ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Pengembangan Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner Dengan Menggunakan Metode AHP Dan SAW Studi Kasus : Kecamatan Buleleng Made Astradanta1, I Made Agus Wirawan 2 , I Ketut Resika Arthana 3, Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali E-mail:
[email protected] 1,
[email protected],
[email protected] 3
Abstrak— Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner dengan Metode AHP dan SAW adalah sebuah sistem yang dikembangkan untuk membantu konsumen atau calon pelanggan rumah makan dalam menentukan rumah makan yang sesuai dengan kriterianya. Sistem ini dikembangkan dalam dua buah aplikasi yakni aplikasi android dan aplikasi website. Aplikasi android dari sistem ini diperuntukan bagi pengguna atau pelanggan, sedangkan aplikasi website diperuntukan bagi pengelola rumah makan dan administrator sistem. Sistem Penunjang Keputusan ini dirancang dan dikembangkan sesuai tahap pada Metode SDLC dengan model waterfall. Sistem Penunjang Keputusan ini diimplementasi kedalam dua aplikasi yakni aplikasi website dan aplikasi android. Aplikasi website dikembangkan dengan menggunakan PHP Storm dengan Bahasa pemrograman PHP, HTML dan Javascrpit. Aplikasi Android dikembangkan dengan menggunakan android studi dengan bahasa pemrograman java dan xml. Hasil pengujian dari Sistem penunjang keputusan pemilihan tempat kuliner dengan menggunakan metode AHP dan SAW menunjukan, Aplikasi tersebut layak digunakan. Hasil tersebut peneliti dapat melalui serangkain uji yakni uji blackbox, uji ahli media, uji usability dan uji akurasi. Tingkat akurasi dari sistem ini sebesar 82% dengan tingkat kesalahan sebanyak 18%. Tingkat akurasi tersebut didapat dengan menggunakan metode manhattan distance. Abstract — Site Selection Decision Support System Culinary Method of AHP and SAW is a
system developed to help customers or potential customers in determining the eating house eating house in accordance with the criteria. This system was developed in two applications namely android app and website applications . Android application of this system is intended for users or customers , while applications intended for the website manager of the restaurant and the system administrator system is implemented into 2 applications; website and android application. Website application is developed by using PHP storm with PHP, HTML and Javascript programming language. Meanwhile, the android application is developed by using android studio with Java and XML programming language. The test conducted toward this system shows that the application is useful. To get into this result, researcher has passed through some tests, such as black box test, media expert test and usability and accuracy test. The accuracy of the system is 82% with 18% error rate. This level of accuracy is obtained by using Manhattan distance method. Keywords: Kuliner, AHP, SAW, Manhattan Distance I.
PENDAHULUAN
Makan minum merupakan produk yang memiliki nilai penting dalam industri pariwisata. Bisnis makanan saat ini telah memberi kontribusi sekitar 19,33% dari total penghasilan industri pariwisata khususnya yang berasal dari wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Tren wisatawan sekarang adalah datang ke suatu daerah
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2,Tahun 2016
