiapkan seluruh anak dalam lingkaran, lalu menyebutkan kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan pembuka dapat berupa permainan tradisional, gerak dan musik, dan sebagainya. Satu kader yang memimpin, kader lainnya jadi peserta bersama anak. Kegiatan pembuka berlangsung sekitar 15 menit. Setelah selesai main pembukaan, anak-anak diberi waktu untuk pendinginan dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau kegiatan permainan tebak-tebak. Tujuannya agar anak kembali tenang. Setelah anak-anak secara bergiliran dipersilahkan untuk minum atau ke kamar kecil. Setelah itu anak-anak diberik penjelasan secara garis besar secara klasikal tentang bahan pembelajaran pada suatu sentra. Anak-anak dapat memilih sentra
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
990
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
yang akan dipelajari. Untuk mengembangkan sosiobilitas, guru memperbolehkan anak mengerjakan tugas tertentu secara bersama-sama. Dengan cara ini maka setiap anak akan memiliki kesempatan bersosialisasi, bekerjasama dan tolongmenolong. b. Pengembangan Sumber Belajar Berdasarkan Jenjang Pendidikan TK 1) Lingkungan alam Lingkungan alam adalah objek-objek dan benda-benda yang ada di alam yang sudah tersedia dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Jenis-jenis sumber belajar ini bisa meliputi tanaman, binatang, hutan, kebun, kolam, dan sebagainya. 2) Lingkungan fisik Lingkungan fisik adalah objek yang terdapat di sekitar anak berupa bangunan atau benda yang dibuat/dibangun oleh masyarakat sekitar. Jenis-jenis sumber belajar ini meliputi masjid, kantor pos, kantor polisi, perpustakaan, rumah sakit, supermarket, dan sebagainya. 3) Lingkungan sosial Lingkungan sosial adalah objek, kegiatan, atau peristiwa yang terjadi di masyarakat/lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sumber belajar. Jenis-jenis sumber belajar meliputi tokoh masyarakat, pasar, banjir, kecelakaan, kultur/budaya, dan sebagainya. c. Pengembangan Sumber Belajar Berdasarkan Jenjang Pendidikan SD Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan 6 tahun. Sebagai satu bentuk satuan pendidikan, Sekolah Dasar merupakan pendidikan yang paling penting keberadaannya. Begitu penting dan peranannya yang demikian besar itu Sekolah Dasar harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, baik secara sosial institusional maupun fungsional akademik.7 Pada anak usia SD yang berkisar antara 6-13 tahun, masih berada dalam tahapan operasional konkret. Mereka cenderung sering bertengkar dan bermain. Selain itu akan mencapai tahap penyesuaian diri dari anak pra sekolah ke sekolah. Sejak SD, bahkan sejak umur TK, dengan masih dilandasi upaya belajar sambil bermain, harus digunakan beberapa tema esensial untuk diajarkan pada setiap jenjang berikutnya dari SD melalui peragaan dan pengalaman nyata berbagai kejadian nyata.8 Kemudian dengan cara makin meluas dan mendalam serta makin meningkat abstraksinya, guru harus mengaitkan proses belajar pada kejadian hidup sehari-hari. 1) Sumber Belajar dengan Memanfaatkan Lingkungan Sosial Pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar bagi proses pembelajaran di Sekolah Dasar, maka siswa tidak hanya mendapatkan materi ajar dari buku semata, akan tetapi mereka mampu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar. Contohnya pemanfaatan lingkungan sosial dalam pembelajaran PKN di SD ini terkait dalam beberapa standar kompetensi diantaranya memahami sistem pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan. Dalam proses pembelajaran untuk kompetensi dasar ini siswa diajak secara langsung mendatangi kantor kepala desa atau kantor kecamatan. Kemudian siswa diminta untuk mengamati tentang sistem pemerintahan yang ada di tingkat atau kecamatan atau desa. Misalnya struktur organisasinya. Hal ini dimaksudkan
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
991
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
agar siswa tidak hanya memiliki bayangan, seperti yang didapatkan dari buku atau guru, tetapi secara langsung siswa mendapatkan pengalaman dari lingkungan sosial tentang apa yang mereka pelajari.9 2) Sumber Belajar dengan Memanfaatkan Lingkungan Budaya Lingkungan budaya yang ada di sekitar siswa dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran PKN. Salah satu standar kompetensi yang ada dalam mata pelajaran PKN di sekolah dasar adalah bangga sebagai bangsa Indonesia. Contohnya di dalam standar kompetensi PKN memuat Kompetensi Dasar yang akan dikembangkan pada siswa terkait dengan kebanggaan terhadap budaya bangsa kita. Budaya nasional terbentuk berawal dari budaya daerah. Dengan demikian siswa dapat diberi materi