PENGEMBANGAN SMK UNGGULAN DI KEBUMEN DALAM PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD DAN BLUE OCEAN STRATEGY Imam Satibi Pascasarjana Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen Email :
[email protected]
Abstrak Sekolah apabila dilihat dari mutu dan proses pendidikannya dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu: bed school (sekolah yang buruk) , good school, (sekolah yang baik) effective school (sekolah yang efektif ) dan excellence school (sekolah unggul). Bed school adalah sekolah yang memiliki in put yang baik atau sangat baik tetapi proses pendidikannya tidak baik dan menghasilkan out put yang tidak bermutu. Good school adalah sekolah yang memiliki in put yang baik, proses baik dan hasilnya (out put-nya) baik. effective school adalah sekolah yang memiliki in put baik/kurang baik, proses pendidikannya sangat baik dan menghasilkan out put baik/sangat baik. Sedang excellence school adalah sekolah yang in put nya sangat baik, prosesnya sangan baik dan menghasilkan lulusan (out put) yang sangat baik. Menurut penulis apabila teori blue ocean strategy benar-benar diterapkan pada SMK unggulan maka dapat di temukan strategi baru yang akan menjadikan sekolah tidak disibukan dengan urusan persaingan antar sekolah. Sebaliknya sekolah akan mudah mewujudkan dirinya sebagai sekolah excellence yang ditandai oleh factor distinction atau kespesifikan yang dimiliki oleh sekolah. Keunggulan yang dibangun SMK akan focus pada values core sebagai jati diri sekolah.
Kata Kunci: SMK Unggulan, Balanced Scorecard, Blue Ocean Strategy
159
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
PENDAHULUAN SMK merupakan salah satu jalur pendidikan menengah vokasional yang stretegis bagi investasi sumber daya manusia. Pendidikan SMK dirancang secara khusus dengan model program Pendidikan Sistem Ganda (PSG), Praktik Kunjungan Industri dan Teaching Factory. PSG merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional. Secara konsepsional sistem ini diharapkan akan melahirkan lulusan yang menguasai keahlian pada bidang tertentu disamping tetap memiliki kompetensi keilmuan umum. Konsep dasar penyelenggaraan satuan pendidikan mengacu pada PP 19 Tahun 2005 dan PP 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan dan PP 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Dalam penerapanya dilapangan, pengelolaan dan penyelenggaraan satuan pendidikan telah banyak mengalami berbagai inovasi dalam rangka mengembangkan dan memperjelas dari konsep dasar penyelenggaraan pendidikan. Lahirnya SMK unggulan pada dasarnya tidak terlepas dari kajian konsep yang berkembang tentang penyenggaraan sekolah bermutu. Sekolah apabila dilihat dari mutu dan proses pendidikannya dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu: bed school (sekolah yang buruk) , good school, (sekolah yang baik) effective school (sekolah yang efektif ) dan excellence school (sekolah unggul). Bed school adalah sekolah yang memiliki in put yang baik atau sangat baik tetapi proses pendidikannya tidak baik dan menghasilkan out put yang tidak bermutu. Good school adalah sekolah yang memiliki in put yang baik, proses baik dan hasilnya (out put-nya) baik. effective school adalah sekolah yang memiliki in put baik/kurang baik, proses pendidikannya sangat baik dan menghasilkan out put baik/sangat baik. Sedang excellence school adalah sekolah yang in put nya sangat baik, prosesnya sangan baik dan menghasilkan lulusan (out put) yang sangat baik. Apabila mendasari tipologi sekolah diatas maka sekolah unggulan dapat dianalogikan sebagai excellence school. Model ini merupakan tingkat tertinggi dari
160
Pengembangan Smk Unggulan Di Kebumen Dalam Perspektif Balanced Scorecard Dan Blue Ocean Strategy
penyelenggaraan sekolah dengan pengelolaan barbasis mutu input, proses dan out put. Konsep sekolah unggulan secara terminology masih menjadi perdebatan yang tidak ada ujung akhirnya. Namun demikian secara content filosofis memiliki akar benang merah yang mendekati sama. Yakni sama-sama berorientasi mutu. Dengan demikian SMK unggulan pada dasarnya merupakan sekolah gila akan mutu yang ditandai tingginya expectation, performance dan management. Fasli Djalal menyebut sekolah unggul identik dengan sekolah efektif yakni sekolah yang memiliki kapasitas fungsi dan kinerjanya maksimal walupun input terbatas. Hal ini merujuk pada konsep School effectiveness as the capability of the school to maximize school functions or the degree to which the school can perform school functions, when given a fixed amount of school inputs. Lebih lanjut konsep tersebut dikembangkan dengan memberikan kriteria sekolah unggulan sebagai berikut: (1) Kepemimpinan profesional (Professional Leadership) (2) Visi dan tujuan bersama (Shared Vision and Goals) (3) Lingkungan Belajar (a Learning Environment) (4) Konsentrasi pada belajar mengajar (Concentration on Learning and Teaching) (5) Harapan yang tinggi (High Expectation) (6) Pengayaan yang positif (Positive Reinforcement) (7) Pemantauan kemajuan (Monitoring Progress) (8) Hak tanggungjawab peserta didik (Pupil Rights and Responsibility) (8) Pengajaran penuh makna (Purposeful Teaching) (9) Organisasi pembelajaran (a Learning Organization) (10) Kemitraan keluarga sekolah (Home-School Partnership). Konsep sekolah unggulan dengan sebutan sekolah excellence atau effective pada dasarnya hanyalah merupakan perbedaan istilah. Kriterian yang disampaikan Tobroni dan Fasli Djalal hanyalah bagian dari banyaknya konsep sekolah unggulan yang ada dalam kajian literature pendidikan. Konsep lain tentang sekolah unggulan didefinisikan sebagai sekolah yang memiliki visi mewujudkan insan Indonesia cerdas, beriman, bertaqwa kepa Tuhan, beraakhlak mulia, memilikin jati diri Indonesia dan kompetitif secara global. Konsep ini menunjukan adanya nilai sikap spiritual yang jelas yang harus dimiliki profil lulusan sekolah unggulan. Pemerintah merumuskan konsep sekolah unggulan dengan tiga kriteria yakni sekolah yang mencirikan wawasan kebangsaan, memberdayakan seluruh potensi kecerdasan dan
161
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
meningkatkan daya saing global sebagaimana dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009. Untuk dapat menunjang tersebut sekolah dituntut pemerintah untuk dapat mengembangkan SNP dari minimalis kemaksimalis. Dengan kata lain sekolah unggulan versi pemerintah adalah sekolah yang telah melampau pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan. Dengan konsep tersebut sekolah unggulan merupakan sekolah trasformasi dari standar local dan nasional menuju standar internasional.
