PENGEMBANGAN MODUL KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK SMK Rizky Kadhafi, Fauziatul Fajaroh, Dermawan Afandy Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK : Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah: (1) menghasilkan modul kesetimbangan kimia berbasis inkuiri terbimbing untuk SMK kelas XI semester 1 dan kemudian (2) mengetahui kelayakan modul yang telah dikembangkan melalui validasi. Model pengembangan modul ini adalah 4-D Model yang terdiri atas empat tahap utama yaitu: define (pembatasan), design (perancangan), develop (pengembangan) dan disseminate (penyebaran). Namun pada pengembangan modul ini hanya dilakukan sampai pada tahap ketiga. Desain validasi terdiri dari validasi isi dan uji keterbacaan terbatas pada siswa. Persentase hasil validasi isi modul sebesar 87,22% dengan kriteria “sangat layak” sebagai sumber belajar, sedangkan persentase uji coba terbatas pada siswa sebesar 84,56% dengan kriteria “layak”. Kata Kunci : Modul, Kesetimbangan Kimia, Inkuiri Terbimbing, SMK ABSTRACT: The purpose of this development are: (1) to develop a chemistry equilibrium module based on guided inquiry for the Vocational High School students, class XI, semester 1, and then (2) to observe the feasibility of the developed-module. This module was developed by 4-D model which consist of four stages, namely define, design, develop and disseminate. But, this development was limited until the third stage. The module validation consists of content validation and readability test towards the limited students. The percentage of the content validation module is 87,22%, so this module is very feasibility to be a learning source. The percentage comes from the readability test is 84,56% under criteria of "comprehensive or feasible". Keywords: Module, Chemical Equilibrium, Guided Inquiry, Vocational High School
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang terdapat di Indonesia memiliki tujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (BSNP, 2006:9). Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap peserta didik di SMK harus menempuh beberapa kelompok mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Mata pelajaran di SMK merujuk pada Permen 22 tahun 2006 dikelompokkan menjadi 3, yaitu kelompok normatif, kelompok adaptif, dan kelompok produktif. Kimia sebagai rumpun ilmu IPA termasuk dalam kelompok mata pelajaran adaptif yang diajarkan di SMK. Salah satu SMK di kota Malang yang memberikan mata pelajaran kimia adaptif yaitu SMKN Y Malang. Materi yang diajarkan dalam ilmu kimia sebagian bersifat “kasat mata” (visible), dan sebagian lagi bersifat abstrak atau “tidak kasat mata” (invisible) (BSNP, 2006:vii). Salah
1
satu materi kimia yang sebagian besar konsepnya bersifat abstrak adalah kesetimbangan kimia. Hal ini dikarenakan perubahan yang terjadi pada keadaan setimbang berada pada tingkat mikroskopis (molekuler) sehingga sulit untuk diamati
secara kasat
mata (tingkat
makroskopis). Karakteristik materi
kesetimbangan kimia yang bersifat abstrak ini kemungkinan dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang terdapat di dalamnya. Selain karena karakteristik dari ilmu kimia itu sendiri, kesulitan belajar yang dihadapi siswa kemungkinan juga disebabkan karena kurangnya bahan ajar mata pelajaran kimia. Bahan ajar yang baik mempunyai kriteria sebagai berikut: (1)
materi
dalam
bahan
ajar
sesuai
dengan
tuntutan
Standar
Kompetensi/Kompetensi Dasar; (2) materi dalam bahan ajar mencukupi untuk mencapai kompetensi yang diharapkan; (3) materi yang dibahas harus benar, lengkap, dan aktual serta disusun berdasarkan hirarki/step penguasaan kompetensi; (4) memiliki tingkat keterbacaan sesuai dengan tingkat kemampuan pebelajar; dan (5) disusun secara sistematis (jelas, runtut, lengkap, dan mudah dipahami). Problematika yang ditemukan di lapangan menunjukkan belum tercukupinya bahan ajar yang dapat memenuhi standar kompetensi lulusan baik secara kuantitatif, kualitatif dan relevansi (Depdiknas, 2007:12). Hal ini juga terjadi di SMKN Y Malang pada mata pelajaran kimia. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru kimia di SMKN Y Malang, didapatkan bahwa bahan ajar yang dimiliki sangat minim sekali dan minat siswa untuk memiliki buku teks sangat rendah. Dalam proses pembelajaran siswa hanya mengandalkan catatan yang diberikan oleh guru saja. Hal inilah yang kemungkinan menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kimia cenderung rendah. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengembangkan sebuah bahan ajar cetak pada materi kesetimbangan kimia berupa modul. Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Tujuan utama dari pembelajaran dengan menggunakan modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga untuk mencapai tujuan secara optimal (Mulyasa, 2003:43). 2
Modul yang dikembangkan dimaksudkan agar dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan proses sains siswa. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang mendukung hal tersebut. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan yaitu inkuiri terbimbing (guided inquiry). Sund & Trowbridge dalam Sulistina (2009:14), menjelaskan inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Strategi pembelajaran berbasis inkuiri cocok digunakan sebagai pendekatan pembelajaran untuk mengembangkan modul kesetimbangan kimia. Tujuan utama dari penggunaan modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah. Hal ini terbukti dari penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan modul berbasis inkuiri terbimbing mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian Novianty (2013:65-66) pada materi analisis elektrokimia didapatkan nilai rata-rata kelas eksperimen (menggunakan modul) sebesar 78,57. Sedangkan kelas kontrol (tidak menggunakan modul) didapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 71,38. Hal tersebut menunjukkan bahwa modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk mengembangkan sebuah modul kesetimbangan kimia berbasis pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry). Oleh karena itu, peneliti mengambil judul ”Pengembangan Modul Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) untuk SMK”. Modul yang telah dikembangkan selanjutnya divalidasi oleh ahli dan dilakukan uji keterbacaan terbatas pada siswa untuk mengetahui tingkat kelayakan modul tersebut. METODE Model yang digunakan dalam pengembangan modul ini adalah 4D-Model yang terdiri dari mendefinisikan (define), merancang (design), mengembangkan (develop), dan menyebarluaskan (disseminate) yang direkomendasikan oleh Thiagarajan dkk (1974:6-9). Tahap menyebarluaskan (disseminate) tidak dilakukan karena penelitian pengembangan ini hanya sampai menghasilkan 3
produk berupa modul. Jadi pengembangan ini hanya mengadopsi sampai pada tahap ketiga yaitu mengembangkan (develop). Pada tahap define, langkah yang dilakukan adalah menetapkan dan membatasi apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam pengembangan modul ini. Langkah ini terbagi dalam empat tahap yaitu: (a) melakukan analisis ujung depan; (b) melakukan analisis siswa; (c) melakukan analisis materi pembelajaran; dan (d) merumuskan tujuan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada tahap design adalah membuat rancangan awal komponen modul. Langkah ini terbagi menjadi beberapa tahap yaitu: (a) mengkonstruksi materi pembelajaran; (b) menetapkan alat, bahan, dan media; dan (c) menentukan format modul. Pada tahap develop, kegiatan yang dilakukan adalah mengembangkan modul yang telah dirancang. Pada tahap design sebagian besar modul telah disusun, namun perlu adanya perbaikan demi tercapainya bahan ajar yang optimum. Adapun langkah-langkah dalam tahapan ini adalah: (a) menyusun modul awal; (b) menelaah modul awal; (c) merevisi modul awal; (d) melakukan validasi; (e) melakukan uji coba terbatas; (f) menganalisis dan merevisi hasil validasi dan uji coba terbatas; dan (g) menghasilkan produk modul. Validasi dilakukan oleh satu dosen kimia dan dua guru kimia kelas XI SMK yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang kekurangan modul. Uji coba terbatas dilakukan pada 10 siswa SMK kelas