Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH SMA BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SOLO RAYA (DEVELOPMENT HISTORY OF SMA-BASED LEARNING MODEL IN SOLO RAYA CHARACTER EDUCATION) Leo Agung S. Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan P.IPS FKIP-UNS Jl.Ir. Sutami No.36 A, Kentingan, Surakarta e-mail:
[email protected] Diterima tanggal: 1/10/2012, Dikembalikan untuk revisi: 3/11/2012, Disetujui tanggal: 20/12/2012 Abstrak: Penelitian eksploratif ini bertujuan untuk: 1) mengetahui tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA); 2) mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat pembelajaran Sejarah di SMA; 3) mengeksploitasi pemahaman guru-guru Sejarah di SMA terhadap model-model pembelajaran Sejarah; dan 4) menyusun model Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendidikan Karakter. Subjek penelitian adalah guru-guru Sejarah SMA Solo Raya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, analisis dokumen, angket dan Focus Group Discussion. Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: 1) tujuan pembelajaran Sejarah menanamkan semangat kebangsaan, cinta bangsa dan tanah air; materi sesuai dengan Standar Isi; metode ceramah bervariasi, media power point, film dan Liquid Crystal Display, sedangkan evaluasinya masih banyak pada aspek kognitif; 2) Faktor pendukung pembelajaran Sejarah, yaitu adanya model-model pembelajaran inovatif, faktor penghambatnya buku BSE yang minim, dan adanya diskriminatif mata pelajaran; 3) sebagian besar guru-guru SMA telah memahami model-model pembelajaran; dan 4) tersusunnya model Kritis, Kreatif, Berantai dan Berkarakter (KKBB). Kata kunci: pembelajaran Sejarah, guru Sejarah, Sekolah Menengah Atas, dan pendidikan karakter Abstract: This exploratory study aims to: 1) determine objectives, materials, methods, media and evaluation of history teaching in senior secondary schools; 2) identify factors that support and inhibit history teaching in senior secondary schools; 3) exploit the understanding of history teachers of senior secondary schools on history teaching models; and 4) establish a model for character education based-history learning. Research subjects are history teachers of senior secondary schools in Solo Raya. Data were collected using observation, interviews, document analysis, questionnaire and Focus Group Discussion techniques, and analyzed using the method of qualitative interactive model. The results showed that: 1) purpose of history teaching inculcate the spirit of nationalism, love of nation and homeland; materials in accordance with the Content Standards; lecture methods varies, power point media, film and Liquid Crystal Display, while the evaluation is still tend to focus on cognitive aspects; 2) supporting factor of history teaching is the development of innovative learning models, while the inhibiting factors are the lack number of BSE book and discrimination on the subjects; 3) majority of history teachers of senior secondary schools have understood the learning models, and 4) completion of the Critical, Creative, Chain and Character model (KKBB). Keywords: history teaching, the history teacher, senior secondary schools, and character education
412
Leo Agung S., Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan Karakter di Solo Raya
Pendahuluan
depan; 3) Menanamkan kesadaran persatuan dan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi
Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa
perekat bangsa dalam menghadapi ancaman
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
disintegrasi bangsa; 4) Sarat dengan ajaran moral
ke mamp uan dan memb erik an w atak ser ta
dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis
peradaban bangsa yang bermart abat dalam
multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, ber-
sehari-hari; dan 5) Berguna untuk menanamkan
tujuan untuk mengembangkan potensi peserta
dan mengembangkan sikap bertanggung jawab
di dik agar menjadi manusia yang be rima n,
dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber-
lingkungan hidup.
akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
Merujuk pendapat Kartodirdjo (1988) bahwa
mandiri , da n me njad i wa rga nega ra y ang
dalam rangka pembangunan bangsa, pengajaran
demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3, UU
Sejarah tidak semata-mata berfungsi untuk
Nomor 20/2003).
me mber ikan pengeta hua n Se jara h, sebag ai
Rumusan tujuan pendidikan tersebut sangat
kumpulan informasi fakta Sejarah tetapi juga
ideal dan komprehensif. Hal ini dimaksudkan untuk
be rtuj uan meny adar kan pese rta didi k at au
memberikan suasana kebatinan dan semangat
membangkitkan kesadaran Sejarahnya. Sebab,
serta memberi motivasi bagi setiap komponen
seperti yang tertuang dalam Peraturam Menteri
manusia yang terkait untuk terus berusaha
Pe ndid ikan Nasiona l N omor 22 Tahun 20 06
mencapai cita-cita yang ideal. Dalam pelak-
tentang Standar Isi, pelajaran Sejarah atau
sanaannya pendidikan sebagai proses pembinaan
pengetahuan masa lampau tersebut mengandung
bangsa, masih sangat memprihatinkan. Per-
nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk
kembangan kehidupan masyarakat masih ditandai
melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak,
dengan berbagai ketimpangan moral, akhlak,
dan kepribadian peserta didik. Untuk itu, nilai-nilai
masalah-masalah sosial, ekonomi, politik dan jati
Sejarah harus dapat tercermin dalam pola perilaku
diri bangsa. Inilah problem-problem yang kini
nyata peserta didik. Dengan melihat pola perilaku
banyak meng emuk a di Ind onesia. Hal ini
yang tampak, dapat mengetahui kondisi kejiwaan
menunjukkan bahwa pe ndid ikan kit a be lum
berada pada tingkat penghayatan pada makna
ma mpu
meng emba ngk an
masyara kat
Indonesi a
m anusia
d an
dan hakikat Sejarah pada masa kini dan masa
se baga imana
ya ng
mendatang. Dengan kata lain, pembelajaran
diharapkan (Rokhman, Nurhadi, dan Muhsinatun,
Sej arah
mem ilik i
pe rana n
pe nting
2006).
pembentukan karakter peserta didik.
da lam
Hal ini tid ak sesua i de ngan mak na d an
Berkaitan dengan pendidikan karakter, telah
maksud pembelajaran Sejarah. Mata pelajaran
dilakukan beberapa penelitian, antara lain oleh
Sejarah memiliki arti strategis dalam pemben-
Ghufron (2010) menyatakan bahwa salah satu
tuk an w atak dan per adab an b angsa ya ng
masalah krusial Bangsa Indonesia, terutama yang
bermartabat serta dalam pembentukan manusia
berka itan denga n penyiapa n SDM siap ber-
Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan
kompetitif di era global adalah krisis nilai-nilai
cinta tanah air. Menurut Permendiknas Nomor 22
karakter bangsa. Oleh karena itu, perlu adanya
Tahun 2006 materi Sejarah: 1) Mengandung nilai-
integr asi nila i-ni lai kar akte r ba ngsa dal am
nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan,
keg iata n pe mbel ajar an untuk sem ua m ata
patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang
pelajaran di sekolah.
