PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PADA KOMPETENSI AUTOCAD SISWA SMK NEGERI 1 LUBUK PAKAM Afriandi Siahaan
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) menghasilkan modul pembelajaran autocad jurusan teknik gambar bangunan siswa tingkat II SMK, (2) melihat efektifitas modul hasil pengembangan untuk pembelajaran Autocad. Metode penelitian adalah Research and Development. Pengembangan bahan ajar dilakukan dengan model Dick and Carey. Pengembangan modul mengacu pada teori Mourdel. Pengumpulan Data menggunakan angket, observasi, interview, dokumentasi, dan data hasil belajar menggunakan pretes dan postes. Analisis data observasi, angket, interview menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan analisis data hasil belajar dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif. Untuk melihat efektifitas pembelajaran dengan menggunakan modul dilakukan dengan uji t. Subjek penelitian ada 2 orang guru, 31 siswa sebagai kelas eksperimen, dan 31 siswa dengan kelas metode konvensional. Kata Kunci: Pengembangan modul pembelajaran, hasil belajar autocad Abstract This study aims to (1) produce a learning module autocad engineering drawings second level vocational students, (2) look at the effectiveness of the module learning outcomes for the development of Autocad. The research method is a Research and Development. Development of teaching materials is done with a model of Dick and Carey. Development refers to the theory Mourdel module. Data collection using questionnaires, observation, interviews, documentation, and data of learning outcomes using pretest and posttest. Analysis of observational data, questionnaires, interviews using a qualitative approach while learning outcome data analysis is done by using quantitative analysis. To see the effectiveness of learning by using modules made by t test. No study subject 2 teahers, 31 students as an experimental class, and 31 students in the class of conventional methods. Keywords: The Development of Instructional Modul, the result of learning Autocad
A. Pendahuluan Pendidikan pada dasarnya merupakan rekontruksi persiapan sumber daya manusia yang mampu mengemban penerus jalannya kehidupan di dunia ini. Seiring dengan lembaga pendidikan yang semakin banyak, perkembangan ilmu pengetahuan semakin berkembang. Usaha bangsa Indonesia untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan mengharuskan upaya giat membangun fisik dan Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 2
Desember 2014
kemampuan guna mengantisipasinya, tidak lain hal ini ditunjukkan dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan proses yang tidak akan habis selama manusia masih berada dimuka bumi ini. Pendidikan memegang fungsi yang sangat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan bangsa Indonesia. Oleh karena itu bangsa Indonesia harus membangun diri untuk bisa bersaing dalam banyak hal, titik berat yang dilakukan 85
berupa peningkatan mutu sumber daya manusia harus menjadi perioritas yang utama. Kemajuan bangsa hanya dimungkinkan oleh perluasan pendidikan bagi setiap anggota bangsa itu. Pendidikan bukan lagi diperuntukkan bagi suatu golongan elite yang sangat terbatas melainkan bagi seluruh rakyat. Sejak awal Milenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang demikian pesat, khususnya di bidang teknologi dan rekayasa. Di satu sisi era ini membawa iklim semakin terbuka untuk saling bekerja sama, saling mengisi dan saling melengkapi. Namun di sisi lain, era ini juga membawa kepada persaingan yang sangat kompetitif. Sehubungan dengan kondisi ini, banyak dunia kerja saat ini menuntut kerja siap pakai dalam artian tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik pada suatu bidang tertentu. Secara khusus tujuan kompetensi keahlian teknik gambar bangunan adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap agar kompeten: (a) melakukan pekerjaan sebagai drafter/juru gambar dalam pekerjaan perencanaan bangunan, (b) melakukan pekerjaan sebagai drafter/juru gambar dalam pekerjaan pelaksanaan bangunan, (c) melakukan pekerjaan jasa penggambaran bangunan secara mandiri/berwiraswasta di studio gambar. Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut Autocad adalah salah satu mata diklat produktif yang harus dikuasai siswa SMK Kompetensi Keahlian Teknik Bangunan, yang bergelut dengan gambargambar dan menuntut ketelitian dalam ukuran, diharapkan dengan ketelitian tersebut gambar dapat mewakili suatu objek yang akan dikerjakan. Untuk menyiapkan lulusannya menjadi tenaga produktif, adaptif, normatif SMK Negeri 1 Lubuk Pakam setelah melakukan berbagai hal antara lain: (1) melengkapi peralatan laboratorium Autocad berupa komputer Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 2
Desember 2014
dan peralatan multimedia, (2) mengirim guru praktek untuk mengikuti diklat kompetensi. Kenyataan hasil belajar Autocad siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan masih di bawah harapan. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran menggambar dengan perangkat lunak (Autocad) seperti pada tabel 1 Tabel 1 Rata-rata Nilai Raport Mata Diklat Autocad Tahun Pelajaran Nilai Rata-rata 2010/ 2011 7,1 2011/ 2012 7,2 2012/ 2013 7,1 Nilai tersebut belum mencapai standart kelulusan untuk mata diklat produktif yang ditetapkan oleh SMK Negeri 1 Lubuk Pakam, yaitu 7,5. Kenyataan seperti disebutkan di atas menunjukkan kekurang mampuan siswa memperoleh hasil belajar Autocad sesuai dengan sasaran pembelajaran yang dirumuskan guru dalam setiap pengajaran pada proses mengajar di sekolah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam di dapat hasil angket analisis kebutuhan yang disebarkan oleh guru dan siswa diperoleh kesimpulan sebagai berikut; (1) Sebagian besar guru maupun siswa (81%) menyatakan belum mengenal modul pembelajaran, hanya sebagian kecil (19%) guru dan siswa yang menyatakan telah mengenal modul, (2) Sebagian besar guru (83%) menyatakan tidak menggunakan modul pembelajaran dalam proses pembelajaran dan siswa (100%) menyatakan tidak pernah mengguanakan modul, (3) Sebagian besar guru (83%) menyatakan memerlukan modul pembelajaran dalam proses pembelajaran dan seluruh siswa (100%) menyatakan memerlukan modul pembelajaran dalam proses pembelajaran 86
Berbagai strategi, metode, serta model pembelajaran telah ditemukan dan telah diterapkan dan dibelajarkan kepada calon guru maupun guru, namun kenyataan sampai saat ini secara umum guru masih menggunakan cara lama yang terfokus pada metode ceramah dan tanya jawab. Penyajian materi pelajaran dilakukan secara klasikal, kurang memperhatikan kemampuan individu siswa, bersifat teori dan kurang memperhatikan keseimbangan antara pengetahuan dan keterampilan. Pengembangan modul merupakan salah satu media yang sesuai mendukung dengan mata diklat program komputer Autocad di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam karena perlu adanya buku panduan yang mempermudah pemahaman siswa dalam mempelajari materi serta mensimulasikan program yang dipraktikan didepan komputer secara langsung. Program komputer Autocad merupakan dasar yang merupakan keahlian yang diperlukan untuk siswa SMK demi memenuhi kebutuhan dan permintaan dari industri yang sebagian besar menggunakan program desain gambar berbasis teknologi tepat guna. Program Autocad ini memerlukan media simulasi secara langsung dan buku diklat yang dijadikan panduan sehingga siswa dapat membuat berbagai macam bentuk sketsa gambar dengan berbagai kombinasi dari berbagai perintah yang ada dalam program komputer tersebut. Setelah program selesai mencetak hasil sketsa gambar, siswa dapat mengetahui kesalahannya. Apabila terjadi kesalahan dalam pemberian aturan gambar berdasarkan standart ISO maka akan nampak dari hasil cetakan. Adanya modul yang dikembangkan dituntut dapat membantu mempermudah siswa didik dalam menguasai materi. Respon dari pihak sekolah sangat menghendaki penelitian dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang teknologi desain dalam komputer khususnya program komputer Autocad. Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 2