XI yang telah mempelajari materi kesetimbangan kimia. Instrumen yang digunakan adalah lembar validasi berupa angket penilaian dan lembar komentar atau saran validator terhadap modul. Kriteria penilaian dibedakan menjadi tiga bagian yaitu kelayakan isi, tata letak, dan tata bahasa. Skala penilaian angket validasi menggunakan skala Likert 4 tingkatan (Sugiyono, 2011:93). Adapun kriteria dari masing-masing skala penilaian tersebut antara lain: a) Skala 1, jika validator memberikan penilaian sangat kurang baik/ sangat kurang sesuai/ sangat kurang tepat/ sangat kurang jelas/ sangat kurang layak/ sangat kurang menarik. b) Skala 2, jika validator memberikan penilaian kurang baik/ kurang sesuai/ kurang tepat/ kurang jelas/ kurang layak/ kurang menarik. c) Skala 3, jika validator memberikan penilaian baik/ sesuai/ tepat/ jelas/ layak/ menarik. 4
d) Skala 4, jika validator memberikan penilaian sangat baik/ sangat sesuai/ sangat tepat/ sangat jelas/ sangat layak/ sangat menarik. Data hasil validasi selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis persentase. Teknik analisis persentase dinyatakan dengan rumus: =
Keterangan:
× 100%
P
= persentase
X
= jumlah jawaban validator dalam satu komponen
Xi
= jumlah jawaban maksimum dalam satu komponen
Setelah dianalisis, maka tingkat kelayakan dari setiap komponen ditetapkan berdasarkan kriteria persentase kelayakan bahan ajar yang tercantum pada Tabel 1. Tabel 1 Kriteria Persentase Kelayakan Bahan Ajar Persentase 85-100 65-84 45-64 < 44 (Adaptasi dari Kuswandi dalam Lase, 2010)
Kriteria Sangat layak Layak Kurang Layak Sangat Tidak Layak
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Modul Hasil Pengembangan Modul hasil pengembangan terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Bagian pendahuluan berisi halaman depan (cover), kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, model penyajian, cakupan kompetensi, petunjuk penggunaan modul, petunjuk guru, petunjuk siswa, dan peta konsep. Bagian ini berisi tahapan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Materi kesetimbangan kimia dalam modul ini dibagi menjadi 4 sub materi yaitu: (1) konsep kesetimbangan dinamis; (2) tetapan kesetimbangan (Kc dan Kp); (3) faktor-faktor
yang mempengaruhi
kesetimbangan
reaksi;
(4)
penerapan
kesetimbangan kimia. Setiap sub materi disajikan melalui beberapa tahapan yaitu pengantar, rumusan masalah, hipotesis, kegiatan belajar, evaluasi hipotesis,
5
kesimpulan, dan uji pemahaman. Bagian penutup modul berisi rangkuman, uji kompetensi, daftar pustaka, kunci jawaban, umpan balik, dan glosarium. Data Hasil Validasi Validasi isi modul ini dilakukan oleh satu dosen kimia Universitas Negeri Malang dan dua guru kimia SMKN Y Malang Data kuantitatif diperoleh dari nilai rata-rata angket penilaian dari validator. Angket penilaian meliputi penilaian terhadap kelayakan isi dan penyajian, kebahasaan, dan tata letak. Perhitungan hasil penilaian dari validator disajikan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Hasil Validasi Isi Modul Berupa Angket Penilaian
No
Komponen
Kelayakan Isi dan Penyajian Bahan kajian/topik pembahasan sesuai dengan 1 standar kompetensi dan kompetensi dasar. Indikator pembelajaran sesuai dengan standar 2 kompetensi dan kompetensi dasar dalam silabus KTSP. Pembahasan/uraian kajian disajikan secara 3 sistematik dan runtut. Langkah-langkah kegiatan belajar mengajak dan 4 membimbing/mengarahkan siswa untuk menemukan konsep/prinsip yang dikaji. Kegiatan belajar yang disajikan dapat 5 meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Bahan kajian/topik pembahasan diberikan sesuai 6 dengan alur pikiran siswa yang berorientasi pada pendekatan inkuiri terbimbing. Keluasan bahan kajian/topik pembahasan yang 7 diberikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Gambar yang disajikan bersifat kontekstual dan 8 dapat ditemui siswa di lingkungan sekitar. Kesesuaian pertanyaan pada bagian pengantar, 9 kegiatan belajar, dan uji pemahaman dengan tujuan pembelajaran. Penyajian bahan kajian/topik pembahasan dapat 10 memberi motivasi belajar pada siswa.