menyerah yang mendasari proses pembentukan
Penelitian Wardhani (2010) menyatakan
watak dan kepribadian peserta didik; 2) Memuat
bahwa upaya mewujudkan peradaban bangsa
khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa,
melalui pendidikan karakter tidak pernah terlepas
termasuk peradaban Bangsa Indonesia. Materi
dari lingkungan pendidikan baik di dalam keluarga,
tersebut merupakan bahan pendidikan yang
sekolah, dan masyarakat. Guru memiliki tanggung
me ndasar
d an
jawab besar dalam menghasilkan generasi yang
penciptaan peradaban Bangsa Indonesia di masa
berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Untuk
b agi
proses
p embe ntuk an
413
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
mewujudkan manusia Indonesia yang berkarakter
haman guru-guru Sejarah SMA terhadap model-
kuat, perlu kiranya diterapkan konsep pendidikan
mod el p embe laja ran; dan 4) merumusk an
Ki Hajar Dewantara dengan sistem among, tutwuri
rancangan model Pembelajaran Sejarah Berbasis
handayani, dan tringa (ngerti, ngroso, nglakoni).
Pe ndid ikan Kar akte r di SMA seb agai upa ya
Penelitian Syukur (2010) menyatakan bahwa pad a ta hun 2010 Kem ente rian Pendidi kan
meningkatkan kualitas pembelajaran Sejarah dan memperkuat jati diri bangsa.
Nasional RI menetapkan pembangunan karakter bangsa menjadi program pendidikan nasional
Kajian Literatur
untuk menyelamatkan Bangsa Indonesia dari
Pa sal 3 Undang Und ang Sistem Pend idik an
keterpurukan akibat krisis multidimensional yang
Nasional
masih berlangsung hingga saat ini.
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
No. 20 Tahun 2003 disebutkan, bahwa
Meskipun cukup banyak penelitian tentang
dan membentuk watak serta peradaban bangsa
pe ndid ikan karakte r, namun dar i be rbag ai
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
penelitian tersebut masih sangat sedikit penelitian
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkem-
yang mengimplementasikan nilai-nilai karakter
bangnya potensi peserta didik agar menjadi
dalam pembelajaran Sejarah. Dengan demikian,
manusia yang beriman dan bertakwa kepada
pe neli tian tentang : “ Peng emba ngan Mod el
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
Pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Karakter di Solo Raya’ perlu dilakukan dalam
neg ara ya ng de mokrat is ser ta be rtangg ung
mendukung program pemerintah umumnya dan
jaw ab”. Ama nah UU Sisdi knas tahun 2 003
program kebijakan Wali Kota Surakarta khu-
ber maksud
susnya tentang implementasi pendidikan karakter
membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun
dalam pembelajaran yang mulai dicanangkan pada
juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga
tahun pelajaran 2011-2012 (Solo Pos, 19 Juni
nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh
2011).
berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-
a gar
pend idik an
t idak
hanya
Berdasarkan paparan seperti yang telah
nilai luhur bangsa serta agama (Suyanto, 2010).
dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam
Tujuan pendidi kan nasi onal itu mer upak an
penelitian, yaitu: 1) bagaimanakah tujuan, materi,
rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia
me tode , me dia dan eva luasi pe mbel ajar an
yang harus dikembangkan oleh setiap satuan
Sejarah yang dilaksanakan di SMA
Solo Raya?;
pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan
2) apakah yang menjadi faktor penghambat dan
pe ndid ikan nasiona l m enja di d asar dal am
faktor pendukung terhadap pembelajaran Sejarah
pengembangan pendidikan budaya dan karakter
yang dilaksanakan di SMA Solo Raya?; 3) bagai-
bangsa.
manakah pemahaman guru-guru Sejarah SMA di Solo Raya terhadap model-model pembelajaran?;
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
dan 4) bagaimanakah merumuskan rancangan
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem
model pembelajaran Sejarah berbasis pendidikan
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief)
karakter di SMA sebagai upaya memperkuat
manusia yang dihasilkan masyarakat (Kemdiknas,
jati
diri bangsa.
2010a). Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan
Secara umum, penelitian dan pengembangan
keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia
ber tujuan
model
dengan sesamanya dan lingkungan alamnya.
pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
Karakter. Adapun secara khusus, tujuan yang
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
hendak dicapai melalui penelitian dan pengem-
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang
bangan ini, sebagai berikut: 1) mengidentifikasi
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk
tujuan, materi, metode, media dan evaluasi
cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak
pembelajaran Sejarah; 2) mengeksplorasi faktor
(Kemdiknas, 2010b). K ebajikan terdiri atas
penghambat dan faktor pendukung terhadap
sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur,
pembelajaran Sejarah; 3) mengekplorasi pema-
berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat
ini
414
untuk
menghasilka n
Leo Agung S., Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan Karakter di Solo Raya
kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan
oleh Arends, yaitu: 1) rasional teoritis yang
orang lain menumbuhkan karakter masyarakat
bersifat logis yang bersumber dari perancangan;
dan kar akte r ba ngsa . Ol eh k arena it u, p e-
2) dasar pemikiran tentang tugas pembelajaran
nge mbangan kara kter bangsa hany a da pat
yang hendak dicapai dan bagaimana siswa belajar
di lakukan mela lui pengemb anga n ka rakt er
untuk mencapai tujuan tersebut; 3) aktivitas guru
individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia
yang diperlukan agar model pembelajaran dapat
hi dup dala m li ngkungan sosial dan buda ya
dilaksanakan; dan 4) lingkungan belajar yang
tertentu, maka pengembangan karakter individu
diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
se sera ng
hanya
dap at
d ilak ukan
dal am
Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa
lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan.
model pembelajaran merupakan petunjuk bagi
Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah
guru dalam merencanakan
Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter
pembelajaran di kelas. Lebih lanjut Joyce, Weil,
bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
dan Showers (2002) mengemukakan adanya lima
Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter
unsur penting dari suatu model pembelajaran,
ba ngsa
ada lah meng emb angk an nilai -nil ai
kelima unsur tersebut adalah syntac, social
Pancasi la p ada diri peserta did ik m elal ui
system, principle of reaction, support system dan
pendidikan hati, otak, dan fisik.
instructional and nurturent effecs.