pelajaran dengan memanfaatkan lingkungan budaya sekitarnya. Misalnya dengan cara mengenalkan sistem kemasyarakatan, mata pencaharian, organisasi kemasyarakatan, bahasa, kesenian, dan unsur-unsur budaya lainnya yang ada di lingkungan budaya yang ada, siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan guru, selama itu sikap bangga terhadap budaya siswa juga lebih mudah tertanam manakala siswa mengetahui langsung budaya daerahnya.10 3) Sumber Belajar dengan Memanfaatkan Lingkungan Alam Lingkungan alam merupakan salah satu kompetensi yang ingin dicapai dalam mata pelajaran PKN. Malalui lingkungan yang ada, siswa dapat diajarkan tentang bagaimana memelihara kelestarian lingkungan. Selain itu siswa juga dapat diajarkan tentang pemeliharaan kebersihan lingkungan, dan sebagainya. Sistem pembelajaran yang dapat dilakukan dengan cara memberikan pengalaman langsung tentang kompetensi yang hendak ditanamkan dengan memanfaatkan lingkungan yang ada.11 4) Pengembangan Sumber Belajar melalui Pengalaman Prosedur untuk mempersiapkan pengalaman belajar sambil berbuat bagi siswa sebagai berikut: a. Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) mengenai hasil yang potensial/memiliki seperangkat hasil-hasil alternative tertentu. b. Guru memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan terhadap pengalaman. c. Siswa dapat bekerja secara individual/bekerja dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman. d. Para siswa ditempatkan di dalam situasi-situasi nyata pemecahan masalah, bukan dalam situasi pengganti. e. Siswa aktif berprestasi di dalam pengalam yang tersedia, membuat keputusan tersebut. f. Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman yang telah dipelajari sehubungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas belajar dan pemahaman guru melaksanakan pertemuan yang membahas bermacammacam pengalaman tersebut.12
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
992
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
d. Pengembangan Sumber Belajar Berdasarkan Jenjang Pendidikan SLTP dan SMA 1. Sumber Belajar berupa bahan belajar Sumber belajar berupa bahan belajar adalah bahan-bahan yang mengandung pesan belajar yang dapat dipelajari. Ini meliputi bahan tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya, serta bahan-bahan yang tidak tercetak, yaitu bahan elektronik seperti televisi, radio, komputer. Sumber belajar itu untuk menjawab pertanyaan dengan apa pesan itu disampaikan, yaitu bahan. Proses pembelajaran yang melibatkan sumber belajar memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi langsung dan menerima informasi melalui bahan. a. Sumber belajar media elektronik hasil rekayasa teknologi. Media eletronik adalah komputer (seperti internet), televisi, VCD/DVD, radio, kaset, dan sebagainya. Media eletronik yang dimanfaatkan adalah programprogramnya yang berkaitan dengan bahan belajar suatu mata pelajaran. b. Internet. Internet dengan jaringan kerjanya (network) merupakan sumber untuk mendapatkan segala macam bahan ajar. Bahan ajar tersebut bisa dicetak atau dicopy. c. Penerbit berkala. Penerbitan berkala seperti surat kabar harian atau majalah yang terbit mingguan atau bulanan. Penerbitan ini banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar. Penyajiannya menggunakan bahasa yang popular yang mudah dipahami, karena itu sangat baik jika dijadikan sebagai bahan ajar. d. Jurnal. Jurnal adalah penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Isinya hasil penelitian atau hasil pemikiran yang sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan belajar. Hasil penelitian ini kebenarannya telah diuji. e. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah bentuk latihan atau pekerjaan rumah yang berisi soal-soal sesuai dengan materi pelajaran. LKS dapat dijadikan sebagai alat evaluasi sekaligus sumber pembelajaran karena dalam LKS disajikan rangkuman-rangkuman materi. Sebagai alat evaluasi, LKS menjadi alat ukur untuk siswa dalam pemahaman materi sehari-hari (Nilai Harian). Bagi siswa-siswa yang memiliki latar belakang ekonomi kurang mampu, keberadaan LKS dapat menjadi penunjang atau pelengkap sumber. Akan tetapi, jika kondisi sebaliknya maka penggunaan LKS dapat dijadikan sebagai buku sumber sekaligus alat evaluasi siswa. f. Ensiklopedia Kegunaan ensiklopedia adalah memberikan kemudahan bagi siswa atau guru untuk mendapatkan informasi mengenai materi atau fakta dari berbagai topik yang diperlukan dalam keperluan mengajar. Idealnya di dalam setiap perpustakaan terdapat satu perangkat ensiklopedia, baik yang berbahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris. Namun satu perangkat ensiklopedia harganya cukup mahal. Untuk di perkotaan, siswa dan guru dapat memanfaatkan ensiklopedia elektronik yang tersedia di internet melalui situs www.ensiklopediaindonesia.co.id. Tetapi untuk di daerah terpencil kedua jenis ensiklopedia ini akan sulit diwujudkan. Oleh karena
