PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERPENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE ICARE UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS X SMAN 8 MALANG Mita Listiani, Mimien Henie I., dan Hawa Tuarita Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang Email:
[email protected] Abstrak: Penelitian pengembangan ini bertujuan menghasilkan Modul Biologi dengan pendekatan kontekstual menggunakan metode ICARE untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas X SMAN 8 Malang. Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan Plomp yang terdiri dari 5 fase. Hasil validasi oleh para ahli memperoleh modus 4, artinya modul layak digunakan. N-gain pretes-postes sebesar 0,6 atau kriteria sedang, selain itu 72% siswa telah memiliki nilai sikap kreatif yang baik, berarti modul cukup efektif meningkatkan kreativitas siswa. 62% siswa memberikan respons positif, serta hasil observasi sintak pembelajaran terlaksana keseluruhan, berarti modul praktis. Berdasarkan hasil tersebut, modul telah valid, efektif, dan praktis. Kata kunci: Modul, Kreativitas, Pendekatan Kontekstual, Metode ICARE. Abstract: The objectives of Research & Development is Developing a Contextual-Approach-based-Biology Module using ICARE Method to improve the creativity of X grade students of Senior high school 8 Malang. This research adapted the Research and Development model of Plomp that consist 5 phase. The result of validation by validator get modus 4, it’s mean module is appropriate to be used. N-gain pre test and post test is 0,6 (medium). Most of the students (72%) get good aptitude traits, it means that the module is effective enough to improve the student’s creativity. Most of the students (62%) give positive response and the syntax of learning is done completely, it means that the module is practical. Based on that results, it can be said that the module is valid, effective, and practical. Key words: Module, Creativity, Contextual approach, ICARE method
Pengembangan kreativitas dalam dunia pendidikan dapat diintegrasikan pada seluruh mata pelajaran. Perlunya pengembangan kreativitas tersebut didukung oleh hasil wawancara terhadap guru Biologi kelas X SMAN 8 Malang yang dilakukan dilakukan pada 14 November 2014, 20 November 2014 dan 25 November 2014. Hasil wawancara terhadap guru Biologi tersebut menunjukkn bahwa kreativitas siswa kelas X SMAN 8 Malang masih kurang. Kurangnya kreativitas disebabkan siswa merasa materi yang dibahas belum kontekstual atau monoton. Upaya guru dalam menghadapi permasalahan tersebut adalah mengembangkan bahan ajar menggunakan model inkuiri, namun guru mengalami beberapa kesulitan untuk mengarahkan agar siswa belajar secara mandiri. Oleh karena itu diperlukan inovasi belajar untuk meningkatkan kreativitas siswa. Sesuai dengan pemaran tersebut, Munandar (2002) menyatakan bahwa kreativitas dapat ditingkatkan dengan menerapkan pembelajaran mandiri, interaktif, dan menarik. Pembelajaran yang sesuai dengan konsep kreativitas adalah pembelajaran yang menuntut kemandirian siswa dan pembelajaran bermakna (Nurhadi 2009). Pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian siswa adalah pembelajaran berbasis modul (Jasmadi, 2008), sedangkan pembelajaran bermakna dapat dilakukan pembelajaran berpendekatan kontekstual (Nurhadi, 2009). 1
Pendekatan kontekstual dapat diintegrasikan ke dalam modul dengan cara memasukkan komponen pendekatan kontekstual ke dalam modul. Nurhadi (2009) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual masih harus dijabarkan lebih lanjut ke dalam model/metode tertentu agar mudah dipraktikkan di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah introduction, connection, application, reflection, dan extension atau disingkat ICARE. Metode ICARE digunakan dalam pendekatan kontekstual agar siswa dapat menghubungkan pengalaman sebelumnya, memiliki kesempatan untuk menerapkan materi yang telah mereka pelajari, dan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh. Seluruh kegiatan tersebut sesuai dengan prinsip pendekatan kontekstual, pada pendekatan kontekstual