dan melaksanakan
Pendidikan karakter adalah suatu sistem
Terkait dengan model-model pembelajaran,
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
Joyce, Weil dan Calhoun (2009) mengemukakan
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
adanya empat family/rumpun, yaitu: 1) rumpun
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
sosial, 2) rumpun proses informasi, 3) rumpun
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
pe rsonal, dan 4) r ump un p eril aku. Mod el
Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama,
Pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan
lingkungan, maupun keba ngsa an sehingga
Kar akte r ini me ngacu ke pada mod el y ang
menjadi manusia insan kamil (Kemdiknas, 2010b).
dikemukakan oleh Joyce, Weil dan Calhoun (2009)
Berdasarkan pengertian budaya, karakter
se pert i ya ng d ikem uka kan di a tas, yak ni
bangsa, dan pendidikan yang telah dikemukakan
perubahan perilaku ke arah yang diharapkan, baik
di atas, maka pendidikan budaya dan karakter
dalam aspek kognitif maupun aspek afektif. Oleh
ba ngsa dim akna i se bag ai p endi dika n ya ng
karena itu, model ini lebih mengacu pada Rumpun
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter
Perilaku.
bangsa pada diri peserta didik, sehingga memiliki nilai dan karakter, menerapkan nilai-nilai tersebut
Pendidikan Nilai dan Pendekatan Klarifikasi
da lam kehi dupa nnya , ba ik sebag ai a nggota
Nilai
masyarakat, maupun sebagai
Menurut
warganegara yang
Kaswadi (1993) pendidikan nilai adalah
re ligi us, nasi onal is, prod ukti f da n kr eati f.
penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada
Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan
diri seseorang. Mardiatmadja (1996) mendefi-
karakater bangsa diintegrasikan dalam setiap
nisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap
pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-
peserta didik untuk menyadari dan mengalami
nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP.
nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai,
Model Pembelajaran
pada dasarnya merupakan proses penanaman
Jacobsen, Eggen, dan Kauchak (2009) menya-
nilai kepada peserta didik dengan harapan agar
takan bahwa model pembelajaran dimaksudkan
peserta didik dapat berperilaku sesuai dengan
sebagai strategi perspektif pembelajaran yang
pandangan yang dianggapnya baik dan tidak
dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran.
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku
Ar ends
(Sanjaya, 2010).
(19 77)
pe mbel ajar an
meny atak an b ahwa m enga cu
p ada
mod el
pend ekat an
Da ri b eber apa pend apat di atas dap at
pembelajaran yang akan diterapkan. Ada empat
disimpulkan bahwa pendidikan nilai adalah proses
ciri khas model pembelajaran yang dikemukakan
penanaman nilai-nilai luhur kepada peserta didik
415
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
de ngan har apan aga r p eser ta d idik dap at
2)
peng amat an
l angsung
atau
berperilaku sesuai norma-norma yang berlaku.
3) analisis dokumen; dan 4) FGD.
obe rvasi;
Oleh karena itu, untuk dapat melahirkan peserta
Untuk memperoleh derajad validitas tinggi,
didik yang mampu memilah dan memilih secara
dilakukan dengan teknik trianggulasi, recheck dan
cerdas terhadap nilai-nilai moral atau nilai-nilai
peer debriefinf (Sutopo, 2002). Pengolahan data
karakter adalah dengan pendekatan klarifikasi
hasil penelitian eksploratif dilakukan dengan teknik
nilai ( Values Clarification Technique= VCT).
analisis model interaktif (Miles dan Huberman,
Pendekatan klarifikasi nilai (VCT) adalah suatu
1984). Anal isis interaktif meliputi tahapan:
pendekatan yang bertujuan untuk menumbuhkan
1) pengumpulan data; 2) reduksi data; 3) sajian
kesadaran dan mengembangkan kemampuan
data; dan 4) verifikasi/menarik kesimpulan.
peserta didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai
Pengembangan ini dilakukan atas dasar hasil
mereka sendiri dan nilai-nilai orang lain (Zuriah,
temuan ekslporatif, kemudian dikembangkan
2007, dan Zaim 2008). Proses pemahaman nilai
untuk mencari model pembelajaran Sejarah
dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah
melalui Focus Group Discussion (FGD).
ada sebelumnya dalam diri peserta didik kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang
Hasil Penelitian dan Pembahasan
hendak
Tujuan, Materi, Metode, Media dan Evaluasi
dita namk an k epad a pe sert a di dik
(Sanjaya, 2010).
Pembelajaran Sejarah Terkait dengan tujuan, materi, metode, media dan
Metodologi
evaluasi pembelajaran Sejarah yang dilaksanakan
Metode penelitian tahun pertama ini dilakukan
di SMA di Solo Raya saat ini, dapat diungkapkan
dengan dua tahapan tindakan, yakni: 1) penelitian
seperti uraian berikut ini.
penjelajahan (eksploratif ); dan 2) melakukan penyusunan draf model pengembangan dengan
Tujuan Pembelajaran Sejarah
car a Focus G roup Discussi on ( FGD) . Loka si
Terkait dengan tujuan pembelajaran Sejarah SMA,
penelitian SMA Solo Raya yang meliputi: 1) Kota
hasil angket, rekaman observasi, dan wawancara
Surakarta; 2) Kabupaten Klaten; 3) Kabupaten
dari guru-guru Sejarah SMA dan beberapa kepala
Sukoha rjo; 4) Kabupat en K arangnya r; d an
sekolah dan kepala seksi kurikulum di Solo Raya
5) Kabupaten Boyolali.
serta dari studi pustaka dapat dikemukakan
Sumber data meliputi: 1) sumber informan;
sebagai berikut.
2) sumber tempat dan peristiwa; dan 3) sumber
Ib u Sa ra d ari SMA Nege ri 8 Sur akar ta
dok umentasi /arsip. Informan yang di mint ai
menyata kan: ”ba hwa tujuan p embe laja ran
keterangan meliputi Kadinas, Kasubdin SMA,
Sejarah adalah untuk membentuk pribadi yang
Ketua MKKS SMA, Kepala SMA dan Guru-guru
tidak lupa akan masa lampau untuk mewujudkan
Sejarah SMA. Sumber tempat dan peristiwa yang
masa depan dan menjadi manusia yang beriman
digunakan sebagai fokus informasi adalah ruang
dan bertaqwa”. Bapak Darmono dari SMA Negeri
pembelajaran Sejarah di kelas. Sumber dokumen/
2 Sukoharjo menyatakan “bahwa tujuan pem-
arsip terkait dengan kurikulum, silabus dan RPP
belajaran di SMA adalah untuk meningkatkan rasa
serta buku-buku sumber.