wisata untuk mencari atau berburu makanan khas daerah tersebut Perubahan gaya hidup masyarakat juga telah terjadi, mereka makan tidak hanya untuk mengenyangkan perut saja, tetapi juga mencari suasana dan pelayanan sebagai bagian dari sajian makanan yang dipesan. Banyak restoran dan tempat makan baru didirikan dengan kualifikasi dan ciri khas masing-masing. Beragam sajian ditawarkan mulai dari makanan khas daerah yang sifatnya tradisional sampai makananmakanan cepat saji yang bersifat modern. Hal itu menyebabkan terjadinya persaingan yang begitu ketat untuk dapat menarik konsumen atau pelanggan, sehingga berbagai strategi harus diterapkan. Wisatawan lokal atau asing dalam menikmati kuliner asli daerah. Kecamatan Buleleng merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Provinsi Bali tepatnya di Kabupaten Buleleng. Seperti halnya tempat-tempat lain di Bali, Kecamatan Buleleng memiliki potensi wisata yang dapat menarik minat pengunjung. Selain potensi wisata, Kecamatan Buleleng juga memiliki kota pendidikan yakni Singaraja, yang membuat daerah ini setiap tahunnya mendapatkan banyak pendatang. Potensi wisata dan banyaknya pendatang tiap tahunya menyebabkan daerah ini menjadi daerah yang bagus bagi pengembangan wisata kuliner. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2014 jumlah restoran dan rumah makan yang ada di Kecamatan Buleleng sebanyak 77 tempat. Banyaknya tempat kuliner di Buleleng membuat masyarakat membutuhkan informasi yang tepat mengenai tempat kuliner tersebut. Berdasarkan wawancara awal, warga Singaraja yang ingin mencari lokasi kuliner yang sesuai dengan selera tidaklah mudah. Terlebih lagi bagi para pendatang yang belum mengetahui kondisi Singaraja. Informasi tentang suatu tempat kuliner didapatkan oleh wisatawan maupun warga Singaraja melalui mulut ke mulut dan teknologi informasi seperti internet. Selama ini pencarian menggunakan internet hanya berfokus pada kata kunci yang diberikan. Hal ini terkadang menyebabkan hasil pencarian tidak sesuai dengan yang diinginkan. Masih sedikitnya tempat kuliner yang terdata pada situs pencarian menyebabkan informasi yang diterima wisatawan maupun warga terbatas. Situs pencarian seperti google, yahoo, bing dan lainnya memberikan informasi tempat kuliner yang terdata, yang pada umumnya merupakan restoran besar atau rumah makan yang terkenal.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan adanya sistem pendukung keputusan penentuan lokasi kuliner di Singaraja. Menurut Efraim Turban Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan komunikasi untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat [1] (Efraim Turban, 2001). Dalam sistem pendukung keputusan terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah AHP. AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah Multifaktor atau Multi-kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki. Dengan hierarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Kelebihan dari metode AHP adalah mampu untuk mengolah data yang bersifat kualitatif dan memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. Kelemahan AHP adalah membutuhkan waktu yang lama dalam proses perhitungan apabila hierarki permasalahan memiliki sub-hierarki yang banyak (alternatif dan atau kriteria) [2], hal ini akan sangat berpengaruh pada penelitian yang akan dikembangkan karena menggunakan banyak alternatif solusi. SAW merupakan salah satu metode dalam SPK yang dapat menangani data cost dan benefit secara bersamaan. Menurut Fishburn metode SAW (Simple Additive Weighting) merupakan metode yang digunakan mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut [3]. Kelebihan dari metode SAW adalah simpel dan mudah dalam perhitungannya. Kekurangan dari metode SAW adalah pada proses normalisasi metode SAW akan menghasilkan nilai perkiraan yang tidak selalu mencerminkan nilai sebenarnya[4]. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2,Tahun 2016
dengan judul “Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner dengan Metode AHP dan SAW Studi Kasus: Kecamatan Buleleng”. Pengembangan aplikasi ini diharapkan mampu menjadi solusi media informasi yang dapat digunakan masyarakat dalam memilih tempat kuliner sesuai dengan selera mereka. Aplikasi ini akan berjalan pada mobile device. Fitur yang akan disediakan dalam aplikasi antara lain informasi tempat kuliner di Kecamatan Buleleng, Maps dan rute ke tempat kuliner yang dipilih, rating penilaian pengunjung, komentar pengguna dan upload data tempat kuliner. II.
