Topik Utama PENGEMBANGAN MODEL INDONESIA 2050 PATHWAY CALCULATOR (I2050PC) SISI PERMINTAAN ENERGI: RUMAH TANGGA, KOMERSIAL DAN INDUSTRI Nataliawati Siahaan1, Heru Prasetio2, Iman Budi Santoso3, Erick Hutrindo3, Nurcahyanto4 1
2
Institut Indonesia Untuk Ekonomi Energi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" 3 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan, EBT dan KE 4 Direktorat Konservasi Energi
[email protected]
SARI Calculator 2050 pertama kali dikembangkan di Inggris sebagai model kalkulasi penyediaan, pemanfaatan energi dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang berbasis open source. Isu perubahan iklim telah menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Sektor energi menjadi salah satu sektor yang memiliki peranan penting untuk pengurangan emisi gas rumah kaca. Permintaan energi di sektor rumah tangga, komersial, dan industri merupakan sektorsektor yang mengambil porsi yang signifikan dalam hal konsumsi energi pada tahun 20111) . Jika ditotal maka sektor rumah tangga, komersial, dan industri mengkonsumsi energi sebesar 64,16% dari total konsumsi energi final pada tahun 2011. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peranan ketiga sektor tersebut dalam upaya konservasi energi dan penurunan emisi. Dalam mengembangkan model Indonesia 2050 Pathway Calculator (I2050PC) untuk ketiga sektor tersebut dimulai dengan pembuatan struktur model dan penentuan leveling (Level 1-4) yang berisi skenario untuk masingmasing level. Pendekatan yang digunakan dalam setiap level untuk sektor rumah tangga dan komersial berupa tingkat penurunan intensitas energi untuk setiap penggunaan energi (pencahayaan, memasak, air conditioning, dan peralatan lainnya) pada tahun akhir proyeksi yakni tahun 2050. Sedangkan untuk sektor industri, leveling dilakukan dalam pertumbuhan industri dan penurunan intensitas energi. Kata kunci : energy modeling, industri, komersial, permintaan energi, rumah tangga 1. PENDAHULUAN Indonesia 2050 Pathway Calculator (I2050PC) merupakan sebuah model kalkulasi pemanfaatan energi dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang berbasis open source. Model 1)
Untuk model I2050PC, tahun 2011 merupakan tahun dasar model
ini memungkinkan pengguna untuk mengeksplorasi pilihan skenario atau pathway terkait dengan pemanfaatan energi serta implikasinya terhadap emisi sampai tahun 2050. Sejarah pengembangan Calculator 2050 dimulai di Inggris ketika Department of Energy and Climate Change (DECC) diberikan tugas untuk membuat rencana memenuhi target emisi di dunia dan untuk pertama kalinya mengikat secara
Pengembangan Model Indonesia 2050 ..... ; Nataliawati S, Heru P, Iman BS, Erick H, Nurcahyanto
37
Topik Utama hukum (pengurangan emisi GRK sebesar 80% pada tahun 2050 dari tahun dasar 1990). Mayoritas model calculator yang dikembangkan menggunakan tahun 2050 sebagai tahun akhir proyeksi. Namun, model calculator ini juga memberikan kebebasan dalam menentukan tahun akhir proyeksi, sebagai contoh India yang menggunakan tahun 2047 sebagai tahun akhir proyeksi untuk memperingati 100 tahun kemerdekaan India. Konsumsi energi final untuk setiap sektor pada tahun 2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
98.4 24.8
Industrial Households
maka sektor rumah tangga, komersial dan industri mengkonsumsi energi sebesar 64,16% dari total konsumsi energi final pada tahun 2011. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peranan ketiga sektor tersebut dalam upaya konservasi energi dan penurunan emisi.
2. TUJUAN Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan konsep pengembangan model I2050PC khususnya untuk sektor rumah tangga, komersial dan industri yang mencakup pendekatan yang digunakan dalam menghitung proyeksi energy demand, sumber data yang digunakan, stuktur model setiap sektor, serta trajectory leveling untuk setiap penggunaan di setiap sektor.