jiwa kebangsaan dan nasionalisme, patriotisme,
Sesuai dengan metode penelitian kualitatif,
serta meningkatkan perasaan persatuan dan
maka teknik sampling (cuplikan) yang digunakan
kesatuan bagi peserta didik”. Ibu Titik dari SMA
dalam penelitian ini adalah jenis purposive sampling
Negeri Ngemplak Boyolali menyatakan “bahwa
(Sutopo, 2002). Teknik pengumpulan data pada
tujuan pembelajaran Sejarah SMA adalah selain
awalnya digunakan metode penyebaran angket
mengemb angk an
kepada responden, yakni guru-guru SMA Solo
pengembangan sikap, terutama menumbuh-
Raya, kemudian ditindaklanjuti dengan teknik
kembangkan rasa nasionalisme, cinta tanah air
wawancara, pengamatan dan mencatat dokumen.
dan penghargaan terhadap pahlawan bangsa
Dengan demikian, teknik pengumpulan data
pendahulu negeri ini” tegasnya.
dilakukan dengan cara: 1) wawancara mendalam;
416
k ompt ensi
kog niti f
juga
Leo Agung S., Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan Karakter di Solo Raya
Masih terkait dengan tujuan pembelajaran
tradisional di Indonesia; d) Indonesia pada masa
Sejarah SMA, lebih lanjut Ibu Anik dari SMA negeri
penjajahan; e) Pergerakan kebangsaan, dan
2 Karanganyar secara rinci menyatakan: ”bahwa
f)
tuj uan
kebangsaan Indonesia.
pemb elaj aran
Sej arah
SMA
yai tu:
1) menumbuhkan cinta tanah air; 2) mengetahui proses
Prok lama si
d an
p erke mbangan
nega ra
Dalam penelitian dan pengembangan ini
terbentuknya sebuah Negara Indonesia;
memfokuskan kelas X, sebab: 1) Kelas X masih
3) Mema hami proses kema juan per adab an
merupakan kelas yang umum, dan semua kelas
manusia Indonesia; dan 4) menanamkan sikap
mendapatkan materi yang sama; 2) Kelas X
patriotisme” ungkapnya.
mer upak an k elas awa l si swa masuk SM A,
Da ri b eber apa pend apat di atas dap at
sehingga sebagai pijakan untuk penanaman nilai;
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Sejarah
khususnya nilai karakter dan jati diri bangsa.
di SMA antara lain: 1) menanamkan semangat
Khusus untuk kelas X, cakupan materinya terdiri
cinta tanah air ; 2) m engeta hui pr oses t er-
atas: 1) Prinsip dasar ilmu Sejarah; 2) Peradaban
bentuknya Negara Indonesia; 3) meningkatkan
awal masyarakat duni a dan Indonesia yang
rasa persatuan dan kesatuan bagi peserta didik;
tercemin dalam Standar Kompetensi (SK) dan
dan 4) mengetahui proses peradaban manusia
Komptensi Dasar (KD) (Permendiknas Nomor 22/
Indonesia, khususnya dan masyarakat dunia pada
2006) yakni seperti Tabel 1.
umumnya dari masa dulu hingga sekarang.
Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selain materi seperti yang
Materi Pembelajaran Sejarah
tertera dalam KD-KD tersebut, semestinya guru
Materi mata pelajaran Sejarah untuk sekolah
mengemb angk an a pa y ang menj adi “ local
menengah atas (SMA) meliputi aspek-aspek
wisdom”. Ada beberapa guru yang menyatakan
sebagai berikut: a) Prinsip dasar ilmu Sejarah;
belum, dengan alasan materi Sejarah sudah
b) Pera daba n aw al m asya raka t dunia dan
sangat banyak; namun ada beberapa guru yang
Indonesia; c) Perkembangan negara-negara
menyatakan sudah. Bagi guru Sejarah yang
Tabel 1. Materi Pembelajaran Sejarah Kelas X
Kelas X , Semester 1 Standar Kompetensi 1. Memahami prinsip dasar ilmu Sejarah
Kompetensi Dasar 1.1 Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup ilmu Sejarah 1.2 Mendeskripsikan tradisi Sejarah dalam masyarakat Indonesia masa praaksara dan masa aksara 1.3 Menggunakan prinsip-prinsip dasar penelitian Sejarah
Kelas X , Semester 2 Standar Kompetensi 2. Menganalisis peradaban Indonesia dan dunia
Kompetensi Dasar 2.1 Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia 2.2 Mengidentifikasi peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia 2.3 Menganalisis asal-usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia
Sumber: Permendiknas No.22/2006
417
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
menuliskan dan menyatakan sudah, seperti Bapak
yang banyak, sedangkan jamnya sedikit, oleh
Darmono dari SMA Negeri 2 Sukoharjo, dari materi
karenanya metode mengajar yang digunakan
Sejarah Kelas XI tentang “Perlawanan Untung
adalah Cermah Bervariasi”, katanya. “Metode
Suropa ti k etik a me nghadap i Be land a ya ng
cem arah, kemud ian di kombi nasik an dengan
dipimpin oleh Kapten Tack, dan Boyongan Kraton
metode lain, seperti diskusi, tanya jawab dan
da ri K arta sura ke
Sura kart a Ha dini ngra t.
pemberian tugas, termasuk misalnya ada event-
Menying gung Per lawa nan Untung Surap ati
event tertentu, seperti 1 Muharam, dan Sekaten
termasuk local wisdom lebih lanjut Bapak Darmono
sering menugaskan anak-anak untuk membuat
menyatakan bahwa Untung sebagai pemimpin
klipping”, tambahnya.
perlawanan berhasil menghancurkan tentara
Terkait dengan metode mengajar Sejarah,
Belanda dan berhasil membunuh Kapten Tack
dalam prakteknya tidak digunakan sendiri-sendiri,
merupakan suatu prestasi yang gemilang. Dari
melainkan merupakan kombinasi dari beberapa
peristiwa ini, banyak nilai-nilai karakter yang perlu
metode mengajar, seperti ceramah, diskusi, tanya
diteladani oleh bangsa Indonesia, khususnya para
jawab, dan pemberian tugas; sosiodrama, dan lain
peserta didik, seperti nilai keberanian karena
sebagainya (Suryani, 2012).
benar, jiwa kepahlawanan, jiwa nasionalisme membela bangsa dan Negara, rela berkorban
Media Pembelajaran Sejarah
dengan senjata seadanya mampu menghan-
Pembelajaran akan berlangsung dengan efektif
curkan tentara Belanda dengan pasukan lengkap”
da n ef isie n ji ka d itunjang de ngan
ungkapnya.