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
993
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
itu, guru perlu memiliki kreativitas dalam menentukan informasi mengenai fakta dengan memanfaatkan keadaan sekitar sekolah. 2. Sumber Belajar berupa manusia (people) Manusia yaitu sumber belajar berupa orang yang menyampaikan pesan. Misalnya Nara Sumber (Human Resources) adalah orang yang mempunyai keahlian pada suatu bidang tertentu. Misalnya, professional perbankan, dokter, dan sebagainya yang terkait dengan topik dalam suatu mata pelajaran yang memungkinkan untuk peserta didik berinteraksi langsung menerima informasi yang berupa pesan tersebut. Pengajar yang menyampaikan pesan belajar berupa materi pembelajaran kepada peserta didik. Contoh lainnya, seorang dokter menyampaikan pesan belajar berupa cara hidup sehat kepada peserta didik di kelas, atau seorang polisi menyampaikan pesan belajar tentang disiplin berlalu lintas kepada peserta didik di kelas. Dokter dan polisi itu disebut nara sumber (human resources). Nara sumber selain bisa diundang ke kelas, bisa pula didatangi di tempat kerjanya. Sumber belajar itu diperlukan untuk menjawab pertanyaan siapa yang menyampaikan pesan itu, yaitu orang. Dengan demikian proses pembelajaran yang melibatkan sumber belajar memungkinkan peserta didik untuk berkomunikasi langsung dengan orang yang menjadi nara sumber. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contohnya: guru, dosen, pustakawan, petugas laboratorium, instruktur, widyaswara, pelatih olahraga, tenaga ahli, dan masih banyak lagi, bahkan termasuk siswa itu sendiri. 3. Sumber Belajar berupa lingkungan Lingkungan. Lingkungan ini seperti lingkungan alam, sosial, seni, budaya, teknologi, museum, atau industri yang dapat menjadi sumber belajar. Museum adalah tempat untuk memajangkan barang-barang yang memiliki nilai sejarah. Selain tempat-tempat menyimpan benda-benda sejarah, museum memiliki fungsi untuk merawat benda-benda sejarah tersebut dari tangan-tangan jahil. Museum memiliki arti penting dalam sumber belajar PKN dalam museum memiliki nilai informasi yang sangat tinggi. Kunjungan ke museum sangat penting karena dalam museum benda-benda sejarah merupakan media pengajaran yang nyata dan dapat dilihat secara langsung oleh siswa selain di sekolah atau buku pelajaran. 4. Sumber belajar berupa Digital Library (DL) Digital library merupakan sumber belajar perpustakaan dalam bentuk digital. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dewasa ini memunculkan sumber belajar yang dapat membantu proses pembelajaran, yaitu Digital Library (DL). Digital Library bermanfaat sebagai sistem pendukung yang menyediakan materi pembelajaran. Peserta didik melakukan pencarian sumber belajar dalam Digital Library sebagai modal untuk membentuk pengetahuan baru. Digital Library memerlukan materi bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, berguna, lengkap (seperti halnya internet). Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
994
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
dan pengetahuan yang akan diperlukan dalam pembelajaran. Jika sarana ini tidak terpenuhi, maka penerapan pembelajaran akan menjadi terhambat. Berdasarkan kesepakatan Dlib Working Group on Digital Library Matrics di Stanford University, didefinisikan “Digital Library is the collection of services and the collection of information objects that support users in dealing with informations objects and the organization and presentation of thoses objects available directly or indirectly via electronic/digital means.” Sedangkan menurut Michael Lesk, “Digital Library is both digitized and organized.” Digital Libarary adalah sebuah sistem informasi yang menyediakan pelayanan untuk mengakses koleksi informasi secara langsung atau tidak langsung melalui alat elektronik atau dalam format digital. 5. Pengembangan Sumber Belajar berupa Media berbasis Audio Visual Media audio dan audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau. Audio visual dapat memotivasi peserta didik dengan menampilkan pesan pembelajaran yang menarik. Misalnya: penggunaan komputer. Langkah-langkahnya: a. Potensi dan Masalah. Pengembangan dapat berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah juga dapat dijadikan potensi tersebut. b. Mengumpulkan informasi. Mengumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. c. Desain produk. Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan, ekonomis, dan bermanfaat ganda. Contoh: komputer yang canggih bisa berfungsi untuk pengetikan; gambar, analisis, berfungsi sebagai TV, Tape, Camera telepon dll. Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, sistem evaluasi, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajar tertentu. Sesuai dengan contoh di atas, misalnya akan menghasilkan metode mengajar baru, maka harus membuat rancangan metode mengajar baru. Rancangan metode mengajar baru ini dibuat berdasarkan penilaian terhadap metode mengajar lama, sehingga dapat ditemukan kelemahan-kelemahan terhadap metode mengajar tersebut. Selain itu juga, harus mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan metode mengajar yang modern berikut indicator pelaksanaan dan hasil kerjanya. Hasil akhir dari kegiatan pengembangan adalah berupa desain produk baru, yang lengkap dengan spesifikasinya. Misalnya rancangan pembelajaran baru, desain metode ini masih bersifat hipotetik. Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya belum
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
995
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
terbukti, akan dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian. Setiap desain produk ditunjukkan dalam gambar kerja, bagan, atau uraian ringkas, sehingga akan memudahkan pihak lain untuk memahaminya. Efektivitas metode mengajar baru bisa diukur dan mudah diimplementasikan, suasana belajar menjadi kondusif dan hasil pembelajaran meningkat. d. Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai prosuk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi, pengembang mempresentasikan proses pembuatan, sampai keunggulannya. e. Perbaikan desain Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. f. Uji coba produk Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti metode mengajar baru dapat langsung diuji coba, setelah divalidasi dan direvisi. g. Uji coba pemakaian Jika uji coba produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa metode mengajar baru tersebut dapat diterapkan dalam lingkup pendidikan yang luas. Dalam operasinya, metode baru tersebut, tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut. h. Revisi Produk Untuk mencari efektivitas dan seefisiensi sistem kerja baru, dilakukan dengan cara menguji signifikansi antara kelompok yang diajar dengan metode mengajar baru dengan kelompok yang tetap diajar dengan menggunakan metode lama. i. Pembuatan produk masal Bila produk yang berupa metode mengajar baru tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka metode mengajar tersebut harus dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.13 Pengembangan sumber belajar berupa audio visual berupa komputer dapat menggunakan program:14 a. Tutorial Program pembelajaran tutorial dengan bantuan komputer meniru sistem tutor yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi sistem pesan berupa suatu konsep disajikan di layar komputer dengan teks, gambar, atau grafik. Pada saat yang telat siswa diperkirakan telah membaca, menginterprestasikan, dan menyerap konsep itu, suatu pertanyaan atau soal yang diajukan. Jika jawaban siswa benar, komputer akan melanjutkan penyajian informasi atau konsep berikutnya jika jawaban salah, komputer dapat
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
996
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
kembali ke informasi konsep sebelumnya atau pindah ke salah satu dari beberapa penyajian informasi konsep remedial. b. Drills and Practice (Latihan) Latihan untuk mempermahir keterampilan atau memperkuat penguasaan konsep dapat dilakukan dengan modus drills and practice. Komputer menyiapkan serangkaian soal atau pertanyaan yang serupa dengan yang biasa ditemukan di buku/lembaran kerja/workbook. Misalnya, soal matematika sederhana, menentukan sudut tiga, menghitung luas berbagai bentuk sangkar, lingkaran, dan lain-lain. berikut adalah contoh modus drills and practice untuk mengenali berbagai bentuk geometric. Satu soal diajukan, dan jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai/dianalisis dan balikan disajikan sebelum soal berikutnya ditampilkan. Sebagian besar program drills and practice merekam hasil jawaban siswa yang kemudian dapat dilaporkan atau ditunjukkan kepada siswa atau guru pada akhir kegiatan, dan menjadi landasan untuk pembelajaran selanjutnya. Contoh lain pelajaran tata bahasa Inggris. Program Grammar Lab yang dikembangkan oleh Michael Southwells merupakan bentuk drills and practice yang lebih interaktif (interaksi antara komputer dengan siswa). Pada contoh berikut K adalah komputer dan S adalah siswa. K Tulis kalimat berikut dengan Plural Nouns (Kata benda jamak) one