Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME DOSEN DAN INOVASI PEMBELAJARAN
Sri Redjeki Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email:
[email protected] Abstrak Perguruan Tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertugas menyiapkan generasi penerus bangsa memiliki tanggungjawab mencetak kader-kader profesional yang dapat melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa. Salah satu komponen penting dari Perguruan Tinggi adalah dosen, yang merupakan ujung tombak keberhasilan dari pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karenanya, dosen diharapkan senatiasa meningkatkan kualitas dirinya sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Profesionalitas dosen sangat diperlukan, karena tugas-tugas yang diselesaikan secara profesional akan dapat meningkatkan kualitas Perguruan Tinggi tersebut. Pengembangan profesionalisme dosen dapat dilaksanakan melalui kegiatan pelatiha-pelatihan, workshop, seminar dan pertemuan-pertemuan ilmiah lainnya. Dosen juga dituntut untuk inovatif, selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk inovasi pembelajaran. Inovasi mutlak dilaksanakan terlebih memasuki era digital yang semakin maju. Implikasinya, inovasi pembelajaran menjadi sebuah jalan untuk menunjukkan profesionalitas dosen. Diharapkan dengan pembelajaran yang inovatif dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran, yang pada gilirannya dapat menciptakan out put yang berkualitas. Kata Kunci: Profesionalisme, inovasi pembelajaran.
I. Pendahuluan Salah satu kebijakan pembangunan di bidang pendidikan nasional adalah peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu unsur yang terkait langsung dengan kualitas pendidikan di perguruan tinggi adalah dosen, sebagai salah satu pelaku yang mentransformasikan nilai-nilai budaya dan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa, sebagai ujung tombak kegiatan pembelajaran. Mengingat peran strategis kedudukan dosen, diperlukan dosen yang profesional dalam menjalankan tugasnya. Pembinaan dosen perlu terus dikembangkan baik melalui inservice training
maupun pelatihan-pelatihan di luar
kampus untuk mencapai profesionalitas tenaga pendidik. Fakta di lapangan menunjukkan masih adanya berbagai masalah yang berhubungan dengan kondisi dosen (baik yang belum maupun
yang
sudah
memperoleh
sertifikat
pendidik)
yang
belum
menunjukkan
profesionalisme kerja dalam menjalankan tugas utamanya. Metode proses pembelajaran cenderung belum efektif dan bermakna bagi mahasiswa serta belum berorientasi daya saing. Hal tersebut tercermin dalam kemampuan mengelola pembelajaran belum optimal, baik dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan dan mengevaluasi hasil pembelajaran
serta
tindak
lanjut
hasil
evaluasi
dosen.
Demikian
juga
dengan
pengembangan potensi diri yang dilakukan dosen guna meningkatkan profesionalismenya belum optimal. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dibutuhkan dosen yang profesional. Hal ini MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
92
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
sebagai tuntutan untuk membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi di forum lokal, nasional maupun internasional. Beberapa karakteristik dosen profesional antara lain: (1) memiliki panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidik, (3) memiliki kompetensi yang diperlukan, (4) memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi, (5) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang layak, (7) memiliki kesempatan mengembangkan profesional, (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam menjalankan tugas keprofesionalannya, (9) dan memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan tugas keprofesionalannya (Nani Setiawati dalam Iskandar, 2014). Adanya sertifikat pendidik merupakan bukti formal sekaligus bentuk pengakuan yang diberikan kepada dosen sebagai tenaga profesional. Secara sederhana sertifikat dapat dimaknai sebagai sebuah dokumen, surat berharga yang menyatakan