siswa dituntut untuk menemukan sendiri pengetahuan, bukan hanya dengan “apa kata guru” (Nurhadi, 2009). Dengan mengkonstruksi sendiri pengetahuan, dapat mendorong siswa berpikir kreatif, dan imajinatif. Metode ICARE yang diadaptasi dan dimodifikasi dari modul Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran yang dikembangkan oleh Decentralized Basic Education Three (DBE3) ini dianggap sebagai metode pembelajaran interaktif yang bertujuan memotivasi siswa (DBE3). Menurut Kartono (2010), untuk meningkatkan kreativitas perlu adanya suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dengan suasana yang menarik, siswa dapat mengasah kemampuan kognitifnya, serta mendapat pengalaman langsung sehingga pembelajaran lebih bermakna. Penjelasan tersebut juga sesuai dengan prinsip pendekatan kontekstual tentang pembelajaran bermakna (Nurhadi, 2009). Berbagai permasalahan dalam pembelajaran tersebut harus segera diatasi agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Solusi untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut adalah dengan mengembangkan modul berpendekatan kontekstual dengan metode ICARE untuk meningkatkan kreativitas siswa. Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan modul Biologi berpendekatan kontekstual dengan metode ICARE yang valid, efektif, dan praktis. METODE Penelitian & pengembangan ini menggunakan model pengembangan Plomp (2007), yang terdiri dari fase investigasi awal, fase desain, fase realisasi/konstruksi, fase tes, evaluasi, revisi, dan fase implementasi. Kegiatan yang dilakukan pada penelitian dan pengembangan ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Desain uji coba dilakukan pada fase tes, evaluasi, revisi untuk mengetahui kevalidan modul yang dinilai oleh validator modul. Fase implementasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana modul dapat diterima siswa dan dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas X MIA 4 SMAN 8 Malang. Data pada fase tes, evaluasi, dan revisi adalah data kualitatif dari hasil pengisian lembar validasi modul oleh para ahli. Data pada fase implementasi adalah data kualitatif, dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh observer. Data kuantitatif diperoleh dari skor pretes-postes, skor penilaian diri sendiri (sikap kreatif), serta total skor angket respons siswa terhadap modul yang nantinya dikonversi menjadi nilai. Instrumen pengumpulan data penelitian & pengembangan ini terdapat pada Tabel 1.
2
Gambar 1. Bagan Fase Penelitian dan Pengembangan Modul Tabel 1. Instrumen Pengumpulan Data No. Tahap Pengembangan Jenis Instrumen 1.
2.
Tes, evaluasi, revisi Determining validity Validasi ahli modul Validasi ahli materi Validasi praktisi lapangan Implementasi Determining practically Respons siswa Keterlaksanaan pembelajaran Determining effectiveness Kemampuan berpikir kreatif Sikap kreatif
Kegunaan
Angket validasi Angket validasi Angket validasi
Mengetahui kevalidan Mengetahui kevalidan Mengetahui kevalidan
Angket respons siswa Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
Mengetahui kepraktisan Mengetahui kepraktisan
Pretes-postes Instrumen penilaian sikap
3
Mengetahui keefektifan Mengetahui keefektifan
Data hasil fase tes, evaluasi, dan revisi dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan skala Likert (1-4) pada tebel 2. Tabel 2. Skor Angket berupa Penilaian Ahli dengan Skala Likert Kriteria Skor Jika sangat layak/ sangat sesuai/ sangat baik 4 Jika layak/ sesuai/ baik 3 Jika tidak layak/ tidak sesuai/ kurang baik 2 Jika sangat tidak layak/ sangat tidak sesuai/ tidak baik 1 (diadaptasi dari Wahyuni, 2013: 44)
Berdasarkan skala tersebut, maka dari hasil validasi modul bisa dinyatakan layak jika diperoleh modus dengan skor 4 atau 3. Apabila diperoleh modus dengan skor 2 atau 1 maka perlu dilakukan revisi. Teknik analisis deskriptif kuantitatif didasarkan pada skor pretes-postes, skor penilaian diri terhadap sikap kreatif, serta total skor angket respons siswa terhadap modul. Skor pretes-postes siswa dianalisis dengan rumus gain score (Susanti 2013: 6). Kriteria N-gain dapat dilihat pada Tabel 3.