child had hard tasks. S one child had a hard disk. K Huruf pada awal kalimat harus ditulis dengan huruf kapital. S One child had a hard task. K Kata benda itu masih dalam bentuk Singular (bentuk tunggal). S One childs had a hard task. K Anda menambah imbuhan beraturan untuk kata benda itu. Kata benda itu tidak beraturan. S One children had a hard task. K Bagus. Akan tetapi, penunjuk kata benda jamak masih penunjuk untuk benda tunggal. S The ten children had a hard task. K Benar. Bagaimana dengan kata benda yang lain? S The ten children had hard task. K Bagus, anda telah menyelesaikannya dengan baik dan seterusnya. c. Simulasi Program simulasi dengan bantuan computer mencoba untuk menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata, misalnya siswa menggunakan computer untuk mensimulasikan menerbangkan pesawat terbang, menjalankan usaha kecil, atau memanipulasi pengendalian pembangkit listrik tenaga nuklir. Program ini berusaha memberikan pengalaman masalah “dunia nyata” yang berhubungan dengan resiko seperti bangkrut, malapetaka nuklir, dan lain-lain. d. Permainan Instruksional Program permainan yang dirancang dengan baik dapat memotivasi siswa dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Permainan instruksional yang berhasil menggabungkan aksi-aksi permaina video dan keterampilan
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
997
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
penggunaan papan ketik pada komputer. Siswa dapat menjadi terampil mengetik jawaban atau perintah dengan benar. Misalnya, pelajaran geografi dalam permainan “Where in the World Carmen San Diego” atau Hangman. Dalam permainan “Where in the World Carmen San Diego” siswa berperan sebagai detektif yang bertugas untuk mengejar dan menangkap penjahat. Informasi tentang penjahat yang dikejar diberikan oleh komputer, misalnya “Sekarang San Diego (penjahat yang dikejar) berada di Italia”, maka siswa harus mengetik nama ibu kota Italia untuk menentukan dengan tepat tempat berada penjahat itu. Sambil belajar geografi, nama-nama Negara dan kota-kota besar di dunia, siswa juga akan mempelajari tempat-tempat bersejarah diberbagai Negara. C. Penutup 1. Upaya yang dilakukan dalam mengembangkan sumber belajar. Beberapa hal yang perlu diupayakan untuk mengembangkan sumber belajar dalam pembelajaran antara lain: a. Menyediakan lingkungan yang kondusif. b. Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis. c. Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang sedang dirasakan oleh peserta didik. d. Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapi. e. Melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, baik secara fisik, sosial, maupun emosional. f. Merespon setiap perilaku peserta didik secara positif, dan menghindari respon yang negatif. g. Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran. 2. Pengembangan Sumber Belajar Berdasarkan Jenjang Pendidikan PAUD a. Belajar melalui Bermain Ada 4 tahapan bermain: 1) Bermain fungsional (Funcional Play). Bermain seperti ini berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang contohnya: berlari-lari, mendorong dan menarik mobil-mobilan. 2) Bermain membangun (Constructive Play). Kegiatan bermain ini untuk membentuk sesuatu, menciptakan bangunan dengan alat permainan yang tersedia contohnya menyusun puzzle, lego atau balok kayu. 3) Bermain pura-pura (make believe play). Anak menirukan kegiatan orang yang dijumpainya sehari-hari atau berperan/memainkan tokoh-tokoh dalam film kartun atau dongeng. Yang dimaksud bermain pura-pura dan aplikasinya dalam teori Smilansky seperto: Dramatic Play. Anak melakukan peran imajinatif atau memerankan tokoh yang dikenalnya melalui film/dongeng cerita lebih ditekankan pada bermain makro. Contoh: dokterdokteran, polisi-polisian, atau meniru tukang bakso. 4) Bermain dengan peraturan (game with rules). Dalam kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi peraturan permainan. Aturan
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
998
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
