Lia Yuliantini - Pengembangan Spektroskopi Sederhana Menggunakan Inframerah Dekat untuk Sistem Pengukuran…
15
Pengembangan Spektroskopi Sederhana Menggunakan Inframerah Dekat untuk Sistem Pengukuran Konsentrasi Sedimen Layang (masuk/received 6 September 2016, diterima/accepted 30 November 2016)A Development of Simple Near Infrared Spectroscopy for Measurement System of Suspended Sediment Concentration Lia Yuliantini1, Iful Amri1, Mitra Djamal1,2 1 Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132 2
Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Lampung 35365
[email protected]
Abstrak – Telah dibuat sistem pengukuran secara real-time konsentrasi sedimen layang menggunakan spektroskopi sederhana berbasis inframerah dekat. Metode pengukuran sedimen layang yang telah berkembang saat ini adalah metode gravimetrik, instrumen optik, dan sistem akustik. Akan tetapi metode gravimetrik tidak dapat digunakan untuk pengukuran secara real-time sedangkan instrumen optik dan sistem akustik memerlukan biaya yang cukup mahal dan rumit dalam pengoperasiannya. Sistem pengukuran pada penelitian ini relatif murah dan sederhana yaitu terdiri dari inframerah dekat sebagai pemancar (transmitter), fotodioda sebagai penerima (receiver), dan mikrokontroler sebagai antarmuka sensor dengan PC. Setelah itu instrumen yang telah dibuat dikalibrasi menggunakan larutan tanah. Tanah yang digunakan terlebih dahulu dikeringkan lalu disaring menggunakan ayakan dengan lubang ayakan berdiameter kurang dari 2 mm. Tanah yang sudah disaring ditumbuk sampai halus dan ditimbang. Masa tanah divariasikan (15, 18, 21, 24, 27, 30 dan 33 g) dan ditambahkan air sebanyak 500 ml sehingga diperoleh konsentrasi sedimen layang dari 0,030 sampai 0,060 g/ml. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi sedimen layang dengan tegangan keluaran fotodioda adalah eksponensial dengan nilai R-square 0,98778. Fungsi transfer yang diperoleh berupa logaritmik dengan R-square 0,99105. Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai transmisi semakin menurun sedangkan nilai absorpsi larutan semakin meningkat seiring bertambahnya konsentrasi sedimen layang. Kesalahan untuk instrumen ini yaitu di bawah 8,2%. Kata kunci: fotodioda, hukum Beer-Lambert, inframerah dekat, konsentrasi sedimen layang, real-time Abstract – The real-time measurement system of suspended sediment concentration has been developed using simple near infrared spectroscopy. Currently, the measurement method of suspended sediment concentration that has been developed is the gravimetric method, optical instrument, and acoustic system. However, the gravimetric method can not be used for real time measurement while optical instrument and acoustic system are expensive and complicated. The measurement system in this research is low-cost and simple. It consists of near infrared as transmitter, photodiode as a receiver, and microcontroller as the interface between sensor and PC. Subsequently, the instrument is calibrated by using the soil. Before calibrating, the soil is dried and then filtered by a sieve having holes of less than 2 mm in diameter. The filtered soil is pounded into powder and weighted. The mass of soil is varied (15, 18, 21, 24, 27, 30 and 33 g) and 500 ml of water is added to obtain suspended sediment concentration from 0.030-0.060 g/ml. The result shows that the relationship between suspended sediment concentration and the output voltage of photodiode are exponential with Rsquare of 0.98778, while the transfer function is logarithm with R-square of 0.99105. Based on data from this study, it shows that transmittance decreases while absorbance increases when suspended sediment concentration increases. The instrument error is less than 8.2%. Key words: Beer-Lambert law, near infrared, photodiode, real time, suspended sediment concentration I. PENDAHULUAN Sungai secara alami memiliki dua fungsi utama yaitu mengalirkan air dan mengangkut sedimen hasil erosi pada daerah aliran sungai [1]. Konsentrasi sedimen layang [C] pada aliran sungai sangat penting diukur untuk mengetahui pola distribusi dari sedimentasi yang berhubungan dengan komponen yang terkandung pada air sungai seperti bahan pencemar dan organisme hidup. Kehadiran sedimen layang pada permukaan air menentukan pula kualitas dari air tersebut [2]. Sedimen