KAJIAN PUSTAKA
A. KULINER Kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan. Masakan tersebut berupa lauk pauk, makanan (penganan), dan minuman. Karena setiap daerah memiliki cita rasa tersendiri, maka tak heran jika setiap daerah memiliki tradisi kuliner yang berbeda – beda. Kuliner merupakan sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan. Karena setiap orang memerlukan makanan yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang sederhana hingga makanan yang berkelas tinggi dan mewah. a) Kuliner di Kecamatan Buleleng Jumlah Restoran di kabupaten Buleleng berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten sebanyak 143 restoran dengan persebaran jumlah yang berbeda tiap kecamatan. Kecamatan Buleleng merupakan kecamatan dengan jumlah restoran paling banyak yakni 77 restoran yang terdata. Jumlah kursi atau kapasitas yang tersedia sebanyak 2238 kursi. Banyaknya restoran di kecamatan Buleleng berbanding lurus dengan banyaknya variasi menu yang ditawarkan mulai dari masakan tradisional sampai internasional. Menurut Gede Parma terdapat beragam restoran yang menyajikan masakan internasional di Buleleng, namun tidak sedikit wisatawan yang memilih untuk mengonsumsi masakan lokal sebagai masakan favorit. Menu sate ikan, ikan bakar dan olahan ikan lainnya dapat ditemukan di sebagian rumah makan atau restoran di Singaraja, mengingat Buleleng merupakan kabupaten yang memiliki garis pantai terpanjang di Bali B. Sistem Pendukung Keputusan . Konsep Sistem Pendukung Keputusan pertama kali dikemukakan oleh Michael S.Scott
Morton pada tahun 1970 dengan istilah Management Decision System[5]. Konsep tersebut ditandai dengan dibuatnya sebuah sistem komputer yang interaktif dalam mengumpulkan data dan menggunakan model untuk mendukung keputusan penyelesaian masalah-masalah yang tidak terstruktur. Secara umum SPK dapat diartikan sebagai sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semi terstruktur. SPK dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. Sulpan Henry Siregar menyatakan SPK ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma . Beberapa definisi lain dari para ahli tentang SPK antara lain menurut Mat dan Watson SPK merupakan suatu sistem interaktif yang membantu pengambilan keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk memecahkan masalah-masalah yang sifatnya semi terstruktur dan tidak terstruktur. Sedangkan menurut Alter SPK adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tidak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. C. Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Simple Additive Weighting (SAW). 1. AHP Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode pendukung pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L., Saaty pada tahun 1980. AHP merupakan alat pengambil keputusan yang menguraikan suatu permasalahan kompleks dalam struktur hierarki dengan banyak tingkatan yang terdiri dari tujuan, kriteria, dan alternatif. Hierarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur Multilevel dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, subkriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif[6]. Dengan hierarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompokkelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2,Tahun 2016
bentuk hierarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Dalam menggunakan metode AHP terdapat beberapa langkah atau tahap yang harus dilakukan. Adapun tahapan-tahapan itu adalah: a) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detil dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. b) Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hierarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbedabeda. Hierarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan) c) Membuat matriks perbandingan berpasangan Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hierarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1, E2, E3, E4, E5.
Gambar 1 Matriks perbandingan berpasangan
d)
Mendefinisi kan perbandingan berpasangan
Mendefinisikan perbandingan berpasangan dilakukan agar diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. e) Menghitung nilai eigen matriks Untuk mendapatkan nilai eigen ada dua cara yang dapat digunakan yakni : 1. menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata[5]. 2. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasazgan, hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks. f) Ulangi langkah c,d dan e untuk semua tingkat hierarki. g) Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hierarki terendah sampai mencapai tujuan. h). Memeriksa konsistensi hierarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat indeks konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %. Berikut adalah cara menghitung rasio konsistensi. Menghitung konsistensi indeks (CI) dengan rumus. CI=((λ max-n))⁄n λ max adalah jumlah hasil kali perkalian jumlah kolom dengan eigen faktor utama dan n adalah jumlah kriteria. Menghitung rasio konsistensi CR CR=CI⁄IR Persamaan 3 Konsistensi Rasio Dengan IR adalah nilai random indeks sesuai dengan ordo matriks Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki, namun jika rasio konsistensi CI⁄IR kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar 2.
SAW Metode SAW (Simple Additive Weighting) adalah sebuah metode yang sering juga dikenal
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2,Tahun 2016
istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut yang membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada (Limbong, 2013). Metode SAW ini merupakan metode yang paling dikenal dan paling banyak digunakan orang dalam menghadapi situasi MADM (Multiple Attribute Decision Making), dimana metode ini mengharuskan pembuat keputusan menentukan bobot bagi setiap atribut. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif dari semua atribut (Fishburn, 1967). Menurut Kusumadewi metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada Diberikan persamaan sebagai berikut : rij= Xij/(Max Xij) Jika j atribut keuntungan (benefit) rij= (Min Xij)/Xij Jika j atribut biaya (cost) Dimana rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut Cj ; i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n. Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai berikut: Vi= ∑_(j=1)^n▒wjrij Persamaan 6 Nilai preferensi akhir. Keterangan: Vi = nilai preferensi wj = bobot rangking rij = rating kinerja ternormalisasi Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih (Kusumadewi, Hartati, Harjoko, & Wardoyo, 2006). Langkah-langkah dari metode SAW adalah: a) Menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu C. b) Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria. c) Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria (C), kemudian melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut (atribut keuntungan ataupun atribut biaya) sehingga diperoleh matriks ternormalisasi R.