Desember 2014
Pengembangan mencakup pengertian meningkatkan metode-metode untuk menciptakan suatu sistem atau program, merupakan suatu aktivitas personal berdasarkan pola yang ada dan memakai prosedur-prosedur yang secara optimal dapat menciptakan sesuatu. Menurut Dick dan Carey (1996) pengembangan bahan pemebelajaran meliputi: (1) mengidentifikasi kebutuhan untuk menetapkan tujuan, (2) melakukan analisis pembelajaran, (3) mengidentifikasi karakteristik siswa, (4) merumuskan tujuan performansi, (5)mengembangkan acuan patokan, (6) mengembangkan startegi pembelajaran, (7) mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, (8) merencanakan dan melakukan evaluasi sumatif. Ada sebelas langkah untuk mengembangkan pembelajaran yaitu: (1) mengulas strategi pembelajaran untuk masing-masing tujuan dalam masingmasing pembelajaran, (2) melakukan studi literatur dan minta pendapat ahli bidang sudi untuk menetukan apakah materi pembelajaran sudah tersedia, (3) mempertimbangkan bagaimana mengadopsi materi-materi ajar yang sudah tersedia, (4) menetapkan apakah materi ajar baru diperlukan untuk direncanakan, jika ya teruskan langkah 5, jika tidak mulailah mengorganisasi dan menerima materi pelajaran, menggunakan srategi pembelajaran sebagai panduan, (5) untuk masing-masing, mempertimbangkan media terbaik untuk menyajikan materi ajar, memantau pelaksanaan dan umpan balik, menilai, dan memandu siswa ke kegiatan berkutnya, apakah mencapai, remidi atau kegaiatan berikut urutannya sudah tepat, (6) menetapkan format dan prosedur penyajian untuk tiap-tiap tujuan atau sekelompok tujuan, rancang suatu format umum atau pola penyajian yang diyakini penting atau akan mengefektifkan, rancang tahapan dan ilustrasi untuk startegis pembelajaran, (7) menulis materi pembelajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran dalam bentuk kasar, 87
(8) mempertimbangkan tiap pelajaran yang sudah lengkap atau sesi kelas untuk kejelasan dan aliran ide-ide, (9) menggunakan satu pembelajaran lengkap, tulis pembelajaran yang harus dikerjakan siswa untuk kegiatan jika mereka perlukan, (10) menggunakan materi ajar yang sudah dikembangkan yang masih dalam draft kasar dan dengan biaya murah untuk memulai kegiatan penilaian yang diperlukan dalam melakukan perbaikan, dan (11) mungkin dikembangkan materi pembelajaran untuk panduan instruktor selama pelaksanaan atau buat catatan sebagai tahapan pengembangan, perbaikan penyajian pembelajaran dan kegiatan. Pengajaran modul juga memberi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar menurut cara masing-masing, menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasan masing-masing. Pengerjaan modul yang baik memberikan aneka ragam kegiatan instruksional. Pembelajaran modul sebagai suatu pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Pembelajaran modul memiliki fungsi untuk memastikan semua peserta didik menguasai kompetensi yang diharapkan dalam suatu materi ajar sebelum pindah ke materi ajar selanjutnya melalui pengajaran mandiri. Selain itu pembelajaran modul bertujuan untuk menjawab keragaman kecepatan belajar dari peserta didik agar mencapai suatu tingkat pencapaian kompetensi tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah disusun secara sistematis dan terstruktur. Finch dan Crunkilton dalam Sibuea (2000) mengatakan modul pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu paket serba lengkap yang mencakup serangkaian rencana pengalaman-pengalaman belajar yang dirancang untuk membantu siswa Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 2
Desember 2014