layang tersebut dapat menjadi indikator polusi pada permukaan air. Pengukuran konsentrasi sedimen layang yang telah berkembang saat ini adalah metode gravimetrik, instrumen optik, dan sensor akustik [3]. Metode gravimetrik adalah salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat (komponen) yang telah diketahui dengan cara pengukuran berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Metode gravimetrik cukup akurat digunakan untuk pengukuran konsentrasi sedimen layang. Akan tetapi metode ini tidak dapat
Risalah Fisika Vol. 1 no. 1 (2017) 15-19 ISSN 2548-9011
16
Lia Yuliantini - Pengembangan Spektroskopi Sederhana Menggunakan Inframerah Dekat untuk Sistem Pengukuran …
digunakan untuk pemantauan secara real-time karena harus dilakukan terlebih dahulu proses pemisahan antara larutan dengan sedimen layang yang cukup lama. Metode lain untuk pengukuran konsentrasi sedimen layang yaitu menggunakan laser grain-size analyzer yang telah berhasil dilakukan oleh Liu Xiao et al., yang mampu mengukur konsentrasi sedimen layang dari 68,1 g/ml sampai 145,4 g/ml [4]. Selain itu Ramazan et al. menggunakan metode acoustic backsttering system (ABS) untuk mengukur konsentrasi sedimen layang pada skala laboratorium dengan jangkau pengukuran 0,0 g/ml hingga 0,001 g/ml [5]. Namun metode-metode ini memerlukan biaya yang cukup besar dan rumit dalam pengoperasiannya. Penelitian ini menawarkan sistem pengukuran secara real-time dengan biaya yang relatif murah dan sederhana menggunakan spektroskopi inframerah dekat. Sistem pengukuran ini mampu mengukur konsentrasi sedimen layang dari 0,030-0,060 g/ml dengan sumber tegangan 5V DC. Sistem yang dibuat terdiri dari transmiter inframerah dekat dan penerima fotodioda. Untuk antarmuka sensor dengan PC digunakan mikrokontroler ATMega328, dan LabVIEW digunakan untuk menampilkan besar konsentrasi sedimen layang yang terukur. Program ini menampilkan pula grafik perubahan konsentrasi sedimen layang terhadap waktu dan mampu menyimpan data pengukuran dalam bentuk txt.
sinar tampak dan inframerah dekat [6]. Selain itu, G. Siebielec et al. telah menganalisis kadar logam pada tanah dengan cahaya tampak dan inframerah dekat pada jangkauan panjang gelombang 400-2500 nm [7]. Pada penelitian lainnya, Y. He dan H. Song mengukur kandungan N, P, K, dan pH pada tanah dengan menggunakan panjang gelombang 350-2500 nm [8]. Penyerapan yang terjadi antara sinar tampak dan inframerah tersebut mengikuti hukum Beer yang dijelaskan oleh persamaan [9] T
Infra Red
Pengguat diferensiator
(2) (3) (4)
dengan T dan A adalah transmisi dan absorpsi cahaya, I1 adalah intensitas cahaya setelah melewati larutan, I0 adalah intensitas cahaya sebelum melewati larutan, a adalah koefisien serapan, L adalah panjang lintasan cahaya, dan [C] adalah konsentrasi sedimen layang. Hukum Beer-Lambert adalah salah satu hukum dasar yang berhubungan dengan penyerapan oleh larutan. Tegangan sesudah dilewatkan pada larutan adalah sebanding dengan intensitas cahaya pada jarak L dari sumbernya [3] yaitu
V
Fotodioda
(1)
A a[C ]L, I I 0 e a[ C ] L , A log T ,
II. LANDASAN TEORI Ketika inframerah dekat berinteraksi dengan unsur-unsur tanah yang berada di dalam air sungai, maka sebagian cahaya akan diserap dan sebagian lagi diteruskan. Cahaya yang diteruskan akan memiliki panjang gelombang yang khas sesuai dengan unsur tanah yang dilewatinya. Penelitian tentang unsur-unsur tanah dengan menggunakan sinar tampak dan inframerah dekat telah banyak dikembangkan. V. Rossel et al. telah sukses melakukan pengukuran kadar tanah liat, warna dan komposisi mineral pada tanah dengan menggunakan spektroskopi
I1 , I0
L
V0 e
,
(5)
dengan V0 adalah tegangan instrumen sebelum cahaya ditembakkan pada larutan dan α merupakan jumlah konsentrasi sedimen layang yang dikalikan dengan koefisien serapannya. III. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN Blok diagram sistem yang telah dibuat dapat dilihat pada Gambar 1. Blok diagram ini terdiri dari pemancar inframerah dekat, fotodioda, mikrokontroler dan PC.