Nilai dari validator X1 X2 X3
Kriteria
4
4
4
100
Sangat sesuai
4
4
4
100
Sangat sesuai
4
4
4
100
Sangat sistematis
4
4
4
100
Sangat baik
4
3
4
91,67
Sangat baik
4
3
3
83,33
Sesuai
3
3
3
75
Sesuai
3
3
4
83,33
Baik
4
3
4
91,67
Sangat sesuai
3
3
4
83,33
Baik
90,83
Sangat layak
Rata-rata Kebahasaan 11 Kemudahan memahami bahasa yang digunakan. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang 12 benar. 13 Ketepatan penggunaan istilah dan simbol Kemudahan memahami pertanyaan pada bagian 14 pengantar, kegiatan belajar, uji pemahaman, dan uji kompetensi.
P (%)
3
4
3
83,33
Mudah
3
3
4
83,33
Sesuai
3
3
4
83,33
Tepat
3
3
4
83,33
Mudah
6
Lanjutan Tabel 2 Hasil Validasi Isi Modul Berupa Angket Penilaian Kemudahan memahami gambar yang digunakan di setiap kegiatan belajar. Kemudahan memahami rangkuman, umpan balik, 16 kunci jawaban, dan glosarium. Rata-rata Lay out (Tata Letak) 15
4
3
3
83,33
Mudah
3
3
4
83,33
Mudah
83,33
Layak
17
Konsistensi.
4
3
4
91,67
18
Desain tampilan.
3
4
4
91,67
19
Penggunaan jenis dan ukuran huruf. Letak gambar di tempat yang mudah diamati oleh siswa dengan pemberian jarak (spasi) yang sesuai dengan teks.
3
3
4
83,33
Sangat konsisten Sangat menarik Tepat
3
3
4
83,33
Tepat
20
Rata-rata
87,5
Rata-rata total
87,22
Sangat layak Sangat layak
Keterangan: X1
: Dosen Kimia UM
X2
: Guru Kimia SMKN Y Malang
: Susanti Purwaningtyas Kinasih, S.Si.
X3
: Guru Kimia SMKN Y Malang
: Ika Budi Yuliastini, S.Pd.
Hasil penilaian dari validator dapat digambarkan secara ringkas pada Gambar 1 berikut ini. 120
Persentase (%)
100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Komponen *
Gambar 1 Grafik Kelayakan Hasil Pengembangan Modul Keterangan: : Kelayakan isi dan penyajian : Kebahasaan : Tata letak 7
Keseluruhan dari hasil validasi diperoleh penilaian sebesar 87,22% yang menyatakan bahwa kriteria modul yang telah dikembangkan adalah “sangat layak”. Data Hasil Uji Coba Terbatas Uji coba terbatas dilakukan pada 10 siswa SMKN Y Malang kelas XI program keahlian teknik komputer jaringan dan teknik otomotif sepeda motor. Pada uji coba terbatas ini dilakukan penilaian oleh siswa terkait tingkat keterbacaan modul yang meliputi tingkat kemudahan isi modul dipahami serta tingkat kemenarikan modul. Perhitungan hasil penilaian uji coba terbatas disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
8
Tabel 3 Hasil Uji Coba Terbatas Modul Berupa Angket Penilaian
No
Komponen
1 Kemenarikan cover (sampul) dan keseluruhan isi bahan ajar 2 Kejelasan identitas bahan ajar 3 Kesesuaian urutan bahan ajar 4 Kejelasan petunjuk penggunaan bahan ajar 5 Kelengkapan petunjuk penggunaan bahan ajar 6 Kejelasan bahasa yang digunakan dalam bahan ajar 7 Ketepatan pemilihan jenis dan ukuran huruf yang digunakan 8 Kemudahan memahami penyampaian materi 9 Kemudahan memahami gambar yang digunakan di setiap kegiatan belajar 10 Kemudahan memahami pertanyaan pada bagian pengantar 11 Kemudahan memahami pertanyaan pada bagian kegiatan belajar 12 Kemudahan memahami pertanyaan pada bagian uji pemahaman 13 Kemudahan memahami pertanyaan pada uji kompetensi 14 Kemudahan memahami rangkuman 15 Kemudahan memahami kunci jawaban 16 Kemudahan memahami umpan balik 17 Kemudahan memahami rangkuman, dan glosarium Rata-rata
X1 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 3 4 3 4 4
X2 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3
X3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4
Nilai dari siswa X4 X5 X6 X7 4 4 3 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 4 3 2 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3
X8 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4
X9 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3
X10 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3
P (%) 80 77,5 82,5 90 92,5 80 90 82,5 90 82,5 80 87,5 77,5 95 80 87,5 82,5 84,56