Keterangan: n-gain: Gain Score Tabel 3. Kriteria Tingkat Gain Nilai Gain Kriteria g ≥ 0.70 Tinggi 0.30 < g ≤ 0.70 Sedang g < 0.30 Rendah
Kriteria terhadap sikap kreatif (Non-Aptitude) siswa adalah sebagai berikut. 1. Rumus Penghitungan Skor Akhir Jumlah Perolehan Skor Skor Akhir
=
x4 Skor Maksimal
Skor Maksimal
= Banyaknya Indikator x 4
2. Kategori nilai sikap siswa didasarkan pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 yaitu: Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh Skor Akhir: 3,33 < Skor Akhir ≤ 4,00 Baik (B) : apabila memperoleh Skor Akhir: 2,33 < Skor Akhir ≤ 3,33 Cukup (C) : apabila memperoleh Skor Akhir: 1,33 < Skor Akhir ≤ 2,33 Kurang (K) : apabila memperoleh Skor Akhir: Skor Akhir ≤ 1,33 Respons siswa terhadap pembelajaran dianalisis dengan menggunakan persentase sebagai berikut.
4
P=
x 100%
Keterangan: P = persentase penilaian Respons siswa terhadap pembelajaran ditentukan berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria respons siswa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria Respons Siswa Respon Siswa Kriteria RS ≥ 85% Sangat Positif 70% ≤ RS < 85% Positif 50% ≤ RS < 70% Kurang Positif RS < 50% Tidak Positif (Khabibah (dalam Yamasari, 2010:4))
Keterangan: RS = Respons siswa terhadap kriteria tertentu HASIL Hasil penelitian merupakan hasil dari fase pengembangan ke-empat, yakni fase tes, evaluasi, dan revisi, serta fase pengembangan ke-lima, yakni fase implementasi yang akan dijabarkan sebagai berikut. 1. Data Hasil Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi Hasil validasi digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi produk untuk perbaikan Modul. Tabel 5 menyajikan data hasil validasi yang dilakukan oleh ahli modul. Data hasil validasi modul oleh ahli materi dapat dilihat pada Tabel 6. Kelayakan modul ditinjau dari aspek penggunaan juga divalidasi oleh praktisi lapangan. Data hasil validasi modul oleh praktisi lapangan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 5. Ringkasan Data Hasil Validasi Modul oleh Ahli Modul No Aspek yang dinilai Pendahuluan 1. Halaman Judul (Cover) 2. Kata Pengantar 3. Daftar Isi Bagian Isi 4. Petunjuk Penggunaan Modul 5. Identitas Materi 6. Peta Konsep 7. Kegiatan Belajar Berdasarkan Prinsip Kontekstual & ICARE Penutup 8. Tes Evaluasi 9. Kegrafisan Modus
5
Modus
Kriteria
4 3 3
Sangat Layak Layak Layak
3 4 4 4
Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak
4 4 4
Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak
Tabel 6. Ringkasan Data Hasil Validasi Modul oleh Ahli Materi No. Aspek yang dinilai Relevansi 1. Halaman Judul (Cover) 2. Keakuratan Materi 3. Kemutakhiran Materi 4. Kebenaran Konsep 5. Keruntutan Pengkajian Materi 6. Kemudahan Materi untuk Dipahami 7. Kelengkapan Materi 8. Keakuratan Referensi 9. Kekontekstualan Materi (memuat prinsip pendekatan kontekstual) 10. Urutan Kegiatan Belajar dalam Metode ICARE (penyajian materi berdasarkan metode ICARE) 11. Cara Penyajian yang Meningkatkan Kreativitas Modus
Modus
Kriteria
4 3 3 3 3 3 3 3 3
Sangat Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak
3
Layak
3 3
Layak Layak
Tabel 7. Ringkasan Data Hasil Validasi Modul oleh Praktisi Lapangan Aspek yang dinilai Modus Pendahuluan 1. Halaman Judul (Cover) 4 2. Kata Pengantar 4 3. Daftar Isi 4 Bagian Isi 4. Petunjuk Penggunaan Modul 4 5. Tujuan Pembelajaran 4 6. Identitas Materi 4 7. Peta Konsep 4 8. Langkah Belajar Berdasarkan Metode ICARE 4 9. Langkah Belajar Berdasarkan Metode ICARE 4 10. Tugas 4 Penutup 11. Tes Evaluasi 4 12. Glosarium 4 13. Kegrafisan 4 Modus 4
Kriteria Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak
2. Data Hasil Implementasi Fase implementasi produk dilakukan pada 34 siswa kelas X IPA 4 SMAN 8 Malang bertujuan untuk menguji keefektifan modul, dan kepraktisan modul. Keefektifan modul dapat diketahui berdasarkan hasil pretes-postes kemampuan berpikir kreatif siswa, serta hasil angket penilaian diri siswa. Kepraktisan modul dapat diketahui berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap modul, serta hasil lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. a.