359.7 Commercial
277.4
Transportation Other
34.1
3. PERHITUNGAN PERMINTAAN ENERGI DAN STRUKTUR MODEL
323.4 Non Energy Utilization
Gambar 1. Konsumsi Energi (Termasuk Biomassa) Tahun 2011 (Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia, 2012) Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2011, permintaan energi yang dominan berasal dari sektor industri. Sektor industri merupakan sektor yang mengkonsumsi energi paling banyak yakni sebesar 359,7 Juta Barrel Oil Equivalent (BOE) atau dengan kata lain mencapai 32,18% dari total konsumsi energi final sebesar 1.117 Juta BOE. Secara persentase, sektor berikutnya yang mengkonsumsi energi dengan porsi besar secara berurutan yaitu sektor rumah tangga (28,93%), transportasi (24,82%), komersial (3,05%), pemanfaatan non-energi (8,80%) dan lainnya (2,22%). Secara ringkas, jika ditotal
Secara umum pemodelan proyeksi permintaan energi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : (1) econometric model dan (2) end-use model. Pada econometric model, hubungan antara permintaan energi (dependent variable) dan variabel ekonomi misalnya Gross Domestic Product (GDP) dan Populasi (independent variable) dinyatakan dalam persamaan matematis. Pada end-use model, permintaan energi merupakan jumlah total konsumsi energi untuk setiap penggunaan. I2050PC dikembangkan dengan menggunakan pendekatan end-use model. Hal ini dengan tujuan agar model yang dikembangkan dapat mengakomodasi penurunan intensitas tiap penggunaan. Secara umum, perhitungan permintaan energi dengan menggunakan pendekatan end-use model dapat dilakukan dengan mengalikan activity level dengan intensitas konsumsi energi untuk masingmasing activity tersebut. Rumus perhitungan konsumsi energi adalah sebagai berikut: Energy Consumption=Activity Level Ă—Intensity
38
M&E, Vol. 12, No. 4, Desember 2014
Topik Utama Pada sektor rumah tangga dan komersial, pembagian struktur model berdasarkan konsumsi energi per penggunaan, hal tersebut bertujuan agar model dapat mengakomodasi perkembangan teknologi pada masa yang akan datang untuk tiap penggunaan sehingga model dapat menggambarkan penghematan energi melalui penurunan intensitas untuk setiap penggunaan. Sementara itu, pembagian struktur model pada sektor industri berdasarkan pertumbuhan sektor industri dan intensitas energi. Pembagian struktur model untuk ketiga sektor di atas dapat dilihat pada Tabel 1.
yang ingin dicapai dari calculator 2050. Sebagai contoh, upaya yang ingin dicapai oleh Inggris dalam calculator 2050 yaitu mengurangi emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, upaya yang tinggi pada sisi permintaan berarti mengurangi permintaan energi, sementara itu upaya yang tinggi pada sisi pasokan berarti meningkatkan pasokan energi yang rendah karbon. Berbeda dengan Inggris, calculator 2050 versi India, ketahanan energi (energy security) merupakan tujuan yang ingin dicapai daripada mengurangi emisi. Pada calculator 2050 versi Indonesia, upaya yang ingin dicapai yaitu mengurangi emisi.
Dalam calculator 2050 dikenal istilah leveling yang terdiri dari Level 1 sampai dengan Level 4. Penentuan leveling dilakukan setelah struktur model untuk setiap sektor dibuat, karena leveling disusun pada setiap struktur sektor model. Setiap level ini mencerminkan skenario faktor utama yang berpengaruh terhadap terjadinya perubahan konsumsi energi. Level 1 mencerminkan kondisi saat ini (business as usual) atau upaya minimum yang dapat dicapai pada tahun 2050, sedangkan Level 4 berisi upaya maksimum yang dapat dicapai pada tahun 2050.
Penentuan pilihan leveling I2050PC untuk pencahayaan, memasak, air conditioning dan peralatan lainnya di sektor rumah tangga dan komersial sampai tahun 2050 digambarkan dengan adanya penurunan intensitas energi. Setiap level berisi penjelasan mengenai target tingkat penurunan intensitas energi per penggunaan energi di tahun 2050 dan penjelasan dari setiap level untuk masing-masing struktur model dirangkum dalam satu halaman dan dikenal dengan istilah one pagers. Target tingkat penurunan intensitas energi di tahun 2050 untuk setiap level berbeda-beda karena adanya sejumlah asumsi yang digunakan seperti kebijakan/peraturan, pengaruh teknologi hemat energi dalam sistem pencahayaan, memasak, air conditioning dan peralatan lainnya.