mencapai tujuan khusus. Oleh sebab itu modul harus yaitu: (1) ada bagian modul yang diisi sendiri oleh siswa dan tidak perlu bertanya kepada guru apa yang harus dikerjakan berikutnya, (2) dapat digunakan belajar sendiri sesuai dengan karakteristik siswa agar dapat maju sesuai kecepatan siswa, menerima penilaian kemajuan melalui masing-masing modul, fokus untuk mencapai tujuan khusus yang dapat diukur dalam tiap-tiap modul, (3) paket lengkap, (4) berisikan tujuan dan pengalaman belajar, (5) berisikan mekanisme untuk menilai apakah siswa sudah mencapai tujuan. Dalam mengembangkan modul ada 7 hal yang harus dipenuhi yaitu: (1) ada pendahuluan, (2) dinyatakan tujuan pelajaran, (3) dilakukan penilaian awal dan akhir (4) terdapat pengalaman belajar, (5) dituliskan sumber materi belajaran, dan (6) di uji coba. Suatu modul yang digunakan pada kelompok belajar tertentu disusun dengan melalui langkah- langkah sebagai berikut: (1) menyusun kerangka modul, yaitu: (a) menetapkan tujuan pembelajaran umum, (b) merumuskan tujuan pembelajaran khusus, (c) menyusun soal-soal penilaian untuk mengukur tujuan pembelajaran, (d) identifikasi pokok-pokok materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus, (e) menyusun pokok-pokok materi tersebut di dalam urutan yang logis dan fungsional, (f) menyusun langkah- langkah kegiatan warga belajar, (g) pemeriksaan sampai sejauh mana langkah-langkah kegiatan belajar telah diarahkan untuk mencapai semua tujuan yang telah di rumuskan, dan (h) identifikasi alat–alat yang di perlukan untuk melaksanakan kegiatan belajar, (2) menyusun program secara terperinci meliputi pembuatan semua unsur modul yakni petunjuk tutor, lembar kegiatan warga belajar, lembar kerja warga belajar, dan lembar penilaian. Teori belajar yang mendasari pengembangan modul dan pembelajaran kompetensi kejuruan Teknik Gambar 88
Bangunan adalah Teori Belajar konstruktivistik. Suparno (1997) dan Atherton (2009) mengatakan bahwa pada konstruktivisme kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif. Pembelajaran kompetensi kejuruan Teknik Gambar Bangunan terdiri dari kegiatan belajar teori dan praktek yang dilaksanakan secara simultan. Pembelajaran harus memungkinkan siswa belajar dengan aktif sesuai kecepatan masing-masing dan mengakomodasi pembelajaran learning by doing. Pembelajaran dengan praktik sejalan dengan pendapat Kolb (1984) dalam model pembelajaran experiential learning dengan siklus belajar: concrete experience (feeling), reflective observation (watching), abstract conseptualisation (thinking), dan active experimentation (doing). Proses belajar aktif dan pembelajaran learning by doing bisa terlaksana dengan pembelajaran menggunakan modul. Modul pembelajaran sangat mendukung proses belajar aktif siswa untuk memperoleh pengalaman konkrit sesuai dengan teori belajar konstrukvistik. B. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan mata pelajaran Autocad yang berjumlah 62 orang yang terbagi dua kelas, yaitu kelas A sebagai kelas eksperimen dan kelas B sebagai kelas kontrol masingmasing sebanyak 31 orang. Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek yaitu siswa. Penelitian ini melibatkan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas control. Dimana dalam penelitian ini diberikan tes sebanyak dua kali yakni pretes dan postes. Pretes digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal siswa yang akan diuji, sedangkan postes dilakukan Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 2
Desember 2014