status atau kedudukan seseorang. Status tersebut dikaitkan dengan standar khusus yang diperoleh melalui ujian. Apabila seorang dosen telah memiliki sertifikat pendidik, berarti dosen itu (seharusnya) layak disebut sebagai dosen profesional yang memiliki ciri-ciri pekerjaan profesionalnya. Sertifikat pendidik dipandang sebagai upaya menata dosen agar lebih profesional dalam melaksanakan tugas dan perannya, sehingga dapat mencapai hasil pendidikan dengan kualitas yang memadai dan kompetitif. Sertifikasi selain untuk meningkatkan profesionalisme dosen juga untuk peningkatan kesejahteraan dosen serta bermuara kepada peningkatan mutu pendidikan. Untuk menjaga keprofesionalannya dosen sangat diperlukan latihan dan pengembangan yang berkesinambungan, baik oleh diri sendiri, perguruan tinggi, pemerintah, organisasi profesional, maupun pihak lain yang terkait. Selalu berupaya menciptakan inovasi dalam proses pembelajaran agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Dosen sebagai "jantung" perguruan tinggi, sangat menentukan kualitas lulusan perguruan tinggi tersebut. Jika para dosennya berkualitas, maka perguruan tinggi tersebut juga akan berkualitas dan sebaliknya. Hal itu karena untuk melaksanakan program pendidikan yang baik diperlukan para dosen yang berkualitas. Dengan memiliki dosendosen yang baik dan berkualitas, perguruan tinggi dapat merumuskan program serta kurikulum termodern untuk menjamin lahirnya lulusan-lulusan yang berprestasi dan berkualitas istimewa. Atas dasar itulah, pengembangan profesionalisme dosen menjadi upaya penting dalam rangka peningkatan kualitas perguruan tinggi. Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mensyaratkan dosen perguruan tinggi minimal S2. Dalam UU itu disebutkan, para pendidik jenjang pendidikan dasar dan menengah persyaratannya adalah minimal bergelar S1. Sementara,
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
93
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
untuk mendidik di jenjang pendidikan akademis S1, maka sekurang-kurangnya bergelar strata dua (S2), sedangkan bagi program pascasarjana adalah doktor (S3) dan profesor. Dosen merupakan salah satu kebutuhan utama bagi perguruan tinggi. Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat 2, Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen sebagai mesin penggerak bagi segala hal yang terkait dengan aktivitas akademis. Pentingnya keberadaan dosen bagi sebuah perguruan tinggi dapat membuat perguruan tinggi menjadi terkenal karena kualitas dan kapasitas para dosen yang bekerja di dalamnya. Sebaik apapun program pendidikan yang dicanangkan, bila tidak didukung oleh para dosen berkualitas, maka akan berakhir pada hasil yang tidak sesuai harapan dari program pendidikan. II. Pembahasan A. Pengembangan Profesionalisme Dosen Pengembangan profesionalisme dosen dapat diartikan usaha yang luas untuk meningkatkan kompetensi, kualitas pembelajaran dan peran akademis tenaga pengajar di perguruan tinggi. Dosen sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan sikap kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekitarnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa sikap profesional terhadap: Peraturan perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, peserta didik, tempat kerja, pemimpin, dan pekerjaan (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2011). Sikap terhadap peraturan perundang-undangan, Dosen melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan dituangkan ke dalam bentuk ketentuan-ketentuan pemerintah. Dari ketentuan-ketentuan pemerintah ini selanjutnya dijabarkan kedalam program-program umum pendidikan. Setiap dosen wajib tunduk pada ketentuan-ketentuan pemerintah yang berlaku dalam rangka melaksanakan kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia. Sikap terhadap organisasi profesi, setiap dosen diharapkan selalu meningkatkan kualitas dirinya dengan aktif didalam organisasi profesi yang diikutinya. Hal ini sebagai wadah agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, juga sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan memantapkan profesinya. Usaha pengembangan kualitas profesi dapat dilakukan secara perseorangan oleh para anggotanya atau juga dapat dilakukan secara bersama. Baik dilakukan dengan cara formal (melalui pendidikan/pelatihan-pelatihan) maupun informal (mass media, buku-buku yang sesuai bidang profesinya. Sikap profesional lain yang perlu ditumbuhkembangkan adalah sikap terhadap teman sejawat, yaitu ingin bekerjasama, saling menghargai, saling pengertian dan rasa tanggung jawab. Sikap terhadap peserta didik, MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
94
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
dalam hal ini mahasiswa. Perlu diciptakan hubungan antara dosen dengan mahasiswa yang ideal, bermuara kepada tujuan pendidikan, dengan prinsip membimbing dan pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Sikap terhadap lingkungan kerja, lingkungan kerja yang baik akan meningkatkan produktivitas kerja. Sikap terhadap pemimpin, dosen dalam bekerja berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak pimpinan. Dosen bersikap positif terhadap pimpinan, bekerja sama dalam menyukseskan program-program kerja yang sudah disepakati. Sikap profesional yang lain adalah sikap terhadap pekerjaan, seseorang yang telah memilih karier tertentu biasanya akan berhasil baik apabila ia komitmen dengan pekerjaannya. Dosen dituntut dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap peserta didik, terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan (baik secara formal maupun informal), mengembangkan keterampilan, dan kualitas layanannya serta menjunjung tinggi martabat
profesinya.
Beberapa
upaya
yang
dilakukan
untuk
mengembangkan
profesinalisme dosen dapat dilakukan secara formal maupun informal. Secara formal pengembangan profesional dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, workshop, secara berkesinambungan. Atau secara informal melalui media massa seperti internet, televisi, radio, surat kabar, dsb (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2011). Pengembangan profesionalisme dosen perlu secara berkesinambungan dengan mengembangkan kompetensinya. Agustan Syamsudin (dalam Iskandar Agung, 2014) menyatakan kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan peraturan pemerintah (PP) No. 18/2007 dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Nur
Syam
mengemukakan,
pengembangan
profesi
dosen
meliputi
empat
kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogis atau kemampuan dosen mengelola pembelajaran, kompetensi kepribadian atau standar kewibawaan - kedewasaan dan
keteladanan,
kompetensi profesional atau kemampuan dosen untuk menguasai content dan metodologi pembelajaran, serta kompetensi sosial atau kemampuan dosen untuk melakukan komunikasi sosial, baik dengan mahasiswa maupun masyarakat luas. Pendapat lain menyatakan bahwa pengembangan kompetensi dosen meliputi: 1. Pengembangan Kompetensi Pedagogis Kompetensi pedagogis terkait dengan cara mengajar yang baik dan tepat, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Dosen harus memiliki keahlian di bidang keilmuannya, juga harus menguasai teori-teori dan teknik MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
95
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
pembelajaran serta aplikasinya dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan di bidang ini merupakan hal utama dalam pengembangan profesionalisme dosen. Untuk meningkatkan kemampuan pedagogis ini, dosen perlu diberikan pelatihan yang terkait dengan metode pembelajaran di perguruan tinggi. 2. Pengembangan Kompetensi Teknik Informasi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang sangat cepat menuntut para dosen untuk mengikuti dinamika. Para pakar pendidikan memandang bahwa penguasaan dosen terhadap teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap kesuksesannya dalam mengelola pembelajaran. Oleh sebab itu, dosen perlu diberikan pelatihan
penggunaan
berbagai
macam
teknologi
informasi
yang
tersedia.