Hasil akhir diperoleh dari proses perangkingan yaitu penjumlahan dari perkalian matriks ternormalisasi R dengan vektor bobot sehingga diperoleh nilai terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik (A) sebagai solusi. D. Website Website merupakan komponen atau kumpulan komponen yang terdiri dari teks, gambar, suara animasi sehingga lebih merupakan media informasi yang menarik untuk dikunjungi. Website adalah halaman informasi yang disediakan melalui jalur internet sehingga bisa diakses di seluruh dunia selama terkoneksi dengan jaringan internet. Secara garis besar, website bisa digolongkan menjadi 2 bagian yaitu website statis dan website dinamis. Web Programming merupakan bahasa program yang digunakan untuk membuat sebuah website. Di bawah ini merupukan contoh bahasa pemograman yang digunakan dalam membuat sebuah website, yaitu HTML, PHP, XML, JS dan CSS. E. Android Android adalah sistem operasi berbasis Linux untuk telepon selular seperti telepon pintar dan computer tablet. Android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikasi mereka sendiri untuk digunakan oleh bermacam piranti penggerak. Memilih smartphone Android sama halnya memilih sebuah komputer. Selain tampilan yang menarik, pastinya performa dari smartphone itu menjadi pertimbangan. Handphone dengan sistem operasi Android banyak digemari oleh masyarakat saat ini. Android merupakan sistem operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis kodenya di bawah Lisensi Apache. Kode dengan sumber terbuka dan lisensi perizinan pada Android memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi secara bebas dan didistribusikan oleh para pembuat perangkat, operator nirkabel, dan pengembang aplikasi. Selain itu, Android memiliki sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi (apps) yang memperluas fungsionalitas perangkat, umumnya ditulis dalam versi kustomisasi bahasa pemrograman Java. Hal tersebut menjadikan Android sebagai sistem operasi telepon pintar (smart phone) yang paling banyak digunakan di dunia. Terdapat beberapa versi dari sistem operasi Android dari awal perkembangannya hingga sekarang, yaitu dimulai dari Android versi 1.1
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2,Tahun 2016
yang merupakan versi pertama dan dirilis pada tahun 2009, Android versi 1.5 (Cupcake), Android versi 1.6 (Donut), Android versi 2.0/2.1 (Eclair), Android versi 2.2 (Froyo), Android versi 2.3 (Gingerbread), Android versi 3.0/3.1 (Honeycomb), Android versi 4.0 (Ice Cream Sandwich), Android versi 4.1 (Jelly Bean), Android versi 4.4 (KitKat) dan versi terbaru hingga saat ini yaitu Android versi 5.0 (Lollipop) yang dirilis pada Oktober, 2014. Dalam pengembangan sistem ini, akan dikembangkan sebuah aplikasi yang digunakan untuk menambah dan mengubah data koleksi museum. Aplikasi ini nantinya akan mampu bekerja pada Android versi 2.2 (Froyo) hingga Android versi 5.0 (Lollipop). Menurut statistik distribusi versi Android per tanggal 2 Februari 2015 yang dilansir oleh 9to5google.com penggunaan Android versi 2.3 (Gingerbeard) sebesar 7,4% dan penggunaan Android versi 2.2 (Froyo) hanya sebesar 0,4%. Karena sedikitnya persentase pemakai Android Froyo, maka pengembangan sistem ini menggunakan Android versi 2.3 (Gingerbeard) sebagai versi minimum yang akan digunakan oleh aplikasi.. III.