Mikrokontroler
PC
Grafik [C] dan waktu Nilai Konsentrasi sedimen layang
Gambar 1. Blok diagram sistem monitoring konsentrasi sedimen layang.
Sumber cahaya yang digunakan adalah LED inframerah dekat yang diterima oleh fotodioda. Inframerah dekat dan fotodioda diletakkan di dalam pralon berukuran 1 inci, jarak antara keduanya adalah 0,8 cm. Ketika larutan dilewatkan ke dalam kontainer, tegangan keluaran dari fotodioda berubah. Selisih antara tegangan keluaran fotodioda dan tegangan referensi (4,78 V) dikuatkan oleh penguat diferensiator kemudian dideteksi oleh mikrokontroler. Mikrokontroler yang digunakan adalah ATMega328 Arduino UNO yang memiliki 14 pin input/output, di mana 6 pin digunakan sebagai output PWM, 6 pin input analog dan 16 MHz resonator keramik.
Mikrokontroler ini digunakan juga sebagai antarmuka sensor dan PC. Sinyal diolah di PC dan ditampilkan menggunakan bantuan perangkat lunak LabVIEW dan LINX MakerHub package. Front panel LabVIEW menampilkan nilai konsentrasi sedimen layang dan grafik hubungan antara waktu dengan konsentrasi sedimen layang. Selain itu, program ini dibuat dapat menyimpan data pengukuran dalam bentuk txt. Skema rangkaian dari instrumen yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 2 yang terdiri dari rangkaian transmitter dan receiver sinar inframerah, serta rangkaian pengkondisi sinyal. Rangkaian pengkondisi sinyal yang digunakan adalah penguat
Risalah Fisika Vol. 1 no. 1 (2016) 15 - 19 ISSN 2548-9011
Lia Yuliantini - Pengembangan Spektroskopi Sederhana Menggunakan Inframerah Dekat untuk Sistem Pengukuran….
instrumentasi AD620 sebagai penguat diferensiator dan konverter negatif sederhana menggunakan ICL7660 sebagai pengubah polarisasi tegangan dari positif menjadi negatif. Tegangan negatif ini digunakan untuk catu daya AD620. Keluaran dari rangkaian penguat dihubungkan dengan mikrokontroler dan diolah di PC. Untuk keperluan pengambilan data dibuat kontainer pengukuran (9,5×7,6×20 cm3) seperti ditunjukkan pada Gambar 3 yang berfungsi untuk menampung larutan tanah.
17
diperoleh tidak valid dan pada titik tersebut tidak dilakukan pengambilan data lagi. Tabel 1. Data konsentrasi sedimen layang hitung [CH] (g/ml). No
Nama
1 2 3 4 5 6 7
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6 Sampel 7
Masa tanah (g) 15 18 21 24 27 30 33
[CH] (g/ml) 0,0305 0,0337 0,0451 0,0489 0,0542 0,0646 -
Air di dalam kontainer dicampur dengan tanah yang sudah halus, diaduk sebanyak 10 kali dan didiamkan selama 15 detik agar larutan menjadi tenang dan tegangan fotodioda menjadi stabil. Pengambilan data dimulai saat kran kontainer dibuka. Setiap penambahan konsentrasi tanah, tegangan fotodioda diukur dan disimpan untuk mendapatkan persamaan kalibrasi. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan LabVIEW sebagai antarmuka mikrokontroler dengan PC. Front panel LabVIEW dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 2. Skema rangkaian transmitter, receiver dan pengkondisi sinyal.
Gambar 3. Desain kontainer pengukuran larutan tanah. Gambar 4. Front panel LabVIEW.