Pengembangan kemampuan menggunakan teknologi informasi ini dibutuhkan dalam perencanaan pendidikan, terutama yang terkait dengan desain, implementasi, hingga evaluasi instruksional pendidikan. Dengan mengikuti pelatihan teknologi informasi dosen akan dapat mengikuti perkembangan jaman. 3. Pengembangan Kompetensi Manajemen/Administrasi Di lingkungan perguruan tinggi terdapat komunitas berbeda yang saling terkait, yaitu mahasiswa, dosen, dan karyawan. Model manajemen yang diterapkan di sebuah perguruan tinggi berdasarkan perkembangan perguruan tinggi tersebut. Manajemen di perguruan tinggi yang baru didirikan berbeda dengan manajemen di perguruan tinggi yang sudah maju. Untuk itulah dosen sebagai salah satu bagian utama dari perguruan tinggi perlu untuk terlibat langsung dalam mengelola perguruan tinggi, baik pada level pimpinan institut, fakultas, jurusan, program studi, maupun unit lain yang dibentuk untuk tujuan tertentu. Oleh karena itulah pengembangan kemampuan manajemen sangat penting bagi para dosen. Jika mereka diharapkan memberikan kontribusi signifikan dalam pengelolaan perguruan tinggi, maka kemampuan administrasi dan manajemen mereka perlu terus dikembangkan. 4. Pengembangan Kompetensi Kurikulum Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi. Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting untuk mencetak mahasiswa yang berkualitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang didalamnya memperhatikan kemampuan peserta didik serta mampu mendorong kemampuan mereka menjadi daya kreatif dan inovatif. Dosen adalah kunci pembuka pengembangan kurikulum, karena merekalah yang paling menguasai secara mendalam masing-masing disiplin keilmuan. Namun penguasaan terhadap suatu disiplin ilmu bukanlah satusatunya ukuran kesuksesan profesi seorang dosen. Mereka juga dituntut mampu MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
96
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
merumuskan kurikulum yang dapat menciptakan para sarjana berprestasi, berperilaku terhormat, serta berbudi baik. Karena itu, para dosen perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti perkembangan terbaru bidang ilmu yang digelutinya agar mereka dapat merumuskan kurikulum juga berdasarkan perkembangan terbaru. 5. Pengembangan Kompetensi Ilmiah (Penelitian dan Publikasinya) Salah satu tugas pokok perguruan tinggi adalah mengembangkan ilmu pengetahuan. Tugas tersebut direalisasikan melalui riset-riset ilmiah yang dilakukan oleh civitas akademika, terutama para dosen. Dosen dituntut terus melakukan riset-riset ilmiah secara serius dalam bidang yang digelutinya agar dapat menyumbang dan memperkaya ilmu pengetahuan. Beberapa indikator yang umumnya dipakai untuk menilai produktivitas ilmiah seorang dosen antara lain adalah jumlah dan kualitas publikasi ilmiahnya. 6.
Pengembangan Kompetensi Evaluasi Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan perguruan
tinggi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkait. Perguruan tinggi menjadikan evaluasi sebagai salah satu cara mengembangkan kualitasnya. Hal itu karena evaluasi merupakan salah satu cara terbaik untuk mengembangkan proses pembelajaran. Dengan evaluasi, akan diketahui secara objektif kelebihan dan kekurangan sebuah sistem pembelajaran sehingga program
pengembangan
dapat
dirumuskan
dengan
tepat.
Sebab
itu,
untuk
mengembangkan mutu perguruan tinggi, dibutuhkan evaluasi yang benar dan akurat terhadap dosen, kurikulum, sistem manajemen, mahasiswa, dan elemen pokok lainnya. Evaluasi hasil belajar mahasiswa dilakukan oleh dosen
untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar mahasiswa secara berkesinambungan. Dosen memiliki peran penting dalam proses evaluasi, karena merekalah yang berhak menilai dan menimbang kualitas pembelajaran yang mereka berikan di perguruan tinggi tempat mereka mengabdikan diri. Selain sebagai pihak yang mengevaluasi, dosen juga merupakan objek evaluasi. Kinerja mereka sebagai tenaga pengajar juga dinilai untuk diperbaiki atau diberi penghargaan. 7.