Upaya-upaya yang ingin dicapai untuk Level 1 sampai dengan Level 4 bergantung pada tujuan
Penentuan definisi setiap level dan nilai tingkat penurunan intensitas energi setiap level, pada
4. PENENTUAN LEVELING UNTUK TIAP PENGGUNAAN PADA SETIAP SEKTOR
Tabel 1. Pembagian struktur model Sektor Rumah Tangga
Komersial
Industri
Struktur Pencahayaan Memasak Air conditioning Peralatan lainnya Pencahayaan Memasak Air conditioning Peralatan lainnya PDB Sektor Industri Intensitas Energi
Aktivitas Jumlah Rumah Tangga PDB sektor Komersial
PDB Sektor Industri
Unit Intensitas Energi boe/household/year boe/household/year boe/houseoldh/year boe/household/year boe/IDR boe/IDR boe/IDR boe/IDR boe/IDR boe/IDR
Pengembangan Model Indonesia 2050 ..... ; Nataliawati S, Heru P, Iman BS, Erick H, Nurcahyanto
39
Topik Utama proses awalnya ditentukan oleh energy modelller. Agar definisi dari setiap level beserta nilai tingkat penurunan intensitas energi memiliki landasan yang kuat dan untuk mengakomodasi masukan dari berbagai pihak maka diadakan stakeholder consultation dengan para ahli yang berasal berbagai unsur pemangku kepentingan seperti pemerintah, pelaku usaha, akademisi, lembaga sosial masyarakat. Informasi ini diperlukan karena sangat terbatasnya data
mengenai laju penurunan intensitas energi karena kemajuan teknologi serta trend gaya hidup green building. Komentar dan masukan dari para ahli kemudian digunakan untuk merevisi one pagers yang sudah dirancang sebelumnya. Contoh rancangan one pagers untuk sektor rumah tangga dan industri dapat dilihat pada Gambar 2 sampai dengan Gambar 7. Sementara itu, Tabel 2 mencerminkan rangkuman dari one pagers yang telah dibuat.
Domestic Lighting As population and living standard increase, the energy consumption for domestic lighting is also estimated to increase. But the intensity of energy consumption for domestic lighting per household is estimated to decrease. This is due to the penetration of high efficiency lighting technology such as Compact Fluorescent lamp (CFL), Light Emitting Diode (LED), and lighting sensor. And also the implementation of passive building design such as natural lighting. Level 1 It is assumed that energy intensity per household for domestic lighting will decrease by 10% in 2050. Technology in domestic lighting will be dominated by CFL, the incandescent technology will phased out by 2050. Level 2 It is assumed that energy intensity per household for domestic lighting will decrease by 25% in 2050. This is attributed to the penetration of LED lamps. Level 3 It is assumed that LED lamp is widely adopted by household in 2050 due to the government’s labeling policy for domestic lighting. In this level, the natural lighting to reduce energy consumption is starting to be considered for designing the new building. Those efforts contribute to decreasing energy intensity for lighting by 40% in 2050. Level 4 It is assumed that energy intensity per household for domestic lighting will decrease by 80% in 2050. LED technology, lighting sensor, and natural lighting are widely adopted due to the mandatory of labeling policy and the increased awareness of the importance of natural lighting in reducing energy consumption. TWh/Y
20
18.81
12.99
15.67
12.54
10
4.18
0 2011 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 2050 2050 2050 2050
Gambar 2. Rancangan One Pagers pencahayaan-sektor rumah tangga
40
M&E, Vol. 12, No. 4, Desember 2014
Topik Utama
Gambar 3. Rancangan One Pagers memasak-sektor rumah tangga
Gambar 4. Rancangan One Pagers air conditioning-sektor rumah tangga
Pengembangan Model Indonesia 2050 ..... ; Nataliawati S, Heru P, Iman BS, Erick H, Nurcahyanto
41
Topik Utama
Gambar 5. Rancangan One Pagers peralatan lainnya-sektor rumah tangga
Growth in Industry The industrial sector is composed of nine sub-sectors, namely (i) food, beverages and tobacco industries, (ii) textile, leather products and footwear industries (iii) wood and other products industries, (iv) paper and printing products industries, (v) fertilizers, chemical and rubber products industries, (vi) cement and non-metallic quarr products industries, (vii) iron and steel basic metal industries, (viii) transport equipment, machinery and apparatus industries, (ix) other manufacturing products. Level 1 Level 1 assumes the industrial sector in Indonesia will grow 6% per year. Industrial growth is not too rapid. Demand and purchasing power of the products domestic and abroad weakened. Level 2 Level 2 assumes the industrial sector in Indonesia will grow 8% per year. Indonesia has become the 10th strongest economy in the world. The industrial sector is growing given the investment climate more conducive. A number of incentives provided by the government to make domestic and foreign investors to invest in Indonesia. Demand and purchasing power also increased. Indonesia has become a Tough Industry TWh/Y
Assuming Level 1 on energy intensity. Energy intensity will decrease by 5% in 2050
14,000
11,616
12,000 10,000 8,000
5,603
6,000 4,000 2,000
608
0 2011
Level 1 2050
Level 2 2050
Gambar 6. Rancangan One Pagers pertumbuhan industri-sektor industri
42
M&E, Vol. 12, No. 4, Desember 2014
Topik Utama
Energy Intensity of Industry The industrial sector is the largest energy consumer sector in Indonesia in 2011. Energy intensity in the industrial sector is defined as the total consumption of energy in an industry divided by the gross domestic product (GDP) of that industry. An increasing use of efficient technology and fuel substitution will result in a decrease in energy intensity in industrial sector. Level 1 Level 1 assumes that energy intensity will decrease by 5% in 2050 in the industrial sector. The energy intensity decreasing slightly is due to the low penetration of efficient technology. Level 2 Level 2 assumes that energy intensity will decrease by 10% in 2050. Limited energy sources cause industries to think about energy efficiency. The industrial sector begins to utilize energy-efficient technologies. Level 3 Level 3 assumes that energy intensity will decrease by 25% in 2050. Limited energy sources cause industries to think about energy efficiency. The industrial sector utilizes energy-efficient technologies on a greater scale. Level 4 Level 4 assumes that energy intensity will decrease by 30% in 2050. Limited energy sources cause industries to think about energy efficiency. The industrial sector focuses on energy management and utilizes energy efficient technologies. In addition, the industrial sector restructures its machinery and substitute fuels for sustainable alternatives.