METODOLOGI
A. Analisis Masalah dan Solusi Aplikasi sistem penunjang keputusan pemilihan tempat kuliner di Singaraja ini dikembangkan dengan menggunakan metode SDLC (System Development Life Cycle). SDLC merupakan ). Model yang digunakan dalam membangun Aplikasi ini adalah Model Waterfall. Model Waterfall ini merupakan model yang di kembangkan oleh Winston Royce pada tahun 1970-an. Model waterfall merupakan model klasik yang sederhana dengan aliran sistem yang linier, masukan pada suatu tahapan merupakan keluaran dari tahapan sebelumnya. Metode Waterfall adalah suatu proses pengembangan perangkat lunak berurutan, di mana kemajuan dipandang sebagai terus mengalir ke bawah (seperti air terjun) melewati fase-fase perencanaan, pemodelan, implementasi (konstruksi), dan pengujian. Terdapat beberapa tahapan dalam pengembangan sistem menggunakan metode waterfall, antara lain requirments definition, System design, Implementation, Integration and testing, Maintenance. Berdasarkan analisis yang penulis lakukan, ditemukan permasalahan dalam pemilihan tempat kuliner yang sesuai di Kecamatan Buleleng.
Banyaknya tempat kuliner di Buleleng membuat masyarakat kesulitan memilih tempat kuliner yang sesuai dengan selera mereka. Terlebih lagi bagi para pendatang yang belum mengetahui kondisi Singaraja. Pemanfaatan teknologi seperti search engine teknologi informasi lain untuk mengatasi permasalahan ini dirasa masih belum maksimal. Hal tersebut dikarenakan pencarian yang dilakukan hanya berfokus pada kata kunci yang menyebabkan informasi yang didapat sering tidak sesuai dengan yang diharapkan. Solusi yang penulis usulkan berdasarkan permasalahan diatas adalah dengan mengembangkan sebuah Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dapat menyediakan alternatif tempat kuliner yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. SPK tersebut nantinya akan dikembangkan dengan mengombinasikan dua buah metode pengambilan keputusan yakni Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Simple Additive Weighting (SAW). Implementasi dari SPK tersebut akan di buat pada mobile device dengan menggunakan web service. SPK Kuliner ini merupakan sebuah sistem yang dapat memberikan rekomendasi tempat kuliner yang sesuai dengan pengguna berdasarkan kriteria dan perbandingan tingkat kepentingan pengguna. Fitur yang akan disediakan dalam sistem antara lain informasi tempat kuliner di Kecamatan Buleleng, Maps dan rute ke tempat kuliner yang dipilih, rating penilaian pengunjung, komentar pengguna dan upload data tempat kuliner. a.
Requirements Analysis and Definition Requirements Analysis and Definition merupakan tahapan pengumpulan informasiinformasi yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dan solusi yang ditawarkan. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, angket maupun studi literatur terkait. Pada penelitian ini, informasi yang didapat kemudian dianalisis untuk mendapatkan batasan masalah yang memperhatikan ketersediaan waktu, kemampuan peneliti dan hal-hal lain yang dibutuhkan dalam pengembangan aplikasi SPK sebagai solusi yang ditawarkan dalam penelitian. 1. Kriteria dan Alternatif Kriteria merupakan acuan yang digunakan dalam menentukan suatu keputusan dalam sebuah SPK. Pada penelitian ini, kriteria yang digunakan didapat dari hasil studi pustaka beberapa
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2,Tahun 2016
penelitian yang sejenis. Adapun penelitian tersebut dilakukan oleh Hamdani 2010, Raina Stefani Budi 2012 dan lainnya. Berdasarkan hasil analisis dari beberapa sumber kajian tersebut maka penulis menetapkan kriteria yang digunakan dalam penelitian ini antara lain harga, jarak, suasana, fasilitas, jumlah varian makanan, kebersihan, pelayanan dan rasa. Selain dari kriteria yang telah di sebutkan peneliti juga menggunakan faktor halal dan waktu kunjungan sebagai faktor pendukung yang dapat digunakan pengguna dalam memilih solusi. 2. Contoh Perhitungan Manual dengan Metode AHP dan SAW Seorang konsumen berencana untuk makan di salah satu dari tiga restoran di Singaraja yang direkomendasikan untuknya. Konsumen tersebut tidak mengetahui restoran mana yang benar-benar sesuai dengan seleranya. Berikut solusi yang dapat ditawarkan dengan menggunakan metode AHP dan SAW. Diketahui data dari alternatif yang ditawarkan sebagai berikut:
Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari nilai bobot per kriteria dengan menggunakan metode AHP. Data perbandingan kepentingan yang sudah disusun kedalam matriks perbandingan berpasangan.