Pengembangan Kompetensi Personal Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi di era globalisasi
seperti sekarang ini memacu perguruan tinggi untuk lebih bekerja keras menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Perguruan tinggi harus memulai merumuskan program pengembangan, termasuk peningkatan kompetensi personal para dosennya. Kemampuan dan integritas personal dosen menjadi salah satu faktor yang menentukan optimalisasi proses pendidikan dan pengajaran di perguruan tinggi. Jika para dosen tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
97
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
perubahan metode atau teknologi pendidikan yang berubah cepat, maka yang terancam bukan hanya masa depan para lulusannya, tetapi juga eksistensi dan masa depan perguruan tinggi tersebut. Karena itu, dosen dituntut untuk terus meningkatkan kepribadiannya melalui berbagai upaya. B. Inovasi pembelajaran Perkembangan IPTEKS sekarang ini semakin bertambah maju, modern dan bergerak cepat, sebagai seorang dosen dapat memanfaatkan perkembangan tersebut dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran inovasi sangat diperlukan. Inovasi merupakan perubahan yang dimaknai sebagai hal yang baru untuk memecahkan masalah tertentu (Aris Shoimin, 2014). Inovasi pembelajaran merupakan upaya penemuan atau pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik agar lebih efektif dan efisien. Dosen yang memiliki kemauan menggali metode-metode dalam pembelajaran akan menciptakan model-model baru sehingga mahasiswa tidak akan mengalami kebosanan serta dapat menggali pengetahuan dan pengalaman secara optimal. Dosen sebagai tenaga kependidikan harus memiliki beragam kompetensi untuk menunjang profesionalitas tugas dan perannya. Salah satu pembuktian dari kompetensi seorang dosen adalah bagaimana ia mampu menciptakan proses pembelajaran efektif agar dapat mencapai target kompetensi yang hendak dicapai. Diperlukan model pembelajaran yang tidak hanya mampu menjadikan mahasiswa cerdas dalam teoritical science (teori ilmu), tetapi juga cerdas dalam practical science (praktik ilmu), oleh karenanya diperlukan strategi bagaimana proses pembelajaran dapat menjadi sarana untuk membuka pola pikir mahasiswa bahwa ilmu yang mereka pelajari memiliki makna dalam kehidupannya sehingga mampu mengubah sikap, pengetahuan dan keterampilan menjadi lebih baik. Disamping itu dengan inovasi pembelajaran akan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Inovasi
pembelajaran
adalah
pembelajaran
yang
menggunakan
ide
atau
teknik/metode yang baru untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar yang diinginkan (Aris Shoimin, 2014). Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran inovatif, terkandung makna pembaharuan. Inovasi pembelajaran muncul dari perubahan paradigma pembelajaran. Paradigma pembelajaran yang dirasakan telah mengalami perubahan antara lain: kecenderungan dosen untuk berperan lebih sebagai transmiter, sumber pengetahuan, kuliah terikat dengan jadwal yang ketat, belajar diarahkan oleh kurikulum. Paradigma pembelajaran yang merupakan hasil gagasan baru adalah : peran dosen lebih sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan, dan kawan belajar, jadwal fleksibel, terbuka sesuai kebutuhan, belajar diarahkan oleh mahasiswa sendiri, berbasis masalah, proyek, dunia nyata, tindakan nyata, dan refleksi, perancangan dan penyelidikan, komputer sebagai alat, dan presentasi media dinamis. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
98
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
Dalam proses pembelajaran, paradigma baru pembelajaran sebagai produk inovasi yang lebih menyediakan proses untuk mengembalikan hakikat mahasiswa sebagai manusia yang memiliki segenap potensi untuk mengalami proses dalam mengembangkan kemanuasiaanya. Oleh sebab itu, apapun fasilitas yang dikreasi untuk memfasilitasi mahasiswa dan siapapun fasilitator yang akan menemani mahasiswa belajar, seharusnya bertolak dan berorientasi pada apa yang menjadi tujuan belajarnya. Inovasi pembelajaran mutlak perlu dilakukan, terlebih di era digital yang semakin maju. Implikasinya, inovasi pembelajaran menjadi sebuah jalan untuk menunjukkan profesionalitas dosen. Dalam melaksanakan tugasnya, dosen dapat menggunakan berbagai strategi dan model pembelajaran sebagai hasil inovasi pembelajaran para ahli pembelajar. Beberapa strategi pembelajaran aktif di perguruan tinggi dapat disebutkan seperti Critical Incident (pengalaman penting), assessment search, active knowledge sharing, inquiring minds want to know, dll (Hisyam Zaini, dkk, 2002). Adapun model-model pembelajaran inovatif yang dapat dikemukakan antara lain adalah: active debate, bamboo dancing, contextual teaching and learning, meaningful instructional design (MID), dll (Aris Shoimin, 2014). Berikut akan diuraikan tentang model-model pembelajaran tersebut. 