ANALISIS SMK UNGGULAN KEBUMEN DALAM PERSPEKTIF TEORI MANAJEMEN MUTU Berdasarkan berbagai hasil temuan penelitian, diketahui bahwa pengembangan tiga SMK unggulan di Kebumen (SMKN Kebumen 2, SMKN Gombong 1 dan SMK Ma’arif 1 Kebumen) dilakukan dengan menggunakan rujukan teori manajemen stratejik. Atas dasar temuan penelitian tersebut ditemukan adanya habatan teori dalam pengembangan SMK unggulan sehingga menjadikan proses pengembangan kurang maksimal. Munculnya kebijakan yang berubah-rubah tentang standar sekolah unggulan menjadi akar masalah yang kurang dapat diantisipasi melalui manajemen stratejik. Manajemen stratejik merupakan manajemen mutu jangka panjang yang sangat relevan digunakan dalam target perubahan jangka panjang. Munculnya situasi baru menjadikan salah satu kelemahan yang sulit diantisipasi oleh manajemen stratejik. Berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut penulis bermaksud melakukan pembahasan dengan tetap mendasarkan temuan-temuan hasil penelitian. 1.
SMK Unggulan dalam perspektif Balanced Scorecard (BSC) Secara praktis pembahasan ini akan mengkaji secara komplek dan
mendalam tentang peningkatan mutu SMK unggulan Kebumen dalam persepektif teori balanced scorecard (BSC) dan Blue Ocean Strategy serta manajemen stratejik. BSC merupakan metodologi penelian kinerja yang berorientasi pada pandangan strategis kemasa depan dengan empat perspektif financial, customer, iner process business dan learning and growth sebagaimana dikembangkan Robert S. Kaplan dan David P. Norton pata Tahun 1992 . 162
Pengembangan Smk Unggulan Di Kebumen Dalam Perspektif Balanced Scorecard Dan Blue Ocean Strategy
Sedangkan Blue Ocean Strategy merupakan strategi alternative dengan menciptakan ruang pasar tanpa pesaing karena membuat kompetisi tidak relevan. Teori ini dikemukakan oleh Cirque Du Soleil dan dikembangkan oleh W. Chan Kim dan Renee Mourborgne. Kedua teori ini memiliki relevansi kuat dalam mewujudkan peningkatan SMK unggulan berbais strategi. BSC dan Blue Ocean Strategi dipilih dalam upaya memberikan penyempurnaan terhadap hasil penelitian yang secara umum telah dipaparkan berdasarkan perspektif manajemen stratejik. Peningkatan mutu SMK unggulan dituntu efektivitas dan akselerasi mutu sehingga apa yang diharapkan SMK unggulan dapat terwujud secara perfect. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya strategi yang kuat dan penilaian dengan tolak ukur yang jelas. Disinilah pentingya BSC dalam memberikan kontribusi penilaian dan dan blue ocean strategy yang memberikan alternative strategi peningkatan SMK unggulan. BSC dan Blue Ocean Strategy didasarkan pada temuan hasil penelitian dimana penerapan manajemen stratejik dalam SMK unggulan menemukan berbagai hambatan teoritis. Manajemen stratejik memiliki kelemahan pada kurang adanya respon cepat dalam menghadapi perubahan lingkungan. Misalkan terjadinya perubahan kebijakan baru pada SMK unggulan menjadi penghambat kuat dalam peningkatan SMK unggulan. Hal ini disebabkan kurang relevanya manajemen stratejik yang digunakan dalam mengantisipasi perubahan mengejutkan. Akibatnya sekolah mengalami kehilangan konsep strategi ketika ditengah jalan diintervensi dengan kebijakan mendasar. Hal ini disebabkan karakter manajemen stratejik itu sendiri yang memiliki keterbatasan dalam perubahan lingkungan, tidak memberikan ruang pilihan alternative strategi karena hanya berpaku pada alasan rasional dan risiko besar. Selain itu manajemen stratejik menuntut adanya investasi waktu, biaya, tenaga dalam kapasitas besar. Dalam kondisi seperti inilah diperlukan pengembangan teori melalui BSC dan Blue Ocean Strategy. Namun demikian diakui bahwa manajemen stratejik telah memberikan kontribusi yang sangat positif terutama bagi penentu kebijakan SMK unggulan dalam (1) membuat keputusan policy atau decision, (2) membantu dalam membuat pedoman kinerja (3) mengurangi tingkat kesalahan antara perencanaan dan implementasi serta evaluasi.
163
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
(3) Konsistensi dalam perencanaan jangka panjang dan kondisi yang stabil sesuai dengan analisis SWOT. Kedua pendekatan antara manajemen BSC dan Blue Ocean Strategy memiliki beberapa kesamaan pandangan dalam membuat efektivitas kinerja. Keduanya juga menekankan pentingya strategi sebagai focusing pencapaian. Namun demikian keduanya memiliki perspektif yang berbeda. BSC lebih maksimal dalam indicator pengukuran kinerja pada empat faktor variabel. Sedangkan Blue Ocean Strategy menekankan pada strategi alternative dimana SMK unggulan tidak saja terkurung dalam jebakan strategi kompetisi terbuka sebagaimana paradigm manajemen stratejik melainkan harus dapat menggalih stategi baru yang tanpa berdarah darah (kompetisi), tanpa lawan dan tetap menang. Sedangkan BSC memandang bahwa pengkuran kinerja harus dimulai dari perumusan strategi yang spesifik berpaku empat pilar. Keduanya memiliki cara pandang yang sama yakni berorientasi pada strategi mada depan. BSC pada akhir akhir ini berkembang sebagai pendekatan monumental yang telah banyak digunakan dunia pendidikan seiring dengan pergeseran paradigma masyarakat yang menjadikan pendidikan atau sekolah sebagai investasi. Hemat peneliti BSC menjadi sangat relevan digunakan dalam mengukur kinerja peningkatan mutu SMK unggulan secara integral bersama menajemen stratejik yang menekankan konsitensi prosedur manajemen dari formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Melalui pendekatan ini nantinya akan dapat digambarkan sekaligus dibandingkan mana yang lebih relevan digunakan dalam SMK unggulan dalam peningkatan mutu. Langkah peningkatan mutu SMK unggulan Kebumen dilakukan melalui tiga tahapan yakni perencanaan, implementasi dan evaluasi. Posisi balanced scorecard sangat tepat untuk memperkuat pada tahap ketiga yakni evaluasi kinerja secara komprehensif. Evaluasi dilakukan untuk memberikan feedback tentang kinerja manajemen yang harus diperbaiki. BSC memberikan kontribusi pengukuran SMK unggulan akan lebih holistic, substansial dan terkontrol sehingga akan berdampak bagi peningkatan kinerja secara langsung. BSC mendorong SMK menggunakan strategi korporat sehingga dapat memasuki arena persaingan yang kompetitif.