TWh/Y
assuming level 1 for industry growth.
6,000 4,000 2,000 0
5,603
5,309
4,424
4,129
608 2011
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 2050 2050 2050 2050
Gambar 7. Rancangan One Pagers pertumbuhan industri-sektor industri
Pengembangan Model Indonesia 2050 ..... ; Nataliawati S, Heru P, Iman BS, Erick H, Nurcahyanto
43
Topik Utama Tabel 2. Rangkuman skenario leveling untuk sektor rumah tangga, komersial dan industri.
Sektor
Struktur Pencahayaan
Rumah Tangga
Memasak
Air conditioning
Peralatan lainnya
Komersial
Pencahayaan
Memasak
Air conditioning
Peralatan lainnya
Industri
Pertumbuhan industri Intensitas energi
44
Trajectory/Leveling Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 1 Level 2 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4
Penurunan Intensitas Energi di Tahun 2050 10% 25% 40% 80% 10% 30% 40% 50% 10% 20% 40% 60% 5% 10% 20% 40% 10% 25% 40% 80% 10% 30% 40% 50% 10% 20% 40% 60% 5% 10% 20% 40% 6% 8% 5% 10% 25% 30%
M&E, Vol. 12, No. 4, Desember 2014
Topik Utama 5. KESIMPULAN Pengembangan model I2050 PC di sektor rumah tangga, komersial dan industri yang telah disusun masih dapat dilakukan penyesuaian berdasarkan masukan dari para ahli pada saat stakeholder consultation. Selain itu, berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa: a. Secara umum permintaan energi untuk sektor rumah tangga dan komersial dihitung dengan mengalikan aktifitas dan intensitas di setiap sektor. Aktifitas untuk sektor rumah tangga adalah jumlah rumah tangga sedangkan untuk sektor industri dan komersial adalah PDB di sektor masingmasing. b. Stakeholder Consultation 2 dengan para pemangku kepentingan terkait memberikan kontribusi yang cukup tinggi pada pengembangan one pager. Hasil stakeholder consultation untuk sektor rumah tangga dan komersial menunjukkan bahwa maksimum penurunan intensitas untuk pencahayaan, memasak, air conditioning dan peralatan lainnya pada tahun 2050 masing masing adalah 80%, 50%, 60% dan 40%.
2)
c. Mengingat kontribusi konsumsi energi di rumah tangga, komersial dan industri sangat signifikan (64,16% dari total konsumsi energi final di 2011) dan diprediksikan akan tetap signifikan di tahun 2050 (akibat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di sektor industri dan komersial), maka usahausaha untuk menghemat energi di sektorsektor ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan emisi GRK.
DAFTAR PUSTAKA Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia, 2012, Ministry of Energy and Mineral Resources, Indonesia. Draft of the 2050 Calculator Approach - A (Relatively) Simple Way to Model Energy and Emissions Calculator Book, Department of Energy and Climate Change, England.
Stakeholder consultation dihadiri oleh: berbagai institusi yang terkait dengan konsumsi energy sector komersial dan rumah tangga, antara lain: subdit Penyiapan Program Pemanfaatan Energi, Direktorat Konservasi Energi, Ditjen EBTKE; Green Building Council Indonesia (GBCI); Asosiasi Industri Luminer dan Kelistrikan Indonesia (AILKI); APERLINDO (Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia); Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia (IAFBI); para pengelola bangunan komersial; para kontraktor bangunan komersial
Pengembangan Model Indonesia 2050 ..... ; Nataliawati S, Heru P, Iman BS, Erick H, Nurcahyanto
45