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dari perlakuan yang berbeda pada masingmasing kelas penelitian. Pengembangan modul pembelajaran dilakukan merujuk pada langkahlangkah penelitian pengembangan model Borg and Gall , pengembangan bahan ajar merujuk pada Dick and Carey. Langkahlangkah yang dilakukan dalam pengembangan (Borg and Gall) adalah: (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan dan penyusunan modul, (3) uji modul (validasi). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Angket, digunakan untuk untuk menjaring data kebutuhan modul yang diberikan kepada guru dan siswa, untuk mengidentifikasi kebutuhan dan tujuan umum pembelajaran, untuk menjaring pendapat teknologi pendidikan, bidang studi, dan siswa. Tes Hasil belajar, digunakan untuk mendapatkan data tentang perolehan hasil belajar siswa pada pembelajaran dan untuk mengetahui efektifitas modul pembelajaran yang dikembangkan. Observasi, digunakan untuk mengevaluasi kemampuan guru, kemampuan siswa, kondisi lingkungan saran dan prasarana yang ada serta data tentang kemungkinan siswa untuk mengikuti pembelajaran menggunakan modul pembelajaran dan evaluasi proses uji coba. Dokumentasi, digunakan untuk melengkapi data hasil angket, observasi, dan wawancara juga digunakan untuk mengungkap ketersediaan bahan/dokumentasi yang ada, sesuai dengan tahapan pelaksanaan pembelajaran autocad. C. Hasil Penelitian Dari hasil penelusuran angket tang telah disebar siswa menyatakan membutuhkan modul pembelajaran agar dapat mereka jadikan sebagai sarana pembelajaran dan 81% dari guru menyatakan membutuhkan modul pembelajaran autocad dalam proses 89
pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan lebih efektif dan menarik. Hasil penilaian produk pembelajaran modul berdasarkan penilaian ahli pada bidang studi autocad semuanya menunjukkan 89,44% adalah baik, sesuai dan layak digunakan dalam proses pembelajaran autocad yang dikembangkan. Pada uji coba perorangan terhadap modul pembelajaran autocad dari segi aspek kualitas materi dinyatakan dalam kriteria “sangat Baik = 91%. Hasil penilaian uji coba kelompok kecil terhadap aspek kualitas materi pembelajaran seluruhnya 91,49% menyatakan “Sangat Baik”. Uji coba lapangan juga terhadap siswa jurusan teknik gambar bangunan terdiri dari 62 siswa dari 2 kelas yakni kelas A sebanyak 31 siswa dan kelas B sebanyak 31 siswa. Hasil penilaian terhadap modul pembelajaran autocad pada uji coba lapangan pada 62 siswa semester genap kelas XI menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan sangat baik atau layak digunakan dan tidak ada saran perbaikan yang disampaikan pada uji coba lapangan ini sehingga tidak dilakukan revisi. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh output thitung sebesar 13,22 dan ttabel sebesar1,67 pada taraf kepercayaan 95%. Maka diperoleh bahwa thitung > ttabel atau 13,22 > 1,67 atau dengan kata lain HO di tolak dan Ha diterima. Berdasarkan data-data di atas maka disimpulkan bahwa hasil belajar autocad siswa yang diajarkan dengan menggunakan modul pembelajaran lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional teruji kebenarannya. Hal ini berarti hasil belajar siswa yang menggunakan modul pemebalajaran autocad lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan pembelajaran konvensional dengan efektifitas penggunaan modul pembelajaran sebesar 82,19%. Nilai keefektifan modul pembelajaran autocad ini lebih tinggi dari nilai Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 2
Desember 2014
keefektifan pembelajaran tanpa modul pembelajaran yaitu sebesar 71,13%. Pengembangan produk modul pembelajaran adalah materi yang dikembangkan dengan memperhatikan aspek pembelajaran sebagai desain pesan pembelajaran. Penelitian dan pengembangan produk yang bertujuan menghasilkan suatu produk berupa bahan ajar autocad yang dapat dimanfaatkan oleh siswa sebagai salah satu strategi pembelajaran maupun kompetensi siswa. Untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran pengembangan modul dilakukan beberapa tahapan yang dirujuk dari Dick & Carey (2005) agar modul pembelajaran yang dihasilkan terkonsep dengan baik. Oleh sebab itu proses penelitian dan pengembangan ini dilakukan dan diawali dengan beberapa tahapan antara lain: (1) melakukan studi pendahuluan, meliputi antara lain: observasi, wawancara dan studi pustaka. Dari observasi kepada siswa diperoleh gambaran bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas cenderung menggunakan pendekatan tradisional. Meskipun