164
Pengembangan Smk Unggulan Di Kebumen Dalam Perspektif Balanced Scorecard Dan Blue Ocean Strategy
BSC menilai terjadinya berbagai kesalahan atau hambatan yang timbul dalam implementasi manajemen stratejik. Misalkan (1) Visi dalam BSC seringkali dianggap sebagai barier atau hambatan. Berdasarkan survey tidak banyak orang yang memahami visi pada suatu organisasi. (2) Orang dinilai tidak senantiasa konsisten menerapkan antara strategi dan tujuan. Banyak inisiatif yang muncul karena tuntutan lingkungan sehingga tujuan taktis. (3) Dalam organisasi seringkali anggaran tidak dikaitkan dengan strategi padahal anggaran merupakan hal yang kritis dalam suatu organisasi. Akibatkanya menimbulkan kebocoran atau pemborosan anggaran. (4) Adanya hambatan manajemen yang tidak memberikan peluang membuat kebijakan taktis (jangka pendek). Mendasarkan pada fakta tersebut maka peran BSC menjadi keniscayaan dalam membantu peningkatan mutu SMK unggulan. Dalam peningkatan SMK unggulan diperlukan adanya kajian SWOT berdasarkan perspektif BSC. Sebelum menentukan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta indicator lagging (ukuran hasil) yang telah dilakukan dan indicator leading (pemacu kinerja) maka diperlukan adanya rumusan SWOT. Teknik SWOT merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tahapan yang harus dilakukan BSC sebagaimana pendekatan manajemen stratejik. SWOT dalam BSC harus fokus pada empat perspektif financial, pelanggan, internal proses dan pembelajaran dan pertumbuhan. Selain itu dalam penerapan analisis SWOT akan bertujuan melahirkan strategi yang tidak dapat ditandingi dalam memenangkan persaingan atau dalam mencari peluang baru. Teori blue ocean strategy sebagaimana teori W. Chan Kim (2009) dapat dijadikan alternative strategi dalam meningkatan mutu SMK dalam menciptakan peluang strategi menang tanpa pesaing dan tanpa lawan serta tanpa berdarah darah. Analisis SWOT BSC dapat dijadikan penyederhanaan dari analisis SWOT yang digunakan SMK unggulan melalui manajemen stratejik yang terlalu komplek dalam aspek internal maupun eksternal. Berikut ini digambarkan Analisis SWOT dalam peningkatan SMK unggulan perspektif BSC.
165
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
Pelanggan/Pengguna S
Internal Proses Bisnis S
W
O
T
W
O
T
Visi, Misi, Nilai-Nilai dan Strategi SMK Unggulan Tujuan
Ukuran
Target
Program
SDM Guru/Karyawan S
W
O
T
Keuangan S
W
O
T
Apabila SMK unggulan menggunakan pola diatas maka SMK dijamin memiliki kualitas perencanaan yang terukur dan berbobot serta fokus. Rumusan strategi yang dilakukan secara SWOT akan memperoleh strategi yang mengakar dan berjangka panjang sebagimana tertuang dalam visi, misi, niai-nilai, tujuan, dan implementasi strategi system evaluasi yang jelas dan terukur melalui indicator pada 4 pilar. Langkah-langkah implementasi manajemen strategis dalam peningkatan mutu SMK unggulan dalam pendekatan BSC ; a.
SMK unggulan melakukan kajian analisis lingkungan dengan menitik beratkan pada 4 pilar yakni financial, customer, inner process business school, learning and growth. Dengan output melahirkan berbagai strategi kunci peningkatan SMK unggulan berikut indicator pengukuran, target dan kegiatan.
b.
SMK unggulan membuat rumusan strategi berupa visi, misi, nilai dan tujuan dan sasaran yang relevan dengan 4 perspektif BSC dan hasil SWOT.
c.
Mengimplementasikan strategi guna pencapaian rumusan strategi dalam bentuk kebijakan, program, kegiatan mendasarkan Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) atau Critical Success Faktors (CSFs)
166
Pengembangan Smk Unggulan Di Kebumen Dalam Perspektif Balanced Scorecard Dan Blue Ocean Strategy
d.
Menyusun system evaluasi dan indicator pengukuran pencapaian: Perspektif Keuangan meliputi pengelolaan keuangan efisiensi biaya, meningkatkan nilai uang, meningkatan pendapatan dari sumber lain dan memaksimalkan asset. Perspektif pelanggan; meningkatkan komunikasi, meyakinkan pelanggan (DU/DI) tentang kualitas, meningkatkan budaya marketing sekolah. Perspektif bisnis internal meliputi perbaikan secara terus menerus, meningkatkan variasi lulusan, meyakinkan pelanggan tentang kualitas. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan meliputi; rekrutmen guru/ karyawan, motivasi dan pengembangan kualitas SDM, pelatihan keahlian, peningkatan fasilitas informasi dan database. Dalam BSC SMK unggulan diidentikan dengan perusahan perusahan industri
yang harus ditopang dengan 4 pilar mutu. Hal ini telah teruji keberhasilanya dalam memperbaiki mutu pada sejumlah industry yang terancam menhadapi lonceng kematian. Keberhasilan SMK unggulan dapat terwujud apabila SMK dapat memenuhi 4 aspek mutu sebagai berikut:
a.
Mutu Finansial SMK unggulan SMK unggulan seringkali dipersepsikan sebagai sekolah mahal atau hight cost.