pembelajaran. Terkait dengan media pembel-
med ia
Lebih lanjut, Ibu Titik dari SMA Ngemplak
ajaran yang digunakan oleh guru-guru Sejarah
Boyolali, “menyatakan ada local wisdom yang
SMA Solo Raya antara lain: gambar, peta Sejarah,
dikembangkan yakni Penulisan tentang Sejarah
peta Indonesia, peta dunia, peta konsep, media
Boyolali. Guru memberikan tugas untuk mene-
pohon pintar, kartu soal/pernyataan, microsof
lusuri, baik lewat wawancara, angket atau pun
power point, CD film, LCD. Seperti yang di-
dokumentasi yang selanjutnya membuat laporan
ungkapkan ibu Tatik dari SMA Negeri Ngemplak
tentang Sejarah Boyolali dan dipresentasikan di
“bahwa untuk media pembelajaran Sejarah yang
kelas” tuturnya.
sering saya gunakan adalah media pohon pintar,
Dengan gambaran di atas, dapat diketahui bahwa dengan diberlakukannya KTSP, mem-
kartu soal/pernyataan, microsof power point, CD film, LCD” tegasnya.
ber ikan kel elua saan bag i guru untuk dap at
Ibu Ida dari SMA Negeri Kartasura, me-
mengembangkan materi-materi Sejarah lokal yang
nyatakan “terkait media yang sering saya gunakan
dapat menunjang materi pembelajaran Sejarah
adalah media kartu soal atau pernyataan, peta
secara nasional.
konsep, dan LCD dengan power point dan ternyata ini sangat menarik bagi anak-anak” katanya.
Metode Pembelajaran
“Dengan power point kita sebagai guru juga enak
Terkait dengan metode pembelajaran yang sering
hanya perlu persiapan yang matang, sedangkan
digunakan guru-guru SMA di Solo Raya, antara
bagi siswa ternyata sangat menarik, perhatian
lain: ceramah, tanya jawab, diskusi, bermain
anak-anak terpusat” tambahnya.
peran, problem solving, dan pemberian tugas baik
Di liha t da ri m edia pem bela jara n ya ng
te rstr uktur ma upun mandiri . Se pert i ya ng
diterapkan guru-guru Sejarah di Solo Raya, untuk
diungkapkan Bapak Teguh dari SMA Negeri Sragen
penggunaan media dalam pembelajaran Sejarah
bahwa “Guru Sejarah kebanyakan menggunakan
tampaknya sudah bervariasi mulai dari yang
metode Ceramah atau Ceramah Bervariasi, yakni
sederhana seperti gambar/foto sampai dengan
me tode cer amah yang d ivar iasi kan deng an
LCD.
metode lain, seperti diskusi, tanya jawab dan pemberian tugas”.
Evaluasi Pembelajaran Sejarah
Hal senada juga diungkapkan Ibu Sara dari
Terkait dengan evaluasi pembelajaran Sejarah
SMA Negeri 8 Surakarta:”karena materi Sejarah
guru-guru Sejarah SMA Solo Raya menang-
418
Leo Agung S., Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan Karakter di Solo Raya
gapinya bervariasi. Ada beberapa guru yang
1) kurangnya buku Sejarah yang dimiliki siswa,
menyata kan
seri ng
2) adanya d iskr iminasi dari pub lik tent ang
digunakan dalam pembelajaran Sejarah adalah
bahw a
ev alua si
y ang
pelajaran yang di-UAN-kan dan tidak di-UAN-kan;
tes lisan dan tes tertulis yang meliputi obyektif
3) siswa kurang semangat membaca; 4) kurang
tes dan essay. Hal ini seperti yang dikemukakan
mengikuti
Ibu Tita dari SMA Negeri 5 Surakarta:”untuk
5) sarana yang disediakan sekolah untuk IPS/
evaluasi pembelajaran Sejarah tes lisan dan tes
Sejarah kurang”. Ibu Titik dari SMA Ngemplak
tertulis yang meliputi obyektif tes dan essay atau
Boyola li m enya taka n: “fak tor peng hamb at
uraian” katanya.
pembelajaran Sejarah, yakni: 1) Buku Paket BSE
p erke mbangan
teknolog i;
d an
Ada juga yang menyebutkan tes pilihan ganda
tidak ada; 2) minimnya literatur Sejarah; 3) LCD
atau obyektif dan uraian atau essay, bahkan ada
yang terbatas sehingga power point yang telah
yang menyebutkan penilaian kognitif dan penilaian
disiapkan terkadang tidak dapat disampaikan
afektif. Hal ini seperti yang dikemukakan Bapak
secara optimal, dan 4) guru Sejarah sendiri yang
Heri dari SMA Negeri Surakarta “bahwa untuk
dalam mengajarnya monoton, sehingga berlaku
evaluasi pembelajaran Sejarah soal pilihan ganda
stigma “Sejarah membosankan”.
atau obyektif dan uraian atau essay” paparnya.
Terkait dengan minimnya jam pelajaran untuk Sejar ah, sebe narnya g uru seba gai de sainer
Faktor Penghambat dan Pendukung
pembelajaran diharapkan mampu untuk menge-
Pembelajaran Sejarah SMA
mas materi dan menyusun atau mengatur waktu
Untuk menelusuri faktor-faktor penghambat dan
sedemikian rupa, sehingga keterbatasan jam
faktor pendukung dalam pembelajaran Sejarah
dapat diatasi. Demikian pula agar pembelajaran
SMA di Solo Raya dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sejarah dapat manarik dan menyenangkan, guru Sej arah har us m ampu mem buat “mukjizat”
Faktor Penghambat Pembelajaran Sejarah
(M eule n, 1 987) ; se bab Sej arah mer upak an
Terkait dengan faktor penghambat dari hasil
peristiwa masa lampau, peristiwa yang sudah
ang ket dan wawa ncar a da pat dike muka kan
mati, maka tugas guru membuat peristiwa masa
sebagai berikut. Bapak Darmono dari SMA Negeri
lampau yang mati itu seolah-olah hidup kembali.