Kriteria Menarik Jelas Sesuai Sangat jelas Sangat lengkap Jelas Sangat tepat Mudah Sangat mudah Mudah Mudah Sangat mudah Mudah Sangat mudah Mudah Sangat mudah Mudah Layak
9
Hasil penilaian pada uji coba terbatas dapat digambarkan secara ringkas pada Gambar 2 berikut ini. 100 90 Persentase (%)
80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17
Komponen* Gambar 2 Grafik Hasil Uji Coba Terbatas Modul pada Siswa
Berdasarkan hasil penilaian yang telah diberikan siswa pada uji coba terbatas diperoleh persentase rata-rata sebesar 84,56% yang menyatakan bahwa kriteria modul kesetimbangan kimia berbasis inkuiri terbimbing ini ”layak” untuk digunakan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa modul yang telah dikembangkan memenuhi kriteria sangat layak pada validasi isi oleh dosen dan guru dengan rata-rata persentase sebesar 87,22%. Pada pelaksanaan uji coba terbatas pada siswa didapatkan rata-rata persentase sebesar 84,56% dengan kriteria layak sehingga modul ini layak untuk digunakan. Revisi modul telah dilakukan berdasarkan komentar, saran, dan kritik dari validator. Saran Modul yang telah dikembangkan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembelajaran kimia di SMK serta memberikan alternatif bahan ajar yang
10
dapat membantu siswa dalam memahami materi kesetimbangan kimia. Beberapa saran yang dianjurkan adalah: a. Modul kesetimbangan kimia berbasis inkuiri terbimbing ini telah divalidasi oleh ahli sehingga layak digunakan oleh guru atau calon guru dalam membelajarkan materi kesetimbangan kimia untuk SMK kelas XI. Sebelum digunakan dalam proses pembelajaran, sebaiknya dilakukan validasi empirik (uji coba lapangan) untuk mengetahui efisiensi keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan dalam modul. b. Peran dan bimbingan guru sangat diperlukan dalam penggunaan modul untuk kegiatan belajar mengajar di kelas, mengingat model pembelajaran yang digunakan adalah inkuiri terbimbing. Guru sebaiknya selalu memberikan penguatan di akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kebenaran konsep yang telah mereka peroleh. c. Perlu adanya pengembangan perangkat pembelajaran pelengkap modul misalnya RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) beserta evaluasinya agar modul dapat digunakan guru untuk membelajarkan materi kesetimbangan kimia di SMK. d. Pada pengembangan produk lebih lanjut, perlu dikembangkan modul serupa berbasis praktikum mengingat data-data percobaan yang disajikan dalam modul ini disajikan secara langsung tanpa siswa melakukan praktikum. e. Pengembangan modul sebaiknya juga dilakukan pada materi lain mengingat masih belum tercukupinya bahan ajar di beberapa SMK. DAFTAR RUJUKAN Badan Standar Nasional pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional. Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum SMK. Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional. Lase, A.D.S. 2010. Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada Materi Termokimia untuk Siswa SMA Kelas XI IPA. Disertasi tidak diterbitkan: Malang: PPs UM.
11
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Novianty, Iqma. 2013. Efektivitas Penerapan Modul Materi Analisis Elektrokimia Berbasis Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar dan Persepsi Siswa Kelas XI Semester 1 Kompetensi Keahlian Kimia Analisis SMKN 7 Malang. Skripsi tidak diterbitkan: Malang: FMIPA UM. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulistina, Oktavia. 2009. Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbuka dan Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Laboratorium Malang. Disertasi tidak diterbitkan: Malang: PPs UM. Thiagarajan, S., Semmel, D.S. & Semmel, M.I. 1974. Instructional Development for Training Teachers Of Exceptional Children: A Sourcebook. Bloomington, Indiana: The Center for Innovation In Teaching The Handicapped Indiana University.
12