Hal ini dapat dimaklumi karena besarnya kebutuhan anggaran yang harus penuhi guna menopang fasilitas yang serba istimewa dengan berbasis pada kepuasaan pelanggan. Namun demikian yang menjadi prinsip SMK bukan pada tarifya yang mahal namun lebih pada tuntutan out put yang bermutu tinggi. Secara logika dapat dipahami dengan mudah bahwa tingginya standar output yang ditarjet pasti akan berdampak pada factor pembiayaan yang tinggi. Sangat sulit untuk dapat merasionalisasikan bahwa sekolah unggulan identik dengan sekolah murah atu sederhana. Secara ekonomi jelas bahwa hasil yang tinggi deperlukan cost seimbang. Besarnya biaya produksi akan mengikuti besarya hasil. Hal inilah yang menjadi sangat penting bagi sekolah membangun keseimbangan antara biaya produksi dan hasil sehingga sekolah akan tetap seimbang. Orientasi akhir dari progress peningkatan SMK bermutu unggulan adalah membangun pertumbuhan (growing up) menuju kemandirian. Pada tahap ini 167
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
SMK diharapkan dapat panen (yield crop). Oleh karena itu alat ukur sederhana dan mendasar dalam menjamin terwujudnya SMK bermutu unggulan sangat tergantung bagaimana kondisi kesehatan keuangan (finance) yang ada di sekolah. Konsep ini didasarkan pada asumsi umum bahwa keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk mengukur kinerja sekolah sebagaimana halnya perusahaan. Paradigma yang dikembangkan dalam manajemen SMK unggulan pada dasarnya adalah men-adopsi manajemen perusahaan maju. Konsep manajemen bisnis adalah merupakan bagian dari komitmen atau kontrak kinerja dalam peningkatan SMK unggulan Kebumen yakni melaksanakan MBM dengan pendekatan business school. Kendati hal ini seringkali bertentangan dengan tupoksi sekolah harus nirlaba. Suatu hal yang membedakan antara konsep manajemen bisnis SMK unggulan dan perusahaan adalah pada aspek keperuntukan laba hasil akhir. Pada sekolah laba keuntungan sisa hasil operasional harus dikembalikan pada pengembangan sekolah. Tentunya hal ini sangat berbeda dengan pola pada perusahaan. Perspektif keuangan sesungguhnya merupakan hasil dari 3 perspektif lainnya yaitu customer, proses bisnis, dan pembelajaran pertumbuhan. Untuk itu SMK unggulan harus memiliki basis keuangan yang jelas. Secara konsepsional sasaran SMK unggulan pada 5 tahun terakhir adalah menjadi SMK yang mandiri dimana tidak lagi menggantungkan pada bantuan pemerintah. Pada kenyataanya sampai saat ini, factor keuangan masih menjadi core barrier dalam pengembangan mutu SMK unggulan. Untuk perbaikan dalam perencanaan manajemen stratejik SMK unggulan Kebumen idealnya, dalam analisis lingkungan (environment scanning) hendaknya memasukan keuangan sebagai aspek variable yang harus dipetakan dalam SWOT. Aspek keuangan merupakan aspek internal sekolah yang harus dikembangkan sebagai fondasi pengembangan mutu. Demikian halnya dalam perumusan strategi hendaknya visi, misi, nilai-nilai, tiujuan dan sasaran strategi harus di dikaitkan secara seimbang dengan aspek finansial. Tingkat pengembalian investasi (Return On Invesment (ROI) harus dapat dijadikan sasaran pencapaian strategi. Berdasarkan data temuan penelitian investasi dalam peningkatan SMK unggulan tercatat memiliki anggaran yang sangat besar. Misalkan SMKN Kebumen 2 sebagai SMK Invest telah ditopang bantuan milyaran dari Australia melalui program kemitraan. Demikian pula SMKN Gombong 1
168
Pengembangan Smk Unggulan Di Kebumen Dalam Perspektif Balanced Scorecard Dan Blue Ocean Strategy
dan SMK Ma’arif 1 Kebumen dalam setiap tahun tidak kurang bantuan 1 milyar selama 4 tahun program berjalan. Belum halnya dengan sumber-sumber lain dari pendapatan asli sekolah. Hal inilah yang seharusnya menjadi pemikiran target pengembalian. Diakui pengelola sekolah bahwa peningkatan mutu SMK unggulan tidak dapat berjalan manakala tidak mendapatkan alokasi bantuan dari pemerintah. Namun demikian bahwa SMK unggulan bersamaan atau rangkaian kegiatan peningkatan mutu telah melakukan upaya pengembangan business center sekolah. Faktor pengelolaan keuangan merupakan bagian dari implementasi strategi. Implementasi strategi keuangan dalam SMK ungglan dapat terlihat dari upaya sekolah melakulan upaya kreatif baik dalam bentuk pengembangan jaringan dukungan pendanaan, pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel. Untuk menunjang itu ditetapkanlah SOP pengelolaan keuangan yang mengatur bagaimana distribusi dan kebijakan keuangan di SMK. Rumusan visi, misi, peningkatan SMK unggulan dalam perspektif finansial seharusnya menjadi bagian include dalam perumusan formulasi strategi. Untuk itu rumusan visi idealnya memberikan gambaran yang menantang dan imajinatif terhadap peran, tujuan dasar, karakteristik dan filosofi organisasi dimasa datang yang akan menjamin tugas strategi sekolah. Selain itu rumusan visi harus dapat ditransformasikan dalam strategi pencapaian secara terukur. Misi dalam konteks BSC harus dapat mendefinisikan bisnis bahwa sekolah berada pada atau harus berada pada nilai-nilai dan keinginan stakeholders yang meliputi; produk, jasa, pelanggan, pasar dan seluruh kekuatan sekolah. Dalam konteks keuangan startegi yang dilakukan dalam mencapai visi, misi, tujuan setidaknya harus dapat menjawab tolak ukur financial. Kinerja pada perspektif keuangan dalam BSC diukur dengan menggunakan ukuran sebagai berkut: (1) Laba investasi (Return On Investment /ROI), (2) Peningkatan penjualan school business center /unit produksi (3) Bauran pendapatan sekolah (revenue mix) (4) Pemanfaatan aktiva (diukur dengan asset turn over) (5) Efisiensi Biaya. (Freddy Rangkuti, 2011;5) Sedangkan menurut Sagala (2011;143) bahwa ukuran financial terutama pada return on capital employed atau nilai tambah ekonomis. Dengan demikian ukuran kinerja SMK unggulan yang utama adalah pada nilai tambah pengembangan baik dalam bentuk asset material maupun non material atau baik yang keuangan maupun 169
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
non keuangan. Berdasarkan temuan progress pada SMK unggulan secara financial ditemukan adanya peningkatan yang fantastis terutama dalam pengembangan sarpras. Kerja keras sekolah dalam melakukan pengembangan jaringan pendanaan betul-betul berbuah. Pendapatan anggaran terbesar diperoleh melalui bantuan hibah. Sedangkan pendapat melalui pembiayaan peserta didik sangatlah terbatas. Terobosan bantuan inilah yang menjadi keberhasilan SMK unggulan mencukupi operasional pendidikan tanpa harus banyak membebankan kepada peserta didik. Keuangan merupakan alat ukur yang mudah dan sederhana untuk dijadikan indicator dalam menilai keunggulan suatu sekolah. Pada prinsipnya Pimpinan pucuk SMK harus dapat mengetahui tingkat pertumbuhan (growth), bertahan (sustain) dan menuai (harvest) sehingga hasil akhirnya dapat diketahui tingkat hasil panenya (revenue) atau laba. Jangan sampai terjadi ketidak seimbangan antara keuangan input dan output. Akibat dari perbedaan input keuangan maka sangat berdampak pada keterpurukan sekolah. Disini peran yayasan bagi sekolah swasta dan Kepala sekolah bagi sekolah negeri dengan dibantu petugas teknis (bendahara) pengelola keuangan adalah mengatur stabilitas kondisi keuangan sehingga tetap menunjukan eksistensinya sebagai kunci survive sekolah. Demikian evaluasi strategis yang harus dilakukan sebagai bagian dari manajemen stratejik.