Faktor yang mempengaruhi kinerja dari alat yang dibuat saat kalibrasi yaitu sample pretreatment. Sample pretreatment atau perlakuan sampel sebelum diuji coba yaitu dengan mengeringkan dan mengayak tanah terlebih dahulu. Untuk menghilangkan kerikil dan sisa-sisa tanaman pada tanah dilakukan penyaringan menggunakan ayakan dengan lubang ayakan tersebut berdiameter kurang dari 2 mm [10]. Setelah disaring, tanah yang sudah tidak mengandung kerikil dan sisa tanaman ditumbuk sampai halus. Pada penelitian ini ukuran partikel tanah tidak diperhitungkan dalam pengukuran karena tanah yang dipakai dianggap sangat halus. Kemudian tanah ditimbang sesuai Tabel 1 dan dicampurkan dengan 500 ml air. Konsentrasi sedimen layang hitung [CH] diperoleh dari persamaan (6).
m, [CH ] V
(6)
dengan m adalah masa tanah dalam satuan gram dan V adalah volume air (ml). Pada sampel 7, tegangan Vout fotodioda sudah saturasi sehingga data [CH] yang
Kotak isian Serial Port digunakan sebagai koneksi mikrokontroler dengan PC sedangkan Al Channel adalah pin mikrokontroler yang digunakan (A0). Selain itu perintah menyimpan data dilakukan dengan cara mengklik tombol “Save”. Grafik fungsi transfer diperoleh dengan memplot konsentrasi sedimen layang hitung [CH] dalam satuan g/ml sebagai sumbu x dan tegangan keluaran fotodioda (Vout) dalam satuan volt sebagai sumbu y (lihat Gambar 5). Grafik ini berbentuk logaritmik dengan nilai R-square 0,99105. Persamaan fungsi transfer yang diperoleh dari Gambar 5 adalah Vout = 13,35285 − [−3,07352ln[CH] −0,01648)]. (7) Grafik kalibrasi diperoleh dengan memplot tegangan keluaran fotodioda (Vout) dalam satuan volt sebagai sumbu x dan konsentrasi sedimen layang dalam satuan g/ml sebagai sumbu y. Grafik ini berbentuk eksponensial dengan nilai R-square 0,98778. Grafik kalibrasi dapat
Risalah Fisika Vol. 1 no. 1 (2017) 15 - 19 ISSN 2548-9011
Lia Yuliantini - Pengembangan Spektroskopi Sederhana Menggunakan Inframerah Dekat untuk Sistem Pengukuran …
18
dilihat pada Gambar 6. Persamaan kalibrasi yang diperoleh adalah Konsentrasi Sedimen Layang Hitung [C H] (g/ml)
[Cu] = 0,01925exp(Vout/3,8925) + 0,00097
0.08
(8)
dengan [Cu] adalah konsentrasi sedimen layang ukur. Persamaan (8) ini dimasukkan ke dalam kotak formula pada blok diagram LabVIEW sehingga front panel LabVIEW menampilkan konsentrasi sedimen layang secara real-time. Tegangan Vout (Volt) Fit Curve 1
Tegangan Vout (Volt)
4
Konsentrasi Sedimen Layang (gr/ml) Fit Curve 1
0.06
0.04
0.02 0
2
4
Tegangan Vout (Volt)
Gambar 6. Grafik perubahan nilai variabel konsentrasi sedimen layang hitung [CH] sebagai fungsi perubahan nilai tegangan keluaran fotodioda.
2
0
0.02
0.04
0.06
kecil maka digunakan faktor koreksi rata-rata yang mengikuti persamaan [C H ] [CU ] , (9) n n
0.08
Konsentrasi Sedimen Layang Hitung [CH] (gr/ml)
Gambar 5. Grafik perubahan nilai besaran tegangan keluaran fotodioda sebagai fungsi perubahan nilai konsentrasi sedimen layang hitung [CH].