2
Sukoharjo
pengham bat
menyata kan:
“ba hwa
pemb elaj aran
Sej arah,
fakt or yai tu
Faktor Pendukung Pembelajaran Sejarah
terbatasnya waktu, khususnya untuk kelas X jam
Terkait faktor pendukung ada gambaran yang
pelajaran Sejarah hanya 1 jam yakni 1 x 45 menit,
bervariasi juga, antara lain ada yang menye-
dan kelas XI-IPA juga hanya 1 jam (1 x 45 menit).
butkan bahwa faktor pendukung pembelajaran
Padahal materi Sejarah Kelas X dan materi
Sejarah adalah adanya semangat siswa untuk
Sejarah Kelas XI IPS sangat banyak, sehingga
memiliki atau membeli buku dan LKS Sejarah
pembahasannya sering tidak tuntas” tegasnya.
sebagai pegangan. Ada yang menyebutkan faktor
“It ulah
ya ng
pendukung adalah adanya tambahan penge-
di guna kan adal ah cera mah, dan pem beri an
seb abny a
me tode
tahuan dari internet. Lain lagi seperti yang
tugas”. Bapak Sarjoko dari SMA Negeri 2 Boyolali
dikemukan oleh Ibu Titik dari SMA Negeri Ngemplak
me nyat akan:
peng hamb at
bahwa faktor pendukung pembelajaran Sejarah
pe laksanaa n pe mbel ajar an Sejar ah, yait u:
ada lah adanya p ener apan ber baga i model
1) minimnya buku-buku sumber, khususnya
pembelajaran yang diterapkan, sehingga pem-
pegangan siswa maupun referensi lain yang
be laja ran Seja rah menj adi “ fun” dan siswa
me nunj ang pemb elaj ara n; 2 ) ti dak adanya
menunggu “seorang guru Sejarah” tegasnya.
“b ahwa
mengaja r
fak tor
laboratorium atau lab IPS/Sejarah; dan 3) sulit dan mahalnya mengakses arsip nasional”. Masih terkait dengan faktor penghambat
Pemahaman Guru Sejarah SMA Terhadap Model-Model Pembelajaran
pembelajaran Sejarah, Ibu Ana dari SMA Negeri 2
Te rkai t de ngan mod el- mode l pe mbel ajaran
Karanganyar menyatakan: “bahwa yang menjadi
inovatif, sebagian besar guru-guru Sejarah SMA
faktor penghambat pembelajaran Sejarah adalah:
di Solo Raya telah memahami, namun dalam
419
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
pra ktek pem bela jara n be lum bany ak y ang
Bagaimana kesan para siswa ketika guru
menerapkannya. Model-model pembelajaran yang
menerapkan model-model pembelajaran inovatif,
pernah dipraktekkan antara lain: Pembelajaran
seperti sangat menyenangkan, bersemangat,
Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
pembelajaran Sejarah menjadi hidup, siswa
(CTL), Pembelajaran Kooperatif, seperti Student
menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Seperti
Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Model
yang diungkapkan Bapak Sriyanto dari SMA Negeri
Index Card Macth, Teams Games Tournament (TGT),
Ngemplak Boyolali, bahwa “pembelajaran dengan
Metode Struktural seperti Mencari Pasangan,
model-model pembelajaran yang inovatif sangat
Benar Salah Berantai dan Peta Konsep. Variasi
menyenangkan, siswa menjadi lebih aktif dan
model-model pembelajaran inovatif dapat dilihat
pembelajaran menjadi bermakna” ungkapnya. Hal
pada Tabel 2.
senada juga diungkapkan Ibu Tatik dari SMA Neg eri
Ngemp lak
Boyol ali,
bahw a
“ kal au
Tabel 2. Model-Model Pembelajaran Inovatif yang pernah dipraktekkan
No.
Pernyataan
Frekuensi
Prosentase
1
Kontekstual
20
80
2
Kooperatif: STAD, Jigsaw, Model Index Card Macth, Metode Struktural seperti Mencari Pasangan, dan Benar Salah Berantai
15
60
3
Quantum: Peta Konsep
10
40
4
Model lainnnya
15
60
Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru-
menerapkan model pembelajaran yang inovatif
guru SMA di Solo Raya sebagian besar pernah
anak-anak senang, ceria; mereka aktif dan kreatif
menerapkan model pembelajaran Kontekstual.
dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran
De ngan
menjadi menarik, bermakna, dan menyenangkan”.
dem ikia n,
pemb elaj aran
Se jar ah
diharapkan menjadi lebih menarik dan bermakna
Terkait dengan rumusan 1 ,2 dan 3 yang erat
bagi peserta didik. Untuk model-model yang lain
kaitanya dengan upaya guru Sejarah di Solo Raya
masih banyak yang belum dipraktekkan secara
meningkatkan kualitas pembelajarannya adalah
optimal. Alasan guru-guru klasik, yakni materinya
kegiatan mengikuti Penataran, Seminar, Loka-
sa ngat banyak, sed angk an j amny a se diki t.
kar ya,
Padahal dengan mempraktekkan model-model
tambahan wawasan pengetahuan. Seperti yang
pembelajaran dapat menghemat waktu dan bagi
dilakukan oleh Ibu Ana dari SMA 2 Karanganyar.
Work shop
dan
sej enisnya
siswa sanga t me nari k da n me nyenangk an (Sugiyanto, 2010). Tabel 3. Kegiatan Seminar/Diklat/Workshoup Ibu Ana
No
420
1
Jenis Kegiatan Seminar
Judul Kegiatan
Tahun
Eksistensi Mata pelajaran Sejarah dalam KTSP
2008
2
Seminar
Profesionalisme Guru
2008
3
Diklat
Analisis Hasil Tes
2008
4
Seminar
2009
5
Diklat
Revitalisasi Nilia-Nilai Perjuangan RA Kartini dalam Pendidikan Basic Hipno Class Length of Time for Studying
6
Diklat
Percepatan Belajar siswa
2009
7
Workshop
In House Training (IHT)
2010
2009
seba gai
Leo Agung S., Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan Karakter di Solo Raya
Adapun budaya yang telah ditanamkan di SMA
berdasarkan data yang dikumpulkan melalui
se-Solo Raya terkait dengan penanaman nilai-nilai karakter kepada warga SMA, khususnya peserta
wawancara; 2)
Tahap berikutnya perumusan model final yang
didik, seperti yang diungkapkan oleh Bapak
dilakukan secara partisifatif dengan melibat-
Darmono dari SMA Negeri 2 Sukoharjo, “Di SMA
kan seluruh pemangku kepentingan ( stake-
Negeri 2 Sukoharjo, upaya untuk menamkan nilai-
holder) terkait, yakni dinas pendidikan, Kepala
nilai karakter siswa, misalnya: 1) berjabat tangan
Sekolah, dan guru-guru Sejarah SMA di Solo
dengan Bapak/Ibu guru yang sedang tugas piket
Raya sebagai ujung tombak pelaksanaan
di depan pintu gerbang sekolah pada pagi hari;
pembelajaran di kelas;
2) Mengucapkan salam kepada Bapak/Ibu guru;
3.
Perumusan model
tahap akhir dilaksanakan
3) Pembelajaran diawali dan diakhiri dengan doa,
melalui diskusi kelompok terarah (FGD). Di
4) Bagi siswa yang terlambat diadakan pembinaan
FGD ini akhirnya disepatai model yang akan
sebelum diijinkan masuk, dan 5) Melepas jaket
diimplementasikan, yakni Model Kritis, Kreatif,
ap abil a
Berantai dan Berkarakter (KKBB).
me masuki
l ingk unga n
se kola h”
ungkapnya.