b.
Mutu Pelanggan atau Customer SMK Unggulan Keberadaan pelanggan bagi SMK unggulan merupakan aspek yang penting
harus diberdayakan. Pelanggan dalam konteks pendidikan adalah animo masyarakat atau market share. Pelanggan merupakan sasaran sekolah dalam mengembangkan daya dukung peserta didik. Salah satu eksistensi mutu SMK sangat di dukung dengan tingkat pelanggan atau input sekolah. Mengingat pentingnya arti pelanggan bagi sekolah maka persaingan dalam merebut pelanggan menjadi suatu yang tidak terhindari. Faktor pelanggan merupakan awal mula terjadinya kompetisi sekolah untuk saling bersaing sehingga melahirkan perlombaaan layanan. Peserta didik merupakan modal utama terjadinya proses pembelajaran. Sehebat apapun sekolah tidak bias dikatakan mutu tanpa adanya peran siswa. Dalam konteks sekarang, sekolah saling beradu strategi dalam meraih pelanggan yang besar dan kualitas
170
Pengembangan Smk Unggulan Di Kebumen Dalam Perspektif Balanced Scorecard Dan Blue Ocean Strategy
yang bagus. Persaingan dalam merebut pelanggan pada umumnya diikuti dengan brand image atau pencitraan. Ibarat pertandingan sepak bola percaturan merebut pelanggan tidak lagi dengan konsep jemput bola melainkan jemput beserta gawangnya. Sekolah tidak saja hanya menunggu siswa atau sosialisasi di sekolah sekolah sasaran melainkan harus rela melakukan home visit dengan meyakinkan orang tua.Itulah fenomena pentingnya pelanggan (siswa) bagi sekolah. Ukuran pelanggan dalam konteks BSC diukur dengan (1) jumlah pelanggan baru, (2) Jumlah pelanggan yang mendaftar kembali dari keluarga yang sama (3) Loyalitas pelanggan. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran yaitu; customer core measurement (pelanggan utama) yaitu mengukur tingkat jumlah pelanggan dan customer value proposition yaitu menilai tingkat seklah mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Strategi customer satisfaction adalah strategi dalam meningkatkan customer acquisition (pelanggan baru) dan customer retention (pelanggan lama) serta dalam mengukur value proposition (kinerja spesifik dan customer profitability (laba bersih). Bagi SMK unggulan Kebumen, pelanggan bukan merupakan suatu permasalahan. Hal ini terlihat dari besarnya (kuatitatif ) pelanggan dan adanya seleksi pelanggan serta semakin bertambahnya pelanggan baru walaupun tidak dapat tertampung. Ketiga SMK tersebut bukanlah merupakan SMK pesaing, karena ketiganya telah memiliki pangsa pasar sendiri sesuai dengan share market. Namun demikian bukan berarti sekolah tidak memperhatikan aspek pelanggan. Sekolah selalu berupaya mempertahankan bagaimana caranya agar kelangsungan pelanggan senantiasa dapat dipertahankan dalam setiap tahun penerimaan peserta didik baru (PPDB). Strategi SMK unggulan dalam menjaga atau mempertahankan pelanggan dilakukan melalui pemetaan lingkungan pada perencanaan strategis. Dalam kajian lingkungan sebelum dilakukan formulasi strategi aspek pelanggan dan pesaing menjadi factor eksternal yang dikaji. Rumusan strategi dalam visi, misi, tujuan, sasaran dan lainya harus senantiasa memperhatikan aspek pelanggan baik dalam konteks mempertahankan pelanggan lama atau memperluas pelanggan baru. Upaya mempertahankan pelanggan lama dilakukan dengan pelayanan harian kepada
171
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
peserta didik dengan berbagai kelebihan dan keunggulan. Penerapan kepuasan pelanggan telah ditransformasikan kedalam berbagai pendekatan melalui SOP yang ditetapkan. Kejelasan dalam prosedur layanan serta perlakukan norma-norma humanis menjadi fondasi dalam pemeliharaan pelanggan. Demikian pula dengan pemeliharaan alumni menjadi bagian dari pemeliharaan pelanggan. SMK unggulan saling berlomba lomba untuk dapat aktif menyaluskan lulusan pelanggan melalui layanan bursa kerja sekolah. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) merupakan bagian dari pelanggan yang sangat strategis. DUDI adalah pelanggan yang dinamis dan senantiasa akatif mengajukan berbagai standar kompetensi untuk dapat menggunakan hasil produksi jasa SMK. SMK ungulan menyadari akan pentingnya DUDI bagi kelangsungan SMK. Berbagai terobosan baik dalam membuat pelanggan DUDI baru maupun mempertahankan DUDI lama senantiasa menjadi isu penting baik dalam perencanaan strategis maupun implementasi serta evaluasi strategis. Pelibatan DUDI dalam berbagai kebijakan strategis merupakan bagian dari impelementasi strategis guna membangun keseimbangan antara SMK dan DUDI. Untuk itu kepuasan pelanggan terhadap DUDI harus ditunjukan pada kualitas produk alumni yang berkualitas. Setiap perspektif pelanggan mempunyai suatu sasaran strategik (strategic objective) yang mungkin jumlahnya lebih dari satu strategi. Definisi dari sasaran strategik adalah keadaan atau kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang yang merupakan penjabaran dari tujuan perusahaan atau lembaga pendidikan. Sasaran strategik untuk setiap perspektif harus dapat dijelaskan hubungan sebab akibatnya, sebagai contoh dalam dunia pendidikan meningkatnya kualitas lulusan ditentukan oleh meningkatnya kualitas pelayanan kepada siswa sebagai customer, pelayanan kepada customer bisa ditingkatkan karena SMK menerapkan teknologi informasi yang tepat guna. dan keberhasilan penerapan teknologi informasi (social media) didukung oleh kompetensi dan komitmen dari guru dan karyawan. Hubungan sebab akibat ini disebut koheren, kalo disimpulkan semua sasaran stratejik yang terjadi di SMK harus bisa dijelaskan secara kausalitas. Sebagai contoh
172
Pengembangan Smk Unggulan Di Kebumen Dalam Perspektif Balanced Scorecard Dan Blue Ocean Strategy
mengapa prestasi siswa menurun, mengapa tingkat kelulusan menurun, mengapa komitmen guru dan karyawan menurun dan sebagainya. Sebaiknya madrasah kedepan betul betul memperhatikan akuisisi pelanggan (Perolehan bangsa Pasar), retensi pelanggan (Yang dipertahankan), kepuasaan pelanggan dan profitabilitas pelanggan. Dalam meningkatkan mutu pelanggan, SMK dituntut untuk senantiasa melakukan peningkatan kualitas layanan pembelajaran sehingga outcome pelanggan akan terwujud. Di dalam balanced scorecard dikenal dengan istilah hubungan sebab akibat (causal relationship). Untuk itu antara 4 aspek pilar harus selalu seimbang dan sejalan. SMK harus mengetahui apakah sekolah betul-betul memenuhi kebutuhan masyarakat. Mereka harus menjawab pertanyaan: Apakah SMK menyediakan apa yang diinginkan oleh masyarakat pelanggan dan Dunia usaha dan Industri yaitu mewujudkan lulusan yang bermutu dan berkepribadian serta unggul dan berdaya saing.