Tabel 2 memperlihatkan data pengamatan konsentrasi sedimen layang yang diambil. Agar konsentrasi sedimen layang ukur [Cu] memiliki kesalahan yang relatif
dengan [CH] adalah konsentrasi sedimen layang hitung, [Cu] adalah konsentrasi sedimen layang ukur dan n adalah jumlah sampel. Faktor koreksi rata-rata n yang diperoleh adalah 0,98186. Kemudian faktor koreksi rata-rata n
Tabel 2. Data pengamatan dan perbandingan konsentrasi sedimen layang hitung [CH] dengan pengukuran [Cu]. Sampel
Vout (V)
1 2 3 4 5 6
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6
0,1036 1,2578 2,2411 2,6042 3,2103 3,6172
[CH] (g/ml) 0,0300 0,0360 0,0420 0,0480 0,0540 0,0600
[Cu] (g/ml) 0,0305 0,0337 0,0451 0,0489 0,0542 0,0646
[Cα] (g/ml) 0,02997 0,03306 0,04427 0,04797 0,05319 0,06346
dikalikan dengan konsentrasi sedimen layang ukur [Cu] dan diperoleh konsentrasi sedimen layang hasil koreksi [Cα] yang semakin mendekati nilai konsentrasi sedimen layang hitung [CH]. Gambar 7 merupakan grafik perbandingan antara konsentrasi sedimen layang ukur [Cu] dan konsentrasi sedimen layang hasil koreksi [Cα] untuk setiap sampel. Dari grafik tersebut terlihat bahwa [Cα] hampir berimpit dengan [Cu]. Hal ini mengindikasikan bahwa data yang diperoleh cukup valid, sehingga pengukuran yang dilakukan sudah cukup baik. Grafik hubungan kesalahan dan konsentrasi sedimen layang dapat dilihat pada Gambar 8. Kesalahan paling kecil terdapat pada konsentrasi 0,0480 g/ml sebesar 0,0689% sedangkan kesalahan paling besar terdapat pada konsentrasi 0,036 g/ml sebesar 8,1766%. Kesalahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran partikel tanah yang berbeda-beda dan proses pengadukan sampel yang kurang sempurna sehingga mempengaruhi tingkat kehomogenan dari larutan. Kesalahan untuk instrumen ini yaitu di bawah 8,2 %. Nilai ini jauh lebih baik dari
αn 0,9827 1,0693 0,9316 0,9825 0,9968 0,9283
Kesalahan (%) 0,0862 8,1766 5,3953 0,0689 1,4940 5,772
T (%)
A (%)
97,9279 74,8444 55,1788 47,9157 35,7941 27,6550
0,90937 12,5841 25,8228 31,9523 44,6189 55,8226
penelitian sebelumya yang memperoleh nilai kesalahan di bawah 20% [11].
0.065
[C ] (g/ml) [CH] (g/ml)
0.060 0.055 0.050
[C] (g/ml)
No
0.045 0.040 0.035 0.030 0.025 1
2
3
4
5
6
Sampel
Gambar 7. Grafik evolusi nilai variabel konsentrasi sedimen layang hitung [CH] dan konsentrasi sedimen layang hasil koreksi [Cα] terhadap setiap sampel.
Risalah Fisika Vol. 1 no. 1 (2016) 15 - 19 ISSN 2548-9011
Lia Yuliantini - Pengembangan Spektroskopi Sederhana Menggunakan Inframerah Dekat untuk Sistem Pengukuran….
nilai R-square adalah 0,98778. Dari pengamatan diketahui bahwa nilai transmisi semakin menurun sedangkan nilai absorpsi semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi sedimen layang. Nilai kesalahan paling kecil yaitu 0,0689% pada konsentrasi sedimen layang sebesar 0,0480 g/ml dengan nilai faktor koreksi sebesar 0,9825. Kesalahan untuk instrumen ini yaitu di bawah 8,2%, yang lebih baik dari penelitian sebelumnya yaitu di bawah 20%. Secara umum, spektroskopi yang dikembangkan sudah cukup baik karena sistem pengukuran yang digunakan sudah valid. Selain itu sistem pengukuran ini pun sudah mampu mengukur konsentrasi sedimen layang secara real-time menggunakan LabVIEW.
9
Error (%)
Kesalahan (%)
6
3
0
0.03
0.04
0.05
0.06
Konsentrasi Sedimen Layang Hitung [CH] (g/ml)
Gambar 8. Grafik perubahan nilai kesalahan instrumen (%) terhadap nilai konsentrasi sedimen layang hitung [CH].