Contoh Silabus Sejarah SMA berkarakter
Dengan demikian, secara implisit terkait
(Kelas X Semester 1) dan sintak atau langkah-
dengan pembelajaran yang mengimplementasi-
langkah model KKBB, dapat dilihat pada Contoh
kan pendidikan karakter, sekolah-sekolah SMA di
1.
Solo Raya telah menanamkan pendidikan karakter kepada warga SMA, khususnya kepada peserta
Sintak/Langkah-langkah Model Pembelajaran
didik. Pembelajaran Sejarah sarat dengan nilai,
Kritis Kreatif Berantai dan Berkarakter
oleh karena itu guru Sejarah tidak hanya sekedar
(KKBB)
“transfer of knowledge”, tetapi juga “transfer of
Sebelum pelaksanaan pembelajaran Model KKBB,
values” (Sardiman, 2002). Nilai-nilai karakter
guru perlu menginformasikan kepada siswa:
seperti religius, semangat kebangsaan, cinta
1.
tanah air, rela berkorban, rasa tanggung jawab, disiplin, toleransi, kerja sama, cinta damai, kerja
Topik yang aka n di pela jari dan bahan bacaannya.
2.
Da ri b ahan yang di bahas a kan dibuat
keras dan kreatif perlu ditumbuhkembangkan
pertanyaan/pernyataan (40-45 soal) yang
ter us l ewat pem bela jara n Se jara h. H al i ni
mengandung unsur kritis dan kreatif, dan
diperkuat oleh penelitian Ghufron (2010) yang menyatakan bahwa salah satu masalah krusial
terbagi menjadi 8-9 Kartu Soal. 3.
Kelas akan dibagi menjadi 8-9 kelompok dan
bangsa Indonesia, terutama yang berkaitan
masing- masi ng k elom pok meng guna kan
dengan penyiapan SDM siap berkompetitif di era
nama pahlawan nasional, dan nama tersebut
global adalah krisis nilai-nilai
karakter bangsa.
Oleh karena itu, perlu adanya integrasi nilai-nilai
ditulis dalam Kartu Soal. 4.
Setiap kartu soal diberi tanda A, B, C, D, E, F,
karakter bangsa dalam kegiatan pembelajaran
G, H,dan I.
untuk semua mata pelajaran di sekolah, termasuk
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kritis
mata pelajaran Sejarah. Dengan ini diharapkan
Kreatif Berantai dan Berkarakter (KKBB) dapat
para peserta didik kelak menjadi anak-anak
dilihat pada Contoh 2.
bangsa dan cerdas dan beraklak mulia, guna me ncap ai
I ndonesia
ema s
di
masa-ma sa
mendatang. Prosedur Penyusunan Model Pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan Karakter Prosedur dimaksud meliputi: 1)
Pengembangan model Pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan Karakter di Solo Ra ya, pada tahap a wal nya dirumusk an
421
422 ……………………………….. NIP……………………………
Sejarah
……………, ………………….2012
…………………………… NIP. ………………………
: 1. Memahami Prinsip Dasar Ilmu Sejarah.
Standar Kompetensi
Guru
: Sejarah : X/ 1
Kelas X Semester 1
Mengetahui Kepala Sekolah
: SMA…………..
Mata Pelajaran Kelas Semester
Silabus Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendidikan Karakter
Nama Sekolah
Contoh 1.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
Leo Agung S., Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan Karakter di Solo Raya
Contoh 2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kritis Kreatif Berantai dan Berkarakter (KKBB)
No
Fase
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1
Fase 1 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi belajar siswa b. Guru menyampaikan nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan
a. Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran dan merespon motivasi belajar dari guru. b. Memperhatikan dan memahami Nilai
2
Fase 2 Penyajian materi dan pembagian kartu soal yang berisi materi dan nailai-nailai karakter yang dapat dipetik dan dikembangkan
a. Guru menjelaskan garis besar materi Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Sejarah b. Guru menjelaskan langkahlangkah model pembelajaran Kritis Kreatif Berantai dan Berkarakter (KKBB). c. Guru membagi siswa dalam 9 kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Cara membagi kelompok yakni siswa satu persatu menyebutkan nomor urut 1 s.d 9. Siswa yang menyebut angka 1 berkumpul menjadi satu kelompok, siswa yang menyebut angka 2 berkumpul menjadi satu kelompok, dan seterusnya. d. Nama-nama kelompok diambil dari nama pahlawan Indonesia, yakni kelompok Soekarno, Moh. Hatta, Dr Soetomo. Dr Wahidin Sudirohusodo, Dowes Dekker, Moh Yamin, RA Kartini. Ki Hajar Dewantara, dan Slamet Riyadi. Setiap kelompok memilih dan mengambil satu kartu nama kelompok tersebut.
a. Siswa pemperhatikan dan merespon penjelasan guru, baik mengenai materi, sintak pembelajaran, maupun nilai-nilai karakter b. Siswa merespon dengan mengelompok menjadi 9 kelompok, dan namanama masing-masing kelompok ditulis dalam kartu soal. c. Setiap kelompok memilih dan mengambil satu kartu nama kelompok tersebut. d. Memilah dan memilih nilai
423
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
3
Fase 3 Mengorganisir ke dalam kelompokkelompok belajar
a. Guru memberikan satu kartu yang berisi 5 pernyataan untuk setiap kelompok. Kelompok pertama diberi kartu A, kelompok kedua diberi kartu B, dan seterusnya b. Guru meminta siswa untuk setiap kelompok mendiskusikan pernyataan tersebut, kemudian mengkritisi apakah pernyataan tersebut Benar atau Salah. c. Guru menginformasikan, jika jawaban salah, maka tugas tiap kelompok menuliskan jawaban yang benar.
a.
Setiap kelompok mendapat satu kartu yang berisi 5 pernyataan, Kelompok pertama diberi kartu A, kelompok kedua diberi kartu B dan seterusnya, hingga kartu I b. Tugas setiap kelompok adalah mendiskusikan pernyataan tersebut, kemudian mengkritisi apakah pernyataan tersebut Benar atau Salah. c. Siswa merespon informasi guru untuk mencermati setiap jawaban, dan jika jawaban salah, maka tugas tiap kelompok menuliskan jawaban yang benar. d. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai
4
Fase 4 Membimbing kelompok kerjasama dan mengerjakan tugas
a. Guru menginformasikan setelah semua kelompok selesai melakukan tugas, kartu soal diputar untuk diberikan kelompok di sampingnya. Dengan demikian, kelompok 2 akan mendapatkan kartu pernyataan baru, yakni kartu C, dan seterusnya. b. Setelah masing-masing kelompok menerima kertas yang baru, tugas seperti pada langkah nomor 6 diulangi sampai pada kartu soal kesembilan, artinya sampai semua kelompok mendapatkan semua kartu pernyataan.
a.