c.
Mutu Internal Proses SMK Unggulan Internal proses merupakan merupakan proses pembuatan produk (lulusan)
dan penyampaian produk pada pelanggan. Proses layanan internal pembelajaran merupakan bagian dari internal proses. Mutu internal proses sangat berdampak pada mutu secara total produksi SMK. Pemerintah telah mengatur standar proses dalam layanan belajar. Hal ini dengan tujuan agar proses yang dilakukan tidak asal asal sehingga kualitas produk atau hasil pembelajaran dapat tercapai. SMK unggulan Kebumen benar benar telah menerapkan standar layanan proses secara maksimal. Kedisiplinan dalam pembelajaran betul betul telah ditegakan. Profesionalitas dalam proses menjadi control kualitas terhadap cerminan hasil. Pembelajaran di SMK unggulan dilakukan dengan mengembangkan pembelajaran ‘elearning. Pembelajaran yang efektif dengan ditunjang berbagai media IT menjadi strategi dalam pencapaian mutu proses. Di SMK unggulan Kebumen semua guru telah menggunakan IT sebagai sarana utama dalam interaksi pembelajaran. Melalui IT ini menunjukan adanya evektivitas pembelajaran yang maksimal. Hal ini dapat diukur dari berbagai prestasi siswa yang membanggakan sesuai dengan capaian prestasi. SMK unggulan juga telah memulai merubah pendekatan pembelajaran kurikulum lama menjadi pendekatan saintifik sebagaimana amanat kurikulum 173
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
2013. Orientasi pembelajaran diarahkan pada kemandirian siswa melalui pengalaman belajar yang diciptakan oleh guru. Dalam mengevaluasi atau mengukur internal proses dalam teori BSC mengacu pada tiga aspek yakni: (1) Waktu proses, (2) Penyampean lulusan tepat waktu dan (3) efektif proses. Ukuran dari internal proses terlihat dari pencapaian tingkat inovasi (munculnya tuntutan kompetensi baru), operasional dan produksi lulusan yang semakin unggul dan berdaya saing. Implementasi internal proses dalam ukuran waktu proses diatur melalui peraturan akademik yang harus ditepati oleh seluruh civitas SMK. Pada umumnya Birokrasi di SMK unggulan sangat mengedepankan profesionalitas guna mempertahankan mutu proses. Komunikasi antara SMK dengan DUDI menjadi suatu yang sangat menentukan Berbagai upaya kreatif dalam wujud penguatan lulusan telah dilakukan SMK unggulan. Misalkan untuk penguatan karakter lulusan ditempa melalui kedisiplinan yang kuat sebagaimana di SMKN Kebumen 2. Untuk memperkuat karakter kepribadian dan etos kerja ditempa SMK Ma’arif 1 Kebumen melalui Pondok Pesantren. Dalam upaya menghasilkan lulusan yang terampil dalam bahasa Inggris, ditempa melalui test toefl dan English Club serta budaya ramah lingkungan seperti halnya SMKN Gombong 1.
d.
Mutu Pembelajaran dan Pertumbuhan SMK Unggulan Mengembangkan kapasitas karyawan dan guru menjadi bagian yang penting
dalam pengembangan SMK. Kemampuan sekolah untuk meningkatkan dan memenuhi permintaan masyarakat terkait secara langsung dengan kemampuan guru dan karyawan untuk memenuhi permintaan standar kompetensi global. Oleh karena itu madrasah harus selalu mengembangkan kapasitas guru dan karyawan terutama menyangkut mutu dan kepribadian. Dengan demikian pengelola SMK harus mampu menjawab pertanyaan apakah sekolah sudah memberikan pelatihan dan pengembangan kapasitas mutu dan kepribadian guru dan karyawan. Dalam teori BSC ukuran kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan diukur dengan menggunakanukuran; (1) Tingkat keahlian SDM (2) Komitmen
174
Pengembangan Smk Unggulan Di Kebumen Dalam Perspektif Balanced Scorecard Dan Blue Ocean Strategy
SDM dan Suasana Kerja. Ukuran dalam perspektif ini akan terlihat pada pencapaian peningkatan keahlian, Kemampuan sistem informasi, tingkat komitmen dan motivasi SDM. Sumber daya guru pada SMK unggulan di Kebumen pada benar benar menjadi kekuatan dalam mewujudkan SMK yang bermutu. Masing masing sekolah saling berlomba-lomba melakukan standar kualifikasi bagi guru SMK. Target guru pada SMK unggulan adalah 30 % lulusan S,2 linier dankeluaran perguruan tinggi terakreditasi A. Selain itu guru di SMK dituntut menguasai TIK dan bahasa Inggris aktif. Berbagai upaya telah dilakukan guna memenuhi stnadar sebagai guru di SMK unggulan. Misalkan SMK Ma’arif 1 Kebumen harus rela mengirimkan guru secara periodik ke kampung Inggris pare guna dilatih secara intensif dalam 1 bulan percakapan bahasa Ingris. Peningkatan sumber daya di SMKN Gombong 1 dilakukan melalui pelatihan bahasa Inggris, pengiriman pendidikan dan pelatihan oleh lembaga profesional serta tugas belajar S.2. Selain itu semua SMK unggulan Kebumen melakukan bencmarking kesejumlah sekolah unggulan dan perusahaan negara maju. Hal ini dilakukan oleh sejumlah Kepala SMK dengan maksud memberikan wawasan global dan pengalaman pengelolaan sekolah unggulan. Sistem informasi di SMK unggulan dikembangkan melalui layanan ketersediaan hot spot area, perpustakaan digital, tele conference pembelajaran, SAS dan web site sebagai informasi sekolah. Pengembangan sistem informasi melalui on line juga dikembangkan pada layanan kinerja tata usaha. Pengauatan SDM tidak hanya dilakukan pada guru SMK unggulan Kebumen, melainkan juga tenaga kependidikan. Berbagai kegiatan pemberdayaan baik dalam bentuk pelatihan pengelolaan website, bahasa Inggris, studi banding pengelolaan dan tuga belajar S.1/S.2. Tenaga kependidikan pada SMK unggulan tidak hanya sebagai pelayanan teknis melainkan memiliki hak yang sama dalam memajukan sekolah dalam bentuk penyampaian ide-ide konstruktif. Pelibatan tenaga kependidikan dalam pengambilan kebijakan tenaga kependidikan memiliki hak yang sama seperti halnya guru.