Transmisi dan absorpsi diperoleh dari persamaan (1) dan (4) dengan tegangan sesudah dilewatkan pada larutan adalah sebanding dengan intensitas cahaya pada jarak L dari sumbernya [3]. Grafik transmisi dan absorpsi dapat dilihat pada Gambar 9, terlihat bahwa nilai transmisi semakin menurun sedangkan nilai absorpsi semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi sedimen layang. Hal ini sesuai dengan hukum Beer-Lambert yang dijelaskan sebelumnya. Menurut persamaan (1) dan (4), jika transmisi (T) dari inframerah yang sudah dilewatkan pada larutan tanah sebesar 50% maka absorpsi (A) dari larutan tersebut adalah 30%. Hal ini karena absorpsi (A) adalah bentuk logaritmik dari transmisi (T). T (%) A (%) 100
50
0
0.02
0.04
0.06
19
0.08
Konsentrasi Sedimen Layang (gr/ml)
Gambar 9. Grafik perubahan nilai variabel transmisi dan absorpsi larutan tanah terhadap perubahan nilai konsentrasi sedimen layang.
V. KESIMPULAN Telah dibuat alat ukur konsentrasi sedimen layang dengan menggunakan sumber cahaya inframerah dekat dan fotodioda. Sistem ini menggunakan mikrokontroler ATMega328 dan LabVIEW sebagai antarmuka perangkat keras dengan perangkat lunak pada PC. Konsentrasi sedimen layang divariasikan dengan nilai 0,030; 0,036; 0,042; 0,04; 0,054; dan 0,060 g/ml. Fungsi transfer yang diperoleh berupa fungsi logaritmik dengan nilai R-square 0,99105. Hubungan konsentrasi sedimen layang terhadap tegangan keluaran sensor adalah eksponensial dengan
UCAPAN TERIMA KASIH Kami ucapkan terima kasih yang berlimpah kepada rekan kerja kami di laboratorium elektronika FMIPA-ITB yang telah banyak membantu dan membagi ilmunya. PUSTAKA [1] R. Diansari, Analisis Perhitungan Muatan Sedimen (Suspended Load) pada Muara Sungai Lilin Kabupaten Musi-Banyuasin, Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, vol. 2, 2014, pp. 225-230. [2] M. A. Lodhi, D. C. Rundquist, L. Han, et al., Estimation of Suspended Sediment Concentration in WAter Using Integrated Surface Reflectance, Geocarto International, vol. 13, 1998, pp. 11-14. [3] J. Guillen, A. Palanques, P. Piug, et al., Field calibration of optical sensors for measuring suspended sediment concentration in the western Mediterranean, Scientia Marina, vol. 64, no. 4, 2000, pp. 427-435. [4] L. Xiao, F. Xiuli, L. Jie, et al., Laboratory Application of Laser Grain-Size Analyzer in Determining Suspended Sediment Concentration, J. Ocean Univ. China, vol. 13, no. 375-380, pp. 375-380. [5] R. Meral, A. Smerdon, H. Merdun, et al., Estimation of Suspended Sediment Concentration by Acoustic Equations for Soil Sediment, African Journal of Biotechnology, vol. 9, no. 2, 2010, pp. 170-177. [6] V. Rossel, A. A. Cattle, S. R. Ortega, et al., In situ measurements of soil colour, mineral composition and clay content by vis-NIR spectroscopy, Geoderma, vol. 150, 2009, pp. 253-266. [7] G. Siebielec, W. G. McCartthy, T. I. Stucynski, et al., Near and mid infrared reflectance spectroscopy for measuring soil metal content, J. Environ. Qual, vol. 33, 2004, pp. 2056-2069. [8] Y. He, H. Song, A. Garcia, et al., Prediction of soil macronutrients content using infrared spectroscopy, Proceedings SPIE Conference Remote Sensing and Infrared Devices and System, vol. 6031, Changchun, Agustus 2005, pp. (603117-1)-(603117-10). [9] J. W. Robinson, Atomic Spectroscopy, Marcel Dekker, Inc., 1996. [10] B. Stenberg, R. A. Rossel, A. M. Mouazen, et al., Visible and Near Infrared Spectroscopy in Soil Science, In: Advances in Agronomy, vol. 107, Elsivier Inc., United Kingdom, 2010, pp. 164-206. [11] E. D. Thosteson and D. M. Hanes, A Simple Methode for Determining Sediment Size and Concentration from Multiple Frequency Acoustic Backscatter Measurement, Journal of Acoustical Society of America, vol. 104, no. 2, 1998, pp. 820-830.
Risalah Fisika Vol. 1 no. 1 (2017) 15 - 19 ISSN 2548-9011