1. Active debat (debat aktif), model pembelajaran ini merupakan kegiatan adu pendapat atau argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan atau kelompok dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Debat aktif bisa menjadi model pembelajaran berharga yang dapat mendorong pemikiran utamanya kalau mahasiswa dapat aktif mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinan masing-masing. Model pembelajaran ini melatih mahasiswa mengutarakan pendapatnya, dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alsan-alasan yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan, mahasiswa juga diajak menghargai perbedaan pendapat. 2. Bamboo dancing, model ini bertujuan agar mahasiswa saling berbagi informasi bersamasama dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat dan teratur. Strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman, pikiran dan informasi antar mahasiswa. 3. Contextual teaching and learning, merupakan suatu proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan memotivasi mahasiswa untuk memahami makna materi yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan sehari-hari sehingga mahasiswa dapat memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari permasalahan satu ke permasalahan lain. 4. Meaningful Instructional Design (MID), model ini merupakan strategi dasar dari pembelajaran konstruktivistik. Dalam proses belajarnya mengutamakan kebermaknaan agar peserta didik mudah mengingat materi yang telah maupun baru diperolehnya.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
99
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
III. Penutup Untuk menjadi perguruan tinggi yang berkualitas, bahkan bertaraf internasional (world class university) membutuhkan kerja keras dari seluruh komponen perguruan tinggi untuk memperbaiki dan mengembangkan kualitas pembelajarannya. Salah satu program pengembangan
yang
seharusnya
mendapat
prioritas
adalah
pengembangan
profesionalisme dosen sebagai komponen utama perguruan tinggi. Pengembangan profesionalisme dosen ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karenanya peningkatan kualitas dosen perlu terus diupayakan secara berkelanjutan agar dapat mengikuti perkembangan zaman yang semakin cepat. Program pengembangan profesi dosen sebagaimana telah diuraikan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari program pengembangan perguruan tinggi secara umum, karena keberhasilan dari program tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas perguruan
tinggi
itu
sendiri.
Oleh
karena
itu,
program-program
tersebut
perlu
diimplementasikan secara teratur dan berkesinambungan agar betul-betul tercipta para dosen yang profesional dan mampu mendorong kemajuan perguruan tinggi. Pengembangan
profesionalisme
dosen termasuk
didalamnya
adalah
upaya
menciptakan inovasi dalam pembelajaran agar diperoleh hasil pembelajaran secara maksimal. Hal ini meliputi strategi pembelajaran maupun instrumen yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajarannya. Dengan strategi dan model pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas perguruan tinggi. DAFTAR PUSTAKA
Aris Shoimin, 2014, Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta: Ar Ruzz Media. A. Rusdiana, 2015, Pengelolaan Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia. Hamzah B. Uno, 2008, Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, 2002, Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga’ Iskandar Agung, 2014, Mengembangkan Profesionalitas Dosen, Jakarta: Bee Media Pustaka. Nur Syam, "Standardisasi Dosen Perguruan Tinggi", http://nursyam.sunan-ampel.ac Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2011, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta. Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2011, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
100