175
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
Apabila SMK unggulan dapat mengadaptasi pola BSC secara total dalam manajemen sekolah maka akan dapat melahirkan sebuah pola yang konsisten untuk mencapai strategi fokusdan pencerahan. Maskipun setiap organisasi (SMK) memiliki perbedaan pendekatan yang berbeda yang diartikulasikan dalam langkah langkah formulasi strategi yang berbeda sebagaimana harapan seklah dapat mencapai visi, misi sekolah secara efektif. Berdasarkan uraian diatas kiranya semakin jelas bahwa BSC merupakan pendekatan yang praktis dan strategis digunakan SMK unggulan dalam peningkatan mutu melalui 4 pilar sekolah yakni perspektif keuangan, pelanggan, internal proses bisnis serta pembelajaran dan pertumbuhan (SDM). Domain 4 perspektif BSC dapat disinergikan dan diinterpretasikan dengan 8 Stndar Nasional Pendidikan. Standar SNP yang meliputi; standar isi, kompetensi lulusan, proses, pengelolaan, Pendidik dan kependidikan, sarpras, pembiayaan dan penilaian padasarnya apabila disederhanakan telah terwadaih empat pilar yang digunakan BSC.
PENGEMBANGAN SMK UNGGULAN DALAM PERSPEKTIF BLUE OCEAN STRATEGY Manajemen stratejik seringkali diidentikan dengan manajemen berbasis strategi laut merah karena berorientasi kemenangan kompetitif. Strategi laut merah yang dikenal Red Ocean Strategy mencari kemenagan ditengah tengah ketatnya kompetisi yang berdarah darah. Selama ini paradigma strategi peningkatan SMK unggulan mencapai kemenangan dalam percaturan kompetisi global. Menjadi pertanyaan mendasar mungkinkan strategi laut merah mampu mengantarkan SMK unggulan Kebumen dalam percaturan pasar bebas. Strategi laut merah memerlukan modal yang tinggi baik dalam aspek SDM maupun fasilitas permodalan serta tawaran gagasan. Apabila dilihat berdasarkan peta global pendidikan Indonesia jauh berada dibawah sekolah-sekolah negara maju. Secara internasional kiranya sangat pesimisi apabila strategi laut merah ini dijadikan andalan dalam strategi peningkatan SMK unggulan. Strategi inu dapat digunakan SMK unggulan daerah apabila pencapaian target hanya untuk mengungguli sekolah pesaing dalam kontek lokalitas.
176
Pengembangan Smk Unggulan Di Kebumen Dalam Perspektif Balanced Scorecard Dan Blue Ocean Strategy
Apabila dilihat dari visi SMK unggulan Kebumen yang ingin menjadi sekolah unggul dan berdaya saing global maka strategi ini tidak mungkin dijadikan metodologi mengejar ketertinggalan mutu sekolah dengan negara-negara maju atau OECD. Untuk itu satu satunya jalan alternative SMK unggulan harus berbalik arah berpindah menggunakan strategi laut biru atau Blue Ocean Strategy. Penerapan peningkatan mutu SMK unggulan yang dilakukan secara laut merah dimungkinkan hanya akan mengantarkan SMK pada kemenagan sesaat itupun seandainya berhasil. Pertarungan dialam terbukan dengan apapun strateginya maka hanyalah akan berdampak pada risiko kematian bagi yang laian. Bagi yang juarapun akan selalu terancam dengan kekuatan pendatang baru. Bisa dibayangkan kalau dalam fakta sekarang sekolah saling serang menyerang dalam merebutkan pelanggan baik dengan cara obral biaya sekolah, sekolah singkat, dengan iming-iming cepat kerja dan lain sebagainya. Maka yang terjadi Ditengah tengah cara pandang global seperti ini maka penulis mengajukan perlunya penerapan manajemen stratejik dalam pencarian strategi laut biru (blue ocean strategy). Menurut W. Chan Kim & Renee Mauborgne ( 2011;19-20) strategi laut biru menuntut adanya penjelajahan pada ruang pasar yang belum dijelajah. Disinilah diperlukan analisis stategi guna mendapatkan peluang tanpa tanding, tanpa lawan dan tanpa berdarah darah. Strategi alternatif ini sangat positif guna memperkecil tingkat risiko dan biaya akibat dari kompetisi yang berdarahdarah. Adanya persamaan dalam usaha sekolah tidak harus disikapi dengan cara berkompetisi terbuka. Sebaliknya antar sekolah dapat menciptakan kelebihan atau kekhasan sehingga antar sekolah tidak saling berhadap-hadapan. Munculnya ruang globalisasi pada dasarnya justru harus disikapi dengan strategi laut biru sehingga semuanya tidak saling tersandra dalam situasi yang panas, chaos akibat dari kompleksitas permasalahan. Selain itu strategi laut biru akan mengantarkan sekolah pada situasi kerja yang nyaman dan kondusif bagi yang terlibat dalam organisasi didalamnya. Disinilah pentingnya landasan nilai-nilai religious, humanis, dan kearifan local dalam pengembangan strategi laut biru. Untuk mencapai strategi laut biru pada dasarnya sekolah dapat menggunakan teknik analisis strategi Kanvas (Yellow tail). Teori ini didasarkan pada 4 langkah kerangka kerja yakni (1) Eliminate yaitu hapuskan factor apa yang harus dihapuskan 177
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
dari factor apa saja yang telah diterima sekolah/industry (2) Reduce yakni faktor apa yang harus dikurangi hingga dibawah standar industry/sekolah (3) Raise yakni faktor apa saja yang harus ditingkatkan hingga diatas standar industry (4) Create yakni faktor apa saja yang belum pernah ditawarkan industry/sekolah hingga harus diciptakan.1 Berikut ini perbandingan gambaran antara strategi laut merah dan strategi laut biru apabila diterapkan pada SMK unggulan.