Setelah menyusun nilai perbandingan kepentingan kriteria, tahapan selanjutnya adalah mencari nilai eigen matriks dengan cara kuadratkan matriks.
Selanjutnya adalah menghitung nilai konsistensi indeks dan consistesi ratio dari matriks berpasangan dengan rumus CI=((λ max-n))⁄n λ max〖= 〗 8.085 CI=((8.085-8))⁄8 CI=0.01067 IR=1.41 CR=CI⁄IR CR= 0.00757 Karena 0.00757 lebih kecil dari 0.1 maka perbandingan kepentingan dapat dikatakan konsisten. Selanjutnya menggunakan metode SAW untuk tahap perangkingan. Membuat matriks keputusan dari data yang ada.
Normalisasi matriks keputusan yang sudah dibentuk dengan rumus persamaan 4 apabila atribut bersifat benefit dan persamaan 5 apabila atribut bersifat cost.
Hasil akhir dapat diperoleh dengan mengalikan matriks normalisasi SAW dengan bobot hasil dari metode AHP.
Hasil akhirnya sebagai berikut:
3.
Lakukan iterasi pada tahapan ini sehingga selisih dari satu iterasi dan iterasi sebelumnya sangat kecil. Pada kasus ini iterasi dilakukan sampai tiga kali. Selisih yang didapat sudah sangat kecil yakni kurang dari
Kebutuhan Fungsional Berdasarkan analisis yang dilakukan terdapat beberapa prosedur dan proses yang harus terdapat pada sistem. Adapun proses dan prosedur tersebut adalah: • User dapat melihat data restoran beserta data rincinya yang meliputi data umum peta dan penunjuk arah dari akses pengguna.
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2,Tahun 2016
• • • • • • • • • • • • • •
User dapat memberikan komentar pada setiap data restoran yang ada pada sistem. User dapat memberikan penilaian terhadap restoran tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. User dapat mengusulkan restoran untuk data pada sistem User dapat memberikan rating pada data restoran yang ditampilkan User dapat mengubah informasi akun miliknya. Admin dapat memanipulasi data restoran, meliputi menambah, mengubah, menghapus dan melihat. Admin dapat mengelola data komentar meliputi, menambah dan menghapus komentar. Admin dapat mengelola data rating meliputi menambah dan mengurangi data. Admin dapat memanipulasi data penilaian alternatif. Admin dapat mengubah username dan password untuk admin. Admin dapat mengelola data pengguna dan pengelola. Admin dapat mengelola data saran restoran. Pengelola dapat mengelola data Restoran yang ia kelola. Pengelola dapat mengubah informasi akunnya.
Gambar 2 Arsitektur sistem
2.
Use Case Diagram Use Case Diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Menggambarkan kebutuhan sistem dari sudut pandang pengguna (user), memfokuskan pada proses komputerisasi (automated process). Berikut adalah use case diagram dari sistem pendukung keputusan pemilihan tempat kuliner di Singaraja.
B. System and Software Design 1. Arsitektur system. Sistem Pendukung Keputusan ini dapat digunakan oleh tiga jenis pengguna yakni Admin, Pengelola dan User. Admin merupakan jenis pengguna yang bertugas mengelola data-data penting yang dapat mempengaruhi kinerja sistem. Pengelola adalah pengguna yang memiliki akses untuk mengelola data rumah makan tertentu pada aplikasi, pengelola merupakan pemilik ataupun orang yang mengelola suatu Rumah Makan. User adalah pengguna yang memiliki akses untuk menggunakan semua fitur yang disediakan sistem. Kedua jenis pengguna tersebut dihubungkan dengan internet ke database untuk dapat mengakses dan mengelola data yang ada pada sistem. Gambar 3 Usecase diagram
3.