sebenarnya program Teknik Gambar Bangunan memiliki fasilitas belajar yang cukup memadai dengan tersedianya LCD Proyektor (2) mendesain modul pembelajaran meliputi antara lain: mengidentifikasi materi pembelajaran, membuat storyboard dilanjutkan dengan pengumpulan bahanbahan pendukung tambahan. Setelah mendapatkan hasil pengembangan modul pembelajaran kemudian dilaksanakan pengujian secara internal maupun eksternal. Konsep awal ini didiskusikan dengan ahli materi, ahli desain pembelajaran guna memperoleh tanggapan/masukkan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan mengenai isi dan kemasan konsep tersebut. Hasil diskusi akan dijadikan bahan untuk melakukan revisi.. Sampai pada tahapan ketiga ini, secara garis besar produk modul 90
pembelajaran hasil pengembangan tahap awal berisi: (a) pendahuluan, yang berisi tes awal dan dilanjutkan dengan tujuan pembelajaran, (b) materi, (c) tes akhir dengan alokasi waktu 30 menit. (3) uji coba/evaluasi produk untuk memvalidasi/mengetahui kelayakan modul pembelajaran, meliputi antara lain: uji coba validasi ahli, melakukan revisi dan penyempurnaan, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba ini diharapkan mendapatkan umpan balik untuk menghasilkan modul pembelajaran yang layak digunakan sesuai dengan karakteristik bidang studi dan disesuaikan kebutuhan siswa sebagai pengguna. Menurut pendapat Borg & Gall (1983:772) pada buku Education Research: An Introduction yang mengemukan penelitian pengembangan adalah penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam penelitian. Setelah melalui serangkaian ujicoba dan mendapatkan umpan balik dari siswa sebagai pengguna, maka dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukkan para penguji untuk menghasilkan produk modul pembelajaran yang layak, yang mencakup keseluruhan materi pada mata pelajaran autocad. Dari data validasi keseluruhan responden yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kriteria sangat baik dengan hasil rata-rata 89% dengan criteria sangat baik. (4) keefektifan Modul Pembelajaran yakni memperoleh hasil belajar autocad yang diajar dengan menggunakan modul pembelajaran lebih efektif dari siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Untuk melihat efektivitas produk, dilakukan analis belajar pada 62 siswa. Berdasarkan analisis, hasil nilai rata-rata 31 siswa yang diajarkan dengan menggunakan autocad sebesar 82,19%. Sedangkan hasil nilai rata-rata autocad 31 siswa lainnya yang diajarkan tanpa modul pembelajaran sebesar 72,13%. Dengan Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 2
Desember 2014
melihat pedoman dan kriteria penilaian menurut Sugiyono (2010:257) maka disimpulkan data di atas membuktikan bahwa penggunaan modul pembelajaran autocadlebih efektif dalam meningkatkan kompetensi dan pengetahuan siswa serta sudah memenuhi kategori “sangat baik” dan layak digunakan dalam pembelajaran. D. Penutup Setelah melewati beberapa tahapan uji coba, baik uji coba dari ahli materi, uji coba ahli desain pembelajaran maupun uji coba kepada siswa, produk modul pembelajaran memiliki hasil sudah layak menjadi produk akhir yang dapat disebarluaskan dan di implementasikan kepada para pengguna. Hal ini diperjelas dengan perolehan rata-rata penilaian hamper semua tahapan, yaitu uji coba ahli materi, total rata-rata keseluruhan adalah 90% dalam skala lima, nilai tersebut termasuk kategori “Sangat Baik”, pada uji coba ahli desain pembelajaran total ratarata 90% dalam table skala lima, nilai tersebut termasuk kategori “Baik”. Hasil validasi dari ahli desain pembelajaran terhadap modul pembelajaran pada mata diklat autocad yang dikembangkan menunjukkan bahwa: (1) kaulitas desain pembelajaran dinilai sangat baik dengan persentase rata-rata 95,00 %, (2) kualitas penyajian baik dengan persentase 80,00 %. Berdasrkan hasil validasi tersebut disimpulkan bahwa modul pembelajaran pada mata diklat autocad yang dikembangkan termsasuk kategori sangat baik sehingga dapat diterima dan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk melihat efektivitas produk, dilakukan analisis hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis dari 62 siswa peserta uji coba kelompok pembelajaran autocad pada tes hasil belajar siswa menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dibelajarkan dengan menggunakan modul lebih efektif = 82,19 % dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan tanpa menggunakan modul = 72,13 %. Dengan demikian 91