Strategi Samudra Merah
Strategi Samudra Biru
SMK bersaing dalam ruang pasar yang SMK menciptakan ruang pasar yang sudah penat
belum ada pesaingnya
SMK memenangi kompetisi
SMK menjadikan kompetisi tidak relevan
SMK mengeksploitasi permintaan
SMK menciptakan dan menangkap
yang sudah ada
permintaan baru
SMK memilih antara nilai-biaya
SMK mendobrak pertukaran nilaibiaya
SMK memadukan keseluruhan system SMK memadukan keseluruhan system kegiatan perusahaan dengan pilihan
kegiatan perusahaan dalam mengejar
strategis antara diferensiasi atau biaya
diferensiasi dan biaya rendah
rendah * Perbandingan Strategi Laut Merah Dan Biru Pada SMK
Jadi dengan demikian SMK dalam perspektif blu ocean strategy, menerapkan strategi yang berfokus pada inovasi nilai (value innovation) dengan orientasi new markets. Inovasi nilai menurut Gaspersz (2012;162) didefinisikan sebagai menciptakan suatu lompatan jauh kedepan (quantum leap) dalam nilai pelanggan atau pembeli (buyer value) sehingga persaingan menjadi tidak relevan. Implementasi strategi laut biru apabila diterapkan dalam peningkatan SMK unggulan
1
W. Chan Kim, dan Renee Mauborgne. Op.cit hlm. 38-52
178
Pengembangan Smk Unggulan Di Kebumen Dalam Perspektif Balanced Scorecard Dan Blue Ocean Strategy
SIMPULAN Menurut hemat penulis apabila teori blue ocean strategy benar-benar diterapkan pada SMK unggulan maka dapat di temukan strategi baru yang akan menjadikan sekolah tidak disibukan dengan urusan persaingan antar sekolah. Sebaliknya sekolah akan mudah mewujudkan dirinya sebagai sekolah excellence yang ditandai oleh factor distinction atau kespesifikan yang dimiliki oleh sekolah. Keunggulan yang dibangun SMK akan focus pada values core sebagai jati diri sekolah. Pola yang dilakukan adalah mendasarkan pada analisis SWOT yang difokuskan pada opportunity. BSC
SWOT
Blue Ocean Strategy
Financial
Strengths
Raise
Weaknesses
Reduce
Threats
Eliminate
Opportunities
Create
Strengths
Raise
Weaknesses
Reduce
Threats
Eliminate
Opportunities
Create
Strengths
Raise
Weaknesses
Reduce
Threats
Eliminate
Opportunities
Create
Strengths
Raise
Weaknesses
Reduce
Threats
Eliminate
Opportunities
Create
Customers
Inner business Process
Learning and growth
* Keterpaduan BSC, SWOT Dan Blue Ocean Strategy Dengan demikian faktor peluang merupakan suatu yang harus dikejar dan ditindak lanjuti melaui ciptaan strategi baru oleh SMK unggulan. Dengan
179
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
mendasarkan pada empat perspektif harus diciptakan (create) strategi apa yang bisa diciptakan berdasarkan kajian peluang (opportunities). Rumusan strategi dituangkan dalam visi, misi, tujuan dan strategi. Sedangkan aspek aspek yang menjadi ancaman (threats) SMK itu harus dihilangkan (eliminate), factor kelemahan (weaknesses) SMK itu harus di kurangi (reduce), sedangkan factor peluang (opportunities). Untuk itu perumusan visi, misi, tujuan dan strategi pada SMK unggulan itu harus didasarkan pada jawaban terhadap factor kesempatan yang dapat diraih (challenge) yang dimiliki SMK [ ]
180
Pengembangan Smk Unggulan Di Kebumen Dalam Perspektif Balanced Scorecard Dan Blue Ocean Strategy
DAFTAR RUJUKAN
Akdon, Strategic Management For Educational Management. Bandung: Alfabeta, 2009 Alwasilah, A. Chaedar, Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya, 2011 Anatan, Lina, Service Excellence Competing Through Competitiveness. Bandung: Alfabeta, 2008 Firdausi, Arif dan Barnawi, Profil Guru SMK Profesional. Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2012 Gaspersz, Vincent, Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006 Gaspersz, Vincent, All-in-one Strategic Management. Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2012 Green Frank, The Head Teacher in The 21 st Century.Person Education Limited, 2000 Hadis, Abdul dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010 Hanafiah, Nanang, Kumpulan Materi Kuliah Manajemen Sistem Pembelajaran. Bandung: UNINUS, 2009 Kaplan, R.S and Norton, D.P, Using The Balanced Scorecard as a Strategic Management System, Harvard Business Environment Boston, Harvard Business School, 2006 Kerlinger, Fred N, Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta; Gajah Mada Universitas Press, 2000 Kim, W. Chan dan Renee Mauborgne, Blue Ocean Strategy. Jakarta: Serambi, 2011
181
An-Nidzam Volume I, Nomor 2, Mei-Agustus 2014
Rangkuti, Freddy, SWOT Balanced Scorecars. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011 Rusman, Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008 Sagala, Syaiful, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011 Suderadjat, Hari, Pendidikan Akhlak Mulia. Bandung: Sekar Gambir Asri, 2011 Sudjana S, D, Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Prodution, 2010 Tilaar, H. A. R dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 Tilaar, H.A.R., Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008 Usa, Muslih dan Aden Wijdan Sz. Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial. Yogyakarta: Aditya Media, 1997 Wheelen, Thomas L. & Hunger, David J, Strategic Management. Yogyakarta:Andi, 2003
182