RAT (Rancangan Antar Tabel) Merupakan hubungan yang yang terjadi pada suatu tabel dengan tabel lainnya, yang berfungsi untuk mengatur operasi suatu database. Relasi antar tabel dari Sistem Penunjang Keputusan
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2,Tahun 2016
Pemilihan Tempat Kuliner di Singaraja ini dapat dilihat sebagai berikut.
a.
Gambar 4 Rancangan antar tabel
IV.
Aplikasi website
Gambar 5 Login website
PEMBAHASAN
A. Implementasi Perangkat Lunak 1) Lunak
Lingkungan
Implementasi
Perangkat
Lingkungan pengembangan perangkat lunak Pengembangan Aplikasi Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner Dengan Metode AHP Dan SAW menggunakan beberapa perangkat lunak dan perangkat keras. Adapun spesifikasi perangkat lunak yang digunakan, yaitu: (1) Sistem Operasi Microsoft Windows 7 (2) Android SDK (3) Android JDK (4) Android Studio (5)Adobe Photoshop CS6 (7) XAMPP Adapun spesifikasi perangkat keras yang digunakan, yaitu: (1) Laptop dengan spesifikasi, yaitu: (a) Monitor 14 inchi dengan resolusi 1366 x 768 (b) Memori 4 GB RAM dan harddisk 500 GB (c) Processor Intel®Core™ i5-2410 @2,3 GHz. (2) Perangkat Android dengan spesifikasi, yaitu: (a) Android 4.4 (kitkat) (b) Layar 4.5 inchi dengan resolusi 720 x 1280 pixels (c) RAM 768 MB (d) Processor Quad-core 1.2 GHz (e) GPU Andreno 306 (f) Camera 13MP, 4096 x 3072 pixels. 2) Batasan Implementasi Perangkat Lunak Adapun batasan implementasi Pengembangan Aplikasi E-Museum Berbasis Android dengan Menggunakan Jaringan Semantikdibatasi oleh hal berikut, yaitu: (1) Spesifikasi perangkat minimal yang diperlukan untuk menjalankan aplikasi android, yaitu : ARMWv7 processor,GPU Renderer: VideoCore IV HW vOpen GL ES2.0, RAM 512 MB , OS Android versi 4.1 (Jely bean), Ukuran Layar 3 inchi dengan resolusi layar 320 x 700 3) Implementasi Layar Antarmuka Perangkat Lunak
Gambar 6 Beranda Admin
Gambar 7 Detail data restoran
b.
Aplikasi Android
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2,Tahun 2016
Gambar 8 Spalsh loading aplikasi
Gambar 8 detail data restoran
aplikasi website dan aplikasi android. (2) Uji Ahli Media, untuk menguji kelayakan website dan aplikasi android dari segi fungsionalitas fitur dan desain. (3) .Uji Usability dan Akurasi Aplikasi Menguji respon pengguna dan tingkat akurasi dari rekomendasi saran yang di sarankan sistem. 2) Perancangan Kasus Uji Pengujian Perangkat Lunak Pada tahap ini dideskripsikan secara mendetail bentuk-bentuk uji kasus yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan pengujian dan tata ancang pengujian yang telah ditetapkan. Uji kasus yang dibuat selengkap mungkin agar hasil pengujian lebih valid. 3) Pelaksanaan Pengujian Perangkat Lunak Pengujian dilakukan sesuai dengan tata ancang dan teknik pengujian perangkat lunak dengan menggunakan angket yang telah dirancang. 4) Evaluasi Hasil Pengujian Perangkat Lunak Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa, Pengembangan Aplikasi Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner dengan Metode AHP dan SAW dapat berjalan dengan baik pada perangkat dengan minimal OS Jelly Bean dan seluruh proses dapat berjalan dengan baik. Dan berdasarkan hasil analisa rata-rata Interpretasi Skor Perhitungan (ISP) hasil respon pengguna Museum Bali secara umum, dapat disimpulkan bahwa Pengembangan Sistem penunjang Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner dengan Metode AHP dan SAW sangat sesuai untuk digunakan di Museum untuk refrensi dalam menetukan tempat kuliner yang paling sesuai dengan pengguna dengan jumlah Interpretasi Skor Perhitungan (ISP) sebesar 83.81% dan nilai uji akurasi sebesar 82.00%. V.