permainan pada awalnya dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat dalam permainan asalkan kartu domino, bermain tali atau monopoli. Bermain melalui dramatic play sangat penting dalam mengembangkan kreativitas, intelektual, bahasa dan keterampilan sosial dan emosional. Tidak semua anak memiliki pengalaman dramatic play. Pada intinya bermain sangat mendukung perkembangan kognitif anak, sosial dan emosionalnya dan juga merupakan kegiatan yang sangat kondusif semua aspek perkembangan anak. b. Belajar dari Lingkungan c. Belajar dengan ruangan kelas 3. Pengembangan Sumber Belajar Berdasarkan Jenjang Pendidikan TK Pengembangan sumber belajar di TK melalui Lingkungan: a. Lingkungan alam b. Lingkungan fisik c. Lingkungan sosial 4. Pengembangan Sumber Belajar Berdasarkan Jenjang Pendidikan SD 1. Pengembangan Sumber Belajar dari Lingkungan a. Sumber Belajar dengan Memanfaatkan Lingkungan Sosial b. Sumber Belajar dengan Memanfaatkan Lingkungan Budaya c. Sumber Belajar dengan Memanfaatkan Lingkungan Alam d. Pengembangan Sumber Belajar melalui Pengalaman Prosedur untuk mempersiapkan pengalaman belajar sambil berbuat bagi siswa sebagai berikut: a. Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) mengenai hasil yang potensial/memiliki seperangkat hasil-hasil alternative tertentu. b. Guru memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan terhadap pengalaman. c. Siswa dapat bekerja secara individual/bekerja dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman. d. Para siswa ditempatkan di dalam situasi-situasi nyata pemecahan masalah, bukan dalam situasi pengganti. e. Siswa aktif berprestasi di dalam pengalam yang tersedia, membuat keputusan tersebut. f. Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman yang telah dipelajari sehubungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas belajar dan pemahaman guru melaksanakan pertemuan yang membahas bermacammacam pengalaman tersebut.15 5. Pengembangan Sumber Belajar Berdasarkan Jenjang Pendidikan SLTP dan SMA a. Sumber Belajar berupa bahan belajar b. Sumber Belajar berupa manusia (people) c. Sumber Belajar berupa lingkungan d. Sumber belajar berupa Digital Library (DL) e. Pengembangan Sumber Belajar berupa Media berbasis Audio Visual
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
999
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
Media audio dan audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau. Audio visual dapat memotivasi peserta didik dengan menampilkan pesan pembelajaran yang menarik. Misalnya: penggunaan komputer. Langkah-langkahnya: 1) Potensi dan Masalah. 2) Mengumpulkan informasi. 3) Desain produk. 4) Validasi desain. 5) Perbaikan desain 6) Uji coba produk 7) Uji coba pemakaian 8) Revisi Produk 9) Pembuatan produk masal Demikianlah pembahasan tentang Pengembangan sumber belajar berdasarkan jenjang pendidikan PAUD, TK, SD, SLTP, SMA. Penulis menyadari bahwa dalam pembahasan ini masih terdapat kekurangan baik dalam bentuk tulisan, referensi yang sangat terbatas, dan dalam menganalisisnya. Oleh karena itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
1000
Pengembangan Sumber Belajar / Minda Mora
DAFTAR PUSTAKA Arif S.Sadiman,dkk, (2006), Media Pendidikan;Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Azhar Arsyad, (2009), Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo persada. Conny Semiawan, (2009), Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan SD, Bandung: Indeks. E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, hh.162-163 E. Mulyasa, (2008), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Ibrahim Bafadhal, (2009), Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar,Jakarta: Bumi Aksara. Martinis Yamin dkk, (2010) Panduan Pendidikan Usia Dini, Jakarta: GP.Press, Oemar Hamalik, (2009), Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. Sugyono, (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Yuliani Nurani S,(2007), Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Jakarta.
1
E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, hh.162-163 2 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, h. 48 3 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, h. 49 4 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, h. 50 5 Martinis Yamin, dkk, Panduan Pendidikan Usia Dini, Jakarta: GP.Press, 2010, h.3 6 Yuliani Nurani S, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Jakarta, 2007,h.55 7 Ibrahim Bafadhal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar,Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h.11 8 Conny Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan SD, Bandung: Indeks, 2009,h.23 9 Arif S.Sadiman,dkk.,Media Pendidikan;Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006,h.26 10 Arif S.Sadiman,dkk.,Media Pendidikan;Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006,h.26 11 Arif S.Sadiman,dkk.,Media Pendidikan;Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006,h.27 12 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009,h.214 13 Sugyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010, h.409-415 14 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo persada, 2009, h.153-154 15 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009,h.214
MAU’IZHAH AKADEMIKA/Vol.4/No.01/April 2015
1001