Data Hasil Pretes-Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Hasil pretes-postes kemampuan berpikir kreatif disajikan secara kuantifatif pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Pretes-Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Aspek Pretes Jumlah Nilai Seluruh Siswa 2383 Rata-rata 72,2121
6
Postes 2927 88,697
b.
Data Hasil Angket Penilaian Diri Siswa terhadap Sikap Kreatif Sikap kreatif ditandai dengan adanya rasa ingin tahu, daya imajinasi, sikap berani mengambil risiko, serta sikap menghargai. Data hasil penilaian diri siswa terhadap sikap kreatif terdapat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Penilaian Diri Siswa terhadap Sikap Kreatif No. Kriteria Nilai 1. Sangat Baik (SB) 2. Baik (B) 3. Cukup (C) 4. Kurang (K)
Jumlah Siswa 8 23 1 0
Berdasarkan data pada Tabel 9, menunjukkan bahwa sikap kreatif siswa ditinjau dari ke-empat indikator sikap kreatif, dapat dikategorikan baik. c.
Data Hasil Angket Respons Siswa terhadap Modul Pembelajaran Respons siswa merupakan reaksi atau persepsi siswa terhadap kriteria tertentu. Respons siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah respons terhadap modul yang digunakan. Apabila respons positif siswa tinggi, berarti siswa mau menggunakan modul secara berlanjut, sehingga modul dikatakan praktis (Hobri, 2009). Kriteria yang digunakan untuk menilai modul meliputi beberapa aspek seperti apakah modul menyenangkan, berguna, menstimulasi, kuat, efektif, jelas, relevan, praktis, membantu, tepat, bermanfaat, modern, penting, menarik, efisien, tidak membutuhkan banyak biaya, bernilai atau tidak. Data hasil respons siswa terhadap modul terdapat pada Tabel 10. Tabel 10. Data Hasil Angket Respons Siswa terhadap Modul No. Total Skor Empirik (Tse) Rata-rata Tse Total Skor Maksimal (Tsh) 1. 2.145 73,96 2.465
Rata-rata Tsh 85
d. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Modul Kegiatan pembelajaran Modul dilakukan di kelas X MIA 4 SMAN 8 Malang selama 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 7 Maret 2015, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2015, dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2015. Kegiatan pembelajaran terlaksana secara keseluruhan, namun ada beberapa yang belum tuntas dikarenkan oleh faktor luar seperti kegiatan sekolah yang bersangkutan. PEMBAHASAN Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk Modul Biologi materi permasalahan lingkungan dan dampaknya yang dikembangkan dengan pendekatan kontekstual dan metode ICARE untuk meningkatkan kreativitas siswa. Prinsip dari modul adalah pembelajaran mandiri untuk mencapai suatu target tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Depdiknas (2008) pada poin ke-tiga yakni agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar, yang dalam hal ini adalah untuk meningkatkan kreativitas. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan metode ICARE menjadi lebih mandiri, aktif, dan menyenangkan sehingga motivasi siswa lebih terbentuk serta kreativitas juga meningkat. Peningkatan
7
kreativitas siswa pada penelitian & pengembangan ini berdasarkan N-gain termasuk dalam kategori sedang, yakni 0,6. Kegiatan belajar siswa yang mencerminkan kreativitas dijelaskan sebagai berikut. Sesuai pendapat Silver (1997), bahwa dalam komponen pemecahan masalah terdapat indikator berpikir kreatif, meliputi kefasihan, keluwesan, dan kebaruan, kemudian pada penelitian ini ditambah unsur kerincian. Kefasihan dilihat dari banyaknya interpretasi, metode pemecahan masalah, serta jawaban masalah yang diajukan siswa dalam memecahkan masalah. Contoh kegiatan siswa yang menunjukkan kefasihan dalam berpikir adalah jawaban siswa mengenai penyebab permasalahan lingkungan yang bermacam-macam, yakni “jumlah penduduk yang sangat tinggi, dan setiap penduduk memerlukan energi, lahan, dan sumberdaya yang besar untuk bertahan hidup, di sisi lain setiap penduduk juga menghasilkan