disimpulkan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan modul pembelajaran lebih efektif dari pada hasil belajar tanpa menggunakan modul pembelajaran. Guru sebaiknya aktif mengikuti perkembangan teknologi pembelajaran melalui membaca atau membrowser internet dan kreatif dalam memecahkan persoalan kesulitan belajar siswa, karena melalui keaktifan mengikuti perkembangan teknologi pembelajaran dapat diketahui strategi pembelajaran yang kemungkinan cocok untuk diterapkan dan melalui kreatifitas sesuatu yang baru dapat dihasilkan. Modul pembelajaran autocad hanya sebagai alat untuk membantu dalam proses penyampaian pembelajaran khususnya mata diklat autocad maka dari itu keberadaan guru masih sangat diperlukan sebagai fasilitator dan siswa tetap terlibat aktif dalam proses pembelajaran mata diklat autocad. Pada kenyataannya hingga saat ini proses pembelajaran autocad masih dilakukan dengan metode konvensional dengan mengunkan metode ceramah, maka disarankan agar modul pembelajaran autocad mulai saat ini sudah harus digunakan dengan alas an modul pembelajaran member umpan balik yang baik bagi siswa. DAFTAR PUSTAKA AECT. (1977). Definisi Teknologi Pendidikan (Satuan Tugas Definisi & Termitologi AECT). Jakarta. Rajawali. Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara …………. (2005). Belajar Cepat Autocad 3D. Yogyakarta. Andi. Chandra, H. (2003). 36 Jam Belajar Komputer Dasar-Dasar AutoCAD 2000. Jakarta. Alex Media Komputindo. Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 2
Desember 2014
Dalyono, M. (2003). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta Dick, W. dan Carey, L. (1996). The Systematics Design Of Instruction. New York : Longman Hamalik, O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hasibuan, M.(2002). Pendekatan Hasil Belajar Fisika yang Diajar Dengan Sistem Modul Dengan Sistem Konvensional Pada Pokok Bahasan Gerak Melingkar Beraturan Kelas I Cawu I SMU Istiqal Delitua. Skripsi. Medan: FMIPA UNIMED. …………… Kurikulum SMK Negeri 1 Lubuk Pakam. (2010). Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media dan Pustekkom Diknas. Muhibinsyah. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara. Munadi, Y. (2013). Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta. Nasution, S. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Rorry, R. (2012). Jurus Kilat Mahir Autocad. Bandung. Dunia Komputer Sanusi, M. (2008). Kreasi Desain Produk Distro dan Fashion 3D. Jakarta. Alex Media Komputindo. Sarifah, M. (2001). Pembelajaran Secara Konstruktivisve .http://www.pembelajaran kontruktivisme.com.pdf, di akses 28 November 2013 Seels, B.B. $ Richey, R.C. 1994. Instruktional Technology: The Definition and Domains of the Field. Washington DC : Association for Educational Communicational and Technology. Sibuea, A.M. (2000). Pengajaran Dengan Modul Berdasarkan Kompetensi. Medan: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat UNIMED. Vol.6.No.22.Th.VI. 92
Slameto. (2003). Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soekamto, T. (1993). Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional. Jakarta: Intermedia. Sudjana. (2002). Metode Statika. Bandung: Tarsito. Sugianto, M. (2010). Merancang Perkantoran dan Perumahan Menggunakan Autocad 2010. Yogyakarta. Andi. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. --------. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 2
Desember 2014
93