Siswa merespon informasi guru. b. Masing-masing kelompok menerima kartu soal yang baru, dan mengerjakan tugas tersebut sampai pada kartu soal kesembilan. c. Mengekpresikan dan menghargai nilai
Simpulan dan Saran
Sejarah dilakukan melalui ceramah bervariasi, dan
Simpulan
medianya menggunakan IT dalam bentuk media
Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan,
power point, film, dan LCD. Adapun pelaksanaan
disimpulkan sebagai berikut. Tujuan pembelajaran
eva luasi pe mbel ajar anny a
Se jara h
mena namk an
cenderung masih didominasi aspek kognitif,
semangat kebangsaan, cinta bangsa dan tanah
dibandingkan dengan aspek afektif dan spi-
air. Dalam penyampaian materi Sejarah telah
komotoriknya.
di maksudka n
untuk
pa da umumnya
sesuai dengan Standar Isi (SI) Kurikulum Sejarah
Faktor pendukung keberhasilan pembelajaran
SMA. Pa da umumnya m etod e pe mbel ajar an
Sejarah, yaitu adanya model-model pembelajaran
424
Leo Agung S., Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah SMA Berbasis Pendidikan Karakter di Solo Raya
inovatif dari guru Sejarah sendiri, sedangkan
menyajikan materi dengan baik dan menarik,
faktor penghambatnya antara lain buku BSE yang
disarankan agar guru Sejarah menguasai materi
minim, jam pelajaran yang kurang (hanya 1 jam
dan media pembelajaran Sejarah; 2) Untuk
pelajaran/minggu) khususnya Kelas X dan kelas
mengatasi kekurangan buku sejarah, sekolah
XI IPA), serta materinya banyak. Bahkan terkesan
dapat menyarankan kepada setiap lulusan SMA,
terjadi diskriminatif antara mata pelajaran yang
baik secara orang per orang atau kelompok
di UAN-kan dan yang tidak di UAN-kan.
memberikan sumbangan buku Sejarah yang
Sebagian besar guru-guru SMA di Solo Raya
diperlukan oleh adik kelasnya. Di samping itu,
telah memahami dan mempraktikkan model-model
setiap SMA wajib menganggarkan sekurang-
pembe lajaran yang inovatif. Terkait d engan
kurangnya 5% dari RAPBS diperuntukkan untuk
pengembangan model, telah tersusun model
pembelian buku-buku pelajaran SMA secara
pembelajaran Sejarah SMA berbasis pendidikan
proporsional; 3) Pembelajaran Sejarah sarat
karakter, yakni Model Kritis, Kreatif Berantai, dan
dengan nilai, oleh karena itu guru Sejarah tidak
Berkarakter (KKBB).
hanya sekedar “transfer of knowledge”, akan tetapi juga “transfer of values”. Nilai-nilai karakter yang
Saran
dap at
Ber dasa rkan
pad a
si mpul an
d ikem bang kan
lewa t
pe mbel ajar an
p enel itia n,
Sejarah, antara lain: religius, semangat ke-
di sara nkan aga r: 1 ) Guru Sejar ah sebag ai
bangsaan, cinta tanah air, rela berkorban, rasa
seorang disainer harus mampu mengemas materi
tanggung jawab, menghargai prestasi, disiplin,
dan mengatur waktu dengan baik. Di samping itu,
toleransi, kerja keras, mandiri dan kreatif. Dalam
guru berusaha mengoptimalkan penggunaan
hal model pembelajaran, guru Sejarah diwajibkan
model- mode l pe mbel aja ran, kar ena deng an
untuk mengembangkan model-model pembel-
menerapkan model-model pembelajaran dapat
ajaran Sejarah lainnya, sehingga pembelajaran
meminimalkan waktu, sehingga pembelajaran
Sejarah akan lebih efektif dan efisien serta
menjadi menarik dan menyenangkan. Untuk dapat
menarik siswa untuk belajar lebih aktif.
Pustaka Acuan Arends, Ricahrd I. 2000. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill. Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Ghufron, Anik. 2010. Integrasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa Pada Kegiatan Pembelajaran. Cakrawala Pendidikan. Mei 2010. Tahun XXIX. Edisi Khusus Dies Natalis UNY. Jacobsen, David A, Eggen, Paul, and Kauchak, Donald. 2009. Methods For Teaching. New Jersey: Pearson Education, Inc. Joyce, Bruce; Weil, Marsha, & Showers, B. 2002. Models of Teaching. Seventh Edition. Boston: Alylyn & Bacon. Joyce, Bruce, Weil, Marsha, and Calhoun, Emily.2009. Models of Teaching. New Jersey: Pearson Education, Inc. Kartodirdjo, Sartono. 1988. Fungsi Pengajaran Sejarah dalam Pembangunan Nasional. Harian Kompas, 26 September 1988. Kaswadi, E.K. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indoensia. Kementerian Pendidikan Nasional. 2010a. Bahan Pelatihan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
425
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010b. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kemendiknas. Mardiatmadja, B.S.1996. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius Meulen, van der. 1987. Ilmu Sejarah dan Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Miles, Matthew B & Huberman, A Michael. 1984. Qualitative Data Analysis. London-New Delhi: Sage Publications. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Pendidikan
Dasar dan Menengah. Rokhman, Nurhadi, dan Muhsinatun S. 2006. Pengembangan Kurikulum Pengetahuan Sosial Terpadu secara Tematik di Tingkat SLTP: Sebuah Pemikiran Awal. ISTORIA. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah. Vol.1 No.2, Maret 2006. Yogyakarta: FISE. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan ke-7. Jakarta: Prenada Media Group. Sardiman, A.M. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Solo Pos. 19 Juni,
2011. Pendidikan Karakter Dicanangkan: Siswa Harus SMK.
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 13 Surakarta. Suryani, Nunuk. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak. Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Suyanto. 2010. Urgensi Pendidikan Karakter. http://www.mandikdasmen. depdiknas.go.id/web/pages/ urgensi.html, diunduh 11 April 2011. Syukur, Abdul. 2010. Membangun Karakter Bangsa Lewat Sejarah (Refleksi 65 Tahun Pengajaran Sejarah di Indonesia. Artikel. diunduh, 21 Juni 2012. Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005.
Jakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Wardhani, Kristi. 2010. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter Menurut Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewsantara. Proceeding of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, 8-10 November 2010, diunduh 21 Juni 2012. Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.
426