limbah dalam beragam bentuk., makin banyaknya sampah yang dibuang ke sungai, adanya erosi tanah, limbah industri, dan hujan asam yang menybabkan terkontaminasinya air bersih, pengelolaan sampah masih menggunakan paradigma lama.” Jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa siswa telah melakukan indikator kemampuan berpikir kreatif yakni kefasihan/kelancaran. Keluwesan berarti siswa memecahkan masalah dalam satu cara, kemudian dengan cara lain. Siswa dapat mendiskusikan berbagai metode penyelesaian (Silver, 1997). Contoh kegiatan jawaban pretes siswa yang menunjukkan kriteria keluwesan adalah, pada pertanyaan pretes-postes keempat, yakni tentang bagaimana mengatasi permasalahan lingkungan yang ada. Contoh jawaban siswa tersebut adalah dengan menggalakkan program KB agar kepadatan penduduk berkurang dan sampah yang ditimbulkan tidak terlalu banyak. Melakukan 3R (Reuse, Reduce, Recycle), memilah sampah rumah tangga yang dapat digunakan sebagai kompos. Menyediakan ruang/taman kota sebagai sumber O2. Menanam tanaman peredam polusi udara di sepanjang pinggir jalan. Indikator kemampuan berpikir kreatif yang ketiga adalah kebaruan/keorisinilan. Keorisinilan artinya siswa membuat jawaban atau metode penyelesaian yang berbeda (Silver, 1997). Contoh kriteria keorisinilan jawaban salah satu siswa adalah pada pertanyaan pretes-postes yang ke-5, yakni tentang ide kreatif yang dapat dilakukan untuk menangani masalah lingkungan, yakni dengan membuat filtarasi skala besar yang dipasang di sungai agar meminimalisir keberadaan sampah. Siswa memperinci (indikator kemampuan berpikir kreatif kerincian/elaborasi) jawaban nomor 5 tersebut dengan penjelasan cara penggunaan alat beserta kelemahan dan kelebihannya. Sintaks pembelajaran modul dengan pendekatan kontekstual dan menggunakan metode ICARE telah terlaksana keseluruhan ditinjau dari hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh observer. Observer pada penelitian ini adalah guru matapelajaran Biologi kelas X MIA 4 SMAN 8 Malang. Pada seluruh kegiatan belajar, mulai dari kegiatan belajar 1 (permasalahan lingkungan), kegiatan belajar 2 (pencemaran lingkungan), dan kegiatan belajar 3 (pelestarian lingkungan), dilakukan dengan sintak metode ICARE dan dengan mengintegrasikan pendekatan kontekstual di dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Sintaks metode ICARE yang digunakan adalah introduction, connection, application, reflection, dan extension. Introduction berisi pengenalan materi,
8
connection memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang diperoleh dari kegiatan introduction. Application memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan/ilmu yang telah ia peroleh ke dalam suatu kegiatan nyata/konteks. Ide kreatif siswa yang muncul pada kegiatan application adalah membuat filter knalpot untuk mengurangi pencemaran suara dengan menggunakan glasswool. Cara pakainya adalah glasswool dimasukkan ke dalam silinder knalpot. Siswa juga telah mempraktikkan filter knalpot ini di rumah dan hasilnya suara sepeda motor yang diberi glasswool menjadi lebih halus. Siswa juga memberikan ide penanganan masalah polusi udara dengan membuat filter udara dengan zat kimia yang dapat mengikat polusi. Dalam hal ini siswa belum mampu menyebutkan nama zat untuk menyerap polusi dikarekana siswa masih kesulitan mengaitkan antara pelajaran Kimia dengan Biologi Lingkungan, oleh karena itu, sangat perlu dilakukan pembelajaran kontekstual dan metode pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan siswa untu mengaitkan antara satu pengetahuan dengan pengetahuan lain, salah satunya adalah ICARE. Siswa merefleksi kembali pengetahuan yang telah ia peroleh pada kegiatan refleksi. Dari kegiatan refleksi, siswa dapat mengetahui apa saja yang telah ia pahami dan belum ia pahami. Extension diberikan jika siswa telah menyelesaikan seluruh kegiatan belajar. Bagian pengembangan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih banyak dan lebih luas. Siswa yang sudah tuntas belajarnya, diperbolehkan mengikuti kegiatan extension yakni membuat lubang resapan biologi (LRB) di rumah mereka masing-masing. Pada pertemuan ke-2, siswa diberi tugas untuk mencari jenis dan bahan-bahan plastik (prinsip inkuiri). Setelah semua kegiatan berakhir, siswa mengerjakan evaluasi sehingga pemahaman siswa lebih terlihat lagi. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk berupa modul Biologi. Modul telah dikembangkan dengan pendekatan Kontekstual dan metode ICARE pada materi permasalahan lingkungan dan dampaknya untuk meningkatkan krteativitas siswa. Berdasarkan penelitian, modul telah memenuhi kriteria kelayakan untuk digunakan, hal ini dapat dilihat dari Modus validasi modul, adalah 4. Skor tersebut menunjukkan bahwa modul valid dan tergolong dalam kriteria layak. Ditinjau dari aspek keefektifan, modul cukup efektif dalam meningkatkan kreativitas siswa, hal ini dibuktikan dengan N-gain sebesar 0,6. Serta hasil penilaian diri terhadap sikap kreatif adalah 72% siswa memperoleh nilai yang baik. Modul pembelajaran juga praktis digunakan dalam pembelajaran, hal ini dilihat dari hasil respons siswa terhadap modul, yakni sebesar 87%, artinya siswa memberikan respons yang sangat positif terhadap modul. Pada penelitian dan pengembangan ini, peningkatan kreativitas siswa termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan sistem/pendekatan maupun metode pembelajaran yang digunakan masih baru sehingga siswa perlu penyesuaian terhadap pendekatan/metode tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, perlu adanya pengulangan terhadap fase implementasi serta dilakukan di banyak kelas agar hasilnya valid.
9
1. 2. 3. 4. 5.
Penggunaan modul perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut. Guru sebaiknya melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan dalam RPP yang dikembangkan oleh peneliti. Guru hendaknya menjelaskan dengan jelas cara menggunakan modul sehingga tujuan modul untuk meningkatkan kreativitas siswa dapat terpenuhi. Guru dapat menggunakan modul dengan model pembelajaran lain, seperti problem based learning, project based learning, dan inkuiri. Menambah permasalahan konkrit yang dapat dipecahkan siswa sebagai latihan berpikir kreatif. Melaksanakan uji lapangan operasional tentang modul di berbagai sekolah agar diperoleh nilai keefektifan dan kepraktisan yang tinggi.
DAFTAR RUJUKAN DBE3. Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran. International Relief and Development. Depdiknas. 2008. Panduan Penyusunan Perangkat dan Bahan Ajar. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Jan V., Brenda B., Anthony E., Nienken N., Tjeerd P. 2007. An Introduction to Educational Design Research. Enschede: Axis Media-ontwerpers. Johnson, E. B. 2011. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa. Muhlisin, A. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Tema Polusi Udara. Journal of Educational Research and Evaluation, (Online), 1 (2), (http://journal.unnes.ac.id/sju/inedx.phpjere) Munandar, U. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nurhadi Y. B. & Senduk A. G. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: JePe Press Media Utama. Satriani. 2012. Contextual Teaching and Learning Approach to Teaching Writing. Indonesian Journal of Applied Linguistics, 2 (1): 10-22. Silver, E. A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a3.pdf ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X, diakses 6 Agustus 2014. Yamasari, Y. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Berkualitas. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pascasarjana X, ITS, Surabaya, 4 Agustus. Tati, Z., & Hartono. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kontekstual Pokok Bahasan Turunan di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, 3 (1). Unsri.
10