Gambar 9 Hasil rekomendasi tempat kuliner
B. Pengujian Perangkat Lunak 1)
Tujuan Pengujian Perangkat Lunak Tujuan pengujian pengembangan aplikasi Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner dengan Metode AHP dan SAW, yaitu: (1) Uji Black Box, untuk menguji kebenaran proses
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis, implementasi dan pengujian pada Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Tempat kuliner dengan menggunakan Metode AHP dan SAW, dapat ditarik kesimpulan sebag ai berikut. (1) 1. Sistem Penunjang Keputusasan Pemilihan Tempat Kuliner dengan Menggunakan Metode AHP dan SAW memudahkan pengguna dalam menentukan restoran mana yang sesuai dengannya berdasar kriteria yang diinputkan. Sistem ini dirancang dengan menggunakan use-case diagram dan activity diagram. Pengimplementasian Sistem
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2,Tahun 2016
Penunjang Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner dengan Menggunakan Metode AHP dan SAW menggunakan Php Storm untuk aplikasi website dengan Bahasa pemrograman PHP, HTML dan Javascript. Aplikasi Android dikembangkan dengan menggunakan Android Studio dengan Bahasa pemrograman Java dan XML. (2) 2. Pengujian Sistem penunjang keputusan Pemilihan tempat kuliner dengan menggunakan Metode AHP dan SAW dilakukan dengan 3 tahap yakni uji blackbox, uji ahli media, uji Usability dan akurasi. Uji blackbox dilakukan untuk mengetahui tingkat kesuaian implementasi dengan kebutuhan dan rancangan yang telah dibuat. Hasil dari uji blacbox tersebut adalah, implementasi dari aplikasi sudah sesuai dengan rancangan dan kebutuhan yang telah disusun. Uji ahli media ditujukan untuk menguji kelayakan dari aplikasi secara desain, arsitektur dan performa. Hasil pengujian uji ahli media pada aplikasi menghasilkan, Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner dengan Metode AHP dan SAW layak untuk digunakan. Uji usability, dari uji usability didapat bahwa respond pengguna secara umum myetakan Sistem ini sesuai dan tepat digunakan sebagai referensi dalam menentukan tempat kuliner yang sesuai dengann nilai ISP sebesar 83,81%. Pengukuran tingkat akurasi sistem dengan menggunakan metode manhattan distance menghasilkan, Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner dengan Metode AHP dan SAW memiliki tingkat akurasi sebesar 82% dengan 18 % tingkat kesalahan. Saran untuk pengembangan Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner dengan Menggunakan Metode AHP dan SAW selanjutnya adalah agar ditambahkan hal-hal seperti berikut. (1) Aplikasi website tidak hanya berhungsi untuk memanajemen data tetapi juga dapat digunakan dengan fungsionalitas yang sama dengan aplikasi android. (2) Aplikasi android dari sistem informasi ini dikembangkan untuk multiflatform. REFERENSI [1] Afnarius, S., Ningsih, V. M., & Frihandana, D. (2014). Pembangunan Aplikasi Wisata Kuliner Sumbar Berbasis. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komputer Dan Sistem Intelijen (Kommit 2014) (Pp. 354-360). Depok: Universitas Gunadarma
[2] Ardiyanto, H. (2013). Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perumahan Menggunakan Metode Ahp Berbasis Web. Journal Of Informatics And Technology Vol. 2 No. 3, 50-58 [3] Efraim Turban, J. E. (2001). Decision Support Systems And Intelligent Systems. 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall [4] Fitriyani. (2012 ). Penerapan Ahp Sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Rumah Bersalin Contoh Kasus Kota Pangkalpinang. Jsm Stmik Mikroskil , 103-111 [5] Gunawan, A. (2014). Sistem Pendukung Keputusan Untuk Perekrutan Karyawan Dengan Menggunakan Metode Ahp (Analytical Hierarchy Process) Study Kasus Pada Pt.Valprisma Jaya Abadi [6] Fishburn, P. C. (1967). Additive Utilities With Incomplete Product Set: Application To Priorities And Assignments. Operations Research 15, 537-542